VII. DlNAMlKA KESEMPATAN KERJA 7.1.
Dampak Peningkatan Upah Sektoral20 Pecsen Pertimbangan penetapan upah di Indonesia didasarkan pada kebutuhan
pekerja dan keluarganya, perbandingan upah yang berlaku di pasaran atau industri yang sejenis, kemampuan perusahaan membayar upah dan ketetapan pemerintah.
Jika faktor-fakior tersebut berubah maka diperlukan adanya
penyesuaian upah. Perubahan dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau bersamaan. Penyesuaian upah berdasarkan tingkat kebutuhan pekerja dimaksudkan agar daya beli pekerja tidak rnenurun.
Penyesuaian upah juga didasarkan
perubahan upah pasar, ha1 ini dilakukan agar tidak terjadi perpindahan pekerja ke perusahaan lainnya. Walaupun suatu perusahaan mengetahui keadaan upah pasar dan industri sejenis. perubahan upah belum tentu dilaksanakan apabila tidak ditunjang kemampuan perusahaan.
Beberapa perusahaan mengukur
kernampuannya dari segi output. Namun kelemahan cara pengukuran tersebut adalah naik turunnya harga output tidak langsung diikuti dengan penurunan dan peningkatan upah.
Selain itu penyesuaian upah dapat dilakukan melalui
kesepakatan serikat pekerja dengan pengusaha. Hal ini dapat berjalan apabila dalam perusahaan sudah ada serikat pekerja dan serikat pekerja marnpu merundingkannya dengan perusahaan. Penyesuaian penetapan upah melalui ketentuan pernerintah dilakukan dengan peningkatan upah minimum. Berdasarkan faktor penyesuaian penetapan upah rnelalui ketentuan pemerintah, rnaka dilakukan simulasi kebijakan peningkatan upah sektoral sebesar 20 persen untuk rnelihat dampaknya terhadap dinamika kesernpafan kerja di
Sulawesi Selatan.
Tabel 33
menunjukkan dampak kebijakan
peningkatan upah sektoral 20 persen terhadap variabel-variabel endogen. Simulasi kebijakan tersebut rneningkatkan kesempatan kerja sektoral. Tabel 33. Oampak Kebijakan Peningkatan Upah Sektoral20 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Kerja dan PDRB
Dan Tabel 33 terlihat adanya peningkatan kesempatan kerja sebesar 8.13 untuk sektor pettanian dan 4.03 persen untuk sektor industri akibat adanya peningkatan upah sektoral sebesar 20 persen.
Peningkatan terbesar untuk
kesempatan kerja sektor pertanian terjadi pada subsektor perikanan sebesar
33.92 persen, menyusut kemudian subsektor petemakan sebesar 18.53 persen. subsektor tanaman pangan sebesar 8.60 persen, dan yang terakhir adalah subsektor perkebunan sebesar 3.24 persen.
Sehingga secara keseluruhan
simulasi kebijakan ini akan meningkatkan kesernpatan kerja di Sulawesi Selatan sebesar 7.81 persen. Berdasarkan teori pennintaan tenaga kerja, peningkatan upah akan menyebabkan terjadinya penurunan kesempatan kerja, sebab ha1 ini berarti biaya produksi akan meningkat. Narnun hasil simuiasi rnemperlihatkan bahwa kenaikan tingkat upah belum tentu menyebabkan biaya unit meningkat
karena biaya ini bergantung pada hubungan antara harga tenaga kerja (upah) dan produktivitas tenaga kerja (yaitu keluaran per unit masukan tenaga kerja). Apabila upah rneningkat tetapi rnenghasilkan keluaran yang juga meningkat sebanding dengan peningkatan upah, akibatnya biaya tenaga kerja per unit keluaran tidak berubah (Lipsey, et a/.,1997).
Hal ini terbukti dari sernakin
meningkatnya kesernpatan kerja sektoral. Selain itu, dari sisi PDRB sektoral juga menunjukkan fenornena yang penting. PDRB sektoral tel-tihat meningkat sebesar 0.05 persen untuk sektor pertanian dan 0.11 persen untuk sektor industri. Meskipun secara keseluruhan PDRB sektor pertanian meningkat, namun terlihat adanya penurunan PDRB subsektor tanarnan pangan dan peternakan masing-masing sebesar 0.03 dan 0.86 persen. Hal ini diduga karena jika PDRB dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
produktivitas pekerja sektoral dan kesernpatan keja maka penurunan PDRB subsektor tanaman pangan dan peternakan lebih disebabkan oleh penurunan produktivitas pekerja. Hal ini menunjukkan produktivitas pekerja dj kedua sektor ini sangat rendah. sehingga meskipun kesernpatan kerja rneningkat tidak rnampu rneningkatkan PDRB.
