PERAN TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
PUSPA TRESNA HANA YUGA 1111018200008
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ABSTRAK Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dalam bentuk survei terbatas. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa dengan 5 alternatif jawaban dan sebagai data pembanding menggunakan studi dokumen seperti tata tertib sekolah, point pelanggaran dan data point penghargaan yang berlaku disekolah, serta menggunakan wawancara, dengan mewawancarai 1 kepada kepala sekolah, 2 pamong (guru) pelajaran. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau, yaitu seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 66 orang. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi terlaksana dengan baik dengan memperoleh nilai persentase 77%. Rekomendasi yang dapat diberikan agar transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa dapat berjalan maksimal: Pertama, kepala sekolah lebih optimal dalam memotivasi siswa. Kedua, guru bidang studi harus lebih kreatif dan inovatif. Ketiga, pelatih/pembina ekskul harus bisa maksimal dalam mengasah minat dan bakat peserta didik. Keempat, perbaikan dalam pelaksanaan program-program sekolah yang harus konsisten. Kata Kunci: Transformasi, Budaya Sekolah, Aktivitas Belajar
i
ABSTRACT Puspa Tresna Hana Yuga. NIM 1111018200008. Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-1), Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. This study aims to determine and describe the role of a cultural transformation of the schools to junior high school students learning activities (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. The method used is descriptive quantitative method in the form of a limited survey. Data collection techniques used include engineering questionnaire using Likert scale for students with five alternative answers and as comparative data using the study documents such as school rules, point violations and data points awards that apply in school, as well as the use of interviews, interviewing 1 to the principal , two officials (teachers) lessons. The sample in this study is the population of affordable, that all students in grade VIII totaling 66 people. The results found in this study that the Role of Cultural Transformation Against School Activities Student Learning at SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi done well to obtain a percentage value of 77%. Recommendations can be given that the transformation of school culture on student learning activities can run up: First, the principal is more optimal in motivating students. Second, the subject teachers to be more creative and innovative. Third, trainers / coaches ekskul should be maximum in honing students' interests and talents. Fourth, improvements in the implementation of school programs that have to be consistent. Keywords: Transforming, School Culture, Learning Activities
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, anugerah dankarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati, dalam kesempatan ini melalui skripsi penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Dosen pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
4.
Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, motivasi, ilmu, kritik serta saran yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
5.
Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Majelis Cabang Perguruan Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7.
Ki Setiyaka, S.Ag. Kepala Sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
iii
8.
Nyi Dra. Dendang Hernawati, Nyi Dra. Euis Setiawati, dan Ki Wana Sapto Ajie, S.Pd. Pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang dengan ramah telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9.
Seluruh siswa/i SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang telah bersedia memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan.
10. Papah dan mamah (Una Ranuwijaya dan Isur Suryani). Orang tua tercinta yang telah memberikan motivasi baik moril dan materil serta selalu mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 11. Kakak-kakakku, Andhika Ranja Sena, S.Kom; Pinuji Prawita Dikjaya, S.Pd; Yuyun Gumilar, A.Md dan Nur Habzah, S.I. yang selalu memberikan support sehingga terselesaikannya skripsi ini. 12. Sahabat-sahabatku, Fajrin Kurniawan, S.E; Anis Novi Setia Dewi; Anna Rahmawati; Ari Handiningsih, S.Pd; Bahrul Alam, S.Pd; Dede Syukrillah Rifai, S.Pd; Gilang Putra Prasetyo, S.Pd; Madyana Nur Azizah, S.Pd; Sastria Dewantara Putra, S.Pd; Affan Setiadi, S.Pd. dan Rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2011 yang telah membantu dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Jakarta, 13 Oktober 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK............................................................................................................. i ABSTRACT.......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR..........................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 4 C. Batasan Masalah......................................................................................
4
D. Rumusan Masalah.................................................................................... 4 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................
5
BAB II KAJIAN TEORI A. Transformasi............................................................................................. 6 1. Pengertian Transformasi...................................................................... 6 2. Tujuan Transformasi...........................................................................
7
3. Ruang Lingkup Transformasi.............................................................. 8 B. Budaya Sekolah........................................................................................
9
1. Pengertian Budaya Sekolah................................................................. 9 2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah.................................................
11
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah..............
13
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah.................................................................
15
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah..........................................................
15
C. Aktivitas Belajar....................................................................................... 17 1. Pengertian Aktivitas Belajar................................................................ 17 2. Prinsip-prinsip Belajar......................................................................... 20 3. Tujuan dan Manfaat Belajar................................................................
22
4. Bentuk-bentuk Belajar......................................................................... 24
v
D. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar....................... 25 E. Penelitian Relevan...................................................................................
27
F. Kerangka Berpikir...................................................................................
28
G. Hipotesis Penelitian..................................................................................
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................
31
B. Metode Penelitian.....................................................................................
31
C. Populasi dan Sampel................................................................................
31
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 32 E. Teknik Pengolahan Data ......................................................................... 34 F. Teknik Analisis Data ...............................................................................
36
G. Uji Hipotesis..............................................................................................
39
H. Instrumen Penelitian................................................................................
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum.................................................................................... 43 1. Sejarah Singkat SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.............
43
2. Visi, Misi, Strategi, dan Motto SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi..................................................................................................
43
3. Profil SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.............................. 46 4. Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.......................... 47 5. Tenaga Pendidik..................................................................................
47
6. Tata Tertib SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi..................... 48 7. Sarana dan Prasarana...............................................................................
49
B. Deskripsi dan Interprestasi Data........................................................... 49 C. Pengujian Hipotesis.................................................................................. 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................
97
B. Saran.......................................................................................................... 97 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Jumlah Peserta Didik SMP Tamansiswa Bekasi 2015-2016.......
32
Tabel 3.2
Skala Penilaian............................................................................. 35
Tabel 3.3
Katagori Interpretasi....................................................................
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket......................................... 40
Tabel 3.5
Kisi-kisi Wawancara....................................................................
Tabel 4.1
Jumlah Guru................................................................................. 47
Tabel 4.2
Peran kepala sekolah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa...
50
Tabel 4.3
Peran pamong (guru) dalam mengembangkan kepekaan sosial..
51
Tabel 4.4
Peran Kepala sekolah membentuk pribadi siswa yang berbudi
38
42
pekerti........................................................................................... 52 Tabel 4.5
Interpretasi Data Transformasi..................................................... 53
Tabel 4.6
Alasan bersekolah di SMP Tamansiswa Bekasi..........................
56
Tabel 4.7
Kepala sekolah menunjukkan perilaku disiplin waktu................
56
Tabel 4.8
Peran kepala sekolah menumbuhkan perilaku disiplin................
57
Tabel 4.9
Peran kepala sekolah dalam mengingatkan sikap sopan santun..
58
Tabel 4.10
Mensosialisasikan tata tertib sekolah........................................... 59
Tabel 4.11
Disiplin mematuhi tata tertib pemakaian seragam sekolah.......... 60
Tabel 4.12
Disiplin kehadiran siswa..............................................................
61
Tabel 4.13
Disiplin waktu..............................................................................
62
Tabel 4.14
Peran polisi siswa terhadap kedisiplinan dan ketertiban.............. 63
Tabel 4.15
Minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah rendah............. 64
Tabel 4.16
Minat membaca buku siswa rendah.............................................
Tabel 4.17
Kelas jurnalistik untuk menyalurkan bakat dan minat menulis
65
siswa............................................................................................. 65 Tabel 4.18
GKS sebagai wadah kreatifitas siswa..........................................
Tabel 4.19
Peran sekolah dalam mengembangkan bakat minat dan
66
keterampilan siswa....................................................................... 67 Tabel 4.20
Kesiapan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar..................
68
Tabel 4.21
Kegiatan untuk mendorong siswa dalam berkompetisi...............
69
vii
Tabel 4.22
Kerja keras siswa dalam belajar................................................... 70
Tabel 4.23
Sikap cerdas dalam belajar........................................................... 71
Tabel 4.24
Sikap Ikhlas.................................................................................. 72
Tabel 4.25
Memberi penghargaan terhadap siswa......................................... 73
Tabel 4.26
Memberi teguran terhadap siswa.................................................
74
Tabel 4.27
Kejujuran siswa dalam belajar.....................................................
75
Tabel 4.28
Interpretasi Data Budaya Sekolah................................................ 76
Tabel 4.29
Peran kepala sekolah dalam mendukung kegiatan siswa............. 81
Tabel 4.30
Peran kepala sekolah dan pamong dalam memotivasi siswa....... 82
Tabel 4.31
Keterlibatan siswa saat pelajaran berlangsung............................. 83
Tabel 4.32
Rendahnya minat siswa mengikuti GKS.....................................
83
Tabel 4.33
Penerimaan siswa terhadap metode belajar yang variatif............
84
Tabel 4.34
Sikap siswa dalam menghadapi kesulitan belajar........................
85
Tabel 4.35
Tanggung jawab siswa mengerjakan pekerjaan rumah................ 86
Tabel 4.36
Disiplin belajar siswa di rumah.................................................... 87
Tabel 4.37
Kewajiban siswa hadir tepat waktu.............................................. 88
Tabel 4.38
Kewajiban siswa mentaati peraturan tata tertib belajar...............
Tabel 4.39
Pamong (guru) melakukan kegiatan mental................................. 89
Tabel 4.40
Kesiapan siswa menghadapi test yang diberikan pamong...........
Tabel 4.41
Kewajiban pamong (guru) mengajar dengan kreatif ................... 91
Tabel 4.42
Interpretasi Data Aktifitas Belajar...............................................
Tabel 4.43
Interpretasi Data Peran Transformasi Budaya Sekolah
89
90
92
Terhadap Aktivitas Belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi...................................................................... 94
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Model dalam Membangun Budaya Sekolah................................
14
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir........................................................................
30
Gambar 4.1
Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi................... 47
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran.1
Pedoman Angket......................................................................
1
Lampiran.2
Data Hasil Angket....................................................................
5
Lampiran.3
Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................
8
Lampiran.4
Rangkuman Data Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belar Siswa................................................. 11
Lampiran.5
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas................
13
Lampiran.6
Hasil Wawancara......................................................................
14
Lampiran.7
Profil SMP Tamansiswa Bekasi...............................................
25
Lampiran.8
Prestasi Non-Akademik Siswa SMP Tamansiswa Bekasi........
28
Lampiran.9
Peraturan Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi............
29
Lampiran.10 Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas....................................
31
Lampiran.11 Tindakan dan Sanksi Pelanggran Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi...................................................................
32
Lampiran.12 Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi................
34
Lampiran.13 Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa Berprestasi................
36
Lampiran.14 Peraturan Penghargaan Terhadap Pengabdian Guru Berprestasi................................................................................
37
Lampiran.15 Dokumentasi.............................................................................
38
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup manusia. Melalui pendidikan manusia akan memperoleh ilmu yang mampu menentukan perilaku dalam kehidupannya yang akan diwariskan kegenerasi berikutnya melalui proses belajar. Tapi yang terjadi pendidikan Indonesia saat ini memiliki suatu masalah yang serius, yaitu rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Banyak pihak yang berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian, keterampilan dan budi pekerti. Ini terbukti dengan semakin tingginya krisis moral dikalangan siswa dan masyarakat. Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menanamkan budi pekerti. Budi pekerti sangat perlu untuk ditanamkan kembali pada dunia pendidikan, ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Trias Kuncahyo dalam Tribun News, menurutnya: Pendidikan budi pekerti sangat mendesak untuk ditanamkan kembali pada dunia pendidikan. Kita semua bertanggung jawab atas masa depan Indonesia yang bermartabat, berbudaya dan sekaligus berakhlak. Mengembalikan pendidikan budi pekerti ke sekolah setidaknya akan menjamin Indonesia dengan masa depan yang lebih baik. Tidak adanya budi pekerti dalam tata pergaulan atau tata komunikasi menjadikan para mahasiswa menjadi pemimpin yang tidak profesional, haus kekuasaan dan tidak memiliki hati.1 Oleh karena itu perlu adanya penanaman kembali budi pekerti sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan agar terjadinya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. “Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek yang sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni proses belajar mengajar, 1
Trias Kuncahyo, “Mendesak, Pendidikan Budi Pekerti Dikembalikan ke Kurikulum Pendidikan Sekolah”, Tribun News, Jakarta, 2015. (http://tribunnews.com)
1
2
kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.”2 Oleh sebab itu, keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya didukung oleh sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa yang baik, tetapi juga budaya sekolah. “Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri dan profesional.”3 Karena pada prinsipmya budaya sekolah yang efektif akan memberikan efek positif bagi semua unsur dalam sekolah. Budaya sekolah merupakan jiwa sebuah sekolah yang memberikan makna dan mempengaruhi kegiatan kependidikan sekolah tersebut. menurut Depdikbud, “secara eksplisit faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, psikososial dan budaya.”4 Ini dapat dipahami bahwa budaya sekolah berpengaruh baik langsung ataupun tidak terhadap proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa. Budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Prilaku individu siswa yang sangat bergantung dengan perilaku yang diperlihatkan oleh orang-orang di sekitarnya terutama pemimpin sekolah. Dalam hal ini bisa perilaku kepala sekolah dalam memperlakukan para siswa dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebagai pemimpin, selain membuat perencanaan, pengorganisasian, pengesahan dan pengawasan. Kepala sekolah memegang peranan sebagai penggerak dinamika sekolah yang dipimpinnya dan memajukan bertumbuhnya budi pekerti. Untuk mencapai hal ini Tamansiswa menggunakan sitem pendidikan yang dinamakan sistem among dengan berpedoman pada patrap triloka, serta tetap
2
Suprapto. dkk,. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), h. 17. 3 Daryanto dan Hery Tarno, Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h.7. 4 Ibid., h. 26.
3
mempertahankan kurikulumnya yang lebih menekankan aspek mendidik siswa agar memiliki budi pekerti luhur. Untuk menjadikan kebiasaan positif terpelihara dan tumbuh dalam diri seluruh warga sekolah, maka kepala sekolah dapat menentukan budaya sekolah apa yang dapat ditransfer kepada seluruh siswa dan seluruh warga sekolah selama itu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari dengan metode among, secara konsisten dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah dalam diri
kepala
sekolah
sebagai
manajemen
puncak
sehingga
bisa
menyampaikan dan mentransfer kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan yang kemudian dapat mempengaruhi seluruh anggota sekolah untuk sama-sama memiliki rasa cinta terhadap sekolah. Selain itu, dengan didukung oleh budaya sekolah yang kuat, intim, kondusif dan bertanggung jawab akan memberikan dampak bagi individu atau kelompok lain, yaitu: a. b. c. d. e. f. g.
Meningkatkan kepuasan kerja; Pergaulan lebih akrab; Disiplin meningkat; Pengawasan fungsional bisa lebih ringan; Muncul keinginan untuk selalu berbuat proaktif, dan Belajar dan berprsetasi terus, serta Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengangkat suatu permasalahan yang akan dianalisis dan diteliti oleh penulis dengan judul “PERAN
TRANSFORMASI
AKTIVITAS
BELAJAR
TAMANSISWA BEKASI”
5
Ibid., h. 13.
BUDAYA
SISWA
SMP
SEKOLAH (TAMAN
TERHADAP DEWASA)
4
B. Identifikasi Masalah Identifikasi merupakan pengenalan atau penemaan masalah secara spesifik. Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut : 1. Belum optimalnya penerapan visi sekolah. 2. Kurang optimalnya disiplin siswa. 3. Belum optimalnya penerapan budi pekerti. 4. Masih rendahnya tingkat prestasi siswa. 5. Peran lingkungan luar sekolah yang belum optimal. 6. Program pengajaran belum optimal.
C. Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan tentang peran transformasi budaya sekolah dengan aktivitas belajar siswa, dan berdasar dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan pada rendahnya budaya disiplin di kalangan siswa dan prestasi siswa.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah; 1. Bagaimana peran transformasi terhadap siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi? 2. Bagaimana
keadaan
budaya
sekolah
SMP
(Taman
Dewasa)
Tamansiswa Bekasi? 3. Bagaimana aktivitas belajar SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi?
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan memiliki tujuan untuk dapat menjelaskan peran transformasi budaya disiplin di kalangan siswa dalam aktivitas belajar. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat yaitu: a. Manfaat Teoritis: Dapat mengembangkan pemikiran dalam bidang manajemen pendidikan, menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu dan sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis: 1) Bagi Penulis a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
yang
berhubungan
dengan
transformasi
budaya sekolah dan aktivitas belajar siswa; b) Memberi kesempatan pada penulis untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah dipelajari. 2) Bagi Sekolah a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi kepala sekolah atau sekolah guna mengambil
langkah
yang
tepat
dalam
rangka
mengembangkan budaya sekolah; b) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi
sekolah
mengembangkan melaksanakan
atau
budaya
aktivitas
kepala sekolah
belajar
pendidikan yang hendak dicapai.
siswa
sekolah agar sesuai
dalam mampu tujuan
BAB II KAJIAN TEORI A. Transformasi 1. Pengertian Transformasi Banyak pendapat ahli tentang pengertian Transformasi. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian transformasi. Transformasi merupakan kata yang berasal dari kata “Transform atau Transformation” yang berarti perubahan bentuk atau pergantian bentuk.1 Begitu juga dengan yang tertera di dalam Kamus Bahasa Indonesia, bahwa “transformasi adalah perubahan rupa atau bentuk, sifat dan sebagainya.”2 Berdasarkan pengertian tersebut, maka dipahami bahwa transformasi dan perubahan adalah dua hal yang memiliki kesaaman makna, yaitu bentuk pergantian menuju keadaan yang lebih baik. Sedangkan menurut Wibowo, “perubahan adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan di masa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Transformasi atau perubahan merupakan suatu tanda dalam kehidupan yang selalu berlangsung secara tetap.”3 Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Potts and La Mars dalam Wibowo bahwa “perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi menuju pada keadan yang diinginkan di masa depan. Transformasi atau perubahan dari keadaan sekarang dilihat dari sudut struktur, proses, orang, dan budaya.”4 Kedua pernyataan ini bermakna bahwa transformasi dilakukan untuk menjadikan sebuah
1
John M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), cet. 26, h. 601 2 Nur Azman (kord.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Bandung: Penabur Ilmu, 2008), h. 487. 3 Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 1. 4 ------------, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 87.
6
7
sistem atau kondisi menjadi lebih baik dari yang sebelumnya bagi seluruh aspek di dalam organisasi.
2. Tujuan Transformasi Sebelum melakukan transformasi atau melakukan perubahan haruslah terlebih dahulu mengetahui mengapa perlu melakukan sebuah perubahan. Berikut merupakan beberapa pendapat ahli mengenai tujuan dari perubahan. Transformasi atau perubahan merupakan kebutuhan bagi setiap organisasi agar dapat selalu menyesuaikan diri dengan dunia di luarnya untuk dapat survive dan mengembangkan diri.5 Menurut Robbins
dalam
Wibowo,
“tujuan
perubahan
adalah
untuk
memperbaiki kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan di sisi lain mengupayakan perubahan perilaku karyawan.”6 Kedua pernyataan ini memaknai tujuan transformasi atau perubahan sebagai sebuah upaya untuk menghadapi segala tantangan yang hadir dalam organisasi. Dengan sifat dinamis yang dimiliki oleh organisasi, maka sebuah organisasi dan aspek-aspek yang terdapat di dalamnya haruslah mampu mengikuti segala macam kondisi untuk menghadapi perubahanperubahan di lingkungan organisasi. Menurut Musa Ali, usaha transformasi dilakukan untuk menjamin survival organisasi. Selain itu juga untuk memastikan kecakapan dan keberkesanan organisasi dalam menyampaikan perkhidmatan atau pengeluarannya.7 Pernyataan ini mengartikan bahwa transformasi atau perubahan dilakukan sebagai upaya mempertahankan diri dari keadaan tertentu yang bersifat buruk, dan
5
Ibid., h. 115 Ibid., h. 90. 7 Musa Ali, Transformasi Organisasi: Konsep dan Teknik Pelaksanaan, (Malaysia: Universiti Sains Malaysia, 2015), Cet. II., h. 2. 6
8
juga untuk memastikan kecakapan dan efektivitas organisasi dalam memberikan layanan. Transformasi atau perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh sebuah organisasi, bahkan pada kondisi tertentu transformasi atau perubahan sangat perlu dilakukan dengan berbagai macam cara tetapi memiliki tujuan pasti, yaitu menjadikan kinerja organisasi lebih baik sehingga organisasi lebih bertahan dengan setiap kondisi yang berlangsung disekitarnya. Dengan kemampuan organisasi bertahan maka akan menjadikan organisasi tetap ada dan diakui.
3. Ruang Lingkup Transformasi Upaya transformasi atau perubahan dalam organisasi terjadi pada beberapa area atau objek seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Wibowo, “sasaran atau objek suatu perubahan dapat diarahkan pada struktur organisasi, teknologi, pengaturan fisik, proses, orang, dan budaya dalam suatu organisasi. Namun sasaran transformasi atau perubahan tersebut pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi karena diantaranya saling memengaruhi.”8 Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Wibowo. Daft dan Marcic dalam Ismail Solihin, kemudian menambahkan dua area lain di dalam organisasi yang perlu mengalami perubahan, yakni: strategi (strategy) dan produk (products).9 Perubahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi organisasi dengan rencana baru ketika kondisi organisasi
berada
dalam
kondisi
yang
membahayakan
keberlangsungan organisasi. Yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap perubahan pada hasil kerja organisasi.
8 9
Wibowo, op. cit., h. 93. Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, ( Jakarta: Erlangga, 2009), h. 119.
9
Dari ulasan diatas mengenai transformasi atau perubahan penulis menyimpulkan bahwa transformasi atau perubahan terjadi pada semua bagian dalam organisasi tanpa bisa dihindari dan dapat terjadi kapan saja. Saat melakukan transformasi atau perubahan haruslah melihat pengalaman transformasi atau perubahan yang terjadi sebelumnya untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan dari transformasi atau perubahan yang dilakukan.
B. Budaya Sekolah 1. Pengertian Budaya Sekolah Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna, “Bedasarkan asal usul katanya (etimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan yang berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budi yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia.”10 Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery Tarno, “budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.” Kemudian Koentjaraningrat dalam Daryanto dan Hery Tarno membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu: a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain-lain; b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan; c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.11
10
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 96. 11 Daryanto dan Hery Tarno, Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h.1.
10
Sehingga budaya atau kultur dapat diartikan sebagai suatu kualitas kehidupan dalam sebuah kelompok atau organisasi yang diwujudkan dalam aturan-aturan atau norma, tata kerja, hasil karya, pengalaman, gaya kepemimpinan seorang atasan maupun bawahan, tradisi yang mengakar dan mempengaruhi sikap perilaku setiap orang yang ada dalam kelompok termasuk mempengaruhi nilai, sikap dan perilaku yang ada di lingkungan sekolah sebagai cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukkan oleh prilaku individu dan kelompok dalam komunitas sekolah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna, yaitu: “budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasankebiasaan
yang
ditampilkannya,
dan
tindakan-tindakan
yang
ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah.”12 Beberapa pendapat mengenai budaya sekolah yang senada dengan yang dikemukakan di atas juga dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya: “Budaya sekolah/madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah/madrasah tersebut.”13 Menurut Suprapto, “budaya sekolah sebagai keseluruhan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh sekolah yang meliputi visi, misi, dan tujuan sekolah, etos belajar, integrasi, norma agama, norma hukum dan norma sosial.”14 Dari beberapa pengertian budaya sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan norma, nilai
12
Aan Komariah dan Cepi Triatna, op.cit., h.102 Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listiyo Prabowo, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. IV, h. 48. 14 Suprapto, dkk., Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), h. 17. 13
11
dan tradisi yang dibangun oleh semua warga sekolah dalam semua aktivtas sekolah yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh seluruh warga sekolah secara bersama-sama sebagai cara hidup di sekolah yang kemudian membentuk karakter sekolah akibat dari adanya kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam sekolah dengan jangka waktu yang lama.
2. Tujuan dan Manfaat Budaya Sekolah Berikut ini akan dipaparkan pandangan beberapa ahli tentang tujuan dan maanfaat dari adanya budaya sekolah. Daryanto dan Hery Tarno mengungkapkan bahwa tujuan dari pengembangan budaya sekolah, yaitu: Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan kepada personil sekolah tentang bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka dalam lingkungan sekolah yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di sekolah baik itu lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.15 Kemudian Rohiat juga mengutarakan tujuan dari pengembangan budaya sekolah, yaitu: Sasaran (tujuan jangka pendek atau tujuan situasional) dari pengembangan budaya sekolah adalah terwujudnya budaya sekolah yang kondusif serta dan bermutu untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah sehingga program-program yang dapat dikembangkan antara lain (1) penyosialisasian budaya mutu di sekolah, (2) peningkatan perencanaan program pengembangan budaya mutu sekolah, (3) peningkatan implementasi budaya mutu sekolah, (4) peningkatan supervisi, monitoring dan evaluasi dalam program budaya mutu sekolah, (5) peningkatan manajemen program budaya mutu sekolah, (6) dan sebagainya.16 Pernyataan ini dapat dipahami bahwa, budaya sekolah secara sederhana dalam jangka waktu yang singkat dapat menjadikan sekolah
15 16
94.
