PENERAPAN PENDIDIKAN SISTEM AMONG SEBAGAI WAHANA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP TAMANSISWA (TAMAN DEWASA) MALANG. Yulis Setyawan Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk :(1) Mendeskripsikan latar belakang penerapan pendidikan Sistem Among di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. (2) Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan Sistem Among sebagai wahana pembentukan karakter siswa di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. (3)Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam pembentukan karakter siswa melalui pendidikan Sistem Among di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. (4)Mendeskripsikan solusi yang digunakan untuk menghadapi kendala dalam pembentukan karakter siswa melalui pendidikan Sistem Among di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang memahami gambaran penerapan pendidikan Sistem Among sebagai wahana pembentukan karakter siswa di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, guru dan siswa SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,wawancara, dan dokumentasi. Untuk pengecekan keabsahan dengan meningkatkan ketekunan dan triangulasi, sedangkan teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) Latar belakang dipakainya sistem among di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang dikarenakan Sistem Among merupakan sistem pendidikan yang cocok untuk menanamkan karakter siswa karena pamong mendidik dalam suasana kekeluargaan. (2) Pembentukan karakter siswa melalui trilogi pendidikan, yaitu Ing Ngarso Sung Thuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani, yang dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu penyambutan kedatangan siswa, Shalat Dhuhur berjamaah dan Shalat jum’at, mengaji tilawatil Al-Qur’an, pelajaran akhlak, poster kata-kata bijak, tim khusus, dan perilaku pamong diluar jam mengajar.(3) Kendala dalam pembentukan karakter dengan Sistem Among diantaranya, kurangnya pemahaman pamong terhadap Sistem Among, kurangnya jumlah pamong dalam pelaksanaan progran tim khusus dan belum dilaksanakan sistem peguron. (4) Solusi untuk mengatasi kendala yaitu melalui buku penghubung, pertemuan wali murid setiap 6 bulan sekali, surat panggilan terhadap wali murid, home visit, mengikuti ekstrakulikuler dan pertemuan rebo wagean yang diikuti seluruh pamong SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yaitu (1)Diadakan CCTV untuk memudahkan pamong dalam 1
pengawasan perilaku siswa. (2)Pamong lebih mendalami tentang pembelajaran Among. (3) Diadakan kegiatan wajib dimana siswa pulang dari sekolah jam 5 sore dengan penyediaan fasilitas yang mendukung sehingga akan memperkecil pengaruh negatif dari luar. (4) Mengadakan kerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar sekolahan agar perilaku anak di luar sekolah masih terpantau. (5) Dilaksanakan pelatihan PBB secara rutin yang dibina langsung oleh tentara. Kata Kunci: Pendidikan Sistem Among, Pembetukan Karakter. ABSTRACT: This study aims to: (1) Describe the background application of educational Among system educational in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. (2) Describe the implementation of the education system as a vehicle for character formation students in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. (3) Describe the constraints faced in the character formation of students through the educational Among system in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. (4) Describe the solutions used to face difficulties in forming the character of students through the educational Among system in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. This study used descriptive qualitative approach, which is to understand overview of the implementation of the education Among system as a vehicle for character formation students in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. Sources of primary data obtained from the observation and indepth interviews with the Principal, Vice principal of curriculum, Vice principal of Student, teacher and students in Junior High School Tamansiswa (Adult Park) Malang. Data was collected through observation, interviews, and documentation. To check the validity of the increased persistence and triangulation. The technique