0
INTERNALISASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI DI KALANGAN SANTRI KALONG PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Studi Islam (M.S.I) dalam Bidang Psikologi Pendidikan Islam
Diajukan oleh: Kastono, S.Pd NIM. 20121010015
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah kedisiplinan masih manjadi problematika kehidupan yang cukup luas. Secara umum disiplin merupakan bagian dari latihan batin dan watak agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Oleh karena itu pengkajian mengenai disiplin juga menjadi perhatian para ahli. Disiplin dipandang sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.1 Berdasarkan pendapat tersebut, kita memahami bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Dalam konteks pendidikan agama yang diajarkan di sekolah ada hal yang sangat berkaitan dengan disiplin. Menurut Hasan Langgulung, bahwa shalat fardhu lima waktu dalam waktu-waktu tertentu dapat
1
D.Soemarmo.1998. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah. Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi. hlm. 20.
2
membentuk disiplin yang kuat pada seseorang.2 Hal ini hampir sama yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat, bahwa shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi.3 Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan
kebiasaan
untuk
secara
teratur
dan
terus
menerus
melaksanakannya pada waktu yeng ditentukan. Dalam kaitan di atas, penerapan disiplin dalam kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi dan disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.4 Faktor dari dalam yang melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul adalah karena kesadaran.5 Kata disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib) berdisiplin berarti mentaati (mematuhi) tata tertib mendisiplinkan berarti mengusahakan supaya mentaati (mematuhi) tata tertib 6. Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses dari serangkaian tingkah laku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.7 Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. 2
Hasan Langgulung. 1986.Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi. Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. h. 401. 3 Zakiah Daradjat. 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta: Ruhama. h. 37. 4 D. Soemarmo. 1998.Pedoman…h. 32 5 Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar.Jakarta: Rineka Cipta. h. 13. 6 Tim Penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia ,op.cit . h.237 7 Soegeng, Prijodarminto. 1992. .Disiplin Kiat Menuju Sukses,Jakarta:Pradnya Pratama. h. 23
3
Terkait dengan pernyataan tersebut, di era yang serba mungkin dapat terjadi ini banyak permasalahan yang sering diperbincangkan banyak masyarakat, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan santri usia remaja khususnya. Hal ini dikarenakan remaja baru berada pada masa transisi dari masa santri - santri menuju masa dewasa. Dalam hal ini merupakan masa kegoncangan jiwa.8 Menurut Bandura masa remaja adalah masa pertentangan dan masa pembrontakan9. Karena banyak masalah yang meliputi diri remaja baik secara fisik dan psikologis maka pada masa ini, remaja baru mengalami serta menghadapi suatu lingkungan yang baru, yang terjadi pada dirinya. Maka sudah jelas bahwa remaja pada saat itu belum memiliki sesuatu pegangan atau pandangan hidup yang mapan, akan tetapi karena mereka sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang dewasa. Apabila lingkungan hidupnya kurang mendukung terhadap perkembangan jiwanya, misalnya kondisi keluarga yang kurang stabil (broken home), atau banyak terlibat dengan kemaksiatan, seperti pelacuran, mabuk-mabukan maka akan memengaruhi jiwa remaja tersebut.Jika suasana keagamaan yang berkaitan dengan moral atau akhlak yang jarang ditemui oleh remaja, maka sangat dimungkinkan remaja akan salah dalam memilih pegangan hidupmya. Selain perilaku akan meniru terhadap apa yang dilihatnya, sementara saat melihat sesuatu yang tidak baik, maka akan terjadi 8
Zakiah, Daradjat, 1970. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang. h.26. Singgih D.Gunarsa. 1986.,Psikologi Perkembangan Siswa dan Remaja. Jakarta: Gunung Muria h. 67.
9
4
masalah (problem) moral remaja atau dekandensi.10 Problem remaja yang sering kita kenal kenakalan remaja sepertinya saat sekarang telah menjadi suatu hal yang biasa dilakukan oleh remaja dimana-mana, termasuk dilingkungan pendidikan. Menurut Zakiyah mengartikan masa remaja adalah fase peralihan dari santri menjelang dewasa.11 Sedangkan menurut Gusnawirta, mengatakan definisi remaja adalah kelompok usia yang mengalami masa pubertas, dimana terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan emosi dalam dirinya. Perubahan itu umumnya terjadi pada usia sekitar 12 tahun sampai 16 tahun.12 Usia remaja adalah usia yang paling rentan melakukan penyimpangan kedisiplinan dan moral, karena usia remaja bagaikan pisau bermata dua. Pada usia ini, orang tua dan sekolahdituntut dapat mengarahkan remaja kepada kebaikan. Sayangnya, kemajuan pendidikan yang semakin modern, ternyata gagal dan tidak mampu mengubur potensi tindak penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya di kalangan remaja. Islam memandang bahwa Pendidikan harus bertumpu dan berorentasi pada pembentukan insan kamil, baik fungsinya sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, sebab eksistensi manusia sebagai hamba Allah
10
Sulchan Yasin. 1987. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. h. 113. Zakiyah , Daradjat. 1977.Membina Nilai-nilai Moral Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,.h. 10. 12 Zakiyah, Darajat.1977. Membina ...,hlm.1. 11
5
sekaligus sebagai wakil Allah di muka bumi.13Fungsi manusia sebagai hamba Allah telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Adz-Dzariyat ayat 56.
Artinya: ”dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS.Adz-Dzariyat, 51 : 56)14 Sebagai seorang abdi harus tunduk patuh akan perintah perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang. Disamping memikul ta‟lif sebagai hamba Allah manusia juga mempunyai fungsi sebagai khalifah (wakil) Allah dimuka bumi.Tugas sebagai khalifah Allah adalah mengolah dan memakmurkan bumi sesuai kehendak-Nya. Banyak orang yang telah memenuhi kriteria sebagai hamba Allah tapi gagal sebagai khalifah Allah, khalifah Allah harus mewakili sifat sifat Allah, banyak yang sudah shalat, baca Al-Qur‟an, puasa, akan tetapi, masih melakukan penyimpangan, membuang sampah sembarangan, mengobat ikan di sungai dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan sikap yang seharusnya tidak dilakukan sebagai wakil Allah di muka bumi ini. Dalam konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980 bahwa pendidikan harus
merealisasikan
cita-cita
(idealitas)
Islam
pengembangan kepribadian muslim secara
baik
menyeluruh
yang
mencakup
yang harmonis
berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun yang mengacu kepada keimanan dan
sekaligus
13Hery noer
berilmu
pengetahuan
secara
berkeseimbangan
sehingga
Aly. 2000. Watak Pendidikan Islam . Jakarta: Friska Agung Insani. h. 11 YPP, Depag RI. 1995. Al Quran dan Terjemahnya. Semarang: PT. Toha Putra. h. 862.
14
6
terbentuklah muslim yang paripurna berjiwa tawakkal secara total kepada Allah sebagaimana firman Allah Surat Al-An‟am Ayat 162:
Artinya: “Katakanlah sesungguh shalatku ibadahku hidup dan matiku hanya bagi Allah Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An‟am, 33 : 162)15 Keluarga merupakan pendidikan pertama yang dialami santri dalam keluarga, namun demikian pendidikan santri-santrinya seringkali di amanatkan kepada pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam disiplin ilmu. Salah satu bentuk disiplin diantaranya tepat waktu shalat, disiplin belajar dan bekerja yang itu semua merupakan bagian dari pendidikan dan pembelajaran yangada dalam sebuah lembaga pendidikan. Ada tiga lembaga pendidikan tempat santri belajar untuk tercapai pembentukan karakter dan pengembangan potensi pada diri santri yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal dan informal yaitu lembaga pendidikan di pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal di bidang keagamaan. Dimana pondok pesantren telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat, baik masyarakat disekitar pondok pesantren maupun masyarakat luas, karena out put dari pondok pesantren menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, dan kiprah 15
YPP, Depag RI. 1995. Al Quran dan Terjemahnya. Semarang: PT. Toha Putra. h. 216
7
pondok pesantren di tengah masyarakat dalam menunjang program-program pemerintah dan pembangunan tidak diragukan lagi. Rasa tanggungjawab dan disiplin sebagai seorang santri muncul dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain. Salah satu sifat manusia yang berkualitas adalah berdisiplin, dimana disiplin itu dikembangkan melalui pendidikan. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki kekhasan, baik dari segi sistem maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem, terlihat dari proses belajar mengajar yang cenderung tergolong sederhana, meskipun harus diakui ada juga pondok pesantren yang memadukan sistem modern dalam pembelajarannya. Zamakhsyari Dhofier, membuat dua tipologi santri yang belajar di pesantren. Pertama, santri mukim, yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari kyai. Dapat juga secara langsung sebagai asatiz pesantren yang ikut serta bertanggung jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pesantren secara tidak langsung bertindak sebagai santri mukim. Kedua, Santri Kalong, yaitu seorang santri yang berasal dari sekitar desa pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap/mukim di pesantren, melainkan semata-mata belajar dan langsung pulang ke rumah setelah belajar di pesantren selesai.16
16
Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. h. 52
8
Menanamkan kedisiplinan kepada para santri di pondok pesantren merupakan sebuah keharusan, mengingat disiplin akan membentuk kepribadian para santri. Untuk memahami pengertian disiplin, ada beberapa pendapat para ahli antara lain : 1. Menurut W.J.S. Poerwadar minta disiplin adalah: “Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati kedisiplinan santri dan peraturan”.17 2. Sedangkan menurut Amatembun disiplin adalah: “Suatu keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran pemimpin atau suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.18 3. Sedangkan menurut Oemar Hamalik disiplin yaitu: “Mengikuti atau belajar dibawah seorang pemimpin”.19 4. Menurut Purbawakaca: “Disiplin adalah proses pengamalan atau pengabdian kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan keagamaan, keinginan atau kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar”.20
17
WJS.Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h. 245. Amatembun. 1981. Management Kelas. Bandung :IKIP. Cet ke-1. H. 8. 19 Oemar Hmalik. 1981. Mengajar, Azas, Metodik. Bandung: Pustaka Mardiana. Cet ke-2, h. 210. 20 Soegarda Purbawakaca. 1997. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. h. 81. 18
9
5. Sedangkan menurut Soejardo, disiplin adalah: “Kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan”.21 Pendapat para ahli diatas mengindikasikan bahwa kedisiplinan itu berupa peraturan , baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berada dalam lingkup kedisiplinan, dan dalam hal ini pada hakekatnya semua orang adalah termasuk kedalam lingkup kedisiplinan, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, maupun lingkungan masyarakat, yang mana disiplin itu sendiri dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas merupakan salah satu Lembaga Pondok Pesantren di Kabupaten Banyumas yang merupakan Lembaga Pendidikan Pesantren yang memiliki sistem pendidikan modern (khalaf) dengan mengkolaborasikan
dua
sistem
pendidikan
sebagai
motor
penggerak
berlangsungnya proses belajar mengajar, pertama adalah sistem pesantren yang menerapkan sistem pengawasan santri selama 24 jam, khususnya bagi santri mukim, yaitu santri yang tinggal di asrama pondok pesantren, sehingga semua aktifitas
santri
akan
terpantau
dalam
rangka
meminimalisir
berbagai
permasalahan santri baik dalam proses pembelajaran sampai dengan perilaku
21
Soedijarto. 1999. Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental Dalam Upaya Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. h. 51.
10
santri sehari-hari. Kurikulum pesantren mengacu dari Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo untuk penguatan pengembangan bahasa Arab dan bahasa inggris sebagai program unggulan yang dilaksanakan pada sore hari (bada‟ ashar) dan pagi hari (ba‟da shubuh). Kedua adalah sistem pendidikan madrasah, yang merupakan sistem setara dengan pendidikan di madrasah umum (formal), dimana kurikulum madrasah dibawah kurikulum Diknas dan Kemenag. Materi pembelajaran berlangsung sebagaimana madrasah pada umumnya mulai jam 07.00 sampai 13.50, yang selama proses pembelajarannya bukan hanya diikuti para santri mukim akan tetapi juga santri kalong yakni santri yang tidak tinggal di asrama pesantren. Namun seiring perjalanan berlangsungnya perkembangan pendidikan dan perkembangan yang dilakukan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas ini hingga saat ini nilai-nilai kedisiplinan belum sepenuhnya membentuk karakter Islami bagi para santri. Banyak faktor yang memengaruhi, diantaranya latarbelakang santri, keluarga, lingkungan, termasuk kendala pesantren dalam menerapkan kedisiplinan santri santri karena masih kurang maksimalnya pengawasan terutama pada santri kalong, dimana santri kalong setelah mengikuti pelajaran di madrasah mereka pulang kerumah dan bermain di lingkungan masing-masing tidak ada pengawasan bagaimana etika pergaulan, shalat, amaliah sehari-hari sehingga ini akan berdampak pada kedisiplinan santri disiplin pondok pesantren akan terabaikan dan tidak menutup kemungkinan ada diantara mereka yang justru bisa memengaruhi santri mukim untuk bertindak tidak disiplin dan melanggar kedisiplinan santri pesantren. Berdasarkan temuan di
11
lapangan ternyata masih banyak santri yang melakukan pelanggaran tata tertib disiplin yang sudah diterapkan di pondok pesantren. Berdasarkan
wawancara
dengan
pengasuh
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Banyumas bahwa nilai-nilai kedisiplinan yang harus diterapkan dan dapat membentuk karakter Islami santri meliputi ; (1) Tepat waktu masuk kelas, (2) Disiplin belajar, (3) Shalat tepat waktu, (4) Disiplin berpakaian. Nilainilai kedisiplinan tersebut masih belum sepenuhnya dilakukan oleh santri kalong.22 Hal ini yang menjadi kurang disiplinnya santri kalong terhadap kedisiplinan santri yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Miftahussalam. Dari latar belakang masalah diatas penulis memfokuskan penelitian ini dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Kedisiplinan Dalam Pembentukan Karakter Islami Di Kalangan Santri Kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana
perilaku
santri
kalong
(nglaju)
di
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Kabupaten Banyumas. 2. Bagaimana internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
22
Wawancara dengan K.Kasno Matholi, S.Pd.I, Pengasuh Pesantren Miftahussalam (Banyumas, 16 Juni 2016)
12
3. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui secara mendalam perilaku santri kalong di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. 2. Menganalisis nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami santri kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. 3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi kedisiplinan santri kalong Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. D. Kegunaan Penelitian Adapun, ditinjau dari segi manfaatnya penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua manfaat utama. a. Manfaat teoritis Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini dapat memberikan wawasan baru terutama mengenai pemahaman dan keberadaan santri kalong. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangsih pada dunia psikologi pendidikan. b. Manfaat praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengetahuan dan penerapan ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang dihadapi oleh dunia pendidikan
13
2. Bagi Pondok Pesantren, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai best practice mengenai kedisiplinan santri kalong(nglaju) 3. Bagi santri kalong (nglaju), yaitu untuk lebih menciptakan kedisiplinan dan senang belajar 4. Bagi pengasuh/asatiz, yaitu memberikan perhatian dan pengawasan yang maxsimal kepada para santri kalong terutama dalam hal kedisiplinan. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka dimaksudkan untuk mencari penelitian-penelitian terdahulu sebagai perbandingan. Artinya, bisa dilanjutkan atau tidak penelitian ini tergantung dari seberapa jauh perbedaan dan persamaan dalam pengambilan obyek, subyek dan terutama lokus penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu yang telah peneliti telaah diantaranya: 1. Basiran, (2010) Pengelolaan Kedisiplinan Santri (Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora)23.Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian ini adalah: 1) pelanggaran kedisiplinan oleh santri dalam kegiatan intrakurikuler masih sering terjadi, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, 2) kepala madrasah sering kali memberikan teladan dalam kedisiplinan, baik secara lisan maupun dengan tindakan, 3) pelanggaran kedisplinan dalam kegiatan intrakurikuler akan mendapat sanksi sesuai dengan jenis palanggaran yang dilakukan, 4) madrasah membagi pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler menjadi dua, yaitu yang bersifat wajib 23
Basiran. 2010.Thesis. Pengelolaan Kedisiplinan Santri. Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora.
14
seperti pramuka dan yang bersifat pilihan seperti olahraga dan kesenian, 5) partisipasi santri kalong dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka masih rendah, 6) asatiz
pembina ekstrakurikuler pramuka memberikan
sanksi yang bersifat mendidik kepada pelanggar dengan cara membuat kliping yang berkaitan dengan kepramukaan.
Untuk meningkatkan
kedisiplinan dapat dilakukan dengan cara 1) teladan oleh pemimpin, baik secara lisan maupun tindakan, 2) pemberian sanksi secara tegas dan mendidik, 3) menerapkan aturan tertulis secara adil. 2. Muyasaroh, (2008) Pengaruh Persepsi Santri Tentang Kompetensi dan Kedisiplinan
Terhadap
Keaktifan
belajar,
Surabaya:
IAIN
Sunan
Ampel.Tema penulisan tesis pada variabel bebas sama dengan tema yang penulis lakukan. Perbedaannya hanya pada variabel terikat. Hasil penelitian ini Kompetensi memberi pengaruh terhadap kedisiplinan sebesar, 76,47%. Pada variabel terikat membahas mengenai keaktifan belajar. Sedangkan pembahasan ini terfokus pada penelitian tentang kedisiplinan belajar pada santri.24 3. Siti Nur Hidayah (2010) Tesis, Peran Asatiz PAI dalam Membentuk Kepribadian Santri di SMP Negeri 1 Ngunut Tulung Agung UIN Malang. Siti Nur Hidayah ini mengatakan bahwa dalam membentuk kepribadian santri di SMP Negeri 1 Ngunut asatiz juga melakukan pendekatan klasik dimana
24
Muyasaroh. 2008. Tesis. Pengaruh Persepsi santri tentang Kompetensi dan Kedisiplinan terhadap Keaktifan belajar Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
15
asatiz
harus dapat memposisikan dirinya sebagai asatiz, orang tua, dan
kapan memposisikan dirinya sebagai kawan. Selain itu asatiz pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Ngunut juga memposisikan dirinya sebagai seseorang yang dapat memberikan masukan kepada peserta didik dengan memberikan bimbingan konseling, informan, dan fasilitator yang nantinya dapat membentuk kepribadian santri yang dapat dibanggakan oleh semua orang.25 4.
Nur Kholis, (2007) tesis, Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Santri terhadap Kedisiplinan belajar Santri. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.Tesis ini mengkaji masalah kepemimpinan dan kompetensi santri terhadap kedisiplinan belajar santri. Hasil penelitian ini memberi pengaruh terhadap kedisiplinan sebesar, 84,72%.Tema penulisan tesis pada variabel bebas terdapat kesamaan dalam pembahasan kepemimpinan santri. Variabel yang lain terdapat perbedaan, yaitu membahas tentang kompetensi. Sedangkan variabel terikat sama-sama membahas kedisiplinan belajar .26
5. Masturin, “Amalan Tarekat Dalailul Khairat Dan Prilaku Sosial Pengikutnya (Studi di Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus)”.Tesis tersebut telah diuji oleh Dewan Penguji Program Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 16 Juni 1999. Dalam
25
Siti Nur Hidayah. 2010. Tesis. Peran Asatiz PAI dalam Membentuk Kepribadian Santri di SMP Negeri 1 Ngunut Tulung Agung UIN Malang.
26
Nur Kholis. 2007. Tesis. Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Asatiz terhadap Kedisiplinan belajar Santri.
16
tesis tersebut dijelaskan bahwa Tarekat merupakan suatu sistem latihan yang penuh kesungguhan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Oleh karena itu sasaran tarekat adalah hati atau jiwa atau rokhani yang menjadi sumber segala sikap dan prilaku manusia untuk menuju kebersihan batin agar mendapatkan keridha-an Allah SWT. Dalam tesis tersebut oleh peneliti, hanya memaparkan bahwa pengamal tarekat Dalail Al-Khairat telah terbukti mempunyai prilaku yang baik seperti prilaku sosial budaya, prilaku sosial kemasyarkatan prilaku sosial pendidikan, prilaku sosial politik dan ekonomi belum sampai kepada nilai-nilai pendidikan akhlak secara sepesifik.27 Berdasarkan kelima tesis tersebut di atas, masing-masing tesis memiliki kelemahan dan kelebihan. Dalam penyusunan tesis ini peneliti memiliki teori dan teknik yang berbeda, baik dari segi penyusunan pengetahuan teori maupun objek kajian penelitian. Sedangkan teori yang ada dari kelima tesis tersebut dapat dijadikan bahan referensi dan pertimbangan dalam menyusun tesis. F. Kerangka Teori 1. Internalisasi nilai Berbicara mengenai internalisasi, setiap manusia telah mengalami internalisasi sejak lahir sampai sekarang ini. Internalisasi tersebut diperoleh melalui sebuah komunikasi yang terjadi dalam bentuk sosialisasi dan 27
Masturin. 1999. Tesis. “Amalan Tarekat Dalailul Khairat Dan Prilaku Sosial Pengikutnya (Studi di Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus )”.Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17
pendidikan. Dalam melakukan proses internalisasi nilai-nilai budaya ikut ditanamkan yang tujuannya setelah manusia mengerti nilai-nilai tersebut maka akan dibentuk menjadi sebuah kepribadian. Adapun definisi dari internalisasi dapat diketahui sebagai berikut. a.
Chaplin, (2005:256), Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam kepribadian.28
b.
Reber,
sebagaimana
dikutip
Mulyana
(2004:21)
mengartikan
internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan – aturan baku pada diri seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang.29 c.
