Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA Oleh Wati Karmila, M.Pd.I.1 ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa angka penyimpangan prilaku pelajar baik tingkat dasar maupun menengah,setiap tahun bertambah. Padahal tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi siswa sehingga memiliki karakter yang mulia. MI Al-Khoiriyah Garut sebagai sebuah sekolah Islam berupaya mencapai tujuan pendidikkan ini dengan menerapkan model pembelajaran terpadu. Hasilnya mulai nampak. Hal ini ditandai oleh prestasi siswa yang tidak mengecewakan dan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi. Dengan latar belakang tersebut di atas, peneliti berupaya mengungkap hal-hal berikut : 1) program dan kurikulumnya 2) Strategi dan metodenya 3) Faktor pendukungnya 4) Faktor penghambatnya dan 4) Hasil yang dicapai dalam keefektifan PAI dalam pembentukkan karakter Islami siswa di MI AlKhoiriyah Garut.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program dan kurikulum, strategi dan metode,faktor pendukung, faktor penghambat dan hasil dari Keefektifan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut. A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa, angka penyimpangan prilaku pelajar baik tingkat dasar maupun menengah,setiap tahun bertambah. Padahal tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi siswa sehingga memiliki karakter yang mulia.Anggapan telah gagalnya pembelajaran PAI mengantarkan siswa memiliki karakter Islami juga menerpa sekolah yang bercirikan Islam, seperti Sekolah Islam Terpadu. Padahal, dari namanya terlihat menonjolnya pendidikan Keislaman.Namun tidak demikian dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu (MI) AlKhoiriyah Garut. Dari berbagai prestasi siswa 1
seperti hafalan Al-Qur’an, praktik ibadah, kejuaraan-kejuaraan olah raga,olympiade Mipa dll, kemudian pernyataan orang tua tentang perkembangan positif akhlak anaknya, ditambah dengan kepercayaan masyarakat yang diberikan kepada MI (yang ditujukan dengan angka pendaftaran siswa baru yang meningkat setiap tahunnya), menunjukan bahwa pendidikan Agama Islam di MI Al-Khoiriyah Garut berhasil mencetak karakter Islami di dalam diri siswa-siswinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dirumuskan masalah dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa program dan kurikulum pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut? 2. Apa strategi dan metode Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut? 3. Apa faktor pendukung Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut? 4. Apa faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut? 5. Apa hasil kefektifan Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut? C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Program dan kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut. 2. Strategi dan metode Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI AL-Khoiriyah Garut.
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIDA Muhammadiyah Garut Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 1
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
3. Faktor pendukung Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut. 4. Faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut. 5. Hasil Keefektifan Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami siswa di MI Al-Khoiriyah Garut. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan , terutama untuk mengembangkan ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum, Pendidikan Agama Islam dan Pembentukkan Karakter Islami. b. Secara Praktis Secara praktis penelitian diharapkan : 1) Bagi sekolah, dalam hal ini MI AlKhoiriyah Garut , hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya PAI, juga dapat memberikan masukanmasukan yang aplikatif. 2) Bagi guru, terutama kordinator Diniyah Pendidikan Agama Islam MI Al-Khoiriyah Garut, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan guna mengembangkan Pendidikan Agama Islam dan pembentukkan karakter Islami ke arah yang lebih baik. 3) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbanganpertimbangan untuk melakukan penelitian serupa, agar dapat mengembangkan khazanah keilmuan pendidikan Agama Islam dan pembentukkan karakter Islami. D. Kerangka Pemikiran Akhlak merupakan keterikatan spiritual pada norma-norma yang ditetapkan dalam suatu masyarakat. Keterikatan pada norma religius akan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan akhlak seseorang.keefektifan pendidikan agama Islam melaluikurikulum diniyah sebagai bentuk pembinaan ini merupakan salah satu upaya
dalam membentuk karakter Islami sehingga menghasilkan akhlak yang baik dalam setiap pribadi siswa. Dan menurut Aan Hasanah program pendidikan karakter dalam Islam adalah bentuk-bentuk penanaman nila-nilai karakter melalui pembelajaran, pembiasaan, peneladanan, pemotivasian serta penegakan aturan. D. Konsep Keefektifan Pendidikan Istilah keefektifan berasal dari kata efektif.Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu, effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Jadi keefektifan pendidikan adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan pendidikan yaitu, berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta bertanggung jawab telah tercapai. E. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran (bidang studi) yang disampaikan pada satuan pendidikan (sekolah). Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al Qur’an dan al Hadist melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan anta umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dan menurut Aan Hasanah program pendidikan Agama Islam sebagai bentuk penanaman nilai-nilai karakter dapat melalui pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, pemotivasian serta penegakan aturan/disiplin. F. Karakter lslami 1. Pengertian Karakter Islami Istiilah karakter berasal dari bahasa latin "kharakter", "kharassein","kharax", dalam Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 2
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
bahasa Inggrs "character” dan Indonesia "karakter". Dalam Kamus Poerwadarminta sebagaimana dikutip Abdul Majid karakter diartikan sebagai tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan,kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai dan pemikiran". 2. Macam-Macam Karakter Islami Menurut para ulama akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak terpuji (al akhlak al mahmudah) dan akhlak tercela (alakhlak al mazmumah).Pembagian ini tidak terlepas dari nilai atas perbuatan manusia itu sendiri, apakah baik ataukah buruk. Adapun macam-macam karakter Islami/akhlak siswa, adalah : a. Akhlak Terpuji ( Alakhlak Al mahmudah) Akhlak mahmudah ialah segala tingkah laku.yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan fadhilah (kelebihan).Imam alGhazali menggunakan juga perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah yang dikemukakan oleh ahli-ahli akhlak dan tasawuf meliputi: Setia (al-amanah), pemaaf (al-afwu), benar (ash-shidiq), menepati janji (al-wafa), adil (al-adl), memelihara kesucian diri (al-ifafah), malu (alhaya), berani (asy - syaja' ah), kuat (al -quwwah), sabar (ash- shabru), kasih sayang (ar-rahrnah), murah hati (as-sakha'u), tolong menolong (atto'awun), damai (al-ishlah), persaudaraan (alikha), silaturahmi, hemat ( al -iqtishod), menghormati tamu (adl -dliyafah), rendah hati (at -tawadhu ), menundukkan diri kepada Allah (al-khusyu), berbuat baik (al-ihsan), berbudi tinggi (al-muru'ah), memelihara kebersihan badan (an-nadzafah), selalu cenderung kepada kebaikan (ash-sholihah), merasa cukup dengan apa yang ada (al-qana'ah), tenang (as-sakinah), lemah lembut (ar-rifqu) dan lain-lain sifat dan sikap yang baik ". b. Akhlak Tercela (Al akhlak Al mazmumah)
Sebagai kebalikan dari akhlak mahmudah ialah akhlak mazmumah yang berarti tingkah laku yang tercela atau akhlak yang jahat (qabihoh) yang menurut istilah al–Ghazali disebutnyamuhlikat artinya segala sesuatu yang membinasakan atau mencelakakan. Adapun yang termasuk akhlak mazmumah atau qabihah ialah setiap sifat dan sikap yang meliputi: Egoistis (ananiah), lacur (al-baghyu),kikir (al-bukhlu), dusta (al-buhtan), minum khamar (alkhamru), khianat (al-khianah), aniaya (adzdzulmu), pengecut (al-jubn), perbuatan dosa besar (al-fawahisy), amarah (alghadab), curang dan culas (al-ghosysyu), mengumpat (al-ghibah), adu domba (an-namimah), menipu daya (alghurur), sombong (al-istikbar), mengingkari nikmat (al-kufran), homo sexual (al-liwath), membunuh (qatlunnafsi), makan riba (ar-riba), ingin dipuji (ar-riya), ingin didengar. 3. Pembentukan Karakter Islami Sebagaimana telah diungkap sebelumnya bahwa karakter itu bisa dibentuk.. Lebih lanjut Abdul Majid dan Dian Andayanimencatat ada tiga faktor pembentuk karakter, ketiga faktor tersebut adalah : Apabila ini juga tidak dilawan, ia akan menjadi perbuatan. Dan jika perbuatan itu tidak anda temukan lawannya, maka ia akan menjadi kebiasaan dan setelah itu sulit bagi anda meninggalkannya”. Dari gambaran di atas dapat dilihat asal; muasal karakter.Tahapannya adalah lintasan pikiran, gagasan -------- syahwat-------- hasrat ------ perbuatan ------ kebiasaan. Kebiasaan berarti tindakan yang lahir tanpa proses berpikir dulu. Inilah yang disebut dengan karakter. Lebih lanjut Abdul Majid dan Dian Andayanimencatat ada tiga faktor pembentuk karakter, ketiga faktor tersebut adalah : 1. Pikiran Salah satu faktor pembentuk karakter adalah fikiran, karena pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 3
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
2. Kebiasaan Dalam berbagai literatur ditemukan bahwa kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter seseorang. 3. Gen Gen bukan satu-satunya faktor pembentuk karakter, melainkan salah satu di anataranya. Dari sini dipahami bahwa orang tua yang menurunkan gen memiliki andil besar dalam membentuk karakter anaknya. Orang tua di sini adalah yang mempunyai hubungan genetis yaitu orang tua kandung, atau orang tua dalam arti yang lebih luas, orang-orang dewasa yang berada di sekeliling anak dan memberikan peran yang berarti dalam kehidupan anak. G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini tergolong pada pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada kesimpulan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif Analitik. Metode Deskriptif Analitik merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian. 2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif yang dituangkan dalam bentuk kata-kata berupa lisan dan tulisan juga laporan dan uraian. Adapun jenis data yang terkumpul, dikelompokan ke dalam data yang berupa kata-
kata dan tindakan sebagai hasil wawancara, sumber data tertuIis dan foto. b. Sumber Data Sumber data dapat digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan surnber data sekunder. 1) Data Primer, Surnber data primer dari peneliitian ini adalah kata-kata dan tindakan, yaitu kata-kata dan tindakan orangorang yang diamati atau diwawancarai, di antaranya kepala sekolah, guru dan peserta didik MI Al Khoiriyah Garut. Data Sekunder Data sekunder meliputi : 1) Sumber tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi atas, majalah, surat kabar dan buku-buku, dokumen pribadi. dan dokumen resmi. 2) Foto Saat ini foto sudah lebih banyak dipakai dalam berbagai keperluan. 3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data a. Metode Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya : Observasi , Wawancara, Studi Dokumentasi b. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Teknik pengumpulan data dengan setting dapat diambil melalui setting alamiah, laboratorium, responden, diskusi, dan lainlain.Teknik pengumpulan data melalui sumber bisa dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. c. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Karena datanya kualitatif, maka pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: Reduksi Data, Display Data, Verifikasi Data,dan Kesimpulan
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 4
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
4. Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan langkahlangkah yang diajukan oleh Sugiyono. Ada empat langkah uji validitas atau uji kredibilitas data yaitu : Perpanjangan Pengamatan, Peningkatan Ketekunan, Menggunakan Bahan Referensi Member Check H.
Strategi dan Metode Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di MI AlKhoiriyah Garut Implementasi Program Diniyah di MI Al Khoiriyah Garut di kelas I A menggunakan dua strategi pembelajaran yaitu strategi pembelajaran langsung dan strategi belajar melalui pengalaman. Kedua strategi digunakan secara berbeda tergantung materi yang diajarkan. Adapun metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Sebagaimana disebutkan di dalam RPP, metode pembelajaran di kelas adalah ceramah tanya jawab dan demonstrasi. Dari ketiga metode tersebut sebenarnya yang disebut metode hanya dua yakni ceramah dan demosnhasi. Tanya jawab merupakan salah satu kegiatan dari kedua metode tersebut. I. Faktor Pendukung Keefektifan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukkan Karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut Diantara faktor yang mendukung proses keefektifan Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MIAlKhoiriyah Garut adalah sebagai berikut: 1. Siswa yang terseleksi. 2. Tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai. 3. Kondisi lingkungan yang kondusif . 4. Guru yang masih muda dan memiliki sifat pembelajar 5. Faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI AlKhoiriyah Garut adalah latar belakang pendidikan guru yang
berasal dari perguruan tinggi umum dengan jurusan umum bukan jurusan agama. J. Faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut Adalah latar belakang pendidikan guru yang berasal dari perguruan tinggi umum dengan jurusan umum bukan jurusan agama. K. Hasil Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam pembentukkan karakter Islami siswa di MI Al-Khoiryah Garut. Dilihat dari segi proses meliputi: a) pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam dokumen KTSP b) Pengintegrasian nilai-nilai ke setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri c) Pelaksanaan pengembangan diri dilakukan dengan berbagai metode terutama keteladanan dan pembiasaan. Dilihat dari segi hasil, nilai rata-rata PAI kls I adalah 87 dari KKM 75. Sedangkan rata-rata B. Arab kls I adalah 87 dari KKM 72 dan ratarata nilai UMMI kls I tilawah 80 dan tahfidznya 80 dari KKM nya 71. Artinya semua nilainya telah melampaui KKM yang ditentukan. L. Simpulan 1. Program Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami siswa di MI Al-Khoiriyah Garut di sebut sebagai Program Diniyah. Program ini berpedoman kepada Kurikulum MI AlKhoiriyah dan Kurikulum Diniyah. Kurikulum ini adalah Pengembangan dari KTSP. Ada tiga mata pelajaran tambahan yaitu Pembelajar Al-quran Metode UMMI, Bahasa Arab dan Praktik Ibadah. Pembelajaran Metode UMMI dilaksanakan setiap hari efektif Belajar selama 2 x 35 menit. Pembelajaran Bahasa Arab dilaksanakan 2 x 35 menit dalam satu pekan. Sementara itu, pembelajaran praktik ibadah diintegrasikan kepada mata pelajaran PAI reguler. 2. Strategi yang digunakan pada pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami siswa di MI Al-Koiriyah Garut setidaknya ada dua yakni pembelajaran langsung dan pebelajaran Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 5
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
3.
4.
5.
melalui pengalaman. Strategi pertama digunakan dalam pembelajaran konsep, sedangkan yang kedua biasa digunakan untuk pembelajaran praktik ibadah. Sementara itu, metode pembelajaran yang digunakan ada tiga yaitu : metode ceramah, tanya jawab dan demontrasi. Faktor pendukung Pendidikan Agama Islam dalam p;embentukan karakter Islami siswa di MI Al-Khoiriyah Garut ada empat yaitu : a. Siswa yang terseleksi b. Tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai c. Kondisi lingkungan yang kondusif d. Guru yang masih muda dan memiliki sifat pembelajar Faktor penghambat Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter Islami Siswa di MI Al-Khoiriyah Garut adalah latar belakang pendidikan guru yang berasal dari perguruan tinggi umum dengan jurusan umum bukan jurusan agama. Hasil Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam pembentukkan karakter Islami siswa di MI Al-Khoiryah Garut. Dilihat dari segi proses meliputi: a) pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam dokumen KTSP b) Pengintegrasian nilai-nilai ke setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri c) Pelaksanaan pengembangan diri dilakukan dengan berbagai metode terutama keteladanan dan pembiasaan. Dilihat dari segi hasil, nilai rata-rata PAI kls I adalah 87 dari KKM 75. Sedangkan rata-rata B. Arab kls I adalah 87 dari KKM 72 dan rata-rata nilai UMMI kls I tilawah 80 dan tahfidznya 80 dari KKM nya 71. Artinya semua nilainya telah melampaui KKM yang ditentukan. DAPTAR PUSTAKA
Abdussalam Aam, Pembelajaran Dalam AlQur’an Al-Karim, Disertasi, Abin Syamsudin, Psikologi pendidikan , Bandung:IKIP, 1980.