of data analysis by means of data reduction, data display, and conclusion. The results obtained from this study were (1) Background wore on Junior High School Among systems Tamansiswa (Adult Park) Malang due Among System is suitable educational system to instill character educate students as tutors in a family atmosphere. (2) Establishment of a trilogy character of students through education, namely Ngarso Sung Thuladha Ing, Ing Madya Mangun Karsa and Tut Wuri Handy, who carried out through several activities students are welcome arrival, Dhuhr Prayer and congregational Friday prayers, chanting Tilawatil Al-Qur ' 's, moral lessons, words of wisdom posters, special teams, and officials behavior outside teaching hours. (3) Constraints in the formation of character with System Among them, a lack of understanding of the System Among officials, the shortage of officials in the implementation of the program as special teams and has not peguron system implemented. (4) The solution to overcome obstacles, such as connecting through books, parents meetings once every 6 months, a summons to the parents, home visit, follow and extracurricular Rebo wagean meeting was attended by all officials Tamansiswa SMP (Adult Park) Malang. 2
Based on data analysis that has been done, then there are a few suggestions: (1) Held CCTV officials to facilitate the supervision of student behavior. (2) Civil Among more deeply about learning. (3) Held compulsory activities where students come home from school at 5 pm with the provision of supporting facilities that will minimize the negative influences from outside. (4) Cooperating with community leaders around the school so that the child's behavior outside of school is still observed.(5) Whether the line up training routine which directly fostered by soldiers Keywords: Among System, Character. Salah satu upaya bangsa Indonesia dalam mewujudkan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 adalah pembangunan karakter. Di Indonesia sendiri saat ini sudah diterapkan pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, tetapi pelaksanaannya tidak dapat maksimal karena pendidikan di Indonesia masih bertumpu pada pencapaian tujuan kognitif saja dan belum sesuai dengan nilai-nilai bangsa dalam pembangunan karakter. Bangsa Indonesia sendiri sebenarnya jauh sebelum merdeka, sudah mempunyai suatu gagasan pembangunan karakter yang sangat sesuai dengan Pancasila yaitu Sistem Among yang selanjutnya diterapkan di sekolah Tamansiswa. Pendidikan sistem among adalah sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam serta kemerdekaan yang dilaksanakan melalui trilogi pendidikan yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tut wuri Handayani. Pembentukan karakter yang dilakukan melalui sistem pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan salah, tetapi menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan bisa melakukannya dalam tingkah laku sehari-hari. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggambarkan mengenai penerapan pendidikan Sistem Among sebagai wahana pembentukan karakter siswa di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian. Penelitian kualitatif mewajibkan Kehadiran peneliti di lapangan, karena peneliti adalah instumen kunci untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam situasi sesungguhnya. Karena peneliti merupakan instrument kunci maka berhasil atau tidaknya 3
penelitian ini tergantung dari peneliti. Penelitian ini diadakan di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Tepatnya di Jalan R. Suryo, No.17. Data penelitian meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer. Sumber data primer yang dijadikan informan oleh peneliti adalah Ki Tanjung Selaku Kepala Sekolah, Ki Eko bagian Kurikulum, Ki Anang selaku Waka Kesiswaan, Ki Bambang Supriadi dan Ki Sugianto selaku pamong ketamansiswaan, Ki Imam dan Ki Kholis Selaku pamong Pelajaran akhlak dan sekaligus Tim Khusus, Nyi susi selaku Koordinator Tatib, Nyi Yuli Pamong BK, Komang selaku siswa SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah dan buku ketamansiswaan. Pengecekan keabsahan temuan data dilakukan dengan dua cara yaitu, Meningkatkan ketekunan dan triangulasi. Meningkatkan ketekunan berarti peneliti melakukan pengamatan lebih cermat dan