Ihsan (1997:155), memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai – nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya.30
Definisi-definisi dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga
28
J.P. Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 256. Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h. 21. 30 Fuad Ihsan. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 155ependidi(Jakarta:Rineka cipta, 1997), h. 155.Fuad Ihsaasar KJakarta:Rinekakacipta99755. 29
18
nilai tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari – hari (menyatu dengan pribadi). 2. Kedisiplinan Secara etimologis, “disiplin” berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar.Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya adalah discipline, yang berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.31 Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin. Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah “suatu tingkat kedisiplinan santri tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan”.32 Pengertian disiplin ditinjau dari segi etika.Hal ini sebagaimana dirumuskan oleh John Macquarrie : "Discipline has two related meaning. It may mean the maintenance of certain standard of conduct through the enforcement of them by appropriate penalties or it may mean the training of person so they will conduct themselves according to given standard".33
31
Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. 30. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. h. 81. 33 John Macquarrie (ed). 1967. A Dictionarry of Christian Etnics. London: Pres Ltd.. sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud, hal. 24. 32
19
Dari definisi di atas secara implisit terkandung tiga pengertian, yaitu: (1) disiplin sebagai suatu perbuatan, (2) disiplin sebagai suatu kemauan, dan (3) disiplin sebagai suatu rangkaian peraturan yang memiliki tujuan tertentu (sistem peraturan). Pengertian disiplin dilihat dari segi psikologi. James Drever mengemukakan: “Discipline originally synonymous with education in modern usage the root notion in control of conduct either by an external authority, or by the individual himself …at the same time training and discipline may be distinguished by restricting the letter to self initiated effort in performing a certain task, as distinct from merely going through its performance, in which case there may be some truth in the doctrine as regards discipline, in the sense of control”.34 Ditinjau dari segi psikologis, berdasar pendapat Drever diatas, pengertian disiplin pada mulanya diartikan sama dengan pendidikan (education) dan latihan (training). Pengertian disiplin yang lebih kemudian menitikberatkan pada persoalan pengendalian perbuatan. Pengendalian tersebut dapat terjadi karena ada kekuatan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan. Tulus Tu‟u mengartikan kedisiplinan sebagai kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan mentaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran
34
James Drever. 1986. A Dictionrry of Psychology, (Harmondwort Midlesex : Penguin Books Ltd. hal. 68.
20
itu antara lain, jika dirinya berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya di masa mendatang.35 Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang penting untuk ditanamkan dan dikembangkan dalam diri santri. Disiplin perlu ditegakkan karena melatih sikap mental dan keteguhan hati dalam melaksanakan apa yang telah ditetapkan. Dengan disiplin segala sesuatu akan terlaksana dengan baik, tepat dan teratur sesuai dengan tata nilai yang telah ditetapkan.36 Prajudi Atmosudirjo merumuskan kedisiplinan sebagai berikut : a. Sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap dan kedisiplinan santri. b. Suatu pengetahuan (knowledge) tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria standar yang menumbuhkan insight dan kesadaran (consciousness) c. Suatu sikap yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, pengertian dan kesadaran hati untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib.37 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan
35
Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. Viii. 36 Shochib, Moh. 2003. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Siswa Mengembangkan Disiplin, Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. h.11. 37 Prajudi Atmosudirjo. 1976. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Dicision Making). Jakarta: Pustaka Bradjaguna. h. 64.
21
mendukung ketentuan, kedisiplinan santri, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur‟an dan Hadits yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59:
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS an-Nisa, 04 : 59)38 Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.
38
Departemen Agama RI, 2010. Al Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi. Jilid 2, h. 196.
22
3. Santri kalong Asal usul perkataan “santri” setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan rujukan. Pertama, santri berasal dari kata “santri” dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf. Kedua, kata santri yang berasal dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang mengikuti seseorang asatiz kemanapun pergi atau menetap dengan tujuan dapat belajar darinya suatu ilmu pengetahuan.39 Santri dalam sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren ada dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok pesantren tetapi pulang kerumah masing-masing setelah mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah sekitar pondok pesantren. Santri kalong yaitu santri-santri yang berasal dari desa sekelilingnya, yang biasanya mereka tidak tinggal di pondok kecuali kalau waktu-waktu belajar (madrasah dan mengaji) saja, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumah.40 Sedangkan santri mukim ialah santri yang menetap dalam pondok pesantren, biasanya berasal dari daerah yang jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren merupakan keistimewaan bagi santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki
39
Edi Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyatkajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Reflika Aditama. h. 58.
40
Suismanto. 2004. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press. h. 54-55.
23
keberanian yang cukup untuk dan siap menghadapi tantangan akan dialaminya di pesantren.41 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari segi pendekatan terhadap permasalahannya penelitian ini digolongkan kedalam penelitian kualitatif, yaitu meneliti segala sosial yang berlangsung secara alamiah. Peneliti dihadapkan
dengan metode studi
kasus. Perhatian peneliti ditekankan bagaimana gejala itu muncul,validitas penelitian ditekankan pada kemampuan peneliti.42 Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.43 Penelitian ini termasuk jenis studi kasus, pengelompokan kedalam sifat itu didasarkan atas ciri-ciri yaitu gejala yang diteliti bersifat kontemporer, bukan historik, serta berada dalam kehidupan nyata, batas-batas antara gejala yang diteliti dengan latar penelitian tidak dapat dinyatakan secara tegas dan menggunakan sumber data ganda. Dalam hal ini objek yang diteliti adalah Internalisasi nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
41
Suismanto. 2004. Menelusuri.... h. 54-55 Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka cipta. h. 16 43 Lexy J.Moleong. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung,: Remaja Rosdakarya. h. 9 42
24
2. Kehadiran Peneliti di Lapangan Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument utama, oleh karenanya peneliti harus berada dilokasi penelitian selama proses penelitian untuk melakukan pengumpulan data. Penelitian dengan pendekatan kualitatif harus menyadari bahwa dirinya adalah perencana, pelaksana pengumpulan data, penganalisis data dan sekaligus pelapor dari hasil penelitian yang dilakukannya. Oleh karena itu, peneliti harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dilapangan. Hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian merupakan kunci utama keberhasilan pengumpulan data, yang dapat menjamin kepercayaan dan saling pengertian.Tingkat kepercayaan yang tinggi akan membantu kelancaran proses penelitian sehingga data yang di inginkan akan dapat diperoleh dengan mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti harus diketahui secara terbuka oleh objek penelitian.44 Sebagai instrumen utama, konsekuensi psikologis bagi peneliti untuk memasuki latar yang memiliki norma, nilai, aturan, dan budaya harus dipahami dan dipelajari oleh peneliti. Interaksi antara peneliti dengan subjek penelitian memiliki peluang bagi timbulnya interst dan konflik minat yang tidak diharapkan sebelumnya.Untuk menghindari hal itu maka peneliti harus memperhatikan etika penelitian.45
44
Meleong, L.,J. 2002. Metodologi …, h. 34. Chabib T. 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 121
45
25
3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yaitu mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”46 Moleong, mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik,dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”47 Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak berkomunikasi dengan subjek penelitian di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.
46
Meleong, L,J. 2002. Metodologi …. h. 4 Meleong, L,J. 2002. Metodologi ….h. 4
47
26
4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : a. Teknik Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.48Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam
Banyumas.Wawancara
dilakukan
dari
empat
informanyakni Pengasuh pesantren, Waka Kesantrian, Asatiz kelas dan santri.Wawancara yang dibicarakan tentang pengamatan dan tindakan yang dilakukan santri kalong (nglaju) pada saat pembelajaran dikelas maupun diluar kelas terutama pada waktu jam istirahat. b. Teknik Observasi (pengamatan) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
48
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi ….h 186
27
kemudian dilakukan pencatatan.49Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku santri dan interaksi santri dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.Teknik ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasan. Observasi dilakukan pada saat jam istirahat. Alasan peneliti melakukan observasi ini adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku santri kalong (nglaju), dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini mengunakan Observasi partisipatif, yaitu dengan pengumpulan data yang digunakan
49
P.JokoSubagyo. 1997. “Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta, h. 63.
28
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. c. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.50 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya.51Teknik ini dilakukan untuk mengetahui adanya dokumen nilai-nilai kedisiplinan dalam membentuk karakter Islami dikalangan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. H. Sistematika Penulisan Untuk memberikan arah yang lebih jelas dan lebih mudah penulisan ini di bagi menjadi beberapa bagian yaitu : Bab Pertama adalah latar belakang masalah yang menguraikan perihal sebab-musabab penelitian ini dilakukan. Kemudian rumusan masalah yang berisikan point-point pertanyaan yang akan dijadikan pembahasan pada tesis ini. Selanjutnya adalah tujuan penelitian yang menguraikan tentang tujuan-tujuan penting diadakannya penelitian dan dibarengi pula dengan manfaat penelitian. 50
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. cet. IX, h. 329. 51 Sugiyono. 2009. Metode .... h. 329
29
Selanjutnya adalah tinjauan pustaka.Tinjauan ini berfungsi untuk menguraikan hasil-hasil penelitian serta karya-karya yang telah dipublikasikan sebelum penelitian ini. Dan disusul dengan kerangka teoritik yang merupakan kerangka acuan untuk melakukan analisis pada bab selanjutnya, dan terakhir adalah metode penelitian, yang digunakan sebagai landasan penelitian dalam pengulasannya kelak. Bab kedua adalah Landasan Teori, yang meliputi pemaparan tentang pengertian Internalisasi Nilai dan berbagai hal yang melingkupinya, kemudian dipaparkan juga perihal Kedisiplinan dalam Perkembangan Individu serta berbagai hal yang melingkupinya, kemudian dipaparkan perihal Akhlak dan Karakter, kemudian membahas Pendidikan Pesantren. Bab ketiga adalah tentang Profil Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Point-point yang dibahas adalah antara lain: Sejarah Berdirinya pesantren, Profil Santri Kalong (nglaju), dan Visi-Misi Pondok Pesantren Miftahussalam. Bab keempat adalah hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: Internalisasi nilai-nilai kedisiplinan santri kalong (nglaju), tata tertib santri, dan faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju). Bab Kelima adalah penutup, yang didalamnya memuat kesimpulan dan saran-saran.
30
BAB II LANDASAN TEORI
A. Internalisasi Nilai 1. Pengertian Internalisasi Internalisasi (internalization) diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian.52 Dalam kamus besar bahasa Indonesia Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dansebagainya.53 Jadi internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai kedisiplinan yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam pengertian psikologis, internalisasi mempunyai arti penyatuan sikap atau penggabungan, standart tingkah laku, pendapat, dalam kepribadian. Freud menyakini bahwa super ego atau aspek moral kepribadian berasal dari internalisasi sikap-sikap orang
52
J.P Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 256. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h.336
53
31
tua.54Dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik ada 3 tahapan yang terjadi yaitu : a. Tahap tranformasi nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalammenginformasikan nilai-nilai yang baik dan kuran baik. Pada tahap ini hanya terjadi komuniasi verbal antara asatiz dan santri. b. Tahap Transaksi nilai : suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara santri dengan pendidik yang bersifat timbal balik. c. Tahap transinternalisasi tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian.Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.55 Dari pengertian internalisasi yang dikaitkan dengan perkembangan manusia, bahwa proses internalisasi harus sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Internalisasi merupakan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis terhadap perubahan diri manusia yang didalamnya
54
James Caplin. 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.256 Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. h.153
55
32
memiliki makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak manusia. Reber, sebagaimana dikutip Mulyana mengartikan internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri seorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai,sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada diri seseorang.56 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini akan bersifat permanen dalam diri seseorang. Sedangkan Ihsan memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukan nilai-nilai kedalam jiwa sehingga menjadi miliknya.57 Jadi masalah internalisasi ini tidak hanya berlaku pada pendidikan agama saja, tetapipada semua aspek pendidikan, pada pendidikan pra-madrasah, pendidikan madrasah, pendidikan tinggi, pendidikan latihan perasatizan dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan nilai, pengertian-pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli tersebut pada dasarnya memiliki subtansi yang sama. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa internalisasi sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan perilaku yang ditampakan dalam kehidupan sehari-hari.Suatu
56
Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h. 21 Fuad Ihsan. 1997. Dasar –dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 155.
57
33
nilai yang telah terinternalisasi pada diri seseorang memang dapat diketahui ciri-cirinya dari tingkah laku. 2. Pengertian Nilai Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya,karena keabstrakannya itu maka timbul bermacam-macam pengertian, di antaranya sebagai berikut: a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.58 b. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagia-bagiannya.59 c. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.60 d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.61 e. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang menurut pembuktian 58
Zakiyah Darajat. 1992. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. h. 260 H.M. Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. h.141 60 Rohmat Mulyana,. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. h.11 61 Thoba Chatib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. h. 61 59
34
empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.62 3. Unsur-unsur Internalisasi Nilai Kedisiplinan 1. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang meliputi kegiatan-kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan merupakan kegiatan-kegiatan yang nantinya akan ikut serta dalam membentuk sebuah keterpaduan demiterciptanya suasana lingkungan di Pondok
Pesantren
Miftahussalam
Banyumas.
Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler akan memberikan pengalaman-pengalaman yang terkait langsung dengan pribadi santri terutama menanamkan nilai kedisiplinan. Sebagaimana ditulis oleh Rahmat Mulyana bahwa kesadaran nilai dan internalisasi nilai-nilai adalah dua proses pendidikan nilai yang terkait langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi santri.63 Selain itu ditemukan juga pendapat Taylor yang menyatakan bahwa setiap individu mendapatkan pendidikan melalui cara saat ia meluangkan waktunya dan situasi ketika dia dilibatkan atau dalam peristiwa yang seketika dialaminya.64
62
Thoba Chatib. 1996. Kapita ….h. 61 Rahmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. h. 214. 64 Rahmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan…h. 212. 63
35
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas semuanya akan memberikan kemungkinan terjadinya kesadaran nilai pada santri yang terkait langsung dengan konteksnya sehingga kesadaran nilai tersebut dapat berkembang lebih cepat dan lebih melekat pada diri santri. Hafalan juz „amma sepuluh menit pada setiap awal masuk jam pelajaran pertama, bila dipahami dan dihayati maknanya oleh santri selain memiliki nilai disiplin menghafal juga membentuk karakter Islami pada diri santri. 2. Lingkungan Lingkungan
dalam
hal
ini
merupakan
hasil
keterpaduan
dari
dikembangkannya kegiatan-kegiatan, tata tertib dan lingkungan benda. Sehingga hasil dari pengembangan tersebut akan tercipta sebuah lingkungan sekolah, baik lingkungan sosial ataupun lingkungan fisik atau benda. Lingkungan tersebut merupakan pemandangan yang akan selalu berada di hadapan santri. Dalam pengembangannya, melibatkan asatiz, karyawan, santri serta sarana dan prasarana. Adanya kegiatan-kegiatan ekstraklurikuler baik kegiatan harian, mingguan, bulanan atau tahunan semuanya itu akan ikut menunjang terhadap terciptanya lingkungan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang akan selalu dekat dengan santri. Dalam sehari-harinya santri akan menjadi pelaku sekaligus menyaksikan dari dikembangkannya
kegiatan-kegiatan
tersebut.
Untuk
mewujudkan
lingkungan madrasah sesuai dengan 7K (kekeluargaan, keamanan,
36
ketertiban, keindahan, kebersihan, kerukunan dan ketenteraman), telah diadakan tata tertib. Mengingat asatiz dan karyawan merupakan pihak yang ikut terlibat dalam penciptaan suasana lingkungan maka tata tertib tersebut mencakup tata tertib asatiz dan karyawan dan tata tertib santri. Tata tertib tersebut dikembangkan kearah terwujudnya lingkungan madrasah yang mencakup sikap dan perilaku, penampilan serta keadaan lingkungan. Lingkungan tersebut, selain sebagai pelaku, santri akan dihadapkan atau berada
dalam
lingkungan
manusia
yang
orang-orangnya
selalu
berpenampilan rapi sesuai dengan ketentuan, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, kekeluargaan, kerukunan, dan ketenteraman (7K), orang-orang yang selalu menghindari perbuatan-perbuatan destruktif, berperilaku sopan santun dan berpenampilan tidak mencolok. Lingkungan semacam itu akan memberikan pelajaran yang berarti bagi santri, karena dengan lingkungan semacam itu akan terjadi interaksi edukatif. Sebagaimana pendapat Ibnu Sina yang menyatakan anak yang bergaul dengan sesama anak yang berakhlak akan terjadi interaksi edukatif, satu sama lain saling meniru, dengan demikian ia menjadi dasar budinya.65Disamping itu santri juga dihadapkan dengan lingkungan benda yang telah dikondisikan, baik dengan adanya tulisan-tulisan kaligrafi yang indah, taman dan lingkungan yang bersih.
65
Ali al-Jumbulati dan Abdul Fatah at Tuwaanisi. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam . Jakarta: Rineka Cipta. Cet.1 h. 121.
37
3. Keteladanan Abdurrahman an-Nahlawi menyatakan bahwa dalam pandangan psikologi akhlak manusia dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi (dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain).66Sebagai bagian yang ikut menentukan dalam proses internalisasi nilai-nilai kedisiplinan, keteladanan dilakukan oleh pihak-pihak non santri, pihak yang dimaksud adalah asatiz, kepala madrasah dan karyawan. Asatiz dan kepala madrasah telah menunjukkan perilaku-perilaku dan sikap yang otomatis akan menjadi teladan bagi santri karena memang asatiz dan kepala sekolah merupakan pihak yang patut untuk diteladani. Di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas telah menunjukkan usaha yang serius dalam aspek peneladanan ini. Pihak-pihak non santri yakni kepala madrasah, asatiz dan karyawan semuanya berperilaku atau bersikap dengan perilaku atau sikap yang layak untuk diteladani. Peneladanan tersebut menunjukkan adanya kekompakan, terutama dari kepala madrasah yang akan menjadi teladan bagi dewan asatiz, karyawan dan santri. Kekompakan peneladanan tersebut akan memberikan sebuah sinergi keteladanan untuk para santri. Keteladanan sebagai bagian penting pendidikan nilai sebagaimana telah disinggung dalam bagian terahulu bahwa keteladanan merupakan
66
M. Selamet Untung. 2005. Muhammad Sang Pendidik. Semarang: Pustaka Rizki Putra. h. 162.
38
merupakan inti dari metode pendidikan Nabi Muhammad saw. yang terlihat dalam al-Quran surat al-Ahzab surat ke33 ayat 21.
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 21)67 4. Pembiasaan Selain aspek keteladanan yang akandapat dijadikan referensi untuk berbuat atau bertindak oleh santri ketika berada dalam suatu keadaan yang sesuai dengan keadaan yang pernah dilihatnya, santripun memerlukan pembiasaan untuk dapat sampai pada pemilikan karakter Islami. Aspek pembiasaan yang diterapkan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menunjukkan adanya kesadaran bahwa pendidikan, terlebih internalisasi nilainilai kedisiplinan dalam pembentukan karakter Islami bukanlah sesuatu yang bersifat instan, tetapi sesuatu yang membutuhkan proses dan waktu. Pembiasaan tersebut meliputi pembiasaan yang terjadi dalam diri peserta didik dan pembiasaan yang terjadi pada diri santri melalui keberadaan lingkungan madrasah.
67
YPP, Depag RI. 1995. Al Quran dan Terjemahan. Semarang: PT. Karya Toha Putra. h. 670
39
Pembiasaan pada bagian pertama akan lebih banyak berpengaruh terhadap sikap dan perilaku santri. Santri akan terbiasa berpenampilan rapi, terbiasa menjaga kebersihan, terbiasa mamatuhi peraturan, terbiasa shalat berjamaah dan lain-lain. Sedangkan pembiasaan pada bagian kedua akan lebih banyak berpengaruh terhadap lingkungan santri masing-masing. Santri juga akan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan lingkungan madrasah sebagai lingkungan yang selalu ditemui santri sehariharinya. Santri yang telah terbiasa dengan aspek-aspek yang telah diupayakan pembiasaannya dimadrasah, akan dapat menjadikan peserta didik merasakan manfaat dari adanya pembiasaan tersebut, baik yang berhubungan dengan sikap dan perilaku maupun lingkungan madrasah. Bila pembiasaan tersebut telah menjadi karakter dan tradisi santri hal itu akan menjadi sesuatu yang lebih berarti bagi santri, karena santri bukan hanya sadar akan nilai-nilai yang terkandung dalam aspek-aspek yang telah diupayakan pembiasaannya tersebut serta mengetahui manfaatnya tetapi santri juga merealisasikannya. Pembiasaan tersebut, akan dapat mewujudkan terjadinya pendidikan moral pada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Kaitannya dengan hal ini, ahli pendidikan A.S. John Dewey menyatakan bahwa pendidikan moral terbentuk
40
dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus.68 B. Kedisiplinan dalam Perkembangan Individu 1. Pengertian Kedisiplinan Kedisiplinan adalah sebuah kepribadian yang harus dimiliki setiap individu seseorang agar bisa sukses dalam kehidupannya. Sikap berdisiplin seseorang akan mampu mengontrol dirinya agar bisa melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya baik terhadap tugas dan tanggungjawab dirinya sendiri maupaun tugas dan tanggungjawab dari orang lain. Karena itulah, disiplin diartikan sebagai sebuah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Pengawasan dan pengendalian ini bertujuan untuk mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri dan berperilaku tertib dan efisien.69 Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses dari serangkaian tingkah laku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.70 Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. 68
.Ali al-Jumbulati, 1994. Perbandingan…. h. 157 .Kadir. 1994.Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact. h. 80 70 .Soegeng,Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Pratama. h. 23 69
41
Secara etimologis, “disiplin” berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris
lainnya
adalah
discipline,
yang
berarti
tertib,
taat,
atau
mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.71 Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin. Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan disiplin adalah “suatu tingkat kedisiplinan santri tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan”.72 Pengertian disiplin ditinjau dari segi etika.Hal ini sebagaimana dirumuskan oleh John Macquarrie : "Discipline has two related meaning. It may mean the maintenance of certain standard of conduct through the enforcement of them by appropriate penalties or it may mean the training of person so they will conduct themselves according to given standard".73 Dari definisi di atas secara implisit terkandung tiga pengertian, yaitu: (1) disiplin sebagai suatu perbuatan, (2) disiplin sebagai suatu kemauan, dan (3) disiplin sebagai suatu rangkaian peraturan yang memiliki tujuan tertentu (sistem peraturan).
71
Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. h. 30. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. h 81. 73 John Macquarrie (ed). 1967.A Dictionarry of Christian Etnics. London: Pres Ltd. sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud. h. 24. 72
42
Pengertian disiplin dilihat dari segi psikologi. James Drever mengemukakan: “Discipline originally synonymous with education in modern usage the root notion in control of conduct either by an external authority, or by the individual himself …at the same time training and discipline may be distinguished by restricting the letter to self initiated effort in performing a certain task, as distinct from merely going through its performance, in which case there may be some truth in the doctrine as regards discipline, in the sense of control”.74 Ditinjau dari segi psikologis, berdasar pendapat Drever diatas, pengertian disiplin pada mulanya diartikan sama dengan pendidikan (education) dan latihan (training).Pengertian disiplin yang lebih kemudian menitik beratkan pada persoalan pengendalian perbuatan.Pengendalian tersebut dapat terjadi karena ada kekuatan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan. Tulus Tu‟u mengartikan kedisiplinan sebagai kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan mentaati peraturanperaturan, nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, jika dirinya berdisiplin baik, maka akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan dirinya di masa mendatang.75 Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang penting untuk ditanamkan dan dikembangkan dalam setiap individu santri. Disiplin perlu
74
James Drever.1986. A Dictionrry of Psychology. HarmondwortMidlesex: Penguin Books Ltd.h. 68. 75 Tulus Tu‟u. 2004. Peran ....h. Viii.
43
ditegakkan karena melatih sikap mental dan keteguhan hati dalam melaksanakan apayang telah ditetapkan. Dengan disiplin segala sesuatu akan terlaksana dengan baik, tepat dan teratur sesuai dengan tata nilai yang telah ditetapkan.76 Prajudi Atmosudirjo merumuskan kedisiplinan sebagai berikut : a. Sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap dan kedisiplinan santri. b. Suatu pengetahuan (knowledge) tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria standar yang menumbuhkan insight dan kesadaran (consciousness). c. Suatu sikap yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, pengertian dan kesadaran hati untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib.77 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, kedisiplinan santri, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
76
Shochib. Moh.2003. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Siswa Mengembangkan Disiplin. Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. h. 11. 77 Prajudi Atmosudirjo. 1976. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Dicision Making). Jakarta: Pustaka Bradjaguna. h. 64.
44
Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia itu sendiri tanpa ada paksaan. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah tidak bertahan lama, tidak menjadi langgeng dan akan lekas pudar. Disiplin yang diharapkan adalah disiplin yang tumbuh dari dasar kesadaran diri sendiri yang selalu tertanam dalam setiap diri santri. 2. Faktor- faktor yang memengaruhi kedisiplinan Seperti halnya belajar, perilaku disiplin juga dipengaruhi banyak faktorfaktor
yang
memberi
motivasi
kepada
individu
untuk
berperilaku
disiplin.Oemar Hamalik berpendapat, ”Terjadinya disiplin itu karena ada dua unsur, unsur dari dalam (intern) dan unsur dari luar (ekstern). Unsur dalam diri seseorang berkaitan dengan tujuan, minat, kemampuan, kesiapan, cara belajar dan kelelahan. Adapun unsur dari luar diri seseorang menyangkut lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.”78 a. Faktor Intern 1). Tujuan Belajar Tujuan belajar yang diharapkan adalah tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Maka tujuan belajar 78
Hamalik Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. h. 210
45
dapat diartikan sebagai target yang harus dicapai oleh seseorang santri dari hasil belajar. Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan merupakan salah satu komponen yang paling penting karena akan memberikan arah proses pendidikan. Dengan demikian, tujuan yang salah atau tujuan belajar yang jelas bagi seseorang akan menyebabkan tidak disiplinnya dalam belajar, karena seseorang yang tidak memiliki tujuan belajar cenderung belajar semaunya. Tujuan belajar merupakan target yang harus dicapai seseorang,
sementara
disiplin
mengarahkan
bagaimana
agar
pencapaian tujuan belajar itu terlaksana secara efektif. Dengan demikian, benar atau tidaknya tujuan belajar mempengaruhi terhadap sikap disiplin seseorang dalam belajar. 2). Minat Belajar Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam diri individu untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimung didalamnya. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.” Berdasarkan pengertian di atas, minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat santri, maka ia tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik. Dan minat juga berpengaruh
46
terhadap disiplin belajar sehingga pelajaran yang diminati cenderung untuk dilaksanakan santri secara teratur dan tertib. 3). Kemampuan Belajar Kemampuan individu antara yang satu dengan yang lainnya dalam mempelajarai sesuatu tidaklah sama. Ada yang cepat dalam memahami materi pelajaran dan ada juga yang lambat. Ada prilaku-prilaku santri secara individu maupun kelompok yang tidak wajar, melanggar disiplin sehingga menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan belajar, dan berakibat tujuan belajar tidak tercapai.” Menghadapi masalah tersebut, tentu saja asatiz harus memperhatikan sebab-sebabnya sehingga santri tidak berdisiplin dalam belajar? Salah satu diantaranya ketidakmampuan santri dalam belajar. Guna menghindari ketidakmampuan santri atau tidak mengerti apa yang disampaikan oleh asatiz, asatiz harus mengupayakan berbagai cara atau metode diantaranya adalah berbicara dengan santri dengan bahasa yang mudah dipahami atau dengan kata lain materi yang disampaikan harus sesuai dengan taraf kemampuan santri. Pendekatan seperti itu telah digunakan dan dikembangkan dalam pendidikan Islam. 4). Kesiapan (readiness) Belajar Kesiapan dalam belajar mengandung arti telah siapnya individu menerima pelajaran atau keadaan individu untuk belajar sesuai dengan kematangan. Jika santri yang belajar dalam keadaan siap, maka hasil
47
belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan santri yang tidak memiliki kesiapan. Begitupun dengan santri ketika ia memiliki kesiapan belajar yang matang, maka ia akan belajar dengan disiplin dan sebaliknya santri yang tidak memiliki kesiapan maka kurang memiliki disiplin dalam belajar. 5). Cara Belajar Cara belajar merupakan masalah yang dihadapi oleh santri wajib diatasi sebaik-baiknya, agar tidak merintangi suksesnya studi. Keberhasilan santri dipengaruhi oleh cara belajarnya. Ada cara yang efisien dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Berdasarkan pengertian di atas hubungannya dengan disiplin belajar adalah cara belajar merupakan sarana belajar secara teratur, berencana dan sistematis. Santri yang memiliki cara belajar yang teratur, berencana dan sistematis sudah tentu memiliki ketentuan-ketentuan dan pola belajar tertentu, dan hal ini merupakan tindakan disiplin dalam belajar. 6). Kelelahan Orang yang badannya mudah lelah, lesu dan kerap merasa lemah, tidak akan memiliki vitalitas dan kedisiplinan yang kuat, atau disiplinnya terganggu oleh keadaan dirinya yang kelelahan. Kelelahan pada seseorang atau pada manusia sulit untuk dipisahkan, namun setidaknya dapat dibedakan menjdi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
48
kelelahan rohani. Keadaan kelelahan pada diri seseorang yang disebabkan terlalu banyak bekerja, mengerahkan kemampuan dan tenaga menyebabkan konsentrasi dan disiplinnya menurun. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelelahan akan mengakibatkan menurunnya kadar disiplin dalam belajar seseorang. Konsekuensinya, santri harus belajar dengan baik dan disiplin, untuk itu diupayakan jangan sampai santri mengalami kelelahan dalam belajar dengan mempersiapkan diri untuk belajar, baik dari segi fisik jasmani maupun rohani. b. Faktor Ektern Faktor ektern merupakan faktor yang timbul dari luar diri individu. Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi adanya disiplin yaitu faktor lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 1). Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga dalam hal ini merupakan pola asuh yang diberikan oleh orang tuanya dalam mendidik anaknya. Setiap orang tua mempunyai ciri khas masing-masing dalam mendidik anaknya, anak yang didik oleh orang tuanya dengan pola asuh yang otoriter dengan anak yang didik dengan pola asuh demokratis tentu akan berbeda. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter akan cenderung sangat patuh dihadapan orang tua dan agresif dalam hubungannya dengan teman sebaya. Sedangkan anak yang diasuh dengan pola asuh
49
demokratis akan belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain. Lingkungan keluarga, dimana anak di asuh dan dibesarkan, akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya keadaan ekonomi rumah tangga, tingkat kemampuan orang tua merawat dan mendidik, serta tingkat pendidikan orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan pendidikan anak, khususnya tingkat kedisiplinan dalam belajar.79 Di dalam keluarga, seorang anak banyak menghabiskan waktunya. Disinilah tempat pendidikan yang pertama bagi anak, maka sudah seyogyanya sebagai orang tua harus dapat menanamkan dan melatih sang anak untuk terbiasa hidup disiplin. Karena nilai-nilai disiplin dapat ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam lingkungan keluarga. Dan seorang anak juga harus dapat memanfaatkan dan membagi waktu dengan sebaik-baiknya, kapan waktu istirahat dan kapan waktu untuk belajar. Bila perlu orang tua harus dapat mengawasi dan membimbing anak saat belajar. 2). Lingkungan sekolah Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan. Jadi lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam 79
M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. h. 59.
50
lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi santri. Lingkungan sekolah yang baik akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang baik pula. seorang asatiz haruslah dapat menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memilih metode yang tepat dalam mengajar.Tu‟u (2004:18) Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan.80 Lingkungan sekolah dimana santri melakukan interaksi dengan asatiz dengan santri lainselama proses pembelajaran disekolah. Lingkungan sekolah dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan disiplin diri pada individu santri, melalui disiplin belajar disekolah dengan didukung tata tertib sekolah maka santri akan terbentuk menjadi individu yang disiplin. Lingkungan sekolah merupakan tempat pendidikan kedua bagi santri setelah lingkungan keluarga. Bentuk kedisiplinan di lingkungan madrasah misalnya, dalam hal mentaati peraturan madrasah, apabila pihak madrasah tidak mentaati peraturan itu sendiri maka disiplin akan sulit diterapkan. Contohnya kedisiplinan santri mengenai “ketepatan 80
Tu‟u,Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Rineka Cipta. h.18
51
datang ke madrasah”. Apabila peraturan ini dilanggar oleh pihak madrasah sendiri, maka sudah dipastikan santri didikpun akan berperilaku yang sama, yaitu tidak disiplin, karena seorang pendidik yang seharusnya sebagai suri tauladan tidak memberikan contoh kepada santri didiknya. Masih berpijak pada hal di atas, contoh lain misalnya asatiz sering terlambat dan sering pula tidak masuk kelas tanpa alasan, kalaupun mengajar hanya beberapa kali pertemuan saja. Maka hal ini akan memengaruhi proses belajar mengajar dan dapat dipastikan santri akan mengikuti kebiasaan yang dilakukan asatiz. Hal tersebut juga dapat berpengaruh pada kedisiplinan belajar. 3).Lingkungan masyarakat Lingkungan dalam pengertian umum, artinya di sekitar kita. Lingkungan sering pula disebut dengan milleu dan envioronment.81 Lingkungan ini mengitari
manusia
sejak
manusia
dilahirkan
sampai
dengan
meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan memengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga memengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebagai faktor ekstern, lingkungan terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial santri dalam madrasah adalah asatiz, staf administrasi dan teman-teman 81
Sudomo Hadi. et.al. Dasar...., hlm. 60.
52
sekelas. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial santri dalam masyarakat adalah tetangga, teman-teman sepermainan disekitar perkampungan santri tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan santri-santri penganggur, misalnya akan sangat memengaruhi aktivitas belajar santri. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung madrasah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-belajar. Keadaan cuaca dan waktu belajar. Faktor ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.82 Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekitar santri. Mereka juga termasuk teman-teman santri tapi di luar madrasah. Di samping itu, kondisi orang-orang di desa atau kota tempat santri tinggal juga turut memengaruhi aktivitas belajar. Santri kota umumnya lebih bersikap aktif bila dibandingkan dengan santri desa yang bersikap lebih lamban. Hal ini akan berpengaruh pada kedisiplinan dalam belajar.83 Pengaruh yang diterima santri dari lingkungan sekitarnya, dapat berupa pengaruh baik dan dapat pula pengaruh buruk, kelompok atau masyarakat dapat memengaruhi kedisiplinan. Contohnya seseorang akan bisa disiplin apabila ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang mempunyai sikap disiplin, begitu juga sebaliknya. Karena kelompok 82
Muhibbin Syah. 1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 137-138. 83 M. Dalyono. 1997. Psikologi...., hlm. 131
53
atau masyarakat yang dimasuki seorang santri akan memengaruhi tingkat perkembangan jiwanya, termasuk sikap kedisiplinan. Latihan disiplin bagi seorang individu dapat dimulai di rumah, dari hal terkecil, misalnya : merapikan tempat tidur, menaruh sepatu dan pakaian kotor pada tempatnya, merapikan buku dan hal yang lainnya, sehingga dengan pembiasaan tersebut santri sedikit demi sedikit akan belajar bagaimana cara hidup disiplin yang nantinya disiplin ini, akan berkembang dalam lingkup yang lebih luas, misalnya lingkup madrasah sampai lingkup masyarakat. Jadi dengan adanya pembiasaan disiplin di dalam diri kita, maka akan tercermin dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan memupuk rasa tanggung jawab yang besar dalam melakukan sesuatu. C. Akhlak dan Karakter 1. Akhlak Pada hakikatnya akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian, sehingga timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melalui pemikiran.84 Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi mazidaf‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti 84
Asmaran AS. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers. h. 3
54
al-sajiyah (perangai), al-thabi‟ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tapi ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghairu musytaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.85 Menurut Prof. Dr. Muhammad „Athiyah al-Abrasyi kata „akhlak‟ berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.86 Dari uraian di atas, bahwa kata al-khalqu mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriyah, seperti wajah tampan, cantik, kulit putih atau hitam, rambut keriting atau lurus dan lain sebagainya. Sedangkan kata al-khuluqu mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniyah, seperti sabar, pemaaf, sombong, iri dan lain sebagainya.
85
Abuddin Nata. 1997.Akhlak Tasawuf. Jakarta. Raja Grafindo Persada. h. 1-2. A.Mustofa. 1999.Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. h. 11.
86
55
Kata akhlak atau khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya baik dalam Al-Qur‟an maupun Hadits, sebagai berikut:
ِ .ك لَ َعلَى ُخلُق َع ِظْيم َ ََّوان Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. al-Qalam, 68: 4).87
ِاِ ْن ه َذا اِالَّ خلُق االََّول ي َْ ُ ُ َ Artinya: “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu”. (QS. al-Syu‟ara, 26: 137).88
ِ اََِّّنَا بعِثْت ألَُتِّم م َكا ِرم اْألَخ. الق ْ َ ََ ُ ُ
Artinya: “Bahwasannya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti”. (HR. Ahmad).89
Definisi di atas meskipun berbeda redaksinya, tetapi tidak berbeda jauh maksudnya. Akhlak dapat didefinisikan sebagai sifat yang telah tertanam dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan perbuatan tanpa perlu adanya pemikiran dan pertimbangan karena perbuatan tersebut telah dilakukan secara berulangulang dalam bentuk yang sama sehingga telah menjadi sebuah kebiasaan. Jadi akhlak bukanlah perbuatan, melainkan gambaran jiwa yang tersembunyi.
87
Mujamma‟ al-Malik Fahd li Thiba‟at al-Mushaf asy-Syarif. 1997.al-Qur‟an al-Karim wa Tarjamatu Ma‟anihi ila al-Lughah al-Indunisiyah, al-Madinah al-Munawwarah. h. 960. 88 Mujamma‟ al-Malik Fahd li Thiba‟at al-Mushaf asy-Syarif. 1997. al-Qur‟an...., hal. 583. 89 Abuddin Nata. 1997.Akhlak.....h. 1-2.
56
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi. Obyek pembahasan ilmu akhlak adalah tindakan-tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik atau buruk, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk dalam katagori perbuatan akhlak. Dalam hal ini mengecualikan perbuatan alami, sebab perbuatan yang alami tidak menjadikan pelakunya layak terpuji. Misalnya seseorang ketika merasa lapar, dia akan makan, dan ketika dia dalam keadaan haus dia akan mencari air untuk mengobati kehausannya itu, atau ketika dia dihina orang lain dia akan berupaya membela diri dan memelihara hak-haknya.90 2. Karakter Karakter merupakan unsur pokok dalam diri manusia yang dengannya membentuk karakter psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. Berbagai definisi istila atau term dari karakter itu sendiri para tokoh dan ulama telah menjelaskannya, diantaranya adalah sebagai berikut:
90
Murtadho Muthahhari. 2007. Filsafat Akhlak. Surabaya: Bina Ilmu. h. 29
57
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" (menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara seoarang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.91 Coon mendefinisikan karakter sebagai suatu penilain subjektif terhadap kepribadiaan seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadiaan yang dapat atau tidak dapat di terima oleh masyarakat. Karakter berarti tabiat atau kepribadian. Karakter merupakan keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah di kuasai secara stabil yang mendefinisikan seseorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertindak.92 Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa "karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara". 91
Zubaedi. 2012. "Desain Pendidikan Karakter". Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet.2. h. 12. 92 Zubaedi. 2012. "Desain….h.12
58
Dalam istilah psikologi, yang disebut karakter adalah watak perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.93 Sedangkan didalam terminologi islam, karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa ( َ ) َخلَقyang berarti perangai, tabiat, adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk mufradnya adalah khuluqun ( ) ُخلُقyang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun( )خ َْلقyang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq( )خَا ِلقyang artinya pencipta, dan makhluk () َم ْخلُقyang artinya yang diciptakan.94 Menurut ar-Raghib kosa kata al-khuluq( )ال ُخلُقatau al-khalq( )الخلقmengandung pengertian yang sama mengandung pengertian yang sama , seperti halnya kosa kata asy-syurb dan asy-syarab. Hanya saja kata al-khalq()الخلقdikhususkan untuk kondisi dan sosok yang dapat dilihat sedangkan al khuluq()ال ُخلُق dikhususkan untuk sifat dan karakter yang tidak dapat dilihat oleh mata.95 Menurut Muhammad bin Ali asy-Syarif al-Jurjani, Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri yang darinya keluar perbuatan-
93
Ramayulis. 2012. "Ilmu Pendidikan Islam", (Jakarta : Kalam Mulia Group. Cet.9.h. 510. Ramayulis. 2012."Ilmu… h. 65 95 Ahmad Mu‟adz Haqqi. 2012. "Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak". Jakarta: Pustaka Azzam. Cet.9. h. 510. 94
59
perbuatan dengan mudah, ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung. Akhlak dalah sifat manusia dalam bergaul dengan sesamanya ada yang terpuji, ada yang tercela.96 Al-ghazali menerangkan bahwa khuluq adalah suatu kondisi dalam jiwa yang suci dan dari kondisi itu tumbuh suatu aktifitas yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikirann dan pertimbangan terlebih dahulu.97 Dengan demikian khuluk mencakup kondisi lahir dan batin manusia, baik teraktualisasi atau tidak semuanya masuk dalam kategori karakter. Berdasarkan uraian diatas maka khuluq memiliki makna ekuivalensi dengan karaktrer. D. Pendidikan Pesantren Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dan telah berkembang dengan baik. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berperan sebagai lembaga sosial telah banyak memberikan warna yang khas dalam wajah masyarakat pedesaan sebagai lingkungan pesantren. Kehadiran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, kini semakin diminati oleh banyak kalangan, termasuk masyarakat kelas menengah atas. Hal ini membuktikan bahwa lembaga ini mampu memberika solusi terhadap kebutuhan
pendidikan
santri-santrinya.
Dikalangan
umat
Islam
sendiri
nampaknya pesantren telah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan, baik dari aspek tradisi keilmuannya yang oleh Martin Van
96
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. "Akhlak Mulia"Jakarta: Gema Insani Pres. Cet.1. h. 32. Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. "Akhlak....h. 32.
97
60
Bruinessen menilai sebagai salah satu tradisi agung maupun sisi transmisi dan internalisasi moralitas umat Islam.98 Pondok
pesantren
sebagai
lembaga
pendidikan,
sekaligus
pusat
penyebaran agama, sebagaimana yang diuraikan di atas, diperkirakan sejalan dengan gelombang pertama proses penyebaran agama Islam di daerah Jawa, dan sampai sekarang masih tetap bertahan, bahkan mengalami perkembangan dengan berdiri di berbagai daerah di Indonesia. Perkembangan pondok pesantren menunjukkan gejala naik, yaitu dengan berdirinya pondok-pondok pesantren baru, walaupun secara kualitatif masih dipertanyakan. Namun indikator kearah perbaikan kualitas telah tampak, yaitu dengan mengembangkan kegiatankegiatan baru yang mengarah pada penggabungan Pondok Pesantren dan sistem Madrasah Modern. Ini menunjukkan bahwa pondok pesantren responsive dan relevan terhadap perubahan perkembangan masyarakat. Uraian di atas juga telah memberikan petunjuk bahwa pondok pesantren mempunyai akar sejarah yang panjang. Selain itu, pondok pesantren juga mempunyai akar sosial yang kuat hingga menyentuh lapisan masyarakat paling bawah. 1. Pengertian Pesantren Pesantren dari segi etimologi, menurut Zaini ada pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berasal dari kata „santri‟ yang diberi awalan
98
A. Malik Fadjar. 1998.Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta : CV. Alfa Grafikatama. h. 126
61
pe- dan akhiran -an, yang berarti sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok untuk santri muslim (santri) sebagai model madrasah agama Islam di Jawa. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa kata „santri‟ diadopsi dari bahasa India „shastri‟ yang bermakna orang suci dalam agama Hindu. Agaknya keterkaitan bahasa ini tak lepas dari eksistensi kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu pra-Islam di Nusantara yang secara tidak langsung meninggalkan jejak budaya.99 Steenbrink menjelaskan secara terminologis bahwa dilihat dari bentuk dan sistemnya, pesantren dimungkinkan dari India.100 Selain itu kata „pondok‟ yang mengiringi kata „pesantren‟ juga dimungkinkan berasal dari bahasa Arab „funduq‟ yang berarti asrama.101 Secara lebih tegas Nurcholish Madjid membedah asal mula kata „santri‟ dan juga kyai karena kedua unsur ini senantiasa menyatu ketika berbicara mengenai pesantren. Cak Nur berpendapat bahwa kata „santri‟ berasal dari „sastri‟ (bahasa Sansekerta) yang berarti melek huruf, sehingga dikonotasikan bahwa santri merupakan kelas literary, yaitu bagian dari komunitas yang memiliki pengetahuan agama yang dibaca dari kitab-kitab berbahasa Arab dan selanjutnya diasumsikan paling tidak santri mampu membaca Al-Qur`an. Kemudian santri juga diyakini berasal dari bahasa Jawa, „cantrik‟ yang berarti orang yang selalu mengikuti seorang asatiz kemana pun sang asatiz pergi dan
99
Zaini Muchtarom. 1998. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: INIS. jilid. II, h. 6. Karel A. Steebrink. 1994. Pesantren Madrasah Madrasah. Jakarta: LP3ES. h. 20 101 Zamakhsyari Dhofier 1983. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. H. 18 100
62
menetap, dengan tujuan dapat belajar suatu keahlian. Cantrik juga terkadang diartikan sebagai orang yang menumpang hidup atau ngenger.102 Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul Tradisi Pondok pesantrenmendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.103 Pengertian santri ini senada pengertiannya dengan arti santri secara umum, yaitu orang yang belajar agama islam dan mendalami agama islam di sebuah pesantrian (pesantren) yang menjadi tempat belajar bagi para santri104. Jika diruntut dengan tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu: a. Santri mukim Santri mukim,yaitu santri-santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pesantren. Santri yang sudah lama mukim di pesantren biasanya menjadi kelompok tersendiri dan sudah memikul tanggung jawab menasatizsi kepentingan pesantren sehari-hari, mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab yang rendah dan menengah. b. Santri kalong 102
Nurcholish Madjid. 1997.Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Cet.1, h. 20. 103 Zamakhsyari Dhofier. 1997. Tradisi ....h. 43. 104 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. h. 783
63
Santri kalong,yaitu santri-santri yang berasal dari desa sekelilingnya, yang biasanya mereka tidak tinggal di pondok kecuali kalau waktu-waktu belajar (madrasah dan mengaji) saja, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumah.105 Zamakhsyari, mengelompokan santri menjadi dua bagian, pertama "santri mukim", yaitu santri pesantren yang berasal dari suatu daerah yang jauh dan selama ia menuntut ilmu pesantren, ia tinggal di dalam komplek pesantren. Kedua "santri kalong", yaitu santri-santri yang berasal dari desadesa disekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikutinya pelajaran di pesantren, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren, semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong dari pada santri mukim.106 Terlepas dari pendefinisian di atas, yang jelas dalam perspektif historis pesantren menempati posisi yang cukup istimewa dalam khazanah perkembangan pendidikan masyarakat Indonesia. Tidak berlebihan bila Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pesantren merupakan subkultur tersendiri di kawasan Nusantara. Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti 105
Suismanto. 2004. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press. h. 54-55 Dhofier, Zamakhsyari. 2004. Tradisi ....h. 89
106
64
tersendiri untuk menyatakannya sebagai sebuah subkultur.107 Selain itu pola kepemimpinan yang khas, kitab-kitab rujukan dan sistem nilai yang diterapkan pesantren sangat unik dan seolah manifestasi dari tradisi Indonesia. Dalam konteks pendidikan posisi pesantren sangat jelas, yakni diakui oleh mayoritas masyarakat sebagai lembaga otoritatif menanamkan nilai-nilai spiritual. Hal inilah yang harus disadari komunitas pesantren agar kondisi objektif yang secara permanen sudah diapresiasi secara luas dapat diterjemahkan dalam bentuk karya yang lebih baik. Konkretnya, pesantren bukan hanya sekedar warisan masa lalu yang perlu dibanggakan namun juga dikembangkan sesuai zaman. 2. Tujuan dan karakteristik pendidikan pesantren Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian
107
Said Aqiel Siradj, et.al. 1999. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Ed. Marzuki, et.al. Bandung: Pustaka Hidayah. cet. 1. h. 13
65
Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.108 Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannya pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua,109yaitu: a. Tujuan Khusus Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang „alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. b. Tujuan Umum Yakni membimbing santri didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya. Adapun Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok pesantren110adalah: a). Adanya kyai, yaitu tokoh utama dalam pesantren yang memberikan pengajaran. b). Adanya santri, terdiri dari dua kelompok: (1). Santri mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
108
Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: DivaPustaka.h. 92-93 109 Arifin HM. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta:Bumi Aksara.h. 248 110 Abdul, Mujib. 2006. .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Penada Media.h. 235
66
(2). Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. c). Adanya masjid yaitu sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. d). Adanya pondok atau asrama yaitu tempat tinggal kyai bersama para santrinya. e). Kitab-kitab Islam klasik, yaitu buku-buku yang dikarang oleh para ulama terdahulu mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Sedangkan ciri-ciri khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab, morfologi arab,hukum Islam, tafsir Hadits, tafsir Al-Qur‟an dan lain-lain. Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga pendidikan yang ada didalamnya, maka ciri-cirinya adalah (1). Adanya hubungan akrab antar santri dengan kyainya. (2). Adanya kepatuhan santri kepada kyai. (3). Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren. (4). Kemandirian sangat terasa dipesantren.
67
(5). Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren. (6). Disiplin sangat dianjurkan. (7).Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. Hal ini sebagai akibat kebiasaan puasa sunah, zikir, dan i‟tikaf, shalat tahajud dan lain-lain. (8). Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-santri yang berprestasi.111 3. Tipologi dan Sistem Pendidikan Pesantren Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Menurut
Yacub
ada
beberapa
pembagian
tipologi
pondok
pesantren112yaitu : a. Pesantren Tradisional (Salaf) yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan dan weton.
111
Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. 2003.Manajemen ...h. 93-94 Khosin. 2006. Tipologi Pondok Pesantren.Jakarta: diva Pustaka. h. 101
112
68
b. Pesantren Modern (Khalaf) yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan keterampilan. c. Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur madrasah. Pesantren
ini
menitik
beratkan
pada
keterampilan
ibadah
dan
kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari santrimadrasah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren kilat. d. Pesantren terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan santri putus madrasah atau para pencari kerja. Adapun
sistem
yang ditampilkan dalam pondok pesantren
mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan pada umumnya, yaitu: 1) Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh dibandingkan dengan madrasah modern, sehingga terjadi hubungan 2 arah antara kyai dan santri. 2)
Kehidupan dipesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka praktis bekerjasama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
69
3) Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanyaijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhoan Allah SWT semata. 4)
Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
5) Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemeritahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.113 Sistem merupakan suatu keseluruhan komponen yang masing-masing bekerja dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju kearah satu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen yang bertugas sesuai dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan lainnya dalam rangkaian satu sistem. Sistem yang mampu bergerak secara terpadu bergerah ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya, untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.114 Sedangkan dalam pesantren dengan pola hidup bersama antara santri dengan kiai dan masjid sebagai pusat aktifitas merupakan suatu sistem
113
Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. 2003. Manajemen ....h. 89 H.M.Arifin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara h. 72.
114
70
pendidikan yang khas yang tidak ada dalam lembaga pendidikan lain. Keunikan lain yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren adalah tentang metode pengajarannya sebagai berikut: a). Sorogan Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa sodoran atau yang disodorkan artinya suatu sistem belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang asatiz, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.115 Seorang kiai atau asatiz menghadap satu persatu, secara bergantian. Sedangkan dalam pelaksanaannya, santri datang secara bersamasama, akan tetapi para santri antri menunggu gilirannya. Sistem sorogan ini menggambarkan bahwa kiai dalam memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan, selalu berusaha agar santri yang bersangkutan dapat membaca, mengerti dan mendalami isi kitab. Dengan adanya suatu sistem pengajaran dengan sorogan ini seorang kiai mampu mengevaluasi langsung kemampuan santri, dan hubungan antara santri dan kiai lebih dekat. b).Wetonan Istilah wetonan berasal dari bahasa Jawa yang artinya berkala dan berwaktu. Wetonan ini merupakan suatu bentuk rutin harian, akan tetapi dilaksanakan pada saat-saat tertentu. Misalnya dilaksanakan pada setiap hari
115
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. h. 50
71
Jum‟at, shalat shubuh dan sebagainya. Kiai membaca kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang sama mendengar dan menyimak bacaan Kiai itu. Tidak ada ketentuan absensi, sehingga santri bisa datang atau tidak. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran dipondok itu bebas, bebas untuk belajar dan tidak belajar.116 Dalam sistem pengajaran ini apa yang dibaca Kiai tidak dapat dipastikan karena kadang kitab tidak ditentukan dan terkadang pula ditentukan. Sedangkan dalam penyampaiannya kepada santri bermacammacam, ada yang dengan diberi makna dan ada juga yang diartikan bebas. 117 c). Bandongan Dalam sistem bandongan ini bisa juga disebut halaqoh yang dalam pengajarannya, kitab yang dibacakan kiai dan yang dibawa oleh santri adalah sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak bacaan sang asatiz.118 Ketiga pola pengajaran tersebut diatas ini dapat berlangsung tergantung pada otoritas seorang kiai baik yang berkaitan dengan waktu, tempat, materi pelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk mempermudah proses pembelajaran maka diterapkan suatu sistem madrasah dan klasikal sebagai bentuk pengembangan dan pembaharuan dari ketiga metode tersebut diatas.
116
Mukti Ali. 1987.Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press. h.19. Mukti Ali. 1987.Beberapa....h.52. 118 Mukti Ali. 1987.Beberapa....h.51. 117
72
Perkembangan ini dapat dijumpai hampir diseluruh pesantren sekarang, selain sistem madrasah, klasikal, diniyah, dengan perjenjangan dan evaluasi yang jelas dan terstruktur. Namun demikian, bukan berarti lantas ditinggalkan karena tidak efektif. Akan tetapi metode-metode dalam pembelajaran harus selalu mempertimbangkan tingkat pencapaian hasil belajar santri dengan bukti memiliki efektifitas yang tinggi. kelebihan dari metode sorogan adalah memungkinkan seorang kiai atau asatiz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi. Sedangkan tingkat efektivitas bandongan adalah terletak pencapaian kuantitas dan percepatan kajian kitab, selain juga untuk tujuan kedekatan relasi santri, kyai atau asatiz. Secara teoritis, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dari uraian diatas dapat diketahui tentang penyelenggaraan sistem pendidikan di pondok pesantren dewasa ini dapat digolongkan: (1) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran diberikan dengan cara non klasikal (bandongan dan sorogan), dimana seorang kiai mengajar santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis pada abad pertengahan, sedang santri biasanya tinggal di asrama atau pondok. (2) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang ada pada dasarnya sama dengan pondok pesantren diatas,
73
tetapi para santrinya tidak disediakan pondokan (komplek), namun tinggal tersebar di seluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong) dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan. (3) Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan dan sorogan kepada santri, disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria non formal, serta menyelenggarakan pula pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan madrasah umum dalam berbagai tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing.119 Berdasarkan
tiga
bentuk
sistem
pendidikan
diatas,
pada
kenyataannya sistem yang ketiga saat sekarang banyak bermunculan dan berkembang sebagai bentuk respon atas tuntutan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi era globalisasi. Perpaduan sistem tradisional dan modern berusaha menemukan solusi atas kelemahan dan kekurangan masing-masing. Sedangkan menurut Mukti Ali sistem pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang
119
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. h. 146-147.
74
mengikuti sisitem pondok pesantren, sedang pengajarannya mengikuti sistem madrasah, dengan kata lain madrasah dalam pondok pesantren adalah bentuk pengajaran dan pendidikan Islam yang paling baik.120 Persentuhan dua sistem pesantren dan madrasah, Depag dalam hal ini membagi bentuk pondok pesantren menjadi empat bentuk yang tertuang dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang bantuan pondok pesantren menjadi: (a) Pondok pesantren tipe A adalah pondok yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional. (b) Pondok pesantren tipe B adalah pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasah) (c) Pondok pesantren tipe C adalah pondok yang hanya merupakan asrama, sedangkan santrinya belajar diluar (d) Pondok pesantren tipe D adalah pondok yang menyelenggarakan sistem
pondok
pesantren
sekaligus
sistem
madrasah
dan
madrasah.121
120
Mukti Ali. 1987.Beberapa....h..20. Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Perkembangan dan Pertumbuhannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. h. 15.
121
75
BAB III PROFIL SANTRI KALONG (NGLAJU) PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas adalah salah satu Pondok Pesantren Modern di Jawa Tengah bagian barat
yang memadukan kurikulum
pesantren dengan kurikulum Kementerian Agama (KEMENAG) dan Kementerian Pendidikan Nasional (KEMENDIKNAS) dengan menyelenggarakan pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Aliyah (MA) setingkat Sekolah Menegah Atas (SMA) A.
Sejarah Singkat Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada awalnya bernama Pondok Pesantren Pendidikan Islam (PPPI) adalah sebuah pesantren yang didirikan atas gagasan dari Bapak H.O.S Notosuwiryo (Pensiunan Pegawai Jawatan Agama kabupaten Banyumas). Inisiatif ini timbul sebagai upaya membangun lembaga pendidikan pondok pesantren yang mampu mendidik para santri dalam memahami ilmu-ilmu agama. Inisiatif ini terus begulir dan mendapat sambutan dari berbagai kalangan dan tokoh masyarakat di Kabupaten Banyumas sehingga melalui GUPPI Cab. Banyumas yang pada saat itu (1976) diketuai oleh K.H. Syamsuri Ridwan berdirilah Pondok Pesantren Pendidikan Islam Banyumas pada hari Sabtu manis tanggal 17 Januari 1976/15 Muharram 1396 yang diresmikan oleh Bupati Banyumas (Poedjadi Djaring Bandajuda) dengan disaksikan oleh:
76
1.
R.M. Soeharjo Seorjopranoto, Pembantu Gubernur Jawa Tengah Daerah Karesidenan Banyumas.
2.
Kol. Zaeni Dahlan , DanRem 071 Banyumas
3.
Let.Kol. Roedjito DanDim 0701 Banyumas
4.
Mayoor Niat Djojosusilo, Wa Dan Res 911 Banyumas
5.
Kisworo, Ketua DPD Golkar Dati II Kab. Banyumas
6.
Drs. Djarwoto Aminoto, Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Areal yang digunakan pondok menempati gedung Eks-Karesidenan
Banyumas yang sudah lama tidak ditempati. Penyerahan tanah seluas 1.5 ha dilakukan oleh Komando Distrik Militer 0701 Banyumas selaku Pembantu Kuasa Perang tanggal 29 November 1967 kepada Yayasan Pondok Pesantren Pendidikan Islam Banyumas. Adapun luas tanah yang digunakan untuk bangunan Pondok Pesantren adalah 14.969 m2. Pada awal pendirian Pondok Pesantren Pendidikan Islam (PPPI) Banyumas, Pengurus Yayasan mempercayakan pengelolaan pondok pesantren kepada: 1. K. Mukhtar Mu‟thi sebagai Pimpinan Pondok. 2. K. A.K. Hadisiswojo sebagai wakil Pimpinan Pondok. 3. Nirkam Ahmari, BA sebagai pembantu pimpinan bidang pendidikan merangkap keuangan bidang pendidikan.
77
4. Rosjichun, sebagai pembantu pimpinan bidang kepondokan, pendidikan pondok merangkap keuangan pondok, dibantu beberapa staf pengajar; a. Sdr. Madjid untuk bidang keterampilan dan/Bahasa Indonesia b. Sdr. Ngaliman, BA, bidang studi Bhs. Inggris c. Sdr. Watori, BA bidang studi Kesenian d. Sdr. Sutargo, bidang studi Fisika e. Sdr. Ahmad Sajidi (Penilik Somagede) f. Sdr. Mutoyib (Kepala KUA Kec. Banyumas) g. Ustadzah Muslihah Sedangkan yang berdomisili di Pondok adalah; 1) Keluarga K. Muhtar Mu‟thi 2) Keluarga Nirkam Ahmari, BA 3) Keluarga Rosjichun 4)Keluarga Watori, BA. Tingkat pendidikan formal pada awal pendirian Pondok Pesantren Pendidikan Islam (PPPI) Banyumas adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan ditambah kegiatan-kegiatan pada sore harinya. Pada awal berdirinya Pondok Pesantren, para santri datang dari semua kecamatan di Kabupaten Banyumas yaitu melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang mengirimkan dua orang santri sehingga pada tahun pertama jumlah santri yang mengikuti pendidikan di pondok ini berjumlah 42 orang. Kemudian, pada Tahun Pelajaran 1979/1980 Pondok Pesantren membuka pendidikan lanjutan yaitu Madrasah Aliyah (MA)
78
PPPI Banyumas. Pada tahun 1990 nama Pondok Pesantren Pendidikan Islam (PPPI) Banyumas berubah menjadi Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. B.
Profil Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas 1. Perkembangan jumlah santri kalong (nglaju) Sejak berdirinya Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas tahun 1976 hingga sekarang jumlah santri selalu mengalami perkembangan. Santri yang belajar di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas ada yang menetap di asrama pesantren yang disebut dengan santri asrama (mukim), dan ada santri yang hanya mengikuti pelajaran di madrasah kemudian kembali kerumah masing-masing setelah selesai pembelajaran yang disebut dengan santri kalong (nglaju). Perkembangan jumlah santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada setiap tahun selalu mengalami perubahan, terutama pada tahun terakhir 2015/2016 jumlah santri kalong mengalami penurunan drastis, dikarenakan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas mulai tahun pelajaran 2015/2016 memberlakukan santri baru wajib berasrama. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data perkembangan jumlah santri kalong (nglaju). Berikut tabel perkembangan jumlah santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dari 3 tahun terakhir.
79
Tabel :3.1 Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir ASPEK Tahun Pelajaran 2013-2014 2014-2015 2015-2016 Jenis Kelamin Laki-laki 21 23 14
Madrasah
Perempuan
26
19
8
Jumlah
47
42
22
MTs
32
26
13
MA
15
16
9
Jumlah
47
42
22
Perubahan jumlah santri kalong (nglaju) pada setiap tahunnya dikarenakan status santri selalu berubah yang tadinya santri mukim menjadi santri kalong (nglaju), dengan alasan menemani orang tua di rumah, dan ada juga yang tidak betah di asrama kerena sering mendapat hukuman karena melanggar tata tertib disiplin santri. Sementara ada juga yang tadinya santri kalong (nglaju) menjadi santri mukim dengan alasan ingin fokus belajar di pesantren dan memperbanyak ilmu agama. Hal seperti ini sangat memengaruhi kedisiplinan santri dalam proses pembelajaran di pesantren, sehingga tata tertib santri sebagai bagian dari proses pendidikan menjadi kendala dalam pembentukan karakter Islami. Oleh karena itu pada tahun pembelajaran 2015/2016 Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas mulai memberlakukan santri baru wajib asrama.
80
Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas sebagai lembaga formal di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada setiap tahun jumlah santri kalong (nglaju) juga selalu mengalami perubahan. Berikut tabel jumlah santri kalong (nglaju) MTs PPPI Miftahussalam Banyumas. Tabel :3.2 Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir Tahun Pelajaran
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
2013-2014 2014-2015 2015-1016
10 7 0
11 9 7
11 10 6
32 26 13
Perubahan jumlah santri kalong (nglaju) MTs PPPI Miftahussalam Banyumas pada tahun pelajaran 2013/2014 santri kalong (nglaju) kelas VII berjumlah 10, namun pada tahun pelajaran 2014/2015 di kelas VIII berjumlah 8 karena ada 2 santri kalong (nglaju) yang masuk asrama menjadi santri mukim. Pada tahun pelajaran 2014/2015 santri kalong (nglaju) kelas VIII berjumlah 9, namun pada tahun pelajaran 2015/2016 santri kalong (nglaju) kelas IX berjumlah 6 karena ada 3santri kalong (nglaju) yang masuk asrama menjadi santri mukim. Pada tahun pelajaran 2013/2014 santri kalong (nglaju) kelas VIII berjumlah 11, namun pada tahun pelajaran 2014/2015 santri kalong (nglaju) kelas IX berjumlah 10 karena ada 1 santri mukim yang keluar dari asrama menjadi santri kalong (nglaju).
81
Sementara jumlah santri kalong (nglaju) Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas lebih sedikit dibandingkan dengan santri kalong (nglaju) Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas. Berikut tabel jumlah santri kalong (nglaju) Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas 3 tahun terakhir. Tabel :3.3 Perkembangan Jumlah Santri Kalong (nglaju) Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir Tahun Pelajaran
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah
2013-2014 2014-2015 2015-1016
6 7 0
3 6 4
6 3 5
15 16 9
Jumlah santri kalong (nglaju) Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas lebih sedikit dibanding jumlah santri kalong (nglaju) Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas. Pada setiap tahun kadang mengalami perubahan jumlah, seperti pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas X berjumlah 7, namun di tahun pelajaran 2015/2016 kelas XI berjumlah 4karena ada 3 santri kalong (nglaju)
yang masuk asrama menjadi santri mukim.
Begitu juga pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas XI berjumlah 6, namun di tahun 2015/2016 kelas XII berjumlah 5 karena ada 1 santri kalong (nglaju) yang masuk asrama menjadi santri mukim.
82
2. Karakter Santri Kalong (nglaju) Kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menjadi mutlak harus dimiliki oleh semua santri baik santri asrama (mukim) ataupun santri kalong (nglaju), karena kedisiplinan akan membentuk karakter santri menjadi lebih baik. Pembentukan karakter Islami yang dikembangkan di Pondok Pesantren Miftahusslam Banyumas diantaranya; tidak terlambat masuk kelas, shalat berjamaah, berpakaian yang baik dan sopan. Namun pada realitanya penerapan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas belum bisa sepenuhnya berjalan dengan baik, khususnya pada santri kalong (nglaju). Berdasarkan wawancara peneliti dengan santri kalong (nglaju) dari santri madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas pada hari selasa 14 Juni 2016 pada pukul 14.00 WIB dan santri madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas pada hari rabu 15 Juni 2016 pukul 10.00 WIB yang dilaksanakan di kelas juga di ruang perpustakaan, mengenai latar belakang keluarga dan bagaimana perjalanan santri kalong (nglaju) selama belajar di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas, masing-masing memiliki karakteristik keluarga yang berbeda. Berikut tabel karakteristik keluarga santri kalong (nglaju).
83
Tabel: 3.4 Karakteristik Keluarga Santri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Pekerjaan Jarak Waktu Nama Santri Kalong orang tua tempuh tempuh 1. Muhammad Imam P Wiraswasta 5 Km 20 menit 2. Muin Hanif Pedagang 3,5 Km 15 menit 3. Dedi Wardiyan Pedagang 20 Km 40 menit 4. Aris Ismail Buruh 1 Km 15 menit 1. Indrianti Buruh 3 Km 20 menit 2. Nabila Yumna PNS 12 Km 30 menit 3. Okky Elfarina PNS 2,5 Km 10 menit 4. Hana Aprilia Wiraswasta 2 Km 8 menit
Keterangan Naik motor Naik motor Naik bis Jalan kaki Naik motor Naik bis Naik motor Naik motor
Jarak dan waktu tempuh kadang menjadi hambatan santri kalong (nglaju) dalam proses pembelajarandi pesantren, seperti terlambat disebabkan macet diperjalanan, juga saat kondisi cuaca hujan. Sehingga hal ini dapat memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju) yang seharusnya tepat waktu masuk kelas akan tetapi terlambat karena ada kendala dalam perjalanan. C. Santri Sebagai Subjek Pendidikan Santri sebagai subyek pendidikan merupakan input yang melalui proses pendidikan akan dibentuk menjadi out put (SDM) yang berkualitas, begitu halnya dengan santriPondok Pesantren. Santri yang belajar di Pondok Pesantren Miftahussalam kebanyakan dari wilayah karesidenan Banyumas yang meliputi; Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, dan selebihnya dari luar Karesidenan Banyumas seperti Kebumen, Wonosobo, Tegal, Jakarta, Riau, Jambi, Bengkulu dan Lampung. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah santri kalong (nglaju) yang tempat tinggalnya tidak jauh dari Pondok
84
Pesantren Miftahussalam Banyumas. Berikut tabel asal santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas 3 tahun terakhir. Tabel :3.5 AsalSantri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas 3 Tahun Terakhir Asal Santri Kalong Kecamatan Banyumas Kecamatan Somagede Kecamatan Kemranjen Kecamatan Kalibagor Kecamatan Sokaraja Kecamatan Dukuhwaluh Jumlah
2013-2014
2014-2015
2015-2016
24 10 7 4 2 0 47
19 8 6 5 3 1 42
12 4 2 1 2 1 22
Dalam proses pembelajaran, latar belakang pendidikan santri kalong (nglaju) juga memengaruhi karakter santri dalam bersikap dan bersosialisasi didalam lingkungan pendidikan.Oleh karena itu asatiz dalam proses pembelajaran harus mampu memberikan metode pembelajaran yang baik serta mampu mengatasi permasalahan santri dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Berikut tabel latar belakang pendidikan santri kalong (nglaju). Tabel :3.6 Latar Belakang PendidikanSantri Kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Nama Kelas/Madrasah Latar Belakang Pendidikan 1. Muh. Imam Priambodo VIII E MTs SD Negeri 2. Muin Hanif VIII E MTs SD Negeri 3. Dedi Mulyawan XI IPS MA MTs PPPI
85
4. 5. 6. 7. 8.
Aris Ismail Indrianti Nabila Yumna Okky Elfarina Hana Aprilia
XI IPS MA VIII A MTs VIII A MTs XI IPS MA XI IPS MA
MTs Negeri SD Negeri MI Negeri SMP Negeri SMP Negeri
Perbedaan latar belakang pendidikan santri kalong (nglaju) yang berasal dari sekolah yang berbasis agama Islam seperti MI atau MTs lebih unggul dan cepat memahami saat menerima pelajaran agama. Sementara santri kalong (nglaju) yang berasal dari sekolah umum seperti SD atau SMP sedikit kesulitan saat mengikuti pelajaran agama terutama bahasa Arab, akan tetapi memiliki keunggulan pada mata pelajaran umum. D. Visi dan Misi Pesantren Setiap lembaga pendidikan termasuk pondok pesantren tentu memiliki visi dan misi. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas telah menjadi tumpuan umat muslim dari Kabupaten Banyumas dan daerah-daerah lain di Indonesia untuk mendidik putra-putri menjadi santri shalih dan shalihah dambaan orang tua yang diwujudkan dalam Visinya. Adapun visi Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas adalah: “Membentuk generasi muda muslim yang intelek dan berakhlakul karimah “ Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita pondok pesantren dalam membentuk generasi muda muslim selain memiliki kemampauan pengetahuan luas juga memiliki akhlak yang mulia berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Sunah.
86
Untuk mewujudkannya, Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mencapai visi tersebut. Dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk misinya. Adapaun misi yang akan dilalui adalah: 1. Memantapkan akidah islamiyyah 2. Melaksanaan amaliyah dan ibadah sesuai sunnah 3. Membiasakan bahasa Arab dan Inggris 4. Mengadaptasikan diri dengan teknologi dan informasi 5. Membudayakan akhlak yang islami E. Profil dan Struktur Pengurus Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas merupakan jenis pondok pesantren modern (kholafy) dimana jenis pesantren ini selain menitikberatkan pada penguasaan bahasa asing (Arab dan Inggris) sebagai program unggulan juga kedisiplinan santri menjadi bagian dari proses pendidikan. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas beralamat di jalan Kejawar Nomor 072 Banyumas dikelola dibawah manajemen Yayasan Miftahussalam Banyumas sedangkan untuk pengelolaan
lembaga pendidikan Madrasah
Tsanawiyah PPPI Miftahussalam dan Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam serta Program Diniyah Pesantren Miftahussalam secara hierarki organisatoris kepengurusan tersebut sebagaimana terlampir.
87
F. KARYAWAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Karyawan dan tenaga kependidikan merupakan salah satu komponen yang juga menentukan sukses dan tidaknya program pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Berikut tabel jumlah seluruh karyawan dan tenaga kependidikan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas tahun pelajaran 2015/2016. Tabel: 3.7 Karyawan dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 Nama Madrasah Lulusan Pendidikan Jumlah Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam
S2 S1 D3 D2 SMA SMP Jumlah
Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam
S2 S1 D3 SMA Jumlah
2 asatiz 22asatiz 1asatiz 1asatiz 2asatiz 1 asatiz 29 1asatiz 16asatiz 1asatiz 1asatiz 19
% 7% 76% 3% 3% 7% 3% 5% 84% 5% 5%
Prosentase dari karyawan dan tenaga kependidikan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas didominasi oleh tenaga pendidik, yakni asatiz dari Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas yang lulusan S1 76%, dan dari asatiz Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas yang lulusan S1 84%. Hal ini berarti secara kualitas dari tenaga pendidik yang ada di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas sudah cukup baik.
88
Dari tenaga pendidik yang ada di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada tahun pelajaran 2015/2016 sudah banyak yang sertifikasi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Berikut tabel jumlah asatiz Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang sudah sertifikasi. Tabel: 3.8 Jumlah Asatiz Sertifikasi Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 Nama Madrasah Status Asatiz Jumlah Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam
Sudah Sertifikasi Belum Sertifikasi Jumlah Sudah Sertifikasi Belum Sertifikasi Jumlah
11 asatiz 14 asatiz 25 asatiz 12 asatiz 5 asatiz 17
% 44% 56% 70% 30%
Dari jumlah asatiz Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang sudah sertifikasi, ini cukup membantu dalam proses pendidikan dan pengajaran baik di Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas maupun di Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas. Sementara asatiz yang belum sertifikasi masih dalam proses menunggu kuota panggilan dari kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyumas. G. Sarana Dan Fasilitas 1. Ruang Belajar Ruang belajar bagi sebuah lembaga pendidikan merupakan sarana yang sangat mendukung untuk kenyamanan pembelajaran. Dengan ruang belajar yang nyaman, maka para santri dapat belajar dengan tenang, sehingga
89
memudahkan mereka untuk menyerap ilmu yang disampaikan oleh para asatiz. Ruang belajar santri berjumlah 19 ruang (kelas), yang setiap ruang sudah dilengkapi sarana pendukung pembelajaran berupa meja kursi, almari, proyektor dan kipas angin. 2. Asrama Santri Dan Asatiz Bagi lembaga pendidikan Pondok Pesantren, asrama adalah komponen yang sangat penting karena tidak disebut pondok ketika tidak memiliki tempat untuk tinggal para santri. Saat ini Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas telah menyediakan 15 ruang asrama santri, 9 perumahan asatiz (berkeluarga)
dan
4
ruang
asrama
asatiz/ustadzat
(yang
belum
berkeluarga). 3. Masjid Unsur terpenting untuk sebuah pesantren adalah masjid, sebab masjid adalah pusat kegiatan pesantren. Masjid merupakan ruh dari segala aktivitas pesantren. Masjid Nurul Islam Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas adalah bantuan Gubernur Jawa Tengah yang diresmikan pada tahun 1980. 4. Perpustakaan Guna menunjang para santri untuk mendapatkan referensi dalam belajar Pondok Pesantren menyediakan dua perpustakaan. a. Perputakaan Umum
90
Perpustakaan ini diperuntukan bagi santri MA dan MTs. Perpustakaan ini merupakan bantuan dari Kementerian Agama melalui Proyek STEP 1 (satu) b. Perpustakaan Saintek Perpustakaan Saintek adalah perpustakaan bantuan dari Dinas Pendidikan untuk Madrasah Aliyah. Perpustakaan ini diperuntukan khusus untuk santri Madrasah Aliyah 5. Sarana Olah Raga Sarana olah raga santri yang disediakan oleh Pondok Pesantren Miftahussalam diantaranya adalah;lapangan basket, futsal, badminton, sepak takraw, voly dan meja tenis. 6. Sarana Musik dan keterampilan. Guna memberikan pelatihan dan pembekalan para santri agar memiliki kemampuan sekaligus menyalurkan bakat santri, pondok pesantren menyediakan peralatan berupa: 2 unit alat drumband, 2 buah orgen, 2 set alat hadrah, 6 buah mesin jahit. 7. Kamar Mandi Untuk memberikan kenyamanan bagi para santri, Pondok Pesantren MIftahussalam menyediakan 14 kamar mandi putra dan 16 kamar mandi putri.
91
8. BMT Untuk memudahkan santri dalam menyimpan uang, Pondok Pesantren Miftahussalam menyelenggarakan lembaga keuangan BMT (Baitul Maal Wa Tamwiil). 9. Kantin Disiplin adalah nafas Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Para santri dibiasakan dengan budaya disiplin termasuk disiplin dalam berbelanja. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menyediakan kantin santri dan koperasi santri yang bertempat didalam pesantren sebagai sarana tempat belanja kebutuhan santri. H. Lembaga Pendidikan Formal Lembaga Pendidikan Formal yang dimiliki Pondok adalah Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam dengan status Terakreditasi A dan Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam dengan Status Terakreditasi B. 1. Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam adalah Madrasah Tsanawiyah yang memiliki ciri khusus dengan penambahan meteri-materi kepesantrenan. Hal ini menjadikan Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam memiliki daya tarik tersendiri dibanding dengan madrasah-madrasah lainnya, terutama di wilayah Kabupaten Banyumas.
92
a. Kurikulum MTs PPPI Miftahussalam Banyumas Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam menggunakan kurikulum dari Kementerian Agama (Kemenag) ditambah dari kurikulum kepesantrenan yang mendukung khususnya materi keagamaan. Tabel: 3.9 Struktur Kurikulum MTs PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 Diberikan di kelas No A.
Mata Pelajaran
VII
VIII
IX
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
Mapel Kemadrasahan
1
Pendidikan Agama Islam a. Al Qur‟an Hadits b. Aqidah Ahlaq c. Fiqh d. SKI 2 PPKn 3 Bahasa Indonesia 4 Bahasa Arab 5 Bahasa Inggris 6 Matematika 7 Ilmu Pengetahuan Alam 8 Ilmu Pengetahuan Sosial 9 Seni Budaya 10 Pend. Jasmani,OR dan Kes 11 Pilihan a. Keterampilan b. Teknologi Informasi dan Kom B Muatan Lokal 1 Bahasa Daerah/Jawa 2 Durusullughoh
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas tahun pelajaran 2015/2016 adalah mengacu pada kurikulum tahun 2006 atau yang
93
disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), ditambah materi kepesantrenan sebagai pendukung materi keagamaan terutama bahasa Arab. b. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tenaga Pendidik dan tenaga kependidikan di MTs PPPI Miftahussalam berjumlah 29 orang, yang terdiri 4 orang Tenaga Tidak Tetap (GTT), 20 orangTenaga Tetap Yayasan (GTY), dan 5 orangPegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan dari Kementerian Agama Kabupaten Banyumas. 2. Madrasah Aliyah Saintek (MA Saintek) PPPI Miftahussalam Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam adalah salah satu Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas yang mendapat kepercayaan dari pemerintah pusat untuk mendapatkan bantuan laboratorium saintek yang terdiri dari laboratorium Bahasa dan Komputer, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Biologi dan Laboratorium Elektronika. Dengan dukungan sumber daya manusia yang memadai, Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas merupakan salah satu Madrasah Aliyah Unggulan di Kabupaten Banyumas. a. Kurikulum Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam menggunakan kurikulum dari Kementerian Agama (Kemenag) ditambah dari kurikulum kepesantrenan yang mendukung khususnya materi keagamaan.
94
Tabel: 3.10 Struktur Kurikulum MA PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Mata Pelajaran
Mapel Kemadrasahan Pendidikan Agama Islam a. Al Qur‟an Hadits b. Aqidah Ahlaq c. Fiqh d. SKI 2 PPKn 3 Bahasa Indonesia 4 Bahasa Arab 5 Bahasa Inggris 6 Mtematika 7 Ilmu Pengetahuan Alam 8 Ilmu Pengetahuan Sosial 9 Seni Budaya 10 Pend. Jasmani,OR dan Kes 11 Pilihan b) Keterampilan c) Teknologi Informasi dan Komputer B Muatan Lokal 1 Bahasa Daerah/Jawa 2 Durusullughoh
Diberikan di kelas X XI XII
A. 1
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
Kurikulum Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas tahun pelajaran 2015/2016 adalah mengacu pada kurikulum tahun 2006 atau yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), ditambah materi kepesantrenan sebagai pendukung materi keagamaan terutama bahasa Arab.
95
b. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tenaga Pendidik dan tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam berjumlah 19 orang, yang terdiri 4 orang Tenaga Tidak Tetap (GTT), 14 orang Tenaga Tetap Yayasan (GTY), dan 1 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperbantukan dari Kementerian Agama Kabupaten. I. Kegiatan Santri Kegiatan di Pondok Pesantren Miftahussalam terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; kegitan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan dan kegiatan tahunan. 1. Kegitatan Harian Kegiatan harian santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dimulai pada pukul 04.00 pagi sampai pukkul 10.00 malam. Berikut tabel jadwal kegiatan harian santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Tabel: 3.11 Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 No
Waktu
Nama Kegiatan
1
04.00 - 05.00 Sholat subuh
2
05.00 - 06.00 Kegiatan Program Diniyah
3
06.00 -06.30
Mandi
4
06.30 -07.00
Makan pagi
96
5
07.00 -11.30
Belajar di kelas
6
11.30 - 12.00 Sholat dzuhur
7
12.00 - 12.30 Makan siang
8
12.30 - 13.50 Belajar di kelas
9
13.50 - 15.00 Istirahat siang
10
15.00 - 15.30 Shalat Ashar
11
15.30 - 17.00 Kegiatan Ekstra Kurikuler
12
17.30 - 18.00 Mandi
13
18.00 - 18.30 Sholat maghribTahsin Al qur‟an (Iqro‟ bagiyang belum lancar membaca Al Qur‟an)
14
18.30 - 19.30 Makan malam dan sholat Isya
15
19.30 - 21.30
Belajar Malam
Mandi
4
Kegiatan harian santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dilaksanakan secara sistematis mulai pukul 04.00 WIB sampai dengan pukul 21.30 WIB. Kegiatan harian yang dilakukan oleh santri kalong (nglaju) hanyalah kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan pada sore hari pukul 15.30 sampai dengan pukul 17.00. Sementara kegiatan yang lain santri kalong (nglaju) tidak bisa mengikuti karena dilaksanakan waktu malam dan bada subuh. Kegiatan ekstra kurikuler di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas meliputi; olahraga, drum band, hadrah, pramuka, desain grafis, danseni kaligrafi. Jadwal kegiatan santri selain memberikan pembelajaran dan
97
menggali potensi santri juga melatih kedisiplinan santri dalam penggunaan disiplin waktu. 2. Kegiatan Mingguan Kegiatan mingguan santri dilaksanakan santri dalam satu minggu ada yang satu kali dan ada juga yang dua kali, waktunya ada yang siang juga malam. Kegiatan mingguan santri yang diikuti santri kalong (nglaju) adalah kegiatan pramuka. Berikut tabel kegiatan mingguan santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas. Tabel: 3.12 Jadwal Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 No 1 2 3 4 5 6 7
Hari Senin sore (Ba‟da maghrib) Selasa (Ba‟da maghrib) Rabu (Ba‟da shubuh) Kamis (Ba‟da Isya) Jum‟at (Ba‟da ashar) Sabtu (Ba‟da ashar) Ahad (Ba‟da subuh)
Kegiatan Kultum Hifzul qur‟an Ta‟lim Muhadlarah Latihan pramuka Olahraga Lari pagi dan Drumband Kebersihan kamar dan Lingkungan
Kegiatan mingguan santri diadakan untuk mendukung kegiatan harian sekaligus menambah kemampuan santri dalam bersosilasasi serta melatih
98
keberanian santri dalam berhadapan dengan orang banyak, karena kegiatan mingguan ini dilaksanakan santri secara klasikal dan berkelompok. 3.
Kegiatan Bulanan Setiap bulan santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas adalah perulangan, yakni bagi santri yang rumahnya tidak jauh dari pesantren diijinkan pulang untuk silaturrahim kepada orang tua masing-masing sekaligus mengambil kebutuhan dan biaya syahriyah santri yaitu pada hari sabtu minggu pertama setiap bulannya.
4.
Kegiatan Tahunan Kegiatan tahunan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas meliputi: a.
Kegiatan Amaliyah Ramadhan yaitu pembinaan TPQ di sekitar Pondok Pesantren oleh para santri yang sudah mampu.
b.
Pelatihan Perawatan Jenazah, Kegiatan ini diperuntukkan bagi santri kelas IX dan XII dengan tujuan untuk memberikan bekal bagi para santri hal perawatan jenazah.
c.
Bakti Sosial Kegiatan ini dilaksanakan santri kelas IX Mts dan kelas XII MA. Bakti sosial merupakan wahana para santri untuk merencakan rangkaian acara, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan akhir tahun. Kegiatan ini diakhiri
99
dengan Gebyar Seni Santri dan pemberian kenang-kenangan kepada Pondok Pesantren. d. Pesantren Liburan Kegiatan Pesantren Liburan dilaksanakan pada saat liburan sekolah semester genap selama 10 hari. Peserta Pesantren Liburan adalah santrisantri dari SD/SMP/SMA di sekitar wilayah Karesidenan Banyumas. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas mengadakan kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan bagi santri-siswi SD/SMP/SMA umum untuk belajar mendalami ilmu agama dengan sistem diasramakan, sebagaimana santri pesantren pada umumnya.
