PENERAPAN METODE AMTSILATI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA DI P.P DARUL FALAH BANGSRI JEPARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Aminudur Yusuf Putra NIM: 1110011000043
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
PENERAPAN METODE AMTSILATI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA DI P.P DARUL FALAH BANGSRI JEPARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Aminudur Yusuf Putra NIM: 1110011000043 Pembimbing
Dr. Khalimi M.Ag NIP: 19650515 199403 1 006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Penerapan Metode Amtsilati dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara disusun oleh Aminudur Yusuf Putra, NIM. 1110011000043, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 5 Juli, 2014
Yang mengesahkan, Pembimbing
Dr. Khalimi M.Ag NIP: 19650515 199403 1 006
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Penerapan Metode Amtsilati dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara disusun oleh Aminudur Yusuf Putra, NIM. 1110011000043, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 29 September 2014 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Pgs. Ketua Jurusan PAI)
Tanggal
Tanda Tangan
Dr. Muhbib Abdul Wahab, MA NIP:19681023 199303 1 002
________
_______
________
_______
________
_______
________
_______
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI) Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA NIP: 19720313 200801 2 010 Penguji I Siti Khadijah, MA NIP: 19700727 199703 2 004 Penguji II Djunaidatul Munawaroh NIP: Mengetahui: Dekan,
Dra. Nurlena Rifa’i MA. Ph.D. NIP:19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Aminudur Yusuf Putra
NIM
: 1110011000043
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Angkatan
: 2010
Alamat
: Jl. KH. Sukhaimi, RT 04/03, Dk. Kr. Tengah, Ds. Benda, Kec. Sirampog, Kab. Brebes, Jateng. MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa
skripsi
yang
berjudul
Penerapan
Metode
Amtsilati
Dalam
Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing
: Dr. Khalimi M.Ag
NIP
: 19650515 199403 1 006
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 5 Juli 2014 Yang Menyatakan
Aminudur Yusuf Putra
ABSTRAK Aminudur Yusuf Putra (1110011000043), “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara”. Pendidikan karakter kini sedang marak dibicarakan oleh berbagai kalangan, mengingat bahwa kemerosotan moral/akhlak yang melanda negeri kita ini, bahkan di berbagai belahan dunia yang lain, perilaku manusia sudah tampak seperti tidak mempunyai agama. Agama yang menjadi landasan agar kita berbeda dengan mahlukmahluk lain ciptaan Allah SWT, kini hanya sebuah hiasan pada kartu tanda penduduk semata, bahkan ajaran-ajarannya mulai ditinggalkan. Lembaga pendidikan yang menjadi sandaran untuk dapat meningkatkan moral dan intelektual kini semakin jauh dari tujuan semula, mulai dari sistem, metode, dan faktor-faktor yang menunjangnya kini banyak yang kurang relevan dan terjangkau bagi masyarakat. Dari pernyataan tersebut maka rumusan masalah yang penulis ambil ialah bagaimana penerapan metode Amtsilati pondok pesantren Darul Falah Bangsri Jepara, dalam pembentukan karakter Islami siswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode Amtsilati dalam pembelajaran kitab kuning/gramatikal bahasa Arab, dan mengetahui nilai-nilai karakter dari penerapan metode Amtsilati. Adapun lebih dari itu, penulis berharap metode ini menjadi alternatif metode pembelajaran karakter Islami berbasis pesantren yang bisa diterima dan diterapkan di masyarakat kita secara luas. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis metode deskriptif analisis, adapun teknik pengumpulan datanya selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, digunakan juga dengan cara kuesioner, dengan begitu hasil penelitian terlihat jelas dan valid. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah metode Amtsilati ini baik dalam pembentukan karakter Islami siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian penulis, hasil penelitian menunjukan proses dari metode Amtsilati yang dilakukan secara aktif, komunikatif, serta terjadinya interaksi secara langsung antara guru/ustadz dengan siswa/santri dapat menimbulkan karakter siswa/santri menjadi terbentuk, terlebih lagi adanya beberapa faktor yang dominan untuk pembentukan karakter Islami siswa/santri, seperti faktor pembelajaran dan lingkungan.Dari data penelitian dengan menggunakan angket pun menunjukan bahwa metode Amtsilati cukup baik dalam pembentukan karakter Islami.
Kata kunci: Metode Amtsilati, Karakter Islami, Pendidikan.
i
ABSTRACT Aminudur Yusuf Putra (1110011000043), “The Application of Amtsilati Method in Building Students’ Islamic Character at Darul Falah Bangsri Jepara Islamic Boarding School”. Character Education now is hugely being issued by many people, in accordance with the degradation of morality/akhlak which spread out in our nation, even in many parts of the world, human’ behavior seem not having religion anymore. Religion which becomes the principle differentiating among human and any other Allah’s creatures, now just a symbol in identity card only, even the religious teaching is abandoned by the people. Education institution which becomes the base in order to increase morality and intellectualism now seem getting far from its origin purpose, beginning from the system, method, and any other factors which back it up nowdays, also there are so many irrelevant and unreachable factors for the society. From the statement above, the formulation of problem taken by the writer is how is the application of Amtsilati method in Darul Falah Bangsri Jepara Islamic Boarding School in building students’ Islamic character. Therefore, this research aims to describe the application of Amtsilati method in teaching classical religious book/Arabian grammar, and to know the character values from the application of Amtsilati method. Furthermore, the writer hopes this method will be alternative method in teaching Islamic character- pesantren based accepted and applied by our society widely. This research uses kind of analysis descriptive method in qualitative approach, the technique of data collecting used is observation and interview, also questionnaire, so that the research becomes clear and valid. The conclusion taken from this research is this Amtsilati method is good in building students’ Islamic character. It can be seen form the result of the research, the research result shows the process of Amtsilati method conducted actively, communicatively, also directly interaction between teacher/ustadz and students/santri , causes the building of students’ character. Furthermore, there are some factors dominantly building students’ Islamic character, such as teaching and environment. Questionnaire data also shows that Amtsilati method good enough in building Islamic character. Keywords: Amtsilati method, Islamic Character, Education.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan pemilik alam. Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Segala nikmat dan karunia-Nya yang selalu mengalir merupakan suatu anugrah yang terindah dalam kehidupan ini. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran atas segala urusan kita di dunia ini, termasuk dalam penulisan skripsi ini
yang merupakan tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Muhammad, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Kekasih Allah SWT, yang telah menunjukan kita ke jalan yang diridhai-Nya, jalan yang penuh dengan kemuliaan, dimana kita telah diberi petunjuk sehingga menjadi pribadipribadi yang berkarakter. Karakter atau akhlak adalah sesuatu yang membuat kita berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Nabi Muhammad SAW dipuji oleh Allah SWT bukan karena kepintarannya, keberaniaannya, atau kegigihannya memperjuangkan Islam, tetapi karena karakter/akhlak beliau yang sangat terpuji, dan patut dijadikan suri tauladan bagi kita semuanya. Oleh karena itu, karakter/akhlak menjadi suatu pencapaian tertinggi di dalam Islam, apabila seseorang sudah berakhlak dengan benar maka sudah dianggap menjadi insan mulia yang pada tingkatannya menempati maqam Ihsan, dari ketiga maqam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam skripsi ini, yang berjudul “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara”, akan menerangkan bahwa metode ini merupakan salah satu cara dari berjuta-juta cara untuk membuat kepribadian yang berkarakter/berakhlak, khususnya santri/siswa P.P Darul Falah “AMTSILATI” Bangsri Jepara.
iii
Keluh kesah, letih, malas, dan masih banyak pikiran-pikiran yang negatif telah menyerbu bak prajurit perang, menyerang dengan tombak dan panah nafsu negatif pada jiwa ini yang penuh dengan kelemahan. Namun, berkat kekuasaan Allah SWT, jiwa ini diberi kekuatan untuk melawan semuanya itu, sehingga tulisan yang sederhana ini dapat diselesaikan. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terhindarkan dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada: 1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa‟I, MA. Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Ibu Hj. Marhamah Saleh, LC. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Dr. Khalimi M.Ag selaku pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis. 6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam. 7. K.H Taufiqul Hakim selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah “AMTSILATI” Bangsri Jepara, yang telah memberikan izin kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini. 8. Ustadz Malik, ustadz Rifa‟I, ustadz Ma‟mun, ustadz Fakhrurozi, dan santri P.P Darul Falah “AMTSILATI” Bangsri Jepara, yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini. 9. K.H Bahrudin, S.Ag selaku guru/pengasuh Pondok Pesantren Daar ElHikam Ciputat Tangerang Selatan, yang telah banyak memberikan ilmunya, menunjukan jalan kebenaran, menginspirasi, dan memberikan nasihat-nasihat, sehingga penulis dapat menjadi yang sekarang ini. 10. Bapak Dr. H. Ahmad Shodiq, MA selaku guru Thariqat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah yang selalu menginspirasi penulis dalam berbagai hal.
iv
11. Teristimewa untuk ibunda tercinta Mukaromah dan Almarhum ayahanda H. M. Yusuf Choir serta paman Mu‟min Zuhdi yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi yang tak terhingga kepada penulis 12. Keluarga besar H. Choir dan H. Zuhdi bin H. Abdul Jamil yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. 13. Saudara-saudariku tersayang Liza Nabila, H. Dhorip Zachrowi, Mba Nok, Mba Tuti, Mba Lutfiah, Mba Amanah, Mba I‟is, H. Hasan, H. Dede, yang selalu memberikan do‟a dan motivasi kepada penulis. 14. Sahabat-sahabatku Moch Fahris, Nendi Mulyana, Rian Phadila, Soni Haryanto, Prasetyo Arif, Yongki Trian Prasaja, Suhendra, M. Khudri, Harid Isnaeni, Saiful Amri, dan yang lainnya, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu tapi, tidak mengurangi rasa hormat penulis, yang senantiasa mendoakan dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 15. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam Ciputat Tangerang Selatan, yang selama ini memberikan bimbingan, do‟a, dan motivasi kepada penulis. 16. Para jama‟ah Mihrobul Muhibbin Thariqat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Ciputat, Tangerang Selatan, yang senantiasa selalu memberikan inspirasi bagi penulis dalam berbagai hal. 17. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B angkatan 2010 yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 18. Keluarga besar Kelas Pemikiran Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan pahala dari Allah SWT. semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amin Ya Rabbal „alamin.
v
Jakarta, 5 Juli 2014
Aminudur Yusuf Putra
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .............................................................. 7 D. Rumusan Masalah ................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II
KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Metode Amtsilati .................................. 9 1. Pengertian Metode Amtsilati ........................................... 9 2. Sejarah Metode Amtsilati .................................................. 10 3. Teknik Pembelajaran Metode Amtsilati dan Pasca Amtsilati ............................................................................................ 13 4. Kelebihan Metode Amtsilati ............................................. 17 B. Karakter Islam ........................................................................ 17 1. Pengertian Karakter Islam ................................................ 17 2. Dasar-Dasar
Karakter
dan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhinya ............................................................ 22 3. Hubungan Pembentukan Karakter dengan Tujuan Pendidikan
vii
Karakter.............................................................................. 25 4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia ............................. 26 5. Landasan-Landasan Karakter Islam .................................. 30 C. Nilai-Nilai Karakter Yang Terkandung Dalam Metode Amtsilati .................................................................................................. 32 D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 35 E. Kerangka Berfikir .................................................................. 36 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ............................... 38 B. Metodologi Penelitian ............................................................ 38 C. Populasi dan Sampel .............................................................. 40 D. Sumber Data ........................................................................... 41 E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 41 F. Instrumen Penelitian ............................................................. 44 G. Analisis Data .......................................................................... 45 H. Teknik Penulisan .................................................................... 50
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Data Umum Pondok Pesantren Darul Falah “AMTSILATI” .. 51 B. Deskripsi Kitab Amtsilati ........................................................ 60 C. Penerapan Metode Amtsilati dalam pembentukan Karakter Islami .................................................................................................. 62 D. Nilai-nilai Karakter Dalam Penerapan Metode Amtsilati............. 65 E. Karakter siswa/santri Pondok Pesantren Darul Falah .............. 67 F. Deskripsi dan Analisis Data Terhadap Angket Pembentukan Karakter .................................................................................... 67
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 72 B. Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN ................................................................................................. 78
viii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Domain Budi Pekerti Islami ____29 Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Karakter Islami Metode Amtsilati ____45 Tabel 3.2 Ketentuan skor pembentukan karakter melalui metode Amtsilati ___49 Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Data Terhadap Angket Pembentukan Karakter ___69 Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator ___71 Tabel lamp.1 Mengenai kejujuran pada saat ujian ____89 Tabel lamp.2 Mengenai perkataan santri/siswa pada saat transaksi membeli barang ____89 Tabel lamp.3 Mengenai pernyataan santri/siswa pada saat meminjam barang ____90 Tabel lamp.4 Mengenai tindakan kejujuran santri/siswa dalam memberi bantuan kepada orang lain ____91 Tabel lamp.5 Mengenai alasan santri/siswa pada saat meminta izin keluar pondok pesantren ____91 Tabel lamp.6 Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan yang telah di hafalkan dan dipelajari ____92 Tabel lamp.7 Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan kitab Qaidah Amtsilati yang sudah dipelajari ____93 Tabel lamp.8 Kerja keras dalam mempelajari dan mempraktekan kitab Amtsilati ____94 Tabel lamp.9 Kerja keras dalam menghemat uang bulanan ____95 Tabel lamp.10 Kerja keras dalam membantu orang tua ____95 Tabel lamp.11 Kedisiplinan dalam tata tertib pondok pesantren ____96 Tabel lamp.12 Kedisiplinan dalam kegiatan belajar Amtsilati ____97 Tabel lamp.13 Kedisiplinan dalam ibadah shalat berjamaah ____97 Tabel lamp.14 Kedisiplinan dalam ibadah mengaji/sekolah ____98 Tabel lamp.15 Kedisiplinan dalam ibadah puasa sunah (senin dan kamis) ____98 Tabel lamp.16 Kerjasama dalam mempelajari kembali Amtsilati ____99 Tabel lamp.17 Kerjasama dalam mengingat kembali hafalan Amtsilati dengan sistem tatap muka/takroran ____100
ix
Tabel lamp.18 Kerjasama dalam membersihkan lingkungan pondok pesantren ___100 Tabel lamp.19 Kerjasama dalam membersihkan lingkungan rumah ____101 Tabel lamp.20 Kerjasama dalam mengerjakan tugas sekolah ____101 Tabel lamp.21 Kepatuhan dalam mendengarkan pengajian ____102 Tabel lamp.22 Kepatuhan terhadap perintah Kyai (Romo Yai) ____103 Tabel lamp.23 Ketaatan/kepatuhan terhadap perintah orang tua ____104 Tabel lamp.24 Ketaatan dalam beribadah berupa shadaqoh ____104 Tabel lamp.25 Ketaatan/kepatuhan dalam mengikuti pengajian Al-Qur‟an ____105 Tabel lamp.26 Kesabaran/Ketabahan dalam menghadapi musibah ____106 Tabel lamp.27 Sabar dalam menjalani aktivitas pesantren ____106 Tabel lamp.28 Sabar di dalam pondok pesantren ____107 Tabel lamp.29 Sabar dalam menghafalkan baith-baith khulasoh yang merupakan salah satu bagian dari kitab Amtsilati ____108 Tabel lamp.30 Sabar/tabah dalam menunggu uang bulanan ____108 Tabel lamp.31 Tabel Jadwal Kegiatan Harian Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Bangsri Jepara ___114
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Ruangan atau Skema Kenaikan Kelas Pembelajaran Amtsilati ____14 Gambar lamp.1 Gambar kegiatan-kegiatan santri Amtsilati ___110
xi
DAFTAR LAMPIRAN Pedoman Wawancara ....................................................................................
78
Data hasil wawancara ....................................................................................
81
Data angket pembentukan karakter ............................................................
89
Gambar kegiatan-kegiatan santri Amtsilati ................................................ 110 Jadwal Kegiatan Harian Ponpes Darul Falah............................................. 114 Angket Penelitian Skripsi .............................................................................. 116 Brosur Pesantren Surat Bimbingan Skripsi Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lembar Uji Referensi Biodata
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Demikian pula dengan pendidikan di negeri tercinta ini. Bangsa Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi dan komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan. Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia.1 Dalam mencapai gagasan tersebut-pun dunia pendidikan Indonesia berusaha untuk meraih tujuan pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya membenahi kurikulum yang ada, komponen-komponennya, peningkatan kualitas pendidik, sarana dan prasaranya pendidikan serta yang lainnya. Salah satu dari objek pembenahannya ialah 1
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 9.
1
2
penerapan pendidikan karakter. Sebagaimana yang tersirat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2 Sementara itu jika kita melacak gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Komponen-komponen budi pekerti, pikiran dan, tubuh anak itu tidak boleh dipisah-pisahkan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak. Hal ini dapat dimaknai bahwa menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pendidikan. Jika kita cermati konsep pendidikan system among Ki Hajar Dewantara yang selengkapnya meliputi, ing ngarsa sung tuladha(jika di depan memberikan teladan), ing madya mangun karsa (jika di tengah-tangah atau sedang bersama-sama menyumbangkan gagasan, maknanya disamping guru memberikan idenya, para siswa juga didorong untuk mengembangkan karsa atau gagasannya), dan tut wuri handayani(jika berada di belakang menjaga agar tujuan pendidikan tercapai dan peserta didik diberi motivasi serta diberi dukungan psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan) sebenarnya sarat akan nilai-nilai karakter. Secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut, Ing ngarsa sung tuladha, mengandung nilai keteladanan pembimbingan dan pemanduan. Ing madya mangun karsa, mengandung nilai kreativitas dan pengembangan gagasan, serta dinamisasi pendidikan. Tut wuri handayani, mengandung nilai memantau, melindungi, merawat, menjaga, memberikan penilaian, dan saran-saran perbaikan, sambil
2
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 26.
