JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA INDONESIA : STUDI KASUS JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Ulul Adzemi Romansyah, Ahmad Labib, Muridah Isnawati Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Abstract Health is an important factor for every citizen and thus require collateral for its survival. The objective is to determine the normative regulation and its efforts to investigate the implementation and proper normative adjustment pattern to give recognition, security, and protection of the constitutional rights of Indonesian citizens accordance with the mandate of Article 28 H paragraph (1), paragraph (2), paragraph ( 3) and Article 34 paragraph (1) and (2) 1945. The method used is normative juridical statute approach. The results obtained are finding normative regulations governing the national health insurance in the national social security system implemented social security administering bodies associated with membership and health services that are not appropriate if adjusted against the constitutional rights of Indonesian citizens. The remedies that can be taken in the event of problems regarding the implementation of the program is not health insurance through the judicial institution namely the National Human Rights Commission and the Ombudsman as well as through the courts at the district court level to the Supreme Court and the Constitutional Court. Keywords: citizens, health insurance, constitutional rights, remedies. fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
A. Pendahuluan
sebagainya”.1
Kesehatan merupakan faktor utama bagi
setiap
manusia
menjaga
Sebaliknya, apabila didalam proses
didunia,
kegiatan faktor situasional seseorang tidak
kesehatan sangat besar manfaatnya bagi
mampu menjaga kesehatannya, maka yang
setiap orang, kegiatan yang meliputi faktor
terjadi tujuan dalam proses kegiatan
situasional dapat tercapai dengan baik
tersebut
apabila didalam prosesnya kesehatan dapat
mengalami
terus terjaga.
merupakan isu krusial yang harus dihadapi
keberlangsungan
untuk
kehidupan
akan
tertunda kegagalan,
bahkan
akan
“kesehatan
Faktor situasional adalah mencakup
setiap negara karena berkorelasi langsung
faktor lingkungan dimana manusia berada
dengan pengembangan integritas pribadi
atau bertempat tinggal, baik lingkungan 1
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Ilmu perilaku kesehatan,PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hlm. 17.
99 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
setiap
individu
bermartabat”.
dapat
hidup
Kesehatan,
yang
Perpres 111/2013).
Berkaitan bangsa
supaya
2
bahwa
selanjutnya
disebut
4
dengan
kepentingan
Keberadaan Perpres 12/2013 dan
kesehatan
merupakan
Perpres 111/2013 ini mempertimbangkan
bagian dari tujuan pembangunan nasional,
keberadaan
dasar – dasar ini diperoleh dari amanah
Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Undang – Undang Dasar Negara Republik
Sistem
Indonesia
(selanjutnya disebut UU 40/2014 dan
Tahun
disebut
UUD
1945, NRI
(selanjutnya 1945),
yang
Undang-Undang
Jaminan
Undang-Undang
Sosial
Republik
Republik Nasional,5
Indonesia
dimaksudkan didalam Pasal 28H UUD
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
NRI 1945.
Penyelenggaraan Jaminan Sosial,6 yang
Disebutkan bahwa penyelenggara
selanjutnya disebut UU 24/2011).
upaya kesehatan diatur oleh pemerintah, sehingga perlu adanya jaminan terhadap
B. Rumusan masalah
kesehatan masyarakat, hal itu dilaksanakan
1. Apakah terdapat pengaturan normatif
pemerintah dengan melaksanakan Sistem
tentang
Jaminan
perlindungan
Kesehatan
pemerintah
Nasional
didalam
(SJSN),
pengakuan,
jaminan,
terhadap
dan hak
melaksanakan
konstitusional Warga Negara Indonesia
jaminan kesehatan membentuk aturan yang
dibidang Jaminan Kesehatan Nasional
berbentuk Peraturan Presiden Republik
(JKN).
Indonesia nomor 12 tahun 2013 tentang
2. Apakah tata cara pelaksanaan tentang
Jaminan Kesehatan,3 (selanjutnya disebut
pengakuan, jaminan, dan perlindungan
Perpres
dilakukan
terhadap hak konstitusional Warga
Presiden
Negara Indonesia dibidang JKN telah
Republik Indonesia nomor 111 tahun 2013
sesuai dengan pengaturan normatif
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
yang ada.
12/2013
perubahan melalui
kemudian Peraturan
nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan 4
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 255 5 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456 6 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256
2
Titon Slamet Kurnia, 2007, Hak atas derajat kesehatan optimal sebagai HAM di Indonesia, PT. Alumni, Bandung. Hlm. 2. 3 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29
100 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
adapun
C. Metode Penelitian
yang
menjadi
pertimbangan
pemerintah didalam membentuk kedua
Metode yang digunakan adalah hukum
undang – undang tersebut sebagai berikut :
normatif dengan pendekatan perundang – undangan (statute approach)
Pertimbangan
dalam
pembuatan
UU
D. Pembahasan
40/2004 :
Pengaturan Normatif Tentang Pengakuan,
Setiap orang berhak atas jaminan sosial
Jaminan, dan Perlindungan Terhadap Hak
untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
Konstitusional Warga Negara Indonesia
hidup yang layak dan meningkatkan
Dibidang Jaminan Kesehatan Nasional
martabatnya
Dasar
untuk
menuju
terwujudnya
mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil
penyelenggaraan JKN secara kostitusional
dan makmur dan untuk memberikan
dijamin
1945,
jaminan sosial yang menyeluruh, negara
Konvensi ILO nomor 102/1952 juga
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial
menyatakan
Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
didalam
UUD
tentang
NRI
penyelenggaraan
jaminan sosial yang didalamnya termasuk kepentingan
kesehatan
ditambah
Pertimbangan
dikeluarkannya International Convenant
dalam
pembuatan
UU
24/2011 :
on Economic, Social, and Cultural Rights
Sistem
jaminan
sosial
nasional
dan International Convenant on Civil and
merupakan program negara yang bertujuan
Political Rights atas persetujuan Majelis
memberikan kepastian perlindungan dan
PBB.7
Umum
JKN
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat,
pelaksanaan
Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan
Jaminan Sosial bagi masyarakat sehingga
sosial nasional perlu dibentuk badan
pemerintah untuk melaksanakan amanah
penyelenggara
UUD 1945 membentuk payung hukum
hukum
berupa UU 40/2004 dan UU 24/2011,8
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan,
merupakan
Penyelenggaraan
bagian
dari
yang
berbentuk
berdasarkan
badan prinsip
kehati – hatian, akuntabilitas, portabilitas, 7
Ahmad Nizar Shihab, 2012, Hadirnya negara di tengah rakyatnya pasca lahirnya undang – undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 0216-1338, Jakarta. Hlm. 181. 8 Rudy Hendra Pakpahan, Eka N. A. M. Sihombing, Op. Cit, hal. 169.
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan 101 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
peserta sehingga perlu dibentuk Badan
berdasarkan
Penyelenggara Jaminan Sosial dengan
ditetapkan Perpres 111/2013.
–
undang
undang
yang
merupakan
pertimbangan
tersebut
Terdapat beberapa bentuk aturan
transformasi empat Badan Usaha Milik
yang menjadi payung hukum
Negara (PT. Jamsostek, PT. Askes, PT.
pelaksanaan program JKN yang terdiri dari
Taspen, PT. Asabri) untuk mempercepat
beberapa aturan yang tingkatannya dalam
terselenggaranya sistem jaminan sosial
teknik peraturan perundang – undangan
nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
telah dikenal adanya hierarki perundang – undangan,10 antara lain sebagai berikut :
Pemerintah perlu membuat aturan
a. Undang – undang
yang lebih khusus mengenai jaminan kesehatan dalam bentuk peraturan presiden
1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang
untuk memberikan perlindungan hukum
Sistem Jaminan Sosial Nasional
program
JKN.9
dimaksud
untuk
Badan
memberikan perlindungan hukum lebih
Sosial
dalam
pelaksanaan
Peraturan
yang
dalam
2) UU No. 24 Tahun 2011 tentang
khusus berupa Perpres 12/2013 yang
Penyelenggara
Jaminan
b. Peraturan Pemerintah
disebutkan dalam pertimbangannya bahwa
1) PP No. 101 Tahun 2012 tentang
dalam rangka melaksanakan ketentuan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Pasal 13 ayat (2), Pasal 21 ayat (4), Pasal
Kesehatan
22 ayat (3), Pasal 23 ayat (5), Pasal 26,
2) PP No. 85 Tahun 2013 tentang tata
Pasal 27 ayat (5), dan Pasal 28 ayat (2) UU
cara hubungan antar Lembaga Badan
40/2004 dan ketentuan Pasal 15 ayat (3)
Penyelenggara Jaminan Sosial
dan Pasal 19 ayat (5) huruf a UU 24/2011, sehingga
perlu
menetapkan
3) PP No. 86 Tahun 2013 Tentang tata
Peraturan
cara pengenaan sanksi administratif
Presiden Tentang Jaminan Kesehatan.
kepada
Kemudian
setelah
penyelenggara negara dan setiap
ditetapkannya Perpres 12/2013 pemerintah
orang, selain pemberi kerja, pekerja,
menganggap
dan penerima bantuan iuran dalam
seiring
perlu
berjalan
adanya
beberapa
perubahan didalam pasal – pasal pada peraturan
presiden
tersebut,
pemberi
kerja
selain
penyelenggaraan jaminan sosial
sehingga 10
9
M. Dimyati Hartono, 2009, Problematik dan solusi amandemen Undang – Undang Dasar 1945, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hlm. 69.
Ahmad Nizar Shihab. Op.cit, hal 187.
102 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
4) PP No. 87 Tahun 2013 Tentang pengelolaan
aset
jaminan
3) Peraturan Presiden No. 107 Tahun
sosial
2013 tentang Pelayanan Kesehatan
kesehatan
Tertentu Berkaitan dengan Kegiatan
5) PP No. 88 Tahun 2013 Tentang tata
Operasional
cara pengenaan sanksi administratif
Pertahanan,
bagi anggota dewan pengawas dan
Indonesi, dan Kepolisian Negara
anggota
Republik Indonesia
direksi
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan
nomor
tahun
69
pemeliharaan pegawai pensiun,
sipil,
Pengelolaan Program Jaminan Sosial
tentang
5) Peraturan Presiden No. 109 Tahun
bagi
2013 tentang Penahapan Kepesertaan
kesehatan
negeri
penerima
veteran,
Nasional
2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan
Pemerintah
1991
Tentara
4) Peraturan Presiden No. 108 Tahun
6) PP No. 89 Tahun 2013 Tentang pencabutan
Kementerian
Program Jaminan Sosial
perintis
6) Peraturan Presiden No. 110 Tahun
kemerdekaan beserta keluarganya
2013 tentang Gaji atau Upah dan
7) PP No. 90 Tahun 2013 Tentang
Manfaat Tambahan Lainnya Serta
pencabutan
Peraturan
Pemerintah
Insentif
nomor 28 tahun 2003 tentang subsidi
Pengawas
dan
dalam
Badan
penyelenggaraan asuransi kesehatan
Sosial
bagi
iuran
Pemerintah
pegawai
negeri
sipil
dan
2013
c. Peraturan Presiden
Dewan
dan
Anggota
Direksi
Penyelenggara
Jaminan
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.11
1) Peraturan Presiden No. 44 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Tata
Anggota
7) Peraturan Presiden No. 111 Tahun
penerima pension.
dan
Bagi
Kerja
Tata
Pengangkatan
Penggantian
Pemberhentian
Anggota
Selain aturan berdasarkan hierarki
Cara
peraturan perundang – undangan tersebut
dan
masih terdapat beberapa aturan pelaksana
Dewan
yang
Jaminan Sosial Nasional
meliputi
Peraturan
Menteri
Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan,
2) Peraturan Presiden No. 12 Tahun
Surat Edaran Menteri Kesehatan, dan
2013 tentang Jaminan Kesehatan 11
http://www.jkn.kemkes.go.id/unduhan.p hp?page=3, diakses tanggal 30 November 2016.
103 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
bentuk surat edaran lainnya berkenaan
6. Memberikan
informasi
kepada
dengan sosialisasi program JKN.
Peserta mengenai prosedur untuk
a. Hak pemerintah
mendapatkan hak dan memenuhi
Memperoleh
dana
operasional
untuk penyelenggaraan program
kewajibannya.
yang
7. Memberikan
informasi
kepada
bersumber dari Dana Jaminan Sosial
Peserta mengenai saldo jaminan hari
dan/atau sumber lainnya sesuai dengan
tua dan pengembangannya 1 (satu)
ketentuan peraturan perundang-undangan
kali dalam 1 (satu) tahun
dan memperoleh hasil monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan
8. Memberikan
program
informasi
kepada
Peserta mengenai besar hak pensiun
Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam)
1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
bulan.
9. Membentuk cadangan teknis sesuai
b. Kewajiban pemerintah
dengan standar praktik aktuaria yang
1. Memberikan nomor identitas tunggal
lazim dan berlaku umum.
kepada Peserta.
10. Melakukan
pembukuan
2. Mengembangkan aset Dana Jaminan
dengan
standar
Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
berlaku
dalam
besarnya kepentingan Peserta.
Jaminan Sosial.
3. Memberikan
informasi
melalui
11. Melaporkan
sesuai
akuntansi
yang
penyelenggaraan
pelaksanaan
media massa cetak dan elektronik
program,
mengenai kinerja, kondisi keuangan,
keuangan, secara berkala 6 (enam)
serta
bulan sekali kepada Presiden dengan
kekayaan
dan
hasil
pengembangannya.
sesuai
dengan
a. Hak masyarakat
Undang-
1. Memperoleh identitas peserta.
Undang tentang Sistem Jaminan
2. Memperoleh
Sosial Nasional. 5. Memberikan
kondisi
tembusan kepada DJSN.
4. Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta
termasuk
setiap
manfaat
pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan informasi
kepada
yang bekerjasama dengan BPJS
Peserta mengenai hak dan kewajiban
Kesehatan.
untuk mengikuti ketentuan yang
3. Memperoleh manfaat dan informasi
berlaku.
tentang hak dan kewajiban serta
104 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
prosedur pelayanan kesehatan sesuai
Kriteria peserta PBI sesuai PP No.
dengan ketentuan yang berlaku. 4. Menyampaikan
keluhan
101 tahun 2012 tentang penerima bantuan atau
iuran jaminan kesehatan sebagai berikut :
pengaduan, kritik dan saran secara
1. Peserta
PBI
Jaminan
Kesehatan
lisan atau tertulis ke kantor BPJS
meliputi orang yang tergolong fakir
Kesehatan.
miskin dan orang tidak mampu.
b. Kewajiban masyarakat
2. Kriteria Fakir Miskin dan orang tidak
1. Membayar iuran sesuai ketentuan
mampu ditetapkan oleh menteri di
yang berlaku.
bidang sosial setelah berkoordinasi
2. Melaporkan data kepesertaan kepada BPJS
kesehatan
dengan menteri dan /atau pimpinan
dengan
lembaga terkait.
menunjukkan identitas peserta pada
3. Kriteria Fakir Miskin dan Orang tidak
saat pindah domisili dan atau pindah
mampu sebagaimana dimaksud menjadi
kerja.
dasar
3. Menjaga kartu peserta agar tidak
bagi
lembaga
yang
menyelenggarakan
urusan
rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
pemerintahan di bidang statistik untuk
orang yang tidak berhak.
melakukan pendataan.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata
4. Data Fakir Miskin dan Orang Tidak
cara pelayanan kesehatan.
Mampu yang telah diverifikasi dan divalidasi
sebagaimana
dimaksud,
Pelaksanaan Pengaturan Normatif Tentang
sebelum
Pengakuan, Jaminan, dan Perlindungan
terpadu oleh Menteri di bidang sosial,
Terhadap
Warga
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan
Jaminan
menteri yang menyelenggarakan urusan
Negara
Hak
Konstitusional
Indonesia
Dibidang
Kesehatan Nasional Kepesertaan
ditetapkan
sebagai
data
pemerintahan di bidang keuangan dan didalam
BPJS
menteri dan/atau pimpinan lembaga
Kesehatan dibagi menjadi 2 kelompok
terkait.
golongan yaitu peserta Penerima Bantuan
5. Data terpadu yang ditetapkan oleh
Iuran (PBI) dan peserta bukan Penerima
Menteri dirinci menurut provinsi dan
Bantuan Iuran.
kabupaten/kota. 6. Data terpadu sebagaimana dimaksud menjadi dasar bagi penentuan jumlah 105 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
nasional PBI Jaminan Kesehatan. Data
Kesehatan karena memenuhi kriteria
terpadu
Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.
sebagaimana
dimaksud,
disampaikan oleh Menteri di bidang sosial
kepada
menteri
3. Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan
yang
sebagaimana dimaksud diverifikasi dan
urusan
divalidasi oleh Menteri di bidang sosial.
pemerintahan di bidang kesehatan dan
4. Perubahan data ditetapkan oleh Menteri
menyelenggarakan
DJSN.
di bidang sosial setelah berkoordinasi
7. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di
bidang
dengan Menteri yang menyelenggaraka-
kesehatan
n
urusan
pemerintahan
mendaftarkan jumlah nasional PBI
keuangan
Jaminan
pimpinan lembaga terkait.
Kesehatan
ditetapkan sebagai
yang
sebagaimana peserta
program
telah
dimaksud
5. Verifikasi
Jaminan
jumlah
PBI
dan
Menteri
validasi
bidang dan/atau
terhadap
perubahan data PBI Jaminan Kesehatan
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. 8. Penetapan
dan
di
sebagaimana dimaksud dilakukan setiap
Jaminan
6 (enam) bulan dalam tahun anggaran
Kesehatan pada tahun 2014 dilakukan
berjalan.
dengan menggunakan hasil Pendataaan
6. Penduduk yang sudah tidak menjadi
Program Perlindungan Sosial tahun
Fakir Miskin dan sudah mampu, wajib
2011.
menjadi peserta Jaminan Kesehatan
Apabila
kemudian
hari
terdapat
dengan membayar Iuran.
perubahan data terhadap golongan PBI
Berdasarkan
ketentuan
didalam
yang tidak sesuai dengan kriteria yang
Perpres 12/2013 dan aturan perubahannya
telah disebutkan, maka perlu dilakukan
Perpres 111/2013 Peserta bukan Penerima
adanya
Bantuan
penetapan
ketentuan
sebagai
Iuran
(Non-PBI)
Jaminan
berikut :
Kesehatan merupakan peserta yang tidak
1. Penghapusan data fakir miskin dan
tergolong fakir miskin dan orang tidak
orang tidak mampu yang tercantum
mampu yang terdiri dari pekerja penerima
sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena
upah dan anggota keluarganya, pekerja
tidak lagi memenuhi keriteria.
bukan
Tidak
dicantumkan
Mampu
sebagai
PBI
upah
dan
anggota
keluarganya serta bukan pekerja dan
2. Penambahan data Fakir Miskin dan Orang
penerima
untuk
anggota keluarganya. Peserta Non – PBI
Jaminan
dapat mengikutsertakan anggota keluarga 106 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
lainnya selain yang telah disebutkan,
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Pegawai
kepesertaaan jaminan kesehatan bersifat
Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI,
wajib dan dilakukan secara bertahap
Anggota Polri, Pejabat Negara, dan
sehingga mencakup seluruh penduduk.12
Pegawai
a. Iuran bagi Peserta PBI
Negeri Pusat sedangkan Pemerintah
Iuran
Jaminan
Non
Pegawai
bagi
Daerah untuk Iuran Jaminan Kesehatan
peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar
bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah dan
oleh
Pegawai
Pemerintah
Kesehatan
Pemerintah
melalui
Pendapatan
Belanja
sedangkan
bagi
didaftarkan
oleh
Anggaran
Negara
(APBN),
penduduk Pemerintah
Pemerintah
Non
Pegawai
Negeri Daerah.
yang
2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
Daerah
Pekerja Penerima Upah selain Peserta
dibayar oleh Pemerintah Daerah.
dibawah Instansi Pemerintah mulai
b. Iuran bagi Peserta Non – PBI
diberlakukan pembayaran mulai tanggal
Iuran bagi peserta Non – PBI sebagai
1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni
berikut :
2015 sebesar 4,5% (empat koma lima
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
persen) dari Gaji atau Upah per bulan
Pekerja Penerima Upah yang terdiri atas
dengan ketentuan 4% (empat persen)
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI,
dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5%
Anggota Polri, Pejabat Negara, dan
(nol koma lima persen) dibayar oleh
Pegawai
Pegawai
Peserta, kemudian mulai tanggal 1 Juli
Negeri sebesar 5% (lima persen) dari
2015 iuran dikenakan sebesar 5% (lima
Gaji atau Upah per bulan dengan
persen) dari Gaji atau Upah per bulan
ketentuan 3 % (tiga persen) dibayar
dengan ketentuan 4% (empat persen)
oleh pemberi kerja dan 2 % dibayar
dibayar oleh Pemberi Kerja
oleh
(satu persen) dibayar oleh Peserta.
Pemerintah
peserta,
Non
pemberi
kerja
yang
dan 1%
dimaksud dalam kategori peserta ini
Berdasarkan Perpres 111/2013 setiap
dalam kewajiban pembayaran iuran
pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya
adalah
dan
dan pekerjanya sebagai peserta jaminan
Pemerintah Daerah. Pemerintah untuk
kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
Pemerintah
Pusat
membayar iuran.13 12
Mundiharno, 2012, Peta jalan menuju universal coverage jaminan kesehatan, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 0216-1338, Jakarta. Hlm. 208.
13
Ibid. Hlm. 218.
107 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Dalam hal pemberi kerja tidak
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS
antara
Kesehatan pekerja pada tempat pemberi
pelayanan
kerja tersebut berhak mendaftarkan dirinya
pemeriksaan
sebagai peserta jaminan kesehatan dengan
konsultasi medis, Tindakan medis non
iuran sebagaimana yang telah diatur
spesialistik
berdasar ketentuan tentang iuran terhadap
operatif, pelayanan obat dan bahan
golongan
medis habis pakai, transfusi darah
penerima
pekerja, upah
perubahan
peserta
wajib
data
pekerja
menyampaikan
kepesertaan
sesuai
kepada
lain administrasi promotif dan
dan
pemeriksaan
preventif,
pengobatan
operatif
dengan
pelayanan,
maupun
kebutuhan
penunjang
serta
non
medis,
diagnostik
pemberi kerja dan pemberi kerja wajib
laboratorium tingkat pratama, rawat
melaporkan perubahan data kepesertaan
Inap tingkat pertama sesuai dengan
kepada BPJS Kesehatan. Sedangkan bagi
indikasi medis.
setiap
orang
yang
bukan
pekerja
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat
diwajibkan pula mendaftarkan dirinya dan
lanjutan
keluarganya
pelayanan,
sebagai
peserta
dengan
antara
lain
administrasi
pemeriksaan
dan
membayar iuran secara mandiri, untuk
pengobatan serta konsultasi spesialistik
ruang
sebesar
oleh dokter spesialis dan subspesialis,
Rp.25.000,- per orang per bulan, ruang
tindakan medis spesialistik baik bedah
perawatan kelas II sebesar Rp.42.500,- per
maupun non bedah sesuai dengan
orang per bulan, dan ruang perawatan
indikasi medis, pelayanan obat dan
kelas I Rp.59.500 per orang per bulan.
bahan medis habis pakai, pelayanan
perawatan
Terhadap
kelas
pelayanan
III
kesehatan
penunjang diagnostik lanjutan sesuai
telah diatur mengenai ruang lingkup
dengan
pelayanan yang diberikan bagi peserta
medis, pelayanan darah, pelayanan
jaminan kesehatan sebagaimana diatur
kedokteran forensik klinik, pelayanan
dalam
jenazah pada pasien yang meninggal
Perpres
perubahannya
12/2013 Perpres
dan
111/2013
aturan serta
setelah
indikasi
dirawat
medis,
inap
rehabilitasi
di
fasilitas
Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun
kesehatan yang bekerjasama dengan
2014 dengan ketentuan pelayanan sebagai
bpjs kesehatan
berikut :
jenazah tidak termasuk peti mati dan
berupa pemulasaran
mobil jenazah, perawatan inap non 108 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
intensif dan perawatan inap di ruang
apabila bayi hingga hari ke-7 (tujuh)
intensif
sejak kelahirannya tidak didaftarkan
3. Persalinan
yang
ditanggung
BPJS
bayi tersebut tidak dijamin oleh BPJS
Kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat
Kesehatan.
pertama maupun tingkat lanjutan adalah
4. Ambulan, hanya diberikan untuk pasien
persalinan sampai dengan anak ketiga
rujukan dari fasilitas kesehatan satu ke
tanpa
fasilitas
melihat
anak
hidup
atau
kesehatan lainnya,
dengan
meninggal. Berdasarkan Surat Edaran
tujuan menyelamatkan nyawa pasien.
Menkes RI No. 32/2014 terhadap bayi
Pelayanan
yang baru lahir dari peserta PBI secara
pelayanan transportasi pasien rujukan
otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan
dengan kondisi tertentu antar Fasilitas
dengan mencatat dan dilaporkan kepada
Kesehatan disertai dengan upaya atau
BPJS Kesehatan oleh fasilitas kesehatan
kegiatan menjaga kestabilan kondisi
untuk kepentingan rekonsiliasi data
pasien untuk kepentingan keselamatan
PBI, bagi peserta Non - PBI untuk
pasien.
golongan
upah
dijamin bila rujukan dilakukan pada
terhadap anak ke -1 (satu) sampai
Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama
dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta
dengan BPJS atau pada kasus gawat
pekerja penerima upah secara otomatis
darurat dari Fasilitas Kesehatan yang
dijamin
tidak
pekerja
oleh
penerima
BPJS
Kesehatan,
Ambulan
Pelayanan
bekerja
merupakan
Ambulan
sama
dengan
hanya
BPJS
sedangkan anak ke-4 (empat) atau lebih
Kesehatan dengan tujuan penyelamatan
dari peserta penerima upah dijamin
nyawa pasien.
hingga
hari
kelahirannya
ke-7
(tujuh)
dan
harus
sejak
Terhadap
pelayanan
kesehatan
segera
yang dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan
Bagi
terdapat jenis pelayanan kesehatan yang
peserta pekerja bukan penerima upah
tidak dijamin sebagaiman diatur didalam
dan peserta bukan pekerja dijamin
Perpres 111/2013 meliputi hal- hal sebagai
hingga
berikut :
didaftarkan
hari
kelahirannya didaftarkan
sebagai
peserta.
ke-7
(tujuh)
dan
harus
sebagai
sejak segera
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
peserta,
tanpa melalui prosedur sebagaimana
sebagaimana seperti anak ke-4 (empat)
diatur dalam peraturan yang berlaku
atau lebih dari peserta penerima upah, 109 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan
yang
penilaian teknologi kesehatan (health
tidak
technology assessment)
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
12. Pengobatan dan tindakan medis yang
kecuali dalam keadaan darurat
dikategorikan
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin
sebagai
percobaan
(eksperimen)
oleh program jaminan kecelakaan kerja
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan
terhadap penyakit atau cedera akibat
bayi, dan susu
kecelakaan kerja atau hubungan kerja
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga
sampai nilai yang ditanggung oleh
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana
program jaminan kecelakaan kerja
pada masa tanggap darurat, kejadian
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin
luar biasa/wabah.
oleh program jaminan kecelakaan lalu
16. Biaya
pelayanan
kesehatan
pada
lintas yang bersifat wajib sampai nilai
kejadian tak diharapkan yang dapat
yang ditanggung oleh program jaminan
dicegah
kecelakaan lalu lintas
17. Biaya pelayanan lainnya yang tidak
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di
ada
luar negeri 6. Pelayanan
hubungan
dengan
manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan kesehatan
untuk
tujuan
klaim perorangan.
estetik
Bagi
peserta skrining
BPJS
diberikan
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
pelayanan
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
diberikan secara perorangan dan selektif
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat
yang bertujuan untuk mendeteksi resiko
ketergantungan obat dan/ atau alcohol
penyakit serta mencegah dampak lanjutan
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja
dari resiko penyakit tertentu, penyakit antara
lain
yang
menyakiti diri sendiri, atau akibat
tersbut
melakukan hobi yang membahayakan
mellitus tipe 2, hipertensi, kanker leher
diri sendiri
rahim, kanker payudara dan penyakit lain
11. Pengobatan komplementer, alternatif
meliputi
kesehatan
diabetes
yang ditetapkan oleh Menteri.
dan tradisional, termasuk akupuntur,
Pelayanan
skrining
kesehatan
shin she, chiropractic, yang belum
dimulai dengan analisis riwayat kesehatan
dinyatakan
yang dilakukan sekurang-kurangnya 1
efektif
berdasarkan
(satu)
tahun
sekali,
apabila
perserta
110 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
teridentifikasi mempunyai resiko riwayat
bukan pekerja untuk secara wajib
kesehatan
mendaftarkan
tersebut
harus
dilakukan
diri
sebagai
peserta
penegakan diagnosa melalui pemeriksaan
beserta seluruh anggota keluarganya
penunjang diagnostik tertentu kemudian
pada BPJS Kesehatan dengan beban
diberikan
iuran per orang per bulan sesuai Pasal
pengobatan
sesuai
dengan
indikasi medis.
16F
Apabila di suatu daerah belum tersedia
fasilitas
memenuhi, kebutuhan terhadap
kesehatan
syarat
guna
medis BPJS
memberikan
dikeluarkan peserta,
perihal
penetapan iuran Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan yang mewajibkan
memenuhi
pembayaran iuran per orang per bulan
sejumlah
peserta
Kesehatan
wajib
pemberian manfaat jaminan kesehatan
untuk
bagi anggota keluarga dari peserta
yang
didalam Pasal 20 UU 40/2004 serta
beban 14
111/2013,
yang
kompensasi
memperkecil
Perpres
biaya
hal
penentuan daerah
syarat
guna
kebutuhan
medis
sejumlah
bertentangan
dengan
Pasal 3 dan Pasal 13d UU 24/2011.
belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi
tersebut
2. Adanya
memenuhi
penetapan
penggunaan
kartu
pemberlakuan peserta
BPJS
peserta
Kesehatan yang telah terdaftar dan
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat
membayar iuran pertama baru dapat
atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan
dilakukan setelah 7 hari pendaftaran,
Asosiasi Fasilitas Kesehatan, kompensasi
sehingga
dapat diberikan berupa penggantian uang
masyarakat
tunai, pengiriman tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan melalui BPJS
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu.
Kesehatan
a. Permasalahan kepesertaan
didalam Pasal 10 Peraturan BPJS
Dalam
hal
tidak
7
hari
dapat
sebagaimana
tersebut menikmati
disebutkan
BPJS
4/2014 tentang tata cara pendaftaran
Kesehatan ditemukan adanya beberapa
dan pembayaran peserta perorangan
bentuk permasalahan terkait aturan yang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
telah
Kesehatan, hal tersebut bertentangan
ditetapkan
kepesertaan
selama
antara
lain
sebagai
berikut:
dengan makna jaminan kesehatan pada
1. perintah
bagi
masyarakat
yang
Pasal 1 Perpres 12/2013 kemudian
tergolong bukan penerima upah dan
bertentangan
dengan
Pasal
3
UU
24/2011 mengenai tujuan BPJS dan 14
Mundiharno. Op.cit, hal. 209.
111 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Pasal 19 ayat (2) UU 40/2004 mengenai
kesehatan
tujuan
Perpres 12/2013.
penyelenggaraan
jaminan
kesehatan.
sebagaimana
Pasal
29
Kepesertaan BPJS diatur dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 19 UU
b. Permasalahan pelayanan kesehatan Dalam Kesehatan
hal
terdapat
24/2011 serta pada Pasal 2 sampai dengan
pelayanan
BPJS
beberapa
bentuk
Pasal 19 Perpres 12/2013 dan Perpres 111/2013
yang
permasalahan terkait aturan yang telah
pendaftaran
ditetapkan anatara lain sebagai berikut :
kepesertaan,
1. Sistem pembagian kelas pelayanan
pembayaran iuran.
kesehatan
non
medis
mengatur
kepesertaan, status
tentang
permasalahan
kepesertaan
dan
berdasarkan
Pelayanan kesehatan diatur dalam
besaran nilai iuran yang dibayarkan
Pasal 12 dan Pasal 13 UU 24/2011 serta
peserta
serta
pada Pasal 20 sampai dengan Pasal 45
pemberian fasilitas kesehatan terendah
Perpres 12/2013 dan Perpres 111/2013
bagi peserta penerima bantuan iuran
yang menerangkan atas hak dan kewajiban
BPJS Kesehatan sesuai Pasal 23 Pepres
BPJS Kesehatan selaku penyelenggara
111/2013 tentulah tidak sesuai dengan
yang terdiri tentang manfaat jaminan
konstitusi
kesehatan,
BPJS
Kesehatan
karena
tidak
adanya
persamaan hak bagi warga negara. 2. Terhadap perbedaan kelas pelayanan
koordinasi
manfaat,
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
ditinjau
prosedur
pelayanan
dari
tersebut masih ditambah dengan adanya
kesehatan, pelayanan obat dan bahan
ketentuan administrasi klinik pelayanan
medis, pelayan gawat darurat, pelayanan
kesehatan
dimana tidak adanya fasilitas kesehatan
yang
tidak
memberikan
kemudahan bagi masyarakat menikmati
pelayanan
untuk
yang memenuhi syarat, serta penjaminan
kesehatan
atas tanggung jawab tersedianya pelayanan
sebagaimana telah terdaftar sebagai peserta
BPJS
penetapan
Kesehatan
klinik
kesehatan yang memadai.
seperti
kesehatan
Keorganisasian BPJS Kesehatan
yang
sebagai
pelaksana
penyelenggara
ditentukan 1 (satu) klinik per peserta,
kesehatan diatur dalam Pasal 20 sampai
adanya
yang
dengan Pasal 47 UU 24/2011 yang
untuk
mengatur tentang organ BPJS, persyaratan
pelayanan
tata cara pemilihan dan penetapan serta
mekanisme
rujukan
menyulitkan
masyarakat
mendapatkan
segera
112 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
pemberhentian anggota dewan pengawas
Komnas
HAM
memiliki
dan anggota direksi, pertanggung jawaban
kewenangan dalam rangka menangani
penyelenggaraan program BPJS, kegiatan
perkara pengaduan atas pelanggaran HAM
pengawasan
penyelengaraan
berdasarkan UU No. 39 tahun 1999
program BPJS, pengelolahan aset, dan
dengan tujuan mengembangkan kondisi
tentang ketentuan pembubaran BPJS.
yang kondusif bagi pelaksanaan HAM
dalam
Negara Indonesia adalah negara
sesuai dengan Pancasila, Undang – undang
yang berdasarkan atas hukum sebagaimana
Dasar 1945 dan Piagam PBB serta
disebutkan dalam konstitusi Pasal 1 ayat
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan tujuan
(3) UUD 1945,15 segala sesuatu hubungan
selanjutnya meningkatkan perlindungan
antara hak dan kewajiban yang melekat
dan
pada warga negara didalam kehidupan
berkembangnya pribadi manusia Indonesia
berbangsa
seutuhnya
dan
bernegara
terbentuk
penegakan
HAM
dan
guna
kemampuannya
berdasarkan atas tatanan hukum yang ada,
berpartisipasi
membahas
kehidupan dengan melaksanakan fungsi
tentang
JKN
negara
dalam
berbagai
memberikan ruang bagi warga negara
pengkajian,
berkedudukan yang sama didepan hukum
pemantauan dan mediasi tentang HAM.
untuk
hukum
Sementara pelanggaran hak atas terjadinya
permasalahan
maladministrasi yang berkenaan dengan
melakukan
menyelesaikan kehidupan melalui
tindakan
segala
berbangsa
lembaga
dan
hukum
penyuluhan,
aspek – aspek pelayanan publik berupa
bernegara terdiri
penelitian,
bidang
dari
tindakan
yang
tidak
kepada
sesuai
norma
lembaga bukan peradilan dan lembaga
diterapkan
masyarakat
oleh
peradilan.
perlengkapan negara dalam hal ini BPJS Kesehatan.16
Bentuk upaya penyelesaian hukum yang dapat dilakukan dalam permasalahan
Selain lembaga bukan peradilan
jaminan kesehatan adalah penyelesaian
terdapat lembaga yang penting untuk
melalui lembaga bukan peradilan dalam
memutus perkara tentang permasalahan
hal ini dapat melalui Komisi Nasional Hak
dalam
Asasi Manusia atau Komnas HAM dan
peradilan, lembaga peradilan merupakan
Komisi Ombudsman Nasional.
instrument
JKN
yaitu
penting
melalui
yang
lembaga
menjamin
tegaknya HAM dalam hal ini jaminan 15
Andi Mappetahang Fatwa, 2009, Potret konstitusi pasca amandemen UUD 1945, Penerbit buku Kompas, Jakarta. Hlm. 47.
16
Titon Slamet Kurnia. Op.cit. Hlm.305.
113 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
kesehatan dengan putusan yang bersifat mengikat
dan
eksekutabel,
peradilan
ini
terdiri
17
lembaga
penetapan
penggunaan
kartu
pemberlakuan peserta
BPJS
tingkatan
Kesehatan yang telah terdaftar baru
pengadilan pada tingkat pengadilan negeri
dapat dilakukan setelah 7 (tujuh) hari
hingga Mahkamah Agung dan Mahkamah
pendaftaran,
Konstitusi.
dibenarkan adanya aturan seperti itu
Adapun
dari
2 Adanya
beberapa
seharusnya
tidak
penyesuaian
apabila terkait tentang kepentingan
materiil didalam peraturan terkait jaminan
masyarakat dalam menikmati manfaat
kesehatan nasional dalam UU 40/2004 dan
jaminan
UU 24/2011 beserta peraturan turunannya
merupakan
yang berupa peraturan pelaksana agar
pemerintah bagi masyarakatnya yang
berdasarkan konstitusi tentang hal - hal
tentunya dalam masa sebelum 7 (tujuh)
sebagai berikut :
hari sangat dimungkinkan masyarakat
1 Dalam hal kepesertaan BPJS Kesehatan
membutuhkan
ditemukan
adanya
bentuk
hal
tersebut
ketidakpedulian
manfaat
jaminan
bagi
kesehatan. Seharusnya aturan seperti ini
masyarakat golongan bukan penerima
tidaklah tepat diberlakukan berkaitan
upah dan bukan pekerja untuk secara
dengan
wajib mendaftarkan diri sebagai peserta
jaminan
dan
keluarganya
negaranya tanpa adanya pembatasan
dengan perhitungan iuran dibayar per
didalam hak atas jaminan kesehatan itu
orang per bulan, seharusnya anggota
sendiri.
seluruh
keluarga
perintah
kesehatan,
anggota
dari
peserta
tidaklah
upaya
negara
kesehatan
melakukan
bagi
warga
3 Sistem pembagian kelas pelayanan
membayar iuran tersendiri melainkan
kesehatan
mendapatkan
besaran nilai iuran yang dibayarkan
manfaat
jaminan
non
medis
kesehatan dari pendaftaran yang telah
peserta
dilakukan kepala keluarga atau yang
pemberian fasilitas kesehatan terendah
telah mendaftarkan diri sebagai peserta
bagi peserta penerima bantuan iuran
dalam
BPJS
keluarga
tersebut
bukan
BPJS
berdasarkan
Kesehatan
Kesehatan,
hal
ini
serta
tidak
melakukan iuran tersendiri oleh masing
mencerminkan adanya upaya untuk
– masing orang dalam anggota keluarga
mewujudkan
tersebut.
memberikan sebuah jaminan kesehatan
kesetaraan
didalam
secara menyeluruh bagi warga negara, 17
Ibid. Hlm.287.
114 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
seharusnya
tidak
perlu
adanya
penyesuaian
perbedaan kelas pelayanan terlebih lagi
pengkajian
ulang
terhadap Pasal 16F Perpres 111/2013.
adanya penetapan kelas terendah bagi
2. Terhadap
peserta penerima bantuan iuran. 4
dan
penetapan
penggunaan
kartu
pemberlakuan peserta
BPJS
Adanya ketentuan administrasi klinik
Kesehatan yang telah terdaftar baru
pelayanan
tidak
dapat
bagi
pendaftaran perlu adanya penyesuaian
untuk
menikmati
dan pengkajian ulah terhadap Pasal 10
kesehatan
sebagaimana
Peraturan BPJS 4/2014 tentang tata cara
telah terdaftar sebagai peserta BPJS
pendaftaran dan pembayaran peserta
Kesehatan seperti penetapan klinik
perorangan
kesehatan yang ditentukan 1 (satu)
Jaminan Sosial Kesehatan.
kesehatan
memberikan masyarakat pelayanan
yang
kemudahan
klinik per peserta, adanya mekanisme
digunakan
setelah
Badan
7
hari
Penyelenggara
3. Sistem pembagian kelas pelayanan
rujukan yang menyulitkan masyarakat
kesehatan
untuk mendapatkan segera pelayanan
besaran nilai iuran yang dibayarkan
kesehatan,
peserta
diberikan
seharusnya
masyarakat
kemudahan
non
medis
BPJS
berdasarkan
Kesehatan
serta
didalam
pemberian fasilitas kesehatan terendah
memenuhi haknya sehingga terhadap
bagi peserta penerima bantuan iuran
jaminan kesehatan yang diharapkan
BPJS
terwujud secara benar dan nyata.
penyesuaian Pasal 23 Perpres 111/2013.
Berdasarkan pertimbangan dalam penyesuaian
materiil
pertimbangan
dapat
dilakukan
Kesehatan
4. Penetapan
menjadi
perlu
klinik
dilakukan
kesehatan
yang
ditentukan 1 (satu) klinik per peserta,
penyesuaian
adanya
mekanisme
rujukan
yang
formil terhadap aturan – aturan yang ada
menyulitkan
masyarakat
antara lain sebagai berikut :
mendapatkan
segera
1. Terkait kewajiban pendaftaran peserta
kesehatan perlu adanya penyesuaian
golongan
bukan
pekerja
bukan
pada
BPJS
D. Penutup
Kesehatan
Kesimpulan
dengan ketentuan pembayaran iuran per orang
perbulan,
perlu
pelayanan
sebagaimana Pasal 29 Perpres 12/2013.
penerima upah dan seluruh anggota keluarganya
untuk
Berdasarkan
adanya
dari
uraian
dan
pembahasan dalam bab – bab yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat 115 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dibuat
kesimpulan
bahwa
jaminan
Saran
Kesehatan Nasional merupakan bagian
Terhadap pelaksanaa penyelenggar
dari penegakan Hak Asasi Manusia yang
-aan Jaminan Kesehatan Nasional ini
dilindungi
terkait
berdasarkan
konstitusi,
pemenuhan
hak
konstitusional
sehingga atas hak tersebut merupakan
Warga Negara Indonesia terdapat beberapa
bentuk hak konstitusional yang dimiliki
saran yang dapat disampaikan agar mampu
Warga
menjadi
Negara
diselenggarakan konstitusi
Indonesia berdasarkan
sebagaimana
yang ketetapan
penyelenggaran
jaminan kesehatan yang lebih baik yaitu
atas
diperlukannya sosialisasi yang lebih baik
penyelenggaraannya adalah pada pasal 28
oleh pemerintah kepada masyarakat secara
H ayat (1), ayat (2), ayat (3) serta pasal 34
luas
ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945, terdapat
masyarakat dapat mengetahui keberadaan
aturan pelaksana dibawah UUD 1945
penyelenggaraan JKN, pemerintah harus
berupa UU 40/2004 dan UU 24/2011 serta
memberikan kemudahan dan keleluasaan
peraturan pelaksana lainnya.
bagi masyarakat untuk menikmati jaminan
Pengaturan
dasar
pertimbangan
sehingga
seluruh
pelaksanan
kesehatan yang ada serta tidak perlu
normatif terkait dengan jaminan kesehatan
adanya bentuk batasan – batasan atau
nasional pada UU 40/2004 dan UU
syarat – syarat yang sifatnya mempersulit
24/2011
dan merugikan masyarakat.
serta
dan
menyeluruh
peraturan
pelaksana
dibawahnya perlu adanya penyesuaian
Terkait dengan UU 40/2004 dan
didalam Pasal 16 F, Pasal 23 Perpres
UU 24/2011 serta segala bentuk aturan
111/2013, Pasal 29 Perpres 12/2013 dan
pelaksana yang telah dibuat terhadap sifat
Pasal 10 Peraturan BPJS 4/2014 yang
yang berkaitan dengan pembatasan hak
dinilai tidak tepat sehingga tidak dapat
konstitusional warga negara perlu adanya
melaksanakan amanah pasal 28 H ayat (1),
upaya – upaya hukum untuk memperbaiki
ayat (2), ayat (3) serta pasal 34 ayat (1)
aturan tersebut dan perlu dilakukan judisial
dan
dalam
review agar sesuai dengan amanah Pasal
memberikan pengakuan, jaminan, dan
28 H ayat (1), ayat (2), ayat (3) serta Pasal
perlindungan terhadap hak konstitusional
34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945
Warga Negara Indonesia.
sehingga selanjutnya dibentuk aturan yang
ayat
(2)
UUD
1945
memenuhi
hak
konstitusional
bagi
116 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
kepentingan menyeluruh seluruh Warga Kurnia, Slamet, Titon, 2007, Hak atas derajat kesehatan optimal sebagai HAM di Indonesia, PT. Alumni, Bandung.
Negara Indonesia. Daftar Pustaka Buku
Jurnal
Fatwa, Mappetahang, Andi, 2009, Potret konstitusi pasca amandemen UUD 1945, Penerbit buku Kompas, Jakarta.
Shihab, Nizar, Ahmad, 2012, Hadirnya negara di tengah rakyatnya pasca lahirnya undang – undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 0216-1338, Jakarta.
Putri, Eka, Asih, 2014, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, Friederich-Ebert-Stiftung, Jakarta.
Mundiharno, 2012, Peta jalan menuju universal coverage jaminan kesehatan, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 02161338, Jakarta.
Atmakusumah, 1997, Tajuk – tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Bahar, Saafroedi, 2002, Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Qomarudin, 2012, Badan hukum publik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasinya menurut undang – undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 0216-1338, Jakarta.
Hartono, Dimyati, M, 2009, Problematik dan solusi amandemen Undang – Undang Dasar 1945, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Masduki, 2007, Regulasi penyiaran dari otoriter ke liberal, LKIS Yogyakarta, Yogyakarta.
Pakpahan, Hendra, Rudy & Sihombing, M.A.N, 2012, Eka Tanggung jawab negara dalam pelaksanaan jaminan sosial, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 02161338, Jakarta.
Budiardjo, Miriam, 2003, Dasar – dasar ilmu politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Marzuki, Mahmud, Peter, 2005. Penelitian hukum, Prenada media group, Jakarta.
Zaelani, 2012, Komitmen Pemerintah dalam penyelenggaraan jaminan sosial nasional, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 9 No. 2, ISSN 02161338, Jakarta.
Arrasjid, Chainur, 2001, Dasar – dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Internet
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu perilaku kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan diakses tanggal 13 April 2016. 117 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380
JUSTITIA JURNAL HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php ?id=1 diakses tanggal 13 April 2016. http://regional.kompas.com/read/2014/02/ 21/Mau.Cuci.Darah.Jadi.Rumit.den gan.BPJS diakses tanggal 15 Maret 2016. http://wandykumis.wordpress.com/2010/0 2/24/penalaran-induktifdeduktifanalogi-silogisme-kategorial/, diakses tanggal 26 Mei 201. http://iki.or.id/publikasi/apa-saja-hakkonstitusional-kita-sebagai-wni diakses tanggal 30 November 2014. http://www.jamkesindonesia.com/topik/det ail/asas--tujuan-dan prinsip#.VIBzFGcmHNw
diakses
tanggal 30 November 2016.
118 Volume 1 No.1 April 2017 ISSN Cetak: 2579-9983 E-ISSN: 2579-6380