PENERAPAN SILA KEEMPAT DALAM KEHIDUPAN KELOMPOK NVIDIA PADA ACARA PENGGALIAN POTENSI MAHASISWA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR ”PENDIDIKAN PANCASILA”
KELOMPOK “D”
Disusun oleh : Chandra Yudha Satria Wijaya 11.11.4913 Dosen Pembimbing : Tahajudin Sudibyo, Drs
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
PENERAPAN SILA KEEMPAT DALAM KEHIDUPAN KELOMPOK NVIDIA PADA ACARA PENGGALIAN POTENSI MAHASISWA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pendidikan Pancasila
Disusun oleh : Chandra Yudha Satria Wijaya 11.11.4913
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 i
PENERAPAN SILA KEEMPAT DALAM KEHIDUPAN KELOMPOK NVIDIA PADA ACARA PENGGALIAN POTENSI MAHASISWA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Chandra Yudha Satria Wijaya Jurusan Teknik Informatika STIMIK AMIKOM YOGYKARTA
ABSTRAKS Kelompok NVIDIA adalah kelompok yang dibentuk pada acara mahasiswa yaitu PPM (Penggalian Potensi Mahasiswa). Dengan adanya kelompok tersebut dapat dicermati oleh peneliti tentang pengaruh dinamika dalam kelompok. Dengan pembahasan pancasila secara rinci akan membuka wawasan pada pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi. Melalui pendekatan sosiologis ada satu pertanyaan untuk menjadi sebuah rumusan masalah. Istilah
dinamika
kelompok
merujuk
pada
bagaimana
individu
mempengaruhi kelompok dan bagaimana kelompok mempengaruhi individu. Dalam suatu kelompok kecil, setiap orang dapat berinteraksi secara langsung dengan setiap orang lain. Sewaktu kelompok menjadi lebih besar, intensitasnya berkurang dan stabilitasnya bertambah. Suatu diad, yang terdiri dari dua orang, merupakan kelompok manusia yang paling tidak stabil, tetapi memberikan hubungan yang paling intim dan intens. Penambahan orang ketiga, yang menghasilkan pembentukan suatu triad, mengubah hubungan secara mendasar. Triad tidak stabil, karena cenderung menimbulkan koalisi. Pernyataan pada pembahasan dapat disimpulkan dalam bentuk sederhana sehingga dalam kebutuhan masyarakat dapat dijadikan sebagai referensi dan pengetahuan baru untuk menjadi kesejahteraan masayarakat. Pada umumnya pengetahuan dapat di jadikan bahan untuk menjadikan sempurna.
ii
DAFTAR ISI
1. Judul ............................................................................................................ i 2. Abstract ........................................................................................................ ii 3. Daftar isi ...................................................................................................... iii 4. BAB I Pendahuluan Latarbelakang ..................................................................... 1 Rumusan Masalah .................................................................................... 3 5. BAB II Landasan Teori ........................................................................................ 4 Pembahasan Masalah ............................................................................... 8 6. BAB III Kesimpulan .............................................................................................. 11 Referensi ................................................................................................. 12
iii
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan penyertaan-Nya, tugas akhir yang berjudul “Penerapan Sila Keempat Dalam Kehidupan Kelompok NVIDIA Pada Acara Penggalian Potensi Mahasiswa STMIK AMIKOM YOGYAKARTA” ini dapat terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Sebagai pengantar memasuki masalah pada sila keempat “ Kerakyatan Yang
Dipimpin
Oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
Perwakilan
Dalam