Rendahnya produktivitas pekej a subsektor tanaman
pangan dan peternakan berkaitan dengan tingginya dominasi tenaga kerja tidak terdidik di sektor pertanian dalam kornposisi angkatan kerja dan bukan disebabkan oleh rendahnya upah di sektor tersebut. Kemungkinan lain adalah kedua subsektor tersebut dalarn produksinya rnenggunakan tenaga kerja cukup dengan adanya peningkatan upah sektoral rnengakibatkan b~aya besar, seh~ngga produksi akan rnelonjak.
Kondisi tersebut tentu saja menyebabkan petani
mengarnbil keputusan untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja. Akan tetapi ha1 ini mengakibatkan pengelolaan usahatani rnenjadi tidak intensif dan produksi menjadi rnenurun.
Rendahnya tingkat produksi akan mengakibatkan PDRB
subsektor tersebut juga rnenurun.
Penemuan lain yang diperlihatkan oleh hasil simulasi ini adalah adanya ketimpangan dalarn penyerapan tenaga kerja. Kenaikan upah yang urnumnya rnerupakan salah satu insenti penyebab perpindahan tenaga sektoral, temyata tidak rnernperlihatkan peningkatan kesernpatan kerja yang besar di sektor industri. Di sektor industri PDRB meningkat 0.11 persen dan kesempatan kerja rneningkat
hanya 4.03
persen,
sernentara di sektor
pertanian dengan
peningkatan PDRB yang lebih kecil yaitu sebesar 0.05 persen akan terbebani dengan tonjakan kesernpatan keja dua kali lebih besar daripada sektor industri yaitu 8.1 3 penen. 7.2.
Dampak Peningkatan lnvestasi Sektoral 10 Persen Peningkatan investasi sektoral memberikan darnpak yang berbeda antara
sektor pertanian dan industri. Dampak peningkatan investasi sektoral disajikan pada Tabel 34. Tabel 34.
Darnpak Peningkatan lnvestasi Sektoral 10 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Kerja. Upah, dan PDRB
Selain S-kt.
KKSS
Pertcebunan
= Kesernpatan Keja di Sulawesi
I I
I
I Orang
1
111486.0
1
I 111545.0
1
59.0
I 1
0.05
Berdasarkan sektor ekonomi. peningkatan investasi sektoral berdampak positii terhadap sektor pertanian, dirnana kesempatan kerja sektor pertanian meningkat sebesar 0.06 persen. Peningkatan terbesar pada subsektor dalam pertanian berturut-turut adalah perikanan, tanaman pangan, peternakan dan perkebunan.
Sementara pada sektor industri terlihat adanya penurunan
kesernpatan kerja. Hal ini rnenunjukkan bahwa investasi pada sektor pertanian lebih banyak ditujukan untuk kegiatan produksi yang bersifat labor intensive sementara investasi yang digunakan untuk sektor industri lebih bersifat capital
infensive. Peningkatan kesempatan keja akibat investasi di sektor pertanian tidak meningkatkan upah sektor pertanian, sedangkan upah sektor industri meningkat. Hal ini disebabkan penguasaan lahan yang sempit dan pengelolaan usahatani yang relatif rnasih sederhana, sehingga lebih banyak rnenggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak diberi upah. Karena itulah peningkatan investasi di sektor pertanian tidak menyebabkan upah sektor tersebut meningkat. Sebaliknya terjadi di sektor industri. Situasi ini akan mendorong perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke industn. Ditinjau dari sisi PDRB sektoral, peningkatan investasi akan mampu meningkatkan PDRB sektor pertanian sebesar 0.08 persen dan sektor industri sebesar 0.06 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih
responsif terhadap perubahan dibanding sektor industri.
PDRB subsektor
tanaman pangan yang negatii menyiratkan rendahnya produktivitas subsektor ini dibanding sektor lainnya.
Seperti yang telah dikemukakan di awal bahwa
subsektor tanaman me~pakanpenyerap tenaga kerja terbesar, sehingga dijadikan 'katup pengarnan' bagi angkatan kerja yang setiap tahun terus rneningkat.
Akan tetapi ha1 ini menyebabkan terjadinya pemiskinan dan
produktivifas yang rendah di sektor tersebut.
7.3.
