PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN Dalam bagian ini akan dibahas mengenai dampak perusahaan yang diteliti dalam penelitian. Dampak perusahaan merupakan dampak yang diterima oleh masyarakat dari aktivitas perusahaan. Dampak perusahaan akan ditelaah melalui dua sisi yaitu dampak lingkungan dan dampak sosial. Setelah itu akan dilihat juga keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan terhadap penganggulangan dampak tersebut.
Dampak Perusahaan Setiap perusahaan tentunya akan memberikan dampak kepada lingkungan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan tersebut bisa lingkungan alam maupun lingkungan sosial perusahaan, yaitu masyarakat lingkar perusahaan. Dampak yang diberikan juga bisa berupa dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Dalam penelitian kali ini, dampak yang diberikan oleh perusahaan dilihat dari dua sisi yaitu dampak lingkungan alam serta dampak lingkungan sosial (dampak sosial). Dampak yang diteliti juga merupakan dampak negatif yang diberikan oleh perusahaan. Dampak Lingkungan Dampak lingkungan dalam penelitian ini merupakan dampak negatif yang diberikan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam yang ada di sekitar perusahaan. Sebagai perusahaan semen, PT ITP memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pencemaran udara. Pencemaran udara dihasilkan melalui adanya aktivitas penambangan batuan bahan baku semen yang menghasilkan debu. Pencemaran udara juga dihasilkan melalui asap yang berasal dari pabrik pengolahan batu tersebut untuk menjadi semen. Dampak lingkungan diteliti dengan menggunakan persepsi petani peserta program penanaman jarak pagar terhadap lingkungan dilihat dari pencemaran udara yang ditimbulkan oleh PT ITP. Responden diberikan tiga pernyataan terkait pencemaran udara tersebut. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal. Jumlah dan persentasi jumlah penduduk berdasarkan persepsi mengenai pencemaran udara di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14 memaparkan sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap lingkungan. Sebanyak 26.9 persen responden memiliki persepsi yang positif terhadap pencemaran udara. Sebanyak 23.1 persen responden memiliki persepsi yang netral terhadap pencemaran udara. Sebanyak 50 persen responden memiliki persepsi negatif terhadap pencemaran udara. Persentase sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap lingkungan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 12.
54
Tabel 14
Jumlah dan persentase responden berdasarkan persepsi mengenai lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
1
Positif
∑ 7
26.9
2
Netral
6
23.1
3
Negatif
13
50.0
26
100.0
No
Persepsi Mengenai Lingkungan
Total
%
60 50 40 30 20 10 0 Positif
Netral
Negatif
Gambar 12.Persentase responden berdasarkan persepsi mengenai lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Dari hasil penelitian, persepsi petani jarak pagar mengenai lingkungan cenderung berada pada tingkatan yang negatif. Para petani jarak ini umumnya tinggal di Kampung Sigedong, dekat daerah penanaman jarak pagar, sehingga mengetahui dengan benar kondisi udara yang ada di daerah tersebut. Menurut para petani, debu yang muncul di sekitar kebun jarak cenderung tebal, terutama pada musim kemarau. Debu tersebut didapat dari tempat pengambilan materi semen, yang tidak jauh dari tempat mereka berkebun. Debu juga muncul dari batuan yang ada di jalan menuju tempat penanaman jarak pagar. Banyaknya debu terlihat dari daun jarak yang umumnya tertutup dengan debu. Dampak Sosial Dampak sosial dalam penelitian ini merupakan dampak negatif yang diberikan oleh perusahaan terhadap lingkungan sosial yaitu masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Sebagai perusahaan semen, PT ITP memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap masyarakat terutama dalam program penanaman jarak pagar ini. Lahan program penanaman jarak pagar ini diketahui sebelumnya digunakan masyarakat untuk berkebun sebagai mata pencaharian utama
55
penduduk. Namun akhirnya lahan tersebut dialihfungsikan menjadi daerah tambang serta menjadi lahan program penanaman jarak pagar. Aktivitas ini tentunya dapat memberikan dampak negatif pada masyarakat. Dampak sosial ini diteliti melalui tingkat keresahan sosial yang ada dalam masyarakat. Keresahan sosial merupakan segala bentuk protes baik secara terbuka maupun tertutup oleh masyarakat terhadap perusahaan. Dalam hal ini masyarakat dilihat melalui para petani program penanaman jarak pagar. Responden diberikan empat pernyataan terkait keresahan sosial tersebut. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal. Jumlah dan persentasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat keresahan sosial di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15 memaparkan sebaran responden berdasarkan tingkat keresahan sosial. Sebanyak 11.5 persen responden menjawab tingkat keresahan sosial pada kategori tinggi. Sebanyak 26.9 persen responden menjawab tingkat keresahan sosial pada kategori sedang. Sebanyak 61.5 persen responden menjawab tingkat keresahan sosial pada kategori rendah. Persentase sebaran responden berdasarkan tingkat keresahan sosial secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 13.
