PENANGANAN PENUMPANG PADA MASA HIGH SEASON PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI X-RAY BOARDING ROOM PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA JUANDA-SURABAYA
Arum Perwitasari STTKD Yogyakarta
ABSTRAK Dalam kegiatan passangger and baggage handling, PT. Gapura Angkasa (Persero) berorientasi pada kenyamanan, keamanan dan kepuasan penumpang, sehingga kegiatan aktivitas pre flight dimulai dari pemesanan tiket dan post flight yakni pengecekan terakhir sebelum penumpang meninggalkan terminal dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi, ada kondisi tertentu yang mengakibatkan kenyamanan dalam melakukan perjalanan udara menjadi terganggu. Salah satunya adalah karena tingginya tingkat kepadatan penumpang dalam suatu kurun waktu tertentu, yakni pada high season. Masa high season adalah waktu dimana penumpang mengalami peningkatan dalam jumlah yang diakibatkan oleh faktorfaktor tertentu. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden, yaitu penumpang maskapai penerbangan. Data skunder berupa data yang diperoleh dari dokumen seperti profil perusahaan PT. Gapura Angkasa Jakarta. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa metode. Penelitian kepustakaan, yaitu mengadakan studi pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian. Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti dengan wawancara secara terstruktur kepada. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengambil atau mencari data tentang standar operasional prosedur. PT. Gapura Angkasa merupakan perusahaan melakukan MOU (kerja sama) antara PT. Royal Brunei dan PT. Angkasa Pura I yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan terhadap penumpang selama di lingkungan bandara sehingga tercapai tujuan akhirnya sebagai berikut :1) Customer satisfaction (kepuasan pelanggan); 2) Safety and security (keselamatan dan keamanan); 3) Reability (keandalan); 4) Punctuality (tepat waktu). Kepuasan pelanggan sangat mutlak di butuhkan untuk menjaga image perusahaan, oleh karena itu di butuhkan pelayanan yang maksimal pada masa Pre-Flight, In-Flight, Post-Flight. Pelayanan penumpang pada masa high season sangat bermanfaat untuk meminimalkan kesalahan dalam pelayanan penumpang saat akan berangkat.
Kata Kunci: Penanganan Penumpang, High Season, Royal Brunei Airlines
PENDAHULUAN Perkembangan transportasi udara dewasa ini, terutama di Indonesia semakin pesat. Hal ini terbukti dengan adanya penambahan maskapai maupun armada pesawat udara sebagai sarana transportasi yang paling cepat apabila dibandingkan dengan transportasi lainnya. Penambahan ini ditunjang pula dengan dibukanya rute-rute baru yang diterbangi, menjadikan sarana ini semakin marak. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya permintaan pasar akan kebutuhan sarana transportasi udara. Para pengguna sarana dan fasilitas ini menyadari bahwa pola pikir masyarakat modern senantiasa berorientasi pada pergerakan arus kehidupan yang super cepat menuntut penggunaan waktu yang efisien sehingga setiap orang dapat memanfaatkan setiap waktu mereka guna produktifitas kerja. Oleh karena itu kehadiran transportasi udara dianggap sebagai pembawa perubahan besar bagi kehidupan manusia umumnya dan pengguna jasa transportasi udara khususnya karena efektif dari segi pemanfaatan waktu. Dewasa ini perkembangan yang pesat dalam industri transportasi udara memicu bertambahkan perusahaan asing untuk masuk dan memanfaatkan peluang untuk melebarkan usaha. Salah satunya adalah keberadaan Royal Brunei Airlines yang membuka rute perjalanan Surabaya – Bandar Sri Begawan dengan 1 penerbangan per hari. Menyinggung tentang memanfaatkan jasa transportasi udara, tidak terlepas dari penggunaan sarana pendukung utama yakni keberadaan bandar udara. Bandar udara dalam hal ini memfasilitasi jasa transportasi udara untuk setiap maskapai dengan lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatannya. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): bandara udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang di peruntukan baik secara keseluruhan atau sebagian kedatangan, keberangkatan, dan pengerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Kegunaan bandar udara selain
