HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh: AYU PERMATASARI F 100 100 129
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh: AYU PERMATASARI F 100 100 129
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ii
HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP N 1 SELO BOYOLALI Ayu Permatasari Dra. Partini, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Menyontek merupakan kata yang telah dikenal oleh sebagian besar siswa di sekolah dan ditemukan dalam setiap ujian. Guna memperlancar proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan, setiap siswa dibekali ilmu pengetahuan dan juga mereka diwajibkan membekali dirinya sendiri dengan ilmu pengetahuan yang untuk menembus persaingan yang semakin ketat dan memotivasi diri untuk lebih berkembang dan mendapatkan prestasi yang gemilang. Persaingan yang semakin ketat membuat siswa melakukan banyak cara untuk mendapatkan hasil maksimal, baik cara positif dan negatif. Pengawasan menjadi salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku menyontek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengawasan dengan perilaku menyontek pada siswa SMPN 1 Selo Boyolali. Hipotesis yang diajukan ada hubungan negatif antara pengawasan dengan perilaku menyontek. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP N 1 Selo Boyolali sebanyak 103 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala pengawasan dan skala perilaku menyontek. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi = -0,421; p untuk satu arah sebesar 0,000; (p<0,01). Sumbangan efektif pengawasan terhadap perilaku menyontek sebesar 17,7%. Pengawasan mempunyai rerata empirik 106,12 dan rerata hipotetik sebesar 85 yang berarti pengawasan pada subjek tergolong tinggi. Variabel perilaku menyontek mempunyai rerata empirik 50,10 dan rerata hipotetik sebesar 57,5 yang berarti perilaku menyontek pada siswa tergolong sedang. Kesimpulan penelitian ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pengawasan dengan sikap perilaku menyontek pada siswa-siswi SMP Negeri 1 Selo Boyolali. Kata kuci: Pengawasan, perilaku menyontek.
v
diwajibkan
PENDAHULUAN
membekali
dirinya
Menyontek merupakan kata
sendiri dengan ilmu pengetahuan
yang telah dikenal oleh sebagian
yang untuk menembus persaingan
besar siswa di sekolah. Dikenal
yang semakin ketat dan memotivasi
karena ada yang melakukan atau
diri untuk lebih berkembang dan
hanya sebatas mengetahui perilaku
mendapatkan prestasi yang gemilang.
itu dari teman-temannya. Perilaku
Persaingan
yang
semakin
yang sudah dianggap lazim oleh
ketat membuat siswa melakukan
banyak pihak tersebut sebenarnya
banyak cara untuk mendapatkan hasil
sudah ada sejak tiga dekade yang
maksimal, baik cara positif seperti
lalu. (Hartanto, 2012)
belajar dengan giat dan cara negatif,
Ditemukan
setiap
membuat catatan kecil dan melihat
ujian, diri sendiri mungkin sudah
hasil pekerjaan teman yang lain. Cara
pernah melakukan hal ini. Jika ada
negatif inilah yang saat ini sering
yang
menyontek
muncul dalam dunia pendidikan.
setidaknya pernah melihat temannya
Siswa sudah tidak takut lagi dengan
menyontek. Seseorang yang pernah
apa yang mereka lakukan. Semakin
melihat teman menyontek pasti akan
lama,
merasa jengkel dan kecewa.
kebiasaan,
tidak
dalam
pernah
Guna memperlancar proses belajar
mengajar
dalam
hal
ini
menjadi
sehingga
suatu banyak
ditemukan individu tidak mau belajar
dunia
dengan giat dikarenakan dengan
pendidikan, setiap siswa dibekali
tidak
ilmu pengetahuan dan juga mereka
mengerjakan
1
belajarpun
individu soal-soal
dapat yang
diberikan bapak atau ibu guru di
mendapatkan nilai bagus. Individu
sekolah dengan melihat catatan kecil
melakukan segala cara, entah itu
atau melihat hasil jawaban teman
merugikan atau tidak tetapi mereka
yang lain
tetap melakukan hal tersebut. Hal ini
Peneliti
kemudian
tertarik
sesuai dengan pendapat Peterson dan
untuk meneliti masalah tersebut.
Seligman (2004) bahwa perilaku
Peneliti melakukan survei dengan
menyontek pada siswa terjadi karena
berkunjung
guru membiarkan siswa dan tidak
ke
SMPN
1
Selo,
Boyolali. Para siswa menyontek dikarenakan
mereka
mengawasi dengan lebih baik.
ingin
Survei
nasional
yang
mendapatkan nilai bagus. Hampir
dilakukan oleh Josephon Institute of
seluruh siswa di kelas 8 membuat
Ethics di Amerika pada tahun 2006
catatan kecil, yaitu sekitar 80% siswa
(Trom dan Strom, 2007) dengan
dan melihat catatan dilakukan oleh
responden 36.000 siswa Sekolah
hampir seluruh siswa, yaitu sekitar
Menengah Pertama menemukan 60%
95,8 %.
siswa
Kurangnya rasa percaya diri dan
pengawasan
menjadi
yang
penyebab
menyontek.
Meskipun
menerima
dan
mengakui
pernah menyontek pada saat ujian
longgar
dan
individu
peningkatan sebesar 10% dalam
hal
ini
pengerjaan
kurun waktu
tugas.
Terjadi
20 tahun. 95 %
termasuk hal negatif, namun para
diantaranya mengaku bahwa tidak
siswa
pernah ketahuan ketika menyontek.
tidak
menghiraukan
hal
tersebut. Individu termotivasi untuk
2
Menyontek,
secara
sederhana
mengambil atau menggunakan kata
dapat dimaknai sebagai penipuan
atau ide dari pekerjaan orang lain.
atau melakukan perbuatan tidak jujur
Menurut Carol 2002 (dalam Abbi
(Carpenter, 2006). Menyontek dapat
Flint , 2006) plagiarism merupakan
dimaknai
bagian
sebagai
perilaku
dari
perilaku
menyontek
ketidakjujuran akademik (Carpenter,
adalah plagiat (plagiat merupakan
2006).
salah satu perilaku menyontek).
Menyontek
atau
ngepek
menurut Kamus Bahasa Undonesia karangan
Purwadarminta
adalah mencontoh,
McCabe
(2001)
Anderman
meniru, atau
dkk dan
2001(
dalam
Murdock,
2007)
mendokumentasikan
perilaku
mengutip tulisan, pekerjaan orang
menyontek sebagai perilaku yang
lain sebagaimana aslinya
secara serius harus ditangani. Lebih
Definisi
tentang
menyontek
lanjut
McCabe
mendefinisikan
karya akademis (academic cheating)
penyontek sebagai seseorang yang
sering dikaitkan dengan plagiarism.
dapat menerima atau melakukan
Menurut Taylor (2003) menyontek
kegiatan mengcopi atau menyalin
didefinisikan sebagai mengikuti ujian
(menjiplak) pekerjaan orang lain
dengan melalui jalan yang tidak
pada saat tes atau menggunakan
jujur, menjawab pertanyaan dengan
catatan yang tidak diperbolehkan
cara
semestinya.
atau membantu seseorang dalam
Melanggar aturan dalam ujian ujian
menyontek ketika tes atau ujian
dan
sedang
yang
tidak
kesepakatan.
Sementara
itu
plagiarism dapat dimaknai sebagai
berlangsung.
Perilaku
menyontek yang serius meliputi:
3
plagiat, membuat atau memalsukan
motivasi untuk bertindak sesuai
karya yang telah dikerjakan atau
dengan harapan normatif.
dilakukan
orang
menyalin
beberapa
materi
tanpa
lain,
dan/atau
c. Perilaku
kalimat
atau
pengalaman
dari
yang
perkiraan
izin
masa
yaitu lalu
individu
dan
mengenai
seberapa sulit atau mudahnya
bersangkutan. Aspek-aspek menyontek
kontrol,
dapat
untuk melakukan perilaku yang
perilaku diperoleh
bersangkutan.
dari
Dari uraian di atas dapat
aspek perilaku itu sendiri dengan
ditarik kesimpulan bahwa aspek-
mengambil teori perilaku terencana
aspek perilaku menyontek adalah (Theory of Planned Behavior) yang sikap
terhadap
perilaku,
norma
dikemukakan oleh Ajzen (2005), subjektif, dan perilaku kontrol. yaitu : Siagian a. Sikap terhadap perilaku, yaitu keyakinan-keyakinan
pengawasan
(2000)
mengatakan
adalah
:
“proses
bahwa pengamatan dari pelaksanaan seluruh
perilaku akan membawa kepada kegiatan organisasi untuk menjamin hasil yang diinginkan atau tidak agar supaya semua pekerjaan yang diinginkan. sedang dilakukan berjalan sesuai b. Norma subjektif, yaitu keyakinan dengan mengenai
perilaku
apa
rencana
yang
telah
yang ditentukan sebelumnya.
bersifat
normative
(yang Menurut Situmorang (2001)
diharapkan oleh orang lain) dan
pengawasan adalah : “setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk
4
mengetahui sejauh mana pelaksanaan
ketentuan dan sasaran yang hendak
tugas yang dilaksanakan menurut
dicapai.
ketentuan dan sasaran yang hendak
Gitosudarmo
dicapai”.
(1986)
juga
mendefinisikan pengawasan adalah
Marullang (2002) menjelaskan
usaha untuk mengetahui kondisi dari
bahwa pengawasan adalah suatu
kegiatan
proses untuk menetapkan pekerjaan
apakah telah mencapai sasaran yang
apa
ditentukan.
yang
sudah
dilaksanakan,
member penilaian terhadap hasil
yang sedang dilakukan
Sujamto
(1989)
aspek
pekerjaan tersebut, dan memberikan
pengawasan
koreksi apabila terjadi kesalahan atau
penting dalam menegakkan peraturan
penyimpangan terhadap hasil dari
perusahaan
pekerjaan.
kinerja operasional perusahaan. Tak
Hal
ini
dimaksudkan
memegang
dan
meningkatkan
supaya pelaksanaan perkerjaan dapat
jarang,
diselesaikan sesuai target dengan
“pekewuh”, sungkan, hutang budi di
rencana
masa
dan
target
yang
telah
ditetapkan.
karena
peran
lalu,
pengawasan
Situmorang dan Juhir (1998)
pengaruh
seniorioritas, jadi
berjalan
budaya
maka tidak
efektif. Sujamto menyatakan bahwa
mendefinisikan pengawasan sebagai
setidaknya
usaha
aspek penting dalam meningkatkan
atau
tindakan
untuk
perlu
diperhatikan
mengetahui sejauh mana pelaksanaan
kinerja pengawasan :
tugas
a. Petugas
dilaksanakan
menurut
dikualifikasi
5
pengawas atau
7
yang diupgrade
pengetahuan keterampilannya
setiap
dan
e. Mekanisme pelaporan yang apik,
tahun
efisien, dan efektif, antara lain
dengan berbagai pelatihan yang
dengan
mendukung.
informasi yang dapat diakses
b. Pembaharuan
Pelatihan
melakukan
oleh bagian Internal Audit, Risk
(peraturan perusahaan, code of
Management,
conduct,
Industrial,
kode
etik)
secara
perodek. Jauh lebih baik bila di-
Hubungan Direktur
Risk
Management, dan Audit Comitee.
review dua tahun sekali. c. Struktur
teknologi
f. Adanya perencanaan pengawasan
laporan
yang
per bulan secara spesifik dan
independen. Antara lain langsung
pelaporan per 3 bulan kepada
melaporkan segala temuan ke
komisaris perusahaan.
pimpinan tertinggi organisasi. d. Mutasi/rolling
g. Perfomance
appraisal,
yang
pada
petugas
mana aspeknya harus relevan
(semisal
Petugas
sebagai bagian organisasi yang
Internal Audit Cabang, Pengawas
berfungsi pencegah, mengawasi,
Internal Cabang, Loss Prevention
dan memberikan solusi pada
Regional) maksimal
setiap masalah. Antara lain, tidak
pemeriksa
sekali.
Dengan
4 tahun agar
membobotkan aspek penilaian
pengawas tidak menjadi bersikap
kerja pengawas hanya pada aspek
otoriter
kecilnya
dan
tujuan
semena-mena
terhadap pegawai.
nilai
kerugian,
tapi
harus juga pada aspek berapa banyak aspek pencegahan yang
6
dapat dideteksi, seberapa cepat
menggunakan
masalah diselesaikan, dan service
random sampling. Alat pengumpulan
level
data menggunakan skala pengawasan
pengawasan
operasionalnya. Berdasarkan
dan pendapat
dan
skala
stratified
perilaku
cluster
menyontek.
Metode analisis data menggunakan
ulasan yang telah dikemukakan para
teknik korelasi product moment.
ahli sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu “Ada hubungan negatif antara pengawasan
dengan
menyontek.
Semakin
Berdasarkan
perilaku
perhitungan
hasil
analisis
Parametrik
ketat
menggunakan Product Moment dari
pengawasan maka semakin rendah
Pearson diperoleh nilai koefisien
munculnya
korelasi
perilaku
menyontek.
sebesar
sebesar
-0,421
Begitu pula sebaliknya, semakin
dengan p = 0,000 (p<0,01) artinya
longgar pengawasan maka semakin
ada hubungan negatif yang sangat
tinggi
signifikan antara pengawasan dengan
perilaku
menyontek
yang
dimiliki seseorang”.
perilaku menyontek. Semakin tinggi pengawasan maka semakin rendah perilaku
METODE
menyontek,
sebaliknya
Subjek dalam penelitian ini
semakin rendah pengawasan maka
adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 1
semakin tinggi perilaku menyontek.
Selo Boyolali yang berjumlah 103
Hal tersebut berarti hipotesis yang
siswa. Teknik pengambilan sampel
diajukan diterima.
7
Hasil
ini
sesuai
dengan
Ajzen
(2005)
menyatakan
pendapat Mujahidah (2009) bahwa
bahwa ada beberapa faktor yang
salah satu faktor yang berperan
mempengaruhi perilaku menyontek
terhadap
menyontek
antara lain adalah terpaksa membuka
yaitupengawasan selama ujian.Jika
buku karena pertanyaan ujian terlalu
susana
perilaku
pengawasan
ketat,
maka
membuku, sehingga memebuat siswa
menyontek
kecil,
harus menghafal kata demi kata dari
sebaliknya jika pengawasan longgar,
buku teks, Merasa dosen atau guru
maka
untuk
kurang adil dan diskriminatif dalam
menyontek akan lebih besar. Para
pemberian nilai, Adanya peluang
pelajar berfikir bahwa pengawasan
karena pengawasan yang tidak ketat,
yang longgar dan kemungkinan kecil
Takut
akan diketahui oleh pengawas akan
menghadapi ujian tetapi tidak mau
berpengaruh
terhadap
menundanya dan tidak mau gagal,
menyontek.
Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi
Menurut Carolli (2004) bahwa siswa
tidak bersedia mengimbangi dengan
menyontek
belajar keras atau serius, Tidak
kecenderungan
kecenderungan
keputusan
tidak
besar untuk
karena
diketahui
perbuatannya
siswa
tidak
siap
pengawas.
percaya diri, siswa sudah belajar
Menurut Haryono (2001), bahwa
teratur tetapi ada kekhawatiran akan
aspek perilaku menyontek antara lain
lupa
adanya
kefatalan, sehingga perlu diantisipasi
peluang
oleh
gagal,
karena
adanya
pengawasan yang kurang ketat.
dengan
lalu
akan
membawa
menimbulkan
catatan
kecil,
Terlalu cemas menghadapi ujian,
8
sehingga membuat siswa kurang konsentrasi
dan
melakukan
Penelitian
kemudian
tindakan
ini
dilakukan
sebanyak dua kali. Yang pertama
menyontek,
dilakukan
pada
hari
September
mengingat
usia,
responden seluruh responden adalah
sementara soal yang dibuat penguji
siswa kelas XI A,XI B,XI D,XI E.
sangat
kepada
Pada penelitian ini dari 29 aitem
Mencari
perilaku menyontek gugur 19 aitem,
jalan pintas, Menganggap sistem
dari 30 aitem pengawasan gugur 17
penilaian tidak objektif, sehingga
aitem. Peneliti mengkolaborasi skala
pendekatan pribadi kepada guru atau
yang digunakan, dilakukan kembali
dosen lebih efektif daripada belajar
penelitian yang kedua 29 aitem
serius, Penugasan guru atau dosen
perilaku menyontek gugur 7 aitem,
yang
faktor
menekankan
kemampuan
mengingat,
sebanyak
1
Merasa sudah sulit menghafal atau karena
2014
Senin,
110
tidak
rasional
yang
dari 29 aitem pada skala pengawasan
mengakibatkan
siswa
atau
gugur 8 aitem dari 42 aitem. Pada
sehingga
skala ini peneliti mengadopsi skala
mahasiswa
terdesak
terpaksa menempuh segala macam
yang
cara, yakin bahwa guru atau dosen
menggunakan
tidak akan memeriksa tugas yang
dengan
diberikan berdasarkan pengalaman
mengijinkan
sebelumnya
pengambilan data kembali.
membalas
sehingga dengan
bermaksud mengelabuhi
sudah
try
alasan
Hasil
dosen atau guru.
ada.
Penelitian out
terpakai
sekolah untuk
ini
tidak
diadakan
penelitian
ini
menunjukkan ada hubungan negatif
9
antara pengawasan dengan perilaku
3. Alat ukur yang digunakan hanya
menyontek yang sangat signifikan.
angket
Namun, penelitian ini tidak luput dari
kurang dapat mengungkap secara
keterbatasan, antara lain :
mendalam gejala psikologis yang
1. Generalisasi
dari
penelitian
ini
populasi
tempat
hasil-hasil
terbatas
tidak
pada
atau
nampak
individu,
penelitian
skala
penelitian
oleh
sehingga
dalam
diri
karena
itu
selanjutnya
perlu
dengan
teknik
dilakukan, sehingga penerapan
melengkapi
pada ruang lingkup yang lebih
pengumpulan data yang lain,
luas dengan karakteristik yang
misalnya
berbeda kiranya perlu dilakukan
wawancara, observasi, psikotest
penelitian
sehingga
lagi
dengan
dengan
akan
lebih
teknik
dapat
menggunakan atau menambah
mengungkap secara mendalam
variabel-variabel lain yang belum
kondisi
disertakan dalam penelitian ini
penelitian khususnya berkaitan
ataupun dengan menambah dan
dengan pengawasan dan perilaku
memperluas
menyontek.
ruang
lingkup
penelitian. 2. Alat ukur yang digunakan tidak memenuhi syarat sehingga harus melakukan try out ulang dan memperbaiki skala.
10
psikologis
subjek
sebesar 17,7%. Hal ini berarti
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
analisis
masih terdapat 82,3% variabel-
data penelitian dan pembahasan yang
variabel
telah diuraikan sebelumnya, dapat
mempengaruhi
diambil kesimpulan bahwa:
menyontek
1. Ada
hubungan
sangat
negatif
signifikan
yang
lain
yang
dapat perilaku
diluar
variabel
pengawasan.
antara
Berdasarkan hasil penelitian
sikap
dan kesimpulan yang diperoleh,
perilaku menyontek pada siswa-
maka penulis memberikan saran
siswi
yang
pengawasan
SMP
Boyolali.
dengan
Negeri
1
Semakin
Selo tinggi
sebaliknya pengawasan
1. Bagi Kepala Sekolah SMP N
menyontek,
1 Selo Boyolali diharapkan
semakin
rendah
supaya memberi kebijakan
maka
semakin
yaitu peraturan pengawasan
rendah pulaperilaku menyontek.
tetap dilaksanakan dengan
2. Tingkat pengawasan pada siswasiswi
SMP
Negeri
1
tertib
Selo
perilaku
Usaha
menyontek
perilaku
4. Sumbangan efektif pengawasan perilaku
dapat
yang
perilaku ditekan. dilakukan
sekolah untuk mengurangi
tergolong sedang.
terhadap
sehingga
menyontek
Boyolali tergolong tinggi. 3. Tingkat
dapat
bermanfaat, yaitu :
pengawasan maka semakin tinggi pulaperilaku
diharapkan
menyontek
dipertahankan
menyontek
ditingkatkan.
11
tetap dan
2. Bagi siswa-siswi SMP N 1 Selo
4. Bagi
peneliti
selanjutnya
Boyolali diharapkan untuk lebih
selanjutnya yang tertarik untuk
tegas mengingatkan bila ada
melakukan
teman
tema
yang
menyontek
dan
penelitian
yang
sama
dengan
diharapkan
supaya lebih giat lagi dalam
memperhatikan faktor-faktor lain
belajar, sehingga apabila merasa
yang
diawasi ketika pengawasan ketat
perilaku
maupun
longgar
pengawasan, yaitu konformitas,
mengerjakan
soal-soal
bisa sendiri
yang
menyontek
kepercayaan
tanpa harus menyontek.
mempengaruhi
diri,
intelegensi,
3. Bagi guru Bimbingan Konseling
selain
kompetisi, kurikulum,
ketidaksiapan mengikuti ujian,
dan Wali Kelas diharapkan untuk
soal
terus melakukan tugasnya, yaitu
akademis sekolah, dan moralitas.
memberikan
Selain itu supaya penelitian lebih
informasi,
mengarahkan budaya
siswanya
belajar,
bimbingan
dapat
peraturan
menjunjung pengawasan
sulit,
iklim
melengkapi
alat
ukur
serta
dengan observasi dan interview
dan
langsung kepada siswa maupun
konseling, dan sebagai pengawas dengan
yang
mendalam peneliti selanjutnya
memotivasi
siswa-siswanya, memberikan
pada
tes
kepada guru.
tinggi agar
perilaku menyontek tetap bisa ditekan.
12
Hadi,
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior. England: Open University Press.
(2000), Statistik, Jilid Yogyakarta: Andi Offset
I.
Hadi, S. (2007). Analisis Regresi. Yogyakarta: Ansi Offset Irawati, I. (2008). Budaya Menyontek dikalangan Pelajar. [online]. Tersedia: http://www.Kabarindonesia.co m/berita
Alhadza, A.(2004). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.http://www.depdik nas.go.id/Jurnal/38/MASALA H_MENYONTEK_DI_DUNI A_%20 PENDIDIKAN.htm.
Kelley R Taylor (Nov 2003). Bracing for cheating and plagiarism. The Education Digest; 69, 3; ProQuest Education Journals volume 3 pg. 54
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S.(2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kristin Voelkl Finn; Michael R Frone. (2004). Academic Performance and Cheating: Moderating Role of School Identification and Self Efficacy. The Journal of Educational Research; ProQuest Education Journals volume 4 pg. 115
_______.(2013). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eko, M. 2008. Hubungan Antara Pengawasan Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan PT. Pos Indonesia Persero Surakarta. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Lauster, Peter. 2002. Kepribadian. Jakarta: Media Pratama
Tes Gaya
Manullang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Eric M. Anderman and Tamerra B Murdock. (2007). Psychology of Academic Cheating. USA. Alfie Kohn All rights of reproduction in any form reserved www.scribd.com.
Mujahidah (2009). Budaya Menyontek di Dunia pendidikan (dalam http://syariffathuIhamdi.Blogsp ot.com/, diakses 13 Desember 2012).
Gitosudarmo, M. 1986. Pelaksanaan Pengawasan Kerja Pada Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Paris S. Strom; Robert D. Strom. Winter 2007. Cheating in Middle School and High S
13
chool. The Educational Forum; Winter; ProQuest Education Journals volume 2 pg. 6
Situmorang, Victor Mdan Juhir, Jusuf. 1998. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, Pangestu P. (2014). Hubungan Antara Percaya Diri Dengan Intensitas Menyontek. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarata.
Sujamto. 1989. Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Rajesh Iyer; Jacqueline K. Eastman (2006). Academic Dishonesty: Are Business Students Different From Other College Students. Journal of Education for Business; ProQuest Educaton Journals volume 8 pg. 101
14