3
memberikan kebebasan untuk bernalar dan mengembangkan karakter peserta didik.3 Mengingat bahwa generasi sekarang ini kurang mengedepankan norma dan etika, sehingga norma-norma para siswa telah berubah menjadi ketidak jujuran, kekerasan, mudah marah dan tersinggung. Mejadi peringatan bagi kita karena persentase siswa yang telah kehilangan nilai-nilai fundamental seperti rasa hormat, kejujuran, berbuat baik, dan pelanggaran hukum semakin meningkat. Dharma Kesuma mengutip pada sumber-sumber akurat, dalam bukunya menyatakan bahwa. 1. Kondisi moral/akhlak generasi muda yang rusak/hancur, ditandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja(generasi muda), peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar, dan sebagainya. Data hasil survey mengenai seks bebas di kalangan remaja menunjukan 63% remaja Indonesia melakukan seks bebas. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survai oleh lembaga survai yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008. 2. Sedangkan remaja korban narkoba di Indonesia ada 1,1 juta orang atau 3,9% dari total jumlah korban. 3. Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SMP, dan SMA, yang terlibat tawuran mencapai 0,08% atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di Jakarta. Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia.4 Sedangkan menurut Akhmad Muhaimin Azzet yang mengutip pernyataan Luh Putu Ikha Widani menyatakan bahwa, angka kehamilan yang tidak diinginkan(KTD) pada remaja menunjukan kecenderungan meningkat, yakni berkisar 150.000 hingga 200.000 kasus tiap tahunnya. Hal ini diperkuat dengan survai yang pernah dilakuan di Sembilan kota besar di Indonesia menunjukan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus, 27% diantaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5% adalah pelajar.5 Selanjutnya Kagan mengutip sejumlah angka statistik terkait kenakalan remaja sebagai berikut: 1. Lebih dari 1 di antara 3 siswa melaporkan bahwa mereka tidak aman di sekolah 3
Ibid., h. 33. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di Sekolah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.3. 5 Azzet, op. cit., h.11. 4
4
2. 83% siswa perempuan dan 60% siswa lelaki telah mengalami pelecehan seksual di sekolah berupa disentuh, dicubit, dan digerayangi 3. 180.000 siswa membolos setiap hari karena takut pada kekerasan dan pemalakan(bullies) 4. 54% siswa sekolah menengah pertama dan 70% siswa sekolah menengah atas mengaku telah berbuat curang pada saat ujian tahun sebelumnya 5. 47% siswa menengah atas mengaku mereka mengutil/mencuri di toko swalayan selama 2 bulan terakhir 6. Jika pada tahun 1950, di antara remaja berusia 14-17 tahun kurang dari 0,5% yang ditahan polisi, pada tahun 1990 telah meningkat menjadi lebih dari 13% Pentingnya pendidikan karakter diperkuat oleh Nucci dan Narvaez yang mengungkap bahwa 80% Negara bagian telah memiliki mandat untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Negara-negara bagian tersebut cenderung merefleksikan harapan khalayak masyarakat agar sekolah menjadi suatu tempat di mana anak-anak memperoleh dukungan bagi pembentukan nilainilai seperti kejujuran(97%), hormat terhadap orang lain(94%), demokrasi(93%), dan menghormati orang-orang yang berbeda ras dan latar belakang(93%). Hal ini termaktub dalam Agenda Publik. Pada Public Agenda ditambahkan satu ekspektasi lagi: khalayak mendukung sekolah dalam mempromosikan nilai-nilai seperti kejujuran dan toleransi(78%). Sementara itu di perguruan tinggi, dalam publikasi yang mengkhususkan diri pada masalah kecurangan ujian yang tersedia secara online, Profesor Mc Cabe menyampaikan hasil riset mengapa kecurangan ujian di perguruan tinggi di Amerika Serikat marak berlangsung, antara lain karena; 1. Secara kelembagaan(institusional), norma kampus lemah, tidak ada kode etik kehormatan, hukuman yang dijatuhkan amat ringan, dukungan para dosen terhadap kebijakan integritas akademik rendah, hanya sedikit kemungkinan pelaku tertangkap basah, kejadiannya besar, tetapi institusi yang menangani kurang. 2. Secara personal, baik dalam dunia bisnis maupun dunia rekayasa, umumnya berbuat curang sudah menjadi kebiasaan. Lelaki dilaporkan lebih sering curang daripada perempuan. Berbuat curang banyak terjadi pada siswa dengan kecakapan akademik rendah, banyak terjadi pada para
5
remaja, para siswa/mahasiswa banyak yang terlibat dalam pemufakatan berbuat curang.6 Data tersebut menunjukan betapa penting dan mendesaknya pelaksanaan pendidikan karakter yang efektif, yang termasuk dalam pendidikan kecakapan hidup. Schwatrz dalam suatu pertanyaan retorik menyampaikan: “mengapa pendidikan karakter diperlukan?” menjawabnya dengan penjelasan bahwa pendidikan karakter terbukti membantu menciptakan perasaan sebagai anggota komunitas di sekolah. Dalam masyarakat
abad XXI yang semakin menyadari pentingnya
menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif, dan proaktif. Khususnya di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yang dimana persepsi Islam ialah beriman, berakhlak, dan sangat menjunjung tinggi sopan santun/moralitas, tapi karena terjadinya banyak faktor yang menyebabkan nilainilai tersebut semakin menghilang. Dalam hal ini seharusnya bidang pendidikan mempunyai andil yang cukup besar dalam menangani kemerosotan nilai-nilai ini, tapi kenyataannya karena kurangnya sumber daya manusia yang memadai dalam bidang akhlak atau bidang pendidikan maka pendidikan yang sekarang, belum sepenuhnya berhasil menciptakan generasi yang di cita-cita kan bangsa. Misalnya dalam pendidikan, mengenai penggunaan metode yang masih mengacu pada metode konvensional, dan banyak mengadopsi metode dari luar yang bila diterapkan di negara kita kurang pas karena latar belakang dari adat dan budaya yang berbeda, serta metode-metode klasik seperti metode yang sering digunakan pada pesantren-pesantren Indonesia yang masih banyak belum di modifikasi menjadi metode yang relevan saat ini. K.H. Taufiqul Hakim mengatakan dalam bukunya “Kenapa metode belajar dulu sangat lambat? Karena diantaranya pembahasan tidak fokus atau berteletele”.7 Dan beliau menawarkan metode Amtsilati sebagai bagian dari kurikulum nasional, metode tersebut termasuk modifikasi dari metode-metode terdahulu dengan metode pembelajaran aktif atau metode yang relevan saat ini. Dalam 6
Samani, op. cit., h. 14. Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 40. 7
6
kaitannya dengan faktor kemerosotan moral anak bangsa, berbagai riset di sejumlah negara membuktikan perlunya pendekatan pembelajaran yang mampu mengikat siswa atau mahasiswa untuk aktif dalam pembelajaran, membuat pembelajaran lebih relevan, menyenangkan, serta menyajikan pengalaman belajar yang membangkitkan motivasi untuk belajar. Di Indonesia kesadaran semacam ini pada tataran sekolah dasar dan sekolah menengah telah memunculkan pendekatan pembelajaran PAKEM(pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) yang merupakan salah satu pilar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Beberapa sumber memodifikasi PAKEM ini menjadi PAIKEM, dengan sisipan inovatif di antara aktif dan kreatif.8 Dari pernyataan K.H Taufiqul Hakim di atas, penulis berfikir bahwa untuk merubah karakter suatu bangsa maka harus dimulai dari pendidikan karakter dan termasuk metode yang berkarakter sesuai dengan karakter bangsa, yakni metode Amtsilati yang merupakan pembaharuan dari metode-metode terdahulu. Dalam hal ini penulis mengangkat skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Amtsilati dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan judul yang penulis ambil yakni, “Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara”, dapat diambil garis besar yang melatar belakangi, dari judul tersebut pertama, yakni dari faktor kemerosotan karakter anak bangsa, yang kedua adalah system pendidikan Indonesia yang masih bermasalah, dan yang ketiga adalah sumber daya manusia dalam mengatasi pendidikan di Indonesia yang belum kompeten, seperti penggunaan metode pembelajaran yang kurang pas dalam kegiatan pembelajaran dan minimnya metode lokal yang dikembangkan. Maka dari itu dapat di idetifikasikan permasalahan dasar dari latar belakang tersebut antara lain : 1. Kurangnya aplikasi dan aspek-aspek keislaman pada diri siswa 8
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 2.
7
2. Terdapat orang-orang Islam yang kurang menerapkan atau mencerminkan karakter Islami 3. Minimnya metode-metode pembelajaran yang berbasis keislaman 4. Terdapat lulusan pesantren yang kurang bekarakter islami 5. Terdapat guru-guru yang kurang menerapkan karakter keislaman pada proses pembelajaran 6. Minimnya penerapan metode yang relevan dengan budaya Indonesia 7. Minimnya metode pembelajaran aktif yang diaplikasikan, sehingga berdampak pada proses pembelajaran yang masih kaku (teacher centered)
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis tidak akan membahas seluruh permasalahan yang diidentifikasikan di atas. Penulis membatasi pada aspek pembelajaran metode Amtsilati, dan bagaimana metode Amtsilati berpengaruh terhadap perubahan karakter Islami. Karakter Islami disini hanya dilihat dari sisi, karakter jujur,
kerja
keras,
disiplin,
kerjasama,
ketaatan(kepatuhan),
dan
kesabaran/ketabahan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dan akan dikaji serta diteliti penulis dalam tulisan ini adalah “Bagaimana penerapan metode Amtsilati dalam pembentukan karakter Islami siswa di pondok pesantren Darul Falah Bangsri Jepara?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan penerapan metode Amtsilati dalam pembelajaran kitab kuning/gramatikal bahasa Arab. 2. Mengetahui nilai-nilai karakter dari penerapan metode Amtsilati. 3. Untuk mengembangkan alternatif metode pembelajaran aktif berbasis keislaman dan budaya Indonesia.
8
4. Untuk solusi dari permasalahan metode-metode konvensional dan yang masih kurang relevan
F. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan sumbangan teoritik berupa kritik dan saran serta pendapat tentang penerapan metode Amtsilati dalam pembentukan karakter Islami siswa. 2. Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasilnya dapat dijadikan bahan kajian dan masukan tentang penerapan metode Amtsilati pada lembagalembaga pendidikan yang terkait, guna menjadikan metode aktif dan berkarakter yang berbasis pesantren. 3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi dan menjadi pengetahuan dasar serta perbandingan dalam penyusunan skripsi, bagi peneliti selanjutnya dalam melaksanakan penelitian 4. Hasil penelitian ini, tentang metode Amtsilati diharapkan dapat memperkaya dan memperbaharui metode-metode yang telah ada.
BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Metode Amtsilati 1. Pengertian Metode Amtsilati Menurut kamus bahasa Indonesia, metode berarti cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 1 Sementara itu Tri Rama K mendefinisikan, metode adalah cara yang telah diatur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.2 Haidar Putra Daulay menyatakan bahwa, metode adalah upaya atau cara pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik.3 Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa metode adalah suatu cara atau alat untuk menggapai suatu tujuan.
1
M. Arifin Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1966), h. 61. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, t.t), h. 331. 3 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007), cet. I, h. 92. 2
9
10
Amtsilati berasal dari bahasa arab yakni dari kata ٌ مَ َثلَ يَمْ ُثلُ مُثُولyang berarti contoh, dan dalam bentuk jamak’
امثلةyang artinya contoh-contoh, dan
berakhiran “ti” itu diambil dari kata Qira’ati.4 Dan juga bisa diartikan sebagai Amtsilah(lambang), dimana di dalam kitab-kitab Amtsilati, itu bisa dijadikan sebagai lambang-lambang untuk memudahkan para santri atau peserta didik dalam mempelajari ilmu alat.5 Serta definisi lain menyebutkan bahwa, Amtsilati adalah kitab atau buku berisi metode membaca kitab kuning secara cepat, yang digagas oleh KH Taufiqul Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara, Jawa Tengah.6 Dengan demikian metode Amstilati adalah cara yang digunakan untuk mempelajari kitab kuning atau gramatika bahasa Arab dengan cepat melalui kitabkitab yang telah disusun oleh KH. Taufiqul Hakim dari pondok pesantren Darul Falah Bangsri, Jepara. Kitab tersebut berjumlah 10 jilid yakni berupa, 5 jilid Amtsilati, 2 jilid tatimmah, 1 jilid qa’idati, 1 jilid khulashoh, dan 1 jilid sharfiyah.
2. Sejarah Metode Amtsilati Ditemukannya metode Amtsilati, berawal dari pengalaman pribadi penemu metode tersebut, yakni KH. Taufiqul Hakim. Beliau mulai menuntut ilmu agama atau nyantri di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen, Margoyoso Pati, dan dilanjutkan perjuangannya ke Peguruan Islam Mathali’ul Falah, di bawah bimbingan KH. Sahal Mahfudh dan KH. Abdullah Salam. Dengan pengalaman beliau menuntut ilmu di pesantren-pesantren, beliau merasa cukup kesulitan dalam memahami kitab kuning. Hal tersebut dirasakannya karena latar belakang beliau dari sekolah umum(TK, SD, dan MTsN), yang identiknya sangat sedikit, pembelajaran ilmu tentang agamanya. Untuk memahami kitab kuning atau pemahaman tentang gramatika bahasa Arab, yang dimana persyaratan pada waktu itu ialah dengan menghafal nadzam Alfiyah atau memahaminya, maka beliau 4
Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, (Jepara: PP Darul Falah, 2004), h. 8. 5 Ibid., h. 57. 6 Ensiklopedia NU, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,40297-lang,idc,nasional-t,Amtsilati++Metode+Baru+Ngaji+Nahwu-.phpx, 15 Agustus 2013.
11
dengan sekuat tenaga menghafalkannya. Tetapi setelah beliau lulus dari Diniyah Wustho atau yang sederajat dengan madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama selama 2(dua) tahun, dan beliau mulai masuk kelas satu madrasah Aliyah, Alfiyah yang telah dihafal pun, hilang sedikit demi sedikit dari ingatannya dikarenakan terkalahkan dengan hafalan-hafalan wajib madrasah Aliyah yang lain. Kemudian mulai memasuki kelas dua Aliyah, beliau mulai menyadari bahwa hafalan-hafalan Alfiyah merasa dibutuhkan karena ternyata hafalan tersebut bermanfaat untuk pemahaman dalam mempelajari kitab kuning. Merasakan manfaatnya hafalan Alfiyah, yang sebelumnya menghafal tanpa mengetahui untuk
apa tujuannya, tetapi
setelah mengetahuinya
beliau
bersemangat, dan termotivasi untuk semakin memahami Alfiyah. Setelah beliau memahami semua dari pembahasan kitab Alfiyah, beliau menyimpulkan bahwa nadzam Alfiyah yang berjumlah 1000 baith/syair, tidak semuanya harus dipelajari secara detail, tapi hanya beberapa yang harus diprioritaskan. Hanya sekitar 100200 baith/syair yang harus dipelajari terlebih dahulu untuk lebih cepat memahami tata bahasa atau ilmu nahwu dan sharaf, dan yang lainnya adalah sebagai penyempurna. Tahun 1995 beliau lulus dari Kajen, setelah itu beliau mulai merintis pembelajaran yang sangat sederhana karena keterbatasannya ekonomi. Dimulai bersama teman-temannya yang berjumlah empat orang, lalu bertambah dengan keponakan beliau dan teman-temannya. Sementara itu beliau merasakan keinginan untuk menuntut ilmu kembali, dikarenakan beliau rasa ada yang kurang dalam dirinya. Lalu beliau pergi ke pesantren Thariqah, yang di asuh oleh KH. Salman Dahlawi. Satu minggu berlalu, beliau mendengar kabar bahwa ayahanda beliau meninggal, dan hal tersebut menjadi suatu penyesalan karena beliau tidak bisa mengantarkan jasad ayahandanya ke pemakaman. Kejadian tersebut membuat beliau bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Thariqah, setelah beliau kembali dari rumahnya. Beliau akhirnya menyelesaikan pesantren Thariqah dalam 100 hari. Dan setelah itu beliau pulang ke kediamannya, dan mendapati pondok kecil yang didirikannya sepi dari santri yang dahulu pernah ia didik.
12
Lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, derita, dan perjuangan beliau lalui dengan tabah sambil merintis pesantren kecil yang beliau bimbing dengan santri yang seadanya. Suatu hari ide nama Amtsilati pun muncul, karena beliau mendengar ada suatu metode cepat baca Al-Qur’an yakni yang dikenal dengan Qira’ati. Tanggal 27 Rajab, tahun 2001 M, beliau mulai merenung dan mujahadah(sebuah istilah yang dapat digunakan untuk aktivitas amalan-amalan yang dilakukan atau dibaca secara bersungguh-sungguh dan terus-menerus, seperti: membaca wirid, doa yang diijazahkan untuk mengamalkannya oleh para kyai),7 sampai tanggal 17 Ramadlan, bertepatan dengan malam Nuzulul Qur’an, di saat bermujahadah terkadang beliau pergi ke makam Mbah Ahmad Mutamakin, dan di tempat tersebut beliau seakan-akan berjumpa dengan Syeikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandiy(pendiri Thariqah Naqsyabandiyah), Syeikh Ahmad Mutamakin, dan Imam Ibnu Malik dalam keadaan setangah sadar. Semenjak kejadian pada hari itu beliau merasa mendapat dorongan yang sangat kuat untuk menulis, siang malam beliau menulis, dan pada akhirnya selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulisan tangan pada tanggal 27 Ramadlan, beliau melakukannya hanya dalam rentan waktu sepuluh hari(17-27 Ramadlan). Setelah Amtsilati selesai dengan tulisan tangan, dilakukan pengetikan Amtsilati yang memakan waktu hampir satu tahun, dari Khulashah sampai Amtsilati. Lalu dicetak sebanyak 300 set, sebagai follow up dari terciptanya Amtsilati. Dan dibukanya bedah buku di gedung Nahdlatul Ulama(NU) Kabupaten Jepara, pada tanggal 16 Juni 2002. Dari acara bedah buku itu pun Amtsilati mulai menjadi perbincangan yang pro dan kontra, puncaknya pada tanggal 1 Agustus 2004, Amtsilati telah tercetak lebih dari 3 juta eksemplar, dan sudah merambah ke negeri tetangga yakni Malaysia.8
7
Dadan Ramdhani Umarela, Penerapan Metode Amtsilati dalam Meningkatkan Baca Kitab Kuning (Studi KasusTerhadapPembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren As Salafiyah Sukabumi), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 20, t.d. 8 Hakim, op. cit., h. 1-10.
13
3. Teknik Pembelajaran Metode Amtsilati dan Pasca Amtsilati Sebelum membahas sistematika pembelajaran metode Amtsilati, perlu diketahui dahulu tentang pembagian penggunaan kitab Amtsilati. Dari 1 paket kitab Amtsilati yang terdiri dari 10 jilid. Adapun prosedur penggunaan jilidnya yakni; 5 jilid Amtsilati dipakai secara bertahap atau berurutan, setelah jilid 1 selesai, baru naik ke jilid 2, dan seterusnya sampai jilid 5. Tetapi untuk naik ke jilid yang selanjutnya, peserta didik harus melalui tes tulis terlebih dahulu, yang berupa pengisian soal-soal jilid yang sudah dilaluinya, Besertaan dengan pembelajaran dari 5 jilid tersebut, diiringi dengan pemahaman rumus qa’idah yang terdapat di dalam jilid qa’idati, serta penghafalan dalil-dalil dari ringkasan Alfiyah Ibnu Malik yang terdapat pada jilid khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, dan terakhir adalah sesi tes, evaluasi, atau praktek yang menggunakan 2 jilid tatimmah, adapun penggunaan sharfiyah yakni pada saat peserta didik mulai pada jilid ke-4 Amtsilati.9 Teknik pembelajaran metode Amtsilati, ialah sebagai berikut: 1. Dalam waktu 1 minggu sampai 10 hari diusahakan peserta didik menyelesaikan 1 jilid. Jika ada peserta didik yang susah menyelesaikan Amtsilati dalam satu jilid, maka sebaiknya anak tersebut ditinggal saja, maksudnya anak tersebut tetap mempelajari sampai dia menyelesaikan Amtsilati pada jilid yang dia pelajari. 2. 1 kali pertemuan membutuhkan waktu 45 menit, dengan rincian, 10 menit pertama untuk mengulangi rumus qoidah pelajaran sebelumnya yang termuat dalam jilid qa’idati, kemudian dalam 25 menit yang selanjutnya, untuk mempelajari materi baru, dan 10 menit setelahnya untuk menghafal rumus qaidah yang telah dipelajari. 3. Dalam 1 hari terdapat 3-4 kali pertemuan.10 4. Tes dalam pembelajaran Amtsilati dilakukan, setelah peserta didik menyelesaikan 1 jilid Amtsilati yang semuanya berjumlah 5 jilid, dan tes tersebut dilakukan dengan tes tulis. Peserta didik dinyatakan “lulus” 9
Umarela, op. cit., h. 20, t.d. Hakim, op. cit., h. 13.
10
14
apabila, nilai dari tes yang telah ia kerjakan mencapai nilai sembilan koma sekian,(9,…), sebaliknya apabila ada peserta didik yang nilainya kurang dari sembilan maka dinyatakan “tidak lulus”. 5. Setelah semua pembelajaran Amtsilati selesai, maka dilakukan tes akhir. Tes dilakukan secara tertulis dan lisan atau praktek, dan ditempatkan pada ruangan khusus tes. Dan apabila peserta berhasil dalam tes dan praktik, maka peserta didik tersebut berhak melanjutkan ke program pasca Amtsilati. Metode ini termasuk dalam metode pembelajaran aktif, karena siswa/santri akan selalu berkomunikasi atau berdialog selama proses pembelajaran berlangsung, baik dengan guru/ustadznya maupun dengan sesama siswa. Siswa juga aktif dalam hal persaingan/kompetisi kenaikan kelas, karenanya siswa harus rajin dalam belajar dan hafalan. Siswa yang tidak lulus tes/ujian bisa langsung mengikuti tes/ujian apabila sudah siap dan menguasai materi.11 Berikut ini adalah skema ruangan atau skema kenaikan kelas pembelajaran metode Amtsilati: Gambar 2.1 Skema Ruangan atau Skema Kenaikan Kelas Pembelajaran Amtsilati
11
Hakim, op. cit., h. 32
15
Model pembelajaran pasca Amtsilati, adalah perpaduan antara pembelajaran sistem
lama/klasik
dan
modern,
sistem
lama
yakni
dengan
metode
bandongan/wetonan, dan sorogan, yang memakan waktu dua tahun. Sedangkan sistem modern, yakni berbasis komunikasi/bahasa, dan memakan waktu satu tahun.12 Samsul Nizar mengutip pendapat dari Abasri yang menyatakan bahwa; metode bandongan/wetonan adalah metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Pelajaran diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardlu. Di Jawa barat metode ini dikenal dengan metode bandongan, sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah. Selanjutnya adalah metode sorogan, metode sorogan adalah metode dimana santri menghadap Kyai, seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dalam keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab system ini menuntut kesabaran, kerajina, ketaatan, dan disiplin pribadi santri/kendatipun demikian, metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab langsung.”13 Selanjutnya dalam pembelajaran sistem modern, dimaksudkan peserta didik dapat menguasai ilmu bahasa dan komunikasi. Adanya sistem ini karena menanggapi bahwa fenomena yang terjadi pada lulusan pondok pesantren tradisional/salafi itu kurang menguasai ilmu bahasa atau percakapan/komunikasi. Program lanjutan pasca Amtsilati merupakan program penyempurna setelah lulus dari Amtsilati, karena Amtsilati adalah program yang bertujuan untuk membaca kitab kuning dengan cepat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh KH. Taufiqul Hakim dalam bukunya, “Jangan pindah dari satu fan ke fan yang lain sebelum fan itu sempurna.”14 Dengan adanya program pasca Amtsilati maka diharapkan
peserta
didik
akan
memperoleh
pemahaman-pemahaman
intelektualitas yang lebih, dan akan menjadi manusia yang beradab dan berkarakter. Hal tersebut telah diketahui khalayak umum (ma’lum), bahwa umat yang berkarakter dan beradab serta hidup dalam kedamaian adalah keinginan dari semua orang, namun implementasinya yang kurang. Dengan kata lain untuk
12
Hakim, op. cit., h. 70. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam “Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. III, h. 258. 14 Hakim, op. cit., h. 67. 13
16
mencapai manusia yang berkarakter, yakni dengan ilmu atau dengan mengetahui/memahami akan hal yang baik dan buruk dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Allah SWT:
.... “Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sungguh, Aku akan menjadikan di muka bumi seorang khalifah…” (Qs. Al-Baqarah, 2:30) Seorang yang diangkat sebagai khalifah tentu tidak sembarangan, seorang khalifah sudah pasti berkarakter. Adi Hidayat berpendapat bahwa, “tugas khalifah ialah menegakan nilai-nilai rabbani di muka bumi, sekaligus mengisi hidupnya dengan ibadah, dan tugas ini hanyalah dibebankan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.”