Permusyawaratan Perwakilan “ ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu pengertian dan makna pancasila, karena kelima unsur pancasila saling mendasari dan menjiwai satu sama lain. Pancasila dalam bahasa Sanskerta yaitu Panca : artinya Lima, Syila : dengan huruf i biasa ( huruf i pendek ), artinya “ batu sendi “, “ alas “, atau “ dasar”, Syiila : dengan huruf i panjang, artinya “ peraturan tingkah laku yang penting/ baik/ senonoh”. Dari kata “ syiila “ ini dalam bahasa Indonesia menjadi “ susila “, artinya “ tingkah laku yang baik “. Jadi dengan uraian diatas maka penulisan “ Pancasila “ adalah lima dasar dan lima aturan tingkah laku yang penting. Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan
1
yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia. Dari pernyataan pancasila diatas penerapan sila keempat dalam kehidupan kelompok NVIDIA tidak lepas dari kelima sila yang mendasari dan menjiwai unsur tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang kokoh. Mahasiswa baru tahun ini telah menempuh berbagai macam kegiatan dalam proses pembentukan kepribadian yang dulu sebelumnya siswa menjadi mahasiswa yang berkualitas. Sehingga pihak kampus menetapkan kegiatan yang disebut PSU ( Potensi Super Unggul ) untuk memberikan motivasi agar sebelum melakukan perkuliahan mahasiswa akan mengenal lingkungan terlebih dahulu. Dan selanjutnya adalah kegiatan PPM ( Potensi Penggalian Mahasiswa ) yang bertujuan menggali semua potensi yang ada pada diri mahasiswa. Semua kegiatan tersebut akan mempengaruhi sikap mahasiswa terutama dalam suatu kelompok besar ataupun kecil. Disini akan dibahas sikap pada diri setiap manusia terutama mahasiswa amikom yang terpengaruh dengan adanya kelompok yang beranggotakan beberapa mahasiswa yang berbeda - beda. Dari pernyataan diatas ada beberapa pertanyaan mengenai hal tersebut melalui pendekatan sosiologis serta pembahasan dan kesimpulan di dalamnya.
2
B.
RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah besarnya suatu kelompok mempengaruhi dinamikanya dengan menerapkan sila keempat “ Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan ” ?
3
BAB II PEMBAHASAN C.
LANDASAN SOSIOLOGIS Sebagaimana diketahui interaksi dalam kelompok “ siapa berbuat apa dengan siapa “ membawa konsekuensi mendalam pada cara individu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupan. Istilah Dinamika Kelompok (Group Dinamic) untuk merujuk bagaimana kelompok mempengaruhi individu dan bagaimana individu mempengaruhi kelompok. Untuk mengetahui tentang bagaimana besarnya suatu kelompok mempengaruhi dinamikanya, perlu melihat bagaimana sosiolog mendenifisikan istilah kelompok kecil. Dalam suatu kelompok kecil (small group), terdapat anggota yang jumlahnya cukup kecil sehingga setiap orang bisa berinteraksi secara langsung dengan anggota lain. Dengan menulis pada awal tahun 1900-an, sosiolog Georg Simmel (1858-1918) mencatat signifikan besarnya kelompok. Ia menggunakan istilah diad (dyad) bagi kelompok terkecil yang terdiri dari 2 orang. Diad, yang mencakup pernikahan, hubungan cinta, dan persahabatan yang erat, menampilkan dua kualitas yang khas. Diad merupakan kelompok manusia yang paling intens dan intim. Karena hanya melibatkan 2 orang, maka interaksi di fokuskan pada mereka. Kedua, mereka diad menuntut agar kedua anggota berpartisipasi dan memiliki komitmen, maka diad merupakan kelompok sosial yang paling tidak stabil. Jika seorang anggota kehilangan perhatian maka diad akan bubar. Sebaliknya, dalam kelompok yang lebih besar, bahkan bila seorang anggota mengundurkan diri pun, kelompok dapat berlanjut karena keberadaannya tidak tergantung pada seorang anggota tunggal ( Simmel 1950 ). Suatu triad adalah suatu kelompok yang terdiri atas tiga orang. Sebagaimana dicatat Simmel, penambahan orang ketiga mengubah kelompok secara mendasar. Dengan tiga orang, interaksi diantara 2 orang pertama menurun. Ini dapat menciptakan ketegangan. Dengan kemunculan 4