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 11. Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h.
12
memiliki mutu pembelajaran melalui pengembangan programprogram yang dianggap mampu meningkatkan mutu sekolah. Menurut Mulyasa, “iklim dan budaya sekolah yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehingga semua pihak yang terlibat didalamnya, khususnya peserta didik merasa nyaman
belajar.”17
Dengan demikian
kegiatan
pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan yang secara tidak langsung akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik. Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, manfaat yang akan diperoleh dari pengembangan budaya dan iklim sekolah yang kuat, intim, kondusif dan bertanggung jawab adalah: a. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik b. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal. c. Lebih terbuka dan transparan. d. Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi. e. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan. f. Jika menemukan kesalahan akan segaera dapat diperbaiki. g. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK.18 Manfaat dari adanya budaya sekolah tidak hanya dirasakan sekolah dan lingkungannya, tetapi juga dapat dirasakan oleh masingmasing individu dan kelompok dimana saja karena terbentuknya norma pribadi dan bukan akibat dari aturan yang kaku dengan berbagai hukuman. Menurut Daryanto dan Hery Tarno Manfaat budaya sekolah bagi individu dan kelompok, antara lain; a. b. c. d. e. f.
17
Meningkatkan kepuasan kerja Pergaulan lebih akrab Disiplin meningkat Pengawasan fungsional bisa lebih ringan Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif Belajar dan berprestasi terus
Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.
92. 18
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h.13.
13
g. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.19 Ini
menjelaskan,
bahwa
dengan
adanya
budaya
sekolah
memungkinkan untuk menjadikan seriap induvidu mengalami perubahan ke arah yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas dirinya.
3. Proses Pembentukkan dan Pengembangan Budaya Sekolah Setiap sekolah haruslah memiliki budaya sebagai identitas bagi lembaganya dan sebagai nilai hidup seluruh individu di dalamnya. Namun budaya sekolah haruslah dibentuk dan dikembangkan agar budaya sekolah dapat diterima dan bermanfaat bagi individu dalam organisasi dan bagi organisasi itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa cara pembentukkan dan pengembangan budaya sekolah menurut beberapa ahli. Menurut Aan Komariah cara yang dapat dilakukan untuk membentuk sebuah budaya organisasi/sekolah bisa melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut: a. Seleksi Menekankan sejak awal terhadap pegawai-pegawai bahwa hanya pegawai-pegawai yang memenuhi kriteria organisasi yang dapat diterima. b. Manajemen Puncak Pimpinan menjadi pendorong kuat bagi tumbuhnya perilaku bawahan. Pemimpin mesti menetapkan norma-norma perilaku yang dapat diikuti bawahannya. Disamping itu apa yang dilakukan atasan dapat diobservasi dan dinilai oleh bawahannya. c. Sosialisasi Penanaman norma-norma yang ditetapkan organisasi dapat dilakukan dengan cara membicarakannya dalam rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, atau bahkan dengan alat/media khusus.20
19 20
Ibid. Aan Komariah dan Cepi Triatna, op.cit., h.113.
14
Dalam bukunya, Dryanto dan Hery Tarno menjelaskan tentang bagaimana membangun sebuah budaya sekolah melalui gambar/ model seperti berikut; Pemberdayaan Sekolah
Budaya
a. Nilai b. Norma c. Perilaku
Pemberdayaan
Lingkungan
Sekolah
Fisik Sekolah
a. Berbasis Mutu b. Kepemimpinan Kepala Sekolah c. Disiplin dan Tata Tertib d. Penghargaan dan Insentif e. Harapan Berprestasi f. Akses Informasi g. Evaluasi h. Komunikasi Intensif dan Terbuka
a. b. c. d.
Keindahan Keamanan Ketentraman Kebersihan
Budaya dan Iklim Sekolah Gambar 2.1 Model dalam Membangun Budaya Sekolah21
Model tersebut menggambarkan bahwa budaya dan iklim sekolah merupakan kumpulan niali-nilai, norma dan perilaku yang mengontrol interaksi warga sekolah dengan orang-orang di luar sekolah. Budaya sekolah merupakan hasil interaksi nilai-nilai yang dianut individu di dalam sekolah dan di luar sekolah secara sadar untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah. 21
Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., 16.
15
Budaya sekolah yang positif akan mendukung peningkatan mutu pendidikan yang positif dan sejalan dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Oleh sebab itu maka melalui kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, kepala sekolah diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan budaya sekolah sehingga secara maksimal mampu mendukung peningkatan mutu pendidikan.
4. Jenis-jenis Budaya Sekolah Budaya sekolah secara umumnya didefinisikan sebagai cara hidup di sekolah yang sebenarnya dihasilkan oleh pelajar dan sebagian guru. Budaya sekolah yang berlangsung sangatlah beranekaragam dan setiap sekolah memiliki budaya yang berbeda antara sekolahnya dengan sekolah lain. Berikut ini adalah jenis-jenis budaya sekolah. Budaya sekolah berdasarkan jenisnya, menurut Daryanto dan Hery Tarno terdapat dua jenis budaya sekolah, yaitu budaya formal dan budaya informal. “Budaya formal ini mementingkan pencapaian akademik dan manfaat untuk mencapai tersebut. Budaya informal ialah apa saja selain untuk
mencapai kepentingan budaya formal
sekolah seperti budaya bertutur kata, berpakaian, dan lain-lain.”22 Kedua jenis budaya sekolah pada dasarnya sama-sama untuk meningkatkan perilaku positif yang konsisten agar dapat menunjang program sekolah secara kuat dan menjadikan siswa serta guru memiliki kualitas dan prestasi dengan budaya formal yang dimiliki.
5. Bentuk-bentuk Budaya Sekolah Budaya sekolah merupakan komponen penting untuk memajukan sekolah, oleh karena itu sekolah haruslah menanamkan budaya sekolah secara tepat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut sekolah. Bentuk-bentuk budaya sekolah yang diterapkan tiap-tiap sekolah pun 22
Ibid., h. 5.
16
berbeda-beda. Berikut ini adalah bentuk-bentuk budaya sekolah yang diterapkan oleh sekolah menurut beberapa ahli. Balitbang Kemendikbud dalam Albertin Dwi Astuti memaparkan aspek-aspek
mengenai
budaya
utama
(core
culture)
yang
direkomendasikan untuk dikembangkan sekolah, yakni: (a) Budaya jujur, (b) Budaya saling percaya, (c) Budaya kerja sama, (d) Budaya membaca, (e) Budaya disiplin dan efisien, (f) Budaya bersih, (g) Budaya berprestasi, dan (h) Budaya memberi penghargaan dan menegur.23 Sedangkan menurut Daryanto dan Hery Tarno, kegiatan budaya sekolah yang masing sering dilakukan di sekolah, diantaranya yakni: (a) Budaya salam, (b) Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk melatih jurnalistiknya, (c) Dialog interaktif dengan para pakar dibidangnya, (d) Lintas juang, (e) Studi kepemimpinan siswa, (f) Budaya disiplin, (g) Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, (h) Budaya kreatif.24 Salah satu bentuk budaya sekolah yang selalu ada dan harus menjadi fokus utama yaitu budaya disiplin. Disiplin merupakan salah satu faktor penting dalam upaya untuk membentuk tingkah laku sesuai dengan yang sudah ditetapkan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan diharapkan. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan dan selalu menjauhi hal-hal yang tidak baik. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan pola dari nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah untuk menuntun kebijakan sekolah terhadap semua komponen sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan
23
Albertin Dwi Astuti, “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten”, Skripsi pada Strata Satu UNY, Yogyakarta, 2015, h. 12, dipublikasikan. (http://eprints.uny.ac.id) 24 Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 8.
17
penuh kesadaran sebagai prilaku alami yang dibentuk oleh lingkungan dengan pemahan yang sama diantara seluruh komponen sekolah dan semua yang memiliki keterhubungan dengan sekolah. Setiap sekolah harus memiliki budaya sekolah sebagai identitas sekolah. Setiap sekolah akan memiliki budaya sekolah yang berbeda satu dengan lainnya, inilah yang menjadikan budaya sekolah sebagai sebuah identitas diri bagi sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya sekolah merupakan komponen penting dalam memajukan sekolah meskipun tidak selalu berdampak positif. Budaya sekolah banyak bergantung kepada kepemimpinan kepala sekolah dan harus diperhatikan oleh kepala sekolah mengenai keberadaan budaya sekolah tersebut karena kepala sekolah merupakan seseorang yang memiliki kekuasaan dalam membentuk budaya sekolah yang dipimpinnya. Selain dengan berpedoman kepada visi dan misi sekolah, dalam menciptakan budaya sekolah positif juga perlu dibarengi oleh rasa saling percaya dan saling memiliki yang besar terhadap sekolah. Salah satu sekolah atau perguruan yang memiliki budaya yang sangat kuat dan terus-menerus dijadikan nilai hidup hingga saat ini adalah Taman Siswa.
C. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan aktivitas belajar, terlebih dahulu harus diketahui pengertian aktivitas dan belajar menurut beberapa ahli. a. Pengertian Aktivitas Kata aktivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki pengertian sebagai “kegiatan, kerja atau kesibukan, keaktivan.”25 Sehingga dapat dipahami bahwa aktivitas adalah kerja atau salah
25
Nur Azman (kord.), op. cit., h. 12.
18
satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam organisasi. Aktivitas dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan yang dialakuakan dengan maksud untuk mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut. Aktivitas manusia ataupun tingkah laku manusia di dalam sebuah interaksi dengan lingkungannya selalu berorientasi pada masa depan.
b. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Menurut Suyono dan Hariyanto, “belajar adalah sebagai suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.”26 Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sudarwan Danim, menurutnya “belajar merupakan proses menciptakan nilai tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. Nilai tambah itu tercermin dari perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan.”27 Sedangkan Muhibbin Syah membagi pengertian belajar kedalam tiga ranah, yaitu secara kuantitatif, institusional dan kualitatif. Secara kuantitatif (ditinju dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. Secra institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik 26
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9. 27 Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 93.
19
mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memeroleh artiarti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada terciptanya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.28 Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar merupakan sebuah proses yang terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang secara sadar untuk memenuhi kebutuhannya dan
akan
membantunya
memahami
kemampuannya
dan
mengembangkannya dengan melibatkan pengalaman, sehingga menjadikan
dirinya
lebih
berkualitas
untuk
menjalani
kehidupannya dengan baik dan cara yang benar.
c. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut William, “aktivitas belajar adalah interaksi yang spesifik antara pembelajaran dengan orang lain menggunakan alatalat dan sumber daya tertentu demi mencapai hasil tertentu.”29 Kemudian Sardiman mengartikan aktivitas belajar sebagai aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkait.30 Lebih lanjut lagi, Piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa “seorang anak itu berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa Perbuatan berarti anak itu tidak berfikir.”31 Dapat dipahami, bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi siswa yang intens dengan guru dan seluruh warga sekolah. Aktivitas belajar yang baik 28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Perspektif Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet. XIX, h. 90. 29 William, Tiga Tahun Dari Sekarang, (Jakarta: Feliz Books, 2013), h. 155. 30 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), cet. XXII, h. 100. 31 Ibid.
20
harus melibatkan psikologi dan fisik peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik yang tentunya akan menjadikan peserta didik jauh lebih berkarakter dan memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan belajar dan pendidikan.
2. Prinsip-prinsip Belajar Banyak teori mengenai prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dalam bidang pendidikan yang masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan. Dalam bukunya, Dimyati dan Mudjiono menyebutkan tujuh prinsip-prinsip belajar, yakni: (a) Perhatian dan motivasi, (b) Keaktifan, (c) Keterlibatan langsung/berpengalaman, (d) Pengulangan, (e) Tantangan, (f) Balikan dan penguatan, serta (g) Perbedaan individual.32 Kemudian Sukmadinata menyampaikan mengenai prinsip umum belajar yang telah dikembangkannya sebagai berikut: (a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan, (b) Belajar berlangsung seumur hidup, (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif, (d) Belajar mencangkup semua aspek kehidupan, (e) Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan waktu, (f) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, (g) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, (h) Pembentukkan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks, (i) Dalam belajar dapat terjadi
32
42.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h.
21
hambatan-hambatan, dan (j) Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.33 Selanjutnya Nanang dan Cucu mengemukakan prinsip-prinsip belajar yang sama dengan Sukmadinata dan menambahkan tiga prinsip-prinsip belajar, yaitu: a. Belajar dimulai dari yang faktual menuju konseptual. b. Belajar dari yang kongkret menuju yang abstrak. c. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.34 Prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat dan mengembangkan sikap yang diperlukan dalam menunjang peningkatan belajar peserta didik. Selain itu, aktivitas belajar
harus
dilaksanakan
dengan
penuh
kedisiplinan,
baik
kedisiplinan guru terhadap teori dan prinsip-prinsip belajar ataupun kedisiplinan siswa terhadap kebijakan sekolah dan disiplin dalam belajar. Ini karena disiplin menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Moedjiarto dalam Dryanto dan Hery Tarno. Moedjiarto mengungkapkan bahwa “karakteristik dan tata tertib dan kebijakan disiplin sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik siswa.”35 Secara umum Daryanto dan Hery Tarno mengartikan disiplin sebagai “suatu bentuk ketaatan pada peaturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah.”36 Disiplin belajar merupakan salah satu yang mempengaruhi kegiatan belajar. Menurut Bambang Sumantri, Disiplin belajar siswa bisa terjadi di rumah dan di sekolah: Disiplin belajar di rumah, antara lain meliputi: belajar setiap hari, mengerjakan pekerjaan rumah, membuat laporan, belajar berkelompok dan sebagainya. Sedangkan disiplin belajar di sekolah 33
Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 128. Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2012),Ccet. III, h. 18. 35 Daryanto dan Hery Tarno, op.cit., h. 83. 36 Ibid., h. 22. 34
22
antara lain meliputi: ketepatan waktu datang ke sekolah, keaktifan mengikuti pelajaran di kelas, ketaatan mengikuti peraturan di kelas maupun sekolah, menggunakan waktu luang dan sebagainya.37 Dengan adanya disiplin belajar siswa akan belajar hidup dengan pembiasaan
yang
baik
dan
bermanfaat
bagi
dirinya
dan
lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Pada dasarnya kedisiplinan merupakan kesadaran dan kepatuhan dari seseorang untuk mentaati segala peraturan yang ada. Sehingga kedisiplinan tidak dapat dilepaskan dari masalah tata tertib. 3. Tujuan dan Manfaat Belajar Belajar
pada
hakekatnya
adalah
proses
kegiatan
secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik dengan perbaikan dan pembinaan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.38 Dave dalam Eveline Siregar, dkk. Mengemukakan lima jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, yakni: (a) Meniru, (b) Menerapkan, (c) Memantapkan, (d) Merangkai, (e) Naturalisasi.39 Pernyataan ini bermakna bahwa, dengan adanya aktivitas belajar siswa akan merespon apa yang dia amati dengan tepat dan mengkordinasikannya dengan fisik dan psikisnya.
37
Bambang Sumantri, Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010, Media Prestasi, Vol. VI. No. 3 Desember 2010, 2016, h. 119. (http://jurnal.stkipngawi.ac.id). 38 Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1, 2015 (http://www.setneg.go.id) 39 Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UNJ, 2007), h. 9.
23
Kemudian secara sederhana Sardiman membagi tujuan belajar menjadi tiga jenis, yaitu: (a) Untuk mendapatkan pengetahuan, (b) Penanaman konsep dan keterampilan, dan (c) Pembentukkan sikap.40 Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa, tujuan belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, keahlian dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai norma yang berlaku. Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana juga menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini: a. b.
c. d. e.
f.
Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal untuk belajar sejati. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya. 41
Dari penjabaran di atas, maka dapat dipahami bahwa dari kegiatan belajar tidak hanya menjadikan seseorang memiliki kecerdasan akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran dan
sikapnya.
Disepanjang
hidupnya
manusia
akan
terus
mengahadapai kondisi dan proses kehidupan yang sadar dan tanpa disadari,
manusia
melaksanakan
melakukan
kehidupannya
belajar secara
untuk
memenuhi
mandiri.
Karena
dan untuk
melaksanakan kehidupannya secara mandiri manusia haruslah memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap yang baik. Dan semua itu 40
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. XXI h. 25. 41 Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana, op.cit., h. 24.
24
dapat diperoleh dari kegiatan belajar yang dilakukan mausia secara terus-menerus. 4. Bentuk-bentuk Belajar Begitu banyak aktivitas belajar yang dapat dilakukan dan diterima peserta didik di dalam kelas. Berikut merupakan bentuk-bentuk aktivitas belajar yang bisa dilakukan. Gage dalam Ratna Wilis Dahar mengungkapkan ada lima bentuk belajar, yaitu: (a) Belajar Responden, (b) Belajar Kontiguitas, (c) Belajar Operant, (d) Belajar Observasional, dan (e) Belajar Kognitif.42 Kemudian Nanang & Cucu Suhana mengungkapkan, bahwa aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: (a) Kegiatan-kegiatan visual, (b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, (d) Kegiatan-kegiatan menulis, (e) Kegiatan-kegiatan menggambar, (f) Kegiatan-kegiatan metrik, (g) Kegiatan-kegiatan mental, dan (h) Kegiatan-kegiatan emosional.43 Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dilakukan disekolah sangat ditentukan oleh model-model pengajaran yang diberikan oleh guru. Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran guru dan mengaktifkan indera yang dimiliki siswa sehingga membuat siswa lebih terlatih. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik dan psikis yang berprinsip dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung
atau
berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu. Dalam kegiatan belajar banyak terdapat macam-macam kegiatan yang berbeda satu dengan yang lainnya dan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi manusia yang melakukan belajar. 42 43
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 4. Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana, loc. cit.
25
Pada dasarnya bentuk belajar disesuaikan dengan model pembelajaran guru. Tujuannya tetap sama, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, untuk penanaman konsep dan keterampilan, serta untuk pembentukkan sikap dan upaya mencapai prestasi siswa.
D. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat kegiatan belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan kualitas anak didik. Tidak hanya menjadikan seseorang memiliki kecerdasan akademik, tetapi juga kecerdasan dalam mengolah pikiran dan sikapnya. Kecerdasan selalu diidentikkan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah. Menurutnya, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa, yaitu: a.
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran.44 Kondisi lingkungan sekolah bisa dipengaruhi oleh budaya sekolah yang berlangsung. Budaya sekolah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab merupakan suatu yang dapat menjelaskan, menggambarkan, dan mengidentifikasi mengenai sekolah tersebut. Pentingnya membangun budaya sekolah berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah. Jika dikaitkan dengan prestasi dalam aktivitas belajar, budaya sekolah memiliki sumbangan yang sangat berharga dalam menunjang aktivitas belajar. Melalui budaya positif yang diterapkan disekolah, seperti budaya jujur, budaya saling percaya, budaya kerja sama, budaya 44
Muhibbin Syah, op.cit., h.145.
26
membaca, budaya disiplin dan efisien, budaya bersih, budaya berprestasi, serta budaya memberi penghargaan dan menegur siswa akan terlibat langsung dalam pelakasanaannya yang secara perlahan akan merubah cara hidup, berpikir siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar yang positif dan memperoleh hasil belajar berupa prestasi belajar yang positif juga. Pembelajaran positif hanya berlangsung dalam budaya yang positif. Sekolah yang sehat akan mempengaruhi kesuksesan banyak siswa dan guru. Ini diperkuat dengan pernyataan dari Sudarwan Danim dan Khoril, menurutnya “Kultur sekolah yang positif mendorong orang dapat membangun komitmen kuat untuk mencapai sesuatu yang menarik secara bersama. Sebaliknya kultur sekolah yang negatif dapat mengganggu hubungan antarkomunitas sekolah.”45 Kemudian Suyono dan Hariyanto juga nyatakan, bahwa: Pembudayaan adalah suatu proses di mana seseorang belajar tentang sesuatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi kehidupannya, sehingga dia memperoleh nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dan diperlukan dalam budaya semacam itu. Pengaruh orang tua, orang dewasa lain seperti guru serta temen sebaya akan membantu pembentukkan individu dalam enkulturasi. Jika pengaruh ini berlangsung secara sukses, maka akan menghasilkan peningkatan kompetensi siswa dalam penguasaan bahasa, nilai-nilai yang dipegang, serta berbagai ritual terkait budaya tersebut, termasuk pemahaman dan peraktiknya dalam menghayati agama.46 Pernyataan bahwa budaya sekolah memiliki peran dalam aktivitas dan prestasi belajar siswa juga diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Daryanto dan Hery Tarno. Menurutnya “siswa yang memiliki budaya mutu memiliki motivasi belajar, komitmen dan keranjinan yang tinggi dan sebaliknya menolak cara-cara yang tidak fair, seperti menyontek, dan sebagainya.”47
45
Sudarwan Danim dan Khairil, op.cit., h. 225. Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 135. 47 Daryanto dan Hery Tarno. op.cit., h. 40. 46
27
Dari pernyataan di atas maka dapat dipahami bahwa, budaya sekolah memiliki peran penting terhadap keputusan dan pelaksanaan pendidikan yang berlangsung di sekolah asalkan sekolah mampu secara konsisten melaksanakan budaya sekolah yang telah menjadi cara hidup masyarakat sekolah. Dengan demikian maka peningkatan mutu sekolah yang diharapkan dapat tercapai. Karena jika budaya positif sudah ditransfer dan ditanamkan dalam aktivitas belajar, maka seluruh bagian dalam sekolah akan bergerak untuk berprestasi.
E. Penelitian Relevan Di bawah ini akan dikemukakan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Desi Widiasari dalam skripsi Universitas Negeri Malang (2013) dengan judul “Transformasi Budaya Disiplin Peserta Didik di SMKPGRI 3 Malang”
menunjukkan
bahwa
peran
warga
sekolah
dalam
transformasi budaya disiplin peserta didik adalah karena adanya komitmen dari warga sekolah untuk mematuhi peraturan, guru yang memberikan teladan, guru wali yang memberikan konseling, orang tua menjadi kendali untuk anaknya ketika dirumah. Hubungan yang dimaksud adalah semakin besar peran lingkungan sekitar siswa dalam menerapkan disiplin, semakin tinggi pula nilai positif siswa.
2. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Ana Purnama dalam skripsi Universitas Indonesia (2013) dengan judul “Peran Budaya Sekolah Dalam Mendukung Prestasi Belajar Siswa” menunjukkan bahwa budaya sekolah yang dimiliki oleh SMA Sugar Group yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar siswa, yaitu budaya private study time (PST) dan budaya berbahasa inggris. Budaya sekolah yang berperan sebagai pendukung prestasi belajar siswa lemah dan tidak sepenuhnya murni hasil proses sosialisasi dan
28
internalisasi pihak sekolah. Daya dukung prestasi belajar pun lemah. Hubungan yang dimaksud adalah semakin baik penerapan budaya sekolah, maka semakin baik pula prestasi belajar siswa.
3. Hasil penelitian mengenai budaya sekolah yang dilakukan oleh Albertin Dwi Astuti dalam skripsi Universitas Negeri Yogyakarta (2015) dengan judul “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa
Kelas X Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”
menunjukkan bahwa budaya sekolah terhadap karakter siswa sebesar 30,2% yang termasuk dalam kategori cukup sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara budaya sekolah terhadap karakter siswa. Hubungan yang dimaksud adalah semakin positif budaya sekolah yang diterapkan maka semakin positif pula karakter siswa yang terbentuk.
F. Kerangka Berpikir Lingkungan belajar merupakan hal yang penting bagi individu sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan. Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Apabila ketiga macam lingkungan tersebut mendukung dan mendorong dalam proses belajar seorang siswa maka akan berdampak baik bagi prestasi belajar individu. Namun pada nyatanya tidak semua lingkungan belajar dalam kondisi yang kondusif, baik kondisi fisik maupun pelaksanaan aktivitas pendidikannya. Nyatanya penerapan visi sekolah, disiplin siswa, budi pekerti, lingkungan luar sekolah dan program pengajaran belum optimal. Serta masih rendahnya tingkat prestasi siswa dan kompetisi siswa. Jika kondisi seperti ini terus saja berlangsung tentunya dapat mempengaruhi prestasi belajar individu, harapan dan efektivitas aktivitas pendidikan di sekolah tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki harapan untuk mampu berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan
29
membentuk lulusan yang berkarakter disiplin dan berprestasi sehingga siap untuk berkompetisi dalam segala hal. Oleh sebab itu sekolah perlu membangun karakter siswa dan warga sekolah secara serius. Salah satunya dengan budaya sekolah, karena lembaga pendidikan tidak hanya perlu didukung oleh sarana prasarana, guru berkualitas dan input siswa yang baik, tetapi budaya sekolah sangat berperan terhadap peningkatan keefektifan sekolah. Dilihat dari kondisi yang berlangsung disekolah ini, maka dapat dipahami bahwa masalah yang muncul ada pada rendahnya disiplin dan prestasi siswa dalam menghadapi kompetisi. Maka seharusnya disiplin dan berprestasi di sekolah ini harus ditingkatkan dan diterapkan secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam kegiatan sehari-hari warga sekolah sehingga menjadi kebiasaan positif yang terpelihara dalam diri warga sekolah sebagai suatu budaya. Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk memperbaiki kondisi yang berlangsung, yaitu dengan mensosialisasikan nilai visi dan misi sekolah di dalam berbagai program sekolah, menanamkan budaya disiplin dan efesiensi kepada seluruh warga sekolah, menciptakan budaya positif dalam diri siswa, meningkatkan mutu melalui berbagai inovasi dan kreativitas program, memfasilitasi siswa dengan kebutuhan proses pembelajaran,
manajemen
sekolah/madrasah
yang
lebih
efektif,
mengadakan diklat secara berkala kepada tenaga pendidik dan kependidikan. Jika cara-cara tersebut bisa terlaksana dengan baik dan menjadi sebuah budaya sekolah yang positif tentunya akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas pendidikan di sekolah ini, yang tentunya juga akan mempengaruhi kualitas out put yang dihasilkan. Untuk memperjelas kerangka berpikir, maka dibuatkan gambar kerangka pemikiran sebagai berikut:
30
PROSES
INPUT
Keadaan Nyata
1. Belum optimalnya penerapan visi sekolah. 2. Kurang optimalnya disiplin siswa. 3. Belum optimalnya penerapan budi pekerti. 4. Masih rendahnya tingkat prestasi siswa. 5. Peran lingkungan luar sekolah yang belum optimal. 6. Program pengajaran belum optimal.
Masalah
Penerapan budaya disiplin dan prestasi belajar siswa yang belum optimal.
OUTPUT
Strategi 1. Mensosialisasikan nilai visi dan misi sekolah di dalam berbagai program sekolah. 2. Menanamkan budaya disiplin dan efesiensi kepada seluruh warga sekolah. 3. Menciptakan budaya positif dalam diri siswa dan tenaga pengajar. 4. Meningkatkan mutu melalui berbagai inovasi dan kreativitas program. 5. Manajemen sekolah/madrasah yang lebih efektif. 6. Mengadakan diklat secara berkala kepada tenaga pendidik dan kependidikan.
Hasil
Terbentuknya lulusan yang memiliki karakter disiplin dan berprestasi dalam berkompetisi.
FEEDBACK
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Penelitian Peneliti memandang perlu untuk memberikan gambaran tentang dugaan serta jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut; 1 Peran transformasi terhadap siswa paling tinggi 85% dari yang diharapkan. 2 Keadaan budaya sekolah paling sedikit 75% dari yang diharapkan. 3 Aktivitas belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi sama dengan 65% dari yang diharapkan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian : SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang beralamatkan di Jln. Selecta Raya No. 2 Blok VI Pengasinan,
Perum.
Bumi
Bekasi
Baru-
Rawalumbu, Bekasi. 2.
Waktu Penelitian
: Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Juni 2016.
B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif dalam bentuk survei terbatas. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan pada populasi atau survei sample mengenai peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode kuesioner yang diajukan melalui angket dengan alternatif jawaban menggunakan skala likert sebagai alat pengumpul data dan didukung dengan menggunakan metode wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan proses editing, coding dan skoring tabulating. Sedangkan untuk mengetahui kualitas data maka akan dilakukan uji validitas data dan realibilitas data. Selanjutnya, data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan analisa frekuensi untuk mengetahui kondisi gambaran variabel yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.
C. Populasi dan Sampel Untuk keperluan penelitian ini, yang menjadi populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi tahun pelajaran 2015-2016 yang berjumlah 194 peserta didik. Sedangkan yang menjadi sampel adalah populasi terjangkau, yaitu siswa
31
32
kelas VIII dengan tidak memasukkan siswa kelas VII dan IX dengan alasan siswa kelas VIII dipilih karena sudah menerima dan masih dalam masa mentransformasikan nilai-nilai budaya dalam sekolah dan sebagai karakter dalam dirinya selama tiga semester. Oleh karena itu sampel yang ditetapkan adalah purposive sampling. Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik SMP Tamansiswa Bekasi 2015-20161 Jumlah Peserta Didik Kelas VII
2 Rombel
63 Siswa
Kelas VIII
2 Rombel
66 Siswa
Kelas IX
2 Rombel
65 Siswa
Total
6 Rombel
194 Siswa
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling kelas VIII yang berjumlah 66 siswa, karena sampel kurang dari 100 atau relatif kecil. Maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi (sensus) atau disebut juga sebagai sampel jenuh.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Oleh karena itu pengumpulan data diperlukan sekali dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini antara lain: 1. Observasi Serangkaian pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap subjek atau objek penelitian. Dengan mengamati fakta-fakta fisik dari objek atau subjek yang diteliti seperti mengamati sikap dan prilaku disiplin siswa yang terjadi di lapangan kemudian dijadikan sebagai data awal dalam penelitian ini. 1
Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Rekapitulasi Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar SMP Tamansiswa Cabang Bekasi Tahun 2016.
33
2. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.2 Angket disebarkan ke seluruh siswa/i kelas VIII SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa yang merupakan responden
dalam
penelitian
untuk
memperoleh
data
mengenai
kedisiplinan belajar dikalangan peserta didik sebagai budaya sekolah dan aktivitas belajar peserta didik. Adapun data yang ingin digali meliputi informasi dari reponden tentang pendapat pribadinya, atau hal-hal yang diketahui responden tentang budaya sekolah dan aktivitas belajar.
3. Studi Dokumen Studi dokumen dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan dan data yang dianggap penting, serta memiliki keterkaitan terhadap data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data hasil prestasi siswa, tata tertib sekolah, point pelanggaran dan data point penghargaan yang berlaku disekolah.
4. Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data tambahan dengan melakukan wawancara kapada kepala sekolah sebagai pelaksana utama transformasi budaya sekolah. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman dan pendapat pribadi narasumber, atau hal-hal yang diketahui nara sumber tentang peran transformasi budaya sekolah yang berlangsung di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. XIV., h.142.
34
E. Teknik Pengolahan Data Dalam melakuan pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut: 1. Editing Editing atau mengedit adalah memeriksa kelengkapan jawaban dalam daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tahap ini merupakan langkah awal setelah angket disebar dan diisi oleh peserta didik yang menjadi responden. Jadi, setelah angket diisi oleh responden
dan
diserahkan
kepada
penulis,
kemudian
penulis
memeriksa, melakukan pengecekkan satu persatu angket tersebut meliputi kelengkapan pengisian, penjelasan penulisan angket dan kebenaran pengisian angket. Bila terdapat jawaban yang meragukan atau tidak dijawab, penulis akan menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawaban. Tujuan dari editing adalah mengurangi kesalahan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan.
2. Coding Coding ialah suatu proses mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan memberikan kode pada jawaban responden. Hal ini agar data atau jawaban responden dapat tersusun secara jelas sehingga mempermudah dalam pengumpulan dan pengolahan data yang telah diisi oleh peserta didik yang menjadi responden.
3. Scoring Scoring adalah tahap pemberian skor atau nilai pada setiap butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert tujuannya untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian dan keadaan yang berlangsung. Pemberian skor ditentukan oleh pernyataan positif dan negatif, jika pernyataan positif maka skor yang diberikan mulai dari 5, 4, 3, 2, 1, sedangkan jika pernyataan negatif maka skor dimulai dari
35
1, 2, 3, 4, 5 dan skor 0 untuk peryataan yang tidak dijawab. Dalam skala penelitian ini terdapat lima pilihan alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Sehingga variasi jawaban responden atas pernyataan yang diajukan semakin terpusat. Tabel 3.2 Skala Penilaian Bobot Nilai
Alternatif
4.
Positif
Negatif
Sangat Setuju
5
1
Setuju
4
2
Kurang Setuju
3
3
Tidak Setuju
2
4
Sangat Tidak Setuju
1
5
Tabulating Tabulating merupakan langkah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penulis menggunakan tabel data untuk mendeskripsikan data sehingga memudahkan penulis dalam memahami struktur dari sebuah data. Rumus yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus angka persentase yaitu sebagai berikut: P=
x 100%
Keterangan: P = Angka Persentase F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden3
3
Annas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. XXII, h. 43.
36
F. Teknik Analisis Data Setelah disebar, data yang dibutuhkan terkumpul, maka data dapat dianalisa dengan teknik analisa statistik seperti: 1.
Penguji Kualitas Data Angket yang digunakan dalam penelitian harus diukur tingkat validitas dan rehabilitasnya agar dapat diandalkan. a. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Rumus yang digunakan dalam uji validitas
adalah rumus product moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson sebagai berikut:4
rxy
n XY ( X )( Y ) {n X 2 X }{n Y 2 Y } 2
2
Keterangan: r
= Koefisien validitas item yang dicari
n
= Jumlah responden
x
= Skor yang diperoleh dari subjek tiap item
y
= Skor yang diperoleh dari subjek seluruh item
∑X = Jumlah seluruh skor X ∑Y = Jumlah seluruh skor Y ∑X2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor X ∑Y2 = Jumlah skor kuadrat pada masing-masing skor Y ∑XY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan variabel Y
Sebelum angket disebarkan kepada populasi responden yang berjumlah 66 orang, maka dilakukan terlebih dahulu uji coba angket untuk di uji validitasnya dengan peserta didik kelas VIII
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. XIV., h.213.
37
yang dipilih secara acak yang berjumlah 37 orang. Setelah dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft excel, hasil uji coba angket kepada 37 responden dengan 45 item soal memiliki validitas sebanyak 38 item soal yang sudah mewakili setiap indikator, sedangkan 7 item soal yang dinyatakan tidak valid dihapus. Angket yang telah diujicobakan kepada peserta didik disebarkan kembali dengan 38 item soal yang valid kepada 66 responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. (Lihat lampiran 1-3)
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk memenuhi syarat bagi validitas tes, sebelum menghitung reliabilitas instrumen seluruh item, pada umumnya untuk menghitung reliabilitas instrumen terlebih dahulu menghitung varians seluruh item dengan menggunakan rumus varians. Varian (σ2) = Σx²n keterangan: σt = Varian X = Nilai skor yang diperoleh n = Jumlah sampel Sedangkan untuk menghitung reliabilitas instrumen semua item menggunakan rumus Alpha Cronbach rumus Alpha r11 = ( Keterangan: r11
= Koefisien reliabilitas tes
k
= Banyaknya butir pertanyaan
1
= Bilangan konstan
)(
)
38
= Jumlah varian butir = Varian total5
2.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskripsi yaitu melaului mean (rata-rata) yang didapatkan melalui rumus prosentase. Untuk itu rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: P=
x 100%
Keterangan: Nilai Skor (NS)
= Nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
Nilai Harapan (NH) = Nilai hasil mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.
Sedangkan untuk mengukur kecendrungan interprestasi terhadap peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Katagori Interprestasi
5
No
Katagori Interprestasi
Nilai Interval
1
Sangat Baik
81%-100%
2
Baik
61%-80%
3
Cukup
41%-60%
4
Kurang
21%-40%
5
Sangat Kurang
0%-20%
Ibid., h. 239.
39
G. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh apakah sesuai dengan hipotesis yang sudah diutarakan atau tidak. pengujian hipotesis deskriptif dengan uji satu pihak. Langkah-langkah pengujian hipotesis deskriptif, yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menghitung skor ideal untuk variabel yang diuji. Menghitung rata-rata nilai variabel. Menentukan nilai yang dihipotesiskan. Menghitung nilai simpangan baku variabel. Menentukan jumlah anggota sampel. Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus.6
t= √
Keterangan: t
= nilai t yang dihitung
x
= nilai rata-rata = nilai yang dihipotesiskan
s
= simpangan baku sampel
n
= jumlah anggota sampel
H. Instrumen Penelitian 1. Definisi konseptual Secara konseptual peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa adalah keadaan dimana budaya yang telah dimiliki sekolah mampu disalurkan yang kemudian ditanamkan kepada siswa untuk membentuk siswa yang lebih siap dalam aktivitas belajar.
2. Definisi oerasional Secara operasional yang dimaksud dengan peran transformasi budaya sekolah adalah skor yang dirasakan responden dalam menjawab 6
Sugiyono, op.cit., h. 179.
40
peranan budaya sekolah terhadap aktivitas belajar peserta didik dengan skala 1, 2, 3, 4, 5 yang termuat dalam tujuh dimensi dan terbagi menjadi 19 indikator.
3. Kisi-kisi instrumen a. Kisi-kisi angket
Variabel
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Butir Dimensi Indikator Soal Tujuan Pendidikan Umum
Mengupayakan
No. Item
2
1, 2
1
3
Seleksi
1
4
Manajemen puncak
2
5, 6
Sosialisasi
2
7, 8
Budaya disiplin
4
Budaya membaca
2
Budaya kreatif
3
Budaya berprestasi
2
perubahan prilaku
Transformasi Tujuan Pendidikan Tamansiswa
Pembentukkan
Budaya
Mengupayakan perubahan prilaku
Sekolah
Budaya formal
9, 10, 11, 12 13, 14 15, 16, 17 18, 19
41
Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas
20,
3
21, 22
Budaya memberi Budaya
penghargaan
informal
(apresiasi) dan
2
23, 24
1
25
2
26, 27
Keaktifan
2
28, 29
Tantangan
2
30, 31
2
32, 33
2
34, 35
1
36
2
37, 38
menegur (hukuman) Budaya jujur Perhatian dan motivasi Prinsip belajar
Disiplin belajar di Aktivitas Belajar
Disiplin
rumah
belajar
Disiplin Belajar di sekolah Kegiatan belajar mental
Bentuk Belajar Kegiatan belajar emosional Jumlah
38
42
b. Kisi-kisi Wawancara
Variabel Transformasi
Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dimensi Indikator Definisi
Pengertian transformasi
Definisi
Pemahaman budaya sekolah
Bentuk budaya
Budaya sekolah yang menjadi
sekolah
fokus utama
Budaya
Pemilihan
sekolah Pembentukkan
Manajemen puncak
budaya sekolah
Sosialisasi Kendala Pembentukkan Keaktifan
Prinsip belajar Perhatian dan motivasi
Aktivitas Belajar
Disiplin belajar di rumah Disiplin belajar Disiplin Belajar di sekolah
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Perguruan Tamansiswa Bekasi berdiri tahun 1991 dan merupakan salah satu cabang Tamansiswa yang berpusat di Yogyakarta yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922. Seperti yang diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara selaku pendiri Tamansiswa pada Tahun 1922 “…lebih baik memeratakan pendidikan daripada meninggikan pendidikan…”, maka Tamansiswa hadir mewarnai khasanah pendidikan di Indonesia. SMP Tamansiswa Bekasi merupakan salah satu bagian yang diselenggarakan di Perguruan Tamansiswa Bekasi hadir untuk meneruskan cita-cita pendiri Tamansiswa yaitu untuk memeratakan pendidikan khususnya di Kota Bekasi. SMP Tamansiswa Bekasi sudah Ter Akreditasi “A” pada Tahun 2007 dan dengan Luas tanah 3624 m2 SMP Tamansiswa Bekasi sudah dilengkapi juga dengan Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, Lapangan yang luas, Masjid dan sarana ibadah serta Exstrakurikuler yang lengkap (Drumband, Band, Pramuka, PMR, Qiroatil Qur’an, Jurnalis, Tari Tradisional, Futsal, Basket, Volly Ball). SMP Tamansiswa Bekasi juga sudah terbentuk English Club, dengan pengajar yang berpengalaman dan didukung dengan adanya Laboratorium Bahasa dapat memberi bekal kepada siswa-siswi dalam penguasaan Bahasa Inggris. Dengan konsep “Belajar dalam suasana pondok budi pekerti” maka Pamong (Guru) SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi masuk kelas tidak cukup hanya berbekal informasi keilmuan sesuai tuntutan kurikulum, mereka masuk kelas dengan hati, dengan cinta kasih karena mengajar dengan hati, murid akan mendengarkan dengan hati, guru yang
43
44
mengajar dengan cinta dan budi pekerti murid pasti akan membalasnya dengan cinta dan budi pekerti. Sehingga diharapkan SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi menjadi pilihan yang tepat untuk mendidik putra putri bangsa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa merdeka lahir bathin, berpengetahuan, berketrampilan, agar menjadi masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa.1
2. Visi, Misi, Strategi, dan Motto SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi a. Visi “Membangun Manusia Merdeka Lahir Batin, Beriman dan Bertaqwa, berpengetahuan dan berketerampilan agar menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa”. Indikator : 1) Peningkatan perolehan rata-rata Ujian Nasional tiap tahun 2) Peningkatan daya saing masuk ke SMA/SMK Negeri/Swasta favorit 3) Peningkatan kreativitas peserta didik 4) Unggul dalam penegakan tata tertib sekolah 5) Unggul dalam kegiatan keagamaan 6) Unggul dalam lomba kesenian 7) Unggul dalam lomba olah raga 8) Unggul dalam lomba Kepramukaan dan PMR 9) Unggul dalam kepedulian social2
b. Misi Untuk mewujudkan Visi SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi , maka dirumuskan sebagai berikut : 1
SMP Tamansiswa Bekasi, Profil SMP Tamansiswa Bekasi, 2016. (http://smptamansiswabekasi.com) 2 Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016. Pada Tanggal 1 Juni 2016, h. 6. (File Berbentuk Soft Copy)
45
1) Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) 2) Penerapan Iman dan Taqwa (IMTAQ) 3) Penerapan Budi Pekerti (AKHLAK).3
c. Strategi 1) Tujuan SMP Taman Siswa Bekasi menerapkan visi dengan 9 indikator, Insya Allah sampai dengan tahun 2014, baru 5 aspek yang diperioritaskan, yaitu : a) Tahun 2015/2016 rata-rata 4 mata pelajaran inti minimal 7,00 Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA adalah 6,00 – 8,00 dan kelulusan 100% b) Tahun
2014
prosentase
diterima
pada
SMA/SMK
Negeri/Swasta favorit 80% c) Tahun 2014 Mempunyai tim olah raga sebagai finalis tingkat Kota/Kabupaten. d) Tahun 2014 Mampu menampilkan profil sekolah tertib, nyaman dan disiplin. e) Mampu mempelopori sebagai sekolah yang sejuk dalam budaya “budi pekerti yang luhur “.4
2) Target / Sasaran a) Rata-rata UN 7,0 dan Kelulusan 100% b) Jumlah tamatan diterima di SMA/SMK Negeri/Swasta favorit 80% c) Menjadi juara cabang olahraga tingkat Kota/Kabupaten. d) Terjalin komunikasi yang efektif antara orang tua dan sekolah dalam rangka pembinaan peserta didik. 3 4
Ibid. Ibid.
46
e) Terlaksananya secara istiqomah kegiatan ibadah baik di sekolah maupun di rumah. f) Terlaksananya secara ”budi pekerti luhur“ baik di sekolah maupun di rumah.5
d. Motto “Belajar dalam Suasana Pondok Budi Pekerti”
3. Profil SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi PROFIL SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI TAHUN 2015/2016 Nama Sekolah
: SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
5
Nomor Identitas Sekolah (NIS)
: 2002260060
Nomor Statistik Sekolah (NSS)
: 204022501055
Alamat Sekolah
: Jl. Selecta Raya No. 02 Blok VI
Kecamatan
: Rawalumbu
Kota
: Bekasi
Propinsi
: Jawa Barat
Kode Pos
: 17115
Telepon
: 021-8205858
Status Sekolah
: Swasta
Nama Yayasan
: Perguruan Tamansiswa
Tahun Berdiri Sekolah
: 1991
Luas Tanah Sekolah
: 3624 m2
Luas Bangunan Sekolah
: 1070 m2
Status Tanah
: Milik Sendiri
Status Bangunan
: Milik Sendiri
Status Akreditasi/Tahun
: Ter Akreditasi “ A “ /Tahun 20076
Ibid., h. 7.
47
4. Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
Komite Sekolah Lembaga Pend. Tamansiswa
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah
Tata Usaha
Pustakawan
Laboran Wali Kelas Guru Mata Pelajaran Guru Pembimbing
Gambar 4.1 Struktur SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi7
5. Tenaga Pendidik Tabel 4.18 Jumlah Guru Guru
Ijazah Tertinggi
Guru Tetap
Guru Bantu
S -2
-
-
S-1
7
D-3/D-2/D-1
-
-
1
SLTA
-
-
-
Jumlah
7
Tidak Tetap 13
14
Guru-guru di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi merupakan lulusan dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang mengajar sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
6
Ibid., h. 12. Ibid., h. 39. 8 Ibid., h. 17. 7
48
6. Tata Tertib SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi a. Peraturan/Tata Tertib Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib dan damai di lingkungan Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi berdasarkan azas, dasar dan tujuan Tamansiswa, maka segenap siswa Tamansiswa Cabang Bekasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tertera pada peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. (lihat lampiran 9)
b. Tata Tertib Pembiasaan Siswa Di Kelas Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib di dalam kelas dan terciptanaya suasana kelas yang nyaman, maka seluruh siswa Tamansiswa Cabang Bekasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuanketentuan yang tertera pada tata tertib pembiasaan siswa di kelas. (lihat lampiran 10)
c. Tata Tertib Guru/Pamong Untuk membantu kelancaran proses aktivitas belajar di sekolah, maka perlu adanya kedisiplinan yang tinggi dari seluruh guru/pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi . Untuk membentuk sikap disiplin tersebut maka seluruh guru/pamong harus mematuhi segala peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah dari kewajiban, tugas dan tanggung jawab, kerja sama, sikap dan perilaku, larangan, serta himbauan sesuai dengan tata tertib yang berlaku. (lihat lampiran 12)
d. Peraturan Penghargaan Bila dilihat di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki budaya memberi penghargaan dan apresiasi yang baik terhadap siswa yang
berprestasi,
serta
penghargaan
terhadap
pengabdian
guru
49
berprestasi. Sehingga dapat menumbuhkan antusias dan disiplin seluruh keluarga perguruan Tamansiswa Bekasi. (lihat lampiran 13 dan 14)
7. Sarana dan Prasarana SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Bila dilihat di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang aktivitas belajar yang sudah cukup baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami hambatan. (lihat lampiran 7)
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Untuk mengetahui bagaimana peran transformasi budaya sekolah dalam aktivitas belajar siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, maka data yang didapatkan dari setiap item pernyataan akan diolah dengan perhitungan statistik deskriptif naratif dalam bentuk persentasenya, artinya setiap data dipersentasikan dalam bentuk frekuensi jawaban untuk setiap item pernyataan, yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan analisis deskriptif dalam bentuk penjabaran nilai skor dan nilai harapan. Adapun penelitian sebagai berikut: 1. Transformasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ki Setiyaka selaku kepala sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, Ki Setiyaka mengemukakan pemahamannya tentang konsep transformasi, yaitu sebagai berikut: Kalau bicara transformasi, ya semua orang termasuk anak (siswa) pasti akan mengalami perubahan dalam hal lingkungannya maupun fisik. Yang jelas membutuhkan bimbingan dari guru dan sistem yang baik. Melalui peraturan yang berlaku di sekolah, kita melakukan pembiasaan yang bisa merubah siswa, tetapi kalau tidak adanya bimbingan dan sistemkan tentunya tidak bisa kita merubah dan mewariskan nilai-nilai yang kita baik untuk menjadikan siswa berbudi pekerti.9
9
Hasil Wawancara Kepala Sekolah Ki Setiyaka, 1 Juni 2016.
50
Kemudian Ki Wana Sapto Ajie selaku pamong menjelaskan pemahamannya tentang konsep transformasi, menurutnya “Transformasi perubahan prilaku, perubahan pola berpikir dari yang negatif ke hal yang positif. Kalau di sekolah bisa melalui pengenalan, pembiasaan siswa mentaati peraturan dan budaya sekolah yang ada di sisni.”10 Maka diketahui bahwa proses transformasi terhadap perilaku siswa dilakukan melalui penerapan peraturan sekolah yang dalam pelaksanaannya mendapatkan bimbingan dari pamong. Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Nyi Euis Setiawati yang menyatakan “Transformasi sih lebih kepada merubah siswa untuk lebih sesuai dengan tujuan pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau dilihat di sini siswa lebih memiliki sikap sendiri sejak awal dan ngeyel. Sulit untuk melakukan transformasi.”11 Namun dari pernyataan ini, dapat diketahui bahwa pada kondisi sebenarnya sulit untuk melakukan transformasi karena siswa enggan berpartisipasi terhadap proses transformasi yang di lakukan sekolah. Berikut ini adalah data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 66 responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi yang kemudian diolah dengan tujuan untuk memberikan penjelasan sehingga mempermudah menganalisa data. Hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi frekuensi sebagai berikut:
a.
Tujuan Pendidikan Umum Tabel 4.2 Peran kepala sekolah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
1
10 11
Sangat Setuju
15
22,73%
Setuju
33
50,00%
Kurang Setuju
13
19,70%
Hasil Wawancara Pamong Ki Wana Sapto Ajie, 1 Juni 2016. Hasil Wawancara Pamong Nyi Euis Setiawati, 1 Juni 2016.
