PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN MELALUI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial S.Sos
Oleh Indah Kurniawati 1112054000028
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI 2016/2017
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi inimerupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan unutk salah satu persyaratan memperoleh gelar Sastra Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 12 Januari 2017
Indah Kurniawati 1112054000028
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul 'PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN
MELALUI USAHA BUDIDAYA IKAN I(ERAPU DI
PULAU
PANGGANG KEPULAUAN SERIBU' telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, tanggal
Januari 2017. Skripsi
ini
telah diterima sebagai sala6 satu
12
syarat
memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 Sosial (S.Sos) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMD.
Ciputat, 12 Januan2017 Sidang Munaqasyah
Ketua N'Ierangkap Anggota
Se
M.I{udri. N{.A I\IP. 19720606199803
199903 2 002
1 003
Anggota Penguji
II
N{.Si
NrP. 19750601201411 1 001
NrP. 19760617200501 Pembimbing
I 006
ABSTRAK INDAH KURNIAWATI (1112054000028) Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Pemberdayaan ekonomi nelayan merupakan program kegiatan dari pemerintah Suku Dinas Pertanian, Kelautan, dan Ketahanan Pangan di Kepulauan Seribu dengan melaui usaha budidaya Ikan Kerapu, dengan cara memberikan bantuan modal untuk nelayan dalam berwirausaha budidaya ikan. Dengan tujuan untuk nilai tambahan pendapatan ekonomi nelayan dan untuk mensejahterakan kehidupan nelayan, serta tidak ada lagi kemiskinan dikalangan nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat bantuan hibah diberikan dengan cuma-cuma. Namun dikelola oleh setiap kelompok nelayan budidaya ikan tersebut seperti salah satu kelompok yang diteliti oleh peneliti yakni kelompok UPBL (unit Pengembangan Usaha Budidaya Laut). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Untuk mengetahui yang latar belakang dibentuknya pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Untuk mengetahui metode dan teknik pengembangan pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dan jenis penelitian adalah deskriftif. Data yang dikumpulkan berasl dari data primer dan data sekunder. Berupa kata-kata, gambaran, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian ini akan bersifat kutipan-kutipan unutk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut, data tersebut berdasarkan naska wawancara, catatan, laporan, catattan dan memo, dan dokumentasi resmi lainnya. Subyek dalam penelitian adalah pimpinan atau kepala Suku Dinas Pertanian, Kelautan, dan Ketahanan Pangan, Ketua Kelompok UPBL, dan anggota-anggota nelayan budidaya ikan kerapu. Objek penelitian ini menggunakan panca indra untuk mengetahui kegiatan kelompok-kelompok nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu ini, serta penelitian yang akan diteliti di masyarakat pesisir. Temuan lapangan menunjukkan bahwa pemberdyaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang, dengan menggunakan dua metode yakni metode PRA dan RRA.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim Al-Hamdulillah, atas puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada umatnya, sehingga pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan Allah SWT kepada Nabi pilihan yang membawa petunjuk ke jalan yang lurus, penerang dalam kegelapan, keteladanan bagi ummat, yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan kepada para pengikutnya yang setia sampai Akhir Zaman. Amin. Sebagai tanda syukur atas selesainya penulisan skripsi yang berjudul ”Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, maka pada kesempatan yang baik ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Wati Nilamsari, S.Sos, M.Si Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. 2. M. Hudri M. Ag, Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam 3. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail MA, Dosen Pembimbing skripsi yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini sampai selesai. 4. Seluruh Tenaga Pengajar Jurusan PMI yang telah memberikan pengalaman ilmu pengetahuan kepada peneliti. 5. Bapak Supriyadi Pimpinan atau Kepala Suku Dinas Pertanian, Kelautan dan Ketahanan Pangan, Pengurus Kelurahan Pulau Panggang, dan nelayan Pulau Panggang serta ketua dan anggotaanggota kelompok UPBL, yang telah membantu dan memebrikan informasi serta data-data untuk peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
ii
6. Rusli dan Nurhayati, Kedua orang tua peneliti yang telah mendidik, mendo’akan dan membantu membiayai selama perkuliahan, sehingga dapat menyelesaikan pada jenjang Strata Satu (S1) ini. 7. Keluarga besar Muhajar dan Keluarga besar Kusni, atas bantuan pemikiran, tenaga dan dananya serta saudaraku yang selalu memberikan semangat dan mengajarkan banyak hal kepada peneliti. 8. Teman-teman PMI 2012, terima kasih atas dukungan dan motivasinya. 9. Teman-teman SD, SMP dan SMA, terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik atas jasa-jasa mereka di dunia dan akhirat. Selain itu peneliti juga berdo’a semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal Aalamin. Ciputat, 12 Januari 2017
Indah Kurniawati 1112054000028
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK……………………………………………………………. i KATA PENGANTAR………………………………………………… ii DAFTAR ISI………………………………………………………….. iv DAFTAR TABEL…………………………………………………….. vi DAFTAR GAMBAR………………………………………………... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 12 D. Metodologi Penelitian……………………………………... 13 E. Kajian Pustaka……………………………………………... 20 F. Sistem penulisan…………………………………………… 22 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pemberdayaan…………………………………. 24 B. Strategi Pemberdayaan…………………………………….. 32 C. Pemberdayaan sebagai Tujuan dan Proses……………........ 33 D. Pembangunan Berbasis Strategi Pemberdayaan…………... 34 E. Pemberdayaan Ekonomi………………………………….... 38 F. Pengertian Nelayan Tangkap dan Budidaya………………. 41 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Seribu………………………………………...... 43 B. Profil dan Sejarah berdirinya Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL)……………………………………………….. 51 C. Modal untuk Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu………………………………………….. 55 D. Manajemen Pemberdayaan dan Budidaya………………... 59 E. Metode dan Teknik Pendekatan dalam Pembentukan Kelompok UPBL…………………………………………... 59 F. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Budidaya dan Nelayan Tangkap……………………………………………………. 72
iv
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu…………………………………………………….... 79 B. Proses Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu……………………………………………………… 78 C. Metode dan Teknik Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu……………………………………………………… 83 D. Usaha Budidaya Ikan kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu……………………………………………………… 85 E. Keberhasilan Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualauan Seribu………………………………………… 90 F. Kemandirian Budidaya Ikan kerapu di Pulau Panggang Kepualauan Seribu……………………………………….... 93 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………… 98 B. Saran……………………………………………………….. 99 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Toko dan Definisi Pemberdayaan………………………... 23 2. Tabel 2 Jumlah Penduduk di Tiap Pulau Permukiman…………… 44 3. Tabel 3 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendiidkan……… 44 4. Tabel 4 Daftar Nama Masjid di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Administrasi Kepulauan Seribu……………………………………………………………... 44 5. Tabel 5 Daftar Nama Mushollah di Kelurahan Kepulauan Seribu Utara, Administrasi Kepulauan Seribu………………………….... 45 6. Tabel 6 Daftar Nama Majelis Taklim di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepualaun Seribu Utara, Administrasi Kepulauan Seribu……………………………………………………………... 46 7. Taebl 7 Perhitungan Kebutuhan Peralatan Keramba Per Unit….... 58 8. Tabelo 8 Jenis dan Sebaran Petani Budidaya di Kelurahan Pulau Panggang………………………………………………………….. 63 9. Tabel 9 Jenis Penyakit dan Cara Pengobatan Ikan Kerapu………. 64 10. Tabel 10 Cakupan dan Kajian…………………………………….. 69 11. Tabel 11 Ruang Lingkup Analisis Peruntukan dan Pengaturan Budidaya………………………………………………………….. 70 12. Tabel 12 Waktu Pelaksanaan……………………………………... 71 13. Tabel 13 Data Produksi dan Pendapatan Kelompok Nelayan Budidaya di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Seribu……… 74 14. Tabel 14 Data Time Series Kelautan dan Perikanan tahun 20102015……………………………………………………………..... 76 15. Tabel 15 Data Pendapatan Perpanen Kelompok UPBL………….. 78 16. Tabel 16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Budidaya………… 87 17. Tabel 17 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Tahun 2000-2012…………………………………………. 90 18. Tabel 18 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Tahun 2012-2013…………………………………………. 90 19. Tabel 19 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Tahun 2014-2015…………………………………………. 91
vi
20. Tabel 20 Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Tahun 2015-2016…………………………………………. 92
vii
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 Peta kawasan Kelurahan Pulau Panggang, Administrasi Kabupaten Kepulauan Seribu…………………………………...... 47 2. Gambar 2 Struktur Kepengurusan Kelompok UPBL…………….. 53 3. Gambar 3 Pengelolaan Satu Unit Keramba Oleh Kelompok Keluarga UPBL……………………………………………………………... 53 4. Gambar 4 Penyusunan Draf AD/ART Oleh Pengurus UPBL……. 54 5. Gambar 5 Jenis Keramba Apung Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang ………………………………………………………… 59 6. Gambar 6 Rencana Strategi dan Aturan Kelembagaan…………... 62 7. Gambar 7 Sampel Gambar Ekonomi Kelurahan Pulau Panggang Januari 2011……………………………………………………..... 75
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-Negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akdemis maupun para praktisi. Berbagai teori konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan misteri kemiskinan ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia. 1 Meninjau kemiskinan di dalam aspek wilayah memberikan kerangka yang kompherensif bagi upaya-upaya menghapus kemiskinan. Kemiskinan di dalam pembangunan wilayah dapat di tinjuan bukan saja sebagai sasaran atau keluaran yang harus dihapus keberadaannya tetapi juga dapat menjadi bagian proses analisis yang memandu pembangunan mencapai tujuantujuannya. Kemiskinan
merupakan kondisi absolut atau relatif dimana
seseorang atau sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah karena sebabsebab natural, kultural, atau struktural, menyebabkan ia tidak mempunyai kemampuan untuk mencakupi kebutuhan dasarnya sesuai tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan kata lain, seseorang dikatakan miskin jika dan hanya jika tingkat pendapatanya tidak memungkinkan orang tersebut untuk mentaati tata nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Tata nilai itu sangat dinamis, semakin lama mengarah ke sifat materialis. Pandangan ini memperlihatkan luasnya cakupan tantangan dimensi kemiskinan.2
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembengunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung, PT Refika Aditama, 2005), h. 131 2 Iwan Nugroho &Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. 179-180.
1
Dari sapek ekonomi, kemiskinan pada dasarnya memperlihatkan adanya suatu gap antara lemahnya purchasing power (positive) dan keinginan untuk memenuhi basic need (normative). Hal tersebut implisit dengan keadaan-keadan berikut: pertama, kemiskinan mencerminkan keadaaan rendahnya permintaan agregaet sehingga dapat mengurangi insentif untuk mengembangkan sistem produksi. Kedua, kemiskinan berhubungan denganpenggunaan (rasio) modal atau tenaga kerja yang rendah pula. Dan ketiga, kemiskinan berhubungan dengan keadaan lokasi beragam sumberdaya alam maupun manusia.3 Dari
aspek
sosial,
kemiskinan
mengindikasikan
potensi
perkembangan masayrakat yang rendah. Di dalam masyarakat berkembang aspirasi dan persepsi yang terbatas dan semu, serta mengutamakan atau mementingkan pengambilan keputusan dalam horison waktu yang pendek. Akibatnya mengenal kepada pemikiran, rasional yang kompherensif tidak mudah, apalagi upaya-upaya merubahnya. Dari aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan lemahnya kemandirian masyarakat. Senantiasa tampak ketergantungan atau eksploitasi oleh kelompok masyarakat satu terhadap masyarakat yang lain dan bermuara kepada keadaan ketidakadilan atau kesenjangan. Keadaan kesenjangan yang terpelihara adalah lebih berbahaya, dan akan menghambat upaya-upaya penghapusan kemiskinan.4 Dari ketiga aspek kemiskinan yang telah disebutkan di atas bahwa masyarakat pesisir atau nelayan mengalami tiga pandangan aspek kemiskinan tersebut. Bahwa masyarakat pesisir atau nelayan itu memiliki pandangan aspek kemiskinan ekonomi, sosial dan politik. Oleh karena itu perlunya penghapusan kemiskinan untuk msayarakat pesisir agar lebih sejahtera dan memiliki kemandirian pada diri masyarakatnya sehingga tidak bergantung kepada bantuan-bantuan pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya.
3
Iwan Nugroho & Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. 179-180. 4 Ibid., h. 180-181.
2
Kemiskinan di kalangan nelayan merupakan sebuah kondisi yang lazim ditemui pada desa nelayan di Indonesia. Kemiskinan yang begitu melekat pada nelayan, khususnya nelayan tangkap dan buruh nelayan serta pembudidaya (usaha budidaya ikan) telah direspon oleh pemerintah dengan berbagai program. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan kepada nelayan, seperti Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP), Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil
(PUPTSK),
dan
Program
Bantuan
Langsung
Masyarakat
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (BLM-PUMP) dan Program Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu. Dengan adanya masalah kemiskinan bagi masyarakat yang dapat di pandang dari apek-aspek kemiskinan ekonomi, sosial, dan politik bahwa perlu dilakukannya pemberdayaan serta pembangunan kepada masyarakat untuk melakukan penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pesisir atau nelayan. Karena masyarakat pesisir atau nelayan masih memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Dengan yang diterapkannya program oleh pemerintah untuk masyarakat nelayan dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir (PEMP) yang melalui usaha budidaya ikan kerapu serta melakukan program pengembangan usaha budidaya ikan kerapu untuk masyarakat pesisir atau nelayan. Pemberdayaan menunjukkan pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, dan menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang-barang serta jasa-jasa yang mereka perlukan serta berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai
proses
pemberdayaan
adalah
serangkaian
kegiatan
untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
3
masyarakat,
termasuk
individu-individu
yang
mengalami
masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang
berdaya,
memiliki
kekuasaan
atau
mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya
pengertian pemberdayaan sebagai
tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.5 Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508 buah dan garis pantai sepanjang 81 ribu kilometer. Luas wilayah laut Indonesia termasuk di dalamnya Zona Ekonomi Eksklusif sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar tiga per empat dari keseluruhan wilayah Negara Indonesia.6 Jika dimanfaatkan secara arif, potensi kekayaan tersebut dapat mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di sector kelautan. Dengan garis pantai sepanjang sekitar 5,8 juta km² (0,3 juta km² perarian teritorial, 2,8 juta km² perairan nusantara dan 2,7 km² Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya yang dapat di pulih (seperti perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang) maupun sumber daya yang tidak dapat pulih seperti (minyak bumi, gas dan barang tambang lainnya).7 Berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarata. Kepulauan Seribu telah ditingkatkan statusnya pemerintahannya dari tingkat Kecamatan menjadi Kabupaten Administrasi. Kabupaten 5
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 58-59 6 Wahyono (2001) dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 195. 7 Ibid.,h. 195.
4
Administrasi Kepulauan Seribu selanjutnya dibagi menjadi dua wilayah Kecamatan : Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Selatan dengan masing-masing mempunyai tiga wilayah Kelurahan : Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan (Kecamatan Kepulauan Seribu Utara), Kelurahan Pulau Untung Jawa, Pulau Pari dan Pulau Tidung (Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan). Perubahan tingkatan status pemerintahan
tersebut
kesejahteraan
hidup
dimaksudkan masyarakat
untuk setempat
meningkatkan melalui
tingkat
intensifikasi
pemberdayaan dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat Kepulauan Seribu. Masyarakat Kepulauan Seribu umumnya berprofesi sebagai nelayan tangkap (71 %) (Kantor Statistik Kotamadya Jakarta Utara, 1999), masih dalam kondisi diliputi kemiskinan dan penghasilan yang tidak menentu. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (UU No. 9/1985). Penangkapan Ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menangkap Ikan diperairan yang tidak dalam dibudidayakan dengan alat atau cara apapun (UU No. 9/1985). Kepulauan seribu adalah gugusan pulau-pulau kecil yang memiliki ekosistem terumbu karang yang indah. Ekosistem di perairan laut dangkal yang sebagian besar terbentuk oleh karang. Menjadi tempat tinggal, berkembang biak, dan tempat mencari makan bagi ikan-ikan dan makhluk laut lainnya. Keutuhan, kelestarian, serta keberlanjutan ekosistem terumbu karang adalah daya dukung lingkungan untuk menjaga keseimbangan alam. Pemberi manfaat ekonomis serta keberlangsungan kehidupan baik di laut sendiri maupun bagi kehidupan masyarakat. Nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.Dalam kehidupan seharihari, nelayan tradisional lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsitence). Dalam arti hasil alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,
5
khususnya pangan, dan bukan diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha.8 Sejak krisis mulai merambah keberbagai wilayah pertengahan tahun 1997, nelayan tradisional boleh dikatakan adalah kelompok masyarakat pesisir yang paling menderita, dan merupakan korban pertama dari perubahan situasi sosial ekonomi yang terkesan tiba-tiba, namun berkepanjangan. Bagi nelayan tradisional, musim kemarau yang panjang bukan saja sama dengan dengan memperlama masa kesulitan mereka dalam memperoleh hasil tangkap, tetapi juga menyebabkan kehidupan mereka menjadi miskin, dan mereka terpaksa masuk dalam terperangkap hutang yang tidak berkesudahan. Keterbatasan kemampuan nelayan-nelayan tradisional dalam berbagai aspek adalah hambatan potensial bagi meraka untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengatasi kemiskinan yang membelit mereka selama ini. Pemerintah sendiri, sebetulnya bukan tidak memahami penderitaan dan tekanan kemiskinan yan dialami masyarakat pesisir, khususnya para nelayan tradisional. Salah satu program pembangunan yang dirancang khusus
untuk
membantu
upaya
pemberdayaan
dan
peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir adalah programa PEMP (Pemberdyaan Ekonomi Masyarakat Pantai). Sasaran program PEMP adalah nelayan tradisional, nelayan buruh, pedagang, dan pengelola ikan berskala kecil, pembudidaya ikan berskala kecil, dan pengelola sarana penunjangan usaha perikanan berskala kecil, yang mana mereka semua adalah termasuk kelompok sosial dalam masyarakat pesisir yang memiliki kerentanan ekonomi.9 Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah yakni PEMP memberikan masyarakat untuk melakukan kewirusahaan untuk masyarakatnya, usaha yang diberikannya untuk masyarakat pesisir atau nelayan yakni usaha budidaya ikan Kerapu, selain melakukan pekerjaan sebagai nelayan tangkap maka diberikannya usaha 8
Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Model-Model Pemberdyaan Masayarakat, (Yogyakarat, Pustaka Pesanteren, 2005), h. 31. 9 Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Op. Cit., h. 32 & 33.
6
oleh pemerintah Suku Dinas Perikanan dan Kelautan untuk masyarakat dengan melakukan usaha budidaya ikan Kerapu. Usaha budidaya Ikan Kerapu ini, dilakukan di daerah Kepulauan Seribu khusunya berada di desa Pulau Panggang, Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa yang sudah berjalan sejak tahun 2000-an hingga saat ini, tahun 2015 dan 2016 pun masyarakat nelayan masih menjalankan usaha budidaya ikan Kerapu ini. Dengan berkembangnya usaha budidaya Ikan Kerapu ini dapat membantu masyarakat dalam pendapatan dan tambahan ekonomi untuk kehidupan sehari-harinya, yang diibaratkan oleh masyarakat. Sebelumnya Ikan Kerapu di mata masyarakat Pulau panggang merupakan jenis Ikan yang tidak memiliki harga jual, karena kurang disukai selain karena bentuknya juga karena rasanya yang kurang disukai oleh kebanyakan masyarakat, satu kilogram Ikan Kerapu mati per kilogram hanya dihargai Rp.7.000,. Budidaya Kerapu berkembang diawali oleh Pengepul Ikan hidup melalui penampungan Ikan hasil tangkapan hidup nelayan yang tidak masuk ukuran (size) penjualan ke Jakarta.Pengepul menampung berbagai jenis Ikan tersebut dalam keramba tancap sampai mencapai ukuran jual dengan pemberian pakan secara alami.
Seiring
dengan meningkatnya harga Ikan Kerapu hidup pada tahun 2005, seperti Kerapu Lodi ukuran L mencapai Rp.200.000 mendorong masyarakat dan bahkan pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2005 melalui Suku Dinas Kelautan dan perikanan melakukan program-program pengembangan Budidaya di kawasan Kepulauan Seribu khususnya dikawasan Pulau Panggang, Pramuka dan Pulau Kelapa, dan dukungan dari Bupati pada saat itu yang merencanakan pengembangan kawasan budidaya di Kepulauan Seribu.10 Seiring dengan meningkatnya harga Ikan Kerapu hidup pada tahun 2005, seperti Kerapu Lodi ukuran L mencapai Rp. 200.000 mendorong masyarakat dan bahkan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2005 melalui Suku Dinas Kelautan dan perikanan melakukan 10
Sumber: Buku Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
7
program-program pengembangan Budidaya di kawasan Kepulauan Seribu khususnya di kawasan Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa, dan dukungan dari Bupati pada saat itu yang mencanangkan pengembangan kawasan budidaya di Kepulauan Seribu. Namun peralihan mata pencaharian tidak semudah membalikkan tangan, dari kebiasaan menangkap ke budidaya yang membutuhkan waktu panjang dan ketrampilan dan kerajinan dalam memelihara. Namun setelah lewat satu musim dengan dibuktikan oleh beberapa nelayan pembudidaya yang dapat mengenyam hasil panen yang melimpah, satu demi satu tergerak untuk mengikuti jejak rekan-rekannya yang mendapatkan hasil lebih dari sekedar menangkap. Program PEMP yang di lakukan di wilayah Kepulauan Seribu khususnya Pulau Panggang yang yakni program pemberdayaan masyarakat melalui usaha budidaya Ikan Kerapu untuk nelayan tradisional. Program ini dilakukan untuk masyarakat agar masyarakat tidak hanya terfokus kepada satu pekerjaan saja sebagai nelayan tangkap tradisional maupun nelayan buruh. Oleh karena itu, dengan diadakannya program ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di desa pesisir secara terencana dan berkelanjutan. Tetapi, yang menjadi masalah di Wilayah dan komunitas tertentu seperti desa atau pantai, berbagai upaya untuk memberdayakan kegiatan ekonomi produktif rakyat miskin atau ekonomi rakyat, sering kali gagal karena kompleksnya permasalahan yang membelenggu komunitas nelayan, khususnya nelayan tradisional. Bagi nelayan tradisional, persoalan yang dihadapi bukan sekedar makin terbatasnya sumber daya laut yang bisa dieksplorasi, tetapi juga karena keterbatasan mereka sendiri. Usaha perikanan yang ditekuni nelayan tradisional, sebagian besar umumnya masih didominasi usaha berskala kecil, teknologi sederhana, sangat di pengaruhi irama musim, dan hasil-hasil produksinya pun terbatas hanya untuk konsumsi lokal. Pengalaman selama ini telah menunjukkan bahwa tidak mudah mengatasi kemiskinan struktural yang membelenggu nelayan tradisional di
8
berbagai segi kehidupan. Kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional, selain dipengaruhi sejumlah kelemahan internal, juga karena pengaruh faktor eksternal.Keterbatasan pendidikan, kurangnya kesempatan untuk mengakses dan menguasai teknologi yang lebih modern, dan tidak dimilikinya modal yang cukup adalah faktor-faktor internal yang sering kali menyulitkan usaha-usaha untuk memberdayakan kehidupan para nelayan tradisional. Di lain pihak, ada sejumlah faktor eksternal seperti semakin terbatasnya potensi sumber daya laut yang bisa dimanfaatkan nelayan, persaingan yang semakin insentif, mekanisme pasar, posisi tawar nelayan dihadapan tengkulak, keadaan infrasturktur pelabuhan perikanan dan yurisdiksi daerah otonomi adalah beban tambahan yang makin memperparah keadaan. Dalam hal ini, bahwa masyarakat nelayan Pulau Panggang memiliki kesulitan yang dihadapi dalam permasalahan dari faktor eksternal maupun faktor internal. Musim-musim Ikan, keterbatasan sumber daya manusia, modal, akses, dan jaringan perdagangan Ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif modernisasi perikanan dan revolusi biru yang mendorong terjadinya pengurasan sumber daya laut secara berlebihan.11 Program intervensi yang dilakukan oleh pemerintah dapat di golongkan menjadi dua, yaitu intervensi lansung maupun tidak langsung (Wahyono-2011).12Intervensi tidak langsung adalah peratura-peraturan pemerintah yang secara tidak langsung ikut membentu kesejahteraan masyarakat.Sedangkan intervensi langsung adalah bantuan langsung yang diberika komunitas nelayan. Walaupun telah banyak-banyak dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pengembangan masyarakat nelayan, baik berupa pengadaan pembangunan, peralatan, pelatihan maupun pemberian pinjaman uang, namun hasil ternyata belum seperti yang diharapkan. Hal ini tidak
11
Rr. Suhartini, A. Halim, Imam Khambali, Abd. Basyid, Op. Cit., h. 33-36. H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 204. 12
9
lepas kurang direncanakannya secara cermat terhadap program-program yang akan dikeluarkan dan lebih bersifat paket dari atas (top down). Peluang pembangunan kelautan Indonesia yang mampu mengakses sesuai kepentingan masyarakat merupakan tantangan yang harus dipikirkan oleh semua pihak. Dalam konteks ini diperlukan adanya pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, yaiut suatu proses yang menyatukan pemerintah dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan manajemen, kepentingan sektor publik perlindungan dan pembangunan ekosistem serta sumberdaya pesisir (Budiharsono-2001).13Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukannya paradigma pembangunan baru yang biasa disebutkan dengan paradigma inklus social (social inclusion paradigma), yaitu paradigma yang melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan, dari mulai perencanaan sampai evaluasi dan pemantauan, masyarakat sebagai main stakeholder, yang memperhatikan hak-hak ulayat dan hak publik lainnya. Paradigma inkluisi social ini merupakan lawan dari paradigma ekslusi social yang selama ini diterapkan oleh negara-negara berkembang, yang menyebabkan timbulnya masyarakat marginal yang miskin dan mempunyai posisi tawar yang lemah. Selain perubahan paradigma tersebut juga harus ada perubahan fungsi pemerintah dari pola sentralistik menjadi desentralistik, dari top down menjadi bottom up. Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah sudin perikanan untuk kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu dengan membentuk kelompok nelayan budidaya Ikan Kerapu. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian kepada kelompok dan masyarakat nelayan tradisional dalam usaha budidaya Ikan Kerapu dengan judul penelitian PEMBERDAYAAN EKONOMI NELAYAN MELALUI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU. Alasan peneliti mengangkat permasalahan dan judul tersebut di atas karena untuk mengetahui pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah 13
Ibid.,h. 204.
