PERUBAHAN KADAR KLOROFIL EKSTRAK DAUN SUJI (DRACAENA ANGUSTIFOLIA (MEDIK.) ROXB.) SELAMA PENGOLAHAN
MUHAMMAD RUZIQO NUGRAHADI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Kadar Klorofil Ekstrak Daun Suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Selama Pengolahan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2017 Muhammad Ruziqo Nugrahadi NIM F24120039
ABSTRAK MUHAMMAD RUZIQO NUGRAHADI. Perubahan Kadar Klorofil Ekstrak Daun Suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Selama Pengolahan Dibimbing oleh EKO HARI PURNOMO dan DIAS INDRASTI. Daun suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) merupakan salah satu sumber klorofil yang digunakan dalam pembuatan produk pangan. Namun, kualitas klorofil yang dihasilkan tergantung pada tingkat kesegaran daun. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kadar klorofil ekstrak daun suji berdasarkan tingkat kesegaran dan pengaruh pengeringan dan perebusan terhadap kandungan klorofil. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap yang pertama adalah ekstraksi klorofil daun suji berdasarkan tingkat kesegaran daun. Tingkat kesegaran yang diamati adalah 0, 1, 2, 3, 5 dan 7 hari setelah dipetik. Total klorofil tertinggi dihasilkan oleh ekstrak daun suji dengan tingkat kesegaran lima hari setelah dipetik sebesar 21.6538 mg/g daun suji kering. Tahap kedua adalah pembuatan serbuk daun suji menggunakan metode pengeringan semprot dengan pati OSA sebagai penyalut. Total klorofil mengalami penurunan hingga 99% pada akhir proses pengeringan. Tahap ketiga adalah aplikasi serbuk suji sebagai pewarna pada kue klepon. Klepon direbus pada suhu 100°C hingga mengapung. Kandungan klorofil pada klepon menurun hingga 82.68% sebagai akibat dari proses perebusan selama pembuatan kue klepon Kata kunci : daun suji, klorofil, pengeringan semprot, tingkat kesegaran, warna
ABSTRACT MUHAMMAD RUZIQO NUGRAHADI. Chlorophyll Content Change of Suji Leaves (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Extract during Processing. Supervised by EKO HARI PURNOMO and DIAS INDRASTI. Suji leaf (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) is one of chlorophyll sources that has been used as food ingredients. However, the quality of chlorophyll might depends on the leaf freshness. The purpose in this study was to evaluate the chlorophyll content of suji leaves at different level of fresheness and the effect of drying and boiling process on the chlorophyll content. This study consisted of three main steps. The first step was chlorophyll extraction from suji leaves at different level of leaf freshness. Leaf freshness that has been examined are 0, 1, 2, 3, 5, and 7 days after harvested. The highest total chlorophyll obtained from suji leaves after 5 days of harvest. The chlorophyll content of the leaves was 21.6538 mg/g dry suji leaf. The second step was production of dye powder using spray drying method. The coating material used is OSA starch. Drying process resulted in 99% reduction of total chlorophyll. The third step was application of chlorophyll dye powder as coloring agent for klepon cake. Klepon is boiled at 100°C until it floated. Chlorophyll content was reduced up to 82.68% due to boiling process during klepon making. Keyword : chlorophyll , color, suji leaves, leaf freshness, spray drying
PERUBAHAN KADAR KLOROFIL EKSTRAK DAUN SUJI (DRACAENA ANGUSTIFOLIA (MEDIK.) ROXB.) SELAMA PENGOLAHAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Judul Skripsi Nama NIM
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN : Karakterisasi Mikroenkapsulat Pewarna Pangan dari Daun Suji FAKULTAS TEKNOLOGI (Pleomele angustifolia N.E. Brown) PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR : Rizka Paramitha BOGOR : F24110070 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi yang berjudul “Perubahan Kadar Klorofil Ekstrak Daun Suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Selama Pengolahan” ini didasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan sejak Mei 2016 sampai Oktober 2016. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Dr. Eko Hari Purnomo, STP, M.Sc., selaku dosen pembimbing atas pengarahan dan masukan dalam membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi. 2. Dias Indrasti, STP, M.Sc., sebagai dosen pembimbing atas segala perhatian, pengarahan dan masukan dalam membimbing penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi. 3. Dr. -Ing. Azis Boing Sitanggang, STP, M.Sc., selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi. 4. Kanti Prajogo dan Srikandi, orangtua yang tak pernah putus doa untuk anaknya. 5. Taufiq Adi Pradhana, kakak yang selalu bersedia membantu adiknya saat senang maupun susah. 6. Frani Amanda Refra, yang selalu memberi semangat dan menemani penulis selama penulisan skripsi 7. Teman-teman ITP 49 yag tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama di ITP. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2017 Muhammad Ruziqo Nugrahad
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Metode Penelitian
2
Metode Analisis
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Ekstraksi Klorofil Daun Suji
4
Serbuk Mikroenkapsulat Daun Suji
7
Aplikasi Pada Kue Klepon
10
Perubahan Kadar Klorofil
11
Perubahan Warna
13
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir tahapan penelitian 2 2 Perubahan kadar air selama penyimpanan. Keterangan: huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0.05) 6 3 Tampilan warna serbuk ekstrak suji dengan berbagai tingkat kesegaran daun 9 4 Tampilan Kue klepon dengan berbagai tingkat kesegaran daun suji (Klepon dan Klepon dibelah pada bagian tengah) 11 5 Grafik penurunan total klorofil selama proses pengolahan 12 6 Diagram tiga dimensi perbandingan warna ekstrak, serbuk dan klepon berdasarkan lama penyimpanan daun suji 13
DAFTAR TABEL 1 Kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil ekstrak dari daun suji yang disimpan selama beberapa hari 5 2 Nilai warna ekstrak dari daun dengan tingkat kesegaran yang berbeda 7 3 Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil serbuk mikroenkapsulat terhadap lama penyimpanan daun suji 8 4 Nilai warna pada serbuk mikroenkapsulat daun suji 9 5 Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil kue klepon dari serbuk mikroenkapsulat suji pada berbagai tingkat kesegaran 10 6 Nilai warna pada kue klepon 11