berkesinambungan. HASIL Latar belakang Penerapan Sistem Among Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang sangat konsen dengan pendidikan karakter, hal ini terlihat banyaknya kegiatan yang bertujuan untuk penanaman karakter siswa diantaranya mengaji, sholat, pelajaran akhlak, dan dibentuknya tim khusus. Untuk memudahkan penanaman karakter siswa digunakan sistem among yaitu suatu sistem yang berjiwakan kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dipakainya sistem among dalam pelaksanaan pendidikan juga dilaksanakan di semua sekolah yang berlabel Tamansiswa, hal ini dikarenakan adanya pasal 14 tentang pelaksanaan pendidikan di perguruan Tamansiswa dilaksanakan menurut sistem among. Gambaran Pembentukan Karakter Siswa Melalui Sistem Among Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Pendidikan sistem among dilaksanakan dengan 3 cara yaitu: Ing Ngarso Sung Thuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Ing Ngarsa Sung Tulhada berati pamong tidak hanya memberi arahan tetapi juga menjadi contoh atau teladan bagi siswanya. Dengan teladan tersebut diharapkan siswa meniru tindakan guru sehingga guru
4
dalam pribasa jawa dikatakan “digugu lan ditiru” yang merupakan kepanjangan dari kata guru. Digugu berarti siswa patuh terhadap arahan guru dan ditiru berarti guru harus bertindak baik sehingga bisa dijadikan teladan oleh siswanya. Pelaksanaan Ing Ngarso Sung Tulhadha sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan karakter dari KEMENDIKNAS 2011 tentang pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar salah satunya dilakukan melalui kegiata keteladanan. Ing Madyo Magun Karso artinya pamong di tengah-tengah siswa harus memberi semangat siswa untuk berbuat baik, misalanya pamong memberi semangat siswa agar lebih giat belajar lagi. Tut Wuri Handayani artinya pamong dibelakan siswa membebaskan siswa dalam bersikap dan bertindak sesuai kehendaknya, tetapi pamong harus tetap mengawasi, agar bisa mengingatkan apabila siswa bersikap tidak baik. Pelaksanaan Tut Wuri Handayani sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan karakter dari KEMENDIKNAS 2011 tentang pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar salah satunya dilakukan melalui kegiatan spontan. Kegiatan spontan adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada saat itu juga. Hal ini terlihat jelas saat pamong memberikan arahan atau teguran kepada siswa pada saat melakukan hal yang kurang baik. Dalam pelaksanaan sistem among sebagai wahana pendidikan karakter di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang, dapat diamati dari beberapa upaya sekolah dalam membentuk siswa yang berbudi luhur atau berkarakter baik. Adapun usahanya sebagai berikut: (1)Penyambutan kedatangan siswa. Dalam penyambutan siswa ini ada beberapa sikap pamong yang mencerminkan pelaksanaan sistem Among. Dari penyambutan siswa pamong setidaknya menerapkan 2 dari trilogi pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha dan Tut Wuri Handayani. Penyambutan kedatangan siswa ini sudah mencerminkan Ing Ngarso Sung Tuladha karena pamong sudah memberikan teladan bagi siswanya, yaitu pamong piket memberi teladan dengan datang lebih pagi dari pada siswa. Walaupun datang lebih pagi pamong piket juga memberikan teladan dengan berpakaian rapi. Kedua teladan ini menanamkan karakter kedisiplinan. Keteladanan yang lain adalah peneguran terhadap siswa yang melakukan pelanggaran, misalnya terlambat. Siswa yang terlambat walaupun melanggar peraturan tidak serta merta dibentak-bentak oleh pamong tetapi pamong menanyakan dengan sabar mengapa siswa tersebut terlambat sekolah. Walaupun ahkirnya tetap diberi poin tetapi cara penyampaianya dilakukan dengan baik. Hal ini memberi teladan kepada siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik, walaupun yang diajak komunikasi melakukan kesalahan. Karakter yang ditanamkan adalah toleransi dan
5
komunikatif. Pelaksanaan trilogi yang kedua adalah Tut Wuri Handayani yaitu pemberian poin atau hadiah berupa hukuman bagi siswa yang terlambat atau berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan, karakter yang datanamkan ialah kedisiplinan; (2) Kegiatan Sholat dhuhur berjamaah dan sholat Jum’at diwajibkan bagi kelas 1 dan 2. Kedua kegiatan ini delaksanakan rutin untuk sholat Dhuhur mulai hari Senin sampai Rabu dan sholat Jum’at pada hari Jum’at. Kedua kegiatann ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan karakter dari KEMENDIKNAS 2011 tentang pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar salah satunya dilakukan melalui kegiatan rutin misalnya,shalat berjamaah. Kedua kegiatan ini menanamkan karakter religius. Pelaksanaan sistem among juga terdapat dalam pelaksanaan kedua kegiatan ini. Ketiga dari trilogi pendidikan sistem among terlaksana di kedua kegiatan ini. (3) Diwajibkannya siswa kelas 1 dan 2 untuk mengaji tilawatil Quran bertujuan agar semua siswa SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang mahir membaca Al-Qur’an. Penanaman karakter dalam kegiatan mengaji ini adalah religius. Kegiatan mengaji
ini
sesuai
dengan
pedoman
pelaksanaan
pendidikan
karakter
dari
KEMENDIKNAS 2011 tentang pengembangan budaya sekolah dan pusat belajar salah satunya dilakukan melalui kegiatan rutin. Setidaknya ada dua dari trilogi pendidikan sistem among yang nampak pada saat penelitian berlangsung yaitu Ing Ngarso Sung Tulhadha dan Tut Wuri handayani. Pelaksanaan Ing Ngarso Sung Tuladha terlihat pada kedisipilinan dan pakaian pamong saat mengajar mengaji sesuai dengan ketentuan agama islam. Hal ini menanamkan karakter kedisiplinan dan religius. Pelaksanaan pada kegiatan mengaji ini menanamkan karakter disiplin dan tanggung jawab, karena siswa yang tidak tertib di kelas akan di tegur dan bila tetap tidak tertib dikeluarkan; (4) Pelajaran akhlak ini tidak hanya terbatas dengan teori saja tetapi sampai di pelaksanaaanya. Hal ini dibuktikan dengan adanya buku rekaman peribadatan yang merupakan salah satu alat ukur keberhasilan diselenggaranya pelajaran ini. Dalam pembelajarn akhlak terdapat pelaksanaan trilogi pendidikan yaitu, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri handayani. Pelaksanaan Ing Ngarso Sung Tuladha diantaranya menjadi teladan siswa untuk berpakaian rapi, sehingga menanamkan karakter disiplin. Pelaksanaan Ing Madya Mangun Karsa sangat terlihat ketika pamong memberikan semangat kepada siswanya untuk semangat belajar hal ini menanamkan karakter gemar membaca dan kerja keras. Pelaksanaan Tut Wuri Handayani ialah tidak membatasi tindakan siswa di kelas tetapi apabila sudah dirasa tidak
6
pantas maka wajib diperingatkan. Pelaksanaan ini menanamkan karakter kedisiplinan dan peduli sosia. Pada mata pelajaran akhlak sudah sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan karakter dari KEMENDIKNAS 2011 tentang kegiatan pembelajaran. Pada pedoman tersebut pada hal 8 menyatakan bahwa, dalam mengembangkan karakter perserta didik dapat menggunakan pendekatan konstektual sebagai konsep belajar dan mengajar, hal ini membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka; (5) Adanya beberapa poster kata-kata bijak diharapkan anak selalu ingat akan kebaikan sehingga menghindari perbuatan yang merugikan. Adanya beberapa poster kata-kata bijak ini merupakan perwujudan dari salah satu trilogi pendidikan sistem among yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha. Wujud dari Ing Ngarso Sung Tuladha
karena kata-kata bijak ini
mengarahkan siswa kepada perilaku yang baik. Karakter yang ditanamkan disesuaikan dengan pesan yang ada di dalam poster, misalnya Lawan Sastra Ngeshti Mulya yang menanamkan karakter kerja keras dan rasa ingin tahu. Adanya beberapa poster tersebut sesuai dengan strategi pendidikan karakter di negara-negara barat yaitu dengan cheerleading. Strategi ini merupakan ditempelnya poster-poster, dipasangnya spanduk, baliho yang dipenuhi dengna slogan-slogan nilai baik (M.Samani dan Hariyanto: 144). Adanya beberapa poster kata-kata bijak juga sesuai dengan pedoman pelaksanaan pendidikan karakter 2011, bahwa pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar salah satunya melalui penkondisian misalnya, memajang poster kata-kata bijak dilorong sekolah dan di dalam kelas; (6) Adanya tim kusus ini berperan besar dalam pembentukan budi pekerti luhur siswa atau karakter yang baik. Tim khusus ini menangani siswa yang mempunyai tingkat pelanggaran tinggi yang dirangking melalui poin yang didapat siswa. Diadakan tim khusus ini diharapkan adanya penanganan secara khusus, sehingga yang semula siswa banyak melakukan pelanggaran berubah menjadi disiplin. Dilakukan secara khusus karena dalam penangannanya benar-benar dilakukan secara privat walaupun untuk sementara 1 pamong membina 3-5 siswa. Di dalam pelaksanaan tim khusus ini setidaknya terdapat 2 pelaksanaan trilogi pendidikan yang menonjol yaitu Ing Ngarsa Sung Tulhadha dan Ing Madya Mangun Karsa. Pelaksanaan Ing Ngarsa Sung Tulhadha telihat saat pamong memberikan arahan atau jalan keluar untuk menyeleseikan
7
permasalahan siswa. Pelaksanaan Ing Madya Mangun Karsa dilakukan saat pamong memberi semangat kepada siswa binaanya agar semangat dalam menjalani sekolahnya. Adanya tim khusus ini sesuai pendapar Schwaetz dalam M. Samani dan Hariyanto (2012:168) bahwa dalam pelasanaan pendidikan karakter yang efektif ada sebelas, salah satunya adalah diperlukannya pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif terhadap siswa; (7) Pamong tidak hanya memberi teladan di pada saat pembelajaran berlangsung tetapi juga diluar jam pelajaran. Keteladanan ini diwujudkan dalam perilaku Ing Ngarsa Sung Tulhadha yaitu saat pamong memberikan arahan ke hal yang baik dan sekaligus menjadi teladan, misalnya pamong tidak memperbolehkan siswanya untuk merokok, maka pamong di sekolah juga tidak merokok. Pamong juga memberi contoh dengan tetap menjaga kerapian seragamnya sehingga diharapkan siswa seragamnya tetap keadaan rapi walaupun diluar kelas. Kedua keteladanan ini menanamkankarakter disiplin. Pemberian keteladanan ini sesuai dengan pendapat Wibowo (2012:89) bahwa guru adalah orang yang pertama dan utama dalam memberikan contoh berperilaku dan berperilaku sesuai dengan nalai-nilai yang berlaku. Di luar kelas pamong juga memberikan semangat kepada siswa. Pemberian semangat ini merupakan wujud dari Ing Madyo Mangun Karso. Nilai karakter yang ditanamkan tergantun dari tujuan pemberian semangat tersebut, misalanya menyemangati siswa untuk rajin beribadah maka karakter yang ditanamkan adalah religius. Perilaku pamong di luar juga tidak lepas dari penerapan Tut Wuri handayani, yaitu pamong tetap mengawasi siswa dan membiarkan apabila perilaku siswa baik tetapi apabila tidak sesuai ketentuan maka harus diingatkan atau bahkan ditegur. Pemberian teguran yang dilakukan secara langsung tanpa meninggu waktu lama, sesuai dengan pendapat Wibowo (2012:87) bahwa apabila guru mengetahui adanya perilaku siswa yang menyimpang, maka pada saat itu juga dilakukan koreksi agar peserta didik tidak mengulangi lagi. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Sistem Among Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Ada beberapa kendala yang dihadapi SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang dalam pembentukan karakter melalui sistem among, yaitu: (a) Kurang perhatiaanya keluarga terhadap perilaku anaknya salah satunya nampak orang tua siswa dirumah tidak memperhatikan sholat anaknya, sehingga anak di rumah tidak melakukan sholat. Kurang
8
perhatiannya orang tua terhadap sholat, mengakibatkan kebiasaan yang dibangun sekolah untuk taat melakukan ibadah sholat tidak terlaksana dirumah. Pada dasarnya hambatan dari keluarga adalah tidak selarasnya pendidikan di sekolahan dan di keluarga. Hambatan dari keluarga juga ini sesuai dengan pendapat Wibowo (2012:52) bahwa selama ini pendidikan di keluarga belum efektif. Ketidak efektifan pendidikan karakter di keluarga dikarenakan sibuknya orang tua terhadap aktifitasnya dan kurang pahamnya dalam mendidik anak; (b) Pengaruh Negatif Dari Lingkungan. Lingkungan merupakan bagian dari tri pusat pendidikan selain sekolah dan keluarga. Di lingkungan juga anak bermain dan menemukan teman sebayannya. Tidak heran jika pengaruh lingkungan juga membawa dampak yang besar dalam mempengaruhi karakter anak. Anak yang berkumpul di lingkungan baik akan mempunyai karakter yang baik karena berkumpul dengan orang-orang baik tetapi sebaliknya apabila anak bergaul di lingkungan buruk maka akan buruk juga perilaku anak tersebut. Misalnya anak bergaul dilingkungan yang masyarakatnya tertib beribadah, tidak merokok, pastinya anak akan ikut tertib beribadah dan tidak merokok, tetapi beda apabila anak bergaul dengan anak jalanan, pastinya perilakunya tidak baik bahkan ikut-ikutan dijalannan dan sekolahnyapun tidak terurusi. Pengaruh negatif inilah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.
Pengaruh negatif dari lingkungan sesuai
dengan pendapat Wibowo (2012:52) yang menyatakan bahwa pengaruh pergaulan dilingkungan dan pengaruh media elektronik menghambat dalam pembentukan karakter anak didik; (c) Kurangnya pemahaman pamong terhadap sistem among menghambat pelaksanaan sistem among itu sendiri, tetapi bukan berarti berpengaruh besar terhadap pendidikan karakter. Tidak pahamnya pamong terhadap sistem among menyulitkan pamong dalam melaksanakan aturan yang terdapat dalam piagam dan peraturan besar persatuan taman siswa pasal 14 tentang pelaksanaan pendidikan yang berbunyi sebagai berikut Pendidikan di Perguruan Tamansiswa dilaksanakan menurut sistem among;(d) Kurangnya Jumlah Pamong Dalam Pelaksanaan Progran Tim Khusus. Program ini untuk pembinaan siswa yang mempunyai tingkat pelanggaran tinggi. Tujuan diadakannya adalah agar siswa tersebut menjadi lebih baik. Pelaksanaan tim khusus ini idealnya 1 pamong membina 1 siswa tetapi dalam kenyataannya siswa yang dibimbing lebih banyak dari pada jumlah pamong;(e) Belum Dilaksanakannya Sistem Peguron Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Dalam pelaksanaan sistem among sesuai dengan Peraturan Besar Persatuan Tamansiswa 2011, bagian kedua peraturan pelaksanaan, bab 1, pasal 6 tentang
9
pondok asrama ayat 1 menyatakan bahwa Perguruan Tamansiswa mengusahakan terselenggaranya pondok asrama untuk pamong beserta keluarganya dan siswa dalam satu tempat, yaitu bertempat tinggal di sekolahan. Penyelenggaraan pondok asrama ini belum bisa terwujud karena keterbatasan lahan dan dana. Kurangnya sarana dan prasarana sesuai dengan pendapat Widodo (2012:70) yaitu terbatasnya sarana dan prasarana sekolah mengkibatkan proses pengintegrasian pendidikan karakter tidak bisa efektif dan optimal. Solusi yang digunakan dalam menghadapi kendala dalam pembentukan karakter siswa melalui Sistem Amongdi SMP Taman Siswa (Taman Dewasa) Malang. Ada beberapa solusi yang digunakan dalam mengatasi kendala-kendala yang ada diantaranya: (1) Menjalin hubungan yang baik antara sekolahan dan keluarga yang merupakan modal utama untuk membentuk karakter siswa. Untuk mempererat hubungan tersebut dilakukan beberapa hal sebagai berikut: (a) diadakan buku penghubung, yang bisa dipakai orang tua untuk mengizinkan anaknya apabila tidak masuk sekolah, atau keperluan sekolah untuk menginformasikan kepada orang tua; (b) diadakan pertemuan setiap 6 bulan sekali disekolahan. Pertemuan ini dilakukan agar sekolah dapat komunikasi langsung dengan orang tua siswa; (c) adanya surat panggilan terhadap orang tua bagi siswa yang mendapat surat peringatan. Diadakan panggilan orang tua diharapkan orang tua mengatahui sejak dini kenakalan anaknya sehingga bisa memberikan perhatian khusus terhadap anaknya, dengan harapan cepat terseleseinya permasalahan siswa tersebut; (d) dilakukannya home visit oleh pamong. Home visit dilakukan apabila wali murid tidak menghadiri surat panggilah atau siswa lama tidak masuk sekolah tanpa keterangan; (e) diadakannya buku peribadatan. Dalam rekaman peribadatan yang tercatat di dalam buku tersbut terdapat tanda tangan orang tua. Adanya tanda tangan orang tua ini diharapkan orang tua mengetahui anaknya rajin sholat atau tidak. Apabila tidak rajin orang tua diharapkan memberikan perhatian khsusus agar anaknaya tertip melakukan ibadah sholat dirumah; (2) Solusi dalam mengatasi pengaruh negatif dariluar diantaranya; (a) diwajibkanya siswa mengikuti ekstrakulikuler, sholat dhuhur yang dilanjutkan mengaji, sholat jumat. Diwajibkan atas beberapa kegiatan disekolah terhadap siswa, agar terwujud budaya sibuk sehingga siswa waktunya untuk bergaul di luar sedikit, sehingga diharapkan mampu mengurangi pengaruh negatif dari lingkungan; (b) dibukanya fasilitas sekolahan pada sore hari, sehingga siswa dapat menghabiskan waktunya sampai sore hari disekolah.
