November 2010
Berbagi Informasi, Merajut Komunikasi ISSN: 1907-1469
Memberi Manfaat yang Lebih Bermakna
Gardu FOKUS Edisi November 2010
03 04 07 09 11 12 15 14
Penerbit PT PLN (Persero)
Gardu
Mengedepankan Kepentingan Pelanggan
Susunan Redaksi Pembina: - Sekretaris Perusahaan - Ario Subijoko
Teroka
Memberi Manfaat yang Lebih Bermakna
Pemimpin Redaksi: Bambang Dwiyanto
“Bom” Habis Mafia Sambungan!
Redaktur Pelaksana: G. Wisnu Yulianto
Transparansi Kunci Solusi Kelistrikan
Redaksi: - Ida Wardani - Ahmad Hidayat - Anita Widyastuti - Tutang Wien
Garda
Mereka Sudah Mendunia, PLN Kapan? “Kado-kado Istimewa” dari Kunjungan Dirut Gubernur Sumbar Resmikan Listrik Biogas
Kabar
Tim PDKB RJB Terbiasa Pegang Setrum 500 kV
16 17 18
Jangan Takut Jadi “Whistleblower’s”
20
“Ngeteh” Bareng RI-1
Implementasi OPI di PLTGU Sektor Cilegon
Menristek Apresiasi Inovasi PLN
Mengedepankan Kepentingan Pelanggan
21 26
Apresiasi dalam HLN ke-65
Redaksi Foto: - Agus Trimukti - Irwanto Sumadi
PLN (Akan) Gratiskan Biaya Penyambungan Listrik
Sekretaris Redaksi: Novita Ida Yanti
22
Sosok
24
Inovasi
29
Gaya
Berjibaku Bencana
Administrasi: Luciana Nallley
Membantu
Korban
SCADA Gateway Solusi Cerdas Kembangkan “Substation Automation”
• Arloji Ekspedisi Hadi • Aksesori Murty
28
Horison
30
Lensa
Gratifikasi? “No Thanks”!
Alamat Redaksi: PT PLN (Persero) Gedung Utama Lt. 2 Jl. Trunojoyo Blok M I/135 Telp. (021) 7261122, 7251234 Ext. 4126, Faks. (021) 7227059 e-mail:
[email protected] Konsultan Media: www.dinamikakomunika.com Isi diluar tanggung jawab percetakan ISSN: 1907-1469
Tak perlu pergi jauh-jauh ke Yogyakarta, Solo, atau negeri Inggris nun jauh di sana untuk menemui seorang raja, karena sesungguhnya setiap hari kita bertemu dengan yang namanya “Raja”. Kalimat ini mungkin selintas terkesan agak provokatif, bahkan menjurus bombastis. Benarkah demikian? Bila direnungkan lebih dalam, hal itu sejatinya tidak mengada-ada. Ya, karena memang setiap hari kita senantiasa bersentuhan dan melayani “Raja”, yang jumlahnya malahan mencapai puluhan juta. Pelanggan, itulah raja-raja yang kita layani selama ini. Ingat saja pemeo, “Pelanggan adalah raja.” Tentu saja, para pelanggan PLN itu bukan dalam pengertian bangsawan berdarah biru yang memiliki trah raja-raja kerajaan penguasa Indonesia dahulu kala. Kendati, tak bisa dimungkiri bila para ningrat era sekarang itu pun menjadi bagian dari pelanggan PLN yang mesti kita layani. Dalam konteks pemeo kondang itu, pelanggan memang bak raja yang harus dipenuhi berbagai kebutuhan listriknya oleh kita. Tentu saja, pelayanan yang diberikan PLN bukan pelayanan yang mengada-ada dan
jauh di luar kemampuan kita. Karena walau bagaimanapun, PLN masih memiliki sejumlah keterbatasan untuk bisa memuaskan semua kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sekalipun demikian, PLN terus berusaha tanpa kenal lelah melayani dan memuaskan pelanggan. Dan, itu dibuktikan dengan salah satu terobosan terbaru PLN dalam bentuk Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS) 2010. Ini bukan sembarang gerakan, karena sedikitnya ada 50 ribu pegawai PLN yang serentak menyalakan sambungan listrik pelanggan di seluruh Indonesia pada hari yang sama, Rabu (27/10), atau bertepatan dengan peringatan Hari Listrik Nasional ke-65 tahun 2010. Melalui GRASSS 2010, PLN ingin memberi manfaat yang lebih bermakna dan nyata bagi masyarakat luas pada peringatan HLN tahun ini, bukan sekadar upacara bendera sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Paling kurang, PLN mampu betul-betul memaknai pemeo yang memposisikan pelanggan sebagai raja yang mesti dilayani sepenuh hati. Betapa tidak, jika selama ini PLN cenderung lebih banyak menunggu
3
calon pelanggan yang ingin menyambung listrik, maka pada GRASSS 2010, pegawai PLN harus pro aktif menjemput bola menawarkan sambungan listrik pada calon pelanggan yang listriknya belum terpasang. Tak gampang melakukan hal itu dalam tempo mepet, sehingga para petugas mesti bekerja keras dan berburu hingga ke pelosok daerah. Bahwa akhirnya segala jerih payah mewujudkan target menyambung listrik sejuta pelanggan se-Indonesia itu membuahkan hasil maksimal dan PLN menorehkan rekor fenomenal penyambungan listrik secara serentak dengan jumlah terbanyak se-dunia seperti dicatat MURI, kita pantas berbangga hati. Tapi ada makna jauh lebih dalam dari itu. PLN nyatanya bisa bersikap dan bertindak sejatinya suatu entitas bisnis yang lebih mengedepankan kepuasan dan kepentingan pelanggan, mampu melayani lebih sekaligus lebih melayani. Momentum ini seyogyanya terus konsisten dipertahankan ke depan, bukan cuma berhenti ketika seremoni peringatan HLN usai. Berkaca dari pengalaman selama ini, PLN pasti bisa melakukannya. (*)
teroka Gerakan Sehari Sejuta Sambungan
Memberi Manfaat yang Lebih Bermakna Hari Listrik Nasional tanggal 27 Oktober yang merupakan hari jadi PLN adalah momen spesial bagi insan perusahaan plat merah ini. Tapi, pada peringatan HLN ke-65, boleh jadi hari yang paling membahagiakan pula bagi sejuta pelanggan baru PLN. Pasalnya, melalui Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS), pada hari itu mereka bisa merasakan nikmatnya sambungan listrik PLN setelah sekian lama menanti.
Peringatan HLN ke-65 memang tak seperti biasanya. Rabu (27/10), semua pegawai PLN di masing-masing daerah sudah berkumpul sejak pukul 7 pagi. Bukan untuk mengikuti upacara bendera, mendengarkan sejarah PLN, wejangan menteri atau pejabat PLN setempat seperti pada peringatan HLN tahun-tahun sebelumnya, tapi mereka berkumpul untuk menggelar apel penyambu-ngan listrik. Setengah jam mengikuti apel, para pegawai langsung menyebar untuk menyalakan sambungan baru di rumah-rumah calon pelanggan. Tak hanya pegawai PLN di lingkungan distribusi dan pelayanan pelanggan yang bertugas menyalakan sambungan, tapi semua bidang, termasuk pegawai PLN holding dan anak perusahaan, turut menyemarakkan program ini. Tak pelak, hari itu menjadi hari istimewa bagi pegawai PLN maupun masyarakat. Bayangkan, dengan semangat kebersamaan, hampir seluruh pegawai PLN terjun langsung mendatangi rumah-rumah pelanggan. Secara nasional, sedikitnya ada 50 ribu pegawai PLN serentak menyalakan sambungan listrik pelanggan di selu-
Ratusan pegawai PLN mengikuti apel GRASSS di plaza terbuka kantor PLN Pusat
4
ruh nusantara pada hari yang sama. “Pada peringatan HLN kali ini, Direksi ingin memberi manfaat yang lebih bermakna dan nyata bagi masyarakat luas, yakni melalui Gerakan Sehari Sejuta Sambungan,” ujar Dirut PLN, Dahlan Iskan, saat memimpin apel penyambungan listrik di PLN Kantor Pusat. Dahlan sendiri ikut terjun langsung ke lapangan. Selain menyalakan sambungan, dia berdialog penuh keakraban dengan pelanggan-pelanggan baru yang disambanginya di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Sementara Direksi lain dan semua Kepala Divisi PLN Pusat menyebar ke berbagai daerah untuk melakukan tugas serupa.
Sepanjang proses penyalaan, petugas penghitung di PLN Kantor Pusat terus memantau laporan dari semua unit di seluruh Indonesia. Layaknya lembaga quick-count pada pemilu, mereka terus menghitung jumlah sambungan yang telah dinyalakan, detik demi detik, menit demi menit. Hingga tenggat waktu penghitungan pukul 4 sore, total sambungan yang berhasil dinyalakan mencapai 960.312 sambungan, atau 96 persen sdari target 1 juta pelanggan. Meski begitu, Dahlan Iskan optimis sisa sambungan 4 persen bisa dituntaskan hari itu juga. Yang menarik dari hasil perhitungan itu, ternyata pencapaian target sambungan di luar Jawa-Bali lebih baik ketimbang di Jawa-Bali. Di Indonesia Timur bahkan bisa menembus angka hingga 114 persen. Angka terbanyak dicapai wilayah Sulselrabar sebesar 130 persen, diikuti Papua 129 persen, Maluku 120 persen, dan NTT 118 persen. Sementara di Jawa-Bali hanya mencapai 89 persen sambungan. Menurut petugas penghitung, tak tercapainya target sambungan listrik di Jawa-Bali selain karena target yang harus dicapai jauh lebih banyak ketimbang luar Jawa-Bali. Jumlah waiting list di Jawa-Bali pun lebih kecil, sehingga untuk mencapai target, di Jawa Bali harus dicari calon pelanggan di luar daftar tunggu. Berburu di Luar Daftar Tunggu Dalam GRASSS 2010, insan PLN di Jawa-Bali memang harus berjuang ekstra keras memburu calon pelanggan baru di luar daftar tunggu. Kadiv. Distribusi dan Pelayanan Pelanggan Jawa Bali, Haryanto WS, mengungkapkan, jumlah daftar tunggu di wilayah Jawa Bali hanya 400.000, tapi target yang dibebankan 602.000. Masalahnya, mencari calon pelanggan baru di luar daftar tunggu bukan perkara gampang. Apalagi bila harus mencarinya dalam jumlah banyak dengan waktu yang terbatas. Alhasil, untuk menggaet calon pelanggan baru, para petugas PLN APJ Sukabumi, misalnya, bahkan
5
harus berburu calon pelanggan sampai ke pelosok desa setiap hari. “Dari pagi sampai sore, mereka berkeliling dari desa ke desa untuk menawarkan sambungan listrik. Ini kami lakukan agar bisa mecapai target 12 ribu sambungan baru,” ujar Manajer APJ Sukabumi, Nono Mulyono, sembari mengungkapkan, sebagian kecil saja calon pelanggan baru APJ Sukabumi yang diperoleh dari waiting list. Itu pun hanya 3.000 sambungan yang bisa terhubung, lantaran jaringannya sudah siap. Sementara sebagian besar sisanya memerlukan perluasan jaringan lebih dulu. Oleh karena itu, ketersediaan jaringan menjadi kendala terbesar APJ Sukabumi untuk mendapatkan banyak calon pelanggan dalam waktu mepet. Tapi, semangat jajaran APJ Sukabumi tak lantas kendor, malah hambatan itu dijadikan tantangan yang harus bisa ditaklukkan. “Sepanjang anggaran masih tersedia, kami terus memperluas jaringan agar bisa menggaet pelanggan baru,” tutur Nono. Jurus “jemput bola” APJ Sukabumi untuk menggaet sebanyak mungkin pelanggan baru juga dilakoni APJ Bekasi. Target sambungan baru di sana malah lebih banyak lagi, yakni 18 ribu sambungan. Menurut Kurnaidi, Asisten Manajer Pemasaran dan Niaga APJ Bekasi, daftar tunggu di seluruh area pelayanannya cuma 6 ribu calon pelanggan. Jadi, mereka harus mencari sendiri lebih banyak calon pelanggan di luar waiting list. Untuk itu, kegiatan sarling alias pemasaran keliling lebih ditingkatkan. Selain menawarkan sambungan baru di perkotaan, mereka juga “bergerilya” ke kampungkampung. Di daerah perkotaan, kata Kurnaidi, sasaran utamanya adalah komplek-komplek perumahan. Alasannya, di perumahan-perumahan yang sudah selesai pembangunannya itu cukup banyak rumah yang belum terjual dan belum terpasang listrik, sehingga potensial sebagai pelanggan baru. “Kami datangi developer yang ada di Bekasi satu persatu. Kami tawar-
“Bom”
teroka
Habis Mafia Sambungan! Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS) 2010 ibarat sebuah bom yang bisa membasmi transaksi-transaksi gelap secara luas dan sekaligus. Apakah mafia-mafia sambungan bisa tetap survive, dan praktik “transaksi gelap” masih tetap saja “terang benderang”? Bila ya, Direksi PLN siap meledakkan “bom” kedua.
Salah seorang petugas PLN sedang menyalakan listrik di rumah pelanggan di Lampung
kan sambungan listrik di rumah-rumah yang belum terjual. Kalau sudah terpasang, kan lebih gampang mereka menjualnya,” tutur Kurnaidi. Soal jaringan, APJ Bekasi lebih beruntung, lantaran relatif sudah lebih siap sehingga tak perlu melakukan perluasan. Namun, imbuh Kurnaidi, kendalanya terletak pada kondisi keuangan calon pelanggan. “Umumnya mereka belum siap dana untuk biaya pemasangan. Maklum abis lebaran,” ujarnya. Mengikis Transaksi Gelap Bagaimana dengan area Menteng yang berada di pusat kota metropolitan? “Target kami memang hanya 1.200 sambungan baru. Selain jumlah daftar tunggu yang relatif sedikit sekali, kesulitan di sini adalah mencari calon pelanggan rumah tangga kecil. Di sini kebanyakan rumahnya gede-gede,” tutur Imtihan, Manajer Area Menteng. Meski begitu, rumah tangga kecil tetap menjadi sasaran utama melalui pemasaran yang agresif.
DKI Jakarta Raya dan Tangerang memang merupakan daerah yang paling minim dalam pencapaian target sambungan baru, hanya 59 persen. Walau target sambungan pada GRASSS 2010 di wilayah distribusi ini tak tercapai, Imtihan mengaku senang dengan dilaksanakannya program ini. “Bagi saya, yang lebih penting dari gerakan ini adalah bagaimana bisa membangun iklim positif di kalangan PLN dalam memberikan layanan pada masyarakat, sekaligus membentuk citra baru di mata publik bahwa layanan PLN itu ternyata mudah, cepat dan murah,” ujarnya. Selain untuk mempercepat penyelesaian masalah daftar tunggu yang pada tahun 2010 mencapai 2,5 juta di seluruh Indonesia, GRASSS juga bertujuan mengikis praktik-praktik transaksi gelap dalam pelayanan sambungan di PLN yang memperburuk citra layanan PLN selama ini. Pelaksanaan gerakan ini membuka pula fakta ihwal banyak ditemukannya daftar tunggu
6
ganda. Hampir di setiap daerah, banyak calon pelanggan yang mendaftar melalui beberapa jalur. Selain ke Rayon, mereka juga mendaftar ke Cabang dan instalatir. Berdasarkan temuan ini, boleh jadi angka daftar tunggu sebenarnya tidak sebanyak hasil perhitungan semula. Bagi pegawai PLN, GRASSS 2010 pun memberi manfaat besar. Salah satunya, menjadi ajang pembelajaran mereka dalam hal marketing. Selama ini, PLN lebih banyak menunggu calon pelanggan yang ingin menyambung listrik. Dalam GRASSS, pegawai PLN-lah yang harus mencari calon pelanggan. Mereka harus jemput bola menawarkan sambungan ke perumahan-perumahan yang belum terpasang listrik, baik di perkotaan sampai ke pelosok desa. Dengan GRASSS 2010, pelanggan benar-benar tak ubahnya raja yang amat dimanjakan. (*)
“Saya heran, PLN koq sekarang berubah. Biasanya kan kami harus menunggu 3 sampai 4 bulan. Sekarang, baru saja seminggu lalu saya mendaftar ke-PLN, eh ternyata sudah bisa dinyalakan listriknya. Udah gitu, biaya penyambungannya juga sesuai harga resminya. Padahal, dulu kalo ingin cepet nyambung, kami harus bayar jauh lebih mahal.” Ny. Syehun Alatas menuturkan hal itu ketika diajak berdialog oleh Dirut PLN, Dahlan Iskan, saat melakukan penyalaan pada GRASSS 2010. Warga Cikini, Jakarta Pusat, ini mengaku surprise atas layanan PLN kali ini. Dia berharap, layanan PLN itu tidak hanya terjadi pada peringatan HLN. Harapan Ny. Sheyun Alatas tentu juga menjadi harapan banyak orang, bahkan insan PLN sendiri. Keluhan masyarakat tentang buruknya layanan sambungan PLN memang sudah menjadi hal biasa selama ini. Akibatnya ada persepsi di masyarakat yang berkembang menjadi stigma yang boleh dibilang sudah berurat-berakar bahwa layanan sambungan PLN benar-benar telah dikuasai mafia percaloan. Maka tak heran jika hasil survey KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) tentang indeks layanan publik, selalu menempatkan PLN pada golongan paling
Dahlan Iskan tengah meng-on-kan listrik di salah satu rumah pelanggan
buncit alias terburuk. Krisis listrik yang terjadi tujuh tahun terakhir membuat tambahan pasang baru sangat terbatas. Ujung-ujungnya, daftar tunggu kian membengkak. Panjangnya antrean sambungan baru ini memicu kian maraknya praktik-praktik transaksi gelap oleh pihak luar dengan melibatkan oknum PLN. Mereka biasa disebut mafia sambungan. Jika pelanggan ingin cepat menyala sambungan listriknya, dia harus membayar berkali lipat dari harga resmi. Saking telah biasa, gerakan para mafia sam-
7
bungan dalam “memangsa” calon pelanggan bahkan sudah “telanjang bulat” , tak lagi sembunyi-sembunyi. Kondisi memprihatinkan itulah yang menggerakkan Direksi PLN mengusung GRASSS 2010. Daftar tunggu dipangkas besar-besaran agar peluang dan kesempatan para mafia sambungan melakukan transaksi gelap menjadi sempit. “GRASSS 2010 ibarat sebuah bom yang bisa membasmi transaksi-transaksi gelap itu secara luas dan sekaligus,” tandas Dahlan Iskan.
Direksi PLN, imbuh Dahlan, bakal “meledakkan bom kedua” pada AprilMei 2011 jika transaksi “gelap” itu masih saja “terang”. Dahlan yakin, bila PLN bisa mengikis habis daftar tunggu, dengan sendirinya praktik gelap itu akan menjadi “gelap” pula. Sejatinya, Direksi-Direksi PLN sebelumnya sudah menggunakan berbagai senjata untuk “menembaki” para mafia sambungan ini, tapi tak penah mempan. Daya tahan para mafia itu nyatanya lebih ampuh. Awal tahun ini, manajemen PLN telah menebar berbagai spanduk, banner, dan sticker yang mengampanyekan anti praktik gelap di tiap kantor layanan PLN. Hasilnya, mental. “Saya memang tak percaya cara kampanye itu bisa berhasil,” ujar Dahlan Iskan. Menurut dia, selain dengan gerakan pemangkasan daftar tunggu, PLN juga perlu mengubah total birokrasi layanan sambungan baru. Terutama meniadakan kewajiban PLN menagih biaya instalatir dan KONSUIL pada pelanggan. PLN cukup menagih biaya sambungan saja. “Tapi sampai sekarang masih banyak unit PLN yang menagih ke calon pelanggan dengan nilai yang jauh lebih besar dari biaya resmi, karena biaya untuk instansi lain seperti KONSUIL dan instalatir ditagihkan sekaligus dengan pembayaran untuk PLN, sehingga mengejutkan mereka. Calon pelanggan mengira, PLN mengenakan biaya sangat mahal,” ujarnya. Direksi PLN sudah meledakkan “bom” pertamanya. Apakah para mafia sambungan bisa tetap survive? Pertanyaan ini cukup menggelitik. Pasalnya, seorang pelanggan di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang tak mau disebut identitasnya mengaku harus membayar Rp 2,5 juta untuk sambungan 1.300 VA. Ironisnya, transaksi terjadi menjelang peringatan HLN ke-65, ketika GRASSS 2010 tengah gencar digelar PLN. Wah...., haruskah “bom” kedua diledakkan tahun ini juga? (*)
teroka Tulus Abadi - Pengurus Harian YLKI
Transparansi Jaya Suprana memberikan penghargaan MURI kepada Dahlan Iskan
Jaya: Rekor Seantero Planet Bumi PLN mengukir prestasi monumental melalui Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS) 2010, yang penyalaannya dilaksanakan serentak di seluruh nusantara, Rabu (27/10), bertepatan dengan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-65. Gerakan yang sempat diragukan keberhasilannya, termasuk oleh sebagian kalangan PLN sendiri ini nyatanya berjalan mulus dan diacungi jempol banyak pihak. Sang komandan Museum Rekor Indonesia (MURI), Jaya Suprana, misalnya. Dia menilai, gerakan sehari sejuta sambungan ini patut dihargai. Bahkan, gerakan “gila-gilaan” ini layak dicatat sebagai sebuah “rekor dunia”. Pasalnya, menurut Jaya, tak ada perusahaan listrik di negara mana pun yang mencatat jumlah penyambungan listrik sebanyak itu dalam waktu serentak. “Atas nama MURI, saya menganugerahkan piagam penghargaan atas rekor penyambungan listrik secara serentak dengan jumlah terbanyak di planet bumi kepada PLN,” ujarnya saat menyerahkan penghargaan tersebut kepada Direksi PLN di auditorium PLN Kantor Pusat, (27/10). Usai menyerahkan piagam rekor kepada Dirut PLN, Dahlan Iskan, Jaya Suprana kembali berkomentar, “Jika Zaenuddin MZ dikenal sebagai da’i sejuta umat, maka Dahlan Iskan layak disebut sebagai Dirut sejuta pelanggan.” Celoteh pengusaha jamu itu spontan disambut riuh tepuk tangan hadirin. Menanggapi pujian itu, Dahlan Iskan sontak balik berkomentar. “Sukses Gerakan Sehari Sejuta Sambungan ini bukan hasil karya Direksi, tapi berkat semangat tinggi dan kerja keras semua teman-teman di PLN. Jadi, pegawai PLN-lah yang patut diberi penghargaan besar ini,” tandasnya. Suara applause di ruang auditorium pun membahana. (*)
8
Kunci Solusi Kelistrikan Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, kualitas pelayanan kepada konsumen merupakan hal utama. Tak heran, komitmen PLN melayani masyarakat dalam hal penyediaan ketenagalistrikan merupakan hal yang terus menjadi sorotan berbagai pihak, terutama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Bagaimana pandangan YLKI menyangkut pelayanan PLN kepada masyarakat, serta apa saja kritik dan saran untuk PLN, berikut penuturan Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi. Bagaimana penilaian Anda tentang kinerja PLN saat ini? Kinerja jika dikaitkan dengan jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke YLKI, memang PLN masih berada pada posisi paling atas dalam hal pengaduan di bidang pelayanan publik. Data terakhir jumlah pengaduan mencapai 5.300. Menurut teori, suara 1 orang konsumen itu mewakili suara
Tulus Aba
di
9
garda 1.000 orang. Pengaduan terbanyak soal pemadaman listrik. Selain karena jumlah pelanggannya paling besar jika dibandingkan perusahaan sejenis, fakta bahwa pengaduan masyarakat terhadap PLN masih banyak menunjukkan sebenarnya ada persoalan mendasar di PLN yang belum terselesaikan. Bukankah Direksi sudah berkomitmen tidak ada pemadaman lagi? Saya hargai komitmen kuat yang dibuat Direksi PLN untuk masyarakat bahwa tidak akan ada pemadaman lagi, dan hal itu juga di-endorse oleh pemerintah. Komitmen Direksi yang bersedia turun langsung ke lapangan amat luar biasa. Semangat dan komitmen pekerja PLN di lapangan juga tak kalah luar biasa. Tapi, soal masih banyaknya keluhan masyarakat, menurut pengamatan saya, karena masalah informasi dan komunikasi. Bisa dijelaskan maksudnya? Begini, menurut saya, manajemen PLN dan pemerintah tidak transparan dan informatif, bahkan tidak jujur dan banyak hal yang ditutupi atas permasalahan yang terjadi. Misalnya, Menteri ESDM dan Menteri BUMN menjanjikan awal Desember 2009 tidak ada pemadaman bergilir lagi di wilayah Jabodetabek. Jaminan semacam itu sangat tidak berdasar. Mengapa? Karena semua trafo gardu induk di wilayah Jabodetabek dalam posisi overloaded dan PLN pun tidak mempunyai cadangan. Artinya, potensi untuk terjadinya ledakan serupa sangat besar. Pemerintah dan PLN tidak mampu menjelaskan hal penting mengenai arti kalimat “tidak ada pemadaman listrik”. Seharusnya dilengkapi dengan kalimat, “selama tidak ada perbaikan”. Jadi, informasi yang disampaikan ke masyarakat tidak utuh mengenai konteks pemadaman itu. Ketika ada kerusakan, baik yang disebabkan oleh perawatan misalnya, atau karena insiden, otomatis kemampuan PLN berkurang, sehingga terpaksa timbul pemadaman. Tapi, masyarakat tidak mau tahu. Yang
mereka tahu, PLN berjanji tidak ada pemadaman, padahal faktanya ada pemadaman. Ini membuat penilaian tersendiri bahwa PLN ingkar janji. Di luar hal itu, PLN juga menurut saya, harus lebih mengukur kemampuan infrastruktur yang ada. Memang, komitmen untuk tidak ada pemadaman sangat bagus, terutama untuk memberi semangat positif kepada petugas PLN di lapangan. Tapi, kalau ternyata hal itu tidak didukung oleh kemampuan teknis infrastruktur yang ada, akan percuma juga. Jadi, baiknya diungkapkan secara terbuka pada masyarakat mengenai kondisi infrastruktur PLN beserta penjelasannya, misalnya jika pemakaian listrik berlebih bisa terjadi overload yang pada level tertentu bisa timbul ledakan. Jadi, menurut Anda, komitmen itu lebih dari sekadar obsesi? Obsesi, cita-cita, target ataupun tekad boleh-boleh saja, Malah itu bagus, sehingga bisa memicu semangat untuk menghasilkan yang terbaik. Tapi, menurut saya, jangan terlalu ngoyo sehingga terkesan menebar janji palsu. Jadikan semua itu sebagai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Jika menilik pada kompleksitas persoalan, rasanya tidak cukup elok kalau hanya membebankan tanggung jawab ke pundak manajemen PLN. Pada tataran manajerial, benar bahwa manajemen PLN layak dimintai pertanggungjawaban. Tapi pada tataran kebijakan, pemerintahlah yang bertanggung jawab. Sebab faktanya, persoalan di sektor ketenagalistrikan saat ini lebih banyak dipicu oleh persoalan hulu, bukan persoalan hilir. Jadi, seyogianya manajemen PLN dan pemerintah mengambil langkah konkret, baik yang sifatnya preventif maupun kuratif. Tindakan preventif, janganlah ada manipulasi data, fakta, dan informasi kepada konsumen. Sodorkan informasi yang cerdas dan faktual kepada konsumen, sehingga konsumen listrik turut berempati dengan permasalahan ini. Informasi yang manipulatif dan simpang siur hanya akan membuat
10
konsumen geregetan, bahkan bukan tidak mungkin melakukan tindakan anarkis dan vandalistis terhadap infrastruktur PLN. Dari sisi kebijakan, pemerintah seharusnya konsisten dengan kebijakan energi primernya. Janganlah manajemen PLN diminta (baca: ditekan) untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak pada mesin pembangkitnya, tapi pasokan gas dan batu bara nasional tidak ada karena diekspor. Bagaimana dengan inovasi yang dibuat PLN? Sangat baik, misalnya soal Listrik Prabayar. Ini merupakan terobosan. Tapi, tak sedikit konsumen yang mengeluh sulitnya mencari voucher isi ulang. Jadi, alangkah sayangnya jika inovasi yang ada kurang didukung kesiapan di lapangan. Bagaimana dengan gugatan “class action” yang sering didengungkan YLKI? Sebenarnya, kalau kami sering mengungkapkan kata class action, itu karena ditanya oleh wartawan, apakah siap mengajukan gugatan class action. Ya kami nyatakan siap. Tapi, itu bisa terealisasi kalau masyarakat yang mengajukan, bukan YLKI. Kami cuma memfasilitasi. Terkait HLN pada 27 Oktober, apa yang ingin Anda sampaikan untuk PLN? Kami berharap, PLN tetap menjaga etos kerja. Kembalikan kepercayaan publik kepada PLN. Saya yakin, kalau PLN dan pemerintah transparan mengenai kondisi yang ada, masyarakat akan lebih memahami jika terjadi pemadaman, atau jika tarif listrik terpaksa dinaikkan. Selama ini, saya menduga, penolakan TDL dari masyarakat bukan semata-mata karena mereka tidak mampu, tapi mereka tidak “rela” karena menganggap kinerja PLN belum memuaskan. Buatlah masyarakat (konsumen) merasa ikut memiliki PLN dan bangga terhadap PLN. Saya ucapkan selamat Hari Listrik Nasional ke-65. Semoga PLN makin sukses. (*)
Mereka Sudah Mendunia,
PLN Kapan?
Beberapa BUMN di negeri ini telah menunjukkan eksistensinya ke kancah global dengan meraih segudang prestasi. Sebut saja misalnya PT Telkom yang mampu meraih BUMN Award pada tahun 2000-an. Atau Bank Mandiri yang dari waktu ke waktu kinerjanya kian membaik.
Direktur SDM PLN, Eddy D. Erningpraja tengah menyampaikan materi
Namun, setelah bertahun-tahun kinerja PLN masih stagnan dan belum ada yang luar biasa. “Mereka sudah mendunia, tapi PLN masih seperti ini saja,” ujar Direktur SDM PLN, Eddy D. Erningpraja pada acara sosialisasi Performance Measurement System di auditorium PLN, Senin (4/10). Menurut Eddy, sebenarnya PLN mampu menjadi yang terbaik dalam kurun waktu dua tahun, asalkan pegawainya tidak memarjinalkan diri. “Untuk itu kami berupaya mengubah suatu sistem yang merangkai bagaimana sebuah perusahaan mengidentifikasi pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki karyawannya,” kata Eddy. Eddy menjabarkan segala permasalahan tersebut agar menjadi problem solving yang senantiasa harus ada di PLN, sehingga core bisnisnya tetap berjalan. Mulai 2004, PLN telah mengenalkan sistem manajemen ki-
nerja berbasis kompetensi. Eddy memaparkan, kompetensi merupakan aset yang harus dimiliki pegawai mulai dari perilaku, kemampuan melakukan sinergi kerja sama, dan keahlian pada bidang-bidang yang ada agar semua core bisnis PLN bisa terlaksana dengan baik. Setelah kompetensi terjabarkan dengan baik, yang menjadi sorotan manajemen PLN selanjutnya adalah pengetahuan. “Kami mulai melihat pengetahuan apa yang harus diajarkan kepada pegawai atau latar belakang pendidikan apa yang harus kami ambil, agar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan itu ada di PLN, misalnya dengan knowledge management sharing atau knowledge festival,” paparnya. Setelah memetakan pengetahuan yang ada di perusahaan, Eddy melalui direktori pelatihan mulai menggenjot bawahannya untuk mengasah kom-
11
petensinya. “Pada sistem manajemen kinerja yang sudah online, para pegawai dapat mengetahui posisi jabatannya. Pegawai yang memposisikan diri pada jabatan tertentu seyogyanya menguasai 70 persen penguasaan kompetensi,” katanya. Satu yang tak luput dari perhatian Eddy adalah inovasi. Karena di era pembaharuan ini, inovasi penting dilakukan karena tidak sekadar mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Menurutnya, lari yang tadinya 10 detik per meter bisa menjadi 3 detik per meter pun merupakan sebuah inovasi. Untuk itu, pihaknya meng-hayer kembali orang-orang yang sudah tidak bekerja lagi di PLN karena masih terdapat beberapa keahlian yang belum sempat diturunkan di PLN. “Kami minta, setiap insan PLN yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman lebih agar bisa berbagi kepada temantemannya,” ujar Eddy. Dalam sebuah korporat, kata Eddy, setiap insan di dalamnya harus tahu bahwa ada satu tujuan yang harus dicapai. “Saya mau mengajak bapak-ibu semua, mulai konsisten menerapkan sistem pengukuran kinerja yang sudah kita terapkan sejak 1 januari 2008. Sampai kemarin, setiap penghujung proses penilaian tiap assessment tidak pernah ada hasilnya. Direksi tidak mau itu terjadi lagi. Yang terjadi dalam 1,5 tahun ini adalah bapak-ibu tidak pernah menyelesaikan angka. Kalau ada target membuat laporan, maka targetnya adalah selesai. Selesainya berapa lama itu tidak tahu,” papar Eddy menegaskan. (*)
garda
Pahlawan, Direktur Perencanaan Nasri Sebayang, dan GM PLN Pembangkitan SBS Sudirman, melakukan perjalanan darat mulai dari Lampung sampai Sumatera Barat. Ketika singgah di Lampung, Dahlan meninjau PLTU Tarahan Unit #3 dan #4 yang sering mengalami gangguan. Secara langsung, Dahlan menerima penjelasan dari Manajer PLN Pembangkitan Sektor Tarahan Djatmiko mengenai pecahnya tube boiler. Di tengah kunjungannya, Dahlan Iskan sempat mene-
melakukan suntik reaktif. “Kami akan memotong jaringan yang terlalu panjang dengan mendirikan pembangkit kecil. Dua jalur yang akan dibangun adalah Padang-Bengkulu dan Solok-Sungai penuh. Kalau tidak segera diantisipasi, tegangan listrik yang diterima masyarakat akan semakin kecil. Jika jalur Padang-Bengkulu sudah terpasang, permasalahan di Sumbar bagian selatan akan teratasi. Tahun depan kami rencanakan semuanya siap. Permasalahan jarak ini hampir dialami seluruh wilayah. Bahkan di Jawa lebih parah. Listrik yang sampai ke masyarakat sangat kecil, sehingga tak mampu menyalakan televisi,” beber Dahlan. Tak hanya itu, ketika mengunjungi pembangunan megaproyek PLN PLTU Teluk Sirih 2x100 MW yang terletak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang, PLN menargetkan beroperasi tahun depan. “Tahun depan, PLTU Teluk Sirih sudah bisa mengalirkan listrik untuk masyarakat yang membutuhkan. Kami sedang mengebut pekerjaan infrastruktur. PLTU ini salah satu jawaban kunci krisis listrik yang selama ini dialami. Kalau sudah difungsikan, frekuensi pemadaman di Sumatera bisa ditekan,” ujar Dahlan. Dahlan menyebutkan, dengan beroperasinya PLTU Teluk Sirih, otomatis pembangkit Danau Maninjau tak akan lagi “diperkosa” beramai-ramai. Menurut Dahlan, pembangkit Maninjau seharusnya hanya beroperasi 5-6 jam dalam sehari. “Itu sudah maksimal, jangan terlalu dieksploitasi. Berfungsinya PLTU Teluk Sirih berarti tidak akan ada lagi pemadaman bergilir ketika kemarau panjang datang. Saat ini, kemarau menjadi momok yang menakutkan. PLN wilayah Sumbar harus bekerja ekstra untuk mencapai target yang telah dijanjikan kepada saya,” tutur Dahlan. Di Sumatera, lanjut Dahlan, jumlah potensi pembangkit listrik cukup banyak. Di Sumatera Barat saja terdapat sekitar 60 titik air yang potensial dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Namun, semuanya belum bisa ter-cover dengan baik. PLN sendiri masih mengebut target yang telah ditetapkan. Dalam setiap pengerjaan pembangunan, Dahlan berjanji akan melibatkan SDM dalam negeri. “Seluruh pembangunan yang dilakukan PLN akan melibatkan SDM dalam negeri. Saya percaya, anak bangsa ini pintar-pintar.
