Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
1
Sertijab
Acara Serah Terima Jabatan Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dari Plt. Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang yang dijabat oleh dr. Alida Lienawati, M.Kes kepada dr. Endang Widyaswati, M.Kes
2
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
EDITORIAL
PELINDUNG : Direktur Utama PENASEHAT : Direktur SDM dan Pendidikan Direktur Medik dan Keperawatan PENANGGUNG JAWAB : Direktur Keuangan dan Administrasi Umum PEMIMPIN REDAKSI : Kasubbag Hukor & Humas REDAKTUR : dr. Susi Rutmalem Bangun, Sp. KJ Barkah Sutiyono, SST Triyana, S.Kep.,Ns PENYUNTING/EDITOR : Herman Sayogo, SH Imron Fauzi, SH DESAIN GRAFIS & FOTOGRAFER : Yanuar Sapto Nugroho, AMK Wahyu Setyawan, AMd Hario Hendro Baskoro SEKRETARIAT : Galuh Novi Wulandari, S.Sos Renny Indraswari, SH PEMBUAT ARTIKEL : dr. Ratna Dewi Pangestuti, Sp.KJ Ni Made Ratna Paramita, M.Psi Purwono, S.Kep.,Ns Agus Heri, AMK
Alamat Redaksi : Sub Bag Hukor & Humas RSJS Jl. A. Yani No. 169 Magelang Telp. (0293) 363602, Fax. (0293) 365183 Email :
[email protected] Dicetak Oleh: Citra Mandiri Utama Jl. S. Parman (Ngaglik Lama No.72) Semarang 50231, Telp. (024) 8316727 email :
[email protected] Majalah LENTERA JIWA menerima tulisan dari praktisi/ peminat bidang kesehatan (baik keluarga besar RSJS Magelang ataupun masyarakat umum). Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Tulisan dan ilustrasi yang dimuat sepenuhnya menjadi hak majalah LENTERA JIWA.
Memberi Manfaat Positif dan Optimal Setiap pemimpin memiliki tujuan menciptakan budaya organisasi yang baik. Tapi menciptakan budaya organisasi yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan yang akan membangkitkan energi organisasi, adalah sebuah perjalanan penuh perjuangan, yang harus dilakukan bersama-sama dengan sadar, bertanggung jawab dan proaktif. Seperti apa yang diungkapkan Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo dr. Endang Widyaswati, M.Kes. yang kami tampilkan dalam Rubrik Profil edisi ini, dengan gaya kepemimpinan kolegia, dr. Endang berharap antar tupoksi bisa saling memiliki keterkaitan dan bisa maju bersama agar dapat mewujudkan kualitas pelayanan terbaik. Ini artinya, sebagai pucuk pimpinan, harus mengajak dan menggandeng setiap hati dan setiap pikiran, untuk berpikir dan bertindak dalam semangat meningkatkan semua potensi organisasi, agar mampu menangani semua potensi hebat secara lebih baik, yang memberi manfaat positif untuk organisasi dan setiap individunya. Dalam Rubrik Kejiwaan, kami sajikan oleh-oleh spesial dr. Santi Yuliani, MSc, Sp.KJ dari Consultation Liaison Psychiatry Fellowship di St. Vincent’s Hospital, Melbourne, Australia. CLP (Consultation Liaison Psychiatry) merupakan perkembangan lanjut psikiatri dalam hubungan dengan bidang kedokteran umum / bidang terkait lain, menjembatani ilmu kedokteran medik dengan aspek psiko-sosial / behavioral, dan mengacu pada tujuan akhir terapi yaitu memulihkan kualitas hidup yang baik dan optimal (bukan sekedar ‘sembuh’ dari gejala/penyakit). Melengkapi Warta menarik antara lain tentang aksi memikat para rehabilitan di event Borobudur Bike Week 2016, kunjungan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, artikel tentang bagaimana menyiapkan generasi berkarakter yang santun dan berbudaya, tentang menghalau kepanikan saat si kecil mengalami kejang demam, juga up grade keperawatan dengan sistem skoring fisiologis untuk mendeteksi kegawatan, plus informasi ringan lainnya seputar kesehatan. Selamat membaca. Salam sehat jiwa.
Redaksi Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
3
daftar isi KEJIWAAN Consultation Liaison Psychiatry Fellowship di St. Vincent’s Hospital, Melbourne Australia
5
ANAK DAN REMAJA Keluarga sebagai Fondasi Dasar Generasi Berkarakter
8
NON JIWA Kejang Demam Pada Anak
12
KEPERAWATAN Nursing Early Warning Scoring System
15
LAPORAN KHUSUS Dirjen Yankes Hadiri Sertijab Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
21
WARTA HKJS 2016 Pertolongan Pertama Psikologis; Langkah tepat Orang-orang Terdekat
23
WARTA Jathilan Turonggo Saras Jiwo Saat Rehabilitan Tampil Memukau
25
KELUARGA Ketika Kangen Anak Menyerang Kita
26
INFO SEHAT Air Hangat Sejuta Manfaat
28
PROFIL Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dr. Endang Widyaswati, M. Kes
30
SPIRIT Sang Perawat Penyakit Lupa
34
TIPS Tips Berkomunikasi Dengan ODD
36
4
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Cover Story Setiap pemimpin memiliki tujuan menciptakan budaya organisasi yang baik. Tapi menciptakan budaya organisasi yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan yang akan membangkitkan energi organisasi, adalah sebuah perjalanan penuh perjuangan, yang harus dilakukan bersama-sama dengan sadar, bertanggung jawab dan proaktif.
Laporan Utama
19
Menteri Yohana mengunjungi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebagai Rumah Sakit Jiwa yang mempunyai layanan unggulan yaitu Layanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja. Layanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja di sini meliputi Layanan Psikiatri Anak dan Remaja, Layanan Psikolog Anak, Layanan Dokter Anak, Layanan Keperawatan, Layanan Okupasi Terapi, Layanan Terapi Wicara, Layanan Fisioterapi Anak, Elektromedik, Layanan Sosioworker, Layanan School Time, serta Layanan Rawat Inap Anak. Ini sejalan dengan program Kota Magelang sebagai Kota Layak Anak yang baru saja dicanangkan oleh Menteri Yohana.
KEJIWAAN
Consultation Liaison Psychiatry Fellowship di St. Vincent’s Hospital, Melbourne Australia by : dr. Santi Yuliani, MSc, Sp.KJ
P
ada akhir tahun 2010, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sedang berbenah untuk memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan psikiatri dan non psikiatri berkembang dengan baik dan mengalami kemajuan yang signifikan. Disitulah saya mulai fokus ke subspesialisasi CLP, untuk menjembatani dua pelayanan yang sudah bagus itu dan untuk mensinergikan supaya semakin optimal guna memberikan pelayanan yang holistik biopsikososial kepada pasien.
CLP didefinisikan sebagai “Subspesialisasi cabang ilmu psikiatri yang mendalami aspek psikiatrik dari kondisi medik lain, baik dalam evaluasi, diagnosis, terapi, prevensi, riset maupun pendidikan.” Prinsipnya adalah kerjasama/kolaborasi dengan bidang medik terkait, menuju kepentingan bersama. Tujuan utamanya adalah manfaat optimal bagi pasien. CLP merupakan perkembangan lanjut psikiatri dalam hubungan dengan bidang kedokteran umum / bidang terkait lain, menjembatani ilmu kedokteran medik dengan aspek
psiko-sosial / behavioral, dan mengacu pada tujuan akhir terapi yaitu memulihkan kualitas hidup yang baik (bukan sekedar ‘sembuh’ dari gejala/penyakit). CLP merupakan subspesialis dari psikiatri yang berperan sebagai penghubung yang memungkinkan kerja sama antara psikiater dengan spesialis medis lain, yang mana psikiater C-L berperan sebagai penyalur keahlian psikiatri dalam lingkungan medis yaitu mempertahankan psikiatri sebagai disiplin ilmu untuk membantu komorbiditas psikologik, Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
5
KEJIWAAN
psikiatrik, dan psikofisiologik dalam lingkungan medis. Jadi CLP meliputi pelajaran, pelatihan, pengajaran komorbiditas medik (Aksis III) dan Psikiatrik (Aksis I dan II). Psikiater C-L harus mempunyai banyak pengetahuan dalam hal interaksi antara obat psikotropik, medis serta bedah (James, 2000; Lipowski, 1996; Pasnau, 1982). Model biopsikososial memandang suatu penyakit selain dari aspek biomedik juga memperhitungkan pengaruh sosial (eksternal) dan faktor psikodinamik (internal) terhadap suatu penyakit. Sistem biologis menekankan pada substrat anatomik, struktural, dan molekular dari penyakit serta efeknya pada fungsi biologis pasien. Sistem psikologis menekankan efek faktor psikodinamik, motivasi, dan kepribadian pada pengalaman sakit serta reaksi terhadap penyakit. Sedangkan sistem sosial menekankan pengaruh kultural, agama, lingkungan, dan keluarga terhadap penyakit. Model biopsikososial merupakan suatu sistem pendekatan terintegrasi yang mendorong pemahaman menyeluruh mengenai penyakit (Novack et al., 2007). Berkembangnya pelayanan non psikiatri memacu saya untuk belajar lebih dalam lagi terkait kondisi-kondisi komorbiditas pasien yang datang berobat ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang baik itu psikiatri dengan komorbiditas fisik, maupun pasien gangguan fisik dengan komorbiditas psikiatri, khususnya dalam neurobiology dan neuropsikiatri dan gangguan hormonal dan endocrine. Penjelasan dari sistem regulasi fungsional, seperti sistem 6
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
saraf-hormon-imunitas, yang menghubungkan pikiran dan tubuh, adalah tema yang penting dalam CLP. Sama dengan hal itu, penting juga untuk menjelaskan bagaimana dan apa bentuk dari ketidakseimbangan atau distorsi faktor “psikis-perilaku”, seperti kebiasaan hidup harian yang tidak
adekuat dan cara coping stres yang tidak sesuai, telah mempengaruhi kemungkinan untuk atau berlanjutnya suatu penyakit. Hal ini selanjutnya meliputi pendekatan sosial-budaya yang bersifat epidemiologis, tidak hanya memfokuskan secara tunggal pada
KEJIWAAN
untuk tujuan praktek kedokteran berdasarkan konsep manusia secara holistik (Komaki et al, 2009). Pada tahun 2012, saya berkenalan dengan salah satu young psychiatrist dari Malaysia bernama dr. Ummi Adzlin dalam acara Leadership Program dengan bimbingan Prof. Norman Sartorius dan Prof. Graham Thornicroft. Kebetulan dr. Ummi Adzlin berada di bidang yang sama dengan saya, yaitu Consultation Liaison Psychiatry, dan kami menjadi sering berdiskusi melalui email dan media sosial. Pada tahun 2014, beliau mendapatkan kesempatan untuk belajar CLP di St. Vincent’s Melbourne Australia dan menceritakan betapa dia mendapatkan banyak sekali pelajaran yang berguna baik dalam klinis, manajemen maupun research. Saya pun menyampaikan ketertarikan saya dan diperkenalkan melalui email kepada salah satu manajer POST (Postgraduate Overseas Training) Program di bawah Asia Australia Mental Health.