15
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani juga
berpendapat bahwa “Siswa belajar berkarakter dengan cara menyerap ilmu pengetahuan dan meneladani para guru”, dan “ilmu pengetahuan merupakan salah satu kebutuhan fitrah manusia, karena dengan ilmu pengetahuan, secara sadar atau tidak, manusia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kehidupannya.”16
4. Kelebihan Metode Amtsilati Ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode Amtsilati ini, diantaranya adalah sebagai berikut:17 a. Peletakan rumus disusun secara sistematis b. Contoh diambil dari Quran dan Hadist c. Siswa dituntut untuk aktif, semangat, komunikatif, dan dialogis.18 d. Siswa dapat menjadi guru bagi teman-temannya.19 e. Penyelesaian gramatika bahasa Arab melalui penyaringan dan pentarjihan. 15
Adi Hidayat, “Ma’rifatul Insan (Bimbingan al-Qur’an Menuju Insan Paripurna)”, (Jakarta: Quantum Adi Karya, 2012), cet. I, h. 25. 16 Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h. 63-69. 17 Saepul Hidayatulloh, http://idb4.wikispaces.com/file/view/an4003.pdf, 2 November 2013. 18 Hakim, op. cit., h.32 19 Hakim, op. cit., h.16-17
17
f. Rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang terangkum dalam dua buku khusus, yaitu rumus qa’idah dan khulasoh alfiyah.
B. Karakter Islam 1. Pengertian Karakter Islam Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas tabiat, temperamen, watak,.” Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Asal kata “Karakter” dapat dicari dengan kata lati “Kharakter”, “Kharassein”, dan “Xharax”, yang maknanya “tool for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak dignakan kembali dalam bahasa Prancis “carter” pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris, menjadi “Character”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “Karakter”. Secara etimologis, karakter(character) berarti mengukir(verb) dan sifat-sifat kebajikan(noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau melembagakan sifat-sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.20 Menurut Wynne karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan tata cara
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani mengutip pendapat Abdul Haris bahwasannya karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai, seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela bekorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berfikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, 20
Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Jakarta: Islamic Research Publishing, 2010), Cet. III, h. 8.
18
pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu.21 Karakter adalah istilah serapan dari bahasa Inggris character. Encarta Dictionaries menyatakan bahwa “karakter” adalah kata benda yang memiliki arti: 1. Kualitas-kualitas pembeda 2. Kualitas-kualitas positif 3. Reputasi 4. Seseorang dalam buku atau film 5. Orang yang luar biasa 6. Individu dalam kaitannya dengan kepribadian, tingkah laku, atau tampilan Di samping itu terdapat kata karakteristik(characteristic) yang masih kata benda yang artinya : figur(ciri) pembatas(defining feature), sebuah fitur atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali. Kata sifat untuk karakter adalah “khas”(typical), artinya pembeda atau mewakili seseorang atau hal tertentu. Hurlock dalam bukunya, Personality Development, secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani, sebuah unsur esensial dari karakter, adalah sebuah pola kebiasaan perlarangan yang mengontrol tingkah laku seseorang, membuatnya menjadi selaras dengan pola-pola kelompok yang diterima secara sosial. Berikut merupakan komponen-komponen karakter menurut Hurlock : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 21
Aspek kepribadian Standar moral dan ajaran moral Pertimbangan nilai Upaya dan keinginan individu Hati nurani Pola-pola kelompok Tingkah laku individu dan kelompok.22
Hamid, op. cit., h. 30. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di Sekolah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 23. 22
19
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan , dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Scerenko mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yan membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya yang dapat diunduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciriciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter, juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang. Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup berdasarkan atas pilar kedamaian(peace),
menghargai(respect),
kerja
sama(cooperation),
kebebasan(freedom), kebahagiaan(happines), kejujuran(honesty), kerendahan
20
hati(humility),
kasih
sayang(love),
tanggung
jawab(responsibility),
kesederhanaan(simplicity), toleransi(tolerance), dan persatuan(unity). Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perlaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran”(Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit atau menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. Di sekitar lingkungan social yang keras seperti di Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku antisocial, keras, tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara itu di lingkungan yang gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras berani mati. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta factor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.23 “Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, aslama, yuslimu, islam. Ditinjau dari segi bahasa, Islam memiliki beberapa arti: 1. Islam berarti ta’at/patuh, dan berserah diri kepada Allah SWT. 2. Islam berarti damai dan kasih sayang. Maksudnya, agama Islam mengejarkan perdamaian dan kasih saying bagi umat manusia tanpa memandang warna kulit, agama, dan status sosial. Oleh karenanya Islam tidak membenarkan adanya penjajahan. 3. Islam berarti selamat, maksudnya Islam merupakan petunjuk untuk memperoleh keselamatan hidup baik di dunia maupun akhirat kelak. Ditinjau dari segi pengertian istilah, menurut Drs. Humaidi Tatapangarsa dalam bukunya Kuliah Aqidah Lengkap, Islam memiliki dua macam pengertian: Pengertian khusus dan pengertian umum. 1. Islam menurut pengertian khusus adalah agama yang diajarkan oleh Nabi 23
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 41.
21
Muhammad SAW. 2. Menurut pengertian umum, Islam ialah agama yang diajarkan oleh semua Nabi dan Rasul Allah SWT dari mulai Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW.”24 Menurut penjelasan Abu al-A’la Al-Maududi, Islam adalah tunduk dan patuh terhadap perintah orang yang memberi perintah dan larangan tanpa membantah, sedangkan Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa islam itu adalah taslim (menyerah). Taslim itu yakin. Yakin itu percaya. Percaya itu berikrar. Berikrar itu menunaikan, dan menunaikan itu adalah amal.25 Dalam bukunya yang berjudul nilai-nilai karakter islam berhulu dari akhlak, berhilir pada rakhmat, Rusydi Sulaiman menjelaskan dari sudut pandang nilai keislaman, bahwa seseorang dapat terhindar/terjaga dari kerusakan moral atau perilaku negatif, apabila orang tersebut mempunyai akhlak terutama akhlak Islami. Bahkan apabila orang tersebut dapat menjalankan nilai keislaman secara istiqomah/kontinyu maka orang tersebut akan mendapatkan derajat yang lebih disisi manusia dan Tuhan, dan perilaku tersebut dikatakan sebagai muru’ah. Muru’ah adalah batasan kesopanan yang bersifat sangat pribadi yang membawa kearah pemeliharaan diri terhadap tegaknya kebijakan moral dan kebiasaan seseorang, atau juga dapat didefinisikan sebagai akhlak, etika, tatakrama, adab, sikap, tingkah laku, dan kesopanan pada batasan yang sangat halus.26 Maka dengan definisi-definisi tersebut, karakter Islami adalah watak, tabiat, atau perangai seseorang yang dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam, artinya watak tersebut tersifati oleh norma-norma keislaman.
2. Dasar-Dasar Karakter dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya “Kementrian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pembentukan karakter dalam diri individu menyangkut seluruh potensi individu manusia, baik dari sisi kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik dalam interaksi social-kultural dalam 24
Syamsul Rijal Hamid, Buku pintar Islam, (Bogor: Cahaya Islam, 2011), cet. V, h. 20 Abu Muslim, 1001 Pertanyaan Soal Jawab Agama,(Jakarta, PT Gramedia, 2010), h. 1. 26 Rusydi Sulaiman, Nilai-Nilai Karakter Islam: Berhulu Dari Akhlak, Berhilir Pada Rakhmat, (Bandung: Marja, 2013), cet. I, h. 36. 25
22
keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang berlangsung seumur hidup. Konfigurasi yang digagas tersebut menyangkut olahhati(spiritual and emotional development)
olahpikir(intellectual
deveopment),
olahraga
dan
kinestetik
(physical and kinesthetic development), dan olahrasa dan karsa(affective and creativity development)”. Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yang dikembangkan dari buku Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 , antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, bersyukur jujur, amanah, adil, tertib, sabar, disiplin, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, punya rasa iba(compassion), berani mengambil resiko, pantag menyerah, menghargai lingkungan, rela berkorban dan berjiwa patriotik. 2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analitis, ingin tahu(kuriositas, kepenasaran intelektual), produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif. 3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetik antara lain bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria, ulet, dan gigih. 4. Karakter yang bersumber dari oleh rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, saling mengasihi, gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis, kosmopolit(mendunia), mengutaakan kepentingan umum, cinta tanah air(patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Dalam pada itu landasan yuridis formal bagi implementasi pendidikan karakter di Indonesia tentu saja adalah konstitusi nasional Undang-Undang Dasar 1945. Nilai-nilai universal yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan
menjadi norma konstitusional bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sementara itu, dalam konteks universal, juga harus disepakati sebagai dasar filosofi pendidikan karakter apa yang pernah ditulis oleh William Franklin Graham Jr., berikut ini : When wealth is lost, nothing is lost
23
When health is lost, something is lost When character is lost, everything is lost “Bila harta benda yang hilang, tidak ada sesuatu berarti yang hilang Bila kesehatan hilang, ada sesuatu yang hilang Bila karakter hilang, segala sesuatu hilang”27 Dalam pernyataan di atas maka dapat garis bawahi bahwa pemerintah menyediakan atau membantu pembentukan karakter melalui bidang yang menanganinya yakni pendidikan. Oleh karena itu Kementrian Pendidikan Nasional
menginstruksikan
kepada
semua
lembaga
pendidikan
untuk
menanamkan karakter pembangunan mental(character building) bagi anak didiknya. Beberapa karakter itu diantaranya kreatif, inovatif, problem selver, berpikir kritis, dan intrepreneurship atau disingkat KIPBE.28
Akan tetapi,
implementasi pendidikan karakter tidak bisa berjalan optimal karena beberapa hal yang sebelumnya sudah dibahas pada bab pendahuluan, sebagian diantaranya meliputi: 1. Kurang terampilnya para guru mengimplementasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran 2. Sekolah terlalu fokus mengejar target akademik khususnya lulus ujian nasional(UN). Karena sekolah masih focus pada aspek-aspek kognitif dan akademik, baik secara nasional maupun lokal satuan pendidikan, aspek soft skils atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karakter sering terabaikan. Dalam konteks berbangsa, pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan konstribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka Maswardi Muhammad Amin dalam bukunya menyebutkan, “Membangun 27 28
Samani, op. cit., h. 24. Hamid, op. cit., h. 38.
24
karakter/budi pekerti bangsa melalui pendidikan non-formal merupakan salah satu alternatif. Pendidikan karakter/budi pekerti/akhlak mulia adalah pendidikan perilaku, perilaku yang unggul dapat di bentuk dari kegiatan-kegiatan pendidikan dimasyarakat”.29 Setelah kita mengetahui tentang dasar-dasar karakter, seperti halnya penjelasan
diatas,
maka
berikut
ini
merupakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, diantaranya: 1. Karakter dipengaruhi oleh hereditas atau bawaan(natur) 2. Karakter dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk pendidikan dan keluarga. Muchlas samani dan Hariyanto meyebutkan contoh dari factor yang mempengaruhi karakter, “Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkunan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter.”30
3. Hubungan Pembentukan Karakter dengan Tujuan Pendidikan Karakter Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai luhur bangsa serta agama. Dengan demikian pembentukan karakter tidak lepas dari peranan pendidikan nasional yang sedang mencanangkan bagaimana karakter bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam berada pada koridor-
29
Maswardi Muhammad Amin, , Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011), h. 67. 30 Samani, op. cit., h. 43.
25
koridor atau kaidah-kaidah ke-Islaman. Dan adapun tujuan pendidikan karakter meliputi: 1. 2. 3. 4.
Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab Mengembangkan sikap mental yang terpuji Membina kepekaan sosial anak didik Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan 5. Membentuk kecerdasan emosional 6. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.31 Menurut pengamat pendidikan, Sahrudin dan Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai, oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila.32
4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad SAW, yaitu: sidik, amanah, fatonah, dan tablig. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad SAW juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lainnya. Ke empat sifat Rasul tersebut diartikan sebagai berikut : 1. Sidik yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah SAW berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran. 2. Amanah yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah SAW dapat dipercaya oleh siapa pun, baik kaum muslimin maupun nonmuslim. 3. Fathonah yang berarti cerdas/pandai, arif, luas wawasan, terampil, dan professional. Artinya, perilaku Rasulullah SAW dapat dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah. 4. Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapapun yang menjadi lawan bicara Rasulullah SAW, maka orang tersebut akan mudah 31
Hamid, op. cit., h. 39. Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Jakarta: Transmedia, 2011), h.105. 32
26
memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah SAW.33 Dalam kajian Pusat Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia (P3 UPI) nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah sebagai berikut. 1. Jujur Perilaku jujur merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur dalam kamus Bahasa Indonesia dimaknai dengan lurus hati; tidak curang. Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas(kenyataan) dengan ucapan”, dengan kata lain “apa adanya”. Jujur sebagai seuah nilai merupakan keputusan seseoranguntuk mengungkapkan(dalam bentuk perasaan, kata-kata atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kata jujur identik dengan “benar” yang antonimnya adalah “salah”. Maka jujur lebih dekat dikorelasikan dengan kebaikan(kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat. Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang berperilaku jujur diantaranya: a. Jika bertekad(inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan. b. Jika berkata tidak berbohong(benar apa adanya) c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.34 Sedangkan menurut Nurla Isna Aunillah, mengatakan bahwa “penanaman kejujuran bagi peserta didik sejak dini dapat dilakukan saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa sekolah dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Dan selain guru, orang tua juga memegang peranan penting dalam menumbuhkan karakter jujur bagi peserta didik. Oleh sebab itu, sekolah perlu melakukan kerja sama
33 34
Kesuma, op. cit., h. 11. Kesuma, op. cit., h. 16.
27
yang intensif dengan keluarga peserta didik”. Serta Mansur Umar menambahkan bahwa keteladanan merupakan faktor yang sangat penting d ilakukan oleh guru dan orang tua dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Sebab, sikap tidak jujur dan berbohong yang dilakukan olehnya seringkali dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain. Dengan ungkapan lain, sikap tidak jujur dan suka berbohong merupakan hasil peniruan dari orang lain.35 2. Kerja keras Perilaku kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekejaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah kepada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia dan ligkungannya. Mengingat arah dari dari istilah kerja keras, maka upaya untuk kemaslahatan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang tiada hentinya. 3. Ikhlas Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang artinya “murni”, “suci”, “tidak bercampur”, “bebas” atau pengabdian yang tulus”. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ikhlas memiliki arti tulus hati;(dengan) hati yang bersih dan jujur. Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Ada yang mendefinisikan ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Perilaku yang mencerminkan ikhlas memiliki sejumlah karakter, yaitu: a. Konsistensi yang kuat dari waktu ke waktu dan dari satu kondisi ke 35
Aunillah, op. cit., h. 49-52.
28
kondisi lainnya. Konsistensi sebagai ciri ikhlasnya seseorang bukan dari cara pemecahan masalah yang dihadapi, tetapi perilaku seseorang yang memihak kepada yang benar tidak berubah dan terus melakukan apapun yang dihadapi yang bersangkutan sebagai konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. b. Pengharapan dan kepuasan bagi pelaku adalah keridhaan dari Tuhannya, bukan dari siapa pun. Hal ini sangat berguna untuk evaluasi diri kita dalam mengidentifikasi perilaku yang kita lakukan, apakah karena Allah atau karena makhluknya. c. Memiliki karakteristik kebermutuan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Artinya, perilaku yang diperbuat oleh yang bersangkutan selalu diperbaiki dari waktu ke waktu. Dengan demikian jika perilaku seseorang tidak ada perbaikan seiring dengan bertambahnya waktu, maka perilaku tersebut kemungkinan besar bukan didasari oleh keikhlasan atau mengharap ridha Allah SWT.36 Muchlas Samani dan Hariyanto, menambahkan dalam bukunya, tentang domain budi pekerti Islami yang dikutip dari Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana yang telah tersusun dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Domain Budi Pekerti Islami Terhadap Tuhan
Terhadap Diri
Terhadap
Terhadap Orang
Terhadap
Terhadap Alam
Sendiri
Keluarga
Lain
Masyarakat dan
Lingkungan
Bangsa 1. Iman
dan
1. Adil
1. Adil
1. Adil
1. Adil
1. Adil
2. Jujur
2. Jujur
2. Jujur
2. Jujur
2. Amanah
2. Syukur
3. Mawas diri
3. Disiplin
3. Disiplin
3. Disiplin
3. Disiplin
3. Tawakal
4. Disiplin
4. Kasih sayang
4. Kasih sayang
4. Kasih sayang
4. Kasih sayang
4. Ikhlas
5. Kasih sayang
5. Lembut hati
5. Lembut hati
5. Kerja keras
5. Kerja keras
5. Sabar
6. Kerja keras
6. Berpikir jauh
6. Bertanggung
6. Lembut hati
6. Berinisiatif
6. Mawas diri
7. Pengambil
jawab
7. Berinisiatif
7. Kerja keras
7. bijaksana
8. Kerja cerdas
8. Kerja cerdas
8. Menghargai
9. Berpikir jauh
9. Berpikir jauh
Takwa
7. Disiplin
resiko
8. Berpikir jauh ke depan
8. Berinisiatif 9. Kerja cerdas
9. Jujur
10. Kreatif
10. Amanah
11. Berpikir jauh ke
36
Kesuma, op. cit., h. 20.
kedepan 7. Berpikir konstruktif 8. Bertanggung jawab 9. Bijaksana
9. Pemaaf 10. Rela berkorban
ke depan
ke depan
10. Berpikir
10. Berpikir
konstruktif
konstruktif
29
11. Pengabdian 12. Susila 13. Beradab
depan/bervisi 12. Berpikir matang
10. Hemat
11. Rendah hati
11. Menghargai
12. Tertib
kesehatan
jawab
13. Amanah
12. Bijaksana
12. Bijak sana
13. Menghargai
13. Menghargai
12. Pemaaf
14. Sabar
14. Bersemangat
13. Rela
15. Tenggang rasa
kesehatan
16. Bela rasa
14. Produktif
14. Rendah hati
17. Pemurah
15. Rela
15. Setia
18. Ramah tamah
berkorban
16. Tertib
19. Sopan santun
16. Seria/loyal
17. Bijaksana
17. Kerja keras
20. Sportif
17. Tertib
18. Cerdik
18. Kerja cerdas
21. Terbuka
18. Amanah
19. Cermat
19. Amanah
19. Sabar
20. Dinamis
20. Sabar
20. Tenggang rasa
21. Efisien
21. Tenggang rasa
21. Bela rasa
22. Gigih
22. Bela
22. Pemurah
konstruktif 16. Bertanggung jawab
23. Tangguh
berkorban
rasa/empati
24. Ulet
23. Pemurah
25. Berkemauan
24. Ramah tamah
keras
25. Sopan santun
26. Hemat
26. Sportif
27. Kukuh
27. Terbuka
28. Lugas 29. Mandiri 30. Menghargai kesehatan 31. Pengendalian diri 32. Produktif 33. Rajin 34. Tekun 35. Percaya diri 36. Tertib 37. Tegas 38. Sabar 39. Ceria/periang
11. Bertanggung
jawab
13. Bersahaja
15. Berpikir
11. Bertanggung
23. Ramah tanah 24. Sikap hormat
kesehatan dan kebersihan 14. Rela berkorban
30
5. Landasan-Landasan Karakter Islam Karakter, akhlak, etika, dan moral pada hakikatnya ialah sama, karena pola tindakannya dinilai dengan “baik” atau “buruk”, hanya saja dari segi pandangan dan landasannya yang berbeda, dan adapun landasan dari karakter Islam adalah: 1. Landasan normatif yang berasal dari ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Shad, ayat 26:
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. (Qs. Shad, 38:26) 2. Landasan dari adat kebiasaan atau norma budaya, sebagaimana mayarakat Islam Indonesia khususnya Jawa, yang terbiasa sejak dahulu mendidik anaknya dengan cara membawanya ke pesantren-pesantren. 3. Landasan filosofis, manusia adalah makhluk yang berakal, makhluk sosial, makhluk jasmani, dan rohani, serta makhluk yang dilahirkan dalam keadaan fitrah.37 4. Landasan falsafah Pancasila, adalah setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif.38 Dalam kelebihan yang Allah berikan kepada manusia, maka manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Sebagaimana firman Allah SWT:
37 38
Hamid, op. cit., h. 54-60. Samani , op. cit., h. 22.
31
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. (Qs. Al-Isra’, 17:70) Tapi semua yang manusia terima dari Allah SWT berupa akal, kesehatan, kekayaan, dan sebagainya, harus dipergunakan dengan baik, atau dengan peraturan Islam/syariat Islam. Apabila tidak dipergunakan dengan syariat Islam maka manusia bisa lebih rendah dari binatang. Hal tersebut merupakan alasan pentingnya karakter Islam harus ditegakan. Adi Hidayat mengutip pendapat Ar-Raghib Al-Ashfahani dalam bukunya, yang menjelaskan bahwa manusia dinamakan sebagai insan, karena karakter penciptaannya mengharuskan ia bersikap ramah, lembut, dan harmoni dalam berinteraksi dengan ligkungan sosial dan di sekitarnya, dan dengan keramahan inilah ia dapat mempertahankan nilai hidupnya.39
C. Nilai-Nilai Karakter Yang Terkandung Dalam Metode Amtsilati Dilihat dari sistematika metode amtsilati, maka metode tersebut mengandung beberapa nilai karakter, diantara nilai-nilai tersebut ialah: 1. Jujur Dalam
setiap
kenaikan
jilid
Amtsilati,
terdapat
pengujian
dengan
menggunakan tes tulis. Tes tulis tersebut mengharuskan siswa untuk mandiri dalam mengerjakannya, dan apabila Amtsilati sudah selesai, maka diadakan ujian akhir. Ujian tersebut ditempatkan di ruang khusus, yang diawasi oleh beberapa pengawas dalam 1(satu) ruangan, sebagaimana tergambar pada skema di atas. Ujian akhir Amtsilati terbagi menjadi dua, yakni tes tulis dan tes lisan. Siswa yang ketahuan tidak bisa membaca kitab kuning dengan lancar, maka dinyatakan tidak lulus. Hal yang demikian membutuhkan perilaku jujur, dan dengan terbiasanya 39
Hidayat, op. cit., cet. I, h. 8.
