e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SDN 2 BATUAJI Md. Puspa Astarini1, Ni Wyn. Rati2, I Kt. Dibia3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected] 2,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa SDN 2 kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di Desa Batuaji Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction berbantuan media peta konsep. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Batuaji, Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 10 orang. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Data hasil belajar dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction berbantuan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 2 Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan analisis data yang telah dilakukan menunjukkan persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 14,40 dengan persentase rata-rata 72% (kriteria cukup). Pada siklus II, rata-rata hasil belajar IPA meningkat menjadi 17% dengan persentase rata-rata 85% (kriteria tinggi), dengan demikian tingkat hasil belajar siswa dari siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 13%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran team accelerated instruction berbantuan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN 2 Batuaji tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: hasil belajar, media peta konsep, model TAI Abstract This study aims to find an increase in learning outcomes IPA by applying the learning model of media-assisted team accelerated instruction concept mapping on fifth grade students in the academic year 2015/2016 in SDN 2 Batuaji, Kerambitan, Tabanan. This type of research is classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of stages planning, action, observation and evaluation, and reflection. The subjects were fifth grade students at SDN 2 Batuaji academic year 2015/2016 of 10 people. The object of this study was the increase in learning outcomes IPA. Data collection the learning outcomes carried out by the test methods. Data were analyzed with descriptive statistical analysis methods. The results showed that there was an increase percentage activity of learning and learning outcomes IPA on fifth grade students at SDN 2 Batuaji. In the first cycle, the average percentage of learning outcomes obtained by 72% IPA (medium). In the second cycle the average percentage of IPA learning outcomes obtained by 85% (high). Quality IPA learning outcome in the first cycle and the second cycle of 13%. Based on the results it can
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
be concluded that the application learning model of media-assisted team accelerated instruction cincept mapping can increase the learning outcomes IPA on fourth grade SDN 2 Batuaji academic year 2015/2016. Key word: team accelerated instructin, media concept mapping, learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia masih saja menjadi suatu permasalahan. Menurut data dari Human Development Report tahun 2013 yang disampaikan oleh United Nations Development Programme’s (UNDP) bahwa posisi Human Development Index (HDI) Indonesia berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2012 peringkatnya jauh di bawah dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Singapura berada pada peringkat 18, selanjutnya disusul Brunai Darussalam pada peringkat 30, Malaysia pada peringkat 64, Thailand peringkat 103, Filipina peringkat 114 dan Indonesia berada pada peringkat 121. Pada tahun 2014, Indonesia berhasil memperbaiki perigkat HDI menjadi rangking 108. Akan tetapi, Indonesia tetap saja ketinggalan jauh dengan negaranegara ASEAN lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa memang pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal (UNDP, 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Proses belajar mengajar hendaknya berpusat pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Guru sebagai salah satu komponen utama yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai model dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, perhatian dan motivasi siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mencapai kompetensi secara
penuh, utuh dan kontekstual (Trihanifa, 2013). Model pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan proses pemmbelajaran. Dengan demikian hasil belajar siswa akan dapat ditingkatkan pada berbagai mata pelajaran (Rusman, 2010). Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, permasalahan tersebut juga terjadi di SDN 2 Batuaji. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai rata-rata hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. Berdasarkan pencatatan dokumen yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2015 nilai rata-rata IPA untuk ulangan harian pertama yaitu 62 dan nilai ujian tengah semester yaitu 63,5. Angka ini belum memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA, yaitu 64. Dari ulangan harian pertama nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55, sedangkan nilai tertinggi adalah 75. Siswa yang mendapat nilai 64 ke atas sebanyak 4 orang, sedangkan 6 sisanya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Jika dipersentasekan, hanya 37% siswa yang memenuhi standar. Jadi, hasil belajar IPA siswa dapat dikatakan masih rendah. Beberapa faktor penyebab fenomena di atas adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran di kelas masih didominasi dengan ceramah. Kedua, siswa jarang bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. Ketiga, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran. Keempat karateristik siswa yang