aspek psikologis atau perilaku. Saat kita melihat teknik diagnosis yang digunakan dalam CLP, telah dilakukan kemajuan yang drastis, dibuktikan oleh penelitian terbaru dalam ilmu saraf, genetik, dan perilaku. Melalui pengalaman empiris didukung oleh bukti ilmiah, CLP akan berkembang lebih jauh
Setelah berkontak dengan tim POST kurang lebih 4 bulan, saya mencoba mengajukan usulan kepada Direktur Medik dan Keperawatan guna pengembangan SDM psikiatri sesuai dengan layanan yang akan dikembangkan, dan ternyata usulan tersebut memang sesuai dengan program yang sudah disusun Direktorat Medik dan Keperawatan, sehingga usulan langsung dapat diproses dan tiga orang psikiater berangkat ke St. Vincent’s pada bulan Juli 2016. Saya mengambil Consultation Liaison Psychiatry selama 4 minggu
di sana. Saya sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk bertemu salah satu pakar CLP disana yaitu Prof. Mike Salzberg (mentor dari dr. Umi Adzlin) Selain General CLP, saya diberikan kesempatan untuk belajar bersama tim Gastro yang merupakan multidisiplin tim, terdiri dari spesialis gastro, bedah, psikiatri, psikolog, perawat, social worker, ahli nutrisi dan petugas kesehatan lain yang terkait. Selain di St. Vincent’s General Hospital, saya juga dikirim ke Weribee Hospital untuk belajar terkait Women’s Mental Health, disini saya belajar tentang kesehatan jiwa ibu dalam kondisi kehamilan maupun paska melahirkan. Banyak sekali ilmu yang kami dapat selama 4 minggu belajar disana dan salah satu tindak lanjut dari keberangkatan fellowship kami adalah akan ditandatanganinya surat kesepakatan bersama atau “Memorandum of Understanding” dalam rangka edukasi, pelayanan dan penelitian. Selain psikiater, dokter umum dan paramedic juga menjadi sasaran dalam fellowship selanjutnya, sehingga kita akan memiliki tim kerja yang bervisi ke depan dan terintegrasi dengan baik. Belajar di negara maju merupakan tantangan tersendiri, dimana selain belajar ilmu psikiatri, kita juga harus belajar dengan kebudayaan masyarakat di sana, yang tertib, disiplin dan pekerja keras. Budaya bekerja yang sistematis dan efisien menjadi salah satu hal yang perlu kita aplikasikan guna pekerjaan yang lebih baik. Semoga pembelajaran selama di sana bisa membantu visi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, yaitu UN5A8. *** Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
7
ANAK & REMAJA
KELUARGA;
FONDASI DASAR GENERASI BERKARAKTER
Beberapa waktu lalu, sosok Awkarin menjadi viral di berbagai media, dan menjadi tren kalangan anak muda. Tapi perilaku Awkarin menimbulkan pro dan kontra di kalangan pendidik dan orang tua. Apa yang salah dengan Awkarin?
A
wkarin adalah sosok anak muda yang sebenarnya tidak perlu dicemaskan. Ia merasa baik-baik saja, meski belum lama ini gagal masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lantaran lebih menyibukkan diri bersama pacarnya. Tragisnya ialah Awkarin, yang bernama asli Karin Novilda, merupakan peraih NEM tertinggi ke-3 tingkat SMP di tahun 2013 tingkat Provinsi Kepri.
Namun, seseorang bisa saja sangat berubah. Dilihat dari media 8
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
sosial, gadis ini tidak menunjukkan rasa sedih ketika menghadapi kegagalan tersebut. Ia tetap bergembira bersama sahabatsahabatnya mengikuti berbagai pesta. Ia justru lebih depresi dan menangis tersedu-sedu ketika diputuskan pacarnya. Bahkan ia mengunduh video cara berpakaian, kata-kata dan perilaku pacaran di luar normatif budaya Indonesia. Bisa jadi itu adalah hal yang wajar bagi Awkarin, karena toh tanpa menempuh pendidikan yang
tinggi pun, dan dengan konten apapun yang diunggahnya di media sosial, saat ini ia telah berhasil mendapatkan pendapatan minimal $ 1.200 (sekitar Rp. 15.600.000 per bulan), berkat traffic channel media sosialnya yang terus melonjak. Bukan angka yang sedikit untuk remaja seusianya. Dalam hal ini, tentu menjadi fenomena yang mencemaskan karena pengikut setia Awkarin adalah anak-anak dan remaja yang sedang mencari jati diri
ilustrasi: keluarga
ANAK & REMAJA
sehingga mereka berpeluang besar mengikuti gaya hidupnya. Ada apa sebenarnya dengan generasi masa kini? Sedemikian rapuhnyakah nilai-nilai pendidikan kita sehingga sulit menjangkau percepatan pemikiran, perasaan dan perilaku anak-anak kita karena pengaruh media? Atau kurang kuatnya fondasi kehidupan berkeluarga?
Generasi swag yang berubah makna Di luar negeri, generasi Awkarin ini dikenal sebagai fenomena anak muda kekinian yaitu generasi swag. Di Indonesia, istilah swag diberikan oleh Young Lex, rapper Indonesia yang sangat dikenal oleh para Youtuber. Jika dilihat dari Kamus Bahasa Inggris, swag memiliki arti kehancuran. Tapi beberapa tahun terakhir, swag berubah makna menjadi ‘keren’. Perubahan makna ini bisa dibilang akibat ulah Justin Bieber yang sering menyelipkan kata swag ke dalam lirik-lirik lagu yang dinyanyikannya. Definisi swag menurut Justin Bieber ialah tentang bagaimana menjadi diri sendiri. Percaya akan kekuatan diri dan berusaha membuat dirinya menjadi seseorang yang spesial. Dari situlah
swag bagaikan ‘kata ajaib’ untuk para anak muda dunia. Banyak selebriti dunia yang memakai gaya swag sebagai ciri khasnya. Selain Justin, sebut saja rapper dan penyanyi ternama Amerika Serikat, Eminem, Lil Wayne. Untuk selebriti Asia, kita bisa menyebutkan G-Dragon dari Bigbang. Mereka semua dikenal sebagai swagger. Swagger ialah sosok yang jadi dominan atau spesial karena mempunyai kelebihan. Seseorang disebut swagger jika ia mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan fashionable. Selain itu, para swagger juga mempunyai pesona yang membuatnya punya banyak pengikut. Mencermati fenomena Awkarin, banyak pihak khususnya pendidik dan orang tua menyoroti perilaku negatifnya, seperti dilansir dari majalah Femina edisi 26 Juli 2016 lalu yaitu: 1. Gaya pacaran Awkarin yang dianggap relationship goals. Dilihat dari Instagram dan Youtube, Awkarin rajin menunjukkan foto gaya berpacarannya. Memang harus diakui mereka tampan dan cantik. Di kamera, mereka merupakan pasangan yang
fotogenik. Remaja mana yang tidak mau memiliki pacar tampan dan kaya? 2. Pornografi terselubung. Sebagai orang tua yang sudah berupaya segala rupa untuk membentengi anak dari konten pornografi di internet, (hingga memasang aplikasi seperti Parental Control ataupun Safe Search), banyak yang lupa bahwa ada peer influencer di dalam media sosial. Jika kita lihat video yang diunggah, ia dengan mudah mengumbar kemesraan. Adegan ciuman, pelukan mesra, busana seksi, dan juga sumpah serapah pun tak sungkan diperdengarkan. Semua bisa dinikmati tanpa sensor. Yang lebih memprihatinkan, kebanyakan akun yang berkomentar memiliki profil berwajah imut, dan menyapa dengan sebutan ‘Kak’. Tebak saja, usianya pasti di bawah si gadis viral ini. 3. Kaya dan cepat terkenal dengan cara instan jadi tujuan utama. Kita pasti ingat dengan pepatah ‘sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit’. Pepatah ini mengajarkan bahwa untuk Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
9
ANAK & REMAJA sukses butuh proses yang panjang dan proses itulah yang menghebatkan kita. Tapi sepertinya hal tersebut mulai tidak diikuti oleh anak muda zaman sekarang. Profesi vlogger dianggap menarik bagi remaja sekarang karena dengan cara instan mereka mendapatkan ‘kesuksesan’ tanpa belajar dan berusaha keras, cukup mengandalkan banyaknya follower, uang mudah mengalir.
4. Over sharing di media sosial bagai bumerang. Aktifitas sejak bangun tidur, sampai tidur lagi diumbar oleh Karin. Hidupnya bagai reality show yang dapat ditonton setiap saat, baik lewat Snapchat, Instagram, maupun vlognya. Kita harus sadar, apa yang ada di online akan permanen berada di situ, selamanya tak akan hilang. Belum lagi, jika dihujat oleh publik atas unggahan tersebut. Sebab, bukan hanya cyber bullying yang
siap menerkamnya, namun juga masa depan yang dipertaruhkan. 5. Krisis idola di kalangan remaja. Banyak dari kita orang tua terheran-heran, kok Awkarin bisa jadi idola? Vlognya yang penuh sensasi justru lebih banyak diminati, dibanding remaja belia yang berprestasi. Apakah ini menjadi satu peristiwa bahwa generasi muda kita semakin terpuruk, kehilangan jati diri dan karakternya sebagai remaja? ***
Belajar dari Budaya Didik Orang Jepang
Banyaknya sisi negatif fenomena Awkarin dapat kita anggap sebagai egosistem media sosial dan perilaku anak muda yang memiliki rasa keakuan dan kegalauan yang sulit dipahami, dan membutuhkan solusi yang tidak sederhana. Bagaimana kita dapat membangun mental dan karakter anak sebagai anak tangguh yang tidak mudah terjebak arus, mencintai kelebihan-kelebihan dari potensi dirinya dan memiliki jati diri utuh tentang diri sendiri, dimana dia tinggal, keluarganya, sopan santun dalam berinteraksi sosial dan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap interaksi sosialnya. Mau tidak mau kita harus flashback ke masa dimana anak tumbuh dan berkembang. Salah satu tempat pengenalan pendidikan karakter utama dan pertama adalah dalam keluarga. 10
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Apa yang dapat keluarga lakukan untuk membentengi dan memperkuat karakter anak-anak mereka? Tidak ada salahnya kita belajar dari bangsa Jepang, yang menanamkan karakter baik sejak dini, baik di rumah dan di sekolah, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi cara kerja, prestasi belajar dan kerja mereka hingga dewasa. Karakter baik ini memiliki dampak dalam lingkup luas, tidak hanya di keluarga saja namun dalam pergaulan di sekolah, lingkungan kerja hingga menjadi jati diri bangsa itu sendiri. Mendidik anak yang berkarakter dari lingkungan keluarga membutuhkan komitmen, kepekaan dan rasa kasih yang besar sehingga nilai-nilai yang kita tanam pada anak menjadi pegangan seumur hidupnya. Prinsip-prinsip pilar hidup utama nilai budaya Jepang
yang dapat kita ambil dalam upaya mendidik anak yaitu: Wa (harmoni); mengandung makna mengedepankan semangat kebersamaan, menjaga hubungan baik, dan menghindari ego individu. Kao (reputasi); Kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri, reputasi, dan status sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari konfrontasi dan kritik terbuka secara langsung. Membuat orang lain ‘kehilangan muka’ merupakan tindakan tabu dan dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan sosial maupun bisnis. Omoiyari (loyalitas); berarti sikap empati dan loyalitas. Spirit omoiyari menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat berdasarkan kepercayaan dan kepentingan bersama dalam jangka panjang. Gi; berartimenjaga kejujuran (integritas). Senantiasa mempertahankan etika, moralitas, dan kebenaran. Integritas merupakan nilai yang paling utama. Kata integritas mengandung arti jujur dan utuh. Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dari seluruh aspek kehidupan, terutama antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nilai ini sangat dijunjung tinggi dan merupakan dasar bagi insan manusia untuk lebih mengerti tentang moral dan etika. Yū; berarti berani menghadapi kesulitan. Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercayai meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Namun demikian, keberanian mereka tidak membabibuta, melainkan dilandasi latihan yang keras dan penuh disiplin. Jin; berarti memiliki sifat kasih sayang.Kasih sayang dan kepedulian tidak hanya ditujukan pada orang tua, atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini harus tetap ditunjukan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan. Rei; berarti hormat kepada orang lain. Sikap santun dan hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau siapapun yang ditemui. Sikap santun meliputi cara
duduk, berbicara, bahkan dalam memperlakukan benda ataupun senjata. Makoto atau Shin; berarti jujur, bersikap tulus dan ikhlas. Senantiasa bersikap jujur dan tulus mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang kolega. Meiyo; berarti menjaga kehormatan diri. Menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu, menggunakan jalan pintas, dan menghindari perilaku yang tidak berguna. Tei; berartimenghormati orang tua dan rendah hati. Mereka sangat menghormati dan peduli pada orang yang lebih tua baik orang tua sendiri, pimpinan, maupun para leluhurnya. Mereka harus memahami silsilah keluarga juga asal-usulnya. Mereka fokus melayani dan tidak memikirkan jiwa dan raganya pribadi. Kesepuluh prinsip-prinsip dasar budaya di atas jika ingin diterapkan dalam proses mendidik anak, harus dimulai dari kita sebagai orang tua. Orang tua harus memiliki kerelaan untuk merubah diri agar anak-anak dapat mencontoh tanpa perlu kita bersusah payah dan merasa berat untuk menjalankan tugas dan peran kita sebagai pendidik karakter utama dalam keluarga. Bergeraklah dari perilaku-perilaku kecil yang sederhana, semisal dari disiplin waktu, kebersihan dan kerapihan, kemandirian, dan seterusnya yang tujukan untuk membangun karakter yang lebih besar adalah hal yang harus kita terapkan sejak dini anak sedari kecil. Bangun komitmen kuat untuk menanamkan karakter kualitas prima pada anak-anak sehingga bekal mereka untuk menghadapi gempuran nilainilai negatif di luar keluarga tetap tangguh seperti baja dan tetap berpegang pada jati diri dan nilai baik sebagai manusia seutuhnya.*** (Ni Made Ratna Paramita, M.Psi) Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
11
NON JIWA
KEJANG DEMAM PADA ANAK Penyakit ini paling sering ditemui pada balita usia 9-20 bulan. Fakta lainnya, jika orang tua pernah mengalami kejang demam, anak mereka pun berpotensi sangat besar untuk mengalaminya.
M
enurut Wikipedia Ensiclopedia Bebas, kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6
12
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan. Jika orang tua pernah mengalami kejang demam,
maka anak mereka berpotensi sangat besar untuk mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umumnya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan Elektro Enchepalo Graphi (EEG) saat kejang terjadi dan pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna. Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh di
NON JIWA
atas 38 °C (100.4 °F). Selain itu infeksi virus atau bakteri dan bahkan imunisasi yang menyebabkan demam tinggi seperti herpes virus dapat menjadi faktor penyebab dari kejang demam. Hingga saat ini masih belum ditemukan obat profilaksis antiepilepsi untuk mencegah terjadinya kejang demam.
?
Perbedaan mendasar antara kejang demam dan penyakit serupa yang lebih serius seperti demam ensephalitis akut atau ensephalopathic adalah terdapatnya kejang fokal ataupun kejang yang berkepanjangan. Selain itu, jika dilihat pemeriksaan EEG-nya akan ditemukan kelainan serta ditemukannya kondisi complicated
febrile seizures atau kejang demam berulang tiap ada kenaikan suhu tubuh pasien. Pasien seperti inilah yang memiliki prosentase tinggi untuk mengalami komplikasi seperti kejang atypical, petit mal, atonic, dan astatic spells yang diikuti kejang tonic, mental retardation, dan partial complex epilepsy.
Berikut tips-tips yang tim LJ rangkai sebagai pengetahuan untuk menghadapi anak dengan Kejang Demam; Mengapa bisa terjadi kejang demam?
Ada berapa jenis kejang demam ?
Penyebab terjadinya kejang demam masih belum diketahui pasti. Keseimbangan suhu tubuh kita diatur oleh organ yang terletak di otak disebut hypothalamus. Diduga pada anak-anak, fungsi hipothalamus masih belum sempurna sehingga belum mampu menjaga keseimbangan suhu tubuh dengan cermat. Kenaikan suhu tubuh yang tinggi akan memicu pelepasan muatan listrik sehingga terjadi kejang.
Kejang demam ada dua jenis: kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Faktor-faktor apakah yang membuat seseorang lebih rentan terkena kejang demam? • • •
Demam yang tiba-tiba meninggi Usia, kejang demam terutama terjadi pada anak usia di bawah 6 tahun. Faktor turunan/genetik, dimana ambang rangsang kejang demam lebih rendah (low seizure threshold). Adanya riwayat kejang demam pada anggota keluarga meningkatkan resiko kejang demam.
Apakah anak yang pernah kejang demam akan mudah kambuh pada masa yang akan datang? Ya, anak yang menderita kejang demam menunjukkan bahwa ambang rangsangnya rendah sehingga kemungkinan kambuhnya lebih besar.
!
Bagaimana ciri-ciri kejang demam sederhana? • • • • • • • • • • • • •
Usia anak 6 bulan – 6 tahun. Demam tinggi (> 38,5 °C). Kejang umum (seluruh tubuh). Tak sadar. Mata mendelik ke atas. Nafas agak terganggu. Mulut berbusa. Mungkin ngompol dan muntah Berlangsung < 15 menit. Pasca kejang anak tampak diam, mengantuk, tertidur yang berlangsung beberapa detik atau menit kemudian pulih seperti biasa. Tidak ditemukan kelainan fungsi saraf sebelum maupun sesudah kejang. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang tidak berulang > 4 kali dalam setahun.
Lalu bedanya dengan kompleks bagaimana? Kejang demam disebut kompleks bila : • Kejang tidak umum tetapi hanya mengenai sebagian tubuh misalnya tangan saja. • Kejang berlangsung > 15 menit. • Kejang berulang dalam 24 jam. • Kejang berualang > 4 kali setahun. Kejang demam kompleks menunjukkan ada kelainan di sistem saraf, keadaan ini kelak berpotensi berkembang jadi epilepsi sehingga perlu dievaluasi lebih lanjut.
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
13
NON JIWA
Bagaimana cara penanganan yang tepat menangani kejang demam ? Berikut langkah-langkahnya:
*
Sikap saat menghadapi anak yang terserang kejang demam ialah :
Bagaimana mencegah terjadinya kejang demam?
• •
Karena pemicu kejang demam ialah demam tinggi yang timbul mendadak, maka bila anak menderita demam, usahakan segera menurunkan demam dengan: • Kompres kepala dan seka badan dengan air. • Jangan memakai baju tebal. • Jangan membalut tubuh dengan selimut tebal. • Beri obat penurun demam misalnya Parasetamol atau Ibuprofen secara teratur sesuai saran dokter. • Minum atau beri obat dubur pencegah kejang misalnya diazepam sesuai saran dokter.
• • • • • • •
14
Tidak panik. Lindungi anak dari kemungkinan kecelakaan dengan meletakkan anak pada dasar yang lembut. Tempatkan badan dan kepala anak dalam posisi miring. Jangan menekan/menahan gerakan kejang yang sedang terjadi. Jangan memasukkan jari atau alat-alat ke mulut anak. Jangan memberi obat ke mulut anak. Jangan membasahi badan anak dengan air dingin. Catat lamanya kejang, kalau lebih dari 5 menit segera antar ke rumah sakit. Setelah kejang demam berakhir, perlu konsultasi ke dokter untuk mencari pemicu demam dan kejang serta mendapat saran dan obat untuk pencegahan kejang demam di masa yang akan datang.
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Apakah kejang demam itu berbahaya ? Secara statistik medis, 95-98% anak yang menderita kejang demam akan sembuh sempurna tanpa cacat dan tidak berpotensi menjadi epilepsi. Dengan bertambahnya usia frekuensi terjadinya kejang demam juga akan berkurang. ***
?
KEPERAWATAN
NURSING EARLY WARNING SCORING SYSTEM
(NEWSS) Oleh : Ns. Ida Yuni Priyanti*
“Adik saya 1 jam yang lalu masih bisa ngobrol, ini kok tiba-tiba meninggal ya mas?”
P
ernahkah kita semua sebagai seorang Perawat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari keluarga pasien? Mungkin sering, dan kitapun sering bertanya kenapa penurunan kondisi pasien begitu cepat terjadi, dan bagaimana cara mendeteksinya? Menurut Duncan dan McMullan (2012), henti jantung sebagai penyebab kematian, utamanya di rumah sakit biasanya didahului oleh tanda-tanda yang dapat diamati, yang sering muncul 6-8 jam sebelum henti jantung terjadi. Berdasarkan hal tersebut perawat sebagai lini terdepan yang selama 24 jam selalu bersama pasien di rumah sakit perlu adanya mekanisme untuk meningkatkan mutu pemantauan tanda-tanda vital terutama dalam mengintepretasikan dan tindak lanjut terhadap monitoring tersebut dengan menggunakan NEWSS (Nursing Early Warning Scoring System).
Sistem skoring fisiologis ini lebih berfokus untuk mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari.