12
13
“Kado-kado Istimewa”
dari Kunjungan Dirut
Selalu saja ada “kado istimewa” yang diberikan Dirut PLN Dahlan Iskan saat melakukan kunjungan kerja ke unit-unit PLN di seantero nusantara. Saat berkunjung ke Sulewesi pada September kemarin, misalnya, Dahlan memberikan “kado” kepada masyarakat Paleleh, Kabupaten Buol, Sulawesi Utara, yaitu tepat tanggal 1 Januari 2011 nanti listrik di Paleleh diprogramkan menyala 24 jam. mui bayi usia 11 bulan asal Lampung yang akan menjalani transplantasi liver akibat kelainan saluran empedu. Keesokan hari, Dahlan mengunjungi pembangkit Independent Power Producer (IPP) Simpang Blimbing yang berkapasitas 2 x 113,5 MW. Dahlan sumringah saat mendengar penjelasan Direktur Utama PT GH EMM Indonesia,
Mr.Zhang Ke Ming, yang mengatakan bahwa PLTU Simpang Blimbing akan mulai Commersial of Date (COD) pada Juli 2011, lebih cepat dari yang direncanakan, yaitu September 2012. Dahlan mengharapkan, beroperasinya PLTU itu dapat mengurangi terjadinya defisit daya di Sumatera Bagian Selatan saat musim kemarau meraja. Setiap musim kemarau, sistem Sumbagsel selalu mengalami defisit daya sebesar 300 MW dikarenakan tidak beroperasinya beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kunjungan Dahlan ke Sumatera tak melulu diisi perbincangan serius. Saat bertatap muka di PLN Cabang Solok, Selasa (20/9), misalnya, Dahlan mesti rela memberikan “kado” 100 Yuan kepada salah seorang karyawan PLN Cabang Solok yang mampu menjawab panjang transmisi dari Solok ke Sungai Penuh. Panjangnya jarak transmisi dari Solok ke Sungai Penuh sekitar 230 kilometer membawa dampak tersendiri bagi penerimaan listrik pelanggan. Rencananya, untuk mengantisipasi ketidakstabilan tegangan dan kecilnya daya yang diterima masyarakat, PLN akan mendirikan beberapa gardu kecil. Jika jarak pengiriman listrik lewat kabel dari gardu induk ke masyarakat terlalu jauh, maka daya yang diterima akan kecil. Artinya, tegangan listrik semakin turun. Dua jalur yang akan dibantu dengan pembangkit kecil adalah PadangBengkulu yang berjarak 267 kilometer dan Solok-Sungai Penuh. Khususnya untuk Solok-Sungai Penuh, PLN akan Dahlan Iskan berdialog dengan pegawai PLN Cabang Solok
Dahlan Iskan tengah berbincang dengan keluarga dari bayi 11 bulan yang mengalami gangguan hati
Hal serupa ia lakukan saat melakukan perjalanan ke Sumatera Bagian Selatan dan Tengah (Sumbagselteng). Dalam satu kesempatan, Dahlan mengatakan, akhir tahun depan sekitar 2,5 juta calon pelanggan se-Indonesia yang masuk daftar tunggu akan diselesaikan penyambungan listriknya. Banyak hal yang ia bagikan saat bertatap muka dengan para stakeholder PLN di Sumbagselteng, Minggu-Selasa (19-21/9). Dahlan, didampingi Direktur Operasi Indonesia Barat Harry Jaya
Mengapa kita harus memakai tenaga luar? Kemampuan mereka juga tak kalah hebat. PLN akan memberikan kesempatan bagi mereka yang mempunyai keahian untuk berkiprah. Di Sarolangun saja saya membatasi pengerjaan oleh orang asing. Mereka hanya boleh bekerja tiga bulan, setelah itu semuanya akan dilanjutkan oleh orang dalam,” katanya. Sebelum mengunjungi Teluk Sirih, Dahlan Iskan terlebih dahulu meninjau operasional PLTU Ombilin 2x100 MW di Sawah lunto. Rombongan Dahlan pun diterima dengan baik oleh Manajer Sektor Ombilin Luthfy Triberu, Wakil Walikota Sawah Lunto Erizal Ridwan, serta staf dan pegawai PLN lainnya. Pertemuan dengan Kepala Daerah setempat, tidak disia-siakan Dahlan untuk membahas energi primer yang selalu menjadi kendala PLTU Ombilin. Dahlan mengutarakan, kesempatan mendapatkan pasokan batubara dari Sawah Lunto memang ada, terutama dengan memanfaatkan batubara dari tambang dalam. Namun, untuk melaksanakan tambang dalam sangat susah, tidak mungkin dilakukan pihak Indonesia maupun lokal. “Kita dan masyarakat harus rela melibatkan pihak asing,” katanya. Saat ini, keberadaan PLTU Ombilin memang sering tersendat pasokan batubara, mulai dari masalah harga batubara hingga kualitasnya. Dulu, PLTU Ombilin mendapatkan jaminan pasokan batubara, namun memasuki tahun 2000 PT BA tidak lagi memberikan angin segar kepada PLTU Ombilin. PT BA mengalami goncangan dengan tidak adanya produksi batubara, karena hingga saat ini tambang terbuka PT BA tidak lagi menghasilkan. Satusatunya harapan adalah tambang batubara dari perusahaan lokal yang terus mengumpulkan sisa-sisa batubara dari perusahaan sebelumnya. Wakil Walikota Sawah Lunto Erizal Ridwan, mengatakan, pemerintah secara umum telah berusaha menekankan kepada seluruh perusahaan lokal untuk lebih memprioritaskan penjualan batubara kepada PLTU Ombilin. Tapi, “PLN juga harus mendukung keberadaan perusahaan lokal agar lebih bergairah. Salah satunya dengan memberikan kontrak pembelian kepada perusahaan lokal sendiri,” katanya. (*)
Kabar Tim PDKB RJB
Terbiasa Pegang Setrum 500 kV Setrum, sekecil apapun dayanya pasti tak seorang pun rela memegangnya. Tapi tidak bagi tim Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Mereka mesti berani bekerja saat listrik sedang bertegangan. Pasukan inilah yang akan menjawab tantangan PLN masa kini, yaitu listrik tidak boleh mati setiap jamnya. Salah seorang pasukan elit pabrik setrum berpelat merah ini adalah Rayusi Saur Siboya (53th), Supervisor tim PDKB PLN Region Jakarta dan Banten (RJB). Sejak bergabung dengan tim PDKB RJB tujuh tahun silam, ia merasa ada tantangan tersendiri jika bekerja dalam keadaan bertegangan. “Ketika PDKB ini diperkenalkan kepada saya, saya merasa tertantang,” ujar pria yang akrab disapa Saur itu. Bersama ke-20 orang tim PDKB RJB, setiap harinya Saur senantiasa membangun kepercayaan diri seluruh tim sehingga mental pasukan elit ini tidak memble atau bermental tempe. “Yang paling utama dalam PDKB adalah pembentukan mental yang terlatih,” katanya. Berkutat dengan tegangan ekstra tinggi yang sedang online, tim elit RJB sudah terbiasa memegang setrum 500 kilo Volt, berpuluh-puluh kali lipat dengan tegangan distribusi yang 20 kV atau 220 volt yang ada di rumah tangga. Untuk mempercepat proses pengerjaan jika terjadi gangguan, Saur selalu menggunakan voltage detector sebagai teknologi untuk mendeteksi terjadinya gangguan di sepanjang transmisi SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). Alat tersebut, kata Saur, akan merekam semua kejadian gangguan, sehingga tim PDKB bisa langsung menganalisanya dan memperkirakan di daerah mana tower yang terganggu.
“Misalnya, dari gardu induk A, kami analisa jaraknya 10 kilometer ke arah gardu induk berikutnya. Kemudian kami cari tower berapa yang jaraknya 10 kilo meter dari gardu itu. Kalau asumsinya satu gawang ini 500 meter, berarti perkiraaannya di tower ke-20. Di tower 20 itu juga belum bisa langsung kami pastikan. Biasanya kami sisir ke belakang 10 meter ke depan 10 meter. Biasanya di situ kami temukan titik gangguan,” paparnya. Umumnya, lanjut Saur, yang menyebabkan kerusakan atau mengganggu sistem pada jaringan SUTET umumnya karena faktor petir. “Peralatan yang kami punya mempunyai kekuatan maksimum dan berbeda setiap komponennya. Sedangkan arus petir tidak bisa diprediksi kemampuannya. Arusnya sangat besar. Memang, kami telah memasang penangkap petir yang diturunkan ke ground melalui tower. Namun, kadang kala petir tidak bisa masuk ke ground karena tahanan kaki tiangnya terlalu besar, sehingga arus petir ini menjadi liar dan kembali mencari tahanan yang paling kecil. Arus petir seperti ini yang menyebabkan kerusakan pada komponen transmisi, sehingga isolator melemah dan ada kebocoran arus,” beber Saur. Secara sistem, kebocoran arus tersebut akan memberikan sinyal ke gardu induk yang harus cepat direspon oleh tim PDKB. Dalam proses perbaikan tersebut, Saur dengan timnya selalu menempatkan faktor keselamatan
14
menjadi yang pertama. “Di PDKB itu prosedurnya sangat ketat. Sebelum melakukan pekerjaan, semua harus diperiksa, baik itu kondisi towernya, lingkungan kerjanya, kawatnya, aksesoris yang mau diperbaiki, dan itu semua harus sudah kami rekam. Setelah itu kami analisa, dan hasil dari analisa itulah baru boleh kami berikan tindakan kerja. Selanjutnya, setiap orang dalam tim tidak diperkenankan berinovasi. Misalnya, sebelumnya sudah disepakati untuk melakukan kerjaan A, namun setelah di lapangan, ada inisiatif untuk mengubah jadi B. Itu tidak diperkenankan, karena akan menjadi potensi bahaya. Kalau menyimpang dari prosedur yang sudah dibahas, itu akan menjadi fatal akibatnya,” ungkap Saur menjelaskan. Dari prinsipnya yang mengutamakan keselamatan itulah, selama bekerja dalam tim PDKB RJB, belum ada kecelakaan yang serius. “Mudah-mudahan jangan sampai terjadi kecelakaan itu,” ujar ayah tiga anak itu mengakhiri pembicaraan. (*)
Rayusi Saur Siboya
garda
Gubernur Sumbar Resmikan Listrik Biogas
Kelompok Tani Mandiri Energi Lurah Sepakat yang berada di Nagari Simarasok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, mendapat kado istimewa dari Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno. Bukan kado sembarang kado, karena kado yang satu ini tak ada di pasar tradisional atau di mal sekalipun.
Kelompok tani itu mendapat kado dari gubernur yang berkenan meresmikan pembangkit listrik biogas yang dibuat Kelompok Tani Mandiri Energi Lurah Sepakat, Sabtu (23/10). Program Kelompok Tani Mandiri Energi terlaksana berkat kerja sama antara Universitas Andalas dengan PLN Wilayah Sumatera Barat (WSB). Irwan mengatakan, proyek biogas berskala rumah tangga itu merupakan sebuah langkah maju masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraanya. “Proyek biogas ini patut dijadikan percontohan untuk kelompok tani organik di seluruh Sumatera Barat, karena multi fungsi mulai dari peternakan dan
pertanian organik, juga bahan dasar biogas berupa kotoran sapi, ampasnya digunakan kembali untuk kompos siap pakai,” ujarnya. Sementara itu, GM PLN WSB, R. Krisna Simbaputera, menyampaikan, PLN memiliki program CSR yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Pemilihan biogas sebagai salah satu program CSR didasari oleh pencarian energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan untuk masyarakat pedesaan yang jauh dari jangkauan jaringan PLN. “Dalam program ini, kami menggandeng Universitas Andalas sebagai institusi pendidikan dan penelitian yang tujuannya untuk
15
memperkenalkan kepada masyarakat bahwa energi listrik bisa dihasilkan dengan teknologi sederhana dan tidak harus dari PLN”, urai Krisna dalam sambutannya. Raktor Unand yang diwakili Pembantu Rektor IV Prof Dr Helmy, mengatakan, Unand melalui lembaga pengabdian masyarakat, senantiasa melakukan program pemberdayaan masyarakat termasuk termasuk masyarakat petani. “Dalam program pemberdayaan tersebut, kami bekerja sama dengan berbagai instansi termasuk PLN”, katanya.
