BIMBINGAN DAN KONSELLING KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Tugas ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester Mata kuliah Bimbingan dan Konseling, yang diampu oleh Dosen Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd
Disusun oleh Ratna Permatasari 1603394
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016
1. Apa yang membedakanistilah “bimbingan” dan “konseling”? Istilah bimbingan berasal dari kata guidance dari kata dasar guide yang berarti menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan (Shertzer& Stone). Menurut Mortensen and Shmuller (1964) mengemukakan: Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratic idea. Menurut Mortensen, Shertzer dan Kartadinata di kemukakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu (konseli) sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli (konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Menurut Cavanagh (1982) mengemukakan konseling ditunjukan kepada suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan, bantuan yang diberikan berupa keterampilan dan penciptaan suasana yang membantu orang lain agar dapat belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain melaluicara-cara yang lebih tumbuh dan produktif. Menurut American School Counselor Association (ASCA) mengemukakan konseling merupakan hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantuk kliennya mengatasi masalahmasalah. Menurut Shertzer dan Stone (1980) mengemukakan counselling is an interaction process which facilitates meaningful understading of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goals and values of future behaviour. Menurut Shertzerdan Stone, Cavanagh, dan ASCA mengemukakan elemen kunci tentang konseling merupakan suatu hubungan antara konselor dengan klien (yang membutuhkan bantuan). Disadari bahwa seseorang yang berhungan dengan konselor melalui konseling karena membutuhkan bantuan. Berhubungan dengan dirinya secara lebih baik sehingga menjadi lebih terintegrasi dan mampu-mampu mengurangi konflik yang dialaminya. Menumbuhkan suatu tanggung jawab pribadi memerlukan dukungan tanggung jawab sosial. Suatu konseling pada hakekatnya merupakan suatu peristiwa proses belajar yang diperlihatkan dengan terjadinya suatu perubahan perilaku konseli dari perilaku yang meladaptif (salahsuai) keperilaku adaptif, 2. Mengapa (khususnya) di Indonesia, selalu digunakan “bimbingan dan konseling”, bukan hanya konseling saja? Karena bimbingan dan konselinghanya mampu memahami dan mengembangkan potensi secara optimal sesuai dengan tuntunan lingkungannya saja.
3. Mengapa “bimbingan dan konseling di SD” perlu diselenggarakan? Sampai-sampai dibuat hukumnya. Karena tujuan bombingan dan konseling di sekolah dasar meliputi pengamatan positif dari interaksi dengan teman sebaya, guru, orangtua dan lainnya. Mengembangkan dan mempertahankan sikap positif, nilai individual, dan menghubungkan perasaan dengan situasi sekitar. Memahami kebutuhan dan nilai kehidupan dan mengembangkan nilai kehidupan dengan kepentingan kehidupan masyarakat yang beragam, menyadari sikap tanggung jawab agar seluruh siswa-siswi SD bila terkena masalah dalam pribadi, keluarganya bias terhimbau oleh guru bk yang lebih paham dalam segala aspek permasalahan. Permasalahan individu yang selalu menjadi pusat masalah yang akan datang dengan cara kebutuhan-kebutuhan rasa kasing sayang seorang guru terhadap siswa siswi SD. Sikap dan tingkah seseorang sebagai cerminan kehidupan. 