PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII MTs.ALKHAIRAAT LOBU KECAMATAN MOUTONG KABUPATEN PARIGI MOUTONG ABSTRAK Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong. Permasalahan utama dalam penelitian ini rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Model pembelajaran ini digunakan dalam penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar observasi kegiatan guru, dan pengamatan pemahaman siswa setelah menerima pelajaran. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan mdel pembelajaran cooperative script maka pemahaman siswa dapat ditingkatkan. Hal ini terlihat pada pemahaman siswa yaitu pada siklus I 61,54% dan pada siklus II menjadi 88,46%. Pada mata pelajaran PKn akan meningkat, teruji dan dapat diterima. Kata kunci : Pemahaman Siswa, Cooperative Script. PENDAHULUAN Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat di lihat dari isi Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran. Menurut Degeng (dalam Hamzah B. Uno 2006:2) pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan dan kemahiran tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Peran guru sebagai tenaga pengajar harus memperhatikan metode-metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran seperti buku. Selain itu, guru juga memerlukan suatu model pembelajaran yang bisa melatih siswa untuk berfikir secara kreatif sehingga dapat mengemukakan pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan ide dan gagasan serta pendapat dengan tetap berpatokan pada teori-teori serta realitas yang terjadi di lapangan.
1
Kenyataan menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar yang di peroleh siswa disebabkan oleh rendahnya pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Dalam arti, siswa dalam memasuki dunia sekolah hanya sebatas sebagai penerima, pendengar dan mencatat sesuai dengan sumber belajar yang di tentukan. Dengan hal tersebut maka dapat di pastikan tujuan yang seharusnya dicapai oleh siswa tidak berjalan maksimal, yang berarti pula bahwa kondisi pembelajaran belum memenuhi harapan yang di inginkan. Kondisi ini tentu menuntut perubahan dalam pengorganisasian, pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, maupun sikap dan kualitas guru dalam mengelolah proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut, maka guru sebagai pelaksana dan pendidik harus terus berupaya untuk meningkatkan pembelajaran kepada peserta didik karena guru sebagai pelaku reformasi di kelas dan sebagai tenaga pendidik harus siap, mampu, dan kreatif dalam penyusunan teknik-teknik pembelajaran. Sesuai observasi dan wawancara di MTs. Alkhairat Lobu dimana dalam proses belajar mengajar di butuhkan kreativitas tenaga pendidik guna meningkatkan pemahaman siswa secara maksimal. Namun hal ini kurang dapat perhatian yang serius sehingga berdampak pada siswa dikelas yang nampak dari beberapa indikator, misalnya rendahnya respon siswa selama pembelajaran berlangsung yang di akibatkan oleh minimnya kreatifitas guru dalam menyajikan materi pelajaran. Kurangnya strategi pengembangan model pembelajaran merupakan objek atau studi di mana guru mempunyai anggapan bahwa sudah berakhir proses belajar mengajarnya, apabila sudah menjelaskan suatu bahan pada siswanya. Dimana guru tersebut masih berorientasi pada bahan yang tidak melihat apakah siswanya ketika pada proses pembelajaran antusias atau termotivasi mengikuti materi. Kondisi seperti ini tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan Hal ini sangat memprihatinkan, sehingga dibutuhkan sebuah model baru yang dapat membantu siswa agar mereka lebih memahami materi yang diajarkan pada saat pembelajaran. Salah satu model yang dapat meningkatkan pemahaman siswa adalah model pembelajaran cooperative script. “Model Pembelajaran Cooperative Script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model ini akan sangat membantu untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Sebab dalam model ini para siswa dilatih untuk dapat kerja sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain. a. Hakikat Pembelajaran PKn Pendidikan kewarganegaraan ( PKn) merupakan suatu pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Menurut Darmadi (2009:97) bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk menyiapkan, membina dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan dasar peserta didik yang berkenaan dengan hak, kewenangan, tanggung jawab dan kewajiban diri sebagai warga negara yang baik yang
2
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta hubungan antara warga negara dan negaranya. Secara umum, tujuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam UUSPN No.20/2003 ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sedangkan secara khusus, bertujuan untuk membina moral yang diharapkan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku manusia yang adil dan beradab, perilaku manusia yang beraneka ragam kebudayaan, kepentingan, perilaku kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Pengertian Pemahaman Siswa Pada hakikatnya pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari adanya proses belajar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti. Menurut Fajri dan Senja (2008), pemahaman berarti proses perbuatan cara memahami. Sedangkan Depdikbud (1994) menjelaskan bahwa kata paham dapat berarti: (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/). Menurut Benyamin S.Bloom, dkk ( Arifin 2009:21) menyatakan bahwa pemahaman ( comprehension) adalah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Suharsimi (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep. Tersedia (http://cirukem.org/pendidikancirukem/penelitian/) di akses 6 April 2013. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampun diri dalam mengerti atau mengetahui dengan benar
