PENERAPAN PANCASILA PUDAR DALAM KEKERASAN YANG TERJADI DI LINGKUNGAN PELAJAR TINGKAT MENENGAH ATAS KOTA YOGYAKARTA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mutu kuliah Pendidikan Pancasila Oleh: Husen Amin Febriyanto 11.11.5035 Kelompok D S1 Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
PENERAPAN PANCASILA PUDAR DALAM KEKERASAN YANG TERJADI DI LINGKUNGAN PELAJAR TINGKAT MENENGAH ATAS KOTA YOGYAKARTA
Abstrak Kekerasan yang terjadi dilingkungan Pelajar tingkat menengah atas berbentuk tawuran sudah tidak asing lagi terdengar dan sering kali terjadi. Tindakan tersebut terjadi karena kurangnya pengamalan Pancasila Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.Pendidikan Pancasila harus diajarkan pada mereka dengan pemahaman yang sesuai. Kata kunci: Sila Kedua, kekerasan, tawuran, pelajar, penerapan
BAB I Latar Belakang Kekerasan yang terjadi di lingkungan pelajar tingkat menegah atas (SMA) Kota Yogyakarta sudah sangat meresahkan. Tindak kekerasan yang sering terjadi adalah tawuran antar pelajar tersebut, maka dari itu disini saya akan membahas hal tersebut yang masih menyangkut tentang penerapan Pancasila Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Rumusan Masalah Adapun yang dibahas dalam masalah ini 1. Pengertian dan makna Pancasila Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab? 2. Apa saja yang harus diterapkan dari Sila kedua ini oleh para pelajar? 3. Bagaimana seharusnya para pelajar menyikapi Sila Kedua ini di lingkungan sekolah?
BAB II PEMBAHASAN
Belakangan ini kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia semakin banyak tersorot oleh media, entah itu kekerasan yang terjadi antara guru dengan murid atau murid dengan murid. Dan yang akan saya angkat disini adalah kekerasan yang terjadi antar pelajar tingkat atas Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang memiliki julukan Kota Pelajar ini sangat terkenal dunia pendidikannya, mulai dari Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tidak ketinggalan dari Perguruan Tinggi Sekolah Menengah Atas (SMA) pun juga sudah memiliki nama di Indonesia ini. Di tingkat sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta ini sering terdengar adanya kejadian tawuran antar pelajar antar sekolah, dan inilah yang menjadi pokok permasalahannya. Merujuk pada Pancasila Sila Kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, yang didasari dan dijiwai oleh sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Dan Beradab adalah sebagai dasar dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Disini saya mengambil nilai dalam kemasyarakatan, yang tentunya masih berkaitan dengan para pelajar. Jika ditinjau dari kata kemanusiaan yang adil dan beradab, maka ketika terjadi kekerasan atau tawuran antar pelajar, Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini kedudukannya sudah mulai pudar dan bahkan menghilang di antara para pelajar ini. Sebagai salah satu contoh ketika terjadi adanya tawuran maka akan banyak terjadi jatuh korban, tidak hanya menyebabkan luka fisik bahkan sampai menimbulkan kematian, dan mental para pelajar ini sudah sangat tidak layak disebut pelajar, melainkan mental premanisme yang muncul dibenak masyarakat ketika melihat secara langsung kejadian tawuran.
Menurut Fakhur Rahman (2009) dalam studinya yang membahas tawuran antar pelajar SMA Kota Yogyakarta, dengan judul lengkap: Fenomena “Terorisme” Dalam Jagad Pendidikan Indonesia.
STUDI TAWURAN ANTARPELAJAR SMA DI KOTA YOGYAKARTA 1.
MUSUH Pelajar sebuah SMA hanya menyerang pelajar SMA lain yang merupakan
musuhnya. Berikut adalah beberapa cara untuk menentukan sebuah SMA menjadi musuh SMA lain. a.
PENANTANGAN Adakalanya gang sebuah SMA menantang secara jantan gang SMA lain
untuk mengadakan permusuhan. Jikagang SMA yang ditantang tersebut menyanggupi, maka permusuhan dan tawuran dimulai. b. PENGHINAAN DAN PENCORETAN NAMA Setiap gang mempunyai
nama.