Ahmadi. A.H dan W. Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta, 1991. al-Nahlawi Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam , Bandung: Diponegoro,1989),87. al-Toumy al-Syaibani Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta:Bulan Bintang,1979. AR. Hendri Sitanggang, Kamus Psikologi , Bandung : Armico, I994. Arief Armai, Pengantar llmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, cet. Ke-2, 2002. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 14 ................................, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta.1993. Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, cet. ke-2, 2002. Badri Malik, Dari perenungan Menuju Kesadaraan (Solo : Era Intermedia, 2001. D Gunarsa Singgih, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 1992. Dariyo, Agus. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta : Grasindo Gramedia,Widia Sarana Indonesia,2003. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. E Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet- ke 8, 2011. ......................., Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. E Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta : Pradnya Paramita, 1994. Eka Subakti Ganjar, Implementasi Pendidikan Agama Islam di SD Islam Terpadu, Jurnal Tarbawi Vol. 1. No.1 Maret 2012 Fadhil Moh al-Djamil dalam Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008. .................................., lihat pula dalam Tarbiah alIhsan alJadid, Al Tunisiah : asy Syarikah, tt. Fathurrohman Pupuh dan M Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar melalui penanaman umum dan konsep Islami, Bandung: PT Refika Aditama, 2010. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 6
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM DAKWAH JAMAAH TABLIGH (Penelitian Jamaah Tabligh di Masjid AlMadinah Antapani Kota Bandung) Oleh Arip Syaprudin, M.Kom.I.2 ABSTRAK Jamaah Tabligh adalah sebuah gerakan Islam tradisional yang diawali dari sebuah kegiatan sederhana, yang resmi dibentuk tahun 1926, dengan kegiatan dakwah di Mewat, dekat Delhi di bawah kepemimpinan ulama sufi, Maulana Muhammad Ilyas (1885-1944). Misi Maulana Ilyas bertujuan untuk menyeru manusia kepada Islam dan dilakukan dengan cara yang sederhana. Caranya adalah mengorganisasi unit-unit Pendakwah yang sedikitnya terdiri atas sepuluh orang dan mengirim mereka ke berbagai kampung. Unit-unit yang dikenal dengan nama jamaah (kelompok) ini mengunjungi suatu tempat, mengundang kaum muslim setempat agar berkumpul di masjid atau tempat pertemuan lainnya, untuk menyampaikan pesan dakwah. Penelitian ini merupakan corak penelitian yang menggabungkan antara penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research). Adapun metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif, yaitu metoda penelitian ilmiah yang didasarkan pada alur berpikir induktif dalam mendekati kebenaran ilmiah. Berpikir induktif terkait dengan perkembangan generalisasi dari hasil observasi-observasi yang spesifik. Dengan kata lain, karakteristik penelitian yang dilakukan adalah deskriptif-analitik. Data dikumpulkan dari sumbersumber primer dan skunder dengan cara menelaah buku-buku dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, juga melakukan wawancara dan diskusi dengan para karkun (anggota Jamaah Tabligh) serta halaqah-halaqah yang diadakan oleh Jamaah Tabligh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prinsip-prinsip dakwah Jamaah Tabligh, khususnya berkaitan dengan teknik dakwah yang diterapkannya , antara lain: 1). Karakteristik komunikator dakwah (da’i) dalam menerapkan teknik komunikasi persuasif terhadap mad’u-nya. 2). Konstruksi Pesan 2
Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIDA Muuhammadiyah Garut
yang disampaikan, sehingga dapat bermakna persuasif (merubah) terhadap mad’u. 3). Mengetahui media persuasif yang tepat. 4). Dampak yang dihasilkan dari dakwah persuasif. A. Pendahuluan Dakwah merupakan bagian penting dalam menyebarluaskan nilai-nilai Islam di masyarakat. Tanpa melalui dakwah, kemajuan Islam akan mengalami kemunduran dalam berbagai aspek. Dakwah yang disampaikan oleh para da’i dapat berfungsi sebagai amar ma’ruf nahyi munkar dalam mengarahkan manusia untuk menata nilai-nilai moral, etika dan membimbing manusia kepada akidah, ibadah, ilmu pengetahuan dan seluruh aspek kehidupan. Sebagaimana dikatakan A. Hasmy, bahwa kewajiban untuk menyampaikan dakwah (amar ma’ruf nahyi munkar) adalah menjadi tugas jamaah, dengan memperhatikan bahwa urusan itu memerlukan kekuatan dalam pelaksanaannya yang kalau tidak dilaksanakan dengan baik akan menimbulkan kekacauan dan kerusakan di muka bumi, dan kalau dikerjakan dengan baik akan menghasilkan keselamatan umum.3 Dalam melakukan misi dakwah diperlukan berbagai pendekatan yang dapat mempermudah sampainya ajaran Islam kepada umat, baik pendekatan dakwah melalui aspek metodologis, pendekatan secara keorganisasian ataupun pendekatan lain seperti media komunikasi dakwah yang sesuai dengan tuntutan zaman. Pendekatan dakwah secara metodologis dapat dilakukan melalui berbagai teknik yang dapat membuat masyarakat (mad’u) menerima apa yang disampaikan oleh para juru dakwah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan oleh para da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya adalah dengan cara menggunakan penerapan teknologi komunikasi dan informasi yang lebih interaktif, yang dapat mengubah jati diri masyarakat (mad’u) menjadi lebih memahami ajaran Islam, sebagaimana dikatakan Asep Saeful Muhtadi, bahwa secara sosiologis, penerapan teknologi komunikasi 3A.Hasjmy,
Dustur Dakwah Menurut Al Quran, Bulan Bintang, Jakarta: 1974 hal 264. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 7
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
dan informasi dalam kehidupan telah mengubah ragam interaksi masyarakat. Masyarakat dakwah kini bukan saja mereka yang berada di depan mata, melainkan juga mereka yang secara bersama-sama ada di ruang abstrak yang disebut dunia maya.4 Pendekatan komunikasi dakwah yang juga dipandang sebagai metoda yang cukup efektif dalam menyebarkan ajaran Islam pada saat ini selain menggunakan media teknologi adalah dipengaruhi pula oleh pendekatan dari aspek komunikator (da’i)-nya itu sendiri. Mereka dituntut untuk menyampaikan pesanpesan dakwah dengan menggunakan metoda komunikasi dakwah yang terbaik yang diterima oleh para komunikan (mad’u-nya, atau lebih dikenal dengan komunikasi persuasif, karena sebagian besar masyarakat saat ini telah memiliki wawasan yang luas dan telah memahami bagaimana pesan dakwah yang menarik melalui berbagai media, sehingga masyarakat dapat mengkomparasi (membandingkan) diantara da’i-da’i yang dapat diterima dihati para mustaminya. Sebagaimana dikatakan Bambang S. Ma’arif bahwa dakwah Islam hendaknya dilakukan secara persuasif. Dakwah Islam tidak bersifat memaksa, merusak dan anarkis (QS.2:256 dan QS.5:59) karena jamaah akan menjauh dari dakwah (QS.3:159). Oleh karena itu da’i perlu menangkap aspirasi, jati diri, dan motivasi mad’u-nya sehingga bisa mendapatkan titik temu yang pas. Seorang da’i tidak bisa memaksakan ide-idenya agar diikuti oleh masyarakat, karena mereka juga mempunyai keinginan dan pilihan sendiri. Yang perlu adalah menyampaikan dengan bahasa yang menyentuh dan fakta-fakta yang kuat (bashirah); dengan bahasa kaumnya (billisani qawmih; QS.14:4). Bukan semata-mata menggunakan bahasa daerah, melainkan juga dengan idiomidiom kulturalnya.5 Pada saat ini umat Islam di Indonesia, terbagi menjadi beberapa kelompok organisasi, baik organisasi besar maupun kecil, di A.Saiful Muhtadi,Komunikasi Dakwah,Teori, Pendekatan Aplikasi, Rosdakarya, Bandung:2012: 60 5Bambang S. Ma’arif, Komuikasi Dakwah, Paradigma Untuk Aksi, Rosdakarya, Bandung: 2010 : 62. 4
antaranya organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, ada pula kelompok kecil seperti Al-Irsyad, AlWashliyah, LDII, dan Jamaah Tabligh, sebagaimana dikemukakan: Setiap agama pasti memiliki doktrin yang mengharuskan umatnya untuk mendakwahkan, menjunjung tinggi, mengembangkan, mensosialisasikan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses itu dapat berjalan dengan baik melalui organisasi. Organisasi keagamaan, dengan demikian merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi agama itu sendiri. Organisasi keagamaan ini memiliki bentuk, dari yang sederhana sampai yang kompleks: dari yang hanya berupa jamaah shalat, perkumpulan pengajian, organisasi massa keagamaan, sampai dalam bentuk yang kompleks seperti negara.4 Setiap anggota organisasi keagamaan tersebut secara umum tidak memiliki perbedaan yang mencolok dalam penyampaian pesan dakwah, kecuali pada kelompok Jamaah Tabligh terdapat perbedaan yang khas, seperti dalam teknik penyampaian dakwah. Kelompok Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwah kepada masyarakat menggunakan pendekatan silaturahmi dan menerapkan ajaran Ikramul Muslimin (memuliakan umat Muslim) dengan bersikap ramah dan akrab. Sikap ini terlihat dalam kebiasaan mereka yang selalu menyapa dan menyalami orang lain khususnya dengan sesama Muslim. Mereka biasanya berjabat tangan dengan erat, terhadap sesama kaum pria. Berbeda dengan tata cara bersalaman yang dilakukan terhadap kaum wanita, mereka menghindari adanya persentuhan tangan. Dalam hal lain, Jamaah Tabligh memiliki metode dakwah yang khas yakni menggunakan metode yang dinamakan “khuruj”, yakni suatu metode dakwah yang dilakukan dengan cara keluar secara berkelompok yang bertujuan untuk berdakwah menuju suatu lokasi masjid yang telah ditentukan, mereka menginap di masjid tersebut selama tiga hari atau lebih. Selama berada di lokasi/masjid tersebut mereka melakukan amalan-amalan seperti 4Suprayogo
Sosial, hal42.
dan Tobroni, Metodologi Penelitian Remaja Rosda Karya Bandung: 2001
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 8
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
shalat lima waktu dengan berjamaah, shalat sunnah, berdzikir, membaca Al-Quran, berdiskusi, bermusyawarah, beritikaf, menyampaikan “taushiyah”, bahkan merencanakan kegiatan amalan-amalan yang bermanfaat lainnya. Metode dakwah Jamaah Tabligh yang paling diutamakan adalah melakukan silaturahmi keapda masyarakat di sekitar masjid dengan mendatangi rumahrumah warga dan mengajak masyarakat untuk melaksanakan amal ibadah, khususnya shalat lima waktu secara berjamaah di masjid. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat dakwah dan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, dengan membaca Al Quran dan hadits-hadits yang bersumber dari buku-buku yang dijadikan sumber rujukan oleh meraka. Keberadaan Jamaah Tabligh di tengah masyarakat memiliki peran yang penting khususnya dalam kehidupan sosial keagamaan di Indonesia, dan jika dipandang dari perspektif komunikasi, keberadaan Jamaah Tabligh merupakan fenomena komunikasi yang cenderung mengarah kepada komunikasi yang bersifat persuasif. Karakteristik yang khas pada mereka sedikitnya berpengaruh pada pola komunikasi antara mereka dengan umat Islam pada umumnya, setidaknya keberadaan mereka mengundang simpati, walaupun seringkali muncul pandangan yang negatif terutama bagi mereka yang belum mengetahui tentang keberadaan dan metoda dakwah Jamaah Tabligh tersebut. Kelompok Jamaah Tabligh bukan hanya berasal dari warga negara Indonesia saja, tetapi ada juga yang berasal dari warga negara asing seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan juga negara-negara lainnya. Namun keberadaan kelompok Jamaah Tabligh merupakan fenomena yang berbeda dalam teknik penyampaian dakwahnya di Indonesia. Aspek yang sangat menonjol pada fenomena tersebut adalah dalam penyampaian dakwah mereka yang berbeda dengan metoda dakwah kelompok lain pada umumnya, yang di dalam perspektif komunikasi dipandang sangat menarik dan sangat meyakinkan terhadap sikap mad’u dan dakwah dengan cara yang meraka sapaikan tersebut tergolong ke dalam komunikasi persuasif. Metode dakwah Jamaah
Tabligh berorientasi pada amalan nyata yaitu mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat fardu secara berjamaah dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat. Teknik berdakwah seperti ini tidak dilakukan oleh kelompok atau organisasi Islam lain, sehingga fenomena ini menarik perhatian masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang baru menerima ajakan dakwah seperti yang dilakukan mereka. Oleh karena itu teknik dakwah pada kelompok Jamaah Tabligh menjadi sesuatu fenomena yang menarik bagi penulis untuk meneliti kelompok tersebut. Jamaah Tabligh merupakan salah satu komunitas dakwah yang misi dakwahnya bersifat non partisan, gerakan dakwahnya bersifat terbuka dan pemahaman ibadahnya tidak berorientasi kepada satu madzhab tertentu. Namun demikian, dalam menerapkan prinsip-prinsip dakwahnya mereka memiliki karakteristik tersendiri, mereka lebih menerapkan konsep dakwah yang tradisional dan sederhana, mereka berdakwah dengan mengajak orang lain untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ajaranajarannya yang mudah dipahami dan realistis membuat warga yang berada di sekitarnya merasa simpati dengan ajakan dakwahnya. Salah satu metoda dakwah Jama’ah Tabligh yang dipandang berbeda dari cara dakwah pada umumnya adalah dengan menerapkan teknik komunikasi yang bersifat persuasif, antara lain melakukan komunikasi dengan cara bersilaturahmi atau mendatangi rumah-rumah warga di sekeliling masjid dengan cara yang ramah dan sopan. B. JAMAAH TABLIGH Jamaah Tabligh adalah gerakan transnasional dakwah Islam yang anggotanya terdiri dari kelompok penyampai dakwah.Kelompok ini bergerak mulai dari masyarakat kalangan bawah, kemudian menyebar ke seluruh masyarakat Muslim di beberapa negara di dunia tanpa memandang tingkatan status sosial dan ekonomi dalam melakukan komunikasi dakwahnya.Kelompok ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 9
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.6 Jamaah Tabligh adalah satu gerakan dakwah Islam yang keorganisasiannya bersifat informal. Berawal dari sebuah gerakan dakwah yang sederhana, yang berdiri pada tahun 1926, dengan kegiatan dakwah di daerah Mewat, dekat Delhi India yang dipimpin oleh seorang ulama bernama Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma’il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi (1885-1944), dan Jamaah Tabligh kini telah mempunyai banyak pengikut di beberapa Negara di Dunia. Jamaah Tabligh hadir sebagai suatu gerakan umat dalam membangkitkan kembali keimanan dan menguatkan identitas kultur yang religious bagi masyarakat Muslim di India dan sebagai kelanjutan dari kecenderungan kebangkitan kembali Islam yang lebih luas di India Utara pada masa bangkitnya reruntuhan kekuatan politik Muslim dan konsolidasi kekuasaan Inggris di India pada pertengahan abad kesembilan belas. Dalam wilayah keagamaan yang tegas, satu manifestasi dari kecenderungan ini adalah tumbuh cepatnya madrasah-madrasah (institusi pendidikan tradisional) di India Utara, yang berusaha keras menegaskan kembali otoritas ortodoksi Islam dan mempertautkan kembali massa muslim dengan institusi-institusi Islam. Kemunculan Jamaah Tabligh juga merupakan reaksi terhadap gerakan-gerakan pengalih agama Hindu yang sangat agresif, seperti Gerakan Shuddhi (penyucian) dan Sangathan, yang telah melakukan gerakan besarbesaran pada awal abad kedua puluh guna “memulihkan” orang-orang Hindu yang telah beralih-agama ke dalam Islam pada masa lalu. Sasaraan khusus dari gerakan kebangkitan ini adalah apa yang disebut oleh kaum muslim “tapal batas” yang masih mempertahankan kebanyakan praktik keagamaan dan kebiasaan sosial nenek moyang Hindu mereka. Maulana Ilyas, sebagai pendiri jamaah Tabligh, yakin bahwa dengan gerakan dakwah keagamaan akar-rumputlah yang dapat menghadang upaya-upaya gerakan Shuddhi dan Sangatan, 6http://id.wikipedia.org/wiki/Jamaah_Tabligh.
memurnikan kaum muslim “tapal batas” dari tambahan-tambahan kehidupan mereka, dan mendidik mereka tentang keimanan dan praktik ritual agar dapat menyelamatkan mereka dari sasaran kaum pengalih-agama Hindu. Ketika Maulana Ilyas mengawali gerakan keagamaannya di Mewat, kebanyakan orang Meo adalah Muslim dalam namanya saja.Mereka mempertahankan banyak praktik sosial-religius Hindu; banyak yang tetap mempertahankan nama-lama Hindu mereka dan bahkan banyak yang menyembah dewadewa Hindu di rumah-rumah mereka dan merayakan perayaan-perayaan keagamaan Hindu.Bakan kebanyakan tidak dapat membaca dan mengucapkan dengan benar kalimah syahadat (pengakuan iman kaum Muslim), atau mengucapkan doa-doa ritual harian mereka.Sangat sedikit kampung di Mewat yang memiliki masjid atau madrasah.Acara ritual untuk kelahiran, perkawinan, dan kematian mereka semua didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan Hindu. Maulana Ilyas bin Muhammad Isma’il, adalah seorang ulama pengikut tarekat Naqsyabandiyah, memulai gerakan dakwah ini dengan mengamati kondisi umat Muslim di daerah Mewat yang saat itu perkembangannya kurang menggembirakan, dan bersama muridmuridnya melakukan perjalanan ke-misian-nya di sana. Langkah awal menuju Islamisasi kaum Muslim Mewat pada dasarnya adalah membentuk jaringan sekolah-sekolah agama berbasis-masjid guna mendidik kaum Muslim setempat di bidang keimanan dan ajaran Islam yang benar. Kendati dia mampu mendirikan lebih dari seratus sekolah agama dalam waktu singkat di wilayah Mewat, namun dia menjadi kecewa dengan pendekatan ini begitu menyadari bahwa institusi-institusi ini hanya menghasilkan “fungsionaris agama”, bukan menghasilkan praktisi dakwah yang siap terjun langsung dari pintu ke pintu dan mengingatkan mereka atas amalan-amalan dan kewajibankewajiban dalam praktek keagamaan mereka. Menyadari tidak efektifnya pendekatan madrasah sebagai basis bagi upaya membangkitkan kembali kesadaran agama dan mendidik kaum Muslim awam tentang agama
Dikutip: di Bandung, Tanggal 1 April 2015. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 10
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
mereka, Maulana Ilyas pun memutuskan untuk meninggalkan kedudukan mengajarnya di Madrasah Mazaharul ‘Ulum di Saharapur dan pindah ke Basti Nizamuddin di alun-alun lama Kota Delhi guna memulai kerja ke-misi-annya dengan cara melakukan dakwah atau khutbah keliling. Gerakan Tabligh ini dimulai secara resmi pada 1926 dari tempat ini, yang kemudian menjadi pusat internasional gerakan ini. Gerakan dakwah baru ini mengalami kemajuan yang luar biasa dalam waktu relatif singkat. Ribuan muslim bergabung dengan Maulana Ilyas untuk menyebarkan pesan Islam di seluruh Mewat. Ratusan mesjid baru dibangun dan beberapa madrasah barupun didirikan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.Orang mulai menaati ritual-ritual wajib seperti mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji. Perubahan yang paling terlihat nyata adalah dalam cara berpakaian dan dalam kebiasaan-kebiasaan yang terkait dengan kelahiran, pernikahan, dan upacara pemakaman. Banyak kelihatan kembali tandatanda kebangkitan Islam di setiap tempat di daerah tersebut. Setelah Maulana Ilyas wafat, anaknya, Maulana Yusuf (1917-1965) terpilih sebagai penggantinya oleh tetua-tetua Jamaah Tabligh.Maulana Yusuf adalah seorang yang ahli dalam berorganisasi dan pekerja ulet.Dia menghabiskan sebagian besar masa dewasanya dengan melakukan perjalanan bersama kelompok-kelompok pengkhutbah di seluruh anak benua India-Pakistan.Dia memperluas operasi gerakan melintasi provinsi-provinsi utara dan menggalang ribuan kelompok untuk melakukan perjalanan ke seluruh India.Selama masa jabatannya pula aktivitas Jamaah Tabligh menyebar ke negeri-negeri Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, Eropa dan Amerika Utara.Sejak Maulana Yusuf wafat pada 1965, maulana In’amul Hasan memimpin Jamaah dan memperluas operasi internasionalnya secara besar-besaran.Dewasa ini Jamaah Tabligh telah menjadi gerakan Islam yang benar-benar mendunia. Pengaruhnya telah tumbuh secara signifikan selama dua dekade terakhir, khususnya di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, juga di Afrika dan di antara komunitas-komunitas Muslim di Barat; namun ia belum mampu menarik suatu jumlah pengikut yang signifikan di antara kaum Muslim berbahasa Arab. Mayoritas pengikutnya di Timur Tengah adalah pekerjapekerja imigran asal Asia Selatan. Jamaah Tabligh menggunakan hadits sebagai dalil bagi amalan-amalan mereka tanpa memandang kedudukan hadits tersebut dari sisi kekuatan dan kesahihan sanad dan rawinya. Tidak mempermasalahkan apakah benar-benar perkataan Nabi atau perkataan sahabat, atau bahkan hanya pendapat para ulama, mereka menggunakan metode taqlid sehingga mereka percaya dan mengikuti apa-apa yang disampaikan dan diajarkan oleh para syaikh Jamaah Tabligh. Hal ini didasari oleh keikutsertaan mereka pada satau ajaran tariqat yang bercirikan ketaatan dan kepercayaan sepenuhnya kepada sang guru.7 1.
Asas dan Landasan Dakwah Jamaah Tabligh Dalam konteks komunikasi persuasif terdapat unsur-unsur mengajak, membujuk, mempengaruhi dan meyakinkan audiens (pendengar), jika dilihat dari perspektif Islam, hal tersebut merupakan bagian dari proses dakwah Islam. Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi persuasif menjadi dasar kegiatan dakwah, karena dakwah secara etimologis juga berarti mengajak atau menyeru. Dakwah merupakan bagian dari tugas setiap muslim, untuk mengajak menuju jalan Allah swt. yang terdapat dalam surat An-Nahl [16] ayat 125, sebagai dakwah billisan atau dakwah yang lebih dikenal dengan tabligh. Penjelasan Al-Quran yang diturunkan melalui istinbath (berpikir deduktif) menjadi teori utama ilmu dakwah, khususnya dalam dakwah Jamaah Tabligh. Berdsarkan keyakinan yang dianutnya, secara umum asas dan landasan dakwah Jamaah Tabligh adalah mendasarkan kepada prinsip dakwah yang ada dalam Al Quran surat An Nahl [16] ayat 125, yang menjelaskan 7http://id.wikipedia.org/wiki/Jamaah_Tabligh.
Dikutip: di Bandung, Tanggal 5Mei 2015. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 11
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
bahwa landasan dasar dalam dakwah yang dipandang sesuai dengan kondisi kejiwaan umat Islam di Indonesia adalah dengan menggunakan cara ‘hikmah’ (bijaksana/lemah lembut), mau’idhatil hasanah (nasehat yang santun), dan berdialog dengan cara yang sebaik-baiknya (ahsan). Dengan cara seperti itu dakwah Jamaah Tabligh berkeyakinan dapat menghidupkan kembali amalan-amalan (sunnah) Rasulullah SAW, yang saat ini kehidupan sebahagian umat Islam dianggap telah jauh dari nilai-nilai dan budaya-budaya Islam yang sesuai sunnah tersebut.8 Secara teknis Jamaah Tabligh memegang teguh asas dan landasan dakwah yang disebut dengan ‘al-ushulussittah’ yang artinya: enam landasan pokok, atau ‘ashshifatussittah’ artinya: sifat yang enam, sebagai berikut: a. Merealisasikan “La ilaha IllallahMuhammad Rasulullah”. b. Jamaah Tabligh memaknai kalimah tayibah Laa Ilaa ha Illallah dengan: “mengeluarkan keyakinan bahwa, menghilangkan segala sesuatu yang ada dalam hati selain Allah dan memasukkan keyakinan yang benar tentang dzat Allah, bahwasanya Dialah Sang Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Maha Mendatangkan Madharat dan Manfaat, Maha Memuliakan dan Menghinakan, Menghidupkan dan Mematikan”. c. Shalat dengan penuh kekhusyukan dan mengikhlaskan hati. d. Jamaah Tabligh mengutamakan pelaksanaan shalat berjamaah walau dalam keadaan sibuk, demikian juga kekhusyu’annya.Dalam shalat selalu memperhatikan shaf pertama, dan berbuat amalan sunnat. e. Keilmuan yang ditopang dengan dzikir f. Jamaah Tabligh membagi ilmu menjadi dua bagian, yakni ilmu masail dan ilmu fadhail.Ilmu masail, adalah ilmu yang dipelajari di negeri masingmasing.Sedangkan ilmu fadhail adalah ilmu yang dipelajari pada ritus khuruj dan 8Yahya
Bin Ahmad, Mengenal lebih dekat Jamaah Tabligh. Pustaka AlQabail Bandung: 2012
pada majlis-majlis tabligh.Jadi, yang dimaksud dengan ilmu menurut jamaah Tabligh adalah sebagian dari fadhail amal (amalan-amalan utama) serta dasar-dasar pedoman Jamaah (secara umum), seperti sifat yang enam dan yang sejenisnya, dan hampir-hampir tidak ada lagi selain itu. g. Menghormati Setiap Muslim h. Jamaah Tabligh tidak mempunyai batasanbatasan tertentu dalam merealisasikan sifat keempat ini, khususnya dalam masalah alwala (kecintaan) dan al-bara (kebencian).Jamaah Tabligh tidak membeda-beda terhadap jamaah yang datang dari brbagai aliran madhab dan golongan, mereka menghormati sebagai satu saudara Muslim. i. Memperbaiki Niat j. Memperbaiki niat termasuk pokok agama dan keikhlasan adalah porosnya. Jamaah Tabligh adalah orang-orang yang berusaha mengamalkan ilmu-ilmu agama, sesuai dengan ilmu dan keyakinan yang dianutnya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, karena itu banyak dari anggota jamaah Tabligh yang merealisasikan sifat kelima ini dengan maksud untuk meningkatkan amal ibadahnya dengan amalan-amalan dzikir dan silaturahmi dari masjid ke masjid. k. Dakwah dan Khuruj di Jalan Allah swt. l. Jamaah Tabligh merealisasikan amalan ini dengan menempuh cara keluar untuk berdakwah. Selama tiga hari, hingga empat bulan untuk seumur hidup, dengan prinsip, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu. Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain. Hadir pada dua majelis ta’lim setiap hari, majelis ta’lim pertama diadakan di masjidsedangkan yang kedua diadakan di rumah. Meluangkan waktu 2,5 jam setiap hari untuk menjenguk orang sakit, mengunjungi para sesepuh dan bersilaturahmi, membaca satu juz Al Qur’an setiap hari, memelihara dzikirdzikir pagi dan sore, membantu para Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 12
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
jamaah yang khuruj, serta i’tikaf pada setiap malam Jum’at di markas.9 2. Struktur Jamaah Tabligh Struktur keorganisasian yang formal dan mengikat tidak dikenal dalam gerakan Jama’ah Tabligh, susunan keorganisasiannya hanya didasarkan pada garis hirarki atau garis kerja jama’ah yang terdiri dari: a. Hadraji, adalah orang-orang dari anggota jamaah Tabligh yang dihormati. b. Majelis Syuro dan Zumidar, adalah majelis musyawarah dan penanggungjawab yang ada di setiap negara, provinsi, dan kotamadya atau kabupaten. c. Karkun, adalah anggota (jamaah), ahli dakwah pada beberapa mahalla yang senantiasa menghidupkan amal maqomi. d. Musyawarah rutin dilakukan oleh setiap halaqah untuk menata kerja dalam berbagai program dakwah. Keterkaitan antara halaqah sampai tingkat hadraji dihubungkan oleh musyawarah mufakat yang dijalankan oleh para karkun (angota Jamaah Tabligh).10 3.
Metode Dakwah Jamaah Tabligh Metode gerakan dakwah yang digunakan oleh Maulana Ilyas bin Muhammad Isma’il dalam mengembangkan misi Jamaah Tabligh dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yakni dengan cara mengorganisasi kelompok pendakwah yang terdiri atas halaqah-halaqah kecil yang berjumlah sekitar sepuluh orang dan mengirim mereka ke berbagai tempat. Tujuan pertama mereka adalah mengundang kaum muslim setempat berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah dan mengikuti ta’lim setelah shalat fardlu, lalu menyampaikan pesan-pesan mereka yang berisi nasehat-nasehat keagamaan. Metode lain dari gerakan Jamaah Tabligh adalah berdakwah dari pintu ke pintu dengan mengundang orang untuk bergabung dengan kelompoknya, dan setalah mereka berhasil mengajak kaum muslim bergabung menjadi anggota Jamaah Tabligh, mereka mengajak 9Syekh
Hamud At Tuwaijiri, Jama’atut Tabligh MafahimAt tushah, Al Haura, 2008 : Hal 9. 10Husein Bin Muhamad Ali Jabir,Terj.Menuju Jama’atul Muslimin, Robani Press Jkt1987:33.
