PENCEGAHAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA Oleh : Dewi S. Soemarko Program Studi Kedokteran Kerja FKUI – Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI
Pendahuluan Paru merupakan organ yang paling sering terganggu akibat pajanan di tempat kerja. Dan gangguan tersebut dapat terjadi secara fisik, oleh karena pajanan debu ataupun secara kimiawi , oleh pajanan bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerja 1. Di Amerika Serikat, Penyakit Paru Akibat Kerja masih merupakan 10 penyakit terbanyak, yang penyebabnya berhubungan dengan pekerjaan/lingkungan kerja, dan mungkin dapat ditemui lebih banyak di negara-negara berkembang juga.2 Penyakit Paru Akibat kerja biasanya terjadi sebagai akibat kecelakaan. Dan terjadinya penyakit paru tersebut terutama karena adanya reaksi iritasi jaringan paru. Gejala-gejala yang ditemukan terutama disebabkan oleh inflamasi mukosa saluran pernapasan. Hal tersebut pada umumnya disebabkan oleh adanya pajanan dari lingkungan kerja dalam bentuk gas dan uap air. 3 Pada tulisan ini dibicarakan tentang pencegahan penyakit paru akibat kerja, baik itu sebagai suatu kesatuan program dan atau sebagai bagian dari suatu kegiatan pelayanan kesehatan kerja di tempat kerja. Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerja Secara garis besar, pencegahan penyakit paru akibat kerja dapat dijabarkan menjadi beberapa golongan, sesuai dengan sistematika teorinya, yaitu: 1. Five level of prevention Dalam mempelajari suatu penyakit, maka harus diketahui juga bagaimana prinsip pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut ada, menjadi lebih berat, bahkan mengoptimalkan apa yang ada setelah kesembuhan dari penyakit 4 . Prinsip tersebut dikenal dengan sebutan 5 level of prevention yang dicetuskan oleh Level and Clark . Kegiatan yang dilakukan adalah Promosi kesehatan, Pencegahan spesifik ,Deteksi dini dan pengobatan yang tepat, Pencegahan kecacatan dan Rehabilitasi. Semua tahapan tersebut disesuaikan dengan riwayat perjalanan suatu penyakit. Secara garis besarnya dapat dijadikan satu menjadi Pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan tahap pertama dimana pajanan yang ada di lingkungan kerja, contohnya debu atau bahan kimia, dan pekerja yang akan bekerja di daerah yang penuh pajanan tersebut diusahakan agar terhindar dari pajanan yang ada dan dapat tetap sehat selama bekerja. Kegiatan yang dilakukan adalah Health Promotion (Promosi kesehatan), termasuk di dalamnya adalah : 4
1
- Penyuluhan tentang Perilaku kesehatan di lingkungan kerja, Faktor bahaya ditempat kerja, dan bagaimana melakukan Perilaku kerja yang baik - Olah Raga, termasuk di dalamnya adalah olah raga senam kesegaran jasmani - makan dengan Gizi seimbang Pencegahan sekunder merupakan pencegahan tahap kedua, dimana pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang spesifik untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu, dalam hal ini penyakit paru akibat kerja. Kegiatan yang dilakukan disebut dengan Specific protection (Pencegahan spesifik), termasuk di dalamnya adalah 4 - Pengendalian melalui per-undang2 an - Pengendalian administratif/organisasi, contohnya ;Rotasi /pembatasan jam kerja - Pengendalian teknis, contohnya Substitusi, Isolasi,Ventilasi - Penggunaan Alat Pelindung Diri, untuk mencegah penyakit paru akibat kerja dengan memakai masker / respirator (tergantung besar partikeldan bahan kimia yang ada di lingkungan kerja) - Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi untuk penyakit tertentu, misalnya hepatitis B Pencegahan tersier adalah pencegahan tingkat tuga, dimana pekerja sudah terpajan suatu zat dan ada kemungkinan terkena gangguan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah : - Early Diagnosis & Prompt treatment, termasuk di dalamnya adalah Pemeriksaan pra-kerja , Pemeriksaan berkala, Surveilans medis, Pemeriksaan lingkungan secara berkala, Pengobatan segera bila ditemukan adanya gangguan kesehatan pada pekerja, Pengendalian segera ditempat kerja -Disability limitation:, termasuk didalamnya kegiatan Evaluasi kembali bekerja (Fit to work) -Rehabilitation:, termasuk di dalamnya kegiatan Evaluasi kecacatan, Menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi pekerja, Mengganti pekerjaan sesuai dengan kemampuan pekerja 2. pelayanan Kesehatan kerja yang komprehensif Berdasarkan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif (promotif, preventif, kuratifdan rehabilitatif), maka tindakan pencegahan terjadinya suatu penyakit Akibat Kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
2
Pencegahan dan Penanggulangan PAK
m c
NAB
s
Promotif: Promotif: -Pemeriksaan kesehatan TK -Pembinaan -Gerakan O.R -Tdk merokok -Gizi seimbang -Ergonomi -Pengendalian lingk.kerja -Higiene sanitasi
Preventif: Preventif: -Pemeriksaan kesehatan TK -Imunisasi -APD -Rotasi -Pengurangan waktu kerja
Kuratif : Pengobatan - P3K - Rawat jalan - Rawat inap
Rehabilitatif: Rehabilitatif: -Alat bantu dengar -Protese -Mutasi -Kompensasi
Gambar 1. tahapan pelayanan komprehensif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Akibat Kerja
Pada tahap pelayanan promotif dilakukan beberapa kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan pekerja, pembinaan pekerja, olah raga dan gizi seimbang. Tahap preventif dilakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan yang khusus imunisasi, penggunaan alat pelindung diri, melakukan rotasi pekerja dam lain=lain. Tahap kuratif dapat dilakukan beberapa kegiatan seperti pengobatan kasus penyakit akibat kerja, rawat inap. Sedangkan tahap rehabilitasi dapat dilakukan kegiatan seperti memberikan alat bantu pendengaran, pemberian kompensasi kepada pekerja. 3. Preventif dalam kesehatan kerja Sedangkan dalam bidang kesehatan kerja dikenal dengan 3 macam tindakan pencegahan, yaitu Pengendalian teknik, Pengendalian Administrasi dan Pemakaian Alat Pelindung Diri 5 a. Pengendalian teknik Prinsip utama dalam pencegahan penyakit akibat kerja adalah dengan melakukan pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengontrol semua pajanan yang ada di lingkungan kerja. Dengan lingkungan kerja yang terkendali, maka diharapkan pekerja tidak akan mendapatkan pajanan yang akan menganggu kesehatannya.1 Cara yang sering dilakukan, misalnya menutup mesin penggiling tepung agar debu tepung tidak keluar di lingkungan kerja, membuat sistim tertutup mesin pembuat asbes, dan lain-lain b. Pengendalian administrasi Pada pengendalian administrasi dimaksudkan agar pekerja sesedikit mungkin terpajan suatu zat, dengan cara menentukan lama kerja dan cara kerja sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang ada , serta membuat aturan-aturan
3
internal tempat kerja agarr pekerja berkurang pajanannya seklama bekerja di lingkungan kerja. c. Penggunaan alat pelindung diri pemakaian alat pelindung diri dilakukan apabila pengendalian teknik dan administrasi dianggap tidak dapat dilakukan dan masker/respirator sebagai alat pelindung diri harus digunakan. Pemilihan masker / respirator haruslah memperhatikan besar partikel yang ada di lingkungan kerja. Selain itu perlu diadakan pelatihan khusus kepada pekerja untuk memakai masker/respirator dan bagaimana melakukan pemeliharaan alat tersebut. 6 Manajemen Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerja Pada gambar dibawah ini menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan tingkatan dimana faktor risiko tersebut masih dalam bentuk risiko atau sudah menjadi suatu gangguan kesehatan 1
Low / No
risk
At risk
Early Sign
Symptom
Diseases
Disease Management
Preventive services
Case management Screening
Prevention
Disease
Diseasee Manage.
Tahap Low risk/no risk dilakukan pelayanan preventif, dimana hal tersebut hampir sama dengan tingkatan health promotion. Tahap at risk dilakukan pelayanan preventif juga, hal ini sama dengan tahap spesific protection. Tahap early sign dan symptom dilakukan tindakan screening, ini sama dengan tahapan early diagnosis and promt treatment, Tahap diseases dilakukan case management , ini sama dengan tahapan disability limitation. Sedangkan tahap diseases management dilakukan tindakan case management, ini sama dengan tahapan rehabilitasi. Dengan mengetahui tahapan risiko/symptom dan penyakit manajemen dapat membuat program untuk mencegah penyakit sesuai dengan tahapannya. Dan tindakan pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin dengan melaksanakan program tersebut secara terpadu antar displin dan antar departemen.
4
Kesimpulan Pencegahan penyakit paru akibat kerja secara sistematika teori dapat sesuai dengan five level of prevention, pencegahan dan penanggulangan Penyakit akibat kerja sesuai pelayanan komprehensif atau dengan pencegahan dalam bidang kesehatan kerja. Semua pencegahan tersebut secara garis besarnya sama , hanya penekanannya saja yang sedikit berbeda. Sebagai seorang dokter kita dituntut untuk mengenal sistim pencegahan penyakit akibat kerja, khususnya penyakit paru akibat kerja, sehingga dapat diantisipasi tahapan penyakit yang lebih buruk dari sebelumnya.
Kepustakaan : 1. Mc Cunny Robert. A Practical Approach to occupational & Environmental Medicine. Lippincott Williamas and Wilkins. Phi. USA. 2003 : 295-313 2. Hendrick, David.J. Occupational disorders of the lung: Rcognation, management and prevention. Harcourt Publisher Limited: 517-33 3. La Dou, Joseph. Current Occupational & Environmental Medicine . Mc Graw Hill Companies. In. 2003: 300-44 4. Sulistomo, Astrid B. Diagnosis & Penilaian kecacatan bidang Penyakit Paru Akibat kerja. Buku Pedoman : Diagnosis & Penilaian Kecacatan karena kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Program Studi Kedokteran Kerja FKUI , Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI bekerjasama dengan PT Jamsostek . 2004 5. ILO . Occupational Lung Diseases in ILO Encyclopaedia, 2001 6. ILO . Personal protection in ILO Encyclopaedia, 2001
5