PEMUPUKAN BERIMBANG Oleh : Isnawan – BP3K Nglegok Mengapa DILAKUKAN pemupukan harus berimbang? Untuk meningkatkan hasil dan mutu beras, tanaman padi memerlukan zar hara dalam jumlah banyak diantaranya nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K) dan belerang (S). Kecuali itu diperlukan hara sekunder Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta hara mikro yang jumlahnya sangat sedikit seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe). Tanaman yang kekurangan Urea (zat hara N) tumbuhnya kerdil, anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. sebaliknya tanaman yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daun hijau anakan banyak tetapi jumlah malai sedikit, mudah rebah dan pemasakan lambat. Tanaman yang kekurangan zat hara fosfat (P) tumbuhnya kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, malai dan gabah sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan gabah. Sedangkan tanaman yang kekurangan Kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, gabahnya banyak yang hampa, butir hijau banyak dan mutu beras menurun. Gambar 1
Tanaman cukup N
Gejala kekurangan N, daun berwarna kuning coklat
Gambar 2
a. Tanaman cukup P
b. Gejala kekurangan P, anakan sedikit dan kerdil
Gambar 3
Gejala kekurangan K, daun terkulai mengering mulai dari pinggir daun
Meskipun kebutuhan zat hara belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila kekurangan maka tanaman juga kerdil, daun berwarna kuning pucat, terutama daun muda, hasil gabah, dan mutu beras menurun. Gambar 4
Gejala kekurangan S (belerang), daun muda berwarna kuning pucat
Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu beras tinggi, maka zat-zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah tidak cukup, maka hasil dan mutu beras akan menurun. Oleh karena itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan dosis pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia dalam tanah (tingkat kesuburan tanah).
Apa itu pemupukan berimbang? Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK. Pengertian ini kurang tepat karena pemupukan berimbang adalah menyediakan semua zat hara yangcukup sehingga tanaman padi mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. dengan demikian jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan tetapi harus memiliki spesifik lokasi. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal seperti urea, SP-36. TSP dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal.
Apakah keuntungan pemupukan berimbang? Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup tinggi, maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan pemborosan. Namun sebaliknya jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang. Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi terhadap pemupukan NPK pada tanah Vertisols di ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya dipupuk urea saja. Gambar 5
Respon tanaman padi terhadap pemupukan berimbang NPK dan jerami pada tanah sawah yang kekurangan P (fosfat) dan K (kalium) di Ngawi, Jawa Timur MT 1989/1990
Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang? Kandunganzat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda. Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah.
Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah dan anjuran pemupukan berimbang?
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Pemeriksaan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah oleh Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani. Untuk itu perlu adanya pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani. Setiap contoh tanah mewakili ± 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup dilakukan sekali tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh tanah yang mewakili luasan 25 ha hanya sekitar Rp 40.000,-. Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat melalui Dinas Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih pupuk, apakah menggunakan pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun perlu hatihati dalam memilih jenis pupuk agar petani tidak dirugikan.