Dampak Penurunan lnvestasi Sektoral5 Persen Sirnulasi pada Tabel 35 didasarkan pada anggapan bahwa kondisi
perekonomian tidak stabil sehingga terjadi penurunan investasi. Hasil simulasi menunjukkan rnengakibatkan
bahwa
apabita
turunnya
investasi
kesempatan
sektoral kerja
turun
sektor
5
persen
pertanian
akan
sebesar
0.03 persen, sedangkan sektor industri rneningkat sebesar 0.03 persen. Tabel 35. Darnpak Penurunan lnvestasi Sektoral5 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Kerja, Upah, dan PDRB
Fenomena tersebut sernakin rnemperkuat kesirnpulan bahwa investasi sektor pertanian bersifat labor intensive dan investasi industri bersifat capital
intensive.
Berkurangnya kesernpatan kerja di sektor pertanian menandakan
bahwa rnvestasi sektor pertanian cukup rnernbuka lapangan pekerjaan baru bagi tenaga kerja. Berkurangnya investasi sektor pertanian akan mernaksa mereka untuk mencari pekerjaan agar dapat membiayai hidup. Di sektor industri, karena kurangnya investasi rnaka pembelian peralatanlrnesin-rnesin industri menjadi
berkurang,
sehingga
untuk rnernpertahan produksi sektor industri akan
rnenggunakan tenaga manual, tentu saja dengan kornpensasi yang sebanding atau bahkan lebih rendah daripada jika rnenggunakan rnesin tersebut.
Meskt
upah sektoral relatif tetap. narnun hal-ha1 seperti telah dipaparkan di atas akan mendorong terjadinya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke industri. Simulasi ini juga akan mengakibatkan PDRB hampir sernua sektor/subsektor rnengalami
penurunan,
kecuali
subsektor
tanaman
pangan.
Walaupun
peningkatannya hanya sebesar 0.01 persen, namun cukup untuk rnernbuktikan bahwa subsektor tanarnan pangan tahan terhadap goncangan perekonornian. 7.4.
Dampak Peningkatan PDRB Sektoral 10 Persen Tabel 36 rnenyajikan hasil sirnulasi peningkatan PDRB Sektoral sebesar
f 0 persen. Simulasi ini ingin rnelihat darnpak kenaikan PDRB sektoral terhadap
dinarnika kesernpatan kerja di Sulawesi Selatan. Tabel 36. Darnpak Peningkatan PDRB Sektoral 10 Persen Terhadap Variabel Kesernpatan Kerja dan Upah
Hasil sirnulasi rnenunjukkan bahwa peningkatan PDRB sektoral tidak memberikan darnpak apapun terhadap kesernpatan kerja yang ada, dengan kata lain peningkatan PDRB sebesar 10 persen belum
marnpu rnenciptakan
kesernpatan kerja baru. Munculnya fenornena seperti ini diduga karena PDRB lebih banyak digunakan untuk investasi yang sifatnya padat modal, sebab selarna ini pemerintah hanya rnengejar laju perturnbuhan ekonorni yang tinggi sementara ha1 yang lebih penting yaitu distribusi pendapatan yang merata bagi kesejahteraan rnasyarakat kurang rnendapat perhatian. Kondisi seperti ini jika dibiarkan akan rnenjadi 'burnerang' bagi perekonomian daerah. 7.5-
Darnpak Penurunan PDRB Sektoral5 Persen
Sirnulasi penurunan PDRB sektoral sebesar 5 persen mernperlihatkan hasil yang tidak berbeda dengan sirnulasi peningkatan PDRB sektoral. yakni tidak memberikan pengaruh terhadap kesernpatan kerja sekioral (Tabel 37). Tabel 37. Darnpak Penurunan PDRB Sektoral 5 Persen Tehadap Variabel Kesernpatan Kerja dan Upah
Tabel 37 rnernperlihatkan bahwa PDRB sektoral tidak responsif terhadap kesernpatan kerja sektoral pada taraf penurunan PDRB sektoral sebesar 5 persen.
Seperti pada sirnuiasi peningkatan PDRB sektoral, rnaka rnunculnya
fenornena seperti ini diduga karena PDRB lebih banyak digunakan untuk investasi yang sifatnya padat modal, untuk rnengejar laju perturnbuhan ekonorni
yang tinggi.
Sementara kesejahteraan masyarakat
melalui penciptaan
kesempatan kerja kurang diperhatikan. 7.6.
Dampak Kenaikan Upah Sektoral20 Persen dan lnvestasi Sektoral10 Persen Tabel 38 menunjukkan hasil simulasi kombinasi antara peningkatan upah
dan investasi masing-masing sebesar 20 dan 10 persen. menyebabkan meningkatnya kesempatan kerja sektoral.
Simulasi tersebut Di sektor pertanian
peningkatan terjadi sebesar 8.20 persen dan pada sektor industri sebesar 3.96 persen. Peningkatan terbesar untuk kesempatan kej a sektor peltanian terjadi pada subsektor perikanan sebesar 34.51 persen, menyusul kemudian subsektor peternakan sebesar 18.56 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 8.64 persen, dan yang terakhir adalah subsektor perkebunan sebesar 3.25 persen. Sehingga secara keseluruhan akan meningkatkan kesempatan kerja di Sulawesi Selatan sebesar 7.86 persen. Tabel 38.
Dampak Kenaikan Upah Sektqral20 Persen dan lnvestasi Sektoral 10 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Kerja dan PDRB
Selain itu, dari sisi PDRB sektoral juga menunjukkan fenomena yang penting. PDRB sektoral terlihat meningkat dengan persentase peningkatan yang hampir seimbang yaitu 0.14 persen untuk sektor pertanian dan 0.17 persen untuk sektor industri.
Artinya, peningkatan upah dan investasi pada saat yang
bersamaan mampu memicu peningkatan produktivitas sektor pertanian hingga mampu bersaing dengan sektor industri, khususnya sektor perkebunan. Akan tetapi pada subsektor tanaman pangan dan petemakan. menskipun kesempatan kerja subsektor tersebut meningkat. namun tidak mampu meningkatkan PDRB subsektor tersebut.
Hal ini disebabkan sektor pertanian khususnya subsektor
tanaman pangan didominasi oleh tenaga kerja yang tidak terdidik sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas sektor tersebut. Data BPS menyebutkan 67.01 persen dari total tenaga kerja sektor pertanian terserap di subsektor
tanarnan pangan, dan 36.01 persen tenaga keja pertanian tersebut tidak dan belum tamat sekotah dasar. Hasit simulasi ini tetap rnemperlihatkan adanya ketimpangan datam penyerapan tenaga kerja, dimana dengan laju pertumbuhan sektor yang lebih rendah sektor pertanian menyerap tenaga kerja dua kali lebih besar dari sektor industri. Hal ini membuktikan bahwa tenaga kerja dari sektor pertanian sangat sulit diserap oleh sektor industri yang umumnya membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus. Untuk dapat berpindah membutuhkan waktu dan proses yang panjang, maka hendaknya pemerintah lebih menggalakkan program-programyang mampu meningkatkan produktivitastenaga kerja di sektor pertanian. sehingga transfer surplus tenaga keqa sektor pertanian ke industri dapat dipercepat.
7.7.
Oampak Kenaikan Upah Sektoral20 Persen dan Penurunan lnvestasi Sektoral 5 Persen Simulasi ini didasarkan pada anggapan bahwa kondisi perekonornian
pada saat krisis d i n d a i dengan rnenurunnya investasi, atau tidak ada investasi sama sekali. Pada sisi lain pekerja rnenuntut kenaikan upah sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan hidup rnereka.
Hasil sirnulasi tersebut dapat d~lihat
pada Tabel 39. Tabel 39.
Darnpak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen dan Penurunan lnvestasi Sektoral 5 Persen Terhadap Variabel Kesernpatan Kerja dan PDRB
Hasil sirnulasi rnernperlihatkan peningkatan kesernpatan kerja sektor pertanian sebesar 8.10 persen, dan yang rnenyurnbang paling besar terhadap peningkatan tersebut adalah subsektor perikanan sebesar 33.62 persen. Selebihnya dari subsektor peternakan 18.52 persen. tanaman pangan 8.58 persen,
perkebunan
3.23
persen dan
beberapa faktor
lain
yang
ikut
rnempengaruhi peningkatan tersebut. Selain itu. sektor industri juga mengalami peningkatan kesempatan kerja sebesar 4.06 persen. Kemudian dari peningkatan
kedua sektor ini menyumbang sebesar 7.78 persen peningkatan kesempatan keja di Sulawesi Selatan.
Peningkatan kesempatan kerja yang lebih besar di
sektor pertanian membuktikan bahwa dalam keadaan perekonomian yang belum mampu menyediakan kesempatan kerja yang wkup di luar pertanian rnenjadikan sektor pertanian seolah-olah tempat penarnpung para pencari keja.