Nursing Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
15
KEPERAWATAN
tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Nursing Early Warning Scores System lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013). Sistem dalam early warning scoring dikenal dengan sistem “Melacak dan Memicu’, Pendeteksian dini untuk melacak atau menemukan pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan hasil analisa tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai hasil scoring. Adapun parameter yang digunakan adalah ; 1. Suhu Tubuh Hipertermia ataupun Hipotermia merupakan penanda yang sensitif untuk menunjukkan kondisi akut dan adanya gangguan fisiologis. 2. Frekwensi Nadi Tachicardi bisa menunjukkan keadaan : sepsis atau hypovolume, gagal jantung, demam, nyeri atau distress, aritmia, gangguan metabolic, hypertiroid, maupun efek obat-obatan. Sedangkan Bradicardi bisa menunjukkan normal pada kondisi tertentu, efek pemakaian obat-obatan tertentu (ex Beta Blocker), hypothermia, depresi susunan syaraf pusat, hypothiroidism, EKG (Heart Block). 3. Tekanan Darah Sistolik Hipotensi merupakan tanda yang penting dalam mengkaji derajat keparahan dan kegawatan penyakit. Hipotensi bisa menunjukkan adanya perubahan sirkulasi akibat adanya : sepsis atau hypovolume, gagal jantung atau gangguan irama
16
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
jantung, depresi susunan syaraf pusat, maupun efek-efek obat anti hypertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung koroner, stroke). Hipertensi tidak selalu menunjukkan kondisi akut yang menunjukkan kegawatan. Hipertensi berat (sistolik ≥ 200 mmHg) dapat terjadi karena nyeri atau distress lainnya. Sangat penting untuk memastikan apakah perburukan pasien disebabkan oleh hipertensi atau diperburuk oleh hipertensi. 4. Respirasi Peningkatan frekwensi pernafasan merupakan gejala yang menunjukkan adanya kondisi akut dan distress yang dapat disebabkan karena nyeri, infeksi paru, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan metabolik : acidosis metabolik. Penurunan frekwensi nafas merupakan indikator penurunan kesadaran atau adanya efek narkose. 5. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran merupakan indikator yang penting dalam mendeteksi perburukan pasien. 6. Saturasi O2 Tingkat oksigen di dalam tubuh dapat diukur dengan oksimeter. Hipoksemia terjadi bisa disebabkan adanya anemia, penyakit paru obstruktif kronik, empisema, pneumonia, pneuomothorax, akut respiratory distress syndrome, pulomonary embolisme, fibrosis paru, sleep apnea. Sedangkan hiperoxia bisa terjadi karena bernafas dalam konsentrasi oksigen yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian sel dan kerusakan terutama di sistem syaraf pusat, mata dan paru-paru. Disinilah peran sentral perawat untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tersebut secara berkala, kemudian diintepretasikan dalam card scoring di bawah ini.
KEPERAWATAN
NEWSS Pasien Dewasa
Hijau
Pasien dalam kondisi stabil monitoring 6-12 jam
Kuning Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift. Jika skor pasien akurat maka perawat primer (PP) harus menentukan tindakan terhadap kondisi pasien dan melakukan pengkajian ulang setiap 2 jam oleh perawat pelaksana. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan pasien. Orange Pengkajian ulang harus dilakukan oleh Perawat Primer/ PJ Shift dan diketahui oleh dokter jaga residen. Dokter jaga residen harus melaporkan ke DPJP dan memberikan instruksi tatalaksana pada pasien tersebut. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam. Merah
Aktifkan code blue, TMRC melakukan tatalaksana Kegawatan pada pasien, dokter jaga dan DPJP diharuskan hadir di samping pasien dan berkolaborasi untuk menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam (setiap 15 menit 30 menit - 60 menit).
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
17
KEPERAWATAN
Alur Deteksi Perburukan Kondisi Pasien Alur Deteksi Perburukan Kondisi Pasien
Lakukan Penilaian dengan NEWSS
Jumlahkan seluruh Skor dan Catat Kategori NEWSS
Lakukan Tatalaksana Algoritma
Tata Laksana Algoritma
Penggunaan Nursing Early Waring Scores sangat berkaitan erat dengan peran perawat yang melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan, sebagai care giver memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian harian serta memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang pertama yang mengetahui adalah perawat. ***(dari berbagai sumber). *Perawat Pelaksana Wisma Pringgondani I RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
18
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Kunjungan Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Prof. DR. Yohana Susana Yambise, Dip.Apling, MA
LAPORAN UTAMA
RSJS Inisiator
Rumah Sakit Ramah Anak Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
19
LAPORAN UTAMA
Dalam kunjungannya ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Menteri Yohana beserta rombongan didampingi dr. Dyah Wahyu Priyanti, MPH (sewaktu menjabat selaku Plh Direktur Utama RSJS), melihat langsung fasilitas pelayanan kesehatan anak dan remaja yang dimiliki RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dan bagaimana penanganan terhadap pasien pada siang itu.
M
enteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Prof. DR. Yohana Susana Yambise, Dip.Apling, MA didampingi anggota DPR RI Komisi VIII Drs. KH Choirul Muna mengunjungi Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & Remaja RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dalam rangkaian lawatannya ke Kota Magelang pada Kamis (15/9). Dalam agendanya di Kota Magelang ini, Menteri Yohana mencanangkan RW Layak Anak Kota Magelang serta memberikan bantuan mobil untuk P2TP2A Kota Magelang. Setelah menjalani beberapa kegiatan di berbagai tempat di Kota Magelang, Menteri Yohana mengunjungi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebagai Rumah Sakit Jiwa yang mempunyai layanan unggulan yaitu Layanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja. Ini sejalan dengan program Kota Magelang sebagai Kota Layak Anak yang baru saja dicanangkan oleh Menteri Yohana. Pelayanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja merupakan salah
20
LENTERA JIWA Edisi 36 37 Tahun 2016
satu jenis layanan yang ada di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dan merupakan layanan unggulan yang ada di rumah sakit ini. Layanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja di sini meliputi Layanan Psikiatri Anak dan Remaja, Layanan Psikolog Anak, Layanan Dokter Anak, Layanan Keperawatan, Layanan Okupasi Terapi, Layanan Terapi Wicara, Layanan Fisioterapi Anak, Elektromedik, Layanan Sosioworker, Layanan School Time, serta Layanan Rawat Inap Anak.
Dalam akhir kunjungannya ia berpesan kepada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang agar dapat terus konsisten dalam memberikan pelayanan terbaik khususnya kepada pasien anak – anak. “ Saya titip pelayanan kesehatan untuk anak dan remaja di rumah sakit ini, jangan sampai ada kekerasan pada anak dan wanita,“ imbuhnya. Sebelum meninggalkan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan piagam penghargaan kepada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebagai Inisiator Rumah Sakit Ramah Anak. *** (why)
LAPORAN KHUSUS
DIRJEN YANKES HADIRI SERTIJAB DIREKTUR UTAMA RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Amanah baru sudah diemban, tugas baru sudah menanti.
R
SJ Prof. Dr. Soerojo Magelang melaksanakan acara serah terima jabatan (SERTIJAB) Direktur Utama pada Jumat (16/9), yaitu dari Pelaksana Tugas Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
yang dijabat oleh dr. Alida Lienawati, M.Kes kepada dr. Endang Widyaswati, M.Kes yang telah dilantik oleh Menteri Kesehatan RI di Jakarta, 9 September 2016 lalu. Sebelumnya, dr. Endang Widyaswati, M.Kes merupakan Direktur Umum,
SDM dan Pendidikan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Dalam acara ini dilakukan pula sertijab Direktur Umum, SDM dan Pendidikan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dari dr. Endang Widyaswati, M.Kes kepada drg.
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
21
LAPORAN KHUSUS
Rahmadsyah Mansur, M.Kes yang sebelumnya menjabat Direktur Umum, SDM dan Pendidikan di RSUP Dr. M Djamil Padang. Sebelumnya, Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dijabat oleh dr. Bambang Prabowo, M.Kes yang secara resmi telah dilantik oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, SpM(K) menjadi Direktur Utama di RSUP H. Adam Malik Medan pada 17 Juni 2016 lalu. Dalam sambutannya, dr. Endang Widyaswati, M.Kes menyampaikan harapannya kepada seluruh elemen civitas hospitalia RSJS untuk bisa bersama – sama meraih visi menjadi Pusat Unggulan Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan Jiwa secara Holistik di tingkat ASEAN pada tahun 2018. “Saya akan menjadikan RSJS ini sebagai tim yang solid untuk meraih cita – cita,” sambungnya.
22
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Harus aktif turun ke masyarakat Hadir dalam acara sertijab, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian RI, dr. Bambang Wibowo, SpOG (K).,MARS. Selain itu hadir juga tamu undangan lain diantaranya pimpinan SKPD di lingkungan Pemkot Magelang, Pimpinan Rumah Sakit se-Kota/ Kabupaten Magelang, Pimpinan Rumah Sakit Vertikal di wilayah Jawa Tengah dan DIY dan Rumah Sakit Jiwa di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Dalam sambutannya, Dirjen Yankes Kemenkes RI berpesan kepada Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang bahwa tugas di tempat yang baru untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit sudah menanti. “Segala sesuatunya pastilah berbeda dengan tempat tugas yang sebelumnya, namun rumah sakit sebagai lembaga pelayanan publik
harus tetap meningkatkan kualitas pelayanannya,” imbuhnya. Dirjen juga menambahkan, rumah sakit saat ini tidak boleh hanya pasif menunggu pasien datang. Tapi, harus aktif turun ke masyarakat melihat kondisi kesehatannya secara langsung. ”Maka, yang saya tekankan adalah tindakan pencegahan dan promotif agar masyarakat mengerti pentingnya kesehatan jiwa. Pencegahan tentu lebih baik dari pengobatan,” tambahnya. Setelah mengikuti rangkaian sertijab, Dirjen Yankes Kemenkes menyempatkan diri untuk mengunjungi Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & Remaja yang merupakan layanan unggulan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Didampingi oleh beberapa pejabat struktural RSJS, Dirjen melihat seluruh fasilitas dan pelayanan yang ada di sana. *** (why)
WARTA Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tahun 2016
Pertolongan Pertama Psikologis; Langkah Tepat Orang-orang Terdekat Data dari World Health Organization - WHO (2016) menunjukkan, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia.
S
ementara di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes tahun 2013 tercatat, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Artinya, per 1.000 penduduk Indonesia, ada 1 sampai 2 orang mengalami gangguan jiwa berat.
Bahkan, setiap 40 detik di suatu tempat di dunia ada seseorang yang meninggal karena bunuh diri (World Federation for Mental Health - WFMH, 2016).
masih menjadi salah satu kendala. Menurut WHO, kuota minimal untuk 100.000 penduduk idealnya memerlukan tiga sampai empat orang psikolog/psikiater. Dari data yang dilansir tahun 2015 lalu, Indonesia baru memiliki 451 psikolog klinis (0,15/100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32/100.000 penduduk), dan perawat jiwa 6.500 orang (2/100.000 penduduk). Tentu ini akan
menghambat proses pencegahan dan penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang memerlukan terapi jangka panjang. Itu mengapa pemberdayaan keluarga sebagai deteksi dan penyaring awal kesehatan jiwa untuk memberikan pertolongan pertama psikologis masyarakat menjadi urgent. Dukungan psikologis awal
Dari jumlah tersebut, sebagian besar belum berinisiatif atau berkesempatan mendapatkan pengobatan yang tepat, hanya menerima sedikit perhatian atau bahkan tidak mendapatkan dukungan psikologis awal jika masalah kesehatan jiwa ini terjadi dalam keadaan darurat, sehingga kondisi ini menyebabkan mereka sulit diterima kembali oleh masyarakat. Belum lagi, terbatas dan belum meratanya distribusi tenaga layanan kesehatan jiwa di Indonesia juga
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
23
WARTA
dalam masalah kesehatan jiwa, sebaiknya juga dapat dilakukan oleh seseorang yang bukan tenaga profesional kesehatan jiwa. Sebab, bantuan profesional belum tentu tersedia saat krisis pertama kali dialami. Hari Kesehatan Jiwa 2016 di RSJS Bagaimana menumbuhkan kepedulian dan komitmen masyarakat untuk terus mendukung dan mengimplementasikan program pemberdayaan keluarga sebagai pertolongan pertama psikologis, sejalan dengan tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) tahun 2016 ini yaitu ‘Martabat Dalam Kesehatan Jiwa: Pertolongan Pertama Psikologis Dalam Kesehatan Jiwa Bagi Semua’ (Dignity in Mental Health: Psychological and Mental Health First Aid For All). Salah satu tujuan HKJS 2016 adalah agar masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama psikologis dan dukungan awal kesehatan jiwa, sehingga mereka dapat memberikan dukungan kepada penderita gangguan kesehatan jiwa, selayaknya mereka memberikan pertolongan pada gangguan kesehatan fisik.
24
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang (RSJS Magelang), dalam tema HKJS 2016 juga terdapat pesan utama bahwa setiap orang memiliki hak untuk dihargai dan mendapatkan perlakuan layak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Artinya perlu ditumbuhkan kesadaran untuk memberikan dukungan psikologis kepada setiap anggota keluarga, atau siapapun yang memiliki gangguan jiwa; untuk tetap dihargai selayaknya manusia bermartabat, dan berhak mendapatkan kembali kualitas kehidupan yang optimal. Masalahnya, kesehatan jiwa seringkali kurang mendapat perhatian akibat ketidaktahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa, kurangnya kepedulian masyarakat dan masih adanya stigma dan diskriminasi pada Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Akibatnya, mereka sering tidak menerima pelayanan kesehatan jiwa sesuai kebutuhan. RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang terus berupaya menginformasikan lebih luas upaya promotif dan preventif agar dapat membangun
awareness di kalangan masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan yang dilakukan oleh RSJS Magelang dalam rangka HKJS 2016, yaitu: 1.
Mental Health Awareness. Diselenggarakan tanggal 10 Oktober 2016, dengan kegiatan antara lain pemasangan spanduk dan umbul-umbul HKJS 2016 di halaman depan dan sekitar Gedung Rawat Jalan, pemotongan tumpeng dan pembagian leaflet “Kepedulian terhadap Kesehatan Jiwa”.
2.
Workshop untuk dokter Puskesmas se-Kota dan Kabupaten Magelang. Diselenggarakan tanggal 25 Oktober 2016, dengan Tema “Antipsychotic Long Acting Injection”. 3.
Seminar Awam tentang Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja. Diselenggarakan tanggal 9 November 2016, dengan mengundang Guru SMP/SMA, pengelola kepanitiaan remaja (pengurus pesantren, perwakilan gereja) dan organisasi sosial Kota Magelang.
LAPORAN UTAMA Walk The Talk Kementerian Kesehatan RI, PDSKJI, ARSAWAKOI, KPSI, dan mitra dalam puncak kegiatan HKJS 2016 pada Minggu, 9 Oktober 2016 di Jakarta menyelenggarakan acara Walk The Talk, yaitu kegiatan jalan bersama sambil berkomunikasi, menerima informasi dan edukasi kesehatan jiwa. Salah satunya, jalan dan senam sehat, permainan untuk melatih kognitif, pojok konsultasi, dan pameran rumah sakit yang memiliki unit pelayanan kesehatan jiwa. RSJS pun turut ambil bagian di dalamnya. Dalam temu media menyambut HKJS 2016, di Jakarta (5/10), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza di Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (Dit P2MKJN), Kementerian Kesehatan RI dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH menyatakan bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian penting terhadap terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang produktif dan sekaligus merupakan aset bangsa yang berharga. Untuk itu, menjaga kesehatan jiwa seluruh masyarakat Indonesia merupakan tugas semua pihak. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat harus mampu menjadi garda terdepan berperan dalam menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya dan menjadi pihak yang memberikan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala-gejala yang mengarah pada masalah kesehatan jiwa. Harapannya, kata dr. Fidiansjah, momentum Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016 ini mampu mendorong pemberdayaan peran keluarga, sebagai strategi untuk membantu permasalahan kesehatan jiwa secara lebih efektif dan berdampak lebih nyata.*** (tim)
Jathilan TURONGGO SARAS JIWO
Saat Rehabilitan Tampil Memukau Para rehabilitan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tampil memukau dalam memainkan kesenian jathilan Turonggo Saras Jiwo pada event BOROBUDUR BIKE WEEK 2016 yang diselenggarakan oleh Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) wilayah Kedu beberapa waktu lalu.
B
rotherhood HDCI Kedu tengah merayakan ulang tahun pertamanya tahun ini. Dalam acara bertajuk 1st Anniversary Harley Davidson Club Indonesia Kedu bertema ‘Biker Art & Culture’, HDCI Kedu
bekerjasama dengan masyarakat seni Borobudur, pelukis, pematung, pembuat kerajinan seni. Mereka semua turut andil dalam memeriahkan acara parade seni dan budaya ini, tak terkecuali para rehabilitan Prof. Dr. Soerojo Magelang. Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
25
WARTA Pada event yang digelar selama tiga hari, tanggal 29 – 31 Juli 2016 ini, para rehabilitan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang menjadi penampil pertama pada opening ceremony yang dilaksanakan di lapangan Pondok Tingal Borobudur, Kabupaten Magelang. Mereka tampil memukau saat unjuk kebolehan dalam memainkan kesenian jathilan Turonggo Saras Jiwo pada event BOROBUDUR BIKE WEEK 2016 yang diselenggarakan oleh HDCI wilayah Kedu itu. Rehabilitan yang sedang menjalani tahapan akhir dari masa pemulihannya tampak tak canggung berbaur dengan para biker yang antusias menikmati aksi yang mereka tampilkan. Bahkan beberapa biker ikut menari menikmati alunan musik gamelan yang dimainkan oleh para instruktur dari Instalasi Rehabilitasi Psikososial RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. “Kalau enggak sekarang, kapan lagi bisa njathil bareng dengan mereka,” kata Umar selaku ketua panitia sembari mengajak biker yang lain ikut menari. Selain pertunjukan Jathilan yang disuguhkan para rehabilitan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada pembukaan event tersebut, banyak acara menarik lainnya yang juga digelar selama tiga
26
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
hari berturut – turut seperti Kirab Budaya Borobudur, Festival Kesenian Rakyat Borobudur, Live Music Performance hingga Lunch Biker Style. Semua acara tersebut menggunakan venue lapangan Pondok Tingal dan Taman Wisata Konkrus Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Rehabilitasi psikosial, mengembalikan fungsi mental Dalam penanganan penderita gangguan jiwa yang ada di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, rehabilitan dirawat melalui beberapa tahapan sebelum dapat bersosialisasi kembali dengan lingkungannya. Salah satu tahapannya adalah menjalani rehabilitasi psikososial. Disana mereka diarahkan dan dibimbing sesuai dengan bakat dan peminatannya untuk mengikuti proses rehabilitasi. Rehabilitasi psikososial sendiri merupakan serangkaian usaha yang terkoordinasi atas upaya medis, sosial, edukasional dan vokasional untuk melatih kembali seseorang yang memiliki hambatan agar dapat berfungsi kembali seoptimal mungkin. Bagi penderita gangguan jiwa, obat saja tidak cukup karena obat hanya menghilangkan perilaku patologis atau mengurangi
gejala klinis saja, namun tidak diikuti kembalinya perilaku normatif lainnya. Oleh karena itulah perlu upaya rehabilitasi psikososial sebagai pengendali dalam rangka mengembalikan fungsi mental penderita gangguan jiwa seoptimal mungkin. Instalasi Rehabilitasi Psikososial RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebagai unit kerja yang melaksanakan pelayanan rehabilitasi psikososial mempunyai beberapa terapi diantaranya terapi kerja seperti pertanian, peternakan, pertukangan, pengelasan, pembuatan souvenir, penjahitan, tata boga dan lain sebagainya. Sedangkan terapi resosialisasi seperti Art Therapy, Dance Therapy, Music Therapy, Sport Therapy, Recreational Therapy dan lain sebagainya. Event – event seperti BOROBUDUR BIKE WEEK 2016 ini merupakan kesempatan bagus bagi para rehabilitan untuk kembali bersosialisasi. Jika mereka sudah siap untuk kembali bermasyarakat, maka giliran kitalah untuk bisa menerima mereka secara layak dan memperlakukan mereka dengan baik. *** why
KELUARGA
KETIKA KANGEN ANAK MENYERANG KITA
K
adang kita harus pergi lama meninggalkan keluarga. Suatu keharusan karena ingin melanjutkan studi demi menggapai cita-cita. Atau tak terelakkan karena pekerjaan yang mengharuskan kita meninggalkan si kecil untuk sementara waktu. Jika kejadian ini baru pertama kali kita alami, apalagi dalam jangka waktu lama, seminggu bahkan berbulan-bulan, pasti akan terasa berat dan sangat menyiksa karena rasa kangen dengan si kecil. Ini normal kok. Ketergantungan antara anak dan orang tua sudah bersifat alamiah. Artinya, orang tua dan anak masing-masing merasakan kenyamanan dan tentram ketika berada bersamasama. Jadi ketika berpisah, bukan anak saja yang merasa tidak nyaman, orang tua pun merasa kangen bahkan was-was terhadap kondisi anak yang ditinggalkan, terlebih lagi jika si kecil kemudian sakit. Adakah cara menyiasatinya? Berikut ini tips-tips untuk para orang tua mengurangi rasa khawatir/ was-was dan kangen terhadap anak saat jauh dari mereka : •
Pastikan segala kebutuhan dasar anak terpenuhi saat ditinggal pergi salah satu orang tua atau kedua-duanya. Semisal susu, makanan kesukaan, sampai mainan kesayangan. Hal tersebut
penting untuk meyakinkan kita agar anak tercukupi kebutuhannya. •
•
Lalu carilah pengasuh yang dapat dipercaya. Pengasuh ini, bisa sang ayah bila ibu yang pergi. Begitu juga sebaliknya, bisa si ibu bila ayahnya yang pergi. Bisa juga babysitter atau nenek dan kakek. Jadi untuk sementara anak mendapatkan rasa aman dari si pengganti. Memanfaatkan berkembangnya teknologi. Sebisa mungkin selalu lakukan kontak untuk mengetahui kondisi rumah dan juga memantau keadaan si kecil. Komunikasi dengan memanfaatkan jaringan nirkabel seperti internet juga akan sangat membantu anda dan keluarga agar tetap saling terhubung. Jejaring sosial juga bisa dimanfaatkan seperti Facebook, Twitter maupun Path. Ingin berkomunikasi secara intens, mengirim foto atau berbicara via chat messenger seperti YM atau Gtalk bisa menjadi pilihan. Namun jika anda ingin bertatap muka secara langsung, aplikasi video chat seperti MSN akan sedikit mengobati rasa kangen tersebut. Kalau si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi akan lebih baik lagi. Walaupun jauh, namun setidaknya tetap ada suara yang bisa ia lihat dan dengarkan dari orang yang disayanginya.
Menjaga psikologis si kecil Biasanya, anak memang akan rewel jika baru pertama kali ditinggal dalam jangka waktu lama. Jika sudah terbiasa, umumnya dalam diri si kecil sudah terbentuk pola; bila orang tua pergi maka akan kembali sehingga anak sudah tidak kaget lagi. Bagaimana jika orang tua sudah sering pergi tapi anak tetap rewel? Bisa jadi, cara komunikasi dengan si kecil harus diperbaki. Komunikasi ini tidak sebatas hanya telepon saat orang tua pergi, tapi juga perhatian ketika orangtua sudah pulang ke rumah. Misalnya, setelah sampai di rumah, segeralah kontak dengan anak, dan jangan langsung pergi lagi. Ketika orang tua sering pergi namun ketika kembali langsung memberikan kontak yang kualitasnya luar biasa pada hari-hari sesudahnya, anak merasa tetap disayang. Jika orang tuanya pergi lagi walaupun lama, ia tetap akan percaya bahwa mereka akan kembali lagi. Dan ini yang paling penting.*** (Herman)
Edisi 36 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
27
INFO SEHAT
Air Hangat Sejuta Manfaat
T
ernyata, air minum hangat yang sering disarankan saat kita sedang batuk, punya manfaat jauh lebih banyak lho. Sebagai informasi tambahan, air hangat yang baik adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air murni dan hangat lebih baik untuk kesehatan dibanding dengan air yang sudah dicampur dengan gula. Air yang sehat adalah air hangat, murni, jernih dan sudah melalui proses pemasakan sehingga kuman dan bakteri di dalamnya mati. Diantara banyak manfaatnya adalah:
1. Meredam Rasa Gatal Di Tenggorokan Saat batuk, tentu anda merasakan bahwa tenggorokan anda sangat gatal dan serak. Hal itu dikarenakan di dalam tenggorokan terdapat virus batuk yang menyebabkan rasa gatal. Meminum segelas air hangat bisa meredakannya. Rasa hangat dari air tersebut dapat menetralisir virus batuk yang ada di dalam tenggorokan. 2. Menurunkan Berat Badan Air hangat juga bisa bermanfaat untuk membuat metabolisme di dalam tubuh menjadi sehat, dan membuat berat badan ideal. Campuran air hangat dengan perasan lemon segar bisa membantu menurunkan berat badan. Tentu diimbangi asupan makanan yang terkontrol ya. 3. Melegakan Hidung Dan Tenggorokan Saat terkena batuk dan pilek,
28
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
seseorang akan merasakan ketidaknyamanan di dalam hidung dan tenggorokan. Pada batuk berdahak, tenggorokan akan dipenuhi dengan dahak. Pada batuk pilek, hidung akan tersumbat dengan ingus. Saat seperti itulah, anda membutuhkan air hangat yang berfungsi sebagai antibiotik alami untuk melegakan hidung dan tenggorokan. 4. Detoks Alami Air hangat bisa bermanfaat untuk proses detox alami bagi tubuh. Detox merupakan cara tepat untuk mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuh kita yang banyak tersimpan di usus. 5. Membantu Pergerakan Usus Usahakan untuk minum air hangat sehabis bangun tidur, karena saat pagi hari perut dalam kondisi kosong. Air hangat yang anda minum, bisa mencegah dehidrasi dan menguraikan sari makanan
yang masih menempel di organ pencernaan. Air hangat juga bisa membuat partikel makanan menjadi lebih lembut, sehingga membuat pergerakan usus menjadi lebih lancar. 6. Melancarkan Pencernaan Air hangat bisa menyebabkan pencernaan menjadi lancar. Sehabis mengkonsumsi sesuatu, usahakan untuk tidak mengkonsumsi air es, lebih baik minumlah air hangat. 7. Meringankan Nyeri Perut Akibat Menstruasi Saat menstruasi, rahim sedang mengeluarkan darah kotor yang melekat di dinding rahim. Pelepasan sel darah kotor dari dinding rahim tersebut diduga yang menjadi penyebab timbulnya kram atau nyeri perut. Air hangat bisa memudahkan darah kotor terlepas sempurna tanpa sisa di dinding rahim. Air hangat juga memudahkan kerja rahim untuk
INFO SEHAT
melepaskan sel darah kotor tersebut. Semakin mudah rahim untuk melepaskan darah kotor, semakin ringan pula nyeri yang akan dirasakan. 8. Melancarkan Peredaran Darah Air hangat juga berguna untuk melancarkan peredaran darah di dalam tubuh. Air panas bisa melebarkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah melebar, aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lancar. 9. Menciptakan Sistem Syaraf Yang Sehat Mengkonsumsi air hangat bisa melancarkan peredaran darah, yang bisa menunjang aktivitas syaraf menjadi lancar. Aktivitas syaraf dan kinerja syaraf yang tidak terganggu, membuat sistem syaraf menjadi sehat. 10. Meredakan Kaki Kram Bagi anda yang merasakan kram di telapak kaki, minumlah air hangat yang dicampurkan dengan sedikit madu. Bisa juga merendam kaki di air hangat yang telah dicampurkan dengan garam selama 15 menit, pijat-pijat telapak kaki secara lembut. Kram pun akan segera hilang. 11. Menenangkan Dan Menghilangkan Stress Air hangat juga memiliki manfaat untuk psikis seseorang. Jika anda sedang galau dan gundah, ada baiknya di pagi hari nikmati segelas air hangat sambil menghirup udara pagi dalam-dalam. Hal tersebut bisa menenangkan jiwa dan pikiran anda.
12. Menghilangkan Kantuk Mengantuk bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya saja tidur yang tidak berkualitas, tidur terlalu larut malam dan bangun terlalu pagi. Untuk mengatasi rasa kantuk, minumlah air hangat. Usahakan sampai badan anda berkeringat. Kantuk pun segera hilang. 13. Membangkitkan Semangat Di pagi hari banyak orang yang merasa malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya saja membersihkan halaman rumah, membersihkan lantai rumah dan masih banyak lagi lainnya. Untuk membangkitkan semangat di pagi hari, coba saja meneguk segelas air putih hangat terlebih dahulu. 14. Menepis Rasa Dingin Cuaca hujan menimbulkan rasa dingin di kulit tubuh. Mengkonsumsi air hangat bisa meningkatkan suhu tubuh, untuk menepis dan menghilangkan rasa dingin. 15. Membuat Tidur Berkualitas Untuk membuat tidur anda berkualitas dan lebih nyenyak, anda bisa minum air hangat dicampurkan dengan teh beraroma mint sebelum tidur. Lebih bagus lagi jika anda menggunakan air hangat untuk merendam tubuh anda. Otot dan tubuh anda akan rileks. Setelah tubuh rileks, anda akan tidur nyenyak di malam harinya.
16. Menghilangkan Mual Saat hamil muda, calon ibu akan sering merasakan mual saat menggosok gigi. Untuk mengatasi mual tersebut, sebaiknya sebelum menggosok gigi, meminum air hangat terlebih dahulu. Berkumur dengan air hangat juga baik Air hangat yang dicampurkan teh mint bisa meredakan rasa mual ibu hamil. 17. Meredakan Sakit Gigi Nyeri saat sakit gigi pun bisa diredakan menggunakan air hangat. Caranya adalah minum air hangat di saat sakit gigi anda kambuh, setelah itu juga sering berkumur menggunakan air hangat. 18. Menghilangkan Bau Mulut Efek minum air hangat juga dapat menghilangkan dan meredakan bau mulut yang sangat mengganggu. Air hangat efektif membantu mengurangi sisa plak yang menempel di mulut yang menjadi salah satu penyebab bau mulut mengganggu. *** (dari berbagai sumber)
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
29
Profil
Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dr. Endang Widyaswati, M.Kes
MENGGAPAI MIMPI BERSAMA 30
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Dalam sebuah organisasi yang dinamis seperti di lingkungan Kementerian Kesehatan RI, proses rotasi dan mutasi adalah hal biasa. Point yang paling penting, jabatan tersebut merupakan kepercayaan yang diberikan negara guna menjadi motor penggerak pembangunan kesehatan sekaligus amanah untuk senantiasa melayani masyarakat.
D
Dalam wawancara dengan Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dr. Endang Widyaswati, M.Kes yang baru saja bertugas beberapa bulan di rumah sakit spesialistik ini, tepatnya sejak 16 September 2016, proses rotasi dan mutasi itu dinikmati sebagai bagian dari pengabdiannya.
Apa yang Ibu rasakan ketika mendapat SK sebagai Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, mengingat sebelumnya Ibu lebih banyak bergelut dengan bidang pelayanan medik secara umum? Karena di awal saya sudah menyadari hal itu dan sosialisasi yang cukup intens dilakukan oleh Kemenkes, saya memandang ini sebagai hal yang memang harus saya jalani, bahwa inilah tugas saya berikutnya. Dan dengan niat ingin bisa bermanfaat dimanapun saya berada, alhamdulillah, saya jalani dengan ikhlas sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada saya. Melihat potensi rumah sakit ini, menurut Ibu, mana yang paling prospektif untuk dikembangkan? Saya lihat potensi RSJS Magelang cukup besar. Kalau kita coba petakan satu persatu, dari segi asset misalnya, memiliki areal tanah yang sangat luas. Dari sisi SDM, kompetensi SDM-nya, masih sangat mungkin untuk dikembangkan. Selain itu, dengan program kesehatan jiwa yang saat ini sudah mulai 'dilirik' oleh kementerian /tingkat pusat, itu menjadi salah satu tantangan untuk mengembangkan diri menjadi lebih dari apa yang sudah kita capai. Karena sebetulnya berita gembiranya adalah kesehatan jiwa sekarang sudah menjadi prioritas program di Kementerian Kesehatan.
