PEMUPUKAN PADI A.DEFINISI Pemupukan padi adalah kegiatan penambahan nutrisi tanaman sesuai kebutuhan dan target hasil yang realistis. B. TUJUAN Setelah berlatih peserta dapat: 1. Menentukan dosis pemupukan spesifik lokasi 2. Menyiapkan pupuk 3. Melakukan pemupukan dengan baik dan benar C. MANFAAT Peserta dapat melakukan penanaman padi secara benar D. METODE Praktek E. ALAT DAN BAHAN Peralatan penanaman F.TEMPAT Lapangan/ usaha agribisnis G. LANGKAH KEGIATAN No 1
Tahapan Menentukan dosis pemupukan spesifik lokasi a. Menentukan dosis melalui KATAM (P dan K)
Uraian kegiatan
Alat dan bahan -
1. Sediakan HP yang dapat digunakan untuk SMS 2. Buka menu SMS dan ketik “INFO PUPUK PADI TUNGGAL/PHONSKA/KUJANG /PELANGI (LOKASI KECAMATAN)” 3. Contoh INFO PUPUK PADI PHONSKA LAWANG 4. Kirim ke nomor KATAM 082123456500
HP
5. Baca hasil balasan SMS yang merupakan dosis pemupukan rekomendasi spesifik lokasi kecamatan
b. Mengawal dosis pemupukan N dengan BWD
-
-
-
-
-
-
Amati tanaman dengan BWD pada umur 21-28 untuk pemupukan susulan I, umur 3842 untuk pemupukan susulan II dan khusus hibrida pada saat tanaman berbunga Pilih daun termuda yang telah kembang sempurna dan sehat dari suatu tanaman untuk pengukuran warna daun. Dari tiap lahan, pilih 10 daun dari 10 tanaman yang dipilih secara random (lebih banyak lebih baik) dan mewakili daerah penanaman. Pastikan memilih tanaman dalam suatu area dimana populasi tanaman seragam. Ukur warna dari tiap daun yang terpilih dengan memegang BWD dan menempatkan bagian tengah daun di atas standar warna untuk dibandingkan. Selama pengukuran, tutupi daun yang sedang diukur dengan badan karena pembacaan warna
BWD
-
-
-
-
2
Melakukan pemupukan
-
daun dipengaruhi oleh sudut matahari dan intensitas cahaya matahari. Jangan memotong ataupun merusak daun, dan bila mungkin sebaiknya pengukuran dilakukan oleh orang yang sama pada waktu yang sama di hari-hari pengamatan. Bila warna daun nampaknya berada diantara dua standar warna, ambil rata-rata dari keduanya sebagai pembacaan warna daun. Contoh; bila warna suatu daun padi terletak antara No. 3 dan No. 4, maka bacaan warna daun adalah 3,5. Hitung rata-rata dari 10 pembacaan BWD. Bila nilai ratarata pembacaan warna daun lebih rendah dari batas kritis yang sudah ditetapkan, Lakukan sesuai contoh berikut, apabila target hasil 5 ton/ha dan pembacaan warna daun adalah 3,5 maka perlu ditambahkan 50 kg urea.
Kondisikan lahan macak macak Tutup saluran pemasukan dan pengeluaran air Lakukan pemupukan dengan cara menebar pada lajur jajar legowo untuk efektifitas pemupukan
H. EVALUASI 1. Bagaimana cara menentukan dosis pemupukan dari KATAM ? 2. Bagaimana cara melakukan pemupukan?
Ember Pupuk
I. HASIL
………………………….
…………………………..
……………………………
J. INFORMASI
MENENTUKAN KEBUTUHAN PUPUK
Dosis pupuk padi adalah kebutuhan pupuk yang diperlukan dalam satu musim tanam padi. Penentuan dosis pupuk untuk tanaman padi dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan BWD khusus untuk Nitrogen, menggunakan PUTS untuk menentukan dosis N, P dan K, menggunakan internet dengan memasukkan riwayat lahan, menggunakan omission plot, menggunakan analisa abu dsb. Dalam kontek ini akan dijelaskan tentang penentuan dosis pemupukan dengan menggunakan BWD dan PUTS.
Pemupukan untuk tanaman padi bergantung pada : 1.
Status hara atau suplai hara tanah
2.
Kebutuhan tanaman akan hara
3.
Kandungan hara dalam pupuk.
