Menuju PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BERKELANJUTAN dengan konsep BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YOGYAKARTA, 7 JUNI 2013
PENDAHULUAN
INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan daerah kombinasi ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut; Jenis sumberdaya alamnya juga beragam: sumberdaya hayati dan non-hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi; Namun potensi kerusakan alam juga besar: peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di daratan akan menyebabkan kerusakan sumberdaya alam, sedangkan kerusakan alam di daratan akan merusak perairan: sungai, pesisir, dan laut, berupa degradasi lingkungan karena pencemaran dan sedimentasi. Sementara itu intensitas kegiatan di perairan sendiri juga terus mengancam kerusakan lingkungan perairan; Kerusakan alam di daratan dan perairan akan berbalik mengancam keberlanjutan pembangunan ekonomi; Sementara itu tantangan pembangunan makin kompleks, terutama sebagai akibat kompetisi ekonomi global, perubahan iklim, dan kependudukan. Untuk itu perlu Kebijakan Pembangunan KP Berkelanjutan. Salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan adalah Konsep
PRINSIP-PRINSIP B.E.
INTEGRASI BLUE ECONOMY, INDUSTRIALISASI, DAN MINAPOLITAN
BLUE ECONOMY
1. EFISIENSI ALAM (BERKELANJUTAN) 2. TANPA LIMBAH INDUSTRIALISASI: PERCEPATAN 3. KEPEDULIAN SOSIAL NILAI TAMBAH 4. MULTIPLE REVENUE PEMASARAN DAYA SAING 5. PENDAPATAN NAIK LN/DN 6. LAPANGAN KERJA NAIK INDUSTRIALISASI HILIR
(MODERNISASI) INDUSTRIALISASI HULU USH2 (MODERNISASI)
USH1 SENTRA PRODUKSI
MINAPOLITAN: BASIS KAWASAN: PUSAT PERTUMBUHAN SUMBER: SUNOTO
MENGAPA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN?
Pada tahun 1972 diselenggarakan pertemuan puncak dunia (world summit), yaitu the United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Stockholm, Swedia, sebagai refleksi kesadaran dan komitmen masyarakat dunia untuk menyerasikan pembangunan dan lingkungan. Pada pertengahan 1980an lahir konsep Pembangunan Berkelanjutan oleh WCED atau Brundtland Commission yang dikenal melalui buku Our Common Future pada tahun 1987. Pada tahun 1990an diperkenalkan konsep Zero Emmissions oleh Gunter Pauli sebagai pendiri dan aktivis pada Zero Emmissions Research and Initiative Foundation. Pada tahun 1992 diselenggarakan Rio Summit di Rio de Janeiro, Brazil yang mencerminkan makin meningkatnya komitmen masyarakat dunia untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelajutan, antara lain melalui program: Agenda 21 Selanjutnya berkembang konsep Green Economy oleh UNEP(United Nations Environment Programme). Pada tahun 2010 diperkenalkan konsep Blue Economy oleh Gunter Pauli melalui bukunya berjudul The Blue Economy.
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Smith, 1997)
Berbasis pada biofisik Memungkinkan pertumbuhan ekonomi Menjamin pemerataan distribusi Mengukur kekayaan multidimensi, tidak hanya uang Mendorong nilai-nilai konservasi Pemberdayaan masyarakat Meningkatkan efisisiensi sumberdaya Pengembangan perancangan intrumen ekonomi baru Mendorong keadilan dalam hal kelembagaan, perangkat ekonomi, dan proses bisnis.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Konsep pembangunan berkelanjutan telah berkembang dengan rumusan dan ruang lingkup analisis beragam, namun dalam konteks ini dipergunakan rumusan dan semangat WCED (World Commission on Environment and Development). ESENSI: “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”: tidak merusak sistem alam : atmosfir, air, tanah, dan makhluk hidup -- mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, mengendalikan eksploitasi sumberdaya alam, dan berkeadilan atau social equity (WCED, 1987) RUMUSAN: “Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.” (WCED, 1987)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: DARI GREEN ECONOMY KE BLUE ECONOMY: Prinsip keberlanjutan (sustainability) telah diadopsi sebagai landasan dalam upaya mengintegrasikan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam sistem pembangunan jangka panjang yang berkeadilan. Asumsi dasar: pembangunan yang berkeadilan akan dapat diselenggarakan secara terus-menerus berjangka panjang apabila alam mendukungnya: yaitu sumberdaya alam, lingkungan, dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Green Economy dan Blue Economy berkembang dan berakar pada prinsip keberlanjutan (sustainability).
