PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PERKALIAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (Penelitian Tindakan Pada Siswa kelas IV SDN Guntur 04 Pagi Setiabudi Jakarta Selatan) Rina Permatasari Abstract The aim of this research is to find out the effectivness of problem solving approach, to increase students’ mathematics ability of multiplication. This research was implemented at SDN Guntur 04 Pagi Setiabudi South Jakarta, with 44 students as subject of research. This is an action research by using Kemmis and McTaggart model in three cycles. Each cycle consists of planing, acting, observing, and reflecting. The data was collected through the students’ mathematic ability of multiplication by test, and non test observation of implementation the problem solving approach by sheet of observation to teacher and students activities, transcript of activities and document analysis, interviews and the documentation. The implication of researched indicates that the usage of problem solving approach can make students more active based on their mental ages development. Teacher can develop innovative method to suit the needs of sudents, so that learning becomes dynamic and meaningful. Keywords: problem solving approach, mathematics ability of multiplication, action research.
I.
Pendahuluan Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, berimplikasi pada keharusan untuk memberikan
suatu proses terus-menerus yang dijalani manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat. Ditambahkan pula di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
perhatian yang lebih serius terhadap pelaksanaan pendidikan di setiap lembaga, termasuk di sekolah dasar.Sekolah dasar berperan dalam meletakkan kerangka dasar bagi pendidikan di tingkat yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
lebih tinggi. Keberhasilan dan kegagalan belajar siswa di tingkat dasar dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan di tingkat berikutnya. Dalam kurikulum sekolah dasar
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada bagian lain disebutkan pula bahwa pendidikan
dinyatakan bahwa fungsi mata pelajaran Matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
| 147
Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Materi matematika di sekolah dasar diantaranya pengukuran (waktu, berat, dan jarak), Faktor Persekutuan Terbesar (FPB), Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), pecahan, keliling dan luas
centered yang umumnya dilaksanakan secara klasikal, berorientasi pada penguasaan materi semata, cara ini berhasil hanya dalam kompetensi “mengingat” untuk jangka pendek, namun gagal
bangun datar, luas permukaan dan volume bangun ruang, serta pengolahan data(rata-rata, median, dll). Sebelum mempelajari materi-materi tersebut, siswa harus terlebih dahulu menguasai
dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Jika keadaan ini berlangsung secara terus-menerus, tentunya akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan.
konsep dan keterampilan melakukan operasi hitung bilangan, salah satunya perkalian. Dengan menguasai konsep dan keterampilan melakukan perkalian, dapat diyakini bahwa siswa sekolah
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di atas diantaranya melalui pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered), penggunaan buku berkualitas, meng-
dasar tidak akan mengalami hambatan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan perkalian. Dengan demikian perkalian merupakan topik yang amat krusial/penting dalam
optimalkan penggunaan media pembelajaran, memperbaiki sistem penilaian (mencakup penilaian proses dan hasil), serta penggunaan metode pembelajaran yang interaktif.
pembelajaran matematika. Namun, pada kenyataannya cukup banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka berpendapat matematika merupakan
Selanjutnya, menurut John Holt, proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk: (1) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri, (2) memberikan contoh-
mata pelajaran yang sangat sukar dan sulit dimengerti. Hal ini tentu akan merugikan, karena akan berdampak pada rendahnya penguasaan materi pelajaran matematika. Sementara itu ada
nya, (3) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (4) melihat kaitan antara informasi dengan fakta atau gagasan lain, (5) menggunakannya dengan beragam cara, (6) memprediksi
faktor lain yang juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap rendahnya penguasaan materi pelajaran matematika, yakni kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru.
sejumlah konsekuensi, (7) menyebutkan lawan atau kebalikan. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka guru hendaknya mempertimbangkan penggunaan pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan guru adalah pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered). Pendekatan tersebut berisi pembelajaran satu arah dan siswa
yang memungkinkan pengembangan potensi siswa secara optimal, yakni pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Pendekatan pemecahan masalah memiliki beberapa
dianggap sebagai objek pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa cenderung pasif dan kurang antusias sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian
karakteristik, yakni adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dengan siswa serta guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah dan siswa mencoba mengkonstruksi
guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Guru menyampaikan materi layaknya mengisi air dalam satu wadah, siswa
penyelesaiannya. Pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi, dengan mengajukan masalah-masalah
dianggap tidak memiliki kemampuan, bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan inisiatif. Kondisi ini menyebabkan siswa seperti sebuah mesin yang akan belajar apabila diperintah
yang kontekstual atau membuat soal sendiri secara bertahap siswa dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. Dalam setiap pemecahan masalah diperlukan adanya pengu-
guru. Guru menyiasati kondisi ini dengan memberi PR yang relatif banyak kepada siswa agar mereka mau belajar. Itulah potret pembelajaran teacher
asaan keterampilan, karena salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah siswa dapat menerapkan matematika secara tepat didalam
148 |
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
Rina Permatasari kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. II.
KAJIAN PUSTAKA
himpunan. Jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu dinyatakan dengan “nol” dan dinyatakan dengan lam-
A. Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Pengertian Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa yunani, mathein yang berarti mempelajari atau
bang “0”. Jika anggota suatu himpunan hanya terdiri atas satu anggota saja, maka cacah anggota himpunan tersebut adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang “1”. Sementara itu, Karim me-
mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Selanjutnya, menurut pandangan tradisional, matematika dipahami oleh sebagian besar orang sebagai pengetahuan yang ketat dan statis,
ngemukakan definisi bilangan cacah lebih spesifik lagi, yaitu himpunan bilangan yang terdiri atas semua bilangan asli dan bilangan nol. Himpunan bilangan asli merupakan himpunan bilangan bulat
kemudian pembelajaran yang sesuai dengan pandangan ini adalah mengurutkan tugas-tugas matematika secara hati-hati serta didesain agar siswa mengakumulasikan pengetahuan dengan
positif yang bukan nol {1, 2, 3, 4, ...}. Prosedurprosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasilkan bilangan lainnya sebagai keluaran, disebut dengan operasi
menghafal operasi hitung fakta dasar dan berbagai perhitungan. Ditambahkan pula oleh Waston, matematika adalah: (1) aritmatika (komputasi), (2) bahasa sains, (3) inferensi logis,
numeris. Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner
(4) logika, sains dari ruang dan bilangan, kajian semua pola yang mungkin, (5) kajian dari struktur abstrak. Di lain pihak, matematika bukan hanya berupa operasi hitung bilangan dengan bilangan
adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Perkalian sebagai salah satu bagian dari operasi biner mulai diajarkan di SD kelas II se-
namun lebih luas lagi, yakni bagaimana siswa memikirkan cara-cara penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi. Sumardyono mendeskripsikan pengertian
mester 2. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran perkalian dipilah dalam 2 hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar yang dimaksud adalah perkalian dari dua
matematika secara umum, di antaranya: (1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir, (2) Matematika sebagai alat (tool), (3) Matematika sebagai pola pikir deduktif, (4) Matematika
bilangan yang masing-masing terdiri dari bilangan satu angka. Sebagai ilustrasi, contoh perkalian dasar yaitu 3 x 4; 5 x 6; dan 9 x 8. Sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian selain perkalian
sebagai cara bernalar (the way of thinking), (5) Matematika sebagai bahasa artifisial, dan (6) Matematika sebagai seni berpikir yang kreatif. Berdasarkan berbagai pendapat sebe-
dua bilangan satu angka. Dengan kata lain dapat berupa perkalian dua angka dengan satu angka, satu angka dengan dua angka, tiga angka dengan satu angka, tiga angka dengan dua angka, dan
lumnya, dapat disimpulkan bahwa matematika bukan hanya ilmu mengenai bilangan, serta prosedur oparasionalnya, melainkan matematika merupakan sarana berpikir logis dan sistematis,
seterusnya. Sebagai ilustrasi, contoh perkalian lanjut yaitu 12 x 5; 7 x 21; 321 x 4; 25 x 16, dll. Pada perkalian berlaku sifat-sifat komutatif (pertukaran), distributif (penyebaran), dan asosiatif
yang dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari.
(pengelompokan).
Pengertian Perkalian Bilangan Cacah
Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Monks dalam Dimyati dan Mujiono meng-
Menurut Rahardjo, dkk bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota suatu
istilahkan kemampuan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak dapat diukur
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
| 149
Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah dari keterampilan fisik orang tersebut, melainkan dapat diketahui dari kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan kepadanya.
belajarnya di kelas. Namun, masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan setiap permasalahan matematika, maka
Selanjutnya, Pinellas Country Schools, Division of Curriculum and Instruction Secondary, menyatakan bahwa kemampuan matematis termasuk bagian dari daya matematis (mathemati-
siswa akan kaya akan variasi dalam menyelesaikan masalah matematika, dalam bentuk apapun, baik masalah yang rutin maupun tidak. Jenis masalah dalam pembelajaran matematika ada 4
cal power). Selain kemampuan matematis, daya matematis juga terdiri atas standar proses (process standards) dan ruang lingkup materi (content strands). Standar proses yaitu tujuan yang
yaitu: (1) masalah translasi, (2) masalah aplikasi; (3) masalah proses, dan (4) masalah teka-teki. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perkalian bilangan cacah merupakan kesang-
ingin dicapai dari proses pembelajaran, proses standar meliputi, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berargumentasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan membuat koneksi
gupan atau kecakapan seseorang dalam melakukan operasi perkalian, baik secara konseptual, prosedural, maupun pemecahan masalah.