10
Adanya budaya sibuk di sekolah sesuai dengan pendapat Wibowo (2012:53) yang menyatakan bahwa salah satu alternatif untuk mengatasi pengaruh negatif dari lingkungan adalah mengoptimalkan waktu belajar anak didik di sekolah; (3) Untuk mengatasi kurang pahamnya pamong terhadap pendidikan sistem among dilakukan dengan diadakannya pertemuan rebo wagean. Kegiatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali ini dihapkan mampu menjadikan pamong lebih memahami dan mengahayati ajaran Tamansiswa; (4) Cara untuk mengatasi keterbatasan jumlah pamong dalam melakukan bimbingan yaitu dengan membebani 1 pamong 3 sampai 5 siswa. Walaupun hal ini tidak ideal namun diharapkan tidak mengurangi keberhasilan dari tujuan diadakan tim khusus tersebut; (5) Untuk mengatasi belum diadakan sistem peguron ini, dilakukan karangtina terhadap siswa kelas tiga yang akan menghadai ujian nasional. Kegiatan yang dilakukan selama 7 hari ini, diharapkan pamong lebih mudah dalam melakukan pendampingan untuk menghadapi ujian nasional. Siswa tetap pulang ke rumah masing-masing, setelah waktunya karangtina habis yaitu jam 9 malam. KESIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang sangat giat dalam melakukan pembentukan karakter siswa, hal ini bisa terlihat dari beberapa kegiatan yang mencerminkan pelaksanaan pendidikan karakter misalnya, Sholat Dhuhur, pelajaran Akhlak, tim khusus. Dipakainya sistem Among dianggap cocok karena berjiwakan kekeluargaan serta bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan, selain itu juga adanya piagam dan peraturan besar persatuan Tamansiswa pasal 14, tentang pelaksanaan pendidikan yang mewajibkan semua sekolah yang berada di bawah naungan perguruan Tamansiswa dalam melaksanakan pendidikan menggunakan sistem Among. Pelaksanaan pendidikan sistem among dapat diamati dari beberapa kegiatan sekoah, untuk membentuk karakter kegiatan tersebut adalah: (a) Penyambutan kedatangan siswa, karakter yang ditanamkan yaitu kedisiplinan, komunikatif dan toleransi; (2) sholat Dhuhur berjamaah dan solat Jum’at untuk menanamkan karakter religius dan disiplin; (3) mengaji Tilawatil Al-Qur’an, karakter yang ditanamkan adalah religius, disiplin dan tanggung jawab;(4) pelajaran Akhlak, karakter yang ditanamkan adalah disiplin, tanggung jawab, rasa ingin tahu dan toleransi; (5) poster kata-kata bijak, karakter yang ditanamkan disesuaikan dengan isi pesan yang ada di poster; (6) pelaksanaan Tim Khusus, karakter
11
yang ditanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab; (7) Perilaku yang baik pamong di luar jam mengajar sebagai teladan siswa. Ada beberapa kendala yang dialami SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang pembentukan karakter melalui sistem Among yaitu: (1) hambatan dari keluarga, tidak selarasnya pendidikan di sekolah dengan dikeluarga, sehingga kebiasaan baik disekolah tidak didukung oleh keluarga; (2) hambatan dari lingkungan tempat siswa bergaul dan bermain;(3) pemahaman pamong terhadap sistem among masih rendah; (4) kurangnya jumlah pamong dalam pelaksanaan tim khusus, sehingga 1 pamong mendampingi 3-5 siswa; (5) belum dilaksanakannya sistem peguron Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang. Adapun solusi untuk menghadapi kendala dalam penbentukan karakter siswa melalui sistem Among sebagai berikut: (a) pengadaan buku penghubung, mengumpulkan wali murid 6 bulan sekali;(2) membudayakan sibuk di sekolah dengan cara diwajibkannya beberapa kegiatan di sekolah; (3) pertemuan rebo wagean untuk memantapkan ajaran ketamansiswaan; (4) penambahan siswa terhadap pamong pendamping, yang idealnya 1 pamong 1 siswa dijadikan 1 pamog mendampingi 3 sampai 5 siswa: (5) pelaksanaan karangtina selama 1 minggu sebelum ujian. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka ada beberapa saran dalam penerapan sistem Among Di SMP Tamansiswa (Taman Dewasa) Malang, diantaranya adalah: (1) Diadakan CCTV untuk memudahkan pamong dalam pengawasan perilaku siswa; (2) Pamong lebih mendalami tentang pembelajaran among sehingga dalam pelaksanaan sistem among benar-benar mencerminkan sifat ngemong terdadap siswa; (3) Sebagai pengganti sistem peguron dapat diadakan kegiatan wajib yang semua siswa pulang dari sekolah jam 5 sore, tentunya diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang mendukung, sehingga akan memperkecil pengaruh negatife dari luar; (4) Mengadakan kerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar sekolahan, hal ini dilakukan agar perilaku anak di luar sekolahan masih terpantau: (5) Dilaksanakan pelatihan PBB secara rutin yang dibina langsung oleh tentara.
12