Apa itu peta P dan k tanah dan apa kegunaannya? Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan kalium (K) dalam tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia. hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan kalium (K). Peta tersebut diberi tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah, warna kuning berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan untuk anjuran pemupukan. Tanah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per ha, yang kadar hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang P-nya tinggi dipupuk dengan 50 kg SP36 per ha. jadi dosis SP36 untuk lahan sawah berbedabeda, tergantung kandungan hara P dalam tanah. Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha, sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha. Di bawah ini disajikan dosis anjuran pupuk SP36 dan KCl (Tabel 1) serta majemuk NPK (Tabel 2) untuk padi sawah berdasarkan status hara fosfat (P) dan kalium (K) pada lahan sawah. Untuk hara N tidak dilakukan pembuatan peta status hara N karena umumnya kadar N tanah di Indonesian rendah, sehingga secara umum harus dipupuk 250300 kg Urea per ha. Tabel 1. Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan menggunakan pupuk tunggal K
Anjuran pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi (Kg/ha) Urea SP36 KCl
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
250 250 250 250 250 250 250 250 250
Kelas Status Hara Tanah P
Rendah
Sedang
Tinggi
100 100 100 75 75 75 50 50 50
100 50 50 100 50 50 100 50 50
Tabel 2. Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan menggunakan pupuk Majemuk NPK Kelas Status Tanah P
Rendah
hara
K Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang
Anjuran pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi (Kg/ha) NPK 15-15-15 250 250 250 200 200
Tambahan Tunggal Urea
KCl
170 170 170 180 180
40 50 -
Pupuk
NPK 20-10-10 400 400 400 300 300
Tambahan Tunggal
Pupuk
Urea
KCl
100 100 100 150 150
30 50 -
Sedang
Tinggi
Tinggi Rendah Sedang Tinggi
200 150 150 150
180 200 200 200
60 10 10
300 200 200 200
150 180 180 180
70 -
(-) Tidak dipupuk
Apa peran pupuk organik dalam pemupukan berimbang? Dalam pemupukan berimbang selain pupuk N, P, K seharusnya diberikan pula pupuk organik karena dapat meningkatkan manfaat pupuk NPK dan kesuburan tanah. Tanah yang diberi bahan organik, lebih remah, mudah diolah, akar tanaman tumbuh lebih lebat dan menyerap hara dari dalam tanah lebih tinggi. Beberapa jenis pupuk organik antara lain adalah kompos jerami, kotoran ayam, kambing, sapi/kerbau. Oleh karena itu, sebaiknya jerami dikembalikan ke tanah sebagai pupuk organik, sehingga kesuburan tanahnya meningkat. Jerami yang dikembalikan ke tanah dapat mengganti keperluan pupuk KCl (lihat Gambar 5).
Siapa yang melaksanakan pemupukan berimbang? Untuk mendapatkan produksi tinggi semua jenis tanaman baik tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), tanaman sayuran, buah-buahan maupun tanaman perkebunan harus dipuk secara berimbang sesuai kebutuhan tanaman dan kandungan zat hara dalam tanah. Oleh karena itu pemupukan berimbang harus dilaksanakan oleh semua petani. Agar dicapai hasil tinggi maka disamping dosis dan jenis pupuk yang tepat, juga harus diperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat (Tabel 3). Tabel 3. Cara dan waktu pemupukan berimbang spesifik lokasi padi sawah Pupuk Dasar/saat Pupuk susulan I Pupuk Susulan II Jenis Pupuk Tanam (3-4 MST) (6-7 MST) Tunggal Urea SP36 KCl
1/3 dosis Urea Semua dosis SP36 1/2 dosis KCl
1/3 Urea 1/3 dosis KCl
Majemuk NPK 15-15-15
Semua dosis NPK 15-15-15
1/2 dosis Urea 1/2 dosis tambahan, semua KCl tambahan. tambahan.
NPK 20-10-10
Semua dosis NPK 20-10-10
1/3 Urea -
1/2 dosis Urea 1/2 dosis tambahan, semua KCl tambahan. tambahan.
Urea
urea
MST : Minggu Setelah Tanam
Untuk tanman padi sawah, pupuk N (Urea) diberikan 3x yaitu 1/3 saat tanam, 1/3 umur 3-4 minggu setelah tanam, sedangkan pupuk P (SP36) diberikan sekali saat tanam dan pupuk K (KCl) diberikan sekali saat tanam bersama pemupukan urea kedua. *) Sumber Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) dan Lembaga Pupuk Indonesia (LPI) tahun 2003 PEMUPUKAN BERIMBANG
Beberapa waktu yang lalu berita mengenai 'Nutrisi Esensial' telah menyita banyak perhatian kita. Baik perhatian kita sebagai seorang scientist/ilmuan, ataupun sebagai seseorang yang berharap banyak mengenai solusi 'sapu jagat' terhadap beberapa persoalan penting negara Indonesia. Beberapa 'ilmuan sejati' segera mempertanyakan mengenai beberapa metoda ilmiah yang melandasi kesimpulan bombastis mengenai manfaat dari nutrisi tersebut. Jawaban yang tidak memuaskan dari sang penemu 'nutrisi esensial' mengakibatkan dirinya 'dikucilkan' dari dunia ilmiah. Barangkali kisah mengenai Thomas Edison atau bahkan Galieo, yang 'dikucilkan' oleh para ilmuan di masanya lah yang memberikan inspirasi bagi salah seorang pengusaha nasional yang dekat dengan kekuasaan untuk mendukung dan mem 'blow up' penemuan tersebut. Terlepas dari polemik tersebut, jika berbicara mengenai nutrisi untuk tanaman (dan bahkan untuk manusia), tentu saja tidak akan bisa melepaskan diri dari aksioma 'mass balance' dan prinsip pemupukan/nutrisi berimbang. Berikut akan dipaparkan mengenai
kedua
hal
tersebut.