(connection) dan kemampuan representasi. Ruang lingkup materi adalah kompetensi dasar yang disyaratkan oleh kurikulum sesuai dengan tingkat pembelajaran siswa, bagi Indonesia ruang
Karakteristik Siswa Kelas IV SD Karakteristik perkembangan anak meliputi: (1) kognitif; (2)sosial; dan (3) psikomotor. Pertama, Perkembangan Kognitif. Jean Piaget meng-
lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan tertentu. Sedangkan, kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi permasalahan baik dalam matematika maupun
klasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu : (1) tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun, (2) tahap praoperasional, usia 2 – 7 tahun, (3) tahap operasional konkret,
kehidupan nyata. Selanjutnya Kilpatrick menyatakan bahwa terdapat tiga kemampuan matematis yang perlu dikuasai siswa, yaitu pemahaman konseptual,
usia 7 – 11 tahun, dan (4) tahap operasional formal, usia 11 tahun sampai dewasa. Berdasarkan rentang usia, siswa kelas IV sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret artinya sangat
pengetahuan prosedural, dan pemecahan masalah. Pemahaman konseptual meliputi pemahaman konsep matematika, operasi, dan hubungan. Sebagai contoh, pemahaman konseptual tentang
membutuhkan model untuk memahami konsep tertentu. Oleh sebab itu, guru membutuhkan media selama kegiatan belajar, terutama ketika guru hendak menanamkan konsep abstrak, karena
bilangan cacah. Bilangan cacah dapat dinyatakan sebagai bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota suatu himpunan. Selain itu, bilangan cacah juga dapat dinyatakan
siswa tidak dapat memahami konsep dengan cara membayangkannya saja. Guru diharapkan menggunakan alat peraga (media) selama proses pembelajaran serta melibatkan siswa secara aktif.
sebagai himpunan bilangan yang terdiri atas semua bilangan asli dan bilangan nol. Pemahaman prosedural meliputi keterampilan dalam melaksanakan prosedur secara fleksibel,
Perkembangan Sosial. Pada usia ini, pengaruh teman sebaya cenderung lebih kuat, pengaruh ini sebagian berasal dari keinginan anak untuk dapat diterima oleh kelompok dan sebagian lagi
akurat, efisien, tepat. Sebagai contoh pemahaman prosedural mengenai perkalian. Perkalian secara prosedural merupakan penjumlahan berulang. Kemampuan pemecahan masalah merupakan
dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya. Anak lebih terbuka kepada teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua maupun guru.Selain itu, dari
kesanggupan dalam memecahkan masalah/soal yang tidak rutin. Masalah merupakan suatu konflik, hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas
pergaulannya dengan teman sebaya, anak cenderung meniru kelompok teman sebaya dalam hal penampilan maupun bahasa.
150 |
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
Rina Permatasari Perkembangan Psikomotor. Pada siswa kelas IV SD, tahap gerakan semakin bervariasi dan kompleks, seperti gerakan sehari-hari, rekreasi dan olahraga baru. Periode ini merupakan tahap
cahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan memecahkan masalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari matematika. Sejalan dengan hal tersebut, Taplin menyatakan terdapat
dimana keahlian keseimbangan dasar, gerak lokomotor dan manipulatif meningkat, berkombinasi, dan terelaborasi dalam berbagai situasi.