sebagai terminal lalu lintas manusia atau penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Pada umumnya setiap perusahaan pelayanan jasa transportasi udara memilki hubungan kerja sama dengan maskapai penerbangan lainnya untuk menangani kegiatan ground handlingnya, tetapi ada pula maskapai penerbangan yang menangani ground handlingnya sendiri. Untuk maskapai Royal Brunei Airlines, kegiatan pelayanan penumpang pada waktu di darat, ditangani oleh PT. Gapura Angkasa (Persero) yang merupakan salah satu pengelola Bandara udara di Indonesia dibawah Ditjen Perhubungan Udara yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi udara di Indonesia. PT. Gapura Angkasa (Persero) memiliki beberapa bidang usaha, salah satu bidang usaha perusahaan adalah jasa layanan Ground Handling yang menangani penerbangan internasional dan domestik. Dalam kegiatan passangger and baggage handling, PT. Gapura Angkasa (Persero) berorientasi pada kenyamanan, keamanan dan kepuasan penumpang, sehingga kegiatan aktivitas pre flight dimulai dari pemesanan tiket dan post flight yakni pengecekan terakhir sebelum penumpang meninggalkan terminal dapat berjalan dengan lancar. Akan tetapi, ada kondisi tertentu yang mengakibatkan kenyamanan dalam melakukan perjalanan udara menjadi terganggu. Salah satunya adalah karena tingginya tingkat kepadatan penumpang dalam suatu kurun waktu tertentu, yakni pada high season. Masa high season adalah waktu dimana penumpang mengalami peningkatan dalam jumlah yang diakibatkan oleh faktorfaktor tertentu.
LANDASAN TEORI
Bandar Udara Bandar udara merupakan daerah tertentu berada di daratan atau perairan termasuk di setiap bangunan, intansi, dan perlengkapan yang diperlukan bagi kedatangan dan kebarangkatan penumpangserta penggerakan pesawat udara yang digunakan sebagai titik awal dan akhir dari semua kegiatan penerbangan. Bandar udara juga terdiri dari apron yang merupakan daerah tertentu yang berada di lapangan udara dan berguna untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, barang, cargo, mail, pengisian bahan bakar, parkir pesawat udara. Terminal Terminal merupakan pertemuan utama antara lapangan udara (air field) dengan bagian lain dari bandara. Daerah ini meliputi area umum (public area), area terbatas (restricted area), area bukan umum (non public area). Di dalam terminal terdapat berbagai fasilitas untuk memproses penumpang dan bagasinya, penanganan barang angkutan cargo, kegiatan-kegiatan administrasi, operasi serta pemeliharaan bandar udara. Sistem terminal penumpang
merupakan penghubung utama antara jalan masuk darat dengan pesawat.
Tujuan sistem ini adalah untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang untuk memasuki bandara, guna memulai maupun mengakhiri suatu perjalanan udara dan untuk mengangkut penumpang serta bagasinya dari dalam pesawat maupun keluar dari pesawat udara.
Ground Handling Ground handling : Proses penanganan penumpang, bagasi, cargo dan pos di bandara (Airport) oleh petugas airlines yang dimulai dari proses embarkasi (departure) hingga proses debarkasi (arrival).
Pasasi Pasasi adalah bagian dari Ground Handling yang menangani penumpang dimulai dari proses check in hingga penumpang naik ke pesawat (Aircraft), dan menangani proses penumpang transit.
CHECK-IN COUNTER Check in counter adalah salah satu unit dimana tempat penumpang atau para calon penumpang melaporkan diri dengan menunjukkan dokumen penerbangan seperti, pemeriksaan ticket dan surat – surat lainnya yang berkaitan dengan keadaan penumpang itu sendiri.
Tugas dari pada check in counter adalah :
1.
Menerbitkan Boarding Pass
2.
Memenuhi permintaan seat yang di inginkan passanger
3.