MENGAPA GREEN ECONOMY ? (UNEP)
Green Economy is “… one that results in improved human well-being and social equity, while significantly reducing environmental risks and ecological scarcities.” “… a green economy can be thought of as one which is low carbon, resource efficient, and socially inclusive.” “…a green economy is one whose growth in income and employment is driven by public and private investments that reduce carbon emissions and pollution, enhance energy and resource efficiency, and prevent the loss of biodiversity and ecosystem services.” (UNEP)
PENJELASAN ESENSI GREEN ECONOMY
Ekonomi Hijau adalah sistem ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia dan sekaligus secara signifikan mengurangi resiko lingkungan dan kerusakan ekologi melalui efisiensi sumberdaya alam, rendah karbon, dan kepedulian sosial.
Dalam sistem tersebut pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja didorong oleh investasi publik dan swasta yang mampu mengurangi emisi karbon dan polusi, mengembangkan energi dan efisiensi sumberdaya alam, serta melindungi keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem dari kerusakan.
INDIKATOR UTAMA GREEN ECONOMY (UNEP)
TRANSFORMASI EKONOMI: Dari investasi beresiko tinggi terhadap lingkungan menjadi investasi ramah lingkungan (low carbon, clean, waste minimizing, resource efficient, and ecosystem enhancing activities). EFISIENSI SUMBERDAYA (RESOURCE EFFICIENCY): Penggunaan material, energi, air, lahan, perubahan ekosistem, besaran limbah, dan emisi bahan berbahaya terkait dengan aktivitas ekonomi. PROGRESS AND WELL-BEING: Arah investasi menuju green goods and services, strengthening of human and social capital, fulfilled basic human needs, level of education achieved, health status, and availibility of and access by the poor to social safety nets. (UNEP)
MENGAPA BLUE ECONOMY?
SISTEM EKONOMI KONVENSIONAL TIDAK MAMPU MENGAKOMODASI PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, TERUTAMA FAKTOR KESEIMBANGAN ANTARA PERILAKU MANUSIA DAN ALAM: budaya eksploitatif versus keterbatasan sumberdaya alam
GREEN ECONOMY MEMANG TELAH CUKUP UNTUK MENDORONG SISTEM INVESTASI LOW CARBON, RESOURCE EFFICIENT, CLEAN, WASTE MINIMIZING, AND ECOSYSTEM ENHANCING ACTIVITIES, NAMUN TIDAK MAMPU MENJAWAB PERSOALAN DASAR. ◦ SISTEM EKONOMI YG BERLAKU DILIHAT SEPERTI APA ADANYA (THE EXISTING ECONOMIC SYSTEM IS SEEN AS A GIVEN) ◦ PRODUK DAN JASA GREEN ECONOMY CENDERUNG LEBIH MAHAL KARENA MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK INVESTASI
BLUE ECONOMY: PERUBAHAN PARADIGMA EKONOMI – ◦ THE EXISTING SYSTEM IS PROBLEMATIC KRN ITU PERLU PERUBAHAN ◦ GUNAKAN LOGIKA EKOSISTEM: BELAJAR DARI CARA KERJA ALAM.