32
akan hal tersebut maka, perilaku jujur akan tumbuh dengan sendirinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurla Isna Aunillah, bahwa sikap jujur yang terbentuk membutuhkan hal-hal yang mendukung terbentuknya perilaku tesebut. Bukan hanya sekedar materi yang diberikan tapi juga ada faktor lain, misalnya guru harus menyediakan sarana yang dapat merangsang Tumbuhnya sikap jujur, keteladanan dari seorang guru itu sendiri, dan adanya keterbukaan dengan peserta didik.40 Dari sistem pembelajaran Amtsilati yang telah ada, dan sarananya yang mendukung, serta tenaga pendidik yang memadai, maka peserta didik pun akan terbiasa dengan perilaku yang jujur. 2. Kerja Keras Peserta didik yang mengikuti pembelajaran Amtsilati diajarkan untuk kerja keras, mereka dibiasakan untuk menghafal, memahami, dan latihan membaca dengan terus-menerus. Karena rentan waktu yang di desain dengan sistematik mengharuskan mereka menguasai Amtsilati secara tepat waktu, yakni untuk penguasaan Amtsilati waktunya antara 3-6 bulan. 3. Disiplin Banyak guru yang kurang bisa mengontrol siswa, dikarenakan siswa yang susah diatur, cenderung membantah saat dinasihati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam ini, maka tidak heran jika ada di antara guru yang menggunakan jalan kekerasan untuk menanamkan sikap disiplin pada peserta didiknya. Kurangnya sikap atau perilaku disiplin pada peserta didik memang merupakan masalah yang cukup serius, dengan tiadanya sikap disiplin, maka unsur pembentuk karakter mulia tidak akan tercapai, dan tentu saja akan menghambat dari tercapainya cita-cita pendidikan. Dalam pelaksanaannya sebenarnya guru dapat melakukan beberapa hal dalam membangun karakter disiplin pada diri peserta didik, diantara hal tersebut yakni: a. Konsistensi, artinya adanya kesepakatan antara guru dengan peserta didik selama berada di lingkungan sekolah. b. Bersifat jelas, artinya sebagai guru harus membuat peraturan secara jelas kepada peserta didik. c. Memperhatikan harga diri, artinya guru harus dapat memperhatikan sikap 40
Aunillah, op. cit., h. 50.
33
peserta didik jikalau sedang menghadapi permasalahan dan diusahakan guru dapat mengerti perasaan dari peserta didik tersebut. d. Memberi pujian kepada peserta didik e. Memberikan hukuman sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. f. Bersikap luwes g. Bersikap tegas, dan h. Jangan emosional.41 Proses pembelajaran metode Amtsilati memuat karakter disiplin karena dari pernyataan di atas, sebagian besar pernyataan tersebut cukup mewakili bahwa pembelajaran Amstilati dapat membentuk karakter disiplin. Dengan sistematisnya waktu pembelajaran Amtsilati dan adanya evaluasi yang kontinyu/terus menerus serta lingkungan pembelajaran yang mendukung maka kedisiplinan terbentuk dengan sendirinya. Sebagai contohnya, ada beberapa kelas yang tingkatannya sama, yang bersaing dalam pembelajaran Amtsilati. 4. Kerja Sama Karakter penting yang harus dibangun agar anak didik dapat meraih keberhasilan, baik di sekolah maupun setelah lulus, adalah kemampuan dalam menjalin kerja sama dengan teman-temannya atau orang lain. Kemampuan dalam menjalin kerja sama ini dapat diterapkan kepada anak didik dengan sering membuat kerja kelompok pada saat proses belajar mengajar.42 Di dalam proses pembelajaran Amtsilati-pun, peserta didik diperintahkan untuk belajar bersama untuk membahas tata bahasa Arab, dan biasanya sebelum memulai pelajaran peserta didik membaca/menghafal khulasoh terlebih dahulu secara bersama-sama dengan irama yang bermacam-macam. Pada proses tersebutlah nilai dari karakter kerja sama terbentuk. 5. Ketaatan(Kepatuhan) Menurut Maswardi Muhammad Amin di dalam bukunya menyatakan bahwa ketaatan merupakan suatu sikap yang melaksanakan dengan hati yang ikhlas, selanjutnya dilaksanakan dengan penuh kesungguhan hati dan penuh tanggung jawab.43 Sedangkan menurut Muchlas Samani dan Hariyanto dalam bukunya 41
Aunillah, op. cit., h. 55-60. Azzet, op. cit., h.43 43 Amin, op. cit., h. 101. 42
34
menyatakan bahwa kepatuhan/ketaatan bermakna suatu sikap yang secara cepat dan penuh semangat melaksanakan arahan atau perintah dari mereka yang bertanggung jawab/berkuasa terhadap dirinya.44 Adapun bentuk dari ketaatan yaitu berupa taat/patuh kepada tuhan, pemimpin, pemerintah, dll. Pada pelaksanaannya pun siswa/santri Amtsilati dituntut untuk menjunjung tinggi sikap taat/patuh terhadap pengasuh pesantren, guru/ustadz, pembina pesantren, dan pengurus pesantren. 6. Kesabaran/Ketabahan Dalam buku yang berjudul “Konsep dan Model Pendidikan Karakter” karya Muchlas Samani dan Hariyanto, kesabaran atau ketabahan adalah suatu sikap individu yang menerima suatu situasi sulit tanpa memberikan batas akhir atau mencoba untuk menghindarinya, tidak tergesa-gesa dan tidak bertindak ceroboh.45 Selain itu ketabahan juga bermakna kekuatan hati untuk menahan stress karena besarnya cobaan dan rintangan sehingga mampu melakukan hal yang terbaik.46
D. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melakukan penelusuran, penulis mendapatkan beberapa karya ilmiyah baik berupa buku maupun skripsi yang terkait dengan pembahasan Amtsilati, yang bisa membantu penulis untuk dijadikan sebagai sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini. Karya-karya tersebut antara lain: 1. Dalam bentuk skripsi terdapat karya Abdul Rosyad yang berjudul, Metode Amtsilati dalam proses penerjemahan(studi analisis buku “program pemula membaca kitab kuning” karya H. Taufiqul Hakim Jepara).47 Dalam skripsi ini
penulis
membahas
tentang
metode
Amtsilati
dalam
proses
penerjemahan. 2. Dalam bentuk skripsi lain terdapat karya Alek Muttamaqin yang berjudul, Atsaru 44
istikhdamu
thariqah
Amtsilati
fi
ta’lim
al-qawaid
Samani, op. cit., h. 126. Samani, op. cit., h. 127. 46 Samani, op. cit., h. 121. 47 Abdul Rosyad, “Metode Amtsilati Dalam Proses Penerjemahan (Studi analisis buku “Program pemula membaca kitab kuning” karya H. Taufiqul Hakim Jepara)” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004) 45
al-
35
arabiyah(dirasah muqaranah). Dalam skripsi ini membahas tentang metode Amtsilati dalam mempermudah siswa untuk memahami jumlah fi’liah dan jumlah ismiah.48 3. Dalam bentuk tesis, karya Lukman Hakim yang berjudul, Pembelajaran gramatika bahasa Arab bagi pemula: studi terhadap penerapan metode Amtsilati di Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri, Jepara.49 4. Dalam bentuk skripsi lain terdapat karya Johar Maknun yang berjudul, Pengembangan aplikasi edukatif Amtsilati berbasis multimedia.50 Skripsi ini membahas pengembangan metode Amtsilati dengan menggunakan system berbasis multimedia. 5. Dalam skripsi lain juga terdapat karya Saepul Hidayatulloh yakni dengan judul, Penerapan metode Amtsilati dalam pembelajaran qawa'id di pondok pesantren al Jauhariyah Sokaraja lor Banyumas.51 Skripsi ini penulis membahas tentang penerapan metode Amtsilati
dalam pembelajaran
qawa'id. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, tampak bahwa penelitian yang akan penulis angkat sudah ada yang mengkaji sebelumnya, baik itu mengkaji pada obyek penggunaan, penerapan, atau dari aspek tujuan dari metode tersebut. Adapun hal mendasar yang membedakan penelitian ini dengan penelitianpenelitian tersebut diatas ialah penelitian ini mengkaji tentang metode Amtsilati dari segi proses penerapannya sehingga dapat menumbuhkan atau membentuk karakter islami siswa.
48
Alek Muttamaqin “Atsaru istikhdamu thariqah Amtsilati fi ta’lim al-qawaid al-arabiyah (dirasah muqaranah).” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) 49 Lukman Hakim , “Pembelajaran gramatika bahasa Arab bagi pemula: studi terhadap penerapan metode amtsilati di Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri, Jepara.”(Tesis Pasca Sarjana,Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) 50 Johar Maknun,“Pengembangan aplikasi edukatif Amtsilati berbasis multimedia.” (Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) 51 Saepul Hidayatulloh, http://idb4.wikispaces.com/file/view/an4003.pdf, 2 November 2013.
36
E. Kerangka Berfikir Berawal dari fenomena-fenomena yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya tindakan yang tidak sesuai norma-norma pada berbagai jenjang masyarakat kita, khususnya para remaja bangsa ini, hal tersebut menyebabkan dari para ahli pendidikan mengambil tindakan untuk menanggulangi peristiwa tersebut, yaitu dengan menggalakan pendidikan berkarakter. Mulai dari kurikulum, system pendidikan, atau yang lainnya mereka bahas, perbaharui dan mereka aplikasikan. Tapi dari berbagai fakta yang ada, yakni semakin meningkatnya kenakalan remaja sebagaimana sudah dicantumkan pada lembar pendahuluan, pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan masih belum bisa diaplikasikan secara sempurna. Disini penulis mengidentifikasi permasalah tersebut dari aspek proses pembelajarannya, dan melakukan penelitian dari segi penerapan metode pembelajaran sehingga dapat diambil nilai-nilai karakter yang mampu diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Perihal yang peneliti kaji karena dalam berbagai metode pembelajaran yang ada, beberapa dari metode tersebut masih kurang dapat dirasakan manfaatnya dari segi afektif atau keaktifannya serta segi psikomotorik. Diantara alasannya ialah terdapat hambatan di dalam proses dari penerapan metode tersebut, baik itu dari segi sumber daya manusianya yang kurang bisa menjalankan metode tersebut, dari segi lingkungannya yang kurang kondusif, atau dari segi obyek sasarannya yaitu peserta didik yang belum bisa menerima materi karena metodenya tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam proses penerapan metodepun terdapat aspek-aspek yang dapat membangun sikap positif dari peserta didik, tapi dari berbagai metode yang banyak ditemukan oleh para ahli pendidikan luar negeri, metode tersebut masih kurang relevan dengan implementasinya pada latar belakang atau adat budaya negeri kita yakni Indonesia, yang notabennya masih terdapat system pendidikan tradisional yaitu system pendidikan ala pesantren. Maka, dari proses pembelajaran metode Amtsilati, yang dimana proses pembentukan karakter sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa di dalam proses pembelajaran Amtsilati, dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa atau juga proses pemahaman kitab Amtsilati oleh
37
siswa sendiri, maka akan menghasilkan terbangunnya dan terbentuknya nilai-nilai karakter Islami dari diri siswa. Memang pada penelitian sebelumnya atau tujuan dari pembelajaran metode Amtsilati yang sesungguhnya adalah cara cepat memahami kitab kuning, tapi K.H Taufiqul hakim sendiri, sebagai penemu metode Amtsilati sekaligus pengarang kitab Amtsilati, menyatakan bahwa metode Amtsilati bisa diterapkan dengan menggunakan system lama atau dengan menggunakan kitab lain, seperti kitab fiqih atau ta’lim, yang artinya bahwa tujuan tersebut bisa ditujukan dengan tujuan lain, yakni memahami kitab fiqih atau ta’lim.52 Disamping itu, adanya program lanjutan Amtsilati yaitu program pasca Amtsilati, pembentukan karakter Islami bisa lebih dikembangkan karena program tersebut ialah program pemahaman atas ilmu-ilmu lain, misalnya ilmu akhlak/budi pekerti, tauhid, sejarah dan lainnya. Pemahaman tersebut diarahkan untuk menjadikan siswa menjadi insan yang ber-akhlak mulia, sebagaimana tujuan dari pendidikan itu sendiri.53
52 53
Hakim, op. cit., h.31 Hakim, op. cit., h.67-75
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian Penelitian
yang
berjudul
“Penerapan
Metode
Amtsilati
Dalam
Pembentukan Karakter Islami Siswa Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri Jepara” ini belum terlaksana. Penulis berencana akan melakukan penelitian dari tanggal 8 Januari 2014. Dimulai dengan melengkapi teori-teori dari referensi yang relevan, kemudian penulis akan mulai meneliti di Pondok Pesantren Darul Falah, Kecamaatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dengan meneliti di tempat tersebut, maka diharapkan peneliti akan lebih mendalam dan lebih fokus dalam meneliti, karena pembahasan/permasalahan yang akan diteliti, yakni metode Amtsilati berkembang dari daerah tersebut. Dan dalam kaitannya dengan karakter Islam, lingkungan tersebut termasuk lingkungan pesantren, yang dimana pesantren adalah lembaga pendidikan pertama kali di Indonesia, yang didirikan untuk memperbaiki moral/karakter masyarakat Indonesia. B. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode dengan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif analisis. Penelitian Kualitatif(Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Meskipun penelitian ini menggunakan
38
39
metode
kualitatif,
tapi
teknik
pengumpulan
datanya
diperkuat
dengan
menggunakan kuesioner, sebagaimana dalam buku yang berjudul metode penelitian pendidikan(pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D) karya Sugiyono, yang menjelaskan bahwa metode kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama-sama dengan syarat; metode tersebut dapat digunakan secara bersamaan, dapat difahami dengan jelas, teknik pengumpulan data kuantitatif seperti triangulasi dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, dan digunakan untuk meneliti obyek yang sama.1 Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan kualitatif non interaktif. Metode kualitatif interaktif merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Para peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks, dan menyeluruh dengan deskripsi detil dari kacamata para informan. Beberapa peneliti kualitatif mengadakan diskusi terbuka tentang nilai-nilai yang mewarnai narasi. Penelitian interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di lapangan. Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenmena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, karakteristis, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomenafenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan.2 Dalam penelitian ini(metode deskriptif analisis), peneliti akan menyelidiki atau menggambarkan keadaan yang 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), cet. 10, h. 38. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 8, h.72
40
berhubungan dengan penelitian, dan tentunya akan ditunjang dengan data yang penulis peroleh dari kepustakaan maupun dari data yang diperoleh dari lapangan. Kemudian menganalisis dan mengelaborasinya sehingga dapat dijelaskan dengan data empiris dan mudah dipahami.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto populasiadalah keseluruhan subjek penelitian.3 Adapun populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitasdan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya. 4Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa/santri putra Amtsilati dari jilid 1-5 yang berjumlah 200 siswa/santri
2. Sampel Suharismi Arikunto mendefinisikan sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk men-generalisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud men-generalisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.5 Sedangkan menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.6 Adapun teknik sampling adalah cara mengumpulkan data dengan cara mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang menjadi obyek peneliti. Maka sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah siswa/santri putra Amtsilati dengan jumlah sample 20 orang.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. 12, h.130 4 Sugiyono, op. cit., h. 117. 5 Arikunto, loc. Cit., h.131-132 6 Sugiyono, op. cit., h. 118.
41
D. Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana dapat diperoleh.7 Untuk lebih mudah dalam mengidentifikasikan sumber data, Suharsimi Arikunto mengklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Person, adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. 2. Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, keengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain) dan bergerak (aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar mengajar, dan lain sebagainya), keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi. 3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.
E. Prosedur Pengumpulan Data Untuk dapat tersusunnya penelitian ini secara valid, maka penelitian ini menggali data-data pokok dan data penunjang dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data, antara lain:
1. Penelitian kepustakaan(Library Research) Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan(Field Reseacrh) Penelitian lapangan(Field Reseacrh) adalah penelitian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke obyek penelitian yaitu Pondok Pesantren Darul Falah Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Untuk mendapatkan data di lapangan ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu: a. Observasi(Observation)
7
Arikunto, op. cit., h.114
42
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non-partisipatif.8 Adapun pengertian dari masingmasing
observasi
tersebut
ialah:
Observasi
partisipan(participant
observation) adalah suatu kegiatan observasi dimana observer(orang yang melakukan observasi) terlibat atau berperan serta dalam lingkungan kehidupan orang-orang yang diamati. Hasil observasi adalah informasi tentang ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Tujuan observasi partisipan adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk mengukur aspek tertentu sebagai bahan feedback terhadap pengukuran tersebut.9
Sedangkan
observasi
non-partisipan(non-participant
obcervation) pengamat atau observer tidak ikut serta dalam kegiatan, pengamat hanya berperan mengamati kegiatan. Menurut Zainal Arifin dalam bukunya, beliau menjelaskan bahwa penelitian kualitatif ini banyak menggunakan observasi partisipan(participant observation). Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipan(participant observation), yakni penulis ikut serta dalam lingkungan pengamatan. Penulis turut serta dalam kegiatan pesantren, dan mengikuti pembelajaran Amtsilati. b. Angket(Questionaire) Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.10 Angket ini penulis sebarkan kepada responden yang terdiri dari siswa/santri pondok pesantren Darul Falah “Amtsilati” Jepara. Angket ini diberikan untuk mendapatkan 8
Sukmadinata, op. cit., h. 220. Zainal Arifin, “Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, h. 170. 10 Arikunto, op. cit., h.128. 9
43
informasi tentang penerapan metode Amtsilati dalam pembentukan karakter islami siswa. Angket ini terdiri dari 30 item pertanyaan, yang di dalamnya terdiri dari 6 aspek pertanyaan tentang karakter jujur, kerja keras, disiplin, kerjasama, ketaatan/kepatuhan, dan kesabaran/ketabahan, yang masing-masing aspek terdiri dari 5 pertanyaan c. Wawancara Mendalam(in-dept interviews) Wawancara mendalam adalah proses tanya jawab secara mendalam antara pewawancara dengan informan guna memperoleh informasi yang lebih terperinci sesuai dan tujuan penelitian. Dalam wawancara ini, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara mendalam sangat cocok untuk mengumpulkan data pribadi, pandangan-pandangan dan pengalaman seseorang, terutama ketika topik-topik tertentu yang sedang dieksplorasi. Penulis melakukan wawancara
dengan
ustadz-ustadz/guru-guru
Amtsilati,
pengurus,
santri/siswa, dan warga sekitar Pondok Pesantren Darul Falah mengenai penerapan metode Amtsilati dalam pembentukan karakter Islami siswa/santri. d. Studi Dokumentasi(documentation study) Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis(diurai), dibandingkan, dan dipadukan(sistesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter/dokumentasi tidak sekadar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen. Dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut, bukan dokumen yang belum dianalisis. Untuk
bagian-bagian tetentu yang dipandang kunci
44
dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang lainnya disajikan pokok-pokoknya dalam rangkaian uraian hasil analisis kritis dari peneliti.11
F. Instrumen Penelitian Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berikut ini tabel instrumen kisi-kisi angket pembentukan karakter dengan menggunakan metode Amtsilati.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Karakter Islami Metode Amtsilati No. 1
DIMENSI KARAKTER Jujur
BUTIR SOAL a. Kejujuran siswa/santri pada saat 1 INDIKATOR
melakukan tes/ujian b. Kejujuran
siswa/santri
ketika 2, 3, 4
membeli sesuatu atau kejujuran siswa/santri
ketika
menghadapi
temannya/orang lain c. Kejujuran siswa/santri ketika hendak izin pesantren
2
Kerjakeras
5
a. Kerja keras siswa/santri pada saat 6, 7, 8 belajar dan pemahaman materi b. Kerja keras siswa/santri pada saat 9 menghadapi kondisi dan lingkungan pesantren c. Kerja keras siswa/santri ketika berada 10 di lingkungan rumah
3
Disiplin
11
a. Kedisiplinan siswa/santri terhadap 11
Sukmadinata, op. cit., h. 221.
45
peraturan pondok pesantren b. Kedisiplinan siswa/santri pada saat 12, 14 belajar c. Kedisiplinan
dalam 13, 15
siswa/santri
beribadah
4
Kerjasama
a. Kerjasama siswa/santri dalam hal 16, 17, pembelajaran
atau
memahami 20
materi pelajaran b. Kerjasama
siswa/santri
kebersihan
dalam
lingkungan
hal 18, 19
pondok
pesantren atau rumah
5
Ketaatan/Ke patuhan
a. Ketaatan
siswa/santri
terhadap 21, 22
guru/pendidik b. Ketaatan
santri/siswa
terhadap 23
orang tua/keluarga c. Ketaatan siswa/santri terhadap ajaran 24, 25 Agama/Ketuhanan
6
Kesabaran/K etabahan
a. Kesabaran/ketabahan terhadap
situasi,
siswa/santri 26, 27, kondisi
dan 28
lingkungan pesantren b. Kesabaran/ketabahan
siswa/santri 29
dalam memahami materi c. Kesabaran/ketabahan
dalam
dalam 30
menghadapi persoalan pribadi/keluarga
G. Analisa Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan upaya berlanjut, berulang dan sistematis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Artinya, data dari awal sudah mulai dianalisis,
46
karena data tersebut terus bertambah dan berkembang, dan jika data yang diperoleh belum memadai atau masih kurang, maka dapat segera dilengkapi. Zainal Arifin mengutip dari Bogdan dan Biklen, dalam bukunya menjelaskan bahwa analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari, menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan teknik-teknik pengumpulan data lainnya.12 Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi sebelumnya yang telah digunakan dan diperoleh. Berikut adalah langkah-langkahnya, antara lain: 1. Perencanaan Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif. 2. Memulai pengumpulan data Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baikZK.(rappot), menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih untuk kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju atau member check. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen(triangulasi). Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun, dikelompokan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.