Kelompok Tani Mandiri Energi Lurah Sepakat, Mayornis, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihka-pihak yang telah memperkenalkan teknologi biogas. “Awalnya kami ngga percaya kalau kotoran sapi dapat diubah menjadi listrik dan api untuk memasak,” ujarnya seraya menyebutkan, dari lima ekor sapi dapat menghasilkan listrik sebesar 800 watt ditambah lagi pupuk kompos yang dihasilkan dari ampas biogas kualitasnya lebih baik. (*)
kabar
kabar
Implementasi OPI di PLTGU Sektor Cilegon Teriakan penuh semangat membahana di PLTGU Sektor Cilegon, pertengahan Oktober kemarin. Bukan ada yang sedang berunjuk rasa, melainkan para pegawai di lingkungan PLTGU Sektor Cilegon tengah mengikuti kick off implementasi program OPI (Operational Performance Improvement). “PLN Jaya… Jawa Bali Excellent… OPI Yes Yes Yes!” mereka berteriak serentak. Untuk terus menggulirkan program metamorfosa dan mempercepat transformasi di unit-unit PLN, Direktorat Operasi Jawa Bali berinisiatif melaksanakan OPI. Pasalnya, ini merupakan program transformasi yang komprehensif dan mencakup sisi teknikal dan non-teknikal serta bersifat jangka
panjang guna mendukung PLN Golden Year 2012. Terdapat tiga elemen utama yang menjadi fokus peningkatan kinerja dalam program OPI. Pertama, technical system; yaitu bagaimana aset
16
dipergunakan untuk memaksimalkan nilai yang dapat dihasilkannya. Kedua, management infrastructure; yaitu struktur dan proses formal untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki agar dapat mencapai tujuan bersama. Ketiga, mindsets, capabilities and leadership; yaitu cara berpikir, berperasaan, berperilaku, keahlian, dan kapabilitas dalam bekerja serta kemampuan untuk menerjemahkan visi yang jelas dan menggerakkan organisasi ke arah yang lebih baik. Keberhasilan program ini nantinya tidak bisa lepas dari komitmen manajemen dan dukungan dari seluruh elemen perusahaan. Dalam program OPI, lini manajemen berperan sebagai OPI leaders (pemimpin transformasi) yang menggerakkan implementasi OPI dengan mencarikan solusi dari hambatan yang ada, membuat keputusan mengenai isu-isu penting dan memberikan coaching kepada para bawahannya. Sedangkan Supervisor berperan sebagai leader di lapangan yang akan memimpin dan mengawal pelaksanaan inisiatif perbaikan kinerja hari ke hari dengan dukungan seluruh frontliner sebagai pelaksananya. (*)
Jangan Takut Jadi “Whistleblower’s” Sejak PLN dipilih sebagai pilot project “KPK Whistleblower’s System” (KWS), jajaran direksi terus bergerak menyosialisasikan sistem “penyingkap aib” itu. Dalam coffee morning di ruang auditorium lantai 3 PLN Pusat, Rabu (13/10), misalnya, direksi PLN mengundang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk langsung menyosialisasikan “Cara Aman Melaporkan Korupsi.” Menurut Teguh Widodo, salah satu pemateri dari Direktorat Pengaduan Masyarakat KPK, Whistleblowing merupakan pengungkapan tindakan pelanggaran atau perbuatan melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan. “Pengungkapan tersebut dilakukan oleh pegawai atau pimpinan organisasi kepada pimpinan organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut dan dilakukan secara rahasia, serta dengan i’tikad baik dan tidak didasari kehendak buruk atau fitnah,” paparnya. Sasaran sistem whistleblowing, kata Teguh, adalah untuk melawan korupsi, meningkatkan kualitas pelayanan publik, memelihara standar perilaku dan integritas dari pejabat publik/birokrat, dan meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah, serta untuk membangun budaya yang terbuka terhadap sistem whistleblowing. Teguh menyebutkan, orang yang menjadi whistleblower adalah pihak internal (pegawai organisasi itu sendiri) dan pihak eksternal (mitra kerja dan masyarakat). “Mereka adalah seseorang yang ingin menyampaikan adanya pelanggaran atau kejahatan yang melanggar aturan, memiliki rasa tanggung jawab, percaya pada standar moral tertentu, dan terutama memiliki bukti, informasi atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran yang dilaporkan,” jelasnya. Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 15 Butir A, KPK berkewajban (antara lain) untuk memberikan perlindungan terhadap
saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi. “Yang dimaksud dengan “memberikan perlindungan” dalam ketentuan ini melingkupi juga pemberian jaminan keamanan dengan meminta bantuan kepolisian atau penggantian identitas pelapor atau melakukan evakuasi termasuk perlindungan hukum,” ujar Teguh. Teguh menjelaskan, KWS merupakan sarana yang aman bagi whistleblowers untuk menginformasikan dugaan tindak pidana korupsi yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh mereka. Pengelolaan penanganan pengaduan melalui KWS dilakukan oleh Direktorat Pengaduan Masyarakat KPK. “Berbeda dengan pengaduan dengan media lain, dimana pelapor menerima tanggapan dari KPK apabila mencantumkan identitas jelas, melalui KWS pelapor menerima tanggapan apabila membuat Kotak
17
Komunikasi meskipun tidak mengungkapkan identitasnya (anonim). Dan, beberapa pengaduan yang tidak memenuhi kewenangan KPK dapat dikoordinasikan dengan instansi terkait lain,” ucap Teguh. Untuk keamanan komunikasi antara pelapor dengan KPK, lanjut Teguh, KPK menyediakan kotak komunikasi yang di dalamnya berisi nama samaran dan kata sandi yang hanya diketahui oleh pelapor saja. Jika isi laporan telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, petugas KPK akan menghubungi pelapor melalui kotak komunikasi ini untuk proses lanjut penanganan pengaduan. Untuk keamanan pelaporan, Teguh menyarankan agar pelapor tidak mengisi data pribadi dalam informasi dugaan tindak pidana korupsi yang disampaikan. Juga, pelapor harus memastikan agar jaringan sistem tidak terhubung dengan internet yang tidak aman dan hindari penggunaan PC/Laptop atau jaringan internet di internal instansi pelapor. Untuk lebih jelasnya, Teguh mempersilakan membuka website http://kws.kpk.go.id. (*)
kabar
Menristek
Apresiasi Inovasi PLN
Salah satu cara untuk memenangkan persaingan global yang semakin ketat, pemerintah mendorong masyarakat untuk terus berinovasi di setiap lini kehidupan. “Bangsa Indonesia harus menjadikan inovasi sebagai darah atau nafas dalam pembangunan, sehingga akan menjadi innovation nation,” ujar Menteri Negara Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata, di hadapan ratusan inovator PLN yang mengikuti gelaran ‘Knowledge sharing, Norm discussion, Innovation contest, Festival & Exhebition (KNIFE)’ 2010 di auditorium lantai 3 PLN Pusat, Selasa (19/10). Untuk itu, Suharna mengajak pimpinan PLN bersama pemerintah membangun panggung inovasi (The Stage of Innovation), sehingga akan mendorong terjadinya interaksi aktoraktor inovasi dalam suasana yang kondusif untuk pengembangan produk atau penciptaan nilai berbasis ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan tersebut, Suharna mengutarakan capaian pembangunan ekonomi yang semakin membaik, ditandai dengan melonjaknya Indeks Daya Saing Global (Global Competitivness Indeks) 2010 yang di-release Word Economic Forum. “Saat ini Indonesia menduduki rangking ke 44, lebih baik dari sebelumnya tahun 2009 yaitu rangking 54. Ini suatu loncatan yang berarti, karena merupakan potret bangsa Indonesia,” sebutnya. Menurut sensus 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mencapai di atas 6 persen dengan income per kapita sebesar $ 3000. “Peningkatan posisi Indonesia di tataran persaingan global, bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Harus ada peran swasta, termasuk BUMN serta masyarakat semua,” ujar Suharna.
Indonesia, lanjut Suharna, sedang memasuki fase tingkatan kemajuan ekonomi yang berbasis efisiensi dalam proses ekonominya (effesiency driven) dari fase tingkatan kemajuan ekonomi sebelumnya yang berbasis faktor-faktor dasar (factor-driven). Menurut Suharna, terdapat 12 pilar yang mendukung indeks daya saing global Indonesia, dua diantaranya harus memerlukan perhatian serius, yaitu pilar infrastruktur dan kesiapan teknologi. Saat ini aspek infrastruktur Indonesia masih menduduki urutan 82 dari 139 negara. “Pasokan listrik merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam infrastruktur untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Kalau pemerintah manargetkan pertumbuhan ekonomi pada lima tahun ke depan sebesar 7 persen, hal ini akan berdampak pada pertumbuhan permintaan listrik sebesar 10,5 persen per tahun. Tantangan yang cukup serius bagi PLN dan bagi kita semua untuk bisa memenuhi kebutuhan listrik tersebut,” jelasnya. Dari segi kesiapan teknologi, posisi Indonesia masih berada pada urutan ke-91 dari 139 negara. Salah satu indikator pilar kesiapan teknologi adalah
18
sejauhmana industri, termasuk BUMN, mempunyai kesiapan untuk menyerap teknologi guna meningkatkan produktifitas industri dan layanan yang diberikan. “Rendahnya aspek ini menunjukkan bahwa industri kita belum banyak memanfaatkan teknologi, baik teknologi yang dikembangkan di dalam negeri maupun teknologi yang didatangkan dari luar negeri untuk pengembangan produk yang kompetitif guna meningkatkan daya saingnya,” ucap Suharna. Rendahnya serapan industri akan pemanfaatan teknologi ini, berbanding terbalik dengan kemampuan inovasi bangsa. Terbukti dengan rangking pilar inovasi Indonesia dalam Daya Saing Global yang cukup tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Indeks inovasi, ungkap Suharna, meningkat
tajam dari posisi ke-47 pada 2008 ke posisi 39 pada 2009, dan tahun ini pada posisi ke-36. “Ini menunjukkan bahwa kemampuan anak bangsa untuk melakukan inovasi itu sangat besar, sementara serapan di industri masih rendah. Saya ingin mengingatkan apa yang disampaikan bapak wakil presiden, bahwa produktivitas itu akan meningkat kalau inovasi digunakan dalam pembangunan. Sebab, kita harus mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif tidak lain harus menggunakan IPTEK dan inovasi, sehingga effesiency driven bisa terjadi kalau inovasi dilakukan. Tanpa inovasi, saya kira susah didapatkan efisiensi itu,” beber Suharna. Dalam kesempatan itu, Menristek sangat mengapresiasi jajaran PLN karena inovasi dan pendayagunaan hasil-hasil litbang terjadi dalam satu atap, sehingga jembatan antara litbang dan pendayagunaan bisa didekatkan tanpa harus menghadapi hambatan
Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata memberi sambutan
struktural maupun regulasi yang besar. Menurutnya, tugas manajemen dan pemerintah adalah memberikan tanggul kepada aktor inovasi. Tanggul ini dibangun berdasarkan dari kebi-
jakan berbagai sektor, baik kebijakan ekonomi, pendidikan, IPTEK, maupun kebijakan perburuhan. “Hanya produk yang terstandarlah yang bisa berkompetisi. Untuk itu, harus dimulai dari riset, inovasi, dan standarisasi. Ini diperlukan sinergitas dari pemerintah, para peneliti, dan dunia usaha. Jadi, riset inovasi dan standarisasi itu merupakan langkah-langkah yang harus dilalui untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan pelayanan agar menjadi lebih baik, dan mampu bersaing sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tuturnya. Menurut Suharna, PLN bisa dijadikan contoh perusahaan dalam inovasi di Indonesia. Karena apa yang dilakukan PLN, dukungan dari pimpinan terkait hasil-hasil litbang dan peneliti internal PLN itu dimanfaatkan kepada unit kerjanya. Hal itu untuk meningkatkan produktivitas atau mengatasi berbagai macam permasalahan yang dihadapi PLN dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan listrik kepada masayarakat. “Untuk itu, saya mengajak PLN agar terus mendorong kegiatan litbang, untuk penguasaan, pengembangan inovasi nasional dan inovasi teknologi, untuk meningkatkan kualitas layanan publik dengan menyediakan listrik yang mencukupi bagi seluruh rakyat indonesia,” pungkasnya. Panggung Inovasi Direktur Energi Primer PLN Nur Pamudji, mengatakan, KNIFE merupakan suatu forum yang mengolaborasikan kegiatan knowledge sharing, forum diskusi, standarisasi, lomba karya inovasi, dan forum diskusi inovasi, serta pameran karya inovasi. Melalui acara yang diselenggarakan pada Selasa-Rabu (1920/10), itu diharapkan dapat mendorong terwujudnya bu-
daya berbagi pengetahuan dan mendorong SDM PLN untuk menghasilkan karya inovasi yang lebih berbobot. Pameran itu menampilkan karyakarya inovasi dari unit atau anak perusahaan PLN yang merupakan pemenang dari lomba tahun lalu. Tahun ini PLN mengikutsertakan Direktorat Jendral Hak Atas Kekayaan Intual (HAKI) untuk berperan serta dalam pameran agar dapat memberikan tambahan pengetahuan berkaitan dengan pengurusan paten dan yang berkaitan dengan karya inovasi. Saat ini PLN telah menghasilkan lebih dari 1.500 karya inovasi dan dua diantaranya telah mendapatkan hak paten dan enam karya inovasi sedang dalam proses pendaftaran untuk memperoleh hak paten, serta satu karya inovasi telah memenangkan lomba karya inovasi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Ditjen HAKI. “Yang lebih menggembirakan lagi, beberapa perusahaan listrik ASEAN yang tergabung dalam organisasi HAPUA telah menyatakan minatnya untuk memanfaatkan karya inovasi tersebut. Juga ada beberapa investor yang berminat membeli dan mengembangkan karya inovasi untuk dijadikan produk komersial. Saat ini kami sedang mengkaji dan mengembangkan bentuk penghargaan yang akan diberikan kepada para inovator maupun pembinanya, serta formulasi dan skema yang sesuai untuk pemanfaatan secara komersial,” bebernya. (*)
Direktur Energi Primer PLN Nur Pamudji tengah memberi sambutan
19
kabar
kabar
“Ngeteh” Bareng RI-1 Ngeteh alias minum teh pastinya merupakan kebiasaan yang lazim Anda lakukan setiap pagi hari. Tapi, bagaimana kalau minum teh itu dilakukan di istana negara? Pengalaman langka itulah yang dialami pegawai-pegawai PLN yang berprestasi dan jajaran BRI, Selasa (12/10).