untuk kemudian bersama-sama menyebarkan ajara-ajaran Islam sesuai dengan misi yang diembannya. Salah satu program dakwah mereka adalah meminta kaum muslim meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan kota kelahiran mereka untuk sementara waktu dan bergabung dengan sebuah sistem pengajaran, peribadatan, dan perkhutbahan komunal, serta amalan-amalan komunal lainnya, amalanamalan tersebut terbukti sangat efektif dalam membangun sebuah komunitas dakwah yang terstruktur dengan hubungan personal yang erat dan dukungan psikologis yang saling menguatkan. Karena pesan dasar Jamaah Tabligh cukup sederhana untuk diterapkan kepada siapa saja yang ingin menjadi anggota jamaahnya, dan gerakan ini cocok untuk kaum muslim kebanyakan atau bagi siapa saja termasuk bagi mereka yang sama sekali tidak memiliki pendidikan Islam. Pengandalan Jamaah Tabligh adalah ditujukan kepada umumnya anggota jamaah, bukan kepada para ulama tertentu yang sehari-hari berkhutbah. Sasaran seperti itu terbukti sangat membantu gerakan dakwah ini untuk menarik massa Muslim yang ada di berbagai level masyarakat di dunia. Metode dakwah mereka berpijak kepada penyampaian ajaran-ajaran Islam dalam bentuk targhib; yakni memberi motivasi kabar gembira dengan mengutip ayat-ayat Al Quran dan hadits yang menggambarkan keutamaankeutamaan amal ibadah dan janji Allah swt.yaitu surga bagi orang yang mematuhi aturan dan perintah-Nya. Metode lain adalah tarhib; yakni menyampaikan pesan-pesan Allah dan Rasul-Nya berupa ancaman masuk neraka bagi orang yang melanggar aturan dan perintah-Nya. Dengan metode tersebut mereka telah berhasil menarik banyak orang dan mengubah kehidupan mereka dari kehidupan yang jauh dari ajaran Allah swt.menjadi penuh dengan ibadah, dzikir dan membaca Al-Quran. Usaha dakwah Jamaah Tabligh dipandang telah mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW berupa kumpulan dari beberapa metode dakwah dalam mengajak umat agar taat kepada Allah, yaitu dengan cara: (1) dakwah umumi; yaitu dakwah yang dilakukan kepada masyarakat umum yang Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 13
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
terdiri dari berbagai status sosial, profesi, dan berbagai usia. (2) dakwah ijtima’i; dakwah kepada masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal, (3) dakwah khusushi; dakwah kepada kelompok atau orang-orang tertentu seperti keluarga, saudara, dan teman. (4) dakwah ifradi; dakwah antarpribadi. Dakwah tersebut dilakukan dengan cara memberi penjelasan mengenai pentingnya amalan ibadah kepada Allah swt., mengingatkan kebesaran Allah swt. dan meyakinkan akan datangnya alam akhirat, mengingatkan pentingnya keimanan kepada Allah, tidak ada yang wajib disembah kecuali Allah, karena Dia yang memiliki keagungan dan kekuasaan atas segala makhluknya. Metode dakwah Jamaah Tabligh menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. yaitu dengan memberi contoh kepada orang lain dalam bentuk tindakan. Seorang da’i Jamaah Tabligh tidak sekedar menyampaikan peasn-pesan dan nasihat-nasihat masalah agama dengan cara yang bijak (mauidzhah hasanah), tetapi harus memberi contoh perilaku yang baik (uswatun hasanah) kepada orang lain. Jika seorang da’i menyampaikan keutamaan dan pentingnya shalat berjamaah di Masjid, maka ia juga harus selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Salah satu metode yang dilakukan dalam dakwah Jamaah Tabligh adalah metode “khuruj” yakni berdakwah dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu (biasanya masjid-masjid) dalam beberapa waktu. Metode ini diakui oleh Jamaah Tabligh sebagai cara yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu menjadikan masjid sebagai basis segala kegiatan umat Muslim; untuk melaksanakan kegiatan ibadah, menyusun manajemen dakwah; merencanakan, mengatur, melakukan pengawasan, dan evaluasi dakwah. Masjid menjadi pusat pembinaan umat secara terpadu, kalau selama ini banyak masjid yang bangunannya megah tapi minim aktivitas, maka Jamaah Tabligh melakukan optimalisasi fungsi masjid sebagai sarana ibadah dan pembinaan umat. Metode seperti ini tidak banyak dilakukan oleh gerakan-gerakan lain, hal ini menjadikan Jamaah Tabligh sebagai gerakan yang berkarakter di tengah banyaknya gerakan-
gerakan lain yang memiliki wilayah garapan yang bervariasi seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam dan sebagainya. Kendala dan tantangan dakwah bisa datang dari pihak keluarga, bagi orang yang belum menikah seringkali datang dari orang tua dan saudara, terkecuali jika keluarga adalah anggota Jamaah Tabligh. Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga tantangan datang dari pihak mertua atau istri. Kendala-kendala tersebut merupakan konsekuensi dari sebuah perjuangan dakwah di jalan Allah, seorang anggota harus mampu memberikan penjelasan kepada keluarga dengan argumentasi memuaskan. Selanjutnya permasalahan tersebut dapat disampaikan oleh jamaah kepada majelis musyawarah di tingkat mahalah (kumpulan jamaah tingkat satu atau dua masjid) atau pada saat melaksanakan kegiatan khuruj agar mendapat masukan dan nasihatnasihat yang dapat memperkuat dan mempertebal keyakinan. Seorang pendakwah Jamaah Tabligh dituntut memiliki sifat-sifat mulia untuk mencapai keberhasilan dakwah, ciri-cirinya antara lain bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukan tanpa melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain, konsisten, teguh pendirian dalam mengamalkan ibadah dan melaksanakan misi dakwah, menggunakan metode dakwah dengan pendekatan-pendekatan yang bijaksana, dan selalu memiliki semangat rela berkorban untuk kepentingan dakwah menuju jalan Allah. Ia juga harus dapat mengatur tenaga yang dimiliki agar tidak kehabisan tenaga sebelum sampai ke tempat tujuan, tidak terburu-buru dalam melakukan kerja dakwah. Kegiatan dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh harus dimulai dari niat ikhlas untuk mencari keridhaan Allah semata, segala amal perbuatan manusia tergantung kepada titik awal seseorang memulainya sehingga dalam melaksanakan dakwah tidak boleh salah menentukan niat. Ia juga harus selalu optimis bahwa pertolongan Allah akan selalu menyertai segala aktivitasnya, tidak ada kata putus asa dalam dalam menjalankan misi dakwah. Orientasi kegiatan dakwah tidak pada hasil Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 14
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
akhir tetapi pada proses, seorang pelaku dakwah hanya melaksanakan tugas, menyampaikan misi dan melanjutkan perjuangan para Nabi, manusia tidak memiliki kemampuan memberi hidayah kepada orang lain kecuali atas izin dan kehendak Allah swt. Jamaah Tabligh memandang hidup di dunia dengan pandangan yang sederhana, kehidupan di dunia merupakan tempat ujian yang harus dilalui menuju kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia hanya sebentar dan sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi yang tidak ada batas akhirnya. Kehidupan di dunia diibaratkan seperti fatamorgana yang bersifat semu dan tidak hakiki, kebahagiaan di dunia hanya sementara, penderitaan di dunia pun hanya bersifat sementara. Walaupun kehidupan dunia barlangsung berjuta-juta tahun, tetapi satu saat pasti akan ada akhirnya. Dunia adalah tempat beramal dan harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti, hidup di dunia bukan untuk bersenang-senang. Manusia tidak boleh terlena oleh kehidupan dunia saja dan tidak boleh tertipu oleh segala kesenangan dan kenikmatan yang hanya fatamorgana, dunia di mata Allah sangatlah kecil tidak lebih dari sayap nyamuk. Kesuksesan dan berbagai prestasi selama hidup di dunia tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengai dengan amal shaleh. Sementara ini orang menganggap kesuksesan di dunia diukur dengan banyaknya harta benda yang dikumpulkan, tingginya pangkat dan jabatan di pekerjaan, tingginya gelar yang diperoleh di bidang pendidikan, semua itu keliru karena kesuksesan pada hakekatnya adalah kesuksesan di akhirat yaitu selamat dari siksa Allah dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Pandangan hidup tersebut pada umumnya diyakini oleh para “karkun” (anggota Jamaah Tabligh), Kholil yang pernah menjadi pengurus suatu pesantren di Bandung dan telah lama menjadi anggota Jamaah Tabligh mengungkapkan apa yang dia rasakan setelah lama mengikuti gerakan Jamaah Tabligh.
C. MOTIFASI MENJADI JAMAAH TABLIGH
ANGOTA
Gerakan Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang terbuka tanpa memandang dari mana asal organisasi keagamaan para anggotanya. Di antara anggota Jamaah Tabligh banyak yang merupakan anggota aktif di salah satu organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), persatuan Islam, Muhammadiyah, dan organisasi Islam lainnya. Namun demikian kegiatan dakwah dalam kelompok Jamaah Tabligh tidak mengganggu keanggotaan pada organisasi yang telah diikutinya, karena menjadi anggota kelompok Jamaah Tabligh tidak ada aturan-aturan khusus atau larangan untuk beraktivitas pada organisasi lain. Bahkan di dalam kegiatan dakwah Jamaah Tabligh mereka dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya dimana ia beraktivitas. Seorang anggota Nahdlatul Ulama (NU) ia memiliki potensi dakwah, atau bersosialisasi dengan umat, maka keberadaannya di Jamaah Tabligh dapat diandalkan oleh ‘amir untuk berdakwah menggunakan pendekatan-pendekatan yang ia miliki. Dari beberapa informan yang diwawancarai menyebutkan beberapa alasan dari sebagian informan yang memiliki satu kemiripan jawaban antara yang satu dengan informan lainnya, namun ada pula di antara mereka yangmemilii alas an yang berbeda. Atas dasar perbedaan alasan yang berpariasi dari para informan tersebut penulis dapat mengkategorisasi motivasi tersebut berdasarkan jawaban informan, setelah dilakukan kategorosasi dari beberapa perbedaan motivasi tersebut, dan disimpulkan menjadi dua alasan utama mereka mengikuti gerakan dakwah Jamaah Tabligh, penulis menyebutnya dengan dua istilah, yakni pertama motif ketertarikan terhadap sistem atau kelembagaan komunitas Jamaah Tabligh dan motif ketertarikan atas kesalehan secara individu (anggota Jamaah tabligh).Seorang yang mengikuti gerakan ini dengan alasan karena ketertarikannya melihat karakteristik dan cara berdakwahnya yang sangat bersaaja dan sangat menarik (persuasif) dalam Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 15
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
melakukan program-program dakwahnya yang tidak kaku dan berbeda dengan lembagalembaga dakwah lainnya dalam menerapkan pola dan cara dakwahnya, penulis mengkategorikan alasan tersebut sebagai ketertarikan atas Motif Organisasi (Sistem Kelembagaan dan pola Dakwah Jamaah Tabligh). Seorang yang mengikuti gerakan Jamaah Tabligh mempunyai alasan yang lebih subjektif, muncul ketertarikannya setelah melihat anggota Jamah Tabligh menjadi orangorang yang shaleh, santun dan ramah dalam kesehariannya dan dalam melakukan amal dakwahnya, penulis mengkategorikan sebagai Motif Ketertarikan secara peribadi anggota disebut Motif Individu atau Personal. D. BENTUK DAKWAH PERSUASIF JAMAAH TABLIGH Jamaah Tabligh memegang teguh prinsip bahwa setiap Muslim diharapkan dapat menyisihkan waktunya setiap hari untuk melakukan aktivitas dakwah mengajak umat ke jalan Allah sebagai manifestasi dari ketaatan kepada-Nya dan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, agar sunnahnya tetap terjaga dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencapai cita-cita tersebut perludinyatakan dalam bentuk komunikasi dakwah, dengan cara atau metoda yang persuasif, di antaranya adalah: (1) Melakukan musyawarah harian, (2) Silaturahmi kepada orang lain minimal 2,5 jam setiap hari, (3) Melaksanakan ta’lim (belajar untuk memperoleh ilmu) di Masjid dan di rumah. (4) Melaksanakan jaulah tahap pertama dan jaulah tahap kedua (5) Keluar (khuruj) dari rumah menuju suatu tempat dengan melakukan komunikasi dakwah, minimal tiga hari setiap bulan. Aktivitas dakwah yang dilakukan Jamaah Tabligh yang dianggap sebagai bagian dari komunikasi persuasif terhadap mad’u-nya adalah sebagai berikut: 1. Khususi, Jaulah, Tegursapa/Tebar Salam, dan Ta’lim. a. Khususi:(Silaturahmi) Khususi adalahbagian dari kegiatan dakwah Jaamah Tabligh dengan menggunakan metoda berkunjung atau bersilaturahmi kepada orang-
orang Muslim di tempat yang mereka kunjungi.Melakukan silaturahmi merupakan bagian dari pesan-pesan dakwah yang dipandang sebagai komunikasi persuasif di kalangan Jamaah Tablgh dalam mengajak umat untuk menjadi anggotanya.Bahkan seluruh informan yang penulis wawancarai dalam penelitian ini pernah melakukan komunikasi dakwah kepada mad’u-nya dalam bentuk silaturahmi. b. Jaulah: (Mengundang ke masjid untuk shalat) Jaulah, adalah kegiatan dakwah Jamah Tabligh yang dilakukan dengan menggunakan metoda berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain. Pesan yang disampaikan adalah untuk mengajak umat Islam melaksanakan shalât di mesjid secara berjamaah sekaligus untuk mendengarkan bayan atau ceramah agama yang disampaikan setelah shalât fardhu. Dari aspek komunikasi persuasif, jaulah merupakan bagian dari esensi komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh dalam membujuk dan meyakinkan umat untuk dapat diajak dan melakukan shalat di masjid, mengikuti bayan untuk memudian dapat bergabung menjadi anggotanya. Amalan mesjid lain yang mereka lakukan untuk mempersuasi (meyakinkan) umat dalam dakwah mereka adalah, bila Jamaah Tabligh sedang bermukim di suatu mesjid mereka membri contoh dengan mejalani amalan-amalan ibadah seperti shalat di awal waktu secara berjamaah, menghidupkan amalan-amalan sunnah seperti shalât dhuha, shalât tahajud, membaca al-Qur’ân dan lainlain. Shalât berjama’ah di mesjid merupakan amalan yang sangat disiplin dan diutamakan oleh Jama’ah Tabligh baik saat berdakwah maupun saat di rumah.Pada umumnya sebelum adzan mereka sudah datang ke masjid, alasannya karena shalat merupakan bentuk komunikasi transenden yang paling utama kepada Allah swt. Bahkan sebagian anggota Jama’ah Tabligh tetap melakukan hal tersebut, walaupun sedang berada di kenderaan umum, mereka akan segera turun untuk menuju mesjid bila mereka mendengar adzan meski ia belum sampai ke tujuannya. Bagi Jama’ah Tabligh Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 16
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
shalât berjama’ah merupakan amal ibadah yang utama dan wajib hukumnya.Hal tersebut bagi kelompok Jamaah Tabligh merupakan ‘dakwah bil hal’ yang dipandang tepat untuk mejadi contoh dan memberi keteladanan terhadap umat, dan tidak hanya mengajak shalat melalui dakwah di mimbar saja. c. Bertegursapa dengan Menebar Salam Menegur sapa dan membudayakan ucapan salammerupakan bagian dari komuikasidakwah yang selalu dilakukan oleh Jama’ah Tabligh, bukan saja terhadap sesama anggota jamaah, tetapi juga terhadap sesama Muslim. Setiap anggota Jama’ah Tabligh dilatih dengan pendekatan praktis untuk senantiasa beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Mereka saling mengingatkan satu sama lain tentang pengamalan ibadah-ibadah ini. Setiap anggota dilatih untuk mampu berkomunikasi secara persuasif dengan cara bertegur sapa dan salam tanpa mengenal batasan tingkat pendidikan formal maupun keluasan ilmu pengetahuan keislaman yang dimiliki. Bagi Jama’ah Tabligh, melakukan komunikasi dakwah secara persiasif bukan hanya dalam batas teori selama berceramah, tetapi juga dengan memberikan teladan yang baik (uswatun hasanah) dalam berakhlak dalam kehidupan sehari-hari. d.Ta’lim wa Ta’alum Dalam menjalankan misi dakwahnya, Jama’ah Tabligh melakuakn suatu amalan rutin berupa pengajian yakni talim wa taalum. Pesan yang terkadung dari amalan ta’lim ini adalah disamping sebagai pendalaman ilmu-ilmu agama bagi para anggota Jamaah, juga sebagai upaya dalam memakmurkan mesjid. Metoda yang diterapkan dalam pengajian Ta’lim wa Ta’alum (mengajar dan belajar) ini adalah dengan menyampaikan ceramah agama yang diambil dari sumber-sumber hadits dan kitabkitab ulama yang dipandang sebagai kitab rujukan Jamaah Tabligh. Kegiatan tersebut biasa dilakukan setelah melaksanakan shalât wajib. Metoda dakwah ta’lim wa ta’alum ini dilakukan dengan carapenyampaian materi
ceramah dengan merujuk kitab-kitab tertentu yang berhubungan dengan keutamaankeutamaan amal. Kegiatan ta’lim biasanya dilakukan setiap selesai shalât fardhu.Umumnya salah seorang dari mereka menjadi “moderator” dan secara bergantian membaca kitab-kitab tertentu lalu mendiskusikannya. Bila mereka sedang mukim di suatu mesjid biasanya mereka akan memberikan ta’lim kepada jama’ah shalât dengan menyampaikan satu hadits atau ayat alQur’ân. Dalam mendengarkan ta’lim mereka selalu menunduk, baik bila mereka memahami isi ta’lim maupun tidak. Ditinjau dari aspek komunikasi persuasif metoda seprti ini dianggap sebagai metoda yang tepat, karena calon mad’u akan terpengaruh pemikirannya dengan disampaikan nasehat-nasehat kebaikan dan contoh-contoh teladan dari amalan para ulama dan orang-orang shaleh. Salah satu metoda yang dilakuakan dalam kegiatan ta’lim tersebut adalah, mereka duduk berdekatan dan selalu merapat kepada narasumber, setiap anggota ta’lim tersebut duduk bersimpuh atau duduk bersila merapatkan barisan, hampir tidak ada celah antara jamaah yang satu dengan jamaah lain., sehingga terjalin suasana keakraban pada saat melaksanakan ta’lim dan bayan tersebut. Suasana pengajian tersebut nampak sangat menarik dan penuh kekeluargaan, khususnya antar sesama kalangan anggota Jamaah Tabligh. Cara duduk seperti itu menjadikan hubungan di antara sesama anggota Jamaah Tabligh menjadi lebih mudah saling kenal dan lebih akrab. Pesan yang terkandung dalam suasana pengajian seperti ini adalah menunjukan satu semangat yang tinggi dalam melaksanakan ta’lim dan menunjukkan antusiasme terhadap setiap materi yang disampaikan oleh narasumber. Metoda seperti ini memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri dibanding cara duduk lainnya seperti bersila. Duduk bersimpuh membuat seseorang dapat lebih lama duduk dan tidak membuat kaki cepat lelah dibanding duduk bersila, karena dengan duduk bersimpuh energi negatif akan tersalurkan ke bumi melalui kedua ujung kaki, sehingga seseorang akan merasa lebih nyaman
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 17
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
dan dapat bertahan duduk dalam jangka waktu yang lama. Agama Islam mengajarkan cara duduk dalam praktek shalat yang terdiri dari berbagai gerakan yang unik yang terdiri dari gerakan berdiri, membungkukkan badan (ruku), mencium tanah (sujud), dan duduk (tasyahud) dengan cara bersimpuh, melipat kedua kali, menjadiakan keduanya sebagai penopang paha. Metode pengajian seperti ini, juga memiliki makna filosofi yang bernilai kesehatan terutama dari sisi ketahanan tubuh. 2.