Mengapa 'mass balance' disebut sebagai aksioma? Aksioma adalah kebenaran 'mutlak' yang harus diakui oleh orang orang yang mengaku sebagai suatu 'golongan'. Seorang yang mengaku guru, haruslah mengakui bahwa pendidikan adalah jalan yang benar untuk kemajuan bangsa. Sementara seorang birokrat seharusnya paham bahwa ia adalah pelayan masyarakat. 'Pendidikan adalah jalan yang benar' dan 'pelayan masyarakat' adalah aksioma untuk profesi guru dan birokrat. Jika ada yang tidak mengakui aksioma tersebut, maka orang tersebut sudah 'kafir' (=keluar) terhadap profesi tersebut. Aksioma sebagai seorang manusia adalah 'mass balance'. Secara sederhana pengertian 'mass balance' adalah "Bagaimana bisa memberi banyak jika tidak punya penghasilan", atau "Banyak memberi, pasti banyak menerima", atau "Orang yang banyak memberi tapi tidak punya penghasilan, pasti orang yang banyak hartanya". Secara matematis, 'mass balance' adalah Output dikurangi Input sama dengan delta Storage. Kembali ke soal nutrisi tanaman. Lahan pertanian adalah 'storage', sementara berbagai macam sarana produksi adalah inputnya. Tentu saja hasil panen adalah outputnya. Biasanya petani memberikan pupuk Urea, Phospat, dan KCl untuk tanaman padi untuk setiap hektarnya sebanyak 300 kg, 100 kg, dan 50 kg. Kadang kadang petani juga memanfaatkan pupuk kandang dan sejenis hijau-hijauan (biomas) sebesar 3 ton per Ha. Dengan hasil padi (GKP=Gabah Kering Panen, kadar air 21%) sebesar 6 ton per Ha, artinya lahan pertanian mengalami defisit/pengurangan sebesar 2.55 ton per Ha. Dengan kata lain, hasil padi menyedot/membawa keluar tanah dan air sebesar 2.55 ton per Ha untuk satu musim. Atas dasar ini pula mengapa Departemen Pertanian melarang pembakaran sisa sisa panen, dan menyarankan petani untuk menggunakan berbagai macam biomas sampai sekitar 5 ton/ha. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kesetimbangan lahan. Klaim penemu 'nutrisi esensial' yang menyatakan bahwa u ntuk menggarap 1 hektar tanah hanya diperlukan 10 kg 'nutrisi esensial' tanpa pupuk lain (http://www.antara.co.id/seenws/?id=41674) mempunyai pengertian bahwa lahan pertanian mengalami stress yang luar biasa dengan keluarnya hampir 6 ton tanah dan air untuk setiap musimnya. Fakta yang kontradiktif dengan semangat pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal berikutnya adalah pemupukan berimbang. Beberapa tahun yang lalu, mungkin kita sempat menyaksikan acara TVRI yang menayangkan 'iklan 4T' yang terkait dengan pemupukan, yaitu Tepat waktu, Tepat jenis, Tepat dosis, dan Tepat tabur. Tepat waktu memberikan pengertian bahwa pemupukan harus pada saat yang tepat. Pemberian nutrisi bukan pada waktunya bisa jadi tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. Tanaman padi memerlukan banyak nutrisi terutama saat akan tumbuh (saat tanam), saat berkembang (20 hari setelah tanam), dan saat akan berkembang biak (40 hari setelah tanam). Tepat Jenis mempunyai arti bahwa tanaman memerlukan unsur spesifik untuk tumbuh. Padi memerlukan Nitrogen (N) untuk memperbanyak anakan dan daun, sementara memerlukan P (P2O5) untuk pembungaan. Pemberian N pada masanya pembungaan (fase generatif) tidak akan meningkatkan hasil panen, bahkan bisa jadi akan mengakibatkan gagal total karena padi akan terus memperbanyak daun dan anakan sampai saatnya mati, sehingga 'lupa' untuk berbunga dan berbuah.
