PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dunia Pelayanan Kesehatan pada saat ini telah tergantung oleh Teknologi, hampir disetiap sub bidang ilmu kesehatan membutuhkan akan adanya produk dari teknologi, sebagai alat untuk pengambilan keputusan (Jardim, 2013). Masyrakat umum banyak merasakan dampak dari produk teknologi yang ada di pelayanan kesehatan. Tidak hanya dilihat dari keuntungan yang dirasakan, namun teknologi telah menjadi gaya hidup masyarakat. Teknologi Informasi pada saat ini telah banyak mendominasi lingkungan pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Pada akhir-akhir ini telah banyak produk yang melibatkan hampir semua pelayanan kesehatan / rumah sakit menggunakan teknologi informasi. Salah satu teknologi yang masuk ke dalam pelayanan rumah sakit adalah penggunaan komputer pada pencatatan medis. Teknologi informasi merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi (Fuad, 2005). Perkembangan pencatatan medis di dalam komputer telah dikemukakan oleh Haux, (2006) pada penelitiannya tentang perkembangan sistem informasi kesehatan dari masa lalu, masa sekarang sampai dengan masa depan. Bahwasanya sistem informasi kesehatan di dalam organisasi kesehatan telah mengalami perkembangan pesat. Pergeseran kertas menjadi berbasis komputer dalam pengolahan dokumen, diharapkan akan meningkatkan pengumpulan data yang lebih cepat. Bentuk dari memproses informasi kesehatan yang dapat dibagikan antar satu unit pelayanan ke unit pelayanan lain, harus ada dokumen yang terstruktur sehingga dapat diaplikasikan kedalam bentuk elektronik (Yang et al, 2012). Pencatatan medis menurut Garets & Dave, (2006) dilakukan menggunakan aplikasi Electronic Medical Record (EMR) yang terdiri dari penyimpanan data klinis, Pendukung keputusan klinis, Input order penunjang medis, farmasi, dan aplikasi
pendokumentasian klinis. Semua kegiatan tersebut ada dalam kegiatan rawat inap, rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat. Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Rawat jalan juga merupakan salah satu bagian yang dominan dari pasar rumah sakit, sumber keuangan yang bermakna. Sehingga selalu dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan (Azwar, 1996). Peran EMR dalam pencatatan medis pada dasarnya adalah mengubah Rekam Medis Elektronik yang menggunakan kertas menjadi elektronik (Hannan 1996), sehingga akan mendapatkan keuntungan dari berbagai aspek, yaitu berupa potensi dari peningkatan pelayanan kesehatan. Bahkan penelitian lain mengatakan keuntungan tersebut dapat menghemat pengeluaran oprasional pelayanan rumah sakit yang mencapai $ 81 Juta (Hillestad et al, 2005). Keputusan Menteri Kesehatan nomor 192/MENKES/SK/VI/2012 tentang road map rencana aksi penguatan sistem informasi kesehatan Indonesia. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas. Maka dari itu salah satu bagian penting dari sistem informasi rumah sakit adalah keberadaan data medis di dalam sebuh sistem yang sering disebut dengan Electronic Health Record, yaitu rekam kesehatan dengan diinput, diproses dan dikeluarkan melalui sebuah sistem. Data medis di setiap unit pelayanan beragam jenisnya dan tujuannya dari data yang dikumpulkan akan berbeda-beda. Namun banyak dari data-data tersebut memiliki fungsi yang sama. Contohnya dari pemeriksaan fisik ada jenis data vital sign yang berfungsi sebagai record dari pengukuran kondisi badan, seperti: Tekanan Darah, Respiratory Rate, Suhu tubuh, Jumlah denyut nadi. data Content vital sign di setiap unit pelayanan tidak akan sama, karena di pencatatan keperawatan bisa jadi akan ada penambahan konten yang lebih spesifik dari vital sign. Jika data tersebut akan di masukan ke dalam Electronic Medical Record harus ada suatu data group sebagai salah satu dasar dari pengembangan sistem informasi (Tu et al, 2012).