Para
pelajar
biasa
menuliskan
nama gang mereka di jalanan dan tembok bangunan. Terkadang tulisan nama tersebut dicoret oleh gang SMA lain. Hal ini dapat menyulut api permusuhan. Selain itu, permusuhan juga dapat terjadi karena pelajar suatu SMA menghina pelajar SMA lain. Hal ini biasa terjadi dalam lomba antarsekolah. Setiap pelajar memiliki rasa kebanggaan dan kecintaan yang berlebihan terhadap almamater sekolah. Tawuran biasanya juga dipicu oleh hal-hal kecil, seperti saling tatap yang berlebihan sehingga mengundang kemarahan oleh pihak pelajar lain. Hal ini terjadi karena tatapan yang berlebihan dianggap sebagai penghinaan. Setelah peristiwa penghinaan dan pencoretan tersebut terjadi, kedua belah pihak bertemu untuk melakukan pembicaraan. Jika perdamaian tidak tercapai, permusuhan dan perkelahian tidak dapat dielakkan. c. PENYERANGAN Terkadang pelajar sebuah SMA menyerang pelajar SMA lain yang bukan musuhnya. Hal ini menyulut amarah teman-teman dari pelajar yang diserang.
Mereka segera menyatakan bahwa SMA yang menyerang tersebut adalah musuh segera melakukan pembalasan.
Hal yang menarik adalah ketika pelajar dari sebuah SMA menginjak jenjang perguruan tinggi, dendam terhadap pelajar SMA lain hilang. Hal ini merupakan kode etik dalam tawuran di Kota Yogyakarta. Tawuran antarpelajar hanya untuk siswa SMA.
2.
PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI Pelajar yang terlibat tawuran bukan berarti pelajar tersebut rela mengorbankan
keselamatannya. Sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Perlindungan diri bukanlah hal sulit bagi mereka karena mereka mampu melengkapi diri dengan berbagai peralatan perlindungan. Beberapa peralatan yang biasa digunakan dalam tawuran adalah sebagai berikut. a.
MOTOR dan HELM STANDARD Tawuran di Kota Yogyakarta dilakukan oleh safety fighters. Para pelajar
menggunakan motor untuk membantu mobilitas mereka. Motor yang cepat dapat membantu dalam pelolosan diri dari kejaran musuh dan polisi. Selain itu, helm standard merupakan peralatan wajib yang harus dipenuhi sebagai sarana perlindungan terhadap kepala dari serangan musuh. b. JAKET DAN PENUTUP MUKA Kedua perlengkapan ini terkadang dibutuhkan bagi pelajar yang tidak menginginkan wajah dan identitas sekolahnya diketahui baik oleh musuh maupun oleh polisi. c.
SENJATA Ketika tawuran berlangsung, pelajar tidak hanya menggunakan tangan
kosong, tetapi juga berbagai senjata baik tajam maupun tidak tajam untuk memaksimalkan penyerangan terhadap musuhnya. Senjata bisa secara khusus disediakan (seperti kayu atau besi pemukul) ataupun didapat dari lingkungan sekitar (seperti batu).
3.
BENTUK TAWURAN Langkah awal perkelahian antarpelajar SMA adalah survei. Beberapa pelajar
suatu SMA meninjau persebaran pelajar SMA lain yang merupakan musuhnya. Ketika melakukan survei,
para
pelajar
tersebut
tidak
mengenakan
seragam
sekolah.
Terkadang survei juga dapat dilakukan oleh pelajar putri. Setelah lokasi para pelajar SMA musuh diketahui, penyerangan dapat dimulai. Para pelajar melakukan penyerangan dengan mengendarai motor. Satu motor wajib dinaiki 2 orang, satu sebagai pengendara/joki dan yang lain sebagai penumpang. Penumpang diperbolehkan turun dari motor dan melakukan penyerangan. Pengendara harus selalu stand by di atas motor. Setelah menaiki motor secara berpasangan, para pelajar membentuk kelompokkelompok penyerangan. Tidak ada aturan pasti mengenai jumlah motor setiap satu kelompok. Dalam perjalanan kelompok mencari musuh, pasangan yang berada di depan disebut leader (penanggung jawab seluruh pergerakan kelompok), sedangkan yang berada di belakang disebut penjaring. Akhir dari perjalanan kelompok-kelompok penyerangan tersebut berbeda-beda. Jenis-jenis penyerangan diuraikan sebagai berikut. a.
PENYERANGAN SKALA KECIL Penyerangan skala kecil (Jawa : klithih) terjadi di jalan raya. Hal ini
dilakukan oleh kelompok penyerangan suatu SMA terhadap kelompok pelajar SMA musuh yang jumlahnya lebih sedikit dan sedang beraktifitas selain tawuran. Pelajar yang boleh diserang oleh pelajar lain hanyalah pelajar putra dari SMA musuh. Pelajar putri tidak boleh diserang. Selain itu, pelajar yang boleh diserang hanya pelajar yang sedang mengendarai motor. b. PERKELAHIAN ANTARKELOMPOK PENYERANGAN Jika dua kelompok penyerangan yang saling bermusuhan bertemu, perkelahian dapat terjadi di jalan raya. Dalam bahasa Jawa, perkelahian ini biasa disebut tempuk. c.
PENYERANGAN SKALA BESAR Teknis penyerangan skala besar (Jawa : nge-drop) adalah sebagian besar
pelajar putra suatu SMA mendatangi kampus SMA musuh untuk melakukan penyerangan terhadap pelajar dan bangunan sekolah.
Dalam hal ini, perkelahian atau penyerangan yang dimaksud adalah melakukan tindak kekerasan terhadap pelajar musuh berupa pemukulan, penendangan, dan atau penusukan menggunakan anggota badan, senjata tidak tajam, dan atau senjata tajam dengan tujuan mencederai, melukai, melumpuhkan, dan atau membunuh pelajar musuh. PENYEBAB TAWURAN Sebagian besar orang menganggap bahwa tawuran merupakan bentuk pelampiasan atas kondisi keluarga yang tidak harmonis dan fasilitas sekolah yang tidak memadai. Hal tersebut tidak benar. Sebagian besar sekolah yang siswanya terlibat tawuran memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai. Selain itu, para pelajar yang terlibat tawuran berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Berdasarkan pengamatan, penyebab utama tawuran antarpelajar adalah adanya dendam warisan dan kaderisasi tawuran oleh kakak kelas yang akan dibahas dalam uraian berikut. 1. DENDAM WARISAN Pelajar-pelajar dari sebuah SMA yang terlibat tawuran biasanya tergabung dalam sebuah komunitas yang biasa disebut gang. Masing-masing gang SMA memiliki nama. Komunitas tersebut sering nongkrong atau melakukan aktivitas lain yang tidak bermanfaat dan tidak berhubungan dengan kegiatan belajar. Kegiatan tersebut biasa dilakukan di lingkungan sekolah sebagai upaya mempertahankan sekolah dari serangan SMA lain. Di beberapa SMA, keanggotaan bersifat paksaan. Setelah masuk sekolah, siswa SMA baru (kelas X SMA) langsung diajak dan dipaksa kakak kelas mereka (umumnya kelas XI SMA) untuk masuk ke dalam komunitas tawuran. Pemaksaan dapat terjadi sepulang sekolah atau selama kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan kakak kelas berlangsung. Di beberapa SMA lain, keanggotaan bersifat sukarela. Siswa baru ingin meneruskan jejak kakak kelas mereka yang sering tawuran karena tawuran memang sudah menjadi tradisi. Kesukarelaan ini dapat terjadi karena siswa baru tersebut berasal
dari SMP yang juga sering tawuran. Selain itu, setelah lulus SMP, siswa baru tersebut sengaja mendaftar di SMA yang sering tawuran karena dia ingin mengikuti tawuran. Komunitas ini mulai menanamkan prinsip solidaritas dan dendam terhadap para pelajar dari beberapa SMA lain. Siswa baru diberitahu mengenai SMA-SMA musuh. Jika salah satu anggota komunitas diserang pelajar SMA lain, anggota lain harus membalas sebagai wujud rasa solidaritas. Proses ini merupakan proses awal dan vital bagi para pelajar SMA sebelum memasuki dunia tawuran. Jika proses ini dihambat, tawuran dapat dicegah.
2. KADERISASI TAWURAN Setelah rasa solidaritas menguat dan dendam warisan membara, proses lanjutan dalam dunia tawuran dimulai. Proses ini diperuntukkan bagi siswa baru dengan bimbingan kakak kelas. Secara intern dan intensif, siswa baru mulai dilatih berkelahi dengan lawan tanding teman atau kakak kelas. Siswa baru juga dikenalkan kepada teknik, taktik, dan strategi tawuran. Setelah mantap, siswa baru turun ke jalan raya untuk melakukan tawuran dengan menyerang pelajar SMA lain. Debut tawuran bagi siswa baru ini masih dibimbing dan dikomandoi kakak kelas. Setelah proses ini sukses, para siswa baru sudah mulai diijinkan oleh kakak kelas untuk melakukan penyerangan sendiri. Kakak kelas selalu men-support tawuran tersebut. Mereka memanas-manasi adik kelas supaya menyerang pelajar SMA lain yang merupakan musuh.