listrik bagi masyarakat luas. Setidaknya, saat ini tidak kurang dari 2,5 juta calon pelanggan di seluruh Indonesia masih tercatat dalam daftar tunggu permohonan sambungan baru. Kini, setelah terpenuhinya pasokan daya dan tidak ada lagi krisis daya, PLN lebih mempunyai kemampuan untuk memenuhi permintaan sambungan listrik masyarakat yang selama ini belum dapat dilayani secara maksimal. “Untuk memenuhi permintaan masyarakat, PLN giat menyelesaikan daftar tunggu. PLN telah mencanangkan Gerakan Sehari Sejuta Sambungan pada tanggal 27 Oktober 2010 yang bertepatan dengan Hari Listrik Nasional” kata Dahlan. Melalui gerakan ini PLN melayani sejuta daftar tunggu di seluruh Indonesia. Kegiatan ini melibatkan seluruh pegawai PLN se-Indonesia yang turun langsung ke lapangan untuk melakukan penyambungan dan penyalaan
Dahlan Iskan tengah menyampaikan sambutan di hadapan Presiden SBY dan tamu lainnya
Acara itu merupakan tindak lanjut dari undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada manajemen PLN yang pernah disampaikannya pada acara deklarasi “Gerakan Menuju Indonesia Bebas Pemadaman Bergilir” di Mataram-NTB akhir Juli lalu. Turut hadir Dirut PLN Dahlan Iskan beserta jajaran direksi dan komisaris, Menko Perekonomian, Menteri BUMN, Menteri ESDM, GM PLN se-Indonesia, dan jajaran Dalam sambutannya, presiden mengatakan, ia sangat memberikan apresiasi kepada dua BUMN berprestasi, yaitu PLN yang telah menyelesaikan krisis listrik dan BRI yang telah sukses menyalurkan Kredit Usaha Rakyat. “Jamuan minum teh ini merupakan salah satu bentuk apresiasi tersebut” kata presiden. Sementara itu, dalam laporannya Dahlan Iskan mengatakan, beberapa hal yang menjadi sorotan masyarakat
adalah krisis daya listrik, panjangnya daftar tunggu permintaan listrik, dan efisiensi PLN. “Krisis daya telah diselesaikan akhir Juni lalu” katanya. Akibat krisis daya yang berkepanjangan pada masa lalu, PLN tidak mampu melayani secara maksimal permintaan sambungan baru dari masyarakat. Padahal, salah satu tugas PLN adalah menyediakan sambungan
20
listrik bagi masyarakat. Dengan adanya Gerakan Sehari Sejuta Sambungan ini, PLN mampu memperbaiki kepercayaan dan persepsi masyarakat atas pelayanan penyambungan baru dari yang sebelumnya begitu terpuruk dengan stempel sulit, berbelit-belit, dan banyak pungutan liar menjadi pelayanan sambungan baru yang lebih mudah, cepat dan bebas pungutan liar. Ditargetkan, akhir 2011 daftar tunggu ini dapat diatasi seluruhnya, sejalan dengan semakin bertambahnya pasokan listrik. (*)
Foto “Kejar perbaikan”
Apresiasi dalam HLN ke-65 “Kejar Perbaikan”. Itulah judul foto karya Lasti Kurnia dari media Kompas yang berhasil menjadi juara pertama Lomba Foto Jurnalistik dalam rangka memperingati HLN ke-65. Foto itu menggambarkan tim Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Region Jakarta-Banten (P3B-RJB) sedang melakukan perbaikan hingga malam hari untuk mengganti 3 buah trafo arus, 2 trafo tenaga distribusi, dan sejumlah insulator yang rusak akibat terkena serpihan ledakan trafo asur 150 kilovolt 1.000 ampere di lokasi Gardu Induk Muara Karang, Jakarta, Rabu (21/7). Judul foto itu dinilai berhasil menangkap suasana kesibukan dan keseriusan tim P3B-RJB melakukan perbaikan instalasi penting milik PLN. Tim memang nampak sibuk bekerja agar GI dapat segera selesai diperbaiki sesuai target dan siap beroperasi kembali pada Kamis (22/7) sekitar pukul 12.00 WIB. Sementara juara kedua dimenangkan oleh Wildan Tarmuzi dari Media Kalimantan Post. Foto dengan judul “Karena Nyalamu Kami Berilmu (Perdalam Al-Quran)” itu, menggambarkan sekelompok santri Ponpes Nurul Huda di Kabupaten Banjar yang tengah membaca Al-Quran bersama guru pembimbingnya di bawah penerangan lampu listrik. Foto itu melukiskan betapa besar arti dan manfaat pasokan aliran listrik PLN bagi kehidupan manusia. Sedangkan juara ketiga diraih oleh
Dananjoyo Kusumo dari Media Jurnal Nasional. Dengan Judul “Melayani Setiap Waktu (Pemeliharaan Listrik)”. Foto itu menggambarkan betapa besarnya pengorbanan petugas Tim PDKB wilayah Jakarta & Banten PLN P3B Jawa Bali melakukan pekerjaan pemeliharaan SUTET 500 kV dalam keadaan bertegangan. Meski pekerjaan itu berisiko besar terhadap keselamatan jiwa, mereka dengan tulus dan gagah berani melakukannya setiap waktu, demi memuaskan pelayanan pasokan listrik pada masyarakat. Menurut salah satu anggota dewan juri, Aryo Subijoko, lomba Foto Jurnalistik HLN kali ini diikuti oleh 51 peserta yang dikirimkan wartawan dari berbagai media massa se-Indonesia. Selain lomba foto, HLN ke-65 juga diisi dengan pemilihan unit-unit PLN terbaik. PLTD Kecil terbaik adalah PLTD/LISDES Lemukutan Cabang
21
Singkawang, PLTD Tanjung Batu Cabang Berau, dan PLTD Tanjung Lahung Cabang Kuala Kapuas. PLTM Terbaik: PLTM KOMBIH Sektor Pembangkitan Pandan, PLTM Hanga-Hanga Cabang Luwuk, dan PLTM TES Sektor Pembangkitan Bengkulu. Gardu Induk terbaik: GI 150 kV Payangan - P3B Jawa Bali, GI 150 kV Mantuil – PLN Wilayah Kalimantan Selatan, dan Tengah GI 150 kV Sei Harapan - PLN Batam. Pelayanan Teknik terbaik: UPJ Lembang (APJ Cimahi), Pelayanan Teknik Rayon Karang (Cabang Tanjung Karang), dan Pelayanan Teknik Rayon Utara (Cabang Manado). Pelayanan Pelanggan terbaik: UPJ Caruban (APJ Madiun), UPJ Cimahi Kota (APJ Cimahi), Rayon Negara (Area Bali Utara), Rayon Teluk Betung (Cabang Tanjung Karang), dan Rayon Ampenan (Cabang Mataram). Pelayanan Terpencil terbaik: Sub Ranting AMBEUA (Ranting WangiWangi), Sub Ranting Letung (Ranting Rinai), dan Sub Ranting Miangas (Ranting Lirung). (*)
Sosok
pun di kapal kedua tidak bisa sampai ke tepian. Akhirnya mereka dibawa ke Saumanganyak dengan menggunakan motor masyarakat setempat,” papar Fauzi. Fauzi, yang telah 27 tahun mengabdi di PLN, merasakan pekerjaan tersulit bagi siapapun yang berlokasi di kepulauan adalah kurangnya sarana transportasi. Terbukti ketika PLN mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk korban tsunami di Kepulauan Mentawai. “Banyak korban yang cukup lama menanti uluran tangan dari kita, bantuan yang telah menumpuk
Berjibaku Membantu
Korban Bencana
Nofriadi
Ranah minang kembali berduka. Akhir Oktober kemarin, gelombang tsunami menghantam Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Ratusan nyawa melayang, rumah-rumah hancur, dan sejumlah desa rata dengan tanah. Tsunami itu datang setelah gempa berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang Padang dan sekitarnya. Bencana memang selalu mendatangkan duka, luka, dan nestapa. Tapi, di balik bencana itu selalu ada hikmah yang menggugah nurani. Uluran-uluran tangan kemanusiaan selalu terlihat sangat mengerat. Nofriadi (34 th), Kepala Sub-Ranting PLN Saumanganyak, adalah salah seorang yang merasakan betapa spirit kemanusiaannya timbul menjulang tiap kali bencana datang. Setelah tujuh tahun bergabung dengan PLN Wilayah Sumatera Barat, urang awak itu selalu membantu korban bencana dengan menjadi salah satu tim relawan PLN. “Saya hanya membantu sesama untuk sedikit meringankan beban mereka,” ujarnya. Sejak gelombang tsunami menggulung Kepulauan Mentawai, Nofriadi sudah berjibaku mengulurkan tangan. Ia bersama tim relawan PLN terus bergerak memberikan bantuan untuk meringankan beban para korban. Namun malang menimpanya saat akan mengirimkan bantuan ke Desa Pasupuat. Speed boat yang ditumpangi Nofriadi bersama operator PLTD
Saumanganyak Afrizon, dan tiga masyarakat setempat, terbalik di tengah perairan antara Sikakap dan Saumanganyak. Tingginya ombak Samudera Hindia, tak sanggup ditahan dinding kapal, sehingga kapal pun terbalik. Barang-barang bantuan, seperti satu unit genset 1x4 kW, 4 roll kabel NYM/A, kabel TIC 250 meter, tenda, dan 1 dus lampu LHE, serta beberapa sembako, lenyap ditelan laut kidul. Keinginan hidupnya yang tinggi tak terkalahkan oleh ganasnya ombak Samudra Hindia, sehingga kelima relawan yang digulung ombak itu berhasil menyelamatkan diri. Dengan sekuat tenaga, mereka mencoba berenang ke tepian pantai yang jaraknya mencapai 75 sampai 100 meter. Namun, Nofriadi tak mampu mencapai sisi laut dengan sadar. Dirinya pingsan ketika berenang bersama Afrizon, sehingga ketika tiba di tepian, keempat relawan harus secepatnya menyelamatkan lelaki kelahiran Padang 1 November 1976 itu. “Sampai di tepian, saya sudah ti-
22
dak sadarkan diri. Beruntung, keempat teman saya secara sigap memberikan pertolongan pertama. Katanya, afrizon berusaha sekuat tenaga memompa dada saya, sehingga beberapa kali keluar air laut dari mulut saya. Bersyukur saya bisa kembali sadar,” tutur Nofriadi mengenang. Sebelumnya, dua kapal untuk mengirimkan bantuan ke Saumanganyak telah dilepas oleh Gubernur Sumatera Barat. Diantaranya kapal kecil yang hanya berpenumpang lima orang dan kapal besar dengan penumpang 15 orang. “Waktu itu, kami berlima menggunakan kapal kecil sehingga lebih cepat dari kapal yang lainnya. Ketika saya terhempas, saya berusaha untuk tidak panik, namun saya mencari pegangan yang waktu itu masih memikirkan kapal sebagai pegangan. Tapi saya tidak mendapatkan kapal yang saya tumpangi, saya hanya berhasil mendapat jerigen yang berisi setengah minyak, untuk pegangan berdua dengan Afrizon. Padahal waktu itu kami tetap memakai pelampung, tapi nggak ada pegangan terasa
Fauzi
hampa,” cerita suami Fitria Handayani dan ayah dari M. Ibnu Rafi tersebut. Fauzi, Manajer PLN Ranting Tua Pejat yang turut dalam rombongan kapal kedua (longboat), mengiyakan apa yang diutarakan Nofriadi. Menurut Fauzi, kapal kedua milik PLN itu tiba di lokasi kejadian ketika relawan yang terjatuh telah berada di tepi pantai. “Waktu kami datang, mereka sudah berada di tepian dengan keadaan selamat,” ucap Fauzi. Saat itu, lanjutnya, kapal pertama yang dinaiki Nofriadi dan keempat rekannya telah terbalik dan barang bantuan sudah jatuh tak terselamatkan. “Alhamdulillah, semua awak bisa berenang dan selamat di tepian. Karena ombak cukup besar, sehingga kami
pun terlambat penyalurannya karena masalah transportasi. Kapal (Long boat) yang satu-satunya kami punya, secara bertahap menyalurkan bantuan walaupun ombak cukup besar. Seperti ketika kejadian ini, kapal PLN berhasil mendarat di Saumanganyak dan menyalurkan bantuan berupa genset 2x6 kW, kabel-kabel, tenda, serta bantuan obat-obatan untuk puskesmas setempat,” ucap Fauzi.
23
Ke depan, lanjutnya, yang perlu diperhatikan direksi dan jajaran top management PLN bagi insan PLN di kepulauan adalah kepemilikan kapal untuk memudahkan transportasi dalam keseharian bekerja. “Kami hanya mempunyai satu kapal, itu pun sudah tua. Ketika Direktur Operasi Indonesia Barat mengunjungi korban bencana kemarin, kami sudah sampaikan itu. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa masuk anggaran selanjutnya, sehingga secepatnya kapal tambahan dapat kami miliki untuk menunjang operasional di lapangan,” jelas Pria kelahiran 10 September 1960 ini. Sabtu (30/10) sore, setelah longboat milik PLN berhasil menyalurkan bantuan kemanusiaan, seluruh relawan dari tim PLN Peduli berhasil kembali ke posko Sikakap menggunakan kapal longboat dengan dikawal helikopter SAR pemerintah daerah setempat. Selain untuk kemanusiaan, bantuan yang diberikan PLN bagi sebagian besar pelanggannya tersebut merupakan dukungan tersendiri dari PLN Peduli atas pemulihan pascabencana. Bagi Fauzi, sebanyak 3.500 pelanggan PLN di ranting Tua Pejat cukup taat terhadap PLN. Setahun terakhir saja, PLN Ranting Tua Pejat tidak mempunyai tunggakan sama sekali, begitupun dengan losses daya yang hanya 7 persen. “Walau sebagian besar adalah pengguna daya 450-900 watt yang lebih banyak berprofesi sebagai nelayan dan peladang, bagi Ranting Tua Pejat pelanggan adalah partner dalam menumbuhkan ekonomi daerah tersebut. Mereka tidak pernah ada yang mencuri listrik, begitu pula dengan tunggakan. Seluruh pelanggan tidak pernah ada yang menunggak pembayaran tagihan listrik,” ujarnya menegaskan. Bagi PLN, pengiriman beberapa relawan ke daerah bencana merupakan kegiatan yang selalu dilakukan ketika bencana melanda. Ketulusan dan kegigihan Nofriadi dalam menyalurkan bantuan bencana, adalah cerminan begitu kuatnya usaha PLN membantu pemulihan korban bencana. (*)
SCADA Gateway Solusi Cerdas Kembangkan “Substation Automation”
Ide awal pembangunan SCADA gateway di gardu induk adalah untuk mengakomodir pembangunan dan pengembangan sistem SCADA Remote Station agar lebih cepat, efektif dan efisien. Sistem kelistrikan yang berkembang pesat, terutama dengan banyaknya pembangkit sewa yang terinterkoneksi dengan sistem gardu induk, menuntut sistem SCADA untuk selalu siap menyediakan data real time bagi keperluan operasional sistem. Pengembangan remote station dengan cara konvensional menggunakan Remote Terminal Unit (RTU) membutuhkan SDM yang memadai dan waktu pengerjaan yang lama karena harus dilakukan wiring point to point. Selain itu, penambahan point membutuhkan penambahan card RTU yang harganya tidak murah dan terkadang sudah obsolete. Disamping itu, pembangunan dan pengembangan gardu induk mengarah ke sistem Subtation Automation dengan penggunaan Intelligent Electronic Device (IED) proteksi dan meter energy dengan sistem protokol open system menjadi tidak maksimal fungsinya jika aplikasinya hanya berdiri sendiri dan tidak terintegrasi dalam sistem terpusat. Dengan sistem SCADA gateway, mampu mengatasi kedua masalah tersebut. SCADA Gateway yang berfungsi sebagai concentrator dan protocol converter mampu menggabungkan informasi dari RTU eksisting dan berbagai IED – IED proteksi dan meter energy dengan protokol berbeda menjadi satu sistem terpusat di gardu induk. Point-point untuk keperluan SCADA remote station juga menggunakan data-data yang telah dikumpulkan di SCADA Gateway sehingga waktu pengerjaan instalasi peralatan baru
sampai terintegrasi ke sisi master station menjadi lebih cepat, tidak ada penambahan material yang berarti dan tidak membutuhkan banyak SDM. Pekerjaan menjadi praktis karena wiring hampir tidak ada lagi dan semua data yang dibutuhkan sudah melalui sistem komunikasi data berbasis protokol. Sistem SCADA telah dikenal dan mulai diimplementasikan di PLN sejak awal tahun 1980. Sistem SCADA dibagi menjadi tiga komponen penting yaitu, pertama, Master Station atau Control Center, berfungsi sebagai pusat monitoring, control, dan data dari Remote Station. Kedua, Remote Station, berfungsi mengumpulkan data-data yang dibutuhkan Master Station dan meneruskan perintah Master Station ke peralatan di GI/pembangkit. Remote station dapat terdiri dari gateway, IED, local HMI, RTU, dan meter energy. Ketiga, sarana komunikasi yang berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara Master Station dengan Remote Station. Kondisi eksisting gardu induk dengan pengembangan konsep menuju SA di PLN AP2B Sistem Sulsel saat ini masih semi Substation Automation, dimana antara peralatan Primary Equipment ke Marshaling Kiosk dan Control Panel masih menggunakan sistem konvensional dengan copper connec-
24
tion, sementara peralatan proteksi dan meter energy di sisi control panel sudah menggunakan Intellegent Electronic Device (IED) dengan protokol open system, baik itu DNP3, Modbus, IEC 60870-5-103 maupun IEC 61850. Agar IED-IED tersebut dapat dimaksimalkan fungsinya, dirancanglah sistem SCADA Gateway yang dapat mengenali berbagai jenis peralatan dengan protokol yang berbeda untuk kemudian dikumpulkan dalam satu sistem dan dihubungkan dengan Human Machine Interface (HMI) untuk pemantauan secara real time, terpusat, dan berbasis database. SCADA Gateway ini juga berfungsi sebagai remote station SCADA. Dengan kemampuan sebagai concentrator dan protocol conventer, alat ini dapat berhubungan dengan sistem RTU yang lama, sekaligus dengan peralatan baru yang memiliki protokol yang berbeda-beda. Waktu integrasi sistem baru ke SCADA lebih cepat, karena tidak ada lagi wiring point to point, melainkan hanya wiring komunikasi data antar peralatan ke sistem SCADA gateway. Penempatan SCADA Gateway di GI TELLO 150 KV dengan pertimbangan antara lain; GI ini merupakan GI terdekat dengan kantor TRAGI dimana pada kantor TRAGI ini dilengkapi dengan lokal HMI untuk GI-GI
asuhannya. Hardware Gateway menggunakan industrial PC MOXA DA682, sementara softwarenya menggunakan SCADA Data Gateway dari Triangle Microworks. SCADA Gateway telah diaplikasikan secara swakelola sejak tahun 2008 di Tragi Tello dan masih terus disempurnakan dan dikembangkan hingga saat ini. Untuk perluasan implementasi, selanjutnya akan dirancang pusat data di tiap unit Transmisi dan Gardu Induk (TRAGI) yang membawahi beberapa gardu induk yang berada dalam lingkup wilayah kerja AP2B Sistem Sulsel. Aplikasi SCADA Gateway Tampilan utama software gateway adalah user interface untuk mapping data base maupun protokol converter juga dilengkapi online protocol analyzer (gambar 3-3). Software pada gateway memungkinkan untuk melakukan operasi aritmetika maupun logika dari poin-poin mapping yang sudah ada. Kemudian, untuk masalah sinkronisasi waktu, software ini memiliki kemampuan untuk mendapatkan sinkronisasi waktu dari luar, yang dalam hal ini master station dan melakukan sinkronisasi waktu ke peralatan yang terhubung dengannya. Software gateway ini juga memungkinkan untuk berkomunikasi dengan beberapa control center secara bersamaan. Pengembangan sistem SCADA Gateway, memberikan keuntungan diantaranya: • Sebagai Protocol Converter, peralatan baru yang tidak memiliki protokol komunikasi sama dengan SCADA eksisting dapat tetap digunakan karena SCADA Gateway dapat borkomunikasi lebih dari 1 protokol. • Dapat berfungsi sebagai protocol analyzer • Spare part yang obsolete dapat digantikan dengan IED yang tetap dapat berkomunikasi dengan SCADA eksisting melalui SCADA Gateway. • IED-IED yang ada di Gardu Induk tidak harus satu merk, asalkan memiliki protokol komunikasi SCADA yang di akomodir oleh SCADA Gateway, IED tersebut tetap dapat berkomunikasi dengan SCADA existing.
• Terdapat backup data di masingmasing GI, sehingga jika putus komunikasi atau gangguan di Control Center, data-data masih dapat diperoleh di masing-masing GI. • Operator Lokal di GI dapat mengoperasikan GI terkait melalui lokal HMI. • Dengan SCADA Gateway, yang memiliki sumber yang sama dengan yang terkirim ke Control Center, kesalahan data yang terkirim ke Pusat Kontrol dapat diminimalkan, karena operator GI dapat membandingkan data di komputer lokal dengan data yang di control panel setiap saat bila dideteksi ada kesalahan data. • GI yang belum terhubung ke Control Center tetap dapat dioperasikan melalui komputer lokal, sehingga data historikal GI sudah tersedia di komputer GI terkait. • Sistem wiring sederhana, karena tidak dibutuhkan lagi wiring point to point dari control panel ke kubikel interface sisi RTU, tapi wiring langsung dilakukan di panel kontrol ke IED atau Distributed I/O, lalu output dihubung ke SCADA Gateway. • Metering dengan IED meter lebih efektif dan dipantau dari lokal/pusat kontrol. Manfaat Finansial Lokasi Tello terdiri atas 3 gardu induk dan beberapa unit pembangkit. Penambahan bay line, trafo dan pembangkit pada RTU di masing-masing
GI saat ini tidak dimungkinkan, karena card-card RTU sudah obsolete. Dengan sistem konvensional, penambahan baru membutuhkan RTU yang baru, sedangkan dengan sistem SCADA Gateway yang dilengkapi HMI, hanya dibutuhkan satu unit saja untuk lokasi Tello secara keseluruhan. Itu hanya salah satu kasus yang berhasil menggunakan SCADA Gateway, seperti di Gardu Induk Baru dan peremajaan Gardu Induk Lama. Adapun manfaat nonfinansial dari hasil modifikasi ini antara lain; selain sebagai remote station di gardu induk SCADA Gateway juga berfungsi sebagai pusat data Substation Automation (SA) yang dilengkapi dengan Human Machine Interface (HMI), data-data dari IED proteksi dan meter energy terkumpul dalam satu sistem database dan dimanfaatkan bersama untuk fungsi SCADA dan SA, waktu yang dibutuhkan untuk proses instalasi hingga terintegrasi ke sistem relatif singkat dan khusus integrasi IED ke SCADA Gateway dapat dilakukan secara online (pekerjaan dapat dilakukan meski IED sedang beroperasi sehingga tidak mengganggu fungsi ope-rasi dan pemeliharaan), dan lainlain. (*) Oleh: Arief Basuki, Timbar Imam Priadi, Anita Puspita Sari. Penulis adalah pegawai PLN Wilayah Sulselrabar
Panel Konfigurasi SDG
Panel Protocol Analyzer
Gambar tampilan software gateway
25
kabar PLN Peduli Merapi
PLN (Akan) Gratiskan
Biaya Penyambungan Listrik
PLN terus menjaga keandalan pasokan listrik di sekitar lokasi korban bencana letusan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktur Operasi Jawa-Bali PLN Ngurah Adnyana mengatakan, saat ini kondisi kelistrikan di lokasi pengungsian korban bencana, posko penanggulangan dan pemukiman penduduk seluruhnya sudah berjalan normal. “Kami pastikan suplai listrik sudah normal. Saat ini hanya tersisa 2 trafo kapasitas 25 KVA yang perbaikannya masih menunggu selesai tanggap darurat,” kata Ngurah Adnyana saat menyaksikan pemberian bantuan PLN bagi korban letusan Gunung Merapi di Posko Utama Pakem, Sleman, Senin (1/11). Bantuan kemanusiaan PLN Peduli Merapi tersebut secara simbolis diserahkan Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso yang didampingi rombongan anggota Komisi VII dan VIII DPR serta diterima secara langsung oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Menurut Adnyana, untuk perbaikan 2 unit trafo yang berlokasi di daerah berbahaya letusan Merapi dapat diselesaikan dalam sehari pasca massa tanggap darurat selesai. Saat ini, petugas penanggulangan bencana PLN masih belum diperbolehkan untuk melakukan tahapan perbaikan di lokasi terlarang. “Apalagi di lokasi yang sangat rawan ini tidak ada penghuninya dan mayoritas rumah penduduk kondisi rusak berat. Jadi penormalan disesuaikan dengan izin masuk lokasi terlarang ini,” ujarnya. Selain itu, Adnyana mengatakan, petugas PLN juga segera melakukan pembersihan isolator dan jaringan ke-
26
listrikan yang mengalami gangguan akibat debu vulkanik dari letusan Gunung Merapi. “Kegiatan pembersihan isolator dari debu juga terus dilakukan bertahap untuk menjaga keandalan jaringan PLN,” tutur dia. Sementara ini, PLN juga telah mengerahkan unit-unit genset untuk memback up lokasi pengungsian dan posko penanggulangan bencana. Ke depan, kata Adnyana, petugas PLN segera menyambung kembali sambungan listrik setelah rumah penduduk yang roboh ataupun mengalami kerusakan berat selesai diperbaiki. Sesuai prosedur, biaya penyambungan listrik rumah pelanggan tersebut dilakukan secara gratis. “Pada tahap rehabilitasi pasca letusan Gunung Merapi ini, PLN juga akan mengecek kondisi seluruh infrastruktur jaringan listrik sempat terkendala, termasuk mengganti beberapa tiang listrik yang sempat roboh,” ujar Adnyana. Diketahui, kedua trafo yang belum dinormalkan karena lokasi masih tertutup dan terlarang dimasuki itu berada di unit pelayanan jaringan (UPJ) Kalasan. Menurut Manajer UPJ Kalasan Darmono, kedua trafo tersebut rusak terbakar akibat awan panas. “Jadi daerah yang padam saat ini kosong penduduk, yaitu berada di Desa Jambu Kinangrejo arah rumah almarhum Mbah Maridjan dan Kaliadem di sekitar rumah Mbah Ponimin,” ucapnya. Pada kesempatan yang sama dalam penyaluran bantuan, Ngurah Adnyana mengatakan, pada massa tanggap darurat ini pihaknya penyaluran bantuan berupa barang-barang keperluan sehari-hari yang dibutuhkan para korban di lokasi pengungsian senilai Rp 200 juta. “Selanjutnya, PLN akan menyiapkan kembali infrastruktur dalam rehabilitasi pasca gempa, termasuk melakukan penyambungan listrik baru rumah penduduk yang hancur dan rusak total,” katanya. Sementara itu, Sultan Hamengkubowono juga mengatakan, selain bantuan saat tanggap darurat, bantuan rehabilitasi pasca bencana cu-
kup penting untuk memulihkan kondisi masyarakat yang saat ini serba sulit di pengungsian. “Harapan kami, penanganan saat rehabilitasi pasca bencana juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat dan instansi terkait,” tuturnya. Di lain tempat, General Manager PLN Distribusi di Jawa Tengah dan Daerah Istemewa Yogyakarta Fery Krisna, menyatakan terdapat 3 wilayah yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi. Tiga wilayah itu adalah Yogyakarta, Klaten, dan Magelang. Dari kawasan itu, pihak PLN membagi menjadi 2 zona yaitu zona merah di mana tidak ada lagi pelanggan yang menempati tempat itu (di atas 20 km) dan zona aman tetapi mengalami pemadaman. “Letusan Gunung Merapi telah memadamkan listrik milik 30.358 pelanggan PLN. Kini, PLN sudah mengirimkan pasukan khususnya untuk mempercepat pemulihan listrik di kawasan yang sudah dinyatakan
Biaya Pemakaian (Rp/kWh). Untuk mendapatkan fasilitas pembebasan rekening tersebut, jelas Bambang, para korban bencana akan didata oleh Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) setempat. “Didata UPJ yang akan mendata pelanggan yang menjadi korban bencana, baik yang rumahnya rusak maupun tidak rusak. Kalau memang korban bencana, tidak diterbitkan (surat tagihan rekening minimum,” ujarnya. Selain pembebasan rekening minimum bagi para korban bencana, pihaknya juga mengeluarkan kebijakan pembebasan biaya penyambungan dan uang jaminan langganan. “Rumah rusak, instalasi rusak, kalau mau paaman,” tuturnya. sang baru tidak dikenakan uang jamiSejak erupsi Gunung Merapi kedua nan langganan dan biaya penyambupada 5 November 2010 PT PLN telah ngan,” ujarnya. menyalurkan genset di beberapa titik Dengan demikian sekitar 30.358 pengungsian guna memback-up listrik pelanggan akan dibebaskan biaya di lokasi tersebut. “PLN menyiapkan tersebut. Pasalnya, sejumlah pelangsekitar 100 genset untuk memulihkan gan itu mengalami kerusakan yang culistrik di daerah yang listriknya padam kup parah terhadap instalasinya. karena letusan Gunung Merapi. SePada kesempatan yang sama, banyak 81 genset sudah disalurkan ke Manager Area Pelayanan dan Jaringan ke tempat-tempat pengungsian,” Ujar Klaten I Ketut Wiriana menyatakan keFery kepada wartawan pada Rabu banyakan para korban bencana meru(10/11). pakan pelanggan 450-900 VA. Dia Untuk korban Merapi, menurut menyebutkan untuk penyambungan Manajer Komunikasi Korporat PLN dan biaya jaminan instalasi listrik bagi Bambang Dwiyanto saat ditemui di pelanggan PLN 450 VA, seharusnya Yogyakarta, karena kejadiannya Ok- dikenakan biaya sebesar Rp 347 ribu. tober akhir maka rekening bulan No- Sedangkan untuk pemasangan 900 vember yang ditagih pada Desember, VA dibutuhkan biaya 2 kali lipatnya. korban tidak dikenakan rekening mini“Jadi itu biaya yang dikeluarkan, 30 mum. Ini untuk Wasior dan Mentawai ribuan pelanggan dikali Rp 347.000, juga sampai kehidupan kembali nor- belum lagi kalau ada yang 900 VA,” mal. ujarnya. (*) Rekening minimum dihitung berdasarkan jam nyala dikalikan tarif
27
Horison
GAYA
Gratifikasi?
