I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah
satu Kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah populasi pada Tahun 2013 yaitu 1.129.633 ekor dengan peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 14,65% (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Kabupaten Garut sangat dikenal sebagai sumber plasma nutfah domba Garut, yang terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di beberapa negara lain. Domba Garut adalah rumpun domba asli dari Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (<4 cm) atau ngadaun hiris (48 cm) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011). Domba Garut selain dimanfaatkan sebagai penghasil daging, kulitnya pun dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai bahan mentah untuk industri penyamakan kulit. Kulit merupakan salah satu bagian tubuh paling luar yang terdiri atas tenunan sel-sel hidup yang akan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ternak. Kulit dibagi menjadi tiga jenis yaitu kulit mentah, kulit awet dan kulit jadi. Kulit mentah adalah kulit yang baru dilepas atau dikuliti dari tubuh hewan tersebut. Kulit awet adalah kulit yang telah melewati proses penyamakan. Kulit jadi adalah kulit hewan yang sudah selesai diolah dan siap digunakan untuk membuat produk kulit. Kualitas kulit yang dihasilkan dipengaruhi oleh bobot badan, umur, dan jenis kelamin. Selain dipengaruhi oleh sifat-sifat kulit yang meliputI kekuatan tarik dan kekuatan sobek. Peningkatan produksi seperti berat dan luas kulit sangat erat hubungannya dengan fisiologis tubuh, sehingga perlu diperhatikan pula
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas kulit. Perubahan bobot kulit erat kaitannya dengan pertambahan bobot badan. Pertumbuhan mengakibatkan bertambah besarnya volume tubuh, sehingga luas kulit yang membungkus permukaan tubuh meningkat mengikuti perubahan besarnya tubuh ternak. Selain bertambahnya ukuran lingkar dada dan panjang badan, pertambahan tersebut akan mempengaruhi lebar dan panjang kulit yang berarti akan bertambahnya berat dan luas kulit. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara bobot badan dengan berat dan luas kulit domba Garut jantan yearling.
1.2.
Identifikasi Masalah 1. Adakah hubungan antara bobot badan dengan berat dan luas kulit pada domba Garut jantan yearling
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan antara bobot badan dengan berat dan luas kulit pada domba Garut jantan yearling
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang
hubungan antara bobot badan dengan berat dan luas kulit domba Garut jantan yearling. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi
pihak
yang
berkepentingan
pengembangan produk dari kulit Domba Garut.
guna
perencanaan
1.5.
Kerangka Pemikiran Pemeliharaan domba di Indonesia dimulai sejak beberapa abad sebelum
Masehi (Heriyadi, 2011). Asal-usul perkembangan domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai sumber daya genetik ternak (SDGT) asli Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang dan Cikeris, di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja (Heriyadi, 2011). Bobot badan merupakan bagian penting dalam penilaian produktivitas dari seekor ternak. Hal itu dikarenakan keberhasilan seekor ternak dilihat dari efisiensi dan tingkat pertambahan bobot badan serta ukuran-ukuran tubuh dan bentuk tubuh seekor ternak akan berbeda setiap umur sesuai dengan perubahan susunan tubuh serta jaringannya. Bobot badan dapat menunjukkan produktivitas ternak, karena bobot badan berhubungan erat dengan persentase karkas sehingga dapat menunjukkan nilai suatu ternak. Bobot badan merupakan data produksi yang penting diketahui sejak dini, karena merupakan tonggak awal pengungkapan aspek produksi ternak yang erat kaitannya dengan perkembangan ternak. Bobot badan domba pada umur tertentu berbeda untuk setiap bangsa domba. Karkas domba pada perdagangan diklasifikasikan berdasarkan umur antara lain, domba berumur lebih dari satu tahun sampai dua tahun disebut yearling, sedangkan diatas dua tahun disebut mutton, dan kurang dari satu tahun disebut lamb. Pertambahan bobot badan erat kaitannya dengan pertumbuhan ternak itu sendiri, dikarenakan pertumbuhan merupakan suatu proses biologis. Pertambahan dan pembesaran sel akan ditunjukkan dengan kenaikan bobot
badan, disertai dengan perubahan ukuran dan komposisi tubuh sebagai perkembangan. Pertambahan bobot badan ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi tingkat konsumsinya, akan semakin tinggi bobot tubuhnya (Kartadisastra, 1997). Pertumbuhan kulit dapat dicerminkan oleh perubahan bobot tubuh. Semakin bobot tubuh naik, komposisi kulit akan mengalami perubahan. Proses tersebut terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dan kondisi ternak. Ukuran tubuh seperti panjang badan dan lingkar dada merupakan parameter yang menentukan berat, lebar, dan panjang kulit seekor ternak. Pertambahan ukuran lingkar dada dan panjang badan akan diikuti oleh perubahan ukuran panjang dan lebar kulit (luas kulit) sehingga pada bobot yang berbeda akan berbeda pula ukuran berat dan luas kulitnya. Peningkatan bobot badan ternak akan diikuti oleh peningkatan kuantitas kulit meliputi berat, luas, dan tebal (Anderson dan Kisser, 1971, yang disitasi oleh Soeparno, 2005). Berat organ kulit pada ternak berkisar antara 8 sampai 10 persen dari berat badanya (Djojowidagdo, 1984). Peningkatan produksi seperti berat, luas, dan tebal kulit sangat erat hubungannya dengan perubahan fisiologis tubuh, antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya bangsa, umur, pakan, kondisi ternak, dan jenis kelamin. Ternak jantan mempunyai kemampuan untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina (Hammond, 1983, yang disitasi oleh Yurmiaty, 2006). Domba jantan umumnya memiliki kandungan lemak lebih sedikit dibandingkan domba betina. Umumnya kulit hewan betina mempunyai bobot rata-rata lebih ringan dari pada kulit hewan jantan, tetapi mempunyai daya tahan renggang yang lebih besar (Judoamidjojo, 1981).
Faktor pakan erat hubungannya dengan kondisi ternak dan kualitas kulit yang dihasilkan. Rianto dkk. (2011) menyatakan, pemberian pakan berupa rumput lapang dan dedak padi menghasilkan laju pertumbuhan yang cepat sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada domba ekor tipis jantan. Pertambahan bobot tubuh menyebabkan peningkatan bobot potong diikuti oleh meningkatnya persentase karkas dan bobot kulit (Yurmiaty, 2006; Rianto dkk., 2011). Terdapat hubungan yang sangat nyata antara bobot potong dengan berat dan luas kulit Domba Garut Jantan yearling. Hubungan antara bobot potong dengan berat kulit mengikuti hasil uji signifikansi untuk berat kulit diperoleh nilai t hitung sebesar 28,330, nilai t hitung 12,600 untuk luas kulit dan nilai t tabel dengan α = 5 % adalah sebesar 2,048 dan, maka dapat dilihat bahwa t hitung (28,330) > t tabel (2,048) sehingga Ho ditolak uraian tersebut, maka dapat ditetapkan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara bobot badan dengan berat dan luas kulit pada Domba Garut jantan yearling.
1.6.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Jalan Gedebage Selatan (Kampung
Rancabolang Pemancar RRI) Bandung (Assolihin Aqiqah) pada tanggal 4-26 September 2015.