I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber genetik asli Indonesia yang potensial. Populasi domba Garut terbesar di Indonesia berada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain : Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta. Di Indonesia pengembangan bibit sangat dibutuhkan, karena domba Garut dimanfaatkan sebagai kebutuhan pangan dan juga kesenian. Berdasarkan hal tersebut, maka ketersediaan bibit sangat penting untuk menghasilkan generasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya mendapatkan domba Garut yang unggul dapat dilakukan seleksi dengan cara pemilihan bibit yang diduga memiliki mutu genetik yang baik dan juga dengan jalan perkawinan yang terarah. Seleksi dipergunakan dalam program pembibitan untuk memilih atau mengganti tetua pada generasi berikutnya. Seleksi bertujuan untuk menghasilkan bibit domba yang berkualitas baik serta meningkatkan mutu genetik dari populasi domba. Uji performa merupakan salah satu metode uji pada ternak untuk mengetahui sejauh mana tingkat performa atau penampilan domba untuk memperoleh penampilan terbaik yang kemudian diturunkan pada anaknya saat uji lanjutan (uji Progeny). Performa Domba Garut dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Sifat
1
2
genetik dikelompokkan ke dalam suatu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur dengan menggunakan skala angka dan dipengaruhi oleh faktor genetik misalnya warna bulu dan bentuk tanduk, sedangkan sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur dan dipengaruhi oleh lingkungan misalnya produksi susu, bobot badan, ukuran tubuh dan produksi telur. Sifat kuantitatif yang digunakan untuk melakukan uji performa adalah bobot badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dan lebar dada. Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut adalah salah satu tempat peternakan Domba Garut yang didirikan untuk melestarikan kemurnian dari domba Garut. UPTD BPPTD Margawati berupaya memperbaiki mutu genetik domba Garut dari tahun ke tahun. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian seleksi awal uji performa calon bibit domba Garut jantan dan betina di tempat ini. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut, yaitu bagaimana performa tinggi pundak, panjang badan, lebar dan lingkar dada, calon bibit domba Garut jantan dan betina yang ada di UPTD BPPTD Margawati Garut. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa domba Garut yang terbaik sebagai seleksi awal agar menghasilkan bibit unggul.
3
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
Menambah informasi dasar bagi masyarakat khususnya peternak dalam mengembangkan potensi genetik domba Garut yang dipelihara.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap ilmu pengetahuan dan juga sumbangan pemikiran kepada para pengambil kebijakan yang terkait dengan seleksi dan pengembangan domba Garut serta peternak umumnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.
1.5 Kerangka Pemikiran Domba Garut merupakan domba yang memiliki kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong. Domba Garut diyakini berasal dari kabupaten Garut sebagai sumber daya genetik ternak asli Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja (Heriyadi, 2011). Domba Garut sebagai sumber daya genetik Jawa Barat memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber daging dan cukup tanggap terhadap manajemen pemeliharaan yang baik dibandingkan domba lokal dan bangsa domba lain yang ada di Indonesia. Standarisasi mutu bibit domba Garut mengacu pada kondisi faktual domba Garut yang terdapat di Jawa Barat khususnya standarisasi mengenai sifat-sifat kuantitatif dan kualitatif domba Garut. Hal yang perlu di
4
pertimbangkan dalam membuat stardarisasi domba Garut secara lengkap adalah aspek produksi dan aspek reproduksi (Heriyadi dkk, 2003). Bibit dasar adalah bibit yang diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata populasi, sedangkan bibit domba Garut adalah semua rumpun domba Garut, baik jantan maupun betina hasil proses seleksi dan pemuliaan yang memenuhi standar persyaratan minimum tertentu untuk dikembang-biakkan (Heriyadi, 2011). Seleksi adalah memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Untuk dapat meningkatkan mutu bibit pada generasi berikutnya dari domba hasil seleksi, maka harus ditentukan sifat apa yang akan diseleksi. Sifat yang dipilih harus yang bersifat menurun dan biasanya berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu sifat-sifat yang bernilai ekonomis tinggi. Tujuan seleksi bibit adalah untuk mendapatkan domba yang memiliki sifatsifat unggul seperti tingkat kesuburan tinggi, pertumbuhan baik, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan memiliki angka kematian rendah. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut, dapat dilakukan seleksi bibit dengan memperhatikan ciri-ciri fisik pada domba tersebut. Uji performa merupakan salah satu metode uji pada ternak untuk mengetahui sejauh mana tingkat performa atau penampilan ternak untuk memperoleh penampilan terbaik yang kemudian diturunkan pada anaknya saat uji lanjutan (uji Progeny). Metode pengujian yang dilaksanakan adalah memilih ternak bibit berdasarkan sifat kuantitatif yang meliputi : tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada dan lebar dada. Sifat kuantitatif tersebut berkolerasi erat dengan bobot badan
5
ternak. Ternak yang mempunyai tubuh besar akan mempunyai tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada yang lebih besar, sehingga dapat dinyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan merupakan ukuran penting dalam menilai sifat kuantitatif ternak yang akan digunakan pada program seleksi (Doho, 1994). Selama pertumbuhan, proporsi tulang, otot dan lemak tubuh mengalami perubahan terus menerus. Perkembangan atau perubahan otot, tulang dan bagian lain dari tubuh akan berpengaruh terhadap perubahan komposisi penyusunan otot tubuh seperti protein, lemak dan karbohidrat, sehingga akan berpengaruh pula terhadap komposisi daging (Forrest et al, 1975) . Tulang lebih dulu tumbuh karena merupakan kerangka yang menentukan pertumbuhan tubuh, disamping daging dan lemak (Berg et al, 1978). Apabila domba selalu diberi pakan yang berkualitas bagus dan kondisi kesehatan yang baik, maka semakin bertambah umurnya semakin besar bobot badannya. Pertumbuhan potensial bertambah dan mencapai maksimum pada umur sekitar 5 bulan, sesudah itu pertumbuhan menjadi lambat sampai mencapai bobot tubuh dewasa (Gatenby, 1995). Seleksi awal dilakukan pada domba umur lepas sapih (diatas umur 3 bulan), hal tersebut dikarenakan pada domba umur 3 bulan, terjadi pertumbuhan lepas sapih yang ditandai oleh ukuran lingkar dada yang menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak yang berakibat pada peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka (Fourie et al. 2002). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa Lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh besar pada bobot badan, lingkar dada meningkat seiring dengan umur ternak.
6
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 bertempat di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut Jawa Barat.