3
terhadap sesuatu. Kemampuan memahami ini menjadi bagian penting dalam mengetahui atau mempelajari sesuatu. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Dalam pembelajaran PKn, kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yang sifatnya relatif dan situasional (Uno,2010:42).Secara garis besar faktor ini dapat digolongkan menjadi 3 bagian utama yaitu : 1. Faktor guru, sebagai faktor utama yang dalam keseharian selalu bertatap muka dengan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga kemampuan mendesain proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna, menarik dan menyenangkan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. 2. Faktor kemampuan siswa, yang terdiri dari : 1) keragaman tingkat kemampuan siswa dalam hal ini materi yang diajarkan harus sesuai dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam, 2). Minat terhadap mata pelajaran tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga kemampuan untuk memahami serta menguasai konsepkonsep yang diberikan menjadi kecil. 3. Faktor lingkungan siswa, baik itu lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat disekelilingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental spiritualnya. d. Pengertian Belajar Slameto (2010:8-10) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dapat diartikan sebagai belajar. Hamzah B. Uno (2009:15) bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang di lakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari belajar. Perilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan(respons) baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), sikap atau pendirian (attitude), kemampuan ( ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), apersiasi ( appreciation) jasmani dan etika atau budi pekerti serta hubungan sosial. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat di simpulkan bahwa hakikat belajar adalah “perubahan” serangkaian kegiatan atau usaha yang di lakukan oleh seseorang guna memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya, atau belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Proses belajar terjadi ketika seseorang memperoleh sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar, maksudnya belajar tidak hanya di dapat dari sekolah tetapi belajar juga dapat diperoleh dari pengalaman. e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (2010:50) dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu sebagai berikut :
4
1) Faktor interen adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor interen dibagi menjadi dua aspek yakni : a. Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. b. Aspek psikologis Banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa yakni: Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kecakapan yang dimiliki seseorang siswa dalam menyerap dan merealisasikan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa yang telah memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, sebab cepat menyerap apa yang dijelaskan oleh guru dan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam waktu yang tepat. Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar ini bersifat individual yang berbeda-beda satu sama lain dan tidak bisa ditentukan sama rata dari setiap orang. Minat Dalam mempelajari pelajaran siswa perlu memiliki minat terhadap materi yang dipelajari. Kurangnya minat mengakibatkan kurangnya perhatian dalam belajar sehingga akan mengurangi dan mempengaruhi hasil belajar siswa. 2) Faktor eksteren adalah faktor-faktor yang ada diluar individu dan faktor interen juga dibagi menjadi tiga yakni Faktor keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam membina dan membentuk kepribadian anak, bahkan juga dapat dikatakan lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi siswa, seperti ekonomi keluarga, suatu rumah dan pengawasan orang tua. Faktor sekolah Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi kelangsungan proses belajar mengajar, maka sudah tentu terdapat faktor-faktor yang bersumber dari sekolah itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor tersebut antara lain kemampuan guru, metode mengajar guru, fasilitas proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam menguasai materi-materi dengan penyampaiannya merupakan syarat utama bagi pengajar. Seorang guru yang tidak menggunakan metode mengajar yang tepat akan menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami pelajaran. Sarana dan prasarana juga sangat menunjang proses belajar mengajar apalagi yang pada umumnya menggunakan metode mengajar yang baik. Faktor masyarakat
5
Manusia sebagai makhluk sosial yang ingin bergaul dengan semua manusia dan ingin berkelompok dengan masyarakat disekitarnya. Keadaan masyarakaat juga mempengaruhi hasil belajar siswa. f. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script Kata Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012). Miftahul A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Riyanto ( 2009:280), langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut : 1. Guru membagi peserta didik untuk berpasangan. 2. Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya. 3. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannnya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok kedalam ringkasannya. Sedangkan peserta didik yang lain berperan : a. Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap b. Membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan dengan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Dan lakukan kembali kegiatan seperti diatas (langkah 4) 6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi pelajaran. 7. Penutup g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Script Kelebihan model pembelajaran cooperative script sebagai berikut 1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan 2. Setiap siswa mendapatkan peran 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan 4. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
