IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA (Studi Multi Kasus di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung)
EXECUTIVE SUMARY
Oleh : Anni Faida NIM 2845134006
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN DASAR ISLAM PROGRAM PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG AGUSTUS 2015
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA (Studi Multi Kasus di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung)
A. PENDAHULUAN 1. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar. Pembelajaran merupakan aktivitas guru dan peserta didik sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena itu, rancangan pembelajaran yang efektif terletak pada dua hal yaitu : a. Pemilihan stimulus diskriminatif dan penggunaan penguatan b. Memberikan penguatan agar belajar lebih efektif Apabila ada seorang guru akan mengajarkan bahan pengajaran mengenai setiap pokok bahasan kepada siswa-siswanya, maka guru tersebut harus mengadakan persiapan terlebih dahulu.1
Hal ini
dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Pembelajaran disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam upaya belajar mengajar yang satu dengan lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.
1
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV.ALFABETA, 2005), 154 – 155.
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Dalam agama islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi orang lain. Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Hal serupa diungkapkan oleh Noer Aly bahwa orientasi akhlakkeagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam pendidikan Islam. Seruan agar berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah dan berbudi pekerti luhur sebagaimana dimuat dalam al-Qur‟an, hadits Rasulullah SAW dan sumber-sumber primer warisan budaya Islam melegitimasi keutamaan orientasi tersebut.2 Sementara itu, di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung sebagai sekolah yang berasaskan agama Islam juga mempunyai problema dalam hal akhlaq peserta didik misalnya, mulai nampak tindakan kurang rukun terhadap temannya, membohongi gurunya, kurang sopan terhadap gurunya dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan akhlak sejak dini pada peserta didik sangatlah penting sekali agar peserta didik terbiasa bersikap sopan dan selalu berbuat hal-hal terpuji lainnya dalam kehidupan bermasyarakat baik pada saat masih usia sekolah maupun pada saat mereka besar nanti. Pembentukan karakter di sini sangat ditekankan karena penanaman pribadi yang baik sejak dini akan memberikan dampak pada masa-masa selanjutnya. 2
Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta Utara: Friska Agung Insani, cet. III, 2008), 149.
1
2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana perencanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter siswa di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilull Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung? b. Bagaimana penerapan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam upaya pembentukan karakter siswa di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilull Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung? c. Bagaimana evaluasi pembelajaran guru Aqidah Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter siswa di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilull Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung?
B. KAJIAN TEORI 1. Konsep Pembelajaran Aqidah Akhlak a. Pengertian Pembelajaran Ditinjau
dari
asal
katanya,
kata
pembelajaran
adalah
terjemahan dari bahasa Inggris “instruction”. Dalam cakupan maknaya, kata pembelajaran lebih luas dari mengajar, bahkan mengajar termasuk dalam aktifitas pembelajaran. Dengan pengertian ini, dapat dibedakan dengan jelas antara belajar mengajar dengan pembelajaran. Ada beberapa karakteristik yang melekat dalam pembelajaran, yaitu; pertama, pembelajaran berarti membelajarkan siswa. Kedua, proses pembelajaran berlangsung di mana saja. Ketiga, pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan. b. Pengertian Aqidah Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “ „aqoda, ya‟qidu, ‟aqdan-„aqidatan ” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman,
kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.3 Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.4 c. Pengertian Akhlak Sedang pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata “Khuluq” dan jama‟nya “Akhlaq”, yang berarti budi pekerti, etika, moral. Demikian pula kata “Khuluq” mempunyai kesesuaian dengan “Khilqun”, hanya saja khuluq merupakan perangai manusia dari dalam diri (ruhaniah) sedang khilqun merupakan perangai manusia dari luar (jasmani).5 Ibnu Maskawaih dalam bukunya “Tahdzibul Akhlak Wa Thathirul A‟raq” mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.6 Dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati
dan
mengimani
Allah
SWT
dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan
Qur‟an
dan
Hadits
melalui
kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan
3
Muhaimin Tadjab, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 241-242. 4 Abdullah bin „Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005), 28. 5 Ibid., 243. 6 Ibid., 243.