beberapa karakteristik pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah, karakteristik tersebut adalah: (1) terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru; (2) terjadi
B. Pendekatan Pemecahan Masalah (PPM) Pendekatan pemecahan masalah terdiri atas serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
dialog matematika dan konsensus (persetujuan umum) antar siswa; (3) guru menjelaskan latar belakang atau maksud dari masalah, dan siswa mengklarifikasi, menafsirkan, dan berusaha untuk
yang dihadapi secara ilmiah. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas pembelajaran yang diharapkan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
membangun satu atau lebih proses solusi; (4) guru menerima jawaban benar atau salah dalam cara non evaluatif (tanpa mengevaluasi); (5) guru membimbing, melatih, mengajukan pertanyaan
siswa dituntut untuk aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Selama kegiatan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah, siswa
dan berbagi wawasan dalam proses pemecahan masalah; (6) guru mengetahui kapan saat yang tepat untuk campur tangan, dan kapan harus melangkah mundur dan membiarkan murid membuat
didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
jalan mereka sendiri; dan (7) pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk mendorong siswa untuk membuat generalisasi tentang aturan dan konsep, sebuah proses yang meru-
Ditambahkan pula oleh Taplin bahwa fokus pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah yakni guru membantu membangun pemahaman yang mendalam tentang ide-ide
pakan pusat untuk matematika. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan guru sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah :
matematika dengan melibatkan siswa dalam hal menciptakan, memperkirakan, mengeksplorasi, pengujian, dan verifikasi. Pemecahan masalah harus mendasari semua aspek mengajar matematika dalam rangka untuk memberikan siswa pengalaman mengenai kekuatan matematika di dunia sekitar mereka. Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan sebagai sarana bagi siswa untuk membangun, mengevaluasi dan menyempurnakan teori-teori mereka sendiri tentang matematika dan teori-teori orang lain serta memungkinkan siswa untuk mengalami berbagai emosi yang berkaitan dengan berbagai tahapan dalam proses pencarian solusi. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika akan efektif ketika siswa mampu
Berdasarkan uraian di muka, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyele-
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru akan dipelajari untuk selanjutnya dipergunakan dalam meme-
saian masalah yang dihadapi secara ilmiah, dimana di dalamnya terbagi menjadi 3 fase kegiatan, yakni fase sebelum pembelajaran, fase se-
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
| 151
Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah
III. METODOLOGI PENELITIAN
s.d 14 Maret 2012, siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Maret s.d 2 april 2012, sedangkan siklus III dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 20 April 2012. Peningkatan kemampuan perkalian bilang-
Tujuan Penelitian Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perkalian bilangan cacah dengan menggunakan pendekatan Pemecahan
an cacah tiap siklus terlihat pada tabel di bawah ini :sedangkan siklus III dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 20 April 2012. Peningkatan kemampuan perkalian bilangan cacah tiap siklus terlihat pada
Masalah (PPM) pada siswa kelas IV SDN Guntur 04 Pagi, Setiabudi Jakarta Selatan.
tabel di bawah ini :
lama pembelajaran, dan fase sesudah pembelajaran.
Data
Siklus I Siklus II Siklus III Target
Tempat, Waktu, dan Subjek/Partisipan Pene-
Rata-rata hasil belajar
litian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Guntur 04 Pagi di Jl. Halimun No.2B Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pelaksanaan penelitian pada
Pencapaian nilai > 60 28 siswa 34 siswa 41 siswa
65,77
Pencapaian perolehan 62,22% nilai > 60
69,33
75,55%
82,22
80% (36 siswa mencapai 91,11% Nilai>60
semester kedua tahun ajaran 2011/2012, yakni pada bulan Januari sampai dengan Mei. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Guntur 04 Pagi Kecamatan Setiabudi Kotamadya Jakarta Selatan yang berjumlah 44 siswa. Sedangkan partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru kelas II sebagai peneliti, kepala sekolah, dan rekan sejawat sebagai pengamat. Diagram Batang Perbandingan Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama. Peneliti terlibat
V.
langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi dan analisis data serta membuat laporan kegiatan pembelajaran. Peneliti melaksanakan langsung kegiatan pembelajaran dan
Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai dengan fokus penelitian.
1.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Metode dan Disain Intervensi Tindakan/
Pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa, terutama mengenai materi perkalian bilangan cacah di
Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Disain penelitian yang digunakan mengacu pada perencanaan
kelas IV SD. Pendekatan pemecahan masalah menuntut siswa untuk aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
2.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menyimpulkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, proses berbagi wawasan akan terjadi ketika siswa dibagi dalam beberapa ke-
Pembahasan Hasil Penelitian Tes kemampuan awal dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2012. Siklus I mulai tanggal 12
lompok yang heterogen. Siswa yang pandai membantu temannya yang mengalami kesulitan, sehingga semua siswa dapat mencapai
Kemmis dan Mc.Taggart dimulai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
152 |
3.