12
Arifin, op. cit., h. 171.
47
3. Pengumpulan data dasar Setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahan dan diranguman dalam diagram-diagram yang bersifat integratif. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fata-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup. 4. Pengumpulan data penutup Pengumpulan data terakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian. Dan tidak melakukan pendataan lagi. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalam dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru. 5. Melengkapi Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsipprinsip.13
13
Sukmadinata, op. cit., h. 114.
48
Adapun karena data penelitian ini adalah data kualitatif, tetapi terdapat analisa tambahan untuk menjadikan datanya dapat diubah dalam bentuk angka atau data kuantitaif, dapat juga disebut penelitian campuran. Langkahlangkahnya meliputi: 1. Editing Mengedit atau memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang telah diisi/diselesaikan oleh responden apakah sudah sempurna atau belum. 2. Scoring Setelah melalui tahap Editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.2 Ketentuan skor pembentukan karakter melalui metode Amtsilati No
Alternatif Jawaban
Positif
Negatif
Jumlah Skor
Jumlah Skor
1
Selalu
4
1
2
Sering
3
2
3
Kadang-kadang
2
3
4
Tidak Pernah
1
4
3. Tabulating Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data
49
kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistic, yaitu dengan menggunakan rumus statistic (prosentase) dengan rumus:
P= Keterangan: f = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = Number Of Case (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka prosentase14 Untuk memberikan interprestasi dan prosentasi hasil angket yang diperoleh digunakan pedoman intrepestasi sebagai berikut: a. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100% b. Cukup baik, jika nilai yang diperoleh pada interval 56-75% c. Kurang baik, jika nilai yang diperoleh pada interval 41-55% d. Tidak baik, jika nilai yang diperoleh pada interval 0-40% Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah: a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. b. Menentukan nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara perhitungannya dengan menggunakan rumus mean yaitu:
Mx =
∑
Keterangan: Mx : mean/nilai rata-rata ∑ : Jumlah skor pada tiap indicator N : banyaknya responden 14
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Radja Grafindo persada, 2011), cet. 23, h. 43.
50
c. Menentukan kategori, yaitu dengan menggunakan rumus:
Keterangan: NS: Nilai skor NH: Nilai harapan H. Teknik Penulisan Secara teknik, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Umum Pondok Pesantren Darul Falah “AMTSILATI” 1. Sekilas Sejarah Amtsilati Dan PP Darul Falah Pondok Pesantren Darul Falah mulai menjalankan aktifitas sejak kepulangan KH. Taufiqul Hakim dari Pesantren Mathali‟ul Falah Kajen Pati.Secara resmi didirikan pada tanggal 01 Mei 2002 di Dukuh Sidorejo Bangsri Jepara, setelah beberapa lama dari kepulangan, beliau pesantren Thariqah di pesantren Al Manshur popongan Klaten Jawa Tengah dibawah asuhan KH. Salman Dahlawi. Kelahiran Pondok Pesantren Darul Falah dan Amtsilati berawal dari kegelisahan KH. Taufiqul Hakim saat mesantren terhadap metode pengajaran ilmu alat(nahwu dan sharaf) di pesantren yang kerap tidak dimengerti apa tujuan dan kegunaannya oleh para santri. Kitab Alfiyah Ibnu Malik hanya dihafalkan tanpa diketahui arah dan manfaatnya secara memadai.Akibatnya, tidak sedikit para santri jadi pusing bahkan alergi
51
52
ketika mendengar ilmu nahwu, menegangkan saraf ketika mendengar sharaf. Terinspirasi oleh kitab Qira‟ati, suatu sistem pembelajaran Al Qur‟an secara cepat, KH Taufiqul Hakim terobsesi kuat untuk menciptakan metode membaca kitab yang tidak berharokat.Dari sinilah, kegelisahan panjang ini berujung ada upaya beliau untuk mulai menulis sebuah metode belajar cepat membaca kitab tanpa harokat. Ditengah mujahadah beliau berhasil menyelesaikan tulisannya dalam waktu 10 hari tepatnya ada tanggal 27 Ramadhan.Dibantu oleh sahabat-sahabat dekatnya, hasil tulisannya mulai diketik dari khulashah hingga Amtsiati selama satu tahun. Apresiasi positif dan pernyataan dukungan dari KH.Sahal Mahfudz yang juga guru beliau, KH. Ilyas Ruhiyat Tasikmalaya, KH. Munthaha Wonosobo, KH. Fawa‟id As‟ad Situbondo semakin meneguhkan karya original metode ini. Pada akhir tahun 2006, Amtsilati tercetak lebih dari enam juta eksemplar dan tersebar dihampir seluruh pelosok negeri. Beberapa pondok pesantren yang telah menerapkan metode Amtsilati sebagai bagian dari kurikulum pesantren diantaranya: di Jawa Timur; PP. Sidogiri, PP. Salafiyyah Syafi‟iyah Situbondo, PP. Bahrul Ulum, PP Darul Ulum. Di Jawa Tengah; PP Asy‟ariyah Wonosobo, PP. Maslakul Huda Kajen pati, PP. Al Muayyad Solo. Di Yogyakarta; PP. Sunan Padanaran. PP. Kota Gede Al Mardyan Cianjur, PP. Al Falah dan Al Riyadl Kalimantan Selatan. Adapun program-program Pondok Pesantren Darul Falah antara lain: a. Program pemula membaca kitab kuning metode Amtsilati b. Program pasca Amtsilati dan komunikasi bahasa Arab dan Inggris c. Madrasah diniyah Amtsilati program Wustho‟ sampai „Ulya d. Program kilatan Amtsilati kurang dari 3(tiga) bulan e. Madrasah Ibtida‟iyah(MI) Tahfidhul Qur‟an f. Sekolah Menengah pertama(SMP) Islam Terpadu Amtsilati
53
g. Madrasah Aliyah(MA) Amtsilati h. Ekstra Kurikuler Multi Media i. Kursus Metode praktis Tuntutan Menjadi Muallif/pengarang kitab
2. Identitas Pesantren a. Nama Lembaga Pendidikan; Nama lembaga pendidikan ini adalah “PONDOK PESANTREN DARUL FALAH” yang selanjutnya disingkat menjadi PPDF. Pondok Pesantren Darul Falah berdiri pada tanggal 01 Mei 2002. b. Tempat; Tempat Pondok Pesantren Darul Falah beralamat di Jalan Kenanga II Dukuh Sidorejo RT.03 RW.12. Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara,Provinsi Jawa Tengah. Kode pos; 59453, Telepon; (0291) 771852 putra/ (0291) 771925 putri. e-mail;
[email protected] 3. Kedudukan a. Pondok Pesantren Darul Falah berkedudukan sebagai lembaga pendidikan islam yang menyelenggarakan pendidikan islam untuk masyarakat muslim. b. Pondok Pesantren Darul Falah berkedudukan sebagai pusat pengembangan Amtsilati. c. Pondok Pesantren Darul Falah sebagai salah satu pusat pengembangan agama islam. d. Pondok Pesantren Darul Falah secara hukum dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Amtsilati Bangsri.
54
4. Aqidah Dan Asas Pondok Pesantren Darul Falah beraqidah Ahlussunnah Wal Jamaah, dan mengikuti madzhab Imam Syafi'i. PPDF berazaskan Islam berdasarkan Alqur'an, Al hadist, Ijma, dan Qiyas. 5. Lambang Pondok Pesantren a. Lambang PPDF berupa segilima yang didalamnya terdapat tulisan pesantren darul falah terletak paling atas, dibawah tulisan tersebut terdapat empat kitab dimana yang satu dalam keadaan terbuka dan tiga dalam keadaan berdiri dan tertutup, keempat kitab tersebut dilingkari oleh tasbih, sembilan bintang dan padi-kapas dan dibawahnya terdapat tulisan ….. b. Segilima mengandung makna rukun islam ada lima. c. Empat kitab dimana yang tiga tertutup dan satu kitab terbuka mengandung makna PPDF menganut empat madzhab dan madzhab imam syafi'i sebagai madzhab utama. d. Padi kapas mengandung arti PPDF memikirkan kesejahteraan dunia untuk bekal menuju akhirat. e. Bintang sembilan mengandung arti PPDF dalam melakukan kegiatannya ikhlas karena Allah SWT, mengikuti tuntunan nabi dan para sahabatnya, serta sebagai bentuk penghormatan kepada wali sembilan. f. Tasbih mengandung arti PPDF melaksanakan Thoriqoh An Naqsabandiyyah. g. Tulisan
“BERDZIKIRLAH,
HATI
MENJADI
TENANG”
mengandung arti semboyan dari PPDF adalah dzikir kepada Allah. h. Warna dasar hijau mengandung arti kesuburan dan kesejukan iman.
55
6. Visi, Misi, Dan Tujuan a. Visi Visi Pondok Pesantren Darul Falah adalah sebagai berikut : Mewujudkan Pondok Pesantren Darul Falah sebagai salah satu Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang mampu menghasilkan santri yang berakhlakul
karimah
dan
berketaqwaan
tinggi,
berkeimanan
tebal.menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat serta ridlo Allah SWT. b. Misi Misi Pondok Pesantren Darul Falah adalah sebagai berikut : 1) Terciptanya santri sebagai seorang muslim yang menguasai ilmu agama yang kompeten sesuai dengan program PPDF yaitu program amtsilati dan program pasca amtsilati yang meliputi ilmu alat (Nahwu dan Shorof), Fiqih, Tafsir, Hadist, Tasawuf dan Bahasa. 2) Terciptanya santri yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan kompeten dibidangnya, sesuai dengan program yang diselenggarakan PPDF yaitu Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu dan Sekolah Menengah Kejuruan Islam. 3) Terciptanya jalinan kerjasama dengan instansi-instansi terkait dan dunia usaha industri. 4) Terciptanya santri yang peka terhadap keadaan sosial dan berpikir untuk mencari penyelesaian permasalahan sosial. 5) Terciptanya santri yang memiliki jiwa mandiri dan wirausaha serta berakhlakul karimah. c. Tujuan Tujuan Pondok Pesantren Darul Falah adalah sebagai berikut:
56
1) Menyiapkan santri menjadi muslim yang mampu berakhlakul karimah dimanapun mereka berada. 2) Menyiapkan santri menjadi muslim yang bermanfaat bagi masyarakat dalam menghadapi permasalahan sosial. 3) Membekali santri dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan supaya bisa mengembangkan diri secara mandiri atau melalui mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4) Menyiapkan santri menjadi muslim yang kompeten dalam rangka
menghadapi
era
globalisasi
dan
mengimbangi
perkembangan teknologi informasi yang cepat. 5) Membentuk santri yang beriman dan bertaqwa serta menguasai IPTEK untuk mendukung pembangunan nasional.
7. Tata Tertib Berikut ini merupakan Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Darul Falah, antara lain: Pasal 1 (Kewajiban-kewajiban Santri) a. Mengikuti kegiatan pendidikan ma‟hadiyah PPDF b. Mengaji dan bersekolah menurut ketentuan-ketentuan pengurus PPDF c. Megikuti dan melaksanakan kegiatan jam belajar yang ditetapkan pengurus PPDF d. Memakai pakaian yang rapi, sopan, berkopyah dan islami e. Menjaga kata-kata dan perbuatan dimana saja f. Menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungannya g. Menjaga keamanan dan kestabilan pondok psantren h. Meminta izin kepada yang berwenang ketika akan pulang/pergi atau meninggalkan kewajiban pondok atau madrasah sesuai ketentuan dan cara izin
57
i. Memperingatkan, menegur temannya yang melakukan pelanggaran dan melaporkan kepada pengurus sesuai dengan pelanggaran j. Membayar uang bangunan atau syahriah PPDF k. Menempati kamar yang ditetapkan pengurus l. Memiliki kartu santri yang diterbitkan oleh PPDF m. Menabung dan mengambil uang sesuai atau dengan ketentuan pengurus n. Menaati ketentuan-ketentuan dan tata tertib PPDF Pasal 2 (Larangan-larangan bagi santri) a. Mengerjakan atau melakukan larangan-larangan syara‟ b. Mengambil milik siapa saja dengan tidak seizin pemiliknya c. Merokok d. Berhubungan dengan wanita yang bukan mahramnya e. Bertengkar dengan siapa saja f. Ghasab berupa apa saja g. Menyimpan, menitipkan atau membawa senjata tajam atau alat-alat yang biasa digunakan bertengkar h. Keluar dari batas-batas pondok pesantren yang ditetapkan oleh pengurus i. Mendatangi tempat yang menimbulkan fitnah atau melewati jalan terlarang j. Melakukan perbuatan yang merugikan pondok pesantren dan atau orang lain k. Ramai, membuat gaduh, atau mengeluarkan suara keras yang tidak ada manfaatnya l. Mandi, mencuci atau qada‟il hajat di tempat-tempat terlarang m. Berhubungan dengan selain muhrim (pacaran) n. Melakukan meril/mutamarrit atau homo seksual o. Menjumpai tamu di rumah-rumah tetangga p. Berolahraga tidak pada tempat dan waktunya
58
q. Mengganggu atau menggunakan aliran listrik diluar ketentuan pengurus r. Mengemudikan kendaraan bermotor di lingkungan pengawasan pondok pesantren s. Berambut panjang yang melebihi ukuran rambut santri t. Membawa Hand phone (HP), membunyikan radio, tape recorder, menonton TV, bioskop dan segala tontonan yang dilarang oleh pengurus u. Bermain Play Station (PS) atau sejenisnya v. Bermain di tempat atau di kamar lain pada jam malam w. Membaca atau menyimpan komik, majalah, surat kabar, atau buku bacaan yang dilarang oleh pengurus x. Bermain dengan alat permainan yang dilarang oleh pengurus y. Mencorat-coret dinding, memasang gambar, atau menyimpan foto tanpa seizing pengurus z. Melawan atau menentang pengurus atau petugas pondok pesantren yang sedang melaksanakan tugas aa. Melakukan hal-hal yang mengakibatkan tercemarnya martabat pondok pesantren baik di dalam maupun di luar bb. Membawa uang lebih dari yang ditentukan pengurus Pasal 3 (Hukuman Atas pelanggaran) a. Diserahkan kembali kepada walinya bagi santri yang: 1) Mengerjakan atau melakukan larangan-larangan syara‟ (pasal 2 nomor 1) 2) Mengambil milik orang lain tanpa seizing pemiliknya (pasal 2 nomor 2) 3) Berhubungan dengan wanita yang bukan mahromnya nomor 4) 4) Bertengkar atau berkelahi (pasal 2 nomor 5) 5) Merokok
(pasal 2
59
6) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan cemarnya martabat pondok pesantren (pasal 2 nomor 25) 7) Pulang tanpa izin sampai 3x b. Diskors selama-lamanya 40 hari 1) Menyimpan, menitipkan atau membawa senjata tajam atau alat yang serupa 2) Menonton tontonan yang dilarang pengurus 3) Melawan atau menentang pengurus yang sedang melaksanakan tugas 4) Melakuan mutamarrid/homoseksual c. Berbicara di depan santri dan membersihkan kamar mandi/WC bagi santri yang 1) Ghozob 2) Tidak mengikuti kegiatan ma‟hadiyah (pasal 1 nomor 1) d. Hukuman no 3 diatas dilipatkan dua kali bagi santri yang: 1) Tidak melaksanakan tugas menjaga kebersihan menurut jadwal yang ditetapkan (pasal 1 nomer 6) 2) Tidak melaksanakan tugas keamanan dan ketertiban (pasal 1 nomor 7) e. Disita atau diamankan bagi santri yang: 1) Membawa atau menyimpan radio/tape recorder, tv atau HP tanpa seizin pengurus (pasal 2 nomor 20) 2) Membaca atau menyimpan komik, majalah, surat kabar atau membaca buku bacaan yang dilarang pengurus (pasal 2 nomer 23) 3) Memakai atau menyimpan alat potret memasang foto di dinding atau menyimpan foto tanpa seizin pengurus (pasal 2 nomer 25) f. Membantu pembangunan dan ta‟ziran sesuai dengan ketentuan pengurus bagi santri yang pulang tanpa izin/bolos atau terlambat tanpa keterangan g. Ditambah dengan tindakan lain menurut ketetapan pengurus bagi santri yang:
60
1) Melakukan perbuatan yang merugikan pesantren atau orang lain (pasal 2 nomer 10) 2) Mengganggu atau menggunakan aliran listrik (pasal 2 nomer 16) 3) Membaca atau menyimpan komik, majalah, surat kabar atau membaca buku bacaan yang dilarang pengurus (pasal 2 nomer 23) 4) Memakai atau menyiman alat potret memasang foto di dinding atau menyimpan foto tanpa seizin pengurus (pasal 2 nomer 25) B. Deskripsi Kitab Amtsilati Kitab Amtsilati merupakan kitab utama untuk menguasai/merpermudah membaca kitab kuning, selain itu juga sebagian isi dari kitab ini memuat pesanpesan moral, dan materi di dalamnya pun menggunakan ayat-ayat Al Qur‟an agar siswa/santrinya juga dapat memahami tajwid. Berikut ini merupakan pemaparan deskripsi semua kitab Amtsilati, dan kitab penunjang yang terdapat pada proses pembelajaran Amtsilati: a. Amtsilati jilid 1 Kitab ini berisi penjelasan gramatikal Arab seperti huruf jar(kata depan), isim dlomir(kata ganti), isim isyaroh(kata penunjuk), isim maushul(kata penghubung). Adapun pesan moral/nasihat yang terdapat pada kitab ini yakni pada contoh-contoh materi yang tertera pada kitab, misalnya “Janganlah durhaka kepada kedua orang tua. Hidupmu akan sengsara”, “Allahlah yang member keutamaan kepada manusia, janganlah sombong”, dan lain-lain. b. Amtsilati jilid 2 Kitab ini merupakan lanjutan dari kitab sebelumnya, kitab ini berisi rumus-rumus untuk mengetahui tentang isim(kata benda) beserta penjelasan penjelasannya. Dalam kitab ini tidak terdapat pesan moral atau nasihat seperti yang ada pada kitab sebelumnya.
61
c. Amtsilati jilid 3 Kitab ini adalah kitab lanjutan dari kitab Amtsilati jilid 2, berisi penjelasan tentang isim, penerapan rumus yang ada pada kitab sebelumnya, latihan memberi makna pada kata berbahasa Arab, dan pesan moral/nasihat yang yang diambil dari ayat Al Qur‟an. d. Amtsilati jilid 4 Kitab ini berisi rumus-rumus dan penjelasan tentang fi’il madli(kata kerja lampau),
maf’ul(obyek),
fa’il(pelaku),
dan
juga
terdapat
pesan
moral/nasihat yang ada pada latihan member makna. e. Amtsilati jilid 5 Kitab ini juga, merupakan lanjutan dari kitab sebelumnya, kitab ini tidak berbeda jauh isinya dengan kitab Amtsilati jilid 4, yakni masih menjelaskan tentang fi’il(kata kerja) namun lebih luas lagi, seperti fi’il mudlori’(kata kerja sekarang dan yang akan datang), fi’il amar(kata perintah), dan sedikit yang menerangkan tentang nasihat-nasihat. f. Qo‟idati Kitab ini adalah kitab yang digunakan di luar proses pembelajaran, kitab ini hanya digunakan untuk menghafal yang selanjutnya, hafalan tersebut disetorkan pada guru/ustadz yang mengajarkannya. Kitab ini merupakan ringkasan rumus-rumus dari jilid 1-5, yang disusun untuk mempermudah dalam menghafal rumus Amtsilati, kitab ini juga berisi soal tanya jawab yang digunakan untuk siswa/santri latihan memahami gramatikal bahasa Arab. g. Tatimmah 1 dan tatimmah 2 Kitab ini digunakan untuk praktek menerapkan rumus-rumus Amtsilati, tatimmah 1 digunakan setelah siswa/santri menyelesaikan jilid 3 Amtsilati, dan tatimmah 2 digunakan setelah siswa/santri menyelesaikan jilid 5 Amtsilati.