Tabel 15
Jumlah dan persentase responden berdasarkan keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
No
Keresahan Sosial
Σ
%
1
Tinggi
3
11.5
2
Sedang
7
26.9
3
Rendah
16
61.5
26
100.0
Total
Berdasarkan hasil penelitian tingkat keresahan sosial yang ada di Desa Lulut berada pada kategori yang cenderung rendah. Hal ini disebabkan bukan karena adanya program penanaman jarak, namun karena pihak PT ITP telah memberikan dana kompensasi yang dirasa sudah cukup bagi warga. Selain itu PT ITP juga telah memberikan kesempatan warga untuk menanam di sela tanaman jarak. Walaupun demikian, kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan warga oleh karena hasil panen yang tidak dapat maksimal akibat adanya penanaman jarak tersebut. Namun tetap saja masih ada pro dan kontra terhadap pihak ITP sehingga tetap ada juga kategori tinggi untuk tingkat keresahan sosial ini. Sebagian masyarakat juga tetap membicarakan keburukan dari perusahaan, terutama untuk mereka yang memang merasa telah dibohongi oleh perusahaan.
56
70 60 50 40 30 20 10 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 13 Persentase responden berdasarkan keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dan Dampak Lingkungan Berdasarkan International Financial Corporation (2006) dalam Nasdian (2012), sebuah perusahaan dengan program pembangunan berkelanjutan sebagai seharusnya dapat mengurangi dampak yang diberikan oleh perusahaan. Dampak yang dapat dikurangi adalah dampak lingkungan dan juga dampak sosial. Program pembangunan berkelanjutan dari PT ITP merupakan program penanaman jarak pagar yang merupakan program yang memiliki keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yang tinggi. Namun sayangnya program tersebut tidak dapat mengurangi dampak lingkungan perusahaan. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 16
No
Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan terhadap persepsi terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan
Persepsi terhadap Lingkungan Positif
Netral
Negatif
1 Tinggi
3.85
3.85
11.54
2 Sedang
23.08
19.23
38.46
3 Rendah
0.00
0.00
0.00
Tabel 16 menggambarkan persentase dari keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dari program penanaman jarak pagar terhadap persepsi terhadap lingkungan sebagai dampak lingkungan dari perusahaan. Persentase terbesar terdapat pada baris tingkat keberhasilan implementasi
57
pembagungan berkelanjutan berkategori sedang dengan kolom persepsi terhadap lingkungan berkategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara kedua hal tersebut. Tabel 16 menunjukkan bahwa dengan keberhasilan pembangunan berkelanjutan yang sedang maka persepsi terhadap lingkungan negatif. Padahal seharusnya dengan keberhasilan pembangunan berkelanjutan yang sedang, persepsi terhadap pencemaran udara memiliki kategori yang lebih positif. Ketidakadanya hubungan ini disebabkan oleh kurang pekanya program pembangunan berkelanjutan terhadap dampak lingkungan yang diberikan perusahaan. Program penanaman jarak pagar merupakan program penghijauan yang dilakukan perusahaan dalam rangka untuk swasembada bahan bakar dan juga sekaligus program yang mendukung usaha pemerintah pada Orde Baru tanpa memikirkan manfaat program tersebut terhadap lingkungan terutama terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan. Akibatnya walaupun implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program penanaman jarak dikategorikan tinggi, namun persepsi terhadap pencemaran udara tetap rendah karena sebenarnya material pencemaran udara yang diberikan oleh perusahaan adalah debu, yang notabene kurang dapat atau bahka tidak dapat dikurangi oleh tanaman jarak pagar. Namun sebenarnya, jika ditelaah lebih jauh lagi, program penanaman jarak pagar ini sebenarnya bertujuan untuk mengurangi emisi gas karbon di udara hasil dari proses operasional dari PT ITP dengan adanya bio-fuel. Akibat produktivitas tanaman jarak yang cenderung menurun, maka bio-fuel tidak dapat dihasilkan sehingga tidak dapat mengurangi pencemaran udara. Maka dari itu, sebaiknya program yang diberikan oleh PT ITP disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan sekitar sehingga menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dan Dampak Sosial Berdasarkan International Financial Corporation (2006) dalam Nasdian (2012), sebuah perusahaan dengan program pembangunan berkelanjutan sebagai seharusnya juga dapat mengurangi dampak sosial yang diberikan oleh perusahaan. Program pembangunan berkelanjutan dari PT ITP merupakan program penanaman jarak pagar yang merupakan program yang memiliki keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yang tinggi. Program tersebut ternyata juga dapat mengurangi dampak sosial perusahaan. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 17 berikut. Tabel 17 menggambarkan persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dari program penanaman jarak pagar terhadap keresahan sosial sebagai dampak sosial dari perusahaan. Persentase terbesar terdapat pada keberhasilan mplementasi pembangunan berkelanjutan di baris sedang dan persepsi terhadap pencemaran udara di kolom rendah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara dua hal tersebut. Hubungan ini menggambarkan bahwa dengan keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yang sedang maka tingkat keresahan sosial yang ada di Desa Lulut menjadi rendah.