DAMPAK TAWURAN Terjadinya tawuran ini tidak hanya merugikan mereka yang terlibat dalam tawuran tersebut, tetapi juga merugikan masyarakat sekitarnya seperti para pejalan kaki, pengendara sepeda motor, pedagang kaki lima, pekerja toko, dan masyarakat setempat. Menurut Raymond Tambunan, S.Psi., dampak negatif dari perkelahian pelajar adalah sebagai berikut. 1.
Pelajar yang terlibat perkelahian dapat mengalami cedera atau bahkan tewas.
2.
Rusaknya fasilitas umum (seperti bus, halte) serta fasilitas pribadi (seperti kaca toko, kendaraan).
3.
Terganggunya proses belajar di sekolah.
4.
Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian, dan nilai-nilai hidup. Para pelajar belajar bahwa kekerasan adalah yang paling efektif untuk memecahkan masalah. Dampak terakhir adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik karena hal
tersebut
memiliki
konsekuensi
jangka
panjang
terhadap
kelangsungan
hidup
bermasyarakat di Indonesia. Selain itu, orientasi pelajar berangkat ke sekolah berubah. Pelajar tidak lagi berangkat sekolah untuk menuntut ilmu. Pelajar berangkat sambil membawa senjata untuk tawuran, masuk kelas namun tidak mengikuti pelajaran, dan hanya menunggu bel pulang berbunyi untuk segera tawuran. SOLUSI ALTERNATIF PENCEGAHAN TAWURAN Sekolah-sekolah yang siswanya terlibat tawuran telah mengadakan seminar dan pelatihan sebagai bentuk pendekatan moral berupa penanaman nilai-nilai positif kepada para siswa untuk mencegah tawuran. Akan tetapi, upaya pencegahan tawuran berupa pendekatan moral tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Sekolah perlu melakukan tindakan fisik secara nyata. Beberapa SMA mencoba menghentikan tawuran dengan cara mengeluarkan, memindahkan, atau memberlakukan aturan naik kelas bersyarat (bisa naik kelas jika pindah sekolah) terhadap siswa-siswa pemrakarsa tawuran. Namun, hal ini tidak efektif
karena siswa yang dikeluarkan atau dipindahkan tersebut masih sering berkumpul dengan anggota gang SMA asalnya. Siswa tersebut tetap menjadi motivator, peserta, dan pembantu dalam tawuran.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, tulisan ini mencoba memberikan solusi alternatif lain untuk menghentikan tawuran yang diuraikan sebagai berikut .
1.
PENYAMARAN IDENTITAS SEKOLAH Pemerintah setempat melalui Dinas Pendidikan dan seluruh kepala sekolah perlu
melakukan tindakan nyata dengan menghapus pemakaian seragam sekolah yang dapat menunjukkan identitas atau asal sekolah dari pelajar yang memakainya. Pemerintah dapat membuat peraturan yang memuat ketentuan seragam putih – abu-abu untuk SMA dan SMK, putih – biru untuk SMP, serta putih – merah untuk SD tetap dikenakan pada hari biasa, tetapi badge identitas sekolah yang dijahit di lengan baju diganti badge yang tidak menunjukkan asal sekolah pemakai, contohnya badge dapat bertuliskan „Pelajar Kota Yogyakarta‟, bagi pelajar di Yogyakarta. Selain itu, sekolah yang memiliki seragam khas sekolah dapat menggantinya dengan pakaian khas daerah, seperti pakaian batik bercorak Yogyakarta, bagi pelajar di Yogyakarta. Selain mengurangi tawuran, ketentuan tersebut bertujuan melestarikan pakaian khas daerah sebagai salah satu kekayaan daerah tersebut. Alasan lain penggantian seragam khas sekolah ini adalah agar pelajar yang tidak ikut tawuran tidak diserang di jalan hanya karena pelajar tersebut memakai seragam khas sekolahnya.
2.