Tanaman secara umum juga memerlukan apa yang dikenal sebagai unsur mikro. Unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah sangat kecil. Termasuk ke dalam unsur mikro untuk pertumbuhan tanaman adalah Zeng (Zn). Hal ini lah yang menjelaskan bahwa pada beberapa daerah tertentu, pemberian pupuk N, P, dan K tidak memberikan peningkatan hasil. Bisa jadi pada daerah tersebut unsur mikronya tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman. Tepat dosis memberi pengertian bahwa tanaman memerlukan dosis yang tepat untuk setiap unsurnya. Dengan asusmsi bahwa unsur mikro tersedia berlimpah, perbandingan dosis (spesifik lokasi) antara N:P:K adalah 6:2:1. Artinya pemberian pupuk N, P, dan K sebesar 300kg, 50kg, dan 25kg adalah berlebihan karena mempunyai efek yang sama dengan pemberian N, P, dan K sebesar 150 kg, 50 kg, dan 25 kg. Ketika pemerintah melarang 'jual beli' pupuk KCl akibat sedang ramainya kejadian pemboman (unsur K adalah salah satu komponen pembuat bom), petani tidak bisa memberikan KCl untuk lahan pertaniannya. Pada kondisi tersebut, sebaiknya petani tidak memberikan pupuk sama sekali, karena pemberian N dan P sebanyak apapun tidak akan memberikan peningkatan hasil. Penentuan dosis ini dilakukan oleh Departemen Pertanian, spesifik untuk lokasi tertentu, dengan meminta PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) mengambil sample tanah untuk dianalisis kandungan haranya (N, P, dan K saja) untuk setiap tahunnya. Kebijakan yang sangat baik, tapi tanpa dibarengi dengan fasilitas, kontrol, dan metoda yang memadai. Selain unsur N, P, dan K, kandungan unsur-unsur mikro di dalam tanah pun perlu diketahui. Hal tersebut untuk menjamin ketepatan penentuan dosis pupuk. 'Tepat' berikutnya adalah tepat tabur yang berarti bahwa metoda aplikasi pemupukan pun mempunyai peran penting dalan peningkatan hasil. Penumpukan pupuk di satu titik, tentu saja tidak akan memberikan peningkatan hasil. Pupuk perlu disebar merata di lahan, dan perlu diatur sedemikian rupa agar pupuk tidak berubah bentuk senyawanya. Aplikasi pupuk urea tablet dengan cara dibenamkan ke dalam tanah yang tidak tergenang, menjamin kondisi urea tersebut tetap sebagai bentuk yang bisa diserap tanaman, dan tidak berubah menjadi Amonia atau gas nitrogen. Mengenai fenomena 'nutrisi esensial', kemungkinan hal tersebut bisa dijelaskan hal-hal tersebut di atas. Keberhasilan percobaan di Karawang bisa jadi adalah akibat kurangnya unsur mikro, dan cukup tersedianya N, P, dan K di lahan mengingat daerah Karawang adalah daerah intensifikasi pertanian sejak lama. Ketika diberikan nutrisi esensial yang mungkin mengandung beberapa unsur mikro, kemampuan tanaman untuk berproduksi pulih, sehingga memberikan hasil yang tinggi. Adapun klaim tentang efek nutrisi esensial terhadap tanaman (dan manusia) adalah syah-syah saja, terkait dengan metoda sosialisasi produk. Tapi perlu diingat bahwa ada UU perlindungan konsumen yang memungkinkan untuk 'class action' karena efek nutrisi esensial tersebut berbeda untuk setiap kondisi. Kerja sama dengan pihak pengusaha pun bisa bernilai posistif jika diarahkan untuk membuat daftar kandungan hara di setiap daerah (lahan pertanian) dan membuat penelitian lanjutan mengenai komposisi kandungan unsur hara di dalam nutrisi esensial. Sesuai peraturan di Departemen Pertanian, setiap produk pupuk diwajibkan mencantumkan kandungan unsur haranya. Hal ini terkait dengan banyaknya fenomena
mengenai penemuan produk pupuk yang diklaim bisa meningkatkan hasil pertanian sebelumnya.