Proses penimbangan Bagasi, apabila kelebihan bagasi maka harus memproses pembayaran kelebihan bagasi (excess baggage)
4.
Mengarahkan para penumpang untuk dapat menyelesaikan administrasi dengan maskapai penerbangan yang berkaitan seperti halnya membayar airpotax.
Pelaksanaan dari unit Check In Counter sebagai berikut : 1. Penerimaan bagasi Penerimaan bagasi dimulai sejak check-in Counter dibuka 2 jam sebelum STD sampai dengan 30 menit sebelum ETD (pada peneerbangan Domestik dan Internasional). a. Check tiket sesuai tujuan b. Profiling baggage antara lain : c. Melihat kondisi bagasi seperti packing, size, ada kerusakan atau tidak, dan strapping. d. Menanyakan kepada penumpang bahwa benar atau tidaknya bagasi tersebut milik penumpang yang bersangkutan. e. Menginformasikan ke penumpang untuk tidak membawa barang berharga. f. Mencabut label-label lama/bekas. g. Manimbang bagasi. h. Menulis pada label Flight Number, berat bagasi, seat number, dengan spidol sesuai kondisi bagasi (manual label) i. Memasang label pada bagasi sesuai flight number dan tujuan. j. Menempelkan potongan label (claim tag) pada cover tiket k. Menempelkan potongan label bagasi pada flight coupon. l. Menulis total koli/kilo pada flight coupon m. Menyerahkan sekaligus menginformasikan ke penumpang tentang claim tag dan jumlah bagasi. n. Memasukan ke system total koli/kilo serta claim tag number sesuai dengan nama penumpang.
o. Menempelkan potongan label pada bagasi (automatic label) p. Kirim bagasi ke Make-up Area.
BOARDING GATE Boarding Gate adalah salah satu unit dimana proses terakhir dari para penumpang untuk menuju pesawat atau boleh dikatakan Boarding Gate adalah ruang tunggu penumpang menuju ke pesawat. Pada saat pelaksanaan proses Boarding para petugas harus dapat memastikan setiap request dari para penumpang seperti wheel chair, Uncompanied minor (UM), dan lain sebagainya. Dan setiap request tersebut harus menggunakan General Declaration (Gendec). Yang harus di check pada saat proses boarding yaitu : 1. Memeriksa passport untuk penerbangan luar negeri, sesuai dengan identitas penumpang tersebut. 2. Mencocokkan boarding pass
dengan identitas seperti KTP, dan lainnya untuk
Internasional flight. 3. Memeriksa seat number dan Boarding pass.
Penumpang (passangger) Menurut Martono (2007) penumpang adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan pesawat udara dan tidak terdaftar sebagai awak pesawat udara yang bersangkutan.
Jenis – jenis penumpang Berdasarkan jenisnya, penumpang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1) MAAS (Meet and Assist) yaitu penumpang yang harus di assist pada saat kedatangan karena hal tertentu 2) VIP/ VVIP yaitu Penumpang yang termasuk VIP adalah Presiden, Kepala Negara, Menteri dan Duta Besar
3) UM/ YP (Unaccompanied Minor/ Young Passenger) yaitu anak-anak yang berpergian dengan menggunakan pesawat tanpa didampingi orang tua. Kategori UM adalah UM (5s/d12 tahun) dan YP (13/17 tahun). 4) Disable Person (Penyandang Cacat) : Yang termasuk disable person dibagi lagi menjadi beberapa kategori antara lain: a.
WCHR (Wheel Chair) yaitu penumpang yang memerlukan bantuan kursi roda yang karena kondisi kesehatannya atau keadaan fisiknya memerlukan kursi roda untuk menuju ke pesawat atau sebaliknya.
b.
BND ( BLIND ) yaitu penumpang buta, yang mana untuk penanganannya harus diserahkan oleh pengantar kepada petugas airline di check – in counter airport. Jika pengantar tidak ikut serta, petugas stasiun harus mendampingi penumpang buta tersebut sampai penumpang tersebut naik ke pesawat. Di stasiun tujuan, ground staff harus membantu penumpang turun dan menyelesaikan bagasinya. Bila ada penjemputnya, serahkan penumpang pesatersebut kepada yang bersangkutan.
c.
FATMAN (obesitas) yaitu penumpang gemuk, yang mana untuk penanganan penumpang tersebut dengan kondisi badan yang melebihi batas normal harus disediakan kursi 2 dan ditempatkan dibarisan depan atau paling belakang serta dekat gang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penumpang tersebut masuk dan keluar dari kursi atau barisannya sehingga tidak mengganggu penumpang lain. Penumpang semacam ini tetap membayar 100% meskipun ada beberapa airline yang mempunyai aturan lain, yaitu membayar 2 kursi atau kena biaya tambahan 50%.
d.
Strecher yaitu penumpang yang menderita sakit berat atau kelumpuhan setelah mendapat perawatan atau pengobatan. Setiap flight hanya dapat membawa satu passenger dimana penumpang tersebut diletakkan di economy class, saat akan melakukan perjalanan penumpang harus diperiksa oleh dokter yang telah ditunjuk dan akan dikenakan biaya sebesar 4 kali harga tiket economy class dan pendamping dikenakan biaya sesuai biaya yang berlaku.
Baggage Handling
Pengertian Bagasi Pengertian bagasi Bagasi menurut IATA (International Air Transportation Assosiation) baggage regulation yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah artikel, harta benda dan barang-barang pribadi yang dimiliki oleh penumpang yang diijinkan oleh airlines untuk diangkut oleh pesawat udara guna keperluan untuk dipakai atau yang digunakan untuk penumpang yang bersangkutan selama perjalanan. Bagasi juga diartikan sebagai barang bawaan penumpang selama perjalanannya. Bagasi dibawa oleh penumpang, baik yang bisa diletakkan atau disimpan di dalam cabin penumpang (head rack). Menurut bentuk dan penempatannya di dalam pesawat, bagasi dibagi menjadi tiga yaitu:
Checked Baggage Adalah barang bawaaan penumpang yang karena ukuran dan beratnya diharuskan untuk ditempatkan di dalam cargo compartment dengan menggunakan ULD (Unit Load Device) atau sebagai bulk baggage. Semua bagasi yang termasuk dalam kategori checked baggage pada saat penerimaan, harus diberi tag label sesuai dengan tujuan penumpang yang bersangkutan. Hal ini adalah tanggung jawab para penumpang untuk melaporkan kepada petugas check-in counter apabila mereka membawa checked baggage dan pelaporan tersebut dilakukan pada saat check-in. Un-checked Baggage Adalah barang bawaan penumpang yang pada saat penerbangan berlangsung dapat ditempatkan di cabin penumpang (head rack). Un-checked baggage juga dikenal dengan istilah hand baggage dan carry on baggage. Un-Checked baggage memiliki batasan atau ukuran yang ditentukan dalam Ref. Royal Brunei Commercial Bulletin No.017/1999 tanggal 5 oktober 1999 yang tercantum di dalam Baggage Handling Manual PT. Gapura Angkasa adalah sebagai berikut: a)
Panjang 56 x lebar 32 x tinggi 36 cm
b) Berat maksimum adalah 7 kg c)
Satu potong untuk satu orang penumpang Economy Class (Y/Class)
d) dua potong untuk satu orang penumpang Bussines Class (C/Class) Berdasarkan peraturan IATA ada 2 macam unchecked baggage sebagai berikut :
Unchecked baggage (free carry on item) Free carry on item adalah barang bawaan yang boleh di bawah di dalam cabin passanger, Unchecked baggage, barang bawaan sebagai berikut : a) Satu tas tangan wanita, buku saku atau dompet uang yang biasanya dipakai sebagai perlengkapan dalam perjalanan. b) Satu baju mantel atau selimut. c) Satu kamera atau alat penglihat jauh. d) Makanan bayi untuk selama dalam perjalanan. e) Satu payung atau tongkat. f)
Sejumlah buku bacaan yang pantas untuk keperluan selama penerbangan.
g) Satu kursi roda yang dapat dilipat untuk orang lumpuh yang dipergunakan sematamata oleh penumpang yang tidak dapat berjalan sendiri, dengan syarat bahwa penumpang yang bersangkutan tergantung pada alat pembantu tersebut.