10
untuk masyarakat nelayan oleh program pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Peneliti membatasi pembahasan dan penelitian ini dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara oleh kelompok nelayan melalui usaha bidudaya ikan kerapu. Karena peneliti hanya ingin mengetahui proses pengembangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu. 2. Perumusan Masalah Dengan pembatasan masalah diatas maka peneliti, merumuskan masalah sebagai berikut: a. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara? b. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara? c. Bagaimana metode dan teknik pengembangan pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui cara pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. b. Untuk
mengetahui
yang
latar
belakang
dibentuknya
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan
11
Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. c. Untuk mengetahui metode dan teknik pengembangan pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. 2. Manfaat penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan informasi peneliti mengenai materi yang dibahas maupun metode yang digunakan dalam meneliti khususnya keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan masyarakat Desanya sendiri. b. Bagi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bahan bacaan dan mampu meningkatkan keilmuan bagi pembaca di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) khususnya dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada umumnya, dan tidak kalah pentingnya sebagai perbendaharaan perpustakaan jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. c. Bagi Universitas Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya dengan tujuan agar keilmuan mereka bisa bertambah dan bisa sebagai bahan referensi ketika akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, dan tidak kalah pentingnya sebagai perbendaharaan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan ilmiah selanjutnya. d. Bagi Pemerintah Agar mendapat perhatian yang lebih dari pembuat Kebijakan pemerintah terhadap masyarakat dalam rangka mengembangkan
12
potensi masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang maju dan berkualitas agar masyarakat dapat lebih sejahtera dalam kehidupan masyarakatnya. e. Bagi Masyarakat Masyarakat bisa mengetahui pentingnya suatu pemberdayaan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. f. Bagi Peneliti Lain. Dapat memberikan gambaran atau pengetahuan bagaimana proses pengembangan masyarakat terkait masalah pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan. D. Metode Penelitian 1. Lokasi penelitian Analisis pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan ini dilakukan di desa pesisir yakni beralamatkan di wilayah Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Alasan memilihi lokasi ini, karena wilayah ini adalah
masih desa sendiri sehingga dapat mempermudahkan untuk
mendapatkan data dan informasi secara cepat serta akurat. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dapat dilakukan dalam waktu 3 bulan dari mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2016. 3. Pendekatan penelitian Dalam melakukan penelitian membutuhkan metode pendekatan penelitian, sehingga peneliti dapat lebih memahami dalam pembahasan judul yang diambil dalam yakni dengan judul penelitian proses program pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh kelompok nelayan melalui usaha budiadaya Ikan Kerapu yang telah dilakukan sebagai proses pengentasan kemiskinan dan mensejahaterkan bagi masyarakat nelayan taridisonal dalam usaha budidaya Ikan Kerapu. Oleh karena itu, pendekatan yang diambil untuk melakukan penelitian yakni dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexyi J. Moleong, bahwa pendekatan kualitatif adalah
13
”Prosedur” sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14 Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif ini, mempunyai beberapa alasan yakni salah satunya adalah bersifat luwes atau fleksibel, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara penulis dengan subyek penelitian, serta memberi kemungkinan bagi perubahan - perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna di lapangan.15 Dengan
pendekatan
kualitatif
ini
peneliti
juga
dapat
mendeskripsikan dan menganalisis serta mencari tahu informasi mengenai program pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. 4. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
ini
adalah
deskriptif.
Sebagaimana
yang
diungkapkan oleh Mardalis, bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan
untuk
menggambarkan,
memaparkan,
mencatat,
menganalisa, dan menginterprestasikan kondisi sekarang ini terjadi atau ada.16 Data-data tersebut berasal dari hasil observasi, wawancara dengan informan, catatan lapangan, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.17Dengan
pendekatan
kualitatif
ini
peneliti
juga
dapat
mendeskripsikan dan menganalisis serta mencari tahu informasi mengenai program pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan
14
Lexyi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-15 h. 3 15 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2 h.39 16 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002). 17 Consuelo G. Seviila dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993), h. 71
14
Kepulauan Seribu Utara, yang memiliki masalah dan gejala ekonomi, sosial serta politik maupun budaya. 5. Subjek dan objek penelitian a. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah seseorang pimpinan lembaga usaha budidaya ikan kerapu dan anggotanya, pemerintah yang memiliki tugas untuk mengatasidan melayani kebutuhan kelompok mayarakat nelayan tradisional seperti Sudin Perikanan dan Kelautan, dan masyarakat nelayan Pulau Panggang yang memiliki usaha budidaya Ikan Kerapu yang beranekaragaman dalam pekerjaan sebagai nelayan tangkap yang berbeda-beda, yakni diantaranya ada nelayan tangkap Ikan Hias, nelayan tangkap Ikan Bubu, nelayan tangkap ikan menggunakan alat Jaring, nelayan budidaya Ikan, nelayan tangkap alat pancing, dan nelayan tangkap Siput atau Kerang serta nelayan tangkap Ikan Teri, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai objek penelitian. Adapun teknik yang akan digunakan yakni dengan melakukan deskriptif yaitu sampel dan data yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti. b. Objek penelitian Objek
penelitian
ini
yakni
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu. Dengan menggunakan panca indra untuk mengetahui kehidupan serta kegiatan yang dilakukan kepada kelompok masyarakat nelayan serta masalah yang telah dihadapi oleh desa pesisir ini, dalam analisis pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu yang telah dilaksanakannya. c. Instrumen dan alat bantu Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah manusia (peneliti) itu sendiri. Manusia (peneliti) menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Jika menggunakan alat yang
15
bukan manusia maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Dengan alat bantu tape recorder, video kaset atau kamera, checklist, alat tulis, catatan lapangan, rating scale, dan lain sebagainya, alat ini dibutuhkan untuk mengumpulkan data dan mendapatkan informasi data yang ada. Peneliti
menggunakan
alat
bantu
ini,
guna
untuk
mendapatkan data mengenai pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu
yang
akan
diteliti
oleh
peneliti
dengan
merekam
menggunakan tape recorder dan menulis serta mencatat semua data serta informasi. d. Teknik penelitian Dalam penelitian membutuhkan teknik agar peneliti tidak kesulitan untuk mendapatkan sumber data serta menganalisis data dari informasi yang akan didapatnya teknik penelitian dibagi 2 macam yakni diantaranya sebagai berikut: pertama, Teknik pengumpulan data dan kedua, Teknik analisis data. 1. Teknik pengumpulan data Adapun dalam penggunaan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi. Berikut penjelasan yang akan digunakan peneliti untuk mendapatkan sumber data serta informasi sehingga peneliti dapat menganalisis dan
mendeskripsikan hasil penelitian secara akurat, diantaranya
sebagai berikut: a. Observasi Observasi merupakan teknik untuk menbah kecermatan pengamatan seperti pengguna stopwatch.Daftar cek dan seterusnya. Menurut,
E.C.
Wragg
menjelaskan
bahwa
observasi
yaitu
pengamatan secara sistematis dan analisis yang memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan antar satu peristiwa dengan
16
yang lainnya menjadi lebih jelas.
Menurutnya pula aspek-aspek yang diamati, sifat pribadi, interaksi verbal, non verbal, aktifitas, pengaturan, keahlian profesional, saran dan alat yang digunakan, efektif, kognitif dan sosiologi. Observasi adalah segala sesuatu yang dapat dilihat mata, kemudian yang dapat di denger oleh telinga yaitu suara, yang dapat disentuh oleh kulit yaitu rasa. Semua ini hanya dapat dilakukan secara langsung oleh peneliti. Penelitian melakukan pengamatan di lapangan dengan cara mengumpulkan data – data lapangan serta data - data yang ada. Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung aktivitas masyarakat mengenai pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Untuk kegiatan – kegiatan yang dilakukan peara nelayan serta kelompok UPBL dalam usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Sedangkan dana bantuan yang diberikan pemerintah, peneliti mencatat dan mewawancarai langsung bahwa proses dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah, dan yang mengatur semua bantuan tersebut di masing - masing setiap kelompoknya b. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui
informasi
yang
didengarnya
dengan
panca
indra
pendengaran, yang sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu kepada responden. Meskipun ada informasi yang diperoleh tanpa melalui wawancara, namun informasi tersebut dapat pula dijadikan sumber data untuk kepentingan triangulasi.18 Peneliti juga melakukan wawancara yang mendalam dalam subjek penelitian agar dapat menganalisis serta mendapatkan informasi data yang di butuhkan sebelumnya. Peneliti melakukan wawancara dengan seseorang pimpinan lembaga usaha budidaya Ikan Kerapu dan anggotanya yakni bapak Rusli dan 5 anggota 18
Ibid., 10 & 39
17
kelompok nelayan lainnya, pemerintah yang memiliki tugas untuk mengatasi dan melayani kebutuhan kelompok mayarakat nelayan tradisional seperti Suku Dinas Perikanan dan Kelautan bernama bapak Supriadi, dan masyarakat nelayan Pulau Panggang yang memiliki usaha budidaya ikan Kerapu yang beranekaragaman dalam pekerjaan sebagai nelayan tangkap yang berbeda-beda, yakni diantaranya ada nelayan tangkap Ikan Hias, nelayan tangkap Ikan Bubu, nelayan tangkap Ikan menggunakan alat jaring, nelayan budidaya Ikan, nelayan tangkap alat pancing, dan nelayan tangkap Siput atau Kerang serta nelaya tangkap Ikan Teri, dan lain sebagainya. Theortical Sampling No 1.
Informan
Informasi
Supriyadi (Kepala Suku Dinas Untuk mengetahui informasi mengenai,latar Pertanian,
Kelautan
dan belakang pemberdayaan ekonomi nelayan
Ketahanan Pangan)
melalui usaha budidaya Ikan Kerapu, proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu, metode dan teknik
pengembangan
pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan
Seribu
Utara,
serta
modal
bantuan yang diberikan oleh nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. 2.
Rusli
(Ketua
Pengembangan
UPBL
(Unit Dengan terjun langsung ke lapangan untuk
Budidaya mewawancarai menganai sejarah, visi dan
Laut))
misi
serta
lakukan
kegiatan-kegiatan dalam
kelompok
yang
di
UPBL.
Menanyanyakan pendapatan nelayan, serta keberhasilan dan kemandirian dalam usaha budidaya ini.
18
3.
Lima anggota kelompok UPBL Dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan Nelayan Pulau Panggang dan terjun langsung ke lapangan kepada Kepulauan Seribu.
para nelayan yang sambil melakukan usaha budidaya ikan Kerapu. Seperti Nelayan tangkap Ikan menggunakan Bubu, nelayan tangkap ikan menggunakan jaring, nelayan tangkap Ikan Hias, dan nelayan tangkap Ikan menggunakan alat pancing. Menegani usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu.
c. Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis baik yang berupa laporan nelayan budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, buku panduan pelaksanaan nelayan budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu , laporan bulanan Kelurahan Pulau Panggang, dan laporan tahunan Kelurahan Pulau Panggang serta data – data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku 2. Teknik Analisis Data `Dalam penelitian kualitatif dikenal ada dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu model startegi analisis deskriptif dan atau model strategi analisis verifikatif kualitatif. Kedua model analisis itu memberikan gambaran bagaimana alur logika analisis data pada penelitian kualitatif sekaligus member masukan terhadapa bagaimana teknik analisis data kualitatif digunakan. Dalam analisis data kualitatif, sebenernya peneliti tidak harus menutup diri terhadap kemungkinan penggunaan data kuantitatif, karena data ini sebenernya bermanfaat bagi pengembangan analisis
19
data kualitatif itu sendiri. Data kuantitatif dapat digunakan pada analisis ini sampai pada batas-batas tertentu sesuai dengan kebutuhan dalam analisis kualitatif. Penggunaan data kuantitatif tersebut dimaksud untuk mempertajam dan sekaligus memperkaya analisis kualitatif itu sendiri. Data kuantitaif tersebut dapat berupa: jumlah penduduk, komposisi jumlah penduduk, komposisi mata pencaharian, komposisi tingkat pendidikan masyarakat, jumlah sarana umum, tempat-tampat ibadah, komposisi mata pencaharian penduduk, sumberdaya alam, tungkat curah hujan, dan sebagainya.19 Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagianya
atau
mejelaskan
tahap
akhir
dari
proses
perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.20 E. Kajian Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang peneliti lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi - skripsi terdahulu dan melihat buku-buku yang akan dijadikan referensi oleh peneliti. Setelah peneliti melakukan suatu kajian kepustakaan, peneliti akhirnya menemukan beberapa skripsi
yang
membahas tentang pemberdayaan masyarakat. Salah satunya adalah sebagai berikut: 1. Skripsi Putri Nurul Lita dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga 19
Burhan Bungin, Analisis Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 83-84 20 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), Cet.Ke-1, h. 658
20
Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera Di Cengkareng Jakarta Barat”. Kedekatan skripsi ini dengan hasil penelitian Putri Nurul Lita adalah pada pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga terkait lainnya telah melaksanakan programprogram
pengentasan
kemiskinan
seperti
program
nasional
pemberdayaan masayarakat (PNPM), program penanggulangan kemiskinan (P2KP), program keluarag harapan (PKH), program pemberdayaan masyarakat sosial melalui kelompok usaha bersama (KUBE), dan lain-lain. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat memalaui kelompok usaha bersama (KUBE) di Cengkareng Jakarta Barat dapat memperbaiaki kondisi ekonomi sosial di masayarakat seperti meningkatnya
pendapatan
bertambahnya
wawasan
usaha,
menambah
masyarakat,
jaringan
memperbaiki
kerja, kondisi
pembangunan di sekitar masyarakat seperti rehab jalan terutama akses yang digunakan oleh pedagang, rehab rumah bagi yang memiliki rumah tidak layak. Dengan hasil ini diharapkan kondisi sosial
menjadi
lebih
baik.
Pemberdayaan
masyarakat
juga
memebentuk karakter masyarakat menajdi lebih mandiri dan kreatif mengembangkan potensi diri dalam rangka memperbaiki kondisi kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh LKMS Taruna Sejahtera ini tidak terlepas dari hambatan dalam proses pemberdayaannya seperti rendahnya sumberdaya manusia, malas untuk merubah kondisi ekonomi sosialnya yang tergolong tidak sejahtera. 2. Skripsi M. Syahril Samsuddin “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah / BAZDA Kota Tangerang)”. Kedekatan skrpis ini dengan hasil penelitian M. Syahril Samsuddin yakni pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikan dana zakat sebagai modal usaha, unutk pemberdyaaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupan secara
21
konsisten. Dana zakat unutk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga atau Badan Amil Zakat LAZ/BAZ sebagai
organisasi
yang
terpercaya
untuk
pengalokasian,
pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberi zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi, memberi pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benarbenar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memeperoleh pendapatan yang layak dan mandiri. Setelah menelaah skripisi sebelumnya terdapat beberapa perbedaan jika dalam skripsi sebelumnya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah / BAZDA Kota Tangerang). Sedangkan judul penelitian yang akan diteliti yakni memiliki perbedaan dengan judul-judul penelitian diatas serta memiliki perbedaan dalam pokok permasalahan yang terjadi yakni bahwa judul penelitian atau skripsi adalah “Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Desa Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara”. F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Pada bab ini, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, tehnik penulisan, daftar pustaka di akhir halaman dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teoritis Pada bab ini, berisi tentang pemberdayaan masyarakat memliputi
pengertian
pemberdayaan,
pemeberdayaan,
model-model
pemberdayaan,
pendekatan
asas
pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan
ekonomi
tahap-tahap
meliputi
pemberdayaan,
pengertian
ekonomi,
pengertian pemberdayaan ekonomi, langkah-langkah atau
22
strategi pemberdayaan ekonomi, pengertian nelayan tangkap dan budidaya. BAB III : Gambaran umum dan objek penelitian Pada bab ini, berisi tentang geografi dan demografi kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, profil dan sejarah lembaga Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL) meliputi visi misi dan struktur lembaga, pendapatan dan pengeluaran nelayan tangap dan budidaya. BAB IV : Temuan dan analisis penelitian Pada bab ini, berisi tentang temuan dan analisis tentang usaha budidaya
Ikan
Kerapu,
temuan
dan
analisi
tentang
keberhasilan usaha budidaya Ikan Kerapu, serta temuan dan analisis tentang kemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. BAB V : Penutup Pada bab ini, berisi tentang kesimpulan secara singkat berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
23
BAB II TIJAUANA TEORITIS A. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Berkuasaa itu sendiri dapat dipahami
sebagai upaya memberikan atau meningkatkan
kekuasaan kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung. Pemberdayaan merupakan
upaya
untuk
membangun
eksistensi
seseorang
dalam
kehidupannya dengan memberi dorongan agar memiliki kemampuan atau keberdayaan.21 Gagasan pemberdayaan bukanlah merupakan ide atau konsep baru. Pemberdayaan muncul sebagai solusi atas fakta ketimpangan struktur kekuasaan (struktur power inequality) yang berlangsung selama ini, dimana masyarakat bahwa haus akan kebutuhan untuk mendapatkan kekuasaan dalam mengatur diri mereka sendiri. Konsep pemberdayaan (empowerment) kemunculannya didasari oleh gagasan yang menempatkan manusia lebih sebagai subjek dari dunianya sendiri. Pemberdayaan dilaksanakan dengan bertolak dari situasi ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat baik secara perseorangan, kelompok maupun komunitas. Keadaan perilaku mereka yang berbeda dari keumuman kerapkali dipandang sebagai deviant (penyimpangan), dan karenanya mereka seringkali kurang dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka merupakan akibat dari ketidakadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.22 Konsep pemberdayaan dalam konteks pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan
21
Triyanti, 2001 h.35 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232. 22 Suharto 1997, h.212 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232.
24
tingkat individu dan sosial. Teori-teori pemberdayaan dapat dilihat dari tabel berikut ini.23 Tabel 1 Tokoh dan Definisi Pemberdayaan No Tokoh 1.
McArdle
Definisi pemberdayaan dalam
Hikmat Sebagai
(2001, h.3-4)
proses
pengembalian
keputusan oleh orang-orang yang secara
konsekuen
keputusan
tersebut.
melaksanakan orang-orang
yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan
melalui
kemndiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdyakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulusi
pengetahuan,
keterampilan serta sumber lainnya dalam
rangka
mereka
tanpa
pertolongan
mencapai
tujuan
tergantung dari
pada
hubungan
eksternal. 2.
Ife (1995, h.182)
Pemberdyaan
adalah
upaya
menyediakan sumber daya, peluang, pengetahuan, dan keterampilan bagi masyarakat
untuk
meningkatkan
kapasitas mereka untuk menntukan masa depan mereka sendiri dan untuk
mengambil
bagian
mempengaruhi
dan
kehidupan
masyrakat mereka. 3.
Kartasasmita (1996, h. 149)
Pemberdayaan
sebagai
strategi
pembangunan adalah upaya untuk 23
Ibid.,h. 232
25
membangun
daya
mendorong,
memotivasidan
membengkitkan potensi
dengan
yang
kesadaran
akan
dimilikinya
serta
berupaya
untuk
mengembangkannya. Memberdyakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan hrkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat
kemiskinan
dan
keterbelakngan. 4.
Payne dalam Adi (2002, h. Membantu klien memperoleh daya 162)
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan dilakukan
tindakan. melalui
Hal
ini
peningkatan
kemempuan dan ras percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antaralian melalui trasfer daya dari lingkungannya. 5.
Sumodiningrat (1996, h.4)
Meningkatkan
kemampuan
meningkatkan masyarakat
atau
kemandirian dalam
kerangka
pembengunan
nasional,
upaya
pemberdayaan
masyarakat
dapat
dilihat dari sudut pandang: pertama, penciptaan suasana atau iklim yang
26
memungkinkan masyarakat yang berkembang; kedua, peningkatan kemampuan
masyarakat
membangun
melalui
bantuan
dalam berbagai
dana,
pelatihan,
pembangunan prasarana, dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan
kelembagaan
mereka;
perlindungan
ketiga,
melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang
tidak
seimbang,
dan
menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 6.
Oakley dan Marsedn dalam Konsep
pemberdayaan
memiliki
Priyono (1996, h. 34)
kecendrungan,
yaitu
dua
kecendrungan
primer
ialah
pemberdyaan
menekankan
pada
proses
memberikan
mengalihkan
sebagai
atau
kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar inidividu semakin berdaya. Kecendrungan sekunder yaitu
penekanan
pada
proses
menstimulasi,
mendorng
atau
memotivasi
individu
agar
kemampuan/keberdayaan
guna
mempunyai
menentukan
apa
yang
menjadi
pilihan hidup melalui proses dialog. 7.