BLUE ECONOMY: BLUE OCEAN – BLUE SKY
Landasan Konsepsi: The Blue Economy: 10 years, 100 innovations, and 100 million jobs oleh Gunter Pauli, 2010) Konsep Blue Economy dikembangkan untuk menjawab tantangan, bahwa sistem ekonomi dunia cenderung ekploitatif dan merusak lingkungan: selain karena limbah, juga alam rusak karena eksploitasi melebihi kapasitas atau daya dukungnya. Walaupun prinsip-prinsip resource efficiency, low carbon, social inclusiveness mulai dikembangkan, namun masih belum mampu mengatasi keserakahan manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam lebih banyak. Bahkan, implementasi pembangunan berkelanjutan dengan konsep green products and services, yaitu produk-produk dan jasa ramah lingkungan harus dibeli mahal dan makin tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Konsep Blue Economy dimaksudkan untuk memberikan tantangan bagi para enterpreneur bahwa a blue economy business model memberikan peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan: menggunakan sumberdaya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi lebih efisien, menghasilkan produk dan nilai ekonomi lebih besar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan memberikan kesempatan untuk memberikan benefit kepada setiap kontributor secara lebih adil. BLUE ECONOMY: Pertumbuhan ekonomi meningkat, rakyat
ESENSI BLUE ECONOMY
BELAJAR DARI ALAM: Blue Economy mencontoh alam, yaitu cara kerja EKOSISTEM: sesuai dengan apa yang disediakan alam dan cara bekerja dengan efisiensi tinggi.
LOGIKA EKOSISTEM: Cara kerja ekosistem dijadikan model Blue Economy, yaitu seperti air mengalir dari gunung membawa nutrien dan energi untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seluruh makhluk hidup dan tanaman yang berinteraksi dan saling menghidupi -- limbah dari sesuatu menjadi makanan/energi bagi yang lain. Hanya dengan gravitasi energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa henti dan tanpa ekstraksi energi eksternal.
INOVASI DAN KREATIVITAS: Blue economy berkembang karena inovasi dan kreativitas. Ada 100 inovasi ekonomi praktis yang mengilhami Blue Economy dengan prinsip mencontoh cara kerja ekosistem: ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem.
PENJELASAN ELEMEN-ELEMEN ECONOMI BIRU
KEBERLANJUTAN: ◦ Efisiensi alam (Nature’s Efficiency) ◦ Tanpa limbah - tidak ada sisa untuk limbah: limbah dari satu proses menjadi bahan baku dari proses produksi yang lain ◦ Kepedulian sosial (social capital and equity): peningkatan pendapatan, lebih banyak hasil (multiple revenue), lebih banyak penyerapan tenaga kerja, lebih banyak peluang usaha bagi masyarakat. ◦ Inovasi dan kreativitas: melahirkan bisnis inovatif dan kreatif untuk melipat-gandakan hasil, memperluas lapangan kerja, namun tidak merusak lingkungan.
PERUBAHAN PARADIGMA EKONOMI ◦ Berfikir sistemik mengikuti cara bekerja alam ◦ Perubahan cara berbisnis: multi produk-multi kompetensidan multi revenue.
USAHA DAN INVESTASI MODEL BLUE ECONOMY (inovasi dan kreativitas) 1. 2.
MULTIPLE REVENUE (hasil berlipat-ganda) PELUANG BISNIS TERBUKA LUAS: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
HEMAT BAHAN BAKU DAN ENERGI (reduce cost) DIVERSIFIKASI PRODUK/services (more products, money and job) PRODUKTIVITAS TINGGI (more money) PENINGKATAN NILAI TAMBAH (more money) PENINGKATAN KUALITAS (more money) TANPA LIMBAH: LIMBAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK TURUNAN (more money and job) EFISIEN SUMBERDAYA ALAM DAN BIAYA, TAPI REVENUE MENINGKAT (more money for less environmental risk)
6.
PENINGKATAN KESEMPATAN TENAGA KERJA (+) PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT (+) TIDAK MERUSAK DAN MENCEMARI LINGKUNGAN (reduce cost and tax) EFISIEN DAN MEMPERKAYA ALAM (+)
INOVASI DAN KREATIVITAS: produk, sistem produksi, dan manajemen
3. 4. 5.
KEBIJAKAN BLUE ECONOMY DI INDONESIA: Blue Economy memang tidak harus Ekonomi Kelautan tetapi konsep ini sangat cocok untuk pembangunan di sektor kelautan dan perikanan. TUJUAN: Kebijakan Blue Economy di Indonesia bertujuan:
1. MENINGKATKAN efisiensi SDA dan nilai ekonomi tanpa limbah untuk kesejahteraan masyarakat 2. MENINGKATKAN KERAGAMAN AKTIVITAS EKONOMI YANG BERNILAI TAMBAH DAN YANG BERDAYA SAING dengan konsep pembangunan berkelanjutan 3. MENINGKATKAN AKSESIBILITAS masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi 4. MENDORONG BERKEMBANGNYA INVESTASI INOVATIF DAN KREATIF untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumberdaya alam 5. MENGEMBANGKAN SISTEM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM secara seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian lingkungan
STRATEGI PENGEMBANGAN BLUE ECONOMY MOBILISASI INVESTASI INOVATIF: PRIVATE INVESTMENT 1. PEMETAAN PELUANG INVESTASI BERBASIS SISTEM PRODUKSI BERSIH DAN PENGELOLAAN SDA BERKELANJUTAN 2. MENGGALANG KERJASAMA DENGAN INVESTOR UNTUK MENGEMBANGKAN BISNIS INOVATIF PRO BLUE ECONOMY PENATAAN KEBIJAKAN MAKRO: PUBLIC INVESTMENT 1. PEMETAAN KAWASAN POTENSIAL DAN PENETAPAN KAWASAN PERCONTOHAN 2. PENGEMBANGAN SENTRA-SENTRA PRODUKSI BERSIH SEBAGAI PENGGERAK UTAMA EKONOMI KAWASAN 3. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SUMBERDAYA KP YANG SECARA EKONOMI DAN LINGKUNGAN MENGUNTUNGKAN: a) SISTEM PERENCANAAN DAN PENATAAN RUANG b) SISTEM PENDEKATAN DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN
KEBIJAKAN INVESTASI MODEL BLUE ECONOMY (2 PENDEKATAN) PENGEMBANGAN BISNIS DAN INVESTASI TERINTEGRASI
1.
dengan MODEL BLUE ECONOMY: BERBASIS KOMODITAS DAN PRODUK UNGGULAN: Pengembangan investasi dengan kenekaragaman kegiatan ekonomi yang saling terkait: efisiensi sumberdaya alam tapi perkaya hasil produksi dan nilai serta memperluas kesempatan kerja. 2.
PENGEMBANGAN KAWASAN BLUE ECONOMY -PENGKAYAAN FUNGSI EKOSISTEM DAN INVESTASI DALAM KAWASAN: ◦ GUGUSAN PULAU-PULAU KECIL -- MODEL PENGELOLAAN EKONOMI WILAYAH KEPULAUAN: Kawasan yang terdiri dari pulau-pulau kecil terpisah dari pulau besar atau pulau-pulau kecil yang menjadi bagian ekosistem pulau besar. ◦ KAWASAN TELUK DAN PESISIR -- MODEL PENGELOLAAN TELUK, PESISIR DAN DARATAN TERINTEGRASI: Kawasan teluk relatif luas yang telah dan diproyeksikan menjadi kawasan ekonomi dengan keanekaragaman kegiatan tinggi. ◦ KAWASAN KONSERVASI -- MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN TERBATAS: Kawasan ekonomi berbasis kawasan konservasi
1. USAHA DAN INVESTASI MODEL BLUE ECONOMY PRODUKSI KOMODITAS DAN BARANG: peningkatan nilai tambah sumberdaya ekonomi, diversifikasi produk, keragaman sistem produksi, dan pemanfaatan bahan baku secara efisien 2. REVITALISASI DAN PENGKAYAAN LINGKUNGAN: pengkayaan fungsi ekosistem untuk menghasilkan komoditas, produk, dan jasa 3. INDUSTRI JASA: pemanfaatan alam untuk menghasilkan jasa yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (seperti wisata) 4. LIHAT GAMBAR BERIKUT: 1.