Khuruj:(Berdakwah Keluar). Khuruj merupakan salah satu bentuk dakwah Jamaah Tabligh yang dilakukan oleh para anggotanya dalam menjalankan tugas dakwah. metoda yang digunakan adalah dengan cara bergabung dalam satu kelompok dan mereka melakukan komunikasi diantara anggota kelompok untuk menyamakan visi dakwah mereka. Mereka bergabung dalam satu kelompok yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya, warna kulit, bahasa, daerah yang berbeda, melebur menjadi satu dengan para ulama, saling melayani dan saling berkomunikasi satusama lain dalam waktu yang telah ditentukan, mereka bersilaturahmi menembus batas wilayah. Media yang digunakan dalam pelaksanaan khuruj ini adalah menggunakan masjid sebagai media dakwah. Mereka meluangkan waktu secara total untuk berdakwah, yang biasanya berkunjung dari satu masjid ke masjid lainnya dan dipimpin oleh ‘Amir. 3.
Musyawarah Musyawarah adalah salah satu bagian dari metoda dakwah yang selalu dipelihara oleh kelompok Jamaah Tabligh. Musyawarah dipandang sebagai bagian dari dakwah yang bersifat persuasif, karena dalam musyawarah sangat menjujnjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai. Mereka selalu mengadakan musyawarah harian dan mingguan dalam merencanakan suatu amal dakwah.
4.
Ijtima’ Akbar:(Pertemuan Besar). Ijtima akbar adalah bagian dari misi dakwah Jamaah Tabligh yang dilakukan dalam waktu setahun sekali, Jamaah Tabligh menggelar ijtima’ umum di markas pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk melakukan khuruj ke markas pusat (India-Pakistan-Bangladesh) untuk melihat suasana keagamaan yang kuat dalam mempertebal iman mereka. Disamping itu ijtima’ juga berfungsi sebagai media yang tepat untuk mempersatukan umat Islam dari segala penjuru secara utuh. Mereka melakukan komunikasi antar sesama jamaah, baik komunikasi anatr individu ataupun antar oranisasi yang mereka bawa dalam organisasi dimana mereka aktif sebelumnya. Pesan yang terkandung dalam kegiatan ijtima’ Akbar adalah terciptanya persatuan dan kesatuan umat dari berbagai ragam budaya dan sosial yang berbeda, DAFTAR PUSTAKA A. Buku Al Quran dan Terjemahnya,2002. Departemen Agama R.I, Jakarta: Proyek Pengadaan kitab Suci Al Quran. Alwasilah, A. Chaedar, 2002, Pokoknya Kualitatif, Bandung: Pustaka Jaya. Ardianto, Elvinaro. 2011. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Bachtiar, Wardi. 2006. Sosialogi Klasik, Bandung: Remaja Rosda Karya. Basuki, Sulistyo 2010.Metode Penelitian, Jakarta: Penerbit: Gramedia Pustaka Bungin, Burhan2003. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Penerbit Kencana. Bungin, Burhan.2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajagrafindo Persada. Curtis, Dan B. 2006. Komunikasi Bisnis Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. De Vito, Joseph A. 2003. Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: PT.Karisma. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 18
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Effendy, Onong Uchyana. 1989. Psikologi, Manajemen dan Administrasi,Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana Effendy, 1991. Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Garna, Judistira. 2003. Ilmu-Ilmu Sosial: DasarKonsep-Posisi, Bandung: Primako Akademika Hamidi. 2002. Metode Penelitian dan Teori, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hasjmy, A. 1974.Dustur Dakwah Menurut Al Quran, Jakarta: Bulan Bintang. Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Ma’arif, Bambang. S, 2010. Komunikasi Dakwah Pardigma untuk Aksi, Bandung:Remaja Rosdakarya. Malik, Deddy Djamaludin dan Irianta, 2001. Komunikasi Persuasif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, J. Lexi 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhadjir. 1996. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Penerbit Kencana. Muhtadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan dan Aplikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Komunikasi Antarbudaya, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2003, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1996. Metode Research (Pendidikan Ilmiah), Bandung: Bumi Aksara. Nasution, S. 2003. Metodologi Penelitian Naturalistik,Cet III, Jakarta: Gramedia. Nuruddin. 2004. Komunikasi Propaganda, Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. 2003.Kamus umum bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka. Rakhmat, Jalaludin. 1986. Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Santoso, S.P. 1986. Partisipasi Komunikasi dan Persuasi, Bandung: Alumni Offset.
Soelhi,Mohammad. 2012. Propaganda dalam Komunikasi Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya. Soelhi, Mohammad, 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Soemirat, Soleh. 2004. Materi Pokok Komunikasi Persuasif, Jakarta: yayasan Universitas Indonesia (UI). Sukmadinata. 2002. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiono. 2009. Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, Suprayogo dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosda Karya. Tasmara, Toto.1997. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Graha Media Pratama. Tabroni, Roni, 2012. Komunikasi Politik pada Era Multimedia, Bandung: Remaja Rosdakarya. Tjiptono, Fandy. 1997. Prinsip-prinsip Total Kuality Service, Jogjakarta:Andy Offset. Widjaya, H.A.W, 1986. Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bina Aksara. Widjaja, H.A.W, 1988. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta. W. Syam MS, Nina, 2013. Model-Model Komunikasi, Perspektif Pohon Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
B. Encyclopedia, Internet
Jurnal,
Makalah,
http://blogspot.com/2013/07/komunikasipersuasif.html. http://google.com/Komunikasi_persuasif menurut Start. http://id.wikipedia.org/ Komunikasi_persuasif, 2009. http:// Konsep Dasariskandarh3.wordpress.com http:// www.al tajdid_stain.blogspot.com/makalah. File//F:/Komunikasi-Persuasif-meurut-Al Quran_09.html. http:// www.stewart tubbs dan sylvia Moss.blogspot.com Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 19
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Artikel “Teori Komunikasi Persuasif.” Erik P. Simalungun. Jurnal Bahasa_Makna Qoulan, pendekatan Semantik/Sufyan Sauri. Makalah : Sunarto, Seminar Metodologi Penelitian di IAIN Antasari Banjarmasin. C. Wawancara 1. Wawancara dengan pengurus Jamaah Tabligh Kota Bandung, tanggal 3 Februari 2015, dan 10 Mei 2015, di Masjid Al Madinah Antapani Bandung. 2. Wawancara dengan ‘Karkun’ (angota Jamaah Tabligh), sebanyak 6 orang selaku informan utama dalam penelitian ini. Dari rentang bulan Januari 2015 hingga bulan Juni 2015.
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 20
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
EPISTEMOLOGI ULUL ALBAB: Makna dan Spirit Ulul Albab dalam Kehidupan oleh Luqman Al-Hakim Musthafa, M.Ag.11 A. Pendahuluan Fenomena korupsi di Indonesia bukanlah isu yang sederhana tetapi sudah menjadi isu nasional yang dapat menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan dampak yang sangat luar biasa, dapat menghancurkan tatanan kehidupan seperti hancurnya perekonomian suatu negara, rusaknya sistem pendidikan, ambruknya sistem ketahanan pemerintah, rusaknya sistem pendidikan dan bahkan pelayanan umum. Hal ini nampak bahwa korupsi di Indonesia sudah membudaya tanpa proses peradilan yang terbuka dan kredibel. Semua pihak yang terkait dengan sebuah kasus korupsi seakan menutup mata dan lepas dari tangan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tindakkan korupsi mulai dari yang paling besar oleh para pejabat negara ini sampai kepada yang paling kecil, seperti kepala desa, kepala sekolah, dan pegawai rendahan. Mulai dari proses penyuapan berjumlah puluhan ribu rupiah sampai jumlah triliunan. Korupsi sudah menjadi bencana besar bagi bangsa Indonesia. Dampak tindak korupsi sangat massif dan menyebar ke mana-mana, sehingga mencekam bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai negara terkorup dari 159 negara dunia.12 Tindakan korupsi merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan nila-nilai quranik dan manusia telah lupa akan peran dan fungsinya, salah satunya adalah sebagai ulul albab yang berupaya menganalisis, menguasai, dan memahami sains, falsafah, dan teknologi untuk mencapai puncak kejayaan, peradaban, dan nilai budaya yang luhur. Oleh karena itu, penting untuk dipahami dan diaplikasikan makna dan spirit 11
Dosen STAIDA Muhammadiyah Garut Jenderal Pendidikan Islam, Pedoman Model Integrasi Pendidikan Antikorupsi, www. ditpertais.net, Diakses tanggal 6 Januari 2014, hlm. 1.
12Direktur
ulul albab dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari prilaku korupsi yang sudah membudaya pada masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai keislaman membumi setiap saat. B. Makna Ulul Albab Ulul Albab berarti orang-orang yang berakal, merupakan gabungan dari dua kata Ulu dan al-Albab. Ulu adalah bentuk jamak yang artinya sama dengan dzawi yang berarti memiliki. Sedangkan al-Albab bentuk jamak dari lubb, artinya saripati atau intisari. Jadi secara bahasa, ulul albab berarti orang-orang yang memiliki saripati yang paling istimewa pada diri manusia, yaitu akal atau rasio. Ulul albab berarti orang-orang yang memiliki rasio atau akal yang baik, sehat, dan berfungsi sempurna, seperti mampu dan memecahkan problem kehidupan, memperkirakan dan memprediksi keadaan dalam berbagai situasi, menciptakaan ide-ide baru untuk memperbaiki dan mengatasi persoalan dan lain-lain yang diperlukan manusia, baik dalam kehidupan individu maupun sosial.13 Dengan demikian ulul albab adalah orang yang betul-betul mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami fenomena alam sehingga dapat memahami sampai pada bukti-bukti tentang keesaan dan kekuasaan Sang Maha Pencipta. M. Quraish Shihab mengartikan ulul albab sebagai berikut: Kata al-albab adalah bentuk jamak dari lub artinya yaitu “saripati sesuatu”. Kacang misalnya memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lub. Ulul albab adalah orang yang memiliki akal yang murni yang tidak diselubungi oleh “kulit” yakni kabut idea yang dapat menutupi atau meracuni dalam berfikir, yang merenungkan ketetapan Allah SWT dan melaksanakanya diharapkan dapat meraih keberuntungan, dan siapa yang
13Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, et.al., Tafsir Ilmi: Penciptaan Bumi dalam Perspektif AlQur’an dan Sains, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), Buku ke-2, hlm. 8.
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 21
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
dapat menolaknya, maka pasti ada keracunan dalam berfikir.14 Menurut Jalaluddin Rakhmat, ulul albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT, di antara keistimewaanya adalah mereka diberi hikmah, kebijaksanaan, dan pengetahuan di samping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris.15 Istilah ulul albab dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 16 kali. Pengulangan istilah ini telah membuktikan ketinggian nilai kemuliaan, keagungan dan kepentingannya kepada umat Islam khususnya dan seluruh umat manusia umumnya. Istilah ulul albab ini terdapat di dalam al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 179, 197, dan 269; Surat Ali Imran ayat 7 dan 190; Surat Al-Maidah ayat 100; Surat Yusuf ayat 111; Surat Ar-Ra’du ayat 19; Surat Ibrahim ayat 52; Surat Shaad ayat 29 dan 43; Surat Az-Zumar ayat 9, 18, dan 21; dan Surat Al-Mukmin ayat 54.
4.
5. 6.
7.
Dengan beraneka ragamnya istilah ulul albab disebutkan dalam berbagai ayat tersebut, hal ini juga berimplikasi terhadap keanekaragaman karakteristik ulul albab antara lain: 1.
2.
3.
Orang-orang yang memiliki akal pikiran yang murni dan jernih yang tidak diselubungi oleh kabut-kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah dengan adil, yang benar dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah. Orang yang siap dan mampu hidup dalam suasana pluralisme dan berusaha menghindari interaksi yang dapat menimbulkan disharmoni, kesalahfahaman dan keretakan hubungan. Orang yang mampu menangkap pelajaran, memilah dan memilih mana jalan yang
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keselarasan al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001) Cet. Ke-1, hlm. 196-197. 15Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif: CeramahCeramah di Kampus, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. ke-10, hlm 211.
8. 9.
10.
11. 12.
14M
13.
benar dan baik serta mana jalan yang salah dan buruk, dan mampu menerapkan jalan yang benar dan baik ( jalan Allah SWT ) serta menghindari dari jalan yang salah dan buruk. Orang yang giat melakukan kajian dan penelitian sesuai dengan bidangnya dan berusaha menghindari fitnah dan malapetaka dari proses dan hasil kajian atau penelitian. Orang yang mementingkan kualitas hidup di samping kualitasnya, baik dalam keyakinan, ucapan, dan kegiatan. Orang yang selalu sadar akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan kondisi, baik saat bekerja maupun istirahat dan berusaha untuk mengenali Allah dengan qalbu (dzikir) serta mengenal alam semesta dengan akal (fikir) sehingga sampai pada bukti yang sangat nyata tentang ke-Esaan dan kekuasaan Allah SWT. Orang yang concern terhadap kesinambungan pemikiran dan sejarah, sehingga tidak mau melakukan loncatan sejarah. Dengan kata lain, ia mau menghadapi khazanah intlektual dari para pemikir cendikiawan atau ilmuan sebelumnya. Orang yang memiliki ketajaman hati dalam menangkap fenomena yang dihadapi. Orang yang mampu dan bersedia meninggalkan orang lain berdasarkan ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara yang lebih komunikatif . Orang yang suka merenungkan dan mengkaji ayat-ayat Allah baik yang qauliyah (wahyu) maupun kauniyah (alam semesta) dan berusaha menangkap pelajaran darinya. Orang yang sabar dan tahan uji walaupun ditimpa musibah dan diganggu oleh setan (jin dan manusia). Orang yang mampu membedakan antara yang lebih bermanfaat dan menguntungkan dan yang kurang bermanfaat dan menguntungkan bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Orang yang bersikap terbuka terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun datangnya, dan ia selalu menyiapkan grand-
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 22
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
14. 15. 16. C.
concept atau grand-theory atau kriteria yang jelas yang dibangun dari petunjuk wahyu, kemudian menjadikanya sebagai piranti dalam mengkritisi pendapat. Ide atau teori tersebut, untuk selanjutnya berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat, ide atau teori yang baik. Orang yang sadar dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Orang yang berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena historis atau kisah-ksah terdahulu. Orang yang tidak mau membuat onar, keresahan, dan kerusuhan serta berbuat makar di masyarakat.16 Kriteria Ulul Albab
Kata ulul albab dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 16 kali di dalam berbagai surat dan ayat yang berbeda maka ia memiliki arti dan makna yang berbeda pula sesuai dengan konteks pengunaanya. Sedangkan yang dinyatakan dalam salah satu buku yang berjudul A Corcondance of The Qur’an, kata ulul albab bisa mempunyai beberapa arti: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Orang yang mempunyai pemikiran (mind) yang luas atau mendalam; Orang yang mempunyai perasaan (heart) yang peka, sensitif atau yang halus perasaannya; Orang yang memilki daya pikir (intelect) yang tajam atau kuat; Orang yang memilki pandangan yang dalam atau wawasan (insight) yang luas dan mendalam; Orang yang memiliki pengertian (understanding) yang akurat, tepat atau jelas; Orang yang memilki kebijakan (wisdom) yakni mampu mendekati kebenaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang terbuka dan adil.17 Arti tersebut menunjukkan kriteria
16Muhaimin,
Penyiapan Ulul Albab Alternatif Pendidikan Islam Masa Depan, El-Hikam, Jurnal Pendidikan Fakultas Tarbiyah, Vol. 1, No. 1, 2003, hlm. 7. 17Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Quran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002) cet. Ke-3, hlm. 557.
yang dimiliki oleh ulul albab. Kriteria ulul albab tidak hanya pada aspek berfikir tentang alam fisik, tumbuhan, dan sejarah, serta aktivitas fisik, melainkan juga dengan amal (perbuatan) nyata, sebagaimana terdapat dalam surat ArRa’d ayat 19, secara global kriteria ulul albab sebagai berikut: 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mempunyai pengaruh atau orang yang tahu Memenuhi perjanjian dengan Allah SWT dan tidak akan ingkar janji, (yakni: beriman, berbuat baik dan menjauhi halhal yang keji dan mungkar) Menyambung apa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disambung (misyalnya: ikatan kasih sayang) Takut kepada Allah SWT (jika berbuat dosa) karena takut pada hasil perhitungan yang buruk. Sabar karena ingin mendapat keridhoan Allah SWT. Menegakan sholat Membelanjakan rizki yang diperoleh untuk kemanfaatan orang lain, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Menolak kejahatan dengan kebaikan.18
Kriteria ulul albab tercermin pula dalam grand design pembentukan karakter yang dikembangkan Kemendiknas (2010) , secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development.19 Secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut. 18Ibid.,
hlm. 568. Walid, Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Agama Islam (Studi tentang Pendidikan Karakter Berbasis Ulul albab di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang), Jurnal
19Muhammad
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 23
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Konsekuensi manusia ulul albab adalah senantiasa memadukan kualitas fikir, dzikir, dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari, juga mengedepankan konsep tauhid dalam kehidupan, sebagaimana dikemukakan oleh Nurcholis Madjid bahwa Paradigma tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena sudah ditundukkan untuk manusia. Perintah mengesakan Tuhan yang diikuti dengan cegahan mempersekutukan Tuhan. Jika manusia mempersekutukan Tuhan, berarti ia dikuasai oleh alam. Oleh karena itu, konsekuensi dari tauhid adalah bahwa manusia harus menguasai alam dan haram tunduk pada alam. Menguasai alam berarti menguasai hukum alam, dan dari hukum alam ini ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan. Sebaliknya, syirk berarti tunduk kepada alam. Tunduk kepada alam berarti manusia dikuasai oleh alam. Manusia yang dikuasai oleh alam akan melahirkan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. 20 Dengan demikian, tauhid merupakan dasar ulul albab. Visualisasi tauhid dan peran ulul albab dapat dilihat pada tabel Teori Taskhir Nurcholis Madjid, 21 D. Spirit Ulul Albab Dalam Kehidupan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sedikitnya membawa lima misi besar untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan sekaligus berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Islam bukan sebatas agama, melainkan juga peradaban. Islam sebenarnya sebuah ajaran yang memiliki kekuatan pengubah dan sekaligus memberikan petunjuk dan arah, agar manusia dalam hidupnya mendapatkan derajat mulia. Orang yang demikian itu adalah memiliki karakter yang unggul dan orang seperti tersebut merupakan manusia ulul albab. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad bahwa, Islam datang di muka el-Qudwah, Vol. 1 No. 5 Edisi April 2011, hlm. 121. 20Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000), cet. ke-3, hlm. 16. 21Ibid., hlm. 17.
bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia atau karakter yang unggul. Adapun kelima misi besar yang dibawa oleh Islam itu adalah sebagai berikut. Pertama, Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu. Ilmu yang dimaksudkan di sini lingkupnya sangat luas, yaitu bersumber pada ayat-ayat qauliyah dan sekaligus ayat-ayat kauniyah. Islam menganjurkan ummatnya untuk mempercayai yang ghaib, tetapi juga harus memikirkan ciptaan Allah baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Mestinya sebagai implementasi dari konsep itu, kaum muslimin dituntut mengkaji ilmu fisika, kimia, biologi, matematika, psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. Dalam mempelajari ilmu ilmu dimaksud, sebagai pembeda dari kaum lainnya, harus mengawali dengan menyebut nama Allah, yaitu bismirabbika. Selain itu, kegiatan tersebut harus sampai pada kesadaran yang mendalam tentang keagungan asma Allah. Disebutkan dalam al-Qur’an iqra’ warabbuka alakram. Artinya kegiatan itu hingga berhasil membangun kesadaran tentang keharusan memuliakan Allah. Dengan demikian mestinya, ummat Islam kaya ilmu pengetahuan. Kedua, Islam menjadikan ummatnya meraih prestasi unggul. Sebagai makhluk yang berprestasi unggul, setidak-tidaknya memiliki empat ciri, yaitu (1) berhasil mengenal dirinya sebagai pintu mengenal tuhannya, (2) bisa dipercaya sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad sebagai anutannya adalah seorang yang dikaruniai gelar al-Amin, (3) bersedia untuk mensucikan dirinya, baik menyangkut pikirannya, hatinya dan raganya. Seorang muslim tidak selayaknya mengambil harta atau mengkonsumsi makanan yang tidak halal, dan (4) seorang muslim di manapun berada selalu memberi manfaat bagi orang lain. Itulah manusia unggul yang diajarkan oleh Islam. Ketiga, Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat manapun. Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat adil. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai rasul, masyarakat Arab terdiri Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 24
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut sumbersumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan memenangkan perebutan itu, hingga menguasai sumbersumber kebutuhan hidup. Keempat, Islam memberikan tuntunan tentang tatacara kegiatan ritual seharusnya dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan itu, seperti berdzikir, salat, puasa, haji dan lain-lain-lain. Kegiatan itu sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang menjalankannya. Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi antara manusia dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu pula maka terbangun sikap mulia seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah, peduli sesama, saling mencintai dan lain-lain. Kelima, adalah konsep amal saleh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja, sedangkan saleh artinya adalah lurus, benar, tepat atau sesuai. Maka, amal saleh sebenarnya bisa diartikan, bekerja secara profesional. Dengan beramal shaleh maka artinya adalah bahwa setiap perbuatan kaum muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan mendatangkan hasil maksimal.22 Uraian tersebut menunjukkan misi Islam yang sekaligus juga menjadi spirit ulul albab dalam membangun dan menciptakan tatanan kehidupan. Manusia Ulul Albab sebagai wakil Tuhan yang mulia dan istimewa (khalifah fil ard), yang berada di muka bumi. Ia memperoleh kemampuan yang luar biasa yang tidak terdapat dan dimiliki oleh ciptaan Tuhan yang lainya, yaitu akal dan qalb. Dengan akal dan qalb ini manusia dapat berfikir, mengetahui, menikmati dan merasakan sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta ini. Semua itu dilakukan dalam rangka pengabdian diri kepada Allah SWT. Dengan pengabdian itulah seorang ulul albab harus mampu menangkap kemauan serta sifat-sifat 22Ibid.,
hlm. 136-137.
ketuhanan. Sifat ketuhanan tersebut mengandung konsekuensi bagi manusia ulul albab harus mampu merealisasikan rasa atau sikap optimis, berani, dinamis, kreatif, progresif, dan mampu mengamalkan amar ma’ruf nahi mungkar. 23 Dengan sifat atau etos keja semacam ini, maka tidak mustahil amanat Allah SWT tersebut dapat terrealisasikan. Ulul Albab sebagai sosok seorang khalifah yang diciptakan Allah SWT yang memiliki kemuliaan dan serta mempunyai kepekaan akal dan hati dalam memahami segala apa yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Manusia ulul albab merupakan sosok manusia yang memiliki kepekaan akal dan hati yang cerdas serta mampu memahami gejala atau fenomena alam yang terjadi. Sebagaimana disebutkan Ahmad Mustofa, ulul albab adalah orang yang mau menggunakan pikiranya, mengambil faedah dari-Nya, mengambil hidayah dari-Nya serta menggambarkan keagungan Allah SWT dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaanNya.24 Dengan demikian, manusia ulul albab ialah orang yang menyadari akan aktivitas hidupnya dalam rangka pengabdian diri kepada Alah SWT dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya untuk dapat digunakan sebagai peningkatan taraf hidup kaum muslimin dan kemaslahatan ummat (khalifatullah fil ard). Kebaikan seorang ulul albab merupakan kebaikan yang terpancar dari dalam dirinya yang diberikan Allah SWT atas ketaatannya dalam melaksanakan dzikir, fikir dan amal saleh. Oleh karena itu, manusia ulul albab selalu menjaga keserasian dan keseimbangan aktivitas fikir, dzikir, dan amal saleh. Sebagaimana dikemukakan oleh M. Khair Fatimah, ulul albab merupakan cendikiawan yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT., karena ilmunya yang banyak dan ketaatanya kepada Allah SWT sesuai dengan ilmu yang 23Muhaimin,
Memandu Sain dan Agama Menuju Universitas Masa Depan, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2004), hlm.79 24Ahmad Mustofa, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Toha Putra, 2002), hlm. 229. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 25
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
dimiliknya itu. Salah satu ciri dari ulul albab itu adalah selalu berdzikir kepada Allah dalam berbagi keadaan. Dzikir kepada Allah SWT adalah ruh semua ibadah, merupakan tujuan dari semua ketaatan dan ibadah pendekatan (qur’bah) kepada Allah SWT. Dzikir lebih utama dari amal saleh yang ada, ia merupakan tujuan terakhir, cahaya dan esensi kehidupan seorang mukmin di dunia dan akhirat.25 Berdasarkan uraian tersebut, sudah saatnya kita memiliki nilai-nilai dan semangat ulul albab yang terrealisasi dalam segala aktivitas dan terintegrasi dalam fikir, dzikir, dan amal saleh. Terutama untuk memperkuat Kementerian Agama yang terhindar dan bahkan bebas dari korupsi, sehingga tema HAB ke-68 Kementerian Agama yang Profesional, Kementerian Agama yang Amanat dapat terwujud. E. Simpulan Ulul albab merupakan orang-orang yang memiliki rasio atau akal yang baik, sehat, dan berfungsi sempurna, sehingga mampu memecahkan problem kehidupan, memperkirakan dan memprediksi keadaan dalam berbagai situasi, menciptakaan ide-ide baru untuk memperbaiki dan mengatasi persoalan dan lain-lain yang diperlukan manusia, baik dalam keidupan individu maupun sosial. Ulul albab mampu mensinergikan antara kualitas fikir, kualitas dzikir, dan kualitas amal saleh. Melalui penyadaran diri sebagai insane ulul albab maka segala bentuk penyimpangan dan bentuk tindak korupsi bisa dicegah. Oleh karena itu, konsep ulul albab menjadi solusi alternatif dalam mecegah terjadinya penyimpangan salah satunya korupsi. Terakhir, kami mengajak seluruh pegawai kementerian Agama Kabupaten Garut khususnya pegawai yang berada di bawah Bimas Islam untuk menjadi sosok ulul albab dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.
25M
Khair Fatimah, Etika Muslim Sehari-Hari (Solo: Pustaka Alkausar, 1993), hlm. 107 Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 26
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
PENGEMBANGAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) MUHAMMADIYAH CIANJUR Oleh Fazar Azhari, M.Pd.I ABSTRAK Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak harus dikuasai guru, karena merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses belajar siswanya. Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur sebagai sebuah lembaga Islam berupaya mencapai tujuan pendidikkan dengan mengembangkan berbagai program dan strateginya terhadap guru-guru binaannya. Hasilnya mulai nampak, hal ini ditandai oleh guru-guru yang perangkat pembelajaranya sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan dan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi terhadap sekolah-sekolah yang dikelola oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur 2) Kelebihan dan kekurangannya, serta 3) Program dan Strateginya.Kompetensi pedagogik yaitu, kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi : pemahaman terhadap peserta didik, rancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penlitian ini digunakan teknik observasi, wawancara dan dekumentasi. Dengan menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan, menuturkan dan melukiskan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata menurut kategori data penelitian guna mendapatkan suatu simpulan.