Sehingga
keadaan ini membuat produktivitas tenaga kerja sektor ini menjadi rendah. Sejaian
dengan
ha1 tersebut.
Susilowati
dalam
Rusastra
(2000) lebih
rnempertegas bahwa rendahnya produktivitas sektor pertanian disebabkan angkatan kerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekonomi di sektor luar pertanian. Hal inilah yang diduga membuat PDRB subsektor tanaman pangan dan petemakan turun masingmasing sebesar 0.02 dan 0.89 persen, namun masih dapat dikornpensasi oleh peningkatan PDRB subsektor perikanan sebesar 0.19 persen dan perkebunan sebesar 0.13 persen, sehingga secara keseluruhan PDRB sektor pertanian masih tumbuh sebesar 0.01 persen. Temuan studi ini dapat dijadikan bagian dari asumsi dasar untuk semakin memperkuat sektor pertanian sebagai atternatif pemecahan keterpurukan perekonomian, yaitu pengurangan investasi sektor di luar pertanian yang bersifat
capital intensive sebaiknya diarahkan untuk pengembangan dan penciptaan kesempatan kej a yang iebih besar di sektor pertanian. 7.8.
Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen, lnvestasi Sektoral 10 Persen, dan PDRB Sektoral10 Persen Tabel 40 menyajikan hasil simulasi dimana upah, investasi dan PDRB
sektoral, ketiganya secara bersamaan diiingkatkan. Jika upah sektor meningkat sebesar 20 persen dan pada saat yang sama investasi serta PDRB sektoral juga meningkat masing-masing sebesar 10 persen, maka akan berpengaruh positii terhadap kesempatan kerja di Sulawesi Selatan.
Tabel 40. Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen, lnvestasi Sektoral 10 Persen dan PDRB Sektoral 10 Persen Temadap Variabel Kesempatan Kerja
Selaim iubsekt.Perkebunan
= Kesernpaian Kerja di Sulawesi
KKSS
I I
Orang
1
111486.0
I
1
120248.0
1
1 8762.0
1
7.86
Pada Tabel 40 terlihat adanya peningkatan kesernpatan keja sebesar 8.20 persen dalam sektor pertanian dan 3.96 persen dalarn sektor industri.
Terbukti bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor industri di Sulawesi Selatan sangat rendah. yakni hanya seperdua dari kemampuan seMor pertanian menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat diakibatkan karena penggunaan teknologi yang hemat tenaga kerja, ataupun karena sdeksi tenaga kej a yang cukup ketat di sektor industri, dimana skill tenaga keja sangat diperhitungkan. Sehingga sektor pertanian kembali menjadi penampungan atau 'keranjang sarnpah' bagi tenaga kerja kurangltidak trampil.
7.9.
Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen, Penurunan lnvestasi Sektoral dan PDRB Sektoral5 Persen Dasar penetapan kornbinasi simulasi ini adalah adanya dugaan kondisi
perekonomian yang belum pulih dalam jangka waktu yang cukup panjang, sehingga pada saat ini tidak hanya investasi menurun melainkan juga PDRB sektoral.
Pada sisi fain pekerja menuntut kenaikan upah sebagai akibat dari
meningkatnya kebutuhan hidup mereka. Hasil simulasi kenaikan upah sektoral
20 persen dan penurunan investasi dan PDRB sektoral masing-masing sebesar
5 persen, dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen, Penurunan investasi dan PDRB Sektoral5 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Keja
I
Selain Gbsekt. Perikanan = Kes.Keria SeM.Pertanian Selain subsekt. T.Pangan = Kes.Kerja SeM.Pertanian Selain Subsekt. Perkebunan = Kesernoatan Keria di Sulawesi
KKSTP KKSPK KKSS
/
Orang
1
I 57787.2
1
1
I
62254.2
1
4467.0
Orang
55082.1
61860.4
6778.3
Orana
111486.0
t20162.0
8676.0
1
I
i
7.73 12.31 7.78
Hasil simulasi tetap memperlihatkan peningkatan kesernpatan kerja pada kedua sektor yaitu sektor pertanian meningkat sebesar 8.10 persen dan sektor industri sebesar 4.06 persen.
Masing-masing subsektor dalam peftanian
menyurnbang terhadap peningkatan tersebut sebesar 33.62
persen dari
subsektor perikanan, subsektor peternakan sebesar 18.52 persen, tanaman pangan
sebesar
8.58
persen.
dan
perkebunan
sebesar
3.23
persen.