1. Beberapa gejala defisiensi Gejala defisiensi / kekurangan Nitrogen (N) 1)
Tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua
2)
Anakan sedikit dengan daun kecil-kecil
3)
Jumlah gabah sedikit
Gejala Defisiensi N Pada Tanaman Padi .
Gejala defisiensi/kekurangan fosfor (P) 1). tanaman kerdil, hijau gelap 2). akar dan anakan sedikit 3). daun kecil, hijau gelap, pendek 4). jumlah anakan, malai dan gabah per malai menurun 5). sering timbul warna keunguan pada pelepah daun / batang 6). pemasakan terlambat (terlebih pada pemupukan N tinggi) 7). kehampaan gabah tinggi 8). respon terhadap pemupukan N, rendah Gejala defisiensi Fosfor (P) pada padi sawah
Gejala-gejala defisiensi/kekurangan K 1)
Pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada daun tua tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai
2)
Sering terjadi rebah karena N/K ratio tinggi
3)
penuaan daun lebih cepat (leaf senescence)
4)
kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna (banyak butir hijau)
5)
Pertumbuhan akar tidak sehat (banyak akar yang busuk karena kehilangan daya oksidasi, sehingga jerapan hara terganggu)
6)
Tanaman mudah terserang penyakit seperti blast, sheath blight, bercak daun, terlebih bila dipupuk N berlebihan
2. Penggunaan Bagan Warna Daun Bagan Warna Daun atau BWD adalah alat bantu pengukuran dosis pemupukan yang terbuat dari plastik yang mempunyai 4 atau 6 skala warna yang dijadikan dasar penilaian kualitatif warna daun padi. 1). Cara pengukuran warna daun dengan BWD :
Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.
Taruh bagian tengah daun diatas BWD dan bandingkan warnanya. Jika warna daun berada diantara 2 skala, gunakan ilai rata ratanya, misal, nilai 3,5 untuk warna antara 3 dan 4.
Mengukur warna daun dengan BWD
Sewaktu mengukur dengan BWD jangan menghadap sinar matahari.
Lakukan pengukuran pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama pula
Jika lebih 5 dari 10 warna daun yang diamati berada dalam batas kritis, yaitu dibawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan target hasil yang ingin dicapai. Pada tingkat hasil yang ingin di capai sebesar 5 ton/ha (GKG), takaran pupuk urea susulan yang diperlukan adalah 50 kg/ha. Selanjutnya setiap peningkatan target hasil sebesar 1 ton/ha, diperlukan urea tambahan 25 kg urea /ha.
2). Penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan : -
Berikan 50-75 kg urea/ha sebagai pemupukan dasar atau pemupukan N pertama, sebelum tanaman berumur 14 HST. Pada saat ini BWD belum diperlukan.
-
Pada saat pemupukan susulan 2 dan 3 bandingkan skala warna daun dengan BWD.
a) Bila warna daun berada pada skala 3 atau kurang, berikan 75 kg urea/ha, bila target hasil adalah 5 ton/ha GKG. Tambah 25 kg urea setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha. b) Bila warna daun mendekati skala 4, berikan 50 kg urea/ha pada target hasil 5 ton/ha GKG dan tambahkan urea 25 kg urea/ha untuk setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha. c) Bila warna daun pada skala 4 atau mendekati 5 tanaman tidak perlu dipupuk untuk target hasil 5-6 ton/ha. Tambahkan urea 50 kg/ha untuk target hasil diatas 6 ton/ha.
MELAKUKAN PEMUPUKAN
Pemupukan dasar adalah pemberian pupuk pada awal tanam. Pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk organik dilakukan sebelum tanam, sementara pemberian pupuk anorganik dilakukan sesaat setelah tanam sampai tanaman umur 14 HST.
A. Pupuk Organik Hasil survey dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Bogor menyatakan sebagian besar lahan sawah Indonesia kandungan C-Organiknya sangat
rendah, kurang dari 2 %. Sedangkan tanah yang subur kandungan C-organik tanahnya adalah 5%.
Dengan kandungan C-organik yang rendah itu respon tanah terhadap
pupuk kimia semakin menurun . Kesuburan (fisik dan biologi) tanah pun anjlok. Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati. Perombakan bahan organik oleh biota perombak (makro maupun mikro organisme) akan menghasilkan humus yang kaya akan bahan makanan bagi tanaman. Disamping itu bahan organik tanah juga dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan mengkelat beberapa unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Pupuk organik juga dapat memperbaiki struktur tanah serta daya pegang air tanah. Demikian pentingnya pupuk organik sehingga Menteri Pertanian mengeluarkan peraturan No. 02/Pert./HK.060/2/2006 yang menetapkan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Fungsi bahan organik :
Sebagai sumber bahan makanan (nutrisi) untuk tanaman secara langsung.