62
h. Khulashah Kitab ini berisi ringkasan syair-syair kitab Alfiyah Ibn Malik, yang diringkas menjadi 184 syair . Kitab ini digunakan mulai dari siswa/santri mempelajari Amtsilati jilid 1-5. i. Sharfiyah Kitab ini berisi tasrif fi’il(bentuk-bentuk kata fi‟il) yang digunakan siswa/santri setelah menyelesaikan Amtsilati jilid 3. j. Hidayatul Muta‟alim Kitab ini berisi pesan moral/nasihat-nasihat yang sengaja dususun untuk membentuk karakter siswa/santri menjadi ber-akhlak mulia. Kitab ini merupakan kitab utama juga selain kitab Amtsilati yang lain, kitab ini digunakan ketika sebelum atau setelah proses pembelajaran. Kitab ini adalah inti ringkasan dari kitab akhlak klasik yaitu kitab Ta’lim Muta’alim kaya ulama terdahulu yakni Syekh Zarnuji. k. Aqidati dan Syari‟ati Kitab ini termasuk kitab wajib bagi siswa/santri Pondok Pesantren Darul Falah, kitab ini berisi tentang pemahaman aqidah/tauhid
dan
syariat/fiqih. C. Penerapan Metode Amtsilati dalam pembentukan Karakter Islami Metode Amtsilati adalah cara yang digunakan cara yang digunakan untuk mempelajari kitab kuning atau gramatika bahasa Arab dengan cepat melalui kitab-kitab yang telah disusun oleh KH. Taufiqul Hakim. KH. Taufiq juga sangat mengedepankan akhlak dan adab oleh karena itu kitab-kitabnya pun banyak mengandung nilai-nilai akhlak, karena beliau juga merupakan orang yang menjalani dunia tasawuf. Berikut ini
merupakan penerapan metode Amtsilati pada proses pembelajaran Amtsilati: 1. Langkah-langkah metode Amtsilati: a. Pertama-tama guru/ustadz membuka pembelajaran dengan do‟a dan tawasul untuk para guru, Rasulullah, sahabat dll. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada siswa/santrinya,
63
dengan menggunakan kitab pedoman pembelajaran, yakni kitab Amtsilati. b. Materi/ayat Al Qur‟an dibacakan oleh guru/ustadz secara berulangulang dengan diikuti siswa/santrinya. Hal tersebut dilakukan agar siswa/santri dapat aktif dan memahami maksud dari materi/rumus yang dipelajari serta dibiasakan untuk menghafalkan rumus-rumus Amtsilati. c. Materi/ayat Al Qur‟an yang dibacakan, disampaikan dengan dua macam cara, pertama dengan qira‟ah asli artinya tidak menggunakan tajwid, kedua dengan menggunakan tajwid. Hal tersebut dilakukan agar siswa/santri dapat memahami tajwid. d. Guru/ustadz menjelaskan keterangan/materi yang tertera pada kitab Amstilati dengan menuliskan contoh-contoh lain. e. Guru/ustadz
menunjuk/memerintahkan
kepada
salah
satu
siswa/santrinya untuk membaca atau menuliskan contoh lain dari materi yang sudah dipelajarinya. Guru/ustadz juga menuntun siswa/santrinya
membaca
dalil/rumus
yang
ada
pada
kitab
khulashah/Amtsilati dengan irama/nada yang disukai siswa/santrinya. f. Guru/ustadz memerintahkan siswa/santri untuk menghafal materi yang ada pada kitab khulashah dan qa’idati Amtsilati untuk disetorkan pada guru/ustadznya pada pertemuan selanjutnya. g. Guru/ustadz membaca syair dari kitab hidayatul muta‟alim bersamasama dengan siswa/santrinya, dengan irama/nada yang sedang digemari. Selain itu juga guru/ustadz memberikan kesempatan pada siswa/santrinya untuk membacakan syair-syair dari kitab tersebut. Syair tersebut berisi nasihat-nasihat yang bertujuan agar pesan dari nasihat tersebut dapat di amalkan siswa/santri pada kehidupan seharihari.
64
2. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak/Karakter Islami Dalam Pembelajaran Metode Amtsilati Selain dari pesan moral/nasihat-nasihat yang terdapat pada kitab Amtsilati itu sendiri, ada juga faktor-faktor yang menunjang pembentukan karakter siswa/santri PP Darul Falah. Faktor-faktor tersebut meliputi:1 a. Faktor pembelajaran meliputi; 1) Pengajian kitab Akhlakul Lilbaniin sebagai pembelajaran/materi akhlak. 2) Adanya kitab Hidayatul Muta‟alim, kitab tersebut adalah kitab pegangan wajib bagi santri yang berisi tentang pelajaran akhlak, tauhid, dan adab yang disusun dengan bentuk syair-syair, yang dimaksudkan agar mudah dihafalkan, dan kitab tersebut wajib dihafalkan. 3) Adanya buku sadar, buku tersebut adalah buku pegangan wajib bagi santri untuk menyadarkan santri yang melanggar peraturan, artinya buku tersebut berisi peringatan, teguran dan penilaian akhlak apabila ada santri yang melanggar. Buku tersebut di periksa satu hari sekali oleh ketua kamar, ketua kelas, dan guru, serta setiap tiga hari sekali di periksa oleh keamanan pusat 4) Selain itu, pengajian kitab-kitab akhlak dan fiqih lainnya pun rutin diikuti oleh santri PP Darul Falah, untuk lebih memahami dan mengamalkan akhlak-akhlak terpuji. b. Faktor lingkungan termasuk yang paling dominan mempengaruhi pembentukan karakter Islami, karena penerapan beberapa aturan dan kegiatan-kegiatan Islami membimbing mereka supaya taat sesuai ajaran Islam. Hal tersebut menciptakan lingkungan yang Islami dan mendidik santri mempunyai kepribadian yang berilmu dan berakhlak mulia. Ustadz Rifa‟I menambahkan, bahwa akhlak santri juga dinilai dengan penilaian tertulis yakni 9,1. Indikator dari penilaian tersebut 1
Malik, Wawancara. Jepara, 19 Februari 2014
65
diantaranya penilaian dari buku sadar, perilaku sehari-hari, akhlak terhadap guru, pembimbing, dan perilaku di kelas, dan juga salah satu faktor yang membentuk karakter Islami ialah keteladanan para guru, ustadz, senior, pengurus, dan pengasuh PP Darul Falah. Selain itu juga, metode Amtsilati ini dikatakan sebagai metode aktif, inovatif sebagaimana yang dijelaskan oleh ustadz Malik, beliau menyatakan bahwa metode Amtsilati termasuk metode yang aktif, inovatif, dan kreatif dalam proses pembelajaran karena santri/siswa dan ustadz/guru terlibat secara aktif dalam pembelajaran, melalui dialog yang terjadi antara santri dengan ustadz, serta santri dengan santri. Disamping itu santri juga diarahkan secara aktif untuk berkompetisi dalam kenaikan kelas, yakni kompetisi dalam tes lisan dan tes tulisan, siapa yang sudah menguasai materi maka boleh untuk melaksanakan tes. Metode ini dikatakan inovatif karena metode ini adalah metode baru dalam pembelajaran tata bahasa Arab yang di kembangkan dan dikolaborasikan dari metode klasik ala pesantren dan metode pembelajaran aktif. Metode ini juga dikatakan metode yang kreatif karena metode ini mengarahkan santri/siswa untuk kreatif membuat contoh-contoh dari kata bahasa Arab yang benar atau sesuai kaidah tata bahasa Arab. Selain itu, santri yang mempelajari metode Amtsilati tidak hanya faham dengan penjelasan ustadz, tapi juga hafal dan lancar dalam materi Amtsilati.2 D. Nilai-nilai Karakter Islami Dalam Penerapan Metode Amtsilati Berikut ini merupakan nilai-nilai karakter Islami yang terbentuk dalam penerapan metode Amtsilati: 1. Jujur Karakter jujur terbentuk dengan terkontrolnya siswa/santri melalui setiap tes yang dilakukan ketika siswa/santri menyelesaikan setiap jilidnya.
2
Malik, Wawancara. Jepara, 19 Februari 2014
66
2. Kerja keras Kerja keras tumbuh dengan sendirinya, karena sistem pembelajaran Amtsilati adalah pembelajaran berbasis kompetisi dan kompetensi, dan target kelulusannya yang relative singkat yakni dengan jangka waktu 36 bulan. Maka siswa/santri sejatinya harus kerja keras menuntaskan pembelajaran Amtsilati tersebut dan menguasainya. 3. Disiplin Disiplin turut tumbuh dengan sendirinya melalui tegasnya peraturan dalam pembelajaran Amtsilati. Karena bagi yang tidak disiplin siswa/santri tersebut akan tertinggal dari segi materi, dan susah untuk menyelesaikan pembelajaran dengan tepat waktu. 4. Kerjasama pada proses pembelajaran ini siswa/santri sering diperintahkan untuk saling kerjasama untuk dapat saling mengingat hafalan dan latihan dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan temannya. 5. Ketaatan/kepatuhan Ketaatan adalah sikap paling menonjol yang terlihat, selain dari pesan moral yang terdapat pada kitabnya sendiri, sering pula disampaikan dan contohkan oleh para guru/ustadz. Ditambah lagi karena faktor lingkungan yang mendukung terbentuknya karakter tersebut. 6. Kesabaran Kesabaran merupakan karakter yang terbentuk dari penerapan metode ini, karena untuk menguasai Amtsilati, siswa/santri harus sabar dan tabah memahami dan menguasai materi pada tiap jilid Amtsilati, sebelum akhirnya siswa/santri memahami dan menguasai keseluruhan kitab Amtsilati. Tapi ada faktor yang mendominasi mengenai pembentukan karakter sabar ini yaitu dari faktor lingkungan/peraturan pesantren.
67
E. Karakter siswa/santri Pondok Pesantren Darul Falah Berbagai karakter siswa/santri tampak terlihat, lingkungan pesantren pun hidup dengan tumbuhnya nilai-nilai Islami yang mereka aplikasikan. Namun tidak semua siswa/santri memiliki akhlak baik ada juga yang melanggar peraturan dan berbuat tidak baik, hal tersebut karena siswa/santri yang masuk pada PP Darul Falah atau input santri dari luar tidak semuanya memiliki akhlak yang baik, sebagaimana yang diutarakan bapak H. Rabani sebagai warga daerah sekitar pesantren. Menurut beliau, perilaku santri Darul Falah bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang kurang baik, tapi mayoritas santri memiliki perilaku yang baik, disamping itu santri juga aktif bersosialisasi dengan masyarakat.3 Karakter-karakter siswa/santri, diantaranya: religious, jujur, kerja keras, disiplin, kerjasama, taat/patuh, sabar. Lingkungan yang mendukung, rutinnya pengajian, tersistemnya pembelajaran, keteladanan para guru/ustadz, para senior, pengurus, dan bimbingan pimpinan pesantren membuat terbentuknya karakter Islami atau akhlak baik.4 F. Deskripsi dan Analisis Data Terhadap Angket Pembentukan Karakter Berikut ini merupakan deskripsi dan analisis dari hasil penyebaran angket tentang penerapan metode Amtsilati dalam pembentukan karakter Islami siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara, yang di sebarkan pada 20 santri/siswa. Tiap angket terdiri dari 30 pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda dan harus dijawab dengan member tanda silang (X). Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan, diolah dengan menggunakan rumus analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus statistik (prosentase) dengan rumus:
P=
3 4
Rabani, Wawancara.Jepara, 8 Februari 2014 Malik, Wawancara. Jepara, 19 Februari 2014
68
Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisa dari hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan satu tabulasi, sehingga dengan demikian lebih fokus penjelasannya. Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Data Terhadap Angket Pembentukan Karakter No.
SL
SR
KD
TP
60
35
5
0
2
Mengenai perkataan santri/siswa pada saat transaksi membeli barang
70
15
15
0
3
Mengenai pernyataan santri/siswa pada saat meminjam barang
65
25
10
0
4
Mengenai tindakan kejujuran santri/siswa dalam memberi bantuan kepada orang lain
40
35
25
0
5
Mengenai alasan santri/siswa pada saat meminta izin keluar pondok pesantren
80
15
5
0
6
Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan yang telah di hafalkan dan dipelajari
85
10
5
0
15
35
50
0
20
45
35
0
55
30
15
0
30
50
20
0
55
25
20
0
1
7
8 9 10 11
PERNYATAAN Mengenai kejujuran pada saat ujian
Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan kitab Qaidah Amtsilati yang sudah dipelajari Kerja keras dalam mempelajari dan mempraktekan kitab Amtsilati Kerja keras dalam menghemat uang bulanan Kerja keras dalam membantu orang tua Kedisiplinan dalam tata tertib pondok
69
pesantren 12
Kedisiplinan dalam kegiatan belajar Amtsilati
65
30
5
0
60
35
5
0
65
30
5
0
15
Kedisiplinan dalam ibadah puasa sunah (senin dan kamis)
80
20
0
0
16
Kerjasama dalam mempelajari kembali Amtsilati
45
20
35
0
17
Kerjasama dalam mengingat kembali hafalan Amtsilati dengan sistem tatap muka/takroran
55
5
40
0
18
Kerjasama dalam membersihkan lingkungan pondok pesantren
35
35
30
0
19
Kerjasama dalam membersihkan lingkungan rumah
60
15
25
0
30
35
30
5
60
25
15
0
22
Kepatuhan terhadap perintah Kyai (Romo Yai)
85
15
0
0
23
Ketaatan/kepatuhan terhadap perintah orang tua
70
30
0
0
45
5
35
15
50
45
5
0
13 14
20 21
24 25
Kedisiplinan dalam ibadah shalat berjamaah Kedisiplinan dalam ibadah mengaji/sekolah
Kerjasama dalam mengerjakan tugas sekolah Kepatuhan dalam mendengarkan pengajian
Ketaatan dalam beribadah berupa shadaqoh Ketaatan/kepatuhan dalam mengikuti pengajian Al-Qur‟an
70
26 27 28
29
30
Kesabaran/Ketabahan dalam menghadapi musibah Sabar dalam menjalani aktivitas pesantren Sabar di dalam pondok pesantren Sabar dalam menghafalkan baith-baith khulasoh yang merupakan salah satu bagian dari kitab Amtsilati Sabar/tabah dalam menunggu uang bulanan
Jumlah
75
20
5
0
50
40
10
0
80
15
5
0
75
25
0
0
85
15
0
0
1585
740
455
20
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah prosentase selalu sebanyak 1585, sering sebanyak 740, kadang-kadang sebanyak 455, dan tidak pernah sebanyak 20. Hasil terbesar adalah pada pilihan jawaban selalu yaitu sebanyak 1585 prosentase. Menurut analisis penulis, hasil tersebut sebenarnya masih bisa bertambah apabila diteliti lebih detail lagi. Dari beberapa data yang merupakan hasil perhitungan statistic deskriptif, yang perlu dibahas adalah mean dan nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan gambaran yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Berdasarkan skor penelitian yang ada pada bab III, maka dapat disajikan analisis deskriptif secara terperinci berdasarkan aspek/indicator penilaian dibawah ini. Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator No.
1
Aspek Karakter
Kejujuran
NH
NS
Keterangan
5 x 4 = 315 : 20 20
= 15.75
BAIK = 78.75
71
2
3
4
5
6
Kerja keras
Disiplin
Kerjasama
Ketaatan (Kepatuhan)
Kesabaran/Ketabahan
Total Nilai
5 x 4 = 205 : 20 20
= 10.25
KURANG = 51.25
5 x 4 = 325 : 20 20
= 16.25
BAIK = 81.25
5 x 4 = 225 : 20 20
= 11.25
CUKUP = 56.25
5 x 4 = 310 : 20 20
= 15.5
= 18.25
120
87.28
BAIK
BAIK = 77.5
5 x 4 = 365 : 20 20
BAIK
BAIK = 91.25 CUKUP = 72.7
BAIK
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa karakter-karakter siswa/santri PP Darul Falah “Amtsilati” Jepara, cukup baik dalam penerapannya pada kesehariannya. Hal tersebut juga didukung oleh faktor-faktor penunjang pembentukan karakter seperti dari faktor pembelajaran dan faktor lingkungan sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan maka penulis menyimpulkan bahwa; metode Amtsilati baik dalam pembentukan karakter Islami siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian penulis, hasil penelitian menunjukan proses dari metode Amtsilati yang dilakukan secara aktif, komunikatif, serta terjadinya interaksi secara langsung antara guru/ustadz dengan siswa/santri dapat menimbulkan karakter siswa/santri menjadi terbentuk, terlebih lagi adanya beberapa faktor yang dominan untuk pembentukan karakter Islami siswa/santri, seperti faktor pembelajaran dan lingkungan. Dari data penelitian dengan menggunakan angket pun menunjukan bahwa metode Amtsilati cukup baik dalam pembentukan karakter Islami. Meskipun demikian, setiap kelebihan pasti ada kekurangannya, sebagaimana juga dengan metode Amtsilati ini. Metode ini akan sulit berkembang dan terhambat dalam pembentukan karakter Islami apabila dari faktor penunjangnya tidak ada atau tidak mendukung, selain itu juga dari guru/ustadznya harus menguasai penuh materi dari kitab Amtsilati serta siswa/santri yang akan
72
73
mempelajari harus siap dari segi mental dan akal, karena metode ini memerlukan kesiapan dan kegigihan siswa/santri dalam menjalaninya. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara, maka penulis menyampaikan beberapa saran kepada semua pihak, antara lain; 1. Untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran metode Amtsilati, hendaknya tempat pembelajaran Amtsilati mempunyai ruangan masing-masing agar para santri/siswa dapat lebih fokus dalam pembelajaran. Saran ini tidak hanya penulis ajukan pada pengurus pesantren tapi juga kepada pemerintah terkait, agar dapat membantu dalam proses konstruksi bangunan, guna lebih mengkondusifkan lingkungan pembelajaran. Selain itu juga, dalam sosialisasi metode Amtsilati agar lebih merata dan berkelanjutan, supaya para siswa yang belum tahu akan metode ini dapat mepelajari dan mempraktekannya. 2. Untuk pengajar dan pengurus pesantren, agar lebih mengontrol para santri supaya lebih teratur dan kondusif, mungkin penulis sarankan untuk lebih memperbanyak pengurus supaya pengawasan berjalan berjalan optimal. Selain itu juga, pendidikan yang dilakukan oleh pengajar dan pengurus agar menggunakan pendekatan persuasif supaya santri tidak merasa tertekan dan betah berada di dalam pesantren. 3. Untuk pemerintah baik itu Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama, agar lebih peduli akan metode ini dan dijadikan sebagai kurikulum nasional atau lokal, karena metode ini bagus untuk diterapkan di negara kita ini yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Metode ini sudah dikenal di luar negeri khususnya negara-negara tetangga, dan banyak pelaku pendidikan dari luar yang sengaja untuk mempelajari metode ini untuk diterapkan dinegaranya. Mungkin banyak kekurangan dalam penerapan metode ini, tapi tidak mustahil metode ini
74
akan diperbaiki dan diperbaharui agar metode ini relevan dengan pembelajaran-pembelajaran di sekolah-sekolah.
75
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1966. Arifin, Zainal. “Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Azzet Akhmad, Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Dharma, Kesuma. dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktis di Sekolah,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Emzir, “Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Hakim, Lukman. “Pembelajaran gramatika bahasa Arab bagi pemula: studi terhadap penerapan metode amtsilati di Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri, Jepara.” .Tesis Pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Hakim, Taufiqul. Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional Berbasis Kompetisi dan Kompetensi,Jepara: PP Darul Falah, 2004. Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013. Hidayat, Adi.“Ma’rifatul Insan (Bimbingan al-Qur’an Menuju Insan Paripurna)”, Jakarta: Quantum Adi Karya, 2012. Isna Aunillah,Nurla. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, Jakarta: Transmedia, 2011. Maknun, Johar. “Pengembangan aplikasi edukatif Amtsilati berbasis multimedia.” Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Sistem Informasi, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
76
Muchlas, Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Muhammad Amin, Maswardi.Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011. Muslim, Abu. 1001 Pertanyaan Soal Jawab Agama, Jakarta, PT Gramedia, 2010. Muttamaqin, Alek. “Atsaru istikhdamu thariqah Amtsilati fi ta’lim al-qawaid alarabiyah (dirasah muqaranah).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam “Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, Jakarta: Islamic Research Publishing, 2010. Putra Daulay, Haidar. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007. Rama K, Tri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Surabaya: Karya Agung, t.t. Ramdhani Umarela, Dadan. Penerapan Metode Amtsilati dalam Meningkatkan Baca Kitab Kuning (Studi KasusTerhadapPembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren AsSalafiyah Sukabumi), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Rijal Hamid, Syamsul. Buku Pintar Islam, Bogor: Cahaya Islam, 2011 Rosyad, Abdul. “Metode Amtsilati Dalam Proses Penerjemahan (Studi analisis buku “Program pemula membaca kitab kuning” karya H. Taufiqul Hakim Jepara)”Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004. Sudjiono, Anas.Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Radja Grafindo persada, 2011
77
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Bandung: CV Alfabeta, 2010. Sulaiman, Rusydi. Nilai-Nilai Karakter Islam: Berhulu Dari Akhlak, Berhilir Pada Rakhmat, Bandung: Marja, 2013. Syaodih Sukmadinata, Nana.“Metode Penelitian Pendidikan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Hidayatulloh, Saepul. http://idb4.wikispaces.com/file/view/an4003.pdf, 2 November 2013. Ensiklopedia NU, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,40297lang,id-c,nasional-t,Amtsilati++Metode+Baru+Ngaji+Nahwu-.phpx
LAMPIRAN Pedoman Wawancara A. Wawancara Sesi I (pertama) Pewawancara
: Aminudur Yusuf Putra
Nara Sumber
: Ustadz Malik, Ustadz Rifa’i
Hari/tanggal
: Rabu, 19
Februari 2014/Selasa, 11
Februari 2014 Waktu
: 17:15 WIB/21:27 WIB
Tempat
: Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Jepara
1. Mengapa contoh-contoh dari kitab Amtsilati kebanyakan diambil dari Al Qur’an? Apakah berhubungan juga agar para santri dapat membaca, memahami, dan mengamalkan kandungan dari ayatayat tersebut! 2. Faktor
apa
saja
yang
mendukung
dalam
pembentukan
akhlak/karakter pada pembelajaran Amtsilati ini! 3. Apa upaya para ustadz/guru dalam peningkatan akhlak/karakter santri di pesantren ini! 4. Bagaimana tindakan para ustadz dalam menghadapi perilaku santri yang melanggar terhadap peraturan pondok! Bagaimana juga menanggapi santri yang membandel atau yang sering melanggar tata tertib? 5. Bagaimana tanggapan ustadz dalam menaggapi santri yang berlatar belakang pendidikan umum atau sebelumnya belum pernah pesantren! 6. Kesulitan apa saja yang pernah dialami ustadz dalam menghadapi bermacam-macam santri yang berbeda karakter! 7. Mengenai metode Amtsilati sendiri, mengapa metode tersebut
78
79
dikatakan sebagai metode aktif, inovatif, dan kreatif dalam proses pembelajaran, jelaskanlah! 8. Bagaimana pendapat ustadz mengenai metode Amtsilati dalam penerapan pesan-pesan moral dan pembelajaran aktif! 9. Apakah ada dampak yang timbul dari pembelajaran dengan metode Amtsilati bagi keluarga, dan masyarakat sekitar? Jelaskanlah dampak tersebut! 10. Setelah tingkatan Amtsilati selesai selanjutnya santri masuk dalam program pasca Amtsilati, dalam program pasca Amtsilati materi apa sajakah yang diterapkan pada program tersebut, dan apa tujuan serta manfaatnya! B. Wawancara Sesi II (ke-dua) Pewawancara
: Aminudur Yusuf Putra
Nara Sumber
: Bapak H. Rabani (Warga sekitar pesantren)
Hari/tanggal
: Sabtu, 8 Februari 2014
Waktu
: 19:17 WIB
Tempat
: Kediaman bapak H. Rabani, Dk. Sidorejo, RT 03/12
1. Bagaimana tanggapan bapak mengenai santri-santri Amtsilati, baik mengenai perilakunya, atau rasa sosialnya kepada masyarakat! 2. Bentuk perilaku sosial yang seperti apakah, dari santri Amtsilati kepada warga/masyarakat sekitar pesantren ini! 3. Bapak sebagai warga dan sekaligus pedagang yang sering berhadapan langsung dengan anak-anak santri, apakah bapak pernah mengalami atau menghadapi santri yang nakal, dan bentuk kenakalannya seperti apa? Serta tindakan apa yang bapak lakukan! 4. Sudah sekitar 8 (delapan) tahun pesantren Amtsilati ini berdiri, apa saja
80
konstribusi yang telah warga dapat dari pesantren Amtsilati ini! 5. Dari sekian banyak santri, pernahkah bapak mengalami pengalaman yang sangat berkesan dari beberapa santri yang pernah bapak kenal/temui,? dan ceritakanlah pengalaman tersebut! C.