teman baru, misalnya, tidak ada aspek apapun dalam hubungan diantara suatu pertemanan yang tidak tersentuh. Perhatian terfokus pada teman baru dan interaksi antara teman lama berkurang. Meskipun hal ini membawa kesukaran-termasuk timbulnya rasa iri hati teman yang lama karena kurang mendapat perhatian dari teman lamanya. Meskipun dalam triad, intensitas interaksi lebih sedikit, triad secara hakiki lebih kuat dan membawa kestabilan lebih besar pada suatu hubungan. Namun, sebagaimana dicatat Simmel, triad pun secara hakiki tidak stabil. Mereka cenderung membentuk koalisi (coalition)-dimana beberapa anggota kelompok bergabung melawan yang lain. Dalam suatu triad, tidaklah aneh bila dua anggota merasakan ikatan kuat dan saling memilih. Ini mengakibatkan anggota ketiga tersinggung dan tersaing. Suatu ciri lain dari triad ialah bahwa triad sering menghasilkan seorang arbitrator atau penengah, seseorang yang mencoba menyeleseikan perbedaan pendapat diantara kedua anggota yang lain. Prinsip umumnya begini : Ketika suatu kelompok kecil menjadi lebih besar, kelompok tersebut menjadi semakin stabil, tetapi intensitas atau keintimannya berkurang. Sewaktu seorang anggota baru memasuki suatu kelompok, hubungan antar orang jadi berlipatganda. Dalam suatu diad hanya ada 1 hubungan; dalam suatu triad ada 3; dalam suatu kelompok empat orang terdapat 6; dalam suatu kelompok lima orang ada 10. Jika kita besarkan kelompoknya menjadi enam kita mempunyai 15 hubungan, sedangkan suatu kelompok tujuh orang menghasilkan 21 hubungan. Jika kita terus menambah anggota, dalam waktu singkat kita tidak mampu lagi melacak hubungannya; suatu kelompok delapan orang mempunyai 28 kemungkinan hubungan; suatu kelompok sembilan orang memiliki 36 hubungan, dan seterusnya. Bukan hanya jumlah hubungan yang menjadikan kelompok yang lebih besar lebih stabil. Ketika kelompok tumbuh, kelompok tersebut pun cenderung mengembangkan suatu struktur yang lebih formal untuk mencapai tujuannya. Sebagai contoh: pemimpin muncul, dan peran yang 5
lebih terspesialisasi mulai terjadi. Ini sering menghasilkan jabatan seperti presiden, sekretaris, dan bendahara. Struktur ini menyediakan suatu kerangka yang membantu kelompok untuk bertahan dengan berjalannya waktu. John Darley dan Bibb Latane (1968) menjelaskan pengaruh besarnya kelompok pada sikap dan perilaku. Sebuah kejadian saat individu bergabung dengan beberapa orang mahasiswa untuk membahas penyesuaian diri individu pada kehidupan di perguruan tinggi. Beberapa orang peserta diberi tahu bahwa mereka akan mendiskusikan topiknnya dengan seorang mahasiswa saja, orang lain dengan dua orang, orang lain lagi dengan tiga orang dan seterusnya. Darley dan Lantane menemukan bahwa semua mahasiswa yang menyangka bahwa mereka bagian dari suatu diad bergegas untuk menolong. Jika mereka mengira bahwa mereka merupakan bagian dari suatu triad, hanya 80 persen yang pergi menolong-dan mereka lebih lambat meninggalkan bilik mereka. Dalam kelompok enam orang, hanya 60 persen yang pergi untuk melihat masalahnya-dan mereka lebih lambat lagi. Eksperimen ini memperlihatkan seberapa hebatnya pengaruh ukuran kelompok pada sikap dan perilaku kita: besarnya kelompok bahkan berpengaruh pada kesediaan kita untuk saling membantu. Para mahasiswa dalam diad mengetahui bahwa hanya merekalah yang dapat membantu mahasiswa lain. Guru besar telah pergi, dan bila mereka tidak membantu maka tidak ada orang lain lagi. Dalam kelompok yang lebih besar, termasuk triad, mahasiswa merasakan adanya penyebaran tanggung jawab (diffusion of responsibility): memberikan bantuan bukan lagi tanggung jawab mereka tetapi juga tanggung jawab orang lain. Individu mungkin telah menyaksikan secara langsung konsekuensi kedua dari besarnya kelompok. Jika suatu kelompok berukuran kecil, anggotanya bertindak secara informal, tetapi manakala kelompok tumbuh, kelompok kehilangan rasa keintiman dan menjadi lebih formal. Anggota tidak lagi dapat mengasumsi bahwa orang lain adalah “orang dalam” yang bersimpati dengan apa yang mereka katakan. Sekarang mereka harus 6
