Pendidikan Agama Islam Modul ke:
Pendidikan dan Kompetensi
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
Psikologi
www.mercubuana.ac.id
Dian Febrianingsih, M.S.I
Pengantar Islam yang terdiri dari berbagai dimensi ajaran Islam memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Untuk memahami Islam secara holistik, diperlukan adanya saintifikasi Islam, yaitu proses mengelaborasi nilai-nilai normatif Islam ke dalam formulasi ilmu, dan tidak hanya sekedar memahami Islam secara teologis normatif Islam menuntut pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus menyentuh kepentingan mengangkat harkat dan martabat kehambaan kepada Allah dan membenarkan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mutlak adanya, bahwa raihan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam persepsi Islam, harus selalu bergandengan dengan aspek ketauhidan. Menurut Islam, derajat pencapaian iptek, berada pada posisi yang terhormat dan dimuliakan oleh Allah swt.
Ilmu Pengetahuan dalam Paradigma Islam Konsep ilmu pengetahuan adalah gagasan yang paling canggih, komprehensif dan mendalam yang ditemukan dalam Al Qur’an. Tingkat kepentingannya hanya berada di bawah konsep tauhid, yang merupakan tema sentral dan mendasar dari Al Qur’an. Konsep ilmu pengetahuan terungkap bahwa Al Qur’an menyebut akar kata “ilmu” dan kata turunannya tidak kurang dari 744 kali. Konsep ilmu membedakan pandangan dunia Islam dari cara pandang dan ideologi lainnya yaitu bahwasanya pencarian ilmu sebagai kewajiban individual dan sosial serta membedakan arti moral dan religius. Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai tonggak kebudayaan dan peradaban muslim.
Klasifikasi yang dilakukan Franz Rosenthal terhadap definisi kaum muslim tentang ilmu yaitu: • Sebuah proses mengetahui yang identik dengan yang diketahui dan mengetahui • Sebentuk kognisi (ma’rifat) • Sinonim dengan pemahaman • Proses persepsi mental • Cara penjelasan, penyataan dan pengambilan keputusan • Konsep atau aturan yang tunduk pada keyakinan • Atribut atau sifat • Agen memori atau imajinasi • Gerakan (motion) • Istilah yang relatif • Terbatas dalam kaitan dengan tindakan • Produk introspeksi
Islam benar-benar mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban agama. Menjadi seorang muslim, berarti terlibat aktif dalam pelahiran, pemrosesan dan upaya penyebaran ilmu. Konsep ilmu bukanlah gagasan yang terbatas dan elitis melainkan pengetahuan distributif. Islam menempatkan ilmu sejajar dengan adil, menuntut ilmu sama pentingnya dengan menuntut keadilan. Karena pada hakikatnya, adil merupakan keadilan distributif, maka ilmu merupakan ilmu distributif.
Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam Akal manusia akan selalu didorong oleh Al Qur’an untuk mendalami ilmu pengetahuan. Kedudukan ilmu pengetahuan dan agama dalam perspektif Islam bersifat integral, bukan dikotomis, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Manusia diangkat sebagai khalifatullah dan dibedakan dari makhluk yang lain karena ilmunya. Pengetahuan telah menaikkan status manusia. 2. Hakikat manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia. 3. Al Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah dan hanya dapat direnungkan atau dimengerti maknanya oleh orang-orang yang berilmu.
4. Al Qur’an memberikan isyarat bahwa yang berhak memimpin umat adalah orang yang memiliki pengetahuan 5. Allah melarang manusia untuk mengikuti suatu perbuatan tanpa memiliki ilmu pengetahuan mengenai perbuatan tersebut. Islam menuntut agar manusia tidak bersikap dan bertindak kecuali berdasarkan ilmu
Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut Louis O. Kattsof, sumber ilmu pengetahuan manusia ada lima yaitu: 1. Empiris 2. Rasio 3. Fenomena 4. Intuisi 5. Metode ilmiah.
Menurut Al Qur’an, terdapat empat sumber yang ditunjukkan Al Qur’an untuk memperoleh pengetahuan bagi manusia, yaitu: 1. Al Qur’an dan As Sunnah 2. Alam semesta 3. Manusia 4. Sejarah umat manusia
Metode Keilmuan Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Untuk memperoleh pengetahuan, manusia bisa menempuh melalui dua cara yaitu: 1. Jalur ilahiyah (revealed knowledge) 2. Jalur insaniyah (acquired knowledge)
Etika Islam terhadap Pengembangan Iptek 1. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal dalam ajarannya tidak mengenal kompartementalisasi bidang-bidang kehidupan manusia, sehingga bidang pengembangan ilmu dan teknologi juga merupakan bagian integral kehidupan muslim secara utuh. 2. Dalam sistem Islam seluruh kehidupan manusia muslim pada hakikatnya harus diniatkan sebagai pengabdian (ibadah) kepada Allah swt.
3. Ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh para sarjana muslim adalah yang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia, bukan sebaliknya membawa laknat, bencana dan malapetaka. Ilmu dan teknologi dalam pandangan Islam adalah sarat nilai. 4. Ilmu dan teknologi boleh dikembangkan sejauh mungkin selama berlandaskan etik atau moral yang jelas.
5. Pengembangan ilmu dan teknologi harus memiliki korelasi yang positif bagi peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt, sehingga akan melahirkan manusia berilmu sekaligus beriman (ulil albab).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Al Qur’an Terhadap teori ilmu pengetahuan, Al Qur’an memberikan gambaran yang secara urut mempunyai skala menaik yaitu: • Pengetahuan yang diperoleh dari kesimpulan atau ilmu yaqin • Pengetahuan yang diperoleh dari penglihatan dan yang dilaporkan oleh pengamatan atau ‘ainul yaqin • Pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman pribadi atau intuisi atau haqqul yaqin
Teks-teks Al Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut: 1. Al Qur’an sebagai produk wujud iptek Allah swt: a. QS Al Alaq: 1-5 b. QS Al Ghasiyah: 17-20 c. QS Adz Dzariyat: 49 dan QS Yasin: 36 2. Al Qur’an sebagai prediktor: a. QS Ar Ruum: 41 b. QS Yusuf: 47-48 c. QS Al Bayyinah: 6-8
3. Al Qur’an sebagai sumber motivasi a. QS Ar Rahman: 33 b. QS As Syuara’: 7 4. Al Qur’an dan penyederhanaan QS Yunus: 24 5. Al Qur’an sebagai sumber etika pengembangan iptek QS Al Qashash: 77
Perintah Mempelajari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 1. QS Al Alaq: 1-5 2. QS Ali Imran: 190-191
Landasan Fikir dan Aksi Intelektual Muslim Landasan Fikir 1. Ilmiah dan obyektif. 2. Tauhid 3. Khilafah 4. Tanggung jawab moral
Landasan aksi: 1. Kebebasan menetapkan keputusan demi masa depannya yang lebih baik 2. Kebebasan berfikir 3. Menegakkan dzikir
Terima Kasih Dian Febrianingsih, M.S.I