Arloji Ekspedisi Hadi
“No Thanks”!
Oleh: Mac Paul Politton, Plt. DM Komunikasi & Hukum PLN Wilayah Kaltim
Kata gratifikasi sepertinya belum terlalu familiar di telinga banyak orang. Buktinya, ketika saya berkata kepada seorang teman dari Manado bahwa saya akan mengikuti sosialisasi gratifikasi dan sekaligus melaporkan gratifikasi ke kantor KPK, dia malah bertanya apa itu gratifikasi. Kemudian saya coba katakan lagi kepada teman lain di Balikpapan, tapi lagi-lagi saya mendapat tanggapan yang sama. Saya juga berbicara kepada teman-teman di Jakarta, namun tak sedikit di antara mereka yang meresponsnya dengan heran dan tanda tanya. Bahkan, di lingkungan kerja saya mereka juga tidak tahu persis apa itu gratifikasi. Mungkin kata gratifikasi ini pernah didengar banyak orang lewat berbagai media tapi hanya sebatas mendengar dan kurang menjadi perhatian. Padahal, ini bukan saja perlu diketahui tapi juga harus dipahami agar gratifikasi tidak menjadi tali yang menjerat langkah kita. Sebagai penyelenggara negara, yang di dalamnya termasuk BUMN (baca: PLN), kita terikat dengan Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) yang terdapat dalam Lampiran PKB PLN-SP angka/huruf II.B.2.c, yaitu “Dilarang menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapa pun yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan.” Aturan tersebut sangat sederhana dan jelas, tapi mengimplementasikannya seakan sukar. Karena hal itu tidak dipahami atau dijiwai oleh insan PLN pada umumnya, sehingga tidak membudaya dalam lingkungan pekerjaan PLN.
Pejabat atau pegawai PLN seolah-olah tidak ingin menyentuh pasal ini dalam PDP PLN, karena nyatanya tidak pernah ada pejabat atau pegawai PLN yang dijatuhi hukuman pelanggaran disiplin dengan klasifikasi sedang karena melanggar PDP di atas. Lalu, apa hubungannya dengan gratifikasi? Secara sederhana, gratifikasi adalah pemberian hadiah bisa pemberian uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata/ liburan, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Korupsi yang berhubungan dengan gratifikasi ini dijelaskan dalam pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 12C UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001, yang unsur-unsurnya adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara, menerima gratifikasi, yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, serta penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterima. Gratifikasi di PLN dapat berasal dari; pertama, rekanan atau pemasok yang mendapat pekerjaan pengadaan barang/ jasa. Ini banyak terjadi di lingkungan pekerjaan kita, bahkan sudah menjadi kebiasaan atau budaya.
28
Kedua, pelanggan yang mendapat penyambungan baru atau penambahan daya. Dikala penyambungan listrik sulit dilakukan karena keterbatasan daya pembangkit, cara ini marak terjadi kepada pejabat/ pegawai PLN yang memuluskan penyambungan listrik tersebut. Ketiga, rekan kerja yang menjadi perantara atau pemberi. Kadang pemberian itu lewat rekan kerja yang lebih dekat dengan rekanan atau pemasok, atau yang lebih parah lagi terjadi antarsesama pejabat atau pegawai terkait dengan tugas-tugas tertentu. Keempat, orang tak dikenal yang menjadi perantara, dan sumbersumber lainnya. Sepanjang penerimaan gratifikasi oleh pejabat/ pegawai di PLN tersebut di atas memenuhi empat unsur yang dikategorikan korupsi sesuai UU yang berlaku, maka berarti semua perbuatan tersebut adalah melanggar hukum atau korupsi. Jadi, waspadalah terhadap setiap pemberian yang dialamatkan kepada kita, karena dapat berakibat buruk bagi masa depan kita. Oleh sebab itu, sebagai penerapan tata kelola perusahaan yang baik di PLN dan untuk mewujudkan nilai perusahaan, yaitu integritas, maka katakan, “Tidak untuk gratifikasi.” (*)
Selain sebagai pengingat waktu, arloji alias jam tangan acapkali digunakan seseorang sebagai aksesori penampilan agar lebih terlihat mentereng. Tak heran, banyak diantara mereka yang rela merogoh saku dalam-dalam untuk membayar sebuah arloji yang harga-nya selangit. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Hadi Parmono. Bagi pria yang kini menjabat Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan PLN, itu sebuah arloji tidak perlu istimewa yang penting fungsinya. Bahkan dia tidak mengetahui merk arloji yang kini dipakainya. “Arloji saya tidak punya merk. Tapi jam ini jenis expedition, sehingga cocok dipakai kerja dengan bidang saya,” ucapnya. Menurutnya, jam berwarna hitam
yang dipasang di pergelangan tangan kirinya tersebut sering membantunya dalam penelitian. “Namanya juga jam expedition, jadi bisa digunakan untuk ekspedisi. Ketika saya bekerja, bisa dipakai untuk mengukur debit air. Misalnya, dalam satu detik itu berapa banyak volume air. Saya sering memakainya untuk penelitian dan nyaman digunakan. Walaupun tidak mewah dan produk dalam negeri, tapi asyik dipakainya,” ujar pria yang selalu membina insan PLN dalam pengembangan inovasi ini. Dalam melakukan penelitian dan pengembangan di bidang tenaga listrik, Hadi mendapat Rp 2,5 miliar per tahun dari PLN Kantor Pusat. Menurutnya, itu hanya untuk pembinaan,
bukan untuk menghasilkan karya inovasi. Pembinaan yang dimulai sejak 1999 tersebut, telah menghasilkan seribu lebih karya inovasi. “Mudahmudahan inovasi ini bisa berkontribusi kepada perusahaan, bangsa, dan negara, sehingga bisa memberikan efisiensi yang tinggi,” ucapnya. (*)
Aksesori Murty Sepintas, penampilan perempuan yang satu ini mirip aktris Renny Djayusman. Mulai dari leher, pergelangan tangan, hingga jari jemari dipenuhi aksesori, seperti kalung, gelang, dan cincin. Tapi, pemilik nama Murty Navarina (41) yang kini bertugas di PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu, itu penampilannya terlihat lebih elegan karena aksesoriaksesori yang digunakannya memang untuk kaum hawa. Perempuan yang akrab disapa Eva itu mengaku mulai mengenal aksosori sejak di bangku SMP. Kecintaannya itu kian menguat saat duduk di SMA. “Kalau tidak memakai aksesori, saya merasa ngga PD,” katanya meyakinkan. Untuk memuaskan hobinyanya itu, setiap bertandang ke suatu daerah, Eva selalu menyempatkan diri berburu aksesori yang sejak lama diidamkannya. Perburuan yang paling jauh itu
29
didapat dari Nepal, berupa kalung dari gading gajah. Tak heran, kini puluhan kalung, ratusan gelang, giwang, dan cincin terawat baik di lemari khusus. “Dalam perburuan aksesori tidak perlu mahal, yang penting unik saja. Biasanya saya mencari dari bahan perak, kayu, batu, bahkan sampai ke gading gajah,” ujar ibu satu anak itu. Biasanya, dalam keseharian bekerja, Eva selalu memakai dari bahan perak bakar atau batu dari kalimantan. Kepintarannya memadupadankan dengan pakaian yang dikenakannya, Eva selalu terlihat cantik. “Karena sudah menyatu dengan diri, dalam bekerja pun nyaman saja dipakainya. Alhamdulillah, sampai detik ini tidak ada teguran dari atasan. Mudahmudahan jangan sampai,” katanya. Sejak memakai jilbab tahun 2007, pemakaian aksesori di badannya agak dikurangi walaupun perburuannya masih tetap dilakukan. (*)
Lensa
Lensa Penandatangan Perjanjian Non-Cash Loan
Bantuan untuk Wasior PLN, melalui program Corporate Social Resposbility, memberikan bantuan kepada korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, berupa alat penerangan, bahan makanan, pakaian, dan perlengkapan lainya. Direktur Operasi Indonesia Timur PLN, Vickner Sinaga menyerahkan paket bantuan kepada Ketua Tim Tanggap Darurat Wasior PLN, Susanto Wibowo, didampingi Manajer Senior Corporate Social Responsbility PLN Siswanto Hadiatmo di PLN Kantor Pusat, Minggu (10/10). (*)
Pembangunan PLTU Teluk Sirih, Sumatera Barat, yang akan masuk ke sistem Padang akan segera dimulai. Kepastian itu didapat setelah Dirut PLN Dahlan Iskan bersama Deputi CEO Bank of China Mr. Chong Kim Hoo, menandatangani perjanjian Non-Cash Loan di hadapan Notaris Tjoa Karina Djuwita SH, Senin (11/10). Non-Cash Loan adalah Letter of Credit yang diterbitkan Bank of China Jakarta Branch yang digunakan untuk memberikan fasilitas pembayaran kepada supplier. (*)
Menristek Buka Pameran Inovasi
Ternyata Dahlan memang Ramah
30
Kabar Direktur Utama PLN Dahlan Iskan yang santer terdengar ramah, cuek, dan apa adanya, terbukti saat berkunjung ke Kantor Induk P3B Sumatera, Selasa (21/9). Keramahannya sudah terlihat mulai keluar dari mobil, Dahlan langsung menyalami salah seorang office boy yang sedang bekerja di taman. Kecuekkannya muncul tatkala pria asal Takeran, Magetan, Jawa Timur tersebut mempersilakan makan para karyawan. Bukannya menciduk nasi, Dahlan malah mangambil piring dan sendok yang langsung diberikan kepada para karyawan. Sembari menunggu rombongan menikmati santapan gulai kapalo ikan, Pak Dis, begitu dia akrab dipanggil, secara spontan mengajak hadirin untuk berbincang dengan santai bergaya “angkringan”. Namun sayang, keakraban itu hanya berlangsung sekitar 15 menit, karena Dahlan beserta rombongan harus segera berangkat menuju Bandara Internasional Minangkabau. Terima Kasih Pak Dis. (*)
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Suharna Surapranata membuka pameran Inovasi Teknologi ke-PLN-an di ruang lobi lantai dasar PLN Kantor Pusat, Selasa (19/10). Pameran yang diadakan dalam rangka memeringati Hari Listrik Nasional ke65 itu diikuti seluruh unit/anak perusahaan PLN. (*)
GRASSS PLN Sumbar Lebihi Target
Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS) di PLN Wilayah Sumatera Barat ternyata melebihi target yang diberikan PLN Pusat. Dari jatah 18 ribu yang ditetapkan, PLN Sumbar mampu melakukan penyambungan baru untuk 18.731 pelanggan. (*)
31
Tim relawan PLN tengah memulihkan kondisi kelistrikan di Wasior, Papua Barat, setelah kelistrikan di kota itu luluh lantak diterjang banjir bandang, awal Oktober kemarin.