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak harus dikuasai guru, karena merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses belajar siswanya. Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur sebagai sebuah lembaga Islam berupaya mencapai tujuan pendidikkan dengan mengembangkan berbagai program dan strateginya terhadap guru-guru binaannya. Hasilnya mulai nampak, hal ini ditandai oleh guru-guru yang perangkat pembelajaranya sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan dan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi terhadap sekolah-sekolah yang dikelola oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian ang berjudul “Pengembangan Kompetensi Paedagogik Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Muhammadiyah Cianjur (Penelitian di Majelis Pendidikan Dasar Dan menengah/Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Cianjur)”. 2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah dalam pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang diadakan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur ? b. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang dilakukan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur ? c. Bagaimana program dan strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang diadakan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 27
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
a. Pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang diadakan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur. b. Kelebihan dan kekurangan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang dilakukan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur. c. Program dan strategi pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI yang diadakan oleh Majelis Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama untuk mengembangkan ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan PAI . b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan Bagi sekolah- sekolah muhamadiyah, menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan, juga dapat memberikan masukan yang lebih aplikatif. Bagi guru, dapat memberikan masukan guna mengembangkan pembelajaran PAI ke arah yang lebih baik. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbanganpertimbangan untuk melakukan penelitian serupa, agar dapat mengembangkan khazanah keilmuan PAI. D. Kajian Teoritis Tentang Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pai Di Muhammadiyah Cianjur 1. Kompetensi Pedagogik Guru a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru, Kompetensi pedagogik yaitu, kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi : pemahaman terhadap peserta didik, rancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. b. Unsur-Unsur Kompetensi Pedagogik Guru, Unsur-unsur yang tercakup dalam kompetensi pedagogik antara lain:
a. Pemahaman Wawasan atau Landasan Kependidikan b. Pemahaman terhadap Peserta Didik c. Pengembangan Kurikulum/Silabus d. Perancangan Pembelajaran e. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis f. Pemanfaatan Teknologi pembelajaran g. Evaluasi Hasil Belajar h. Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan berbagai Potensi yang dimilikinya. 2. Pendidikan Agama Islam ( PAI ) 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. PAI yang pada hakekatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksud sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa kegiatan (pembeiajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam peserta didik, disamping untuk membentuk keshalehan social. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Tujuan pendidikan jasmani (ahdaf al-jismiyah) b. Tujuan pendidikan rohani (ahdaf al-ruhaniyyah) c. Tujuan pendidikan akal (ahdaf alaqliyah) d. Tujuan pendidikan sosial (ahdaf al-ijtima'iyyah) 3. Metode dan Pendekatan Pengajaran Pendidikan Agama Islam Metode pendidikan pengajaran berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran . Adapun meode yang dipakai diantaranya :Keteladanan, latihan, dialog, penghargaan, pembiasaan dan hukuman. 3.Kompetensi Pedagogik Guru PAI 1. Kompetensi Pedagogik Guru PAI Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 28
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Adapun kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru khususnya guru PAI, meliputi: a. Pemahaman Terhadap Peserta Didik b. Perancangan c. Pelaksanaan Pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis d. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran e. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan f. Evaluasi Hasil Belajar g. Pengembangan Peserta Didik D. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini tergolong pada pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada kesimpulan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian Deskriptif Analitik. Metode Deskriptif Analitik merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian. 2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah jenis data kualitatif yang dituangkan dalam bentuk kata-kata berupa lisan dan tulisan juga laporan dan uraian. Adapun jenis data yang terkumpul, dikelompokan ke dalam data yang berupa katakata dan tindakan sebagai hasil wawancara, sumber data tertuIis dan foto. b. Sumber Data
Sumber data dapat digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan surnber data sekunder. 1. Data Primer Surnber data primer dari peneliitian ini adalah kata-kata dan tindakan, yaitu kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, di antaranya kepala Majelis Dikdasmen Muhamadikyah Cianjur, guru dan peserta didik yang ada di lingkungan Majelis Dikdasmen Muhamadikyah Cianjur. 2. Data Sekunder Data sekunder meliputi : a. Sumber tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi atas, majalah, surat kabar dan buku-buku, dokumen pribadi. dan dokumen resmi. b. Foto Saat ini foto sudah lebih banyak dipakai dalam berbagai keperluan. 3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya : a. Observasi b. Wawancara c. Studi Dokumentasi 2. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Teknik pengumpulan data dengan setting dapat diambil melalui setting alamiah, laboratorium, responden, diskusi, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data melalui sumber bisa dilakukan dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. 3. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Karena datanya kualitatif, maka pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: Reduksi
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 29
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Data, Display Data, Kesimpulan
Verifikasi Data, dan
4.
Uji Keabsahan Data Uji keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan langkahlangkah yang diajukan oleh Sugiyono. Ada empat langkah uji validitas atau uji kredibilitas data yaitu : Perpanjangan Pengamatan, Peningkatan Ketekunan, Menggunakan Bahan Referensi, Member Check E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur Berdasarkan hasil dari penerapan sepuluh indikator kompetensi pedagogic guru PAI secara umum dapat dikatakan bahwa kompetensi pedagogik guru PAI dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur adalah cukup baik, karena guru-guru PAI yang berada dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur telah menyiapkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi/pendekatan yang sesuai, pemanfaatan media mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian proses dan hasil. 2.
Kelebihan dan Kekurangan Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di Lingkungan Dikdasmen Muhamadiuyah Cianjur
Kelebihan dan kekurangan kompetensi pedagogik guru PAI dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur menggunakan analisis SWOT yaitu: Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Dari hail analisis ini menyatakan bahwa kelebihannya memiliki guru-guru yang berstandar, ghiroh yang kuat dan berdediksi tinggi dan hampir semua sekolahnya memiliki badan hukum yang jelas dan bersertifikat, sedangkan kelemahan yang ada di sekolahsekolah di lingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur adalah wawasan
profesionalitas guru dan fasilitas pendukung proses pendidikan belum memadai. 3. Program dan Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di Lingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur Program dan strategi yang di laksanaan untuk pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI di dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur menggunakan pendidikan dan pelatihan yang berbentuk: MGMP, workshop, seminar, diskusi, pelatihan implementasi kurikulum 2006 dan pelatihan classroom management. Sedangkan yang berbentuk pelatihan dan pelaksanaan tugas yaitu: pelatihan pembuatan silabus dan RPP, pelatihan quantum teaching, pelatihan quantum learning, pelatihan student active learning dll. F. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhamadiyah Cianjur, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil dari penerapan sepuluh indikator kompetensi pedagogic guru PAI secara umum dapat dikatakan bahwa kompetensi pedagogik guru PAI dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur adalah cukup baik, karena guru-guru PAI yang berada dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur telah menyiapkan RPP setiap kali akan mengajar, RPP telah sesuai dengan standar kurikulum yang telah ditetapkan, menggunakan strategi/pendekatan yang sesuai, pemanfaatan media mengaktifkan siswa, menguasai materi, penilaian proses dan hasil.
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 30
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
b.
c.
Adapun Kelebihan dan kekurangan kompetensi pedagogik guru PAI dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur menggunakan analisis SWOT yaitu: Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Dari hail analisis ini menyatakan bahwa kelebihannya memiliki guru-guru yang berstandar, ghiroh yang kuat dan berdediksi tinggi dan hampir semua sekolahnya memiliki badan hukum yang jelas dan bersertifikat, sedangkan kelemahan yang ada di sekolah-sekolah di lingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur adalah wawasan profesionalitas guru dan fasilitas pendukung proses pendidikan belum memadai. Sedangkan program dan strategi yang di laksanaan untuk pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI di dilingkungan Dikdasmen Muhamadiyah Cianjur menggunakan pendidikan dan pelatihan yang berbentuk: MGMP, workshop, seminar, diskusi, pelatihan implementasi kurikulum 2006 dan pelatihan classroom management. Sedangkan yang berbentuk pelatihan dan pelaksanaan tugas yaitu: pelatihan pembuatan silabus dan RPP, pelatihan quantum teaching, pelatihan quantum learning, pelatihan student active learning dll.
2. Saran Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, dan demi suksesnya kegiatan belajar mengajar dan berhasilnya proses pengemabangan profesionalitas guru PAI pada kompetensi pedagogik yang dilakukan berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal, maka penulis memberikan saran, antara lain: 1. Bagi Pihak Sekolah a. Semua unit yang masuk dalam sistem manajemen pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI khususnya dan pihak-pihak yang terkait lainya, sebaiknya terus dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan guru. b. Untuk semua guru khususnya guru PAI sebaiknya diwajibkan mengikuti
pendidikan dan pelatihan baik yang diselenggarakan lembaga sendiri maupun dari instansi lain. Serta mengaplikasikan pendidikan dan pelatihan yang telah diperoleh untuk mentransfer ilmu kepada peserta didik 2. Bagi Pihak Luar a. Hendaknya masyarakat selalu memberikan arahan atau masukan yang bermanfaat sehingga sekolah menjadi sekolah yang terbaik dan terunggul di berbagai bidang guna tercapainya evaluasi diri. b. Hendaknya pemerintah dapat senantiasa menjadi pengayom dan memperhatikan perkembangan dan kesejahteraan bagi semua pihak sekolah (baik guru maupun siswa) melihat biaya pendidikan sekarang yang semakin mahal. DAFTAR PUSTAKA Akdon, Strategic Management For Educational Management, Bandung : Alfabeta, 2007. Al-Bukhori Ibn Isma’il Muhammad Abi Abdullah, Shahih Bukhori, Juz 1, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga. Aqib Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), Cet. IV Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. ke-3. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekertariat Jendral Departemen Pendidikan, 2005, Cet. I Depdikbud, Petunjuk Administrasi Sekolah Lanjut Tingkat Pertama, Jakarta: Direktorat Sarana Pendidikan, 1996-1997, Cet. ke-1. Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1984, Cet Ke-1 Feisal Amir Jusuf, Reorientasi Pendidikan Islam, Bandung: Gema Insani Pers, 1995. Gordon Thomas, Guru Yang Efektif: Cara Untuk Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas, Jakarta: Rajawali, 1990, Cet. ke-3. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 31
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Hamzah, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. http://sururudin.wordpress.com/2008/09/24 /aperan-guru/, diunduh pada 27 Maret 2010. http://www.iiep.unesco.org/capacitydevelopment/training/trainingmaterials/schoolsupervision. html, diunduh pada tanggal 27 April 2010. http://www.iiep.unesco.org/capacitydevelopment/training/trainingmaterials/schoolsupervision. html, diunduh pada tanggal 2 April 2010. http://www.shalimow.com/etcetera/humandevelopment-index-hdi-ndonesia.html, diunduh pada tanggal 2 April 2010. M.A. Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005. Majid Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2012. ----------------, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Kompetensi Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. Meleong. J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003. Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Qodir Abdul Riza (3104024), ”Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di SMP Nasima Semarang)”, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2009. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 2008. Cetakan ke Empat.
----------------, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia Cetakan ke Empat, 2005. Rusman, Model-Model Pembelajaran, Depok: PT Raja grafindo Persada, 2014. Saefullah, U, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012. Sagala Syaiful, Kemampuan Pprofesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009). Samana. A, Profesionalme Keguruan, Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2004. Sanjaya Wina, Strategi Pembelajran berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: PT Jakarta Putra Grafika, 2007), 17. SK Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:138/KEP/I.O/B/2008, Pedoman Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah (Arsip Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cianjur, 2008). Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000, Cet. ke-1. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/ 02/22/lesson-studyuntukmeningkatkan-proses-dan-hasilpembelajaran, di unduh kamis tanggal 13 mei 2010. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2009. Sujana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002, Cet. 4. Sukmadinata Syaodih Nana, Proses Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009 Sukmadinata, Proses Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta, 2000. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003 Undang-Undang RI, Tentang Guru dan Dosen, Nomer : 14 Tahun 2005 Surabaya: Kesindo Utama, 2006. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003, Cet. ke-1. Wibowo Eddy Mungin “Sertifikasi Profesi Pendidikan” http: // www.suara
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 32
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
merdeka.com/harian/0602/opi,04,htm,h lm.1, diunduh pada 27 Maret 2010. Yasin Fatah. A, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 33
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
PENGARUH KETELADANAN GURU DAN PEMBIASAAN IBADAH TERHADAP AKHLAK TERPUJI SISWA Oleh Hani Hanifah, M.Pd.I.26
ABSTRAK Penelitian ini bertolak dari penomena yang terjadi di SMK Harapan I Rancaekek Bandung, yakni berkenaan dengan prilaku akhlak siswa sehari-hari. Kenyataan menunjukkan wudlu yang belum sempurna, kondisi kamar mandi siswa kurang bersih, membuang sampah tidak pada tempatnya, jarang mengikuti shalat berjamaah disekolah, jarang membaca al Qur’an dan masih banyak siswa yang tidak melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan apalagi shalat tarawih berjamaah. Bahkan seringkali siswa berkata tidak santun terhadap guru di sekolah.Kecenderungan di atas menunjukan belum tercapainya tujuan pendidikan Agama Islam, padahal tujuan diberikannya pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, memiliki pengetahuan dan berakhlakul karimah.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap siswa, untuk mengetahui pembiasaan ibadah terhadap siswa, dan untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru dan pembiasaan ibadah terhadap akhlak siswa SMK Harapan I Rancaekek Bandung. Dasar penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa keteladanan guru dan pembiasaan ibadah siswa akan mempengaruhi terhadap akhlak terpuji siswa disekolah, karena itu hipotesis yang diajukan adalah semakin baik keteladanan guru dan pembiasaan ibadah, maka semakin baik pula akhlak terpuji siswa di SMK Harapan I Rancaekek Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan perhitungan angka dengan data yang di dapatkan dari objek penelitian dalam hal ini siswa SMK Harapan I Rancaekek Bandung, dengan sumber data sampel keseluruhan siswa kelas XI yang berjumlah 48 orang dan teknik pengumpulan data ini melalui angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. 26
Dosen Tetap Program Studi PAI STAIDA Muhammadiyah Garut
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SMK Harapan I Rancaekek Bandung, terdapat masalah berkenaan dengan akhlak siswa sehari-hari. Kenyataan menunjukkan wudlu yang belum sempurna, kondisi kamar mandi siswa kurang bersih, membuang sampah tidak pada tempatnya, jarang mengikuti shalat berjamaah di sekolah, jarang membaca al Qur’an dan masih banyak siswa yang tidak melaksanakan puasa wajib di bulan ramadhan apalagi shalat tarawih berjamaah. Bahkan seringkali siswa berkata tidak santun terhadap guru di sekolah. Kecenderungan di atas menunjukkan bahwa belum tercapainya tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS bahwa: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan dalam Islam secara normatif meliputi tiga aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan. Pertama, dimensi spiritual.yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan mu’amalah).Dimensi spiritual ini tersimpul dalam suatu kata yaitu akhlak.Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat.Tanpa akhlak manusiaakan berada dalam kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Mendidik tidak hanya memenuhi prasyarat administrasi saja dalam proses pembelajaran, tetapi perlu totalitas. Artinya ada keseluruhan komponen yang masuk di dalamnya.Lebih khusus lagi adalah kepribadian seorang guru. Kepribadian seorang guru sangatlah penting, terutama di dalam mempengaruhi kepribadian siswa, Karena guru memiliki status seseorang yang dianggap terhormat dan patut di contoh. Selain itu, guru Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 34
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
adalah seorang pendidik.Pendidikan itu sendiri memiliki arti menumbuhkan kesadaran kedewasaan.Guru yang sukses adalah yang mampu menemukan sejumlah potensi dan bakat terpendam yang ada pada diri siswanya, menyalurkan bakat tersebut dengan cara yang tepat. Karena setiap orang memiliki kemampuan dan keahlian tertentu. 2. Perumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka masalah ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian : a. b. c.
Bagaimana pengaruh keteladanan guru terhadapsiswa kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung ? Bagaimana pengaruh pembiasaan ibadah terhadap siswa Kelas XI SMKHarapan I Rancaekek Bandung ? Bagaimana pengaruhketeladanan guru dan pembiasaan ibadahterhadap siswa kelas XI SMKHarapan I Rancaekek Bandung?
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Pengaruh keteladanan guru terhadap siswa kelas XI SMKHarapan I Rancaekek Bandung. b. Pengaruh pembiasaan ibadah terhadap siswa kelas XISMK Harapan I Rancaekek Bandung. c. Pengaruh keteladananguru dan pembiasaanibadah terhadap siswa kelas XI SMK Harapan I .Rancaekek Bandung Kegunaan Penelitian Meningkatkan akhlak terpujisiswa melalui pengaruh keteladanan gurudi SMK Harapan I Rancaekek Bandung. a.Meningkatkan akhlak terpuji siswa melalui pengaruh pembiasaan ibadah di SMK Harapan I Rancaekek Bandung B. LANDASAN TEORI
1. Keteladanan Guru a. Definisi Keteladanan Guru Secara etimologi kata "keteladanan, berasal dari kata “teladan” yang artinya "perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru dicontoh".1Dalam bahasa arab kata keteladanaan berasal dari kata “uswah"dan "qudwah". Secara terminologi pengertian keteladanan yang dikemukakan Al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Armai Arief, adalah “aluswah" dan "al-Iswah" sebagaimana kata “alqudwah, dan “al-qidwah” berarti "suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”. Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief mengutip pendapat Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria, bahwa”uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti. Guru secara etimologi adalah orang yang mendidik.5 Pengertian ini memberikan kesan bahwa guru adalah orang yang melakukan kegiatan yang mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan yang artinya dengan kata guru.Kata tersebut, yakni teacher yang diartikan guru atau pengajar atau tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah. Jadi, Keteladanan guru secara langsung dan tidak langsung akan menginspirasi para siswa untuk mengikuti apa saja yang dilakukan atau dicontohkan oleh gurunya. b. Urgensi Keteladanan Guru Banyak ahli Pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil, Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya, lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang abstrak. Abdullah Nasih ulwan, sebagaimana dikutip Hery Noer Aly, mengatakan bahwa guru barang kali akan merasa mudah menyampaikan pesannya secara lisan. Namun, siswa akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila ia melihat gurunya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya. Keteladanan dapat diterapkan dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu dengan adanya keteladanan seorang guru kepada siswa. Keteladanan mempunyai Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 35
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
peranan besar dalam menunjang terwujudnya tujuan Pendidikan Islam . c. Indikator Keteladanan Guru Adapun indikator keteladanan guru menurut Ngainun Naim adalah :Takwa kepada Allah, berakhlak mulia, adil, jujur dan obyektif, disiplin dalam melaksanakan tugas, ulet dan tekun bekerja, berwibawa. 2. Pembiasaan Ibadah 1. Depinisi pem,bisaan Ibadah Pembiasaan ibadah adalah segala bentuk kepatuhan, ketundukan kita kepada Allah SWT yang telah ditetapkan tata cara pelaksanaanya dalam al-Qur’an dan al-Sunah secara sengaja dan berulang-ulang. Kita dapat melaksanakan ibadah dengan cara mempelajarinya, memahaminya dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Tafsir mengutip pendapat AlGhazali, beribadah itu ada tahap-tahapnya , salah satunya adalah tahap ilmu. Ibadah itu harus dilakukan sesuai petunjuk Allah melalui Rasul-Nya 2. Indikator Pembiasaan Ibadah Jadi, berdasarkan dari pemahaman teori di atas indikator pembiasaan ibadah dalam penelitian ini adalah : a. Ibadah jasmaniyah ruhiyah, yaitu seperti shalat, puasa, membaca al Qur’an dan thaharah b. Ibadah Ruhaniyah Maliyah, seperti Zakat c. Ibadah Jasmaniah Ruhiyah Maliyah, yaitu ibadah haji. 3. Ahlak Terpuji Siswa Akhlak terpuji merupakan suatu kecenderungan hati untuk melakukan suatu tindakan setelah adanya pengulangan yang sering, sehingga setiap ada kasus yang sama, maka muncul perbuatan tanpa memikirkan dan mempertimbangkan lagi. Barmawie Umarie menyatakan bahwa akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan manusia lahir dan batin. 3. Indikator Akhlak Terpuji Siswa a. Akhlak kepada Allah SWT; meliputi: shalat puasa, berdoa,tadarus AlQuran dan infak.
b. Akhlak kepada sesama makhluk C. METODOLOGI PENELITIAN 1. PendekatanPenelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatoris (explanatory research).Penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang mempengaruhi hipotesis. 2. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif.Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka statistik.Data kuantitatif diperoleh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada sejumlah responden yang telah ditetapkan, sedangkan data kualitatif berupa kata-kata atau tindakan yang bersumber dari hasil wawancara dan observasi terhadap kepala sekolah, guru PAI dan para siswa SMK Harapan I Rancaekek Bandung. 3. Sumber Data Sumber datadigunakan oleh peneliti untuk mengetahui jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian dan asal sumber data yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber sebagai berikut: a. Data primer, yaitu sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian b. Data sekunder, yaitu sumber data tambahan yang menurut peneliti menunjang data pokok. 4.
Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Sesuai dengan masalah yang akan diteliti mengenai keteladanan guru dan pembiasaan ibadah terhadap akhlak terpuji siswa sangat layak dijadikan penelitian sehingga tepat menggunakan metode deskriptif. 2. Teknik Pengumpulan Data Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 36
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Observasi, wawncara, dekumentsi dn angket.(X) pada jawaban yang dianggap benar. 5. Analisis Instrumen Angket disusun dengan teknik self report (laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui)8dengan meminta responden untuk memberikan penilaian sesuai dengan tanggapan atau kesan mereka. Alternatif pilihan yang disediakan terdiri atas, selalu, sering, kadangkadang, jarang ,tidak pernah. Untuk pernyataan positif masing-masing pilihan ini diberikan bobot penilaian 5 untuk pilihan "selalu", 4 untuk pilihan "sering", 3 untuk pilihan "kadang-kadang", 2 untuk pilihan "jarang", I untuk pilihan'tidak pernah". Untuk pernyataan negatif skor nilai diterapkan secara terbalik. Untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya, maka dilakukan pengujian. F. Analisis Data Paradigma dalam penelitian ini adalah: Gambar 3.I Paradigma Penelitian
Ho :
H1 :
Ho :
: Tidakterdapatpengaruh keteladananguru terhadap akhlakterpuji siswa kelas XI SMK Harapasn I Rancaekek Bandung. Terdapatpengaruh keteladanan guru terhadap akhlak siswa kelas XI SMKHarapan I Rancaekek Bandung. Tidak terdapat pengaruh pembiasaan ibadah terhadap
H1 : Ho :
H1:
akhlaksiswa kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung. Terdapat pengaruhpembiasaan akhlakterpuji siswa kelasXISMK Harapan I Rancaekek Bandung. Tidakterdapat pengaruh keteladanan guru dan pembiasaanIbadahterhadap akhlak terpuji siswa kelas XISMK Harapan I Rancaekek Bandung Terdapat pengaruhketeladanan guru dan pembiasaan ibadahterhadap akhlak terpuji siswa kelas XI SMK Harapan IRancaekek Bandung.
G. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Keteladanan Guru SMK Harapan I Rancaekek Bandung Berdasarkan tabelt, dapat dilihat bahwa ratarata jawaban responden pada variabel keteladanan guru adalah baik, yaitu sebesar 71.4% dari seluruh pertanyaan pada variabel tersebut. Indikator dengan nilai persentase tertinggi ada pada item ke-20 yaitu tentang guru menampilkan kepribadian yang sabar.Persentase dari indikator ini adalah sebesar 95.4%. 2. Pembiasaan ibadahpada Siswa Kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden pada variabel pembiasaan ibadah adalah baik yaitu sebesar 68 % dari seluruh pertanyaan pada variabel tersebut.Indikator dengan nilai persentase tertinggi adapada item ke-12 yaitu tentang menunjukkaa sikap ikhlas ketika menjalankan ibadah puasa.Persentase dari indikator ini adalah sebesar 95.4%. Hal ini mencerminkan bahwa sikap untuk selalu ikhlas dalam ibadah puasa sangat tinggi. 3. Akhlak Terpuji Siswa Kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden pada variabel akhlak terpuji siswa adalah baik,yaitu sebesar 73.8% dari seluruh pertanyaan pada variabel tersebut indikator dengan nilai Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 37
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
persentase tertingggi ada pada item ke-8 yaitu tentang menunjukkan sikap bertutur kata lemah lembut jika berbicara dcngan orang tuamu. Persentase dari indikator ini adalah sebesar 89。6%. Hal ini menceminkan bahwa sikap hormat pada orang tua dengan cara bertutur kata lemah lembut sangat tinggi. H. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari pembahasan hasil penelitian di atas, maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut: a. Pengaruh keteladanan guru terhadap akhlak terpuji siswa kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung adalah sebesar 25.6%. Berdasarkan nilai R, dapat diketahui bahwa besarnya koefisien regresi antara keteladanan guru dengan akhlak terpuji siswa adalah sebesar 0.506 (kuat). Nilai R square sebesar 0.256 (menunjukkan kontribusinya 0.256 x 100%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel keteladanan guru dalam mempengaruhi akhlak terpuji siswa adalah sebesar 25.6 %, sedangkan sisanya sebesar 74.4% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain. b. Pembiasaan ibadah terhadap akhlak terpuji siswa kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Bandung adalah sebesar 37.3%. Berdasarkan nilai R, dapat diketahui bahwa besarnya koefisien regresi antara pembiasaan ibadah dengan akhlak terpuji siswa adalah sebesar 0.611 (kuat). Nilai R square sebesar 0.373 (menunjukkan kontribusinya 0.373 x 100%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel pembiasaan ibadah dalam mempengaruhi akhlak siswa adalah sebesar 37.3 %, sedangkan sisanya sebesar 62. % dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain. c. Pengaruh keteladanan guru dan pembiasaan ibadah terhadap akhlak terpuji siswa kelas XI SMK Harapan I Rancaekek Baandung adalah sebesar 44.7%. Berdasarkan nilai R dapat diketahui bahwa besamya koefisien regresi antara keteladanan guru dengan akhlak
siswa adalah sebesar 0.668 (kuat).Nilai R square sebesar 0.668 (menunjukkan kontribusinya 0.447 x 100%). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel keteladanan guru dalam mempengaruhi akhlak siswa adalah sebesar 44.7 %, sedangkan sisanya sebesar 55.3% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain. 2. Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan penulis, ada beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait untuk ditindak lanjuti dalam rangka perbaikan selanjutnya, antara lain : a. Kepada kepala sekolah, guru-guru dan civitas sekolah lainnya hendaknya memberikan tauladan yang baik (uswatun khasanah) dalam mengamalkan ajaran agama Islam, seperti dalam melaksanakan pembiasaan ibadah. b. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana ibadah yang memadai dan lebih baik lagi dan lengkap, sebagai modal pembentukan nilai-nilai keagamaan siswa. c. Untuk siswa siswi SMK Harapan I Rancaekek Bandung, diharapkan meningkatkan akhlak yang lebih baik lagi baik di sekolah maupun di rumah. d. Untuk para pembaca agar bisa melengkapi kekurangan penulis guna meningkatkan kualitas kajian pada mata pelajaran PAI. e. Untuk peneliti lain keteladanan guru dan pembiasaan ibadah bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengruhi akhlak terpuji siswa tapi ada faktor lain yang mempengaruhinya. DAFTAR PUSTAKA Abdul Basit, Muhamad, Fiqh Kesehatan Para Nabi Mencegah Penyakit, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007. Abdul Hamid, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Al - Munawar, Husain Agil Said. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam,Jakarta : Ciputat Press, 2005. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 38
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Al - Qussy, Aziz Abdul. Ilmu Jiwa, PrinsipPrinsip Dan Implementasinya dalam Pendidikan,Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Al Djamil, Moh. Fadhil daalam Ramayulis ,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008. Ali, Muhamad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. An - Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insan Press, 1996. ....................................................,. Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1996. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi belajar, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arifin, HM, Filsafat Pendidikan, Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Aswan Zain, Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman UmumDan Konsep Islami, Bandung : PT Refika Aditama, 2010. Asy Syalhub,Fuad. Guruku Muhammad, terj. Oleh Nashirul Haq Najib Kholid AlAmir, Mendidik Cara Nabi, Ciputat Press, 2005. Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al Bukhari, Bandung : Mizan Media Utama, 2002. Badrudin, Uus Ruswandi, Pengembangan Kepribadian Guru,Bandung : CV. Insan Mandiri, 2010. Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta : Andi Darajat, Zakiyah, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan , Jakarta : Bulan Bintang, ………………………..,Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1970. DEPAG RI. Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta : 1971. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995. DISBINTALAD, TIM. Al-Qur’an Tarjamah Indonesia, Jakarta: Sari Agung, 2002. Djatnika, Rahmat.Sistim Etika Islami, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996.
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara,2001. Efendi, Deden, Handout Simulasi Penelitian Tesis, Bandung, UIN SGD Bandung, TT. Effendi, Sofian dan Singarimbun Masri.Metode penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 2006. Gramedia, 2000. Gunawan, Heri, Pendidikan Islam ; Kajian teoritis dan pemikiran tokoh, Bandung: PT. Rosdakarya, 2014 Hadi S, Abdul, Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2008. Hasan Shadily, dan Jhon M Echol, Kamus Bahasa Inggris – Indonesia , Jakarta : Gramedia, 2000 Hasanah, Aan , Pendidikan Karkter, Bandung :Insan Komunika, 2013. http//Iwan setiawan.com/Ayat-ayat Tentang , Ibadah /diaklses tgl 23-05- 2015.02.30 http//www. Hsan.Igo.id/Jurnal/Pembiasaan.htm dikutif pada tgl 05 april 2015. Ilyas, Asnelly. Mendambakan Anak Shaleh, Prinsip-prinsipPendidikan Anak dalamIslam, Bandung: al-Bayan, 1998. M. Rosyd Anwar, M Sholihin, Akhglk Taswuf, Bandung : Remaja Rosdakarya,2005. Mahali, A.Mudjab, Asbabun Nujul : Studi Pendalaman Al Qur’an Surat Al Baqoroh Annas, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2002. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Pengembangan Standar Kompetensi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya , Cet ke4 . 2000. Naim, Ngainun. Menjadi Guru Profesional Insfiratif, Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2009 Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001. Ofsett, 1993.Pendidikan , Jakarta : Bulan Bintang , Cet ke-1, 1976. PT. Remaja Rosdakarya, 2014. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka ,Edisi ke-2 Cet ke-4, 1995. R.W, Dahar,Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 2002. Rosyady, Khoiron, Pendidikan Profetik , Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 39
Jurnal Kampus STAIDA Muhammadiyah Garut
Rusyan, Tabrani, Pendidikan Budi Pekerti, Jakarta : Intimedia,2006. Sanafiah, Faisal. Dasar dan Tehnik Menyusun Angket,Surabaya:Usaha Nasional, 1981 Shihab, Quraish, Tafsir Al Misbah, Tanggerang : Lentera Hati, 2006. Shihab,Quraish.Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1996. ………………………., Wawasan AlQur’an : Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung : MIzan, 2000. Sholeh, Ishak, Akhlak Tasawuf, Bandung : IAIN SGD , 1991. Siregar, Sopiyan, Statistik Deskriftip Untuk Penelitian , Jakrta : Rajawali Pers, 2011. Sutikno,Sobri M, dan Faturahman, Pupuh.Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman KonsepUmum dan Konsep Islami, Bandung : Aditama, 2010. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya,2000. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Rosdakarya, 2000. .,.........................., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994. Tedi Priatna, Yaya Suryana, Metodologi Pendidikan, Bandung : Azkia Pustaka Utama, 2009. Ulwan, Nashih, Abdullah, Pendidikan Anak Dalam islam, Jakarta : Pustaka Amani 2007. Umari, Barnawi, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Kalam Mulia, 1990. Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 (2006)Tentang Guru, Dosen, dan No 20 tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Bandung : CV. Nuansa Aulia WWW.Botorotani. Co.id/2013/dikutif tanggal: 08 Juni 2015. 20.30. Yakub, Hamzah, Etika Islam, Bandung : CV. Diponogoro,1991.
Jurnal Kampus At-Tanwir, Volume II, Juni 2016 --- 40