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
Rina Permatasari tujuan pembelajaran secara optimal. Media pembelajaran sangat dibutuhkan siswa untuk mampu memahami konsep matematika, salah satunya mengenai perkalian.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan implikasi dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti menyampaikan
Di samping itu, penguatan positif sangat dibutuhkan, terutama bagi siswa yang kemampuannya kurang.
beberapa saran sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya dilakukan di kelas IV SDN Guntur 04 Pagi, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada populasi, penelitian
Implikasi Berdasarkan memperhatikan karakteristik siswa kelas IV SD, maka diharapkan sistem pembelajaran yang dikembangkan mampu melayani
atau populasi lain yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik subjek penelitian. Guru sebaiknya menerapkan model-model ataupun pendekatan-pendekatan yang dipa-
4.
kebutuhan belajar yang bermakna bagi siswa. Melalui penyampaian materi dengan tepat, maka peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga siswa antusias untuk belajar,
2.
3.
dukan dengan menggunakan media pembelajaran supaya pembelajaran menjadi variatif. Para tenaga pendidik, khususnya guru hen-
menjadikan matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai secara maksimal dan memuaskan. Pembelajaran melalui pendekatan
daknya juga terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknologi/informasi agar tidak tertinggal oleh pesatnya perkembangan teknologi. Selain
pemecahan masalah memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka, saling memberikan informasi dan saling mengajarkan. Interaksi tatap
itu, diharapkan guru bisa mengetahui kelemahannya dan merefleksi diri sehingga berusaha memperbaiki kinerja selama ini, tertantang untuk berpikir kreatif dan inovatif
muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai perbedaan pendapat, serta memanfaatkan kelebihan dan mengisi keku-
dalam merancang pembelajaran di kelas serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dalam setiap pembelajaran, guru tidak boleh lupa untuk senantiasa memberikan penguat-
rangan masing-masing. Selain itu, pembelajaran melalui pemecahan masalah mampu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi
an dan motivasi serta mengajak siswa yang lain turut serta memberikan motivasi kepada sesamanya. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik, dapat menggunakan pem-
dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi, misalnya cara menyatakan ketidaksetujuan atau menyanggah pendapat orang lain secara santun,
berian penguatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya. Siswa diharapkan dapat menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
tidak memojokkan, dan cara menyampaikan gagasan atau ide dengan baik. Guru hendaknya dapat memahami keadaan peserta didik secara perseorangan, memelihara suasana belajar yang baik, memperhatikan keadaan emosi peserta didik dan memperhatikan lingkungan belajar.
4.
5.
lain serta berlatih berkomunikasi dengan baik selama berada dalam kelompok belajar. Sekolah-sekolah diharapkan menyediakan sarana atau fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012
| 153
Peningkatan Kemampuan Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah
Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. C.Alan Riedesel. 1996. Teaching Elementary School Mathematics. Needham Heights:Allyn & Bacon. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 : Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Grasindo. Elizabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta:Penerbit Erlangga. Frans, Sylvia. 2002. Pengetahuan Konseptual dan Prosedural. Jakarta: Rineka Cipta. Hawa, Siti. 2009. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, Jakarta: Universitas Terbuka. John A, Van De Walle. 2004. Elementary and Middle School Mathematics. Boston:Allyn & Bacon. Jesi Alexander Alim. 2008. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab II Pasal 3. Kilpatrick, J. 2003 Adding it up:Helping Children Learn Mathematics. Washington DC:National Academy Press. Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2002. Kurikulum & Hasil Belajar Rumpun Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas. Long, Caroline. 2002. Math Concepts in Teaching : Procedural and Conceptual Knowledge, (Wits School of Education : University of The Witwatersrand. Masrukan. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika:Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran & Asesmen Kinerja terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah & Kemampuan Komunikasi Matematika. (Desertasi :PPs UNJ) Melvin L.Silberman. 2006. Active Learning. Bandung: Nusamedia. Muhkal, Mappaita. 2004. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Mulyana, Endang. 2002. Assesmen Pendidikan Matematika di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta. Mulyasa, Enco. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda Karya. Muchtar A. Karim. 2005. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdikbud. N. Siti Fatimah. 2007. Model pembelajaran matematika dengan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMP. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Rahardjo, Marsudi, dkk. 2009. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di SD. Jakarta: Depdiknas. Russeffendi. 2001. Pengantar untuk membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pembelajaran Matematika untuk CBSA. Bandung: Transito. Subariah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas. Sumantri, Mulyani. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Pustaka Book. Sriyanto. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Galang Press. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taplin, Margareth. 2009. Mathematics Through Problem Solving. Hongkong: Institute of Sathya Sai Education. Waston, F.R. 2002. Developments in Mathematics Teaching. London: Opens Book.
154 |
Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012