6
5. Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi 6. Memudahkan siswa melakukan interaksi social 7. Menghargai ide orang lain. 8. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Kelemahan model pembelajaran cooperative script sebagai berikut : 1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. 2. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script . Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. 3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok. 4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik. 5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok. METODE Penelitian ini dilaksanakan di MTs.Alkhairaat Lobu dengan subyek yang dikenai tindakan adalah kelas VIII. Kelas ini memiliki 26 orang siswa dengan rincian 14 siswa laki – laki dan 12 siswa perempuan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas ( PTK) yang mengacu pada beberapa tahap yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan , 4) refleksi. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I Tabel 4 Hasil Rekapitulasi Pengamatan KBM Siklus I Sangat Baik Cukup Kurang Pertemuan Baik I 4,77 % 23,81 % 47,61 % 23,81 % II 9,53 % 42,85 % 42,85 % 4,77 % Jumlah 14,3 % 66,66 % 90,46 % 28,58 % Rata-rata 7,15 % 33,33 % 45,23 % 14,29 % Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu
Persentase 100 100 -
Dari uraian tabel pada siklus I pertemuan I nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai , 1 aspek (4,77%) meliputi menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar dengan kriteria sangat baik (SB),5 aspek (23,81%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan
7
karakteristik siswa, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dengan kriteria baik (B), 10 aspek (47,61%) meliputi (1).melakukan kegiatan apersepsi, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (3).menguasai kelas, (4).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (5).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).memantau kemajuan belajar selama proses, (8).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (9).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (10).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dengan kriteria cukup (C), dan 5 aspek (23,81%) meliputi (1).membimbing siswa dalam bertanya, (2).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (3).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (4).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (5).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, dengan kriteria nilai kurang (K). Aspek pengamatan kegiatan guru ini belum optimal sehingga perlu diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Dari uraian tabel pada siklus I pertemuan II nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai, 2 aspek (9,53%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, dengan kriteria sangat baik (SB), 9 aspek (42,85%) meliputi (1).melakukan kegiatan apersepsi, (2).membimbing siswa dalam bertanya, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, (8).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (9).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dengan kriteria baik (B), 9 aspek (42,85%) meliputi (1).menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (2).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (3).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (4).menguasai kelas, (5).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (6).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (7).memantau kemajuan belajar selama proses, (8).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (9).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, dengan kriteria cukup (C), dan 1 aspek (4,77%) meliputi (1).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dengan kriteria nilai kurang (K).
8
Tabel 5 Hasil pengamatan peningkatan pemahaman siswa pada siklus 1 No
1.
Aspek Pengamatan
Krieria Cukup F % 6 23,07
Baik F 13
% 50
F 7
Kemampuan Bertanya 2. Kemampuan 10 38,46 10 38,46 6 Menjawab 3. Kemampuan 7 26,93 11 42,30 8 Berdiskusi Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu
Kurang % 26,93 23,07 30,77
Pada tabel di atas sangat tampak bahwa tingkat pemahaman siswa pada materi Pelajaran yang di ajarkan khususnya mata pelajaran PKn sangat rendah. Untuk Kriteria “ Baik” Kemampuan bertanya siswa hanya memperoleh presentase 50% , Kemampuan menjawab siswa hanya memperoleh presentase 38,46% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 26,93%. Pada Kriteria “Cukup” kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 23,07%, kemampuan menjawab memperoleh presentase 38,46% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 42,30%. Sedangkan pada Kriteria “Kurang” Kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 26,93%, untuk kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 23,07% dan kemampuan berdiskusi siswa memperoleh presentase 30,77%. Dengan melihat hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah dan perlu diadakan perbaikan pada siklus berikutnya. Tabel 6 Data hasil belajar siswa pada siklus 1 No 1 2
Ketuntasan Frekuensi Siswa Presentase ( % ) Tuntas 10 Orang 38,46% Tidak Tuntas 16 Orang 61,54% Jumlah 26 Orang 100% Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script di lihat dari 26 siswa ada 10 orang (38,46%) yang pemahamannya mulai meningkat dan dikategorikan tuntas dan 16 orang (61,54%) yang pemahamannya masih rendah dan dikategorikan tidak tuntas. Sehingga belum mencapai target 80% sesuai dengan indikator kerja.
