PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN Oleh: Nova S. Daud Program Studi PKn INTISARI Adapun permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya tingkat pemahaman siswa, yang disebabkan oleh aspek Guru dan siswa. Guru dalam melakukan pembelajaran, belum dapat membangun kemampuan dan motivasi belajar siswa. Untuk itu, penelitian tindakan kelas ini dalam pemecahan masalahnya, berupa mengoptimalkan penggunaan model pembelajaran Student Fasilitator and Explaining, Dalam pelaksanaan tindakan peneliti menemukan bahwa tingkat pemahaman siswa sangat rendah, tapi setelah dilakukan perbaikan pada setiap kali pertemuan dengan menggunakan metode SFAE maka terjadi peningkatan. Penelitian tindakan kelas ini mengharapkan dampak yang positif terhadap tingkat pemahaman siswa, disamping dapat memberikan rujukan bagi guru lainnya dalam upaya perbaikan proses pembelajaran.Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: Dengan menggunakan metode pembelajaran Student fasilitator and Explaining dapat meningkatkan pemahaman siswa. Kata Kunci : Pemahaman siswa Student facilitator and explaining 1. PENDAHULUAN Sistem pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aspek sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Menyinggung persoalan pembangunan, system pendidikan ini tidak akan mempunyai arti jika tidak sinkron dengan pembagunan nasioanl. Untuk meningkatkan system pendidikan yang berkualitas maka diawali dari perbaikan kurikulum dan cara bagaimana seorang guru mampu untuk menggunakan model pembelajaran dengan sebaik mungkin pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena dengan perbaikan kurikulum dan penggunaan model pembelajaran, maka tercipta atmosfir pendidikan yang mampu berdaya saing dan juga berkualitas. Namun seorang guru tidak hanya dituntut untuk menjadi pengajar akan tetapi bagaimana seorang guru mampu untuk mendidik siswanya. Seorang guru dikatakan berhasil dalam mendidik siswanya apabila seorang guru tersebut mampu menciptakan atmosfir pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai seorang guru, dituntut untuk mampu menggunakan media dan model pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dan memanfaatkan lingkungan untuk menjadi inspirasi belajar. Seorang guru yang menggunakan model pembelajaran terkesan menyenangkan bagi seorang siswa, dan selalu membuat inovasi – inovasi yang baru, sehingga proses
1
pembelajaran terkesan aktif dan menyenangkan dan siswa tidak merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran.
a. Hakekat Pembelajaran Koopertaif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivis, pembelajaran kooperatif ini juga merupakan strategi belajar yang dimana sejumlah siswa dibagi pada beberapa kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah bagaimana keterampilan-keterampilan khusus sehingga bisa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya dan pembelajaran kooperatif ini bisa dianggap belum selesai apabila salah satu teman yang ada dalam kelompok belum memahami dan menguasai materi pelajaran. Vygotsky ( dalam Suprijono, 2009 : 56 ) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Dan menurut Anita Lie ( Suprijono, 2009 : 56 ) Model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Terdapat banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif ini mampu memasuki kelaziman (mainstream) dalam praktek pendidikan. Tak dapat dipungkiri banyak bukti nyata tentang keberhasilan dari pembelajaran kooperatif. Dan hal ini disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat pendidikan yang menganggap pentingnya para siswa untuk berlatih berfikir, memecahkan masalah, serta menggabung-gabungkan kemampuan dan keahlian sehingga akan membantu serta memotivasi siswa yang kurang. b. Unsur Dan Ciri-ciri Dari Pembelajaran Kooperatif Dalam ruang lingkup sekolah pastinya latar belakang dari masing-masing siswa itu berbeda-beda, sehingganya hal ini menuntut guru untuk jeli dalam menyajikan pembelajaran tentunya harus memperhatikan kepribadian daripada setiap siswa yang ada. Djahiri K (dalam Isjoni, 2010 : 26 ) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Sedangkan menurut Davidson dan Warsham (dalam Saminanto, 2011 : 67 ), Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok –kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dan Suryosubroto (dalam Slameto, 2010 : 35 ) menyebutkan, belajar kelompok dibentuk dengan harapan para siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata dengan pembelajaran kooperatif akan merangsang serta memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
2
Akan tetapi pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan dan hal ini didukung oleh Roger dan David Johnson ( dalam Suprijono 2009 : 58 ) yang menyatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah : 1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif ) 2) Personal Responsibility ( tanggung jawab perseorangan ) 3) Face to face promotive interaction ( interaksi promotif ) 4) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota ) 5) Group processing ( pemrosesan kelompok ) Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu: a) Menumbuhkan perasaan siswa bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Siswa harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai. b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap siswa dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu. d) Setiap siswa ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling terikat dengan siswa lain dalam kelompok. Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Peratnggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama,anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah : a) Kelompok belajar jangan terlalu besar b) Melakukan assesmen terhadap setiap siswa c) Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada siswa di depan kelas
3
d) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok e) Menugasi siswa mengajar temannya. Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif.Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah : a. Saling membantu secara efektif dan efisien. b. Saling member informasi dan sarana yang diperlukan. c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d. Saling mengingatkan. e. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan tarhadap masalah yang dihadapi. f. Saling percaya. g. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan,siswa harus : 1) Saling mengenal dan mempercayai. 2) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. 3) Saling menerima dan saling mendukung. 4) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok.Pemrosesan mengandung arti menilai.Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu.Tujuan pemrosesan adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,toleransi,menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward. Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita gariskan bahwa ternyata dalam pembelajaran kooperatif ini lebih menitik beratkan pada bagaimana kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2010 : 21), bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil. Hal demikian menuntut siswa untuk saling bertukar pendapat,
4
mengajukan pertanyaan dan jawaban sehingga tercipta suatu proses penyelesaian masalah. Berdasarkan unsur dasar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat kita garisbawahi bahwa dengan model pembelajaran kooperatif ini dapat mengembangkan kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan secara maksimal dalam suasana pembelajaran yang terbuka dan demokratis. Sehingganya siswa tidak lagi sebagai objek pembelajaran, akan tetapi bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dan hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Ibrahim,at al (dalam Isjoni, 2010 : 39 ) bahwa pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu : a. Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup baragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tuga-tugas akademis penting lainnya.Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran koopertif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya, Pembelajaran kooperatif member peluan bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. Banyak literature psikolog memusatkan perhatian pada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam keterampilan sosial, entah karena tempramen bawaannya, atau karena kurangnya kondisi psikologis tertentu yang mempengaruhi pembelajaran aspek sosial dan akademisnya.Tentulah kejadian-kejadian seperti itu karena kegagalan guru dalam mengembangkan kemampuan sosial siswa, terutama dalam hal interaksi antar siswa yang berbeda secara etnik, agama, tingkat Sosial ekonomi, dan prestasi akademiknya. Dalam kenyataanya masih banyak sekolah yang mengalami kegagalan dalam membantu anak-anak mengembangkan kemampuan sosial, karena hanya mengutamakan perwujudan diri (self realization) dan disiplin diri (self discipline) yang bersifat individual.Padahal interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa di dalam kelas sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar. Interaksi yang saling mempengaruhi antar warga di dalam kertas, melahirkan apa yang biasa dinamakan iklim atau suasana kelas. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan kemampuan sosial siswa, karena itu
5
perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tidak menjadi penghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif di antara siswa, setiap siswa didorong agar dapat membina interaksi sosial yang efektif, tanpa memandang perbedaan unik, agama, tingkat sosial ekonomi, dan prestasi akademik, setiap siswa dibantu agar memiliki kemampuan menghargai siswa lain, sehingga terbina hubungan pertemanan yang baik di antara mereka. Hubungan persahabatan antara beberapa orang siswa dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi siswa supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan tersebut. c.
Student Fasilitator And Explaining Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran sistematis yang mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan juga memiliki beberapa tipe pembelajaran yang salah satunya adalahtipe Student Fasilitator And Explaining. Trianto (2007 : 52) mengemukakan bahwa tipe student fasilitator and explaining merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Sedangkan menurut Anita Lie ( 2005 : 50) tipe student fasilitator and explaining merupakan suatu tipe dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa yang lainnya. Dari beberapa pendapat diatas bisa kita beri kesimpulan bahwa dengan pembelajaran tipe student fasilitator and explaining menjadikan siswa sebagai fasilitator yang mampu berfikir secara kreatif sehingga menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan memberikan rasa percaya pada siswa yang memperlihatkan karya atau bakatnya pada siswa yang lainnya. Agus Suprijono (2009 : 129) berpendapat bahwa tipe student fasilitator and explaining menjadikan siswa dapat membuat peta konsep atau bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa. Dan hal ini yang menjadikan tipe student fasilitator and explaining berbeda dengan metode pembelajaran kelompok lainnya. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dari pembelajaran student fasilitator and explaining yang dikemukakan oleh Joko Tri Prasetiya (2005 : 91) sebagai berikut: 1. Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berfikir kritis secara optimal. 2. Melatif siswa aktif, kreatif dan menghadapi setiap permasalahan. 3. Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
6
4. Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi. 5. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompok. 6. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka. 7. Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah. 8. Melatih kepemimpinan siswa. 9. Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka. Selain itu juga ada langkah-langkah tertentu yang harus ditempuh dalam pembelajaran tipe student fasilitator and explaining yang dirangkum oleh Agus Suprijono (2009 : 128-129) yaitu : a) Guru menyampaikan kompotensi yang ingin dicapai / KD; b) Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran; c) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan, peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran; d) Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa; e) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; f) Evaluasi. d. Hakekat Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran Salah satu bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut.Tingkah laku itu sendiri terdiri atas sejumlah aspek, salah satu dari aspek-aspek itu adalah aspek pemahaman. Menurut Gafur (dalam Solihatin, 2012 : 14) bahwa “Pemahaman adalah abilitet yaitu kemampuan siswa untuk menguasai suatu pengertian.” Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dalam wujud penafsiran dan perkiraan. Pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan mencermati dan menganalisa hubungan antara berbagai factor dalam situasi yang problematic. Daryanto, (dalam Slameto, 2010 : 106-107) mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) dimensi, yaitu : a) Menerjemahkan (translation), dalam hal ini adalah kemampuan menerjemahkan suatu konsepsi abstrak menjadi suatu model yaitu simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Menerjemahkan juga termasuk mengalihkan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata dalam bentuk gambar ataupun grafik. b) Menginterpretasi (interpretation) yakni suatu kemampuan untuk mengenal dan memahami idea tau informasi. c) Mengekstraploitasi (extraploitation) adalah kemampuan untuk meramalkan keadaan yang cenderung terjadi berdasarkan atas kondisi yang diuraikan. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa pemahaman merupakan salah satu bentuk peningkatan taraf kemampuan kognitif yang nampak pada proses pemecahan
7
masalah, serta mampu memperkirakan keadaan sesuai dengan kondisi yang telah disajikan. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Siswa Dalam Pelajaran Pkn Kemampuan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dipangaruhi oleh beberapa factor dominan yang sifatnya relative dan situasional. Secara garis besar factor ini dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu : 1. Faktor guru, sebagai actor utama dalam keseharian selalu bertatap muka dengan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga kemampuan guru untuk mendesain proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna, menarik dan menyenangkan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran itu sendiri. 2. Faktor kemampuan siswa, yang terdiri dari : a) Keragaman tingkat intelektual siswa, dalam hal ini yang diajarkan harus disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa yang beragam. b) Minat terhadap mata pelajaran tersebut yang menyebabkan menurunnya antusias siswa untuk belajar sehingga kemampuan untuk memahami serta menguasai konsep-konsep yang diberikan menjadi kecil. 3. Faktor lingkungan siswa, baik itu lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat disekelilingnya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental spiritualnya. Khusus dalam pembelajaran PKn, belajar dengan pemahaman adalah jauh lebih permanen dan lebih memungkinkan untuk ditransfer disbanding belajar dengan menghafal. Jadi aspek pemahaman dalam proses pembelajaran sangat menentukan hasilnya, karena melalui hal ini pembentukan dan pemantapan ranah kognitif, afektif, dan psikomotornya dapat dilakukan dengan mudah dan tepat sasaran. SIMPULAN DAN SARAN Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan dan saran seperti berikut ini. Simpulan Berdasarkan deskripsi dan pembahasannya, maka penulis mengemukakan kesimpulan : Aktifitas belajar siswa terlihat meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, hal ini dikarenakan dalam tahap pelaksanaanya siswa berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Saran Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil penelitian tindakan kelas diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : Diharapkan guru mata pelajaran untuk senantiasa berkomunikasi dengan siswa dalam penggunaaan model – metode pembelajaran yang akan digunakan atau disesuaikan dengan materi serta karakteristik siswa yang ada. Siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam setiap pembelajaran mengingat semua fasilitas pembelajaran sudah sangat mendukung.
8
Karena metode pembelajaran ini telah berhasil, maka guru diharapkan dapat menggunakannya disesuaikan dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa. DAFTAR PUSTAKA Isjoni, H. Drs, M.Si.,Ph.D 2009. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Belajar, Yogyakarta Lie,Anita, 2005, Cooperative Learning :mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas Jakarta : Grasindo Prasetiya, Tri, Joko. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung Rahman T. Hastuti, 2011. Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di SMP Negeri Tolinggula SKRIPSI : Universitas Negeri Gorontalo. Saminanto. 2011. Ayo Praktik PTK. RASAIL Media Group. Semarang Saraswati, Yeni. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Fasilitator and Explaining (SFAE) untuk meningkatkan minat belajar fisika dan prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. SKRIPSI : Universitas Malang. Satrio Adi. 2005. Kamus Ilmiah Populer . Visi 7. Jakarta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Rineke Cipta. Jakarta Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Bumi Aksara. Jakarta Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Susetyono Andi Fira, 2010. Penerapan Strategi Student Fasilitator And Explaining dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa tentang keliling dan luas persegi panjang dan persegi. SKRIPSI : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bumi Aksara. Jakarta Lib. UIN_Malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07130002-Inayatul_maula.Ps
9