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.7 d. Konsep Pembentukan Karakter Siswa Jika dilihat dari usul kata “karakter” ini berasal dari kata dalam bahasa latin, yaitu kharakter, kharassein, dan kharax, yang bermakna tools for marking, to enggrave, dan pointed stake. Kata ini konon mulai banyak digunakan dalam bahasa Perancis sebagai caractere pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam bahasa Inggris, kata caractere ini berubah menjadi character. Adapun di dalam bahasa Indonesia kata character
ini mengalami perubahan menjadi
“karakter”.8 Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.9 Pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi
7
DEPAG, Kurikulum dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak...,2. Sugiono Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah, (Pustaka Pelajar: Jogjakarta, 2013), 7. 8
9
N.K. Singh dan Mr. A.R. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur‟ân, (New Delhi: balaji Offset, 2000) Edisi I, 175.
masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
C. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan ”, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan maksud untuk mendiskripsikan fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang baik secara individu maupun kelompok.10 2. Kehadiran Peneliti Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti di lapangan, karenanya peneliti wajib hadir di lapangan mengingat peneliti berperan sebagai instrument utama dalam pengumpulan
utama
dalam
pengumpulan
data
secara
langsung.
Kehadiaran peneliti di lapangan dimaksudkan untuk lebih memahami makna dan penafsiran terhadap fenomena di lapangan. Untuk itu dibutuhkan keterlibatan peneliti terhadap subjek penelitian lapangan. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Madrasah Ibtidaiayah Negeri Pundensari dan Madrasah Ibtidaiayah Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung.
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Rosda Karya, 2007), 60.
4. Data dan Sumber Data a. Data Data primer yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak dalam pembentukan karakter siswa didapatkan melalui observasi dan interview. Data ini berupa wujud dan karakteristik interaksi pendidikan, perwujudan interaksi, dan pola interaksi dalam lembaga. Data sekunder yang dijaring melalui dokumen adalah data yang diperkirakan ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data ini meliputi jumlah siswa, jumlah tenaga kependidikan, data nama tenaga kependidikan, sarana prasarana, jadwal kegiatan ekstrakurikuler, jadwal kegiatan keagamaan dan sebagainya.
b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia (human) dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informan) dan data yang diperoleh melalui informan berupa soft data (data lunak). Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan, atau tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh melalui dokumen bersifat hard data (data keras). 11 5. Teknik Pengumpulan Data a. Pengamatan Terlibat (Participant Observation) Observasi partipasi dipakai untuk menunjuk kepeda penelitian yang dicirikan adanya interaksi social yang intensif antara peneliti dengan masyarakat atau lembaga yang diteliti.12
11
Soft Data senantiasa dapat diperhalus, diperinci dan diperdalam, karena masih selalu dapat mengalami perubahan. Sedangkan hard data adalah data yang tidak mengalami perubahan lagi. Lihat dalam SS. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 2003), 55. 12 Robert C. Bogdan dan J. Steven Taylor, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, ter. A Khozin Afandi (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 31.
b. Wawancara Mendalam (Undeep Interview) Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau rsponden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). c. Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto, dokumen berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.13 6. Teknik Analisis Data a. Analisis Data Kasus Individu Analisis data kasus individu dilakukan pada masing-masing objek yaitu : MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan Tulungagung. Dalam menganalisis, peneliti melakukan interpretasi terhadap data yang berupa kata-kata sehingga diperoleh makna (meaning). Karena itu analisis dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpulan data serta setelah data terkumpul. b. Analisis Data Lintas Kasus Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis lintas kasus ini meliputi : (1) menggunakan pendekatan induktif konseptualistik yang dilakukan dengan membandingkan dan memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus individu; (2) hasilnya dijadikan dasar untuk menyusun pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kasus; (3) mengevaluasi kesesuaian proposisi dengan fakta yang 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur…, 201.
menjadi acuan; (4) merekonstruksi ulang proposisi-proposisi sesuai dengan fakta dari masing-masing kasus individu; dan (5) mengulangi proses ini sesuai keperluan sampai batas kejenuhan. 7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data a. Triangulasi Triangulasi adalah teknik paling umum yang digunakan untuk menguji keabsahan data kualitatif. Menurut Moleong, Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding keabsahan data.14 b. Perpanjangan Pengamatan Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument kunci (key instrument). Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, agar data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan pengematan dan wawancara tentunya tidak cukup dalam waktu yang singkat tetapi memerlukan perpanjangan waktu untuk hadir dilokasi penelitian hingga data yang dihasilkan menemukan titik jenuh. c. Peningkatan ketekunan Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti15
14 15
Ibid, 330. Ibid.