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pewarna pada produk pangan sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Hal ini disebabkan karena warna menjadi salah satu parameter penilaian apakah produk pangan tersebut akan disukai konsumen atau tidak. Pewarna pada makanan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami yang sering digunakan dapat berasal dari daun, batang dan akar tanaman. Bagian tanaman tersebut mengandung pigmen warna seperti klorofil, karotenoid, antosianin dan sebagainya. Salah satu yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah klorofil. Klorofil merupakan pigmen warna hijau yang banyak terkandung dalam daun dan terletak di dalam kloroplas. Meskipun klorofil terbagi menjadi beberapa jenis, namun klorofil yang sudah berhasil diisolasi pada tanaman adalah klorofil a dan klorofil b (Maser 2010). Klorofil termasuk ke dalam jenis senyawa yang kurang stabil karena paparan panas, cahaya, asam, pH lingkungan dan oksigen (Mortensen 2006). Tanaman yang digunakan sebagai sumber klorofil adalah daun suji. Daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb.) merupakan tanaman perdu tahunan yang paling banyak digunakan sebagai pewarna hijau pada makanan tradisional. Kue klepon merupakan salah satu produk pangan yang menggunakan klorofil sebagai pewarna. Klorofil yang digunakan menjadi pertimbangan utama untuk menghasilkan warna yang diterima oleh konsumen. Beberapa penelitian mengenai metode untuk menjaga kualitas klorofil telah dilakukan. Anditasari (2014) menggunakan metode pengeringan busa dengan penambahan dekstrin dan putih telur. Paramitha (2015) menggunakan metode pengeringan semprot dengan maltodekstrin dan gum arab sebagai penyalut. Namun penelitian-penelitian tersebut masih belum menemukan metode yang sesuai. Perumusan Masalah Daun suji sebagai pewarna alami dibutuhkan dalam keadaan segar. Namun ketersediaannya terbatas dan kestabilan klorofilnya rendah. Sehingga untuk menjaga stabilitas klorofil, ekstrak daun suji yang berbentuk cair diubah menjadi serbuk sebelum diaplikasikan pada produk pangan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi perubahan kadar klorofil ekstrak daun suji selama pengolahannya menjadi bentuk serbuk mikroenkapsulat dan produk kue klepon berdasarkan tingkat kesegaran daun. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan pertimbangan tingkat kesegaran daun setelah dipetik yang masih memberikan kadar klorofil dan warna hijau yang baik serta metode pengolahan untuk membuat pewarna tersebut tahan lebih lama.
2
METODE Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun suji (Dracaena angustifolia (Medik.) Roxb) yang diperoleh dari Gabungan Kelompok Tani Desa Cikarawang Bogor, pati Octenyl Succinate Anhidride, Na-Sitrat, Tween 80, aseton dan akuades Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain peralatan gelas, panci, baskom, Chromameter Minolta CR300, kompor, blender, kertas saring dan spektrometer. Metode Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengkarakterisasi mikroenkapsulat ekstrak daun suji yang berbeda tingkat kesegaran dengan kue klepon sebagai medianya. Parameter yang digunakan dalam penilaian adalah kualitas warna yang dihasilkan pada kue klepon dan total klorofil yang dikandung. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Daun Suji Ekstraksi Daun Suji
Ekstrak Suji
Analisis: 1. Kadar Klorofil 2. Warna Pati Oktenil Suksinat Anhidrat
Homogenisasi Pengeringan Semprot
Analisis: 1. Kadar Klorofil 2. Warna
Serbuk Suji Tepung Ketan Aplikasi
Kue Klepon
Analisis: 1. Kadar Klorofil 2. Warna
Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian
3
1. Pembuatan Ekstrak Daun Suji Daun suji dicuci lalu dipotong menjadi bagian-bagian kecil. Proses ekstraksi dilakukan dengan blender menggunakan pelarut Tween 80 0.75% dalam Na-Sitrat 12 mM. Hasil ekstrak disaring menggunakan kain lalu diinkubasi pada suhu 70OC selama 30 menit dan dimasukkan ke dalam sonikator selama 15 menit. Ekstrak suji disaring kembali menggunakan kain. 2. Pembuatan Mikroenkapsulat Ekstrak Daun Suji Ekstrak daun suji dicampur dengan pati Oktenil Suksinat Anhidrat (pati OSA) sebanyak 20% dari total larutan kemudian dihomogenisasi selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan pengeringan semprot dengan suhu sebesar 170°C pada suhu inlet dan 85°C pada suhu outlet hingga selesai. Serbuk yang didapat disimpan dalam ruang yang tidak terkena matahari langsung dan tidak panas menggunakan wadah gelap. 3. Aplikasi Pewarna Mikroenkapsulat Suji pada Kue Klepon Pembuatan kue klepon menggunakan tepung ketan sebanyak 50 g dan serbuk yang digunakan sebanyak 10 g dilarutkan dalam air 100 mL. Lalu adonan diaduk hingga kalis dan dibentuk bulatan dengan berat 10 g. Kue klepon direbus hingga mengapung dan matang Metode Analisis 1. Analisis Warna (Apriani 2011) Sampel diuji menggunakan Chromameter CR300 dengan sistem notasi Hunter (nilai L, a, dan b). Nilai L menyatakan tingkat kecerahan, nilainya dari 0 (hitam) – 100 (putih). Nilai a dan b adalah koordinat-koordinat kroma, dimana a menunjukkan spektrum kroma merah (+) dan hijau (-), sedangkan b menunjukkan spektrum kroma kuning (+) dan biru (-) 2. Uji Kadar Total Klorofil Analisis yang dilakukan terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisis larutan ekstrak dan analisis dengan sampel padat. a. Analisis Larutan Ekstrak (Gross 1991, yang dimodifikasi) Ekstrak daun suji sebanyak 1 mL dilarutkan dengan 9 mL aseton 100%. Kemudian hasil pengenceran diambil 2 mL dan dilarutkan dengan 8 mL aseton 80%. Sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 645 nm (A) dan 663 nm (B). b. Analisis Sampel Serbuk (Hendry dan Grime 1993) Analisis dilakukan dengan menimbang sampel 0.1 g, kemudian ditambahkan dengan 10 mL aseton 80% dan diaduk. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat yang didapatkan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 645 nm (A) dan 663 nm (B).