9
Hasil Penelitian Siklus II Tabel 9 Hasil Rekapitulasi Pengamatan KBM Siklus II Pertemuan Sangat Baik Baik Cukup I 33,33 % 52,39 % 14,28 % II 57,14 % 38,09 % 4,77 % Jumlah 90,47 % 90,48 % 19,05 % Rata-rata 45,23 % 45,24 % 9,52 % Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu
Persentase 100 100 -
Dari uraian tabel diatas pada siklus II pertemuan I nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai mengalami peningkatan dimana dalam 21 aspek tersebut 7 aspek (33,33%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).melakukan kegiatan apersepsi, (3).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (4).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (5).memantau kemajuan belajar selama proses, (6).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, (7).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, memperoleh nilai pengamatan yang sangat baik(SB), 11 aspek (52,38%) meliputi (1).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (2).membimbing siswa dalam bertanya, (3).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (4).menguasai kelas, (5).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (6).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (7).menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (8).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (9).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, (10).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (11).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik(B), 3 aspek ( 14,28%) meliputi (1).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (3).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, memperoleh kriteria cukup (C). Presentase ini belum optimal karena masih ada beberapa aspek yang harus diperbaiki. Dari uraian tabel diatas, nampak bahwa dari 21 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai mengalami peningkatan dimana dalam 21 aspek tersebut 12 aspek (57,14%) meliputi (1).mempersiapkan siswa untuk belajar, (2).melakukan kegiatan apersepsi, (3).menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa, (4).membimbing siswa dalam bertanya, (5).membimbing siswa dalam penerapan model pembelajaran, (6).melaksanakan pembelajaran secara runtut, (7).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, (8).memantau kemajuan belajar selama proses, (9).melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), (10).menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar,
10
(11).menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, (12).melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, memperoleh nilai pengamatan yang sangat baik(SB), 8 aspek (38,09%) meliputi (1).mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, (2).melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakaterstik siswa, (3).menguasai kelas, (4).melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (5).melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, (6).menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, (7).menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, (8).melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria baik(B), 1 aspek (4,77%) yaitu menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, memperoleh kriteria cukup (C), sedangkan untuk kriteria kurang memperoleh 0%. Tabel 10 Hasil pengamatan peningkatan pemahaman siswa pada siklus II No
Aspek Pengamatan
Krieria Cukup F % 3 11,53
Baik F
%
1.
Kemampuan 21 80,77 Bertanya 2. Kemampuan 20 76,92 4 15,38 Menjawab 3. Kemampuan 22 84,61 2 7,70 Berdiskusi Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu
Kurang f % 2 7,70 2
7,70
2
7,70
Berdasarkan hasil yang ada pada tabel di atas tampak bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Terlihat pada Kriteria (Baik), kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 80,77%, Kemampuan Menjawab siswa memperoleh presentase 76,92% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 84,61%. Pada Kriteria (cukup), kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 11,53%, kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 15,38% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 7,70%. Sedangkan untuk Kriteria (Kurang), Kemampuan bertanya siswa memperoleh presentase 7,70%, untuk kemampuan menjawab siswa memperoleh presentase 7,70% dan kemampuan berdiskusi memperoleh presentase 7,70%. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang di lakukan peneliti untuk meningkatkan pemahaman siswa sudah berhasil, tingkat pemahaman siswa bertambah dimana dengan di tandai dengan adanya peningkatan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran PKn dan siswa pun termotivasi untuk mengikuti pembelajaran berikutnya.