51
Tidak Setuju
4
6,06%
Sangat Tidak Setuju
1
1,52%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden (77,73% atau 48 responden) menyatakan kepala sekolah selalu memahami kebutuhan sekolah untuk mengembangkan intelektual siswa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 50,00% atau 33 responden, dan 22,73% atau 15 responden menyatakan sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (27,28% atau 18 responden) menyatakan jika kepala
sekolah
tidak
memahami
kebutuhan
sekolah
untuk
mengembangkan intelektual siswa. Ini terlihat dari jawaban responden sebesar 19,70% atau 13 responden menjawab kurang setuju, 4 responden (6,06%) menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1,52%) menjawab sangat tidak setuju. Selain itu, jika dilihat pada dokumen perguruan Tamansiswa Bekasi tentang jenis sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah tersedia beberapa media dan berbagai fasilitas untuk mendukung kegitan pembelajaran di sekolah dan aktivitas non akademik siswa.12 (lihat lampiran 7) Maka, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan peran tanggung jawabnya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tabel 4.3 Peran pamong (guru) dalam mengembangkan kepekaan sosial. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
2
12
Sangat Setuju
15
22,73%
Setuju
37
56,06%
Kurang Setuju
11
16,67%
Tidak Setuju
3
4,55%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
-------, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016, op.cit., h. 12.
52
Jumlah (N)
66
100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa 56,06% atau 37 responden menyatakan setuju, dan 22,73% atau 15 responden menyatakan sangat setuju, jika di sekolah siswa dilatih oleh pamong (guru) untuk memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain melalui kegiatan bakti sosial. Karena 78,79% responden atau sebagian besar responden memberikan jawaban setuju, maka dengan demikian jelas bahwa pamong (guru) melaksanakan perannya dalam mengembangkan kepekaan sosial.
b. Tujuan Pendidikan Tamansiswa
No.
3
Tabel 4.4 Peran Kepala sekolah membentuk pribadi siswa yang berbudi pekerti. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
24
36,36%
Setuju
27
40,91%
Kurang Setuju
13
19,70%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut diketahui 77,27% (51 responden) atau sebagian besar responden menyatakan jika kepala sekolah selalu mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti berdasarkan asas kebudayaan Tamansiswa. Hal ini terbukti dengan 40,91% atau 27 responden yang menjawab setuju dan dan 24 atau 36,36% responden menjawab sangat setuju. Ini diperkuat dengan pernyataan Nyi Euis Setiawati bahwa “Transformasi sih lebih kepada merubah siswa untuk lebih sesuai dengan tujuan pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau dilihat di sisni siswa lebih memiliki sikap sendiri sejak awal dan ngeyel.
53
Sulit untuk melakukan transformasi.”13 Dari pernyataan tersebut dan berdasarkan jawaban responden, maka diketahui bahwa adanya upaya membentuk pribadi siswa yang berbudi pekerti.
Tabel 4.5 Interpretasi Data Transformasi P= Dimensi
Indikator
Skor
Tujuan
Mengupayakan
Pendidikan
perubahan
517
Umum
Prilaku
Tujuan
Mengupayakan
Pendidikan
perubahan
Tamansiswa
Prilaku
Jumlah
NH
NS
Katagori
5x2 = 10
Baik = 7,8 = 78%
271
5x1 =5
Sangat Baik
= 4,1 = 82%
788
15
Baik =12 = 80%
Tabel di atas menginterprestasikan setiap indikator dalam variabel transformasi, yaitu dimensi tujuan pendidikan umum, dengan indikator mengupayakan perubahan perilaku memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 78% berada pada katagori baik. Pada dimensi tujuan pendidikan Tamansiswa. Indikator mengupayakan perubahan perilaku memiliki satu item soal dan memperoleh nilai persentase 82% berada pada katagori sangat baik. Bila dihitung secara keseluruhan dengan cara yang sama, maka nilai persentase dari tiga item soal adalah sebesar 80% berada pada katagori baik, artinya kepala sekolah beserta pamong (guru) dan anggota perguruan Tamansiswa Bekasi selalu mengupayakan perubahan siswa ke arah yang lebih baik. Atau dapat
dikatakan
bahwa sekolah tersebut
telah konsisten
melaksanakan transformasi dalam diri siswa untuk tercapainya keserasian 13
Hasil wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit.
54
antara kemampuan siswa dengan karakter budi pekerti, serta menjadi sekolah yang sejuk dalam budaya budi pekerti yang luhur dan ideal berdasarksan wawasan wiyata mandala.
2. Budaya Sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi merupakan salah satu cabang dari perguruan Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara dan sejak awal pendiriannya hingga kini memiliki nilai hidup yang secara terus-menerus dianut, yaitu budi pekerti. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ki Setiyaka selaku kepala sekolah SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, Ki Setiyaka memaparkan pemahamannya tentang budaya sekolah, yaitu “Budaya sekolah menurut saya adalah kebiasaan atau adat yang dilakukan secara terus-menerus dalam setiap kesempatan dan kondisi sehingga membentuk karakter siswa.” Selain itu, Ki Setiyaka juga menjelaskan budaya sekolah yang menjadi fokus utama dan nilai hidup di SMP Tamansiswa, sebagai berikut: “Budaya sekolah yang menjadi fokus utama dan nilai hidup untuk seluruh keluarga besar Tamansiswa dan perguruan Tamansiswa adalah budi pekerti. Belajar dalam suasana pondok budi pekerti.”14 Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa budaya sekolah dapat membentuk karakter siswa dan budaya sekolah yang menjadi fokus utama adalah budi pekerti. Sedangkan penerapannya dituangkan dalam program-program sekolah yang diatur dalam peraturan dan tata tertib sekolah. Budaya sekolah yang diterapkan di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi oleh sebagian narasumber sudah dianggap sesuai untuk mengeksplorasi potensi-potensi peserta didik. Namun pada kondisi sebenarnya penerapan budi pekerti mengalami kontradiksi atau ketidaksesuaian. Ini berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Nyi
14
Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
55
Euis Setiawati mengenai kesesuaian budaya sekolah yang diterapkan untuk mengeksplorasi potensi-potensi peserta didik, yakni: Praktek penerapan budi pekerti kontradiksi. Sebenarnya apa yang ditanamkan sejak awal jadi nilai Tamansiswa sudah baik dan bagus. Tetapi ternyata dalam perakteknya ditemui kesulitan. Siswa susah sekali dibentuk dengan budaya sekolah, lebih cenderung bersikap semaunya Kalau ditanya sesuai atau tidak, ya jelas sesuai karena budaya sekolah juga disesuaikan dengan kondisi sekolah dan lingkungannya.15 Hal inilah yang menjadi kendala yang sering ditemukan dalam menerapkan budaya sekolah. Ini juga diperkuat dengan pernyataan Ki Setiyaka mengenai kendala yang ditemukan dalam mengembangkan budaya sekolah, yakni: “Kendala yang umumnya terjadi itu lebih cenderung muncul dari diri siswa, seperti pergaulan siswa di luar yang tidak mendukung (masyarakat) dan kebiasaan di keluarga yang kurang baik.”16 Untuk menanggulangi hal itu, maka anggota perguruan mengupayakan siswa untuk mampu mengikuti dan melaksanakan norma yang berlaku di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Selain itu, untuk terus menciptakan belajar dalam suasana pondok budi pekerti anggota
perguruan
terus
mensosialisasikan
mengenai
nilai-nilai
Ketamansiswaan melalui beberapa kegiatan seperti menambahkan mata pelajaran
Ketamansiswaan
yang
wajib
diikuti
seluruh
siswa,
mensosialisasikan melalui peraturan sekolah, serta para pamong (guru) yang memiliki peran untuk memberi contoh langsung kepada siswa mengenai nilai-nilai Ketamansiswaan. Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 66 responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi mengenai budaya sekolah kemudian diolah untuk mempermudah menganalisa data. Hasil pengolahan penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi frekuensi sebagai berikut:
15 16
Hasil wawancara pamongNyi Euis Setiawati, loc.cit. Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
56
a. Pembentukan 1) Seleksi Tabel 4.6 Alasan bersekolah di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
4
Sangat Setuju
7
10,61%
Setuju
21
31,82%
Kurang Setuju
24
36,36%
Tidak Setuju
9
13,64%
Sangat Tidak Setuju
5
7,58%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa hampir setengah responden atau 42,43% responden menyatakan memilih bersekolah di SMP Tamansiswa karena keluarganya merupakan bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebanyak 31,82% atau 21 responden dan responden yang menjawab sangat setuju 7 responden atau 10,61%. Namun 57,58% responden atau lebih dari setengahnya menyatakan memilih bersekolah di SMP Tamansiswa bukan karena keluarganya merupakan bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Ini terlihat dari 24 responden atau 36,36% yang menjawab kurang setuju, 13,64% atau 9 responden menjawab tidak setuju, dan 5 responden atau 7,58 menjawab sangat tidak setuju. Maka, dengan demikian jelas bahwa alasan siswa bersekolah di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi bukan karena keluarganya merupakan bagian dari keluarga besar Tamansiswa Bekasi. 2) Manajemen Puncak Tabel 4.7 Kepala sekolah menunjukkan perilaku disiplin waktu No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 5
Sangat Setuju
28
42,42%
57
Setuju
24
36,36%
Kurang Setuju
12
18,18%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar atau 78,78% responden menyatakan jika kepala sekolah selalu menunjukkan perilaku
disiplin waktu kepada seluruh warga sekolah. Hal ini
terbukti dengan 42,42% atau sebanyak 28 responden yang menjawab sangat setuju dan 36,36% atau sebanyak 24 responden yang menjawab setuju. Namun 21,21% atau sebagian kecil menyatakan jika kepala sekolah tidak selalu menunjukkan perilaku disiplin waktu kepada seluruh warga sekolah. Maka, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah telah menunjukkan perilaku disiplin waktu.
Tabel 4.8 Peran kepala sekolah menumbuhkan perilaku disiplin. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
6
Sangat Setuju
24
36,36%
Setuju
28
42,42%
Kurang Setuju
11
16,67%
Tidak Setuju
3
4,55%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa 78,78% atau sebagian besar responden menyatakan jika kepala sekolah selalu memberi dorongan kepada siswa untuk lebih disiplin. Hal ini terbukti dengan 28 responden atau 42,42% menjawab setuju dan 36,36% atau 24 responden menjawab sangat setuju. Namun sebagian kecil responden atau 11,22% menyatakan jika kepala sekolah tidak memberi
58
dorongan kepada siswa untuk lebih disiplin. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Ki Setiyaka, beliau mengutarakan pendapatnya mengenai program-program apa saja yang dibuatnya untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa, terutama saat berada di sekolah, yakni: Program itu banyak, kalau program harian seperti saat hari senin ada upacara bendera, piket kelas, kedisiplinan masuk pagi, pakai seragam, senantiasa budaya sekolah dengan tertib. Saya juga biasanya mengusahakan bagaimana caranya agar saat saya mengajar anak-anak itu antusias setidaknya memberi respon yang baik saat belajar, ya bisa lewat motivasi atau cara mengajar yang menarik buat anak tapi tidak mengurangi kualitas belajar.17 Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa adanya upayaupaya yang dilakukan Ki Setiyaka selaku kepala sekolah untuk menumbuhkan disiplin siswa Maka dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah telah melaksanakan perannya dalam menumbuhkan perilaku disiplin siswa.
3) Sosialisasi Tabel 4.9 Peran kepala sekolah dalam mengingatkan sikap sopan santun. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
7
Sangat Setuju
14
21,21%
Setuju
35
53,03%
Kurang Setuju
16
24,24%
Tidak Setuju
1
1,52%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden atau 74,24% menyatakan jika saat melaksanakan upacara bendera kepala sekolah selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan santun dan hormat 17
Hasil wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
59
terhadap pamong dan petugas perguruan. Hal ini terbukti dengan 53,03% atu 35 responden yang menjawab setuju dan 21,21% atau 14 responden menjawab sangat setuju. Tetapi sebanyak 25,76% atau sebagian kecil responden menyatakan jika saat melaksanakan upacara bendera kepala sekolah tidak selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan santun dan hormat terhadap pamong dan petugas perguruan. Namun sosialisasi untuk meningkatkan sikap sopan santun dan
hormat
dalam
diri
siswa
sudah
dilakukan
dengan
mencantumkannya pada peraturan tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point satu yang berbunyi “setiap siswa wajib memperlihatkan sikap sopan dan hormat terhadap segenap pamong dan petugas perguruan.”18 Maka, dengan demikian jelas bahwa adanya upaya kepala sekolah dalam menumbuhkan sikap sopan santun dalam diri siswa dan mensosialisasikannya dengan selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan dan hormat terhadap segenap pamong dan petugas perguruan.
No.
8
Tabel 4.10 Mensosialisasikan tata tertib sekolah. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju 16 24,24% Setuju
32
48,48%
Kurang Setuju
15
22,73%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
1
1,52%
66
100
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau 72,72% responden menyatakan jika di sudut-sudut sekolah terpampang tata tertib sekolah. Hal ini terbukti dengan 32 responden
18
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk Soft Copy)
60
atau 48,48% menjawab setuju dan sebanyak 24,24% atau 16 responden menyatakan sangat setuju. Meskipun sebanyak 27,28% atau sebagian kecil responden menjawab tidak setuju. Tetapi dengan demikian dapat dinyatakan jika adanya upaya mensosilisasi tata tertib dengan mencantumkan tata tertib yang berlaku di sekolah pada sudut-sudut sekolah sehingga dapat dilihat oleh seluruh siswa dan anggota perguruan.
b. Budaya Formal 1) Budaya Disiplin Tabel 4.11 Disiplin mematuhi tata tertib pemakaian seragam sekolah. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
9
Sangat Setuju
17
25,76%
Setuju
35
53,03%
Kurang Setuju
12
18,18%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden atau 78,79% responden menyatakan jika seluruh siswa diharuskan mengenakan pakaian seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta lengkap dengan atributnya. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 53,03%atau 35 responden dan responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 25,76% atau 17 responden. Namun sebagian responden atau 21,21% responden tidak setuju. Jika dilihat pada peraturan tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point 11, 12, dan 13 tercantum mengenai tata tertib yang harus ditaati oleh siswa mengenai pemakaian seragam sekolah sesuai jadwal yang ditentukan, lengkap, rapih,
61
bersih dan sopan.19 (lihat lampiran 9) Selain itu, untuk meningkatkan kedisiplinan siswa maka dibuat tindakan disiplin bagi siswa yang tidak mematuhi ketentuan pemakaian seragam sekolah dan tercantum dalam tindakan dan sanksi pelanggaran tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi pada point empat berupa peneguran terhadap siswa yang melanggar. Pada peneguran pertama akan dilakukan pencoretan dengan spidol dan pada peneguran selanjutnya adalah membuat pernyataan.20 (lihat lampiran 10) Maka dengan demikian jelas bahwa seluruh siswa diharuskan mengenakan pakaian seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta lengkap dengan atributnya
No.
10
Tabel 4.12 Disiplin kehadiran siswa. Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
5
7,58%
Setuju
14
21,21%
Kurang Setuju
28
42,42%
Tidak Setuju
12
18,18%
Sangat Tidak Setuju
7
10,61%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian kecil responden atau sebesar 28,79% responden menyatakan setuju jika siswa di sekolah ini memiliki disiplin kehadiran yang rendah. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 21,21% atau 14 responden, dan 5 responden atau 7,58% menjawab sangat setuju. Namun sebanyak 61,11% atau sebagian besar menjawab tidak setuju. Ini terlihat dari 28 responden atau 42,42% menjawab kurang setuju, 18,18% atau sebanyak 12 responden menjawab tidak setuju, 19
Ibid. -------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk Soft Copy) 20
62
dan sebanyak 7 responden atau sebesar 10,61% menjawab sangat tidak setuju. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa disiplin kehadiran siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi cukup baik.
No.
11
Tabel 4.13 Disiplin waktu Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
8
12,12%
Setuju
29
43,94%
Kurang Setuju
22
33,33%
Tidak Setuju
7
10,61%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Disiplin waktu di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi sudah diatur dalam peraturan/tata tertib siswa ataupun tata tertib guru. Dalam peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi terdapat pada point tiga yang berbunyi “setiap siswa sudah harus hadir di perguruan sebelum jam belajar dimulai’21 Sedangkan dalam tata tertib guru/pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
terdapat pada point satu tentang kewajiban
dibagian c yang berbunyi “hadir di sekolah minimal 15 menit sebelum pelajaran dimulai.” dan pada bagian d berbunyi “hadir dikelas tepat waktu (tidak menunda) sesuai jadwal mengajar.”22 Sedangkan bagi siswa yang tidak mematuhi ketentuan terdapat sanksi yang akan diberikan, yaitu jika kehadiran siswa terlambat 10 menit maka tindakan yang diberikan adalah dipanggil ke kantor dengan pemberian sanksi berupa teguran.23
21
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. -------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (FiLe Berbentuk Soft Copy) 23 -------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. 22
63
Dari tabel di atas terlihat bahwa lebih dari setengahnya atau sebesar 56,06% responden menyatakan jika kegiatan belajar selalu dimulai tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini terbukti dengan 29 responden yang menjawab setuju dan atau sebesar 43,94%, 12,12% atau sebanyak 8 responden menjawab sangat setuju. Tetapi hampir setengah responden atau sebesar 43,94% menyatakan jika kegiatan belajar terkadang dimulai tidak tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan. Namun dengan demikian disiplin waktu yang dimiliki dalam melaksanakan kegiatan belajar dapat dikatakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah oleh lebih dari setengah siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi. Tabel 4.14 Peran polisi siswa terhadap kedisiplinan dan ketertiban. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
12
Sangat Setuju
18
27,27%
Setuju
24
36,36%
Kurang Setuju
23
34,85%
Tidak Setuju
1
1,52%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau 63,63% menyatakan jika polisi siswa diperlukan untuk menjaga kedisiplinan siswa dan ketertiban sekolah. Hal ini terbukti dengan 24 responden yang menjawab setuju atau sebesar 36,36%, dan 18 responden atau 27,27% menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden atau 36,37% menyatakan tidak setuju jika polisi siswa diperlukan untuk kedisiplinan siswa dan ketertiban sekolah. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian
64
besar
siswa
SMP
(Taman
Dewasa)
Tamansiswa
Bekasi
membutuhkan peran polisi siswa untuk menjaga kedisiplinan dan ketertiban di sekolah. Polisi siswa terdiri dari anggota PPTS atau OSIS yang ditugaskan untuk menjaga ketertiban sekolah pada kegiatan-kegiatan tertentu dan menjaga kedisiplinan seluruh siswa. Mereka memiliki peranan untuk membantu tugas bidang kesiswaan dan BK. 2) Budaya Membaca Tabel 4.15 Minat siswa mengunjungi perpustakaan sekolah rendah. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
13
Sangat Setuju
4
6,06%
Setuju
2
3,03%
Kurang Setuju
9
13,64%
Tidak Setuju
32
48,48%
Sangat Tidak Setuju
19
28,79%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sedikit responden atau 9,09% (6 responden) menyatakan jika dirinya tidak suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Hal ini terbukti dengan 2 responden yang menjawab setuju atau sebesar 3,03% dan 6,06% atau 4 responden menjawab sangat setuju. Tetapi hampir semua responden atau sebesar 90,91% menyatakan jika dirinya suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Ini terlihat dari 28,79% atau 19 responden menjawab sangat tidak setuju, 48,48% atau 32 responden menjawab tidak setuju, dan 9 responden atau sebesar 13,64% menjawab kurang setuju dengan pernyataan jika dirinya tidak suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Maka dengan ini jelas bahwa hampir semua siswa suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Ini menunjukkan
65
adanya budaya membaca yang tinggi dikalangan siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi.
No.
Tabel 4.16 Minat membaca buku siswa rendah. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
3
4,55%
Setuju
7
10,61%
Kurang Setuju
18
27,27%
Tidak Setuju
25
37,88%
Sangat Tidak Setuju
13
19,70%
66
66
14
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian kecil responden (15,16% atau 10 responden) menyatakan jika dirinya membaca buku hanya ketika diberikan tugas oleh pamong. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 10,61% atau 7 responden dan 3 responden (4,55%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian besar atau 84,85% menyatakan jika dirinya membaca buku tidak hanya ketika diberikan tugas oleh pamong. Hal ini terbukti dengan yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 19,70% atau sebanyak 13 responden, 18 responden atau 27,27% menjawab kurang setuju, 25 responden atau 37,88% menjawab tidak setuju dengan pernyataan jika dirinya membaca buku hanya ketika diberikan tugas oleh pamong. Dengan demikian jelas bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memiliki minat membaca yang rendah.
3) Budaya Kreatif
No. 15
Tabel 4.17 Kelas jurnalistik untuk menyalurkan bakat dan minat menulis siswa. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
12
18,18%
66
Setuju
29
43,94%
Kurang Setuju
21
31,82%
Tidak Setuju
4
6,06%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden atau sebesar 62,12% menyatakan jika kelas jurnalistik berguna untuk menyalurkan bakat dan minat menulis siswa. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 43,94% atau 29 responden, dan 12 responden atau 18,18% menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden menyatakan tidak setuju. Maka dengan ini jelas bahwa sebagian besar siswa menjadikan kelas jurnalistik sebagi wadah untuk menyalurkan bakat dan minat menulis.
No.
16
Tabel 4.18 GKS sebagai wadah kreatifitas siswa. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
11
16,67%
Setuju
29
43,94%
Kurang Setuju
24
36,36%
Tidak Setuju
1
1,52%
Sangat Tidak Setuju
1
1,52%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar (60,61%) responden menyatakan setuju jika kegiatan GKS (Gelar Kreatifitas Siswa) yang diadakan sekolah bisa menjadi wadah kratifitas siswa. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 43,94% atau 29 responden, dan 11 responden atau sebesar 16,67% menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (39,40% menjawab tidak setuju. Hal ini dimungkinkan karena dua
67
tahun terakhir kegiatan GKS kurang diminati oleh siswa. Ini diperkuat dengan pernyataan Ki Wana Sapto Ajie tentang keaktifan siswa dalam mengikuti program-program disekolah. Berikut pernyataan yang dikemukakan olej Ki Wana Sapto Ajie, yakni: “Aktif sebagian. Sekarang-sekarang siswa/i sudah kurang antusias. Maunya pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang ikut orangnya itu-itu saja. Seperti GKS tahun ini yang lebih banyak diisi bintang tamu, alumni sedangkan siswa tidak tertarik. Jadi tujuan GKS tidak tercapai sepenuhnya karena siswa sendiri tidak antusias.”24 Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa sebagian siswa memang memiliki ke aktifan namun pada saat ini antusias siswa menurun termasuk antusias siswa untuk mengikuti GKS. Dengan demikian jelas, meskipun pelaksanaannya kurang diminati tetapi sebagian besar siswa masih menjadikan GKS sebagai wadah untuknya berkreatifitas. GKS sendiri diadakan setiap tahun di lingkungan Perguruan Tamansiswa cabang Bekasi yang diikuti oleh Taman Indria (TK), Taman Dewasa (SMP), dan Taman Madya (SMA/SMK). Isi acara berupa pentas tari, musik, puisi, dan kegiatan kesenian lainnya. Tujuannya adalah untuk mempererat kekeluargaan dalam perguruan dan memberi fasilitas bagi siswa yang memiliki minat dan bakat dalam bidang seni.