Peningkatan kedua sektor besar ini, mengakibatkan meningkatnya kesempatan kerja di Sulawesi Selatan sebesar 7.78 persen. Apabila dibandingkan dengan hasil sirnulasi Tabel 39, sirnulasi ini memperlihatkan hasil yang tidak berbeda terhadap peningkatan kesempatan kerja, dalam arti PDRB sektoral tidak berperan dalam penciptaan kesempatan kerja. Peningkatan kesempatan kerja lebih dipengaruhi oleh ada tidaknya investasi dan tentu saja jenis investasi itu sendiri.
Dengan kata lain, PDRB sektoral dipacu hanya unttlk menciptakan
perturnbuhan yang tinggi tanpa memperhatikan kesenjangan sosial yang tirnbul akibat pola pembangunan seperti ini.
7.10.
Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen dan lnvestasi SeMoral 10 Persen, serta Penurunan PDRB Sektoral5 Persen Tabel 42 rnenunjukkan dampak kombinasi kenaikan upah sektoral 20
persen dan investasi sektoral 10 persen, serta penurunan PDRB sektoral 5 persen terhadap variabel-variabel endogen. Kombinasi ini memberikan dampak positii terhadap keragaan kesempatan kerja di Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat dari peningkatan kesempatan kerja sebesar 8.20 dan 3.96 persen masingmasing untuk sektor pertanian dan industri. Tabel 42. Dampak Kenaikan Upah Sektoral 20 Persen dan Investasi Sektoral 10 Persen serta Penurunan PDRB Sektoral 5 Persen Terhadap Variabel Kesempatan Kerja
KKSPI KKSTP KKSPK KKSS
Selain ~ubsekt.Peternakan = Kes.Kerja SeM.Pertanian Selain SubseM. Pelikanan = Kes.Kerja Sekt.Pertanian Selaln Subsew. T.Pangan = Kes.Kerja Sekt.Pertanian Selain Subsekt. Perkebunan = Kesernpatan Kerja di Sulawesi
Orang
95791.3
101846.0
6054.7
6.32
Orang
57787.2
62325.3
4538.1
7.85
Orang
55082.1
61946.6
6864.5
12.46
Orang
111486.0
120248.0
8762.0
7.86
Selanjutnya, melihat identiknya hasil simulasi ini dengan hasil simulasi yang disajikan pada Tabel 40, membuktikan bahwa peningkatan atau penurunan
PDRB sektoral pada taraf 10 dan
5 persen belurn mampu rneningkatkan atau
menurunkan kesernpatan kerja sektoral. Hal ini berarti pada taraf tersebut PDRB tidak responsif terhadap perubahan kesempatan kerja. Dengan dernikian peningkatan kesempatan kerja sektoral sangat bergantung pada jenis investasi yang ditanamkan, dan juga tingkat upah sebagai salah satu insentif bagi seseorang untuk bekerja.
7.1 1.
Simulasi Model Dinamika Kesempatan Kej a Sektor Pertanian dan lndustri di Sulawesi Selatan Penerapan suatu altematii kebijakan pada dasamya merniliki tujuan yang
ingin dicapai. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dinilai dari beberapa indikator yang relevan dengan kebijakan yang dilaksanakan. Sehubungan dengan kondisi perekonomian yang beiurn stabil saat ini, keberhasilan kebijakan yang telah diuraikan pada sub-sub bab sebelumnya dapat dinilai dari: (1) peningkatan kesernpatan kerja sektoral .dan (2) peningkatan PDRB sektoral. Tabel 43
I
rnenunjukkan hasil evaluaddampak alternatif kebijakan dan perubahan faktor ekstemal berdasarkan indikator keberhasilan di atas. Ditinjau dari sisi peningkatan kesempatan kerja, rnaka peningkatan upah sektoral (Sirnulasi 1) dan peningkatan investasi sektoral (Sirnulasi 2) rnarnpu meningkatkan kesempatan kerja seMor pertanian.
Simulasi 1 menunjukkan
bahwa, tingkat upah merupakan daya tarik terbesar bagi angkatan kerja dalam memilih suatu pekerjaan. Oleh karena itu, intewensi pemerintah dengan kebijakan peningkatan upah rnernang dibutuhkan rnengingat kondisi negara dirnana tekanan supply tenaga kerja yang lebih besar dibanding permintaannya, rnenyebabkan tingkat upah sulit naik mendekati produktivitas pekerja (Nasution. 1997). Pemerintah hendaknya perlu rnencerrnati kenaikan upah sektoral disesuaikan dengan kebutuhan hidup pekerja, agar lebih lanjut akan rnemberikan peningkatan pertumbuhan produksi. Respon kesernpatan kerja yang besar terhadap peningkatan upah sektoral mernang wajar karena berdasarkan pada pengalaman masa lalu dimana laju inflasi aktual tinggi dan juga pertirnbangan ke depan dengan rnengamati situasi perekonornian yang sernentara ini belurn stabil. sehingga untuk rnengantisipasi kondisi sulit ini pekeja berharap upah naik.