4
Perhitungan: Klorofil a = 12,7 B- 2,69 A Klorofil b = 22,9 A- 4,68 B Total klorofil = 8,02 B + 20,2 A 3. Kadar Air dan Total Padatan, Metode Oven (AOAC 1995) Cawan aluminium kosong dikeringkan dalam oven 105oC selama 15 menit, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sebagai bobot cawan kosong. Sebanyak 2 g sampel dimasukkan ke dalam cawan aluminium lalu ditimbang, kemudian dikeringkan dalam oven vakum 70oC semalam. Setelah dikeringkan, dinginkan dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dilakukan kembali hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air (% berat basah) =
(𝑎+𝑏)−𝑐
Kadar air (% berat kering) = 𝑐−𝑎
𝑏 (𝑎+𝑏)−𝑐 (𝑐−𝑎)
x 100 x 100
Total Padatan (%) = 𝑏 x 100 Keterangan : a = bobot cawan aluminium (gram) b = bobot sampel (gram) c = bobot cawan aluminium dan sampel setelah dikeringkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Klorofil Daun Suji Suji merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai pewarna alami. Warna yang dihasilkan berwarna hijau tua. Hal ini dipengaruhi oleh keberadaan klorofil pada daun. Menurut Prangdimurti (2007), kadar klorofil yang dimiliki oleh daun suji diatas rata-rata kadar klorofil tanaman hijau pada umumnya. Daun suji yang sudah dipetik disimpan selama 0, 1, 2, 3, 5, dan 7 hari. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan apakah tingkat kesegaran daun berpengaruh pada total klorofil yang dikandungnya. Penyimpanan daun dilakukan dalam wadah kantong hitam dan diletakkan dalam ruangan dengan suhu rata-rata 31°C dan kelembaban rata-rata 62% dalam keadaan tidak terkena cahaya matahari. Daun yang telah disimpan kemudian diekstrak untuk mengetahui kadar klorofil yang terkandung didalamnya. Ekstraksi klorofil pada daun suji sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan meremas-remas daun suji di dalam air. Namun, cara seperti itu tidak mendapatkan hasil yang optimal. Sehingga digunakan metode ekstraksi yang menggunakan pelarut Tween 80 0,75% dalam Na-Sitrat 12mM (Prangdimurti 2007). Daun suji dicuci untuk menghilangkan debu atau kotoran yang masih menempel. Kemudian dipotong menjadi bagian-bagian kecil untuk mempermudah proses penghancuran menggunakan blender. Ekstrak yang dihasilkan disaring untuk memastikan hanya bagian ekstrak yang terambil. Penggunaan Tween 80 0.75% dalam Na-Sitrat 12 mM merujuk pada hasil penelitian sebelumnya. Prangdimurti (2007) menyimpulkan pelarut yang menggunakan Tween 80 dalam Na-Sitrat baik untuk digunakan sebagai pelarut
5
klorofil pada daun suji. Hasil tersebut didukung oleh Paramitha (2015) yang membandingkan konsentrasi klorofil pada ekstrak daun suji dengan pelarut Nasitrat dengan air. Sedangkan Putri (2012) menggunakan pelarut aseton 85% dan alkohol 85% untuk mengekstrak klorofil. Penambahan Tween 80 pada pelarut Na-Sitrat ditujukan untuk memudahkan pelarutan klorofil. Tween 80 atau polioksietilen sorbitan monooleat merupakan pengemulsi non-ionik. Sifat non-ionik tersebut menjaga kestabilan klorofil karena emulsi non-ionik tidak memberikan ion H+ yang akan menyebabkan pembentukan feofitin (Filho et al 2015). Klorofil yang bersifat lipofilik akan lebih mudah terlarut dalam Na-Sitrat yang dilarutkan dalam air dengan penambahan Tween 80. Warna hijau pada daun suji merupakan manifestasi dari keberadaan pigmen klorofil. Daun suji segar yang memiliki kadar air basis basah 73.25% mengandung 3.7739 mg/g daun klorofil yang terdiri atas 2.5246 mg/g daun klorofil a dan 1.2503 mg/g daun klorofil b (Prangdimurti 2007). Jika dikonversi menjadi berat daun kering, total klorofil terkandung pada daun suji sebesar 14.1080 mg/g daun kering (9.4378 mg/g daun kering klorofil a dan 4.6740 mg/g daun kering klorofil b). Terjadinya perbedaan total klorofil pada kondisi daun segar pada penelitian dengan literatur dikarenakan tingkat total klorofil yang dimiliki tiap daun berbeda yang disebabkan oleh perbedaan umur pohon dan lokasi tumbuhnya. Hasil analisis total klorofil ekstrak daun suji yang disimpan selama beberapa hari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil ekstrak daun suji yang disimpan selama beberapa hari Tingkat Kesegaran Daun 0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 5 hari 7 hari Keterangan: Nilai berbeda (p<0.05)
Klorofil pada Ekstrak (mg/g daun kering) Klorofil a
Klorofil b
Total Klorofil
8.4973±0.1038a 3.2083±0.0400a 11.7027±0.1438a 11.3944±0.4656bc 4.2673±0.1817b 15.6578±0.6469bc 11.2903±0.0974bc 3.9807±0.1046b 15.2672±0.1569bc 11.9251±1.0459c 4.3857±0.5562b 16.3068±1.6006c 15.8618±0.3051d 5.7973±0.0261c 21.6538±0.3127d 10.5364±0.9869b 3.9916±0.2964b 14.5244±1.2827b rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang
Terjadi peningkatan kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil selama penyimpanan daun suji. Namun pada penyimpanan tujuh hari terjadi penurunan dibandingkan hari sebelumnya. Berdasarkan hasil statistik, daun yang disimpan selama sehari memiliki kandungan klorofil yang berbeda nyata dengan daun suji segar. Daun suji yang disimpan selama dua hari dan tiga hari memiliki kandungan klorofil yang tidak berbeda nyata dengan daun suji yang disimpan selama sehari. Daun suji yang disimpan selama lima hari mengalami kenaikan yang berbeda nyata dibandingkan hari sebelumnya. Daun yang disimpan selama tujuh hari mengalami penurunan kandungan klorofil yang berbeda nyata dengan daun yang disimpan lima hari namun tidak berbeda nyata dengan daun suji yang disimpan selama satu hingga tiga hari. Total klorofil tertinggi dimiliki oleh daun dengan tingkat kesegaran lima