Wawancara Sesi III (ke-tiga) Pewawancara
: Aminudur Yusuf Putra
Nara Sumber
: Muhammad Ma'mun
Hari/tanggal
: Minggu, 9 Februari 2014
Waktu
: 14:15 WIB
Tempat
: Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Jepara
(Santri)
1. Mengapa anda memilih pondok pesantren darul falah "Amtsilati" ini sebagai pesantren pilihan anda untuk menuntut ilmu! 2. Apakah anda merasakan ada perubahan setelah pesantren disini, baik dalam bidang pengetahuan dan pengamalan ibadah! 3. Apakah anda selalu mentaati peraturan-peraturan pesantren? 4. Apa pesan Kyai yang sangat berkesan dan sangat anda pegang dalam kehidupan anda? 5. Bagaimana pendapat anda mengenai metode Amtsilati! Apakah dengan belajar Amtsilati anda merasa lebih memahami ayat-ayat Al Qur’an dan lebih semangat lagi mempelajari ilmu-ilmu gramatikal Arab atau nahwu dan sharaf? 6. Setelah anda belajar pada tingkatan pasca Amtsilati, apa yang anda dapat dari kelas pasca Amtsilati tersebut? Dan apakah anda menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari! 7. Menurut anda setelah anda belajar Amtsilati sampai tingkatan pasca Amtsilati, semuanya!
apa
manfaat
yang dirasakan
setelah
mendalami
81
Data Hasil Wawancara Menurut ustadz Malik (Ketua Dewan Pembina Ponpes Darul Falah) dan Ustadz Rifa’I (Ketua daerah/komplek Surga Ma’wa) menjelaskan: 1. Dalam pertanyaan pertama mereka menjelaskan bahwa, ada beberapa alasan mengapa contoh-contoh dari kitab Amtsilati kebanyakan diambil dari Al Qur’an, diantaranya sebagai berikut: a. Karena kebenaran Al Qur’an yang sudah valid b. Al Qur’an juga sumber utama gramatikal Arab c. Bacaan Al Qur’an sudah masyhur bagi kita semua d. Supaya lebih mudah dalam membaca/mempraktekan dalam
membaca
tulisan
arab
beserta
arti
dan
kedudukannya e. Serta untuk mempermudah siswa membuat contoh kata dari bahasa Arab sendiri Disamping itu, pembelajaran tajwid(latihan membaca Al Qur’an dengan benar) juga diikut sertakan dalam pembelajaran Amtsilati. 2. Adapun faktor yang menunjang pembentukan akhlak/karakter dalam pembelajaran metode Amtsilati antara lain: a. Faktor pembelajaran meliputi; 1) Pengajian kitab Akhlakul Lilbaniin sebagai pembelajaran/materi akhlak. 2) Adanya kitab Hidayatul Muta’alim, kitab tersebut adalah kitab pegangan wajib bagi santri yang berisi tentang pelajaran akhlak, tauhid, dan adab yang disusun dengan bentuk syair-syair, yang dimaksudkan agar mudah dihafalkan, dan kitab tersebut wajib dihafalkan.
82
3) Adanya buku sadar, buku tersebut adalah buku pegangan wajib bagi santri untuk menyadarkan santri yang melanggar peraturan, artinya buku tersebut berisi peringatan, teguran dan penilaian akhlak apabila ada santri yang melanggar. Buku tersebut di periksa satu hari sekali oleh ketua kamar, ketua kelas, dan guru, serta setiap tiga hari sekali di periksa oleh keamanan pusat 4) Selain itu, pengajian kitab-kitab akhlak dan fiqih lainnya pun rutin diikuti oleh santri PP Darul Falah, untuk lebih memahami dan mengamalkan akhlak-akhlak terpuji. b. Faktor lingkungan termasuk yang mempengaruhi, karena penerapan beberapa aturan dan kegiatan-kegiatan Islami membimbing mereka supaya taat sesuai ajaran Islam. Hal tersebut menciptakan lingkungan yang Islami dan mendidik santri mempunyai kepribadian yang berilmu dan berakhlak mulia. Ustadz Rifa’I menambahkan, bahwa akhlak santri juga dinilai dengan penilaian tertulis yakni 9,1. Indikator dari penilaian tersebut diantaranya penilaian dari buku sadar, perilaku sehari-hari, akhlak terhadap guru, pembimbing, dan perilaku di kelas, dan juga salah satu faktor yang membentuk karakter Islami ialah keteladanan para guru, ustadz, senior, pengurus, dan pengasuh PP Darul Falah. 3. Berikut ini merupakan beberapa upaya pengurus pesantren dalam membimbing santri supaya berkarakter Islami: a. Pengawasan terhadap santri/siswa oleh pengasuh pondok, dewan pembina, dan pengurus. b. Pengajian akhlak yang diadakan oleh pengurus.
83
c. Memberikan contoh yang baik/teladan bagi santri/siswa pondok pesantren. 4. Tindakan para ustadz dalam menghadapi perilaku santri yang melanggar terhadap peraturan pondok diantaranya; melalui peringatan dengan lisan, skors selama 40 hari, dan dikeluarkan dari
pesantren,
adapun
hukuman-hukuman
yang
lebih
lengkapnya tercantum pada tata tertib pondok pesantren. 5. Tindakan para ustadz dalam menaggapi santri yang berlatar belakang pendidikan umum adalah dengan cara memberi motivasi, tidak terlalu menekankan akan peraturan yang ketat, membuat santri merasa nyaman berada di pesantren, misalnya seperti mengajak santri jalan-jalan, bermain sepak bola, mengadakan latihan hadrah, dll. Hal tersebut dilakukan pada saat libur mingguan. Setelah semua itu dilakukan maka tindakan selanjutnya diarahkan untuk kembali pada tujuan semula yakni mempelajari Amtsilati dengan system semula. 6. Kendala-kendala yang dihadapi para ustadz antara lain: a. Menghadapi santri/siswa yang tidak betah tinggal di pesantren, karena santri tersebut biasanya santri tersebut sering melanggar peraturan. Solusinya adalah santri tersebut diperintahkan untuk membaca surat Yaasin di tengah lapangan. b. Menghadapi santri/siswa yang tidak bisa membaca Al Qur’an karena syarat utama mempelajari Amtsilati ialah bisa membaca Al Qur’an. Solusinya adalah santri tersebut ditempatkan di kelas dasar, kelas tersebut adalah kelas bagi tahap pemula yang belum bisa membaca Al Qur’an.
84
c. Menghadapi santri/siswa yang tidak bisa berbahasa Jawa, karena dalam pembelajaran Amtsilati santri diharuskan menghafal syair-syair Jawa. 7. Metode Amtsilati termasuk metode yang aktif, inovatif, dan kreatif dalam proses pembelajaran karena santri/siswa dan ustadz/guru terlibat secara aktif dalam pembelajaran, melalui dialog yang terjadi antara santri dengan ustadz, serta santri dengan santri. Disamping itu santri juga diarahkan secara aktif untuk berkompetisi dalam kenaikan kelas, yakni kompetisi dalam tes lisan dan tes tulisan, siapa yang sudah menguasai materi maka boleh untuk melaksanakan tes. Metode ini dikatakan inovatif karena metode ini adalah metode baru dalam pembelajaran tata bahasa Arab yang di kembangkan dan dikolaborasikan dari metode klasik ala pesantren dan metode pembelajaran aktif. Metode ini juga dikatakan metode yang kreatif karena metode ini mengarahkan santri/siswa untuk kreatif membuat contoh-contoh dari kata bahasa Arab yang benar atau sesuai kaidah tata bahasa Arab. Selain itu, santri yang mempelajari metode Amtsilati tidak hanya faham dengan penjelasan ustadz, tapi juga hafal dan lancar dalam materi Amtsilati. 8. Dalam metode Amtsilati terdapat penerapan pesan-pesan moral kepada santri, diantaranya adalah pada kitab Amtsilati tercantum ayat Al Qur’an yang sudah diberi arti, dan arti tersebut mengandung nasihat dan peringatan. Dalam proses pembelajaran Amtsilati, para ustadz juga sering memberikan nasihat atau saling sharing/tukar pikiran ditujukan supaya santri dapat termotivasi dan bersemangat kembali untuk belajar. 9. Manfaat dari metode Amtsilati ialah santri/siswa akan terbentuk akhlaknya, terbiasa dengan perilaku yang baik, dan mempunyai
85
pengetahuan syariat yang cukup matang. Selain itu, kepribadian santri juga akan berdampak positif bagi lingkungan sekitar, baik itu dalam lingkungan keluarga atau lingkungan yang lebih luas lagi. 10. Berikut ini merupakan program pasca Amtsilati, antara lain; Program Bahasa Inggris, dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan Program Bahasa Arab, dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan Fan Thoharoh, dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji meliputi Fathul Mu’in, Fathul Qarib, Fathul Wahab, Mukhtashar. Fan Ubudiyah(Ibadah), dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah menghafalkan kitab Fathul Qarib. Fan Mu’amalah(Jual-beli), dengan jangka waktu 9 (sembilan) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul Mu’in. Fan Munakahat(Nikah), dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul Mu’in. Fan Jinayat(Hukum) dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul Mu’in. Fan Tafsir, dengan jangka waktu 6 (enam) bulan. Kitab yang dikaji seperti kitab sebelumnya. Untuk ujiannya adalah membaca 30 lembar dari kitab Fathul Mu’in.
86
Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak H. Rabani. Bapak H. Rabani atau sering disapa bapak Bani adalah warga sekitar pesantren yang bekerja sebagai pedangang di pondok pesantren Darul Falah. 1. Menurut beliau perilaku santri Darul Falah bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang kurang baik, tapi mayoritas santri memiliki perilaku yang baik. Disamping itu, santri juga aktif bersosialisasi dengan masyarakat. 2. Berikut merupakan contoh peran sosial yang dilakukan santri Amtsilati terhadap lingkungan masyarakat. Diantaranya melakukan kerja bakti bersama warga, mengadakan pengurusan jenazah apabila ada warga yang meninggal dunia, dan disamping itu santri juga turut andil dalam kegiatan peringatan hari besar Islam, seperti maulid Nabi Muhammad SAW, Idhul Qurban, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, dll. 3. Menurut beliau kenakalan-kenakalan yang dilakukan santri masih dianggap
berada
dalam
batas
kewajaran/normal,
adapun
kenakalannya seperti mengambil jajan tanpa membayarnya atau yang sering disebut dengan istilah mengutil. Tindakan yang beliau lakukan apabila mengetahui hal tersebut adalah menasihati santri tersebut. 4. Kontribusi yang telah diberikan oleh Pondok Pesantren Darul Falah kepada
masyarakat
desa
diantaranya
sumbangan
dalam
pembangunan jembatan, perbaikan jalan, perbaikan saluran air, pembangunan masjid, dan musholla. Selain itu bantuan juga diberikan tidak hanya pada aspek pembangunan, tapi dalam bentuk sosial kemanusiaan, seperti bantuan kepada fakir, miskin, anak yatim, dan lansia.
87
5. Menurut baliau, pengalaman yang paling berkesan dengan santri Amtsilati, itu belum pernah beliau temui, tapi kebanyakan santri Amtsilati berkepribadian baik, suka membantu, sopan, dan ramah. Berikut
merupakan
hasil
wawancara
yang
dilakukan
dengan
Muhammad Ma'mun. Ma’mun adalah santri Darul Falah, dia sudah 6 (enam) tahun menuntut ilmu di pondok pesantren Darul Falah, dan sekarang dia menjabat sebagai pengurus pesantren. 1. Menurut penuturannya, dia masuk ke pondok pesantren Darul Falah pada saat masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Dia mondok di Darul Falah Amtsilati karena kehendak orang tuanya, dan pada saat itu dia hanya menuruti keinginan orang tuanya tanpa berfikir untuk memilih pesantren atau menolak keinginan dari orang tuanya.
Ternyata
setelah dia belajar di pesantren Darul Falah, dia merasa sangat bersyukur mendapatkan banyak manfaat, baik manfaat bagi diri sendiri maupun bagi keluarga. 2. Selama menuntut ilmu di pesantren Darul Falah, Muhammad Ma’mud merasa banyak sekali manfaat, ilmu, serta pengalaman yang sudah di dapatnya. Tapi dibalik itu semua, dia mengatakan dengan bijaknya “walaupun kita sudah lama belajar tapi kita tidak boleh merasa sudah pintar, dan dalam persoalan ibadah saya tidak berani menilai diri saya sendiri, bahwa saya sudah merasa cukup dalam ibadah saya”. 3. Dalam persoalan tata tertib pondok pesantren, dia mengutarakan bahwa sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, adakalanya dia melanggar beberapa peraturan pesantren. Tapi sebagaimana manusia yang sudah mengetahui baik dan buruk suatu keadaan dia selalu berusaha untuk dapat menaati peraturan yang ada di pondok pesantren Darul Falah.
88
4. Menurut saudara Ma’mun selama di pondok pesantren Darul Falah Amtsilati ada pesan dari Romo Yai(KH. Taufiqul Hakim) yang selalu diingat dan dijadikan sebagai prinsip dalam kehidupannya, pesannya ialah masa depan yang hakiki adalah waktu sekarang, karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa diulang kembali dan waktu kemudian belum tentu mengalaminya. Inti dari pesan tersebut ialah supaya kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin, gunakan waktu untuk hal yang bermanfaat dan beribadah kepada Allah SWT. 5. Menurut saudara Ma’mun, mengenai program Amtsilati adalah program paling baik bagi pemula untuk memahami tata bahasa Arab(nahwu dan shorof). Disamping itu, mempelajarinya juga dapat mengatahui ilmu-ilmu keislaman lain, contohnya tajwid, karena mempelajari ilmu nahwu dan shorof dapat menjadikan kunci untuk membuka ilmu-ilmu keislaman yang lain. 6. Berikut merupakan keterangan saudara Ma’mun mengenai pelajaran yang ia dapat setelah menempuh pendidikan lanjutan program Amtsilati atau pada program pasca Amtsilati. Diantaranya mendapat pengetahuan di bidang Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Tarikh Islam, Akhlak, Tauhid, dan Tafsir. Saudara Ma’mun juga menambahkan bahwa semakin dia tahu akan ilmu maka akan semakin termotivasi dalam mempelajari ilmu-ilmu tersebut dan dia akan mencoba berusaha dalam mengaplikasikan pada kehidupannya. 7. Menurut saudara Ma’mun, manfaat yang di dapat selama belajar di pondok pesantren Darul Falah ialah menjadi lebih mengetahui tentang ajaran Islam, lebih termotivasi dalam beribadah, lebih banyak pengetahuan, dan pengalaman.
89
Data Angket Pembentukan Karakter a. Aspek Kejujuran Tabel lamp.1 1. Mengenai kejujuran pada saat ujian No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
12
60%
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 60% menyatakan selalu bertindak jujur atau tidak mencontek pada saat ujian. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering, artinya mereka pernah sesekali berbuat curang dalam ujian. Sebagian kecil yakni 5% menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas santri/siswa bersikap jujur pada saat ujian. Tabel lamp.2 2. Mengenai perkataan santri/siswa pada saat transaksi membeli barang No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
14
70%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
3
15%
4
Tidak Pernah
-
-
90
Jumlah
20
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas respondenyakni 70% menyatakan selalu bersikap jujur terhadap transaksi pembelian suatu barang, artinya santri/siswa tidak melakukan kecurangan dalam proses pembelian barang. Hanya sebagian kecil responden yakni 15% menyatakan sering, dan kadang-kadang, serta 0% menyatakan tidak pernah. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa mayoritas santri/siswa bersikap jujur dalam transaksi pembelian suatu barang, yang pada umumnya kebiasaan santri melakukan tindakan curang dalam pembelian barang. Tabel lamp.3 3. Mengenai pernyataan santri/siswa pada saat meminjam barang No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
13
65%
2
Sering
5
25%
3
Kadang-kadang
2
10%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 65% menyatakan selalu meminta izin terlebih dahulu apabila akan meminjam barang kepada pemilik barang. Sebagian responden yakni 25% menyatakan sering, artinya sebagian besar santri/siswa pernah sesekali tidak izin terlebih dahulu apabila akan meminjam sesuatu. Sebagian kecil lagi yakni 10% menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah.
91
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa bersikap jujur dalam meminjam suatu barang. Tabel lamp.4 4. Mengenai tindakan kejujuran santri/siswa dalam memberi bantuan kepada orang lain No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
8
40%
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
5
25%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yang hampir setengah dari keseluruhan responden yakni 40% menyatakan selalu memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Sebagian responden yakni 40% menyatakan sering, sebagian kecil yakni 25% menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa belum seluruhnya santri/siswa mempunyai kesadaran untuk membantu teman dengan sepenuhnya, menurut analisis penulis hal tersebut juga dikarenakan ada faktor lain seperti ketidak mampuan santri/siswa yang dimintai bantuan dari segi ekonomi. Tabel lamp.5 5. Mengenai alasan santri/siswa pada saat meminta izin keluar pondok pesantren No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
92
1
Selalu
16
80%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 80% menyatakan selalu meminta izin dan berkata jujur/mengatakan apa adanya dalam perihal tentang perizinanan keluar pondok pesantren, sebagian kecil responden yakni hanya 15% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyakatan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa selalu meminta izin dan berkata jujur/mengatakan apa adanya apabila akan keluar pondok pesantren b. Aspek Kerja Keras Tabel lamp.6 6. Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan yang telah di hafalkan dan dipelajari No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
17
85%
2
Sering
2
10%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 85% menyatakan selalumempelajari kembali dan mengulang-ulang
93
hafalan khulasoh, sebagian kecil responden yakni 10% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan mayoritas santri/siswa selalu mempelajari dan mengulang-ulang hafalan yang sudah dipelajari. Menurut penulis, hal tersebut terjadi cukup maksimal, karena sistem pembelajaran yang berbasis kompetisi yang diterapkan oleh pembelajaran Amtsilati dan sistem evaluasi yang cukup baik. Tabel lamp.7 7. Kerja keras mengenai kerajinan mengulangi hafalan kitab Qaidah Amtsilati yang sudah dipelajari No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
3
15%
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
10
50%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian kecil responden yakni hanya 15% responden yang menyatakan selalu mengulang-ulang hafalan kitab Qaidati Amtsilati. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering. Sebagian lagi yakni 50% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut menunjukan bahwa hanya sebagian kecil santri/siswa yang mengulang kembali hafalan kitab Qaidati Amtsilati. Menurut penulis hal ini terjadi karena ada beberapa kemungkinan, diantaranya adalah ada sebagian santri/siswa yang sudah memahami kitab Qaidah Amtsilati sehingga mereka hanya fokus pada masalah penguasaan pada praktek pembacaan kitab kuning saja.
94
Kemungkinan yang lain adalah dari faktor individu santri/siswa sendiri yang malas dalam mengulang kembali hafalan kitab Qaidah Amtsilati. Adapun kemungkinan yang mendekati kebenaran adalah kemungkinan yang pertama yakni karena santri/siswa sendiri yang sudah memahami, alasan ini diambil karenasistem pembelajaran Amtsilati menerapkan sistem kompetisi dan apabila ada anak yang malas, maka akan terhambat dalam pembelajaran Amtsilati. Tabel lamp.8 8. Kerja keras dalam mempelajari dan mempraktekan kitab Amtsilati No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
4
20%
2
Sering
9
45%
3
Kadang-kadang
7
35%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 20% menyatakan
selalu
mempelajari
dan
mempraktekannya,
sebagian
respondenyang hampir setengahnya yakni 45% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 35% menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut menunjukan sebagian besar santri/siswa mempelajari kembali kitab Amtsilati dan sudah dapat mempraktekannya. Hal ini dibuktikan dengan besarnya jumlah prosentase santri/siswa yang menyatakan sering dan selalu pada angket yang telah disebarkan, dan juga dibuktikan dengan sistem target lulusan pembelajaran metode Amtsilati
95
selama tiga (3) sampai enam (6) bulan, sehingga santri/siswa dapat belajar secara maksimal. Tabel lamp.9 9. Kerja keras dalam menghemat uang bulanan No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
11
55%
2
Sering
6
30%
3
Kadang-kadang
3
15%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebanyak 55% responden menyatakan selalu menghemat dalam mengatur uang bulanan. Sebagian responden yakni 30% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 15% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa selalu menghemat uang bulanan yang diterimanya. Adapun faktor lain yakni diantara dari mereka yang berperilaku boros karena mereka mendapat kiriman yang lebih banyak daripada santri umumnya. Tabel lamp.10 10. Kerja keras dalam membantu orang tua No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
6
30%
2
Sering
10
50%
3
Kadang-kadang
4
20%
96
4
Tidak Pernah Jumlah
-
-
20
100%
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagianresponden yakni 30% menyatakan selalu membantu orang tua. Sebagian responden meliputi setengahnyayakni 50% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 20% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa membantu orang tuanya dalam melakukan pekerjaan. Data tersebut dibuktikan dengan jumlah dari responden yang menyatakan selalu dan sering dalam angketnya, yang menunjukan angka yang cukup tinggi. c. Aspek Karakter Disiplin Tabel lamp.11 11. Kedisiplinan dalam tata tertib pondok pesantren No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
11
55%
2
Sering
5
25%
3
Kadang-kadang
4
20%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar responden yakni 55% menyatakan selalu mentaati peraturan pondok pesantren. Sebagian responden yakni 25% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 20% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa mentaati pera. Data tersebut dibuktikan dengan jumlah dari
97
responden yang menyatakan selalu dan sering dalam angketnya, yang menunjukan angka yang cukup tinggi. Tabel lamp.12 12. Kedisiplinan dalam kegiatan belajar Amtsilati No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
13
65%
2
Sering
6
30%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebanyak 65% responden menyatakan selalu disiplin dan bersungguh-sungguh dalam belajar Amtsilati. Sebagian responden yakni 30% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa selalu disiplin dalam belajar Amtsilati. Tabel lamp.13 13. Kedisiplinan dalam ibadah shalat berjamaah No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
12
60%
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
98
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 60% responden menyatakan selalu disiplin dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa selalu disiplin dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Tabel lamp.14 14. Kedisiplinan dalam ibadah mengaji/sekolah No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
13
65%
2
Sering
6
30%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 65% responden menyatakan selalu disiplin dalam menjalankan ibadah mengaji/sekolah. Sebagian responden yakni 30% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa selalu disiplin dalam menjalankan ibadah mengaji/sekolah. Tabel lamp.15 15. Kedisiplinan dalam ibadah puasa sunah (senin dan kamis) No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
16
80%
2
Sering
4
20%
99
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden yakni 80% menyatakan selalu disiplin dalam melaksanakan puasa sunah (senin dan kamis). Sebagian kecil lagi yakni 20% responden menyatakan sering, dan sebagian lagi yakni 0% menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Hal ini sudah jelas terlihat, bahwa mayoritas santri/siswa selalu disiplin dalam dalam melaksanakan puasa sunah (senin dan kamis). d. Aspek Karakter Kerjasama Tabel lamp.16 16. Kerjasama dalam mempelajari kembali Amtsilati No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
9
45%
2
Sering
6
30%
3
Kadang-kadang
5
25%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 45% menyatakan selalu bekerjasama dalam mempelajari kembali Amtsilati. Sebagian responden yakni 30% menyatakan sering, sebagian kecil yakni 25% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas santri bekerjasama dalam mempelajari Amtsilati.
100
Tabel lamp.17 17. Kerjasama dalam mengingat kembali hafalan Amtsilati dengan sistem tatap muka/takroran No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
11
55%
2
Sering
1
5%
3
Kadang-kadang
8
40%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat difahami bahwa sebagian responden 55% menyatakan selalu mengingat kembali hafalan Amtsilati, Sebagian lagi yang hanya 5% responden yang menyatakan sering mengingat kembali hafalan Amtsilati dengan sistem tatap muka/takroran. Sebagian lagi, yakni 40% responden menyatakan kadang-kadang, serta sisanya 0% menyatakan tidak pernah. Tabel lamp.18 18. Kerjasama dalam membersihkan lingkungan pondok pesantren No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
6
30%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
7
35%
101
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 35% menyatakan selalu bekerjasama dalam membersihkan lingkungan. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 30% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa antara yang menyatakan “selalu”, “sering”, dan “kadang-kadang” prosentasenya tidak berbeda jauh, artinya santri yang bekerjasama dalam membersihkan lingkungan masih tetap ada dan menjalankannya, meskipun tidak maksimal. Tabel lamp.19 19. Kerjasama dalam membersihkan lingkungan rumah No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
12
60%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
5
25%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagiana responden yakni 60% yang menyatakan merupakan prosentase terbanyak menyatakan selalu bekerjasama dalam membersihkan lingkungan. Sebagian lagi yakni 15% responden sering bekerjasama dalam membersihkan lingkungan rumah, dan sisanya yakni 25% responden menyatakan kadang-kadang, serta sisanya 0% menyatakan tidak pernah. Tabel lamp.20 20. Kerjasama dalam mengerjakan tugas sekolah No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
102
1
Selalu
6
30%
2
Sering
7
35%
3
Kadang-kadang
6
30%
4
Tidak Pernah
1
5%
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 30% menyatakan selalu bekerjasama dalam mengerjakan tugas sekolah. Sebagian responden yakni 35% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 30% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa antara yang menyatakan “selalu”, “sering”, dan “kadang-kadang” prosentasenya tidak berbeda jauh, artinya santri yang bekerjasama dalam mengerjakan tugas sekolah masih tetap ada dan menjalankannya, meskipun masih ada yang terkendala. Adapun yang memilih “tidak pernah”, menurut penulis berdasarkan pengamatan yang dilakukan, bahwa santri yang memilih “tidak pernah” dalam angketnya karena santri tersebut tidak bersekolah, dan berstatus hanya sebagai santri yang hanya ikut dalam pembelajaran Amtsilati saja. e. Aspek Karakter Ketaatan/Kepatuhan Tabel lamp.21 21. Kepatuhan dalam mendengarkan pengajian No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
12
60%
2
Sering
5
25%
3
Kadang-kadang
3
15%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
103
Daritabel di atas dapat dipahami bahwa Sebagian responden yakni 60% merupakan prosentase yang mayoritas menyatakan selalu mematuhi penjelasan Kyai pada saat pengajian dan mencatatnya. Sebagian lagi hanya 25% responden yang menyatakan sering mematuhi penjelasan Kyai pada saat pengajian dan mencatatnya. dan sisanya yakni 15% responden menyatakan kadang-kadang, serta sisanya 0% menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut berarti sebagian besar santri/siswa mematuhi dalam pengajian. Tabel lamp.22 22. Kepatuhan terhadap perintah Kyai (Romo Yai) No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
17
85%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden yakni 85% menyatakan selalu mematuhi apabila diperintah oleh Romo Yai/Kyai. Sebagian kecil lagi yakni 15% responden menyatakan sering, dan sebagian lagi yakni 0% menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Hal ini sudah jelas terlihat, bahwa mayoritas santri/siswa selalu mematuhi apabila diperintah oleh Romo Yai/Kyai.
104
Tabel lamp.23 23. Ketaatan/kepatuhan terhadap perintah orang tua No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
14
70%
2
Sering
6
30%
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden yakni 70% menyatakan selalu mematuhi apabila diperintah orang tua. Sebagian kecil lagi yakni 30% responden menyatakan sering, dan sebagian lagi yakni 0% menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Hal ini sudah jelas terlihat, bahwa mayoritas santri/siswa selalu mematuhi apabila diperintah oleh orang tua. Tabel lamp.24 24. Ketaatan dalam beribadah berupa shadaqoh No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
9
45%
2
Sering
1
5%
3
Kadang-kadang
7
35%
4
Tidak Pernah
3
15%
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 45% yang menyatakan selalu bershadaqoh setiap hari jum’at. Sebagian lagi yakni
105
5% responden menyatakan sering bershadaqoh. Sebagian responden lain yakni 35% menyatakan kadang-kadang, serta sisanya 15% menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut berarti hanya sebagian kecil santri yang sering bershadaqoh. Menurut penulis, setelah melakukan dialog dengan beberapa santri, bahwa sedikitnya santri yang bershadaqoh, dikarenakan keterbatasan ekonomi dari santri itu sendiri. Tabel lamp.25 25. Ketaatan/kepatuhan dalam mengikuti pengajian AlQur’an No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
10
50%
2
Sering
9
45%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa sebagian responden yakni 50% menyatakan selalu mengikuti pengajian A-Qur’an. Sebagian responden yakni 45% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar santri mematuhi dalam pengajian Al-Qur’an
106
f. Aspek Karakter Kesabaran/Ketabahan Tabel lamp.26 26. Kesabaran/Ketabahan dalam menghadapi musibah No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
15
75%
2
Sering
4
20%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 75% responden menyatakan selalu sabar dan tabah dalam menghadapi musibah. Sebagian responden yakni 20% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa dapat sabar dan tabah dalam menghadapi musibah. Tabel lamp.27 27. Sabar dalam menjalani aktivitas pesantren No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
10
50%
2
Sering
8
40%
3
Kadang-kadang
2
10%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
107
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 50% responden menyatakan selalu sabar dalam menjalani semua aktivitas pesantren. Sebagian responden yakni 40% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 10% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa dapat sabar dalam menjalani semua aktivitas pondok pesantren. Tabel lamp.28 28. Sabar di dalam pondok pesantren No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
16
80%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
1
5%
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 80% responden menyatakan selalu sabar tinggal di pondok pesantren. Sebagian responden yakni 15% menyatakan sering, sebagian lagi yakni hanya 5% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% responden menyatakan tidak pernah. Hal ini menjelaskan bahwa mayoritas santri/siswa dapat sabar tinggal di lingkungan pondok pesantren. Berdasarkan pernyataan siswa/santri yang telah kami himpun pada angket, mereka menyebutkan bahwa alasan untuk tetap tinggal di pesantren, mayoritas karena metode Amtsilati yang efektif untuk cepat bisa membaca kitab kuning, dan keinginan mereka untuk dapat menuntut ilmu yang bermanfaat. Adapun selebihnya ialah karena diperintahkan oleh orang tua mereka.
108
Tabel 4.29 29. Sabar dalam menghafalkan baith-baith khulasoh yang merupakan salah satu bagian dari kitab Amtsilati No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
15
75%
2
Sering
5
25%
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak Pernah
-
-
20
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 75% responden menyatakan selalu sabar dalam menghafalkan baith-baith khulasoh yang merupakan salah satu bagian dari kitab Amtsilati.Sebagian responden yakni 25% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 0% yang menyatakan “kadangkadang” dan “tidak pernah”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa dapat sabar dalam menghafalkan baith-baith khulasoh. Berdasarkan alasan siswa/santri yang telah kami himpun dari angket, bahwa mereka mempunyai kendala untuk menghafal, diantaranya karena nadhamannya yang berbahasa jawa, dan mereka juga susah untuk membagi waktu untuk menghafal karena kegiatan pesantren yang padat. Tabel lamp.30 30. Sabar/tabah dalam menunggu uang bulanan No
Alternatif
Frekuensi
Prosentase
Jawaban 1
Selalu
17
85%
2
Sering
3
15%
3
Kadang-kadang
-
-
109
4
Tidak Pernah Jumlah
-
-
20
100%
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 85% responden menyatakan selalu sabar dalam menunggu uang bulanan yang terlambat datang. Sebagian responden yakni 15% menyatakan sering, sebagian lagi yakni 0% yang menyatakan “kadang-kadang” dan “tidak pernah”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri/siswa dapat sabar dalam menunggu uang bulanan yang terlambat datang.
110
Gambar lamp.1 Gambar kegiatan-kegiatan santri Amtsilati
Gambar 1. Proses Pembelajaran Amtsilati jilid 5
Gambar 2. Kegiatan setoran hafalan
Gambar 3. Kegiatan ziarah makam
111
Gambar 5. Kegiatan pengajian Akhlak
Gambar 6. Suasana berbuka bersama puasa hari Senin dan Kamis
Gambar 7. Setoran hafalan dengan sesama teman atau pembelajaran dengan sitem tutor sebaya, dengan pengawasan ustadz
Gambar 8. Proses Pembelajaran Amtsilati jilid 2
112
Gambar 9. Suasana Tes kenaikan jilid/kelas
Gambar 10. Kegiatan Marhabanan/baca Rawi
Gambar 11. Kegiatan bersih-bersih kamar dan lingkungan pesantren
113
Gambar 12. Foto bersama dengan santri Amtsilati jilid 5 kamar Surga Ma’wa
114
Tabel lamp.31 Jadwal Kegiatan Harian Ponpes Darul Falah “Amtsilati” Bangsri Jepara No.
Waktu
Jenis Kegiatan
1
02.30-03.15
2
04.15-05.00
3
05.00-05.40
4
05.40-06.30
5
06.30-07.00
Shalat Dhuha
6
07.00-08.00
MAPIMA(Makan, piket, dan mandi)
7
08.00-09.00
8
09.00-11.00
KBM Amtsilati
9
11.00-11.45
ISMA(Istirahat dan makan)
10
11.45-12.00
Tadarus Al-Qur’an
11
12.00-12.30
Shalat Dhuhur dan Takroran Rumus Qoidah
12
12.30-13.00
Istirahat
13
13.00-15.00
KBM(Amtsilati/SMP/SMK/MA)
14
15.00-15.30
Shalat Ashar
15
15.30-16.30
KBM(Amtsilati/SMP/SMK/MA)
16
16.30-17.30
MAPIMA(Makan, piket, dan mandi)
17
17.30-18.00
Tadarus Al-Qur’an
18
18.00-18.30
19
18.30-19.00
Mengaji kitab kuning
20
19.00-19.30
Shalat Isya’
Shalat malam(tahajud, tasbih, witir) Tadarus Al-Qur’an dan Shalat Subuh(Wirid, membaca Surah Yaasin dan Al-Waqi’ah) Mengaji kitab kuning Mengaji Al-Qur’an(Amtsilati) KBM(Madin Amtsilati)
Setoran Hafalan(Rumus Qoidah, Tatimmah) KBM(Madin Amtsilati dan Komunikasi)
Shalat Maghrib(Wirid, membaca Surah Yaasin dan Al-Waqi’ah)
115
21
19.30-20.00
Mengaji kitab kuning
22
20.00-21.00
Setoran Hafalan(Rumus Qoidah, Tatimmah, dll)
23
21.00-21.30
Mengulang/menambah hafalan
24
21.30-22.00
Istirahat
25
22.00-…..
Wajib tidur
116 ANGKET PENELITIAN SKRIPSI NAMA
:
KELAS/JILID
:
A. Judul Skripsi : Penerapan Metode Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa Di P.P Darul Falah Bangsri Jepara B. Petunjuk pengisian angket: 1. Bacalah bismillah sebelum anda mengerjakan angket ini. 2. Bacalah pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab. 3. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan benar 4. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang anda pilih 5. Akhiri dengan membaca hamdalah 6. Terimakasih atas partisipasi dan kejujurannya. A. Aspek karakter Jujur 1. Apabila sedang dilaksanakan ujian kenaikan jilid Amtsilati, Apakah anda mengerjakannya sendiri tanpa bantuan orang lain? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 2. Setelah anda belajar Amtsilati, anda diajari juga untuk bersikap jujur, misalnya pada amtsilati jilid 3 yang mencantumkan ayat Al Qur’an yang artinya “dan Allah pada apapun yang kamu kerjakan itu Maha Mengetahui” dan “ Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Oleh karena itu apakah anda mengatakan yang sebenarnya kepada penjual makanan/barang bahwa anda membelinya dengan jumlah tertentu dan membayarnya juga dengan seharga barang/makanan yang dibeli? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 3. Apabila anda sedang membutuhkan sesuatu yang anda tidak memilikinya, dan teman anda memilikinya maka apakah anda meminta izin kepada teman anda, untuk meminjam/menggunakannya? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 4. Apabila ada teman yang meminta bantuan kepada anda, misalnya teman anda mau meminjam uang kapada anda karena uang bulanannya telat datang, apakah anda mengupayakan untuk meminjamkannya?, (tentunya pada saat anda dalam keadaan mempunyai uang lebih.) a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 5. Apabila suatu hari saya meminta izin pulang ke rumah atau izin karena keperluan lain, saya mengupayakan untuk mengatakan yang sebenarnya tentang alasan saya
117 izin, atau saya tidak berbohong tentang alasan saya izin kepada pengurus. c. Kadang-kadang a. Selalu b. Sering
b. Tidak pernah
B. Aspek karakter Kerja Keras 6. Sebelum anda melanjutkan bab/pembelajaran Amtsilati, anda diharuskan untuk me nghafal khulasoh yang sebelumnya sudah dipelajari/dihafal, lalu apakah anda men ghafal khulasoh tersebut? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering
b. Tidak pernah
7. Ketika anda lulus tes amtsilati atau naik jilid Amtsilati, apakah anda mengulang ke mbali hafalan qoidah atau pelajaran ketika di waktu luang? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
8. Setelah anda belajar amtsilati apakah anda mempelajari kembali pelajaran Amtsila ti dan mempraktekannya dalam membaca kitab kuning/kitab tanpa kharokat? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
9. Di pesantren amtsilati ini, kita diharuskan untuk menghemat, oleh karena itu saya ……. bekerja keras untuk menghemat uang bulanan saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
10. Pada saat liburan pesantren, saya dirumah …….. membantu orang tua saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
C. Aspek karakter Disiplin 11. Selama berada di pesantren apakah anda mentaati peraturan/tata tertib pondok pes antren? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
118 12. Saya mengupayakan untuk menyelesaikan kitab amtsilati dengan cepat atau secara tepat waktu, oleh karena itu saya ……. belajar, menghafal, dan memahaminya de ngan sungguh-sungguh sesuai perintah guru atau ustad saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
13. Dalam kitab amtsilati kita diajarkan tentang pemahaman tauhid atau kita diperinta hkan untuk patuh/taat kepada Allah swt, maka saya ……. beribadah sholat dengan tepat waktu dan berjamaah. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Selama di pesantren saya mengupayakan untuk ……. mengaji, belajar/sekolah seti ap harinya tanpa ketinggalan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
15. Saya ……. melaksanakan puasa sunah senin dan kamis yang menjadi peraturan ba gi santri pondok pesantren amtsilati. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
D. Aspek karakter Kerja Sama 16. Saya ……. mengupayakan untuk saling kerjasama dalam mempelajari Amtsilati, misalnya ialah saya mengajarkan kembali pengetahuan yang saya dapat dari belajar amtsilati kepada adik kelas saya, atau saya menghafal khulasoh bersamasama teman saya sambil dilagukan/dinyanyikan. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Pada waktu luang saya dan teman-teman saya ……. belajar untuk mengingat-inga t kembali hafalan yang telah lalu dengan cara setoran secara tatap muka. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
18. Dalam kehidupan di pesantren, saya ……. membersihkan lingkungan pesantren d engan dibantu teman-teman saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
19. Ketika saya di rumah, saya ……. kerja sama merapikan/membersihkan rumah ber
119 sama dengan saudara atau orang tua saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
20. Pada saat di sekolah saya ……..bekerja sama mengerjakan tugas bersama dengan teman-teman saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
E. Aspek karakter Ketaatan/Kepatuhan 21. Pada saat pengajian romo Yai (KH. Taufiqul Hakim), saya …mendengarkan dan mencatatnya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
22. Apabila saya diperintah oleh romo Yai atau ustadz lain, saya ……. mentaati/ mem atuhi perintah tersebut. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
23. Pada saat di rumah, saya ……. mentaati/mematuhi perintah ibu/ayah saya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
24. Ketika saya shalat jum’at, saya ……. memberikan/menaruh uang shodaqoh di kot ak amal yang sudah disediakan pada masjid tersebut. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
25. Pada waktu pengajian Al-qur’an, saya ……. mengikuti pengajian tersebut. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang b. Tidak pernah F. Aspek karakter Kesabaran/Ketabahan 26. Ketika saya mendapatkan musibah berupa penyakit gatal-gatal pada tubuh saya, sa ya ……. bersabar dalam menghadapinya. a. Selalu
b. Sering
120 c. Kadang-kadang
b. Tidak pernah
27. Sebelum saya di pesantren saya belum pernah bangun pukul 03.00 pagi, tapi pada saat saya di amtsilati, saya dibangunkan untuk melaksanakan shalat tahajud pukul 03.00 oleh pengurus, maka saya ……. sabar dan menjalankan shalat tahajud terse but. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
28. Saya ……. sabar untuk tetap tinggal di pesantren selama ini, alasannya karena … ……………………………………………….………… (cantumkan alasannya) a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
29. Ketika menghafalkan khulasoh/nadzoman alfiyah, saya ……. sabar untuk dapat m enghafalkan seluruh bait/baris dari khulasoh tersebut. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
c. Tidak pernah
Apabila ada kendala menghafalkannya, maka jelaskanlah kendalanya di bawah ini Kendalanya adalah ……………………………………………………… 30. Kadang kala kiriman bulanan saya terlambat datang, oleh karena itu saya … sabar untuk menunggunya. a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
b. Tidak pernah
BIODATA PENULIS
NAMA
: Aminudur Yusuf Putra
ALAMAT
: Jl. KH. Sukhaimi, RT/RW:04/03, Dk. Karang Tengah, Ds. Benda, Kec. Sirampog, Kab. Brebes, Jawa Tengah.
PENDIDIKAN : SDN Benda 01, SMP Al Hikmah 02, SMA
Al
Hikmah,
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pend Non Formal : Pondok Pesantren Daar El Hikam Ciputat Tangerang Selatan. Alamat E-mail :
[email protected],
[email protected]. Jejaring Sosial : Fb(Aminudur Yusuf Putra), Twitter(@Amin_yusufputra)