Tabel 43. Dampak Simulasi Kebijakan Berdasarkan lndikator Keberhasilan lndikator I Kesempatan Kerja KKTP (Kes.Kerja T.Pangan) KKPl (Kes.Kerja Perikanan) KKPT (Kes.Kerja Peternakan KKPK (Kes.Kerja Perkebunan) KKlN (Kes.Kerja Industri) (Kes.Kerja Pertanian) KKP KKSS (Kes.Kerja Sulaksi Selatan)
2
3
Perubahan pada Simulasi (36) 6 7 4 5
8.60 33.92 18.53 3.24 4.03 8.13 7.81
0.04 0.59 0.03 0.01 -0.07 0.06 0.05
-0.02 -0.30 -0.01 -0.01 0.03 -0.03 -0.03
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-0.03 0.19 -0.86 0.46 0.11 0.05
-0.03 0.00 0.07 0.66 0.06 0.08
0.01 0.00 -0.03 -0.33 -0.03 -0.04
-
1
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
8
9
10
8.58 33.62 18.52 3.23 4.06 8.10 7.78
8.64 34.51 18.56 3.25 3.96 8.20 7.86
8.64 34.51 18.56 3.25 3.96 8.20 7.86
8.58 33.62 18.52 3.23 4.06 8.10 7.78
8.64 34.51 18.56 3.25 3.96 8.20 7.86
-0.06 0.20 -0.80 1.12' 0.17 0.14
-0.02 0.19 -0.89 0.13 0.08 0.01
-
! Produk Domestik Regional Bruto
PDRBTP (PDRB T.Pangan) PDRBPI (PDRB Perikanan) PDRBPT (PDRB Peternakan) PDRBPK (PDRB Perkebunan) PDRBIN (PDRB Industri) PDRBP (PDRB Pertanian) :eteranaan: 1: ~enh~katan Upah Sektoral20 Persen 2: Peningkatan lnvestasi Sektoral 10 Persen 3: Penurunan lnvestasi Sakioral5 Persen 4: Peningkatan PDRB Sektoral 10 Persen 5: Penunman PDRB Sektoral5 Penen 6: Kombinasi 1 dan 2 7: Kombinasi 1dan 3 8: Kombinasi 1,2 dan 4 9: Kombinasi 1, 3 dan 5 10: Kombinasi 1. 2 dan 5
-
-
-
Sirnulasi 2 rnenunjukkan bahwa peningkatan investasi sektoral hanya marnpu rneningkatkan kesempatan kerja sektor pertanian dan subsektorsubsektor yang ada di dalarnnya. Narnun terhadap kesempatan kerja sektor industri. peningkatan investasi berdampak negatif. Maka dapat dikatakan bahwa peranan sirnulasi 1 terhadap peningkatan kesempatan kerja lebih besar dibanding sirnulasi 2. Seperti telah dikemukakan sebslurnnya bahwa investasi sektor
industri bbih
bersifat
padat
modal (capital intensive),
sehingga
peningkatannya justru akan mengurangi penggunaan tenaga kerja, sernentara investasi
sektor pertanian
cenderung padat tenaga kerja (labor intensive).
Dengan dernikian. agar dapat mernperluas kesempatan kerja sektor industri, maka hendaknya dipilih jenis investasi yang lebih banyak menggunakan tenaga kerja, rnisalnya pengembangan agroindustri. Terhadap PDRB sektoral, kedua simulasi tersebut (simulasi 1 dan 2) berdampak negatif terhadap
PDRS subsektor tanaman pangan.
rnenunjukkan rendahnya produktivitas subsektor tanarnan pangan,
Hal ini sehingga
peningkatan upah atau investasi belurn rnampu merangsang pertumbuhan positii
PDRB sektor tersebut. Kondisi inilah yang rnernbuat subsektor tanarnan pangan kurang diminati oleh sebagian besar investor, bahkan menurut data BKPMD Propinsi Sulawesi Selatan investasi rnelalui penanarnan modal asing di subsektor tanarnan pangan belurn ada.