100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Internalisasi Nilai-nilai Kedisiplinan Santri Kalong (nglaju) Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar, disiplin diri dan berbagai macam istilah disiplin yang lain. Masalah kedisiplinan yang dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan mengenai
kedisiplinan
santri
kalong
(nglaju)
di
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Banyumas. Kedisiplinan yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana kedisiplinan yang dilakukan oleh para santri kalong (nglaju) selama mengikuti proses pembelajaran di madrasah. Seorang santri dalam mengikuti kegiatan belajar di madrasah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan kedisiplinan santri yang diberlakukan di madrasahnya, dan setiap santri dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan kedisiplinan santri yang berlaku dimadrasahnya. Kenyataan yang bisa dilihat di lembaga-lambaga pendidikan pada umumnya dan khususnya di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih ditemukan tindakan-tindakan santri yang tidak disiplin khususnya dilakukan oleh para santri kalong (nglaju). Dimana santri kalong (nglaju) mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hanya pada waktu jam formal saja, yakni waktunya jam 07.00 sampai dengan 13.50, setelah itu pulang kembali kerumah masing-
101
masing. Kedisiplinan santri kalong (nglaju) dapat dilihat dari bagaimana disiplin dalam masuk kelas, disiplin
berlajar, disiplin waktu
shalat, disiplin santri
berpakaian dan lain sebagainya. B. Tata Tertib Santri Tata Tertib Santri merupakan bagian dari administrasi dan manajemen pesantren. Penegakan tata tertib santri memiliki misi untuk membentuk santri agar menjadi manusia yang disiplin berakhlak mulia. Dalam kepastiannya sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial, sehingga ketaatan dan kedisiplinan
itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan
mewarnai dalam kehidupanya. Tata Tertib Santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas di buat dengan tujuan memberikan pembelajaran kepada para santri untuk menjadi manusia yang berdisiplin sehingga akan memiliki perilaku mulia. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas memuat aturan-aturan dari ketentuan umum, ibadah, akhlak, kegiatan, pelanggaran sampai dengan sanksi sebagaimana terdapat dalam lampiran penelitian ini. C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kedisiplinan Santri Kalong (nglaju) Kedisiplinan santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menjadi sangat berarti bagi kemajuan madrasah itu sendiri. Dimana madrasah yang tertib dan disiplin akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya madrasah yang tidak tertib kondisinya dan tidak ada kedisiplinan tentu akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
102
sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Menciptakan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas khususnya pada diri santri kalong (nglaju) diperlukan kerja keras dan kerjasama yang baik dari tiga unsur, yakni; madrasah, orang tua/wali dan santri kalong (nglaju) itu sendiri. Madrasah dalam hal ini asatiz memiliki peran yang sangat penting untuk ikut menciptakan kedisiplinan. Seorang asatiz yang rajin dan disiplin akan menjadi panutan para santri. Orang tua mempunyai tugas memantau dan mengarahkan santrinya dirumah untuk membiasakan disiplin, seperti; waktu belajar, waktu shalat, waktunya bermain, dan lain-lain. Hasil dari pengamatan dan interview dari waka kesantrian serta beberapa unsur lain yang terkait dengan masalah kedisiplinan santri kalong (nglaju) di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju), sebagai berikut: 1. Faktor Internal a. Disiplin Masuk Kelas Disiplin masuk kelas merupakan suatu ukuran empiris yang bisa diamati dan dinilai dengan baik. Kelas adalah sarana belajar santri untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan bapak Purwanto, S.Pd.I pada tanggal 14 Juni 2016, bahwa meskipun intensitasnya tidak terlalu sering, tetapi selalu ada santri kalong
103
(nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas baik itu dari santri Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas maupun dari santri Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas yang terlambat masuk kelas pada jam pertama pelajaran. Sehingga mereka yang terlambat dikenakan sanksi menghafal surat Al-Qur‟an yang ditentukan oleh asatiz/ustadzat yang mengajar jam pertama saat itu. Adapun faktor yang melatar-belakangi mengapa terlambat pada jam pertama pelajaran adalah: Pertama, tempat tinggal santri kalong (nglaju) jauh dari madrasah. Kedua, naik kendaraan atau bis macet dijalan karena padat arus kendaraan. Ketiga, mengulur-ulur waktu karena tidak suka dengan pelajaran jam pertama terutama yang merasa belum mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR). Namun apapun alasannya, santri kalong (nglaju) yang melanggar disiplin tata tertib tetap diberi sanksi. Meski terkesan ringan, tetapi pada akhirnya memacu santri yang lain untuk tepat disiplin masuk kelas.122 b. Disiplin Belajar Hasil observasi di lapangan pada tanggal 14 Juni 2016, peneliti mengamati santri saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dikelas, ada beberapa santri yang tidur dikelas dan ngobrol sendiri pada saat asatiz
masih menerangkan pelajaran. Hal ini menunjukan bahwa
santri masih ada yang belum disiplin dalam hal belajar, terutama pada saat pembelajaran di kelas. 122
Wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd.I, Guru Kelas VIII D (Banyumas, 14 Juni 2016)
104
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd. I (guru kelas) pada tanggal 14 Juni 2016 pukul 10.30 WIB di kantor asatiz, bahwa disiplin belajar santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih sangatlah lemah123. Faktor yang menjadikan santri kurang disiplin dalam belajar adalah; 1) Belum menyadarai akan pentingnya belajar, 2) Banyaknya bermain sehingga lupa belajar, 3) Tidak adanya kemauan untuk belajar. c. Disiplin Waktu Shalat Shalat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas bagi para santri, asatiz serta karyawan menjadi suatu keharusan. Pelaksanaan shalat lima waktu berjamaah di masjid dilakukan oleh seluruh santri putra juga asatiz dan karyawan. Sedangkan santri putri hanya waktu shalat dhuhur saja yang tidak berjamaah di masjid, sementara santri kalong (nglaju)
hanya bisa mengikuti shalat berjamaah di masjid Pondok
Pesantren Miftahussalam Banyumas pada waktu shalat dhuhur
ketika
masuk madrasah. Pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.50 WIB peneliti menjumpai beberapa santri kalong (nglaju) masih pada ngobrol di kelas, padahal adzan dhuhur sudah berkumandang, tetapi tidak segera ambil air wudhu. Saat itu juga peneliti bersama waka kesantrian mengingatkan dan menegur para santri kalong (nglaju) itu untuk segera berwudhu dan segera masuk 123
Wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd.I, Guru Kelas VIII D (Banyumas, 14 Juni 2016)
105
masjid. Disiplin waktu shalat di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menjadi sebuah pembelajaran yang baik khususnya bagi santri kalong (nglaju). e. Disiplin Berpakaian Disiplin berpakaian rapih dan sopan sesuai aturan yang telah ditentukan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas mencerminkan sikap seorang muslim yang senantiasa menjaga keindahan dan kerapian, yang diharapkan oleh semua pihak kelak menjadi tokoh dan panutan masyarakat sekitarnya. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam hal disiplin berpakaian sudah memberikan aturan berseragam santri, yakni: hari senin dan selasa berseragam biru putih untuk MTs dan abu-abu putih untuk MA, hari rabu dan kamis berseragam batik identitas pesantren, sedangkan hari jum‟at dan sabtu berseragam pramuka. Namun demikian pelanggaran disiplin berpakaian para santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih juga ditemui, seperti; bajunya tidak dimasukan khususnya santri putra, tidak memakai atribut topi dan dasi saat upacara bendera, pakaian yang belum lengkap atribut/logo madrasah, bahkan ada juga santri kalong (nglaju) putra yang memakai celana pencil (ketat) tidak sesuai ketentuan standar. Madrasah dalam hal ini waka kesantrian sudah berupaya memberikan dan menyediakan perlengkapan atribut santri serta sudah memberikan nasehat
106
kepada seluruh santri perihal disiplin berpakaian, bahkan memberikan sanksi/hukuman bagi santri yang melanggar, namun demikian masih ada juga yang belum disiplin dalam berpakaian. Disiplin berpakaian di madrasah merupakan salah satu hal penting bagi nama baik madrasah tersebut. Jadi apabila santridisiplin dalam berpakaian dan sesuai dengan aturan seragam yang telah ditetapkan oleh madrasah, maka itu berpengaruh baik pada nama lembaga madrasah tersebut. Pakaian seragam yang digunakan santri sangat penting untuk digunakan sebagai identitas bahwa dia merupakan santri pelajar. Kewajiban untuk berseragam yaitu untuk mendidik santri agar dapat menerapkan kedisiplinan dalam kesehariannya. Dengan berseragam pun santri diajarkan untuk menerapkan bahwa semua santri yang berseragam itu setara atau sejajar, agar tidak terjadi perbedaan saat berseragam madrasah melalui status sosial dalam masyarakat. Meskipun
seseorang
dapat
memakai
pakaian
sesuai
dengan
keinginannya, namun dalam hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam lingkungan madrasah. Melatih santri untuk berseragam adalah mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri santri yang bersih, peduli diri sendiri.
107
2. Faktor Eksternal a. Ketauladanan Asatiz Asatizdi Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berperan selain bertugas selaku pendidik juga sebagai model dalam internalisasi nilai-nilai kedisiplinan terhadap para santri. Dalam hal ini asatiz harus memiliki kedisiplinan yang kuat supaya dapat menjadi teladan bagi para santri. Beberapa hal yang menjadi contoh bagi para santri diantaranya: Pertama, kehadiran asatiz di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas sudah hadir di pesantren jam 07.00 WIB. Kedua, ketertiban pemakaian seragam asatiz yang sudah ditentukan oleh pesantren. Hari senin berpakaian keki, hari selasa dan rabu berpakaian PSH Kemenag, hari kamis dan jum‟at berpakaian batik, sedangkan hari sabtu berpakaian pramuka. b. Tata Tertib Santri Dalam pelaksanaan penegakkan tata tertib santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas peneliti analisa, masih terus diupayakan terus menerus sebagai upaya membentuk manusia yang taat dan disiplin. Pengenalan tata terib santri disosialisasikan pada santri ketika ada Masa Orientasi Santri (MOS) dengan wawasan wiyata mandalanya. Kemudian pesantren dengan tegas memberi sanksi supaya ada efek jera. Upaya ini ternyata dapat membuktikan mengurangi bentuk penyimpangan sisiwa.124
124
.Wawancara dengan Bapak Agus Priyanto Waka Kesiswaan ( tanggal 17 Juni 2016 ) di depan kantor asatiz Miftahussalam Banyumas.
108
Santri adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan santri adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing santri pada setiap aspek tidak selalu sama.125 Proses kedisiplinan dapat dipengaruhi oleh perkembangan santri itu sendiri. Latar belakang meliputi jenis kelamin santri, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi keluarga, dan lainnya. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki santri meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Setiap santri memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang dapat dikelompokkan pada santri yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Santri yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi, penuh perhatian, dan keseriusan dalam menerapkan kedisiplinan, dan lainnya. Sebaliknya, santri yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi dan tidak adanya keseriusan dalam menerapkan kedisiplinan, termasuk tidak adanya keseriusan dalam menyelesaikan tugas, dan lainnya. Penyebaran santri per-kelas telah dilakukan dengan proporsional berdasarkan latar belakang sosial ekonomi keluarga, dan kemampuan dasar baik kemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai ijazah SD atau SMP saat pertama masuk Pondok Pesantren Miftahussalam
125
Wina sanjaya. 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpratam. h. 52
109
Banyumas.126 Sehingga diharapkan dengan keragaman heteroginitas tersebut dapat menjadi faktor yang mendukung pelaksanaan kedisiplinan yang menitikberatkan aspek humanisasi yang tidak membedakan manusia dari perbedaan latar belakang sosial ekonomi keluarga, etnis, kemampuan intelektual, dan lainnya. c. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam menunjang pelaksanaan kedisiplinan dapat dikategorikan cukup memadai, seperti kondisi ruang kelas yang representatif dan penerangannya cukup baik, kamar kecil untuk santri cukup memadai dan kondisinya juga baik, media pendidikan yang memadai, sumber belajar yang cukup lengkap, dan sarana ibadah yang representatif. Fasilitasfasilitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mendukung internalisasi kedisiplinan. Sarana yang secara langsung mendukung internalisasi kedisiplinan adalah sarana ibadah. Dengan adanya sarana ibadah yang representatif, santri dibiasakan untuk melaksanakan ibadah dengan baik, misalnya shalat dhuha dan shalat berjamaah. Hal ini menunjukkan bahwa sarana ibadah tersebut secara langsung sangat mendukung proses internalisasi nilai-nilai kedisiplinan. Sedangkan sarana yang secara tidak langsung mendukung internalisasi kedisiplinan di antaranya adalah kondisi lingkungan madrasah 126
Dokumen Kesekretariatan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas
110
yang bersih, sumber belajar yang memadai maupun media pembelajaran yang lengkap. Kelengkapan sarana dan prasarana tersebut akan membantu asatiz dalam menginternalisasikan kedisiplinan, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat memengaruhi penerapan kedisiplinan. d. Lingkungan Peneliti menemukan faktor yang mendukung pelaksanaan kedisiplinan dari dimensi lingkungan ada dua faktor, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah santri dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi penerapan kedisiplinan. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan kedisiplinan. Atau dengan kata lain bahwa jumlah anggota kelompok yang terlalu besar kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar yang baik. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses kedisiplinan adalah faktor iklim sosial-psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses kedisiplinan. Termasuk mendukung faktor iklim sosial-psikologis tersebut adalah adanya pesantren di lingkungan madrasah. Keberadaan pesantren tersebut sangat mendukung kelancaran internalisasi nilai-nilai kedisiplinan, karana hal ini akan
111
membentuk karakter Islami, tidak saja dari segi kurikulum tetapi juga dari segi lingkungan sosial di madrasah. Faktor iklim sosial-psikologis ini dapat terjadi secara internal maupun secara eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan madrasah, misalnya antara santri dengan santri, antara santri dengan asatiz, antara asatiz dengan asatiz, bahkan antara asatiz dengan pimpinan madrasah ataupun dengan pimpinan pesantren. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak madrasah dengan dunia luar, misalnya hubungan madrasah dengan orang tua santri, hubungan madrasah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lainnya sebagainya. Madrasah yang mempunyai hubungan baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerjasama antar asatiz, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejuk dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar santri meningkat. Hal ini juga merupakan salah satu nilai kedisiplinan yang ditanamkan kepada santri. Sebaliknya, santri hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis santri dalam belajar.
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Proses terakhir dari rangkaian penelitian ini adalah pengambilan kesimpulan atas berbagai penelitian yang telah dilaksanakan selama ini. Kesimpulan pada tesis ini merupakan jawaban dari pokok masalah yang tertulis pada bab pertama. Berdasarkan kegiatan penelitian di lapangan, peneliti memeroleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Perilaku santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam hal kedisiplinan masih sangat kurang, dilatarbelakangi oleh, Pertama: tempat tinggal santri kalong (nglaju) tidak jauh dari pesantren, sementara mengikuti kegiatan pembelajaran di pesantren hanya pada saat jam formal saja, dari jam 07.00 sampai dengan 13.50 WIB. Kedua: santri kalong (nglaju) waktunya lebih banyak tinggal dirumah dan di lingkungan rumah, yang tidak ada tata tertib disiplin yang bersifat mengikat langsung terhadap dirinya, sehingga santri kalong (nglaju) cenderung berperilaku bebas. Ketiga: kurang adanya pengawasan langsung dari asatiz dan juga orang tua bagaimana santri kalong (nglaju) dalam etika pergaulan sehari-hari.
113
2.
Secara umum internalisasi nilai-nilai kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berjalan dengan baik, dan bisa diharapkan membentuk karakter Islami. Kedisiplinan masuk kelas, kedisiplinan belajar, kedisiplinan waktu shalat dan kedisiplinan dalam berpakaian, sangat memengaruhi perilaku santri dalam keseharian. Namun demikian masih ada sebagian santri terutama santri kalong (nglaju) belum semua memahami makna disiplin dan belum bisa sepenuhnya mengikuti tata tertib disiplin santri yang sudah di buat oleh pesantren berpengaruh positif.
3.
Faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berdasarkan penelitian adalah: Pertama, ketauladanan asatiz dalam memberikan contoh kedisiplinan pada para santri, bagaimana kehadiran asatiz, tata cara berpakaian, proses pembelajaran, juga waktu shalat. Kedua, tata tertib disiplin santri dan hukuman yang mendidik bagi santri yang melanggar disiplin sebagai konsekuensi logis pelanggaran disiplin santri. Ketiga, sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif
yang mendukung proses kedisiplinan
santri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, saran yang bisa disampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Santri Kalong (nglaju)
114
Perilaku disiplin hendaknya tidak terbatas hanya pada saat berada di madrasah saja, namun kedisiplinan berlaku dimana saja dan kapan saja. Karena kedisiplinan akan berdampak positif pada perilaku seseorang. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk santri kalong (nglaju) hendaknya mentaati tata tertib disiplin santri yang ada di pesantren dan diaplikasikan juga dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di lingkungan manapun. 2.
Bagi Pesantren Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku santri kalong (nglaju) Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih kurang disiplin, baik disiplin masuk kelas, disiplin belajar, disiplin waktu shalat, juga disiplin berpakaian. Oleh karena itu pesantren dalam hal ini harus pro aktif untuk selalu mengawasi setiap perilaku santri kalong (nglaju) dalam hal kedisiplinan dengan cara memberikan pembinaan secara rutin, memberikan sanksi bagi santri yang melanggar disiplin, dan tidak kalah pentingnya para asatiz harus bisa memberi ketauladanan kepada santri dalam hal kedisplinan.
3.
Bagi orang tua Bagaimanapun perilaku santri kalong (nglaju) dalam hal kedisiplinan selain adanya tata tertib disiplin santri yang ada di pesantren juga tidak lepas dari peran orang tua yang harus ikut mendukung serta mengawasi bagaimana perilaku santrinya dalam hal kedisiplinan.
115
DAFTAR PUSTAKA Abdul, Mujib. 2006. .Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Penada Media. Abuddin Nata. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Ahmad Mu‟adz Haqqi. 2012. "Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak". Jakarta: Pustaka Azzam. Ali al-Jumbulati dan Abdul Fatah at Tuwaanisi. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam . Jakarta: Rineka Cipta. Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. "Akhlak Mulia"Jakarta: Gema Insani Pres. Amatembun. 1981. Management Kelas. Bandung : IKIP. Arifin HM. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Asmaran AS. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers. A.Mustofa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. A.Malik Fadjar. 1998.Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta : CV. Alfa Grafikatama. Basiran. 2010.Thesis. Pengelolaan Kedisiplinan Santri. Studi Situs: SMA 1 Tunjungan, Blora. Chabib T. 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Agama RI, 2010. Al Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Perkembangan dan Pertumbuhannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. D.Soemarmo.1998. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah.
116
Edi Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyatkajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Reflika Aditama. Fuad Ihsan. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hasan Langgulung. 1986.Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hamalik Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hery noer Aly. 2000. Watak Pendidikan Islam . Jakarta: Friska Agung Insani. H.M.Arifin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. H.M.Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. James Drever. 1986. A Dictionrry of Psychology, (Harmondwort Midlesex : Penguin Books Ltd. John Macquarrie (ed). 1967. A Dictionarry of Christian Etnics. London: Pres Ltd.. sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud, J.P. Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kadir. 1994.Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact Karel A. Steebrink. 1994. Pesantren Madrasah Madrasah. Jakarta: LP3ES. Khosin. 2006. Tipologi Pondok Pesantren.Jakarta: diva Pustaka. Lexy J.Moleong. 2002.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung,: Remaja Masturin. 1999. Tesis. “Amalan Tarekat Dalailul Khairat Dan Prilaku Sosial Pengikutnya (Studi di Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus )”.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. Muhibbin Syah. 1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
117
Mujamma‟ al-Malik Fahd li Thiba‟at al-Mushaf asy-Syarif. 1997.al-Qur‟an al-Karim wa Tarjamatu Ma‟anihi ila al-Lughah al-Indunisiyah,
al-Madinah al-
Munawwarah. Mukti Ali. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press. Murtadho Muthahhari. 2007. Filsafat Akhlak. Surabaya: Bina Ilmu. Muyasaroh. 2008. Tesis. Pengaruh Persepsi santri tentang Kompetensi dan Kedisiplinan terhadap Keaktifan belajar Surabaya: IAIN Sunan Ampel. M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. M.Selamet Untung. 2005. Muhammad Sang Pendidik. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Nurcholish Madjid. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Nur Kholis. 2007. Tesis. Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Asatiz terhadap Kedisiplinan belajar Santri. Oemar Hmalik. 1981. Mengajar, Azas, Metodik. Bandung: Pustaka Mardiana. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prajudi Atmosudirjo. 1976. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Dicision Making). Jakarta: Pustaka Bradjaguna. P.JokoSubagyo. 1997. “Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta. Ramayulis. 2012. "Ilmu Pendidikan Islam", (Jakarta : Kalam Mulia Group. Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar.Jakarta: Rineka Cipta. Soegeng, Prijodarminto. 1992. .Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta:Pradnya Pratama. Soegarda Purbawakaca. 1997. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Soedijarto. 1999.
Pendidikan Sebagai Sarana Reformasi Mental Dalam Upaya
Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
118
Siti Nur Hidayah. 2010. Tesis. Peran Asatiz PAI dalam Membentuk Kepribadian Santri di SMP Negeri 1 Ngunut Tulung Agung UIN Malang. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Shochib, Moh. 2003.
Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Siswa
Mengembangkan Disiplin, Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. Suismanto. 2004. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka cipta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Soegeng, Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Pratama. Shochib. Moh.2003. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Siswa Mengembangkan Disiplin. Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. Said Aqiel Siradj, et.al. 1999. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Ed. Marzuki, et.al. Bandung: Pustaka Hidayah. Sulthon Masyhud dan Khusnurdilo. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: DivaPustaka. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Suismanto. 2004. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press. Singgih D.Gunarsa. 1986.,Psikologi Perkembangan Siswa dan Remaja. Jakarta: Gunung Muria. Sulchan Yasin. 1987. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah. Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo. Tulus Tu‟u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Santri. Jakarta: Grasindo.
119
Thoba Chatib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Tim Penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia Wawancara dengan K.Kasno Matholi, S.Pd.I, Pengasuh Pesantren Miftahussalam (Banyumas, 16 Juni 2016) WJS.Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. YPP, Depag RI. 1995. Al Quran dan Terjemahnya. Semarang: PT. Toha Putra. Zamakhsyari Dhofier 1983. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. H. 18 Zubaedi. 2012. "Desain….h.12 Zaini Muchtarom. 1998. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: INIS. jilid. II, h. 6. Zubaedi. 2012. "Desain Pendidikan Karakter". Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet.2. h. 12. Zakiyah Darajat. 1992. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. h. 260 Zakiyah Daradjat. 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Jakarta: Ruhama. h. 37. Zakiyah, Daradjat.1970. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang. h.26. Zakiyah, Daradjat.1977. Membina Nilai-nilai Moral Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,.h. 10. Zakiyah, Darajat.1977. Membina ...,hlm.1.
120
Lampiran 1 : TATA TERTIB SANTRI PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1
Dalam kedisiplinan santri ini, yang dimaksud dengan : 1.