beragam, dimana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran tidak sama. Penyebab lainnya adalah ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 penjelasan dari guru, bahkan cenderung lebih menikmati mengobrol dengan teman mereka. Selain itu, beberapa siswa mengatakan bahwa pelajaran IPA adalah pelajaran yang sulit sehingga partisipasi dari siswa kurang. Jika permasalahan tersebut dibiarkan maka diduga berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa kelas V, sehingga perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun sesama siswa dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pandangan di atas, permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru bisa menciptakan proses pembelajaran yang menanamkan konsep materi dengan baik dan menggugah keaktifan siswa serta mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh di dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga dapat memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa sehingga mereka berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI). Dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang memiliki kemampuan heterogen atau berbeda dengan tingkat kecepatannya menerima pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan. Siswa memasuki rangkaian tanggung jawab individu untuk tujuan akhir dan kemudian maju dengan kemampuan sendiri. Teman sekelompok saling memeriksa dan mengoreksi pekerjaan mereka dan membantu yang lain jika mengalami kesulitan (Huda,2015). Sama seperti model pembelajaran yang lain. Model Pembelaran TAI juga
memilik sintaks. Sintaks model pembelajaran TAI menurut Slavin (2010) terdiri dari tiga fase yaitu fase pendahuluan, fase pelaksanaan, dan fase penutup. Fase pendahuluan terdiri dari placement test dan teams. Dalam fase tersebut kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah memberikan pre-test kepada siswa dan membentuk kelompok belajar berdasrakan hasil pre-test siswa. Fase yang kedua adalah fase pelaksanaan yang terdiri dari student creative dan team study. Pada fase ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah mempelajari materi pembelajaran secara mendalam oleh masing-masing siswa. Fase ketiga adalah fase penutup yang terdiri dari team score and recognition, teaching group, dan fact test. Pada fase ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah memberikan skor masing-masing kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik, memberikan penjelasan terkait dengan materi yang telah dipelajari siswa, mengadakan post-test. Slavin (2010:195) juga mengemukan bahwa komponen-komponen dalam model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) adalah sebagai berikut. (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik. (2) Placement Test, yaitu pemberian pre-tes kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta didik pada bidang tertentu. (3) Student Creative, mendalami materi yang akan dipelajari secara individu. (4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkan. (5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dalam pembelajaran dan memperoleh skor tertinggi. (6) Teaching Group, yakni pemberan penjelasan oleh guru tentang materi yang telah didiskusikan. (7) Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pembelajaran Kooperatif TAI, juga memiliki keunggulan di dalam proses pembelajaran antara lain memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri kemampuannya, semua siswa mendapat kesempatan yang merata untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (Huda,2015). Model pembelajaran TAI ini dapat dipadukan dengan berbantuan media peta konsep. Melalui media peta konsep ini dapat mengajak siswa untuk menggali potensi diri. Keseluruhan konsep dalam materi tersebut dapat dirangkum menjadi sebuah peta yang memebantu siswa mengingat dan memahami keseluruhan materi pembelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini maka siswa dapat mengasah kemampuan kognitifnya juga dapat mendapatkan pengalaman langsung, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa (Yerniwati, 2011). Menurut Trianto (2010:157), “peta konsep menyediakan bantuan visual konkret umtuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari”. Selanjutnya Bemawy Munthe (2009:16-17) menyatakan, salah satu perangkat pengorganisasian bahan ajar disebut dengan Concept Map atau peta konsep. Dalam konteks pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar untuk satu semester tertentu, Concept Map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun peran guru dalam merencanakan bahan ajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa media peta konsep merupakan media yang memudahkan siswa untuk memahami suatu materi, sementara bagi guru pembelajaran melalui media peta konsep dapat memudahkan guru untuk menerangkan atau menjelaskan materi kepada siswa. Peta konsep merupakan media yang memudahkan siswa untuk memahami suatu materi, sementara bagi guru pembelajaran melalui media peta konsep bisa memudahkan guru untuk menerangkan atau menjelaskan materi kepada siswa. Media peta konsep mudah digunakan untuk siswa karena media peta konsep berisi konsep-konsep atau pokok-pokok materi sehingga memudahkan siswa untuk