Hasil simulasi ini mengindikas~kanbahwa faktor
strategis yang perlu rnendapat perhatian adalah subsektor tanarnan pangan. Artinya pemerintah daerah perlu memikirkan bagaimana cara untuk menggenjot investasi mengingat begitu banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.
Selain itu, dalam penetapan upah perlu mernperhatikan
perirnbangan upah dengan penerimaan sektor pertanian dalam ha1 ini subsektor tanaman pangan. Karena perbedaan yang terlalu besar diantara keduanya akan
menimbulkan rnasalah baru. rnisalnya maningkatnya arus urbanisasi dan perrnasalahan baru di perkotaan. Dampak negatif paling besar. baik terhadap kesempatan kerja sektoral rnaupun tet-hadap PDRB sektoral,
terlihat pada penurunan investasi sektoral
(Simulasi 3). Sedikit saja penurunan investasi (5 persen) akan rnenu~nkan PDR8 dan kesernpatan kerja sektor pertanian.
Sementara tet-hadap sektor
industri. meskipun kesernpatan kerja bertambah narnun PDRB industri turun. .Hal ini berarti investasi sektoral sangat rnenentukan perluasan kesempatan kerja dan laju pertumbuhan sektor. Simulasi 4 dan 5 yang rnenyangkut peningkatan dan penurunan PDRB tidak mernberikan pengaruh terhadap peningkatan kesernpatan kerja sektoral. Artinya pemerintah semata-mata hanya mengejar laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga hasil yang diperoleh dari setiap sektor tidak digunakan kembali untuk pengembangan kesempatan kerja sektor tersebut. Hal ini terbukti dengan tidak adanya respon kesempatan kerja terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada PDRB sektoral. Padahal akan lebih efektif apabila hasil yang diperoleh digunakan untuk membangun kembali sektor tersebut. Oieh karena itu hasil simulasi ini dapat dijadikan koreksi bagi pernerintah agar tidak salah dalam mernilih strategi pembangunan daerah. Pada kenyataannya suatu altematif kebijakan dilaksanakan secara bersamaan dengan altematii kebijakan lainnya.
Adapun kornbinasi alternatif
kebijakan dan faktor eksternal yaitu komb~nasipeningkatan upah dan investasi sektoral (Simulasi 6). kombinasi peningkatan upah dan penurunan investasi (Simulasi 7),
kombinasi peningkatan upah, investasi dan PDRB sektoral
(Sirnulasi 8). kombinasi peningkatan upah sektoral serta penurunan investasi dan PDRB sektoral (Simulasi 9) dan kombinasi peningkatan upah dan investasi sektoral Serb penurunan PDRB sektoral (Sirnulasi 10). Kelima simulasi tersebut
rnemberikan darnpak positif terhadap kesernpaian kerja di Sulawesi Selatan dan secara keseluruhan rnengarah pada peningkatan PDRB sektoral. Ditinjau dari sisi penciptaan kesernpatan kerja, sirnulasi 6, 8, dan 10 rnernberikan dampak yang sama,
ini disebabkan PDRB sektoral tidak
rnernberikan pengaruh yang nyata terhadap penuptaan kesernpatan kerja sektoral.
Dernikian pula yang terjadi antara sirnulasi 7 dan 9, mernperlihatkan
hasil simulasi yang serupa karena perubahan PDRB sektoral tidak berpengaruh. Sehingga dari keseluruhan hasil sirnulasi ini yang berpengamh lebih besar terhadap keragaan kesempatan kerja sektoral adalah kombinasi peningkatan upah dan investasi sektoral (sirnulasi 6). Ditinjau dari sisi peningkatan PDRB, hasil sirnulasi 6 dan 7 rnenunjukkan darnpak positif terhadap peningkatan PDRB sektoral. Narnun yang paling besar pengaruhnya adalah peningkatan upah dan investasi sektoral secara bersarnaan (Simulasi 6). Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin rnemacu pertumbuhan sektor rnaka disarnping perlu rneningkatkan upah sebagai insentif untuk peningkatan produkstivitas pekerja, pemerintah juga perlu rnenciptakan kondisi yang kondusif bagi penciptaan investasi sektoral. Narnun dalarn pelaksanaan sirnulasi 6 perlu kejelian dalarn rnencerrnati jenis
investasi yang
digunakan, agar dapat
rnernberikan peningkatan kesernpatan kerja sekaligus laju perturnbuhan sektor yang tinggi.