6
Kadar air (%)
hari setelah dipetik yaitu sebesar 21.6538 mg/g daun suji kering. Total klorofil meningkat sebesar 45.95% dari tingkat kesegaran hari nol hingga hari kelima. Daun mengalami peningkatan nilai klorofil sampai lima hari setelah dipetik karena sintesis klorofil masih berlangsung mengingat masih ada air yang tersisa di dalam daun (Gambar 2). Namun pada hari-hari berikutnya jumlah klorofil mengalami penurunan. Pada penyimpanan hari ketujuh banyak daun yang sudah kehilangan warna hijaunya karena klorofil yang dimiliki sudah terdegradasi. Kurang tersedianya air akan menghambat sintesis klorofil pada daun akibat laju fotosintesis yang menurun. Terjadinya peningkatan suhu dan transpirasi menyebabkan degradasi klorofil (Hendriyani 2009). Oksigen yang berada di lingkungan penyimpanan pun dapat menyebabkan reaksi oksidasi non-enzimatis sehingga terjadi degradasi klorofil (Gross 1991). Klorofil mengalami degradasi sehingga jumlah total klorofil yang berada pada daun menurun. Degradasi ditunjukkan dengan berubahnya warna dari hijau menjadi kecoklatan. Total klorofil menunjukkan kemampuan tanaman mempertahankan klorofil dalam waktu yang lama. Klorofil mengalami peningkatan hingga maksimum disebabkan oleh degradasi yang berjalan lambat atau sintesis klorofil yang dapat mengimbangi laju degradasi. Sehingga terlihat pada hari ketujuh sintesis klorofil tidak dapat mengimbangi laju degradasi sehingga total klorofil mengalami penurunan (Roiyana 2011). Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan senyawa yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Sebagai pelarut garam, gas, dan zatzat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan, air berfungsi untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun (Ai 2011). Kadar air daun suji berdasarkan tingkat kesegaran daun ditunjukkan pada Gambar 2. 82.00 80.00 78.00 76.00 74.00 72.00 70.00 68.00 66.00
78.81d 76.88c 77.69cd
75.76ab
74.15b
0
72.34a
1
2
3
5
7
Lama penyimpanan (hari)
Gambar 2 Kadar air daun suji yang disimpan beberapa hari setelah dipetik. Keterangan: nilai rata-rata ulangan duplo ± SD. Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0.05) Perbedaan nilai kadar air daun suji disebabkan karena pemilihan daun secara acak dan kadar air yang dimiliki tiap daun yang berbeda. Namun dapat terlihat terjadi penurunan pada kadar air daun suji secara signifikan selama penyimpanan. Penurunan kadar air pada daun suji dikarenakan hilangnya kandungan air dalam daun yang ditunjukkan dengan daun menjadi mudah patah. Hilangnya kandungan air ini disebabkan oleh lama penyimpanan daun tersebut.
7
Makin lama daun disimpan transpirasi terus terjadi padahal daun tidak mendapat air kembali sehingga daun menjadi kering. Pada penelitian Pirzad et al (2010), keberadaan air pada daun berpengaruh pada kadar klorofil yang dihasilkan. Pada tingkat stres yang rendah, klorofil daun meningkat seiring meningkatnya tingkat stress tersebut. Saat tingkat stress air pada daun mencapai batasnya, kadar klorofil berkurang hingga nilai terendah. Jika dibandingkan dengan hasil yang didapat, daun mengalami puncak stres pada hari ketujuh yang ditunjukkan dengan kadar air yang paling rendah dari hari-hari sebelumnya dan menyebabkan turunnya kadar klorofil yang dimiliki oleh daun. Warna yang dihasilkan pada ekstrak daun suji merupakan klorofil yang terlarut dalam pelarut Na-Sitrat. Nilai warna ekstrak dari daun dengan tingkat kesegaran yang berbeda ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2 Nilai warna ekstrak dari daun dengan tingkat kesegaran yang berbeda Tingkat Nilai warna Sampel Kesegaran L a b Daun 0 hari 19.89±0.81a -3.68±0.22b 3.04±0.41a 1 hari 19.91±0.31a -4.20±0.12a 3.27±0.13a 2 hari 19.62±0.04ab -3.39±0.03c 2.72±0.02b Ekstrak bc d 3 hari 19.28±0.13 -2.96±0.03 2.42±0.06c 5 hari 19.04±0.01c -2.76±0.02de 2.31±0.01c bc e 7 hari 19.27±0.07 -2.65±0.41 2.26±0.42c Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda (p<0.05) Nilai warna pada ekstrak mengalami penurunan karena terjadinya peningkatan kadar klorofil. Penurunan nilai warna ini menunjukkan warna berubah menjadi lebih gelap, dalam hal ini menjadi hijau tua. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa warna hijau yang dihasilkan merupakan manifestasi dari klorofil yang dimiliki. Meskipun secara statistik warna yang dihasilkan berbeda nyata dengan tingkat kepercayaan 95%, secara visual warna yang dimiliki oleh ekstrak tidak berbeda. Hal ini dikarenakan warna yang dilihat oleh mata adalah hasil kombinasi dari nilai L, a dan b. Serbuk Daun Suji Ekstrak daun suji sebenarnya sudah dapat digunakan untuk proses pembuatan produk. Namun, ekstrak tersebut terbatas pemakaiannya karena hanya bertahan satu hari sebelum mengalami kerusakan. Oleh karena itu, ekstrak dibuat menjadi bentuk serbuk mikorenkapsulat agar kandungan klorofil yang tersimpan lebih tahan lama. Pembuatan serbuk mikroenkapsulat dapat dilakukan dengan metode pengeringan semprot (spray drying), pendinginan semprot (spray cooling), ekstruksi, koaservasi, lipofilisasi dan emulsifikasi (Silva et al 2014) Metode pengeringan semprot atau spray drying merupakan metode yang paling sederhana dan banyak digunakan untuk mengenkapsulasi pigmen. Namun, untuk pigmen yang sensitif terhadap panas, metode ini sangat terbatas penggunaannya. Pada metode ini
8