PENGURANGAN WAKTU TATAP MUKA DENGAN KAKAK KELAS Pemaksaan yang dilakukan kakak kelas terhadap siswa baru untuk bergabung ke
dalam komunitas tawuran dilakukan selama kegiatan ekstrakurikuler berlangsung. Hal ini dapat dicegah dengan cara memisah senior dan junior dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sebagai ganti, siswa baru dapat dibimbing oleh orang yang lebih ahli. Selain itu, kegiatan lain yang mengharuskan senior dan junior bertatap muka, seperti kepengurusan OSIS dan kepanitiaan suatu event, pertemuan dapat dilakukan di bawah pengawasan guru pembimbing.
3.
PENGEMBANGAN KELOMPOK KEAGAMAAN SEKOLAH Di beberapa SMA, keanggotaan komunitas tawuran bersifat paksaan. Para siswa
yang lolos dari paksaan kakak kelas tersebut biasanya melarikan diri ke kelompok keagamaan. Di beberapa SMA, dari tahun ke tahun, keanggotaan kelompok keagamaan sudah berubah, dari pelarian menjadi perekrutan dan kesukarelaan. Jumlah anggotanya juga semakin banyak karena pelajar berpikiran bahwa kelompok ini memiliki kegiatan yang lebih bermanfaat. Sekolah dapat memanfaatkan keberadaan kelompok ini untuk mencegah siswanya terjun dalam dunia tawuran. Tenaga para pelajar yang agak berlebih dapat tersalurkan melalui kegiatan sosial dan keagamaan.
4.
PEMBENTUKAN SEKOLAH KHUSUS WANITA Jika ketiga cara di atas belum dapat menanggulangi tawuran pelajar, SMA yang
bersangkutan dan Dinas Pendidikan setempat bisa mengambil suatu kebijakan. Kebijakan itu adalah SMA tersebut hanya menerima siswa putri minimal selama 3 tahun ajaran. Jika tidak dapat diatasi pada taraf dini melalui keluarga, lingkungan, pendidikan, agama, dan agen-agen sosial lain, hal ini akan menjadi masalah sosial yang akut, berdampak luas, dan sukar dihentikan. Tawuran antarpelajar akan membuat kota menjadi menyeramkan, setiap warga tidak merasa aman, serta remaja sebagai generasi muda penerus bangsa menjadi bobrok. Generasi muda yang tidak berkualitas seperti ini akan menambah beban pemerintah karena dapat menimbulkan pengangguran dan kekerasan di masyarakat. Upaya penghentian tawuran antarpelajar harus dimulai dari pelajar itu sendiri. Seorang pelajar harus pandai membentengi diri dari pengaruh buruk lingkungan serta harus mampu mengembangkan potensi diri untuk melakukan hal yang bermanfaat. Untuk itu, nilai-nilai positif juga perlu ditanamkan sejak dini melalui keluarga. Sekolah harus mendukung segala bentuk kreativitas pelajar agar tenaga berlebih para pelajar tidak tersalurkan ke hal negatif. Selain itu, sekolah juga perlu mengadakan seminar dan pelatihan sebagai bentuk pendekatan moral berupa penanaman nilai-nilai positif kepada para siswa untuk mencegah tawuran. Jika upaya pencegahan tawuran berupa pendekatan moral tidak menunjukkan hasil yang signifikan, sekolah harus berani
melaksanakan solusi penghentian tawuran yang ditawarkan di atas sebagai tindakan fisik secara nyata untuk menghentikan tawuran. Tawuran Pelajar Resahkan Warga
Sleman, Kedaulatan Rakyat Tawuran pelajar yang melibatkan dua SMA negeri di Sleman terjadi di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, D.I. Yogyakarta pada hari Kamis (11/12/2008) pukul 15.00. Seorang pelajar mengalami luka bocor setelah terkena lemparan batu, sedangkan tiga pelajar lainnya diperiksa polisi. Menurut Kapolsek Ngemplak, AKP Yudi Kusyadi, sejauh ini pihaknya belum melakukan penahanan. Beliau juga mengungkapkan bahwa aksi tawuran itu dilatarbelakangi oleh permasalahan kedua sekolah yang sudah terjadi sejak lama. Sementara itu, warga di sekitar lokasi kejadian merasa resah dengan tawuran pelajar tersebut. “Sebenarnya sekolah mereka jauh dari sini, tapi mereka saling serang dan meresahkan kami,” ungkap seorang warga. Puluhan siswa SMA itu diduga saling menyerang dengan batu dan kayu. Awalnya, salah satu kelompok siswa berkumpul di daerah Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman. Mereka kemudian meminta kelompok lain untuk datang ke Wedomartani. Setelah bertemu sekitar pukul 15.00, mereka langsung saling serang dengan kayu dan batu. Petugas Polsek Ngemplak yang menerima laporan langsung mendatangi lokasi kejadian. Saat polisi datang, puluhan pelajar SMA tersebut berhamburan lari menyelamatkan diri (Sumber: Harian Kedaulatan Rakyat)
Petikan berita dari harian Kedaulatan Rakyat di atas hanya salah satu dari ratusan kasus tawuran antarpelajar di Kota Pelajar yang akhir-akhir ini kerapkali muncul akibat persoalan sepele. Dalam skala nasional, kuantitas tawuran sangat banyak. Terjadinya tawuran ini tidak hanya merugikan mereka yang terlibat tawuran, tetapi juga kalangan umum seperti pejalan kaki, pengendara sepeda motor, pedagang kaki lima, pekerja toko, dan warga setempat.