D. HASIL PENELITIAN 1. Perencanaan
Pembelajaran
Guru
Aqidah
Akhlak
Dalam
Pembentukan Karakter Siswa Sesuai
dengan hasil penelitian peneliti bahwa perencanaan
pembelajaran Aqidah Akhlak dalam pembentukan karakter ini ada beberapa yang harus diperhatikan antara lain: a) merancang perencanaan pembelajaran berdasarkan kurikulum yaitu berpedoman pada silabus dan RPP, b) dalam perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak harus memperhatikan pemilihan bentuk pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan siswa, agar pembelajaran berlangsung sesuai tujuan yang diharapkan. Sebuah perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang dibuat oleh
guru
adalah
penyusunan
perencanaan
penggunaan
media
pembelajaran dan bentuk belajar yang berdasarkan pada tujuan. Dimana tujuan pembelajaran itu selain dapat menambah ilmu pengetahuan dari siswa itu sendiri, tetapi juga dapat merubah perilaku mereka agar menjadi pribadi yang lebih baik. Ini mengacu pada pengertian belajar yang dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi dalam sudjana16 bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Untuk itu perencanaan yang disusun oleh guru disesuaikan dengan kondisi, karakteristik dan kemampuan siswa, akan tetapi tetap berpedoman pada kurikulum pembelajaran yaitu berdasarkan pada silabus dan RPP. Dengan dilakukannya perencanaan yang disusun oleh guru maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu siswa mampu menguasai materi dan mereka dapat menerapkan
16
Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), 5.
materi yang disampaikan dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga terbentuklah karakter yang baik. Di dalam sebuah perencanaan tidak terlepas dari media, strategi dan pengkodisian suasana kelas yang dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung. Peran guru di sini adalah sebagai fasilitator dan motivator bagi siswanya. Untuk itu peran guru sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa. untuk itu guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran yang berkualitas dan semenarik mungkin, agar para siswa termotivasi untuk lebih baik dalam meningkatkan belajarnya. 2. Penerapan Pembelajaran Guru Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Penerapan pembelajaran Aqidah Akhlak mengacu pada tata tertib maupun aturan yang telah ditetapkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, diantaranya proses pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum maupun silabus dari masing-masing materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga dari pihak sekolah tinggal mengolah, membuat program atau rencana pembelajaran Aqidah Akhlak dengan tetap mengacu pada kurikulum maupun silabus yang ada. Dalam penerapan pembelajaran Aqidah Akhlak ini ditujukan pada pembentukan karakter siswa. Siswa tidak hanya memperdalam dari segi keintelektualannya saja, akan tetapi juga pada karakter atau pribadi siswa. untuk itu dalam penerapannya guru harus mampu memberikan pembelajaran yang bermakna saat proses pembelajaran belangsung. Guru menggunakan berbagai macam sumber belajar dengan mengaitkannya dengan materi yang dipelajari. Selain itu keaktivan siswa dalam proses pembelajaran juga haru diperhatikan karena ini dapat dijadikan ukuran guru sejauh mana siswa mampu memahami materi Aqidah Akhlak.
Pembelajaran secara konsepsional ini memiliki beberapa implikasi yaitu: Pertama, perlunya diusahakan agar proses pembelajaran yang dilakukan berlangsung secara interaktif antara siswa dengan sumber belajar yang direncanakan. Kedua, bagi siswa, dalam pembelajaran dapat berlangsung interaksi internal yang melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya dengan sumber belajar. Sumber belajar sendiri cukup beragam; (1) nilai-nilai yang ada dalam mata pelajaran yang sedang diajarkan; (2) guru yang berfungsi sebagai fasilitator; (3) bahan ajar cetak maupun non cetak; (4) media dan alat yang dipakai belajar; (5) cara dan teknik belajar yang dikembangkan; (6) kondisi lingkungan (sosial, budaya, spiritual, dan alam) yang menghasilkan perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih dewasa. Ketiga, dalam proses itu juga terbuka peluang untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang memiliki peluang paling baik bagi tercapainya tujuan.17 Pembentukan karakter pada siswa dalam proses pembelajaran inipun mengacu pada pendapat dari Marzuki karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakn nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan linkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.18 Dijelaskan bahwasanya di dalam pendidikan karakter itu terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
17
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekola. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 33. 18
Marzuki, Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah, (Yogyakarta: FIS Universitas Negeri Yogyakarta, 2011), 5.
