PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan disatu pihak menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi daerah yang bersangkutan. Masyarakat sekitar pabrik langsung atau tidak langsung dapat menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Dipihak lain apabila pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan pengurusan sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya merugikan masyarakat (Agusnar, 2008). Perkembangan ilmu dan teknologi manusia telah banyak membawa kesejahteraan hidup. Namun tampaknya kesejahteraan ini diperoleh melalui resiko yang teramat besar, yaitu ancaman eksistensi manusia sendiri sebagai oranisme hidup. Produk-produk industri dibarengi dengan hasil sampingan yang merusak kualitas lingkungan hidup dan menggerogoti kehidupan manusia. Manusia dan lingkungan saling mempengaruhi, maka kemerosotan mutu lingkungan hidup akan mempengaruhi juga mutu kehidupan manusia (Susilo, 2003). Kota merupakan pusat kreativitas, budaya, dan perjuangan keras manusia. Kota, selain merefleksikan vitalitas dan berbagi peluang umat manusia, juga melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi. Kota identik dengan taburan bangunan-bangunan yang dibuat manusia. Bangunan perumahan, perkantoran,
Universitas Sumatera Utara
sarana umum seperti pasar atau pusat perbelanjaan, rumah sakit, terminal, jalan raya, tempat hiburan, dan lain-lain dibangun demi kepentingan manusia. Bertambahnya jumlah manusia diperkotaan membuat lahan yang tersisa yang bisa ditanam menjadi semakin sedikit. Nafsu membangun tempat-tempat yang masih tersisa ini untuk diubah menjadi hunian manusia membuat keserasian lingkungan sudah tidak terpikirkan lagi. Setiap jengkal tanah di kota besar lantas menjadi buruan. Pembangunan gedung berpacu dengan waktu dan pertambahan penduduk. Bahkan setelah lahan semakin sulit diperoleh alternatif pembangunan gedung tetap saja tidak berhenti. Hanya orientasi pembangunannya tidak lagi horizontal melainkan vertical (Nazaruddin, 1996). Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang masih terpusat pada daerah perkotaan (70 % industri diperkirakan berlokasi di kawasan perkotaan dan sekitarnya), memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan luas lahan yang terbatas akan berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Masalah lain yang timbul akibat bertambahnya penduduk diantaranya adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Adapun salah satu penyebab meningkatnya pencemaran udara di Indonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh dengan cepat tetapi tidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang memadai dan efisien dalam penggunaan bahan bakar fosil (BPLH DKI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu: menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan beberapa penyakit lainnya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi, gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak lingkungan. Hujan asam merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi pencemaran udara dan air. Hujan asam terjadi karena banyaknya polutan di udara yang larut dan terbawa oleh air hujan sehingga pH air akan berada dibawah ratarata. Batas nilai rata-rata pH air hujan adalah 5.6, merupakan nilai yang dianggap normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh badan dunia WHO. Apabila pH air hujan lebih rendah dan 5.6 maka hujan bersifat asam atau sering disebut dengan hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar 5.6 maka hujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis bangunan/gedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak kehidupan biota di danau-danau, dan aliran sungai (BMG, 2004). Tanaman atau pohon mempunyai kemampuan dalam mengasorbsi beberapa jenis polutan dengan efektif, sehingga dapat berperan dalam membersihkan atmosfer dari polusi. Namun demikian, keefektifan tanaman dalam menyerap polutan akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi polutan. Pengaruh ini akan memberikan dampak penilaian yang lebih lanjut dalam fungsional tanaman pada lingkungan. Tiap pohon mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap polutan yang berbentuk gas atau partikel. Perbedaan tersebut tergantung jenis pohon dan susunan genetiknya. Faktor lain yang ikut
Universitas Sumatera Utara