Profil Apalagi, kita juga mendapat kesempatan untuk memberikan pelayanan umum, tapi bukan menjadi pelayanan yang dominan (maksimal 15%). Artinya, RSJS Magelang tetap dengan pelayanan kesehatan jiwa sebagai core bisnis-nya. Dari sudut pandang Ibu, apa yang perlu diperbaiki segera untuk mendukung program Ibu ke depan? Sebetulnya ini bukan perbaikan ya, tapi saya melihat bahwa dalam satu organisasi kita tidak bisa berperan sebagai skater. Artinya, kita tidak bisa berjalan sendiri. Tapi, bagaimana link antara satu bagian dengan bagian lain, harus diperkuat sinergismenya, antara kami yang di manajemen dengan kelompok professional apapun. Tidak hanya dokter, tapi juga perawat, dan profesi lainnya yang saling mendukung. Intinya saya ingin kita bisa menggapai mimpi bersama-sama. Untuk memperkuat sinergisme/soliditas seperti yang Ibu sampaikan, tentu setiap pemimpin memiliki 'gaya' kepemimpinan yang berbeda. Kalau Ibu, sentuhan 'gaya' kepemimpinan yang bagaimana? Kolegia. Artinya semua teman di rumah sakit ini saya anggap kolega saya, yang berbeda hanya tupoksinya saja. Saya berharap antar tupoksi bisa saling memiliki keterkaitan dan kita bisa maju bersama. Alhamdulillah, saya melihat semua sudah berjalan beriringan. Saya juga merasakan temanteman sangat antusias membantu dalam menjalankan tugas. Terus terang saja, ini membuat saya makin bersemangat. Berdasarkan deretan panjang pengalaman Ibu sebelumnya, 'treatment' seperti apa yang menurut Ibu paling sesuai untuk membuat semua komponen rumah sakit menjadi satu tim yang saling mendukung? Satu; nguwongke uwong, memposisikan seseorang sesuai
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
31
Profil kompetensinya. Artinya, saya tetap menggunakan kearifan lokal sebagai orang Jawa Tengah. Mungkin itu dianggap sebagai kelemahan, tapi sebetulnya justru menjadi kekuatan agar kita bisa bergandengan tangan dan berjalan bersama. Semua orang pada dasarnya kan memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan yang dimiliki. Kalau itu kita hargai, mudahmudahan dengan kompetensinya mau bergerak membantu demi kemajuan bersama. Kedua, teamwork. Dengan keterpaduan, keharmonisan, kesinergisan semua yang berperan di situ, akan merasakan bahwa bergandengan tangan bisa menjadi kekuatan luar biasa untuk menghadapi apapun. Terkait dengan evaluasi akreditasi versi 2012 sebentar lagi, menurut Ibu, apa tantangan terberatnya? Kalau dipandang berat, saya rasa tidak ada ya. Insya allah saya masih punya waktu, jika misalnya ada yang perlu saya push. Contohnya kelengkapan sarana, mungkin ada beberapa sarana yang dibutuhkan, tetapi belum direncanakan tahun ini, mengingat sudah akhir tahun. Jadi saya harus menggeser prioritas itu di tahun depan. Tapi itu sebenarnya bukan hal yang sulit, karena rekomendasirekomendasi ini sudah berjalan dari awal tahun, sudah dirumuskan dan diagendakan untuk dipenuhi. Dari segi sistem insya allah semuanya berjalan. Jadi saya tidak mau mengganggap itu sulit. Apalagi di akhir tahun ini
W
anita kelahiran Sragen, 14 Februari 1964 ini mengawali karir pertamanya setelah lulus kuliah (1989) di RSU Prop. Bengkulu. Tiga tahun di sana (1990 – 1993), pindah ke Jakarta mengikuti sang suami, Bastiar Cikdin. Selama hampir satu tahun ditempatkan di Kanwil DKI, kemudian berlanjut di Kementerian Kesehatan tahun 1994, sementara belum mendapat tempat di rumah sakit dengan jabatan fungsional dokter, seperti yang ia citacitakan. Siapa sangka, sebenarnya kekuatan aspek manajerialnya sudah terlihat saat itu. Suatu ketika, sudah ada kabar baik tentang formasi sebagai dokter fungsional di RS Fatmawati. “Tetapi ada surat dari atasan saya, yang intinya keberatan kalau saya keluar dari Kemenkes, karena dianggap mempunyai potensi di bidang manajemen.” Reaksinya? “Saya sempat marah waktu itu. Karena pilihan saya bukan di 'kertas', tapi fungsional dokter,” kenang peraih Magister Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini. Alhasil, dr. Endang pun tetap bertugas di Kementerian Kesehatan selama 12 tahun (1994 – 2006), hingga November 2006, ia kemudian dimutasi menjadi Kabid Pelayanan Medik RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Lima tahun
32
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
kita menjalani proses pembentukan Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi, Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani, yang sebenarnya dengan evaluasi akreditasi ini ada keterkaitan dan berjalan beriringan. Ada 4 kelompok standart penilaian dalam akreditasi versi 2012, (keselamatan pasien, pelayanan, manajemen, dan MDG's), mana yang paling baik pencapaiannya atau yang perlu lebih fokus dikembangkan, sejauh Ibu melihat saat ini? Kalau perkembangannya, semua bisa berjalan seiring. Yang perlu didorong hanya satu bagian dari enam bagian di dalam sistem manajemen, yaitu MFK (Manajemen Fasilitas Kesehatan). Yang lainnya, bisa kita lakukan bersama. Strategi untuk implementasi di lapangan tentu dengan mengoptimalkan teman-teman yang berada di garda depan. Sebagai kelanjutan dari MDG's, di era SDG's (Sustainable Development Goal's), RSJS akan mengambil peran apa di dalamnya? Seperti apa yang saya sampaikan di awal, kesehatan jiwa sudah menjadi salah satu prioritas program bidang kesehatan. Dalam UU Kesehatan Jiwa disebut bahwa peran kita lebih banyak dalam upaya kesehatan yang bersifat kuratif. Artinya, sebagai rumah sakit khusus (spesialistik),
Profil kita masih punya ruang untuk menjadi rumah sakit jiwa dengan pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif, mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Jadi sebetulnya empat -empatnya bisa kita lakukan dengan pendekatan program, yang semoga bisa didukung Kemenkes, untuk merumuskan program secara berkesinambungan terkait kesehatan jiwa tersebut. Detailnya, saya sudah mencoba menganganangankan rumusan kegiatan di dalamnya itu seperti apa. Tapi intinya, programnya meningkatkan kesehatan jiwa mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pe-Er saya berikutnya di tahun 2017 adalah 'mendaratkan' angan-angan itu dalam kegiatan. Yang dalam realisasinya bisa 'ditempelkan' dalam event tertentu, seperti HKJS dan HKN tahun ini, maupun secara ekslusif dalam kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang berdiri sendiri. Apa harapan Ibu untuk kemajuan rumah sakit?
Saya berharap bisa mencapai visi misi secara bersama – sama, dan mewujudkan kesejahteraan karyawan, yang bukan hanya secara finansial, tapi juga memiliki jenjang karir.***
Bekerja Dengan Kualitas Terbaik kemudian, tepatnya 11 Juli 2011, diangkat sebagai Direktur Umum, SDM dan Pendidikan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Dan sejak 9 September 2016, dr. Endang Widyaswati, M.Kes, resmi menjabat sebagai Direktur Utama RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, yang sertijabnya dilaksanakan tanggal 16 September lalu. Dalam sejarah karirnya, ia merasa bahwa semua yang dijalani merupakan hal yang menarik, karena disitulah ia bisa terus belajar. “Mungkin karena bawaan saya happy ya,” cetusnya.
(Tim LJ)
Baginya, bekerja dengan kualitas terbaik adalah sebuah prestasi. “Tolok ukurnya, apa yang saya inginkan di awal melaksanakan tugas sampai ending dari proses itu, walaupun tidak 100 persen, banyak hal yang sudah tercapai,” paparnya. Penyuka buah dan warna hijau ini, menyadari, kesibukan tak memberinya banyak waktu untuk selalu bisa mendampingi keluarga. “Saya memaknai bahwa kualitas lebih penting dari kuantitas. Saya memang tidak bisa melaksanakan tugas secara ideal. Tapi insya allah dari segi kualitas saya mencoba, meski dalam waktu sempit, bisa mengakomodir semua kebutuhan keluarga. Alhamdulillah, perkembangan teknologi memudahkan kami berkomunikasi.” Ia bersyukur. Dukungan keluarga membuatnya berhasil menjalani kesibukan dan keinginan mulianya untuk berperan seimbang sebagai wanita karir , sebagai istri, dan menjadi ibu bagi ketiga buah hatinya, Widyarin K, Alam Surya Pasemah, Amanah Adhi Aksa. “Pasti jauh dari ideal ya, tapi saya terus usahakan. Dalam hidup kan kita seringkali diberikan pilihan untuk memprioritaskan satu hal di atas hal lain. Sebab itu, bagi saya dukungan suami dan anak-anak sangat penting. Mereka memahami dan mengerti apa yang harus saya lakukan. Dan berkat doa anak-anak dan restu suami, saya ringan melangkahkan kaki,” papar dr. Endang Widyaswati mengakhiri. ***
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
33
Sang Perawat
Penyakit Lupa Merawat keluarga dengan ODD seolah mengurus pekerjaan yang tak pernah selesai.
H
ilda masih ingat. Awal Februari lalu, Hakam, sang papa, meninggalkan rumah rumah. Hilda sedih luar biasa. Ia dan keluarga berusaha mencari di sekitar rumahnya, tak ada. Areal pencarian pun diperluas. Sampai-sampai ia menyebarkan brosur ’orang hilang’, menghubungi media, hingga menyisir ke beberapa panti sosial. Satu bulan berselang, di sebuah panti sosial luar daerah yang berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggal mereka, ia menemukan papanya. Rupanya, pria berumur 67 tahun itu terjaring razia. Melihat sang papa, Hilda tak kuasa menahan tangis. Hilda menghambur ke pelukan sang papa, yang masih tak menyadari bahwa ia adalah putrinya. Sejak beberapa waktu lalu, Hakam divonis menderita alzheimer dengan gejala demensia. Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mengakibatkan perubahan dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh. Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai
34
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang secara perlahanlahan seiring waktu. Dalam kasus Hakam, pria ini gampang lupa dan sering emosi. Peristiwa di awal Februari itu bukan kali pertama terjadi. Pernah suatu ketika, sang ayah keluar rumah di malam hari. Pihak keluarga melarang. Namun sang ayah nekat, menggunakan tong sampah sebagai pijakan untuk memanjat tembok. ’’Saya sudah melarang. Tapi papa langsung nangis. Katanya pengin keluar,’’ ceritanya. Di waktu lain, ia dan keluarga mendatangi acara keluarga di suatu tempat. Baru saja mereka sampai, sang ayah sudah minta pulang. Ternyata, Hakam tersinggung. Alasannya, ia tidak ditawari makan dan minum saat tiba. Sementara ia melihat yang lain baru datang langsung ditawari. ‘’Padahal papa sudah makan,’’ kata Hilda. Sang mama juga pernah diusir dari rumah karena papanya merasa tidak kenal. “Mama sampai nangis.’’ Karena itulah, menurut Hilda, ia dan keluarga harus lebih bersabar menyikapi tingkah sang ayah.
Memberdayakan ODD Semula Hilda mengira, ayahnya sering lupa karena gejala penuaan, seperti pikun. Namun, setelah mengetahui bahwa Hakam mengidap penyakit tersebut, Hilda merawat sang ayah secara intensif, plus harus ekstrasabar. Apa yang dilakukan Hilda ini biasa disebut caregiver. Lebih spesifiknya, family caregiver. Sebuah tugas mulia yang rentan menimbulkan caregiver syndrome seperti stres, karena mengurusi pekerjaan yang seakan tak pernah selesai. Sebagai orang dengan demensia atau ODD, Hakam, sebagaimana umumnya ODD, tidak hanya sering lupa dan lebih emosional, tetapi juga semakin sulit beraktivitas dan mengisolasi diri, mengalami disorientasi waktu dan ruang. Mereka juga kesulitan memahami visuospasial yang membuatnya tidak dapat menuangkan air dengan tepat di gelas ataupun menabrak sesuatu saat berjalan. Saat keluarga mengambilalih berbagai tugas, lantaran ODD mungkin tidak bisa melakukan sesuatu yang dulu biasa ia lakukan, sikap ini sering membuat ODD merasa diabaikan. Yang paling penting dalam pemberdayaan ODD adalah berusaha
SPIRIT
mendengarkannya. Jangan mengisolasi mereka di rumah dan beri sesuatu untuk mereka kerjakan. Lebih baik kita mendampingi dan membantunya, daripada melarangnya. Seringseringlah mengajaknya berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Disinilah keihlasan dan rasa cinta caregiver diuji. Caregiver harus selalu menjaga kesabaran. Makanya penting untuk membangun dan memperkuat hubungan batin dengan penderita. Lebih sering mengajak penderita berbincang dan selalu memberikan kasih sayang. Itu akan mentrigger hormon penurun stres. Berita baiknya, sudah ada professional caregiver, yang kehadirannya diharapkan bisa membantu keluarga yang kesulitan memahami ODD. Alzheimer Indonesia, adalah sebuah yayasan - organisasi non-profit yang bertujuan untuk membantu dan meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan Demensia (ODD)/Alzheimer, beserta keluarga dan caregivers-nya di Indonesia. Alzheimer Indonesia didukung oleh berbagai komunitas dan relawan dari berbagai usia dan profesional dari berbagai bidang seperti dokter ahli saraf (neurolog), psikiater, psychogetriatrician atau geriatric psychiatrist, ahli hukum, spesialis komunikasi kesehatan, psikolog, dokter umum, mahasiswa dan lainnya. ALZI memiliki sekitar 500 relawan yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia dan 4 negara di dunia. Di sini, para caregiver dapat berbagi cerita dan saling belajar satu sama lain. Mereka juga bisa mendiskusikan hal-hal terkait dengan pengalamannya. Tujuannya untuk memberikan informasi dan semangat bagi para caregiver agar semakin mampu merawat dan mendampingi Orang Dengan Demensia (ODD) dengan baik. Selain membentuk wadah bagi para caregiver untuk berbagi cerita, Alzi juga memberikan berbagai pelatihan antara lain dementia care skills, sebuah pelatihan untuk mendapatkan pemahaman dan keahlian lebih jauh mengenai cara merawat penderita alzheimer. Di bulan September, yang juga dikenal sebagai Bulan Alzheimer Dunia, semoga mengingatkan kita untuk tetap bersemangat membantu ODD, sekaligus melakukan pencegahan. Untuk mengurangi risikonya, sedini mungkin terapkan pola hidup sehat, rutin berolahraga, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, berpikiran positif, dan beraktivitas secara produktif. Jangan maklum dengan pikun. *** (dari berbagai sumber)
Tips bagi Caregiver 1. Jika Anda merawat penderita demensia, penting untuk membantu mereka tetap fit dan selalu sehat baik secara fisik maupun mental. 2. Selalu melihat perkembangan kesehatan mereka. Sebab penderita kurang mampu mengidentifikasi masalah kesehatan. 3. Semakin mereka merasa baik dan menikmati hidup, akan menyenangkan bagi Anda berdua.
(Sumber: Alzheimer’s Indonesia) Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
35
TIPS
Tips Berkomunikasi Dengan ODD
P
roblem mendasar yang dialami para caregiver atau mereka yang berhadapan langsung dengan penyandang Demensia (ODD) adalah komunikasi. Selain ketulusan, perlu trik tertentu dan skill komunikasi yang baik agar pekerjaan caregiver lebih ringan, sekaligus meningkatkan kualitas hubungan dengan ODD, yang notabene adalah orang yang anda cintai. Dan itu bisa dipelajari. Pasang mood positif sebelum berinteraksi Pasang mood positif dengan cara berbicara kepada ODD dengan nada yang ramah dan respek. Gunakan ekspresi, nada suara dan sentuhan fisik untuk membantu menyampaikan pesan sambil memperlihatkan rasa kasih sayang. Sikap dan bahasa tubuh mencerminkan perasaan dan pikiran anda, dan itu lebih kuat dari kata-kata. Dapatkan perhatian dari ODD Batasi gangguan dan suara gaduh; matikan radio dan TV, tutup gorden, tutup pintu, atau pindah ke ruangan yang lebih tenang. Sebelum bicara, anda harus mendapatkan perhatian dia dulu, sebut namanya, sebutkan nama anda dan hubungannya dengan ODD, gunakan keterangan non verbal seperti sentuhan agar dia tetap fokus. Kalau ODD sedang duduk, maka kita harus duduk untuk menjaga eye contact.
36
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Sampaikan pesan dengan jelas Gunakan kata-kata sederhana. Bicara perlahan, jelas dan dengan nada meyakinkan. Jangan menaikkan suara Anda lebih tinggi atau lebih keras, pakailah suara yang lebih rendah. Jika dia tidak mengerti pertama kalinya, menggunakan kata-kata yang sama untuk mengulang pesan Anda atau pertanyaan. Jika dia masih tidak
mengerti, tunggu beberapa menit dan ulang kata-kata pertanyaan. Gunakan namanama orang dan tempat, bukan kata ganti atau singkatan. Tanyakan pertanyaan yang sederhana yang mampu dijawabnya Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu yang jawabannya ya atau tidak, adalah yang terbaik. Jangan memberikan pertanyaan terbuka atau memberikan terlalu banyak pilihan. Misalnya, bertanya, “Apakah Bapak ingin mengenakan kemeja putih atau
TIPS
kemeja biru?” Lebih baik lagi, tunjukkan langsung kemeja biru dan putih, lalu mintalah dia memilih. Mendengar dengan telinga, mata dan hati Sabar menunggu jawaban. Jika dia sedang berjuang untuk menjawab, tidak apa-apa untuk menyarankan kata-kata. Perhatikan isyarat nonverbal dan bahasa tubuh, dan tanggapi sewajarnya. Selalu berusaha untuk mendengarkan makna dan perasaan yang mendasari katakata ODD. Membagi kegiatan dalam serangkaian langkah-langkah Hal ini membuat tugas jauh lebih mudah dikelola. Anda dapat mendorong ODD untuk melakukan apa yang dia bisa,
dengan lembut mengingatkan dia langkah yang dia lupa, dan membantu dia menyelesaikan tugas tersebut karena sudah tidak bisa dilakukannya sendiri. Menggunakan isyarat visual, seperti menunjukkan dia dengan tangan Anda di mana untuk menempatkan piring makan, bisa sangat membantu. Ketika keadaan menjadi sulit, alihkan perhatian dan arahkan Ketika ODD jadi marah, cobalah mengubah subjek atau lingkungan. Misalnya, meminta bantuan atau menyarankan pergi berjalan-jalan. Adalah penting anda terhubung dengan perasaannya, sebelum mengarahkan sekali lagi. Anda mungkin berkata, “Saya melihat Anda merasa sedih, maaf, marah. Ayok kita cari makanan..” Menanggapi dengan kasih sayang dan keyakinan ODD sering merasa bingung, cemas dan tidak yakin akan diri
sendiri. Selanjutnya, mereka sering bingung dan mungkin ingat hal-hal yang tidak pernah terjadi. Jangan mencoba mengatakan mereka salah. Tetap fokus pada perasaan mereka dan menanggapi dengan ekspresi verbal dan kenyamanan fisik, serta dukungan. Kadang-kadang memegang tangan, menyentuh, memeluk dan pujian menjadi jalan terakhir ketika semua cara gagal. Ingatlah masa lalu yang baik Mengingat masa lalu adalah aktivitas yang menenangkan dan menyenangkan. Banyak ODD mungkin tidak ingat apa yang terjadi 45 menit yang lalu, tetapi mereka dapat dengan jelas mengingat kehidupan mereka 45 tahun sebelumnya. Oleh karena itu, hindari mengajukan pertanyaan yang mengandalkan memori jangka pendek, seperti meminta dia menyebutkan makan siang dengan apa. Sebaliknya, cobalah mengajukan pertanyaan umum tentang masa lalu ODD, karena informasi itu lebih cenderung bertahan. Menjaga rasa humor Gunakan humor bila memungkinkan, meskipun tidak dengan mengorbankan orang. Orang dengan demensia cenderung mempertahankan keterampilan sosial mereka dan biasanya senang tertawa bersama dengan Anda. Satu tips penting, jangan lupa sediakan sedikit waktu untuk diri sendiri dan recharge energi. Karena ketenangan dan rasa bahagia Anda, akan sangat membantu ketika bersama mereka. *** (dari berbagai sumber)
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
37
.37
ASAH OTAK
ASAH OTAK SUDOKU Isilah tiap kotak yang kosong sehingga tiap kotak 3x3 tidak terdapat angka yang sama dan tiap baris mendatar maupun menurun juga tidak terdapat angka yang sama!
Kirimkan jawaban ke Redaksi Majalah LENTERA JIWA (Sub Bagian Hukor & Humas) Jl. A. Yani 169 Magelang, paling lambat 3 minggu setelah terbit. Sertakan fotokopi data diri ke dalam amplop. Tempelkan kupon ASAH OTAK .35 di sudut kiri atas. Pemenang diumumkan pada edisi selanjutnya dan akan mendapatkan hadiah sebesar Rp. 200.000,- untuk 2 orang pemenang.
38
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016
Edisi 37 Tahun 2016 LENTERA JIWA
39
40
LENTERA JIWA Edisi 37 Tahun 2016