Pada penelitian lain yang memiliki makna sama, Lougheed et al, (2012) mengemukakan mengenai data standar pada penyakit asma di primary care, mengemukakan bahwa agar dapat mengembangkan pencatatan medis penyakit asma ke dalam rekam kesehatan elektronik diperlukan data element yang berfungsi sebagai pemandu dalam mengembangkan data medis sebelum dimasukan ke dalam EMR. Salah satu kewajiban rumah sakit adalah untuk mengumpulkan data kompilasi / Morbiditas pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang nantinya harus dilaporkan ke dalam sebuah sistem aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementrian Kesehatan (Kemenkes, 2011) Program pelaporan tersebut direalisasikankan oleh rumah sakit Tarakan Jakarta dalam bentuk visi dan misi yang tercatat di dalam dokumentasi pelaksanaan rencana strategis. Salah satu rencana starategis rumah sakit tarakan Jakarta adalah pengembangan sistem informasi rumah sakit yang terintegarsi secara meyeluruhan disegala bidang pada tahun 2013-2017, yaitu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu guna memenuhi kebutuhan Direktur dan jajaran Manajemen dalam organisasi dan pengambilan keputusan di rumah sakit. SIM juga merupakan suatu metoda formal yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi operasional secara efektif (Renstra Tarakan, 2013).
Realisasi dari renstra rumah sakit tarakan adalah dengan mengembangkan sistem informasi dari mulai sistem yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan sampai ke tingkat manajemen. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan dalam proses pengembangan sistem informasi khususnya dalam pengembangan aplikasi Electronic Medical Record, yaitu berupa pencatatan medis yang akan menjadi sebuah acuan pengembangan EMR. Jenis EMR yang berbasis desktop atau pembuatan sistem yang baru sebagai pendukung sistem yang ada, misalnya dengan pembuatan sistem berbasis mobile. Acuan pengembangan sistem bagi para
pengembang software haruslah sistematis dan jelas dalam pengelompokan data, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan mudah dan lancar. Kenyataannya Rumah sakit memiliki produktivitas data yang sangatlah tinggi, karena setiap ada kunjungan pasien data yang masuk akan semakin bertambah, hal itu dapat memperkaya informasi untuk berbagai kepentingan. Oleh sebab itu perlu adanya pengembangan software ataupun pembuatan software baru agar kebutuhan data yang diperlukan dapat terakomdasi. Adanya pengaturan data yang terkumpul di dalam Database Management system (DBMS) yaitu suatu software yang memungkinkan untuk mengindetifikasikan, membuat dan memelihara data di dalam database maupun menyediakan akses terkontrol terhadap data (Ramon et al, 2007). Basis data / database yang diidentifikasi merupakan isi / konten dari setiap lembar rekam medis. Konten tersebut mempunyai informasi berbentuk data element yang dibutuhkan oleh paramedis. Sekiranya akan ada Data element tambahan yang tidak terdefinisikan. Oleh sebab konten yang dipandang lebih spesifik perlu dimasukan ke dalam satu set content module (IHE, 2013). Struktur DBMS yang telah dibuat akan bermanfaat untuk pengembangan dan pembuatan aplikasi baru jika basis data tersebut didokumentasikan dengan baik sebagai panduan pihak pengembang aplikasi dalam mempelajari proses bisnis dan alir data dari setiap aktifitas pelayanan medis Khususnya di unit Rawat Jalan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, didefinisikan sebagai:
permasalahan penelitian
1. Fungsi catatan medis di dalam EMR Rawat Jalan RSUD Tarakan Jakarta pada saat ini belum sepenuhnya terdapat di dalam sistem, kegiatan pencatatan medis dokter masih menuliskan di dalam kertas. Sehingga fungsi pertukaran data antar unit pelayanan belum maksimal. 2. Kesenjangan yang terjadi dalam pengembangan sistem adalah adanya kesulitan dari programmer untuk mengidentifikasi struktur basis data yang telah ada, karena sebagian besar pengembang aplikasi tidak membuat dokumentasi basis data.