Hand Baggage (cabin baggage) Cabin baggage adalah barang bawaan dalam jumlah terbatas yang boleh di bawa masuk ke dalam cabin passanger dan harus melalui proses penimbangan bersama checked baggage. Unchecked baggage, barang bawaan sebagai berikut: a) Barang/benda yang mudah pecah/rusak (fragile) b) Barang berharga (valuable) c) Paket atau kantong surat Diplomatic (diplomatic pouch) d) Barang – barang yang memakan tempat (bulky) e) Barang – barang dianggap berbahaya (dangerous goods).
Un-Accompanied Baggage Pada umumnya, semua bagasi dibawa oleh penumpang melalui terminal penumpang yaitu pada saat penumpang melakukan check-in di terminal keberangkatan. Namun di dunia penerbangan, bagasi bisa saja dibawa dan didaftarkan oleh penumpang sebagai cargo. Hal ini dikenal dengan istilah baggage shiped as cargo/ un-accompanied baggage. Bagasibagasi tersebut oleh petugas cargo lebih dikenal dengan nama personal effect. Untuk bagasi seperti ini, prosesnya disamakan dengan proses penerimaan cargo lainnya dan menggunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk cargo selama tidak menimbulkan overload. Setidaknya ada 2 (dua) alasan mengapa bagasi penumpang dapat dikategorikan ke dalam kelompok ini : a. Karena penumpang mendaftarkan bagasinya sebagai cargo b. Karena berat bagasi penumpang melebihi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh airlines. Penumpang yang mendaftarkan bagasinya sebgai cargo diharuskan untuk memberitahukan isi dari bagasinya dan melengkapai dokumen-dokumen yang diperlukan serta membayar biaya tambahan untuk collection, delivery dan custom. Pengiriman bagasi tersebut harus melalui warehouse cargo. Sesuai dengan ketentuan IATA (International Air Transportation
Assosiation)
Cargo
Regulation
khususnya
masalah
tarif,
biaya
pengangkutan untuk un-accompanied baggage besar adalah sama dengan pengangkutan untuk cargo personal effect yaitu 50% x tarif normal.
Prosedur Baggage checker: 1.
Kondisi Bungkus Baggage Sebelum baggage dapat di terima untuk diangkut dan di beri label baggage, maka harus di periksa : a. Baggage dalam keadaan baik dan terkunci b. Menurut ukuran,apakah dapat di muat dalam pesawat c. Isi baggage tidak melanggar IATA Restricted Articles dan tidak membahayakan passanger and baggage.
2.
Labeling Baggage Selain mencantumkan weight baggage, pada label harus ditulis nomor
penerbangannya dan sebelum label baggage di pasang, label lama harus di buang,kecuali label baggage, pada baggage passanger harus pila di lekatkan indentification sticker yangg telah diisi name and address passanger. Hal ini untuk membantu tracing apabila trjadi kehilangan/kerusakan baggage.
Limited Released Tag Baggage Dalam hal ini baggage rusak/sobek/pecah, di beri tahukan kepada passanger yang bersangkutan dan di persilahkan meminta tanda tangan pada label baggage realized tag yang sudah catat tentang baggage tersebut.
Proses Pemeriksaan Baggage Ketentuan–ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan baggage cabin before passanger at the aircraft : a.
Pada waktu passanger check in diminta agar semua cabin baggage di timbang dengan baggage lainnya.
b.
Mengganti baggage tag lama dengan yang baru.
c.
Menyerahkan baggage tag cabin untuk di pasang sendiri oleh passanger.
d.
Pada label baggage cabin dicatat name passanger, date flight, number flight, and arrival station.
e.