Dan tawuran yang terjadi antar pelajar ini, selain sudah sangat menyimpang dari Pancasila Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, juga tidak sesuai ajaran agama seperti dalam Firman Allah SWT, dalam hadits Qudsi, “Wahai manusia, Aku telah mengharamkan kezaliman berlaku atas diriku, maka janganlah kalian saling berbuat zalim.” (HR. Muslim)
Sesuai dengan arti dan makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, bahwa manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Yang artinya adalah setiap manusia sama kedudukanya dimata hukum. Dan jika dilihat dari ulasan diatas bahwa tawuran sudah termasuk merupakan tindak kriminal bahkan bisa disebut sebagai tindakan terorisme yang terjadi di kalangan pelajar. Kenapa tawuran antar pelajar ini bisa saya sebut sebagai tindakan terorisme, karena seperti yang sudah dijabarkan diatas, tawuran antar pelajar ini bisa berbentuk seperti meneror suatu sekolah dengan merusak fasilitas sekolah, atau menghadang salah satu siswa sekolah musuh dan melakukan tindak kekerasan pada siswa yang dihadang tersebut. Tindakan seperti ini jelas menyalahi hukum yang ada dinegara ini, meskipun status mereka masih pelajar tetapi tetap saja mereka harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, karena akan sesuai juga dengan Sila yang sedang saya bahas ini. Maka dengan mereka mendapat hukuman, itu sudah salah satu penerapan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab karena setiap manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum.
Pengertian dan makna Pancasila Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Makna sila ini adalah: 1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormatmenghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yakni makhluk ciptaAN Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki potensi, pikir, rasa, karsa dan cipta. Karena potensi ini manusia mempunyai, menempati kedudukan dan martabat yang tinggi. Kata adil mengandung makna bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang. Kata beradab berasal dari kata adab, artinya budaya. Jadi adab mengandung arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan / moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungannya
dengan
norma-norma
dan
kebudayaan
umumnya.
Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal. Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Hal ini selaran dengan : a.pembukaan UUD 1945 alinea pertama b.Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945
Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi. Sila KemanusiaanYang Adil Dan Beradab didasari dan dijiwai oleh Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dan mendasari ketiga sila berikutnya, karena Pancasila itu saling berkaitan. Yang dimaksud Kemanusiaan Yanhg Adil Dan Beradab adalah sebagai dasar dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Kehidupan kenegaraan adalah ketika menyagkut suatu tatanan Negara dan bersifat hukum, seperti contohnya ketika ada Pemilu kita sebagai warga Negara yang baik menggunakan hak kita untuk memiulih. Kehidupan kebangsaan lebih mnyangkut kea rah nasionalisme, seperti contoh kita mencintai dan memakai produk ciptaan dalam negeri. Kehidupan kemasyarakatan adalah ketika kita hidup dilingkungan masyarakat, bagaimana kita bias bermasyarakt dengan baik dan tercipta kehidupan kemasyarakatn yang madani. Untuk keseluruhan dari sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah ketika terjadinya keseimbangan dalam kehidupan yang berpedoman pada Pancasila, Aku untuk Aku, Aku untuk Kamu, Aku untuk Alam, dan Aku untuk Tuhan.