11
Tabel 11 Hasil belajar siswa pada siklus II No 1 2
Ketuntasan Frekuensi Siswa Tuntas 22 Orang Tidak Tuntas 4 Orang Jumlah 26 Orang Sumber : Hasil Penelitian Kelas VIII MTs.Alkhairaat Lobu
Presentase ( % ) 85 % 15% 100%
Dari tabel di atas dapat di lihat terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang tuntas pada siklus I hanya 10 orang (38,46%) dan pada siklus II frekuensi siswa yang tuntas mencapai 22 orang(85%). Hal ini berarti bahwa upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Pkn di kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong melalui model pembelajaran Coopreative Script telah berhasil pada siklus II dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada siswa kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar meningkat setelah melalui tindakan yang dilakukan baik pada siklus I maupun pada siklus II. Meskipun kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan telah berdampak pada peningkatan pemahaman siswa, namun masih perlu pengembangan lebih lanjut. Dalam penerapan model pembelajaran cooperative sript, sesuai analisis data hasil penelitian pada siklus I kegiatan guru dan pengamatan peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran masih terdapat beberapa aspek pembelajaran yang memperoleh nilai pengamatan cukup dan kurang Meningkatkan pemahaman siswa merupakan kewajiban guru dalam upaya mengembangkan kognitif siswa. Menurut Benyamin S.Bloom, dkk ( Arifin 2009:21) menyatakan bahwa pemahaman ( comprehension) adalah jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Memperhatikan indikator keberhasilan peneliti yang ditetapkan, maka dengan hasil tersebut berarti tindakan kelas yang dilakukan belum mampu meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII MTs.Alkhairat Lobu. Oleh karena itu, dalam refleksi yang dilakukan melalui konsultasi dengan guru pengamat disepakati bahwa tindakan kelas dilanjutkan kesiklus II dengan melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek-aspek kegiatan guru dan aspek pemahaman siswa yang belum optimal. Dari hasil penelitian peningkatan kualitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa erat kaitannya dengan kemampuan guru menggunakan model
12
pembelajaran cooperative script dalam proses belajar mengajar, dimana apabila penggunaan model pembelajaran cooperative script dilakukan secara efektif agar dapat memberikan pemahaman bagi siswa sehingga siswa memperoleh hasil yang baik. Dari siklus I dapat dilihat bahwa kegiatan belajar mengajar belum terlaksana dengan optimal, baik itu pengelolaan pembelajaran oleh guru, aspek pemahaman siswa maupun hasil belajar siswa. Pelaksanaan siklus I sudah sesuai dengan tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tindakan kelas dan langkahlangkah dalam model pembelajaran cooperative script, hanya saja masih ada beberapa aspek-aspek yang dianggap belum maksimal. 4.2.1 Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Mengajar Siklus I dan II Hasil analisis data siklus I memberikan gambaran bahwa nilai pengamatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I untuk kategori sangat baik pada siklus I pertemuan I yaitu 4,77%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu sebesar 33,33%. Untuk kategori baik pada siklus I pertemuan I yaitu 23,81%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu 52,39%. Untuk kategori cukup pada siklus I pertemuan I yaitu 47,61%, sedangkan pada siklus II pertemuan I yaitu 14,28%. Untuk kategori kurang pada siklus I yaitu 23,81%, sedangkan pada siklus II pertemuan I sudah tidak ada kekurangan lagi dalam aspek-aspek yang diamati. Untuk kategori sangat baik pada siklus I pertemuan II yaitu 9,53%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 57,14%. Untuk kategori baik pada siklus I pertemuan II yaitu 42,85%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 38,09%. Untuk kategori cukup pada siklus I pertemuan II yaitu 42,85%, sedangkan pada siklus II pertemuan II yaitu 4,77%. Untuk kategori kurang pada siklus I pertemuan II yaitu 4,77%, sedangkan pada siklus II pertemuan II sudah tidak ada lagi kekurangan dalam setiap aspek. Dari analisis data diatas dapat dilihat setelah dilakukan perbaikan terhadap aspek-aspek pengamatan kegiatan guru yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, maka pada siklus II terjadi peningkatan dimana dalam pengamatan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar sudah memenuhi kriteria yang diharapkan peneliti. 4.2.2 Hasil Pengamatan Pemahaman Siswa Siklus I dan II Hasil analisis data pemahaman siswa pada siklus I dapat dilihat Untuk Kriteria “ Baik” Kemampuan bertanya siswa yaitu 50%, sedangkan pada siklus II kemampuan bertanya siswa meningkat menjadi 80,77%. Kemampuan menjawab siswa pada siklus I 38,46%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 76,92%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 26,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 84,61%. Pada Kriteria “Cukup” kemampuan bertanya siswa pada siklus I 23,07%, sedangkan pada siklus II menjadi 11,53%. Kemampuan menjawab siswa pada siklus I 38,46%, sedangkan pada siklus II menjadi 15,38%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 42,30%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Sedangkan pada Kriteria “Kurang” Kemampuan bertanya siswa pada siklus I