Pada waktu embarkasi, baggage cabin yang di lengkapi dengan label baggage cabin harus di tolak, kecuali baggages yang dibeli dari free tax shop.
Definisi X-Ray di Royal Brunei X-Ray adalah salah satu cara pemeriksaan barang bawaan atau bagasi penumpang yang akan dibawa masuk ke dalam pesawat, dan merupakan cara untuk memastikan penumpang yang sudah pasti berangkat.
Alat bantu X-Ray
Boarding Card merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengetahui jumlah penumpang yang sudah masuk di Gate. Selain itu juga alat lainnya adalah Metal Detector digunakan untuk memeriksa penumpang dan barang bawaannya agar tidak ada yang membawa barang berbahaya ke dalam pesawat.
Fungsi dan Kegunaan X-Ray X-Ray berfungsi sebagai pemeriksaan akhir penumpang dan barang bawaan sebelum masuk ke pesawat, agar tidak ada barang yang berbahaya masuk ke pesawat, dan memastikan agar tidak ada cairan dan barang-barang yang membahayakan. Serta memastikan bahwa barang bawaan penumpang beratnya harus maksimal 7 kg jika melebihi 7 kg barang bawaan penumpang dibagasikan atau ditinggal.
Penggunaan Pelayanan X-Ray Royal Brunei memiliki beberapa armada dengan rute penerbangan internasional salah satunya penerbangan dengan rute SUB-BWN dengan jadwal keberangkatan 1 kali sehari yaitu pagi dan Royal Brunei sangat mengutamakan keselamatan dan keamanan
penumpang maka dari itu Royal Brunei sangat ketat dalam melakukan prosedur keamanan dan keselamatan penumpang. High Season High season adalah dimana ada pertambahan jumlah penumpang dikarenakan ada suatu hal, seperti adanya libur hari raya, dan adanya tipe pesawat yang lebih besar, sehingga penumpang bertambah banyak, dan memerlukan penanganan yang lebih.
Tabel 4.1 Jumlah Passangger Maskapai Royal Brunei 15 Juli – 14 September 2013 Date
Juni
Juli
Agustus
1/7
52
69
123
8/14
142
45
140
15/21
99
140
266
22/28
114
137
45
29/31
131
142
136
TOTAL
3544
2928
Perbandingan Sumber : PT.GA Gapura Angkasa cab bandara Juanda 2013 Jumlah passangger pada setiap bulan penerbangan bervariasi. Akan tetapi, jumlah tersebut sangat banyak tiap bulan high season penanganan sehingga penanganannya menjadi sangat beresiko pelayanan di perhatikan passangger akan membantu peningkatan passangger pada waktu di gate akibat banyaknya delay berkepanjangan yang harus di tangani oleh petugas pada masa Pre-Flight.
METODOLOGI Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden, yaitu penumpang maskapai penerbangan. Data skunder berupa data yang diperoleh dari dokumen seperti profil perusahaan PT. Gapura Angkasa Jakarta. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa metode. Penelitian kepustakaan, yaitu mengadakan studi pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian. Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti dengan wawancara secara terstruktur kepada. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengambil atau mencari data tentang standar operasional prosedur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan di jelaskan lebih mendalam tentang penanganan X-Ray masa Preflight terkait pelayanan. Penjelasan tersebut antara lain mencakup prosedur pelaksanaan XRay, kendala-kendala yang ditemukan pada saat melakukan X-Ray dan solusi uttuk mengatasi permasalahan di X-Ray boarding room periode 15 Juli – 14 September 2013.
Prosedur Melakukan X-Ray Pada saat keberangkatan sebelum memasuki boarding gate petugas X-Ray harus melakukan prosedur yang harus dilakukan, yaitu: 1. Petugas mengecek kelengkapan dari penumpang yaitu pasport,visa dan boarding pass apakah data sudah sesuai dengan boarding pass dan apakah pasport dan visa masih berlaku. 2. Memberikan boarding card untuk setiap penumpang. 3. Membantu proses pemeriksaan barang bawaan. 4. Pada saat menemukan barang bawaan yang melebihi berat maksimal, petugas mengarahkan penumpang agar barang dibagasikan atau ditinggal. 5. Memeriksa apakah ada cairan atau barang berbahaya lainnya.