Sehingga rumusan masalahnya adalah: “Pengembangan legacy system melalui data yang digunakan paramedis dengan dokumentasi
basis
data” C. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi data medis di setiap formulir rekam medis yang diisi oleh petugas medis baik perawat atau dokter di unit pelayanan rawat jalan, sebagai panduan dalam pengembangan maupun pembuatan sistem aplikasi EMR di RSUD Tarakan Jakarta. Tujuan khusus penelitian ini untuk mengidentifikasi dan eksplorasi: 1. Data Item formulir rekam medis yang digunakan oleh dokter atau perawat di unit setiap unit pelayanan Rawat Jalan. 2. Data element formulir rekam medis yang terdapat di dalam setiap formulir rekam medis pelayanan rawat jalan. 3. Data group yang telah dikumpulkan dari setiap formulir rekam medis pelayanan rawat jalan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit, yaitu sebagai upaya untuk merealisasikan rencana strategis RSUD tarakan pada tahun 2013-2017, sebagai wacana dari konsep pertukaran data dengan rumah sakit yang lain. 2. Sebagai dokumen panduan bagi programmer dan pihak Manajemen Rumah Sakit yang akan mengembangkan dan membuat sistem aplikasi EMR baik berbasis desktop ataupun mobile di RSUD Tarakan Jakarta. 3. Bagi Peneliti, sebagai penambah wawasan dalam mengembangkan rekam medis elektronik. 4. Sebagai Referensi bagi peneliti yang akan menggali lebih dalam tentang rekam medis elektronik.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Tu et al (2010) yaitu tentang Pembuatan Data group di dalam lembar rekam medis untuk memetakan data item yang akan digunakan untuk pengembangan EHR yang memiliki koneksi data antar satu rumah sakit satu dengan yang lainnya di cina. Perbedaan dengan penelitian ini adalah perancangan basis data pada pengembangan aplikasi di satu rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2012). Penelitian tersebut mengenai pembuatan modul yang digunakan dalam pengembangan EHR di kota Wuwei China, tujuannya adalah mengidentifikasi medical documentation di setiap rumah sakit dengan melihat setiap Data item dan data element yang ada disetiap formulir rekam medis, menyatukan item yang sama dalam satu group sebagai modul perancangan aplikasi EHR. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pengembangan dari EMR yang hanya mengembangkan aplikasi di satu rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh P. Yang et al. (2011). Dalam mengembangkan sebuah set Data Group (DG), bertujuan untuk digunakan struktur pembuatan dokumen klinis di rumah sakit umum China. Metode penelitiannya adalah Diagnostics knowledge framework, mengambil pendekatan dengan Interoperabilitas HL7, Integrating the Healthcare Enterprise (IHE), dan Healthcare Information Technology Standards Panel (HITSP). Penelitian tersebut fokus terhadap pengembangan interoperabilitas antara EHR yang ada di rumah sakit umum daerah di china. Perbedaan penelitian ini tidak menggunakan standar Interoperabilitas HL7, karena tidak menghubungkan EHR antar rumah sakit yang berbeda namun EMR yang menghubungkan antar pelayanan medis di satu Rumah Sakit. Penelitian Waluyo, (2006). Mengenai Indentifikasi terhadap pengelolaan informasi di puskesmas, sebagai proses pendesainan sistem informasi manajemen puskesmas dilakukan dengan mengintegrasikan sistem pencatatan dan pelaporan terutama pada integrasi register. Proses tersebut mampu mengurangi duplikasi pencatatan di setiap unit pelayanan puskesmas. Perbedaan penelitian ini adalah merencanakan pengembangan sistem di Rumah Sakit dengan mengindentifikasi aplikasi yang ada untuk membuat dokumentasi basis data.
Penelitian Indrayadi, (2010). Penenelitian tersebut mengenai pengembangan SIMKA, adanya jarak pemisah antar sistem dengan kebutuhan data. Jenis penelitian menggunakan dekstriptif kualitatif dengan rancangan action research, hasilnya adalah adanya sistem baru. Perbedaan penelitian ini adalah membuat dokumentasi database sebagai panduan dalam membuat atau mengembangkan sistem informasi di lengkungan rumah sakit.