Tabel 4.19 Peran sekolah dalam mengembangkan bakat minat dan keterampilan siswa. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
17
24
Sangat Setuju
10
15,15%
Setuju
30
45,45%
Kurang Setuju
18
27,27%
Tidak Setuju
5
7,58%
Hasil Wawancara pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
68
Sangat Tidak Setuju Jumlah (N)
3
4,55%
66
100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (60,60%) menyatakan jika sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang dapat mendorong siswa mengembangkan bakat minat dan keterampilannya. Hal ini terbukti dengan 45,45% (30 responden) yang menjawab setuju dan 15,15% (10 responden) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (39,40% atau 26 responden) menyatakan tidak setuju. Pada dokumen perguruan, disebutkan berbagai fasilitas-fasilitas pendukung sekolah seperti ruang media dan alat bantu KBM, perpustakaan sekolah, laboraturium dan ruang praktek IPA, Bahasa, keterampilan (seni), serta komputer. Selain itu tersedia juga lapangan olah raga dan alatalat pendukungnya.25 (lihat lampiran 7) Hanya saja berdasarkan keterangan yang tertera pada hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas diketahui bahwa beberapa fasilitas harus berbagi dengan bagian Taman Madya (SMA/SMK).26 Sehingga siswa hanya dapat menggunakan fasilitas sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah. Maka, dengan ini jelas sekolah sudah berupaya untuk menyediakan berbagai fasilitas yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan bakat, minat dan keterampilnya. 4) Budaya Berprestasi Tabel 4.20 Kesiapan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
18
25 26
Sangat Setuju
1
1,52%
Setuju
6
9,09%
Kurang Setuju
23
34,85%
-------, Program Kerja SMP Tamansiswa Bekasi Tahun Ajaran 2015/2016, loc.cit. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas
69
Tidak Setuju
25
37,88%
Sangat Tidak Setuju
11
16,67%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa besar (89,40%) responden menyatakan jika dirinya tidak akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan pamong (guru). Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab kurang setuju sebesar34,85% (23 responden), 37,88% (25 responden) menjawab tidak setuju, dan 16,67% (11 responden) menjawab sangat tidak setuju jika dirinya akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan pamong (guru). Sedangkan sebagian kecil responden (10,61% atau 7 responden) menyatakan jika dirinya akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh pamong (guru). Hal ini terbukti dengan 6 responden (9,09%) yang menjawab setuju dan 1 responden (1,52%) menjawab sangat setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa di SMP Tamansiswa siap untuk menghadapi kesulitan dalam belajar. Ini dapat dilihat pada hasil observasi siswa pada aktivitas belajar siswa di kelas yang diketahui bahwa adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dan mengerjakan tugas/latihan yang diberikan oleh guru. Tabel 4.21 Kegiatan untuk mendorong siswa dalam berkompetisi. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
19
Sangat Setuju
15
22,73%
Setuju
30
45,45%
Kurang Setuju
17
25,76%
Tidak Setuju
4
6,06%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
70
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (68,18% atau 45 responden) menyatakan setuju jika sekolah mengadakan berbagai lomba untuk mendorong siswa dalam berkompetisi. Hal ini terbukti dengan 30 responden (45,45%) yang menjawab setuju dan 15 responden (22,73%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden atau sebesar 31,82% (21 responden) menyatakan tidak setuju. Maka, jelas bahwa adanya kegiatan yang diadakan oleh sekolah sebagai upaya untuk mendorong siswa berkompetisi melalui pengadaan lomba yang diadakan di sekolah melalui kegiatan GKS dan perlombaan antar kelas ataupun mengikut sertakan siswa pada perlombaan di luar sekolah.
5) Budaya Kerja Keras, Cerdas, dan Ikhlas
No.
20
Tabel 4.22 Kerja keras siswa dalam belajar Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
18
27,27%
Setuju
28
42,42%
Kurang Setuju
13
19,70%
Tidak Setuju
5
7,58%
Sangat Tidak Setuju
2
3,03%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (69,69% atau 46 responden) menyatakan jika dirinya berusaha mencari tambahan materi belajar yang disampaikan oleh pamong (guru) dari berbagai sumber. Hal ini terbukti dengan 28 responden(42,42%) yang menjawab setuju dan 18 responden (27,27%) menjawab sangat setuju. Namun sebagian kecil reponden (30,31% atau 20 responden)
71
menjawab tidak setuju. Dengan demikian maka, sebagian besar siswa memiliki sikap kerja keras dalam belajar.
No.
21
Tabel 4.23 Sikap cerdas dalam belajar. Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
18
27,27%
Setuju
25
37,88%
Kurang Setuju
16
24,24%
Tidak Setuju
5
7,58%
Sangat Tidak Setuju
2
3,03%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden (65,15% atau 43 responden) menyatakan jika dirinya senang melakukan aktivitas belajar dialog interaktif dengan para pamong (guru). Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju 37,88% atau 25 responden, dan 18 reponden atau 27,27% menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (34,85% atau 23 responden) menyatakan dirinya tidak melakukan aktivitas belajar dialog interaktif dengan para pamong (guru). Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab kurang setuju sebesar 24,24% atau sebanyak 16 responden, 5 responden atau 7,58% menjawab tidak setuju, dan 2 responden atau 3,03% menjawab sangat tidak setuju. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan adanya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan materi pelajaran saat di dalam kelas.27 Maka dengan ini jelas bahwa, sebagian besar siswa memiliki sikap cerdas saat belajar dengan melakukan dialog interaktif dengan para pamong (guru).
27
Ibid.
72
Tabel 4.24 Sikap Ikhlas Alternatif Jawaban Frekuensi
No.
22
Persentase
Sangat Setuju
19
28,79%
Setuju
25
37,88%
Kurang Setuju
17
25,76%
Tidak Setuju
4
6,06%
Sangat Tidak Setuju
1
1,52%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden (66,67% atau 44 responden menyatakan jika dirinya selalu melaksanakan piket kelas sesuai jadwal tanpa paksaan siapapun. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebesar 37,88% atau 25 responden, dan menjawab sangat setuju sebanyak 19 responden atau 28,79%. Sedangkan sebagian kecil responden (33,34% atau 22 responden) menyatakan tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap ikhlas dengan melaksanakan piket kelas sesuai jadwal tanpa paksaan siapapun. Pelaksanaan piket merupakan kewajiban siswa yang tertera di dalam
peraturan/tata
Tamansiswa Bekasi
tertib
siswa
SMP
(Taman
Dewasa)
pada point delapan yang berbunyi “setiap
siswa wajib ikut serta menjaga kebersihan lingkungannya...” 28 Dan di dalam tata tertib pembiasaan siswa di kelas juga tertera mengenai kewajiban piket siswa, pada point 11 yang berbunyi “siswa wajib menjalankan tugas piket kelas sebelum jam pelajaran dimulai.”29 Selain itu, pada hasil wawancara mengenai program apa saja yang dilakukan untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa di sekolah Ki Setiyaka menyatakan,
28
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. -------, Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk Soft Copy) 29
73
Program itu banyak, kalau program harian seperti saat hari senin ada upacara bendera, piket kelas, kedisiplinan masuk pagi, pakai seragam, senantiasa budaya sekolah dengan tertib. Saya juga biasanya mengusahakan bagaimana caranya agar saat saya mengajar anak-anak itu antusias setidaknya memberi respon yang baik saat belajar, ya bisa lewat motivasi atau cara mengajar yang menarik buat anak tapi tidak mengurangi kualitas belajar.30 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan piket kelas sebagai program harian dapat memunculkan sikap dan budaya disiplin dalam diri siswa. Namun pada kenyataannya ada saja siswa yang merasa terpaksa dan mengabaikan tugasnya melaksanakan piket kelas, sehingga dibutuhkan sikap ikhlas dalam mengerjakannya. c. Budaya Informal 1) Budaya Memberi Penghargaan dan Menegur
No.
23
Tabel 4.25 Memberi penghargaan terhadap siswa. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
27
40,91%
Setuju
26
39,39%
Kurang Setuju
12
18,18%
Tidak Setuju
1
1,52%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden (80,30% atau 53 responden) menyatakan jika sekolah selalu memberi apresiasi terhadap siswa berprestasi. Ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju sebesar 40,91% atau 27 responden, dan 26 responden atau sebesar 39,39% menjawab setuju. Berdasarkan peraturan penghargaan terhadap siswa SMP 30
Hasil Wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit.
74
(Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
yang berprestasi kepala
sekolah dan komite sekolah akan memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP atau pembebasan separo SPP bagi siswa yang berprestasi dan siswa yang tidak mampu. Namun keputusan tersebut akan melihat dan mempertimbangkan kondisi keuangan sekolah.31 Selain itu berdasarkan observasi kelas maka dapat diketahui bahwa adanya apresiasi guru terhadap siswa yang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.32 Maka, dengan demikian jelas bahwa di SMP Tamansisiwa terdapat budaya memberi penghargaan terhadap siswa yang berprestasi sebagai apresiasi dan motivasi untuk lebih meningkatkan kualitas diri, serta untuk memotivasi siswa yang lainnya untuk berprestasi juga.
No.
24
Tabel 4.26 Memberi teguran terhadap siswa. Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
23
34,85%
Setuju
34
51,52%
Kurang Setuju
7
10,61%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (86,37% atau 57 responden) menyatakan jika pamong (guru) memberi sanksi terhadap siwa yang membolos selama kegiatan belajar berlangsung. Hal ini terbukti dengan 34 responden (51,52%) yang menjawab setuju dan 23 responden (34,85%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (13,64 atau 9 responden) 31
Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi, Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Berprestasi. Pada Tanggal 1 Juni 2016. (File Berbentuk Soft Copy) 32 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas, loc.cit.
75
menyatakan tidak setuju. Berdasarkan peraturan/tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
pada point tujuh
berbunyi “siswa yang berhalangan masuk sekolah dan tidak memberitahukan sebelumnya, pada hari ia
masuk kembali
diharuskan membawa surat dari orangtuanya/walinya.”33 Sedangkan pada tindakan dan sanksi pelanggaran tata tertib siswa tertera bagi siswa yang membolos selama pelajaran berlangsung maka tindakan yang dilakukan adalah peneguran dengan sanksi pemanggilan orangtua dan membuat surat perjanjian.34 Maka, jelas bahwa terdapat budaya menegur terhadap siswa yang enggan mematuhi ketentuan sekolah, salah satunya adalah pamong berhak memberi sanksi terhadap siwa yang membolos selama kegiatan belajar berlangsung sebagai efek jera sehingga siswa senantiasa mau melaksanakan dan menaati norma-norma tersebut.
2) Budaya Jujur
No.
25
Tabel 4.27 Kejujuran siswa dalam belajar. Alternatif Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Setuju
3
4,55%
Setuju
2
3,03%
Kurang Setuju
9
13,64%
Tidak Setuju
29
43,94%
Sangat Tidak Setuju
23
34,85%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa hampir seluruh responden (92,43% atau 61 responden) menyatakan jika dirinya tidak menyontek saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau ulangan. Hal ini terbukti dengan banyaknya 9 responden (13,64%) 33 34
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. -------, Tindakan dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
76
menjawab kurang setuju, 29 responden (43,94%) yang menjawab tidak setuju dan 23 reponden (34,85%) menjawab sangat tidak setuju. Sedangkan hanya sedikit responden (7,58% atau 5 responden) yang menyatakan jika dirinya menyontek saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau ulangan. Hali ini terlihat dengan hanya 3 responden atau 4,55% yang menjawab sangat setuju dan 2 responden (3,03%) menjawab setuju. Maka dengan demikian jelas bahwa hampir seluruh siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki sikap jujur dalam belajar dengan tidak menyontek saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau ulangan.
Tabel 4.28 Interpretasi Data Budaya Sekolah P Dimensi
Pembentukkan
Indikator
Skor
NH
NS
Seleksi
214
5x1 =5
= 3,2
Manajemen Puncak
Sosialisasi
Budaya Disiplin
Budaya Membaca
553
518
954
494
5x2 = 10
5x2 = 10
5x4 = 20
5x2 = 10
Budaya Formal Budaya Kreatif
Budaya Berprestasi
725
491
5x3 = 15
5x2 = 10
= 8,4
= 7,8
=14,5
= 7,5
=11
=7,4
Katagori
=
Baik = 65% Sangat Baik = 84% Baik = 78% Baik = 72% Baik = 75% Baik = 73% Baik = 74%
77
Budaya Informal
Budaya Kerja Keras, Cerdas, dan Ikhlas Budaya Memberi Penghargaan dan Menegur Budaya Jujur
Jumlah
780
522
265
5516
5x3 = 15
5x2 = 10
5x1 =5
110
=11,8
= 7,9
= 4,0
= 84
Baik = 79%
Baik = 79%
Baik = 80% Baik = 76%
Tabel di atas menginterprestasikan setiap dimensi dan indikator dalam variabel Budaya. Pada dimensi pembentukkan budaya sekolah terdiri dari tiga indikator. Indikator seleksi dengan satu item soal dan memperoleh nilai persentase 65% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator manajemen puncak yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 84% yang berada pada katagori sangat baik. Selanjutnya adalah indikator sosialisasi yang terdiri dari dua item soal dan memperoleh nilai persentase sebesar 78% yang berada pada katagori baik. Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari lima item soal akan diperoleh persentase sebesar 77,88% dan berada pada katagori baik. Artinya budaya sekolah diterima oleh siswa, dan kepala sekolah
sebagai
manajemen
puncak
mampu
menunjukan
dan
menanamkan norma-norma positif sebagai upaya untuk menjadikan prilaku siswa sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dan berlaku di sekolah. Dimensi budaya formal terdiri dari lima indikator. Indikator budaya disiplin dengan empat item soal dan memperoleh nilai persentase 72% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator budaya membaca yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 77% berada pada katagori baik. Indikator budaya kreatif dengan tiga item soal
78
dan memperoleh nilai persentase 73% yang berada pada kriteria baik. Indikator budaya berprestasi dengan dua item soal dan memperoleh nilai persentase 74% yang berada pada katagori baik. Selanjutnya adalah indikator kerja keras, cerdas dan ikhlas dengan tiga item soal dan memperoleh nilai persentase sebesar 79% berada pada katagori baik. Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari 14 item soal akan diperoleh persentase sebesar 74,57% berada pada katagori baik. Artinya, SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
memiliki budaya formal
yang baik dan diikuti oleh siswa pada berbagi aktivitas belajar seharihari. Dimensi budaya informal terdiri dari dua indikator. Indikator budaya memberi penghargaan dan menegur dengan dua item soal dan memperoleh nilai persentase 79% yang berada pada kriteria baik. Kemudian indikator budaya jujur yang memiliki satu item soal dan memperoleh nilai persentase 80% berada pada katagori sangat baik. Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari tiga item soal akan diperoleh persentase sebesar 79,47%. Artinya SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi memiliki budaya untuk membiasakan anggota perguruan berperilaku jujur serta memberi penghargaan dan menegur kepada setiap anggota perguruan dengan tujuan untuk memunculkan perilaku disiplin dan berprestasi dalam diri anggota perguruan. Bila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase variabel budaya sekolah yang terdiri dari 22 item soal akan memperoleh persentase sebesar 76% dan berada pada katagori baik, artinya kepala sekolah beserta pamong (guru) dan anggota perguruan Tamansiswa Bekasi dapat dinyatakan memiliki budaya sekolah yang baik dan mampu menjadikan nilai hidup bagi seluruh anggotanya.
79
3. Aktivitas Belajar Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, maka didapatkan beberapa data berupa aktivitas belajar siswa selama di kelas. Akivitas belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi berlangsung selama 6 hari dan dimulai sejak pukul 07.00 wib sampai pukul 14.00 wib. Berdasarkan peraturan/ tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, pada point 3 berbunyi “setiap siswa sudah harus hadir di perguruan sebelum jam belajar dimulai.” dan pada point 4 yang berbunyi “setiap siswa wajib mengikuti seluruh mata pelajaran dengan tekun dan sungguh-sungguh dari pelajaran pertama hingga pelajaran terakhir pada tiap-tiap hari sekolah.”35 Agar siswa memiliki semangat belajar yang lebih, maka perlu adanya motivasi dan dukungan kuat bagi siswa dari pamong, kepala sekolah, perguruan dan orangtua atau walinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ki Setiyaka, untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa strategi yang beliau pakai adalah “bekerjasama dengan orangtua dalam pengawasan dan menerapkan sistem among.”36 Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, upaya untuk menumbuhkan minat belajar siswa saat di sekolah, Nyi Euis selaku wali kelas melaksanakan beberapa program-program, yakni: “Mengadakan program budi pekerti. Saya beri tanggung jawab penuh kepada siswa tentang kebersihan kelasnya, melatih siswa untuk memiliki sikap sopan santun. Ya membiasakan siswa untuk mau bekerja lebih keras secara mandiri. Lama-lama siswa akan terlatih menjadi disiplin dengan sendirinya walaupun awalnya pasti terpaksa.”37 Sedangkan perguruan menjadikan pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi sebagi salah satu cara untuk membangun minat dan motivasi belajar siswa, ini tertuang dalam peraturan penghargaan siswa berprestasi yang berbunyi “Kepala Sekolah dan Komite Sekolah akan memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP dan atau 35
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. Hasil Wawancara pamong Ki Setiyaka, loc.cit. 37 Hasil Wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit. 36
80
pembebasan separo SPP bagi siswa yang berprestasi dan atau siswa yang tidak mampu.”38 Hal yang hampir serupa juga dilakukan oleh Ki Wana Sapto Ajie dalam menumbuhkan minat siswa yaitu dengan memberikan nilai atau point tambahan. Berikut ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Ki Wana Sapto Ajie dalam menumbuhkan disiplin belajar, yakni: Memberikan nilai 100 untuk siswa yang hadir lebih awal. Jadi misalnya dia dapat nilai 85 tapi karena hadir lebih awal ke lab, atau ke kelas mengikuti kegiatan-kegiatan belajar lainnya lebih awal ya saya tambahkan atau dibulatkan menjadi 100. Jadi siswa lebih menghargai waktu belajar. Menurut saya cara seperti itu cukup efektif jadi dari dulu sampai sekarang saya masih menggunakan cara itu untuk siswa jadi lebih antusias ikut kegiatan belajar.39 Selain menumbuhkan motivasi belajar siswa, perlu juga dibangun disiplin belajar siswa baik di sekolah ataupun selama di rumah. Untuk menumbuhkan disiplin belajar siswa selama di sekolah penerapannya melalui program budi pekerti dan harian seperti upacara bendera setiap hari senin, piket kelas, serta penerapan tata tertib sekolah ataupun kelas. Sedangkan untuk menciptakan disiplin belajar di rumah pihak sekolah melakukan kerjasama dengan orang tua di rumah. Diharapkan orang tua senantiasa mengarahkan dan mengawasi aktivitas belajar siswa namun apabila menemui kesulitan orang tua atau wali siswa diharapkan bersedia untuk datang ke sekolah dan berkonsultasi terhadap wali kelas dan guru bidang kesiswaan di sekolah. Sehingga nantinya akan ditemui penyelesaian yang tepat bagi siswa. Data yang terkumpul dari hasil angket yang telah disebar kepada 66 responden di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi
mengenai
aktivitas belajar siswa kemudian diolah dengan tujuan untuk memberikan penjelasan sehingga mempermudah menganalisa data. Hasil pengolahan
38
-------, Peraturan Penghargaan Terhadap Siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Berprestasi, loc.cit. 39 Hasil Wawancara Pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
81
penelitian ini akan dimasukkan ke dalam tabel ditribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Prinsip Belajar 1) Perhatian dan Motivasi Tabel 4.29 Peran kepala sekolah dalam mendukung kegiatan siswa No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
26
Sangat Setuju
21
31,82%
Setuju
36
54,55%
Kurang Setuju
7
10,61%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (86,37% atau 57 responden) menyatakan jika kepala sekolah selalu mendukung kegiatan pramuka yang dilakukan siswa di sekolah. Hal ini terbukti dengan 36 responden (54,55%) yang menjawab setuju dan 21 responden (31,82%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (13,64% atau 9 responden) menyatakan jika kepala sekolah tidak mendukung kegiatan pramuka yang dilakukan siswa di sekolah ini dapat dilihat dari 7 responden (10,61%) menjawab kurang setuju dan 2 responden (3,03%) menjawap tidak setuju. Berdasarkan daftar prestasi yang diperoleh, diketahui bahwa SMP Tamansiswa memeperoleh beberapa prestasi atau juara dalam beberapa perlombaan pramuka di Kota Bekasi, hingga kini sekolah masih selalu mengikuti berbagai perlombaan namun pada tahun ajaran 2015/2016 belum menjuari perlombaan apapun. (lihat lampiran 9) Maka, jelas bahwa kepala sekolah selalu mendukung aktivitas/ kegiatankegiatan yang dilakukan siswa.
82
Tabel 4.30 Peran kepala sekolah dan pamong dalam memotivasi siswa. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
27
Sangat Setuju
11
16,67%
Setuju
27
40,91%
Kurang Setuju
23
34,85%
Tidak Setuju
5
7,58%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa lebih dari setengah responden (57,58% atau 38 responden) menyatakan jika pada beberapa kesempatan kepala sekolah dan pamong melakukan sharing pengalaman untuk memotivasi siswa. Hal ini terbukti dengan 27 responden (40,91%) yang menjawab setuju dan 16,67% atau 11 responden menjawab sangat setuju. Sedangkan hampir setengah responden (42,43% atau 38 responden) menyatakan jika kepala sekolah dan pamong tidak melakukan sharing pengalaman untuk memotivasi siswa. Ini terlihat dari 23 responden (34,85%) menjawab kurang setuju dan 5 responden (7,85%) menjawab tidak setuju. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa adanya upaya pamong dalam memotivasi siswa melalui sharing pengalaman. Nyi Euis Setiawati, ia menyatakan “Untuk memunculkan motivasi siswa saya lebih sering memberi contoh secara langsung. Seperti memperlihatkan peristiwa atau biografi seseorang lewat cerita atau vidio dengan harapan siswa akan termotivasi dengan kisah-kisah yang disajikan saat selingan waktu belajar.”40 Maka, dengan ini jelas bahwa adanya upaya untuk memotivasi siswa melalui kegiatan sharing pengalaman yang dilakukan oleh pamong. 40
Hasil Wawancara pamong Nyi Euis Setiawati, loc.cit.
83
2) Keaktifan
No.
28
Tabel 4.31 Keterlibatan siswa saat pelajaran berlangsung. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
22
33,33%
Setuju
27
40,91%
Kurang Setuju
15
22,73%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (74,24% atau 49 responden) menyatakan jika dirinya selalu berusaha mengeluarkan pendapat untuk menjawab pertanyaan pamong (guru) saat pelajaran berlangsung. Hal ini terbukti dengan 27 responden (40,91%) yang menjawab setuju dan 33,33% atau 22 responden menjawab sangat setuju. Hanya saja, sebagaian kecil responden (25,76% atau 17 responden) menyatakan jika dirinya tidak pernah mengeluarkan pendapat untuk menjawab pertanyaan pamong (guru) saat pelajaran berlangsung. Sedangkan dari observasi yang dilakukan diketahui bahwa siswa mengemukakan pendapat
ketika diberikan
kesempatan. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa aktif terlibat dalam aktivitas belajar disekolah.
No.
29
Tabel 4.32 Rendahnya minat siswa mengikuti GKS. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
24
36,36%
Setuju
25
37,88%
Kurang Setuju
11
16,67%
Tidak Setuju
5
7,58%
84
Sangat Tidak Setuju Jumlah (N)
1
1,52%
66
100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagaian besar responden (74,24% atau 49 responden) menyatakan jika kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang diadakan di sekolah kurang diminati siswa. Hal ini terbukti dengan 25 responden atau 37,88%
yang menjawab setuju, dan 24
responden atau 36,36% menjawab sangat setuju. Namun sebagaian kecil responden (24,77% atau 17 responden) menyatakan tidak setuju. Ini terlihat dari 11 reponden (16,67%) menjawab kurang setuju, 5 reponden (7,58%) menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1,52%) menyatakan sangat tidak setuju jika kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang diadakan di sekolah kurang diminati siswa. Sedangkan dari hasil wawancara, dengan Ki Wana Sapto Ajie, beliau menyatakan bahwa: Aktif sebagian. Sekarang-sekarang siswa/i sudah kurang antusias. Maunya pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang ikut orangnya itu-itu saja. Seperti GKS tahun ini yang lebih banyak diisi bintang tamu, alumni sedangkan siswa tidak tertarik. Jadi tujuan GKS tidak tercapai sepenuhnya karena siswa sendiri tidak antusias.41 Maka dengan ini jelas bahwa minat sebagian besar siswa untuk mengikuti GKS sangat rendah.
3) Tantangan Tabel 4.33 Penerimaan siswa terhadap metode belajar yang variatif. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 30
41
Sangat Setuju
30
45,45%
Setuju
31
46,97%
Hasil Wawancara pamong Ki Wana Sapto Ajie, loc.cit.
85
Kurang Setuju
3
4,55%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Berdasarkan tata tertib guru/ pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi , pamong memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha secara kreatif mengembangkan
metode
dan
strategi
sesuai
karakteristik materi dan kondisi peserta didik.
42
dengan
Jika melihat
tabel di atas, terlihat bahwa hampir semua responden (92,42% atau 61 responden) menyatakan jika dirinya senang dengan cara pamong (guru) mengajar dengan metode yang variatif. Hal ini terbukti dengan 31 responden (46,97%) yang menjawab setuju, dan 30 responden (45,45%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sedikit reponden (7,58% atau 5 responden) menyatakan jika dirinya tidak senang dengan cara pamong (guru) mengajar dengan metode yang variatif. Hal ini terbukti dengan 3 responden (4,55%) menjawab kurang setuju, dan 2 responden (3,03%) menjawab tidak setuju. Maka dengan ini jelas bahwa hampir seluruh siswa sangat senang dan menerima metode belajar yang diberikan oleh pamaong (guru). Tabel 4.34 Sikap siswa dalam menghadapi kesulitan belajar. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
31
42
Sangat Setuju
19
28,79%
Setuju
29
43,94%
Kurang Setuju
17
25,76%
Tidak Setuju
1
1,52%
-------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
86
Sangat Tidak Setuju Jumlah (N)
0
0%
66
100%
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (72,73% atau 48 responden) menyatakan jika dirinya tidak pernah mengeluh apabila mendapatkan tugas yang dianggap sulit. Hal ini terbukti dengan 29 responden (43,94%) yang menjawab setuju dan 19 responden (28,79%) menjawab sangat setuju. Sedangkan responden yang menyatakan dirinya selalu mengeluh apabila mendapatkan tugas yang dianggap sulit hanya sebagian kecil (27,28% atau 18 reponden). Ini terbukti dengan 17 reponden (25,76%) menjawab kurang setuju, dan 1 responden (1,52%) yang menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa selalu siap menghadapi tantangan karena siswa tidak pernah mengeluh apabila menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas. b. Disiplin Belajar 1) Disiplin Belajar di Rumah Tabel 4.35 Tanggung jawab siswa mengerjakan pekerjaan rumah No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
32
Sangat Setuju
28
42,42%
Setuju
26
39,39%
Kurang Setuju
9
13,64%
Tidak Setuju
3
4,55%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (81,81% atau 54 responden) menyatakan jika dirinya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Hal ini
87
terbukti dengan 28 responden (42,42%) menjawab sangat setuju, dan 26 responden (39,39%) menjawab setuju. Namun sebagian kecil responden (18,19% atau 12 responden) menyatakan jika dirinya tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. ini terbukti dengan 9 responden (13,64%) menjawab kurang setuju, dan 3 responden (4,55%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagaian besar siswa memiliki tanggungjawab terhadap pekerjaan rumah yang di berikan pamong dengan selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh.
No.
33
Tabel 4.36 Disiplin belajar siswa di rumah. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
15
22,73%
Setuju
32
48,48%
Kurang Setuju
13
19,70%
Tidak Setuju
5
7,58%
Sangat Tidak Setuju
1
1,52%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (71,21% atau 47 responden) menyatakan jika dirinya memiliki jadwal belajar tetap setiap malam di rumah. Hal ini terbukti dengan 32 responden (48,48%) yang menjawab setuju dan 15 responden (22,73%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (28,80% atau 19 responden) menyatakan jika dirinya tidak memiliki jadwal belajar tetap setiap malam di rumah. Ini terbukti dengan 13 responden (19,70%) menjawab kurang setuju, 5 responden (7,58%) menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1,52%) menjawab sangat tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa
88
memiliki disiplin belajar di rumah yang baik dengan memiliki jadwal belajar tetap setiap malam.
2) Disiplin Belajar di Sekolah
No.
34
Tabel 4.37 Kewajiban siswa hadir tepat waktu. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
26
39,39%
Setuju
27
40,91%
Kurang Setuju
9
13,64%
Tidak Setuju
4
6,06%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Berdasarkan peraturan/ tata tertib siswa SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi “setiap siswa sudah harus hadir di perguruan sebelum jam belajar dimulai.”43 Pada tata tertib pembiasaan siswa di kelas juga di cantumkan “siswa sudah hadir sebelum bel berbunyi pukul 07.00 WIB.”44 Jika diihat pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden (80,30% atau 53 responden) menyatakan jika dirinya selalu hadir di kelas 10 menit sebelum guru hadir. Hal ini terbukti dengan 27 responden (40,91%) yang menjawab setuju dan 26 responden (39,39%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil responden (19,70% atau 13 responden) menyatakan jika dirinya tidak selalu hadir di kelas 10 menit sebelum guru hadir. Ini terbukti dengan 9 responden (13,64%) yang menjawab kurang setuju, dan 4 responden (6,06%) yang menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa memenuhi kewajibannya
43 44
-------, Tata Tertib Siswa SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit. -------, Tata Tertib Pembiasaan Siswa di Kelas, loc.cit.
89
mematuhi peraturan/ tata tertib sekolah untuk hadir tepat waktu di kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Tabel 4.38 Kewajiban siswa mentaati peraturan tata tertib belajar. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
19
28,79%
Setuju
34
51,52%
Kurang Setuju
11
16,67%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
35
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (80,31% atau 53 responden) menyatakan jika dirinya selalu mentaati peraturan tata tertib belajar yang diberikan oleh pamong (guru). Hal ini terbukti dengan 34 responden (51,52%) menjawab setuju dan 19 responden (28,79%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagian kecil reponden (19,70% atau 13 responden) menyatakan jiki dirinya tidak mentaati peraturan tata tertib belajar yang diberikan oleh pamong (guru). Ini terbukti dengan 11 responden (16,67%) menjawab kurang setuju, dan 2 responden (3,03%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagian besar siswa memenuhi kewajibannya untuk mematuhi peraturan/ tata tertib belajar yang diberikan oleh pamong.
c. Bentuk Belajar 1) Kegiatan Belajar Mental
No. 36
Tabel 4.39 Pamong (guru) melakukan kegiatan mental. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Setuju
9
13,64%
90
Setuju
26
39,39%
Kurang Setuju
29
43,94%
Tidak Setuju
2
3,03%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
Dari tabel tersebut terlihat lebih dari setengah responden (53,03%) menyatakan jika pamong (guru) selalu menjelaskan bahwa memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa depan. Ini terbukti dengan 26 responden (39,39%) menjawab setuju, dan 9 responden (13,64%) menjawab sangat setuju. Sedangkan 46,97% (31 responden) atau hampir setengah responden menyatakan jika pamong (guru) tidak pernah menjelaskan bahwa memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa depan. Ini terbukti dengan 29 responden ( 43,94%) yang menjawab kurang setuju dan 2 responden (3,03%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa tidak semua pamong melakukan kegiatan
mental
dengan menjelaskan bahwa
memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa depan, sehingga akan menembuhkan minat belajar siswa.
2) Kegiatan Belajar Emosional Tabel 4.40 Kesiapan siswa menghadapi test yang diberikan pamong. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
37
Sangat Setuju
14
21,21%
Setuju
35
53,03%
Kurang Setuju
16
24,24%
Tidak Setuju
1
1,52%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
66
100%
Jumlah (N)
91
Dari tabel tersebut terlihat sebagian besar responden (74,24% atau 49 responden) menyatakan jika dirinya selalu siap menghadapi test atau ujian yang diberikan pamong (guru). Ini terbukti dengan 35 responden (53,03%) yang menjawab setuju dan 14 responden (21,21%) menjawab sangat setuju. Sedangkan sebagaian kecil responden (25,76% atau 17 responden) menyatakan jika dirinya tidak pernah siap menghadapi test atau ujian yang diberikan pamong (guru). Ini terbukti dengan 16 responden (24,24%) yang menjawab kurang setuju dan 1 responden (1,52%) menjawab tidak setuju. Maka, jelas bahwa sebagaian besar siswa memiliki kesiapan dalam menghadapi test atau ujian yang diberikan oleh pamong.
Tabel 4.41 Kewajiban pamong (guru) mengajar dengan kreatif No. Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
38
Sangat Setuju
12
18,19%
Setuju
19
28,79%
Kurang Setuju
14
21,21%
Tidak Setuju
7
10,60%
Sangat Tidak Setuju
14
21,21%
66
100%
Jumlah (N)
Berdasarkan tata tertib guru/ pamong SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi, pamong memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha secara kreatif mengembangkan
metode
dan
strategi
sesuai
karakteristik materi dan kondisi peserta didik.
45
dengan
Dari tabel
tersebut terlihat lebih dari setengah responden (53,03% atau 35 responden) menyatakan jika pamong (guru) tidak selalu 45
-------, Tata Tertib Guru/Pamong SMP Tamansiswa Bekasi, loc.cit.
92
mengajar dengan metode ceramah sehingga kami antusias belajar. Hal ini terbukti dengan 14 responden (21,21%) yang menjawab kurang setuju, 7 responden (10,60%) menjawab tidak setuju, dan 14 responden (21,21%) yang menjawab sangat tidak setuju. Sedangkan hampir setengah responden (46,98% atau 31 responden) menyatakan jika pamong (guru) selalu mengajar dengan metode ceramah sehingga kami tidak antusias belajar. Maka, jelas tidak semua pamong melakasanakan kegiatan belajar yang kreatif, sehingga tidak meningkatkan minat siswa terhadap materi yang disampaikan. Tabel 4.42
Interpretasi Data Aktifitas Belajar P Dimensi
Indikator
Skor
NH
NS
Perhatian dan Motivasi
516
5x2 = 10
= 7,8
Keaktifan
531
Prinsip Belajar
Tantangan
Disiplin Belajar
Bentuk Belajar
551
Disiplin Belajar di Rumah
530
Disiplin Belajar di Sekolah
541
Kegiatan Belajar Mental
240
Kegiatan Belajar
466
Emosional
Jumlah
3375
5x2 = 10
5x2 = 10
5x2 = 10
5x2 = 10
5x1 =5
5x2 = 10 65
= 8,3
= 8,3
= 8,0
= 8,2
= 3,6
= 7,1
=51
Katagori
=
Baik = 78%
Sangat Baik = 83%
Sangat Baik = 83%
Baik = 80%
Sangat Baik = 82%
Baik = 73%
Baik = 71%
Baik
93
= 78%
Tabel di atas menginterprestasikan setiap dimensi dan indikator dalam variabel aktivitas belajar. Pada dimensi prinsip belajar terdiri dari tiga indikator. Indikator perhatian dan motivasi dengan dua item soal dan memperoleh nilai persentase 78% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator keaktifan yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 83% berada pada katagori sangat baik. Selanjutnya adalah indikator tantangan yang terdiri dari dua item soal dan memperoleh nilai persentase sebesar 83% berada pada katagori sangat baik. Sehingga apabila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari enam item soal akan diperoleh persentase sebesar 80,7% dan berada pada katagori baik. Artinya perhatian dan motivasi yang diberikan kepala sekolah dan pamong menjadikan siswa lebih aktif dan siap menghadapi tantangan dalam belajar dengan baik. Dimensi disiplin belajar terdiri dari dua indikator. Indikator disiplin belajar di rumah dengan dua item soal dan memperoleh nilai persentase 80% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator disiplin belajar di sekolah yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 82% berada pada katagori sangat baik. Sehingga apabila dihitung secara keseluruhan, maka nilai prosentase dari empat item soal akan diperoleh persentase sebesar 81,2% dan berada pada katagori baik. Artinya, siswa memiliki sikap disiplin belajar yang cukup tinggi, baik saat di rumah ataupun di sekolah. Dimensi bentuk belajar terdiri dari dua indikator. Indikator kegiatan belajar mental dengan satu item soal dan memperoleh nilai persentase 73% yang berada pada katagori baik. Kemudian indikator kegiatan belajar emosional yang memiliki dua item soal dan memperoleh nilai persentase 71% berada pada katagori sangat baik. Sehingga apabila dihitung secara keseluruhan, maka nilai
94
prosentase dari tiga item soal akan diperoleh persentase sebesar 71% dan berada pada katagori baik. Artinya, bentuk kegiatan belajar mental dan kegiatan belajar emosional dilaksanakan dengan baik. Bila dihitung secara keseluruhan, variabel aktifitas belajar terdiri dari 13 item soal dan memperoleh persentase sebesar 80% berada pada katagori baik, artinya kepala sekolah beserta pamong (guru) dan anggota perguruan Tamansiswa Bekasi dapat dinyatakan memiliki aktivitas belajar yang baik dan berjalan sesuai keinginan dan kebutuhan siswa.
Tabel 4.43 Interpretasi Data Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi Variabel
Skor
NH
Transformasi
788
15
NS
P=
Katagori
Baik =12 = 80%
Budaya sekolah
5516
110
Baik = 84 = 76%
Aktivitas Belajar
3375
65
Baik
=51 = 78%
Jumlah
9679
190
Baik = 147
= 77 %
C. Pengujian Hipotesis 1.
Hipotesis menyatakan bahwa “peran transformasi terhadap siswa paling tinggi 85% dari yang diharapkan.” Formulasi hipotesisnya adalah: Ho:
85%
0,85 x 15 = 12,75
Ha:
85%
0,85 x 15 = 12,75
t=
= √
= √
=
= -3,968
95
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5% untuk uji satu pihak, yaitu 1,669. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel atau Ho diterima dan Ha di tolak. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa peran transformasi terhadap siswa paling tinggi 85% dari yang diharapkan dapat diterima, atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dengan data yang terkumpul karena dari perhitungan sampel rata-rata dari peran transformasi adalah 80% dari yang diharapkan.
2.
Hipotesis menyatakan bahwa “keadaan budaya sekolah paling sedikit 75% dari yang diharapkan.” Formulasi hipotesisnya adalah: Ho:
75%
0,75 x 110 = 82,5
Ha:
75%
0,75 x 110 = 82,5
t=
= √
=
=
= 1,574
√
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5% untuk uji satu pihak, yaitu 1,669. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel atau Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa keadaan budaya sekolah paling sedikit 75% dari yang diharapkan diterima, atau tidak ada perbedaan antara data yang terkumpul karena dari perhitungan sampel rata-rata dari budaya sekolah adalah 76% dari yang diharapkan. 3. Hipotesis menyatakan bahwa “Aktivitas belajar di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi sama dengan 65% dari yang diharapkan.” Formulasi hipotesisnya adalah: Ho:
65%
0,65 x 65 = 42,25
Ha:
65%
0,65 x 65 = 42,25
96
t=
= √
=
=
= 14,534
√
Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1 = (66-1= 65) dan taraf kesalahan = 5% untuk uji dua pihak, yaitu 1,997. Sehingga dapat diperoleh hasil harga t hitung lebih besar dari harga t tabel atau Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa aktivitas belajar sama dengan 65% dari yang diharapkan ditolak dan berdasarkan perhitungan sampel rata-rata dari aktivitas belajar tidak sama dengan 65%, yaitu 78%.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Peran transformasi memperoleh persentase sebesar 80% atau berada dalam katagori baik; 2. Budaya Sekolah memperoleh persentase sebesar 76% atau berada pada katagori baik, dan 3. Aktivitas Belajar memperoleh persentase sebesar 78% atau berada dalam katagori baik. Sedangkan jika dilihat, indikator yang memiliki nilai tertinggi berada pada indikator manajemen puncak dengan persentase 84% dan dimensi disiplin belajar berada pada nilai tertinggi dengan persentase 81%. Maka, ini menggambarkan bahwa peran kepala sekolah sebagai manajemen puncak telah merubah perilaku siswa untuk memiliki sikap disiplin belajar. Dengan demikian hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan sederhana untuk mengetahui interpretasi data secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi adalah baik dengan persentase 77%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Peran transformasi budaya sekolah terhadap aktivitas belajar siswa di SMP (Taman Dewasa) Tamansiswa Bekasi dapat dikategorikan baik. Namun, penerapan budaya sekolah dan pelaksanaan aktivitas belajar harus tetap terus ditingkatkan. Oleh karena itu saran-saran yang dapat penulis kemukakan yaitu sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah
97
98
Kepala sekolah memiliki tanggungjawab dalam mensosialisasikan nilai visi dan misi sekolah di dalam berbagai program sekolah. Selain itu kepala sekolah juga harus lebih optimal dalam memotivasi siswa sehingga minat siswa terhadap program-program sekolah.
2. Pendidik dan Tenaga Pendidik a. Guru Mata Pelajaran Guru mata pelajaran sebagai guru bidang studi harus lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Diharapkan
guru
mampu
menunjukkan
dan
berperan
serta
mentransformasi budaya sekolah positif untuk menjadi nilai hidup yang membentuk karakter budi pekerti dalam diri siswa. b. Wali Kelas Seorang wali kelas memiliki tugas membimbing kelas yang didampinginya, selain itu di harapkan juga wali kelas mampu memaksimalkan waktu luang di sekolah, untuk mengontrol kondisi kelas, sehingga diharapkan siswa dapat lebih terarah. 3. Program Sekolah Program sekolah harusnya secara konsisten dilaksanakan sesuai dengan susunan dan aturan terbentukknya sebuah program. Seperti program budi pekerti yang menjadi program utama untuk mewujudkan siswa yang berkarakter budi pekerti harus lebih optimal pelaksanaannya. Selain itu perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) sehingga siswa lebih antusias dan siswa juga lebih siap untuk berkompetisi.
Daftar Pustaka Ali, Musa. Transformasi Organisasi: Konsep dan Teknik Pelaksanaan , Malaysia: Universiti Sains Malaysia, 2015. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XIV, 2010. Astuti, Albertin Dwi. “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten”, Skripsi pada Strata Satu UNY: 2015. dipublikasikan, http://eprints.uny.ac.id, 2 Januari 2016. Azman, Nur (kord.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Penabur Ilmu, 2008. Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011. Danim, Sudarwan dan Khairil. Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru, Bandung: Alfabeta, 2010. Daryanto dan Hery Tarno. Pengelolaan Budaya dan Iklim Sekolah, Yogyakarta: Gava Media, 2015. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. IV, 2010. Echols, John M dan Hasan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. XXVI, 2005. Hanafiah dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama, Cet. III, 2012. Komariah, Aan dan Cepi Triatna. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Kuncahyo, Trias. “Mendesak, Pendidikan Budi Pekerti Dikembalikan ke Kurikulum Pendidikan Sekolah”, http://tribunnews.com, 6 Juli 2015.
Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana, Cet. IV, 2012. Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Rohiat. Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2010. Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XXI, 2012. -------. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XXII, 2014. Sekretariat Negara RI. “Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, http://www.setneg.go.id, November 2015. Siregar, Evelin dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UNJ, 2007. Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 2009. Sudjono, Annas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XXII, 2007. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet Ke-XIV, 2011. SMP Tamansiswa Bekasi. “Profil SMP Tamansiswa Bekasi”, http://smptamansiswabekasi.com, 20 Juni 2016. Sumantri, Bambang. “Pengaruh Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010”, Media Prestasi, Vol. VI. No. 3 Desember 2010, http://jurnal.stkipngawi.ac.id, 2 Januari 2016.
Suprapto. dkk,. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan: Pengaruh Budaya Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pena Citasatria, 2008. Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Perspektif Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XIX, 2014. Wibowo. Manajemen Perubahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 -------. Manajemen Perubahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. III, 2011. William. Tiga Tahun Dari Sekarang, Jakarta: Feliz Books, 2013.
LAMPIRAN
Lampiran 1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Dengan Hormat, Dengan ini saya mengharapkan kesediaan siswa dan siswi untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan ini, yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka penelitian pembuatan skripsi, dengan judul: “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI” Kejujuran dan jawaban siswa-siswi dalam pengisian angket ini sangat diharapkan untuk kelancaran pembuatan skripsi ini. Dalam lembaran angket ini tidak ada jawaban salah atau benar, tetapi merupakan pendapat atau kondisi yang dirasakan peserta didik. Jawaban yang telah diberikan tidak akan mempengaruhi prestasi dan jawaban pada kuesioner ini tidak dimaksudkan untuk menentukan nilai atau kemampuan dalam belajar yang didapatkan siswa/siswi di sekolah, karenapenelitian ini hanya bersifat ilmiah. Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang diberikan untuk pengisian angket ini. Petunjuk pengisian: 1. Isilah identitas anda dengan lengkap pada kolom yang tersedia. 2. Instrumen ini terdiri dari kolom pernyataan dan kolom jawaban. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda dengan meberikan tanda check list () pada kolom yang telah disediakan. 3. Isilah instrumen penelitian yang disediakan di bawah ini, sesuai dengan keadaan sesungguhnya. 4. Selamat mengerjakan.
1
PEDOMAN ANGKET “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa Bekasi” Jenis Kelamin Kelas Sekolah Keterangan
No
:L/P :............. : SMP Tamansiswa Bekasi SS S KS TS STS
= = = = =
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Pernyataan
SS
Kepala sekolah selalu memahami kebutuhan sekolah 1 untuk mengembangkan intelektual siswa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di sekolah saya dilatih oleh pamong (guru) untuk 2 memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain melalui kegiatan bakti sosial. Kepala sekolah selalu mengarahkan siswa untuk 3 menjadi pribadi yang berbudi pekerti berdasarkan asas kebudayaan Tamansiswa. Saya bersekolah di SMP Tamansiswa karena 4 keluarga saya merupakan bagian dari keluarga besar Tamansiswa. Kepala sekolah selalu menunjukkan perilaku disiplin 5 waktu kepada seluruh warga sekolah. Kepala sekolah selalu memberi dorongan kepada 6 saya untuk lebih disiplin. Saat melaksanakan upacara bendera kepala sekolah selalu mengingatkan siswa untuk bersikap sopan 7 santun dan hormat terhadap pamong dan petugas perguruan. Di sudut-sudut sekolah terpampang tata tertib 8 sekolah. Seluruh siswa diharuskan mengenakan pakaian 9 seragam sekolah secara rapih dan tertib, serta lengkap dengan atributnya. Pada umumnya siswa di sekolah ini memiliki 10 disiplin kehadiran yang rendah. Kegiatan belajar selalu dimulai tepat waktu sesuai 11 jadwal yang telah ditentukan. 12 Polisi siswa diperlukan untuk menjaga kedisiplinan
2
S
KS
TS
STS
13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
siswa dan ketertiban sekolah. Saya tidak suka mengunjungi perpustakaan sekolah. Saya membaca buku hanya ketika diberikan tugas oleh pamong (guru). Kelas jurnalistik berguna untuk menyalurkan bakan dan minat menulis siswa. Sekolah selalu mengadakan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) sebagai wadah kreatifitas siswa. Sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang dapat mendorong siswa mengembangkan bakat minat dan keterampilannya. Saya akan menyerah apabila menemui kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan pamong (guru). Sekolah mengadakan berbagai lomba untuk mendorong siswa dalam berkompetisi. Saya berusaha mencari tambahan materi belajar yang disampaikan oleh pamong (guru) dari berbagai sumber. Saya senang melakukan aktivitas belajar dialog interaktif dengan para pamong (guru). Saya selalu melaksanakan piket kelas sesuai jadwal tanpa paksaan siapapun. Sekolah selalu memberi apresiasi terhadap siswa berprestasi. Pamong (guru) memberi sanksi terhadap siwa yang membolos selama kegiatan belajar berlangsung.. Saya menyontek saat menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau ulangan. Kepala sekolah selalu mendukung kegiatan pramuka yang dilakukan siswa di sekolah. Pada beberapa kesempatan kepala sekolah dan pamong melakukan sharing pengalaman untuk memotivasi siswa. Saya selalu berusaha mengeluarkan pendapat untuk menjawab pertanyaan pamong (guru) saat pelajaran berlangsung. Kegiatan GKS (Gelar Kreativitas Siswa) yang diadakan di sekolah kurang diminati siswa. Saya senang dengan cara pamong (guru) mengajar dengan metode yang variatif. Saya selalu mengeluh apabila mendapatkan tugas yang dianggap sulit.
3
32 33 34 35 36 37 38
Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Saya memiliki jadwal belajar tetap setiap malam di rumah. Saya selalu hadir di kelas 10 menit sebelum guru hadir. Saya selalu mentaati peraturan tata tertib belajar yang diberikan oleh pamong (guru). Pamong (guru) selalu menjelaskan bahwa memiliki pendidikan sangatlah penting untuk masa depan. Saya selalu siap menghadapi test atau ujian yang diberikan pamong. Pamong (guru) selalu mengajar dengan metode ceramah sehingga kami tidak antusias belajar.
4
Lampiran 2 DATA HASIL ANGKET TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH & AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI Item Pertanyaan Res
J M L
Y
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
1
4
4
4
1
4
4
4
4
3
2
3
4
4
3
4
1
4
3
2
4
4
5
5
5
3
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
1
13 9
193 21
2
4
3
5
5
5
5
5
3
4
3
4
3
5
5
3
5
5
4
3
5
5
4
5
5
5
3
3
5
5
5
3
5
5
5
3
4
5
3
16 2
262 44
3
4
5
5
3
5
4
5
3
5
2
4
3
5
2
5
2
5
5
3
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
2
3
5
5
5
3
5
5
2
15 8
249 64 176 89
4
5
4
3
2
3
5
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
5
3
3
4
4
3
5
3
4
4
4
2
4
4
3
3
1
13 3
5
4
3
4
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
5
2
4
4
5
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
5
5
4
5
4
3
4
3
1
14 5
210 25
6
4
4
5
4
4
4
4
4
5
3
4
5
4
5
4
3
1
5
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
3
15 3
234 09
7
4
4
4
2
4
5
4
4
4
4
3
4
4
2
4
5
4
3
2
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
3
4
3
14 7
216 09
8
4
5
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
2
3
4
4
4
4
3
4
4
5
3
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
13 5
182 25
9
3
3
4
3
4
3
3
3
4
1
4
3
5
4
4
3
4
3
4
4
3
5
4
4
4
5
4
3
4
4
3
5
3
4
3
3
3
5
13 8
190 44
10
5
5
3
4
5
5
3
4
5
3
3
3
3
2
3
5
3
4
3
5
3
3
4
5
5
5
4
5
3
5
4
3
4
5
4
4
3
5
15 0
225 00
11
3
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
4
3
3
5
5
5
5
4
5
5
4
3
4
5
5
4
5
4
5
4
4
4
1
16 1
259 21 272 25
12
4
5
5
3
5
5
4
4
4
3
2
4
5
3
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
4
3
4
5
16 5
13
2
4
3
2
4
3
2
2
4
2
3
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
2
4
2
4
2
4
2
4
12 5
156 25
14
3
4
4
5
4
3
5
3
4
4
4
3
4
1
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
4
3
5
5
4
14 4
207 36
15
4
2
4
4
4
5
4
4
2
3
3
5
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
3
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
14 7
216 09
16
4
4
4
3
4
5
3
3
4
2
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
14 1
198 81
17
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
3
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
17 8
316 84
18
4
3
3
4
3
4
4
4
5
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
5
4
3
13 2
174 24
19
5
4
4
2
3
4
4
5
5
3
5
3
5
5
4
5
5
3
5
3
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
3
4
4
16 5
272 25 282 24
20
5
4
5
4
5
4
5
4
4
2
2
4
5
5
5
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
5
4
16 8
21
4
4
3
2
4
4
4
4
5
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
14 4
207 36
22
3
4
3
3
5
5
3
3
4
4
5
3
5
5
5
3
3
4
5
5
5
3
4
3
3
4
3
5
5
5
3
5
3
5
3
4
3
4
15 0
225 00
23
4
3
2
3
2
3
3
3
4
2
2
3
2
4
2
3
4
3
2
2
2
4
4
4
4
3
4
3
2
4
3
2
3
2
3
3
3
3
11 2
125 44
5
24
1
4
4
5
5
5
4
4
3
1
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
3
4
4
14 8
219 04
25
3
4
4
3
4
5
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
13 8
190 44
26
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
14 5
210 25
27
4
4
5
4
5
5
4
4
4
3
5
4
5
3
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
5
5
3
4
5
4
5
4
4
4
4
16 7
278 89 256 00
28
4
4
5
1
5
4
4
4
4
3
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
3
2
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
16 0
29
2
4
2
4
2
4
4
4
2
2
2
3
2
2
2
4
2
2
4
2
2
2
3
2
4
4
3
4
2
2
4
2
4
2
4
3
4
4
11 0
121 00
30
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
15 6
243 36
31
4
4
5
3
5
4
3
5
4
3
4
5
5
2
5
5
4
4
5
5
5
5
3
5
5
4
5
4
5
5
5
5
3
5
5
4
3
4
16 4
268 96
32
5
5
3
5
3
5
4
5
3
4
5
3
5
5
2
3
5
3
3
3
3
5
4
5
5
5
3
5
5
5
5
5
5
3
5
4
4
5
16 0
256 00
33
4
4
5
4
5
5
4
4
5
3
5
5
5
5
5
4
5
4
5
1
5
5
3
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
4
16 6
275 56
34
5
4
3
5
4
4
5
5
4
5
4
5
4
4
3
5
4
5
4
4
2
4
4
4
3
4
3
2
4
4
5
4
5
2
5
2
5
4
15 2
231 04
35
4
5
5
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
5
4
3
5
5
5
4
5
3
4
4
4
3
4
3
3
5
3
3
2
14 4
207 36 259 21
36
5
5
5
3
5
3
4
4
4
4
3
4
5
4
3
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
3
5
4
4
5
3
5
4
4
4
5
16 1
37
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
1
13 3
176 89
38
2
4
4
3
4
3
4
2
3
2
4
4
4
4
3
4
3
4
4
5
2
4
4
3
2
4
3
3
5
4
4
5
4
4
5
3
4
1
13 4
179 56
39
4
4
5
4
3
5
3
3
3
3
2
5
5
5
4
3
4
2
3
5
3
5
2
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
3
4
3
3
4
14 6
213 16
40
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
3
4
5
3
3
4
3
4
3
4
4
5
3
4
4
4
5
3
4
4
5
4
3
3
3
14 3
204 49
41
4
4
4
3
5
4
4
5
3
3
3
5
4
4
3
4
4
3
3
4
1
4
4
5
4
4
3
4
3
5
4
5
5
4
4
3
4
3
14 5
210 25
42
5
5
5
1
3
5
4
3
4
5
3
4
3
4
4
4
3
3
5
3
4
5
3
2
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
3
15 2
231 04
43
3
4
4
3
5
5
5
5
4
4
4
4
1
2
3
3
3
5
3
4
5
5
2
3
1
4
4
5
3
5
3
5
3
4
5
3
5
2
14 1
198 81 225 00
44
4
4
4
4
5
3
5
4
4
5
4
5
4
3
5
3
5
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
3
4
5
3
5
4
4
5
3
5
2
15 0
45
5
4
5
1
4
4
5
4
4
1
3
5
3
3
4
3
2
1
4
4
3
4
2
4
4
4
3
4
4
4
3
5
2
4
4
2
5
1
13 1
171 61
46
4
4
5
2
4
3
4
4
5
3
4
5
4
3
4
4
3
5
4
3
4
3
2
4
5
2
2
3
5
4
4
3
4
3
4
3
4
1
13 7
187 69
47
4
3
4
3
5
4
4
5
4
3
3
4
4
3
4
3
1
4
5
4
3
4
3
3
4
3
2
4
2
5
4
2
3
5
4
3
4
3
13 5
182 25
48
5
5
4
4
3
4
4
5
4
2
4
4
1
4
3
3
4
3
3
5
4
5
4
3
4
5
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
15 6
243 36
49
4
4
4
3
5
5
3
5
5
2
3
3
3
2
5
3
4
3
4
4
3
4
2
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
5
4
3
1
14 0
196 00
50
4
2
5
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
2
4
1
5
3
4
5
4
5
3
3
5
4
3
4
5
14 0
196 00
6
51
4
3
5
2
5
4
5
5
4
3
3
4
3
3
3
3
1
3
4
4
2
5
3
4
5
2
4
3
1
4
5
4
3
5
5
4
5
1
13 6
184 96
52
4
4
5
3
3
3
4
4
5
1
4
4
4
5
4
3
4
4
3
4
1
3
3
4
5
4
3
3
3
5
5
4
4
5
5
3
4
2
14 1
198 81
53
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
3
4
3
3
5
4
3
4
5
3
5
5
5
5
5
3
5
3
5
5
3
5
4
5
5
4
2
15 4
237 16
54
3
5
3
3
5
5
3
5
5
3
5
5
4
5
4
5
3
4
4
3
4
3
3
4
4
5
2
5
5
5
4
4
2
4
4
4
3
5
15 2
231 04 201 64
55
5
3
4
2
3
4
4
3
4
2
5
5
4
4
3
4
4
3
4
2
3
5
3
5
3
5
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
5
14 2
56
4
5
5
4
5
4
3
5
5
2
4
4
4
3
4
3
4
3
2
4
4
3
4
4
5
5
5
4
5
4
5
3
4
5
4
3
3
5
15 2
231 04
57
5
5
4
4
4
5
4
5
5
1
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
5
4
4
1
5
3
5
3
4
5
5
5
5
4
5
4
3
15 2
231 04
58
4
4
3
1
3
3
4
4
5
3
4
3
5
1
4
5
4
4
3
5
5
3
5
4
5
4
4
3
4
4
3
4
1
3
5
4
4
3
14 0
196 00
59
5
4
3
4
5
4
4
4
3
5
4
3
4
3
5
3
3
4
4
2
5
4
3
4
4
4
3
5
5
5
5
3
4
4
3
3
4
3
14 7
216 09
60
4
3
5
2
5
4
5
5
4
3
2
3
1
3
4
3
2
5
3
1
5
5
3
4
4
5
5
4
2
5
5
5
5
5
5
3
5
5
14 7
216 09
61
4
2
4
3
5
4
5
4
4
1
3
4
4
4
3
4
2
3
5
4
4
4
4
5
3
4
4
4
3
4
3
4
2
5
5
4
5
1
14 0
196 00
62
2
5
3
4
5
5
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
2
3
4
4
5
4
5
4
5
5
3
4
5
4
5
4
4
4
4
4
2
14 7
216 09 234 09
63
3
4
4
3
5
5
5
4
5
4
3
5
5
3
4
3
3
4
4
3
3
5
3
5
5
4
3
5
5
5
4
4
5
3
5
4
5
1
15 3
64
5
3
5
4
5
4
4
3
5
1
5
4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
5
2
5
5
4
5
4
5
3
4
3
2
3
4
5
14 5
210 25
65
3
5
4
3
4
3
5
4
4
3
4
5
1
3
4
4
3
2
4
2
5
4
5
4
3
5
4
3
4
5
4
4
5
4
4
4
5
1
14 3
204 49
66
3
5
5
3
4
5
4
1
4
3
2
5
4
4
4
3
4
3
5
4
4
4
5
5
4
5
3
3
2
5
4
5
4
2
4
3
4
1
14 2
201 64
96 79
142 932 9
∑
∑X
∑X
2
∑ XY σ
2
∑σ
2 b
255
262
271
214
276
277
260
258
265
196
236
257
258
236
247
241
237
237
254
253
250
277
246
276
265
274
242
267
264
287
264
277
253
273
268
240
260
206
1037
1078
1157
768
1200
119 5
1058
1056
1101
656
890
1045
1080
918
969
925
915
907
1024
1037
1016
1203
970
1190
1131
1172
934
1125
1120
1281
1096
1209
1025
1179
1126
910
1058
772
3572 0
3666 7
3779 8
3020 8
3852 7
386 65
3613 0
3630 3
3715 2
2774 6
3285 9
3635 6
3586 4
3324 6
3454 0
3416 1
3260 9
3312 3
3624 0
3511 3
3467 4
3866 4
3400 0
3845 0
3700 5
3844 0
3372 3
3718 3
3646 6
4035 9
3724 7
3862 1
3506 3
3798 5
3777 7
3344 7
3613 0
2936 2
0,78 4435 3
0,57 4839 3
0,67 0569 3
1,12 3048 7
0,69 4214 9
0,49 150 6
0,51 1478 4
0,71 9008 3
0,56 0376 5
1,12 0293 8
0,69 8806 2
0,67 0569 3
1,08 2644 6
1,12 3048 7
0,67 6079
0,68 1588 6
0,96 9008 3
0,84 7796 1
0,70 4315 9
1,01 7676 8
1,04 5913 7
0,61 2718 1
0,80 4407 7
0,54 2699 7
1,01 4921 9
0,52 2497 7
0,70 7070 7
0,67 9752 1
0,96 9697
0,49 9770 4
0,60 6060 6
0,70 3627 2
0,83 5858 6
0,75 4132 2
0,57 2084 5
0,56 4738 3
0,51 1478 4
1,95 5004 6
29,6 2
t
149, 8331
rh
0,32 4045 7
0,27 6403 6
0,51 4600 4
0,29 0343 2
0,51 8748 5
0,35 228 7
0,27 1048 5
0,31 3718 4
0,29 8211 7
0,31 3724
0,27 7254 1
0,25 0257 6
0,49 9533 4
0,27 8273 6
0,46 0768 1
0,31 7830 7
0,45 3422 6
0,35 5698
0,32 9666 9
0,34 6220 6
0,53 6323 5
0,46 8911 5
0,26 0464 6
0,51 2779 9
0,34 8142 3
0,24 5706 1
0,28 1651 1
0,29 2828 1
0,58 4503 5
0,36 5969 3
0,34 9797 6
0,60 7271 2
0,39 1502
0,53 4709 1
0,24 6123 1
0,32 5533 3
0,27 1048 5
0,30 3461 6
rT (5%)
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
0,24 23
KET
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
σ
2
valid
7
Lampiran 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP (TAMAN DEWASA) TAMANSISWA BEKASI
A. Validitas
rxy
n XY ( X )( Y ) {n X 2 X }{n Y 2 Y } 2
2
= 66 (37873) – (255)(9745) √{66 (1037) – (255)2} {66 (1448559) – (9745)2} = 2499618 – 2484975 √{68442 – 65025} {95604894 – 94965025} = 14643 √3417 . 639869 = 14643 √2186432373 = 14643 46759,302529 = 0,3131569379
B. Reliabilitas Interpretasi Koefisien Reliabilitas (r11) untuk uji reliabilitas: 0,00 – 0,20 : Kecil 0,20 – 0,40 : Rendah 0,40 – 0,70 : Sedang 0,70 – 0,90 : Tinggi 0,90 – 1,00 : Sangat Tinggi
Sebelum menghitung reliabilitas soal, harus mencari varians butir soal terlebih dahulu, baru mencari varians total. Setelah itu baru dicari reliabilitas seperti di bawah ini:
8
1. Varians butir soal
σ2(1) = Σx²n = 1037 – (255)2 66 66 = 1037 – 65025 66 66 = 1037 – 985,2272727272727 66 = 51,7727272727273 66 = 0,7844352617079894 σb2=
0,784435 + 0,574839 + 0,670569 + 1,123049 + 0,694215 + 0,491506 + 0,511478 + 0,719008 + 0,560376 + 1,120294 + 0,698806 + 0,670569 + 1,082645 + 1,123049 + 0,676079 + 0,681589 + 0,969008 + 0,8478 + 0,704316 + 1,017677 + 1,045914 + 0,612718 + 0,804408 + 0,5427 +1,014922 + 0,522498 + 0,707071 + 0,679752 + 0,969697 + 0,49977 + 0,606061 + 0,703627 + 0,835859 + 0,754132 + 0,572084 + 0,564738 + 0,511478 + 1,975 = 29,62
2. Varians total σt2 = Σy²n = 1429329 – (9679)2 66 66
9
= 1429329 – 93683041 66 66 = 1429329 – 1419440,015 66 =
9888,9848 66
= 149,83310303
3. Reliabilitas r11 = (
)(
=(
)(
) )
=( ) = 1,027027027027027 . 0,802313374 = 0,823979975192
Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi.
10
Lampiran 4 RANGKUMAN DATA PERAN TRANSFORMASI BUDAYA SEKOLAH TERHADAP AKTIVITAS BELAR SISWA Transformasi
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Budaya Sekolah
Aktivitas Belajar
X
X-X1
(X-X1)2
X
X-X1
(X-X1)2
X
X-X1
(X-X1)2
12 12 14 12 11 13 12 13 10 13 12 14 9 11 10 12 14 10 13 14 11 10 9 9 11 10 13 13 8 12 13 13 13 12 14 15 11
0 0 2 0 -1 1 0 1 -2 1 0 2 -3 -1 -2 0 2 -2 1 2 -1 -2 -3 -3 -1 -2 1 1 -4 0 1 1 1 0 2 3 -1
0 0 4 0 1 1 0 1 4 1 0 4 9 1 4 0 4 4 1 4 1 4 9 9 1 4 1 1 16 0 1 1 1 0 4 9 1
76 96 90 77 85 87 83 76 79 83 97 93 75 81 83 80 104 75 94 95 83 88 65 85 79 84 99 95 60 92 94 88 96 91 84 91 78
-8 12 6 -7 1 3 -1 -8 -5 -1 13 9 -9 -3 -1 -4 20 -9 10 11 -1 4 -19 1 -5 0 15 11 -24 8 10 4 12 7 0 7 -6
64 144 36 49 1 9 1 64 25 1 169 81 81 9 1 16 400 81 100 121 1 16 361 1 25 0 225 121 576 64 100 16 144 49 0 49 36
51 54 54 44 49 53 52 46 49 54 52 58 41 52 54 49 60 47 58 59 50 52 38 54 48 51 55 52 42 52 57 59 57 49 46 55 44
0 3 3 -7 -2 2 1 -5 -2 3 1 7 -10 1 3 -2 9 -4 7 8 -1 1 -13 3 -3 0 4 1 -9 1 6 8 6 -2 -5 4 -7
0 9 9 49 4 4 1 25 4 9 1 49 100 1 9 4 81 16 49 64 1 1 169 9 9 0 16 1 81 1 36 64 36 4 25 16 49
11
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
∑
X S
10 13 11 12 15 11 12 14 13 11 14 12 11 12 13 11 11 12 14 14 11 12 12 10 10 11 13 12 13 788 12
-2 1 -1 0 3 -1 0 2 1 -1 2 0 -1 0 1 -1 -1 0 2 2 -1 0 0 -2 -2 -1 1 0 1 -4 1,538
4 1 1 0 9 1 0 4 1 1 4 0 1 0 1 1 1 0 4 4 1 0 0 4 4 1 1 0 1 156
75 81 83 82 79 79 88 72 82 80 80 79 76 78 78 89 89 79 83 82 83 84 76 82 84 89 80 79 84 5516 84
-9 -3 -1 -2 -5 -5 4 -12 -2 -4 -4 -5 -8 -6 -6 5 5 -5 -1 -2 -1 0 -8 -2 0 5 -4 -5 0 -28 7,740
12
81 9 1 4 25 25 16 144 4 16 16 25 64 36 36 25 25 25 1 4 1 0 64 4 0 25 16 25 0 3954
49 52 49 51 58 51 50 45 42 44 62 49 53 46 50 54 52 51 55 56 46 51 59 48 53 53 52 52 45 3375 51
-2 1 -2 0 7 0 -1 -6 -9 -7 11 -2 2 -5 -1 3 1 0 4 5 -5 0 8 -3 2 2 1 1 -6 9 4,894
4 1 4 0 49 0 1 36 81 49 121 4 4 25 1 9 1 0 16 25 25 0 64 9 4 4 1 1 36 1581
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS NO I
II
III
IV
ASPEK YANG DIAMATI YA Pra Pembelajaran 1. Siswa duduk dengan tertib. 2. Siswa siap menerima pembelajaran. Kegiatan Membuka Pembelajaran 1. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar. 2. Siswa mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai. Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi Pembelajaran 1. Siswa memeperhatikan penjelasan guru. 2. Adanya interaksi antar siswa. 3. Adanya interaksi antara siswa-guru, siswa-materi pelajaran. B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. 2. Siswa mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan. 3. Siswa mencatat penjelasan yang disampaikan guru. 4. Siswa mengikuti proses pembelajaran. C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Adanya interaksi anatara siswa dan media belajar yang digunak guru. 2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media belajar. 3. Adanya ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru. D. Penilaian Proses 1. Siswa mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru. 2. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar. 3. Adanya kegiatan apresiasi dari guru. Penutup 1. Adanya keterlibatan siswa dalam memberi rangkuman/kesimpulan.
TIDAK
*Fasilitas pendukung KBM (fasilitas olahraga dan pratikum IPA) tidak selalu tersedia/bisa digunakan karena keterbatasan jumlah dan menggunakan secara bersama-sama dengan Taman Madya.
13
Lampiran 6 WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber
: Ki Setyaka, S. Ag
Jabatan
: Kepala Sekolah Pamong Mata Pelajaran Agama Islam
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal
: Rabu/ 1 Juni 2016
NO
PERTANYAAN
JAWABAN Kalau bicara transformasi, ya semua orang termasuk anak (siswa) pasti akan mengalami
perubahan
dalam
hal
lingkungannya maupun fisik. Yang jelas membutuhkan bimbingan dari guru dan Apa yang bapak pahami tentang 1
konsep transformasi ?
sistem yang baik. Melalui peraturan yang berlaku di sekolah, kita melakukan pembiasaan yang bisa merubah siswa, tetapi kalau tidak adanya bimbingan dan sistemkan tentunya tidak bisa kita merubah dan mewariskan nilai-nilai yang kita baik untuk menjadikan siswa berbudi pekerti. Budaya sekolah meneurut saya adalah
Apa yang bapak pahami tentang 2
budaya sekolah?
kebiasaan atau adat yang dilakukan secara terus-menerus kesempatan
dan
dalam setiap
kondisi
sehingga
membentuk karakter siswa. Apa saja budaya sekolah yang menjadi 3
fokus
utama
dan
menjadi nilai hidup di SMP Tamansiswa?
Budaya sekolah yang menjadi fokus utama dan nilai hidup untuk seluruh keluarga
besar
Tamansiswa
dan
perguruan Tamansiswa adalah budi pekerti. Belajar dalam suasana pondok
14
budi pekerti. Budaya
Sekolah
sebenarnya
dilaksanakan secara terstruktrur dan Bagaimana cara penerapan dan 4
pelaksanaan budaya sekolah di SMP Tamansiswa?
terorganisir bekerja sama anatara warga sekolah atau stakeholder yang kemudian dituangkan
dalam
program-program
sekolah. Selanjutnya diterapkan terusmenerus dan diaplikasikan dalam hidup bermasyarakat.
Bagaimana
kebijakan
bapak Diatur dalam atauran dan tata tertib
dalam menetapkan norma-norma sekolah. Seperti budaya menegur sapa 5
perilaku yang akan membentuk itu ada dicantumkan dalam tata tertib budaya
sekolah
di
SMP sekolah.
Tamansiswa?
Serta
diberi
sanksi
dan
panismen terhadap siswa. Budaya yang lebih sering di share ke siswa sebenarnya lebih kepada budaya sopan satun. Seperti antara warga atau
Budaya sekolah apa saja yang disosialisasikan kepada seluruh 6
warga sekolah? dan kapan waktu yang
dipilih
untuk
melaksanakannya?
keluarga
Tamansiswa
dengan
masyarakat harus menghormati, 3S, selalu lapor dan izin (berlaku untuk seluruh
keluarga
Tamansiswa)
kemudian budaya berdo’a sebelum dan sesudah
belajar.
Sedangkan
untuk
sosialisasi dilaksanakan setiap hari, setiap ada kesempatan baik saat rapat ataupun mengajar dikelas. Kendala yang umumnya terjadi itu lebih Kendala apa saja yang bapak dan sekolah temukan dalam 7
mengembangkan sekolah?
budaya
cenderung muncul dari diri siswa. Seperti; 1) Pergaulan siswa di luar yang tidak mendukung (masyarakat). 2) Kebiasaan di keluarga yang kurang baik.
15
Menurut bapak, apakah siswa di SMP Tamansiswa aktif dalam 8
mengikuti yang
program-program
membentuk
budaya
sekolah?
Cukup antusias. Meskipun tidak semua mematuhi, ada saja siswa yang masih meremehkan
program-program
yang
sudah ditentukan sekolah.
Bagaimana strategi bapak untuk Bekerjasama dengan orangtua dalam 9
menumbuhkan
motivasi
dan pengawasan dan menerapkan sistem
minat belajar siswa?
among.
Program itu banyak, kalau program harian seperti saat hari senin ada upacara
bendera,
piket
kelas,
kedisiplinan masuk pagi, pakai seragam, Program-program apa saja yang senantiasa bapak 10
lakukan
budaya
untuk tertib.
Saya
sekolah juga
dengan biasanya
menumbuhkan disiplin belajar mengusahakan bagaimana caranya agar siswa di sekolah?
saat
saya
mengajar
anak-anak itu
antusias setidaknya memberi respon yang baik saat belajar, ya bisa lewat motivasi atau cara mengajar yang menarik
buat
anak
tapi
tidak
mengurangi kualitas belajar.
Orangtua Apa 11
strategi
bapak
untuk
menumbuhkan disiplin belajar siswa di rumah?
dikumpulkan.
memanggil
orangtua
siswa
Saya yang
memiliki motivasi kurang, serta selalu menganjurkan
untuk
melaksanakan
perintah agama terhadap kepercayaan masing-masing. Yang utama ya antar sekolah
16
dengan
wali
murid
bisa
konsisten buat melaksanakan aktivitas belajar di sekolah dengan di rumah. Tetapi itu balik lagi kepada kondisi wali murid dan murid di rumah.
Bekasi, 14 Oktober 2016 Kepala Sekolah SMP Tamansiswa
Ki Setyaka, S. Ag
17
WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber
: Nyi Dra. Euis Setiawati
Jabatan
: Pamong Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Wali Kelas VIII-2 Pembina Jurnalistik
Tempat
: Perpustakaan SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal
: Rabu/ 1 Juni 2016
NO
PERTANYAAN
JAWABAN Transformasi sih lebih kepada merubah
Apa yang bapak/ibu pahami 1
tentang
konsep
transformasi
(perubahan) ?
siswa untuk lebih sesuai dengan tujuan pendidikan atau budi pekerti. Tapi kalau dilihat di sisni siswa lebih memiliki sikap sendiri sejak awal dan ngeyel. Sulit untuk melakukan transformasi. Budaya sekolah itu nilai atau kebiasaan
Apa yang bapak/ibu pahami atau keharusan yang diterima semua 2
tentang budaya sekolah?
orang di sekolah ini untuk mencapai cita-cita bersama. Budaya SMP Tamansiswa ya budaya
Menurut bapak/ibu, nilai-nilai budi pekerti, tapi yang diterapkan disini 3
budaya apa yang ditanamkan di juga ya ada budaya bersih dan budaya SMP Tamansiswa?
sopan satun. Budaya-budaya itu yang lebih diutamakan untuk diterapkan. Praktek penerapan budi pekerti kontradiksi.