Kendala Saat Melakukan X-Ray Saat pelaksanaan X-Ray boarding room penulis menemukan kendala-kendala yang menghambat proses X-Ray boarding room, terlebih pada masa high season dimana jumlah penumpang yang bertambah banyak, kadang satu pintu Gate digunakan lebih dari satu maskapai tidak jarang ada penumpang yang salah masuk ke petugas X-Ray, sehingga ada penumpang yang tidak melalui petugas X-Ray Royal Brunei. Jumlah penumpang yang bertambah mengakibatkan penumpukan antrian di X-Ray. Sering juga ada penumpang yang salah masuk pintu Gate sehingga menambah panjang antrian di petugas X-Ray.
Solusi Untuk Mengatasi Masalah Yang Ada di X-Ray Boarding Room Untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada saat melakukan X-Ray boarding room diperlukan solusi seperti menambah petugas untuk mengawasi sehingga tidak ada penumpang yang tidak melalui petugas X-Ray. menambah petugas untuk mengarahkan penumpang agar tidak salah masuk pintu Gate. Menambah petugas untuk membantu memeriksa pasport dan boarding pass agar tidak terjadi penumpukan antrian yang terlalu panjang.
KESIMPULAN PT. Gapura Angkasa merupakan perusahaan melakukan MOU (kerja sama) antara PT. Royal Brunei dan PT. Angkasa Pura I yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan terhadap penumpang selama di lingkungan bandara sehingga tercapai tujuan akhirnya sebagai berikut : 1.
Customer satisfaction (kepuasan pelanggan)
2.
Safety and security (keselamatan dan keamanan)
3.
Reability (keandalan)
4.
Punctuality (tepat waktu) Kepuasan pelanggan sangat mutlak di butuhkan untuk menjaga image perusahaan,
oleh karena itu di butuhkan pelayanan yang maksimal pada masa Pre-Flight, In-Flight, Post-Flight. Pelayanan penumpang pada masa
high season sangat bermanfaat untuk
meminimalkan kesalahan dalam pelayanan penumpang saat akan berangkat.
DAFTAR PUSTAKA Ahkmad, K, 2009. Prosedur Penanganan Penumpang Dengan Perhatian Khusus (Special Passenger) di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta. Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Yogyakarta.
Angela, 2009. Proses Penanganan Penumpang Pada Perusahaan Ground Handling di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta. Tugas Akhir. Program Studi Manajemen Transportasi Udara. Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Yogyakarta.
Hadi M,Felix,R. MBA, 1999. Ground Handling (Tata Operasi Darat): PT.
Gramedia
Pustaka Utama,Jakarta.
Budi, S, 2013. Pelaksanaan Penanganan Bagasi Masa Pre-Flight Di PT. Gapura Angkasa Cabang Bandara Udara Internasional Juanda – Surabaya, Laporan Praktek Kerja Lapangan, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta.
Eka, E, 2009. Prosedur Pelaksanaan Operasional GH di PT. Gapura Angkasa Bandar Udara Soekarno-Hatta. Laporan Praktek Kerja Lapangan, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta.
Indriani, Vicky, 2006. Pelayanan Penumpang dan Penanganan bagasi pada PT. Gapura Angkasa Cabang Juanda Surabaya Periode 2004-2006, Skripsi Sekolah Tinggi Triksakti, Jakarta.
Rina, 2006, Tugas Dan Fungsi Ground Handling di Gapura Angkasa Bandar Udara Soekarno – Hatta Jakarta, STTKD, Yogyakarta.
PT. Gapura Angkasa Cab Surabaya 2008. Standar Operational Procedure.
________ 2010. Sistem & Prosedur Kestasiunan PT. Garuda Indonesia. Jakarta.