dilakukan penambahan penyalut ke dalam ekstrak pewarna yang akan dikeringkan untuk melindungi pigmen dari kerusakan karena panas. Penyalut yang digunakan pada penelitian ini adalah pati OSA. Octenyl Succinate Anhidride Starch atau pati OSA merupakan pati modifikasi yang dibuat dengan proses esterifikasi antara pati dengan OSA yang akan membentuk jaringan pati baru. OSA akan kehilangan bentuk siklik dari oktenil dan berikatan dengan pati (Winarti et al 2013). Pati OSA memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pati OSA memiliki kelebihan yaitu kelarutan yang baik pada air, toleran terhadap panas, dan mempunyai kekentalan yang moderat. Pati OSA sangat baik untuk digunakan pada minyak atsiri yang akan diberi perlakuan pengeringan semprot. Namun pati OSA terkadang tidak memberikan perlindungan yang baik terhadap senyawa yang mudah teroksidasi (Winarti et al 2013). Pati OSA merupakan pengemulsi yang efektif karena dapat menyerap bagian air dan minyak serta dengan cepat melindungi droplet yang terbentuk agar tidak bersatu kembali. Adanya gugus hidrofobik pada molekul pati OSA menyebabkan dapat mengemulsi fase minyak karena interaksi hidrofobik. Bagian glukosa pada pati OSA mengikat air sedangkan bagian oktenil suksinat yang bersifat lipofilik mengikat minyak sehingga pemisahan sempuran antara air dan minyak dapat dihindari (Bai 2006). Pemberian penyalut inilah yang memerangkap klorofil dan menghasilkan serbuk yang tidak menggumpal. Pemilihan pati OSA sebagai penyalut klorofil dilakukan karena belum banyak penelitian yang menggunakan OSA pada klorofil. Penyalut yang sering digunakan untuk melindungi klorofil adalah maltodekstrin dan gum arab. Maltodekstrin dianggap sebagai penyalut yang baik karena memiliki viskositas yang rendah dan menunjukkan kelarutan yang baik dalam air. Selain itu, polisakarida ini sudah diketahui dapat menstabilkan emulsi (Parikh 2014). Gum arab atau gum acacia merupakan polimer yang terdiri dari asam D-Glukuronat, LRamnosa, D-Galaktosa dan L-Arabinosa dengan kira-kira 2% protein. Kemampuan emulsifikasi pada gum arab dikarenakan adanya gugus protein (Dickinson 2003). Kanakdande et al (2007) menyatakan bahwa gum arab baik untuk digunakan sebagai penyalut pada pengeringan semprot. Berdasarkan nilai total klorofil (Tabel 1), daun suji yang dipergunakan untuk tahap pembuatan serbuk adalah daun suji dengan lama penyimpanan 0 hari, 3 hari dan 5 hari. Daun suji yang telah diekstrak disalut menggunakan pati OSA dan dikeringkan menjadi serbuk dengan pengeringan semprot. Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil serbuk daun suji dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil serbuk daun suji Tingkat Kesegaran Daun 0 hari (segar)
Klorofil pada Serbuk (mg/g daun kering) Klorofil a 0.0533±0.0044
Klorofil b a
0.0447±0.0125
Total Klorofil a
0.0979±0.0168a
3 hari 0.0549±0.0117a 0.0504±0.0122a 0.1052±0.0225a 5 hari 0.0780±0.0231b 0.0674±0.0203b 0.1454±0.0434b Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda (p<0.05)
9
Serbuk yang dihasilkan mengandung klorofil di dalamnya karena tersalut oleh pati OSA namun jumlahnya berkurang banyak jika dibandingkan pada saat sebelum dilakukan pengeringan semprot. Total klorofil yang terkandung dalam serbuk dari daun segar tersisa 0.83%. Serbuk dari daun yang disimpan tiga hari setelah dipetik tersisa 0.64% dan serbuk dari daun yang disimpan lima hari setelah dipetik tersisa 0.67% jika dibandingkan dengan kadar klorofil yang dimiliki ekstrak daun suji sebelum dilakukan pengeringan. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat penggunaan pengeringan semprot sangat besar. Pati OSA pun yang semula dianggap toleran terhadap panas ternyata tidak dapat melindungi klorofil. Akibatnya terjadi penurunan klorofil yang besar. Bila dibandingkan dengan penyalut lain, serbuk yang menggunakan pati OSA sebagai penyalut memiliki total klorofil yang paling rendah. Anggraini (2017) menyatakan serbuk dengan penyalut Na-kaseinat memiliki total klorofil 8.5908 mg/g daun kering, serbuk dengan penyalut trehalose memiliki 7.3467 mg/g daun kering, serbuk dengan penyalut maltodekstrin memiliki 4.3372 mg/g daun kering dan serbuk dengan penyalut gum arab memiliki 2.8246 mg/g daun kering. Serbuk pewarna daun suji yang dihasilkan dari penggunaan pati OSA sebagai penyalut memiliki kadar air sebesar 12.20% (bobot basah). Jika dibandingkan dengan serbuk yang dihasilkan dengan menggunakan penyalut lain, seperti maltodekstrin dan gum arab, serbuk pewarna daun suji dengan pati OSA ini memiliki kadar air yang lebih tinggi. Paramitha (2015) menyebutkan kadar air yang dimiliki serbuk pewarna daun suji dengan penyalut maltodekstrin adalah 8,76%, sedangkan pada serbuk pewarna daun suji dengan penyalut gum arab adalah 10.45%. Hal ini menunjukkan kondisi penyalut yang digunakan juga memiliki kontribusi pada kadar air serbuk yang dihasilkan. Selain kadar klorofil, warna serbuk daun suji yang dihasilkan juga dianalisis menggunakan chromameter. Nilai warna pada serbuk mikorenkapsulat daun suji dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai warna pada serbuk mikorenkapsulat daun suji Tingkat Nilai warna Sampel Kesegaran L a b Daun 0 hari 71.81±4.16bc -12.61±0.71a 23.81±0.80a Serbuk 3 hari 73.15±0.81a -11.12±0.22b 23.76±0.01a 5 hari 69.54±0.90c -11.42±0.55b 24.28±0.06a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda (p<0.05) Terjadi perbedaan nilai L dari serbuk yang dihasilkan. Serbuk yang memiliki total klorofil paling besar memiliki tingkat kecerahan paling kecil sehingga warna yang dimiliki serbuk menjadi lebih gelap. Tampilan visual serbuk suji disajikan pada Gambar 3.
10
3 hari 0 hari 5 hari Gambar 3 Tampilan warna serbuk ekstrak suji dengan berbagai tingkat kesegaran daun Secara visual pun produk serbuk mikroenkapsulat yang dihasilkan memiliki warna yang berbeda, terutama pada serbuk yang dihasilkan dari ekstrak daun yang disimpan lima hari setelah dipetik. Serbuk tersebut berwarna hijau yang lebih gelap dari yang lain. Ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan secara statistik bahwa serbuk yang dihasilkan dari ekstrak daun yang disimpan lima hari setelah dipetik memiliki warna paling hijau. Aplikasi Pada Kue Klepon Serbuk pewarna daun suji kemudian diaplikasikan kepada produk pangan kue klepon. Kue klepon merupakan produk pangan tradisional Indonesia dengan ciri khas berbentuk bulat dan berwarna hijau. Warna hijau pada klepon berasal dari klorofil daun suji sebagai pewarna utama. Ciri khas ini yang menjadikan kue klepon media aplikasi yang tepat bagi serbuk mikroenkapsulat ekstrak daun suji. Kue Klepon yang sudah dimasak kemudian diuji total klorofilnya. Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil kue klepon dengan pewarna serbuk mikroenkapsulat suji dari daun pada berbagai tingkat kesegaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kadar klorofil a, klorofil b, dan total klorofil kue klepon dari serbuk mikroenkapsulat suji dari daun pada berbagai tingkat kesegaran Tingkat Kesegaran Daun
Klorofil pada Klepon (mg/g daun kering) Klorofil a
Klorofil b
Total Klorofil
0 hari (segar) 0.0082±0.0023a 0.0141±0.0038a 0.0224±0.0062a 3 hari 0.0066±0.0002a 0.0117±0.0004a 0.0182±0.0005a 5 hari 0.0108±0.0016b 0.0185±0.0022b 0.0293±0/0037b Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda (p<0.05) Kue klepon yang dibuat menggunakan pewarna serbuk suji memiliki total klorofil yang tidak berbeda, kecuali pada kue klepon dengan serbuk yang daunnya disimpan lima hari setelah dipetik. Kue klepon tersebut memiliki total klorofil paling tinggi dari kue klepon lainnya. Kadar klorofil yang menurun dibandingkan pada bentuk serbuknya disebabkan adanya klorofil yang terlepas selama perebusan. Klorofil dalam adonan terlarut dalam air rebusan yang digunakan. Nilai warna pada kue klepon dapat dilihat pada Tabel 6.
11
Tabel 6 Nilai warna pada kue klepon Tingkat Nilai warna Kesegaran L a b Daun 0 hari 45.57±6.00a -1.97±0.74a 4.88±2.62a a a Klepon 3 hari 45.73±0.74 -2.07±0.20 7.68±1.47b 5 hari 44.55±3.46a -1.53±0.26a 4.53±0.64a Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) Sampel
Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata, namun secara visual terlihat perbedaan warna yang cukup jelas pada kue klepon yang menggunakan daun suji lima hari setelah dipanen. Tampilan visual kue klepon tersebut dalam dilihat pada Gambar 4.
5 hari 3 hari Gambar 4 Tampilan kue klepon dengan berbagai tingkat kesegaran daun suji (klepon utuh dan klepon dibelah pada bagian tengah) 0 hari
Perubahan Kadar Klorofil Nilai klorofil suatu bahan selama proses mengalami perubahan. Hal ini disebabkan adanya pemberian panas selama pengeringan. Panas yang diberikan untuk metode pengeringan semprot ini menggunakan suhu 170°C untuk mengubah bentuk emulsi cair menjadi serbuk. Perubahan nilai klorofil ekstrak daun suji selama proses pengolahan dapat dilihat pada Gambar 5.