Apa saja yang harus diterapkan dari Sila kedua ini oleh para pelajar
Yang harus diterapkan dari Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ini adalah: 1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama pelajar di lingkungan sekolahnya. 2. Menghilangkan permusuhan antar sesama pelajar. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa antar sesama pelajar. 4. Saling menghormati antar sesama pelajar dan tidak mencari masalah terhadap antar sekolah. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Melakukan kegiatan yang dapat mempererat persaudaraan antar sekolah.
Apabila semua tindakan yang tertulis diatas sudah bisa diterapkan oleh para pelajar, maka menurut saya tindak kekerasan seperti contohnya tawuran akan bisa dengan secepatnya ditekan agar tidak terjadi lagi kekerasan yang terjadi antar pelajar. Para pelajar harus bisa memahami dan melaksnakan yang dinamakan persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama pelajar. Karena jika mereka sudah bisa menerapkannya, maka akan terlaksana kegiatan belajar yang sesuai dengan Sila kedua ini. Dan mereka harus bisa menghilangkan permusuhan yang terjadi di waktu sebelumnya, mereka harus bisa melupakan dendam-dendam lama yang sebenarnya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka yang ada diwaktu selanjutnya. Sikap tenggang rasa sangat penting bagi para pelajar, dengan mereka mengembangkan sikap tenggang rasa, maka mereka dapat saling menghormati antar sesama pelajar. Jika antar pelajar sudah dapat saling menghormati, mereka pun tidak akan mencari masalah dengan sekolah lain yanhg dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sangat penting diajarkan bagi mereka, bahkan jika mereka sudah diajarkan nilai kemanusiaan sejak kecil, mereka akan dapat mengerti apa itu yang disebut dengan nilai kemanusiaan sendiri.
Melakukan kegiatan yang dapat mempererat persaudaraan antar sekolah seperti contoh diadakanya lomba-lomba kegiatan olahraga, seni, dan edukasi. Hal ini dapat menjalin persaudaraan tiap sekolah. Keenam poin tersebut diatas setidaknya cukup mudah untuk dilaksanakan oleh para pelajar ini, dan pendidikan Pancasila sangatlah penting untuk diajarkan kepada mereka, agar mereka dapat memahami dan mengamalkan isi Pancasila. Dengan adanya pendidikan Pancasila ini dan bisa diamalkan di kehidupan seharihari, maka akan tercipta kehidupan yang sesuai dengan dasar Negara Indonesia, dan Negara Indonesia ini akan bisa berkehidupan yang lebih baik lagi.
Bagaimana seharusnya para pelajar menyikapi Sila Kedua ini di lingkungan sekolah Pelajaran Pancasila semestinya sudah diajarkan kepada para pelajar ini, oleh karena itu seharusnya mereka sudah mengerti arti dan makna dari sila-sila Pancasila, terutama Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang sedang saya bahas ini. Dimana arti dan makna dari Sila ini adalah manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya yang berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dijunjung tinggi, jadi para pelajar ini tidak merasa takut dengan adanya terror tawuran yang sangat meresahkan. Beradab yang mengandung arti arti berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan / moral. Ketika terjadi tawuran maka moral para pelajar ini sudah tertinggal bahkan hilang. Jika mereka sudah mengerti arti dan makna dari Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Berdab, seharusnya mereka dapat menyikapinya dengan bijak dan akan merasa sangat bersalah bahkan melanggar hukum ataupun sudah meninggalkan moral dan mengabaikan Pancasila ketika mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama. Jadi dengan mereka dapat menyikapi Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, maka kekerasan yang terjadi diantara pelajar ini akan berkurang bahkan hilang dan tidak akan ada lagi tindak kekerasan antar pelajar ini.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Tindak kekerasan antar pelajar masih banyak terjadi di dunia pendidikan Negara ini, terutama adalah tindak kekerasan yang berbentuk kekerasan. Pemahaman dan pengamalan Pancasila masih sangat sulit untuk terrealisasikan oleh para pelajar ini. Pendidikan Pancasila harus lebih ditingkatkan pengajarannya terutama di tingkat Sekolah Menengah Atas yang banyak sekali penyimpangan-penyimpangan terjadi disana terutama dalam hal kekerasan yang sangat menyimpang dari Pancasila Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
REFERENSI Rahman Fatkhur, 2009, Tawuran Antarpelajar: Fenomena “Terorisme” Dalam Jagad
Pendidikan Indonesia.