PEMUPUKAN BERIMBANG TANAMAN PADI Oleh: Tatok Hidayatul Rohman Padi sawah merupakan komoditas dengan kebutuhan pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani tetapi juga terkait dengan keberlanjutan system produksi, kelestarian lingkungan dan penghematan sumber daya. Kebutuhan dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh tiga factor yaitu : 1. Keterediaan haran dalam tanah, termasuk pasokan melalui air irigasi dan sumber lainnya 2. Kebutuhan hara tanaman 3. Target hasil yang ingin dicapai BAnyak cara dan metode yang digunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan N, Pdan K. Beberapa metode dan alat bantu tersebut yaitu Bagan warna Daun (BWD) untuk pemupukan N, Petak Omisi dan Paddy Soil Test Kit (Perangkat Uji Tanah SAwah, PUTS) untuk pemupukan P dan K. Permasalahan Beberapa permasalahan dalam pemupukan secara efisien dan berimbang yaitu : 1. Beberapa tempat takaran pupuk yang direkomendasikan terlalu rendah, dan beberapa tempat lain justru terlalu tinggi, khususnya nitrogen (pupuk urea) 2. Pemupukan berimbang yang didasari konsep pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) merupakan salah satu konsep penetapan rekomendasi pemupukan yaitu untuk mencapai tingkat ketersediaaan hara esensial yang seimbang dan optimum dalam tanah guna : meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. 3. Terdapat keanekaragaman pemahaman konsep pemupukan berimbang di kalangan pemerintah, produsen pupuk dan petani.
Pemecahan Masalah 1. Rekomendasi pemupukan yang didasarkan pada kebutuhan hara tanaman, cadangan hara dalam tanah, dan target hasil realistis yang ingin dicapai. Hal ini dikarenakan
kebutuhan hara tanaman sangat bergamag atau spesifik lokasi dan dimanis yang ditentukan oleh berbagai factor baik genetic maupun lingkungan. 2. TAbel rekomendasi pemupukan N, P dan K per kecamatan sebagai acuan dasar menentukan rekomendasi pemupukan dan dasar pementuan kebutuhan pupuk per kecamatan. Rekomendasi pupuk N (urea) BWD memberikan rekomendasi penggunaan pupuk N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun yang mencerminkan kadar klorofil daun. Makin pucat warna daun, makin rendah skla aBWD yang berarti makin rendah ketersediaan N dalam tanah sehingga makin banyak pupuk N yang perlu diberikan. Tabel 1. Rekomendasi umum pemupukan nitrogen pada tanaman padi sawah Target kenaikan Teknologi yang Rekomendasi (kg/ha) produksi dari tanpa digunakan N Urea pupuk N Konvensional 125 275 2,5 t/ha
3,0 t/ha
3,5 t/ha
Menggunakan BWD
90
200
Menggunakan BWD+ 2t pupuk kandang/ha Konvensional
75
175
145
325
Menggunakan BWD
112
250
100
225
170
375
135
300
Menggunakan BWD+ 2t pupuk kandang/ha Konvensional Menggunakan BWD
Menggunakan 125 275 BWD+ 2t pupuk kandang/ha Berdasarkan penelitian penggunaan BWD dapat meningkatkan efisiensi pupuk N dari 30% menjadi 40%. Tabel 2. Rekomendasi pemupukan P pada tanaman padi sawah Kelas status hara Kadar hara P tanah Takaran rekomendasi P tanah terekstrak HCl 25% (kg SP-36/ha) (mg P2O5/100 g) Rendah <20 100 Sedang 20-40 75 Tinggi 50 >40
Tabel 3. Rekomendasi pemupukan K pada tanaman padi sawah dengan dan tanpa bahan organik jerami padi Kelas status hara Kadar hara K tanah Takaran rekomendasi K tanah terekstrak HCl 25% Pemupukan K (kg KCl/ha) (mg K2O/100 g) Rendah <20 50 100 Sedang 10-20 0 50 Tinggi 0 50 >20 NB : Kompos jerami yang digunakan setara 5 ton jerami segar per hektar
Tabel 5. Acuan rekomendasi pupuk Kecamatan Buayan Penggunaan bahan organik Jenis Pupuk
Tanpa bahan organik
Dengan jerami 5 ton /ha
Dengan pupuk kandang 2 ton/ha
Takaran (kg/ha)
Urea
250
SP-36
75
KCl
50
Urea
230
SP-36
75
KCl
0
Urea
225
SP-36
25
KCl
30
NB : Luas hamparan sawah kurang dari 250 ha pada peta skala 1 : 250.000 Takaran pupuk actual dapat lebih rendah karena variabilitas hara tanah Gunakan BWD, PUTS atau Petak Omisi untuk menentukan takaran pupuk N,P,K lebih spesifik dan pada lokasi terpetakan.
Pemanfaatan bahan organik seperti jerami dan pupuk kandang akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan berdampak positif pada priduktivitas lahan sawah, antara lain melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu dan Sistem Integrasi Padi dan Ternak (SIPT). Pupuk organic dalam bentuk yang telah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organic tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah banayak. Pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara lebih cepat disbanding pupuk organic dalam bentuk segar karena telah terjadi proses dekomposisis oleh bermacam-macam mikroba. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organic seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternah (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur.
PENGGUNAAN PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika basah dimana pada umumnya tingkat kesuburan tanahnya rendah karena tingkat pelapukan dan pencucian hara yang tinggi. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai adalah rendahnya kandungan hara di dalam tanah terutama hara makro N, P dan K. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditambahkan pupuk dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah (uji tanah). Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam. Dengan diketahuinya status hara tanah, maka dapat dihitung jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai produksi optimal. Balai Penelitian Tanah pada tahun 2004 telah mengembangkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) yang bermanfaat untuk menetapkan status hara tanah dan rekomendasi pupuk untuk padi sawah. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara tanah secara langsung di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah. Satu Unit Perangkat Uji Tanah Sawah terdiri dari: (1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstraksi kadar N, P, K dan pH, (2) bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K, (3) Buku Petunjuk Penggunaan serta Rekomendasi Pupuk untuk padi sawah, (4) Bagan Warna Daun (BWD). Rekomendasi pemupukan pada berbagai kelas status hara tanah yang diberikan mengacu pada hasil kalibrasi uji tanah. Prinsip kerja PUTS adalah mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena itu, pereaksi atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas larutan pengekstrak dan pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk nitrogen adalah NO3-N dan NH4-N, untuk 3-
=
-
+
fosfat adalah orthophosphate (PO4 , HPO4 , dan H2PO4 ) dan kalium adalah K . Pengukuran kadar hara dilakukan secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis N, P, dan K tanah ini selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi pemupukan N, P, dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan produktivitas setara IR-64.
Manfaat PUTS : a. Menetapkan kadar hara N, P, K dan pH tanah. Kadar hara N, P, dan K tanah dikelompokkan menjadi 3 kelas status yaitu Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T), b. Menentukan dosis rekomendasi pemupukan N, P, K untuk padi sawah berdasarkan kelas status hara tanah. c. Memilih jenis pupuk N yang sesuai dengan kondisi kemasaman tanah serta teknologi untuk mengatasi keracunan besi yang umum terjadi di lahan sawah bukaan baru.