PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007
Skripsi Oleh : Alindasari Nurhidayah K5404014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007
Oleh : Alindasari Nurhidayah K5404014
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Setya Nugraha, S.Si, M.Si NIP. 19670825 199802 1 001
Rahning Utomowati, S.Si NIP. 19671114 199903 2 001
iii
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: ………………
Tanggal
: ………………
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si
………………
Sekretaris
: Drs. Sarwono, M.Pd
………………
Anggota I
: Setya Nugraha, S.Si, M.Si
………………
Anggota II
: Rahning Utomowati, S.Si
………………
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.
MOTTO iv
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (Q.S. Al-Insyirah 5-7)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada : 1.
Ayah dan Ibu (yang selalu memberikan dukungan dan semangat) 2.
vi
Adikku (yang selalu membantu)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selesai penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.
4.
Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis.
5.
Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran penulis.
6.
Bapak Drs. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing akademis yang membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai.
7.
Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh studi.
8.
Bapak Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam memperoleh data.
9.
Eka, Wita (teman berbagiku), Tina, Sukma, Habib, Sholeh, Arif (temanteman seperjuanganku), Budi, Anto, Asep, Mas Agung, Mas Eko (yang telah vii
banyak membantuku), dan teman-teman geografi 2004 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga kita selalu bersahabat. Menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
viii
ABSTRAK Alindasari Nurhidayah, PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Memetakan rumah dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (2) Mengetahui pola persebaran perumahan dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran perumahan dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Teknik sampling yang digunakan adalah populasi, dan stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus alokasi proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis tabel silang. Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 sebagian besar tersebar di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah dosen (32%). Berturut-turut besar jumlah dosen di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen (22%), di Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten Boyolali sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah 11 rumah dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah dosen (2%). (2) Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah dosen FKIP UNS Surakarta mengelompok di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. (3) Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah dosen adalah : (a) Tingkat pendapatan, (b) Transportasi, (c) Perbedaan keinginan, (d) Hak milik pribadi, dan (e) Kedekatan dengan fasilitas/pelayanan.
ix
ABSTRACT Alindasari Nurhidayah, THE CARTOGRAPHY OF LECTURER’S HOUSING OF FACULTY OF TEACHER TRAINING AN EDUCATION (FTTE) SEBELAS MARET UNIVERSITY (UNS) SURAKARTA IN 2007. Thesis, Surakarta: Faculty Of Teacher Training An Education, Sebelas Maret University Surakarta, August 2009. This research aims to: (1) Map the FKIP Lecturer’s housing, Sebelas Maret University Surakarta in 2007, (2) Know the distribution pattern of the Lecturer’s housing of FKIP, Sebelas Maret University Surakarta in 2007, and (3) Know the factors affecting the distribution pattern of the Lecturer’s housing of FKIP, Sebelas Maret University Surakarta. This research used descriptive-geographic method related to the research purposes. The sampling techniques used are population technique and stratified random sampling technique with proportional allocation formula. Data collection techniques used are documentation observation, and interview. Data analysis used are map analysis, analysis technique of nearest-neighbor parameter, and crosstable analysis. The results of this research are: (1) Most of the lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta in 2007 are in Surakarta Region and Karanganyar Regency that the total is 112 lecturer’s housing (32%). The number of lecturer’s housing in Sukoharjo regency is 79 housing (22%), in Klaten Regency is 17 housing (5%), in Boyolali Regency is 13 housing (4%), in Sragen Regency is 11 housing (3%), and in Wonogiri Regency is 6 housing (2%). (2) The distribution pattern of the lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta in 2007 is a grouping pattern with the T-value = 0,24951. The Lecturer’s housing of FKIP Sebelas Maret University Surakarta is centered in Surakarta region and Karanganyar regency. (3) The factors affecting the distribution pattern of the lecturer’s housing are: (a) the income rate, (b) the transportation, (c) a differential desirability, (d) the private ownership, and (e) the closeness with the facility or services.
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR PETA ............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB. I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
BAB. II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 10 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10 B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 35 C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41 BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 44 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 44 B. Metode Penelitian .......................................................................... 45 C. Sumber Data .................................................................................. 45 D. Teknik Sampling ............................................................................ 46 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 47 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 48 xi
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 59 BAB. IV. HASIL PENELITIAN .................................................................... 63 A. Deskripsi Daerah Penelitian ........................................................... 63 1.
Letak, Luas dan Batas ............................................................. 63
2.
Kondisi Kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta ............. 69
3.
Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret di Eks Karesidenan Surakarta ................................................................................. 72
4.
Aksesibilitas di Eks Karesidenan Surakarta ............................ 73
B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 76 1.
Distribusi Spasial Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 ............................................................................. 76
2.
Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007 ................................................... 85
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ....... 96
BAB. V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 124 A. Kesimpulan .................................................................................... 124 B. Implikasi ........................................................................................ 124 C. Saran ............................................................................................. 125 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 126 LAMPIRAN .................................................................................................. 129
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang sulit dipisahkan dan saling terkait erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Sekarang ini kebutuhan akan perumahan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Permukiman menurut Kurniasih (2007 : 1) berarti sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman. Menurut D. van der Zee dalam Ritohardoyo (1989 : 6) pengertian pemukiman dan permukiman berbeda namun saling berkaitan. Pemukiman merupakan proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedangkan permukiman adalah tempat tinggal yang merupakan hasil proses orang menempati suatu wilayah. Pemukiman dan permukiman tersebut berasal dari dua arti kata settlement. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman) Menurut Dicken dan Forrest R. Pitts dalam Dahroni (1998 : 23) permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut perumahan yang meliputi semua jenis tempat perlindungan (shelters) buatan manusia seperti
xiii
tempat kediaman, gudang, bengkel, sekolah, gereja, toko, depot, atau dengan kata lain bentuk bangunan rumah secara fisik. Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman dalam Ritohardoyo (1989 : 8) batasan permukiman secara khusus atau perumahan adalah suatu tempat di mana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah satu sarana hunian yang sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat. Batasan itu kurang jelas karena bila terdapat salah satu saja dari sarana hunian sudah dapat disebut perumahan. Namun batasan itu tampaknya mengacu ke kelompok rumah beserta sarana hunian atau fasilitas perumahan. Jadi perumahan adalah suatu tempat di mana terdapat bangunan-bangunan rumah tempat tinggal beserta fasilitasnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah tinggal secara umum tidak hanya sebuah bangunan (struktural) tetapi juga tempat kediaman yang memenuhi syarat kehidupan yang layak jika dipandang dari berbagai segi kehidupan. Menurut Kurniasih (2007 : 4-5) ukuran atau penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukiman meliputi kepadatan penduduk, kerapatan bangunan, kondisi jalan, sanitasi dan pasokan air bersih, serta kualitas konstruksi perumahan. Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman menjelaskan mengenai hal di mana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya. Persebaran pemukiman bersifat menentukan terhadap keanekaan pola permukiman. Pola permukiman menurut Hagget dalam Ritohardoyo (1989 : 53) dibedakan menjadi 3 yaitu uniform (seragam), random (acak), dan clustered (mengelompok). Pola permukiman menurut Singh dalam Ritohardoyo (1989 : 54) dikelompokkan menjadi pola mengelompok, semi mengelompok, dan menyebar. Pola persebaran permukiman tersebut ditentukan menggunakan analisis tetangga terdekat. xiv
Dalam penentuan atau pemilihan lokasi tempat tinggal, diperlukan pertimbangan yang baik. Pertimbangan itu yang menjadi alasan seseorang untuk tinggal atau tidak di suatu daerah. Pertimbangan yang dipakai seseorang untuk memilih lokasi tempat tinggal menurut Prihartini (1999 : 63-64) dapat berupa saingan (terkait dengan tingkat pendapatan), hak milik pribadi (private ounership), perbedaan keinginan (terkait masalah pribadi, prestise, kenyamanan, dan sebagainya), topografi, transportasi (terkait dengan aksesibilitas), struktur asal (inertia of carlier structure), dan tanah. Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi tempat tinggal menurut Sastra dan Marlina (2006 : 3942) adalah bangunan/rumah dan networks/jaringan. Bangunan/rumah pada prinsipnya dapat digunakan untuk kegiatan manusia yang berdasarkan fungsinya berupa layanan masyarakat, fasilitas rekreasi/hiburan, pusat perdagangan dan pemerintahan, industri, pusat transportasi, dan sebagainya. Networks atau jaringan merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan fasilitas untuk kelangsungan kegiatan suatu wilayah pemukiman. Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merupakan fasilitas pelayanan pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat sekitar, UNS memerlukan tenaga pengajar atau dosen. Tenaga pengajar atau dosen yang ada di UNS tahun 2007 sejumlah kurang lebih 1.430 dosen. Tenaga pengajar tersebut terbagi dalam sembilan fakultas yang meliputi 168 dosen Fakultas Pertanian, 108 dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), 95 dosen Fakultas Kedokteran, 387 dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), 83 dosen Fakultas Hukum, 88 dosen Fakultas Sosial dan Politik, 110 dosen Fakultas Ekonomi, 156 dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, dan 235 dosen Fakultas Teknik. Jumlah dosen UNS tahun 2007, disajikan pada Tabel 1.
xv
Tabel 1. Jumlah Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007. No.
Fakultas
Jumlah Dosen
1
Fakultas Pertanian
168
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
108
(MIPA) 3
Fakultas Kedokteran
95
4
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
387
5
Fakultas Hukum
83
6
Fakultas Sosial dan Politik
88
7
Fakultas Ekonomi
110
8
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
156
9
Fakultas Teknik
235 Jumlah
1.430
Sumber: Buku Pedoman Fakultas UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penelitian ini mengkaji tentang rumah tinggal dosen FKIP UNS, karena rumah tinggal dosen FKIP mampu mewakili sebaran rumah tinggal dosen UNS. Rumah tinggal dosen UNS sebagian besar berlokasi di Eks Karesidenan Surakarta, begitu juga lokasi dosen FKIP UNS yang sebagian besar ada di Eks Karesidenan Surakarta. Lokasi rumah tinggal dosen itu dipengaruhi oleh pertimbangan keberadaan Universitas Sebelas Maret yang berlokasi di Kota Surakarta. Hal itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi penelitian di Eks Karisidenan Surakarta. Dasar pertimbangan lainnya adalah: bahwa dalam pemilihan lokasi rumah tinggal ada berbagai faktor pertimbangan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal meliputi: tingkat pendapat, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi, dan fasilitas atau pelayanan umum. Data tenaga pengajar atau dosen di FKIP UNS sudah ada dan disajikan dalam bentuk data statistik. Data dosen FKIP UNS ini mengalami pertambahan yang terlihat dari jumlah dosen pada tahun 2007. Berdasarkan data statistik tersebut diketahui jumlah dosen dan alamat rumah dosen FKIP UNS di tiap kabupaten. Namun, lokasi di mana rumah tinggal dosen itu berada belum xvi
diketahui oleh karena itu perlu dibuat distribusi spasial dari rumah tinggal dosen tersebut. Dari distribusi spasial tersebut dapat dilihat lokasi rumah tinggal dosen tersebut berada. Untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen tersebut perlu dibuat peta. Peta merupakan sarana penyajian yang paling baik untuk mengetahui distribusi spasial atau sebaran keruangan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Pola persebaran rumah tinggal dosen memiliki arti terdapat rumah tinggal dosen atau tidak terdapat rumah tinggal dosen di dalam suatu wilayah. Ada berbagai cara untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen, salah satunya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui apakah mengelompok, seragam atau acak (menyebar tidak merata) dengan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat (T). Dalam teknis analisis tetangga terdekat apabila T = 0 berarti mengelompok, T = 1 berarti acak (menyebar tidak merata), dan T = 2,15 berarti seragam. Dalam pemilihan lokasi rumah atau tempat tinggal, dosen mempunyai berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah alasan dosen dalam memilih lokasi rumah atau tempat tinggal. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal tersebut meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, dan tersedianya fasilitas/pelayanan umum. Berdasarkan pertimbangan tersebut dapat diketahui faktor yang berpengaruh dalam pemilihan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana distribusi spasial, pola persebaran, dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007. Berdasarkan konteks permasalahan tersebut, penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : “PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
xvii
FAKULTAS
KEGURUAN
DAN
ILMU
PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas bisa dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007?
2.
Bagaimana pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta di Kota Surakarta pada tahun 2007?
3.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.
Memetakan rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
2.
Mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau tulisan-tulisan tentang informasi rumah tinggal dosen UNS pada tahun 2007 ke dalam bentuk peta, sehingga bisa digunakan sebagai studi keruangan tentang aspek-aspek geografi yang mempelajari :
xviii
a.
Distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
b.
Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
d.
Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian yang sejenis selanjutnya.
2. a.
Manfaat Praktis
Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan di bangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan sesungguhnya bagi penulis.
b.
Sebagai masukan bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna arahan pembangunan rumah tinggal dan fasilitas atau layanan umum atau sosial.