13
26,93%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Kemampuan menjawab siswa 23,07%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Kemampuan berdiskusi pada siklus I 30,77%, sedangkan pada siklus II menjadi 7,70%. Dari hasil analisis siklus I dan siklus II diatas dapat dilihat telah terjadi peningkatan pemahaman siswa. 4.2.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Analisis data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dari 26 siswa hanya 10 orang atau 38,46% yang dikategorikan tuntas dan 16 orang atau 61,54% yang dikategorikan tidak tuntas. Pada siklus II frekuensi siswa yang tuntas mencapai 22 orang atau 85%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni “jika guru melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pkn menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan baik maka pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn akan meningkat “ dengan demikian hipotesis ini dapat diterima. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dalam model pembelajaran cooperative script mengikutsertakan semua siswa, sehingga semua siswa akan ikut berperan aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan lebih mudah. Dalam cooperative script ini mengandung suatu unsur kerjasama dalam kelompok yang membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran, bukan guru. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan motivator bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script yang telah dilakukan oleh peneliti pada mata pelajaran Pkn dapat meningkatkan pemahaman siswa serta dapat meningkatkan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang dapat di simpulkan dari hasil pembahasan yang ada yaitu : 1. Telah terjadi peningkatan pembelajaran yang sangat optimal dari siklus I ke siklus II. Jika presentase kegiatan guru yang diamati pada siklus I 40,48%, maka pada siklus II telah mencapai 90,47%. 2. Telah terjadi peningkatan pemahaman siswa yang pada siklus I 16 orang siswa atau 61,54% yang paham maka pada siklus II telah menjadi 23 orang siswa atau 88,46% yang telah mengalami peningkatan pemahaman. 3. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Jika presentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I hanya 38,46% maka pada siklus II telah mencapai 85%. Hal ini berarti indikator hasil belajar siswa yang ingin dicapai yaitu 80% sudah tercapai pada siklus II. Saran 14
Mengacu pada pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka berkaitan dengan penelitian ini peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru merupakan salah satu hal yang paling urgen dalam proses pembelajaran, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru seharusnya dapat mempersiapkan dengan matang hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, guru dapat menerapkan model pembelajaran cooperative script pada pembelajaran PKn dengan kompetensi yang lain ataupun pada mata pelajaran lain. 3. Model pembelajaran cooperative script yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan pada penelitian-penelitian lain sebagai bahan bandingan sehingga dikemudian hari menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad,2009. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Arifin Zainal,2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press. Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : CV. Alfabeta Riyanto, yatim. 2009. “Paradigma Baru Pembalajaran”. Jakarta : Kencana Prenada media grup. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep Belajar Dan Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan mengajar. Bandung: Alfabeta. Slameto, 2010. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakatra : Bumi Aksara http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperativescript.html Diakses tanggal 5 april 2013 http://hayardin-blog.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-kooperatifscript.html#ixzz2PwQAF5Dj Diakses tanggal 5 april 2013 http://ijahnurhadijah.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-cooperativescript.html Diakses tanggal 5 april 2013 http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/ Diakses tanggal 6 april 2013 http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/) di akses 6 April 2013.
15