berperan adalah tingkat pertumbuhan pohon, jarak terhadap sumber pencemar, konsentrasi bahan pencemar dan lama berlangsung. Pepohonan juga diketahui dapat menetralisir hujan asam. Dimana saat angin berhembus kencang dan matahari terbenam, maka pohon akan melakukan proses fisiologis yang disebut gutasi. Peristiwa gutasi akan mengeluarkan kationkation yang dapat menaikkan pH air hujan. Saat hujan turun melewati tajuk pohon akan berakumulasi bersama kation dari proses gutasi yang akan saling berikatan membentuk garam sehingga pH air hujan akan meningkat dan daya hantar listrik akan semakin tinggi. Menurut Agustiarni (2008) bahwa pohon mahoni (Swietenia mahagoni) yang berada di Kwasan Industri Medan (KIM) mempunyai kemampuan mempengaruhi air hujan yang jatuh di Kawasan Industri Medan (KIM) dengan nilai yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Kandungan Air Hujan di KIM yang Jatuh Melalui Vegetasi Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Kontrol (Tanpa Vegetasi) Parameter Troughfall Stemflow Kontrol Pengukuran (tanpa vegetasi) pH 7,03 6,23 5,42 DHL (µmhos/cm) SO42(mg/l) NO3(mg/l) NH4+ (mg/l) Ca2+ (mg/l) Mg2+ (mg/l) Na+ (mg/l)
659,71
979,22
208,12
80,44
271,11
528,67
0,33
5,25
27
5,83
31,44
<0,03
30,28
42,82
15,3
16,25
25,31
7,82
0,168
0,1912
0,1056
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, ketahanan dan kemampuan pohon dalam mengatasi tingkat polutan menjadi suatu faktor yang penting dalam pemilihan jenis pohon, terutama dalam mengatasi polutan yang dihasilkan suatu pabrik atau industri. Oleh kerena itu perlu diadakan penelitian terhadap kemampuan suatu pohon untuk membantu dalam mengurangi hujan asam sehingga sebagai bahan pertimbangan untuk mnegembangkan hutan kota di kawasan industri.
Perumusan Masalah Perkembangan teknologi dan kemajuan industri telah banyak membawa kesejahteraan hidup. Namun disamping itu perkembangan teknologi dan kemajuan industri berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan yang pada akhirnya merusak lingkungan itu sendiri yang diakibatkan oleh produk-produk industri dibarengi dengan hasil sampingan berupa limbah yang dapat mencemari lingkungan sehingga merusak kualitas lingkungan hidup dan dapat menggerogoti kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu ada tindakan untuk menselaraskan antara perkembangan teknologi dan kemajuan industri dengan kualitas lingkungan hidup agar benar-benar tercapai kesejahteraan hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan menanam pepohonan di sekitar areal industri yang mana pohon mempunyai kemampuan dalam mengasorbsi beberapa jenis polutan secara efektif, sehingga dapat berperan dalam membersihkan atmosfer dari polusi. Pepohonan juga diketahui dapat menetralisir hujan asam yang diakibatkan oleh pencemaran udara dari pabrik-pabrik industri. Pohon dapat menetralisir hujan asam dikarenakan pohon melakukan proses fisiologis yang disebut gutasi yang mana pohon akan
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan kation-kation yang akan saling berikatan membentuk garam sehingga pH air hujan akan meningkat dan daya hantar listrik akan semakin meningkat.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui keadaan air hujan yang jatuh di Kawasan Industri Medan. 2. Untuk membuktikan pengaruh keberadaan hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dalam mengurangi hujan asam. 3. Untuk mengetahui jenis pohon terbaik dari jenis pohon angsana (Pterocarpus indica Will), mangga (Mangifera indica), dan melinjo (Gnetum gnemon) pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dalam peranannya mengurangi hujan asam serta pengaruhnya terhadap kualitas air yang jatuh dipermukaan tanah.
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah dengan keberadaan vegetasi dari beberapa jenis pohon yang ada pada hutan kota di Kawasan Industri Medan (KIM) dapat mengurangi hujan asam dan dapat mempengaruhi terhadap kualitas air yang jatuh dipermukaan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi tentang pengaruh beberapa jenis pohon pada hutan kota dalam mengurangi hujan asam serta kualitas air yang jatuh dipermuakaan tanah yang terjadi pada suatu kawasan industri. 2. Memberikan masukan bagi berbagai pihak dalam pengaturan Ruang Terbuaka Hijau (RTH) pada kota terutama dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam sehingga dapat meningkatkan kenyamanan kota.
Universitas Sumatera Utara