4. Hal apa saja yang menjadi perhatian “bimbingan dan konseling di SD” hubungannya dengan pesertadidik? a. Pemahaman: suatu pihak tertentu memahami pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri sendiri, orangtua, guru serta pemahaman lingkungan social. b. Pencegahan: menghasilkan terhindarnya pesertadidik dari berbagai masalah c. Pemeliharaan dan pengembangan: potensi dan kondisi pesertadidik dalam rangka perkembangan secara terarah. d. Advokasi: pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka dan upaya pengembangan seluruh potensi. e. Agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. f. Agar pesertadidik mampu mengenal lingkungan secara objektif dan menerima kondisi lingkungan secara positif g. Agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil sebuah keputusan tentang masa depannya 5. Bagaimanaseharusnya “bimbingandankonseling di SD” diselenggarakan? Ada beberapa layannan yang dapat di peroleh dari bimbingan dan konseling di SD meliputi empat komponen yaitu a. Layanan dasar , bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta didik secara sistematis melalui kegiatan-kegiatan klasikal atau kelompok yang bertujuan untuk memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, sosial-budaya dan agama), mampu mengembangkan keterampuilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungan, mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalah dan mampu mengembangkan dirinya dalam mencapai tujuan hidupnya dan mencapai tugasperkembangan dari layanan bimbingan untuk mencari sumber informasi yang secara kontekstual sesuai dengan kebutuhan individu b. Layanan responsif, merupakan pemberian bantuan kepada individu atau peserta didik yang memiliki masalah dan kebutuhan khusus yang memerlukan pertolongan konselor dengan segera. Tujuannya untuk membantu peserta didik agar memenuhi
kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapinya baik berupa hambatan atau kegagalan dalam mencapai tugas perkembangannya. Informasi tentang pemahaman dan penerimaan diri dan lingkungan, bahayanya pergaulan bebas, obat-obatan terlarang, minuman keras, narkotika dan putau, cara mengatasi kesulitan belajar dan cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat serta karirnya di masa depan. Memahami karakteristik dan kebutuhan serta masalah peserta didik, konselor hendaknya menganalisis data peserta didik yang memperoleh melalui inventori tugas-tugas perkembangan atau sosiometri, daftar nilai atau leger peserta didik c. Layanan perencanaan individual, proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencaan masa depannya. Memiliki pemahaman tentang diri dan lingungan, melakukan kegiatan berdasrkan pemahaman, tujuan, dan terencana yang telah dirumuskan. d. Dukungan sistem, dengan komponen-komponen yang merupakan kegiatan meliputi pemberian layanan dan kegiatan manajemen.
6. Apamanfaatseorangcalon guru SD mempelajari “bimbinganndankonseling”? a. Mengembangkan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan b. Meningkatkan kerjasama antar konselor sekolah dan guru c. Mengembangkan kemampuan mengelola kelas d. Mengintergrasikan materi BK sesuai mata pelajaran e. Memberikan system penyedian fasilitas bagi pembimbingan pembelajaran kelas f. Meningkatkan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi siswa g. Menganalisa data untuk memperbaiki suasana sekolah dan prestasi belajar siswa 7. Apa kendala-kendala yang menghambat penyelenggaraan “bimbingan dan konseling di SD”? Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 6). Namun masih banyak ditemukan hambatan-hambatan yang dihadapi konselor dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis besar hambatan bimbingan dan konseling dalam dikelompokkan dalam dua hal, yaitu 1) hambatan internal dan 2) hambatan eksternal. 1. Hambatan Intermal. Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan konseling dan melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa masih banyak di temukan diberbagai sekolah SMP, MTs, MA, SMA, dan SMK guru BK non BK, artinya konselor sekolah yang bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka diangakat oleh kepala sekolah karena dianggap bisa atau mereka yang berasal dari sarjana agama. Meskipun secara keilmuan mereka tidak mendalami tentang teori-teori bimbingan konseling.
Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yang cukup matang. Di samping itu masih juga ditemukan dilapangan, adanya manajemen bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih lanjut menjelaskan mengenai manajemen bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan dan dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya. 2. Hambatan Eksternal. a. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman. b. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar. Kita pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada mengobati”. c. Keberhasilan layanan BK tergantung kepada sarana dan prasarana Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang konselor itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan mutakhir. Seorang konselor yang dinilai tidak bagus kinerjanya, seringkali berdalih dengan alasan bahwa ia kurang didukung oleh sarana dan prasarana yang bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang juga terjebak dalam asumsi bahwa konselor yang hebat itu terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya, tetapi lebih kepada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya pemahaman agama, tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup. d. Konselor harus aktif, sedangkan konseli harus/boleh pasif Sering kita temukan bahwa konseli sering menyerahkan sepenuhnya penyelesaian masalahnya kepada konselor, mereka menganggap bahwa memang itulah kewajiban konselor, terlebih lagi jika dalam pelayanan Bk tersebut konseli harus membayar. Hal ini terjadi sebenarnya juga disebabkan karena tak jarang konselor yang membuat konseli itu menjadi sangat berketergantungan dengan konselor. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecah masalah yang handal dan dapat dipercaya. Konselor seperti ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan pengabdian. Tak jarang juga konselor yang enggan melepaskan konselinya, sehingga dia merekayasa untuk memperlambat proses penyelesaian masalah, karena tentunya
jika tiap pertemuan konseli harus membayar maka akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh konselor. e. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera terlihat Seringkali konseli (orangtua/keluarga konseli) yang berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor untuk dapat menyelesaikan masalahnya secepat mungkin tak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak jarang konselor sendiri secara tidak sadar atau sadar (karena ada faktor tertentu) menyanggupi keinginan konseli yang seperti ini, biasanya konselor ini meminta kompensasi dengan bayaran yang tinggi. Yang lebih parah justru kadang ada konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang mampu menyelesaikan masalah secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu menganalisa besar/kecil nya masalah dan cepat/lambat nya penanganan masalah adalah konselor itu sendiri, karena konselor tentunya memahami landasan dan kerangka teoritik BK serta mempunyai pengalaman dalam penanganan masalah yang sejenisnya. f. Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah “polisi sekolah” Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi sekolah”. Hal ini disebabkan karena seringkali pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya masalah pelanggaran kedisiplinan dan peraturan sekolah lainnya kepada guru BK. Bahkan banyak guru BK yang diberi wewenang sebagai eksekutor bagi siswa yang bermasalah. Sehingga banyak sekali kita temukan di sekolah-sekolah yang menganggap guru Bk sebagai guru “killer” (yang ditakuti). Guru (BK) itu bukan untuk ditakuti tetapi untuk disegani, dicintai dan diteladani. Jika kita menganalogikan dengan dunia hukum, konselor harus mampu berperan sebagai pengacara, yang bertindak sebagai sahabat kepercayaan, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran. Konselor adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan. Kendati demikian, konselor juga tidak bisa membela/melindungi siswa yang memang jelas bermasalah, tetapi konselor boleh menjadi jaminan untuk penangguhan hukuman/pe-maaf-an bagi konselinya. Yang salah tetaplah salah tetapi hukuman boleh saja tidak diberikan, bergantung kepada besar kecilnya masalah itu sendiri.
8. Asas-asaspenyelenggaraan “bimbingandankonseling di SD” mencakupapasaja? Uraikandengancontoh. Ada beberapa asas bimbingan dan konseling dengan pelayanan yang diwujudkan sebagai berikut: a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunutut dirahasiakan segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu dengan data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain Contoh: ada seseorang konseli yang menceritakan kepada konselor bahwa seorang konseli itu memiliki penyakit HIV sejak lama. Maka seorang konselor harus biasa menjaga kerahasian tersebut agar penyakit konseli itu tidak di ketahui banyak orang.
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli mengikuti menjalani pelayanan atau kegiatan yang diperlukan baginya. Contoh: seorang peserta didik yang selalu tidak masuk sekolah dikarenakan tidak suka pada salah satu mata pelajaran disekolahnya, maka sebagi guru konselor seharusnya kita harus mengubah sikap atau perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya. c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayan atau kegiatan yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, bak di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Contoh: ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai konselor kita harus dapat mengubah konseling untuk berbicara secara terbuka dan tidak berpurapura dalam menceritakan masalah pribadinya sendiri, sehingga konseli dapat berbicara jujur dan merasa nyaman dalam menyampaikan masalah. d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengendaki agar konseli yang menajadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pelayanan dan kegiatan bimbingan Contoh: seorang konselor harus bisa membuat suatu program kegiatan. Seperti ospek (maba) maupun MOS (mahasiswa baru) agar konseli atau peserta didik dapat mengenai lingkungan yang baru serta mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling,yakni konseling sasaran pelayanan bimbingan dan konseling yang diterapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri Contoh: seorang konseling yang cacat fisik datang pada kita, dia menceritakan bahwa dia sendiri tidak memiliki semangat untuk meneruskan hidupnya, sebagai konselor yang profesional kita harus bisa membuat rasa semangat hidup dengan cara menberikan pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya dan lingkungan yang mampu mengambil sebuah keputusan agar konseli tersebut menjadi dirinya sendiri f. Asas kekinian yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang. Contoh: konselor tidak hanya focus pada pada masalah yang terjadi tetapi konselor harus terus menerus memamtau perkembangan konsili baik dari fisik mampun batin psikisnya g. Asas kedinamisan yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan yang sama hendaknya selalu bergerak maju, tidak menonton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu
h.
i.
j.
k.
l.