Dan hal tersebut harus benar-benar bisa ditanamkan pada semua siswa di sekolah. 3. Evaluasi Pembelajaran Guru Aqidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Penerapan evaluasi tujuannya dalam penyampaian pembelajaran Aqidah Akhlak dalam pembentukan karakter siswa. Berdasarkan pengamatan hasil dari evaluasi penerapan pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan perubahan karakter pribadi siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai ratarata siswa dari masing masing kelas di kedua lokasi penelitian berdasarkan dari studi dokumentasi, observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, yaitu di MIN Pundensari dan MI Plus Sabilul Muhtadin Pakisrejo Rejotangan. Dalam evaluasi pembelajaran ini tidak terlepas dari nilai-nilai karakter yang di tanamkan pada siswa di sekolah yang erat kaitannya dengan pembelajaran Aqidah Akhlak. Pembentukan kepribadian yang utuh pada siswa diimplementasikan dalam kehidupan siswa. Selain itu faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa. Penilaian yang dilakukan guru ini tidak hanya pada penilaian tertulis dari tugas siswa, akan tetapi juga pada penilaian sikap yaitu melalui buku kontrol yang digunakan guru untuk mengetahui perilaku siswa saat di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa di
kedua
lokasi
penelitian
tersebut
meningkat
setelah
diimplementasikannya pembelajaran Aqidah Akhlak dalam pembentukan karakter siswa oleh masing-masing guru mata pelajaran Aqidah Akhlak. Nilai rata-rata mata pelajaran Aqidah Akhlak per kelas menunjukkan diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V. Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi
pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilakukan oleh guru mata pelajaran dari masing lokasi penelitian tersebut membuahkan hasil. Dengan demikian implementasi pembelajaran Aqidah Akhlak dapat digunakan sebagai upaya pembentukan karakter siswa yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
E. KESIMPULAN 1. Perencanaan pembentukan
pembelajaran karakter
guru
Aqidah
Akhlak
sebagai
adalah
dengan
mendesain
upaya
perencanaan
pembelajaran dengan melibatkan media. Rancangan perencanaan dalam penyampaian pembelajaran Aqidah Akhlak yang dibuat oleh guru adalah penyusunan perencanaan penggunaan media pembelajaran dan bentuk belajar yang berdasarkan pada tujuan. Dalam memilih media dan metode pembelajaran, pada dasarnya prinsip yang digunakan guru adalah efektifitasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Rancangan bentuk belajar dikelas yang dirancang guru adalah untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan penuh motivasi. 2. Penerapan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam upaya pembentukan karakter siswa yang dilakukan telah mengacu pada tata tertib maupun aturan yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Penyampaian pembelajaran Aqidah akhlak dalampembentukan karakter siswa yang di terapkan oleh guru mta pelajaran dari masing lokasi penelitian tersebut membuahkan hasil. Nilai rata-rata mata pelajaran Aqidah Akhlak per kelas menunjukkan di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan demikian media dan metode yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan sebagai upaya untuk pembentukan karakter siswa terutama pada pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
3. Evaluasi pembelajaran guru Aqidah Akhlak biasanya berupa ujian tugas dari guru, ulangan harian, nilai UTS dan ulangan UAS siawa. penyampaian pembelajaran Aqidah akhlak dalampembentukan karakter siswa yang di terapkan oleh guru mta pelajaran dari masing lokasi penelitian tersebut membuahkan hasil. Nilai rata-rata mata pelajaran Aqidah Akhlak per kelas menunjukkan di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan demikian media dan metode yang digunakan dalam penyampaian pembelajaran dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa dan sebagai upaya untuk
pembentukan karakter siswa terutama pada pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
D. DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin „Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Bogdan dan J. Steven Taylor, Robert C, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, ter. A Khozin Afandi, Surabaya: Usaha Nasional, 1993. Noer Aly dan Munzier, Henry, Watak Pendidikan Islam, Jakarta Utara: Friska Agung Insani, cet. III, 2008. Marzuki, Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah, Yogyakarta: FIS Universitas Negeri Yogyakarta, 2011. Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekola. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Rosda Karya, 2007. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Shalahuddin, Mahfudh, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: Biro Pengembangan dan Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 1988.