mempertimbangkan suatu khalayak yang lebih besar, dan sebagai ganti “bercakap-cakap” semata, mereka mulai “berpidato” pada kelompok. Pidato mereka menjadi lebih formal, dan bahasa tubuh mereka pun menjadi kaku. Individu mungkin telah mengamati pula aspek ketiga dari dinamika kelompok. Pada tahap awal suatu pesta, di mana yang hadir hanya beberapa orang, hampir semua orang berbicara dengan semua orang lain. Tetapi manakala orang-orang lain berdatangan, para tamu terpecah menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil. Beberapa orang tuan rumah, yang ingin tamu-tamunya saling berbaur, hanya merepotkan dirinya saja dengan upayanya untuk mencapai apa yang menurutnya merupakan suatu kelompok. Namun pembagian ke dalam kelompok kecil merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, karena hal tersebut mengikuti prinsip dasar sosiologi yang telah kita bahas. Karena tiap penambahan anggota dengan cepat menambah hubungan-hubungan (dalam kasus ini “jalur percakapan”), maka percakapan menjadi semakin sukar. Para tamu berpencar kedalam kelompok kecil dalam mana mereka dapat saling melihat dan dengan nyaman berinteraksi secara langsung satu sama lain. Sebuah kelompok akan dipengaruhi dengan adanya pemimpin. Pemimpin tidak selalu harus memegang posisi formal dalam kelompok. Pemimpin (leader) hanyalah orang yang mempengaruhi perilaku, pendapat, dan sikap orang lain. Bahkan kelompok teman pun mempunyai pemimpin. Siapa yang Menjadi Pemimpin? Apakah pemimpin dilahirkan dengan ciri yang melontarkan diri mereka ke depan suatu kelompok? Tidak ada seorang sosiolog pun yang setuju dengan premis itu. Pada umumnya orang yang menjadi pemimpin dipersepsikan oleh anggota kelompok sebagai orang yang dengan kuat mewakili nilai mereka atau mampu memimpin suatu kelompok keluar dari suatu krisis (Trice dan Beyer 1991). Pemimpin pun cenderung lebih banyak bicara dan menyatakan keteguhan hati serta percaya diri. Temuan ini mungkin tidak mengherankan, karena unsur itu nampaknya berhubungan dengan kepemimpinan. Namun para peneliti telah 7
menemukan pula unsur yang agaknya tidak ada hubungannya dengan kemampuan memimpin. Orang yang lebih tinggi dan mereka yang dinilai berpenampilan lebih baik, misalnya, lebih cenderung menjadi pemimpin (Stodgill 1974; Croesbie 1975). Orang yang lebih tinggi dan lebih menarik pun lebih cenderung berpenghasilan lebih tinggi, tetapi ini kisah lain lagi (Deck 1968; Feldman 1972; Katz 2003). Banyak faktor lain, yang sebagian besarnya bersifat cukup halus, mendasari pilihan pemimpin oleh orang lain. Suatu eksperimen sederhana yang dilaksanakan psikolog sosial Lloyd Howell dan Selwyn Becker (1962) mengungkapkan salah satu faktor. Setelah membentuk kelompok lima orang yang tidak saling mengenal, mereka didudukan dimeja berbentuk empat persegi panjang, tiga orang disatu sisi dan dua orang disisi yang lain. Setelah membahas satu topik selama suatu waktu tertentu, tiap kelompok kemudian memilih seorang pemimpin. Temuannya mengejutkan: meskipun hanya 40 persen diantara orang-orang tersebut yang duduk disisi dua orang, 70 pemimpin muncul dari sisi tersebut. Penjelasannya: individu cenderung lebih berinterkasi dengan orang yang berhadapan dengan individu daripada dengan orang yang disisi individu.
D.