mengingat, menghafal, dan memudahkan siswa untuk membuat catatan. Sedangkan media peta konsep mudah digunakan untuk guru karena dengan media peta konsep guru mudah untuk menjelaskan materi kepada siswa secara jelas dan singkat. Adapun langkah-langkah membuat peta konsep menurut Arends (dalam Trianto, 2010) yaitu, mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep, mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama, menempatkan ideide utama di tengah atau di puncak peta konsep, mengelompokkan ide-ide sekunder sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. Dalam model pembelajaran TAI ini, media peta konsep digunakan di awal pembelajaran. Peta konsep di tempel di depan kelas, kemudian siswa menjelaskan peta konsep tersebut. Selanjutnya siswa mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari guru mengenai materi yang terdapat dalam peta konsep. Pembelajaran dilanjutkan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran TAI. Penerapan model pembelajaran team accelerated instruction berbantuan media peta konsep akan mampu membuat siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa dapat lebih memahami pengetahuan yang mereka peroleh baik dari guru dan teman sebayanya dengan mencatat pengetahuan tersebut ke dalam bentuk peta konsep, sehingga pemahaman siswa tentang apa yang dipelajari lebih lama bisa diingat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model dan media ini dalam pembelajaran, selain siswa diharapkan dapat memahami dan mengingat materi yang diperoleh, siswa juga dituntut aktif mencari pasangan untuk bertukar informasi yang telah diperoleh. Oleh karena itu, dengan diterapkannya model dan media pembelajaran ini di kelas diharapkan dapat meningkatakan hasil belajar siswa. Model pembelajaran TAI berbantuan media peta konsep cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA karena mata pelajaran ini menganut konsep-konsep yang harus 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dimengerti. Konsep-konsep tersebut dirangkum dalam media peta konsep sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang dipelajari. Penerapan model TAI juga dapat memudahkan siswa dalam belajar karena dalam penerapan model ini siswa dapat saling membantu dalam anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok memiliki tugas yang setara karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu teman yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Penerapan model Team Accelerated Instrcution (TAI) ini lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil kepada setiap anggota kelompok. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan berupa penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) Berbantuan Media Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa SDN 2 Kelas V Semester 2 Desa Batuaji Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SDN 2 kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di Desa Batuaji Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) berbantuan media peta konsep.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Batuaji semester genap tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 10 siswa, yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Kelas V dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki hasil belajar IPA yang masih rendah. Hal ini terjadi karena di kelas tersebut terungkap permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan pada bagian latar belakang. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran team accelerated instruction berbantuan media peta konsep. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang tiap siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama hingga kedua untuk pembahasan materi, sedangkan pertemuan keempat untuk pemberian tes evaluasi. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi dan refleksi. Tahap tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut. (1) Pada tahapan ini dilakukan penyusunan rencana penelitian tindakan kelas yang meliputi penyusunan perangkat pembelajaran, penyusunan prta konsep dan penyusunan tes hasil belajar. (2) Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan, dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun pada tahap perencanaan. RPP yang dilaksanakan menerapkan model pembelajaran TAI berbantuan media peta konsep pada mata pelajaran IPA. Tindakan yang dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun. (3) Pada tahap ini dilakukan observasi untuk mengethaui hasil belajar IPA, yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan berdasarkan pedoman observasi yang telah dibuat. Sedangkan evaluasi belajar IPA, dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan kelas berakhir, dengan memberikan tes tertulis. Tes hasil belajar disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. (4) Refleksi ini dilakukan untuk mengingat dan merenungkan kembali hasil tindakan pada siklus I tentang hasil belajar IPA. Hasil renungan dan kajian ini menjadi acuan untuk ditetapkan beberapa alternatif
METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dipilih dalam penelitian ini untuk memperbaiki masalah-masalah yang ditemui di kelas V SDN 2 Batuaji yaitu untuk meningkatkan hasil belajar IPA. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 tindakan baru yang diduga lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru dalam tindakan penelitian kelas siklus II. Empat tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut.
2. Tahap tindakan 3. Tahap evaluasi/observasi 4. Tahap refleksi Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa aspek kognitif. Tes dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kisi-kisi tes. Tes yang digunakan berjumlah 20 butir soal pilihan ganda dengan empat pilihan (options), yaitu a, b, c, dan d. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif. Metode analisis data hasil belajar IPA yang digunakan adalah nilai,rata-rata, dan persentase rata-rata. Untuk mengetahui tingkat pencapain aktivitas dan hasil belajar digunakan pedoman konvensi PAP skala lia pada Tabel 1 berikut.