Menurut
bapak/ibu,
apakah Sebenarnya apa yang ditanamkan sejak
budaya sekolah yang diterapkan awal jadi nilai Tamansiswa sudah baik dan di 4
SMP
Tamansiswa
sudah bagus. Tetapi ternyata dalam perakteknya
sesuai untuk mengesksplorasi ditemui kesulitan. Siswa susah sekali potensi-potensi (intelektualitas,
didik dibentuk dengan budaya sekolah, lebih sosialitas, cenderung bersikap semaunya Kalau
peserta
spiritualitas, dan emosionalitas)?
ditanya sesuai atau tidak, ya jelas sesuai karena budaya sekolah juga disesuaikan
18
dengan
kondisi
sekolah
dan
lingkungannya. Cara Apa saja yang bapak/ibu lakukan agar 5
peserta
mengikuti
didik
dan
norma-norma
mampu
melaksanakan perilaku
yang
ditetapkan di SMP Tamansiswa?
yang harus dilakukan sudah
dilakukan
seperti
memberi
contoh
langsung ke siswa, menerapkannya setiap hari agar terbiasa. Ada beberapa siswa yang mau ikut serta tapi sebagian siswa
justru
cenderung
semaunya
sendiri. Acuh dengan norma-norma yang diterapkan juga ada. Kalau budaya apa, ya tentunya budaya yang ditanamkan tadi. Budaya budi pekerti, budaya bersih. Budaya bersih
Budaya sekolah apa saja yang biasanya saya melaksanakan setiap saat disosialisasikan Tamansiswa 6
di
kepada
SMP akan memulai belajar siswa selalu seluruh diingatkan
tentang
nilai-nilai
itu.
siswa? dan kapan waktu yang Sebelum belajar saya juga membiasakan dipilih
untuk untuk memeriksa kondisi kelas bersih
mensosialisasikannya?
atau tidak, rapih atau tidak. Secara tidak langsungkan siswa pasti membersihkan kelas dan menjaga kebersihan kelas sebelum pamong datang ke kelas. Kendala muncul biasanya dari siswa. sikap siswa yang sulit untuk diarahkan,
Menurut bapak/ibu, kendala apa siswa menantang. kalau diperhatikan saja 7
yang
dalam
sering
ditemukan siswa sekarang tidak ada takutnya. saya
menerapkan
sekolah dalam diri siswa?
budaya larang
tapi
justru
mereka
lebih
menantang. Itu sulitnya siswa tidak mau dengan mudah menerima ajaran baru, aturan-aturan.
Menurut 8
siswa
di
bapak/ibu, SMP
apakah Kalau sekarang-sekarang antusias siswa
Tamansiswa untuk
ikut
serta
program-program
selalu aktif dalam mengikuti sekolah apalagi yang melibatkan budaya
19
program-program
yang sekolah.
Sebagian
siswa
memang
membutuhkan adanya budaya memiliki anrtusias yang cukup baik. sekolah ?
Tapi banyak juga siswa yang cenderung bersikap cuek.
Apa yang bapak/ibu lakukan dalam aktivitas 9
mendukung siswa,
aktivitassehingga
memunculkan motivasi dalam diri siswa untuk lebih berprestasi dan berkarakter sesuai budaya sekolah yang ada?
Untuk memunculkan motivasi siswa saya lebih sering memberi contoh secara
langsung.
Seperti
memperlihatkan peristiwa atau biografi seseorang lewat cerita atau vidio dengan harapan siswa akan termotivasi dengan kisah-kisah yang disajikan saat selingan waktu belajar.
Mengadakan program budi pekerti. Saya beri tanggung jawab penuh kepada siswa tentang kebersihan kelasnya, Program apa saja yang bapak/ibu melatih siswa untuk memiliki sikap 10
lakukan untuk menumbuhkan sopan santun . Ya membiasakan siswa disiplin belajar siswa di sekolah? untuk mau bekerja lebih keras secara mandiri. Lama-lama siswa akan terlatih menjadi disiplin dengan sendirinya walaupun awalnya pasti terpaksa.
Apakah
penerapan
budaya
sekolah mempengaruhi disiplin 11
belajar siswa?
Kerjasama dengan orang tua siswa dan secara rutin biasanya saya melakukan komunikasi dengan wali murid. Wali murid datang ke sekolah, saya dan wali murid
biasanya
diskusi
tentang
kesulitan siswa bahkan saya beberapa
20
kali mengikut sertakan orang tua dalam belajar siswa. Jadi tidak hanya siswa yang belajar, orang tua juga jadi nanti hasilnya lebih maksimal. Tapi hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang bidang studi saya ajarkan saja. Harapannya sistem among di sekolah/ di rumah tetap terlaksana.
Bekasi, 14 Oktober 2016 Wali Kelas VIII-2
Nyi Dra. Euis Setiawati
21
WAWANCARA “Peran Transformasi Budaya Sekolah Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Tamansiswa”
Narasumber
: Ki Wana Sapto Ajie. SPd
Jabatan
: Pamong Mata Pelajaran TIK Wali Kelas VIII-1 Pembina Pramuka
Tempat
: Lapangan SMP Tamansiswa Bekasi
Hari/tanggal
: Rabu/ 1 Juni 2016
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1
Transformasi perubahan prilaku, perubahan pola berpikir dari yang Apa yang bapak/ibu pahami negatif ke hal yang positif. Kalau di tentang konsep transformasi sekolah bisa melalui pengenalan, (perubahan) ? pembiasaan siswa mentaati peraturan dan budaya sekolah yang ada di sisni.
2
Budaya sekolah itu budaya Disiplin, budaya hormat- menghormati, budaya Apa yang bapak/ibu pahami saling menyayangi. Ya budaya sekolah tentang budaya sekolah? itu suasana sekolah berdasarkan berpikir dan berprilaku di sekolah.
3
Menurut bapak/ibu, nilai-nilai Budaya budi pekerti, perguruan budaya apa yang ditanamkan di Tamansiswa selalu menanamkan budi SMP Tamansiswa? pekerti sejak dulu.
4
Sebenarnya sudah dan sangat mendukung perkembangan karakter dan kemapuan siswa di sini. Tetapi kalau berhasil yan tidak 100% karena memang harus ada kerjasama semua warga sekolah termasuk muridnya sendiri. Sedangkan murid tidak bisa dipaksa begitu saja mengikuti semua budaya sekolah.
Menurut bapak/ibu, apakah budaya sekolah yang diterapkan di SMP Tamansiswa sudah sesuai untuk mengesksplorasi potensi-potensi peserta didik (intelektualitas, sosialitas, spiritualitas, dan emosionalitas)?
22
5
6
Apa saja yang bapak/ibu lakukan agar peserta didik mampu mengikuti dan melaksanakan norma-norma perilaku yang ditetapkan di SMP Tamansiswa? Budaya sekolah apa saja yang disosialisasikan di SMP Tamansiswa kepada seluruh siswa? dan kapan waktu yang dipilih untuk mensosialisasikannya?
Siswa atau siswi diajak untuk mentaati atau mengikuti norma sekolah
Budi pekerti, setiap hari disosialisasikan ke siswa/i. Seperti di kelas, upacara atau saat istirahat kadang-kadang saya suka ngobrol dengan siswa/i untuk sharing.
Menurut bapak/ibu, kendala apa saja yang sering ditemukan dalam menerapkan budaya sekolah dalam diri siswa?
Kendala muncul ya karena adanya penolakan dari siswa siswa untuk ikut serta dan mentaati apa yang diterapkan disekolah.
Menurut bapak/ibu, apakah siswa di SMP Tamansiswa selalu aktif dalam mengikuti program-program yang membutuhkan adanya budaya sekolah ?
Aktif sebagian. Sekarang-sekarang siswa/i sudah kurang antusias. Maunya pulang aja, jadi kegiatan-kegiatan yang ikut orangnya itu-itu saja. Seperti GKS tahun ini yang lebih banyak diisi bintang tamu, alumni sedangkan siswa tidak tertarik. Jadi tujuan GKS tidak tercapai sepenuhnya karena siswa sendiri tidak antusias.
9
Apa yang bapak/ibu lakukan dalam mendukung aktivitasaktivitas siswa, sehingga memunculkan motivasi dalam diri siswa untuk lebih berprestasi dan berkarakter sesuai budaya sekolah yang ada?
Memberikan masukan ke siswa/i. Lewat masukan nanti siswanya bisa lebih kreatif, munculin ide baru bisa juga ngoreksi mereka. Masukannya saya sampaikan secara santai ya kaya ke teman jadi siswa/i mau nerima masukan dengan lebih baik dari pada saya sampaikan dengan terlalu tegas dan formal.
10
Memberikan nilai 100 untuk siswa yang Program apa saja yang bapak/ibu hadir lebih awal. Jadi misalnya dia lakukan untuk menumbuhkan dapat nilai 85 tapi karena hadir lebih disiplin belajar siswa di sekolah? awal ke lab, atau ke kelas mengikuti
7
8
23
kegiatan-kegiatan belajar lainnya lebih awal ya saya tambahkan atau dibulatkan menjadi 100. Jadi siswa lebih menghargai waktu belajar. Menurut saya cara seperti itu cukup efektif jadi dari dulu sampai sekarang saya masih menggunakan cara itu untuk siswa jadi lebih antusias ikut kegiatan belajar.
11
Budaya sekolah itu tidak hanya mempengaruhi warga sekolahnya, tetapi juga mempengaruhi motivasi dan semangat pendidik dan peserta didik. Apakah penerapan budaya Dengan budaya sekolah jadi ada sekolah mempengaruhi disiplin hubungan antar warga sekolah dengan belajar siswa? baik, termasuk saat proses belajar. Karena adanya hubungan ini jadi proses belajar pun bisa berjalan baik, termasuk disiplin belajarnya.
Bekasi, 14 Oktober 2016 Wali Kelas VIII-1
Ki Wana Sapto Ajie. SPd
24
Lampiran 7
PROFIL SMP TAMANSISWA BEKASI TAHUN 2015/2016 1.
Nama Sekolah
: SMP Tamansiswa Bekasi
2.
Nomor Identitas Sekolah (NIS)
: 2002260060
3.
Nomor Statistik Sekolah (NSS)
: 204022501055
4.
Alamat Sekolah
: Jl. Selecta Raya No. 02 Blok VI
Kecamatan
: Rawalumbu
Kota
: Bekasi
Propinsi
: Jawa Barat
Kode Pos
: 17115
Telepon
: 021-8205858
5.
Status Sekolah
: Swasta
6.
Nama Yayasan
: Perguruan Tamansiswa
7.
Nomor Akte Pendirian/Kelembagaan
: 162/1-02/Kep.
8.
Tahun Berdiri Sekolah
: 1991
9.
Luas Tanah Sekolah
: 3624 m2
10. Luas Bangunan Sekolah
: 1070 m2
11. Status Tanah
: Milik Sendiri
12. Status Bangunan
: Milik Sendiri
13. Nomor Sertifikat Tanah
:
14. Status Akreditasi/Tahun
: Ter Akreditasi “ A “ / Tahun 2007
15. Jenis Sarana yang dimiliki Sekolah Keberadaan No
Jenis
Ada
Tidak Ada
Fungsi
Luas (m2)
Ya
1.
Ruang Kepala Sekolah
V
8 X 9 M2
V
2.
RuangWakil Kepala Sekolah
V
8 X 9 M2
V
3.
Ruang Guru
V
8 X 9 M2
V
25
Tidak
4.
Ruang Layanan Bimbingan dan
V
3 X 4 M2
V
Konseling 5.
Ruang Tamu
V
3 X 3 M2
V
6.
Ruang UKS
V
3 X 3 M2
V
7.
Ruang Komite Sekolah
V
3 X 3 M2
V
8.
Ruang OSIS
V
3 X 3 M2
V
9.
Ruang Media dan alat bantu KBM
V
3 X 3 M2
V
10
Ruang penjaga Sekolah
V
3 X 3 M2
V
2
11
Ruang / Pos Keamanan
V
2X2M
V
12.
Aula/Gedung serba Guna
V
16 X 17 M2
V
13.
Gudang
V
3 X 4 M2
V
14.
Kantin Sekolah
V
5 X 11 M2
V
15.
Halaman Sekolah
V
30 X 25 M2
V
16. Ruang Kelas Jumlah Ruang Kelas
Kondisi Ruang Kelas
6
Baik Rusak Ringan
-
Rusak Berat
-
Total
6
17. Perpustakaan a. Koleksi Buku Jumlah Buku
Jenis Buku
550
Buku Pelajaran Buku Penunjang
420
Buku Bacaan
494
Total
1364 : 9 x 8 m2
b. Luas c. Rata-rata Jumlah Pengunjung Perpustakaan : d. Rata-rata Jumlah Buku yang dipinjam
26
310 siswa/bulan : 221 buku/bulan
18. Ruang Komputer a. Luas
: 9 x 8 m2
b. Jumlah Komputer
: 22 unit
c. Pemanfaatan
: 18 jam/minggu
d. Kepemilikan
: Sendiri
19. Laboratorium dan Ruang Praktek Jenis Lab/Ruang Praktek
Keberadaan
Ada
Luas (m2)
Tidak Ada
Kondisi Penggunaan (Jam/ minggu)
Baik
Tidak Baik
Berfungsi
Ya
IPA
V
8X7
V
V
Bahasa
V
8X7
V
V
Ketrampilan
V
8X7
V
V
Komputer
V
8X7
V
V
Ruang Ibadah
V
4X4
V
V
(sumber: Dokumen Perguruan Tamansiswa Cabang Bekasi. Soft Copy)
27
Tidak
Lampiran 8
PRESTASI NON-AKADEMIK SISWA SMP TAMANSISWA BEKASI
Prestasi Non-Akademik Siswa Smp Tamansiswa Bekasi yang diraih dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, diantaranya; No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15
Lingkup
Ranking juara
Tahun
Bulutangkis tunggal putra
Kota Bekasi
2
2011
Perkemahan Putra (Pengembaraan) Kwartir Ranting Futsal Tingkat SMP Gelar Kreatifitas Siswa Volly Tingkat SMP Sekec. Rawalumbu Copetition of Story Telling tingkat SMP Daur Ulang Tingkat SMP Abdi Negara Open Turnamen Futsal Perkemahan Bakti 4 Putra Kwarran Rawalumbu Perkemahan Bakti 4 Putri Kwarran Rawalumbu Gerak Jalan Putra Dalam Rangka HUT RI ke- 68 Gerak Jalan Customer Terbaik
Kota Bekasi
Prestasi I
2011
Kota Bekasi
2
2012
Kota Bekasi
3
2012
Kota Bekasi
1
2012
Kota Bekasi Kab & Kota Bekasi
1
2012
2
2012
Kota Bekasi
Madya I
2012
Kota Bekasi
Purwa I
2012
Kota Bekasi
2
2013
Kota Bekasi
3
2013
Kota Bekasi
2
2013
Kota Bekasi
3
2014
Kota Bekasi
3
2014
Nama kegiatan
Perkemahan Bakti Putra Kwarran Rawalumbu Turnamen Futsal Dalam Rangka Hut MAN 2 Baca Puisi Piala Wakil Walikota Bekasi Ke-2
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
28
Lampiran 9 PERATURAN/TATA TERTIB SISWA SMP TAMANSISWA BEKASI Untuk mewujudkan suasana belajar yang tertib dan damai berdasarkan azas, dasar dan tujuan Tamansiswa, maka kepada segenap siswa Tamansiswa Cabang Bekasi diwajibkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1.
Setiap siswa wajib memperlihatkan sikap sopan dan hormat terhadap segenap Pamong dan Petugas Perguruan.
2.
Setiap siswa wajib mengucapkan “SALAM” apabila bertemu dengan Pamong atau Petugas Perguruan dan dengan sesama siswa.
3.
Setiap siswa sudah harus hadir di Perguruan sebelum jam belajar dimulai.
4.
Setiap siswa wajib mengikuti seluruh mata pelajaran dengan tekun dan sungguhsungguh dari pelajaran pertama hingga terakhir pada tiap-tiap hari sekolah.
5.
Siswa yang akan meninggalkan perguruan sebelum pelajaran selesai karena sakit atau alasan lain, diharuskan minta ijin kepada Pimpinan Bagian atau Pamong Piket.
6.
Siswa yang datang terlambat diharuskan minta ijin Pimpinan Bagian atau Pamong Piket.
7.
Siswa yang berhalangan masuk sekolah dan tidak memberitahukan sebelumnya, pada hari ia masuk kembali diharuskan membawa surat dari orangtua / walinya.
8.
Setiap siswa wajib untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga keutuhan alat-alat pelajaran serta barang-barang inventaris Perguruan.
9.
Selama berguru setiap siswa dilarang untuk membawa Hand Phon (HP) dan benda apapun yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, misalnya senjata tajam dll.
10. Setiap siswa dilarang merokok,minum-minuman keras dilingkungan perguruan. 11. Selama berguru setiap siswa wajib untuk berpakaian rapi, bersih, sopan dan baju dimasukkan. 12. Selama berguru siswa tidak dibenarkan : a.
Memakai sandal.
b.
Memakai celana bahan levis dan sejenisnya.
c.
Siswa laki-laki berambut gondrong/kucir.
13. Setiap siswa harus berpakaian seragam : a.
Hari Senin dan Selasa berpakaian putih dan bawah celana/rok biru panjang. 29
b.
Hari Rabu berpakaian batik dan bawah celana/rok biru panjang.
c.
Kamis seragam pramuka lengkap, sepatu hitam.
d.
Hari Jum’at yang beragama Islam berpakaian busana Muslim (koko) dan bawah celana/rok biru panjang, non muslim baju seragam lengan pendek.
e.
Hari Sabtu berpakaian pramuka, celana/rok panjang.
14. Bagi siswa yang tidak mematuhi ketentuan diatas (1 s/d 13) akan dikenakan tindakan disiplin berupa : a.
Peringatan.
b.
Skorsing.
c.
Dikeluarkan dari perguruan / dikembalikan ke orang tua/walinya.
Demikian harap dipatuhi dengan penuh rasa tanggung jawab dan kami harapkan para Pamong ikut membantu demi terlaksananya tata tertib ini. Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
30
Lampiran 10
TATA TERTIB PEMBIASAAN SISWA DI KELAS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Siswa sudah hadir sebelum bel berbunyi pukul 07.00 WIB Siswa wajib berpakaian seragam yang rapi sesuai jadwal seragam. Siswa wajib mengikuti pelajaran sampai jam terakhir pelajaran Siswa wajib berperilaku sopan dan santun dalam kegiatan sehari-hari. Siswa wajib berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selama mengikuti pelajaran siswa wajib patuh dan taat pada nasehat pamong. Siswa putra dilarang berambut panjang melebihi telinga dan kerah baju. Siswa dilarang membawa benda yang tidak berkepentingan dengan mata pelajaran. Siswa dilarang mencorat-coret sarana belajar di dalam kelas. Siswa wajib lapor ke kantor bila meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran selesai. Siswa wajib menjalankan tugas piket kelas sebelum jam pelajaran dimulai. Siswa dilarang menyembunyikan atau menghilangkan perlengkapan kelas (agenda, penghapus, spidol dll). 13. Siswa wajib lapor ke kantor bila pamong pengajar belum hadir di depan kelas. 14. Siswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan kelas. Demikian tata tertib pembiasaan di kelas ini dibuat, agar dapat dilaksanakan sebaikbaiknya. Jika terdapat pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Wa.Ka.Bag Sesiswaan
Ki Setiyaka, S.Ag
Nyi Dra. Dendang Hernawati
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
31
Lampiran 11 TINDAKAN DAN SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA-SISWI SMP TAMANSISWA BEKASI
NO
JENIS PELANGGARAN
1.
Kehadiran terlambat 10 menit
2.
Tidak hadir tanpa keterangan
3.
Tidak hadir tanpa keterangan 3x dalam satu minggu
4.
Seragam sekolah : - Atribut tidak lengkap - Baju tidak rapi/dikeluarkan - Celana beda model dari sekolahan - Rok / celana ketat - Baju sempit (siswa-siswi) - Sepatu/kaos kaki tidak sesuai
TINDAKAN
SANKSI
Dipanggil ke kantor Dipanggil ke kantor Dipanggil ke kantor
Diberi teguran
Ditegur, 3x ditegur Ditegur Ditegur Ditegur Ditegur Ditegur
6.
Bolos selama pelajaran berlangsung
Panggilan orang tua/ membuat surat perjanjian Membuat pernyataan
Dicoret dengan spidol
Ditegur
Membuat surat palsu 5.
Diberi peringatan
Ditegur
Membuat pernyataan
Diberi peringatan
Panggil orang tua, buat surat perjanjian
Ditegur
Hukuman disiplin
Membawa HP di kelas 7.
Membawa, merokok di dalam / di luar lingkungan sekolah.
Hukuman disiplin
8. 9.
Ditegur Membuang sampah tidak pada tempatnya. Mengotori / merusak fasilitas sekolah.
10.
Mencuri
11. Membawa, buku,VCD, majalah yang tidak pantas.
Ditegur
Mengambil dan memberi peringatan
Dipanggili/ Panggilan orang tua
Mengganti
Dipanggili/ Panggilan orang tua
Mengganti
Dipanggil orang tua
Perjanjian / Pernyataan
12. Melakukan perbuatan yang dianggap membahayakan orang
Ditegur 32
Membuat perjanjian
13.
lain (berkelahi, mengancam, memalak dll) Dipanggil orang tua Mencemooh / melawan guru
14. Minum-minuman keras. 15
Peringatan tegas dan panggil langsung orang tua
Minta ma’af kpd yang bersangkutan Perjanjian/siswa skorsing Siswa DO / langsung dikeluarkan
Menyimpan, mengedarkan, menggunakan narkoba.
16.. Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
33
Lampiran 12 TATA TERTIB GURU / PAMONG SMP TAMANSISWA BEKASI 1. KEWAJIBAN a. Guru Tetap Yayasan (GTY) dengan jumlah mengajar 24 jam atau kurang dari 24 jam wajib hadir 4 (empat ) hari penuh dalam seminggu. b. Guru Tidak Tetap ( GTT) wajib hadir pada hari dan jam mengajar c. Hadir di sekolah minimal 15 menit sebelum pelajaran dimulai d. Hadir di kelas tepat waktu (tidak menunda) sesuai jadwal mengajar. e. Memberitahukan kepada Kepala Sekolah apabila berhalangan hadir dan menyampaikan tugas untuk peserta didik. f. Mengikuti upacara bendera sesuai dengan jadwal. g. Menyiapkan program pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan tugas mengajar secara lengkap. h. Menandatangani daftar hadir 2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB a. Menyusun program pembelajaran KTSP : SKBM/KKM, Silabus, Program tahunan, program semester, Rencana Pembelajaran / RPP dan Analisi hasil belajar b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang dibuat dan berusaha secara kreatif mengembangkan metode dan strategi seuai dengan karakteristik materi dan kondisi peserta didik. c. Melaksanakan evaluasi (ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas) terhadap materi yang telah diajarkan dan selalu berusaha meningkatkan daya serap peserta didik. d. Menetapkan ketuntasan belajar dan berusaha mencapai target dalam pembelajaran. 3. KERJA SAMA a. Berusaha menciptakan dan memelihara suasana kerja yang harmonis menyenangkan b. Saling membantu dan mempedulikan kepentingan bersama serta bersedia mengisi kekosongan guru di kelas apabila ada rekan guru yang berhalangan hadir. c. Berperan serta dalam setiap kegiatan sekolah. d. Berperan serta dalam pelaksanaan 7K (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Keamanan, Kekeluargaan, Kerindangan dan Keselamatan atau Kesehatan) 4. SIKAP DAN PERILAKU a. Berpakaian rapih dan sopan santun dalam melaksanakan tugas. b. Memberikan teladan yang baik kepada siswa dalam melaksanakan tugas c. Memberikan pelayanan dan perhatian yang sama kepada semua siswa (tidak membedakan) 5. LARANGAN a. Menghukum siswa dengan hukuman fisik (badan) yang berlebihan
34
b. c. d. e. f. g.
Merokok di lingkungan sekolah Memaki siswa dengan kata-kata kotor Meninggalkan kelas pada saat mengajar tanpa alasan yang jelas. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma etika/tata susila Memungut uang dari peserta didik tanpa ijin dari kepala sekolah Menyalahgunakan wewenang sebagai guru.
6. HIMBAUAN a. Menghadiri pengajian bulanan siswa. b. Menghadiri pengajian Guru, Karyawan dan Keluarga. c. Menghadiri acara arisan kekeluargaan Perguruan Tamansiswa cabang Bekasi Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
35
Lampiran 13 PERATURAN PENGHARGAAN TERHADAP SISWA YANG BERPRESTASI
1.
Kepala Sekolah dan Komite Sekolah akan memberikan beasiswa berupa pembebasan SPP dan atau pembebasan separo SPP bagi siswa yang berprestasi dan atau siswa yang tidak mampu.
2.
Keputusan tersebut akan melihat dan mempertimbangkan keuangan Sekolah.
Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
36
Lampiran 14 PERATURAN PENGHARGAAN TERHADAP PENGABDIAN GURU YANG BERPRESTASI 1.
Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 10 Tahun maka Perguruan akan memberikan cendera mata sebanyak 5 gram emas murni dan piagam penghargaan sebagai wujud terimakasih.
2.
Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 15 Tahun maka Perguruan akan memberikan cendera mata sebanyak 10 gram emas murni dan piagam penghargaan sebagai wujud terimakasih.
3.
Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 20 Tahun maka Perguruan akan memberikan cendera mata sebanyak 15 gram emas murni dan piagam penghargaan sebagai wujud terimakasih.
4.
Jika Guru mengabdi di Perguruan Tamansiswa Bekasi selama 25 Tahun maka Perguruan akan memberikan cendera mata sebanyak 20 gram emas murni dan piagam penghargaan sebagai wujud terimakasih.
Bekasi, Juli 2015 Kepala Sekolah
Ki Setiyaka, S.Ag
(sumber: Data dari Kepala Sekolah. Soft Copy)
37
Lampiran 15
DOKUMENTASI A. Narasumber Wawancara
Ki Setyaka, S. Ag Kepala Sekolah SMP Tamansiswa Bekasi
Ki Wana Sapto Ajie. SPd Pamong
B. Kondisi Sekolah
38