PEMBAHASAN MASALAH
Dalam pembahasan kali ini, dapat dijelaskan bagaimana kelanjutan pokok permasalahan jika diungkapkan kedalam sila keempat. Telah dijelaskan bahwa sebuah kelompok akan berpengaruh besar terhadap individu maupun anggota kelompok. Dalam sila keempat diketahui bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan bersama harus dengan musyawarah mufakat, dengan adanya garis besar tersebut kata musyawarah dan mufakat akan dicontohkan kedalam bentuk keseharian, yaitu dengan adanya kelompok kecil yang di bentuk pada saat acara PPM (Potensi Penggalian Mahasiswa) dengan nama kelompok NVIDIA. Kelompok ini berjumlah kurang lebih duapuluh lima orang, dengan tigabelas anggota sebagai jurusan 8
Teknik Informatika dan duabelas anggota yang lain sebagai jurusan Manajemen Informatika dan Sistem Infomasi. Dalam kelompok NVIDIA dan kelompok yang lain telah disepakati untuk dibagi lagi sesuai jurusan seperti yang dijelaskan diatas. Setiap kelompok memiliki satu pemimpin dan pembimbing, agar dalam kelompok memiliki keseimbangan. Seperti yang ada dalam sila keempat yaitu unsur-unsur: (a) Berpangkal tolak dari faham kebersamaan dan kekeluargaan dalam bentuk gotong royong. (b) Tidak mengenal kemutlakan golongan, kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, kekuasaan karena jumlah. (c) Pemungutan suara adalah jalan terakhir yang ditempuh, hanya dalam keadaan memaksa. (d) Tidak mengenal oposisi, karena mencari kesepakatan bersama, serta mencari apa yang sebaiknya dilaksanakan. Dalam pancasila, sila keempat didasari dan dijiwai oleh sila pertama, sila kedua, sila ketiga dan sila keempat mendasari dan menjiwai sila kelima. Oleh sebab itu kesempurnaan dalam pancasila tidak lepas dari kelima unsur tersebut sehingga dalam pancasila dapat juga disebut sebagai pondasi negara Indonesia. Nilai – nilai dan norma pada masyarakat telah terwakili dengan adanya pancasila dan oleh sebab itu setiap warga negara wajib mematuhi apa yang dituliskan dalam pancasila. Sistem kelompok pada dasarnya adalah menyeimbangkan antara sifat individu dan sifat sosial, yang keduanya merupakan sifat kodrat manusia. Mementingkan salah satu sifat kodrat akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam kehidupan kelompok. Suatu kelompok jika hanya mementingkan sifat individu yang berlebih-lebihan mewujudkan sistem kelompok yang idividualis atau liberalis yang selalu menojolkan hak-hak individu mengabaikan hak bersama, sehingga sering timbul juga hak individu yang dapat menguasai hajat hidup orang banyak. Sebaliknya jika suatu kelompok hanya mementingkan sifat sosial saja mengabaikan sifat individu, mewujudkan sistem kelompok yang kolektif atau komunis, tidak mengakui hak individu, yang ada adalah hak bersama sehingga hak pribadi diabaikan yang secara berlebih-lebihan menonjolkan kelompok dan seolah9
olah menelan individu. Kelompok selalu menyeimbangkan dua sifat kodrat tersebut yang ajarannya terkandung dalam ajaran pancasila, sehingga pancasila merupakan ajaran keseimbangan hidup dalam bermasyarakat/ berkelompok.
10
BAB III PENUTUP E.
KESIMPULAN Dari pernyataan – pernyataan diatas, telah disimpulkan bahwa dalam sila keempat terdapat banyak hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pancasila sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dan berpengaruh pada diri setiap warga negara Indonesia. Tak lupa sila keempat juga mengajarkan bagaimana kita menghargai pendapat seseorang sehingga mendapatkan keputusan akhir yang sudah disepakati secara musyawarah. Oleh sebab itu, semua warga negara RI wajib melaksanakan dan mematuhi pancasila, agar dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial dapat terlaksana dengan baik tanpa melanggar pancasila. Sesuai isi dari pancasila, sila keempat adalah sila yang menuntun untuk bermasyarakat dengan baik dan benar, dengan tujuan memahami segala faham golongan maupun perorangan. Dalam penerapan sila keempat dalam kesimpulan diatas dapat menjadikan pengetahuan baru dan dapat dijadikan sebagai referensi agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
F.
SARAN
11
G.
REFERENSI
Noor MS Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan Penerbit Liberty Yogyakarta, 1997 James M. Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006
12