PENDUGAAN WAKTU PARUH MIKROENKAPSULAT PEWARNA PANGAN DARI DAUN SUJI (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) DENGAN NA-KASEINAT
LOLITA AGNI ANGGRAINI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pendugaan Waktu Paruh Mikroenkapsulat Pewarna Pangan dari Daun Suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) dengan Na-kaseinat” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2017
Lolita Agni Anggraini NIM F24120100
ABSTRAK
LOLITA AGNI ANGGRAINI. Pendugaan waktu paruh mikroenkapsulat pewarna pangan dari daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) dengan na-kaseinat. Dibimbing oleh EKO HARI PURNOMO dan DIAS INDRASTI. Daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) merupakan sumber pigmen klorofil yang mudah ditemukan dengan kondisi geografis Indonesia. Pewarna alami dari daun suji pada umumnya tersedia dalam bentuk pewarna cair yang kurang efisien dalam penyimpanan maupun transportasi. Pembuatan pewarna alami dalam bentuk serbuk menjadi alternatif untuk meningkatkan umur simpan. Tujuan pelaksanaan penelitian adalah menentukan waktu paruh serbuk pewarna daun suji dengan bahan penyalut terpilih dan karakterisasinya. Tahap pertama dilakukan penyeleksian terhadap gum arab 20%, trehalosa 20%, nakaseinat 10%, dan maltodekstrin 20% dari ekstrak cair daun suji. Serbuk daun suji dengan bahan penyalut na-kaseinat 10% memiliki total klorofil tertinggi yaitu sebesar 8.59 0.08 mg/g daun kering dan warna dengan nilai L sebesar 67.37 0.11, nilai a (-) sebesar 16.89 0.29, dan nilai b (+) sebesar 24.50 0.04. Tahap kedua adalah pendugaan waktu paruh serbuk daun suji dengan penyalut nakaseinat 10% dan karakterisasinya. Penentuan waktu paruh dengan metode akselerasi menggunakan pendekatan Arrhenius pada suhu penyimpanan 30oC, 45oC, 60oC, dan 75oC. Pendugaan waktu paruh dilakukan pada suhu penyimpanan 10oC. Berdasarkan `laju kerusakan intensitas total klorofil pada suhu 10oC maka waktu paruh serbuk daun suji dalam botol gelap adalah 13903.6 jam atau 1 tahun 7 bulan 1 hari. Serbuk daun suji memiliki sudut repos sebesar 34.45o 0.11, densitas kamba sebesar 0.399 0.01 mg/g dan kelarutan sebesar 99.27 1.24 %. Kata kunci : daun suji, mikroenkapsulat, klorofil, warna, bahan penyalut.
ABSTRACT
LOLITA AGNI ANGGRAINI. Half life prediction of microencapsulated food colorant from the suji leaf (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) with nacaseinat. Supervised by EKO HARI PURNOMO and DIAS INDRASTI. Suji (Dracaena angustifolia (Medical.) Roxb) leaves are source of chlorophyll pigments. Natural colorant from suji leaf is generally available in the liquid from that is less efficient in storage and transportation. Therefore, natural colorant in the powder form can increase its shelf life. The objectives of this research were to determine half life of suji powder with best coating and its characteristics. The first stage was the selection of coating materials which were gum arabic 20%, trehalose 20%, na-caseinat 10%, and maltodextrin 20%. Suji leaf powder with na-caseinat 10% had the highest chlorophyll total (8.59 0.08 mg/g dry leave) and color intensity (L value of 67.37 0.11, a (-) value of 16.89 0.29, and b (+) value of 24.50 0.04). The second stage was determination of half life and characteristics of suji leaf powder. Determination of half life with Arrhenius method was conducted at 30oC, 45oC, 60oC, and 75oC. Based on chlorophyll degradation rate on 10oC, prediction of the half life of suji leaf was 13903.6 hour. Futhermore, angle of repose, bulk density and solubility of suji leaf were characterized. The result showed that suji leaf powder has angle of repose of 34.45o 0.11, bulk density of 0.399 0.01 mg/g, and solubility of 99.27 1.24 %. Keyword : suji leaf, microenkapsulate, chlorophyll, color, coating material.
PENDUGAAN WAKTU PARUH MIKROENKAPSULAT PEWARNA PANGAN DARI DAUN SUJI (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) DENGAN NA-KASEINAT
LOLITA AGNI ANGGRAINI
Skripsi: Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah pewarna alami, dengan judul Pendugaan Waktu Paruh Mikroenkapsulat Pewarna Pangan dari Daun Suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) dengan Nakaseinat. Penyusun skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Dr. Eko Hari Purnomo, STP, M.Sc., selaku dosen pembimbing atas segala pengarahan dan masukan dalam membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi. 2. Dias Indrasti, STP, M.Sc., selaku pembimbing atas segala pengarahan dan masukan dalam membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi. 3. Dr. Ing. Azis Boing Sitanggang, STP, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi. 4. Papa, mama, dan kakak yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan kepada penulis. 5. Ratu Intan Pramita, Muthiarini D., Ihda Azizah, Reni Ayu A., Kariska Iswari, dan Erka Fitria yang senantiasa menjadi sahabat dan mendengarkan keluh kesah selama kuliah di IPB. 6. Teguh D. dan Manggala P yang senantiasa menjadi teman dekat dalam komunitas dan senantiasa mendengar keluh kesah selama penulis melakukan penelitian. 7. Leonita yang telah senantiasa menemani penulis selama proses mendapatkan SKL. 8. Teman-teman ITP 49 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama di ITP. 9. Teman-teman komintas fotografi IPB (Shutter IPB) yang telah memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang fotografi yang tidak ternilai harganya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2017
Lolita Agni Anggraini
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2 METODE ................................................................................................................ 2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2 Bahan ................................................................................................................... 2 Alat ...................................................................................................................... 2 Metode Penelitian ................................................................................................ 3 Metode Analisis ................................................................................................... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7 Ekstrak Daun Suji ................................................................................................ 7 Bahan Penyalut .................................................................................................... 7 Waktu Paruh Serbuk Daun Suji......................................................................... 11 Karakterisasi Mikroenkapsulat Serbuk Daun Suji ............................................ 14 Sudut Repos ................................................................................................... 14 Densitas Kamba ............................................................................................. 15 Kelarutan ........................................................................................................ 16 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16 Simpulan ........................................................................................................ 16 Saran .............................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 LAMPIRAN .......................................................................................................... 22 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 27
iv
DAFTAR TABEL 1. Kandungan total klorofil dan warna ekstrak daun suji 2. Kadar total klorofil dan warna ekstrak daun suji dengan penambahan bahan penyalut 3. Kadar total klorofil dan warna serbuk daun suji dengan berbagai bahan penyalut 4. Nilai k dan R2 parameter mutu serbuk daun suji pada berbagai suhu penyimpanan. 5. Persamaan Arrhenius tiap parameter analisis serbuk daun suji 6. Pendugaan waktu paruh serbuk daun suji pada suhu penyimpanan 10oC
7 8 10 12 13 14
DAFTAR GAMBAR 1. Diagram alir tahapan penelitian 2. Diagram alir tahap analisis 3. Kenampakan serbuk daun suji dengan bahan penyalut (a) Gum arab 20%, (b) Trehalosa 20%, (c) Na-kaseinat 10%, dan (d) Maltodekstrin 20% 4. Pengukuran sudut repos pada serbuk daun suji
3 4
11 15
DAFTAR LAMPIRAN 1. Grafik orde satu parameter total klorofil pada suhu penyimpanan: (a) Suhu 30oC, (b) Suhu 45oC, (c) Suhu 60oC, dan (d) Suhu 75oC 2. Grafik orde satu parameter warna pada suhu penyimpanan: (a) Suhu 30oC, (b) Suhu 45oC, (c) Suhu 60oC, dan (d) Suhu 75oC 3. Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap ekstrak daun suji 4. Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap serbuk daun suji
22 23 25 27
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tampilan makanan merupakan hal pertama yang dinilai ketika seseorang ingin mencicipi makanan. Penggunaan zat pewarna pada makanan berfungsi sebagai upaya peningkatan daya tarik terhadap suatu produk. Pewarna alami sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu dan dapat berasal dari tanaman, hewan, maupun mineral. Pengembangan pangan berbasis sumber daya lokal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan dan kualitas pangan di Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan pigmen alami yang aman bagi tubuh dari sumber daya lokal. Beberapa contoh pigmen alami yang dapat digunakan sebagai pewarna pada makanan yaitu klorofil (hijau), karotenoid (jingga-merah), dan kurkuminoid (kuning) (Limantara dan Rahayu 2007). Penelitian tentang aplikasi pigmen alami telah banyak dilakukan, diantaranya pigmen yang berasal dari alga hijau (Muntean et al. 2007), biji kesumba (Suparmi et al. 2008), dan daun singkong (Titihalawa et al. 2008). Daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) merupakan salah satu sumber pigmen klorofil yang mudah ditemukan pada kondisi geografis Indonesia (Prangdimurti 2007). Pemanfaatannya merupakan terobosan baik untuk memberi alternatif pewarna bagi masyarakat. Studi pemanfaatan pigmen klorofil pada daun suji telah dilakukan oleh Anditasari et al. (2011) dan Tama et al. (2011). Penggunaan daun suji diaplikasikan oleh masyarakat untuk memberikan warna hijau pada produk pangan dan ekstraknya mempunyai fungsi fisiologis bagi kesehatan. Studi Prangdimurti (2007) menunjukkan kemampuan antioksidan ekstrak daun suji secara in vitro. Pada umumnya, pemanfaatan pewarna alami dari daun suji dilakukan dengan cara menumbuk daun dan mengekstraknya dengan air. Selanjutnya ekstrak yang dihasilkan segera ditambahkan pada saat pengolahan makanan dan minuman. Bentuk pewarna cair ini kurang efisien dalam penyimpanan maupun transportasi karena membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan bentuk pewarna bubuk. Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan umur simpan sekaligus mempertahankan warna hijaunya. Anditasari et al. (2011) menciptakan pewarna alami dalam bentuk serbuk. Pembuatan bubuk pewarna alami membutuhkan penambahan bahan penyalut. Bahan penyalut yang biasa digunakan dikelompokkan berdasarkan asal atau sumber bahan, seperti karbohidrat, protein, lemak, gum, dan selulosa (Madene et al. 2006). Penggunaan jenis dan konsentrasi bahan penyalut yang berbeda akan memberi efek berbeda pada pewarna bubuk yang dihasilkan. Konsentrasi bahan penyalut yang tepat akan menghasilkan bubuk yang berkualitas (Warsiki et al. 1995). Selain pembuatan serbuk pewarna, pada penelitian ini dilakukan juga penentuan waktu paruh untuk mengetahui perubahan mutu selama penyimpanan. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama, penyeleksian empat bahan penyalut yaitu maltodekstrin, gum arab, trehalosa, dan na-kaseinat. Tahap kedua, penentuan waktu paruh serbuk pewarna daun suji dengan metode akselerasi yang disimulasikan pada 4 kondisi suhu penyimpanan yang berbeda. Parameter mutu yang digunakan sebagai acuan adalah warna dan kandungan total
2
klorofil. Selanjutnya serbuk daun suji yang terpilih dikarakterisasi sudut repos, kelarutan, dan densitas kambanya. Perumusan Masalah Dewasa ini, pemanfaatan pewarna alami dalam bentuk cairan kurang efisien dalam penyimpanan, umur simpan dan transportasi. Pembuatan serbuk pewarna daun suji ini dapat meningkatkan umur simpan dan memperluas aplikasi pewarna alami dari daun suji. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menentukan waktu paruh serbuk pewarna daun suji dengan bahan penyalut terpilih dan karakterisasinya. Manfaat Penelitian Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah memberikan alternatif pewarna hijau alami (klorofil) dalam bentuk bubuk sehingga mudah diaplikasikan pada berbagai produk pangan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2016 hingga bulan Agustus 2016 dan bertempatan di laboratorium SEAFAST IPB dan laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Bogor. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb), maltodekstrin, gum arab, trehalose, nakaseinat, na-sitrat, Tween 80, aseton, dan akuades. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain peralatan gelas, blender, gunting, baskom, kain saring, kertas saring, alumunium foil, sentrifuse, spektrometer, pengering semprot, botol kaca gelap, kromameter minolta CR300, water bath, neraca analitik, oven, plastik klip, dan cawan alumunium.
3
Metode Penelitian Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak daun suji menggunakan metode Prangdimurti (2006) yang dimodifikasi. Pada tahap pertama, dilakukan penyeleksian terhadap empat bahan penyalut yakni maltodekstrin, trehalosa, gum arab, dan na-kaseinat. Masing-masing bahan penyalut ditambahkan dalam ekstrak daun suji dengan konsentrasi maltodekstrin, trehalosa, dan gum arab 20%, serta na-kaseinat 10% dari bobot ekstrak cair. Penyeleksian keempat bahan penyalut berdasarkan uji warna dengan kromameter dan total klorofil. Ekstrak daun suji dihomogenisasi 3000 rpm selama 30 menit kemudian dikeringan dengan pengering semprot (spray dryer) pada suhu inlet 150oC ± 5oC dan suhu outlet 50oC ± 5oC. Pada tahap kedua, penentuan waktu paruh terhadap serbuk pewarna daun suji dengan bahan penyalut terpilih. Penentuan ini menggunakan metode akselerasi dengan pendekatan Arrhenius yang disimulasikan pada empat kondisi suhu penyimpaan yaitu 30oC, 45oC, 60oC dan 75oC. Parameter yang digunakan dalam penentuan waktu paruh yaitu uji warna dengan kromameter dan total klorofil. Selanjutnya serbuk pewarna daun suji dilakukan sudut repos, kelarutan, dan warna. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Mulai
Ekstrak daun suji
Tahap 1
Penyeleksian bahan penyalut
Maltodekstrin
Gum Arab
Trehalose
Na-kaseinat
Serbuk daun suji dengan bahan penyalut terpilih
Penentuan waktu paruh
Tahap 2
30oC
45oC
60oC
75oC
Serbuk pewarna dengan penyalut dan waktu paruh yang telah ditetapkan
Selesai
Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian
4
Metode Analisis Analisis yang dilakukan pada studi ini meliputi total klorofil, warna, sudut repos, densitas kamba, kelarutan dan waktu paruh. Diagram alir tahap analisis dapat dilihat pada Gambar 2. Ekstrak daun suji Analisis warna Penyeleksian bahan penyalut
Analisis total klorofil
Serbuk daun suji dengan bahan penyalut terpilih Analisis warna Penentuan waktu paruh
Analisis total klorofil Analisis sudut repos
Serbuk pewarna dengan penyalut dan waktu paruh yang telah ditetapkan
Analisis kelarutan Analisis densitas kamba
Gambar 2 Diagram alir tahap analisis 1. Total Klorofil a. Sampel serbuk (Arnon 1949) Analisis dilakukan dengan berdasarkan metode Arnon (1949) yang dimodifikasi. Sampel ditimbang sebanyak 0.1 g, kemudian ditambahkan dengan aseton 10 mL dan diaduk. Larutan yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 645 nm (A) dan 663 nm (B). Perhitungan kadar klorofil dilakukan dengan menggunakan rumus berikut dengan satuan mg/g daun kering: Total klorofil (mg/g) = {(8.02 x A663) + (20.2 x A645)} x Wk = 1 – Kadar air daun (g/g) Keterangan : A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 A645 = Absorbansi pada panjang gelombang 645 Vs = Volume sampel (ml) Ws = Berat sampel (g) Wk = Total padatan daun (g)
x
x Wk
5
b. Sampel larutan ekstrak (Gross 1991) Analisis dilakukan dengan berdasarkan metode Gross (1991) yang dimodifikasi. Sebanyak 2 mL ekstrak daun suji dicampur dengan 8 mL aseton 100 %. Larutan yang diperoleh diencerkan kembali dengan diambil sebanyak 2 mL dicampur dengan 8 mL aseton 80 %. Setelah larutan diencerkan, disentrifugasi 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 645 nm (A) dan 663 nm (B). Perhitungan total klorofil dilakukan dengan menggunakan rumus berikut dengan satuan mg/L: Total klorofil (mg/L) = {(8.02 x A663) + (20.2 x A645)} x FP Keterangan : A663 = Absorbansi pada panjang gelombang 663 A645 = Absorbansi pada panjang gelombang 645 Fp = Faktor pengenceran 2. Warna (Hutching 1999) Pengukuran warna sampel selama penyimpanan dilakukan dengan menggunakan kromameter Minolta CR300. Sistem warna yang dgunakan adalah sistem warna Hunter (L,a,b). Notasi L menunjukan nilai 0 (gelap/hitam) hingga 100 (terang/putih) yang menyatakan tingkat kecerahan, sedangkan koordinat-koordinat dinyatakan dengan a untuk warna hijau (negatif) sampai merah (positif) dan b untuk warna biru (negatif) sampai kuning (positif). 3. Sudut repos (Hartoyo dan Sunandar 2006) Pengukuran sudut repos dilakukan dengan prinsip pengukuran puncak sampel yang dijatuhkan dari ketinggian 15 cm melalui corong datar. Sudut repos sampel diperoleh dari arch tan rasio tinggi dengan setengah diameter dasar tumpukan sampel. Sudut repos dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. 4. Kelarutan dengan metode gravimetri (AOAC 1995) Pengukuran kelarutan dilakukan untuk mengukur tingkat kelarutan serbuk yang dihasilkan dengan menghitung berdasarkan metode gravimetri, yaitu berat residu yang tertinggi pada kertas saring Whatman no.42. Sampel serbuk ditimbang sebanyak 0.75 g, kemudian dilarutkan dalam 100 mL air destilata dan disaring menggunakan corong Buchner dengan sistem vakum. Sebelum digunakan, kertas saring terlebih dahulu dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 30 menit, kemudian ditimbang beratnya. Setelah proses penyaringan vakum, kertas saring beserta residu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam, kemudian ditimbang beratnya. Kelarutan = 100 –
(
)
x 100
6
Keterangan : a = berat kertas saring dan residu (g) b = berat kertas saring (g) c = berat sampel yang digunakan (g) KA = kadar air sampel (% b/b) 5. Densitas kamba (Budijanto et al. 2011) Sampel serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL yang diketahui beratnya. Gelas ukur yang telah berisi sampel serbuk diketuk-ketukkan sebanyak 30 kali hingga tak ada lagi rongga ketika sampel serbuk ditepatkan menjadi 10 mL. Gelas ukur yang berisi sampel serbuk tersebut kemudian ditimbang. Desintas kamba (g/mL) dapat dihitung dari hasil pembagian berat sampel serbuk dengan volumenya (10 mL). Pengukuran densitas kamba dilakukan tiga kali ulangan. 6. Penentuan waktu paruh (Petrucci dan Achmadi 1987) Serbuk daun suji disimpan dalam kondisi suhu penyimpanan yang berbeda yakni 30oC, 45oC, 60oC dan 75oC. Dilakukan pengamatan terhadap parameter total klorofil dan warna pada serbuk di semua suhu penyimpanan secara berkala. Hasil pengamatan total klorofil dan warna serbuk daun suji terhadap waktu yang diperoleh dari 4 suhu penyimpanan akan diplotkan sehingga diperoleh 4 persamaan regresi. Pada setiap persamaan akan diperoleh nilai slope (b) dan nilai konstanta (k). Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R2 tertinggi yang dipilih dari persamaan yang dihasilkan grafik orde nol dan orde satu. Grafik orde nol merupakan hubungan antara nilai k dengan lama penyimpanan sedangkan grafik orde satu merupakan hubungan antara ln k dengan lama penyimpanan. Pendekatan Arrhenius diperoleh dengan memplotkan ln k dan 1/T dengan ln k yang merupakan intersep dan slope dari persamaan regresi linear yaitu ln k = ln k0 – (Ea/R) (1/T), ln k0 merupakan intersep, Ea/R adalah slope, Ea adalah energi aktivasi dan R adalah konstanta gas ideal yaitu 1.986 kal/mol-1. Setelah diperoleh nilai k0 dan nilai Ea maka akan diperoleh persamaan Arrhenius. Dengan persamaan tersebut, dapat dihitung nilai konstanta Arrhenius pada masing-masing suhu penyimpanan. Parameter yang memiliki nilai Ea terendah merupakan parameter yang memperngaruhi mutu penyimpanan. Penentuan waktu paruh serbuk daun suji dapat dihitung melalui persamaan t = , dimana t adalah waktu paruh dan [Ao] adalah konsentrasi awal parameter.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Daun Suji Daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) merupakan tanaman perdu tahunan yang menghasilkan warna hijau alami. Pemanfaatan daun suji sebagai pewarna umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi dan langsung diaplikasikan pada makanan dan minuman. Bentuk pewarna cair ini kurang efisien dalam penyimpanan maupun transportasi karena membutuhkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan bentuk pewarna bubuk. Oleh karena itu, alternatif untuk meningkatkan umur simpan dan mempertahankan kandungan warnanya dilakukan dengan pembuatan serbuk. Ekstraksi daun suji dilakukan melalui metode Prangdimurti (2006) yang dimodifikasi. Daun suji diekstrak dengan penambahan larutan pengekstrak Tween 80 0.75% dalam na-sitrat 12 mM. Larutan pengekstrak ini mampu menghasilkan total klorofil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan air (Prangdimurti 2006). Studi ini menggunakan daun suji segar yang mengandung kadar air sebesar 74.15%, total klorofil sebesar 11.70 mg/g daun kering dan intensitas warna pada nilai L sebesar 19.89, nilai a (-) sebesar 3.68, dan nilai b (+) sebesar 3.04 (Nugrahadi 2017). Ekstrak daun suji pada studi ini menghasilkan total klorofi sebesar 2.97 0.04 mg/g daun suji (Tabel 1). Kadar tersebut lebih tinggi dibandingkan total klorofil ekstrak suji yang dianalisis oleh Prangdimurti (2007) dan Paramitha (2015). Hal ini disebabkan metode esktrasi daun suji yang digunakan memiliki perbedaan yaitu menggunakan sonikasi selama 15 menit. Sonikasi menggunakan gelombang ultrasonik menimbulkan terjadinya gelembung-gelembung mikro (microbubbles) karena meningkatnya tekanan saat ekstraksi. Gelembung-gelembung ini tidak stabil sehingga mudah pecah yang melibatkan energi yang besar dan menghasilkan efek panas yang membantu kontak antara bahan dalam ekstrak dan pelarut. Hal ini akan membuat ekstraksi lebih maksimal (Sani et al 2014). Area lokasi tumbuh maupun jenis daun suji yang digunakan juga dapat mempengaruhi total klorofil yang dihasilkan. Daun suji yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari Gapoktan desa Carang Pulang, Bogor. Data pengujian ekstraksi daun suji dengan Tween 80 0.75 % dalam nasitrat 12 mM dapat dilihat pada Tabel 1. Pengamatan visual terhadap warna ekstrak daun suji menunjukkan warna hijau yang pekat. Tabel 1 Kandungan total klorofil dan warna ekstrak daun suji Parameter Nilai Total Klorofil (basis kering) 2.97 0.04 mg/g daun suji Warna Kecerahan 19.50 0.03 Nilai a (-) 3.89 0.01 Nilai b (+) 3.41 0.01 Ket: Nilai rata-rata dua kali ulangan simplo
standard error of mean (SEM)
8
Bahan Penyalut Penambahan bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi pembuatan serbuk daun suji ini dapat menghasilkan mikrokapsul yang mampu melindungi klorofil dalam kondisi penyimpanan yang ekstrim dan melindungi klorofil dari oksidasi (Yanuar et al. 2007). Mikroenkapsulasi biasanya digunakan melalui tiga metode yakni emulsi minyak, pemisahan, dan pengeringan semprot (spray drying). Metode mikroenkapsulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spray drying. Metode spray drying merupakan metode yang sederhana karena larutan yang akan dimikroenkapsulasi cukup dikeringkan dalam spray dryer dan akan menghasilkan serbuk mikropartikel (Oliveira 2005). Waktu kontak yang sangat singkat antar udara panas dengan droplet meminimalkan terjadinya degradasi karena panas (Rizqiati et al. 2008). Proses pembuatan serbuk daun suji diawali dengan penambahan bahan penyalut pada ekstrak daun suji. Bahan penyalut yang digunakan dalam penelitian ini adalah gum arab, trehalosa, dan maltodekstrin dengan konsentrasi masing-masing sebesar 20% serta na-kaseinat dengan konsentrasi sebesar 10% dari bobot ekstrak cair. Gum arab yang digunakan sebagai agen enkapsulasi menunjukkan kemampuan meretensi senyawa aktif dengan baik (Thevenet 1988). Penggunaan gum arab sebagai bahan penyalut dapat menghasilkan emulsi yang stabil serta melindungi senyawa volatil dari oksidasi dan penguapan (Kanakdande et al. 2007). Trehalosa merupakan gula disakarida yang memiliki sifat stabil terhadap kondisi lingkungan seperti suhu tinggi dan pH rendah. Selain itu, trehalose mampu menstabilkan enzim dehidrasi, protein, dan membran lipid, serta melindungi struktur biologis dari kerusakan selama proses pengeringan (Wingler 2000). Na-kaseinat adalah salah satu senyawa protein susu yang memiliki rantai samping hidrofilik dan hidrofobik sehingga menjadi bahan pengkapsul potensial serta memiliki sifat permukaan aktif. Na-kaseinat memiliki kemampuan fungsional seperti emulsifikasi, water-fat binding, agen pengeras, dan pengental (Ruis 2007). Jenis bahan penyalut terakhir yang digunakan yaitu maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan hasil proses hidrolisis pati dengan panjang rantai ratarata 5-10 unit/molekul glukosa. Maltodekstrin memiliki viskositas rendah dan memiliki sifat kelarutan yang tinggi (Balasubramani 2014). Total klorofil dan warna pada ekstrak daun suji dengan berbagai bahan penyalut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2
Kadar total klorofil dan warna ekstrak daun suji dengan penambahan bahan penyalut
Bahan Penyalut Gum Arab 20% Trehalosa 20% Na-kaseinat 10% Maltodekstrin 20% Ket.:
Total Klorofil (mg/g daun suji) 1.34a 2.35b 2.68c 2.62c
0.03 0.02 0.03 0.04
Warna Kecerahan (*L) 19.70ab 0.07 19.97a 0.09 19.85b 0.07 19.50a 0.04
Kehijauan (*a) 2.31b 0.01 2.34b 0.02 3.96c 0.03 2.08a 0.01
Kekuningan (*b) 2.94b 0.01 2.95b 0.01 3.21c 0.02 2.75a 0.02
- Nilai rata-rata dua kali ulangan simplo standard error of mean (SEM) - Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).
9
Hasil analisis menunjukkan ekstrak dengan na-kaseinat 10% memiliki total klorofil, intensitas kehijauan dan intensitas kekuningan tertinggi. Tingginya tingkat konsentrasi bahan penyalut yang digunakan akan memberikan larutan dengan kadar zat warna yang rendah (Gusti 2014). Nilai kecerahan paling tinggi diperoleh oleh ekstrak daun suji dengan trehalosa 20% (Tabel 2). Warna ekstrak pada umumnya merupakan gabungan dari beberapa warna. Ekstrak daun suji ini menunjukkan warna dari gabungan nilai a (-) dan nilai b (+). Nilai a (-) pada ekstrak menunjukkan warna hijau dan nilai b (+) menunjukkan warna kuning. Ekstrak daun suji dengan na-kaseinat 10% menunjukkan tingkat kehijauan dan tingkat kekuningan tertinggi (Tabel 2). Hal ini dikarenakan esktrak dengan nakaseinat 10% memiliki total klorofil yang tinggi sehingga warna hijau dan warna kuning yang dihasilkan semakin tinggi. Pengamatan visual terhadap warna ekstrak daun suji dengan penambahan bahan penyalut menunjukkan bahwa bahan penyalut na-kaseinat 10% memiliki warna hijau paling pekat. Berdasarkan uji statistika, diketahui bahwa bahan penyalut gum arab 20% dan trehalosa 20% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap total klorofil ekstrak daun suji, tetapi bahan penyalut na-kaseinat 10% dan maltodekstrin 20% tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap total klorofil. Sedangkan bahan penyalut maltodekstrin 20% dan gum arab 20% maupun gum arab 20% dan na-kaseinat 10% tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap intensitas kecerahan, tetapi trehalosa 20% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap intensitas kecerahan serta bahan penyalut gum arab 20% dan trehalosa 20% tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap intensitas kehijauan dan kekuningan, tetapi bahan penyalut maltodekstrin 20% dan na-kaseinat 10% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap intensitas kehijauan dan kekuningan. Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap esktrak daun suji disajikan pada Lampiran 3. Menurut Ruis (2007), na-kaseinat memiliki kemampuan fungsional sebagai pengental sehingga menghasilkan larutan yang lebih kental dibandingkan bahan penyalut lainnya. Na-kaseinat terususun dari kasein yang merupakan fraksi protein padat dalam susu dan merupakan senyawa amfoter sehingga membuat viskositasnya tinggi. Oleh karena itu, maltodekstrin, gum arab, dan trehalose digunakan pada konsentrasi 20% sedangkan na-kaseinat digunakan pada konsentrasi hanya 10%. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 20% kekentalan nakaseinat tidak mendukung untuk proses spray drying. Konsentrasi bahan penyalut inilah yang akan digunakan untuk penyeleksi bahan penyalut pada serbuk daun suji. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik kapsul terletak pada komposisi bahan pengkapsulnya (polimer) (Markus dan Linder 2006). Viskositas yang tinggi dapat mencegah partikel bersedimentasi dan terjadinya koalesens droplet. Selain itu, kekentalan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan proses atomisasi menjadi tidak sempurna sehingga mutu serbuk yang dihasilkan tidak baik. Emulsi yang semakin pekat juga dikhawatirkan akan mempersulitkan kerja pompa pada spray dryer sehingga energi yang dibutuhkan akan semakin meningkat (Nafari 2012). Parameter total klorofil pada studi ini berperan utama dalam penyeleksian bahan penyalut. Hasil analisis menunjukkan bahwa serbuk daun suji dengan bahan penyalut na-kaseinat 10% memiliki total klorofil, intensitas kehijauan dan intensitas kekuningan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan bahan penyalut lainnya. Serbuk daun suji dengan bahan penyalut na-kaseinat 10% memiliki total klorofil sebesar 8.59 0.08 mg/g daun kering, intensitas kehijauan
10
16.89 0.29, dan intensitas kekuningan 24.50 0.04 (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa na-kaseinat merupakan bahan penyalut yang dapat mempertahankan total klorofil serbuk daun suji lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai bahan penyalut secara lengkap. Menurut Kim dan Morr (1996), na-kaseinat memiliki sifat emulsifikasi yang sangat baik sehingga bahan aktif dapat tersaluti dengan lebih baik di dalam bahan penyalut. Hasil analisis total klorofil dan warna pada serbuk daun suji dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
Kadar total klorofil dan warna serbuk daun suji dengan berbagai bahan penyalut
Bahan Penyalut
Bobot Serbuk (g)
Gum arab 20% Trehalosa 20% Na-kaseinat 10% Maltodekstrin 20%
10.30 12.95 12.35 17.05
Ket.:
Total Klorofil (mg/g daun kering) 2.82a 7.35b 8.59c 4.38d
0.28 0.03 0.08 0.13
Warna Kecerahan (*L) 68.54 1.02 56.79 0.59 67.37 0.11 69.84 0.68
Kehijauan (*a) 15.54 0.32 16.43 0.13 16.89 0.29 16.50 0.03
Kekuninga n (*b) 23.55 0.41 23.42 0.02 24.50 0.04 23.88 0.34
- Nilai rata-rata dua kali ulangan duplo standard error of mean (SEM) - Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05).
Total Klorofil dalam Serbuk (mg)
Pengaruh bahan penyalut dalam mempertahankan total klorofil serbuk diketahui dengan melihat berapa banyak total klorofil yang dapat bertahan dalam serbuk. Kadar total klorofil yang bertahan dalam serbuk daun suji dengan penambahan bahan penyalut dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3 diketahui bahwa na-kaseinat 10% dapat mempertahankan total klorofil paling banyak yaitu 106.10 mg. Hasil ini diperoleh dari kadar total klorofil (mg/g daun kering) dikalikan dengan bobot serbuk hasil proses pengering semprot. Penelitian Harjanti (2008) menyatakan banyaknya bahan penyalut yang ditambahkan akan menurunkan kadar klorofil. Hal ini menyebabkan jumlah padatan semakin bertambah dan mengurangi kandungan klorofil dalam bubuk. Selain itu, Porrarud and Pranee (2010) menyatakan bahwa menurunnya warna kehijauan (greenness) menjadi pucat terjadi ketika kadar padatan meningkat sehingga menurunkan kandungan klorofil serbuk pewarna. c b 150 106,10 d 95,14 100 50
74,63
a 29,09
0 Gum arab 20%
Trehalose 20%
Na-kaseinat 10% Maltodekstrin 20%
Gambar 3 Kadar total klorofil dalam serbuk daun suji dengan bahan penyalut: (a) Gum arab 20%, (b) Trehalosa 20%, (c) Na-kaseinat 10%, dan (d) Maltodekstrin 20%
11
Parameter warna adalah parameter kedua yang digunakan dalam pemilihan bahan penyalut untuk serbuk pewarna. Hal ini disebabkan karena daun tidak hanya mengandung satu pigmen sehingga warna yang dihasilkan mungkin dapat berasal dari gabungan beberapa pigmen. Serbuk daun suji dengan maltodekstrin 20% memiliki nilai kecerahan paling tinggi. Warna serbuk daun suji menunjukkan gabungan nilai a (-)dan nilai b (+). Hasil analisis warna pada serbuk menunjukkan penambahan na-kaseinat 10% menghasilkan tingkat intensitas kehijauan dan kekuningan tertinggi (Tabel 3). Hal ini dikarenakan serbuk daun suji dengan nakaseinat 10% memiliki total klorofil tertinggi sehingga warna hijau dan kuning yang dihasilkan serbuk semakin tinggi. Berdasarkan uji statistika, diketahui bahwa keempat bahan penyalut berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap total klorofil ekstrak daun suji dan bahan penyalut na-kaseinat 10% dan gum arab 20% maupun gum arab 20% dan maltodekstrin 20% tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap intensitas kecerahan, tetapi trehalosa 20% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap intensitas kecerahan. Sedangkan bahan penyalut maltodekstrin 20%, trehalosa 20%, dan na-kaseinat 10% tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap intensitas kehijauan, tetapi bahan penyalut gum arab 20% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap intensitas kehijauan serta bahan penyalut trehalosa 20%, maltodekstrin 20%, dan gum arab 20% maupun maltodekstrin 20%, trehalosa 20%, dan nakaseinat 10% berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap intensitas kekuningan. Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap esktrak daun suji disajikan pada Lampiran 4. Kenampakan serbuk daun suji dengan berbagai bahan penyalut disajikan pada Gambar 4. Pengamatan visual terhadap warna serbuk daun suji dengan penambahan bahan penyalut na-kaseinat 10% menunjukan warna hijau yang lebih gelap dibandingkan dengan maltodekstrin 20% dan gum arab 20%. Warna serbuk daun suji dengan trehalosa 20% terlihat lebih gelap dibandingkan serbuk daun suji dengan na-kaseinat 10%. Serbuk daun suji dengan trehalosa 20% mempunyai tekstur yang sangat kering dan kasar. Oleh karena itu, serbuk daun suji dengan penambahan bahan penyalut na-kaseinat 10% inilah yang kemudian dipilih pada tahap penelitian selanjutnya.
Gambar 4 Kenampakan serbuk daun suji dengan bahan penyalut (a) Gum arab 20%, (b) Trehalosa 20%, (c) Na-kaseinat 10%, dan (d) Maltodekstrin 20% Waktu Paruh Serbuk Daun Suji Informasi umur simpan produk sangat penting bagi konsumen, produsen, maupun distributor. Informasi umur simpan produk pangan memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan pada saat produk sampai ke tangan konsumen. Bahan
12
pengemas yang digunakan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu produk (Wasono et al. 2014). Serbuk daun suji pada studi ini disimpan dalam botol gelap berukuran 50 mL dengan headspace sekitar 2 cm. Kemasan botol gelap yang dipilih untuk mengurangi masuknya cahaya dari lingkungan karena klorofil dan warna sangat sensitif. Penelitian Astuti (2016) menunjukkan bahwa wadah penyimpanan botol gelap yang digunakan dapat mempertahankan stabilitas nilai klorofil dan warna mikroenkapsulat ekstrak daun suji. Penentuan waktu paruh produk pangan ini dilakukan dengan pendekatan Arrhenius metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT). Metode ASLT dilakukan dengan cara menyimpan produk pada lingkungan yang menyebabkannya cepat rusak, baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang lebih tinggi (Arpah 2001). Waktu paruh reaksi adalah waktu yang diperlukan agar konsentrasi (atau jumlah) pereaksi berkurang menjadi setengah dari nilai semula (Petrucci dan Achmadi 1987). Semakin tinggi waktu paruh menunjukkan bahwa semakin lama paramter mengalami degradasi akibat pemanasan (Dharmawan 2009). Model Arrhenius dilakukan dengan menyimpan produk pangan dengan kemasan akhir pada minimal tiga suhu penyimpanan ekstrim. Metode Arrhenius bertujuan untuk menentukkan konstanta laju reaksi (k) pada beberapa suhu penyimpanan, kemudian dilakukan ekstrapolasi untuk menghitung konstanta laju reaksi (k) pada suhu penyimpanan yang diinginkan. Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai k pada suhu penyimpanan waktu paruh (Palupi 2010). Penetapan waktu paruh serbuk daun suji dilakukan dengan pendekatan Arrhenius metode ASLT berdasarkan parameter total klorofil dan warna. Pemilihan model didasarkan pada pertimbangan bahwa kerusakan serbuk daun suji disebabkan oleh adanya parameter tersebut yang dapat dipicu oleh suhu penyimpanan. Suhu penyimpanan yang digunakan adalah suhu 30oC, 45oC, 60oC, dan 75oC. Hasil analisis nilai k dan R2 parameter mutu serbuk daun suji pada berbagai suhu penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai k dan R2 parameter mutu serbuk daun suji pada berbagai suhu penyimpanan. Parameter Suhu Nilai k R2 (K) Orde Nol Orde Satu Orde Nol Orde Satu Total 303 0.0125 0.0021 0.9422 0.9746 Klorofil 318 0.0125 0.0022 0.9482 0.9841 333 0.1073 0.0141 0.9099 0.9304 348 0.1556 0.0235 0.9260 0.9553 Kecerahan 303 0.0079 0.0001 0.2162 0,2266 318 0.0090 0.0002 0.1979 0.2115 333 0.0228 0.0039 0.2528 0.2677 348 0.2312 0.0041 0.2540 0.2713 Nilai a (-) 303 0.0049 0.0003 0.8223 0,8480 318 0.0125 0.0010 0.9244 0.9499 333 0.1497 0.0107 0.9789 0.9824 348 0.1985 0.0153 0.9130 0.9345 Nilai b (+) 303 0.0088 0.0004 0.7735 0,8097 318 0.0169 0.0009 0.8457 0.8929 333 0.2234 0.0118 0.8484 0.8904 348 0.1871 0.0094 0.8359 0.8680
Tabel 4
13
Kinetika orde reaksi penurunan mutu dilakukan dengan cara membandingkan nilai koefisiensi korelasi (R2) tiap persamaan regresi linier pada suhu yang sama dari reaksi orde nol (A diplotkan terhadap waktu) dan reaksi orde satu (ln A diplotkan terhadap waktu). Orde reaksi yang digunakan merupakan orde reaksi dengan nilai R2 yang lebih besar (Labuza dan Riboh 1982). Dari persamaan orde reaksi yang diperoleh, selanjutnya pendugaan waktu paruh pada suhu penyimpanan tertentu. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa koefisien korelasi orde nol lebih kecil dari korelasi orde satu (R2orde nol < R2orde satu), maka laju penurunan mutu mengikuti reaksi orde satu. Grafik perbandingan orde satu parameter total klorofil pada empat suhu penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 1. Grafik perbandingan orde satu parameter warna pada empat suhu penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya nilai k yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui nilai energi aktivitas (Ea) pada serbuk daun suji dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Persamaan regresi linier disajikan dengan plot I/T sebagai sumbu x dan ln k sebagai sumbu y. Persamaan ini merupakan persamaan Arrhenius untuk setiap parameter analisis serbuk daun suji. Persamaan Arrhenius tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Persamaan reaksi yang digunakan untuk menentukan energi aktivasi yaitu reaksi orde satu. Berdasarkan persamaan Arrhenius di atas, diperoleh nilai energi aktivasi (Ea) tiap parameter yang ditentukan dari kemiringan (slope) persamaan tersebut dan terpilih satu parameter terendah. Parameter total klorofil memiliki nilai Ea terendah (13,508.772 kal mol-1). Hasil ini menjelaskan bahwa total klorofil memiliki kontribusi yang kuat dalam penurunan mutu serbuk daun suji. Nilai Ea menunjukkan sensitifitas nilai konstanta laju penurunan mutu (k) terhadap perubahan suhu. Nilai k akan semakin sensitif terhadap perubahan suhu seiring dengan nilai Ea yang semakin kecil (Kusnandar 2008). Penurunan total klorofil dan perubahan warna serbuk daun suji terjadi karena adanya interaksi antara produk dengan lingkungannya. Interaksi tersebut kemungkinan merubah struktur klorofil menjadi produk turunannya yang tidak lagi berwarna hijau (feofitin). Perubahan klorofil menjadi feofitin terjadi akibat adanya proses pemanasan. Pembentukan feofitin terjadi lebih cepat pada suhu tinggi sehingga konsentrasi klorofil menjadi lebih rendah (Oktaviani 1987). Selain itu, degradasi klorofil dapat juga disebabkan oleh reaksi oksidasi. Pecahnya cincin tetrapirol yang akan membentuk produk yang tidak berwarna (Clydesdale dan Francis 1976). Tabel 5 Persamaan Arrhenius tiap parameter analisis serbuk daun suji Parameter Analisis Persamaan Arrhenius Energi Aktivasi (kal mol-1) Total Klorofil y = -6802x+16.018 13508.772 Warna Kecerahan y = -10527x+25.452 20906.622 Nilai a (-) y = -10530x+26.718 20912.580 Nilai b (+) y = -8979.3x+21.858 17832.889
14
Pendugaan waktu paruh pada studi ini menggunakan kondisi suhu penyimpanan 10oC untuk melihat waktu paruh jika serbuk daun suji disimpan pada suhu refrigerator. Nilai k pada suhu 10oC diperoleh dengan mensubstitusi nilai x pada persamaan Arrhenius menjadi ( ). Nilai k tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu paruh. Hasil perhitungan menunjukkan waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi total klorofil berkurang menjadi setengah dari nilai semula pada suhu penyimpanan 10oC adalah 13903.6 jam. Sedangkan waktu yang dibutuhkan agar intensitas kecerahan, kehijauan, dan kekuningan berkurang menjadi setengah dari nilai semula secara berurutan adalah 573000 jam, 163714.3 jam, dan 88153.9 jam. Waktu paruh paling pendek menjelaskan bahwa parameter total klorofil paling cepat mengalami degradasi akibat panas. Hasil perhitungan waktu paruh serbuk daun suji pada suhu penyimpanan 10oC dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
Pendugaan waktu paruh serbuk daun suji pada suhu penyimpanan 10oC Parameter Analisis Waktu Paruh Total Klorofil 13903.6 jam (1 tahun 7 bulan 1 hari) Warna Kecerahan 573000 jam (65 tahun 4 bulan 27 hari) Nilai a (-) 163714.3 jam (18 tahun 8 bulan 7 hari) Nilai b (+) 88153.9 jam (10 tahun 1 bulan) Karakteristik Mikroenkapsulat Serbuk Daun Suji Mutu produk sangat penting diperhatikan karena mempengaruhi penerimaan konsumen. Sifat fisik memiliki hubungan erat dengan mutu bahan pangan. Sifat fisik digunakan sebagai informasi dasar dalam menentukkan metode penanganan, desain peralatan pengolahan yang bersifat otomatis, dan desain kemasan (Buckle et al. 2007). Mikroenkapsulasi pembuatan serbuk daun suji terpilih menghasilkan serbuk daun suji dengan penambahan bahan penyalut nakaseinat 10% yang akan dilakukan karakterisasi berupa sudut repos, densitas kamba, dan kelarutan. Sudut Repos Pengukuran sudut repos merupakan metode untuk menentukan laju aliran atau daya luncur suatu bahan. Suatu bahan yang memiliki laju aliran yang besar maka kerucutnya akan bersudut datar (Gerald et al. 1990). Gaya kohesi partikel berhubungan erat dengan sudut repos. Bahan dengan mempunyai gaya kohesi rendah akan menyebabkan kebebasan bergerak bahan tersebut tinggi. Semakin bebas partikel untuk bergerak, maka menyebabkan sudut repos yang terbentuk juga semakin kecil (Carr 1976). Serbuk daun suji dengan na-kaseinat 10% memiliki rata-rata sudut repos sebesar 34.45o 0.11. Hasil tersebut mendekati dengan sudut repos tepung daun torbangun yaitu sebesar 36.54o. Serbuk daun suji dengan na-kaseinat 10% ini memiliki nilai kohesivitas yang tidak terlalu rendah karena bubuk dengan kohesivitas sedang memiliki sudut repos antara 35-45o (Syah et al. 2013). Gambar serbuk daun suji dalam pengukuran sudut repos dapat dilihat pada Gambar 5.
15
Gambar 5 Pengukuran sudut repos pada serbuk daun suji Menurut Anwar et al. (2004), sudut repos digunakan untuk mengetahui indeks alir suatu zat. Serbuk daun suji dengan na-kaseinat 10 % mempunyai sifat aliran yang sangat baik karena memiliki sudut repos lebih dari 30o. Nilai sudut repos yang kecil (25o-30o) menunjukkan indeks alir zat yang baik (Priyanto et al. 2011). Sudut repos atau sudut curah adalah sejumlah tepung/bubuk dituangkan dengan cepat di atas bidang datar akan membentuk sudut antara bidang datar tersebut dengan sisi miring curahan. Besar sudut repos dipengaruhi oleh bentuk partikel dari serbuk sehingga pengukuran sudut repos dengan corong dipengaruhi oleh gesekan dari serbuk dan corong (Syarief dan Irawati 1988). Semakin bebas suatu pergerakan suatu partikel bergerak, maka sudut repos yang terbentuk juga semakin kecil. Densitas Kamba Densitas kamba memiliki peran penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada saat pengisian alat pencampur dan silo. Densitas kamba yang tinggi menunjukkan produk yang lebih ringkas dalam volume tertentu sehingga produk yang tersedia lebih banyak (dalam berat) (Chahyono 2004).Densitas kamba atau volume spesifik yaitu perbandingan bobot bahan dengan volume yang ditempati. Densitas kamba erat dengan kaitannya dengan proses pengemasan produk bubuk (Jittanit et al. 2011). Serbuk daun suji memiliki rata-rata densitas kamba sebesar 0.399 0.01 g/mL. Hasil ini mendekati nilai densitas kamba bubuk daun jeruk purut dalam studi Widodo et al. (2015) yaitu 0.30-0.44 g/mL. Menurut Wirakartakusumah et al. (1992), umumnya nilai densitas kamba pada bubuk berkisar antara 0.3-0.8 g/mL. Suatu bahan pangan memiliki sifat kamba jika nilai densitas kambanya kecil. Nilai densitas kamba yang kecil akan menunjukkan ukuran partikel yang kecil dengan volume yang rapat dan berat yang ringan sehingga membutuhkan ruang (volume) yang lebih besar (Anwar 1990). Selain sifat partikel penyusunnya, densitas kamba suatu bahan juga dipengaruhi oleh faktor luar seperti sistem geometrik dan mekanik akibat proses termal yang dialami bahan (Peleg dan Bagley 1983). Densitas kamba bubuk dipengaruhi oleh komposisi kimia, ukuran partikel, kandungan air, serta kondisi pengolahan dan penyimpanan bahan (Beristain et al. 2001). Pengukuran densitas kamba penting untuk melihat kepadatan produk per volume atau per luas tertentu
16
serta kaitannya dengan pengemasan dan penyimpanan (Hadiningsih 2003; Amirullah 2008). Kelarutan Pembuatan serbuk daun suji ini menggunakan metode pengeringan semprot yang dapat mengakibatkan struktur senyawa pada bahan berubah sehingga kelarutan bahan di dalam air dapat mengalami perubahan juga (Goula et al. 2008). Kelarutan yang tinggi pada mikroenkapsulat dibutuhkan agar mikroenkapsulat dapat lebih mudah melepaskan bahan aktif dengan baik di dalam pelarut seperti air. Semakin baik kelarutan produk, maka akan mempermudah penggunaan produk pada saat aplikasi (Nasrullah 2010). Serbuk daun suji dengan penambahan na-kaseinat 10% memiliki kadar air basis basah sebesar 8.13 0.04 % dan basis kering sebesar 8.85 0.05 %. Nilai kadar air ini digunakan untuk menentukan persentase kelarutan serbuk daun suji. Kelarutan serbuk daun suji dengan penambahan na-kaseinat 10% sebesar 99.27 1.24 %. Menurut Nasrullah (2010), mikroenkapsulat yang baik memiliki nilai kelarutan dalam air lebih dari 90%. Penelitian Astuti (2016) menunjukkan bahwa serbuk daun suji dengan penyalut maltodekstrin : na-kaseinat (3:1) pada konsentrasi 10% memiliki nilai kelarutan sebesar 97.95%. Na-kaseinat diketahui memiliki kelarutan yang tinggi dan stabilitas panas yang baik (Harimurti et al. 2011). Sifat hidrofilik yang dimiliki na-kaseinat dapat mempengaruhi peningkatan kelarutan suatu bahan (Anditasari et al. 2011)..
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Daun suji diekstrak dengan menggunakan larutan pengekstrak na-sitrat 12 mM yang mengandung Tween 80 0.75%, dilanjutkan ke proses pengering semprot dengan menggunakan berbagai bahan penyalut. Ekstrak daun suji dengan penambahan bahan penyalut na-kaseinat 10% menghasilkan total klorofil tertinggi dengan pengamatan visual terhadap warna hijau ekstrak yang paling pekat. Pendugaan waktu paruh serbuk daun suji mengikuti kinetika orde reaksi satu. Penentuan waktu paruh dengan ASLT metode Arrhenius pada suhu penyimpanan 10oC dalam botol gelap menunjukkan parameter intensitas total klorofil menghasilkan waktu paruh paling pendek yaitu 13903.6 jam. Serbuk daun suji memiliki sudut repos dengan nilai kohesivitas yang tidak terlalu rendah, nilai densitas kamba yang sedang, dan kelarutan yang tinggi. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan metode pengeringan serbuk ekstrak daun suji yang lebih efektif agar diperoleh kadar total klorofil yang tinggi dan warna hijau yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA Amirullah TC. 2008. Fortifikasi tepung ikan tenggiri (Scomberomorus Sp.) dan tepung ikan swangi (Priacanthus Tayenus) dalam pembuatan bubur bayi instan [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Anditasari D, Kumalaningsih S, Febrianto A. 2011. Potensi daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Br.) sebagai serbuk pewarna alami (kajian konsentrasi dekstrin dan putih telur terhadap karakteristik serbuk). Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Anwar F. 1990. Mempelajari sifat fisik, organoleptik, dan nilai gizi protein makanan bayi dari campuran tepung beras, konsentrat protein jagung dan tepung tempe [Tesis]. Bogor(ID): Program Pasca Sarjana, IPB. Anwar E, Henry dan Jufri M. 2004. Studi kemampuan niosom yang menggunakan maltodekstrin pati garut (Maranta arundinaceae Linn.) sebagai pembawa klorfeniramin maleat. Jurnal Makara, Sains. 8(2): 59-64. AOAC (Association of Official Analytical Chemists). 1995. Official Methods of Analysisi of The. Washington (US). Arnon D. 1949. Copper enzymes in isolated choloroplasts. Polyphenoloxidase in beta vulgaris. Plant Physiology. 24(1): 1-15. Arpah. 2001. Penentuan Kedaluwarsa Produk Pangan. Program Studi Ilmu Pangan. Insititut Pertanian Bogor. Bogor. Astuti RW. 2016. Mikroenkapsulasi ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown) dan evaluasi stabilitasnya selama penyimpanan [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Balasubramni P, Palaniswamy PT, Visvanathan R, Thirupathi V, Subbayaran A, Maran JP. 2014. Microencapsulation of garlic oleoresin using maltodextrin as wall material by spray drying technology. International Journal of Biological Macromolecules. 72: 210-217. Beristain CI, Garcia HS, Carter EJV. 2001. Spray-dried encapsulation of cardamom (Elettaria cardamomum) essential oil with mesquite (Prosopisjuliora) gum. Lebensm.-Wiss.u.-Technology. 34: 398–401. Budijanto S, Sitanggung AB, Murdiati W. 2011. Karakterisasi sifat fisiko-kimia dan fungsional isolat protein biji kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 22(2): 130-136. Carr RL. 1976. Powder and Granule Properties and Mechanism. New York(US): Marchell Dekker, Inc. Chahyono D. 2004. Pengaruh proses pengeringan terhadap sifat fisiko-kimia dan fungsional tepung kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) hasil germinasi dengan perlakuan natrium alginat sebagai elisitor fenolik antioksidan [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
18
Gerald D, Mallet MF, Rofle N. 1990. Assesing the flowability of powders using angle of repose. Powder Handling and Processing. 2(4): 341-345. Clydesdale FM dan Francis FJ. 1976. Principles of Food Science. New York (US): Marcel Dekker, Inc. Goula AM dan Adamopoulos KG. 2008. Effect of Maltodextrin Addition During Spray Drying of Tomato Pulp In Dehumidified Air: I. Drying Kinetics And Product Recovery. Drying Technology. 26: 714-725. Gross J. 1991. Pigments Vegetables: Chlorophylls and Carotenoids. New York (US): Van Nostrand Reinhold. Hadiningsih N. 2003. Optimasi formulasi makanan pendamping ASI dengan menggunakan Renponse Surface Methodology [Tesis]. Bogor(ID): Kanisius. Hartoyo A dan Sunandar FH. 2006. Pemanfaatan tepung komposit ubi jalar putih (ipomoea batatas L) kecambah kedelai (glycine max merr.) dan kecambah kacang hijau (virginia radiata L) sebagai substituen parsial terigu dalam produk pangan alternatif biskuit kaya energi protein. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 17: 50-57. Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance. Maryland (US): Aspen publisher Inc. Jittanit W, Chantara-In M. Deying T, Ratnavong W. 2011. Production of tamarind powder by drum dryer using maltodextrin and Arabiac gum as adjuncts. Journal Science Technology. 33(1): 33-41. Kanakdande D, Bhosale R, Singhal RS. 2007. Stability cumin oleoresin microencapsulated in different combination of gum arabic, matodextrin, and modified starch. Carbohydrate polymer. 67: 536-541. Kim YD dan Morr CV. Microencapsulation properties of gum arabics and several food proteins : spray dried orange oil emulsion particles. Journal Agriculture Food Chemistry. 44(5): 1314-1320. Labuza TP dan Riboh D. 1982. Theory and aplication or Arrhenius kinectics to the prediction of nutrien losses in food. Food Technology. 36: 66-74. Limantara LP, dan Rahayu. 2008. Pigmen alami berbasis sumber daya lokal (dalam kualitas dan ketahanan pangan). Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Mendukung Ketahanan Nasional. ISBN 978-979-1366-28-1: 37-49. Madene A, Jacquot M, Scher J, Desobry S. 2006. Flavour encapsulation and controlled release – a review. International Journal Food Science Technology. 41: 1-21. Markus A and Linder C. 2006. Advances In The Technology For ControlledRelease Pestiside Formulation. Microencapsulation Method And Industrial Application. Second Eddition. New York (US): CRC Press.
19
Muntean E, Bercea V, Muntean N. 2007. Small-Scale Batch Technology For Production Of Natural Food Dye From Green Algae. Romania (EU): The Annals of The University Dunarea de Jos of Galati. Nafari IB. 2012. Kajian mikroenkapsulasi bioinsektisida dari bacillus thuringiensis [Tesis]. Bogor (ID): IPB. Nasrullah F. 2010. Pengaruh komposisi bahan pengapsul terhadap kualitas mikrokapsul oleoresin lada hitam (Piper ningrum L.) [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Nugrahadi MR. 2017. Karakterisasi mikroenkapsulat ekstrak daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) berdasarkan tingkat kesegaran daun [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Oktaviani L. 1987. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ekstrak warna hijau daun suji (Pleomele angustifolia) selama penyimpanan [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Oliveira LVR, de Faria RT. 2005. In vitro propagation of Brazilian orchids using traditional culture media and commercial fertilizers formulations. Acta Scientiarum, Agronomy Maringa. 27(1): 1-5. Palupi NS, Kusnandar F, Adawiyah DR, Syah D. 2010. Penentuan umur simpan dan pengembangan model diseminasi dalam rangka percepatan adopsi teknologi mi jagung bagi ukm. Manajemen IKM. 5(1): 43-52. Paramitha R. 2015. Karakterisasi mikroenkapsulat pewarna pangan dari daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown). [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Peleg M and Bagley EVB. 1983. Physical Properties of Food. Westport: The AVI Publ. Co. INC. Petrucci RH dan Achmadi S. 1987. Kimia Dasar , Prinsip dan Terapan Modern, Edisi keempat, Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. Porrarud S, Pranee A. 2010. Microencapsulation of Zn-chlorophyll pigment from pandan leaf by spray drying and its characteristic. International Food Research Journal. 17: 1031-1042. Prangdimurti E, D Muchtadi, FR Zakaria, dan M. Astawan. 2006. Aktivitas antioksidan dan Hiokolestrolemik Ekstrak Daun suji. Prosiding Seminar Nasional PATPI. Yogyakarta. 2-3 Agustus 2006. Prangdimurti E. 2007. Kapasitas antioksidan dan daya hipokolesterolemik ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Priyanto H, Yunus F, Wiyono WH. 2011. Studi perilaku kontrol asma pada pasien yang tidak teratur di rumah sakit persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia. 31(3): 138-149. Rahmawati N, Rosmayati, Delvian, Basyuni M. 2014. Chlorophyll coontent of soybean as affected by foliar application of arsobic acid and inoculation of
20
arbuscular mycorrhizal fungi in saline soil. International journal of science and technology Research. 3(7): 127-131. Rizqiati H, Jenie BSL, Nurhidayat N, Nurwitri CC. 2008. Ketahanan dan Viabilitas Lactobacillus plantarum yang Dienkapsulasi dengan Susu Skim dan Gum Arab Setelah Pengeringan dan Penyimpanan. Animal Production. 179-187. Ruis HGM. 2007. Structure rheology relations in sodium caseinate in containing systems. Tesis. Wengenigen University, Netherland. Sani RN, Nisa FC, Andriani RD, Maligan JM. 2014. Analisis rendemen dan skrining fitokimia ekstrak etanol mikroalga laut Tetraselmis chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): 121-126. Straatsma J, Van Houwelingan G, Steenbergen AE, De Jong P. 1999. Spray drying of food product: 2. Prediction of insolubility index. Journal Food Engineering. 42(2): 73-77. Suparmi, Prasetyo B, Limantara L. 2008. Kandungan dan isolasi pigmen pada selaput biji kesumba (Bixa Orellana L): potensinya sebagai pewarna alami makanan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Ketahanan Nasional. ISBN 978-9791366-28-1. 55-69. Syah H, Yusmanizar, Maulana O. 2013. Karakteristik fisik bubuk kopi arabika hasil penggilingan mekanis dengan penambahan jagung dan beras ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 5(1): 32-37. Syarief R dan Irawati A. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta (ID): Mediyatama εarana Perkasa. Tama JB, Kumalaningsih S, Mulyadi AF. 2011. Studi pembuatan bubuk pewarna alami dari daun suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown) (kajian konsentrasi maltodekstrin dan Mg Co3). Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Thevenet F.1988. Acacia gums stabilizers for flavor encapsulation. American Chemical Society. 37: 44. Titihalawa S, Rondonuwu FS, Semangun H. 2008. Efek penambahan kapur sirih terhadap kandungan klorofil dalam daun singkong (Manihot Esculenta Crantz). Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Ketahanan Nasional. ISBN 978-9791366-28-1. 89-98. Warsiki, Hambali EE, dan Nasution MZ. 1995. Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap rancangan produksi tepung instan sari buah nanas. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 5(3): 172-178. Wasono MSE, Yuwono SS. 2014. Pendugaan umur simpan tepung pisang goreng. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4): 178-187.
21
Widodo IF, Priyanto G, Hermanto. 2015. Karakterisasi bubuk daun jeruk purut (Cytrus hystrix DC) dengan metode foam mat drying. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. ISBN: 979-587-580-9. Wirakartakusumah MA, Subarna, Arpah M, Syah D, Budiwati SI. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Bogor(ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Yanuar W, Widjanarko SB, Wahono T. 2007. Karakterisasi dan stabilitas antioksidan mikroenkapsul minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam) dengan bahan penyalut berbasis protein. Jurnal Teknologi Pertanian. 8(2): 127-185.
22
LAMPIRAN Lampiran 1
Grafik orde satu parameter total klorofil pada suhu penyimpanan: (a) Suhu 30oC, (b) Suhu 45oC, (c) Suhu 60oC, dan (d) Suhu 75oC
a
0,00
ln K
0 100 -0,50 -0,78-0,78 -0,82
200
300
400
500
600
-1,09
-1,00
-1,29 -1,50
-1,50 -2,00
-1,70
-1,72
y = -0,0021x - 0,7743 R² = 0,9746 t (Jam)
b
0,00 0 -0,50 -0,78-0,82
100
ln K
-0,85
-1,00
200 -1,15
300
400
-2,00
600
-1,27 -1,54
-1,50
500
y = -0,0022x - 0,7928 R² = 0,9841
-1,71
-1,80
t (Jam)
c
0,00
ln K
0 5 -0,50 -0,78 -0,79 -0,82
10 -0,95
-0,97
15 -1,05
-1,07 -1,09
-1,00 -1,50 -2,00
20
25 -1,10 -1,12
30 -1,16
y = -0,0141x - 0,8031 R² = 0,9304 t (Jam)
d
0,00
ln k
0 5 -0,50 -0,78 -0,85 -0,93
10 -0,97
-1,00 -1,50 -2,00
-1,14
15 -1,18
20
-1,29 -1,32
y = -0,0235x - 0,831 R² = 0,9553 t (Jam)
25
-1,36 -1,38 -1,40
30
23
Lampiran 2
Grafik orde satu parameter warna pada suhu penyimpanan: (a) Suhu 30oC, (b) Suhu 45oC, (c) Suhu 60oC, dan (d) Suhu 75oC
a
4,50 4,19
4,04 4,07
4,08
4,12
4,16
3,00
2,97
2,66
2,64
y = 0,0001x + 4,095 R² = 0,2266
4,15
4,16
2,94
2,93
y = -0,0004x + 3,089 R² = 0,8097 2,89
2,63
2,59
2,56
4,00 3,50 3,17 3,06 3,04 3,00
ln K
2,502,79 2,70 2,68
Lightning
y = -0,0003x + 2,7264 R² = 0,848
2,00
Nilai a (-)
1,50
Nilai b (+)
1,00 0,50 0,00 0
100
200
300
400
500
600
t (jam)
4,50 4,00 3,50
4,19 4,01 4,03
3,173,07
3,00
ln K
2,50
y = 0,0002x + 4,0692 R² = 0,2115
b
2,79 2,73
4,06
2,98
2,87
2,69
2,55
4,11
4,11
4,13
4,16
2,78
2,77
2,70
y = -0,0009x + 3,0663 R² = 0,8929 2,63
2,47
2,39
2,31
2,30
2,00
y = -0,001x + 2,7326 R² = 0,9499
1,50
Lightning Nilai a (-) Nilai b (+)
1,00 0,50 0,00 0
100
200
300 t (Jam)
400
500
600
24
c 4,50 4,19
4,00 4,01
4,00
4,01
4,05
4,09 4,10
3,02 2,99
2,96
2,93
2,89
2,89 2,84
2,67
2,63
2,57 2,56
y = 0,0039x + 4,0285 R² = 0,2677
4,13 4,15 4,17
4,00 3,50 3,17 ln K
3,00 2,50
2,79 2,74 2,71
2,71
y = -0,0118x + 3,0721 R² = 0,8904
2,82 2,78 2,77 2,55
y = -0,0107x + 2,7703 R² = 0,9824
2,00
2,50
Lightning
2,48
Nilai a (-)
1,50
Nilai b (+)
1,00 0,50 0,00 0
5
10
15
20
25
30
t (Jam)
4,50
d 4,18 3,98
4,00 3,50
3,96 3,99
3,17 3,05 3,04
3,00
ln K
3,00 2,50 2,79 2,75 2,65 2,00
2,62
4,02
2,97
2,55
4,04
4,08
4,10
y = 0,0041x + 4,0121 R² = 0,2713
y = -0,0094x + 3,0889 R² = 0,868 2,94
2,91
2,90
2,90 2,88 2,84
Lightning
2,53
2,41
2,41
y = -0,0153x + 2,7378 R² = 0,9345
1,50
4,10 4,14 4,15
2,40
2,39 2,37
Nilai a (-) Nilai b (+)
1,00 0,50 0,00 0
5
10
15 t (Jam)
20
25
30
25
Lampiran 3
Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap ekstrak daun suji
26
27
Lampiran 4
Hasil analisis varian (ANOVA) terhadap serbuk daun suji
28
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama lengkap Lolita Agni Anggraini dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Agustus 1994 dari pasangan Jatmiko dan Erna Prasetyowati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Al-Falah (1998-2000), SDN Polisi 5 Bogor (2000-2006), SMPN 8 Bogor (2006-2009) dan SMAN 8 Bogor (2009-2012). Tahun 2012, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri Tertulis dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti kepanitiaan seperti masa perkenalan fakultas dan departemen 2014 sebagai anggota divisi desain dekorasi dan dokumentasi, Baur 2014 sebagai anggota divisi desain dekorasi dan dokumentasi, Ksatria Pangan sebagai anggota divisi desa, dan Orde Keramat 2015. Selain itu, penulis mengikuti komunitas fotografi IPB (SHUTTER IPB).