Sebagai sumber nutrisi dan energi serangga perombak dan mikro-organisme pengurai. Pada tahap selanjutnya, biota mengurai tersebut akan menjadi sumber bahan makanan organisme lain termasuk tanaman.
Memperbaiki aerasi tanah.
Meningkatkan kapasitas menahan air dan kapasitas menahan nutrisi.
Membantu proses nutrisi yang tidak tersedia menjadi tersedia melalui proses fiksasi dan mengurangi keasaman tanah.
Meningkatkan ketebalan lapisan oksidasi pada saat tanah sawah di airi. Lapisan oksidasi sangat diperlukan dalam rangka menekan kehilangan nitrogen dari dalam tanah.
B. Pupuk Anorganik 1. Nitrogen Peranan/fungsi
Bagian terpenting dari asam-asam amino, asam nucleat, dan chlorophyl
Mempercepat pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun), panjang malai, jumlah gabah dsb.
Meningkatkan kadar protein tanaman
Nitrogen diambil tanaman dari larutan tanah dalan bentuk NO3- atau NH4+. Tanaman padi umumnya mengambil N dalam bentuk NH4+
2. Fosfor (P) Peranan / fungsi
bagian terpenting dari ATP (adenosin phosphate)
energi kimia berfungsi
untuk menyimpan dan transfer energi dalam seluruh proses metabolisme tanaman
bagian utama inti sel dan asam nucleat
memperbanyak anakan dan pertumbuhan akar
mempercepat pembungaan dan pemasakan
P diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion H2PO4-, dan HPO42-
Kebutuhan P optimum : 2,6 kg P per ton gabah (> 30% berada di jerami)
Tingkat efisiensi 385 kg gabah per kg P
3. Kalium Peranan/fungsi
tranportasi hasil-hasil asimilasi/proses fotosintesa di daun kebagian-bagian tanaman lainnya (akar, tunas/anakan, biji/gabah)
mengatur tekanan osmose/turgor, memperkuat dinding sel
aktivator enzym pada seluruh proses metabolisme tanaman
menunda penuaan/ senesence daun
meningkatkan jumlah gabah bernas dan menurunkan kehampaan
K diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk K+. Kebutuhan optimum K : 14,5 kg K per ton gabah (> 80% berada di jerami). Tingkat efisiensi : 69 kg gabah per kg K C. Cara Pemupukan Pupuk nitrogen merupakan pupuk yang sangat mobil dan banyak kehilangannya di lapangan. Urea merupakan pupuk penyedia nitrogen yang sangat populer di masyarakat. Dengan kandungan 45% N dan sifatnya yang tidak menyebabkan tanah menjadi asam, urea menjadi pilihan utama dalam pemupukan padi. Namun, aplikasi
urea yang ditebar begitusaja, menggelitik penulis untuk mencoba memberikan sedikit ulasan tentang nasib urea di lahan sawah. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan bahwa di tanah tergenang terdapat 3 zona seperti gambar berikut :
Gambar skema lapisan oksidasi dan lapisan reduksi Sumber : Mikkelsen, 1987
Zona A Zona A merupakan zona volatilisasi atau zona penguapan nitrogen dalam bentuk NH3. Setelah ditebar Urea mengalami hidrolisis enzimatik dan diubah menjadi NH4+ : NH2CONH2 + 3H2O
2 NH4+ + HCO3- + OH-
NH4 ini merupakan ion yang dapat di serap oleh tanaman untuk proses metabolisme. Namun yang perlu diketahui selanjutnya bahwa NH4 rentan mengalami volatilisasi setelah menjadi ammonia (NH3), menyebabkan urea yang kita aplikasikan terbuang percuma. Beberapa faktor yang mempengaruhi volatilisasi ammonia diantaranya pH tanah, tekanan parsial CO2(pCO2)dan kimia karbonat, sifat pertukaran kation dan aktivitas jasad renik. Selain itu kecepatan angin, konsentrasi NH3 terlarut, tekanan parsial NH3 dalam air, udara suhu udara serta radiasi langsung juga mempengaruhi laju volatilisasi NH3. Pada percobaan yang dilakukan oleh Zhenghu dan Honglang pada tahun 2000, laju volatilisasi amonia berkorelasi positif dengan pH tanah, kandungan CaCO3, dan garam total tetapi berkorelasi negatif dengan kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation dan
kandungan liat. Artinya semakin meningkat nilai pH dan kandungan CaCO3 serta garam total, maka semakin besar volatilisasi NH3. Sedangkan semakin tinggi nilai KTK, kandungan bahan organik dan liat, semakin kecil volatilisasi. Dalam percobaan itu disebutkan pula bahwa pH tanah merupakan faktor yang paling doniman dalam volatilisasi NH3. Amonia yang dihasilkan dalam sistem karbonat aquatik melibatkan reaksi sbb: NH4+ + OH-
(NH3)aq + H2O
NH4+
H2O + CO2
+
HCO3-
NH4+ + CO32-
2(NH3)aq + H2O + CO2
Menurut greenland, Volatilisasi terjadi bila pH air genangan meningkat diatas pH 7,5, sedangkan nilai pH air genangan ditentukan oleh konsentrasi CO2 dalam air. Konsentrasi CO2 dalam air dapat berkurang karena fotosintesis dan respirasi tumbuhan alga dan jasad renik lainnya serta perubahan suhu genangan air pada siang hari. Semakin berkurang konsentrasi CO2 dalam air maka semakin tinggi pH, sesuai dengan reaksi dalam sistem karbonat sebagai berikut : CO2 +H2O
HCO3- + H+
HCO3-
CO32- + H+
Dari persamaan diatas, bila fotosintesis meningkat maka terjadi penurunan konsentrasi CO2 yang menyebabkan asam karbonat meningkat sehingga pH meningkat. Setiap hari terjadi fluktuasi pH dalam genangan air dari 7,5 – 9,5 dan nilai ph maksimum adalah pukul 14 dan menurun sampai sore hari. Pola perubahan ini sesuai dengan siklus fotosintesis dan respirasi dari jasad renik aquatik. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa volatilisasi NH3 pada tanah yang dipupuk urea lebih besar dari pada yang dipupuk amonium sulfat, hal ini terjadi karena hidrolisis urea medorong terciptanya lingkungan yang ideal untuk volatilisasi, yaitu alkalinitas dan pH tinggi. Volatilisasi ammonia dapat berkurang 50% jika pupuk dimasukkan kedalam tanah.
Zona B Zona B ini merupakan Zone lapisan tanah yang teroksidasi. Zona ini terbentuk dengan adanya oksigen yang terlarut didalam air genangan yang berasal dari atmosfir dan dari aktifitas fotosintetik berbagai hidrofit akan berdifusi ke lapisan tanah permukaan dibawah genangan air sehingga bersifat oksidatif. Pada lapisan oksidatif ini terjadi oksidasi NH4+ hasil hidrolisis urea menjadi NO2- oleh bakteri nitrosomonas. 2NH4+ + 3O2
oksidasi enzimatik
2NO2- + 2H2O + 4H+ + energi
Dan dilanjutkan bakteri nitrobacter yang mengubah nitrit menjadi nitrat (NO3-) 2NO2- + O2
oksidasi enzimatik
2NO3- + energi
Ion nitrat merupakan ion bermuatan negatif sehingga tidak dapat dijerap oleh pertikel tanah yang bermuatan negatif pula, sehingga menjadi sangat mobil dalam larutan. Ion nitrat ini merupakan sumber nitrogen bagi tanaman, bila ion nitrat tidak segera diasimilasikan tanaman, ion nitrat berpotensi untuk hilang karena diasimilasikan jasad renik, pencucian dan denitrifikasi. Konsentrasi O2 di lapisan tanah teroksidasi yang tipis, menurun dengan cepat seiring penggunaan oleh jasad renik dan pengaruh suhu menjadi lapisan tereduksi.