Tata tertib santri adalah satu aturan yang harus dipatuhi oleh semua santri di lingkungan
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
2.
Tata tertib merupakan pedoman berperilaku santri
3.
Tata tertib sebagai dasar pembinaan santri
4.
Pembinaan santri dilakukan secara berencana, bertahap, dan terarah.
5.
Pembinaan santri bertujuan meningkatkan motivasi belajar mencapai hasil yang optimal.
6.
Pondok Pesantren adalah Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
7.
Madrasah adalah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas.
8.
Santri adalah anggota masyarakat yang dengan prosedur tertentu, diterima oleh Pondok Pesantren untuk dibimbing, diasuh, dididik dan diberi pengajaran.
9. Pimpinan adalah anggota masyarakat yang ditunjuk untuk memimpin pengelolaan pendidikan. 10.
Ustadz/Ustadzah adalah anggota masyarakat yang dengan prosedur tertentu ditunjuk oleh Pondok Pesantren atau ditugaskan oleh Pemerintah untuk membimbing, mendidik, mengajar dan atau melatih santri baik di luar maupun di dalam jam pelajaran.
121
11.
Ikatan Santri (IS) adalah Organisasi Santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas.
12.
Bergaul bebas adalah berkomunikasi antar santri atau dengan orang lain, baik sejenis maupun lain jenis yang melanggar syari‟at dan etika.
13.
Diwajibkan adalah ketentuan yang harus dilaksanakan oleh santri karena syar‟i.
14.
Diharuskan adalah ketentuan yang dilaksanakan oleh santri karena kedisiplinan santri Pondok Pesantren.
15.
Ditekankan adalah ketentuan yang sedapat mungkin untuk dilakukan oleh santri
16.
Dianjurkan adalah ketentuan yang sebaiknya untuk dilaksanakan karena adanya keutamaan.
17.
Dilarang adalah ketentuan yang harus ditinggalkan oleh santri karena syar‟i dan atau kedisiplinan santri Pondok Pesantren.
18.
Sanksi adalah tindakan yang dikenakan kepada santri karena melanggar peraturan kedisiplinan santri Pondok Pesantren.
19.
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai media komunikasi atau pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan dan eksplotasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. BAB II Ibadah Pasal 2 Shalat
1.
Santri diharuskan melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama‟ah tepat pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. (b)
2.
Santri harus ada berada di masjid sebelum iqamah dan sebelum adzan khusus shalat Jum‟at. (b)
122
3.
Santri ditekankan berdzikir dan berdo‟a. (a)
4.
Santri dianjurkan mendirikan shalat sunah, sesuai dengan tuntunan. (a) Pasal 3 PUASA
1.
Santri
diwajibkan
melaksanakan
shiyam
Ramadlan
dan
diharuskan
menyerahkan zakat fitrahnya kepada amil zakat Pondok Pesantren.(b) 2.
Santri diharuskan mendirikan Qiyam lail pada bulan Ramadlan dengan berjama‟ah.(b)
3.
Santri dianjurkan melaksanakan puasa sunnah.(a) Pasal 4 Qira’atul Qur’an
1.
Santri diharuskan membaca dan mengaji Al-Qur‟an pada waktu dan tempat yang ditentukan, dengan memperhatikan etikanya. (b)
2.
Santri diharuskan memiliki dan memelihara mushaf Al-Qur‟an dengan sebaikbaiknya. (b) BAB III Akhlaq Pasal 5 Adab Sopan Santun
1.
Santri diwajibkan berakhlaq karimah. (b)
2.
Santri diwajibkan menjauhi segala larangan islam (ma‟siat). (b)
3.
Santri dianjurkan berbuat kebajikan. (a)
4.
Santri dilarang bergaul bebas, berhubungan dengan lawan jenis (c)
5.
Santri dapat menyalurkan aspirasinya melalui Ikatan Santri (IS).
6.
Santri dilarang membuat agenda, album kenangan dan sejenisnya antar putera dan puteri kecuali yang dikoordinir oleh Pondok Pesantren. (b)
7.
Santri dilarang bergurau, gaduh maupun melakukan perbuatan sejenisnya di dalam masjid. (b)
123
8.
Santri dilarang melakukan/mengadakan pesta untuk peringatan dan atau perayaan maupun sejenisnya tanpa seizin Pondok Pesantren. (b)
9.
Santri dilarang melakukan pornografi dan pornoaksi (c) Pasal 6 Pakaian Dan Rambut
1.
Santri diharuskan berpakaian sopan, rapi, bersih dan sederhana. (b)
2.
Santriwati diharuskan berbusana muslimah setiap keluar kamar. (b)
3.
Santri diharuskan berpakaian sopan sesuai dengan ketentuan Pondok Pesantren pada waktu keluar komplek. (b)
4.
Santri diharuskan berkopyah dan bersarung serta bermukena putih bagi santri puteri dalam shalat tertentu. (b)
5.
Santri diharuskan memberi nama pada semua jenis pakaian yang dimiliki. (a)
6.
Santri dilarang memakai perhiasan yang berlebihan. (b)
7.
Santri dilarang hanya memakai kaos dalam atau celana pendek keluar kamar. (a)
8.
Santri dilarang membuat pakaian seragam tertentu tanpa seizin Pimpinan Pondok Pesantren. (b)
9.
Santri dilarang gundul tanpa sebab yang dibenarkan oleh Pondok Pesantren. (b)
10. Santri diharuskan memakai sepatu yang dapat digunakan untuk olahraga. (a) 11. Santri diharuskan memakai kaos kaki tertutup sampai atas mata kaki 12. Santri dilarang berkuku/berambut panjang dan memberi warna. (b) Pasal 7 Makan 1.
Santri diharuskan makan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dengan memperlihatkan etika. (b)
2.
Santri diharuskan memiliki peralatan makan sendiri. (b)
3.
Santri dianjurkan untuk tidak membeli makanan/minuman diluar Pondok Pesantren. (a)
4.
Santri dilarang memubadirkan makanan. (b)
124
Bab IV Pendidikan Dan Pengajaran Pasal 8 Kegiatan Belajar Mengajar 1.
Santri diharuskan berpakaian seragam resmi lengkap dengan atribut yang telah ditentukan pada kbm madrsah. (b)
2.
Santri diharuskan mengikuti upacara yang diadakan oleh madrasah atau pondok pesantren sesuai dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan. (b)
3.
Apabila lima menit setelah bel masuk asatiz belum datang ke kelas, ketua kelas diharuskan lapor ke ustadz piket. (b)
4.
Santri yang tidak masuk kelas/meninggalkan kelas harus mendapatkan izin kepala madrasah/ustadz piket. (b)
5.
Setiap KBM diawali dengan membaca Al-Qur‟an dan diakhiri dengan doa. (b)
6.
Santri diharuskan mewujudkan 7K sesuai kelompok kerja harian masingmasing. (b)
7.
Santri dilarang keluar kelas pada saat pelajaran berlangsung pada waktu pergantian jam pelajaran tanpa alasan yang dibenarkan. (b)
8.
Santri dilarang berlaku curang/menyontek pada waktu tes. (b)
9.
Santri diharuskan menataati kedisiplinan santri yang berlaku pada madarsah dan pondok pesantren. (b)
10.
Santri yang terlambat lebih dari 10 menit diperkenankan masuk kelas setelah mendapat izin dari ustadz piket. (b)
11.
Santri yang terlambat samai 3 kali dalam sebulan akan diberikan teguran tertulis oleh madrasah yang disampaikan kepada wali santri. (b)
12.
Santri yang tidak hadir tanpa memberikan keterangan yang jelas 3 (tiga) kali berturut-turut, orang tua/wali akan dipanggil. (b)
13.
Santri yang tidak hadir tanpa memberikan keterangan jelas 6 (enam) hari berturut-turut akan diberikan peringatan keras dan sepuluh hari akan dikembalikan kepada orang tuanya. (b)
125
Pasal 9 Buku Pelajaran Dan Alat Madrasah 1.
Santri diharuskan memiliki seluruh buku pelajaran, catatan dan alat madrasah yang diperlukan. (a)
2.
Santri dilarang menggunakan buku catatan yang bergambar dan bertuliskan tidak sopan. (a)
3.
Santri dilarang membuat coretan pada buku pelajaran. (a)
4.
Santri dilarang meninggalkan buku pelajaran dan alat madrasah disembarangan tempat. (a)
5.
Santri diharuskan menjaga keutuhan dan kebersihan buku-buku pinjaman serta peralatan madrsah/pondok pesantren. (b) Pasal 10 Buku bacaan
1.
Santri dianjurkan membaca buku, majalah, koran dan bacaan-bacaan lain yang disediakan di perpustakaan. (a)
2.
Santri dilarang berlangganan bacaan tanpa seizin pondok pesantren. (b)
3.
Santri dianjurkan memiliki buku-buku yang menunjang pendidikan. (a)
4.
Santri dilarang membawa, memiliki dan menyimpan buku-buku yang bukan penunjang pendidikan. (b) Pasal 11 Ketrampilan Kegiatan ketrampilan terdiri dari :
1.
Bersifat wajib, yaitu yang harus diikuti oleh santri yang telah ditentukan.
2.
Bersifat pilihan, yaitu yang dianjurkan untuk diikuti oleh santri sesuai dengan bakat dan minat masing-masing.
126
Bab V Keorganisasian Pasal 12 Ikatan Santri Miftahussalam Banyumas 1.
Santri harus menjadi anggota organisasi pelajar (is). (b)
2.
Santri diharuskan bersedia menjadi Pengurus. (b)
3.
Santri diharuskan mentaati segala peraturan Pengurus. (b)
4.
Santri diharuskan mengikuti setiap kegiatan is. (b) Pasal 13 Kepramukaan
1.
Santri diharuskan menjadi anggota gerakan pramuka. (b)
2.
Santri harus melengkapi atribut dan perlengkapan pramuka. (b)
3.
Santri harus mengikuti seluruh kegiatan kepramukaan. (b)
4.
Santri harus mentaati segala ketentuan yang berlaku. (b) Pasal 14 Olah raga
1.
Santri diharuskan menjaga, merawat dan memelihara perlengkapan olah raga. (b)
2.
Santri dilarang berolah raga tidak pada tempat dan waktu yang ditentukan. (b)
3.
Santri diharuskan mengikuti kegiatan olah raga yang diadakah oleh ikatan santri. (b)
4.
Santri dianjurkan membentuk club-club olah raga. (a)
5.
Santri diharuskan berolah raga dengan pakaian olah raga. (b)
6.
Santri dilarang mengadakan pertandingan dengan luar, tanpa seizin pondok pesantren. (b)
127
Bab VI Bahasa Dan Muhadlarah Pasal 15 Bahasa 1.
Santri dalam berkomunikasi diwajibkan untuk berbahasa arab atau inggris sesuai dengan ketentuan pondok pesantren. (b)
2.
Santri diharuskan mengikuti kegiatan bahasa (muhadatsah, muhadlarah dan sejenisnya.) (b) Pasal 16 Muhadlorah
1.
Santri diharuskan mengikuti kegiatan muhadllarah. (b)
2.
Santri yang bertugas sebagai pembicara diharuskan membuat persiapan dan mengkonsultasikan teksnya kepada pembimbing. (a)
3.
Santri diharuskan berada di tempat muhadlarah tepat pada waktunya. (a)
4.
Santri dilarang meninggalkan tempat muhadlarah sebelum selesai. (a)
5.
Santri yang tidak mengikuti muhadlarah harus menunjukan izin yang sah. (b) Bab VII Kebersihan, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Ketertiban Dan Kekeluargaan Pasal 17 Kebersihan
1.
Santri diharuskan menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. (b)
2.
Santri diharuskan menjemur pakaian di tempat yang telah disediakan dan diambil sendiri. (a)
3.
Santri diharuskan membuang sampah pada tempatnya. (a)
4.
Santri diharuskan meletakan pakaian dan handuk pada tempatnya. (a)
5.
Santri dilarang berkuku panjang dan memberi warna. (b)
128
Pasal 18 Keindahan 1.
Santri diharuskan memelihara keindahan diri dan lingkungannya. (b)
2.
Santri dilarang menulis dan mencoret-coret pada pintu, dinding tembok, meja, kursi dan lain-lain. (b)
3.
Santri diwajibkan memelihara taman di lingkungan pondok pesantren. (b)
4.
Santri dilarang memetik buah tanaman di lingkungan pondok pesantren. (b)
5.
Santri dilarang merusak tanam-tanaman. Pasal 19 Keamanan Dan Ketertiban
1.
Santri dilarang : a. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia pondok pesantren untuk kepentingan pribadi, golongan maupun pihak lain. (c) b. Menolak dan melawan perintah yang wajar dari Pengurus is, ustadz/ustadzah dan pimpinan pondok pesantren. (c) c. Menganiaya, menghina, mengancam kepada sesama santri, karyawan, ustadz/ustadzah dan pimpinan pondok pesantren beserta keluarganya, baik berupa tulisan, isyarat, gerak-gerik maupun dengan cara lain. (c) d. Menyalahgunakan barang, peralatan, uang, dokumen atau surat berharga milik pondok pesantren/perorangan dan atau membawanya keluar dari lingkungan pondok pesantren tanpa izin tertulis pimpinan pondok pesantren. (c) e. Melakukan kegiatan sendiri maupun secara bersama-sama, baik di dalam maupun di luar pondok pesantren dengan tujuan atau untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan pondok pesantren. (c) f. Melakukan tindakan asusila yang bertentangan dengan etika moral, agama, hukum/peraturan yang berlaku atau bertentangan dengan kewajibannya sebagai santri. (c)
129
g. Membawa, memiliki, menyimpan, menggunakan senjata api, senjata angin, senjata tajam, obat-obat terlarang, minuman keras/khomer, menghisap rokok dan barang-barang yang tidak dibenarkan oleh pondok pesantren. (c) h. Semua santri dilarang membawa/menghisap rokok di lingkungan dan di luar Pondok Pesanren/Madrasah. (b) i. Menonton, mendengarkan, menggunakan radio, tape, video dan sejenisnya tidak pada waktu dan tempat yang ditentukan. (b) j. Bersuara keras (berteriak-teriak) dan membuat gaduh. (a) k. Menjual dan memperdagangkan barang-barang berupa apapun di dalam pondok pesantren, mengedarkan daftar sokongan, menempelkan atau mengedarkan poster yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar tanpa seizin pimpinan pondok pesantren. (b) l. Membuat, mengikuti kelompok-kelompok gelap (gank), perkelahian dan perbuatan sewenang-wenang. (c) m. Berjudi dalam bentuk apapun baik didalam maupun di luar lingkungan pondok pesantren. (c) n. Mencuri, menipu, menggelapkan dan melakukan kejahatan lain yang sejenis. (c) 2.
Santri diharuskan : a. Ikut bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban pondok pesantren. (b) b. melaporkan hal-hal yang sepatutnya diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan. (b) c. melapor kepada bagian keamanan bila merasa kehilangan atau menemukan barang milik orang lain. (b) d. Membudayakan tertib/antri dalam setiap pelayanan. (a) Pasal 20 Kekeluargaan
1.
Santri diwajibkan menghormati orang tuanya, ustadz/uztadzah, karyawan, tamu dan orang lain. (c)
130
2.
Santri diwajibkan hormat-menghormati dan tolong-menolong dalam kebaikan. (a).
3.
Santri diharuskan memberi salam apabila bertamu, masuk kamar masuk kelas dan bertemu orang lain. (a)
4.
Santri dianjurkan membantu meringankan penderitaan sesama santri yang sakit/terkena musibah. (a)
5.
Semua santri diperbolehkan menerima tamu dari keluarga dengan seizin ustadz piket. (a)
6.
Semua santri diperbolehkan menerima tamu di tempat yang ditentukan oleh ustadz piket. (a) Pasal 21 Kesehatan
1.
Santri bila terganggu kesehatannya, agar segera memeriksakan diri. Bab VIII Keuangan Pasal 22
1.
Santri harus membayar uang syahriyah dan keuangan yang lain tepat pada waktu yang ditentukan. (b)
2.
Santri dilarang menyalahgunakan uang syahriyah dalam bentuk apapun. (b) Pasal 23 Simpan Pinjam Uang
1.
Santri dianjurkan menabung di Baitul Maal Wa-tamwil (BMT) miftahussalam.
2.
Santri
dianjurkan
mengajak
miftahussalam banyumas.
walinya
untuk
menjadi
nasabah
BMT
131
Bab IX Keluar Pondok Pesantren Pasal 24 Perizinan Dan Waktu 1.
Santri diharuskan keluar masuk pondok pesantren melalui pintu yang telah ditentukan. (b)
2.
Santri diharuskan membawa surat izin dari pondok pesantren atau yang ditunjuk untuk itu, jika keluar komplek pondok pesantren. (b)
3.
Izin pulang pengambilan bekal dilaksanakan sebulan sekali (bagi santri sekitar karsidenan banyumas. (b)
4.
Santri diperbolehkan pulang di luar perpulangan karena: -
Sakit yang tidak bisa ditangani oleh pondok
-
Mendapat tugas dari pondok
-
Atas permintaan orang tua yang disetujui oleh pondok pesantren.
5.
Santri diharuskan kembali tepat waktu sesuai dengan izin. (b)
6.
Santri dilarang memasuki gedung bioskop, night club, bilyard, video game, warnet dan tempat-tempat maksiat lainnya. (c) Pasal 25 Masa Libur
1.
Pada waktu pulang liburan, santri puteri dianjurkan dijemput/diantar oleh orang tua/wali. (a)
2.
Selama bermukim di pondok pesantren harus mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada petugas yang ditunjuk. (b) Pasal 26 Tidur
1.
Santri diharuskan tidur malam selambat-lambatnya pada jam 22 wib. (a)
2.
Santri sudah bangun 30 menit sebelum masuk waktu subuh. (a)
3.
Santri dilarang melakukan perbuatan yang dapat menggangu orang lain yang sedang tidur. (a)
132
4.
Santri diharuskan tidur di kamar masing-masing. (b) Bab X Hak Milik Pasal 27 Pinjam-meminjam
1.
Santri diharuskan berlaku amanah terhadap hak milik orang lain dan hak milik pondok pesantren. (a)
2.
Santri diharuskan mengembalikan pinjaman sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dan apabila rusak/hilang harus mengganti. (b)
3.
Santri dilarang memakai hak orang lain tanpa seizin pemiliknya. (a)
4.
Santri dilarang pinjam-meminjam barang antara santri putera dan puteri tanpa seizin ustadz/ustadzah. (b)
5.
Santri dilarang menggunakan barang-barang pondok pesantren tanpa seizin pondok pesantren. (b)
6.
Santri dilarang tukar-menukar pakaian. (b) Pasal 28 Asrama
1.
Santri wajib tinggal di asrama.
2.
Santri diharuskan mentaati peraturan yang berlaku di kamar masing-masing. (b)
3.
Petugas bulis/piket harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan. (b)
4.
Santri diharuskan mengatur almari, kasur, rak sepatu sesuai dengan ketentuan. (b)
5.
Santri dilarang pindah kamar tanpa seizin penanggung jawab asrama. (b)
6.
Santri dilarang menerima tamu/orang lain di dalam kamar. (b)
7.
Santri dilarang masuk kamar orang lain tanpa seizin penghuninya. (b)
8.
Santri dilarang menerima tamu/orang lain di dalam kamar. (b)
9.
Santri dilarang masuk kamar orang lain tanpa seizin penghuninya. (b)
10. Setiap santri yang menerima tamu di pondok pesantren bertanggung jawab terhadap keamanan dan keertibannya. (a)
133
Bab XI Sanksi Pasal 29 1.
Setiap santri yang melanggar Tata Tertib ini dikenakan sanksi.
2.
Jenis sanksi diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan : a. Ringan, berupa; teguran dan peringatan b. Sedang, berupa; menghafal, menulis, kerja bakti, lari, push up, mengenakan label indisipliner c. 1). Berat, berupa; digundul (putra), surat pernyataan, pemanggilan orang tua, ta‟zir/diumumkan (putri) 2). Dikembalikan kepada orang tua bagi pelanggaran: a). Mencuri b). Minum Khomr c). Berkhalwat, bermesraan dengan lawan jenis dan atau berzina d). Berjudi e). Menghina, mengancam atau menganiaya ustadz/ustadzah f). Bertindak yang membahayakan bagi kelangsungan pondok pesantren. g). Pornografi dan pornoaksi
3. Pelanggaran yang dilakukan berulang dapat menyebabkan meningkatnya status sanksi. 4. Handphone yang dibawa oleh santri ke pondok pesantren akan disita dan tidak dikembalikan. Bab XII Ketentuan Penutup Pasal 30 Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan diatur kemudian.
134
Lampiran 2: OBSERVASI KEDISIPLINAN SANTRI PONDOK PESANTREN MIFTAHUSSALAM BANYUMAS
Hari/tanggal
: Rabu, 15 – 16 Juni 2016
Waktu
: 07.00 s/d 14.00 WIB
Aspek A
Jenis-jenis kegiatan
Ya
Disiplin Masuk Kelas 1. Sebelum bel berbunyi tanda masuk kelas santri sudah berada di depan kelas masing-masing
B
Pelaksanaan
√
2. Santri masuk kelas berbaris dengan tertib
√
3. Santri masuk kelas ada yang terlambat
√
4. Santri yang terlambat masuk kelas mendapat sanksi
√
Disiplin Belajar 1. Sepuluh menit sebelum pelajaran pertama dimulai
√
santri hafalan juz „amma 2. Sebelum pelajaran dimulai santri berdo‟a
√
3. Santri menyiapkan perlengkapan pembelajaran
√
4. Santri mengikuti pembelajaran dengan tenang
√
5. Santri memperhatikan saat asatiz menerangkan
√
6. Santri mengerjakan tugas asatiz
√
7. Santri menjaga kedisiplinan kelas
√
8. Santri menjaga kebersihan kelas
√
9. Pada saat pembelajaran santri ada yang tidur
√
10. Pada saat pembelajaran santri ada yang ngobrol
√
11. Pada jam pelajaran terakhir santri mengakhiri dengan
√
Tidak
135
do‟a C
D
Disiplin waktu Shalat 1.