12
Total Klorofil (mg/g daun kering)
a
18.0000 16.0000 14.0000 12.0000 10.0000 8.0000 6.0000 4.0000 2.0000 0.0000
16.3068
99.35%
0.1052 82.68%0.0182
Ekstrak
Serbuk
Klepon
b
Total Klorofil (mg/g daun kering)
14.0000 12.0000
11.7027
10.0000 8.0000 99,16%
6.0000 4.0000
0.0979
2.0000
77,14%
0.0224
0.0000 Ekstrak
Total Klorofil (mg/g daun kering)
25.0000
Serbuk
Klepon
21.6538
20.0000
c
15.0000
99.32%
10.0000 5.0000
79.82%
0.1454
0.0293
Serbuk
Klepon
0.0000 Ekstrak
Gambar 5 Grafik penurunan total klorofil ekstrak daun suji selama proses pengolahan (a) daun segar (0 hari), (b) daun yang disimpan 3 hari, (c) daun yang disimpan 5 hari. Berdasarkan hasil diatas, proses pengeringan semprot memberikan dampak pengurangan yang sangat besar. Hal ini dikarenakan klorofil merupakan senyawa yang rentan terhadap panas. Penambahan penyalut yang diharapkan dapat melindungi klorofil ternyata berefek pada jumlah klorofil di dalam serbuk. Menurut Hardjanti (2008), penambahan penyalut saat pembuatan serbuk juga berpengaruh terhadap jumlah klorofil yang terkandung di dalamnya. Penambahan penyalut akan menambah jumlah padatan namun tidak menambah jumlah klorofil sehingga mengurangi proporsi klorofil pada serbuk yang dihasilkan. Penurunan kadar klorofil juga dilaporkan oleh Paramitha (2015). Total klorofil menurun sebesar 45.70% untuk serbuk suji dengan penyalut maltodekstrin dan 21.27% untuk gum arab. Pada penelitian tersebut digunakan daun suji yang
13
masih segar. Jika dibandingkan dengan hasil di hari nol atau kondisi segar pada penelitian ini yang menggunakan pati OSA sebagai penyalut, terlihat terjadi penurunan sebesar 99.16%. Hal ini menunjukkan bahwa pengeringan semprot dan jenis penyalut pati OSA yang digunakan memberikan efek negatif pada kadar klorofil ekstrak daun suji. Penggunaan penstabil juga berpengaruh pada kadar klorofil yang dihasilkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Tama et al (2014) yang menggunakan penyalut maltodekstrin dengan ditambah MgCO3. MgCO3 yang bersifat basa dapat membantu melindungi klorofil karena klorofil cenderung lebih stabil pada suasana basa. Perubahan Warna Warna merupakan salah satu parameter penting yang menjadi patokan dalam penelitian ini. Warna yang dihasilkan setelah menjadi serbuk tidak boleh berubah dari warna asalnya, hijau tua. Warna hijau merupakan tampilan visual dari spektrum warna yang dipantulkan oleh klorofil karena klorofil menyerap semua spektrum warna namun memantulkan warna hijau (500-600 nm) (Hartiwi 2009). Perbedaan tingkat warna ekstrak, serbuk, dan kue klepon ditunjukkan pada Gambar 6.
Serbuk
Klepon
Ekstrak
Gambar 6 Diagram tiga dimensi perbandingan warna ekstrak, serbuk dan klepon berdasarkan lama penyimpanan daun suji Perubahan terhadap kualitas warna terjadi karena penambahan penyalut dan bahan lain saat pembuatan klepon. Penambahan pati OSA menyebabkan warna serbuk menjadi lebih terang sehingga meningkatkan nilai L, a dan b-nya. Penambahan tepung ketan juga berpengaruh pada tingkat kecerahan yang didapat namun memiliki tingkat warna a dan b yang hampir sama dengan kondisi saat masih
14
ekstrak. Hal ini disebabkan serbuk suji dilarutkan ke dalam air panas sehingga klorofil terlepas dari penyalutnya. Terdapat hubungan yang konsisten antara total klorofil dan warna pada kue klepon. Nilai total klorofil mengalami penurunan pada klepon hari ketiga, tingkat notasi warna mengalami kenaikan baik di nilai L, a, dan b. Kemudian pada klepon hari kelima yang memiliki total klorofil tinggi, notasi warna mengalami penurunan. Hubungan ini disebut hubungan negatif dimana satu sisi mengalami peningkatan, sisi yang lain mengalami penurunan. Hubungan negatif ini terjadi karena oleh sifat klorofil itu sendiri. Makin besar total klorofil yang dimiliki oleh sampel, warna hijau yang diekspresikan menjadi lebih pekat sehingga membentuk warna hijau tua, sedangkan total klorofil yang lebih rendah akan memiliki warna hijau yang lebih terang. Berdasarkan hasil diatas, bagian klorofil yang memiliki andil besar dalam perubahan warna adalah klorofil b. Peningkatan jumlah klorofil b menghasilkan warna hijau yang lebih gelap. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sintesis klorofil b yang terus berlangsung selama penyimpanan menyebabkan perubahan warna menjadi lebih gelap (Maulid 2015).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat kesegaran daun dan proses pengeringan dengan cara mikroenkapsulasi berhubungan dengan kualitas klorofil dan warna yang dihasilkan. Tingkat kesegaran daun terbukti memengaruhi kadar klorofil yang dimiliki. Ekstrak daun suji dengan tingkat kesegaran lima hari memiliki kadar klorofil tertinggi dan memiliki warna yang lebih hijau. Keadaan ini bertahan hingga menjadi kue klepon. Proses pengeringan dengan cara mikroenkapsulasi menggunakan pengeringan semprot menunjukkan efek negatif terhadap kadar klorofil yang dimiliki. Efek panas yang diberikan merusak klorofil selama proses pengeringan, meskipun telah menggunakan penyalut untuk melindungi klorofil tersebut. Saran Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan metode yang dapat menjaga kadar klorofil lebih baik selama proses pengolahan dan metode untuk menjaga kadar klorofil pada daun selama penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA Ai NS, Banyo Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2):167-173 Anditasari D, Kumalaningsih S, Febrianto A. 2014. Potensi Daun Suji (Pleomele angustifolia) Sebagai Serbuk Pewarna Alami (KajianKonsentrasi Dekstrin dan Putih Telur Terhadap Karakteristik Serbuk). Seminar Nasional BKS PTN; 2014 Agu 19-21; Bandar Lampung, Indonesia. hlm. 1195-1202
15
Anggraini LA. 2017. Pendugaan Waktu Paruh Mikroenkapsulat Pewarna Pangan Dari Daun Suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Dengan Na-Kaseinat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor AOAC (Association of Official Analytical Chemists). 1995. Official Methods of Analysis. Washington D.C (US). Apriani RN, Setyadjit, Arpah M. 2011. Karakterisasi Empat Jenis Umbi Talas Varian Mentega, Hijau, Semir, Dan Beneng Serta Tepung Yang Dihasilkan Dari Keempat Varian Umbi Talas. Jurnal Ilmu Pangan. 1(1):5-6 Bai Y. 2008. Preparation and Structure of Octenyl Succinic Anhidride Modified Waxy Maize Starch, Microporous Starch and Maltodextrin, Thesis, Kansas State University, Kansas Dickinson E. 2003. Hydrocolloids at Interfaces and The Influence on The Properties of Dispersed System. Food Hydrocolloids. 17:25-39 Filho JFA, Fiorot RG, Lacerda V, Santos RB, Vanini G, Romao Wanderson, Greco SJ. 2015. First Syntehisis of Aminophthoquinones Derived from Lawsone in a Colloidal Dispersion System Created by a Bronsted Acid-SurfactantCombined Catalyst in Water: An Environmentally Friendly Protocol. Colloids and Interface Science Communications. 4:14-18 Gross J. 1991. Pigments in Vegetables, Chlorophylls and Carotenoids. New York (US): Van Nostrand Reinhold Hardjanti, S. 2008. Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat Pewarna Alami Dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin. Jurnal Penelitian Saintek 13 (1): 1-18 Hartiwi E, Trihandaru S. 2009. Pengukuran Spektrum Klorofil Daun Suji Menggunakan Spektrofotometer Sederhana. Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV Fakultas Sains dan Matematika UKSW; 2009 Jun 13; Salatiga, Indonesia. hlm. 622-631 Hendriyani IS, Setiari N. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda. Jurnal Sains & Matematika 17(3): 145-150 Hendry GAF, Grime JP. 1993. Methods on Comparative Plant Ecology, A Laboratory Manual, London (UK): Chapman-Hill Kanakdande D, Bhosale R, Singhal RS. 2007. Stability of Cumin Oleoresin Microencapsulated in Different Combination of Gum Arabic, Maltodextrin and Modified Starch. Carbohydrate Polymers. 67: 536-541 Maser WH. 2010. Pembuatan Minuman Teh Hijau Dalam Botol Dengan Penambahan Ekstrak Klorofil Daun Suji (Pleomele Angustifolia N. E. Brown) Dan Evaluasi Mutunya Selama Penyimpanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor Maulid RR, Laily AN. 2015. Kadar Total Pigmen Klorofil dan Senyawa Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia pulcherrima) Berdasarkan Umur Daun. Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015; 2015 Jan 13; Surakarta, Indonesia. 1(1):225-230 Mortensen A. 2006. Carotenoids and Other Pigments as Natural Colorants. Pure Applied Chemistry 78(8):1477–1491. Paramitha R. 2015. Karakterisasi Mikroenkapsulat Pewarna Pangan dari Daun Suji (Pleomele angustifolia N.E.Br.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
16
Parikh A, Agarwal S, Raut K. 2014. A Review on Applications of Maltodextrin in Pharmaceutical Industry. International Journal of Pharmacy and Biological Science. 4(4): 67-74 Pirzad A, Shakiba MR, Zehtab-Salmasi S. 2011. Effect Of Water Stress on Leaf Relative Water Content, Chlorophyll, Proline and Soluble Carbohydrates in Matricaria Chamomilla L. Journal of Medicinal Plants Research. 5(12):2483-2488 Prangdimurti E, Muchtadi D, Astawan M, Zakaria FR. 2006. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifoliaN.E.Br.). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.17(2):79-86 Prangdimurti E. 2007. Kapasitas antioksidan dan daya hipokolesterolemik ekstrak daun suji (Pleomele angustifolia N.E.Br.). Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor Putri WDR, Zubaidah E, Sholahudin N. 2012. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Jurnal Teknik Pertanian. 4(1): 13-24 Rahmawati N, Rosmayati, Delvian, Basyuni M. 2014. Chlorophyll Content of Soybean as Affected by Foliar Application of Ascorbic Acid and Inoculation of Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Saline Soil. International Journal of Scientific & Technology. 3(7):127-131 Roiyana M, Prihastanti E, Kasiyanti.2011. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Daun Stephania hernandifolia Walp. terhadap Kualitas Bahan Baku Cincau dan Penerimaan Konsumen. Jurnal Anatomi Fisiologi. 1(1):10-19 Silva PT, Fries LM, Menezes CR, Holkem AT, Schwan CL, Wigmann EF, Bastos JO, Silva CB. 2014. Microencapsulation: concepts, mechanisms, methods and some applications in food technology. Cienc. Rural. 44(7): 1304-1311 Tama JB, Kumalaningsih S, Mulyadi AF. 2014. Studi Pembuatan Bubuk Pewarna Alami Dari Daun Suji (Pleomele angustifoliaN.E.Br.) (Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan MgCO3). Jurnal Industria. 3(2):1-10 Winarti C, Sunarti TC, Mangunwidjaja D, Richana N. 2013. Potensi dan Aplikasi Pati Termodifikasi Sebagai Bahan Matriks Enkapsulasi Senyawa Bioaktif Herbal. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 9(2):83-94
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 6 Maret 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara keluarga Bapak Kanti Prajogo dan Ibu Srikandi. Penulis mengawali pendidikannya di TK Islam Darussalam Kota Bekasi (19982000). Penulis melanjutkan pendidikan di SD Islam Darussalam Kota Bekasi (2000-2006). Selanjutnya Penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 12 Kota Bekasi (2006-2009), kemudian Penulis melanjutkan pendidikan SMA di SMA Negeri 5 Kota Bekasi (2009-2012). Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN Undangan ke Institut Pertanian Bogor dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP), Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) pada tahun 2012. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan non-akademik. Organisasi yang diikuti oleh penulis antara lain Dewan Gedung Asrama C3 tahun 2012-2013 sebagai Ketua Divisi Acara, Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta periode 2013-2014 sebagai anggota divisi kajian dan aksi startegis, Dewan Perwakilan Mahasiswa periode 2014-2015 sebagai sekretaris II dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa IPB periode 2014-2015 sebagai anggota komisi 2. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan besar kampus, seperti Welcome dan Farewell Party Asrama TPB IPB, MPKMB angkatan 50,Techno-F 2014, BAUR 2014, Pemilihan Raya 2014, Sosialisasi Pemilihan Umum 2014. Dalam penyelesaian tugas akhirnya, penulis melakukan penelitian dengan mengambil topik “Evaluasi Karakterisasi Pewarna Mikroenkapsulasi Daun Suji (Dracaena Angustifolia (Medik.) Roxb.) Berdasarkan Tingkat Kesegaran Daun” di bawah bimbingan Dr. Eko Hari Purnomo, STP, M.Sc dan Dias Indrasti, STP, M.Sc.