Contoh: seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan jaman, agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang ada diri seseorang dengan konseli yang yang semakin kompleks Asas keterpaduan yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dari konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing mampun pihak lain,saling menunjang, harmonis, dan terpadu Contoh: Seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang psikologi seks maupun dokter kandungan,dan mengundangnya kesekolah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik di sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang seks.supaya mereka tidak terjerat dalam pergaulan bebas. Asas keharmonisan yaitu, asas bimbingan dan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentantangan dengan nilai dan norma yang ada yaitu nilai dan norma agama, hukum, dan peraturan adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku Contoh: Seorang konselor dalam menjalankan tugasnya,harus sesuai dengan norma,hukum,dan adat istiadat.sehingga tercipta suasana yang harmonis diantara konseli dan konselor.karena seorang konselor yang professional harus bias menciptakan suasana yang nyaman bagi seorang konseli Asas keahlian yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan konseling dan bimbingan dislenggarakan atas dasar kaidahkaidah profesional. Para pelaksanaan pelayanan dan kegiatan bimbingan konseling hendaknya dengan tenaga yang bener-benar ahli dalam bidang tertentu dan mewujudkan penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan konseling dan bimbingan menegakkan kode etik Contoh: Apabila ada seorang konseli/peserta didik yang datang pada seorang konselor,seorang konselor harus bersikap sebagai konselor.bukan bersikap pada seperti dokter maupun yang lainnya.yaitu memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli Asas alih tangan kasus yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli mengalhkan tangan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru dapat menerima alih tangan kepada orangtua, guru-guru lainnya, atau ahli lain dan guru pembimbing dalam mata pelajaran atau praktik Contoh: Ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami stress garar tidak lulus sekolah,seorang konselor tidak dapat bertidak sendiri dalam konteks ini.seorang konselor haru melakukan kerjasama dengna pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini.seperti membawa konseli tersebut pada seorang psikiater maupun dokter. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan menciptakan suasana mengayomi, mengembangkan keteladanan dan memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.
Contoh: Seorang konselor harus menjadi guru teladan,dan menyenangkan.agar peserta didik / konseli tidak takut menceritakan masalahnya kepada kita,dan mampu mengayomi peserta didik.
9. Setelah mempelajari “bimbingan dan konseling di SD” apa yang anda peroleh sebagai calon guru SD profesional a. Memberikan wawasan terhadap calon guru, untuk membuat peserta didik lebih mengenal dirinya sendiri, kekurangan dan kelebihan setiap peserta didik megetahuinya dengan cara pemahaman seorang guru yang memberikan arahan setiap kegiatan bimbingan berlangsung b. Mengembangkan keterampilan calon seorang guru untuk memberikan suatu pengalaman dalam ilmu pengetahuan yang pesat, kemajuan guru, dan pengembangan seni dalam beberapa aspek yang diperlihatkan kinerja yang lebih baik c. Kerjasama antara calon guru dengan peserta didik yang memiliki potensi dalam mencapai suatu penampilan dalam proses tertentu d. Lebih memahami hakikat dan makna dalam kegiatan bimbingan dan konseling e. Memahami kaidah-kaidah calon guru, untuk meningkatkan kemampuan dasar guru yang profesional f. Memahami seluruh konsep dasar dan mengimplementasikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di SD
REFERENSI
Suherman, Usman. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press. Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Jurusan PPB FIP UPI. Kamalidin, H. 2011. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011. Diambil dari : https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/.../40/37.html (3 Mei 2017) Mulyadi. 2008, POLA UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR (SD) DAN ATAU MADRASAH IBTIDAIYAH (MI). Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm. 408-417 https://journal.tarbiyahiainib.ac.id/index.php/awlad/article/.../173.html (3 Mei 2017)