c.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas X, kelas XI/IPS, dan kelas XII/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi dan Dasar Kompetensi pada Tabel 2 berikut :
xix
xx
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang sulit dipisahkan dan saling terkait erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Sekarang ini kebutuhan akan perumahan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah. Permukiman menurut Kurniasih (2007 : 1) berarti sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman. Menurut D. van der Zee dalam Ritohardoyo (1989 : 6) pengertian pemukiman dan permukiman berbeda namun saling berkaitan. Pemukiman merupakan proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedangkan permukiman adalah tempat tinggal yang merupakan hasil proses orang menempati suatu wilayah. Pemukiman dan permukiman tersebut berasal dari dua arti kata settlement. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman) Menurut Dicken dan Forrest R. Pitts dalam Dahroni (1998 : 23) permukiman atau tempat tinggal secara khusus sering disebut perumahan yang meliputi semua jenis tempat perlindungan (shelters) buatan manusia seperti
xxi
tempat kediaman, gudang, bengkel, sekolah, gereja, toko, depot, atau dengan kata lain bentuk bangunan rumah secara fisik. Menurut Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman dalam Ritohardoyo (1989 : 8) batasan permukiman secara khusus atau perumahan adalah suatu tempat di mana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah satu sarana hunian yang sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat. Batasan itu kurang jelas karena bila terdapat salah satu saja dari sarana hunian sudah dapat disebut perumahan. Namun batasan itu tampaknya mengacu ke kelompok rumah beserta sarana hunian atau fasilitas perumahan. Jadi perumahan adalah suatu tempat di mana terdapat bangunan-bangunan rumah tempat tinggal beserta fasilitasnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah tinggal secara umum tidak hanya sebuah bangunan (struktural) tetapi juga tempat kediaman yang memenuhi syarat kehidupan yang layak jika dipandang dari berbagai segi kehidupan. Menurut Kurniasih (2007 : 4-5) ukuran atau penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukiman meliputi kepadatan penduduk, kerapatan bangunan, kondisi jalan, sanitasi dan pasokan air bersih, serta kualitas konstruksi perumahan. Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman menjelaskan mengenai hal di mana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola permukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya. Persebaran pemukiman bersifat menentukan terhadap keanekaan pola permukiman. Pola permukiman menurut Hagget dalam Ritohardoyo (1989 : 53) dibedakan menjadi 3 yaitu uniform (seragam), random (acak), dan clustered (mengelompok). Pola permukiman menurut Singh dalam Ritohardoyo (1989 : 54) dikelompokkan menjadi pola mengelompok, semi mengelompok, dan menyebar. Pola persebaran permukiman tersebut ditentukan menggunakan analisis tetangga terdekat. xxii
Dalam penentuan atau pemilihan lokasi tempat tinggal, diperlukan pertimbangan yang baik. Pertimbangan itu yang menjadi alasan seseorang untuk tinggal atau tidak di suatu daerah. Pertimbangan yang dipakai seseorang untuk memilih lokasi tempat tinggal menurut Prihartini (1999 : 63-64) dapat berupa saingan (terkait dengan tingkat pendapatan), hak milik pribadi (private ounership), perbedaan keinginan (terkait masalah pribadi, prestise, kenyamanan, dan sebagainya), topografi, transportasi (terkait dengan aksesibilitas), struktur asal (inertia of carlier structure), dan tanah. Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi tempat tinggal menurut Sastra dan Marlina (2006 : 3942) adalah bangunan/rumah dan networks/jaringan. Bangunan/rumah pada prinsipnya dapat digunakan untuk kegiatan manusia yang berdasarkan fungsinya berupa layanan masyarakat, fasilitas rekreasi/hiburan, pusat perdagangan dan pemerintahan, industri, pusat transportasi, dan sebagainya. Networks atau jaringan merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan fasilitas untuk kelangsungan kegiatan suatu wilayah pemukiman. Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merupakan fasilitas pelayanan pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat sekitar, UNS memerlukan tenaga pengajar atau dosen. Tenaga pengajar atau dosen yang ada di UNS tahun 2007 sejumlah kurang lebih 1.430 dosen. Tenaga pengajar tersebut terbagi dalam sembilan fakultas yang meliputi 168 dosen Fakultas Pertanian, 108 dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), 95 dosen Fakultas Kedokteran, 387 dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), 83 dosen Fakultas Hukum, 88 dosen Fakultas Sosial dan Politik, 110 dosen Fakultas Ekonomi, 156 dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, dan 235 dosen Fakultas Teknik. Jumlah dosen UNS tahun 2007, disajikan pada Tabel 1.
xxiii
Tabel 1. Jumlah Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007. No.
Fakultas
Jumlah Dosen
1
Fakultas Pertanian
168
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
108
(MIPA) 3
Fakultas Kedokteran
95
4
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
387
5
Fakultas Hukum
83
6
Fakultas Sosial dan Politik
88
7
Fakultas Ekonomi
110
8
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
156
9
Fakultas Teknik
235 Jumlah
1.430
Sumber: Buku Pedoman Fakultas UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penelitian ini mengkaji tentang rumah tinggal dosen FKIP UNS, karena rumah tinggal dosen FKIP mampu mewakili sebaran rumah tinggal dosen UNS. Rumah tinggal dosen UNS sebagian besar berlokasi di Eks Karesidenan Surakarta, begitu juga lokasi dosen FKIP UNS yang sebagian besar ada di Eks Karesidenan Surakarta. Lokasi rumah tinggal dosen itu dipengaruhi oleh pertimbangan keberadaan Universitas Sebelas Maret yang berlokasi di Kota Surakarta. Hal itu juga yang menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi penelitian di Eks Karisidenan Surakarta. Dasar pertimbangan lainnya adalah: bahwa dalam pemilihan lokasi rumah tinggal ada berbagai faktor pertimbangan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal meliputi: tingkat pendapat, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi, dan fasilitas atau pelayanan umum. Data tenaga pengajar atau dosen di FKIP UNS sudah ada dan disajikan dalam bentuk data statistik. Data dosen FKIP UNS ini mengalami pertambahan yang terlihat dari jumlah dosen pada tahun 2007. Berdasarkan data statistik tersebut diketahui jumlah dosen dan alamat rumah dosen FKIP UNS di tiap kabupaten. Namun, lokasi di mana rumah tinggal dosen itu berada belum xxiv
diketahui oleh karena itu perlu dibuat distribusi spasial dari rumah tinggal dosen tersebut. Dari distribusi spasial tersebut dapat dilihat lokasi rumah tinggal dosen tersebut berada. Untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen tersebut perlu dibuat peta. Peta merupakan sarana penyajian yang paling baik untuk mengetahui distribusi spasial atau sebaran keruangan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Pola persebaran rumah tinggal dosen memiliki arti terdapat rumah tinggal dosen atau tidak terdapat rumah tinggal dosen di dalam suatu wilayah. Ada berbagai cara untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen, salah satunya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui apakah mengelompok, seragam atau acak (menyebar tidak merata) dengan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat (T). Dalam teknis analisis tetangga terdekat apabila T = 0 berarti mengelompok, T = 1 berarti acak (menyebar tidak merata), dan T = 2,15 berarti seragam. Dalam pemilihan lokasi rumah atau tempat tinggal, dosen mempunyai berbagai pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah alasan dosen dalam memilih lokasi rumah atau tempat tinggal. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal tersebut meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, dan tersedianya fasilitas/pelayanan umum. Berdasarkan pertimbangan tersebut dapat diketahui faktor yang berpengaruh dalam pemilihan rumah tinggal dosen. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana distribusi spasial, pola persebaran, dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007. Berdasarkan konteks permasalahan tersebut, penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : “PEMETAAN RUMAH TINGGAL DOSEN
xxv
FAKULTAS
KEGURUAN
DAN
ILMU
PENDIDIKAN
(FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA TAHUN 2007”. F. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas bisa dirumuskan masalah sebagai berikut : 4.
Bagaimana distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007?
5.
Bagaimana pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta di Kota Surakarta pada tahun 2007?
6.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta?
G. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 4.
Memetakan rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
5.
Mengetahui pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
6.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
H. Manfaat Penelitian 3.
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau tulisan-tulisan tentang informasi rumah tinggal dosen UNS pada tahun 2007 ke dalam bentuk peta, sehingga bisa digunakan sebagai studi keruangan tentang aspek-aspek geografi yang mempelajari :
xxvi
e.
Distribusi spasial rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
f.
Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007.
g.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
h.
Sebagai acuan untuk pengembangan penelitian yang sejenis selanjutnya.
4. d.
Manfaat Praktis
Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan di bangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan sesungguhnya bagi penulis.
e.
Sebagai masukan bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna arahan pembangunan rumah tinggal dan fasilitas atau layanan umum atau sosial.
f.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas X, kelas XI/IPS, dan kelas XII/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi dan Dasar Kompetensi pada Tabel 2 berikut :
xxvii
xxviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Eks Karesidenan Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini mencakup Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen. Obyek dalam penelitian ini adalah: seluruh dosen FKIP yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta. Pemilihan lokasi penelitian di Eks Karesidenan Surakarta berdasarkan pertimbangan bahwa pada umumnya sebagian besar dosen bertempat tinggal di Wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hal ini disebabkan lokasi Universitas Sebelas Maret yang berada di Surakarta. Pertimbangan lainnya bahwa dalam pemilihan lokasi rumah, ada berbagai faktor yang dipertimbangan dosen. Faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan lokasi rumah tinggal meliputi: tingkat pendapatan, perbedaan keinginan, transportasi, hak milik pribadi, dan kedekatan dengan fasilitas atau pelayanan umum.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai dari Bulan Februari tahun 2008 sampai Bulan Juli 2009. Kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 5: Tabel 5. Kegiatan Penelitian. No 1. 2. 3.
Kegiatan Persiapan Penyusunan Proposal Penyusunan
Februari 2008
Maret 2008
Juli 2008
Bulan Agustus Sept-Jan. 2008 2008- 2009
xxix
FebruariMei 2009
Mei-Juli 2009
4. 5. 6.
Instrumen Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah salah satu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang benar-benar sesuai dengan situasi dan kemampuan guna mengungkapkan desain penelitian. Pada penelitian ini menggunakan bentuk metode penelitian berupa metode penelitian deskriptif geografis dengan analisis peta, analisis data primer, data sekunder dan tetangga terdekat. Dalam penelitian ini, analisis peta diwujudkan dalam persebaran rumah dosen, pola persebaran rumah dosen.
C. Sumber Data 1.
Data Primer
Data primer menurut Tika (1997: 67) merupakan data yang diperoleh dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Data yang diperoleh melalui observasi adalah data titik koordinat lokasi FKIP UNS dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Data yang diperoleh melalui wawancara adalah alasan dosen dalam memilih tempat tinggal/rumah. Data itu meliputi hak milik pribadi, perbedaan keinginan, aksesibilitas (transportasi), dan tingkat pendapatan.
2.
Data Sekunder
Data sekunder menurut Tika (1997: 67) merupakan data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah: a.
Data alamat rumah dosen FKIP UNS diperoleh dari Buku Pedoman Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun 2007/2008. xxx
b.
Semua Peta Rupa Bumi Indonesia untuk daerah penelitian bersumber dari BAKOSURTANAL.
c.
Data kependudukan bersumber dari Kantor Statistik.
d.
Data jarak antar Kota/Kabupaten, data permukaan jalan, data kondisi jalan, data jalan nasional dan jalan propinsi di Eks Karesidenan Surakarta yang bersumber dari Kantor Statistik.
D. Teknik Sampling 1.
Populasi
Populasi menurut Tika (1997: 32) adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Menurut Alfandi (2001: 50) populasi adalah keseluruhan atau himpunan semua hal yang ingin diketahui atau kadangkadang ada yang menyebutnya sebagai universum. Populasi dalam penelitian adalah dosen FKIP UNS yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 350 dosen.
2.
Teknik Sampling
Menurut Tika (1997: 33) sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sampel populasi dan stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi). Teknik sampling yang digunakan adalah metode stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus alokasi proporsional. Besarnya sampel penelitian adalah porposional 10% dari jumlah populasinya. Berdasarkan jumlah dosen yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 10% atau sebesar 35 sampel. Sampel diambil berdasarkan daerah tempat tinggal. Jumlah sampel di Kota Surakarta 11 sampel, Kabupaten Karanganyar 11 sampel, Kabupaten Sukoharjo 8 sampel, Kabupaten Wonogiri 1 sampel, Kabupaten Klaten 2 sampel, Kabupaten Boyolali 1 sampel, dan Kabupaten Sragen 1 sampel.
xxxi
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menurut Alfandi (2001: 48) adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data berupa teknik observasi, teknik dokumentasi, dan wawancara. 1.
Observasi
Observasi menurut Tika (1997: 67-68) adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Data yang diambil melalui pengukuran di lapangan berupa data koordinat lokasi FKIP UNS. Pengambilan data dilakukan dengan Global Positioning System (GPS).
2.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bisa memberikan informasi secara pasti dan cukup akurat guna dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan mengutip dari sumber data yang telah tersedia. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini adalah data alamat rumah dosen FKIP UNS yang diketahui dari buku pedoman akademik FKIP UNS tahun 2007/2008.
3.
Wawancara
Wawancara atau interview menurut Sugiarto (2003: 17) adalah suatu cara mengumpulkan data dengan menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam suatu permasalahan. Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data alasan dosen FKIP UNS dalam memilih lokasi rumah tinggal. Hal itu digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
xxxii
pola persebaran rumah yang meliputi tingkat pendapatan, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, alam/fisik, dan transportasi.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data primer, data sekunder dan analisis peta. Analisis data sekunder dilakukan dengan cara mentabulasi data ke dalam tabel melalui perhitungan-perhitungan yang sesuai dengan sifat datanya.
1.
Distribusi Spatial Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis peta. Analisis peta digunakan untuk mengetahui distribusi spasial dari rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Distribusi spasialnya diketahui dengan menggunakan pemetaan choropleth. Pemetaan choropleth dalam Sinaga (1999: 35) merupakan pemetaan dengan tujuan untuk menunjukkan jumlah kuantitas suatu unsur yang terdapat dalam satu unit luas/daerah administrasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, sebagai berikut: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan dibuat. Pada pemetaan sebaran rumah tinggal dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta sebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa: 1) Grid/UTM. xxxiii
Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. c.
Labeling (data atribut). Dalam pemetaan sebaran rumah tinggal dosen menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa rumah tinggal. Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Desain simbol peta persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 6: Tabel 6. Desain Simbol Peta Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP xxxiv
UNS di Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampakan (Komponen) Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007
d.
Sifat Data Nominal
Variabel Visual Form (bentuk)
Persepsi
Simbol
Assosiative perception
Titik (dot)
Contoh Simbol
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
2.
Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007. Dari data alamat rumah tinggal dosen FKIP UNS akan dicari pola persebarannya dengan menggunakan analisis tetangga terdekat. Penentuan pola persebaran dengan analisis tetangga terdekat dengan formula sebagai berikut :
ju jh
T
Di mana : T
ju
= indeks penyebaran tetangga terdekat. = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat.
jh
= jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random. =
1 2 p
p
= kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi
N A
.
xxxv
Analisis tetangga terdekat ini penerapannya mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Jarak yang dimaksud dalam rumusan tersebut adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh) diperoleh dari pengukuran antara titik rumah dosen satu dengan rumah dosen lain di peta. Indeks penyebaran tetangga terdekat tersebut dimasukkan dalam klasifikasi pola persebaran. Klasifikasi pola persebaran ditentukan dengan nilai T jika nilai T = 0 berarti memiliki pola persebaran mengelompok, T = 1 memiliki pola persebaran random atau acak dan T = 2,15 memiliki pola persebaran seragam. Pada daerah penelitian yang dianalisis dengan analisis tetangga terdekat untuk mengetahui pola persebarannya dapat diasumsikan sebagai berikut: a. Daerah yang dianalisis memiliki tingkat aksesibilitas yang seragam dan tidak ada hambatan. b. Jika ada hambatan, tidak dapat dilihat sebagai titik terdekat. c. Objek yang diteliti memiliki kekuatan yang sama. d. Jarak terdekat ditentukan oleh peneliti. e. Jumlah titik yang dianalisis memenuhi persyaratan sampel besar beberapa sumber menyebutkan minimum 30). (http://repository.ui.ac.id) Pola persebaran rumah tinggal dosen diketahui dari analisis tetangga terdekat dan dideskripsikan dengan analisis peta. Data diklasifikasikan sesuai dengan sifat dan skala datanya. selanjutnya dilakukan desain peta, baik desain isi peta maupun desain simbol peta yang telah disesuaikan dengan tujuannya, yaitu untuk melihat pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, sebagai berikut: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang
xxxvi
akan dibuat. Pada pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000. b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa:
1) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. c.
Labeling (data atribut). Dalam pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa simbol titik xxxvii
(rumah tinggal) dan simbol garis yang menghubungkan antar titik. Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Simbol yang digunakan dalam peta ini menggunakan simbol titik (point) dengan prinsip dot dan simbol garis (line). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7: Tabel 7. Desain Simbol Peta Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampakan (Komponen) Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007 Jarak antara titik
d.
Sifat Data Nominal
Variabel Visual Form (bentuk)
Persepsi
Simbol
Assosiative perception
Titik (point)
Nominal
Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
Contoh Simbol
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
3.
Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS diketahui dari hasil wawancara. Hasil wawancara yang diperoleh dimasukkan dalam tabel silang yang menunjukkan alasan dosen memilih lokasi tempat tinggal. Alasan tersebut meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, dan fasilitas/pelayanan umum. Analisis yang digunakan untuk rumusan masalah ini adalah analisis tabulasi silang. xxxviii
Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen diketahui dari hasil wawancara dosen. Faktor itu, agar lebih mudah dalam pemahaman keruangannya dilakukan pemetaan. Pada peta tentang faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen tersebut dianalisis dengan analisis peta. Data diklasifikasikan sesuai dengan sifat dan skala datanya. Selanjutnya dilakukan desain peta yaitu desain isi peta dan desain simbol peta. Desain peta disesuaikan dengan tujuannya, yaitu untuk melihat faktor yang mempengaruhi dosen dalam menentukan lokasi rumah tinggal. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, sebagai berikut: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan dibuat. Pada pemetaan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 25.000.
b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP berupa: 1) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan.
xxxix
Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. c.
Labeling (data atribut). Dalam pemetaan sebaran rumah tinggal dosen menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa rumah tinggal. Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Simbol yang digunakan dalam peta ini menggunakan simbol diagram batang dan simbol area. Desain simbol faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dapat dilihat pada tabeltabel berikut: 1) Tingkat Pendapatan Desain simbol pada peta tingkat pendapatan dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 8: Tabel 8. Desain Simbol Peta Jumlah Pendapatan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampaka n (Komponen )
Sifat Data
Variabe l Visual
xl
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol
10
Jumlah pendapatan dosen
Size (Ukuran )
Rasio
Quantitative Diagram perception Batang
5 0 < 2 juta
Tingkat pendapatan
Ordinal
Color (Warna)
Selective perception
Area
2-5 juta > 5 juta
2) Transportasi Pada transportasi dapat diketahui dari sarana transportasi, jarak tempuh, dan waktu tempuh. Desain simbol pada peta sarana transportasi dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 9: Tabel 9. Desain Simbol Peta Sarana Transportasi Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol 10
Jumlah sarana transportasi
Rasio
Size Quantitative Diagram (Ukuran) perception Batang 0 Mobil
Jenis sarana transportasi
Nominal
Color (Warna)
Selective perception
Sepeda Motor
Area Angkuta Umum Jalan Kaki
Desain simbol pada peta jarak tempuh dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 10: Tabel 10. Desain Simbol Peta Jarak Tempuh Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
xli
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol
Jumlah jarak tempuh
Size (Ukuran )
Rasio
Quantitativ e perception
10
Diagram Batang 0 1-7 km 8-14 km
Jarak tempuh
Nominal
Color (Warna)
15-21 km
Selective perception
Area
22-28 km 29-35 km 36-42 km
Desain simbol pada peta waktu tempuh dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 11: Tabel 11. Desain Simbol Peta Waktu Tempuh Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampaka n (Komponen )
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi
Simbol
Rasio
Size (Ukuran )
Quantitativ e perception
Diagra m Batang
Contoh Simbol
10
Jumlah waktu tempuh
0
< ½ jam Waktu tempuh
Nomina l
Color (Warna)
Selective perception
Area
½-1 jam > 1 jam
3) Perbedaan Keinginan Desain simbol pada peta perbedaan keinginan dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 12: Tabel 12. Desain Simbol Peta Perbedaan Keinginan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampakan (Komponen)
Sifat Data
Variabel Visual
xlii
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol
10
Jumlah perbedaan keinginan
Size Quantitative Diagram (Ukuran) perception Batang
Rasio
0 Prestise
Perbedaan keinginan
Color (Warna)
Nominal
Selective perception
Area
Pribadi Prestise
4) Hak Milik Pribadi Desain simbol pada peta kepemilikan rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 13: Tabel 13. Desain Simbol Peta Kepemilikan Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampakan (Komponen) Jumlah kepemilikan rumah tinggal
Sifat Data
Variabel Visual
Persepsi
Simbol
Rasio
Size (Ukuran )
Quantitativ e perception
Diagra m Batang
Contoh Simbol 10
0 Milik Sendiri
Kepemilikan rumah tinggal
Nomina l
Color (Warna)
Selective perception
Milik Orang Tua
Area
HGB Kontrak/Kos/ Sewa
5) Fasilitas/Pelayanan Umum Desain simbol pada peta fasilitas/layanan umum yang dekat dengan rumah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 14: Tabel 14. Desain Simbol Peta Fasilitas Umum di Dekat Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampaka n (Komponen )
Sifat Data
Variabel Visual
xliii
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol
Jumlah fasilitas umum
Size (Ukuran )
Rasio
Quantitativ e perception
Diagra m Batang
10
0 Transportasi Kesehatan Ekonomi
Fasilitas umum
Nomina l
Color (Warna)
Selective perception
Area
Hiburan Olahraga Pendidikan Ibadah
d.
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
G. Prosedur Penelitian Secara garis besar beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Persiapan
Pada tahap persiapan dicari semua referensi yang dapat menguatkan penelitian. Hal ini dilakukan dengan kajian teoritik menggunakan kepustakaan atau literatur yang relevan dengan masalah. Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui jenis dan kelengkapan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian, dengan jalan menghubungi atau mendatangi kantor atau instansi yang berkaitan dengan penelitian.
2.
Penyusunan Proposal xliv
Tahap penyusunan proposal merupakan tahap awal penelitian. Proposal dibuat menurut kaidah penulisan karya ilmiah yang meliputi tiga bab yang terdiri dari pendahuluan, landasan teori, dan metode penelitian. Ketiga bab tersebut mencakup tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori serta metodologi yang dipakai dalam penelitian.
3.
Penyusunan Instrumen
Pada tahap penyusunan instrumen disiapkan seluruh keperluan yang menyangkut penelitian. Pada tahap ini dilakukan penyusunan daftar pertanyaan wawancara. Tabulasi data mengenai data alamat rumah dosen FKIP UNS agar lebih memudahkan dalam melakukan pencatatan data yang diperlukan. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mengenai alasan dosen memilih bertempat tinggal di rumahnya. 4.
Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan guna mengumpulan data primer dan sekunder. Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
Data alamat rumah dosen FKIP UNS.
Titik koordinat lokasi FKIP UNS.
Wawancara dengan dosen FKIP UNS.
Peta rupa bumi sebagai peta dasar daerah penelitian. Alamat rumah dosen FKIP UNS diperoleh dari data alamat dosen yang
tercantum pada buku pedoman akademik FKIP UNS tahun 2007/2008. Titik koordinat lokasi FKIP UNS diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung ke lapangan menggunakan Global Positioning System (GPS). Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS diperolah dari hasil wawancara kepada dosen FKIP UNS.
5.
Pengolahan Data dan Analisis Data
Pada tahap analisis data dilakukan kegiatan menganalisis data dan mengorganisasi data yang diperoleh. Pada penelitian menggunakan beberapa xlv
analisis data yang meliputi analisis data primer dan analisis peta. Dalam tahap ini dilakukan pengklasifikasian data, penggambaran peta, dan analisis peta. Pengklasifikasian
data
meliputi
pemilahan
data
yang
diperlukan
dan
dikelompokkan sesuai dengan kegunaan data tersebut. Penggambaran data meliputi kegiatan desain tata letak, desain peta dasar, dan dessain isi peta berdasarkan kaidah-kaidah kartografi. Analisis peta dilakukan secara deskriptif geografis dengan menggunakan analisis peta.
6.
Penyusunan Laporan
Pada penyusunan laporan ini merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap terdahulu selesai dilakukan kemudian disusun dalam sebuah skripsi. Penyusunan laporan penelitian disesuaikan dengan kaidah penulisan laporan karya ilmiah. Laporan penelitian dibuat dalam bentuk skripsi yang dilengkapi dengan peta-peta dan lampiran-lampiran.
Penelitian mempunyai alur prosedur yang rumit, sehingga perlu diambil langkah-langkah agar dapat berjalan lancar, tepat waktu dan rencana yang telah ditetapkan. Pada penelitian dibuat diagram prosedur penelitian agar dapat mengenai tujuan dan perumusan permasalahan yang ada, seperti di bawah ini:
xlvi
Data Alamat Rumah Dosen FKIP UNS Tahun 2007
Lokasi
Wawancara
Alasan Pemilihan Lokasi Rumah/ Tempat Tinggal : 1. Tingkat Pendapatan 2. Transportasi 3. Hak Milik Pribadi 4. Perbedaan Keinginan 5. Fasilitas/Pelayanan Umum
Ploting ke Peta Dasar
Distribusi Spasial Rumah Dosen FKIP UNS
Analisis Tetangga Terdekat Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Dosen FKIP UNS Tahun 2007 Pola Persebaran Rumah Dosen FKIP UNS
xlvii
Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000
Gambar.11. Diagram Alir Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. a.
Letak, Luas dan Batas
Letak Eks Karesidenan Surakarta meliputi tujuh kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang terletak di Eks Karesidenan Surakarta adalah Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sragen. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Lembar Kaliurang, Boyolali, Kartasura, Surakarta, Ngablak, Ampel, Simo, Salatiga, Karanggede, Gemolong, Ngandul, Wiru, Kedungjati, Juwangi, Timoho, Pakem, Jabung, Cawas, Klaten, Ceper, Sukoharjo, Manyaran, Wonogiri, Jumantono, Karanganyar, Paranggupito, Kalak, Pracimantoro, Giriwoyo, Eromoko, Bungur, Arjosari, Pulorejo, Talun, Nawangan, Girimarto, Slogohimo, Kismantoro, Purwantoro, Tawangmangu, Poncol, Magetan, Sragen, Ngrambe, Karangpandan, Masaran, Sukodono, Walikukun, Gesi, Mantingan, Tanjungsari skala 1 : 25.000 secara astronomis Eks Karesidenan Surakarta terletak di antara 110o38’00” BT sampai dengan 111 o32’00” BT dan 07o14’00” LS sampai dengan 08 o21’00” LS.
b.
Luas Luas Eks Karesidenan Surakarta secara administratif adalah 5.722,38 km2. Eks Karesidenan Surakarta terdiri dari satu kota dan enam kabupaten yang terbagi 124 kecamatan, dan 1.565 desa/kelurahan. Hal tersebut dapat dilihat dalam rincian pada Tabel 15 berikut: xlviii
Tabel 15. Luas Kabupaten, Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No.
Wilayah
Luas (km2)
Kecamatan
Desa/Kelurahan
44,03
5
51
1.
Kota Surakarta
2.
Kabupaten Karanganyar
772,20
17
177
3.
Kabupaten Sukoharjo
466,66
12
167
4.
Kabupaten Wonogiri
1.822,37
25
294
5.
Kabupaten Klaten
655,56
26
401
6.
Kabupaten Boyolali
1.015,07
19
267
7.
Kabupaten Sragen
946,49
20
208
5.722,38
124
1.565
Jumlah
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 27).
Berdasarkan Tabel 15. diperoleh informasi tentang luas Eks Karesidenan Surakarta dan luas kota/kabupaten yang berada di Eks Karesidenan Surakarta. Eks Karesidenan Surakarta memiliki luas sebesar 5.722,38 Km2. Kabupaten Wonogiri luasnya 1.822,37 km2 merupakan kabupaten terluas yang memiliki 25 kecamatan dan 294 desa atau kelurahan. Kota yang luasnya terkecil adalah Kota Surakarta dengan luas 44,03 km2 yang memiliki 5 kecamatan dan 51 desa/kelurahan. Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki jumlah kecamatan dan jumlah desa/kelurahan paling banyak di Eks Karesidenan Surakarta yaitu 26 kecamatan dan 401 desa/kelurahan. c.
Batas Eks Karesidenan Surakarta, secara administratif termasuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Eks Karieidenan Surakarta adalah sebagai berikut:
xlix
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur. Peta administratif Eks Karesidenan Surakarta ditampilkan untuk
melihat Eks Kaesidenan Surakarta secara administratif seperti letak secara astronomis, batas propinsi, batas kabupaten, batas kecamatan, serta lokasi Kantor Pemerintahan Kota, lokasi Kantor Pemerintahan Kabupaten, lokasi Kantor Pemerintahan Kecamatan, sungai, jalan dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta administrasi Eks Karesidenan Surakarta: e.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan dibuat. Pada pemetaan administrasi Eks Karesidenan Surakarta menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
f.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta administrasi Eks Karesidenan Surakarta berupa: 5) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 6) Pola Aliran.
l
Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 7) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 8) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. g.
Labeling (data atribut). Pada peta administrasi Eks Karesidenan Surakarta menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta sebaran rumah tinggal dosen berupa simbol titik (rumah tinggal) dan simbol garis yang menghubungkan antar titik. Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Desain simbol Peta Administrasi Eks Karisidenan Surakarta dapat dilihat di Tabel 16 berikut: Tabel 16. Desain Simbol Peta Administrasi Eks Karesidenan Surakarta Jenis Kenampakan (Komponen) 1. Kantor Pemerintahan a. Kantor Kecamatan b. Kantor Walikota/ Kabupaten
Sifat Data Ordinal
Variabel Visual Size (Ukuran)
Persepsi
Simbol
Contoh Simbol
Selective perception
Titik (point)
S
G li
h.
2. Batas Administrasi a. Batas Kecamatan b. Batas Kota/Kabupaten 3. Jalan a. Jalan Arteri b. Jalan Kolektor c. Jalan Kereta Api 4. Sungai 5. Waduk
Ordinal
Value (Nilai)
Selective perception
Garis (line)
Ordinal
Size (Ukuran)
Selective perception
Garis (line)
Ordinal
Size (Ukuran)
Ordered perception
Garis (line)
Nominal
Color (Warna)
Selective perception
Area
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentuk-bentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
Daerah administratif Eks Karisidenan Surakarta dapat dilihat pada Peta 1 berikut:
lii
liii
2.
Kondisi Kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta
Berdasarkan kondisi kependudukan di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui gambaran secara umum kependudukannya. Kondisi kependudukan yang dimaksud tersebut adalah kepadatan penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. a.
Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas daerah yang diolah atau ditempatinya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2007, jumlah penduduk di Eks Karesidenan Surakarta tercatat sebesar 6.015.583 jiwa. Kepadatan Penduduk di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 17 berikut: Tabel 17. Kepadatan Penduduk di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007
1
Kota Surakarta
Luas (Km2) 44,03
2
Kabupaten Karanganyar
772,20
799.595
1.035,48
3
Kabupaten Sukoharjo
466,66
813.657
1.743,58
4
Kabupaten Wonogiri
1.822,37
978.808
537,11
5
Kabupaten Klaten
655,56
1.126.165
1.717,87
6
Kabupaten Boyolali
1.015,07
928.164
914,38
7
Kabupaten Sragen
946,49
856.296
904,71
5.722,38
6.015.583
18.501,96
No
Kabupaten
Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa) 512.898
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2 ) 11.648,83
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 57)
Berdasarkan Tabel 17. dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Kota Surakarta yaitu sebesar 11.648,83 jiwa/km2 liv
dengan jumlah penduduk 512.898 jiwa dan luas wilayah 44,03 km2. Kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kabupaten Wonogiri sebanyak 537,11 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk 978.808 jiwa dan luas wilayah 1.822,37 km2. b.
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel penting dalam demografi yang dapat memberikan gambaran adanya penduduk usia produktif dan non produktif. Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dihitung rasio beban tanggungan (Dependensi Rasio). Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Eks Karesidenan Surakarta dapat diketahui secara rinci pada Tabel 18 berikut: Tabel 18. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007. No
Kabupaten
Jenis Kelamin (Jiwa) L P
Jumlah
Sex Rasio
1
Kota Surakarta
254.259
258.639
512.898
98
2
Kabupaten Karanganyar
394.425
405.170
799.595
97
3
Kabupaten Sukoharjo
403.403
410.254
813.657
98
4
Kabupaten Wonogiri
475.518
503.290
978.808
94
5
Kabupaten Klaten
552.650
573.515
1.126.165
96
6
Kabupaten Boyolali
455.832
472.332
928.164
97
7
Kabupaten Sragen
407.868
448.428
856.296
91
Jumlah
2.943.955 3.071.628 6.015.583
96
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 54)
Berdasarkan Tabel 18. tersebut diketahui tentang besarnya sex rasio atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yang berada di Eks Karesidenan Surakarta. Penduduk laki-laki di Eks Karesidenan Surakarta memiliki jumlah sebesar 2.943.955 jiwa, dan penduduk perempuan sebesar 3.071.628 jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui besarnya sex ratio di Eks Karesidenan Surakarta yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Sex Ratio (SR) =
100 lv
Keterangan: SR = rasio jenis kelamin a
= jumlah penduduk laki-laki
b
= jumlah penduduk perempuan Besarnya sex ratio penduduk di Eks Karesidenan Surakarta dapat
dihitung sebagai berikut: Sex Ratio (SR) =
.
.
.
.
100
= 96 Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa besarnya sex rasio di Eks Karesidenan Surakarta adalah 96. Hal itu berarti bahwa terdapat 96 penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Komposisi penduduk dilihat dari kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui besar rasio beban tanggungan (dependensy ratio). Komposisi penduduk di Eks Karesidenan Surakarta menurut kelompok umur pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No
Kabupaten
Kelompok Umur (Tahun) 0-14
15-64
65+
Jumlah
Dependency Ratio
1
Kota Surakarta
116.289
369.015
27.594
512.898
39
2
Kabupaten Karanganyar
199.191
537.428
62.976
799.595
49
3
Kabupaten Sukoharjo
191.646
552.435
69.576
813.657
47
4
Kabupaten Wonogiri
208.643
652.325
117.840
978.808
50
5
Kabupaten Klaten
262.805
745.470
117.890
1.126.165
51
6
Kabupaten Boyolali
228.798
607.464
91.902
928.164
53
7
Kabupaten Sragen
215.376
561.126
79.794
856.296
53
1.422.748
4.025.263
567.572
6.015.583
49
Jumlah
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 55)
Berdasarkan Tabel 19. diperoleh informasi tentang dependensi ratio adalah perbandingan penduduk yang produktif (15-64 tahun) dan penduduk non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) yang ada di Eks Karesidenan Surakarta dan disebut juga rasio beban tanggungan. Jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) Eks Karesidenan Surakarta sebesar 4.025.263 jiwa, lvi
jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) sebesar 1.990.320 jiwa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui besarnya sex ratio di Eks Karesidenan Surakarta yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
100
Dependensi ratio (DR) =
Keterangan: DR
= rasio beban tanggungan
Pnp
= jumlah penduduk non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun)
Pp
= jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) Besarnya rasio beban tanggungan penduduk di Eks Karisidenan
Surakarta dapat dihitung sebagai berikut: Sex Ratio (SR) =
.
.
.
.
100
= 49 Berdasarkan perhitungan tersebut diketahui bahwa besarnya rasio beban tanggungan penduduk di Eks Karesidenan Surakarta sebesar 49. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk produktif menanggung 49 penduduk non produktif.
3.
Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret di Eks Karisidenan Surakarta Dosen menurut Buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berada di bawah program studi dan bertanggung jawab langsung pada Dekan. Dosen terdiri atas dosen biasa, dosen luar biasa dan dosen tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan melatih mahasiswa serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Data dosen FKIP UNS tahun 2007 diperoleh dari Buku Pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tahun 2007/2008. Data dosen yang lvii
berkaitan dengan judul penelitian ini adalah: data jumlah dosen dan alamat rumah dosen FKIP UNS tahun 2007. Secara rinci data alamat dosen FKIP UNS tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel Daftar Nama dan Alamat Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Tahun 2007 di lampiran. Data jumlah dosen FKIP UNS tahun 2007 yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta berdasarkan kabupatennya dapat dilihat pada Tabel 20 berikut:
Tabel 20. Jumlah Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No
Kota/Kabupaten
Jumlah Dosen
1.
Kota Surakarta
112
2.
Kabupaten Sukoharjo
79
3.
Kabupaten
112
Karanganyar 4.
Kabupaten Wonogiri
6
5.
Kabupaten Boyolali
13
6.
Kabupaten Klaten
17
7.
Kabupaten Sragen
11
TOTAL
350
Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008.
Berdasarkan Tabel 20. dapat diketahui jumlah dosen FKIP UNS tahun 2007 yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta adalah 350 dosen. Jumlah dosen yang paling banyak bertempat tinggal di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar 112 dosen. Jumlah dosen yang paling sedikit bertempat tinggal di Kabupaten Wonogiri.
4.
Aksesibilitas di Eks Karesidenan Surakarta
Aksesibilitas menurut Tamin dalam Miro (2005: 18) adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.
lviii
Aksesibilitas berarti kemudahan dalam melakukan pergerakan di antara dua tempat. (Khisty dan Lall, 2002: 66) Indeks aksesibilitas dapat ditentukan dengan model Hansen. (Khisty dan Lall, 2002: 80) Rumusnya sebagai berikut: Aij
=
Di mana : Aij
= Indeks aksesibilitas dari zona asal i ke berbagai zona tujuan j.
Ej
= Total pekerja.
dij
= Jarak antara i dan j.
b
= Eksponen. Berdasarkan rumus tersebut dapat dicari nilai indeks aksesibilitas ( Aij )
kabupaten/kota di Eks Karesidenan Surakarta. Indeks aksesibilitas yang ada di Eks Karisidenan Surakarta terhadap FKIP UNS sebagai tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 21 berikut: Tabel 21. Indeks Aksesibilitas (Aij) Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Surakarta terhadap FKIP UNS. No
Kabupaten/Kota
Populasi Penduduk
Jumlah
Jarak ke UNS
(Jiwa)
Dosen
(km) 0,5 *
Aij
1
Kota Surakarta
512.898
112
2
Kabupaten Karanganyar
799.595
112
13
27
3
Kabupaten Sukoharjo
813.657
79
14
25
4
Kabupaten Wonogiri
978.808
6
31
11
5
Kabupaten Klaten
1.126.165
17
36
10
6
Kabupaten Boyolali
928.164
13
27
13
7
Kabupaten Sragen
856.296
11
27
13
Jumlah
6.015.583
700
350
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007(BPS, 2008: 6). * Jarak rumah terdekat di Surakarta ke UNS.
Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui nilai indeks aksesibilitas (Aij) kabupaten tempat tinggal dosen ke FKIP UNS yang paling besar adalah di Kota Surakarta dengan indeks aksesibilitas sebesar 700. Nilai indeks aksesibilitas ( Aij) kabupaten tempat tinggal dosen FKIP UNS paling kecil adalah di Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10. lix
Aksesibilitas yang baik juga didukung oleh jaringan transportasi yang baik pula. Kondisi jaringan transportasi yang perlu diperhatikan untuk mendukung aksesibilitas adalah jenis permukaan jalan dan kondisi jalan yang menghubungkan dua daerah. Kondisi jaringan jalan di Eks Karesidenan Surakarta yang berdasakan jenis permukaan jalannya dapat dilihat pada Tabel 22:
Tabel 22. Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Permukaan di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 (Km) No
Kabupaten/Kota
Aspal 467,93
Jenis Permukaan Kerikil Tanah Tidak Dirinci 97,55 1,37 109,01
Jumlah
1
Kota Surakarta
2
Kabupaten Karanganyar
766,70
33,80
16,70
-
817,20
3
Kabupaten Sukoharjo
479,86
5,63
-
-
485,49
4
Kabupaten Wonogiri
979,04
228,56
8,50
9,30
1.225,40
5
Kabupaten Klaten
691,09
-
85,91
-
777,00
6
Kabupaten Boyolali
532,08
10,05
9,70
-
551,83
7
Kabupaten Sragen
973,97
96,33
6,00
12,20
1.088,50
4.890,67
471,92
128,18
Jumlah
130,51
675,86
5.621,28
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007 (BPS, 2008: 380).
Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui jenis permukaan jalan yang terdapat di Eks Karesidenan Surakarta adalah aspal, kerikil, tanah, dan tidak dirinci. Panjang jalan dengan jenis permukaan yang diperkeras dengan aspal adalah 4.890,67 km. Jalan dengan jenis permukaan kerikil di Eks Karesidenan Surakarta panjangnya 471,92 km, untuk jenis permukaan jalan berupa tanah panjangnya 128,18 km, dan jalan yang tidak dirinci jenis permukaannya ada 130,51 km. Kondisi jalan yang terdapat di Eks Karesidenan Surakarta ini dapat dilihat pada Tabel 23 berikut: Tabel 23. Panjang Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi Jalan di Eks lx
Karesidenan Surakarta Tahun 2006 (km) No
Kabupaten/Kota
Kondisi Jalan Baik
Sedang
Rusak
Jumlah
Rusak Berat
1
Kota Surakarta
412,78
255,27
5,79
2,02
675,86
2
Kabupaten Karanganyar
359,32
325,18
65,60
67,10
817,20
3
Kabupaten Sukoharjo
126,03
192,70
119,01
50,75
488,49
4
Kabupaten Wonogiri
605,66
539,60
68,44
11,70
1.225,40
5
Kabupaten Klaten
215,17
174,82
248,84
138,17
777,00
6
Kabupaten Boyolali
120,63
158,72
89,56
182,93
551,84
7
Kabupaten Sragen
715,43
230,98
80,90
61,19
1.088,50
2.555,02
1.877,27
678,14
Jumlah
513,86
5.624,29
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2007(BPS, 2008: 381).
Berdasarkan Tabel 23. dapat diketahui bahwa kondisi jalan yang ada di Eks Karesidenan Surakarta dikelompokan menjadi empat yaitu baik, sedang, rusak, dan rusak berat. Kondisi jalan yang masih baik di Eks Karesidenan Surakarta panjangnya 2.555,02 km, kondisi jalan yang sedang sepanjang 1.877,27 km, kondisi jalan yang rusak sepanjang 678,14 km, dan kondisi jalan yang sudah rusak berat ada sepanjang 513,86 km. Hal itu berarti bahwa sebagian besar kondisi jalan di Eks Karesidenan Surakarta cukup baik.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian meliputi distribusi spasial, pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007, dan faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Surakarta. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Distribusi Spasial Rumah Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui distribusi spasial rumah
tinggal dosen yang ada di Eks Karesidenan Surakarta adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS. Rumah tinggal dosen FKIP UNS dalam penggambarannya di peta disimbolkan lxi
menggunakan titik atau point. Pada peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS satu titik yang terdapat di peta menunjukkan satu rumah dosen di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya di permukaan bumi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta jumlah dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan dibuat. Pada pemetaan jumlah dosen FKIP menggunakan peta rupa bumi skala 1: 25.000.
b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta jumlah dosen FKIP berupa: 1) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik.
c.
Labeling (data atribut). lxii
Dalam pemetaan jumlah dosen menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam peta jumlah dosen berupa simbol diagram lingkaran (pie graph). Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Desain simbol peta jumlah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 24: Tabel 24. Desain Simbol Peta Jumlah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Jenis Kenampakan (Komponen) Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007
d.
Sifat Data Nominal
Variabel Visual Form (bentuk)
Persepsi
Simbol
Ordered perception
Titik (dot)
Contoh Simbol
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentukbentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
Desain simbol peta persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7. Jumlah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 2, dan persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 3:
lxiii
lxiv
lxv
Dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 adalah sebesar 387 orang dosen. Rumah tinggal dosen FKIP UNS tersebut berada di Eks Karesidenan Surakarta sebesar 350 dosen, di luar Eks Karesidenan Surakarta sebesar 35 dosen, dan belum dicantumkan alamatnya sebanyak 2 dosen. Jumlah dosen FKIP UNS berdasarkan lokasi rumah tinggalnya dapat dilihat pada Tabel 25: Tabel 25. Jumlah Dosen FKIP UNS Tahun 2007 Berdasarkan Lokasi Rumah Tinggalnya No
Jumlah Dos en 350
Lokasi
Persentase (%)
1.
Eks Karesidenan Surakarta
90
2.
Luar Eks Karesidenan Surakarta
35
9
3.
Belum Dicantumkan Alamatnya
2
1
JUMLAH
387
100
Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008.
Dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta sebanyak 350 orang dosen. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Surakarta pada tahun 2007 berlokasi di Kabupaten Wonogiri 6 rumah dosen, di Kabupaten Boyolali 13 rumah dosen, di Kabupaten Klaten 17 rumah dosen, di Kota Surakarta 112 rumah dosen, di Kabupaten Sukoharjo 79 rumah dosen, di Kabupaten Karanganyar 112 rumah dosen, dan di Kabupaten Sragen 11 rumah dosen. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS dapat dilihat pada Tabel 26: Tabel 26. Data Sebaran Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No 1.
Kota/Kabupaten Surakarta
Jumlah 112
lxvi
% 32
Kecamatan Banjarsari
Jumlah 36
2.
Sukoharjo
79
22
3.
Karanganyar
112
32
4.
Wonogiri
6
2
5.
Boyolali
13
4
6.
Klaten
17
5
7.
Sragen
11
3
TOTAL
350
100
lxvii
Laweyan Serengan PasarKliwon Jebres Mojolaban Kartasura Grogol Bendosari Baki Tawangsari Sukoharjo Weru Gatak Jaten Colomadu Tawangmangu Karanganyar Kebakkramat Tasikmadu Gondangrejo Wonogiri
42 5 8 22 24 30 13 1 5 1 3 1 1 62 34 1 7 2 4 1 3
Selogiri Jatipuro Boyolali Teras Ngemplak Nogosari Mojosongo Banyudono Andong Sawit Delanggu Wonosari Jogonalan Jatinom Karangdowo Ceper Kalikotes Karanganom Klaten Utara Ngawen Sidoharjo Sragen Masaran Karangmalang
2 1 2 1 5 1 1 1 1 1 4 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 4 3 3 350
Sumber: Buku Pedoman FKIP UNS Tahun Akademik 2007-2008
Penyajian data persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta menggunakan peta. Peta persebaran rumah tinggal dosen tersebut dibuat dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan mengolah data atribut berupa titik lokasi rumah tinggal dosen FKIP UNS kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar yang dikompilasikan dari Peta Rupabumi Indonesia. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG, berupa peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Peta Rupabumi yang digunakan sebagai peta dasar ini adalah gabungan dari beberapa peta, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27: Tabel 27. Lembar Peta Rupabumi Indonesia di Eks Karesidenan No
Peta Rupabumi Indonesia Nama Lembar
Nomor lembar
No
Peta Rupabumi Indonesia Nama Lembar
Nomor lembar
1
Kaliurang
1408-244
27
Kalak
1407-642
2
Boyolali
1408-333
28
Pracimantoro
1407-643
3
Kartasura
1408-334
29
Giriwoyo
1407-644
4
Surakarta
1408-343
30
Eromoko
1408-321
5
Ngablak
1408-522
31
Talun
1408-322
6
Ampel
1408-611
32
Bungur
1507-433
7
Simo
1408-612
33
Arjosari
1507-434
8
Salatiga
1408-613
34
Pulorejo
1508-111
9
Karanggede
1408-614
35
Nawangan
1508-112
10
Gemolong
1408-621
36
Girimarto
1508-113
11
Ngandul
1408-623
37
Slogohimo
1508-114
12
Wiru
1408-631
38
Kismantoro
1508-121
13
Kedungjati
1408-632
39
Purwantoro
1508-123
14
Juwangi
1408-641
40
Tawangmangu
1508-131
15
Timoho
1408-224
41
Poncol
1508-132
16
Pakem
1408-242
42
Magetan
1508-141
17
Jabung
1408-313
43
Sragen
1508-411
18
Cawas
1408-314
44
Ngrambe
1508-134
19
Klaten
1408-331
45
Karangpandan
1508-133
20
Ceper
1408-332
46
Masaran
1408-622
lxviii
21
Sukoharjo
1408-341
47
Sukodono
1408-624
22
Manyaran
1408-323
48
Walikukun
1508-412
23
Wonogiri
1408-324
49
Gesi
1508-413
24
Jumantono
1408-342
50
Mantingan
1508-414
25
Karanganyar
1408-344
51
Tanjungsari
1508-432
26
Paranggupito
1407-641
Sumber: BAKOSURTANAL
Penentuan jumlah titik rumah tinggal dosen didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi rumah tinggal dosen FKIP UNS yang terletak di Eks Karesidenan Surakarta. Jumlah populasi yang ada di Eks Karesidenan Surakarta sebanyak 350 dosen yang tersebar di Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS tahun 2007 yang paling banyak terdapat di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar yaitu masing-masing sebanyak 112 dosen (32%) dari jumlah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta. Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS tahun 2007 di Kota Surakarta yang paling banyak terdapat di Kecamatan Laweyan 42 dosen. Persebaran rumah dosen FKIP UNS tahun 2007 di Kabupaten Karanganyar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Jaten sebanyak 62 dosen. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat 79 dosen (22%), di Kabupaten Klaten sebanyak 17 dosen (5%), di Kabupaten Boyolali sebanyak 13 dosen (4%), di Kabupaten Sragen sebanyak 11 dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sebanyak 6 dosen (2%). Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS yang terbanyak ada di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Hal itu disebabkan oleh pertimbangan jarak tempuh rumah tinggal yang dekat dengan UNS sebagai tempat kerja, dan waktu tempuh yang singkat. Waktu tempuh yang singkat dari rumah yang singkat dipengaruh dari jarak tempuh yang dekat. Kota Surakarta dipilih responden sebagai tempat tinggal karena dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-hal itu yang dijadikan pertimbangan dosen dalam memilih lokasi tempat tinggal. Persebaran rumah tinggal dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan akan berpengaruh pada besar biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya sewa atau lxix
pembelian rumah tinggal dan biaya pengeluaran lainnya. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai tempat tinggal karena beberapa hal. Hal itu meliputi: jarak rumah tinggal yang dekat dengan tempat kerja, waktu tempuh yang singkat, dekat dengan lokasi pusat fasilitas umum, mudah memperoleh sarana tranportasi, aksesibilitas mudah, dan biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan di daerah lain. Jarak yang dekat menyebabkan waktu tempuh ke tempat kerja semakin singkat. Kedekatan jarak dan singkatnya waktu tempuh jika didukung sarana transportasi yang baik akan berpengaruh pada biaya transportasi dan aksesibilitas. Biaya transportasi yang lebih murah, jika jaraknya dekat, waktu tempuh singkat, dan dekat dengan layanan fasilitas umum yang diperlukan. Kedekatan dengan fasilitas umum memberi keuntungan bagi responden. Keuntungan itu berupa kemudahan untuk mencapai dan memperoleh layanan dari fasilitas umum saat diperlukan. Aksesibilitas yang mudah di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar menyebabkan semakin mudah untuk mencapai tempat kerja ataupun tempat tujuan lainnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel indeks aksesibilitas pada Tabel 21. Berdasarkan pertimbangan tersebut, responden tetap memilih Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar meskipun biaya sewa dan harga lahannya mahal. Daya tarik lain Kabupaten Karanganyar yaitu harga sewa atau jual lahan yang lebih murah dari Kota Surakarta, memiliki lahan yang lebih luas, dan lingkungan masyarakat nyaman. Responden tetap tinggal di Kabupaten Karanganyar, meskipun biaya dan waktu transportasi yang diperlukan lebih banyak dibandingkan di Kota Surakarta.
2.
Pola Persebaran Rumah Tinggal Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2007 Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pola persebaran rumah tinggal
dosen FKIP UNS tahun 2007 digunakan analisis tetangga terdekat. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan analisis tetangga terdekat: a.
Menentukan batas wilayah yang diselidiki.
b.
Mengubah pola persebaran objek dalam peta menjadi pola persebaran acak.
c.
Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah menganalisanya. lxx
d.
Mengukur jarak yang terdekat yaitu jarak garis pada garis lurus antara satu titik dengan titik lainnya yang merupakan tetangga terdekatnya dan mencatat ukuran jarak tersebut.
e.
Menghitung besar parameter tetangga terdekat (T) dengan menggunakan rumus : =
̅ ̅
Di mana: T : indeks penyebaran tetangga terdekat. ̅ : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat (Km) ℎ̅ : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random =
√
p : kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehingga menjadi Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik terhadap pola random. Untuk memperoleh
̅
digunakan cara dengan
menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik yaitu: T=0
: untuk pola mengelompok
T=1
: untuk pola acak
T = 2,15
: untuk pola seragam
Pada penelitian ini sebagai perhitungan indeks parameter tetangga terdekat adalah peta pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan Surakarta. Peta tersebut merupakan hasil analisis antara Peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan Surakarta dan perhitungan parameter tetangga terdekat. lxxi
Peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan Surakarta dari data jumlah dosen yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007 adalah 350 dosen. Letak rumah dosen tersebut tersebar di Kabupaten Wonogiri 6 rumah dosen, di Kabupaten Boyolali 13 rumah dosen, di Kabupaten Klaten 17 rumah dosen, di Kota Surakarta 112 rumah dosen, di Kabupaten Sukoharjo 79 rumah dosen, di Kabupaten Karanganyar 112 rumah dosen, dan di Kabupaten Sragen 11 rumah dosen. Persebaran rumah tinggal dosen yang berdekatan memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta. Hal itu menyebabkan perlu dilakukan perbesaran peta pada daerah yang jarak antar rumah tinggal dosennya saling berdekatan dalam menghitung parameter tetangga terdekat. Dalam Peta 4. dapat dilihat jarak antar rumah dosen di Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo sangat dekat sehingga saling bertumpukan. Rumah tinggal dosen yang saling bertumpukan itu tidak dilakukan pergesaran karena ukuran kertas dan skala peta. Dalam menentukan pola persebaran rumah tinggal dosen salah satu penentu yang menjadi perhitungan adalah jarak antara rumah tinggal dosen dengan rumah tinggal dosen terdekat. Pada peta pola persebaran rumah dosen ini menggunakan skala 1: 350.000, artinya satu satuan di peta berbanding 350.000 satuan di lapangan. Desain simbol peta pola persebaran rumah tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 8. Pada Peta 4. persebaran rumah tinggal dosen saling bertumpukan pada beberapa tempat, maka pada tempat yang rumah tinggal dosennya saling bertumpukan dilakukan perbesaran skala sehingga rumah tinggal dosen tersebut tidak saling bertumpukan. Skala yang digunakan pada perbesaran tempat di Peta 5 adalah 1: 35.000. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007, sebagai berikut: a.
Mempersiapkan peta dasar. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia yang digunakan sebagai peta dasar, mempunyai skala yang lebih besar dari pada peta tematik yang akan lxxii
dibuat. Pada pemetaan pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007 menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 25.000. b.
Membangun tipologi ke dalam peta dasar. Detail topografi yang digunakan di dalam pembuatan peta pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007 berupa:
1) Grid/UTM. Pada peta dasar, grid ini merupakan garis-garis lurus yang saling berpotongan dan membentuk sudut tegak lurus (siku-siku). Kegunaan grid ini untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik di atas peta. 2) Pola Aliran. Pola aliran adalah salah satu bagian penting dari peta dasar untuk keperluan orientasi. Pola aliran berupa sungai (saluran yang disebabkan oleh alam). 3) Bentuk Perhubungan. Jalan dan jalan kereta api adalah bagian yang sangat penting dalam peta dasar untuk keperluan orientasi. Bentuk perhubungan ini sangat erat hubungannya dengan masalah aksesbilitas. 4) Nama-nama Geografi. Nama-nama tempat permukiman, sungai, unit administrasi, kantor pemerintahan, daerah-daerah geografis lainnya dicantumkan dalam peta dasar. Sehingga dapat diambil sebagai nama bagian untuk digunakan dalam pembuatan peta tematik. c.
Labeling (data atribut). Dalam pemetaan pola persebaran rumah tinggal dosen menggunakan simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, tidak menyajikan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kualitatif dalam lxxiii
peta pola persebaran sebagian rumah tinggal dosen FKIP Kota Surakarta Tahun 2007 berupa simbol titik (rumah tinggal) dan simbol garis yang menghubungkan antar titik. Simbol kuantitatif di samping menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsur-unsur juga menunjukkan besar/jumlah/banyaknya dari unsur yang diwakilinya. Simbol kuantitatif dapat juga berbentuk titik, garis dan luas. Simbol kuantatif berbentuk sungai, jalan, jalan kereta api, dan kantor pemerintahan. Desain simbol peta pola persebaran sebagian rumah tinggal Dosen FKIP UNS di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Desain Simbol Peta Pola Persebaran Sebagian Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS Kota Surakarta Tahun 2007 Jenis Kenampakan (Komponen) Persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Kota Surakarta tahun 2007 Jarak antara titik
d.
Sifat Data Nominal
Variabel Visual Form (bentuk)
Persepsi
Simbol
Assosiative perception
Titik (point)
Nominal
Form (bentuk)
Assosiative perception
Titik (point)
Contoh Simbol
Layout peta. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang bentukbentuk properti peta. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh informasi peta.
Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta pada tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 4. Perbesaran skala pada tempat yang rumah dosennya saling bertumpukan dapat dilihat pada Peta inset di Peta 4 dan di Peta 5:
lxxiv
lxxv
lxxvi
Peta yang digunakan mempunyai skala 1: 350.000. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap jarak 1 cm di dalam peta mewakili jarak 350.000 cm atau 3,5 km di lapangan. Jarak antara titik-titik yang mewakili rumah dosen FKIP UNS pada peta tersebut dicari dengan menggunakan fungsi ArcView SIG. Satuan jarak di peta tersebut derajat karena map units yang digunakan pada peta adalah decimal degrees. Pada peta 1o lintang adalah 69 mil sama dengan 111,042 km. (Villanueva, 1978: 34) Hasil jarak tersebut berupa derajat harus diubah ke dalam satuan km dengan dikalikan 111,042 km. Berdasarkan hasil perhitungan di ArcView yang terdapat pada lampiran dengan menyesuaikan dengan peta di atas dapat diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: a.
Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat ( ̅ ) di Eks Karesidenan Surakarta. Pada peta persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS Eks Karesidenan Surakarta baik skala 1: 350.000 maupun perbesarannya terdapat 350 titik atau rumah tinggal dosen (N = 350) dan jarak antar titik rumah tinggal dosen satu dengan lainnya adalah 176, 856 km (J = 176, 685). Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat ( ̅ ) di Eks Karesidenan Surakarta sebagai berikut:
̅
= =
,
lxxvii
= 0,505 km. Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik rumah tinggal dosen deng titik rumah tinggal dosen lain yang terdekatnya di Eks Karesidenan Surakarta adalah 0,505 km.
b.
Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola random ( ℎ̅ ). Luas Eks Karesidenan Surakarta adalah 5.722,38 km2 (A). Jumlah rumah tinggal dosen ada 350 titik (N). Pada perhitungan Jh harus diketahui nilai p terlebih dahulu. Nilai p diperoleh dari perhitungan berikut: p
= =
.
,
= 0,061 titik/km2 Jh di Eks Karesidenan Surakarta dapat dihitung setelah nilai p diketahui dengan rumus berikut: ̅ ℎ
= =
√ √ ,
= =
, ,
= 2,024 Nilai jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random (Jh) di Eks Karesidenan Surakarta adalah 2,024. c.
Indeks penyebaran tetangga terdekat (T) Indeks penyebaran tetangga terdekat (T) di Eks Karisidenan Surakarta dapat dihitung setelah nilai Ju dan Jh-nya diketahui. Nilai T dapat dihitung dengan rumus: lxxviii
̅
= =
̅ , ,
= 0,24951 Maka nilai T di Eks Karesidenan Surakarta adalah 0,24951. Berdasarkan nilai tersebut jika dicocokkan dengan pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo dapat diketahui bahwa pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta adalah pola persebaran mengelompok (cluster) atau mendekati mengelompok. Hal ini berarti bahwa jarak rumah dosen satu dengan rumah dosen lain yang berdekatan adalah cenderung mengelompok di tempat-tempat tertentu. Pola persebaran rumah tinggal dosen mengelompok di tempat yaitu Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Pola persebaran rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007 ini adalah pola persebaran mengelompok di Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo. Rumah dosen FKIP UNS ini sebagian besar mengelompok terutama di daerah Kota Surakarta dan di Kabupaten Karanganyar yang berdekatan dengan Kota Surakarta, serta sebagian Kabupaten Sukoharjo yang berdekatan dengan Kota Surakarta. Sebagian kecil dari rumah tinggal dosen FKIP UNS tersebut tersebar di Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan di daerah timur Kabupaten Karanganyar. Pola persebaran rumah tinggal dosen yang mengelompok di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar karena terutama yang dekat dengan Surakarta, sangat erat kaitannya dengan faktor lokasi dan faktor pertimbangan yang mempengaruhi dosen dalam memilih lokasi rumah tinggal. Faktor lokasi yang mempengaruhi itu antara lain: jarak rumah tinggal yang dekat dengan tempat kerja, waktu tempuh yang singkat, dekat dengan lokasi pusat fasilitas umum, mudah memperoleh sarana tranportasi, aksesibilitas mudah, dan biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan di daerah lain. Jarak yang dekat menyebabkan waktu tempuh ke tempat kerja semakin singkat. Kedekatan jarak dan singkatnya lxxix
waktu tempuh yang didukung sarana transportasi yang baik akan berpengaruh pada biaya transportasi dan aksesibilitas. Biaya transportasi yang lebih murah, jika jaraknya dekat, waktu tempuh singkat, dan dekat dengan layanan fasilitas umum yang diperlukan. Kedekatan dengan fasilitas umum memberi keuntungan. Keuntungan itu berupa kemudahan untuk mencapai dan memperoleh layanan dari fasilitas umum saat diperlukan. Lokasi rumah tinggal dosen yang dekat dengan UNS ini memiliki nilai indeks aksesibilitas yang lebih tinggi karena jarak tempat kerja dosen tersebut dekat dari rumah tinggal dosen. Aksesibilitas yang mudah di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar menyebabkan semakin mudah untuk mencapai tempat kerja ataupun tempat tujuan lainnya. Hal itu dapat dilihat pada tabel indeks aksesibilitas pada Tabel 21. UNS merupakan tempat kerja bagi dosen, sehingga dosen yang rumahnya dekat dengan UNS lebih mudah mencapai tempat kerja dibandingkan dengan dosen yang rumahnya jauh dari UNS. Berdasarkan pertimbangan tersebut, responden tetap memilih Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar meskipun biaya sewa dan harga lahannya mahal. Daya tarik lain Kabupaten Karanganyar yaitu harga sewa atau jual lahan yang lebih murah dari Kota Surakarta, memiliki lahan yang lebih luas, dan lingkungan masyarakat nyaman. Responden tetap tinggal di Kabupaten Karanganyar, meskipun biaya dan waktu transportasi yang diperlukan lebih banyak dibandingkan di Kota Surakarta. Selain itu adanya beberapa pertimbangan bagi dosen dalam memilih lokasi tempat tinggalnya sehingga mendukung pengelompokan rumah tinggal dosen yang ada di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Pertimbangan dosen yang mempengaruhi pemilihan tempat tinggalnya ini meliputi tingkat pendapatan, transportasi, hak milik pribadi, perbedaan keinginan, dan ketersediaan fasilitas/layanan umum. Tingkat pendapatan menjadi pertimbangan dalam memilih rumah tinggal ini dapat dilihat pada Tabel 30. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden dengan pendapatan > 2 juta, 50% memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta. Dari segi tingkat pendapatan, responden memilih tinggal dekat tempat kerja dengan pertimbangan, dapat memperkecil biaya transportasi ke tempat kerja meskipun harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk pengadaan tempat tinggal. Sedangakan pertimbangan bagi lxxx
responden yang memilih tinggal jauh dari tempat kerja adalah: masalah pribadi, misalnya pertimbangan untuk bertempat tinggal dekat keluarga, tinggal bersama keluarga, agar dekat dengan tempat belajar anak, dan agar dekat dengan tempat kerja keluarga. Hal itu seperti responden yang pendapatannya < 2 juta tinggal di Kabupaten Sragen karena alasan tertentu. Alasan itu adalah belum mampu membeli rumah sendiri. Hal itu yang menjadi alasan responden tinggal di daerah tersebut bersama keluarga, meski harus mengeluarkan biaya transportasi yang lebih besar. 3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Persebaran Rumah Dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Data alasan pemilihan lokasi tempat tinggal diperoleh dari responden
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai sampel dan dipilih dari dosen FKIP UNS yang bertempat tinggal di Eks Karesidenan Surakarta. Alasan pemilihan lokasi tempat tinggal ini dapat digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah dosen FKIP UNS. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data tingkat pendapatan, transportasi, perbedaan keinginan, hak milik pribadi, dan fasilitas/pelayanan umum. Data tersebut dicari dengan melakukan wawancara kepada responden yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut: a.
Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan berpengaruh pada kemampuan ekonomi yang akan mempengaruhi baik tidaknya lokasi tempat tinggal. Tingkat pendapatan menjadi salah satu pertimbangan responden dalam memilih lokasi tempat tinggal. Lokasi tempat tinggal memiliki nilai jual atau tarif-sewa lahan yang berbeda berdasarkan letaknya dari suatu pusat. Dalam memilih tempat tinggal, dengan pendapatan tertentu, belum tentu bisa mendapatkan semua kepuasan yang diinginkan, ada salah satu hal yang harus dikorbankan. Misalnya dengan pendapatan sedikit lebih memilih tinggal dekat tempat kerja untuk memperoleh kenyamanan dari segi transportasi, meski harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mendapat tempat tinggal. Alonso dalam Khisty dan Lall (2002 : 70) mengansumsikan bahwa sebuah kota mempunyai satu daerah pusat bisnis (DPB) di mana seluruh lxxxi
pekerjaan berada dan bahwa seluruh biaya transportasi berhubungan secara linier dengan jarak dari DPB, maka kurva tarif-sewa pada daerah pemukiman akan semakin tinggi jika jarak dengan PDB semakin dekat dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan teori tersebut dapat diasumsikan tarif-sewa lahan di Eks Karesidenan Surakarta semakin mahal jika semakin mendekati Surakarta karena lokasi UNS sebagai tempat kerja berada di Surakarta. Pada penelitian ini, pendapatan yang dikaji berupa pendapatan kotor dosen berdasarkan gaji dosen setiap bulan. Tingkat pendapatan responden bisa diketahui dari Tabel Induk Hasil Wawancara yang dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan Tabel Induk tersebut pada lampiran dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan responden dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat pendapatan kurang dari 2 juta, tingkat pendapatan antara 2-5 juta, dan tingkat pendapatan lebih dari 5 juta. Untuk lebih jelasnya tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 29: Tabel 29. Tingkat Pendapatan Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No. 1.
Tingkat Pendapatan < 2 juta
2. 3.
2-5 juta > 5 juta
Jumlah Dosen 4 21 10 35
Jumlah
Persentase (%) 11 60 29 100
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tingkat pendapatan responden yang paling banyak adalah antara 2-5 juta yaitu sebanyak 21 responden atau 60%. Berturut-turut tingkat pendapatan > 5 juta sebanyak 10 responden (29%) dan < 2 juta sebanyak 4 responden (11%). Tabel tersebut menunjukkan bahwa dosen FKIP UNS sebagian besar berpendapatan antara 2-5 juta. Banyaknya dosen yang berpendapatan antara 2-5 juta berhubungan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara Tingkat pendapatan per bulan dengan pemilihan tempat tinggal dosen FKIP UNS ini dapat dilihat pada Tabel 30: Tabel 30. Hubungan Tingkat Pendapatan per Bulan dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 lxxxii
Surakarta Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Klaten Boyolali Sragen Jumlah
<2 2 1 1 4
Tingkat Pendapatan Dosen per Bulan (Juta) % 2-5 % >5 % 50 6 28,6 3 30 6 28,6 5 50 25 6 28,6 1 10 1 4,8 1 4,8 1 10 1 4,8 25 100 21 100 10 100
Jumlah 11 11 8 1 2 1 1 35
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 30. diketahui bahwa hubungan antara tingkat pendapatan dosen dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden dengan tingkat pendapatan per bulan kurang dari 2 juta 50% memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta, 25% memilih bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo, dan 25% memilih bertempat tinggal di Kabupaten Sragen. Responden dengan tingkat pendapatan per bulan antara 2-5 juta cenderung memilih tempat tinggal di Kota Surakarta sebanyak 28,6%, di Kabupaten Karanganyar sebanyak 28,6%, di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 28,6%, di Kabupaten Wonogiri sebanyak 4,8%, di Kabupaten Klaten sebanyak 4,8%, dan di Kabupaten Boyolali sebanyak 4,8%. Responden dengan tingkat pendapatan per bulan lebih dari 5 juta cenderung memilih tempat tinggal di Kabupaten Karanganyar masing-masing sebanyak 50%, di Kota Surakarta sebanyak 30%, di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 10%, dan Kabupaten Klaten sebanyak 10%. Pada tabel di atas, diketahui bahwa di setiap daerah memiliki responden dengan tingkat pendapatan yang berbeda besarnya. Di Kota Surakarta terdiri dari: 2 responden berpendapatan < 2 juta, 6 responden berpendapatan 2-5 juta, dan 3 responden berpendapatan > 5 juta. Di Kabupaten Karanganyar terdiri dari: 6 responden berpendapatan 2-5 juta dan 5 responden berpendatan > 5 juta. Di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari: 1 responden berpendapatan < 2 juta, 6 responden berpendapatan 2-5 juta, dan 1 responden berpendapatan > 5 juta. Di Kabupaten Wonogiri terdiri dari: 1 responden berpendapatan 2-5 juta. Di Kabupaten Klaten terdiri dari: 1 lxxxiii
responden berpendapatan 2-5 juta dan 1 responden berpendapatan > 5 juta. Di Kabupaten Boyolali terdiri dari: 1 responden berpendapatan 2-5 juta. Di Kabupaten Sragen terdiri dari: 1 responden berpendapatan < 2 juta. Tingkat pendapatan berpengaruh pada pemilihan lokasi rumah tinggal yang bisa memberikan kepuasan bagi pemiliknya. Kepuasan tersebut merupakan nilai lebih dari suatu lokasi tempat tinggal, seperti kenyaman suatu tempat untuk dijadikan tempat tinggal. Berdasarkan Tabel 18. responden dengan pendapatan < 2 juta 50% memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta. Hal ini disebabkan Kota Surakarta mampu memberikan kepuasan bagi responden yang tinggal di daerah tersebut. Kepuasan atau nilai lebih yang diberikan berupa kedekatan dengan lokasi tempat kerja, sehingga dapat memberikan kemudahan dalam transportasi. Kemudahan melakukan transportasi ini menyebabkan semakin mudahnya akses ke tempat kerja dari tempat tinggal. Kota Surakarta memiliki indeks aksesibilitas yang tinggi. Untuk lebih jelasnya besar indeks aksesibilitas Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 21. Di Kota Surakarta ini memberikan kemudahan untuk menjangkau pusat-pusat pelayanan yang banyak tersedia. Berdasarkan kemudahan-kemudahan itu membuat Kota Surakarta mampu memberikan nilai lebih dan kenyamanan bagi responden yang tinggal di situ. Dibalik kemudahan itu, ada hal yang harus dikorbankan jika tinggal di Kota Surakarta. Hal itu berupa: polusi, lahan tempat tinggal yang sempit dengan harga yang mahal. Lahan di Kota Surakarta selain sempit, harganya juga cukup mahal sesuai dengan pendapat Alonso di atas. Dari Tabel 18. dosen dengan tingkat pendapatan > 5 juta paling banyak bertempat tinggal di Karanganyar sebesar 5 responden (50%). Pada tingkat pendapatan ini besarnya pendapatan kurang berpengaruh dalam pemilihan lokasi tempat tinggal dosen. Hal ini disebabkan dosen mempunyai pertimbangan lain seperti kenyamanan, dekat atau tinggal bersama keluarga, kemudahan bagi keluarga, lingkungan masyarakatnya. Meski begitu dosen masih mempertimbangkan kedekatan dengan UNS sebagai tempat kerja. Dosen yang bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo dengan pendapatan > lxxxiv
5 juta juga memiliki pertimbangan yang hampir sama dengan pertimbangan dosen yang bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar. Pada dosen dengan pendapatan hampir sama yang bertempat tinggal di Kabupaten Wonogiri lebih mempertimbangkan masalah pribadi seperti kenyamanan, dekat atau tinggal bersama keluarga, kemudahan bagi keluarga dibandingkan masalah kedekatan dengan tempat kerja. Untuk dosen yang bertempat tinggal di Kota Surakarta sebesar 30% (3 responden) memiliki beberapa pertimbangan seperti kedekatan dengan tempat kerja, tinggal bersama keluarga, dan cocok dengan lingkungan masyarakatnya. Desain simbol pada peta tingkat pendapatan dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 9. Tingkat pendapatani dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 6.
lxxxv
lxxxvi
b.
Transportasi Transportasi berpengaruh terhadap waktu dan biaya perjalanan. Hal ini berpengaruh terhadap lokasi dan penyebaran permukiman jika dikaitkan dengan kesediaan dan kemampuan financial. Transportasi ini terkait dengan sarana transportasi, waktu dan jarak tempuh yang diperlukan. Transportasi yang digunakan responden bisa diketahui dari Tabel Induk Hasil Wawancara yang dapat dilihat pada lampiran. Sarana transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aksesibilitas. Berdasarkan Tabel Induk pada lampiran dapat diketahui bahwa sarana transportasi responden dibagi menjadi empat sarana yaitu: mobil, sepeda motor, angkutan umum, dan jalan kaki. Dosen yang menggunakan mobil sebagai sarana transportasi sebanyak 13 responden, 22 responden memakai sepeda motor, 3 responden memakai angkutan umum, dan 0 responden untuk jalan kaki. Sarana transportasi berhubungan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara sarana transpotasi yang digunakan oleh responden dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 31: Tabel 31. Hubungan Sarana Transportasi dengan Pemilihan Lokasi Rumah Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Lokasi (Kota/Kabupaten) Surakarta Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Klaten
Mobil
%
3 6 2 1 1
23 46 15 8 8
Sarana Transportasi Sepeda Angkutan % Motor Umum 8 36 5 22 6 27 2 1 5 1
lxxxvii
% 67 33
Jalan Kaki -
% -
11 11 10 1 3
Boyolali Sragen Jumlah
13
100
1 1 22
5 5 100
3
100
-
-
1 1 38
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 31. diketahui bahwa hubungan antara sarana transportasi yang digunakan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden yang menggunakan mobil sebagai sarana transportasinya ini terdiri dari: 46% bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar, 23% di Kota Surakarta, 15% di Kabupaten Sukoharjo, masing-masing 8% di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Klaten. Responden yang memakai sepeda motor ini terdiri dari: 36% bertempat tinggal di Kota Surakarta, 27% di Kabupaten Sukoharjo, 22% di Kabupaten Karanganyar, 5% di Kabupaten Klaten, 5% di Kabupaten Boyolali, dan 5% di Kabupaten Sragen. Responden yang memakai angkutan umum ini terdiri dari: 67% bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo dan 33 % di Kabupaten Klaten. Di Kota Surakarta sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil (3 responden) dan sepeda motor (8 responden). Di Kabupaten Karanganyar sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil (6 responden) dan sepeda motor (5 responden). Di Kabupaten Sukoharjo sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil (2 responden), sepeda motor (6 responden), dan angkutan umum (2 responden). Di Kabupaten Wonogiri sarana transportasi yang dipakai adalah mobil (1 responden). Di Kabupaten Klaten sarana transportasi yang dipakai meliputi: mobil (1 responden), sepeda motor (1 responden), dan angkutan umum (1 responden). Di Kabupaten Boyolali sarana transportasi yang dipakai adalah sepeda motor (1 responden). Di Kabupaten Sragen sarana transportasi yang dipakai adalah sepeda motor (1 responden). Sarana transportasi berpengaruh terhadap pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Semakin baik dan mudahnya sarana transportasi di suatu tempat, maka semakin mudah aksesibilitasnya. Sarana transportasi yang digunakan responden untuk pergi ke tempat tujuan, berpengaruh terhadap kemudahan aksesibilitas ke tempat tujuan. Kota Surakarta dan Kabupaten lxxxviii
Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal dengan pertimbangan sarana transportasinya. Ketersediaan sarana transportasi umum banyak dimiliki. Meskipun demikian, responden memilih sarana transportasi pribadi seperti: mobil dan sepeda motor, karena lebih mudah dan lebih cepat untuk mencapai tempat tujuan dibandingkan sarana transportasi umum. Keuntungan sarana transportasi pribadi dibandingkan dengan sarana transportasi umum antara lain: lebih cepat, tidak perlu berganti kendaraan, dan bisa digunakan sewaktu-waktu. Berdasarkan tabel di atas, sarana transportasi yang paling banyak digunakan responden adalah sepeda motor. Desain simbol pada peta sarana transportasi dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 9. Sarana transportasi dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 7.
lxxxix
xc
Jarak adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada kemudahan dalam melakukan pergerakan di antara dua tempat. Berdasarkan tabel induk pada lampiran dapat diketahui bahwa jarak tempuh responden untuk mencapai tempat kerja dikelompokkan menjadi enam kelas yaitu 1-7 km, 814 km, 15-21 km, 22-28 km, 29-35 km dan 36-42 km. Dosen yang jarak tempuhnya 1-7 km sebanyak 20 responden, 10 responden menempuh jarak 814 km, 23 responden menempuh jarak 15-21 km, 1 responden menempuh jarak 22-28 km, 1 responden menempuh jarak 29-35 km, dan 1 responden menempuh jarak 36-40 km. Jarak tempuh dosen ke tempat kerja berhubungan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara jarak tempuh dari rumah tinggal responden ke tempat kerja dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 32: Tabel 32. Hubungan Jarak Tempuh dari Rumah Tinggal ke Kampus dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Lokasi (Kota/Kabupaten) Surakarta Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Klaten Boyolali Sragen Jumlah
17 10 6 4
20
% 50 30 20
100
Jarak Tempuh Dari Rumah Ke Kampus (Km) 8152229% % % % 14 21 28 35 1 10 4 40 1 50 4 40 1 100 1 50 1 10 1 100 10 100 2 100 1 100 1 100
3642
%
1
100
1
100
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 32. diketahui bahwa hubungan antara jarak tempuh dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden yang menempuh jarak 1-7 km dari rumah tinggalnya 50% (10 responden) berada di xci
11 11 8 1 2 1 1 35
Kota Surakarta, 30% (6 responden) di Kabupaten Karanganyar, dan 20% (4 responden) di Kabupaten Sukoharjo. Responden yang menempuh jarak 8-14 km dari rumah tinggalnya ini terdiri dari: 40% (4 responden) bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar, 40% (4 responden) di Kabupaten Sukoharjo, dan 10% (1 responden) di Kabupaten Boyolali. Responden yang menempuh jarak 15-21 km dari rumah tinggalnya ini terdiri dari: 50% (1 responden) bertempat tinggal di Kabupaten Klaten dan 50% (1 responden) di Kabupaten Karanganyar. Responden yang menempuh jarak 22-28 km 100% (1 responden) bertempat tinggal Kabupaten Sragen. Responden yang menempuh jarak 22-28 km 100% (1 responden) bertempat tinggal Kabupaten Boyolali. Dan responden yang menempuh jarak 36-42 km sebanyak 100% (1 responden) bertempat tinggal di Kabupaten Klaten. Jarak tempuh berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Semakin dekat jarak tempat tinggal ke lokasi tujuan, maka semakin mudah aksesibilitasnya. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal dengan pertimbangan kedekatan jarak tempuh yang lebih dekat. Nilai lebih yang diperoleh dari kedekatan jarak tempuh antara lain: waktu tempuh menjadi relatif singkat, sehingga tempat tujuan dapat dicapai lebih cepat dan tidak tergesa-gesa. Hal lain yang dipertimbangkan responden dalam memilih tempat tinggal antara lain: kemudahan memperoleh sarana transportasi dan sarana pendukung lainnya. Sarana pendukung tersebut seperti: pom bensin, bengkel dan lain-lain. Sarana pendukung itu membuat aksesibilitas dari tempat tinggal ke tempat tujuan semakin mudah. Pelayanan fasilitas umum dapat diperoleh responden dengan cepat, jika tempat tinggal berdekatan dengan lokasi fasilitas umum. Jarak tempuh yang dekat berpengaruh pula terhadap besar biaya transportasi yang dikeluarkan responden. Berdasarkan tabel di atas, jarak tempuh yang paling banyak pada jarak 1-7 km. Hal itu disebabkan oleh pertimbangan seperti pertimbangan di atas. Desain simbol pada peta jarak tempuh dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 10. Jarak tempuh dosen xcii
FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 8.
xciii
Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemudahan melakukan pergerakan di antara dua tempat. Berdasarkan Tabel Induk pada lampiran dapat diketahui bahwa waktu tempuh responden untuk mencapai tempat kerja dikelompokkan menjadi enam kelas yaitu < ½ jam, ½ - 1 jam, dan > 1 jam. Dosen yang waktu tempuh < ½ jam sebanyak 23 responden, 9 responden memerlukan waktu tempuh > 1 jam, 3 responden memerlukan waktu tempuh 1 jam. Waktu tempuh dosen ke tempat kerja berhubungan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen tersebut. Hubungan antara waktu tempuh dari rumah tinggal responden ke tempat kerja dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 33: Tabel 33. Hubungan Waktu Tempuh dari Rumah Tinggal ke Kampus dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Lokasi (Kota/Kabupaten) Surakarta
Waktu Tempuh Dari Rumah Ke Kampus (Jam) <½ % ½-1 % >1 % 11 48 -
Jumlah 11
Karanganyar
8
35
3
33
-
-
11
Sukoharjo
4
17
4
45
-
-
8
Wonogiri
-
-
-
-
1
33
1
Klaten
-
-
-
-
2
67
2
Boyolali
-
-
1
11
-
-
1
Sragen
-
-
1
11
-
-
1
23
100
9
100
3
100
35
Jumlah
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 33. diketahui bahwa hubungan antara waktu tempuh dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Responden yang memerlukan waktu tempuh kurang dari ½ jam ini terdiri dari 48% (11 responden) berada di Kota Surakarta, 35% (8 responden) di Kabupaten xciv
Karanganyar, dan 17% (4 responden) di Kabupaten Sukoharjo. Responden yang memerlukan waktu tempuh antara ½-1 jam ini terdiri dari: 45% (4 responden) berada di Kabupaten Sukoharjo, 33% (3 responden) di Kabupaten Karanganyar, 11% (1 responden) di Kabupaten Boyolali, dan 11% (1 responden) di Kabupaten Sragen. Responden yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 1 jam, 67% (2 responden) bertempat tinggal di Kabupaten Klaten dan 33% (1 responden) di Kabupaten Wonogiri. Waktu tempuh berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Semakin cepat waktu tempuh dari tempat tinggal ke lokasi tujuan, maka semakin mudah aksesibilitasnya. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal karena faktor waktu tempuh yang cukup singkat atau cepat. Hal-hal yang dipertimbangkan responden antara lain: kedekatan dengan tempat kerja, kemudahan sarana transportasi, kedekatan dengan lokasi pusat layanan atau fasilitas umum yang lengkap, dan biaya transportasi yang lebih murah dari daerah lain. Faktor waktu tempuh yang relatif singkat memberi nilai lebih bagi responden seperti: memiliki waktu yang cukup banyak untuk sampai ke tempat kerja, dapat menghindari kemacetan, memberi waktu untuk beristirahat sebentar setelah sampai di tempat kerja dan dapat menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama bekerja. Berdasarkan tabel di atas, waktu tempuh yang paling banyak dibutuhkan responden adalah kurang dari ½ jam. Desain simbol pada peta waktu tempuh dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 11. Waktu tempuh dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 9.
xcv
xcvi
c.
Perbedaan Keinginan Perbedaan keinginan merupakan penilaian terhadap lokasi rumah yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini berkaitan dengan masalah pribadi, prestise, sosial, dan sebagainya. Masalah pribadi yang dimaksud meliputi: alasan pemilihan tempat tinggal yang terkait dengan keinginan responden seperti keinginan untuk tinggal dekat keluarga, tinggal bersama keluarga, memberi kemudahan bagi keluarganya, dan kenyamanan. Masalah prestise ini maksudnya masalah yang dapat memberi nilai lebih pada responden karena bertempat tinggal di daerah tersebut. Masalah sosial ini maksudnya adalah masalah yang terkait dengan lingkungan masyarakatnya. Data perbedaan keinginan ini dapat dilihat pada Tabel Induk hasil wawancara yang terdapat di lampiran. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa alasan pribadi menjadi alasan paling banyak berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Besarnya responden yang mempertimbangkan alasan pribadi dalam menentukan lokasi tempat tinggal sebanyak 35 responden. Hal ini berarti bahwa dalam memilih tempat tinggal alasan pribadi menjadi salah satu pertimbangan bagi responden. Responden yang mempertimbangkan lingkungan sosialnya sebanyak 8 responden, dan responden yang memilih tempat tinggal berdasarkan alasan prestise sebanyak 2 responden. Banyaknya responden yang mempertimbangkan alasan pribadi ini berhubungan dengan lokasi tempat tinggalnya sekarang. Hubungan antara perbedaan keinginan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 34:
xcvii
Tabel 34. Hubungan Perbedaan Keinginan dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Perbedaan Keinginan Lokasi Masalah Masalah Masalah (Kota/Kabupaten) % Pribadi Sosial Prestise Surakarta 10 11 1 12 Karanganyar 10 14 2 25 2 Sukoharjo 6 9 3 38 Wonogiri 2 2 Klaten 4 6 2 25 Boyolali 2 2 Sragen 1 1 Jumlah 35 45 8 100 2
% 100 100
Jumlah 11 14 9 2 6 2 1 45
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 34. diketahui bahwa hubungan antara perbedaan keinginan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Hal itu diketahui dari pembagian perbedaan keinginan menjadi tiga yaitu: masalah prestise, masalah sosial, dan masalah pribadi. Responden dengan alasan masalah pribadi 28,5% bertempat tinggal di Kota Surakarta, 28,5% di Kabupaten Karanganyar, 17% di Kabupaten Sukoharjo, 11% di Kabupaten Klaten, 6% di Kabupaten Wonogiri, 6% di Kabupaten Boyolali, dan 3% Kabupaten Sragen. Responden dengan alasan masalah sosial terdiri dari: 38% bertempat tinggal di Kabupaten Sukoharjo, 25% di Kabupaten Karanganyar, 25% di Kabupaten Klaten, dan 12% Kota Surakarta. Responden dengan alasan masalah prestise terdiri dari: 100% memilih bertempat tinggal di Kabupaten Karanganyar. Perbedaan keinginan berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal responden. Berdasarkan perbedaan keinginan, Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar dipilih responden sebagai tempat tinggal. Hal itu disebabkan keinginan responden untuk dekat dengan lokasi tempat kerja, xcviii
dekat dengan fasilitas/layanan umum, kemudahan aksesibilitas, dan biaya transportasi yang lebih mudah dari daerah lain. Sedangkan responden lain memilih bertempat tinggal di daerah yang jauh dari tempat kerja karena ingin bersama atau dekat dengan keluarga, memberikan kemudahan bagi keluarga untuk melakukan kegiatannya, kenyamanan dengan lingkungan. Kenyamanan lingkungan tersebut seperti sedikit polusi, masyarakat yang ramah, terbuka, dan saling bergotong royong, serta harga lahan yang lebih murah atau terjangkau. Hal itu diperkuat dari salah satu hasil wawancara dengan responden dari Kabupaten Klaten yang mengungkapkan alasan memilih tinggal di Kecamatan Ceper. Alasannya karena ingin dekat dengan tempat kerja istrinya, dan suasana lingkungan tempat tinggal. Suasana lingkungan tempat tinggal itu seperti: masyarakatnya yang ramah, memiliki rasa saling gotong royong, dan dapat dipercaya sehingga tidak ada kekhawatiran untuk meninggalkan rumah untuk bekerja. Berdasarkan tabel di atas, perbedaan keinginan yang paling banyak dijadikan pertimbangan adalah alasan pribadi. Desain simbol pada peta perbedaan keinginan dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 12. Perbedaan keinginan dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 10.
xcix
c
d.
Hak Milik Pribadi Hak milik pribadi yang dimaksudkan adalah kepemilikan dari tempat tinggal responden. Kepemilikan rumah tinggal responden dikelompokkan menjadi empat yaitu: milik sendiri atau pribadi, hak guna bangunan (HGB), milik orang tua, dan kontrak atau sewa. Kepemilikan rumah tinggal dosen dapat dilihat pada Tabel Induk yang terdapat di lampiran. Berdasarkan Tabel Induk tersebut diketahui bahwa kepemilikan rumah tinggal dosen di Eks Karesidenan Surakarta yang paling banyak adalah milik sendiri atau pribadi sebanyak 26 rumah responden. Berturut-turut jumlah kepemilikan rumah tinggal dosen yang berupa milik orang tua sebanyak 4 rumah tinggal responden, berstatus hak guna bangunan sebanyak 3 rumah tinggal responden, dan berstatus kontrak atau sewa sebanyak 2 rumah tinggal dosen. Pemilihan lokasi tempat tinggal dosen terkait erat dengan kepemilikan rumah tinggalnya. Hubungan antara kepemilikan rumah tinggal dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 35: Tabel 35. Hubungan Kepemilikan Rumah Tinggal dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Lokasi (Kota/Kabupaten)
Kepemilikan Rumah Hak Milik Guna % Orang % Bangunan Tua 2 50
Milik Sendiri
%
Surakarta
8
31
Karanganyar
9
34
1
33
1
Sukoharjo
5
19
2
67
Wonogiri
1
4
-
Klaten
2
8
Boyolali
1
Sragen
-
Jumlah
Kontrak/ Sewa/Kos
%
1
50
11
25
-
-
11
-
-
1
50
8
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
2
4
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
25
-
-
1
ci
Jumlah
26
100
3
100
4
100
2
100
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 35. diketahui bahwa hubungan antara hak milik pribadi dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Hal itu terkait dengan kepemilikan lokasi tempat tinggal yaitu: milik sendiri, hak guna bangunan (HGB), milik orang tua, dan sewa/kos/kontrak. Responden yang rumah tinggalnya milik sendiri atau pribadi: 34% berada di Kabupaten Karanganyar, 31% di Kota Surakarta, 19% di Kabupaten Sukoharjo, 8% di Kabupaten Klaten, 4% di Kabupaten Wonogiri, dan 4% di Kabupaten Boyolali. Responden yang tempat tinggalnya memiliki ijin HGB: 33% berada di Kabupaten Karanganyar dan 67% di Kabupaten Sukoharjo. Respoden yang tempat tinggalnya milik orang tua: 50% berada di Kota Surakarta, 25% di Kabupaten Karanganyar, dan 25% di Kabupaten Sragen. Responden yang tempat tinggalnya menyewa/kontrak/kos: 50% berada di Kota Surakarta dan 50% berada di Kabupaten Sukoharjo. Hak milik pribadi berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal, terutama kepemilikan rumah tinggal. Alonso dalam Khisty dan Lall (2002 : 70) berasumsi bahwa kurva tarif-sewa pada daerah pemukiman akan semakin tinggi jika jarak dengan DPB semakin dekat dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan teori tersebut, diasumsikan semakin mendekati Kota Surakarta tarif-sewa lahan semakin mahal. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar tetap dipilih responden sebagai tempat tinggal. Jarak kedekatan dengan lokasi tempat kerja dijadikan responden sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih tempat tinggal. Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar terdapat fasilitas umum yang baik dan memadai, sehingga kemudahan pelayanan fasilitas umum diperoleh responden. Berdasarkan tabel di atas, kepemilikan tempat tinggal responden yang paling banyak milik sendiri dan berada di Kabupaten Karanganyar. Hal itu karena harga lahan di Kabupaten Karanganyar lebih murah dari Kota Surakarta. Desain simbol pada peta kepemilikan rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada Tabel 13. cii
35
Kepemilikan rumah tinggal dosen FKIP UNS di Eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 dapat dilihat pada Peta 11.
ciii
e.
Fasilitas/Pelayanan Umum Fasilitas/pelayanan umum berupa bangunan yang menjadi wadah bagi manusia yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Jumlah fasilitas/pelayanan umum dapat dilihat pada Tabel Induk di lampiran. Fasilitas umum yang tersedia di dekat tempat tinggal dosen FKIP ini dapat dilihat pada Tabel 36 berikut: Tabel 36. Fasilitas/Pelayaan Umum yang Tersedia di Dekat Tempat Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 No Fasilitas/Pelayanan Umum Jumlah Persentase 1.
Kesehatan
71
21
2.
Pendidikan
33
10
3.
Ekonomi
109
32
4.
Ibadah
39
11
5.
Transportasi
41
12
6.
Olahraga
30
9
7.
Hiburan
16
5
339
100
Jumlah Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 36. dapat diketahui bahwa fasilitas umum yang paling banyak adalah fasilitas ekonomi yaitu sebanyak 109 (32%). Berturutturut jumlah fasilitas kesehatan sebanyak 71 (21%), fasilitas transportasi sebanyak 41 (12%), fasilitas ibadah sebanyak 39 (11%), fasilitas pendidikan sebanyak 33 (10%), fasilitas olahraga sebanyak 30 (9%), dan fasilitas hiburan sebanyak 16 (5%). Fasilitas umum yang ditunjukkan tabel tersebut adalah fasilitas ekonomi yang paling banyak. Jumlah fasilitas umum berhubungan dengan pemilihan lokasi tempat tinggal dosen. Hubungan antara Tingkat civ
pendapatan per bulan dengan pemilihan tempat tinggal dosen FKIP UNS ini dapat dilihat pada Tabel 37:
Tabel 37. Hubungan Kedekatan Lokasi Fasilitas/Pelayaan Umum dengan Pemilihan Lokasi Rumah Tinggal Dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2007 Lokasi (Kota/Kabupaten)
Fasilitas/ Pelayanan
Jumlah
Surakarta
Karanganyar
Sukoharjo
Wonogiri
Klaten
Boyolali
Sragen
20
23
20
2
2
2
2
71
%
28
32
28
3
3
3
3
100
Pendidikan
11
10
7
1
2
1
1
33
%
33
30
22
3
6
3
3
100
38
35
22
4
5
2
3
109
%
35
32
20
4
4
2
3
100
Ibadah
11
13
9
1
2
1
2
39
%
28
33
23
3
5
3
5
100
Transportasi
14
14
7
1
2
1
2
41
%
34
34
18
2
5
2
5
100
10
10
5
1
2
1
1
30
33
33
17
3
7
3
3
100
6
5
3
-
-
-
2
16
%
38
31
19
-
-
-
12
100
Jumlah
110
110
73
10
15
8
13
Kesehatan
Ekonomi
Olahraga % Hiburan
Sumber : Hasil Data Wawancara Dosen FKIP UNS
Berdasarkan Tabel 37. dapat diketahui bahwa hubungan antara kedekatan lokasi fasilitas/pelayanan umum dengan pemilihan lokasi tempat tinggal sangat erat. Hal itu dapat diketahui dari kedekatan tempat tinggal dengan fasilitas/pelayanan umum yang terdiri dari: fasilitas kesehatan, pendidikan, ekonomi, transportasi, ibadah, olahraga, dan hiburan. Responden yang tinggal didekat dengan fasilitas kesehatan meliputi: 32% berada di Kabupaten Karanganyar, 28% di Kota Surakarta, 28% di Kabupaten Sukoharjo, 3% di Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Klaten, 3% di cv
Kabupaten Boyolali, dan 3% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal didekat dengan fasilitas pendidikan adalah: 33% berada di Kota Surakarta, 30% di Kabupaten Karanganyar, 22% di Kabupaten Sukoharjo, 6% di Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Boyolali, dan 3% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal didekat fasilitas ekonomi meliputi: 35% berada di Kota Surakarta, 32% di Kabupaten Karanganyar, 20% di Kabupaten Sukoharjo, 4% di Kabupaten Klaten, 4% di Kabupaten Wonogiri, 3% di Kabupaten Sragen, dan 2% di Kabupaten Boyolali. Responden yang tinggal didekat fasilitas ibadah meliputi: 33% berada di Kabupaten Karanganyar, 28% di Kota Surakarta, 23% di Kabupaten Sukoharjo, 5% di Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Wonogiri, 5% di Kabupaten Sragen, dan 3% di Kabupaten Boyolali. Responden yang tinggal didekat fasilitas transportasi meliputi: 34% di Kabupaten Karanganyar, 34% di Kota Surakarta, 18% di Kabupaten Sukoharjo, 5% di Kabupaten Klaten, 2% di Kabupaten Boyolali, 2% di Kabupaten Wonogiri, dan 5% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal didekat fasilitas olahraga meliputi: 33% di Kabupaten Karanganyar, 33% di Kota Surakarta, 16% di Kabupaten Sukoharjo, 6% di Kabupaten Klaten, 3% di Kabupaten Boyolali, 3% di Kabupaten Wonogiri, dan 6% di Kabupaten Sragen. Responden yang tinggal didekat fasilitas hiburan meliputi: 38% berada di Kota Surakarta, 31% di Kabupaten Karanganyar, 19% di Kabupaten Sukoharjo, dan 12% di Kabupaten Sragen. Fasilitas/layanan umum yang tersedia di suatu tempat berpengaruh pada pemilihan lokasi tempat tinggal. Ketersediaan fasilitas/layanan yang lengkap dan memadai menjadi pertimbangan dalam memilih tempat tinggal. Jika dilihat dari ketersediaan fasilitas/layanan umum, seperti pada Tabel 37. bahwa sebagian besar responden memilih bertempat tinggal di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Alonso dalam Khisty dan Kall (2002: 70) berasumsi bahwa sebuah kota mempunyai satu daerah pusat bisnis di mana seluruh pekerjaan berada, maka Kota Surakarta dapat dianggap sebagai daerah pusat bisnis di Eks cvi
Karesidenan Surakarta. Fasilitas/layanan umum yang dimiliki Kota Surakarta selaku pusat bisnis, sangat lengkap dan memadai. Itulah yang dijadikan pertimbangan oleh responden, sehingga Kota Surakarta dipilih sebagai tempat tinggalnya. Fasilitas umum terdiri dari: fasilitas kesehatan, pendidikan, ekonomi, perdagangan, perhubungan, dan lain-lain. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kota Surakarta seperti: rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, dokter praktik, apotik, dan sebagainya. Rumah sakit yang terdapat di Kota Surakarta antara lain: RS. Moewardi, RS. dr. Oen, RS. Panti Waluyo, RS. Kustati, dan lain-lain. Fasilitas ekonomi dan perdagangan terdiri dari: bank, pusat pertokoan, pusat perbelanjaan, pasar tradisional yang lengkap, dan lainlain. Bank yang terdapat di Kota Surakarta antara lain: Bank Mandiri, Bank BCA, Bank Muamalat, dan lain-lain. Pusat perbelanjaan dan pertokoan terdiri dari Solo Gran Mall, Pasar Grosir Surakarta, BTC, Luwes Swalayan, pusat pertokoan di daerah Coyudan, dan lain-lain. Di Kota Surakarta masih banyak tersedia fasilitas umum yang lain. Nilai lebih yang diperoleh dari Kota Surakarta antara lain pelayanan dari fasilitas umum dapat dicapai dan diperoleh dengan mudah sehingga biaya transportasi bisa diminimalkan pengeluarannya. Itulah yang dijadikan pertimbangan responden sehingga memilih tinggal di Kota Surakarta. Faktor lain yang dipertimbangkan yaitu: kedekatan dengan tempat kerja, tingkat pendapatan, dan transportasi. Kabupaten Karanganyar dipertimbangkan responden sebagai tempat tinggal karena lokasinya dekat Kota Surakarta yang merupakan lokasi tempat kerja dan pusat bisnis. Hal itu dapat memberi kemudahan untuk mencapai fasilitas yang ada di Kota Surakarta dibandingkan daerah lain. Seiring perkembangan fasilitas umum di Kota Surakarta terjadi pula perkembangan fasilitas umum di Kabupaten Karanganyar. Daya tarik lain yang dimiliki Kabupaten Karanganyar berupa lahannya luas dan harga lahan murah. Selain nilai lebih dan daya tarik, Kabupaten Karanganyar memiliki kekurangan seperti masih diperlukan biaya tambahan untuk transportasi. Desain simbol untuk peta fasilitas/layanan umum yang dekat dengan rumah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta, dapat diketahui pada cvii
Tabel 14. Fasilitas/layanan umum yang dekat dengan rumah dosen FKIP UNS di Eks Karesidenan Surakarta tahun 2007, dapat dilihat pada Peta 12.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisi data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 sebagian besar tersebar di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah dosen (32%), di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen (22%), di Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten Boyolali sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah 11 rumah dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah dosen (2%).
2.
Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta tahun 2007 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah dosen FKIP UNS Surakarta mengelompok di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
3.
Faktor yang mempengaruhi pola persebaran rumah dosen adalah sebagai berikut: tingkat pendapatan dosen, transportasi dapat dilihat dari sarana transportasi, waktu tempuh, dan jarak tempuh, perbedaan keinginan, hak milik pribadi, dan kedekatan dengan fasilitas/pelayanan umum.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai berikut : 1.
Dengan mengetahui distribusi spasial, pola persebaran dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi fasilitas/pelayanan umum yang diperlukan.
cviii
2.
Dengan mengetahui faktor yang berpengaruh pada pemilihan lokasi rumah dosen dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi pembangunan perumahan untuk dosen.
3.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran geografi di sekolah antara lain untuk pembelajaran geografi di SMA kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut : 1.
Hendaknya pihak universitas lebih memperhatikan masalah pendirian dan penyediaan rumah tinggal bagi tenaga pengajar maupun karyawan.
2.
Perlu penelitian yang lebih mendalam lagi dan sejenis mengenai persebaran rumah tinggal dosen di fakultas yang lain sebagai pembanding, dan kinerja dosen dilihat dari lokasi rumah tinggal dosen.
cix
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anonim. 2008. Tinjauan Pustaka : Pola Persebaran Permukiman. http://www.google.com/polapersebaranpermukiman/TinjauanPustakaPola PersebaranPermukiman«Perencanaanwilayahdanpembangunanpendidika n.htm. Diakses pada Selasa 8 April 2008. Arinto, Fendya Jauhari Budi. 2006. Pemetaan Tingkat Kriminalitas Di Kota Surakarta Tahun 1999-2003. Skripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan) Aziz, Lukman dan Rochman, Ridwan. 1997. Peta Tematik. Bandung : Departemen Geodesi, Institut Teknologi Bandung. Bintarto dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES. Kantor Pusat Statistik. 2008. Jawa Tengah Dalam Angka 2007. Semarang : Kantor Pusat Statistik. Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah masalah pemukiman kota. Bandung : Alumni. Dahroni, H. Dan Sugiharto Budi Santoso. 1998. Geografi Pemukiman Buku II. Sukoharjo : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Perencanaan Perumahan Kota. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU.
Kawasan
Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Pedoman Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2007. Pedoman Akademik Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Tahun 2007/2008. Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. cx
Khisty, C. Jotin dan Lall, B. Kent. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Kostelnick, John C., Dobson , Jerome E., Egbert, Stephen L., dan Dunbar, Matthew D. 2008. Cartographic Symbols for Humanitarian Demining. The Cartographic Journal 45 (1), 19. http://www.ingentaconect.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2009. Kurniasih, Sri. 2007. Usaha Perbaikan Pemukiman Kumuh Di Petukangan UtaraJakarta Selatan. http://peneliti.bl.ac.id/wpcontent/uploads/2007/06/srikurniasih-sna2007.pdf. Diakses pada Senin 7 April 2008. Kurniawan, M. Fauzan. 2006. Pemetaan Produksi Sertifikat Tanah Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000-2004. Sripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan) Medynska-Gulij, Beata. 2008. Point Symbols: Investigating Principles and Originality in Cartographic Design. The Cartographic Journal 45 (1), 62. http://www.ingentaconect.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2009. Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencana, Dan Praktisi. Jakarta : Erlangga. Nurekawati, Endah Evy. 2007. Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat Pendidikan, Pendapatan Dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) Di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. Sripsi S1 Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak Dipublikasikan) Prihandito, Aryono. 1989. Kartografi. Yogyakarta : PT. Mitra Gama Widya. Prihartini, Inna. 1999. Geografi Desa/Kota. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. Ritohardoyo, Su. 1989. Beberapa Dasar Klasifikasi Dan Pola Permukiman. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sastra M., Suparno dan Marlina, Endy. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan Sebuah Konsep, Pedoman, dan Strategi Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta : ANDI. Sinaga, Maruli. 1999. Pemetaan Data Statistic (Statistical Mapping). Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. cxi
--------- 1999. Pengetahuan Peta. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Bandung : Penerbit ITB. Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta : P. T. Gramedia Pustaka Umum. Tika, Moh. Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : P.T. Sun Printing. TIM. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Undang-Undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. 1992. http://www.theceli.com/dokumen/produk/1992/uu4-1992.htm. Diakses pada Rabu 12 Maret 2008. Villanueva, K. J. 1978. Kartografi (Sejarah dan Pengantar). Bandung : Departemen Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografi dengan MapInfo Professional. Yogyakarta : ANDI. Yunus, Hadi Sabari. 2007. Subject Matter Dan Metode Penelitian Geografi Permukiman Kota. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. http://www.wikimedia/pemetaan.htm. Diakses pada Kamis 2 Juli 2009. http://repository.ui.ac.id/ di akses pada tanggal 9 Oktober 2009.
cxii