PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3 (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman (Anonimous, 2011a). Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, dimana mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5)tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada (Munir, 1996). Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol maka perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah (Subowo et al. 1990). Menurut Hakim, dkk (1986), tanah ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dapat menambah unsur hara dan menghambat penguapan lengas tanah serta mampu menekan kemasaman tanah. Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik padat SUPERNASA. Kandungan unsur hara dari pupuk organik padat SUPERNASA adalah: N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%; C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI 1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, rasio C/N 12.36%;
pH 7,84;
Lemak 0,07%;
Protein 16,69%;
Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23% (Anonimus, 2010c). Dikarenakan tanah Ultisol memiliki hara yang sangat rendah dan pH yang rendah maka digunakanlah Rock phosfat yang memiliki kandungan P2O5 28% dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk buatan (anorganik) SP18 yang relatif mahal. Disamping Rock phosfat yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kandungan P2O5 yang tinggi juga bermanfaat untuk meningkatkan proses granulasi sehingga tanahnya lebih mudah diolah dan tidak lengket, kelarutan dan ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat, meningkatkan pH tanah sehingga memperbaiki lingkungan perakaran tanaman, dan yang terpenting memiliki efek pengapuran (Moersidi, 1999). Kelarutan fosfat alam pada tanah netral sangat rendah atau lambat melarut (slow release), tetapi akan meningkat bila diaplikasikan pada tanah masam seperti Ultisol (Chien et al., 1995). Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol, karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh unsur lain seperti Al dan Fe. Ultisol pada umumnya memberikan respons yang baik terhadap pemupukan fosfat (Anonimous, 2010). Penelitian Hartatik dan Adiningsih (1989) menunjukkan bahwa posfat alam memiliki efek residu yang lebih baik dibanding TSP pada tanah kering masam untuk tanaman kedelai dan jagung. Dalam penelitian ini tanaman indikator yang digunakan adalah jagung. Dipilih tanaman jagung karena jagung adalah komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan kebutuhan nasional untuk jagung tinggi sehingga Indonesia masih harus mengimpor jagung. Oleh karena itu untuk tanah Ultisol asal Simalingkar B ini maka digunakanlah pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman indikator yaitu jagung (Zea mays L). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perubahan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol melalui aplikasi pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam terhadap perubahan sifat fisika dan kimia tanah Ultisol serta efeknya pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian pupuk organik padat SUPERNASA dan Fosfat Alam dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L). 2. Ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah yang mengakibatkan tanah tidak subur.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan Penelitian
1. Untuk mendapatkan dosis dari kombinasi pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L). 2. Agar dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi bagi para petani khususnya petani jagung. 3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara