PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dimana sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Keadaan usaha tani penduduk
pada
umumnya
masih
belum
berkembang,
para
petani
menyelenggarakan usahatani masih berlandaskan pada “cara hidup” dan belum sebagai “bisnis” sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana pendukung kurang memadai serta keterbatasan informasi dan teknologi yang sedang berkembang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 belum juga berakhir, pendapatan negara yang berasal dari sektor pertambangan, konstruksi, perdagangan, perhotelan dan restoran, transportasi dan komunikasi, perbankan dan properti memberikan sumbangan negatif pada negara, terutama menjelang akhir krisis. Namun, sektor pertanian masih mampu bertahan, bahkan sempat menyumbang devisa negara dengan nilai yang cukup berarti. Hal ini menunjukkan sektor pertanian dengan didukung iklim tropis yang sesuai dapat diandalkan dalam upaya mengatasi krisis ekonomi (Ashari, 2006). Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan ekonomi dan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan kerja (Soekartawi, 1995).
17 Universitas Sumatera Utara
Pisang adalah buah-buahan tropis yang yang berasal dari Asia Tenggara, terutama Indonesia. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat tanaman
pisang. Hal
berlangsung
lama,
ini dikarenakan tanaman cepat menghasilkan, dapat
mudah
ditanam
dan
dipelihara.
Tanaman
pisang
melambangkan kesejahteraan pemiliknya dan merupakan bagian dari peradaban kehidupan manusia. Dalam upacara keagamaan, perkawinan, pembangunan rumah dan kematian, tanaman atau buah pisang sering digunakan. Bahkan Indonesia pernah mendapatkan julukan produsen pisang di Asia Tenggara. Namun, produksi pisang Indonesia akan menghadapi tantangan berat dalam pasar ekonomi global yang akan datang. Hal ini dikarenakan produksinya masih terdiri dari berbagai jenis pisang dan mutunya masih di bawah standar mutu pasar swalayan atau supermarket (Ahmad, 1999). Peluang pasar buah pisang Indonesia terbuka cukup lebar baik lokal, nasional, regional dan global, yang menjadi masalah adalah ketersediaan modal, bank, dan lembaga keuangan lainnya yang belum mengenal agroindustri buahbuahan, sementara para investor lebih tertarik menanamkan modalnya pada sektor perkebunan, perternakan dan perikanan. Negara tujuan ekspor buah pisang adalah RRC yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia dengan jumlah penduduk 1,2 milyar jiwa, Jepang dan Timur Tengah (F. Rahardi, 2004). Meskipun ketersediaan pasar dan modal sudah berhasil diperoleh, hal-hal teknis dan perencanaan kerja juga memegang peranan penting terutama menyangkut agroklimat. Faktor ini tidak mungkin direkayasa, berbeda halnya dengan faktor tanah dan ketersediaan air yang dapat dengan mudah diperbaharui sehingga hasil yang diperoleh optimal. Pisang adalah komoditas strategis dalam
18 Universitas Sumatera Utara
menghadapi perdagangan bebas dan dunia, pasalnya di era bebas nanti kita dibanjiri oleh durian, lengkeng dan leci dari Thailand. Mangga akan mengalir dari Malaysia dan Australia. Lalu apa yang bisa kita andalkan ?. Buah-buahan tanaman keras seperti jeruk, mangga, rambutan, salak dan manggis memerlukan waktu lama dalam pengembangannya. Satu-satunya yang dapat kita produksi dan andalkan adalah “pisang” (Hendro, 2004). Kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas makanan, termasuk buah-buahan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Keadaan ini terlihat jelas pada masyarakat kota yang sebahagian besar masyarakatnya memiliki kemampuan daya beli yang cukup tinggi,
dengan
demikian
jelaslah
bahwa
mutu,
kesegaran
buah,
dan
kesinambungan produksi buah sangat menentukan harganya. Di Sumatera Utara jenis pisang paling banyak dikembangkan adalah pisang barangan yang merupakan salah satu jenis pisang buah yang paling banyak digemari oleh masyarakat sehingga dikenal sebagai pisang meja yang berarti dihidangkan bersamaan pada saat bersantap atau makan. Pisang barangan terdiri 6-12 sisir per tandan dengan berat 12 kg-20 kg. Setiap sisir terdiri dari 12-20 buah, bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang 11 cm, diameter 2,9 cm. daging buah kuning keputihan, tak berbiji, rasanya manis, kering, aroma dan rasanya enak (Trubus, 2004). Menurut penelitian pisang barangan memang berasal dari Sumatera Utara. Selama ini pisang barangan belum dikembangkan, meskipun sangat digemari masyarakat. Pisang ini dikonsumsi dalam bentuk segar
(tanpa pengolahan),
karena rasanya enak, manis, dan beraroma. Berbeda halnya dengan pisang lainnya
19 Universitas Sumatera Utara
(pisang mas, pisang ambon dan pisang banten). Pisang barangan sudah dibudidayakan secara intensif dimana terdapat komponen faktor produksi di dalamnya, seperti luas lahan, modal, tenaga kerja dan skill. Dengan adanya penggunaan input produksi ini maka petani dapat memenuhi permintaan pisang barangan, baik pasar lokal maupun di luar sentra produksi. Setiap produksi subsektor pertanian dipengaruhi oleh faktor produksi modal. Berbeda halnya dengan sistem produksi alam yang pengaruhnya terhadap produksi berbeda-beda. Misalnya produksi peternakan berbeda dengan produksi tanaman pangan. Semakin tinggi modal per unit usaha yang digunakan maka usaha tersebut dinamakan semakin padat modal atau semakin intensif. Apakah semakin intensif suatu usaha maka semakin tinggi keuntungannya?. Hal ini masih dipengaruhi oleh harga output dan harga input (Daniel, 2002). Seiring dengan tingginya permintaan konsumen untuk menikmati buah segar dalam hal ini pisang barangan maka produsen atau petani pisang barangan hendaknya mampu menyediakan pisang kapan dan dimanapun diminta oleh konsumen, dengan kata lain produsen harus mampu menjaga kekontiniutas atau kesinambungan pisang barangan, hal ini tentunya hanya dapat ditempuh dengan cara penerapan teknologi produksi pisang barangan yang baik dan benar serta di dukung dengan kemampuan manajemen yang baik sehingga konsumen merasa tidak dikecewakan. Untuk mengetahui daerah produksi pisang barangan yang ada di Kabupaten Deli Serdang per kecamatan, dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
20 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pisang Per Kecamatan di Kab. Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kecamatan Lubuk Pakam Pagar Merbau Beringin Gunung Meriah Biru-Biru Patumbak STM Hulu STM Hilir Deli Tua Pancur Batu Namorambe Sibolangit Kutalimbaru Sunggal Hamparan Perak Labuhan Deli Batang Kuis Percut Sei Tuan Pantai Labu Tanjung Morawa Galang Bangun Purba Jumlah
Luas Panen (Ha) 0,45 0,80 5,88 23,00 200,00 2,50 23,00 1.050,00 3,20 70,00 100,00 2,00 8,00 10,00 0,22 0,39 1,58 15,00 0,10 1,20 1,00 70,00 1.513,74
Produksi (Ton) 3,09 5,89 42,68 159,85 1566,00 20,45 164,68 11917,50 27,29 535,5 980,00 20,50 66,48 86,30 2,09 3,47 12,38 132,30 0,95 10,59 9,42 679,70 32894,22
Produktivitas (Ton/Ha) 6,87 7,37 7,26 6,95 7,83 8,18 7,16 11,35 8,53 7,65 10,32 10,25 8,31 8,63 9,50 8,91 7,84 8,82 9,53 8,83 9,42 9,71 21,73
Sumber: Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2006
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan STM Hilir merupakan daerah sentra produksi pisang diantara 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang dengan luas panen sebesar 1.050 Ha, produksi sebesar 11917.50 Ton dan produktivitas sebesar 11,35 Ton/Ha. Kecamatan Pantai Labu merupakan kecamatan penghasil pisang terkecil di Kabupaten Deli Serdang yaitu luas panen sebesar 0,10 Ha, produksi sebesar 0,95 Ton dan produktivitas sebesar 9,53 Ton/Ha Produksi pisang barangan sudah lama di ekspor di dalam negri seperti kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Bali sedangkan di luar negri seperti negara tetangga yaitu Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura , Thailand dan Cina.
21 Universitas Sumatera Utara
Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi usahatani atau pendapatan kotor. Selain dipengaruhi produksi penerimaan juga sangat dipengaruhi harga jual. Penerimaan kotor dikurangi biaya produksi baik tunai maupun tidak tunai merupakan pendapatan bersih usahatani. Suatu indikator suatu usahatani layak atau tidak layak dijalankan adalah dengan menggunakan perhitungan analisis usahatani. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan usahatani pisang barangan adalah analisis ROI (return of investment) dan B/C ratio (Benefit cost ratio). Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan usahatani pisang (luas panen, produksi dan produktivitas) tahun 2002-2006 di Kabupaten Deli Serdang ? 2. Berapa besar biaya produksi (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian ? 3. Berapa besar penerimaan (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian ? 4. Berapa besar pendapatan bersih (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian ? 5. Berapa besar keuntungan (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian ? 6. Apa masalah-masalah yang dihadapi petani pisang barangan dan bagaimana cara penanggulangannya di daerah penelitian ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
22 Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengidentifikasi perkembangan usahatani pisang (luas panen, produksi dan produktivitas) tahun 2002-2006 di Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengidentifikasi besar biaya produksi (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi besar penerimaan (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian. 4. Untuk mengidentifikasi besar pendapatan bersih (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian. 5. Untuk mengidentifikasi besar keuntungan (Rp/petani dan Rp/ha) usahatani pisang barangan di daerah penelitian. 6. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani pisang barangan dan bagaimana cara penanggulangannya di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dan lembaga lainnya dalam mengambil keputusan dan kebijakan pada usahatani pisang barangan 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini
23 Universitas Sumatera Utara