2. PENGEMBANGAN WILAYAH: KAWASAN BLUE ECONOMY (BLUE ECONOMY ZONE) 1. GUGUSAN PULAU-PULAU KECIL -- MODEL PENGELOLAAN EKONOMI WILAYAH KEPULAUAN: Kawasan yang terdiri dari pulaupulau kecil terpisah dari pulau besar atau pulaupulau kecil yang menjadi bagian ekosistem pulau besar. 2. KAWASAN TELUK DAN PESISIR -- MODEL PENGELOLAAN TELUK, PESISIR DAN DARATAN TERINTEGRASI: Kawasan teluk relatif luas yang telah dan diproyeksikan menjadi kawasan ekonomi dengan keaneka-ragaman kegiatan tinggi. 3. KAWASAN KONSERVASI -- MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN TERBATAS: Kawasan ekonomi berbasis kawasan konservasi
EKONOMI KAWASAN: MP3EI, KALTIM, DAN KONEKTIVITAS ANTAR PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA CORRIDOR: Center for production and processing of natural resources and as nation’s energy reserves
KALIMANTAN CORRIDOR: Center for production and processing of national mining and energy reserves
JAVA CORRIDOR: Driver for industry and service provision
BALI-NUSA TENGGARA: Gateway for tourism and national food support
SULAWESI CORRIDOR: Center for production and processing of national agriculture, plantation, fishery, oil & gas, and mining
PAPUA-MALUKU ISLANDS: Center for development of food, fishery, energy, national mining
BLUE ECONOMY: AKTIVITAS DAN KONEKTIVITAS MP3EI ANTAR PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI PERLU DIPERKUAT DAN DIPERLUAS, TERMASUK LINTAS PULAU
Ikan Kaleng* BM = 10% Kap: 415.000T Ikan Beku BM = 15% Kap: 1.541.729T Tepung Ikan BM = 5% Kap: 176.245T Minyak Ikan BM = 5% Kap: Makanan dari Sirip Ikan Tepung Ikan BM = 0% Kap: 176.245T
Daging
Hati
Ikan Segar BM = 5% Kapasitas 8.028.800 ton
Sirip Kepala Silase
Pakan Ternak
Kulit
Kulit Samak
Minyak goreng
Pharmasi Pakan Ternak
Barang Kulit Pharmasi Gelatin
Emulsifier
Kerajinan Tulang
Bahan Gigi Buatan
Tulang
Rumput Laut BM = 5% Gracilaria sp Gelidium sp Prod: 28.500T
HASIL LAUT
Eucheuma sp Prod: 10.500T Eucheuma cott Prod: 93.500T
Sargasum sp Turbinaria sp
Shampoo Farmasi Grade
Agar-Agar BM = 5% Kap: 23.127T
Pasta Gigi Sabun Farmasi
Karaginan BM = 5% Kap: 8.400T
Pakan Ternak Pengeboran Industrial Grade
Alginat BM = 5%
Cat Printing Tekstil Kertas
Udang Kaleng BM = 5% Kap: 415.000T
Daging BM = 5%
Udang Segar
Udang Beku BM = 5% Kap: 1.587.981T Kerupuk Udang BM = 5%
BM = 5% Kap:+/-4700.000T
Khitin Limbah Kulit
* Kap. Ikan dan udang digabung
Khitosan
Keramik Soft Drink