58
Tabel 17
Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan terhadap tingkat keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan 1 Tinggi 2 Sedang 3 Rendah
No
Tingkat Keresahan Sosial Tinggi Sedang Rendah 3,85 7,69 7,69 7,69 19,23 53,85 0,00 0,00 0,00
Hubungan ini juga diperkuat dengan beberapa argumentasi. Pertama, pemberian dana kompensasi oleh PT ITP dirasa masyarakat sudah cukup untuk mengganti lahan mereka. Lagipula PT ITP juga memperbolehkan masyarakat untuk juga menanam di sela tanaman jarak pagar sehingga masyarakat juga masih dapat memiliki hasil panen untuk dijual. Kedua, dengan adanya penanaman jarak pagar, para petani yang dulunya bertani, kini dapat bekerja sebagai buruh di kebun jarak. Walaupun dengan upah yang minim, pekerjaan tersebut dirasa sudah cukup daripada hanya menganggur di rumah. Selain itu, masyarakat juga menunjukkan partisipasinya dalam kegiatan yang dilakukan oleh PT ITP. Jika ada pembangunan yang dilakukan oleh PT ITP, masyarakat cenderung mengikuti aktivitasnya. Kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh PT ITP juga diikuti oleh masyarakat. Walaupun demikian ada pula masyarakat yang kurang suka dengan pihak perusahaan namun mereka juga tetap ikut dengan kegiatan PT ITP.
Ikhtisar Setiap perusahaan tentunya akan memberikan dampak bagi lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial. Begitu juga dengan PT ITP. Sebagai perusahaan semen, PT ITP memberikan dampak bagi lingkungan alamnya yaitu pencemaran udara dari debu dan asap pabrik yang ditimbulkan. Berdasarkan persepsi responden, pencemaran udara yang ditimbulkan cenderung berada pada kategori rendah. Daerah perkebunan jarak pagar merupakan daerah yang dekat dengan tambang sehingga pada musim kemarau ketebalan debu cenderung sangat tinggi. Hal tersebut dapat juga dilihat dari debu yang menempel di daun jarak. Untuk dampak sosial, dilihat keresahan sosial yang ada, yaitu segala bentuk protes baik secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. Berdasarkan pendapat responden, tingkat keresahan sosial di Desa Lulut tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh pemberian dana kompensasi yang dirasa cukup oleh masyarakat atar alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tambang PT ITP. Berdasarkan International Finance Corporation (2006) dalam Nasdian (2012), sebuah perusahaan dengan program pembangunan berkelanjutan sebagai seharusnya dapat mengurangi dampak yang diberikan oleh perusahaan. Dampak yang dapat dikurangi adalah dampak lingkungan dan juga dampak sosial. Ternyata keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan belum dapat menguragi dampak lingkungan. Hal itu disebabkan oleh kurang pekanya program dengan dampak lingkungan perusahaan serta kurang berhasilnya program dalam penyediaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Namun untuk dampak sosial,
59
program penanaman jarak pagar sudah dapat mengurangi keresahan sosial yang ada di Desa Lulut. Hal ini didukung dengan adanya dana kompensasi yang diberikan oleh pihak perusahaan serta peluang kerja yang diberikan bagi mereka yang sudah tidak dapat bertani di lahan penanaman jarak pagar dan juga kepada siapa pun yang menganggur.