Verhagen (1996, h.25)
Kemandirian adalah suatu suasana atau kondisi tertentu yang membuat
27
individu atau kelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentigankepentingan
individu
atau
kelompok. 8.
Biestek dalam Adi (2001, h. Pemberdayaan 33)
dibidang
ilmu
kesejahteraan sosial dikenal dengan self determination yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam bidang
pekejaan
sosial
dan
kesejahteraan sosial. Dalam prinsip ini klien dpat menentukan sendiri apa yang harus dilakukan berkaitan dengan upaya penanganan masalah yang dihadapi. Sumber : diolah dari berbagai sumber (Nurkhyati,2007)
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagi
proses,
pemberdayaan
adalah
serangkaian
kegiatan
untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu - individu yang mengalami masalah kemiskinan.24 Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat
yang
berdaya,
memiliki
kekuasaan
atau
mempunyai
pengetahuan dan kemampuan daam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang besifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya
pengertian pemberdyaaan sebagai
24
tujuan
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 59.
28
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. 1. Kelompok Lemah dan Ketidakberdayaan Tujuan
utama
pemberdayaan
adalah
memperkuat
kekuasaan
masyarakat khususunya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman
mengenai pemberdayaan perlu
diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi: a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis. b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing. c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami maslah kepribadian dan atau keluarga.25 Dari pemikiran di atas secara teoritis ketidakberdayaan merupakan sebuah kondisi yang kompleks, berasal dari individu dan masyarakat sebagai faktor internal dan lingkungan sebagai faktor eksternal. Individu dan kelompok bukan berarti tidak memiliki potensi, pengetahuan atau sumber material, akan tetapi mereka belum atau tidak memilikikemampuan, pengetahuan, untuk mengelola potensi. Pada sisi lain ketidakberdayaan justru berasal dari luar dirinya seperti ligkungan yang menilai lemah tidak berdaya yang akan menjadi beban. Mereka terpaksa pasrah dengan kondisi dimana mereka berada.Mereka tidak berdaya karena mereka tidak mendapatkan kesempatan, atau mereka tidak mengetahui sumber-sumber potensi yang ada disekitar mereka atau tidak mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka sendiri.26
25
Ibid., h. 60. H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 232-234. 26
29
Menurut
Berger
dan
Nenhaus
dan
Nisbet,
struktur-struktur
penghubung (Mediating Structures) yang memungkinkan kelompokkelompok
lemah
mengekspresikan
aspirasi
dan
menunjukkan
kemampuannya terhadap lingkungan sosial yang lebih luas, kini cenderung lemah. Menurut Sennet dan Cabb dan Conway menyatakan bahwa ketidakberdayaan ini disebabkan oleh beberpa faktor seperti: ketidaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam pengalaman arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi, ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosiaonal.27Para teoritis, seperti Seeman, Seligman, dan Learner meyakini bahwa ketidakberdayaan yang dialami sekelompok masyarakat merupakan akibat dari proses internalisasi yang dihasilkan oleh interaksi mereka dengan masyarakat.Mereka menganggap diri mereka lemah, dan tidak berdaya karena masyarakat memang menganggapnya demikian.28 Menurut Kieffer ketidakberdayaan yang dipersepsi ini merupakan hasil dari pembentukan interaksi terus-menerus anatar individu dan lingkungannya yang meliputi kombinasi antar sikap penyalahan diri sendir, perasaan tidak dipercaya, keterasingan dari sumber-sumber sosial dengan perasaan tidak mampu dengan perjuangan politik.29Menurut Solmon melihat bahwa ketidakberdayaan dapat bersumber dari faktor
internal maupun
eksternal.30Menurutnya, ketidakberdayaan dapat berasal dari penilaian diri yang negatif, interaksi negatif dengan lingkungan, atau berasal dari blockade dan hambatan yang berasal dari lingkungan yang lebih besar.31
27
Sennet dan Cabb (1972) dan Conway (1979) dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61. 28 Seeman (1985), Seligman, (1972), dan Learner (1986)dalam bukuEdi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61. 29 Kieffer (1948: 9) dalam bukuEdi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61. 30 Solmon (1979) dalam bukuEdi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61. 31 Suharto (1997:213-214) dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 61.
30
2. Indikator keberdayaan Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakuo tiga dimensi yang meiliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif.32 Parson juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada: a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar. b. Sebuah keadaan psikologis yang di tandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan merubah struktur-struktur yang masih menekan.33 Untuk
mengetahui
fokus
dan
tujuan
pemberdayaan
secara
opersional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak.Sehingga ketika sebuah program
pemberdayaan
sosial
diberikan,
segenap
upaya
dapat
dikonsentrasikan pada aspek-aspek aoa saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan.Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai
empowerment
index
atau index
pemberdayaan.Keberhasilan
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut
kemempuan
ekonomi,
kemempuan
mengakses,
manfat
kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan yaiut kekuasaan di dalam,
32
Suharto 1997: 215 dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 63. 33 Parson et.al., 1994: 106 dalam buku Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 63.
31
(power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over), dan kekuasaan dengan (power with), B. Strategi Pemberdayaan Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual meskipun pda gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. 1. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention,.Tujuan utamanya adalah memebimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugastugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendektan yang berpusat pada tugas (task centered approach). 2. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.Pemberdayaan dilakukan
dengan
intervensi.Pendidikan
menggunakan dan
pelatihan,
kelompok dinamika
sebagai
kelompok,
edia biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahn yang dihadapinya. 3. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (largesistem-strategy),
karena
sasaran
perubahan
diarahkan
pada
sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,pegorganisasian masyarakat, manajemen konflik, dalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
32
memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.34
C. Pemberdayaan Sebagai Tujuan Dan Proses Pemberdayaan dapat diartikan baik sebagai tujuan maupun proses. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan adalah sesuatu keadaaan yang ingin dicapai, yakni klien yang memiliki kekuasaan atau keberdayaan yang mengarah pada kemndirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan. Menurut Suharto pemberdayaan sebagi proses memuat lima dimensi:35 1. Pemungkinan (enabling), yaitu menciptakan suasana atau iklimyang memungkinkan potensi klien berkembang secara optimal. 2. Penguatan (empowering), yaitu memeperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki klien dalam memecahkan masalah dan memenuhhi kebutuhan-kebutuhannya. 3. Perlindungan (protecting), yaitu memlindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara kuat dan yang lemah, da mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. 4. Penyokongan(supporting),
yaitu
memberikan
bimbingan
dan
dukungan agar klien mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. 5. Pemeliharaan
(fortering),
yaitu
memelihara
kondisi
yang
kondusifagar tetap terjaadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara kelompok dalam masyarakat. Suharto mengartikan pemberdayaan dari segi tujuan dan proses, sedangkan Adi mengartikan pemberdayaan dari sisi suatu program dan suatu proses.
Pemberdayaan
diartikan
sebagai
suatu
program
dimana
pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu 34
Suharto 2001, h. 218-219 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 239241. 35 Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet ke-1, h. 66-67.
33
tujuan yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. 36 Sebenarnya dari kedua aspek tersebut adalah sama jika di pandang dari hasil yang ingin dicapai. Keduanya ada batas waktunya yang telah di tentukan. Pemberdayaan sebagai suatu proses menurut Adi adalah suatu proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja. Dicontohkan dalam proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relatif terul berjalan sepanjang usia manusia.37 Hogan
mengambarkan
proses
pemberdayaan
yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama:38 a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall depowering/empowering experiences) b. Mendiskusikan
alasan
mengapa
terjadi
pemberdayaan
dan
pertidakberdayaan (discuss reasosns for deperwomen/empowerment) c. Mengidentifkasikan basis daya yang bermakna (indentify useful power bases) d. Mengembangkan recana-rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop and implement action plans). D. Pembangunan Berbasis Strategi Pemberdayaan Perencanaan merupakan salah satu upaya manusia untuk mengatur sebuah kondisi dimasa mendatang sesuai dengan keinginan. Perencanaan dibutuuhkan ketika asumsi pembangunan berupa full employment, equal produktivity, rational-efficient, dalam kenyataannya tidak terpenuhi. Munculnya kegagalan pasar menimbulkan berbagai masalah seperti pengangguran, kesenjangan, dan kemiskinan yang merupakan ruhnya pembangunan.
36
Adi, 2002, h. 171 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 240-241. 37 Adi 2002, h. 172 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 241. 38 Adi 2002, h. 173 dalam buku H. Samsir Salam & Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 241.
34
Persoalan kemiskinan menjadi tntangan grada depan dunia, tidak hanya Indonesia, tetapi ia menjadi permasalahan terbesar pembangunan di abad ke-21 ini. Hal tersebut dimuat, salah satunya dalam Millenium Development Goals, yang disepakati oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB), berupa target bersama dari 180 negara yang mengurangi sepruh jumlah penduduk miskin dunia dalam periode 2000-2015. Di Indonesia, keberpihakan di awali dengan landasan konstitusi kita, yakni UUD 1945, yang menggaris tujuan negara untuk mewujudkan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan pembangunan tersebut akan terwujud bila masalah pembangunan kesenjangan, pengangguran, kemiskinan dapat diatasi. Cara
untuk
mengatasi
permasalahan
kemiskinan,
dan
dua
permasalahan yang lain, yakni pengangguran dan kesenjangan adalah melakukan pembangunan terencana dengan mencari modal, baik daari dalam maupun luar negeri. Perencanaan pembangunan dengan demikian dapat diterjemahkan menjadi pengendalian dan pengaturan pembangunan dengan sengaja yang difasilitasi oleh pemerintah dengan mengajak seluruh stakeholders (forum lintas pelaku) untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Paradigma semacam ini juga mewabah di Indonesia, terutama ketika pemerintah era sebelumnya runtuh di tahun 1998. Negara sebagai institusi yang kuat mulai dituntut agar melepaskan dominasi kewenangannya, untuk berganti menjadi rakyat atau masyarakat lokal sebagai pihak yang menentukan. Kegiatan yang bersifat top down mulai dikurangi, berganti dengan mekanisme bottom up yang lebih menekankan peran masyarakat bawah dalam menentukan keputusan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri.39
39
Pengantar Gunawan Sumodiningrat dalam buku Iwan Nugroho & Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. xvii, xviii, & xix.
35
Dengan demikian, peran pemerintah pada saat ini hanya sebagai fasilitator, regulator, motivator dalam penyediaan prasarana publik. Masyarakatlah sebagai pelaku utama pembangunan. Maka untuk kegiatan perencanaan masyarakat sendiri (yang berhimpun dalam lembaga forum lintas pelaku setempat) yang selayaknya mampu untuk merumuskan kegiatan pembangunan apa yang cocok di wiayahnya. Inilah hakikat dari pembangunan partisipatif. Pola ini disebut sebagai pola pembangunan partisipatif, yaitu menempatkan masyarakat sebagai subyek atau aktor pembangunan
pemerintah
sebagai
fasilitator.
Dengan
kata
lain,
pembangunan dilaksakan dengan startegi pemberdayaan masyarakat, yaitu startegi yang disusun secara komprehensif dan integral, berprinsip partisipatif, deokratis dan disertai penegakan hukum (low and order) serta mekanisme pasar yang ideal untuk mewujudkan kepercayaan dan rasa aman bagi kehidupan masyarakat.40 Prosesi dakwah sebagai kerja pemberdayaan akan melalui tahapantahapan sebagaimana berlaku pada menajemen pengembangan masyarakat, yakni: 1. Tahap perencanaan, tahap ini meliputi pengkajian masalah dan potensi kelompok sasaran, penentuan lokasi, pemanfaatan teknologi, dan sosialisasi. 2. Tahap Pelaksanaan, tahap ini meliputi pembuatan prosedur dan mekanisme, musyawarah, pelaksanaan programnya. Fasilitator bekerjasama dengan kelompok sasaran untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tahapan pelaksanaan. 3. Tahap pelembagaan, tahap ini meliputi kegiatan dalam penyiapan untuk kesinambungan program. Kegiatannya adalah penyiapan kader masyarakat,
penggalian
sumber
pendanaan,
dan
penguatan
manajemen kelembagaan di tingkat lokal sebagai pengelola program tersebut.
40
Pengantar Gunawan Sumodiningrat dalam buku Iwan Nugroho & Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2012), Cet Ke-2, h. xix&xxiv
36
4. Tahap minotoring dan evaluasi, tahap ini meliputi kegiatan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program maupun pencapaian hasil-hasilnya tersebut. kegunaan monitoring dan evaluasi ini dalam memberikan rekomendasi bagi kelanjutan program di masa depan.41 Sedangkan menurut Isbandi Rukminto Adi 2001 tahapan-tahapan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: a. Tahap persiapan Pada tahapan ini terdapat dua kegiatan yang perlu dilakukan yaitu penyiapan petugas dan penentuan lokasi program b. Tahap assesment Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikai masalah dan kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan sumber daya yang dimiliki oleh warga masyarakat. Assesment misalnya dilakukan melalui metode partisipatory rural appraisial (PRA), focus group discussion (FGD) c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan Pada tahap ini, pengelolan program berusaha memfasilitasi warga masyarakat untuk menyusun perencanaan dan menetapkan programprogram kerja sebagai agenda yang perlu dilaksanakan. d. Tahap formulasi rencana aksi Kegiatan utama pada tahap ini adalah pihak agen perubahan membantu membimbing warga atau kelompok untuk menyusun proposal kegiatan yang akan diajukan kepada pihak penyandang dana. e. Tahap pelaksanaan program Tahap implementasi program ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pemberdayaan masyarakat agar pelaksanaan rencana dapat berjalan dengan lancar, maka hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya pertentangan baik antara pengelola program
41
Tantan Hermansyah dan Muhtadi, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bogor: Titian Nusa Press, 2010), h. 5-7
37
dengan warga maupun pertentangan diantara warga supaya dapat dihindari. f. Tahap evaluasi Kegiatan
evaluasi
perlu
dilakukan
pada
semua
program
pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengetahui suatu tingkat keberhasilan program yang telah dilaksanakan. g. Tahap terminasi Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.42 E. Pemberdayaan Ekonomi 1. Pengertian ekonomi Ekonomi menurut kamus lengkap bahasa Indonesia adalah segala hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-barang dan kekayaan (keuangan).43 Dalam pengertian lain ekonomi adalah studi tentang bagaimana individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya yang langkah untuk memuaskan keinginan mereka akan barang-barang materian dengan sebaik-baiknya. Terdapat beberapa ilmu yang mempelajari tentang ekonomi, ilmu ekonomi dapat dipisah menjadi dua yaitu ilmu ekonomi makro dan ilmu ekonomi mikro. a. Ekonomi makro Ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan), variabel tersebut antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut: 1. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi.
42
Ibid., h.7-8 Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya Amanah), h.
43
135
38
2. Sejauh mana kegiatan perekonomian mengalami pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaikan tara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan. b. Ekonomi mikro Ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan dan rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum, bersama dengan individu-individu lainnya akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dan asumsi.44 2. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah sebuah langkah yang harus dilakukan guna memperbaiki kondisi masyarakat terlebih pada tingkat ekonomi rendah. Di sini masyarakat ditantang untuk lebih keras bekerja, keratif, dan mandiri dalam berwirausaha. Pemebrdayaan ekonomi masyarakat, kita saksikan bahwa Indonesia sudah tertinggal jauh dalam pengajuan dan penguasaan teknologi untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual. Pemberdayaan ekonomi telah kita ketahui permasalahan kemiskinan menjadi demikian erat dengan masyarakat dan sudah seharusnya masalah ini dicari jalan keluarnya dan bukan hanya diratapi. Setiap pribadi ditantang untuk lebih keras dalam bekerja, berkreasi dan berwirausaha serta lebih professional dalam mengelola potensi-potensi dan kekuatan yang rill ekonomi masyarakat.45 3. Strategi Pengembangan Ekonomi Rakyat Pengembangan ekonomi rakyat, bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
bawah,
tetapi
juga
untuk
mendukung
kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Tanpa basis luas pertumbuhan ekonomi tidak dapat berkesinambungan karena terbatasnya pasar, rendahnya daya beli sebagian besar konsumen, dan yang lebih berbahaya adalah 44
Masykur Wiratmo, Pengentar Ekonomi Makro (Jakarta:Guandarrama), h.1 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2011), h. 41-45 45
39
meluasnya
permasalahan
sosial
akibat
ketimpangan
sosial.
Jadi,
keberhasilan mengembangkan ekonomi rakyat merupakan syarat bagi pengembangan
perekonomian
nasional
yang
berkesinambungan
(sustainable). Dalam upaya ini, beberapa langkah strategi harus ditempuh diantaranya adalah: Pertama, dengan meningkatkan akses kesempatan (acces of opportunity) terhadap hal-hal yang selama ini sangat sedikit atau tertutup peluangnya bagi pengembangan ekonomi rakyat.Misalnya, akses terhadap asset produksi, seperti tanah, modal, dan teknologi. Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antar pelaku ekonomi. Peningkatan posisi tawar ini bisa dilakukan melalui pengembangan dan pembangunan prasaran dan sarana perhubungan yang akan memperlancar pemasaran produknya. Sebagai produsen dan penjual, posisi dan kekuatan ekonomi rakyat dalam perekonomian sangat lemah.Oleh karena itu, ekonomi rakyat harus dibantu dalam pemasaran produknya.Unsur penting dalam informasi pasar adalah kecendrungan permintaan di pasar domestic maupun pasar internasional, harga, kualitas, standar dan sebagainya. Ketiga, Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan ekonomi rakyat. Proses industri alisasi harus mengarah kepedesaan dengan memanfaatkan potensi setempat yang umumnya adalah agro industri. Dalam proses itu, perlu dihindari terjadinya “penggusuran” ekonomi rakyat dengan membiarkan industry berskala besar mengambil lahan
subur,
merusak
lingkungan,
menguras
sumber
daya,
dan
mendatangkan tenaga kerja dari luar yang sering kali justru menyaingi ekonomi rakyat.46 Keempat, meningkatkan mutu SDM yang mengarah pada lahirnya pada wirausahawan yang kompotitif, termasuk peningkatan semangat kerja dan entrepreneurship, terutama dikalangan pemuda sebagai pelaksana pembangunan pada masa yang akan datang. Karena itu Kebijakan 46
Adi Sasono, Menjadi Tuan di Negeri Sendiri “Pergulatan Kerakyatan, Kemertabatan, dan Kemandirian” (Jakarta: Grafindo Book Media, 2013), h. 123-127
40
ketenagakerjaan harus merangsang tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal lapisan wirausaha baru yang berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang. Kelima,adanya perangkat peraturan perundang-undangan yang benar-benar melindungi usaha rakyat, mengkaji ulang perangkat perundangundangan yang tidak kondusif bagi pengambangan usaha menengah dan kecil, serta dukungan pengambangan industri kecil yang ditujukan khusus untuk kepentingan rakyat kecil.47 F. Pengertian Nelayan Tangkap dan Nelayan Budidaya 1. Pengertian Nelayan Tangkap (Tradisional) Nelayan
tangkap
adalah
nelayan
menangkap
ikan
dengan
menggunakan alat-alat tradisional, seperti alat pancing, bubu, jaring, tubak/tobak dan lain sebagainya, yang tidak banyak mengeluarkan modal untuk menangkap ikan, serta organisasi yang merupakan penangkapan relatif sederhana. Di wilayah kepulauan seribu khusunya pulau panggang memiliki memiliki beberapa perbedaan dalam menangkap ikan serta melaut, diantaranya yakni: a. Nelayan pancing ikanyakni nelayan yang menggunakan alat pancing seperti tangsi, pancingan, serta bulu ayam, dan timah alat tangkap tradisional di wilayah kepulauan seribu khususnya wilayah pulau panggang. b. Nelayan bubu yakni nelayan yang menggunakan alat perangkap ikan seperti bubu ini yang terdiri dari besi, bambu, jaring, tali, pelampung, dan batu untuk membuat perangkap ikan seperti bubu ini. c. Nelayan jaring yakni nelayan tangkap yang menngunakan alat jaring untuk mendapatkan ikan di perairan laut dangkal. d. Nelayan ikan hias yakni nelayan yang menangkap ikan hias dengan cara menyelam menggunakan alat snorkeling ditabgkap dengan mengguakan serokan ikan, nelayan ikan hias memiliki ciri tersendiri
47
Ibid., h.127-128
41
dalam menangkap ikan hias dengan cara ikan masih hidup, agar dapat dijual dan dibeli oleh konsumen. 2. Pengertian Nelayan Budidaya Nelayan budidaya adalah nelayan yang melakukan pemeliharaan kepada hewan dan tumbuhan air, seperti ikan kerapu ini.dalam melakukan bidudaya ini memerlukan modal yang cukup banyak dibandingkan dengan menangkap atau memancing ikan. Karena dengan melakukan budidaya ini memerlukan pemeliharaan yang cukup lama. Dalam pemeliharaan ikan kerapu memerlukan waktu 1-12 bulan atau satu tahun untuk memelihara ikan dari kecil dengan ukuran 0,2 ons (5Cm) hingga 1 Kg ikan kerapu dalam pemeliharaannya. Tetapi dalam satu tahun memiliki penghasilan atau pendapatan tinggi jika jumlah ikan yang di produksi banyak oleh nelayan. Nelayan pulau panggang, kepulauan seribu menampung untuk memelihara ikan di KJA sekitar 200 ekor ikan kerapu, bahkan bisa lebih dari 200 ekor bahkan bisa mencapai 1000 ekor ikan kerapu. Semakin banyak ikan yang di produksi semakin banyak pendapatan yang didapat atau dihasilkan, meskipun cara pemelihraannya sangat lama. Karena daya jual ikan kerapu ini banyak diminati oleh restoran serta luar negeri seperti, Singapura, Taiwan, Hongkong dan lain-lain. Budidaya perikanan laut bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat Pulau Seribu. Saat ini, komoditas budidaya unggulan yang diusahakan adalah beberapa jenis ikan kerapu mulai kerapu bebek, kerapu macan, kerapu cantang hingga kerapu lodi. Berbekal pengalaman tersebut, seharusnya menjadi peluang bagi penggiat budidaya untuk mengintroduksi komoditas lainnya yang juga cukup prospektif untuk dikembangkan. Komuditas budidaya prospektif adalah komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif tertentu, baik dari segi kemudahan pasar, dari segi teknis mudah untuk dibudidaya, mempunyai nilai nutrisi dan nilai ekonomis yang tinggi, serta mempunyai potensi nilai tambah bagi pelaku usaha budidaya perikanan. Beberapa komoditas prospektif tersebut diantaranya adalah Ikan Bawal Bintang, Udang Vaname dan Rajungan. Di Kepulauan
42
Seribu, komoditas prospektif tersebut ada yang telah dikembangkan namun ada juga yang baru akan dikembangkan (masih tahap penelitian). 48
48
Buku Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan, Administrasi Kabupaten Kepulauan Seribu, 2016
43
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Kelurahan Pulau Panggang Berdasarkan surat keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 1986/2000
tanggal 27 Juli 2000, tentang Pemecahan, Pembentukan,
Penetapan Batas dan Nama Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Wilayah Kotamadya Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah kelurahan Pulau Panggang 62,10 Ha dengan batas-batas yakn Sebelah Utara 05’41’41”LS-05’41’41”LS, Sebelah Selatan 106’44’50”BT, Sebelah Barat 106’19’30”BT, Sebelah Timur 05’47’00”LD-05’45’14”LS. Dan dengan Ketinggian tanah dari permukaan laut 1 meter, yang tidak memiliki banyaknya curah hujan serta topografi, dengan suhu udara ratarata 270c-320C. Kelurahan Pulau Panggang merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari 13 pulau seperti pada tabel dibawah ini, dimana dua pulau di peruntukan untuk pemukiman yaitu Pulau Panggang dan Pulau Pramuka, 6 pulau di peruntukan untuk peristirahatan sisanya untuk PHU, parawisata, PHKA, perkantoran, TPU dan marcusuar. Pulau Panggang terdiri dari 3 RW dan 21 RT, semuanya merupakan pemukiman penduduk. Pulau Pramuka terdiri dari 2 RW dan 8 RT, untuk Pulau Pramuka terdapat kantor Kabupaten, sekolah dan perkantoran lainnya. Penduduk Pulau Panggang mayoritas bermatapencarian nelayan sedangkan untuk Pulau Pramuka penduduknya bermatapencarian pedagang, perkantoran dan persewaan dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Kelurahan Pulau Panggang memiliki 5 RW dan 29 RT, yakni wilayah Pulau Panggang memiliki 3 RW dan 21 RT, sedangkan wilayah Pulau Pramuka hanya memiliki 2 RW dan 8 RT. Sehingga dapat di lihat bahwa daerah Pulau Panggang yang memiliki kepadatan penduduk dengan jumlah penduduk pada tabel dibawah ini:49
49
Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
44
Tabel 2.Jumlah Penduduk di Tiap Pulau Pemukiman No. NAMA PULAU
LUAS
1.
Pulau Panggang
2.
Pulau Pramuka
JUMLAH
PENDUDUK Lk
Pr
9 Ha
2.200
2.051
16 Ha
903
25 Ha
3.103
Jml
KK
Jml
Lk
Pr
4.251
1.059
174
1.233
935
1.838
490
63
553
2.986
6.089
1.549
237
1.786
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin No.
Jenjang Pendidikan
Jumlah Laki-laki
Perempuan
1.
Tidak Sekolah
509
498
1.007
2.
Tidak Tamat SD
560
540
1100
3.
Tamat SD
1218
1186
2404
4.
Tamat SLTP
267
262
529
5.
Tamat SMA
325
315
640
6.
Tamat Akademi
18
10
28
7.
Tamat Perguruan Tinggi
23
9
32
2.920
2.820
5.740
Jumlah
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
45
Table 4.Daftar Nama Masjid di Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu NO
1.
2.
NAMA
ALAMAT
MASJID
Anni’mah
PENGURUS
P.Panggang
Ust.
RT. 004/02
Muhlisin
Al-
P.Pramuka
Makmuriyah
RT. 001/05
LUAS
NAMA TANAH
KET
BANGUNAN
3700 m2
3400 m2
4200 m2
2500 m2
Bersertifikat
Ust. Mahfud
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
Table 5.Daftar Nama Mushollah di Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu No. 1.
Nama Masjid Al-Maghfiroh
Alamat P.
Luas
Nama Pengurus
Panggang M. Jurni Hayat
Tanah
Bangunan
250 m2
230 m2
68 m2
68 m2
70 m2
70 m2
99 m2
78 m2
200 m2
110 m2
120 m2
100 m2
RT. 005/01
2.
Nurul Iman
P.
Panggang H. Hanafi
RT. 001/02
3.
Al-Mubarokah
P. Panggang
Soleha
RT. 003/02
4.
Al-Hidayah
P.
Panggang Hj. Haerani
RT. 007/02
5.
Darussalam
P.
Panggang Aminah
RT. 005/03
6.
Al-Biru
P.
Panggang Habib M. Zen
46
Ket
RT. 006/03
7.
Nurul Bahri
P. Pramuka
Kurniati
255 m2
255 m2
Mahdia
100 m2
72 m2
RT. 002/04
8.
Bahrul Ulum
P. Pramuka RT. 004/05
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
Tabel 6. Daftar Nama Majlis Taklim dan Kepengurusannya No
Nama Majlis Taklim
Alamat
1.
Anni’mah
RT. 004/RW.02
2.
Al-Makmuriyah
RT. 001/RW.05
3.
Al-Hidayah
RT. 004/RW.02
4.
Al-Maghfiroh
RT. 002/RW.02
5.
Darusalam
RT. 004/RW.03
6.
Chaerunnisa
RT. 003/RW.05
7.
8.
Remaja Masjid Anni’mah Remaja Masjid Al-Makmuriyah
RT. 004/RW.02
RT. 001/RW.05
9.
Nur Windah
RT. 004/RW.02
10.
Umul Adawiyah
RT. 004/RW.02
47
Nama Pengurus
Ket
Muhlisin
Ketua
Mastur
Sekretaris
Ust. A. Hakim
Ketua
Nabba
Sekretaris
Ny. Sailah
Ketua
Relahati
Sekretaris
Ust. Junaenah
Ketua
Ny. Maryam
Sekretaris
Ny. Sukriyah Rahmat
Ketua
Ny. Aminah Zakariyah
Sekretaris
Ny. Jamuriyah
Ketua
Ny. Heni Banjar
Sekretaris
Drs. Moch. Sofi
Ketua
Musin
Sekretaris
Rosadi
Ketua
Hasanudin. M
Sekretaris
Ny. Sawiyah
Ketua
Ny. Sailah
Sekretaris
Juhroh
Ketua
11.
Attaubah
RT. 005/RW.02
Robiah
Sekretaris
Ambas, SE
Ketua
Maman Hudayah
Sekretaris
Sumber: Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep.Seribu Utara, Adm. Kab. Kep. Seribu
Secara administratif lokasi pengembangan budidaya kerapu di Kelurahan Pulau Panggang terletak di kawasan budidaya Cluster 1 Kawasan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.yaitu disekitar kawasan Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Karya, Pulau Semak Daun, Pulau Karang Congkak, Pulau Air, Pulau Karang Beras, Pulau Gosong air dan Pulau Sekati. Sedangkan Lokasi budidaya (pembesaran) terletak di empat pulau yaitu di Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Semak Daun dan Pulau Air. Dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Peta Kawasan Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
48
Namanya Kepulauan Seribu bukan berarti pulau-pulau di dalam gugusan kepualaun itu berjumlah seribu. Jumlah pulau itu hanya sekitar 342 pulau, termasuk pulau-pulau pasir dan terumbu karang yang bervegetasi maupun yang tidak. Pulau pasir dan terumbu karang itu sendiri berjumlah 158. Tidak semua pulau yang termasuk di dalam gugusan Kepulauan Seribu didiami manusia. Sebagaimana banyak pulau-pulau lainnya di Indonesia, sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu tidak berpenghuni. Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi yang tidak kecil untuk pengembangan berbagai macam industri, antara lain pertambangan, perikanan dan pariwisata.50 Topografi Perairan Kepulauan Seribu rata‐rata landai (0‐15% dengan ketinggian0‐2
meter
di
bawah
permukaan
laut).
Luas
daratan
masing‐masing pulau dipengaruhi oleh adanya pasang surut yang mencapai 1‐15 meter di atas Pelabuhan Tanjung Priok. Pada umumnya keadaan geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur,karang/pasir, dan sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan Laut Jawa, terdiri dari susunan bebatuan
malihan/metamorfosa
dan
batuan
beku,
di
atas
batuan
dasardiendapkan sedimen epiklastik, batu gamping, batu lempung yang menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu Kepulauan Seribu Secara umum keadaan laut di wilayah Kepulauan Seribu mempunyai kedalamanyang berbeda‐beda, yaitu berkisar antara 0‐40 meter. Di Kepulauan Seribu tidakterdapat sumber hidrologi permukaan, seperti sungai, dan mata air. Kondisi air tanah di wilayah Kepulauan Seribu sangat tergantung dengan kepadatan vegetasinya. Pulau-pulauyang mempunyai vegetasi padat dan mempunyai lapisan tanah yang cukup tebal,maka kondisi air tanah akan mempunyai kualitas air tawar yang baik. Hal tersebutkarena vegetasi dan lapisan tanah tersebut dapat menyimpan air tanah yang berasal dari hujan Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin munsoon yang secara garis besar dapat dibagi menjadi angin musim barat (Desember‐Maret) dan angin musim timur (Juni‐September). Musim 50
Ibid., h. 3
49
pancaroba terjadi antara bulan April‐Mei dan Oktober‐November. Kecepatan angin pada musim barat bervariasi antara 7‐20 knot, biasanya terjadi pada bulan Desember‐Februari. Pada musim timurkecepatan angin berkisar antara 7‐15 knot yang bertiup dari arah Timur Laut sampaitenggara Musim hujan di Kepulauan Seribu biasanya terjadi antara bulan November‐April dengan hari hujan antara 10‐20 hari/bulan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari. Musim kemarau terkadang juga terdapat hujan dengan jumlah hari pada saat hujan berkisar antara 4‐10 hari perbulannya. Biasanya curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus. Curah hujan tahun 2013 tercatat mencapai 169,4 mm sedangkan pada saat bulan‐bulan kering yaitu bulan Juni sampai dengan bulan September. Curah hujan bermusim yang dominan di wilayah Kepulauan Seribu yaitu musim barat (musim angin barat disertai hujan lebat) dan musim timur (musim angin timur sertakering). Musim‐musim tersebut mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan penduduk maupun bagi kegiatan‐kegiatan lainnya serta kondisi wilayah. Hal tersebutmempengaruhi kegiatan nelayan yang akan sangat terganggu pada saat musim anginbarat.51 Tipe iklimnya adalah tropika panas dengan suhu rata‐rata berkisar antara 26,5°‐28,5°C, sedangkan suhu permukaan air pada saat musim barat berkisar antara 28,5°‐30°C dan musim timur suhu permukaan berkisar antara 28,5°‐31°C. Salinitas permukaan berkisar antara 30‐34‰ baik pada musim barat dan musim timur, serta arus permukaan berkecepatan maksimum 0,5 m/s pada musim barat dan musim timur (Pemprov DKI Jakarta 2014).52 Dari penjelasan di atas bahwa nelayan tangkap di wilayah Pulau Panggang, Kepulauan seribu dalam menghasilkan penangkapan serta pendapatan ikan, dapat dilihat atau tergantung dari musimnya, jadi nelayan melaut melihat kondisi cuaca alam yang dapat menentukan pendapatan nelayan Pulau Panggang. Sehingga pendapatan yang dihasilkan kadang 51
www.kepulauanseribu.net dalam buku Kajian Rantai Nilai Sector Perikanan di Admistrasi Kabupaten Kepulauan Seribu 52 Sumber: buku Kajian rantai nilai sector perikanan di admistrasi kabupaten kepulauan seribu, 2016. h. 8-9
50
dapat mengingkat 99 % bahkan bisa menurun 50%. Oleh karena itu, nelayan tangkap memiliki usaha sampingan yang dapat dibilang sebagai tabungan apabila datang musim angin atau musim peceklik.Bahkan budidaya ini, dapat di pergunakan apabila ada kebutuhan mendadak oleh nelayan Pulau Panggang. Oleh sebab itu, dengan adanya bantuan benih serta KJA (Keramba Jaring Apung) untuk berbudidaya dari Suku Dinas Kelautan Pertanian dan Pertahanan Pangan Kepulauan Seribu sangat membantu nelayan Kepulauan Seribu khusunya wilayah Pulau Panggang, karena dengan usaha budidaya ini sebagai tabungan atau simpanan bagi nelayan Pulau Panggang seketika datang kebutuhan mendadak untuk keperluan keluarga. Berkembangnya kegiatan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang diawali dari usaha budidaya rumput laut.Pada tahun 1980-an berjalan sampai tahun 2000-an. Banyaknya penyakit, penambangan batu karang dan pasir, penggunaan potasium menyebabkan budidaya rumput laut hancur. Awalnya
kegiatan
budidaya
ikan
di
keramba
dilakukan
menggunakan sistem keramba tancap (pen culture) hanya untuk menampung ikan hasil tangkapan sebelum dijualke pengepul dari permintaan ikan hidup ke restoran. Selanjutnya melalui program yang difasilitasi olehPemerintah dibentuk kelompok Gertang pada tahun 2000-an dengan kegiatan usaha penampungan Ikan Kerapu (jenis Lodi dan Macan) dari hasil tangkap di laut, kemudian berkembang melalui program Sea Farming. Pada tahun2005-an kerjasama Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu melalui Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Petahanan Pangan dengan PKSPL-LPPM IPB, bertujuan meningkatkan daya dukung perairan laut
dan mensejahterakan
masyarakat
Kepulauan
Seribu,
masyarakat beralih menggunakan keramba jaring apung (cage culture). Pada tahun 2006 melalui program Sea Farming membina kelompok baru yang dibentuk yaitu kelompok Sea Farming dengan jumlah anggota 22 orang dan muncul kelompok baru yang bernama Abalon dengan ketua Bapak Bustomi. Pada tahun 2009 berdiri kelompok UPBL, terbentuk dari hasil paket bantuankeramba dari Pemerintah. Kelompok Paus Biru berdiri
51
pada Tahun 2010 dan HNKPS pada Tahun 2012. Pada Tahun 2014 berdiri kelompok Cantang.53 Dari penjelasan diatas bahwa kelurahan Pulau Panggang pada tahun 2014 memiliki 7 kelompok budidaya Ikan Kerapu, yang mereka semua mendapatkan bantuan dari pemerintah Suku Dinas Kelautan Pertanian dan Pertahanan Pangan Kepulauan Seribu, yang memiliki jumlah anggota. Dari jumlah Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang yang berjumlah 5768 jiwa dengan KK 1468, mayoritas adalah nelayan yaitu 1551 orang. Sementara, Nelayan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang masih sangat sedikit yaitu ± 220 orang pada tahun 2010.54Namun usaha budidaya oleh masyarakat di Kelurahan Pulau Panggang dilakukan secara perorangan dan tergabung dalam kelompok-kelompok budidaya. Jumlah kelompok yang teridentifikasi sampai Tahun 2014 adalah berjumlah 7 kelompok dengan total pelaku budidaya yang tergabung dalam kelompok 110 orang.55 Tetapi peneliti hanya meneliti satu kelompok yakni kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut) sebagai satu sumber untuk penyusunan skripsi. Jumlah anggota untuk kelompok UPBL yang teridentifikasi setiap tahunnya yakni, April tahun 2010 anggota yang ikut serta berjumlah 84 anggota, pada januari tahun 2011 berjumalh anggota 50 orang, pada tahun 2013 20 anggota, dan tahun 2014 yang teridentifikasi, untuk kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut) berjumlah 18 anggota hingga saat ini. Jadi, setiap tahunnya jumlah anggota kelompok UPBL bagi nelayan tangkap yang ikut serta berbudidaya menurun tidak semakin meningkat, dikarenakan faktor lingkungan alam yang disebabkan pencemaran air laut. B. Sejarah Berdirinya UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut) Unit Pengembangan Budidaya Laut adalah sebuah organisasi masyarakat yang berbentuk kelompok usaha dan bergerak dibidang usaha 53
M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea Farming Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 6 54 Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 14 55 M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea Farming Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 8
52
budidaya lautdi Kelurahan Pulau Panggang.berdiri pada tanggal 29 Desember
2009.
Awalnya
terbentuk
kelompok
UPBL
adalah
dilatarbelakangi oleh adanya program bantuan fisik dan bibit keramba dari Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu kepada masyarakat pembudidaya di Kelurahan Pulau Panggang. Jumlah bantuan yang terbatas yaitu 48 unit, sementara jumlah pembudidaya yang ada lebih banyak dan tidak mungkin dibagi rata.Melalui pertemuan antar pembudidaya dengan Sudin kelautan dan pertanian kemudian muncul usulan dari perwakilan nelayan budidaya supaya dibentuk wadah untuk mengatur sendiri mekanisme bantuan, supaya tidak menimbulkan kecemburuan dan konflik bantuan dikemudian hari, yaitu; pembentukan kelompok nelayan budidaya yang belum tergabung dalam kelompok budidaya. Dengan disepakatinya usulan pembentukan kelompok oleh pihak Sudin Kelautan dan Pertanian atas inisiatif masyarakat, maka dibentuk kelompok dengan nama Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL), yang beranggotakan nelayan budidaya yang belum tergabung pada kelompok yang sudah ada, sementara itu baru ada satu kelompok budidaya yaitu Sea Farming yang beranggotakan 70 orang.56 Setelah dibentuk kelompok, diatur mekanisme untuk mendapat bantuan keramba, nelayan budidaya harus mendaftar sebagai anggota dan membayar iuran wajib keanggotaan. Kemudian ditetapkan oleh Sudin Kelautan dan Pertanian bahwa 48 unit bantuan Keramba dibagi kepada dua kelompok yaitu 33 unit ke UPBL dan 15 unit ke Sea Farming. Karena dari jumlah unit bantuan juga tidak mungkin dibagi rata kepada anggota, maka melalui kebijakan yang disepakati angota UPBL, pembagian unit keramba dibagi berdasarkan ikatan keluarga terdekat antar anggota, yaitu satu unit keramba dikelola oleh kelompok kecil terdiri oleh anggota yang masih memiliki hubungan darah terdekat. Pembagian keramba berdasarkan pegelompokan keluarga terdekat disepakati karena mayoritas masyarakat
56
Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 21
53
yang tinggal di kepulauan Seribu antara satu dan lainnya masih terikat saudara dan untuk meminimalisir konflik pengelolaan dikemudian hari.ikatan kekerabatan yang kuat menjadi modal utama sampai sekarang tetap dipertahankan dan menjadi ciri dari keanggotaan UPBL untuk mengembangkan usahanya yang berbasis ikatan keluarga yang terus dijaga.57 1. Struktur Kepengurusan dan Keanggotaan UPBL Dengan
dibentuknya
Kelompok
usaha
UPBL,
dibentuk
kepengurusan untuk menjalankan roda organisasi yang mengemban misi usaha di bidang budidaya laut.Kepengurusan dan keangotaan UPBL disusun berdasarkan tugas dan fungsi disesuaikan dengan kebutuhan pencapaian visi dan misi organisasi sekaligus untuk memudahkan koordinasi antar anggota budidaya. Struktur, tugas, hak dan wewenang dapat dilihat dibawah ini. Struktur Pengurus kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
Gambar 2. Struktur kepengurusan kelompok UPBL
Upaya untuk menguatkan dan meningkatkan kiprah UPBL ke depan dirumuskan Perencanaan jangka panjang dan Jangka menengah lima tahunan.
57
Ibid., h.22
54
Gambar 3. Pengelolaan Satu Unit Keramba oleh Kelompok Keluarga UPBL
Gambar 4. Penyusunan draff AD/ART oleh Pengurus UPBL Terbentuk
2. Perencanaan Jangka Panjang UPBL Penyusunan perencanaan jangka panjang dilakukan seiring dengan dibentuknya kelompok UPBL yang bergerak di bidang usaha budidaya laut di Kelurahan Pulau Panggang. Perencanaan jangka panjang disusun untuk menjadi arahan harapan dan tujuan yang ingin dicapai selama berdirinya UPBL.58 Perencanaan jangka panjang ini secara umum dirumuskan dalam visi, misi, kepengurusan dan keanggotaan yang dituangkan dalam Anggaran Dasar/Rumah Tangga UPBL yang disepakati oleh anggota. Adapun visi dan misi kelompok UPBL sebagai berikut: a. Visi Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha budidaya laut yang berkelanjutan. b. Misi Untuk mewujudkan visi jangka panjang UPBL, dirumuskan 4 misi sebagai berikut : 58
Ibid., h. 22-23
55
1. Membangun anggota pembudidaya, menjadi pengusaha kecil dan menengah yang memiliki mental kewirausahaan
yang mampu
membangun lapangan kerja serta mampu memberikan kontribusi pembangunan di Kepulauan Seribu melalui usaha-usaha yang dikelola. 2. Mendorong
pengelolaan
usaha
budidaya
yang
berbasis
pemberdayaan masyarakat . 3. Mendorong upaya-upaya pelestarian lingkungan untuk menjamin keberlanjutan usaha budidaya masyarakat. 4. Mengembangkan
usaha
budidaya
yang
tertata
rapi
dan
terorganisir.59 C. Modal Untuk Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Dalam melakukan wirausaha membutuhkan modal yang sangat besar, pada awalnya masyarakat melakukan usaha budidaya dengan modal sendiri, yakni dengan menggunakan keramba apung melalui drum dan bambu ada juga yang menggunakan keramba tancap dengan menggunakan pohon kayu angin. Modal yang dikeluarkan untuk modal dalam usaha budidaya yakni ± Rp. 10.000.000, untuk satu unit keramba dan menjadi empat kotak.60Sedangkan dari bantuan pemerintah keluar pada tahun 2013 yakni bantuan yang diberikan oleh nelayan tangkap untuk usaha budidaya ikan kerapu berupa KJA dengan nilai rupiah sekitar Rp. 165.000.000 dan ikan kerapu dengan masing-masing jumlah yakni 107 unit keramba dan 30.500 ekor ikan kerapu macan.61Pemerintah memberikan bantuan bermilyaran kepada nelayan kepulauan seribu, sebagai usaha untuk mensejahterakan masyarakat kepulauan seribu. Jenis Sarana budidaya yang digunakan di Pulau Panggang adalah keramba apung.Jumlah keramba sampai saat ini yang ada di Pulau
59
Ibid., h. 23 Wawancara dengan ketua kelompok UPBL bapak Rusli, di Rumah 10 Agustus
60
2016. 61
M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumberdaya Bersama Kawasan Sea Farming Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014. h. 9
56
Panggang adalah 66 unit keramba, dengan jumlah kotak 367 buah.Untuk rata-rata ukuran satu kotak adalah 3x3 M. Adapun bahan dan alat budidaya kerapu adalah sebagai berikut. a. Bahan dan Alat Keramba Jaring Apung Bahan yang dibutuhkan untuk konstruksi satu unit (4 kotak) keramba jaring apung terdiri dari: a. Bambu Ukuran bambu yang dipakai pada konstruksi keramba jaring apung yaitu 6 sampai 9 inch sebanyak 12 batang. Harga bambu untuk satu batang adala Rp. 20.000. Bambu ini berfungsi sebagai pijakan pada pinggiran setiap kotak. b. Drum plastik Volume drum plastik yang digunakan 220 liter sebanyak 9 sampai 12 buah. Harga sebuah drum plastik adalah Rp. 200.000. Drum plastik berfungsi sebagai pelampung keramba jaring apung.62 c. Tali pengikat Tali yang diperlukan sebanyak 15 kgdengan ukuran diameternya 3 sampai 6 inch.
Harganya adalah Rp. 40.000 per satu kilogram. Tali
pengikat berfungsi sebagai pengikat antara bambu dengan drum plastik dan pengikat antara bambu dengan bambu yang lain. d. Jaring Ukuran mata jaring yang dipakai pada usaha budidaya ini adalah 1 sampai 1,5 inch atau 3 Cm, dengan kebutuhan jaring sebanyak satu bal atau 40 Kg. Harga jaring yang dipakai sebesar Rp. 40.000 untuk satu kilogramnya.
Bahan ini berfungsi sebagai wadah ikan dalam keramba
jaring apung untuk empat kotak dengan ukuran setiap kotaknya adalah 3x3 M. e. Pemberat Jangkar dibutuhkan sebanyak 4 buah.Jenis pemberat yang digunakan bemacam-macam yaitu bisa terbuat dari semen yang dikeringkan, batu, dan 62
Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 11
57
jangkar. Namun kebanyakan yang digunakan adalah pemberat jangkar. Harga perbuahnya yaitu sebesar Rp. 100.000. Pemberat ini berguna sebagai pemberat sehingga keramba tidak mudah berpindah-pindah tempat. f. Tali pemberat Ukuran tali pemberat yaitu 6 sampai 10 inch, dibutuhkan sebanyak 1 rol tali atau 10,5 kg tali pemberat.Harga tali ini Rp. 40.000 per Kg. Tali ini berfungsi sebagai pengikat keramba dengan pemberat.63 Perhitungan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan keramba jaring apung untuk 1 unit (4 kotak) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Bahan
Jumlah
Satuan
Harga satuan(Rp)
Total(Rp)
1
Bambu
12
Batang
40,000
480,000
2
Drum Plastik
12
Buah
200,000
2,400,000
3
Tali Pengikat
15
Kg
40,000
600,000
4
Tali Pemberat
10.5
Kg
40,000
420,000
5
Jaring
40
Kg
40,000
1,600,000
6
Jangkar
4
Buah
100,000
400,000
TOTAL
5,480,000
Alat yang dibutuhkan untuk konstruksi satu unit (4 kotak) keramba jaring apung terdiri dari: 1. Transportasi Alat transportasi yang digunakan bermacam-macam antara lain perahu kecil (penganak) dan kapal motor. Alat transportasi kapal motor diperlukan hanya satu unit saja. Ukuran alat transportasi kapal motor ini adalah 4 sampai 5 M. Alat ini digunakan pada setiap aktifitas yang akan dilakukan di keramba seperti kegiatan pemberian pakan. 2. Serokan Sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 15.000, sebagai alat pengambil ikan di dalam keramba. Alat ini digunakan pada waktu membuang ikan yang mati, kegiatan panen, pengambilan sampah dalam keramba.
63
Ibid,. h. 11-12
58
3. Pisau/gunting Pisau atau gunting ini digunakan untuk memotong rucah pada saat pemberian pakan. Alat ini dibutuhkan sebanyak 2 buah. Harga perbuahnya sebesar Rp. 10.000.64 4. Bak pencuci Bak pencuci dibutuhkan sebanyak 1 buah. Harganya sebesar Rp 20.000. Bak pencuci berfungsi sebagai wadah yang digunakan pada saat pencucian ikan. 5. Tudung saji Kebutuhan tudung saji pada kegiatan budidaya ini sebanyak 5 buah dengan harga Rp. 10.000 per buah. Alat ini digunakan untuk kegiatan penyortiran dan penggradingan ikan. 6. Baskom plastik Dibutuhkan sebanyak 5 buah dengan harga Rp 10.000 per buah. Baskom plastik digunakan untuk wadah pakan ikan. Perhitungan alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan keramba jaring apung untuk 1 unit (4 kotak) dapat dilihat pada tabel 8.65 Table 7. Perhitungan Kebutuhan Peralatan Keramba per Unit HARGA NO
ALAT
JUMLAH
SATUAN
SATUAN
TOTAL
(Rp)
(Rp)
1
Tranportasi
1
Buah
5,000,000
5,000,000
2
Serokan
1
Buah
15,000
15,000
3
Pisau/Gunting
2
Buah
10,000
20,000
4
Bak Pencuci
1
Buah
20,000
20,000
5
Tudung Saji
5
Buah
10,000
50,000
6
Baskom Plastik
5
Buah
10,000
50,000
TOTAL
5,155,000
64
Ibid,. h. 12 Ibid,. h. 12-13
65
59
Dapat terlihat pada kedua tabel di atas bahwa biaya yang akan dikeluarkan dalam pembuatan satu unit keramba jaring apung dengan jumlah empat kotak sebesar Rp. 10.635.000,-.Dengan biaya bahan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.480.000,- sedangkan biaya alat yang dikeluarkan sedikit lebih kecil dari pada biaya bahan yaitu sebesar Rp 5.155.000,-.
Gambar 5. Jenis keramba Apung Budidaya Kerapu di Pulau Panggang
D. Manajemen Pemberdayaan dan Budidaya Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selelu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, menyebutkan lima fungsi manajemen yaitu
merancang,
mengorganisir,
memerintah,
mengordinasi,
dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga yaitu; 1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki 2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiantan kecil.
60
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manjerial dan usaha.66 E. Metode dan teknik pendekatan dalam pembentukan kelompok Metode dilakukan
dan
melalui
pendekatan pendekatan
penyusunan
rencana
pengelolaan
partisipatif, yaitu dengan melibatkan
masyarakat, menempatkan masyarakat sebagai aktor utama melakukan kajian langsung di lapangan, menganalisa dan merumuskan hasil-hasil kajian dengan didampingi oleh fasilitator. Manfaat penggunaan pendekatan partisipatif dalam penyusunan perencanaan adalah : 1. Memperoleh
data
dan
informasi
yang
valid
dan
dapat
dipertanggungjawabkan, karena pelaku kajian adalah masyarakat, dimana pengetahuan terhadap Wilayahnya dimiliki oleh mereka, fasilitator
bertugas
menggunakan
memandu
alat
kajian
penggalian
yang
data
didisain
dengan
memudahkan
masyarakat dalam merekam pengetahuan mereka. 2. Menguatkan Melalui
pemahaman
kajian
yang
masyarakat dilakukan
terhadap
wilayahnya.
bersama, terjadi
transfer
pengetahuan dan cross check baik antar masyarakat maupun masyarakat dengan fasilitator sebagai outsider terhadap potensi dan
permasalahan
disekitarnya.
Secara
rasional
dengan
memperhatikan kearifan setempat, masyarakat dipandu fasilitator menganalisa dan memperoleh solusi yang tepat dan baik untuk wilayahnya. 3. Keterlibatan
masyarakat
berfungsi untuk
dalam
menganalisa
wilayahnya
mendorong kesadaran kritis masyarakat.
4. Menimbulkan Aksi kolektif, melalui proses dan rumusan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat berdampak pada meningkatnya
kesadaran
kritis
66
masyarakat
dan
mendorong
Muhtadi Dan Tatan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam (UIN Jakarta Press, 2013), h. 1-3.
61
munculnya aksi bersama mengatasi permasalahan-permasalahan di wilayahnya. Adapun metode dan tehnik kajian yang dilakukan adalah : a. RRA (Rapid Rural Appraisal), RRA adalah metode kajian secara cepat untuk mendapatkan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan,adapun tehnik yang digunakan untuk menggali data adalah melalui pemetaan potensi dan permasalahan b. PRA (Partisipatory Rural Appraisal), atau disebut Penilaian Perdesaan Partisipatif, merupakan metode pengkajian potensi dan permasalahan wilayah yang dilakukan kepada suatu kelompok atau masyarakat, dengan menekankan
pengetahuan
lokal
dan
memungkinkan kelompok atau masyarakat membuat penilaian, menganalisa, dan merencanakan program yang sesuai dengan kondisi dan permasalahannya. Kebutuhan
akan
perencanaan
pembangunan
dalam
perkembangannya sekarang tidak hanya menjadi kebutuhan pemerintah atau perusahaan. Namun sudah dan telah menjadi kebutuhan masyarakat melakukan perencanaan untuk mengembangkan wilayahnya. Pengetahuan masyarakat yang lengkap terhadap aktifitas dan
wilayahnya menjadi
prasyarat utama sebagai basis dalam menyusun sebuah perencanaan yang terarah dan terfokus (Rustiadi .E). UPBL sebagai wadah kelompok usaha budidaya laut yang baru terbentuk, membutuhkan perencanaan untuk menjadi acuan dalam menjalankan roda organisasi supaya harapan-harapan yang diimpikan oleh UPBL dapat terwujud. Kegiatan pemetaan partisipatif adalah salah satu bagian dari perencanaan masyarakat yang dilakukan melalui pelibatan diri masyarakat secara aktif dalam merumuskan arahan-arahan kelembagaan ke depan. UPBL sebagai kelompok yang baru terbentuk memerlukan perencanaan kelembagaan yang matang dalam bidang usahanya. Untuk menyusun perencanaan kelembagaan usaha, UPBL secara mandiri mengundang P4W– IPB khususnya Divisi Perencanaan dan Pengembangan Komunitas untuk
62
mendampingi
penyusunan
perencanaan
kelola
Budidaya.
Tahapan
penguatan kelembagaan UPBL melalui pendampingan dan fasilitasi perencanaan yang dilakukan oleh P4W-IPB. Untuk capaian perencanaan adalah tersusunnya aturan pengembangan budidaya dan arahan kegiatan yang diterjemahkan dalam AD/ART dan Renstra UPBL selama 5 tahun. a.
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kegiatan Pemetaan dan perencanaan
kawasan budidaya ini dilakukan untuk merumuskan rencana tata kelola kawasan budidaya kerapu di kawasan Kelurahan Pulau Panggang. Adapun tujuan secaara rinci dari kegiatan ini adalah: 1. Menggali data dan informasi peruntukkan sumberdaya laut terkait dengan pengelolaan budidaya disekitar kawasan perairan laut kelurahan Pulau Panggang. 2. Merumuskan zonasi pengembangan Budidaya kerapu di Kelurahan Pulau Panggang. 3. Menyusun Perencanaan tata kelola kawasan Budidaya Kerapu oleh masyarakat. b. Indikator Kegiatan 1. Mendapatkan data-data potensi dan permasalahan peruntukan sumber daya laut dikawasan budidaya di sekitar Pulau Panggang. 2. Dirumuskannya zonasi pengembangan budidaya laut berdasarkan struktur dan fungsi kawasan perairan laut
kelurahan Pulau
panggang. 3. Dirumuskannya rencana strategis dan aturan kelembagaan.
Gambar 6. Rencana Strategis dan Aturan Kelembagaan
63
Dari jumlah Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang yang berjumlah 5768 jiwa dengan KK 1468, mayoritas adalah nelayan yaitu 1551 orang.Sementara, Nelayan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang masih sangat sedikit yaitu 220 orang. Dari keseluruhan pembudidaya tergabung dalam dua kelompok usaha Budidaya yaitu Kelompok UPBL berjumlah 119 anggota dan kelompok Sea Farming berjumlah 70 anggota. Adapun jenis usaha yang terkait langsung dengan budidaya kerapu di kelurahan Pulau Panggang dapat dilihat padatabel 9. Sedangkan jenis usaha yang tidak terkait langsung tetapi mendapatkan manfaat dari aktivitas budidaya adalah usaha jasa transportasi 11 orang, pengepul ikan tangkap (palele), dan nelayan tangkap. Tabel 8. Jenis dan Sebaran Petani Budidaya di Kelurahan Pulau Panggang No
Jenis
Jumlah (orang) P. Panggang
P. Pramuka
Total
1
Usaha pembesaran
182
7
189
2
Usaha pendederan
4
-
4
3
Pengepul Pakan
5
-
5
4
Nelayan pencari Pakan
6
5
11
5
Nelayan pencari benih
10
-
10
6
Pengusaha budidaya
-
1
1
7
Suplayer benih (lokal)
3
-
3
207
13
220
6
5
11
6
2
8
Jumlah 1
Pengepul ikan tangkap (Palele)
2
Jasa transportasi
Sumber : UPBL, 2010
Terkait dengan budidaya kerapu, pengetahuan masyarakat terhadap budidaya telah berkembang yang sebelumnya mengawali dengan sistim keramba tancap dengan mengandalkan benih dari alam, sekarang berkembang dengan mengelola benih dari hatchery yang membutuhkan 64
pengetahuan dan perawatan yang lebih inten dari sebelumnya. Pengetahuan dan ketrampilan dalam budidaya sendiri di Pulau Seribu didapatkan dari adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dari Dinas kelautan dan Pertanian dan dari pengalaman antar nelayan sendiri. Adapun ketrampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh petani budidaya adalah baru pada tahapan Pendederan dan pembesaran. Tehnik dan metode dan tahapan pembesaran kerapu yang dikembangkan di Pulau seribu adalah sebagai berikut. 1. Persiapan keramba Mempersiapkan keramba jenis apung dengan ukuran 3x3 sebanyak empat kotak. Empat kotak dilaukan untuk mempersiapkan pengsortiran. Sedangkan ukuran mata jaring adalah 1-1,5 inc. 2. Penebaran benih Benih yang digunakan harus dipilih yang berkualitas.Benih yang ditebar untuk pembesaran adalah ukuran antara 12-15 Cm. karena dengan ukuran tersebut sudah lebih tahan dari penyakit dan kematian. 3. Perawatan Kegiatan perawatan secara umum terdapat tiga jenis yaitu pemberian pakan, pencucian jaring, pengobatan dan pemberian vitamin. a. Pemberian pakan, pemberian pakan b. Pencucian, pencucian jaring dilakukan dua minggu sekali dan pencucian ikan secara rutin dilakukan satu minggu sekali. c. Pengobatan, Pengobatan ikan disesuaikan dengan jenis penyakit yang
terjaid
pada
ikan,
adapun
jenis-jenis
penyakit
dan
penanganannya adalah sebagaimana tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Jenis-Jenis penyakit dan Cara Pengobatan No
Jenis penyakit
Faktor penyebab
Cara Pengobatan
1
Koreng
Gesekan badan dengan
Betaedin
jaring dan bakteri
Tetrasilin
Bawaan dari kecil
Dicuci dengan air tawar
2
Cacingan
65
dan garam secara rutin 3
Sisik Putih
Kutu kecil
Betadin (3 tetes) Tetrasilin
4
Pecah buntut
Koreng
Betadin, Pk dicampur air tawar
5
Kutu air
Pakan berlebihan
Direndam air tawar
d. Pemberian vitamin, dilakukan untuk memberikan daya tahan ikan terhadap penyakit dan untuk mencegah kematian ikan. Vitamin yang biasa diberikan adalah B komplek, C, dan E. 4. Penyortiran, dilakukan dengan memilah ikan berdasarkan ukurannya dan memisahkan pada keramba lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari saling memakan antar ikan. 5. Panen, dilakukan rata-rata 12 bulan setelah benih tebar. Yaitu ikan kerapu mencapai ukuran 4 ons ke atas. Manajamen budidaya dalam kewirausahaan yang dilakukan nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, tidak begitu berjalan dengan baik karena pelajaran yang diberikan oleh suku dinas kelautan dn perikanan melalui pelatihan tidak diterapkan atau dipraktikan oleh nelayan Pulau Panggang karena kebanyakan nelayan mengikuti budayanya atau cara sendiri dalam budidaya ikan kerapu. Pemerintah sudah pernah melakukan pelatihan manajemen budidaya dan manajemen kelompok, di masyarakat kepulauan seribu khusunya pulau panggang, tetapi dengan pengetahuan yang telah diberikan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat yang dibantu oleh P4W-IPB nelayan tidak dapat menerapkan ilmu pengetahuan manajemen
budidaya
serta
manajemen
kelompok,
jadi
nelayan
menggunakan caranya dan ilmu pengetahuannya sendiri yakni dengan melakukan memberikan makan ikan di tampungan dari kecil hingga besar dan dapat dijual ke pengepul ikan kerapu. Manajemen dalam budidaya sebuah kendala dalam nelayan budidaya Pulau Panggang, karena nelayan tidak mempelajari manajemen dalam budidaya.Jadi, inilah titik kelemahan yang dialami oleh nelayan budidaya
66
yang mengakibatkan budidaya tidak berkembang dengan baik, karena nelayan hanya masih berpikir bahwa ini bukan sebuah usaha melainkan hanya tabungan atau simpanan untuk kebutuhan yang diperlukan apabila datang kebutuhan pokok untuk keluarga.67 c. Program kerja dan Kegiatan (Pelaksaanaan) Kelompok UPBL Ada beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok UPBL yang dibantu oleh suku dinas perikanan dan kelautan serta bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yakni lembaga P4W-IPB, termasuk pelatihan yang dillaksanakan dan yang diberikan kepada nelayan pulau panggang sehingga bisa tercapainya tujuan yang dibuat oleh kelompok UPBL (Unit Pengembengan Budidaya Laut), diantaranya sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemampuan penguasaan tehnologi dan sarana usaha budidaya laut, maka dilakukan program dan kegiatan sebagai berikut.68
67
Wawancara dengan ketua kelompok UPBL bapak Rusli, di Rumah 10 Agustus 2016 68 Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 26
67
2. Terpenuhinya kebutuhan benih dan pakan yang berkualitas. Maka program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
3. Terjaminnya pemasaran produk hasil panen. maka program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
4. Menurunnya tingkat ancaman lingkungan perairan laut di sekitar kawasan budidaya. Maka program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.69
69
Ibid., h.26-27
68
5. Terciptanya budaya wirausaha mandiri di lingkungan anggota UPBL. Program dan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.70
d. Tahap kegiatan kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut) Untuk mendapatkan data-data potensi yang diinginkan maka dilakukan Penelitian yang melibatkan Anggota UPBl. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
70
Ibid., h. 27-28
69
1. Persiapan Tim, menentukan Tim Kajian dengan melibatkan angota UPBL 2. Inventarisasi data yang diperlukan terkait kegiatan budidaya. Cakupan data yang diperlukan terkait budidaya antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini. No 1
Tabel 10. Cakupan Data Kajian Cakupan data Jenis data Benih
Alam Lokasi, jenis, Ukuran, Musim, harga, Jumlah, Kualitas, Permasalahan, peralatan dan cara tangkap Hatchery Sumber bibit (Suplayer, Lokasi Bibit), Jenis, Ukuran, Musim, transportasi, Jumlah, Harga, Kualitas (resiko, bentuk, kesehatan), Grade, system Jaminan pembelian.
2
Pakan
Alam Sebaran, jenis, Musim, Jumlah, harga, Kualitas, permasalahan, Tehnik Pengolahan, alat tangkap, nelayan, daya dukung lingkungan, Suplayer
3
Sarana Budidaya
Lokasi Budidaya ( sebaran Lokasi, Luas
dan prasarana
Areal, Jumlah Keramba
Budidaya
Bahan dan peralatan, Sumber bahan dan peralatan
4
Pasar
Jumlah Pengepul, harga jual, ukuran, musim, jarignan pasar, permasalahan
5
6
Sumberdaya
Teknologi dan Teknik pendederan, teknik
manusia
pembesaran, permasalahan
Kelembagaan
Aturandan manajemen yang sudah berjalan, Jumlah Anggota, Program,
70
sangsi, mitra usaha, permasalahan Sumber : Pembahasan Tim kajian, UPBL.
3. Survei kawasan budidaya, dilakukan oleh Tim survei dengan menentukan lokasi dan batasan peruntukan Budidaya di sekitar perairan kawasan Pulau Panggang. 4. Analisa hasil Survei, dilakukanpembahasan hasil-hasil survei dan merumuskan zonasi peruntukan budidaya melalui FGD yang diikuti oleh anggota Kelompok UPBL, dengan membuat kriteria analisa, ruang lingkup kajian adalah sebagai berikut: Tabel 10. Ruang lingkup Analisis Peruntukan dan Pengaturan Budidaya No 1
Kriteria
Ruang Lingkup Analisis Pemetaan
Benih alam
Lokasi penangkapan benih kerapu , musim penangkapan dan peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan. Jenis-jenih benih kerapu dan habitat perkembangbiakan benih kerapu Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi perkembangbiakan benih kerapu dan habitat pendukungnya
2
Sumber
Lokasi penangkapan pakan , musim
pakan alami
penangkapan dan peralatan tangkap yang digunakan oleh nelayan. Jenis-jenih pakan alami dan habitat perkembangbiakan benih kerapu Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi perkembangbiakan pakan dan habitat pendukungnya
3
Area
Lokasi keramba, jenis-jenis ikan yang
Pembesaran
dibudidayakan, sarana dan prasana yang
budidaya
digunakan, Tahapan pembesaran dan panen Pemasaran; jalur pemasaran, jumlah pengepul Jenis-jenis permasalahan yang mempengaruhi
71
perkembangbiakan pakan dan habitat pendukungnya 4
Area
Lokasi pemijahan alami, jenis indukan kerapu,
perlindungan
dan habitat pendukung
sumber benih Jenis kegiatan yang mendukung terhadap lokasi dan pakan
pemijahan Permasalahan dan ancaman yang mempengaruhi lokasi pemijahan
5
Kelembagaa
Aturan-aturan dalam usaha budidaya
n
dan kerjasama dala bidang usaha (identifikasi peran para pihak dalam kegiatan usaha budidaya kerapu). Permasalahan dan ancaman yang mempengaruhi Sumber : FGD anggota UPBL, 2010
5. Perumusan Perencanaan Kelembagaan UPBL, Penyusunan AD/ART, aturan tata kelola Budidaya dan perumusan program kerja Kelompok UPBL jangka menengah. Tabel 12. Waktu pelaksanaan No 1
Kegiatan
Waktu Kegiatan
Persiapan Tim dan Inventasirasi data
8-9 juni 2010
potensi dan permasalahan budidaya 2
Observasi lapangan
10-11 juni 2010
3
Perencanaan tata kelola kawasan
12 juni -7 juli 2010
Budidaya dan peyusunan AD/ART 5
Perencanaan program jangka
5-7 oktober 2010
menengah 6
Launching perdagangan benih dan
28 Juli 2010
panen perdana 7
Pembuatan dokumentasi UPBL (Buku dan Film)
72
Agustus - Oktober 2010
F. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Buidiaya Dan Nelayan Tangkap 1. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Tangkap Dalam kesehariannya nelayan kepulauan seribu yakni bekerja menagkap ikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya. Dalam arti alokasi hasil tangkapan yang di jual lebih banyak di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya pangan, dan bukan di investasikan kembali untuk pengembangan skala usaha. Dalam menangkap ikan nelayan pulau panggang, Kepulauan Seribu menghasilkan pendapatan dalam sehari Rp. 50.000 – Rp. 100.000, tergantung dilihat dari jumlah ikan yang didapatnya apabila dapat banyak bahkan pendapatan atau pemasukan bisa lebih dari Rp. 100.000 untuk pendapatannya, karena dalam mencari atau menagkap ikan dilihat dari musimnya. Dengan harga Ikan Rp. 10.000 – Rp. 35.000 per Kg, tergantung jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan, banyak jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan. Apabila musim tidak bagus maka pendapatan menurun 50 % tetapi apabila musim bagus maka pendapatan menaik hingga 70 %. Nelayan biasa melakukan untuk memulai pekerjaannya dari pagi sekitar jam 06.00 WIB dan sampai sore sekitar jam 05.00 WIB. Namun dari hasil pendapatan tersebut nelayan hanya bisa untuk kebutuhan pokok keluarga seperti kebutuhan pangan untuk kehidupan sehari-harinya. Di Kepulauan Seribu kami jumpai di sekitar Pulau Panggang, Pramuka, Harapan, Kelapa, Pari dan Tidung nelayan budidaya yang mulai mencoba benih kerapu sejak tahun 2000, dibantu oleh pemerintah Kabupaten sebagai program pemberdayaan untuk masyarakat nelayan Kepulauan Seribu. Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA) membantu nelayan dalam keadaan musim peceklik (musim angin Barat) maka
nelayan Kepulauan Seribu memilliki tabungan dari hasil
budidaya mereka, yang setahun sekali di panen. 2. Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Budidaya Dalam melakukan perdagangan, pembidudaya menjual ikan kepada pengepul lokal dan perantara (broker) terutama untuk Kerapu dalam kondisi
73
hidup. Sedangkan Kerapu kondisi segar (mati) dijual untuk kebutuhan warung makan dengan kisaran harga Rp. 60.000-70.000 per Kg. Sedangkan harga Kerapu hidup untuk restoran di Pulau bervariasi antara Rp. 120.000200.000 per Kg untuk kerapu Lodi. Pengepul lokal menjual ke konsume, restoran dan pengepul kota degan harga Rp. 150.000-300.000 per Kg. Broker menjual ke pengepul kota dan restoran dengan harga yang sama Rp. 150.000-300.000 per Kg. Harga merupakan kesepakatan dengan restoran dan pengepul kota yang terkadang terjadi negosiasi ulang harga karena permintaan yang tinggi pada musim tertentu seperti imlek.71
Sumber: Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2016
71
Kajian Rantai Nilai Sektor Perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2016
74
Tabel 13. Data produksi dan pendapatan kelompok nelayan budidaya di kelurahan pulau panggang, kepulauan seribu, tahun 2013-2014 Produksi (ekor)
Produksi (kg)
2013
2014
2013
2066 321
2506 323
985.8 159.2
1356.7 103,045,000 160.8 31,220,000
132,581,500 38,014,000
240
166
129.4
95.6 44,098,000
29,955,000
606
817
344.7
506.6 32,786,500
47,952,500
3812
1619.1
2119.7 211,149,500
248,503,000
3233
2014
Pendapatan (Rp) 2013
2014
Sumber: Data UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
75
Sumber: Sampel Gambar Ekonomi Kelurahan Pulau Panggang Januari Tahun 2011
76
No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 1 2
Tabel 14.Data Time Series Kelautan dan Perikanan 2010-2015 Tahun Jenis Data 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah nelayan 4356 3864 3740 3740 3368 Kelompok usaha bersama 15 18 20 25 28 Jumlah kapal nelayan 1331 1347 1352 1361 1367 Jumlah kartu nelayan 0 372 603 1452 1622 Produksi perikanan tangkap 674.413 1.584.000 1.786.000 1.427.000 1.418.773 Jumlah pembudidaya ikan Jumlah pembudidaya rumput laut Kelompok pembudidaya ikan Kelompok pembudidaya rumput laut Produksi perikanan budidaya Produksi rumput laut Produksi pembenih ikan Kelompok masyarakat pengewas Area perlindungan pembudidaya
Keterangan 2015 3368 39 1367 1889 1.625.336
RTP/Orang KUB Armada KN Kilo Gram
200 118
215 118
230 118
329 146
336 164
361 0
RTP/Orang RTP/Orang
10 10
12 10
13 10
23 13
25 16
28 0
POKDAKAN POKDAKAN
1.316.840 372.960 0
798.140 26.600 0
450.952 5.400 0
697.980 160.310 0
1.040.098 31.780 98.996.783
1.036.436 0 62.055.833
Kilo Gram Kilo Gram Ekor
9
9
9
9
9
9
Kelompok
6
6
6
6
6
6
Kelompok
Sumber: Data Sudin Kelautan, Pertanian Dan Ketahanan Pangan, 2014
77
Tabel 15.Data pendapatan per panen kelompok UPBL (Unit Pengambangan Budidaya Laut)
NO 1 2 3 4
TAHUN
JENIS IKAN
2013-2015 MACAN 2013-2015 LODI 2013-2015 BEBEK 2013-2015 CANTANG JUMLAH
JUMLAH EKOR
UKURAN RATARATA PER EKOR 92 ONS 65 ONS
TOTAL PANEN
HARGA JUAL PANEN PER Kg
697,7 Kg Rp.1.993.000 1173 124,8 Kg Rp.3.065.000 262 107 41 ONS 60.5 Kg Rp.2.545.000 365 43 ONS 2.598,5 Kg Rp.730.000 1907 241 ONS 3.481,5 ONS Rp.8.333.000 Sumber: data kelompok UPBL (Unit Pengembangan Budidaya Laut)
78
TOTAL PENDAPATAN (Rp)
TOTAL JUMLAH
Rp.87.655.000 Rp.30.449.000
Rp.87.655.000 Rp.30.449.000
Rp.19.050.000 Rp.18.670.000 Rp.155.824.000
Rp.19.050.000 Rp.18.670.000 Rp.155.824.000
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Berkembangnya budidaya di Kawasan Kepulauan Seribu dimulai sejak tahun 1997 yaitu dengan dikembangkannya budidaya rumput laut di pulau ini. Hal ini dipicu karena semakin menurunnya hasil tangkapan nelayan yang mayoritas menangkap dengan peralatan tradisional di sekitar areal kepulauan dengan menggunakan alat pancing, jaring dan Bubu. Menurunnya hasil tangkapan dikarenakan maraknya penangkapan yang merusak seperti penggunaan potasium, bom yang menyebabkan hancurnya rumah-rumah Ikan dan terumbu karang.72 Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi mengatakan bahwa yang melatarabelakangi dibentuknya pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara adalah: Penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu kan menurun dan daerah penangakapannya jauh, terus butuh biaya yang sangat tinggi terkadang nelayan mendapatkan ikan terkadang tidak dapat jadi tidak berbalik modal, terus pemerintah melihat lingkungan Kepulaun Seribu yang belum tercemar. Kemudian pemerintah secara perlahan, mengubah nelayan tangkap beralih ke budidaya tapi nelayan tetap melakukan penangkapan. Jadi, pemerintah melakukan pemberdayaan ekonomi untuk nelayan Kepulauan Seribu dalam hasil kajian dari pemerintah dikarenakan menurunnya hasil penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu, serta daerah penangkapan semakin jauh dan lokasi pesinggronnya juga tidak pasti, sehingga nelayan dalam melakukan penangkapan mengeluarkan biaya yang besar dan tidak sesuai yang diharapakan untuk penangkapan 72
Muhammad Arifin, Rusli, dkk,.Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2010. h. 2
79
yang didapat oleh nelayan tidak berbalik modal jika tidak mendapatkan Ikan hasil penagkapan dari laut. Kemudian pemerintah melihat dari potensi yang baik yang ada di Kepulauan Seribu yakni dengan melakukan budidaya
dengan kelestarian lingkungan yang belum
tercemar. Tetapi nelayan tetap melakukan penangkapan, secara perlahanlahan beralih ke budidaya. B. Proses
Pemberdayaan
Ekonomi
Nelayan
Melalui
Usaha
Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu diantaranya sebagai berikut: 1. Perencanaan Dalam perencanaannya pemberdayaan ekonomi nelayan mealui usaha budidaya Ikan Kerapu dengan mengunakan perencanaaan “bottom up planning” artinya adalah perencanaan yang dilakukan diamankan masyarakat lebih berperan dalam hal pemeberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakna sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program. Pemerintah memiliki perencanaan untuk nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya dengan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk melakukan usaha budidaya serta memfasilitasi nelayan yang memiliki motivasi dalam usaha budidaya Ikan Kerapu. Dengan tujuan untuk menambahkan nilai ekonomi nelayan serta mensejahterakan kehidupan para nelayan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan yang dilakukan dalam pemberdayan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu ini, yakni dengan melakukan sosialisasi program,
memberikan pelatihan-pelatihan
yang mengenai usaha budidaya Ikan Kerapu, pemberian bantuan teknis, penyediaan sarana dan prasaran, kemudian dibentuk dalam beberapa kelompok, dengan mengundang para nelayan Pulau Panggang untuk mengikuti kegiatan – kegiatan dalam pelaksanan
80
program yang sudah direncanakan oleh pemerintah. Dan setelah terebentuk
kelompok.
Maka
kelompok
itu
sendiri
yang
mendampingi para anggotanya dan nelayan yang ikut serta dalam melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu. Kemudian membuat peraturan – peraturan yang telah dibuat oleh kelompok. Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi mengatakan bahwa proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara adalah: Tahun 2012 itu dihasil kajian itu di CPUE kita punya program kendalikan tangkap kembangkan budidaya sejarah budidaya ini sudah sejak tahun 80-an tapikan perorangan terus tahun 2005 itu kita kerja sama dengan pihak universitas itu, dengan konsep sea farming, jadi budidaya itu, masyarakat kita rombakkan dari nelayan ke budidaya untuk merubah itu kita kasih pelatihan bagi yang mau 30 orang datang kita latih untuk tehnologi budidaya, manajemen usahanya, terus manajemen kelompoknya, terus tehnologinya kita kasih pelajaran ke mereka setelah itu mereka dapat ilmunya kita kasih bantuan sarana dan prasarana. Berdasarkan hal di atas, menurut bapak Supriyadi pada tahun 2012 Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan memiliki program dengan program kendalikan tangkap kembangkan budidaya. Seperti yang sudah dibentuknya adanya budidaya sejak tahun 1980-an di Kepulauan Seribu dan pada tahun 2005 Suku Dinas bekerja sama dengan pihak universitas-universitas dengan konsep Sea Farming dan merubah nelayan tangkap menjadi nelayan budidaya, jika ada masyarakat pulau yang mengininkannya, dengan memberikan pelatihan-pelatihan disetiap tahunnya pelatihan yang diberikan yakni seperti pelatihan manajemen usaha, manajemen kelompok, tekhnologi budidaya. Dalam pelatihan manajemen usha tidak bekerja atau tidak terlaksana di nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu, tetapi dalam manajemen kelompok dan teknologi budidaya yang diberikan pelatihan oleh pemerintah itu bekerja dan berjalan dengan baik karena nelayan Pulau Panggang di damping oleh kelompok – kelompoknya masing – masing yang sudah dibentuk sebelumnya. Seperti kelompok UPBL yang
81
memenajemen
kelompoknya
dalam
budidaya
dan
memberikan
pembelajaran menegnai teknologi budidaya yang telah diberikan dalam pelatihan tersebut. Setelah diberikan pelatihan maka nelayan atau masyarakat kepulauan seribu yang ingin berbudidaya akan diberikan bantuan oleh pemerintah dengan berupa sarana dan prasana seperti KJA bahan ADPE (Akuatek) yang terdiri dari 4 unit dalam satu kotak, sebelumnya menggunakan kayu untuk KJA-nya tetapi dengan teknologi dan zaman modern yang ini merubah di tahun 2012-2014 merubah ke KJA bahan ADPE (Akuatek). Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi mengatakan bahwa modal bantuan yang dikeluarkan untuk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara adalah: Dana sekitar Rp. 165.000.000 dan bantuan bibit atau benih ikan kerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benih tergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yang satu kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benih bermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiap kelompok nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah mengeluarkan dana sekitar Rp. 165.000.000 untuk pengeluaran dana pemberian Keramba Jaring Apung (KJA), yang terdiri dari jaring, jangkar, pemberat daln lain-lainnya. Pemerintah memberikan konplit atau lengkap dalam memberikan KJA nya dan selain KJA yang diberikan bantuan oleh pemerintah ada juga meberikan bantuan bibit atau benih ikan kerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benih tergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yang satu kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benih bermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiap kelompok nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintah sangat terbatas. Dana bantuan untuk nelayan kepulaan seribu merupakan dana hibah dari pemerintah. Dalam pemberian bantuan pemerintah mensleksi nelayan yang benar-benar ingin berbudidaya 2005-2010 budidaya mulai
82
berkembang di Kepulauan Seribu lainnya seperti Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, terbentuk lah kelompok-kelompok. Pada tahun 2015 memiliki 28 kelompok tetapi pada tahun 2016 memiliki penurunan dalam pembentukan kelompok sesuai dengan sleksi alam yang ada yang efektif di tahun 2016 ini yang masih bertahan yakni sekitar 17 kelompok, yang lain sudah tidak berusaha untuk berbudidaya.73 C. Metode dan Teknik Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Melalui Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Dalam metode dan teknik pemeberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu diantaranya sebagai berikut: 1. Nelayan Kepulauan Seribu yang memiliki motivasi dan mempunyai usaha budidaya. 2. Tergabung dalam suatu kelompok tidak berdiri sendiri (personal). 3. Pemerintah akan selalu mendukung orang yang berhasil melakukan budidaya Ikan Kerapu dan akan terus dibantu oleh pemerintah
sampai
menjadi
penguasaha
budidaya
untuk
kedepannya. Sedangkan, bagi orang atau kelompok yang tidak berhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil. Karena pemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang yang tidak berhasil itu akan mengakibatkan ketidakmandirian nelayan serta negara akan kehabisan dana untuk melakukan bantuan kepada orang yang tidak berhasil. Oleh karena itu, pemerintah mendidik kepada nelayan untuk bertanggungjawab atas bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah agar dapat berkembang dan menjadikan kesuksesan untuk mereka sendiri. 73
Wawancara pribadi dengan Bapak Supriyadi, dikantor, jam 12.00, tanggal 13 Oktober 2016
83
Bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah, tetapi kelompok nelayan budidaya yang membuat aturannya sendiri dan mengembangkannya bantuan dan menjadikan bantuan bergulir kepada anggota yang belum mendapatkan bantuan dan kelompok tersebut membuat aturan atau AD/ART dalam setiap kelompok, seperti yang telah dijelaskan di bab tiga. Tugas yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang sudah dibentuk oleh para nelayan, seperti kelompok UPBL yang diteliti oleh peneliti. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di bab tiga bahwa kelompok UPBL bertugas memanajemen para anggota dengan usaha budidaya ini, yakni dengan membagi rata bantuan dari pemerintah serta mengatur segala kegiatan yang akan dilakukan oleh nelayan dengan perencanaan-perencanaan yang sudah dibuat oleh ketua dan para anggota kelompok UPBL. Sehingga kelompok UPBL mencapai visi dan misi yang telah mereka buat. Jadi, kelompok ini hanya bertugas membantu kagiatan yang dilakukan para nelayan, dan mencatat semua keperluan yang dibutuhkan oleh para nelayan, serta mencatat pandapatan dan pemasukan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang. Dapat dibilang UPBL ini sebagai pendamping bagi nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Supriyadi mengatakan bahwa metode dan teknik pengembangan pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara adalah: Dalam teknik dan pengembangan dalam budidaya ini yakni pertama, nelayan kepulauan seribu yang berniat dan memiliki motivasi dan mempunyai usaha budidaya. Kedua, tergabung dalam suatu kelompok tidak berdiri sendiri (personal). Ketiga, pemerintah akan mensport orang yang berhasil melakukan budiaya ini dan akan terus dibantua oleh pemerintah samapai menjadi penguasah unutk kedepannya sedangkan bagi orang atau kelompok yang tidak berhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil karena pemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang yang tidak berhasil itu kan mengakibatkan ketidakmandirian nelayan serta Negara akan kehabisan dana untuk melakukan bantuan
84
kepada orang yang tidak berhasil oleh karena itu pemerintah mendidik kepada nelayan untuk bertanggungjawab atas bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah agar dapat berkembang dan menjadikan kesuksesan untuk mereka sendiri. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah , tetapi kelompok nelayan budidaya yang membuat aturannya sendiri dan mengembangkannya bantuan dan menjadikan bantuan bergulir kepada anggota yang belum mendapatkan bantuan dan kelompok tersebut membuat aturan atau AD/ART dalam setiap kelompok. Masyarakat Kepulauan Seribu rata-rata memiliki pekerjaan sebagai nelayan tangkap tradisional dari jaman ke jaman hingga kemasa kini, sebelum adanya budidaya profesi yang unggul di masyarakat kepulauan seribu khususnya Pulau Panggang mereka bekerja melaut dengan menangkap ikan dengan menggunakan alat-alat tradisional hanya pendapatan yang diperoleh dari hasil menangkap Ikan tidak cukup untuk biaya kehidupan rumah tangga dan kehidupan sehari-harinya, mereka dengan terkecuali telah datang musim-musimnya Ikan, yang dimana Ikan dapat berlimpah ruah di Kepulauan Seribu ini khususnya Pulau Panggang. Tetapi ketika datangnya dimusim peceklik atau yang bisa dibilang musim angin yang dimana masyarakat nelayan Pulau Panggang tidak dapat pergi bekerja melaut untuk menangkap ikan, maka pendapatan ekonomi nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu menurun. Sehingga masyarakat nelayan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya hanya dapat mengutang sembako di warung.Oleh karena itu, pemerintah Kepulauan Seribu yang memiliki wewenang untuk mensejahterakan masyarakatnya. Maka pemerintah membentuk program pemberdayaan ekonomi nelayan dengan melalui budidaya. D. Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Budidaya ikan kerapu merupakan salah satu jenis usaha yang masih sangat terbatas dan belum banyak dikembangkan di masyarakat. Salah satunya di wilayah Kepulauan Seribu, dengan melihat kondisi alam yang berada di Kepulauan Seribu sangat baik dan bagus untuk melakukan budidaya. Oleh karena itu nelayan Kepulauan Seribu khusunya di
85
wilayah Pulau Panggang, yang diteliti oleh peneliti di wilayah tersebut, melakukan budidaya ikan. Temuan lapangan dari hasil wawancara Abang Alwani (Bargo) salah satu anggota kelompok Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah: Abang ma kerjanya ngebubu yah kalo budidaya ikan kerapu ma cuma celengan ibarat kita ma tabungan tahunan, asal abis ngelau abang ke keramba kasih makan ikan. Temuan lapangan dari hasil wawancaraAbang Sardi dan sebagai anggota kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah: Abang kerja yang ditekunin tuh mancing ikan di lau, abis mancing abang ke keramba kasih makan ikan, sebelum mancing pagi abang kasih makan ikan pulang mancing abang kasih makan ikan, di keramba, yah ini kan celengan abang. Temuan lapangan dari hasil wawancara Abang Hanafi sebagai anggota kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah: Kerja yang setiap hari ditekunin ma jaring, lumayan buat makan sehari-hari. Kalo ngarepin keramba doang ma nda bisa makan abang, keramba ma cuma celengan aja, kalo di butuhin abang panenin. Temuan lapangan dari hasil wawancaraAbang Basri sebagai anggota kelompok Unit Pengambangan Budidaya Laut (UPBL) mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni adalah: Abang suka nangkep ikan hias, yang biasa sehari-harinya ma, tapi kadang suka bawa tamu kalo ada tamunya, jadi gaet. Dari hasil wawancara melalui para anggota kelompok nelayan budidaya, menurut bapak Alwani (Bargo), Bapak Sardi, Bapak M.Yusuf, Bapak Basri, Bapak Hanafi, dan Bapak Kipli. Bahwa, Selain bekerja menangkap Ikan dengan menggunakan alat Pancing, Bubu, Jaring, dan ada juga nelayan Ikan Hias. Nelayan Pulau Panggang juga melakukan pekerjaan budidaya yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, untuk menambah nilai tambah ekonomi keluarga. Nelayan Pulau Panggang 86
beranggapan budidaya ini sebagai tabungan, yang seketika di butuhkan untuk kebutuhan keluarga dapat dipanen.74 Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Alwani (Bargo) mengatakan bahwa awal memulai melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah: Sebelum adanya bantuan abang ma udah budidaya ikan kerapu cuma nda banya tahun berapa yah, udah lama sih, seinget abang ma sebelum tahun 2000-an. Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak M.Yusuf mengatakan bahwa awal memulai melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah: Kan syarat buat dapat bantuan bibit harus punya keramba sama udah budidaya jadi sebelum tahun 2000-an udah mulai dah, terus dah dapat bantuan dari sudin. Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Julkifli (Kifli) , bapak Sardi, bapak Basri, dan bapak Hanafi mengatakan bahwa awal memulai melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah: Tahun 2000 Nelayan Pulau Panggang melakukan usaha budidaya ikan kerapu menurut nelayan Pulau Panggang yang telah diwawancara sebelum tahun 2000-an. Sebelum adanya bantuan dari pemerintah, mereka melakukan usaha budidaya ikan kerapu dengan usaha sendiri tetapi tidak banyak tampungan yang berada didalam keramba, dijaman belum dapatnya bantuan dari pemerintah nelayan menggunakan keramba jaring tancap (KJT), dengan membeli sedikit benih dan bibit di suplayer Pulau Panggang atau UPT Pulau Tidung yang memiliki tampungan bibit atau benih dan sebagian mendapatkan dari alam. Temuan lapangan dari hasil wawancara oleh bapak Alwani (bargo), salah satu anggota kelompok nelayan UPBL mengatakan bahwa bisa melakukan usaha budidaya ikan kerapu adalah:
74
Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah, tanggal 4-5 November 2016
87
Beli bibit di suplayer pulau dan UPT di Pulau Tidung kadang juga dapat dari alam kalo lagi mau cari ma.Itu kalo belom dapat bantuan yah. Nelayan dapat membeli bibit atau benih ikan kerapu dengan kisaran 50-100 ekor ikan kerapu.Sedangkan syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah harus memiliki usaha budidaya ikan kerapu sendiri.Oleh karena itu, nelayan Pulau Panggang dapat melakukan usaha budidaya ikan kerapu.75 Sebelum melakukan budidaya dibutuhkan teknik dan cara agar dapat berhasil dalam berbudidaya. Menurut bapak Rusli (ketua kelompok UPBL), teknik dan cara untuk melakukan pembesaran budidaya ikan kerapu dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) diantaranya sebagai berikut: 1. Lokasi yang terlindungi dari gelombang besar 2. Perairan yang tidak tercemar. 3. Pergerakan kecepatan arus secara relatif tidak terlalu deras 4. Salinitas air laut pada kisar standar 28-30 Ppm. 5. Suhu yang bersifat standar 28-30º C. 6. Tingkat kandungan oksigen air laut yang secara relatif tinggi. 7. Kondisi kedalaman perairan antara 7-15 M. Selain membutuhkan teknik dan cara dalam budidaya Ikan Kerapu dibutuhkan juga alat dan bahan-bahan untuk memfasilitasi proses pembesaran budidaya ikan kerapu. alat dan bahan-bahan untuk pembesaran budidaya ikan kerapu diantaranya sebagai berikut:76 1. Kapal laut (Motor Laut) 2. Alat dan kelangkapan keramba jaring apung (KJA), antara lain jaring bibit dan jaring pembesaran Ikan Kerapu. 3. Peralatan pendukung antara lain serokan Ikan, peralatan pencucian seperti baskom atau bak pencuci Ikan, pengobatan Ikan, dan alat penyimpanan stok air tawar serta pakan Ikan 75
Ibid. Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 01.40, tanggal 10 November 2016.
76
88
4. Rumah Jaga atau pondokan yang berfungsi untuk menjaga ikan dari pagi, siang dan sore.77 Kemudian dalam melakukan budidaya juga membutuhkan cara dan proses perawatan budidaya Ikan Kerapu dari Ikan Kerapu berukuran kecil 2-5 Cm hingga besar yang berukuran 1 Kg sampai dapat dipanen dan dijual ke tengkulak. Menurut para nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu bapak Alwani (Bargo), Bapak Sardi, Bapak M.Yusuf, Bapak Basri, Bapak Hanafi, dan Bapak Kipli, cara dan proses untuk melakukan perawatan Ikan Kerapu yakni: Pertama, memberikan pakan untuk Ikan Kerapu yang dilakukan sehari 2 kali sehari (pagi dan sore) pemberian pakan Ikan Kerapu dengan Rucah. Kedua, pencucian atau pemandian Ikan Kerapu seminggu 2-3 kali, jika Ikan Kerapunya masih kecil dengan air tawar atau air hujan. Ketiga, pencucian jaring dua minggu sekali. Keempat, pemberian vitamin jika di perlukan. dan jika ada Ikan Kerapu yang terkena penyakit dilakukan pengobatan dengan diberikan obat untuk Ikan Kerapu untuk pemberian obatnya tergantung di lihat jenis penyakit apa yang berada ditubuh ikan.78 Menurut Bapak Alwani (Bargo), dalam pemeliharaan atau budidaya Ikan Kerapu membutuhkan perawatan yang sangat bagus dan teliti serta tekun dalam melakukankannya, dan mebutuhkan waktu yang sangat lama untuk budidaya Ikan Kerapu.79 Proses perawatannya membutuhkan waktu 12 bulan (satu tahun), jika benih Ikan Kerapunya bukan mendapatkan dari alam yakni membeli dari suplayer yang ukuran 2-3 Cm. Tetapi jika benih atau bibit mendapatkan dari alam maka proses perawatannya tidak cukup lama sekitar 6-9 bulan, karena benih yang mendapat dari alam berukuran nya cukup besar dibandingkan dengan membeli dari suplayer bibit dapat dari alam ukuran 4-5 Cm. Tetapi nelayan tidak mudah mendapatkan bibit atau benih dari alam, kadang mendapatkannya kadang tidak mendapatkannya ikan kerapu. Jenis ikan
77
Ibid Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah, tanggal 4-5 November 2016 79 Wawancara pribadi dengan alwani, dirumah, jam 18.52, tanggal 4-5 November 2016 78
89
kerapu yang dibudidaya oleh nelayan adalah Ikan Kerapu Macan, Lodi, Bebek dan Cantang. Tetapi yang lebih banyak di budidaya yakni Ikan Kerapu Macan.80 E. Keberhasilan Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Dari hasil penemuan lapangan yang telah diteliti oleh peneliti, bahwa keberhasilan dalam budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau Panggang. Menurut bapak Rusli (Ketua Kelompok UPBL), pada tahun 2000 sampai tahun 2011, terdapat keberhasilan dalam berbudidaya Ikan Kerapu, dikarenakan dapat mengembalikan modal usaha budidaya Ikan Kerapu, serta mendapat keuntungan besar bagi para nelayan yang sambil melakukan
usaha
budidaya
Ikan
Kerapu.
Disebabkan
oleh,
perkembangan harga Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yang meningkat di tahun 2000 – 2012, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:81 Tabel 17. Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2000-2012 No
Jenis Ikan Kerapu
Harga Ikan Kerapu (Kg)
1.
Ikan Kerapu Macan
Rp. 135.000 – Rp. 140.000 /Kg
2.
Ikan Kerapu Lodi
Rp. 180.000 – Rp. 200.000 /Kg
3.
Ikan Kerapu Bebek
Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Sedangkan pada tahun 2012 – tahun 2013, harga Ikan Kerapu Macan menurun hingga 10%, tetapi Ikan Kerapu Lodi dan Bebek tetap memiliki kestabilan dalam harga pasar Ikan Kerapu, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
80
Wawancara pribadi dengan alwani, sardi, M. Yusuf, Basri, Hanafi, dan Kipli, dirumah, tanggal 4-5 November 2016 81 Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 14.33, tanggal 15 Oktober 2016.
90
Tabel 18.Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2012-2013 No
Jenis Ikan Kerapu
Harga Ikan Kerapu (Kg)
1.
Ikan Kerapu Macan
Rp. 120.000 – Rp. 130.000 /Kg
2.
Ikan Kerapu Lodi
Rp. 180.000 – Rp. 200.000 /Kg
3.
Ikan Kerapu Bebek
Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Kemudian pada tahun 2014 – tahun 2015, harga Ikan Kerapu Macan tidak ada perkembangannya atau pun meningkat tetapi mengalami penurunan 20% dari harga sebelumnya ditahun 2012 – 2013. Disebabkan oleh, adanya jenis Ikan Kerapu dari hasil rekayasa genetic atau hasil kawin silang anatar induk Kerapu Macan dan Kerapu Gertang yang namakan hybrid (Kerapu Cantang), sehingga harga Ikan Kerapu macan menurun. Sedangkan harga Ikan Kerapu Lodi cenderung meningkat, tetapi harga Ikan Kerapu Bebek tetap memiliki kestabilan dalam harga pasar atau nilai jual untuk para konsumen. Harga Ikan kerapu pada tahun 2014 – tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:82 Tabel 19. Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2014-2015 No
Jenis Ikan Kerapu
Harga Ikan Kerapu (Kg)
1.
Ikan Kerapu Macan
Rp. 95.000 – Rp. 100.000 /Kg
2.
Ikan Kerapu Lodi
Rp. 200.000 – Rp. 210.000 /Kg
3.
Ikan Kerapu Bebek
Rp. 300.000 – Rp. 350.000 /Kg
Dan terakhir dari hasil wawancara melalui para nelayan yang melakukan budidaya Ikan Kerapu. Menurut bapak Alwani, Bapak Sardi, Bapak Basri, Bapak Hanafi, Bapak M.Yusuf dan Bapak Kipli serta ketua kelompok UPBL Bapak Rusli mengatakan bahwa di tahun 2015 – tahun 2016 ini, Ikan Kerapu macan mengalami peningkatan hingga 20%, dikarenakan adanya kelangkaan ikan akibat para pembudidaya 82
Ibid
91
mengalami kerugian ditahun sebelumnya sehingga tidak dapat memutar modal usaha budidaya Ikan Kerapu untuk membeli bibit atau benih Ikan Kerapu lagi. Mungkin nelayan memiliki tampungan Ikan Kerapu didalam keramba jaring apungnya tetapi tidak sebanyak di tahun awal mereka melakukan budidaya yang sebagian besar mendapat bantuan banyak benih atau bibit dari pemerintah disetiap per individunya yang di benteuk dalam per kelompok, pada saat ini nelayan hanya memiliki daya tampung 50 ekor Ikan Kerapu, sedangkan di tahun sebelumnya nelayan bisa menampung hingga seratusan (100-an). Dan saat ini, nelayan Pulau Panggang, masih mengharapkan dan menunggu mendapatkan bantuan bibit atau benih lagi dari pemerintah Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu agar dapat mejalankan usaha budidaya Ikan Kerapu. Sedangkan, harga benih atau bibit Ikan Kerapu senilai Rp. 17.000 per 10 Cm. kemudian untuk harga Ikan Kerapu Lodi dan Macan meningkat, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.83 Tabel 20. Harga Jual Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu tahun 2015-2016 No
Jenis Ikan Kerapu
Harga Ikan Kerapu (Kg)
1.
Ikan Kerapu Macan
Rp. 110.000 – Rp. 120.000 /Kg
2.
Ikan Kerapu Lodi
Rp. 300.000 – Rp. 330.000 /Kg
3.
Ikan Kerapu Bebek
Rp. 350.000 – Rp. 400.000 /Kg
Penjelasan diatas merupakan hambatan dan permasalahan yang terjadi selama ini, dalam budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, sehingga usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang ini tidak berkembang dengan baik dan tingkat keberhasilan yang didapat atau diraihnya tidak sempurna, karena dalam melakukan usaha tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, membutuhkan ketelitian serta ketekunan untuk semuanya, apa lagi nelayan Pulau Panggang belum sepenuhnya mempelajari teknik dan cara serta manajemen dalam 83
Wawancara pribadi dengan bapak Alwani, Bapak Sardi, Bapak Basri, Bapak Hanafi, Bapak M.Yusuf dan Bapak Kipli, di rumah 4-5 November 2016 serta ketua kelompok UPBL Bapak Rusli, di WhatSapp, jam 14.51, tanggal 15 Oktober 2016
92
usaha budidaya Ikan Kerapu. Mereka masih berpikir ini bukan usaha yang sungguhan, tetapi masih menganggap sebagai tabungan atau celengan tahunannya saja. Dan masih berpikir bahwa akan mendapatkan bantuan lagi dari pemerintah. Dari hasil penelitian yang diteliti dari hasil wawancara bahwa bapak Alwani, Bapak Sardi, Bapak Basri, Bapak Hanafi, Bapak M.Yusuf dan Bapak Kipli, dampak negatif dan positif juga dapat menganalisis keberhasilan
dalam usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang ini, yakni bahwa dampak negatifnya bila banyak kematian terhadap Ikan sebelum waktu panen tiba. Disebabkan penyakit yang tumbuh di Ikan Kerapu dan lingkungan yang tercemar bahkan bisa juga karena arus lautan yang deras serta kurang pemberian makanan kepada Ikan. Perawatan ikan yang tidak baik atau bagus dapat mengakibatkan kematian terhadap Ikan Kerapu,
dengan
kejadian
ini
juga
dapat
mengakibatkan
ketidakberhasilan dalam berbudidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang. Sedangkan dampak positifnya yakni kebalikkan dari dampak negatif yakni jika tidak ada kematian terhadap Ikan Kerapu hingga proses panen tiba maka terdapat tingkat keberhasilan dalam berbudidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, karena tidak ada pegurangan ikan jika proses panen tiba. Dan nelayan bisa memutar modalnya untuk melanjutkan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Pangang, Kepulauan Seribu jika pemasaran harga untuk konsumen sesuaikan dengan harga yang diinginkan oleh nelayan Pulau Panggang. Dan bahwasannya juga keberhasilan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang ini merupakan sumber pendapatan tambahan bagi para nelayan Pulau Panggang, selain melakukan pekerjaan nelayan tangkap (nelayan tradisional). F. Kemandirian Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Dalam bab empat ini penulis akan menganalisis hasil dari temuan dilapangan yang sebelumnya dijelaskan di bab tiga. Program pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di
93
Pulau Panggang oleh kelompok unit pengembangan budidaya laut (UPBL) yang mendapatkan bantuan oleh Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu sangat efektif dan membantu meningkatkan pendapatan ekonomi nelayan Kepulauan Seribu khususnya nelayan di wilayah Pulau Panggang. Dengan kondisi perekonomian nelayan tradisional (tangkap) yang semakin menurun, pemerintah melakukan tindakan dan tidak hanya berdiam diri saja, karena tugas pemerintah memberikan yang terbaik untuk masyarakatnya agar masyarakat mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupannya. Beberapa faktor yang menjadi pendukung pengembangan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu yakni, pertama faktor alam situasi kondisi alamiah adalah hal yang patut dipertimbangkan untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang. Seperti kondisi perairan dan ekosistem perairan laut dan faktor-faktor pendukungnya, mulai dari kondisi salinitas tingkat keasinan air, PH (tingkat keasaman air), suhu, kandungan oksigen, pola arus laut. Selanjutnya pemilihan lokasi yang strategis dan kontinyuitas keberadaan pakan ikan serta kondisi transportasi. Kedua, pengetahuan tekhnik budidaya ikan kerapu, untuk level masyarakat pengetahuan tekhnik pemeliharaan menjadi hal syarat yang harus dipahami, mulai dari pemilihan bibit unggul, aklimasi atau tekhnik penyesuaian ikan dari lokasi asal bibit ikan ke lokasi pemeliharaan ikan, tekhnik serta pola pemberian pakan ikan dan tekhnik perawatan dan pengobatan ikan. Ketiga, faktor modal kerja serta modal usaha sebagai faktor pendukung pelaksanaan usaha budidaya. Dan terakhir yang keempat faktor sistem manajemen dan pemasaran. Dari penjelasan diatas untuk poin pertama dan kedua dapat dinilai memenuhi syarat untuk kegiatan pengembangan usaha budidaya Ikan. Namun ketiga dan keempat masih menjadi kendala utama yang
94
menghambat pengelolaan usaha budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara. Hal yang berkaitan dengan upaya kemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu di masayarakat Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Yang dilakukan membangun sarana dan prasarana budidaya Ikan Kerapu, pelatihan tekhnik budidaya dan manajemen. Upaya lain yang juga diupayakan antara lain memfasilitasi dukungan permodalan usaha mendukung pembangunan fasilitas hecry yang didanai oleh pemerintah pusat dan daerah. Pencapaian indikator keberhasilan upaya-upaya yang telah dilakukan masih dilevel teknik budidaya .artinya pemahaman masyarakat Pulau Panggang naik dari pemahaman alamiah ketingkat ilmiah. Kondisi ini merupakan implikasi kegiatan-kegiatan pelatihan dan pengalaman praktek-praktek usaha budidaya Ikan Kerapu yang dilakukan oleh masyarakat atau nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Hal masih kendala berkait dengan upaya kemandirian usaha budidaya masyarakat antara lain mainset, mentalitas, manajemen usaha dan pemasaran. Indikator kemandirian dalam kontek usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang meminimalkan bantuan kepada pemerintah serta dapat memaksimalkan kemampuan modal usaha dengan strategi manajemen, baik secara teknik maupun permodalan. Memiliki modal baik secara materil mapupun pengetahuan tekhnik budidaya serta memiliki peluang pasar. Dalam penguatan ekonomi kelompok dalam budidaya Ikan Kerapu yakni, berangkat dari definisi kelompok, tujuan, fungsi serta tugas dan tanggung jawab, yang telah di jelaskan di bab tiga. Definis kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama. Tujuan kelompok adalah mengembangkan usaha dibidang budidaya ikan. Dalam kontek pengembangan usaha budidaya Ikan Kerapu sudah tentu dimaksudkan unutk penguatan ekonomi secara pribadi dan kelaurag masing-masing anggota kelompok. Sebagai hal yang dimaksud penguatan ekonomi kelompok adalah suatu upaya untuk meningkatkan
95
ekonomi anggota kelompok yang bersumber dari pendapatan usaha budidaya. Untuk upaya pencapaian hal sebagaimana dimaksud diatas maka tugas dan tanggung jawab anggota kelompok adalah berkegiatan usaha budidaya ikan dalam hal ini budidaya pembesaran Ikan Jenis Kerapu. upaya pencapaian tujuan, tugas serta tanggung jawab anggota kelompok memfungsikan kelembagaan kelompok sebagai fungsi monitoring pelaksanaan kegiatan usaha budidaya anggota kelompok. Sedangkan, penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu, bahwa anggota kelompok usaha budidaya Ikan merupakan kepala rumah tangga atau KK dari suatu masyarakat yang secara umum berprofesi sebagai nelayan yang bertumpu pada sumber potensi kelautan yang menjadi pendukung utama sumber ekonomi keluarga. Aktifitas dan produktifitas yang dihasilkan bersumber pada potensi kelautan. Upaya pengembangan usaha budidaya Ikan yang dilakukan merupakan bagian dari usaha memanfaatkan sumber potensi kelautan dengan tujuan meningkatkan serta menguatkan ekonomi keluarga.84 Jadi, nelayan Pulau Panggang dalam konteks kemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu, dalam teknik dan cara usaha budidaya Ikan Kerapu nelayan bisa menjalankan dengan sendiri dan mandiri tanpa bantuan dari pemerintah dalam usaha budidaya Ikan Kerapu ini. Dalam kontek teknik dan cara serta prosesnya, tetapi dalam permodalan nelayan tidak bisa untuk mandiri, dikarenakan modal yang dibutuhkan modal yang cukup besar dan mencukupi untuk usaha budidaya. Dikarenkan juga nelayan masih belum bisa menjalankan manajemen usaha dalam budidaya Ikan Kerapu.Jadi, nelayan masih mengharapkan bantuan dari pemerintah. Oleh karena itu, nelayan masih belum bisa dengan mandiri menjalankan usaha budidayanya yang dibantu oleh pemerintah.
84
Wawancara pribadi dengan Rusli di WhatSapp, Jam 14.33, tanggal 15 Oktober 2016.
96
Tabel 16. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Budidaya Sebelum budidaya
Sesudah budidaya
Nelayan
Nelayan dan budidaya
Penangkapan selain untuk kebutuhan
Penangkapan untuk pangan keluarga,
pangan keluarga dan pendapatan
pendapatan, dan pakan untuk
Menjual ikan mati
budidaya
Pendapatan tergantung musim laut
Tehnik perawatan
Waktu keseharian jauh dari kelaurga
Apabila ada kebutuhan mendadak
sosialisasi kurang dengan intensif di
dapat dipanen setiap waktu
kampung
dapat menjadi tabungan dapat melibatkan anggota keluarga sosialisasi lebih intensif di kampung Sumber : FGD UPBL, 2010
97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan
data
melalui
observasi,
wawancara,
dan
studi
dokumentasi kepada nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, serta uraian pada bab-bab sebelumnya yang mengenai pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut: Pertama, bahwa dalam melakukan usaha budidaya ikan kerapu harus mempunyai modal yang mencukupi dalam berwirausaha, dapat mempelajarai teknik dan cara, manjemen usaha dan peluang-peluang pasar yang dimana ikan kerapu yang banyak diminati oleh para-para konsumen yang menyukai ikan kerapu baik dari dalam negri maupun luar negri. Kedua, nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara dapat melakukan usaha budiaya ikan kerapu karena secara teknik dan cara serta proses perawatan dalam berbudidaya sudah mengetahui dalam pembelajarannya dengan mengikuti pelatihan yang diberikna oleh pemerintah. Tetapi nelayan Pulau Panggang masih sulit untuk berpindah dari nelayan tangkap ke budidaya karena dalam melakukan usaha nelayan harus membutuhkan modal yang mencukupi serta ketekunan dan ketelitian dan rajin serta niat yang sungguh-sungguh hingga dalam menjalankan usaha budidaya ikan kerapu ini nelayan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tingkat keberhasilan.Sehingga usaha pemerintah dengan tujuan untuk memberdayakan nelayan Pulau Panggang dapat berhasil.Tetapi nelayan pulau panggang masih belum bisa mandiri dalam menjalankan usaha ini, dikarenakan modal yang sangat besar sehingga nelayan Pulau Panggang tidak sanggup untuk melanjutkan budidaya ini, jika tidak ada bantuan dari pemerintah. Oeleh karena itu, nelayan Pulau Panggang masih mengharapkan bantuan dari
98
pemerintah suku dinas perikanan, kelauatan dan ketahanan pangan, Kepulauan Seribu. Ketiga, dengan adanya Dengan program
pemberdayaan
ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu ini, dapat membantu nelayan Pulau Panggang dikarenakan budidaya ini sebagi sumber tambahan pendapatan ekonomi keluarga bagi mereka.Sehingga dengan adanya budidaya ini yang dibantu oleh pemerintah sangat membantu nelayan Pulau Panggang. Selanjutnya
yang
melatarbelakangi
dengan
adanya
pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, bahwa kemiskinan yang semakin meningkat mengakibatkan perekonomian atau pendapatan nelayan menurun, ketika musim peceklik tiba atau musim angin yang membuat nelayan tidak bisa melaut. Oleh karena itu, diadakan program pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu, untuk
menambahkan
perekonomian
nelayan
Pulau
Panggang
Kepulauan Seribu. Proses pemberdayaan seperti yang telah dijelaskan oleh bab tiga bahwa dalam proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, yang pertama membuat perencanaan, pelaksanaan yang sudah direncanakan dengan melakukan serta memberikan pelatihan-pelatihan mengenai usaha budidaya ini, kemudian dibentuklah beberapa kelompok. Dengan menggunakan metode dan teknik PRA dan RRA. B. Saran Saran-saran peneliti terhadap pemberbadayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang diantaranya sebagai berikut: 1. Pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya ikan kerapu ini, perlu ditingkatkan lagi, berharap pemerintah memiliki pendampingan yang lebih baik terhadap para nelayan, baik dalam manajemen dalam berbudidaya dan berwirausaha agar
99
nelayan Pulau Panggang mampu menjalankan usaha budidaya ikan kerapu dan dapat diterima serta dipahami dengan baik dan mandiri. 2. Bisa juga pihak pemerintah dari sudin perikanan dan kelautan mengadakan event khusus atau pameran dari hasil pelatihanpelatihan dalam usaha budidaya ikan kerapu. Dengan cara ini produk hasil dari para kelompok nelayan budidaya dapat dikenal oleh masyarakat luas. Dengan begitu pasar akan tercipta dengan sendirinya. Dan pemerintah setempat melakukan kerja sama dari lain untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu ini.
100
DAFTAR ISI A. BUKU Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembengunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial. 2005, PT Refika Aditama, Bandung.
Nugroho Iwan & Dahuri Rokhmin, Pengembangan Wilayah Perspektif Ekonomi Sosial Dan Lingkungan. 2012, LP3ES, Jakarta.
Salam Samsir H & Fadilah Amir, Sosiologi Pedesaan. 2008, Lembaga Penelitian UIN Syaraif Hidayatullah, Jakarta.
Suhartini Rr, Halim A, Khambali Imam, Basyid Abd, Model-Model Pemberdyaan Masayarakat. 2005, Pustaka Pesanteren, Yogyakarat.
Moleong Lexyi J, Metode Penelitian Kualitatif. 2001, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Bungin Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif. 2003, PT. Grafindo Persada, Jakarta.
G Consuelo, Seviila dkk, Pengantar Metode Penelitian, 1993 UIPress, Jakarta.
Hidayati Nurul, Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif. 2006, Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, Jakarta.
A. Partanto Pius, dan Al-barry Dahlan M. Kamus Ilmiah Populer. 1994, Arkola, Surabaya.
Nasdian Tonny Fredian, Pengembangan Masyarakat. 2014, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.
Hermansyah Tantan dan Muhtadi, Pengembangan Masyarakat Islam. 2010, Titian Nusa Press, Bogor.
Yasyin Sulchan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya Amanah
Wiratno Masykur, Pengantar Ekonomi Makro. 1994, Guandrrama Jakarta.
Machendrawaty Nanih dan Safei Ahmad Agus, Pengembangan Masyarakat Islam. 2011, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Sasoni Adi, menjadi tuan di negeri sendiri “pergulatan kerakyatan, kemertabatan, dan kemandirian”. 2013, Grafindo Book Media, Jakarta. B. Sumber lainnya Buku Kajian Rantai
Nilai
Sektor Perikanan, Administrasi
Kabupaten Kepulauan Seribu, 2016.
Buku Laporan Tahunan 2015 Kelurahan Pulau Panggang, Kec. Kep. Seribu Utara, Adm. Kab.Kep. Seribu
M. Arifin, Rencana Pengelolaan Sumber Daya Bersama Kawasan Sea Farming Karang Lebar Berbasis Masyarakat 2015-2019. Kelurahan pulau pangganga, kepulauan seribu, DKI Jakarta. P4W LPPM IPB, Bogor, 2014.
Muhammad Arifin, Rusli, dkk,. Konservasi Dari Dan Untuk Ekonomi Nelayan Budidaya, Unit Pengembangan Budidaya Laut
Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 2010 C. Wawancara pribadi Supriyadi (Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan, Wawancara Pribadi, di Kantor, Tanggal 13 Oktober 2016.
Rusli (Ketua Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah dan Whatsapp tanggal 10 Agustus, 10, November, dan 15 oktober 2016.
Alwani (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4 November 2016
Basri (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4 November 2016
M. Yusuf (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4 November 2016
Sardi (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 4 November 2016
Hanafi (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 5 November 2016
Julkifli (Anggota Kelompok UPBL), Wawancara Pribadi di Rumah 5 November 2016.
DAFTAR LAMPIRAN WAWANCARA A. Wawancara dengan Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Kepulauan Seribu 1. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : Tahun 2012 itu dihasil kajian itu di CPUE kita punya program kendalikan tangkap kembangkan budidaya sejarah budidaya ini sudah sejak tahun 80-an tapikan perorangan terus tahun 2005 itu kita kerja sama dengan pihak universitas itu, dengan konsep sea farming, jadi budidaya itu, masyarakat kita rombakkan dari nelayan ke budidaya untuk merubah itu kita kasih pelatihan bagi yang mau 30 orang datang kita latih untuk tehnologi budidaya, manajemen usahanya, terus manajemen kelompoknya, terus tehnologinya kita kasih pelajaran ke mereka setelah itu mereka dapat ilmunya kita kasih bantuan sarana dan prasarana. 2. Berapa modal yang di keluarkan untuk usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Dana sekitar Rp. 165.000.000 dan bantuan bibit atau benih ikan kerapu serta pakan, dari setiap kelompok menerima benih tergantung jumlah anggota dari setiap kelompok tersebut, ada yang satu kelompok menerima 8000 benih dan ada juga yang 5000 benih bermacam-macam jumlah yang diberikan bantuan oleh setiap kelompok nelayan kepulauan seribu karena bantuan pemerintah sangat terbatas. 3. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya pemberdayaan nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu? Jawaban : Penangkapan nelayan di Kepulauan Seribu kan menurun dan daerah penangakapannya jauh, terus butuh biaya yang sangat tinggi terkadang nelayan mendapatkan ikan terkadang tidak dapat jadi tidak berbalik modal, terus pemerintah melihat lingkungan Kepulaun Seribu yang belum tercemar. Kemudian pemerintah secara
perlahan, mengubah nelayan tangkap beralih ke budidaya tapi nelayan tetap melakukan penangkapan. 4. Bagaimana metode dan teknik pengembangan pemberdayaan ekonomi nelayan melalui usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : Dalam teknik dan pengembangan dalam budiaya ini yakni pertama, nelayan kepulauan seribu yang berniat dan memiliki motivasi dan mempunyai usaha budidaya. Kedua, tergabung dalam suatu kelompok tidak berdiri sendiri(personal). Ketiga, pemerintah akan mensport orang yang berhasil melakukan budiaya ini dan akan terus dibantua oleh pemerintah samapai menjadi penguasah unutk kedepannya sedangkan bagi orang atau kelompok yang tidak berhasil harus belajar kepada orang yang sudah berhasil karena pemerintah tidak akan membantu terus-menerus kepada orang yang tidak berhasil itu kan mengakibatkan ketidakmandirian nelayan serta Negara akan kehabisan dana untuk melakukan bantuan kepada orang yang tidak berhasil oleh karena itu pemerintah mendidik kepada nelayan untuk bertanggungjawab atas bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah agar dapat berkembang dan menjadikan kesuksesan untuk mereka sendiri. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah bersifat hibah , tetapi kelompok nelayan budidaya yang membuat aturannya sendiri dan mengembangkannya bantuan dan menjadikan bantuan bergulir kepada anggota yang belum mendapatkan bantuan dan kelompok tersebut membuat aturan atau AD/ART dalam setiap kelompok.
B. Wawancara dengan Ketua kelompok Unit Pengembangan Budidaya Laut (UPBL) Pulau Panggang Kepulauan Seribu Nama
: Rusli
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1968 Alamat
: Pulau Panggang Rt 002 / Rw 002
Pendidikan
: SMA
1. Berapa harga ikan kerapu dari tahun 2010 – 2016 di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : perkembangan harga Ikan jenis Kerapu tahun 20102011. Kerapu macan Rp. 135.000 – Rp. 140.000/ Kg. Kerapu Lodi Rp. 180.000 – Rp. 200.000/Kg. Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000/Kg. Tahun 2012 – 2013 perkembangan harga jenis Ikan Kerapu Macan cenderung menurun menjadi Rp. 120.000 – Rp. 130.000/Kg. untuk Kerapu Lodi Rp. 180.000 – Rp. 200.000/Kg. Kerapu Bebek Rp. 300.000 – Rp. 350.000/Kg. Perkembangan harga tahun 2014 – 2015 untuk jenis Ikan Kerapu Macan harga mengalami penurunan sampai dengan Rp. 95.000 – Rp. 100.000/Kg. Hal ini disebabkan ada jenis ikan Kerapu hasil rekayasa genetic atau hasil kawin silang antara induk Kerapu Macan dan Kerapu Gertang yang namanya Hybrid atau Ikan Kerapu Cantang. Sehingga harga Ikan Kerapu macan Menurun. Unutuk harga Ikan Kerapu Lodi stabil bahakan harga cenderung naik yakni pada kisaran harga Rp. 200.000 – Rp. 210.000/Kg. Harga Ikan Kerapu Bebek tetap stabil Rp. 300.000 – Rp. 350.000/Kg. Perkembangan harga jenis Ikan Kerapu tahun 20152016. Ikan Kerapu Macan Rp. 110.000 – Rp. 120.000/Kg. bahkan saat ini mulai ada kenaikan Ikan akibat para pembudidaya mengalami kerugian. Harga Ikan Kerapu Cantang sampai dengan saat ini berkisaran antara Rp. 95.000 – Rp. 100.000/Kg. untuk harga Ikan Kerapu Lodi harga naik saat ini berkisaran Rp. 300.000 – Rp. 330.000/Kg. Kenaikan harga ini untuk jenis Kerapu Lodi akibat ketersediaannya diperairan laut
Pulau Seribu cenderung semakin menurun. Harga Ikan Kerapu Bebek saat ini bergerakan pada kisaran harga Rp. 350.000 – Rp. 400.000/Kg. 2. Apa saja indikator kemandirian dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : indikator kemandirian dalam kontek usaha budidaya masyarakat
meminimalkan
ketergantungan
pada
bantuan
pemerintah serta dapat memaksimalkan kemampuan modal usaha dengan strategi manajemen, baik secara materil maupun pengetahuan teknis budidaya serta memiliki peluang pasar. 3. Apa saja indikator-indikator keberhasilan yang ada dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : apabila hal sebagian tersebut di atas dapat dicapai maka usaha budidaya masyarakat dapat dikatakan berhasil. Penilaian keberhasilan usaha budidaya masyarakat di Pulau Panggang. Poin tambahan untuk item indikator keberhasilan, usaha budidaya Ikan kerapu menjadi sumber pendapatan selain pendapatandari hasil kegiatan usaha nelayan. 4. Bagaimana penguatan ekonomi kelompok dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : berangkat dari definis kelompok, tujuan dan fungsi serta tugas dan tanggung jawab. Definisi kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama. tujuan kelompok adalah mengembangkan usaha dibidang budidaya Ikan. Dalam kontek pengembangan usaha budidaya Ikan jenis Kerapu sudah tentu dimaksudkan untuk penguatan ekonomi secara pribadi dan keluarga masing-masing anggota kelompok. Sebagai hal dimaksud penguatan ekonomi kelompok adalah suatu upaya untuk meningkatkan ekonomi anggota kelompok yang bersumber dari pendapatan usaha budidaya. Untuk upaya pencapaian hal sebagaimana dimaksud di atas maka tugas
serta
tanggung
jawab
anggota
kelompok
adalah
berkegiatan usaha budidaya Ikan dalam hal ini budidaya pembesaran jenis Ikan Kerapu. Upaya pencapaian tujuan, tugas, serta
tanggung
jawab
anggota
kelompok
memfungsikan
kelembagaan kelompok sabagai fungsi monitoring pelaksanaan kegiatan uasaha budidaya anggota kelompok. 5. Bagaiamana penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : bahwa anggota kelompok usaha budidaya Ikan merupakan kepala rumah tangga atau KK dari suatu masyarakat secara umum berprofesi sebagai nelayan yang bertumpu pada sumber potensi kelautan yang menajdi pendukung utama sebagai sumber ekonomi keluarga. Aktifitas dan produktifitas yang dihasilkan
bersumber
pada
potensi
kelautan.
Upaya
pengembangan usaha budidaya Ikan yang dilakukan merupakan bagian dari usaha memanfaatkan sumber potensi kelautan dengan tujuan meningkatkan serta memguatkan ekonomi keluarga. 6. Berapa persen yang diberikan masing-masing individu unutk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : nol persen 7. Bagaimana teknik dan cara untuk usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : secara teknis budidaya pembesaran Ikan Kerapu sistim
keramba
jaring
apung
(KJA)
diawali
dengan
mempersiapkan fasilitas KJA dan menempatkan KJA dilokasi dengan kesesuaian lokasi budidaya pembesaran Ikan Kerapu adalah sebagai berikut: 1. lokasi yang terlindungi dari gelombang besar lautan. 2. Perairan laut yang tidak tercemar. 3. Pergerakan kecepatan arus secara relatif tidak terlalu deras atau kencang. 4. Salinitas air laut pada kisaran 28 – 30 Ppm. 5. Suhu yang bersifat standar antara 29 - 30º C. 6. Tingkat kandungan oksigen air laut yang secara relatif tinggi. 7. Kondisi kedalaman perairan anatar 7 – 15 M. dari kesesuaian lokasi budidaya pembesaran ikan kerapu
dibutuhkan alat serta bahan-bahan kelengkapan sebagai fasilitas kegiatan usaha budiaya pembesaran Ikan Kerapu. Kelengkapan alat serta bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Kapal motor. 2. Alat dan kelengkapan fasilitas KJA antara lain, jaring bibit Ikan dan jaring pembesaran Ikan. 3. Peralatan pendukung antara lain serokan, peralatan pencucian, pengobatan Ikan, dan alat penyimpanan stok air tawar serta pakan Ikan. 4. Fasilitas rumah jaga. Penejlasan lebih lengkap dapat dipelajari dari buku panduan tekhnis kegiatan pembesaran Ikan Kerapu. 8. Bagaimana analisis kemandirian budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban
:
beberapa
faktor
yang
menjadi
pendukung
pengembangan usaha budidaya Ikan. Pertama faktor alam situasi kondisi alamiah adalah hal yang patut dipertimbangkan untuk pengembangan usaha budiaya ikan kerapu. 1. Kondisi perairan dan ekosistem perairan laut dan faktor-faktor pendukungnya, mulai dari kondisi salinitas tingkat keasinan iar, PH (tingkat keasaman air), suhu, kandungan oksigen, pola arus laut. Selanjutnya pemilihan lokasi yang startegis dan kontinyuitas keberadaan pakan ikan, serta kondisi transportasi. Kedua, pengetahuan taknik budiaya ikan, untuk level masyarakat pengetahuan teknik pemeliharaan menjadi hal syarat yang harus dipahami, mulai dari pemilihan bibit unggul, aklimasi atau teknik penyesuaian Ikan dari lokasi asal bibit Ikan ke lokasi pemeliharaan Ikan, teknik serta pola pemberian pakan Ikan dan teknik perawatan dan pengobatan Ikan. Ketiga, faktor modal kerja serta modal usaha sebagai faktor pendukung pelaksanaan usaha budidaya. dan terakhir yang keempat faktor sistem manajemen dan pemasaran. Dari penjelasan di ats unbutk poin pertama dan kedua dapat dinilai memenuhi syarat untuk kegiatan pengembangan usaha budidaya Ikan. Namun ketiga dan keempat masih menjadi kendala utama yang menghambat pengelolaan
usaha budidaya Ikan Kerapu di wilayah Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara. Hal yang berkaitan dengan upaya kiemandirian usaha budidaya Ikan Kerapu di masyarakat Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Yang dilakukan membangun sarana dan prasarana budidaya Ikan kerapu, pelatihan taknik budidaya dan manajemen. Upaya lain yang juga diupayakan antara
lain
memfasilitasi
dukungan
permodalan
usaha
mendukung pembangunan fasilitas Hecry yang didanai oleh pemerintah pusat dan daerah. Pencapaian indikator keberhasilan upaya-upaya yang telah dilakukan masih dilevel teknik budidaya. artinya pemahaman masyarakat Pulau Panggang naik dari pemahaman alamiah ketingkat ilmiah. Kondisi ini merupakan
implikasi
kegiatan-kegiatan
pelatihan
dan
pengalaman praktek-praktek usaha budidaya Ikan Kerapu yang dilakukan oleh masyarakat atau nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Hal masih kendala berkait dengan upaya kemandirian usaha budidaya masyarakat antara lain maniset, mentalitas, amanjemen usaha dan pemasaran. C. Wawancara
dengan
angota
Kelompok
Nelayan
Unit
Pengembangan Usaha Budidaya Laut (UPBL) Pulau Panggang Kepulauan Seribu Nama
: Alwani (Bargo)
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Maret 1978 Alamat
: Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan
: SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : YA, abang ma kerjanya ngebubu yah kalo budidaya Ikan Kerapu ma Cuma celengan ibarat kita ma tabungan tahunan, asal abis ngelau abang ke keramba kasih makan Ikan. 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang?
Jawaban : sebelum adanya bantuan abang ma udah budidaya Ikan Kerapu Cuma nda banya tahun berapa yah, udh lama sih, seinget abang ma sebelum tahun 2000-an. 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : beli bibit di suplayer pualu dan UPT di Pulau Tidung kadang juga dapat dari alam kalo lagi mau cari ma. itu kalo belum dapat bantuan yah. Terus gampang-gampang susah budidaya Ikan Kerapu ma, harus sabar, tekun, sma teliti. 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : setiap seminggu sekali disalin air hujan, setiap hari harus dikasih makan sehari sekali dan perbaikan keramba. 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : beli sindiri 50 ekor paling bnyak 100 ekor. 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban : Macan dan Lodi 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : 8 sampe 9 bulan lah 8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : awalnya benih 10 Cm, jaring ukuran 2 x 3, kedalaman air permukaan ke bawah 1 M, 3 hari sekali harus di cuci dengan aiar tawar selama 1 bulan. 9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : jaring, keramba, serokan, tudung saji. 10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu!
Jawaban : YA ada, kalo Ikan lagi kena penyaki, perairannya sedang tercemar, diserang kutu, atau cacing lau. 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : kematian Ikan, tambang pasir itu yang negatifnya yah, kalo yang positifnya i8tu airnya bagus nda tercemar, terus nda ada kematian Ikan. 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : kan harganya gag sesuai nih sama harga penjualan misalnya harga Kerapu Cantang di jual harga Ikan besar nya Rp. 100.000., sedangkan bibitnya mahal Rp. 17.000 per ekor 10 Cm. yah sekitar 80 % lah perkembangannya. 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : sekitar 5 juta lah itu belon sama bibitnya kalo sama bibitnya taro lah 10 juta. 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA ada, satu Keramba Jaring Apung (KJA), benih, jaring, tali yah satu paket lah yang dibutuhin buat budidaya. 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : kalo per hari paling ga cuma Rp. 70.000. 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya? Jawaban : Macan Rp. 110.000/Kg, Cantang Rp. 100.000/Kg, Lodi Rp. 270.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg. 17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak Pulau
18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, sangat membantu yah lumayan buat bulan puasa, beli baju, kebutuhan sekolah anak, yah pokoknya kebutuhan yang diperluin keluarga lah. 19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : ada budidaya ini lumayan buat tambahan, sangat membantu sekali kali adanya budidaya ini soalnya lumayan buat tambahan – tambahan ekonomi keluarga.
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Alwani)
Nama
: Sardi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Mei 1983 Alamat
: Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan
: SMP
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : Iya ada, Abang kerja yang ditekunin tuh mancing Ikan di lau, abis mancing Abang ke keramba kasih makan Ikan, sebelum mancing pagi Abang kasih makan Ikan pulang mancing Abang kasih makan Ikan, di keramba, yah ini kan celengan Abang. 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : taon 2000-an 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : ada modal, cari sendiri dapa dari alam 2-3 ekor ma ukran 1 ons 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : di cuci seminggu sekali di kasih makan tiap hari makananya rucah (ikan campuran) 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : beli sendiri 50 ekor paling banyak 100 ekor,itu kalo nda ada yang mati kalo ada yang mati bisa kurang, tapi kalo yang bantuan dari pemerintah ma dulu smpe 200 lebih. 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban : Macan dan Lodi 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : 1 taon
8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : cari modal, beli ikan baru buat keramba 9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : jaring, bambu, drom 10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu! Jawaban : YA ada, kalo ada musim angin kan ombaknya jadi gede, air keruh, sampah, sama Ikan banyak yang mati 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : negatifnya kematian Ikan bisa rugi, p[encurian. Positifnya bisa nambah kebutuhan. 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : 50 % lah soalnya modalnya gede 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Rp. 10.000.000 – Rp. 15.000.000 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA ada, bibit sama keramba 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : Rp. 200.000 per hari 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya?
Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg. 17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak 18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, sangat membantu buat makan sama kebutuhan pokok sehari-hari lah, kaya beras, yah yang buat keluarga aja. 19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : nelayan jadi merasa terbantu soalnya kan budidaya ini dapat di panen seketika dibutuhin, enaknya disitu.
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Sardi)
Nama
: M. Yusuf
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1972 Alamat
: Pulau Panggang Rt 03 / Rw 01
Pendidikan
: SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : Iya ada, ngebubu 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : kan syarat buat dapat bantuan bibit harus punya keramba sama udah budidaya jadi sebelum tahun 2000-an udah muali dah, terus dah dapat bantuan dari sudin. 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : perkelompok, punya sendiri terus dibuat kelompok 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : tiga minggu sekali disalin 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : 200 ekor. 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban : Macan dan Lodi 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : 1 taon 8. Bagaimana teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : dapa dari alam ditampung di keramba 9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : jaring, bambu, drom, tudung saji, tali, serokan, jangkar.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu! Jawaban : limbah, pek, pencemaran, kutu air 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : negatifnya kematian. Positifnya perairan bagus. 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : 75 % 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Rp. 10.000.000 Keramba, Rp.3.000.000 bibit 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA ada, bibit 100 ekor, KJA, Jaring 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : Rp. 100.000 per hari 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya? Jawaban : Macan Rp. 90.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi Rp. 270.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg. 17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak 18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, beli kebutuhan pokok rumah tangga, sekolah atau pendidikan
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : jadi ada tabungan buat keluarga
Pulau Panggang, 4 November 2016
(M. Yusuf)
Nama
: Basri
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Maret 1981 Alamat
: Pulau Panggang Rt 05 / Rw 01
Pendidikan
: SD
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : Iya, Abang suka nangkep Ikan hias, yang biasa sehariharinya ma, tapi kadang suka bawa tamu kalo ada tamunya, jadi gaet. 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : taon 2000-an 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : beli benih sendiri 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : Cuci diberi makan 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : 40 ekor, ini lagi tunggu bantuan dari pemerintah lagi taon ini ma belon ada bantuan. 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban : Lodi 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : 8-9 bulan 8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : yah ada modal lah 9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : jaring,drom
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu! Jawaban : YA ada, kematian ikan 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : negatifnya pencemaran air. Positifnya lumayan penghasilannya. 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : 70 – 80 % 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 buat modal bibitnya 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA ada, bibit 200 ekor sama KJA 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : Rp. 40.000 per hari 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya? Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg. 17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak atau pengepul Pulau 18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, buat modal, pendidikan, sama rumah tangga
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : lumayan buat tambahna ekonomi keluarga
Pulau Panggang, 4 November 2016
(Basri)
Nama
: Julkipli
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Mei 1981 Alamat
: Pulau Panggang Rt 03 / Rw 03
Pendidikan
: SMA
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : iya, mancing Ikan 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : tahun 2005 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : perlahan tapi pasti, membeli bibit 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : sulit, seminggu 3 kali harus mandi air hujan 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : 500 ekor ikan kerapu Lodi, Cantang 200 ekjor, 100 ekor Ikan Macan, 50 ekor Ikan Kerapu Tikus. 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban :ikan kerapu lodi, cantang, macan, tikus 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Cantang 6 bulan, Lodi 8-9 Bulan, Macan 14 Bulan, Tikus 2 tahun itu ukuran bibit ikan yang 10 Cm yah. 8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : dimandikan 9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : modal, umpan (pakan), air hujan.
10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu! Jawaban : YA, kematian, harga jual, semakin merosot mao turun nda mao nae. 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : negatifnya kematian. Positifnya adanya keuntungan 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : 70 – 80 % 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : Rp. 50.000.000 – Rp. 70.000.000 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA, bibit sama keramba 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : Rp. 100.000 per hari 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya? Jawaban : Macan Rp. 135.000/Kg, Cantang Rp. 110.000/Kg, Lodi Rp. 320.000/Kg, Bebek Rp. 400.000/Kg. 17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak Pulau 18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, beli bibit dan memperbanyak bibit.
19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : sebagai nilai pendapatan tambahan unutk ekonomi keluarga, karena budidaya ini sebgai tabungan dan simpanan
Pulau Panggang, 5 November 2016
(Julkipli)
Nama
: Hanafi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 November 1964 Alamat
: Pulau Panggang Rt 05 / Rw 03
Pendidikan
: SMA
1. Apakah memiliki pekerjaan lain, selain bekerja sebgai nelayan? Jika YA pekerjaan apa yang ditekuni! Jawaban : iya, kerja yang setiap hari di tekunin ma jaring, lumayan buat makan sehari-hari. Kalo ngarepin kermba doang ma nda bisa makan abang, keramba ma Cuma celengan aja, kalo dibutuhin abang panenin. 2. Sejak kapan bapak melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : tahun 200-an 3. Bagaiamana bapak bisa menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : beli bibit 4. Bagaimana cara perawatan untuk budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepualuan Seribu? Jawaban : dikasih makan setiap hari, dimandiin, kalo ikannya ada penyakinya diobatin 5. Berapa banyak Ikan Kerapu yang dibudidayakan oleh bapak? Jawaban : kalo sekarang udah nda ada ikan kerapu di kermabanya, belom ada bantuan dari pemerintah 6. Jenis Ikan apa saja yang dibudidaya? Jawaban : Macan 7. Berapa lama proses perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : 8-9 bulan 8. Bagaiaman teknik dan cara unutk usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : ada modal
9. Apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : jaring, drom, keramba, bibit, pokoknya bahan dan alat-alat yang dibutuhin buat budidaya ikan kerapu lah. 10. Apakah ada hambatan dan permasalahn dalam menjalankan usaha budidaya Ikan Kerapu? jika YA, apa saja hambatan dan permasalahan usaha budidaya Ikan Kerapu! Jawaban : YA ada, kematian yang bikin kita rugi, terus suka ikan yang kena penyakit 11. Apakah dengan
usaha budidaya Ikan Kerapu ini memiliki
damapk positif dan negatif? Jika YA, apa saja dampak positif dan negatif! Jawaban : negatifnya pencemaran air, ikan terkena penyakit, kematian, harg pasar ikan. Positifnya lumayan pendapatan tambahan keluarga 12. Sudah berapa persen perkembangan dalam usaha budidaya Ikan Kerapu yang sudah dilaksanakan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu? Jawaban : 70 – 80 % 13. Berapa modal yang dibutuhkan untuk melakukan usaha budidaya Ikan Kerapu? Jawaban : kurang lebih Rp. 10.000.000 lah 14. Apakah ada kebijakan pemerintah yang dirasakan? Jika YA, bantuan apa yang diberikan oleh pemerintah! Jawaban : YA ada, bibit 100 ekor sama KJA 15. Berapa besar penghasilan atau pendapatan dari pekerjaan menangkap Ikan? Jawaban : Rp. 50.000 per hari 16. Berapa harga jual dimasing-masing jenis Ikan Kerapu per Kilo Gramnya? Jawaban : Macan Rp. 100.000/Kg, Cantang Rp. 80.000/Kg, Lodi Rp. 250.000/Kg, Bebek Rp. 300.000/Kg.
17. Kepada siapa produk dijual? Jawaban : tengkulak atau pengepul Pulau 18. Apakah dengan adanya budidaya ini membantu kebutuhan ekonomi dalam keluarga? Jika YA, kebutuhan apa saja yang dilkeluarkan untuk memenuhi ekonomi keluarga! Jawaban : YA, buat modal, pendidikan sama rumah tangga 19. Berapa persen yang diberikan dimasing-masing individu untuk kelompok ketika proses panen tiba? Jawaban : tidak ada 20. Bagaiaman penguatan ekonomi keluarga dalam usaha budidaya Ikan Kerapu di Pulau Panggang? Jawaban : pendapatan tambahan unutk ekonomi keluarga
Pulau Panggang, 5 November 2016
(Hanafi)