Food Grade Fotografi Pembuatan Kertas Farmasi
Susu Coklat
Kosmetik
Jam
Pengolahan Air Pengawetan Kayu
Ice Cream
Roti
MODEL INDUSTRIALISASI UDANG BERBASIS BLUE ECONOMY
Tepung Kepala Udang
Value added
23
Produk Turunan dari Limbah Udang dan Crustasea Industrial Grade (pengolahan air, kertas, mengolah limbah, penghilang ion logam)
Kulit, kepala (udang, kepiting, rajungan, cumi)
Food Grade Chitin
Chitosan
(pengawet alami, fat blocker, rasa, aditif, anti kolesterol, keseimbangan makkanan)
Medical Grade (kosmetik, salep, obat2an, benang operasi, bedah tulang, balut luka)
Pertanian (Pupuk, perawat benih, fungisida, bakterisida, nematocides)
Ditjen P2HP, Dit PPN
Bantalan mata Tulang Kepal a
Omega 3 Tepung untuk pupuk Gelatin
Untuk kosmetik, medis/farmasi
Kolagen
Daging
Tepung untuk pakan Fish Jelly Product (Pangan)
Minyak
TUNA, TONGKOL, DAN CAKALANG
Limbah TTC
Daging
Minyak ikan
Fish Jelly Product Tepung untuk pakan
Minyak Dagin g
Minyak ikan Kolagen
Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin
Untuk pangan, kosmetik, medis/farmasi
Kulit
PRODUK UTAMA: SEGAR, FILET, DAN KALENG
Tulang
Limbah Cair
Ditjen P2HP, Dit PPN
Untuk pangan, kosmetik, medis/farmasi
Mata Pencaharian Utama/Alternatif
Fish Protein Concentra te
Tepung
Tepung untuk pupuk
Kolage n
Untuk kosmetik, medis/farmasi Untuk pangan, Kosmetik, medis/farmasi
Gelatin
Insang
Tepung
Ketahanan Pangan
Tepung untuk pupuk
Penciptaan Tenaga Kerja
Tulang
Tepung untuk pupuk Gelatin
Kepala
Kolagen
Daging
Daging
PRODUK UTAMA
Tepung untuk pakan Fish Jelly Product Fish Jelly Product
Limbah Ikan Patin
Minyak ikan
Daging Kolagen
Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin
Untuk pangan, kosmetik, medis/farmasi
Kulit
Tulang Limbah Cair
Fish Protein Concentr ate Insang
Ditjen P2HP, Dit PPN
Untuk kosmetik, medis/farmasi
Tepung untuk pakan Minyak
PATIN
Untuk pangan, kosmetik, medis/farmasi
Mata Pencaharian Utama/Alternatif
Tepung
Tepung untuk pupuk
Kolagen
Untuk kosmetik, medis/farmasi
Gelatin
Untuk pangan, Kosmetik, medis/farmasi
Tepung
Tepung untuk pupuk
Ketahanan Pangan
Penciptaan Tenaga Kerja
PEMANFAATAN AIR LAUT: GARAM DAN PRODUK TURUNAN BITTERN
Standar Mutu
Industri Soda Abu
Standar Mutu
Industri Khlor Alkali
IMPOR
Penggaraman Industri
Industri Pemurnian (Purifikasi) Standar Mutu
Industri Farmasi
Impor 1.400.000 – 1.800.000 Ton/tahun Garam Konsumsi Beryodium
AIR LAUT
Industri Pangan Olahan
Pangan Saat masak/saji
Impor 200.000 – 500.000 Ton/tahun
Penggaraman Rakyat
K1 K2
= IMPOR
K3
Industri Bisnis Pencucian garam
Catering/Resto/Hot el
Bisnis Iodisasi
Tenaga kerja
Konsumen Rumah Tangga Uang
Pangan Siap santap
Garam Bumbu masak
PEMANFAATAN AIR LAUT (lanjutan)
BITTERN
INDUSTRI BROM
Brom (Br2)
INDUSTRI MAGNESIUM OKSIDA/HIDROKSID A
Magnesium Oksida/Hidroksida
INDUSTRI KCl
KCl
• Desinfektan • Isi lampu halogen • Aditif/bubuhan lumpur pengeboran minyak • Obat penenang • Zat kimia fotografi • Insektisida • Racun tikus • Pengganti freon • Beta tahan api/refraktor • Logam Magnesium • Obat sakit maag • Pupuk kieserite • Garam Epsom (bahan obat/textile)
• Pupuk • Bittern kosong
Tenaga kerja
Uang
MINAWISATA BERBASIS SUMBER DAYA KELAUTAN DAN JASA LINGKUNGAN PULAU-PULAU KECIL PARIWISATA Diving
Homestay Transplantasi Karang Limbah
Catamaran
Pemancingan
Karang Baru
Umpan
Ijin Mancing, Ukuran ikan, Lokasi
Kapal wisata non-konvensional
Kuliner Subsisten
Limbah Selam Edukasi Water treatment facilities
Mata Pencaharian Utama/Alternatif
Pupuk
Ketahanan Pangan
Penciptaan Tenaga Kerja
Keterangan: Alur
Bahan Baku
Modifikasi dari Gunter Pauli, 2011
Produk
Outcome Tenaga kerja
Proses Uang
MINAWISATA BERBASIS SUMBER DAYA KELAUTAN DAN JASA LINGKUNGAN PULAU-PULAU KECIL MINAWISATA
Selam
Snorkling
Pancing
Resort
Pembesaran Ikan
KJA
Mangrove
Hatchery
Kuliner
Rumah makan
LIMBAH Organik
Pupuk
Mata Pencaharian Utama/Alternatif
An-organik
Produk sampingan Ketahanan Pangan
Kerajinan
Penciptaan Tenaga Kerja
Keterangan: Alur
Bahan Baku
Produk
Outcome Tenaga kerja
Proses Uang
SENTRA PRODUKSI DAN KEGIATAN EKONOMI TERINTEGRASI Sedimen Jenis Tepun g Pertanian Organik
Kotoran sisa Fasilitas Produksi Asam Laktat Tambak Ikan Sisa Panen
Pertanian Rumah Kaca Air Limbah /Buangan
Limbah Panas
Industri Pakan Ternak Limbah Biogas
Kotoran Ternak
Sedimen
Tambak Kepiting Limbah Biogas
Sedimen
Limbah Biogas
Lahan Basah Buatan
Fasilitas Pengolah Biogas Biogas
Limbah Domestik
Woodland
Limbah Padat Manusia
Rumah Peternakan/Penginapan Air Limbah /Buangan Diadopsi dari Huang, et.al (2008)
POTENSI PERAIRAN KALTIM Perairan: Sungai Mahakam, Sungai Sangata, Sungai Barumuda, Sungai Bungalu, Sungai Karangan, dan Sungai Manubar. Industri di Samarinda: pantai Sangkulirang: antara lain industri gas alam, batubara, pupuk kimia organik, galangan kapal, kontruksi besi dan baja, pemeliharaan dan perbaikan alat-alat berat, dan industri vulkanisir ban. Industri kayu umumnya berlokasi di Sungai Mahakam.
SUMBER: PUSAT PENELITIAN UNMUL
SUMBER: INDONESIATRAVELLING.COM DIMODIFIKASI
A
B
D
C
E
A, B,C,D dan E adalah kawasan pilihan sebagai basis manajemen sumber daya ekonomi
PELUANG PENGEMBANGAN EKONOMI BERBASIS KAWASAN (CLUSTERING)
IMPLEMENTASI BLUE ECONOMY DALAM PEMBANGUNAN KELAUTAN, PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL INDIKATOR PEMBANGUNAN BLUE ECONOMY :
SCENARIO PROGRAM KP3K : TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, DAN NPOA CTI-CFF GOAL-1 KAWASAN KONSERVASI DAN JENIS IKAN, PESISIR DAN LAUTAN, DAN NPOA CTI-CFF G3, G-4, DAN G-5 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
a. LOKASI DAN LUAS RENCANA KEGIATAN PERUNTUKAN b. INTENSITAS KEGIATAN PERUNTUKAN c. KERAGAMAN JENIS KEGIATAN PERUNTUKAN d. TIPE MANAJEMEN PRAKTIS KEGIATAN PERUNTUKAN
1. REGULASI PERIJINAN 2. INSENTIF & DISINSENTIF 3. WASDAL
PENGEMBANGAN USAHA,
DAN NPOA CTICFF G-2 PEMBERDAYAAN PULAU-PULAU KECIL
RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BLUE ECONOMY
PERTUMBUHAN EKONOMI a. INVESTASI SWASTA YANG PROFITABLE, b. EFISIENSI PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI c. MENDORONG PENYERAPAN TENAGA KERJA YANG TINGGI
PEMERATAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT a. PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PEBERDAYAAN MASYARAKAT DAN UMKM b. DISTRIBUSI PEMANAFAATAN SDA YANG BERKEADILAN c. KETAHANAN MASYARAKAT TERHADAP ISU KERAWANAN PANGAN, ENERGI, DAMPAK BENCANA, DAMPAK BURUK PERUBAHAN IKLIM.
KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN a. PENERAPAN MINIMUM-WASTE ATAU RENDAH EMISI KARBON, MELALUI SIKLUS PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI YANG EFISIEN. b. PEMANFAATAN SUMBER DAYA TIDAK MELEBIHI DAYA DUKUNG/KEMAMPUAN SDA UNTUK PULIH SECARA ALAMI. c. INTERNALISASI COST, BENEFIT DAN RISK (VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ) DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN INVESTASI DAN PRO GROWTH
Sumber: Ditjen KP3K
CONTOH 2: LOMBOK TIMUR LOBSTER Potency: 525,68 Ha Existing area : 28,55 Ha Total of Product : 146 tons (2009)
GROUPER Potency: 509,40 Ha Existing area : 9 Ha Total Product : 12,60 tons (2009)
PEARL Potency: 3.433,65Ha Existing area : 1.628,15 Ha Total Product : 0,20 tons (2009)
TOURISM Potency: Coral reef, pink sand Existing area : 1 hour from Lombok international airport
Productive salt pond : 205 Ha Potential salt pond : 2.183,13 Ha Forest Area
SALT Potency: 2.183,13 Ha Existing area: 205 Ha Total Product: 9.106,38 tons (2012)
SEAWEED Potency: 2000 Ha Existing area: 526,18 Ha Total Product: 118,975 tons (2009)
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Direktorat JenderalTATA Kelautan, Pesisir LAUT dan Pulau-pulau DIREKTORAT RUANG PESISIRKecil DAN PULAU-PULAU KECIL
Kementerian Kelautan dan Perikanan
KAWASAN BLUE ECONOMY LOMBOK TIMUR: REGIONALISASI PENGEMBANGAN EKONOMI LEGEND : Plan of Main Road
Planning area boundary
Farming Zone
Forest area, Central park Techno Park Industry & Energy Marine Industry Housing Salt Evaporation Pond Tourism, Culinary Lobster Grouper Seaweed Grouper, Lobster, Pampus Argentus Ecotourism Pearl Loligo spp
SUMBER DITJEN KP3K
CONTOH 3: ANAMBAS BLUE ECONOMY BERBASIS GUGUSAN PULAU PETA PUSAT-PUSAT KEGIATAN
REGIONALISASI PENGEMBANGAN EKONOMI SESUAI POTENSI KAWASAN
PENUTUP BLUE ECONOMY: PERTUMBUHAN EKONOMI NAIK, PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MENINGKAT, NAMUN LAUT DAN LANGIT TETAP BIRU !
TERIMA KASIH