PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Masfria, Chairul Azhar Dalimunte, Syafridah
ABSTRAK Daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) merupakan salah satu tanaman yang dikenal masyarakat sebagai tanaman obat. Hasil informasi bahwa, masyarakat yang telah mengkonsumsi air rebusan daun ekor naga memiliki efek polyuri (banyak buang air kecil) hal ini ada hubungan dengan adanya kandungan kalium yang cukup tinggi dan natrium. Penelitian ini bertujuan memeriksa adanya kandungan mineral kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), besi (Fe) dan magnesium (Mg) pada daun ekor naga. Analisis kuantitatif mineral kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang berturut-turut 769,9 nm, 589,6 nm, 422,7 nm dan 202,6 nm. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa daun ekor naga mengandung kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan kadar masing-masing: K= 847,9111 ± 3,3573 mg/100g, Na = 8,2117 ± 0,1442 mg/100g , Ca = 474,6638 ± 4,5448 mg/100g dan Mg = 69,5370 ± 4,0158 mg/100g. Kata kunci : daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott), spektrofotometri serapan atom. ABSTRAC Ekor naga leaf (Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott) is one of the plants known as medicinal plants. The results of that information, people who have consumed the cooking water has the effect of a ekor naga leaves polyuri (urinate a lot) this is nothing to do with the relatively high content of potassium and sodium. This study aims to examine the mineral content of potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca), iron (Fe) and magnesium (Mg) in ekor naga leaves. Quantitative analysis of minerals potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca) and magnesium (Mg) are performed in atomic absorption spectrophotometry at a wavelength of 769.9 nm respectively, 589.6 nm, 422.7 nm and 202.6 nm.
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
The results showed that the tail of the dragon leaves contain potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca) and magnesium (Mg) with their respective levels: K = 847.9111 ± 3.3573 mg/100g, Na = 8, 2117 ± 0.1442 mg/100g, Ca = 474.6638 ± 4.5448 mg/100g and Mg = 69.5370 ± 4.0158 mg/100g. Key words: ekor naga leaf (Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott), atomic absorption spectrophotometry.
PENDAHULUAN Mineral adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, misalnya dalam pengaturan kerja enzim-enzim, pembentukan ikatan haemoglobin. Tubuh tidak mampu mensintesa unsur-unsur tersebut sehingga harus disediakan lewat makanan (Budiyanto, 2001). Unsur digolongkan dalam mineral makro dan mineral mikro, Mineral makro terdiri dari natrium, kalium, kalsium dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro terdiri dari besi, tembaga, seng dan kobalt (Almatsier, 2004). Sumber mineral yang paling banyak adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati terutama sayuran hijau misalnya: bayam, sawi, daun belinjo, daun singkong, selada dan kacang-kacangan. Hasil pengalaman turun-temurun, penggunaan tanaman herbal dianggap cukup manjur untuk mengobati berbagai macam penyakit (Mangan, 2003). Salah satu tanaman obat yang digunakan secara tradisional oleh masyarakat adalah daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (l.f.) Schott). Secara umum kandungan mineral daun ekor naga belum ada diteliti dan hasil informasi dari masyarakat setelah mengkonsumsi air rebusan memberikan efek polyuri (banyak buang air kecil). Berdasarkan hal tersebut perlu di periksa kandungan mineral makro dari daun ekor naga dan apakah kandungan mineral kalium lebih banyak dari natrium. Metode yang dipilih dalam penetapan kadar mineral makro ( kalium, natrium, kalsium dan magnesium ) adalah
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
dengan spektrofotometri serapan atom. Metode spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa keuntungan antara lain pelaksanaannya relatif cepat, kecepatan analisisnya tidak memerlukan pemisahan pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat rendah (Khopkar, 2003, Rohman, 2007, Christian, 1996) BAHAN DAN METODE Alat Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta Σ, Australia) lengkap dengan dengan lampu katoda K, Na, Ca, dan Mg, neraca analitik (BOECO, Germany), hot plate (FISONS), alat tanur NEY M-525, blender, kertas saring Whatman no.42, spatula dan alat – alat gelas (Pyrex).
Bahan 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang berasal dari daerah Medan Timur . 2. Pereaksi Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat, asam klorida, asam pikrat, asam sulfat, etanol 96%, natrium hidroksida, kuning titan, larutan standar kalium, larutan standar natrium, larutan standar kalsium, larutan standar besi, larutan standar magnesium, akuabides (IKA).
Pola Penelitian 1. Pengambilan sampel
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Pengambilan sampel daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) segar diperoleh dari Jl. Umar No.17 Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, secara sampling purposif atau sampling pertimbangan (Sudjana, 2005).
2. Penyiapan Sampel Sebanyak 1 kg daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung, setelah kering, dihaluskan dengan blender. Sampel siap untuk ditimbang. 3. Proses destruksi Sampel ditimbang seksama sebanyak 10 gram dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 oC dengan interval 25 oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu dibasahi dengan 10 tetes akuabides dan ditambahkan 10 ml HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator (Helrich, 1990). 4. Pemeriksaan Kualitatif a. Kalium Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum besar. b. Natrium Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus. c. Kalsium Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1 N Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat dan etanol 96% akan terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum (Vogel, 1990). d. Magnesium Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambah 5-6 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi kuning titan. Dihasilkan endapan merah terang (Vogel, 1990). 5. Analisis Kuantitatif a. Pembuatan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan standard kalium (1000 mcg/ml), larutan standard natrium (1000 mcg/ml), larutan standard kalsium (1000 mcg/ml), larutan standard magnesium (1000 mcg/ml) dipipet masing-masing sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 100 mcg/ml.
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Masing- masing larutan baku (100 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian dicukupkan sampai garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 10 mcg/ml. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 769,9 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet 2; 4; 6; 12 dan 14 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 1,2 dan 1,4 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 589,6 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 202,6 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
b. Analisis logam dalam sampel Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam K, yang telah dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 500 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 769,9 nm Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Na, yang telah dilarutkan dipipet sebanyak 10 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,6 nm. Larutan
sampel
hasil destruksi yang mengandung logam Ca, yang telah
dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 250 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Mg, yang telah dilarutan dipipet sebanyak 2 ml lalu diencerkan dengan akuabides sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 202,6 nm.
6. Analisis data secara statistik Kadar kalium, natrium, kalsium, besi dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus (Sudjana, 2005):
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Xi - X
2
SD =
n -1
Keterangan : Xi = Kadar sampel
X = Kadar rata-rata sampel
n = jumlah perulangan SD = Standar Deviasi Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung =
̅ X−X SD/√n
dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar Logam : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n ) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mendukung hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Data dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif Logam yang No dianalisis
Pereaksi
1
Kalium
Asam pikrat 1% b/v
2
Natrium
Asam pikrat 1% b/v
3
Kalsium
4
Magnesium
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Asam sulfat 1 N + etanol 96% Kuning titan 0,1% b/v + NaOH 2 N
Hasil Reaksi Kristal jarum besar Kristal jarum halus
Keterangan + +
Kristal jarum
+
Endapan merah terang
+
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Keterangan : + : Mengandung logam Tabel di atas menunjukkan bahwa daun ekor naga mengandung kalium, natrium, kalsium, dan magnesium. Sampel dikatakan positif mengandung kalium jika menghasilkan kristal jarum besar dengan penambahan asam pikrat dan mengandung natrium jika menghasilkan kristal jarum halus. Dikatakan positif mengandung kalsium jika menghasilkan endapan putih berbentuk kristal jarum dengan penambahan asam sulfat dan etanol, dan mengandung magnesium jika menghasilkan endapan merah terang dengan penambahan larutan kuning titan dan natrium hidroksida (Vogel, 1979). 2. Analisis Kuantitatif a. Kurva kalibrasi Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium Kurva kalibrasi kalium, natrium, kalsium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standard kalium, natrium, kalsium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada
Absorbansi
Gambar 1, 2, 3, dan 4. 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00
1.00
2.00 3.00 Konsentrasi (mcg/ml)
4.00
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Kalium
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
0.3000
Absorbansi
0.2500 0.2000 0.1500 0.1000
0.0500 0.0000 0.00
0.20
0.40
0.60 0.80 1.00 1.20 Konsentrasi (mcg/ml)
1.40
1.60
Absorbansi
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Natrium
0.2000 0.1800 0.1600 0.1400 0.1200 0.1000 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0.00
1.00
2.00 3.00 Konsentrasi (mcg/ml)
4.00
Gambar 3. Kurva Kalibrasi Kalsium
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
0.1800 0.1600
Absorbansi
0.1400
0.1200 0.1000 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Konsentrasi (mcg/ml) Gambar 4. Kurva Kalibrasi Magnesium Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium, natrium, kalsium dan magnesium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,1801X - 0,0048 untuk kalium, Y = 0,1752X + 0,0026 untuk natrium, Y = 0,0446 + 0,0058 untuk kalsium dan Y = 0,0408X + 0,0060 untuk magnesium dan koefisien korelasi (r) untuk kalium sebesar 0,9999, natrium sebesar 0,9997, kalsium sebesar 0,9995 dan magnesium sebesar 0,9974. b. Analisis Kadar Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium dalam Daun Ekor Naga Hasil analisis penentuan kadar
kalium, natrium, kalsium dan magnesium dilakukan
secara spektrofotometri serapan atom pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium No Logam Kadar (mg/100g) 1.
K
847,9111 ± 3,3573
2.
Na
8,2117 ± 0,1442
3.
Ca
474,6638 ± 4,5448
4.
Mg
69,5370 ± 4,0158
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa kadar kalium jauh lebih besar dibandingkan dengan natrium. Selanjutnya
diikuti dengan kalsium, magnesium. Konsumsi kalium yang
banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menyebabkan polyuri (Almatsier, 2004). Ketidakseimbangan jumlah kalium dan natrium inilah yang menyebabkan orang yang meminum air rebusan daun ekor naga memiliki efek polyuri.
KESIMPULAN Hasil analisis secara kualitatif dari daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) mengandung kalium, natrium, kalsium dan magnesium. Hasil penetapan kadar mineral makro (kalium, natrium, kalsium dan magnesium) dari daun ekor naga dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kadar kalium, natrium, kalsium dan magnesium masing-masing adalah 847,9111 ± 3,3573 mg/100g kalium (K), 8,2117 ± 0,1442 mg/100g natrium (Na), 474,6638 ± 4,5448 mg/100g kalsium (Ca), dan 69,5370 ± 4,0158 mg/100g magnesium (Mg). Kadar kalium daun ekor naga jauh lebih besar dibandingkan dengan natrium. Sehingga konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menyebabkan polyuri.
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Budiyanto, M. A. K. 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Edisi Kedua. Cetakan I. Malang: UMM-Press Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Christian, D. G.,1996, Analytical Chemistry, Edisi keempat. United States of America: University of Washington Ermer, J. 2005. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Helrich, K. 1990. Official Methods of the Association of Official Analytical Chemist. Edisi kelimabelas. USA: AOAC international.. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wanajaya. Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo, A. Jakarta: UIPress. Lemmens, R. H. M. J. and Bunyapraphatsara, N. 2003. Plant Resources Of South-East Asia. Leiden: Backhuys Publisher. Manan, M. H. A. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Mangan, Y. 2003. Cara Bijak menaklukkan kanker. Cetakan I. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Vogel, A. I. 1990. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Bagian I. Penerjemah: Setiono, L. A. Hadyana, Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Badan Lingkungan Hidup Prov. SU
Rona Vol. 11 No. 2 - 2012