Gambar 1. Model PTK dalam Dua Siklus (Agung, 2011:148) Keterangan: 1. Tahap perencanaan
Tabel 1. Kriteri PAP Skala Lima tentang Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Persentase (%) Kriteria 90 – 100 Sangat Baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup Baik 55 – 64 Kurang 0 – 54 Sangat Kurang Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa mencapai 80-89% dengan kategori baik dan mencapai nilai rata-rata
sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 64. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila 75% siswa mendapatkan nilai di atas KKM yang telah ditentukan. Hasil Penelitian Siklus I
HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pelaksanaan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Batuaji pada siklus I adalah 14,44. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I adalah 72%. Selanjutnya, dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I berada pada rentangan 65 ≥ M < 79 dengan kriteria sedang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi serta evaluasi yang telah dilaksanakan, penerapan model pembelajaran team accelerated instruction berbantuan media peta konsep dalam pembelajaran IPA pada siklus I belum dikatakan sepenuhnya berhasil. Walaupun telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa, namun peningkatan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. 6
Setelah selesai tindakan siklus I, peneliti mengadakan refleksi dengan mengkaji hasil, hal-hal yang memperlancar dan kendala-kendala yang dihadapi. Hal-hal yang memperlancar dalam pelaksanaan tindakan adalah siswa merasa senang dan lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, siswa berani bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru, media peta konsep yang digunakan guru untuk menjelaskan materi yang dipelajari memudahkan siswa saat belajar, siswa memiliki kesempatan yang sama untuk saling memberi dan menerima informasi. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut. (1) Beberapa siswa masih belum konsentrasi penuh dengan cara pembelajaran yang beru. (2) Pelaksanaan pembelajaran secara berkelompok belum berjalan lancar karena siswa belum terbiasa bekerjasama dalam kelompok. (3) Kerjasama dalam kelompok belum maksimal terfokus pada tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat ketika siswa saling menunjuk temannya dalam menyelesaikan tugas. (4) Kepercayaan diri siswa belum maksimal dalam menyampaikan pendapat saat melakukan konfirmasi di depan kelas. Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru menjelaskan kembali kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran team accelerated instruction berbantuan media peta konsep sehingga siswa menjadi paham tentang kegiatan yang harus mereka lakukan dan menjadi leebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. (2) Guru mendampingi siswa dalam mengerjakan tugas kelompok serta memberikan bimbingan bagi anggota kelompok yang mengalami kesulitan. (3) Guru mengarahkan kelompok untuk mengerjakan tugas bersama-sama. Memberikan pengarahan bahwa setiap individu mendapatkan tugas menyampaikan hasil diskusi secara acak, sehingga mereka tidak saling menunjuk temannya dalam menelesaikan tugas. (4) Guru memberikan pujian kepada siswa yang mau menyampaikan pendapat. Memberikan
reward berupa tambahan nilai kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar atau mampu menyampaikan pendapatnya dengan baik. Refleksi yang telah dilaksanakan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada siklus II. Sehingga diharapkan akan mampu memeperbaiki proses pembelajaran pada siklus I dan mampu mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I, maka tindakan pada siklus II mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan perubahan-perubahan tidakan yang dilaksanakan pada siklus II, Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 17. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus II adalah 85%. Selanjutnya, dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus II berada pada rentangan 80 ≥ M < 89 dengan kategori tinggi. Peningkatan keberhasilan hasil belajar IPA pada siklus I dengan siklus II adalah 13%. Tindakan yang diberikan berhasil, karena peningkatan hasil belajar mencapai predikat tinggi. Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan siklus II, adapun temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. (1) Secara umum, proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang direncanakan sehingga keaktifan belajar dan hasil belajar dapat meningkat. (2) Siswa tidak lagi membedabedakan teman dalam memilih kelompok. (3) Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa mulai lebih berani serta lebih percaya diri baik dalam mengemukakan ide, bertanya serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, dan (4) Interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru lebih meningkat. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Team
Accelerated Instruction (TAI) berbantuan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Batuaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dalam penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih bekerjasama dalam kelompok. Dalam model pembelajaran ini siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang beragam sehingga siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Setiap individu mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, oleh sebab itu semua siswa mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh. Peran Guru dalam model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) adalah memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Huda (2015) bahwa model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) adalah model pembelajaran yang menyatukan pembelajaran individu dengan pembelajaran kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan akademik yang beragam sehingga mereka dapat saling membantu dalam mengerjakan tugas. Pendapat di atas sesuai dengan teori pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Parker (dalam Huda, 2015) yang menyatakan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) siswa belajar dengan anggota kelompoknya dengan guru berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan model Team Accelerated Instruction (TAI) ini, dalam satu kelompok terdiri dari anggota kelompok yang mempunyai kemampuan akademik berbeda. Siswa yang mempunyai kemampuan akademik kurang dibantu oleh siswa yang kemampuan akademiknya lebih baik dalam
satu kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusman (2010) yang menyatakan, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari beberapa orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Model Team Accelerated Instruction (TAI) merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa belajar menggunakan LKS (lembar kerja siswa) secara berkelompok. Kelompok yang dibentuk bersifat heterogen berdasarkan hasil belajar siswa. Kemudian mereka berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep yang ditanyakan. Masing-masing anggota kelompok memiliki tugas yang setara karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu teman yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Penerapan model Team Accelerated Instrcution (TAI) ini lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil kepada setiap anggota kelompok. Model pembelajaran TAI dapat meningkatkan hasil belajar IPA didasarkan pada persepektif elaborasi kognitif. Persepektif tersebut menjelaskan bahwa persepektif elaborasi kognitif bisa menjadi latihan kognitif yang dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Persepektif ini menekankan peran elaborasi dalam pengaruhnya terhadap model pembelajaran TAI (Huda,2014). Dalam model pembelajaran TAI siswa belajar bersama di dalam kelompoknya. Setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk membuat teman-teman dalam satu kelompoknya mengerti dan paham mengenai materi pelajaran IPA, sehingga siswa yang pandai
akan mengajari siswa yang kurang pandai (Slavin,2005). Persepektif elaborasi kognitif juga menjelaskan salah satu teknik elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materi pelajaran kepada orang lain. Siswa bisa belajar lebih banyak dengan memberikan penjelasan kepada orang lain. Di dalam kerja kelompok, konflik sosio-kognitif akan muncul dan melahirkan ketidakseimbangan kognitif. Ketidakseimbangan inilah yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir, bernalar, dan berbicara. Bentuk kegiatan siswa yang menggambarkan kegiatan tersebut adalah adanya siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai, sehingga diharapkan dari penjelasan tersebut, siswa yang kurang pandai dapat memahami materi yang diajarkan kepadanya. Kedua persepektif inilah yang mendasari model pembelajaran TAI dapat meningkatkan hasil belajar. Kedua, penggunaan media peta konsep dalam proses pembelajaran mampu menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jahja (2013) bahwa minat merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu. Hal tersebut terlihat saat proses pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan media peta konsep perhatian siswa terfokus pada media. Siswa bersungguh-sungguh memerhatikan penjelasan guru, dan siswa juga terlibat dalam memanfaatkan peta konsep sebagai media pembelajaran. Merangkum materi pelajaran ke dalam media peta konsep dapat membantu siswa lebih memahami materi yang mereka pelajari. Siswa menjadi lebih fokus terhadap materi yang dibahas. Seperti yang dikemukakan Trianto (2010) bahwa, peta konsep adalah media visual konkret yang dapat membantu mengorganisasikan informasi sebelum materi dipelajari. Jadi dengan bantuan media peta konsep siswa lebih fokus terhadap materi pelajaran serta akan memudahkan siswa untuk memahami materi tersebut. Apabila siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik maka hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil, karena indikator yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction (TAI) berbantuan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 2 Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Team Accelerated Instruction berbantuan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN 2 Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 14,40 dengan persentase rata-rata 72% (kriteria cukup). Pada siklus II, rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 17,00 dengan persentase rata-rata 85% (kriteria tinggi), dengan demikian tingkat hasil belajar siswadari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 13%. Saran-saran Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan aktif mengemukakan pendapat, sehingga hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat. (2) Guru disarankan untuk memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran Team Accelerated Instruction sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (3) Pengelola di sekolah utamanya bagi kepala sekolah disarankan mampu membina dan
mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran Team Accelerated Instruction di sekolah dasar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (4) Peneliti sebagai calon tenaga pendidik disarankan mampu menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran Team Accelerated Instruction dengan baik sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Daftar Pustaka Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing. Huda,
Miftahul. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jahja, Y. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Munthe, Bemawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Slavin,
Robert E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek. Terjemahan Nurilita Yusron. Cooperative Learning: Theory,
Research and Practice. Bandung: Nusa Media.
1995.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Trihanifa.2013. Siswa Sebagai Subyek Belajar. Tersedia pada http://trihanifa.blogspot.co.id/2013/0 7/trial-1.html. (Diakses pada tanggal 6 Februari 2016) UNDP. 2013. Human Development Index (HDI). Tersedia pada http: www.humandevelopmentreport_UN DP.htm (diakses tanggal 25Januari 2016) -------. 2014. Human Development Index (HDI). Tersedia pada http: www.humandevelopmentreport_UN DP.htm (diakses tanggal 25 Januari 2016) Yerniawati, Ivon. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Mapping (Peta Konsep). Tersedia pada https:// ivonyerniwaty .wordpress. com/ 2011 /06 / 12/ pembelajaran -kooperatif-tipe-concept-mappingpeta-konsep/. (Diakses pada tanggal 10 Maret 2016)