Zona C Zona C merupakan zone lapisan tanah yang tereduksi, tetapi pada zone ini terdapat juga lapisan teroksidasi yaitu di ketebalan 3 mm disekitar akar tanaman padi, karena padi mempunyai saluran aerenchyma yang mampu mengalirkan O2 dari daun ke korteks akar sehingga akar tanaman padi dapat mengaerasi tanah tanpa mengambil O 2 dari tanah. Pada zone yang tereduksi, NO3 yang berdifusi dari zone B akan mengalami denitrifikasi oleh bakteri pseudomonas dan terbuang menjadi gas N2O dan N2. Menurut beberapa percobaan dihasilkan bahwa kehilangan N melalui denitrifikasi bervariasi dari 0 – 70%. Selain keterangan mengenai hilangnya N diatas, kehilangan N dapat terjadi karena aliran permukaan dan pencucian. Aliran permukaan yaitu ketika terdapat aliran air dipermukaan lahan menuju daerah atau lahan yang lain bahkan ke saluran pembuangan. Pencucian yaitu ketika lahan sangat porous dan N menuju bawah permukaan sampai akar tanaman padi tidak dapat menjangkaunya lagi. Dari pengetahuan diatas diharapkan petani semakin menyadari begitu banyak kemungkinan kehilangan N dari aplikasi urea sehingga petani tergerak melakukan antisipasi. Pertama, antisipasi yang paling ideal adalah penggunaan urea tablet. Terlepas banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan, penggunaan urea tablet ini sangat efektif dalam menekan kehilangan N, karena urea masuk kedalam lapisan reduksi sehingga setelah urea mengalami hidrolisis menjadi NH4+ tidak mudah berubah menjadi NO2 dan NO3 yang riskan berdifusi ke lapisan reduksi dan menjadi gas N2O dan N2. Selain itu hal yang paling utama pembenaman urea menghindari penguapan N karena menjadi gas NH3. Kedua, apabila menggunakan urea pril, maka hendaknya pelaksanaan pemupukan di laksanakan sesaat sebelum penyiangan. Yang diharapkan dari penyiangan adalah kaki tenaga kerja penyiangan membantu memasukkan urea ke tanah lapisan bawah. Ketiga, memberikan
genangan pada lahan sawah saat pemupukan dengan membendung pematang 3-5 cm air tanpa menambahkan lagi debit air setelah pemupukan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa beberapa jam kemudian air genangan tersebut meresap kedalam tanah karena porositas dan aliran massa penyerapan air oleh tanaman sehingga menghindari penguapan NH3. Pada antisipasi yang ketiga ini diharapkan penambahan bahan organik yang terdekomposisi pada pengolahan lahan untuk memperbaiki porositas dan sebagai buffer pH tanah. Keempat, penggunaan pupuk organic untuk mempertebal lapisan oksidasi sehingga NO3 sebagai anion yang dapat diserap tanaman dapat dipertahankan ketersediaannya untuk tanaman padi. Pupuk Nitrogen sangat disarankan dipandu dengan menggunakan BWD tetapi apabila menggunakan dosis dari PUTS maka pupuk nitrogen diaplikasikan 25% dari dosis pada saat pemupukan dasar, 50% pada masa pembentukan anakan, dan 25% pada masa primordia. Penyediaan Pupuk Cara menghitung takaran pupuk (135 kg N, 35 kg P2O5 dan 20 kg K2O per ha) Apabila semuanya digunakan pupuk tunggal, maka jumlah pupuk yang dibutuhkan sebagai berikut: N = 135/45 x 100 = 300 kg Urea (urea mengandung 45% N) P2O5 = 35/36 x100 = 100 kg SP-36 (SP-36 mengandung 36% P2O5) K2O = 20/60 x 100 = 33 kg/ha KCl (KCl mengandung 60% K2O) Apabila digunakan pupuk tunggal dan majemuk, maka jumlah pupuk tunggal dan majemuk yang dibutuhkan sebagai berikut: Contoh Phonska (15, 15, 15) yang berarti pupuk tersebut mengandung 15% N, 15% P2O5, dan 15% K2O. Berapa kg Phonska yang diperlukan, maka gunakan standar dari kebutuhan pupuk tunggal yang paling rendah, yaitu 20 kg K2O/ha. Pupuk Phonska yang diperlukan = 20/15 x 100 = 133 kg/ha. Dalam 133 kg pupuk Phonska mengandung 20 kg N, 20 kg P2O5, dan 20 kg K2O. Oleh sebab itu kebutuhan hara K sebesar 20 kg/ha sudah terpenuhi, namun keperluan hara N dan P belum tercukupi.
Kekurangan hara N adalah 135 kg N – 20 kg N = 115 kg N atau sama dengan 115 /45 x 100 = 256 kg urea. Kekurangan hara P adalah 35 kg P2O5 - 20 kg P2O5 = 15 kg P2O5 atau sama dengan 15 /36 x 100 = 42 kg SP-36.