Santri selalu shalat berjama‟ah di masjid
√
2.
Santri selalu melaksanakan lima waktu shalat
√
3.
Santri melaksanakan shalat tepat waktu
√
4.
Saat berkumandang adzan santri segera berwudhu
√
5.
Santri melaksanakan shalat sunah rowatib
√
6.
Santri tenang dalam menjalankan ibadah shalat
√
Disiplin Berpakaian 1. Santri memakai seragam sesuai ketentuan
√
2. Seragam santri lengkap dengan atributnya
√
3. Pemakaian Seragam OSIS putra dimasukan
√
4. Seragam batik identitas dikeluarkan
√
5. Celana panjang santri putra tidak ketat
√
6. Baju seragam santri tidak terlalu tipis (transparan)
√
*) Diberi tanda √ salah satu yang dipilih
136
Lampiran 3 :
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN RESPONDEN
RESPONDEN 1 Nama
: ……………………………………………………………….
Kelas
: ……………………………………………………………….
A. Disiplin Masuk Kelas 1. Jam berapa anda berangkat dari rumah ke pesantren ? Apakah diantar ataukah sendiri dan menggunakan apa berangkatnya? Jawab : 2. Berapa jarak tempuh rumah anda ke pesantren? Jam berapa sampai pesantren? Jawab : . 3. Apa anda pernah terlambat masuk kelas? Apa penyebabnya? Jawab : 4. Apakah saat bel berbunyi anda segera masuk kelas? Jawab : 5. Apakah kalau anda terlambat masuk kelas, di hukum oleh asatiz? Bagaimana hal ini menurut anda? Jawab : B. Disiplin Belajar 1. Apakah anda bisa mengikuti semua pelajaran yang disampaikan oleh asatiz? Mengapa? Jawab : 2. Apakah anda pernah tidak mengerjakan tugas dari asatiz? Mengapa? Jawab :
137
3. Apakah anda pernah dimarah asatiz karena ngobrol saat belajar dikelas? Mengapa? Jawab : 4. Apakah anda pernah merasa cape atau bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas? Mengapa? Jawab : Apakah anda selalu mendengarkan penjelasan asatiz saat mengajar dan mencatatnya? Mengapa? C. Disiplin Waktu Shalat 1. Apakah anda dirumah selalu sholat berja‟ah dimasjid? Mengapa? Jawab : 2. Apakah rumah anda dekat dengan masjid? Berapa menit dari rumah ke masjid? Jawab : 3. Bagaimana anda saat mendengar kumandang adzan? Apa yang harus anda lakukan? Jawab : 4. Apakah anda selalu tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu? Mengapa? Jawab : 5. Apa yang anda lakukan setelah selesai shalat? Mengapa? Jawab : D. Disiplin Berpakaian 1. Apakah anda pernah melanggar tata tertib disiplin berpakain di pesantren? Mengapa? Jawab :
138
2. Apakah anda sudah memiliki seragam pakaian lengkap beserta atributnya? Mengapa? Jawab : 3. Bagaimana menurut anda tentang disiplin berpakain di Pesantren? Apa alasannya? Jawab : 4. Apakah anda nyaman berseragam pesantren saat mengikuti pembelajaran? Mengapa? Jawab : 5. Apakah anda menggunakan seragam pesantren sesuai waktu dan ketentuan? Mengapa? Jawab :
139
Lampiran 4: KISI-KISI PERTANYAAN
A. Disiplin Masuk Kelas 1. Jam berapa anda berangkat dari rumah ke pesantren ? Apakah diantar ataukah sendiri dan menggunakan apa berangkatnya? 2. Berapa jarak tempuh rumah anda ke pesantren? Jam berapa sampai pesantren? 3. Apa anda pernah terlambat masuk kelas? Apa penyebabnya? 4. Apakah saat bel berbunyi anda segera masuk kelas? 5. Apakah kalau anda terlambat masuk kelas, di hukum oleh asatiz? Bagaimana hal ini menurut anda? B. Disiplin Belajar 1. Apakah anda bisa mengikuti semua pelajaran yang disampaikan oleh asatiz? Mengapa? 2. Apakah anda pernah tidak mengerjakan tugas dari asatiz? Mengapa? 3. Apakah anda pernah dimarah asatiz karena ngobrol saat belajar dikelas? Mengapa? 4. Apakah anda pernah merasa cape atau bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas? Mengapa? 5. Apakah anda selalu mendengarkan penjelasan asatiz saat mengajar dan mencatatnya? Mengapa? C. Disiplin Waktu Shalat 1. Apakah anda dirumah selalu sholat berja‟ah dimasjid? Mengapa? 2. Apakah rumah anda dekat dengan masjid? Berapa menit dari rumah ke masjid? 3. Bagaimana anda saat mendengar kumandang adzan? Apa yang harus anda lakukan?
140
4. Apakah anda selalu tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu? Mengapa? 5. Apa yang anda lakukan setelah selesai shalat? Mengapa? D. Disiplin Berpakaian 1. Apakah anda pernah melanggar tata tertib disiplin berpakain di pesantren? Mengapa? 2. Apakah anda sudah memiliki seragam pakaian
lengkap beserta
atributnya? Mengapa? 3. Bagaimana menurut anda tentang disiplin berpakain di Pesantren? Apa alasannya? 4. Apakah anda nyaman berseragam pesantren saat mengikuti pembelajaran? Mengapa? 5. Apakah anda menggunakan seragam pesantren sesuai waktu dan ketentuan? Mengapa?
141
Lampiran 5:
CATATAN WAWANCARA 1
Wawancara dengan K. Kasno Matholi, S.Pd.I (Pengasuh Pesantren) Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juni 2016 Jam
: 09.00 WIB
Tempat
: Kantor Pesantren Miftahussalam Banyumas. Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas ada tata tertib?apa tujuannya?
K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Ada, Tata Tertib Santri. Tujuannya memberikan pendidikan dan pembelajaran kepada santri agar memiliki kepribadian yang baik sesuai aturan, dan menjadi manusia yang disiplin dalam segala hal.
Peneliti
Nilai-nilai
kedisiplinan
apa
sajakah
yang
diterapkan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumasuntuk dikalangan
membentuk
santri
khususnya
karakter
Islami
santri
kalong
(nglaju). K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Kedisiplinan
santri
di
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Banyumas mutlak harus menjadi kebutuhan santri agar dapat membentuk karakter Islami. Kedisiplinan yang kami terapkan dalam pembentukan karakter
Islami ada 4, yaitu:
Pertama,
masuk
kedisiplinan
kelas,
Kedua,
Kedisiplinan belajar, Ketiga, kedisiplinan waktu shalat, Keempat, kedisiplinan berpakaian.
142
Peneliti
Apakah tata tertib santri yang di buat pesantren cukup bisa membentuk santri menjadi manusia yang disiplin?
K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Selama ini tata tertib santri sangat membantu dan memengaruhi perilaku dan kedisiplinan santri.
Peneliti
Apakah ada hambatan dalam pemberlakuan tata tertib santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas?
K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Hambatanya, masih ada beberapa santri yang belum
sepenuhnya mentaati tata tertib yang ada,
terutama masih ada beberapa santri kalong (nglaju) yang masih suka melanggar tata tertib santri. Peneliti
Mengapa?
K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Karena Santri kalong (nglaju) aktifitasnya lebih banyak tinggal di rumah dari pada di pesantren, mereka pesantren
kurang
terbiasa
memiliki
disiplin,
aturan
yang
sementara menuntut
santrinya untuk hidup tertib dan disiplin Peneliti
Apa yang dilakukan pesantren dalam menangani tindakan santri yang tidak disiplin?
K.Kasno Matholi, S.Pd.I
Memberikan pembinaan pada seluruh santri pada hari sabtu rutin setiap minggu pertama jam 10.00 WIB s/d 11.30 WIB di masjid
143
CATATAN WAWANCARA 2
Wawancara dengan Bapak Agus Priyanto (Waka Kesantrian) Hari/Tanggal : Jum‟at, 17 Juni 2016 Jam
: 09.30 WIB
Tempat
: Depan Kantor Asatiz. Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah santri dalam berpakaian sudah disiplin sesuai
Agus Priyanto
ketentuan pesantren?
Selama ini masih ada santri yang melanggar disiplin berpakaian sebagaiamana ketentuan pesantren, dan pelanggaran itu banyak di lakukan oleh sebagian santri kalong (nglaju) terutama terlihat pada saat upacara bendera, ada yang tidak memakai topi, dasi, ada juga yang memakai celana tidak standar (ketat). Dalam
hal
ini
kami
sudah
menyediakan
perlengkapan atribut dan sering mengingatkan juga pembinaan. Peneliti
Mengapa santri melanggar disiplin tata tertib berpakaian?
Agus Priyanto
Alasanya mereka ada yang ketinggalan, ada yang hilang.
Peneliti
Bagaimana ketentuan pemakaian seragam santri?
Agus Priyanto
Ketentuan pemakaian seragam santri, yaitu: hari senin-selasa putih biru untuk seragam MTs dan putih abu-abu untuk seragam MA, hari rabu-kamis seragam batik identitas pesntren baik MTs maupun MA, dan hari jum‟at-sabtu seragam pramuka baik
144
MTs maupun MA. Peneliti
Bagaimana
mengatasi
santri
yang
melanggar
disiplin pakaian? Agus Priyanto
Santri yang melanggar disiplin pakaian kami beri sanksi dengan Push Up atau melakukan kebersihan lingkungan, dan tetap kami beri peringatan dan pembinaan untuk tidak lagi melakukan pelanggaran disiplin pakaian.
Peneliti
Apakah sanksi yang diberikan kepada santri yang melanggar dapat memengaruhi kedisiplinan santri?
Agus Priyanto
Selama ini tata tertib santri serta sanksi yang diberikan kepada santri yang melanggar cukup memengaruhi kedisiplinan santri menjadi lebih baik, karena sanksi yang diberikan paling tidak dapat membuat jera santri yang melanggar disiplin.
145
CATATAN WAWANCARA 3 Wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd.I (Asatiz kelas) Hari/Tanggal : Jum‟at, 17 Juni 2016 Jam
: 10.30 WIB
Tempat
: Kantor Asatiz MTs PPPI Miftahussalam Banyumas. Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Bagaimana tingkat kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas? Apa sajakah lemahnya kedisiplinan santri.
Purwanto, S.Pd.I
Kedisiplinan
santri
di
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Banyumas masih sangat lemah, khususnya kedisiplinan santri kalong (nglaju). Beberapa lemahnya disiplin santri seperti; masuk kelas masih sering terlambat, tidak mengerjakan tugas asatiz, mengerjakan shalat masih malas, berpakain masih ada yang tidak berseragam sesuai ketentuan pesantren. Peneliti
Apa sanksi bagi santri yang terlambat masuk kelas?
Purwanto, S.Pd.I
Menghafal
surat
Juz
Amma
atau
kadang
membersihkan lingkungan kelas. Peneliti
Mengapa masih ada santri yang tidak mengerjakan tugas asatiz?
Purwanto, S.Pd.I
Karena kemalasan santri, belum menyadari akan disiplin belajar.
Peneliti
Bagaimana bapak mengatasi masalah santri yang tidak disiplin dalam belajar?
Purwanto, S.Pd.I
Selalu mengingatkan dan memberikan sanksi bagi santri yang melanggar disiplin
146
CATATAN WAWANCARA 4 Wawancara dengan santri kalong (nglaju) kelas VIII D MTs Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juni 2016 Jam
: 12.30 WIB
Tempat
: Kelas VIII D Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah kamu dirumah selalu sholat berjamaah di masjid/mushala?
Imam
Kadang-kadang.
Peneliti
Mengapa?
Imam
Karena mushala yang dekat rumah saya jadwal waktu
adzannya
tidak
menggunakan
waktu
sebagaimana masjid-masjid lainnya, jadi saya kadang shalat sendiri dirumah. Peneliti
Apakah kamu kalau dirumah shalat selalu tepat waktu?
Hanif
Tidak pasti
Peneliti
Mengapa?
Hanif
Sebenarnya rumah saya tidak begitu jauh dari masjid, Kadang saya lagi asyik main sama temanteman sampai lupa waktu shalat.
Peneliti
Bagaimana pendapatmu tentang disiplin waktu shalat dan berjama‟ah dimasjid sebagaimana yang dilakukan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas?
Imam
Sangat baik, karena shalat kewajiban setiap muslim yang beriman, dan kedisiplinan yang diterapkan di pesantren menjadikan saya lebih memahami tentang
147
pentingnya shalat. Peneliti
Apakah kamu merasa terpaksa mentaati peraturan yang ada di pesantren? Mengapa?
Hanif
Tidak, karena justru kedisiplinan di pesantren menjadikan saya lebih baik dari pada dirumah dan dilingkungan saya yang kadang menjadi tidak biasa hidup berdisiplin.
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Imam
Naik motor, kadang diantar bapak pakai motor.
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Hanif
Perjalanan kurang lebih 20 menit
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Imam
Saya berangkatdari rumah ke pesantren jalan kaki.
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Hanif
Perjalanan dari rumah kurang lebih 15 menit
Wawancara dengan santri kalong (nglaju) kelas VIII A MTs Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juni 2016 Jam
: 14.00 WIB
Tempat
: Kelas VIII A Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah kamu dirumah selalu sholat berjamaah di masjid/mushala?
Indrianti
Tidak.
Peneliti
Mengapa?
Indrianti
Karena mushala dan masjid jauh dari rumah saya.
Peneliti
Apakah kamu kalau dirumah shalat selalu tepat
148
waktu? Nabila
Tidak pasti
Peneliti
Mengapa?
Nabila
Tidak tahu jadwal shalat dan jauh dari masjid atau mushalah.
Peneliti
Bagaimana pendapatmu tentang disiplin waktu shalat
yang dilakukan
di
Pondok
Pesantren
Miftahussalam Banyumas? Indrianti
Sangat baik, karena melatih kedisiplinan waktu
Peneliti
Apakah kamu merasa terpaksa mentaati peraturan yang ada di pesantren? Mengapa?
Indrianti
Tidak, karena justru mentaati tata tertib menjadi terarah
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Nabila
Naik kendaraan angkot.
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Nabila
Perjalanan kurang lebih 45 menit
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Indrianti
Saya berangkatdari rumah ke pesantren jalan kaki
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Indrianti
Perjalanan dari rumah kurang lebih 20 menit.
Wawancara dengan santri kalong (nglaju) kelas XI IPS/MA Hari/Tanggal : Rabu, 15 Juni 2016 Jam
: 10.00 WIB
Tempat
: Perpustakaan
149
Wawancara Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah kamu dirumah selalu sholat berjamaah di masjid/mushala?
Dedi
Kadang-kadang.
Peneliti
Mengapa?
Dedi
Karena mushala dan masjid jauh dari rumah saya.
Peneliti
Apakah kamu kalau dirumah shalat selalu tepat waktu?
Aries
Tidak
Peneliti
Mengapa?
Aries
Tidak tahu jadwal shalat dan jauh dari masjid atau mushalah.
Peneliti
Bagaimana pendapatmu tentang disiplin waktu shalat yang dilakukan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas?
Dedi
Sangat baik, karena melatih kedisiplinan waktu
Peneliti
Apakah kamu merasa terpaksa mentaati peraturan yang ada di pesantren? Mengapa?
Dedi
Tidak, karena justru mentaati tata tertib menjadi terarah
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Dedi
Naik kendaraan angkot.
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Dedi
Perjalanan kurang lebih 45 menit
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Aries
Saya berangkatdari rumah ke pesantren jalan kaki
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Aries
Perjalanan dari rumah kurang lebih 15 menit.
150
Wawancara dengan santri kalong (nglaju) kelas XI IPS/MA Hari/Tanggal : Rabu, 15 Juni 2016 Jam
: 12.30 WIB
Tempat
: Kelas XI MA/IPS Wawancara
Peneliti
Pertanyaan/Jawaban Apakah kamu dirumah selalu sholat berjamaah di masjid/mushala?
Okky
Kadang-kadang.
Peneliti
Mengapa?
Okky
Karena mushala dan masjid jauh dari rumah saya.
Peneliti
Apakah kamu kalau dirumah shalat selalu tepat waktu?
Hana
Tidak
Peneliti
Mengapa?
Hana
Tidak tahu jadwal shalat dan jauh dari masjid atau mushalah.
Peneliti
Bagaimana pendapatmu tentang disiplin waktu shalat yang dilakukan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas?
Okky
Sangat baik, karena melatih kedisiplinan waktu
Peneliti
Apakah kamu merasa terpaksa mentaati peraturan yang ada di pesantren? Mengapa?
Okky
Tidak, karena justru mentaati tata tertib menjadi terarah
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Hana
Naik kendaraan angkot.
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
151
Hana
Perjalanan kurang lebih 45 menit
Peneliti
Kamu berangkat dari rumah ke pesantren naik apa?
Okky
Saya berangkatdari rumah ke pesantren jalan kaki
Peneliti
Berapa menit perjalanan dari rumah ke pesantren?
Okky
Perjalanan dari rumah kurang lebih 15 menit.
152
Lampiran 6. Profil Lembaga
Nama Pondok Pesantren
: Pondok Pesantren Pendidikan Islam Miftahussalam
Jenis Pondok Pesantren
: Modern
Alamat
: Jl. Raya Kejawar No. 72 Banyumas Desa Kejawar RT 03 RW I Kec. Banyumas Kab. Banyumas Provinsi Jawa Tengah
Telephon
: 0281 796004, 796121
E-mail
:
[email protected]
Website
: http://miftahussalam.web.id
Nomor Statistik Pondok
: 510033020055
Yayasan Penyelenggara
: Yayasan Miftahussalam Banyumas
Organisasi penyelenggara
: GUPPI Kab. Banyumas
Kurikulum
: Terpadu (Depag, Diknas dan Pondok)
Luas Tanah
: 14000 m
Tahun Pendirian
: 17 Januari 1976
153
Lampiran 7.
Struktur Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas Jawa Tengah YAYASAN MIFTAHUSSALAM
BANYUMAS
PIMPINAN PESANTREN
WAKIL PIMPINAN BAB IV
Sekretaris
BID. USAHA
BID ASRAMA
Bendahara
KEP. MTS
KEP MA
KEP P.DINIYAH
KOPERASI
154
Lampiran 8.
Struktur Pengurus MTs PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016
Kepala Madrasah
: Drs. Muksonudin, M.Pd
Waka Kurikulum
: Tanti Nurlaila, S.Pd
Waka Kesantrian
: Iftah Subhan Ramadhan
Waka Humas
: Kasbiyanto, S.Pd, M.Pd.I
Waka BK
: Aji Gunadi, BA
Waka Sarana
: Purwanto, S.Pd.I
Ka TU
: Sudarip, S.Pd.I
Staff TU
: Andar Bastian
155
Lampiran 9.
Struktur Pengurus MA PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016
Kepala Madrasah
: Drs.Nur Abdullah, M.Pd.I
Waka Kurikulum
: Amin Wahyudi, S.Pd
Waka Kesantrian
: Agus Priyanto
Waka Humas
: Agam Edi Iriandono, S.Pd
Waka BK
: Puryanto, S.Ag
Ka TU
: Parjono, A.Md
Staff TU
: Arif Rahman
156
Lampiran 10:
Wawancara dengan santri kalong kelas VIII E MTs PPPI Miftahussalam
Wawancara dengan santri kalong kelas VIII B MTs PPPI Miftahussalam
157
Wawancara dengan santri kalongkelas XIMA PPPI Miftahussalam
Wawancara dengan santri kalong MA kelas XI PPPI Miftahussalam
158
Foto saat pembelajaran di kelas VIII D
Foto saat pembelajaran di kelas VIII A
159
Lampiran 11.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama Tempat Tanggal Lahir NUPTK Alamat Rumah Alamat Kantor Nama Ayah Nama Ibu Nama Istri Nama Santri
: : : : : : : : :
Kastono Sidoharjo, 8 Maret 1973 6640751652200032 Jl Raya Kejawar N0.72 Banyumas Ds.Kejawar RT.03/01 Banyumas Jawa Tengah Jl Raya Kejawar N0.72 Banyumas Taruno Rejo Kasinah Erna Winarni 1. Tiara Nadia Salsabila 2. Luthfia Jihan Nabila 3. Mutia Keisya Abila
B. Riwayat Pendidikan 1. SD N 02 Sidoharjo Tahun Lulus 1985 2. SMP N 1 Pringsewu Tahun Lulus 1988 3. MA PPPI Miftahussalam Banyumas Tahun Lulus 1991 4. S-1 IKIP PGRI/PPB Wates Tahun Lulus 2007 5. S-2 UMY/PPI Tahun Lulus 2016 C. Riwayat Pekerjaan 1. Guru MTsNururohmah Kebumen Tahun 1996 – 1999 2. Guru MA Nururohmah Kebumen Tahun 2005 – 2007 3. Guru MTs PPPI Miftahussalam Tahun 2000 – Sekarang
Banyumas, 6 September 2016
KASTONO NIM. 20121010015
160
Lampiran 12.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata Tertib Santri Lampiran 2. Observasi Kedisiplinan Santri Kalong (nglaju) Lampiran 3. Transkrip Wawancara Lampiran 4. Kisi-kisi Wawancara Lampiran 5. Catatan Wawancara Lampiran 6. Profil lembaga Lampiran 7. Struktur Pondok Pesantren Miftahussalam Lampiran 8. Pengurus MTs PPPI Miftahussalam Lampiran 9. Struktur Pengurus MA PPPI Miftahussalam Lampiran 10. Foto/Gambar Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup