Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
PEMANDULAN Anopheles macullatus SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT MALARIA DENGAN RADIASI GAMMA Co-60 Siti Nurhayati*, Devita Tetriana*, Ali Rahayu** dan Budi Santoso** *) Pustek Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi **) Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi ABSTRAK PEMANDULAN Anopheles macullatus SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT MALARIA DENGAN RADIASI GAMMA Co-60. Pengendalian nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat dilakukan dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis radiasi yang efektif memandulkan salah satu vektor penyakit malaria yaitu Anopheles macullatus. Iradiasi gamma dilakukan terhadap 100 ekor nyamuk jantan stadium dewasa masing-masing dosis 0, 90, 100, 110, dan 120 Gy dengan laju dosis 108,959 Krad/jam. Setelah diiradiasi nyamuk dikawinkan dengan betina normal dengan jumlah yang sama dan diamati jumlah telur yang dihasilkan, prosentase penetasan telur untuk setiap dosis radiasi, dan kelangsungan hidup nyamuk. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120 Gy memandulkan 99% dibandingkan dengan kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan yang diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti perkembangan hidupnya karena mengalami kematian. Dari hasil litbang ini disimpulkan bahwa dosis radiasi 110 Gy dianggap sebagai dosis yang paling efektif untuk memandulkan nyamuk Anopheles macullatus sebagai vektor penyakit malaria. Hasil penelitian ini masih harus didukung dengan penelitian lanjutan mengenai daya saing kawin dan bionomik nyamuk pasca iradiasi. Kata kunci : malaria, Anopheles sp., TSM, sinar gamma ABSTRACT STERILIZING Anopheles macullatus AS MALARIAL DISEASE VECTOR WITH GAMMA RADIATION OF Co-60. Controlling Anopheles sp mosquito as malarial disease can be carried out by Sterile Insect Technique (SIT). This research aimed to determine the effective dose of radiation for controlling one of malarial disease vectors. Gamma irradiation to 100 male mosquitos/doses of adult stadium was done with doses of 0, 90, 100, 110 and 120 Gy at a dose rate of 108,959 Krad/hour. After irradiation, mosquito was mated with normal female at the same number and the number of egg resulted, the percentage of hatch for each radiation dose and their survival were observed. The results showed that irradiation dose of 90 Gy could sterilized 65%, 100 Gy sterilized 77%, 110 Gy sterilized 97% and 120 Gy sterilized 99% compared to control. The first generation resulted from the mating of 110 and 120 Gy irradiated male with normal female could not be followed their subsequent living because they were already dead. From this research it can be summarized that irradiation dose of 110 Gy can be assumed as most effective dose for sterilizing Anopheles macullatus as malaria vector. This result should be supported by further research on mating competitiveness and bionomic of irradiated mosquito. Keywords : malaria, Anopheles sp., SIT, gamma rays.
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
1
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
dapat menyebabkan kematian terutama
PENDAHULUAN Penyakit malaria disebabkan oleh
anak-anak balita dan ibu hamil. Siklus
adanya infeksi parasit Plasmodium sp
hidup Plasmodium penyebab penyakit
yang dapat ditularkan dari orang sakit ke
malaria meliputi siklus aseksual dan
orang yang sehat melalui gigitan nyamuk
seksual (Gambar 1).
betina Anopheles sp sebagai vektornya.
sporozoit yang ditularkan lewat nyamuk
Tercatat ada 4 spesies parasit penyebab
biasanya masuk ke dalam hati dan
penyakit
berubah menjadi merozoit, masuk ke
malaria,
ovale,
yaitu
Plasmodium
Plasmodium
vivax
dan
falciparum.
Plasmodium
Plasmodium malariae,
aliran
darah,
Parasit atau
menginfeksi
dan
Plasmodium
berkembang biak sehingga merusak sel
falciparum
darah merah dan menyebabkan demam
adalah parasit yang paling ganas, karena
pada penderita (masa inkubasi)1,2 .
Gambar 1. Siklus hidup Plasmodium penyebab penyakit malaria2.
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
2
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Pemberatasan penyakit malaria dilakukan
dengan
cara
pengobatan
menderita malaria di seluruh wilayah Indonesia dan lebih kurang 700 orang
terhadap penderita dan penanggulangan
meninggal
vektornya. Dengan demikian pemberan-
Program pemberantasan penyakit malaria
tasan vektor merupakan usaha yang
selain dengan cara pengobatan terhadap
sangat
program
penderita, dilakukan pula dengan cara
penganggulangan penyakit malaria ter-
pemberantasan vektornya. Pemberantasan
sebut.
terhadap vektor malaria yang selama ini
penting
di
Penyakit
dalam
malaria
merupakan
dunia
setiap
tahunnya.
penyakit yang sampai saat ini masih
dilakukan
menjadi
penyemprotan menggunakan insektisida.
masalah
utama
kesehatan
masyarakat di dunia dan Indonesia karena 3,4
antara
Pemberantasan
lain
dengan
malaria
cara
di
Indonesia
dari
program
belum bisa ditangani secara tuntas .
merupakan
Penyakit malaria ini
tidak hanya
pemberantasan penyakit tular vektor yang
menyerang daerah tropis, tetapi juga
hingga saat ini masih bermasalah karena
menyerang daerah sub tropis di seluruh
belum bisa ditangani dengan tuntas. Hal
dunia. Kematian banyak terjadi pada
tersebut ditandai dengan masih tingginya
negara-negara
daerah
kasus malaria baik di Jawa maupun di
endemik malaria, antara lain negara-
luar Jawa, bahkan di beberapa daerah
negara asia tenggara termasuk Indonesia,
dilaporkan adanya kejadian luar biasa
India, Meksiko, Haiti, Amerika tengah
malaria 3 .
yang
menjadi
dan negara-negara di Afrika
5
Upaya
. Sebagai
bagian
pemberantasan
malaria
negara endemik, masalah malaria di
telah lama dilakukan, namun hasilnya
Indonesia
sering
dialami
oleh
para
masih belum sesuai dengan harapan.
penduduk
yang
tinggal
di
areal
Kendala umum yang dijumpai dalam
hutan.
pemberantasan malaria ini antara lain
persawahan
dekat
dengan
Peningkatan kasus malaria setiap tahun
disamping
kualitas
yang terjadi di daerah Indonesia bagian
khususnya dalam penyemprotan rumah
timur antara lain diakibatkan oleh adanya
belum sesuai dengan syarat-syarat yang
pembukaan daerah baru yang tidak
ditentukan. Upaya pemberantasan juga
terkontrol.
belum
didasarkan
pada
pemberantasan
pengetahuan
Departemen Kesehatan Republik
bionomik vektornya sehingga tindakan
Indonesia melaporkan 5 juta penduduk
yang dilakukan tidak efektif dan efisien
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
3
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
belum tepat sasaran, belum tepat waktu
teknik TSM. Faktor yang berpengaruh
dan cara, jenis dan dosis insektisida juga
terhadap
tidak tepat. Pengendalian vektor dengan
nyamuk ialah terjadinya infekunditas
cara
(tidak dapat menghasilkan telur), in-
konvensional
insektisida
mengunakan
diketahui
kurang
proses
kemandulan
pada
efektif
aktivasi sperma, mutasi letal dominan,
karena dapat mengakibatkan matinya
aspermia, dan ketidakmampuan kawin
flora maupun fauna non target, timbulnya
dari serangga betina atau jantan8 .
pencemaran lingkungan terhadap
insektisida
dan resistensi
tertentu
bahkan
Radiasi
dapat
mengurangi
produksi telur yang disebabkan karena
sering terjadi resistensi silang (cross
tidak
resistance), yang mengurangi efektifitas
sehingga tidak terbentuk oogenia atau
pengendalian.
telur.
Karena
upaya
terjadinya
Aspermia
proses
dapat
oogenesis
menyebabkan
pengendalian malaria belum memberikan
kemandulan
hasil yang memadai, maka diperlukan
spermatogenesis sehingga tidak terbentuk
cara lain untuk membantu pemberantasan
sperma. Inaktivasi sperma juga dapat
vektor malaria, antara lain dengan Teknik
menyebabkan kemandulan karena sperma
Serangga Mandul (TSM)6 .
tidak mampu bergerak untuk membuahi
karena
radiasi
merusak
merupakan
sel telur. Faktor penyebab kemandulan
salah satu teknologi yang mengalami
yang lain ialah ketidakmampuan kawin,
kemajuan pesat dalam pemanfaatannya
hal ini karena radiasi merusak sel-sel
pada berbagai sektor seperti bidang
somatik
pertanian dan
sehingga tidak terjadi pembuahan sel
Teknologi
Nuklir
adalah
nuklir
kesehatan. Teknologi teknologi
yang
saluran
genetalia
interna
telur 9 .
memanfaatkan radiasi/radioisotop untuk
Tujuan pada penelitian ini adalah
memecahkan masalah penelitian dan
mengetahui pengaruh berbagai dosis
pengembangan karena memiliki sifat
radiasai
kimiawi dan sifat fisis yang sama dengan
kemandulan
zat kimia biasa namun mempunyai
macullatus
kelebihan
malaria, sehingga dapat diputus rantai
sifat
fisis
yaitu
dapat
memancarkan radiasi7. Radiasi gamma
sinar
gamma nyamuk
sebagai
vektor
terhadap Anopheles penyakit
perkembangan penyakitnya.
dan neutron dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor penyakit melalui
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
4
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
BAHAN DAN TATA KERJA
pasca irradiasi meliputi perkembangan
1. Rearing (pemeliharaan nyamuk)
hidup,
Rearing nyamuk dilakukan di
jumlah
telur
setiap
dosis
perlakuan, prosentase penetasan telur
kelompok Hama, Bidang
menjadi jentik (tingkat sterilitas), dan
Pertanian PATIR-BATAN, Pasar Jum’at.
kelangsungan hidup keturunan nyamuk
Nyamuk Anopheles macullatus dalam
pasca irradiasi dibandingkan nyamuk
perkembangannya
kontrol.
laboratorium
mengalami
meta-
morfose sempurna, mulai dari stadium telur, jentik, pupa (hidup di air)
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian
dewasa yang hidup beterbangan. Sebelum
pengaruh
radiasi
dilakuakan iradiasi, disiapkan stadium
terhadap kemandulan nyamuk jantan
nyamuk (pupa/ dewasa) jantan dengan
Anopheles macullatus bertujuan untuk
jumlah masing-masing dosis 100 ekor.
mendapatkan dosis radiasi gamma yang menyebabkan kemandulan paling tinggi.
2. Irradiasi gamma Masing-masing sampel nyamuk
Gambar 2 menyajikan hasil
pengaruh
ditempatkan dalam wadah plastik/vial
iradiasi gamma terhadap jumlah telur
berukuran tinggi 7 cm dan diameter 4 cm
dimana terlihat untuk dosis 90 dan 100
dengan sedikit air, diisi nyamuk jantan
Gy jumlah telurnya relatif lebih tinggi
sebanyak 100 ekor. Irradiasi sinar gamma
daripada dosis radiasi yang lainnya.
dilakukan pada dosis 0, 90, 100, 110 dan
Jumlah telur terendah terjadi pada dosis
120 Gy dengan 3 ulangan, menggunakan
110 Gy dan tertinggi pada dosis 90 Gy.
Pesawat Gamma Cell-220 pada laju dosis
Jumlah larva yang terbentuk menurun
108,959 krad/jam. Setelah nyamuk jantan
dengan
diiradiasi
ke
kecuali dosis 120 Gy. Tanpa iradiasi
ditambahkan
(kontrol), jumlah larva yang terbentuk
nyamuk betina normal dengan jumlah
jauh lebih tinggi jumlahnya dari yang
yang sama supaya terjadi perkawinan.
diiradiasi (Gambar 3).
dalam
kemudian kurungan
dimasukkan dan
bertambahnya
dosis
radiasi
3. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap setiap stadium nyamuk sampai 30 hari
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
5
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
2500 2059 2000
1979
1774
Jumlah telur
1533 1500
1315
1000
500
0 0
90
100
110
120
Dosis (Gy)
Gambar 2. Pengaruh iradiasi terhadap jumlah telur
300 259 250
Jumlah larva
200 150
130
100 40
50
6
9
110
120
0 0
90
100 Dosis (Gy)
Gambar 3. Pengaruh iradiasi terhadap jumlah larva yang terbentuk
Demikian halnya dengan jumlah
menurunkan persentase penetasan telur
penetasan telur yang menurun dengan
hingga lebih dari 50%, bahkan untuk
bertambahnya dosis iradiasi. Irradiasi
dosis
gamma menyebabkan penurunan yang
persentase penetasan telur hingga 96 %
sangat
(Gambar 4).
drastis
terhadap
presentase
110
Gy
mampu
menurunkan
penetasan telur, dosis 90 Gy mampu
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
6
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
100 89
90 80
% tetas
70 60 50 35
40 30
23
20 10
3
1
110
120
0 0
90
100 Dosis (Gy)
Gambar 4. Persentase penetasan telur pasca irradiasi
Hasil analisis statistik dengan uji
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
Duncan diketahui bahwa dosis radiasi
bahwa dosis 110 Gy sudah dapat
sangat
memandulkan
telur,
berpengaruh jumlah
terhadap
100%
nyamuk
vektor
dan
persentase
ketiga
parameter
Teknik serangga mandul yang
tersebut, dosis 110 Gy berbeda nyata
mulai dikembangkan sejak tahun 1950
dibandingkan dengan kontrol (0 Gy).
digunakan
Dosis 110 Gy menyebabkan kemandulan
serangga melalui ”pengaturan kelahiran”.
maksimum dibandingkan dosis 90 dan
TSM terutama teknik jantan mandul
100 Gy.
menggunakan radiasi sinar gamma untuk
penetasan.
larva
jumlah
Untuk
Untuk
mendapatkan
malaria Anopheles macullatus.
untuk mengendalikan hama
vektor
menghasilkan individu yang steril. Dari
mandul, radiasi
teknik ini diharapkan jantan mandul akan
dapat dilakukan pada stadium pupa
mengawini betina normal tetapi tidak
penyakit malaria yang 10
maupun dewasa .
Pada penelitian ini
dilakukan irradiasi pada stadium dewasa
dihasilkan telur atau telur yang dihasilkan tidak dapat berkembang 11.
yang sehari sebelumnya telah diseleksi
Serangga yang dilepaskan ke
dari stadium pupa untuk menjamin bahwa
lapangan dengan perbandingan tertentu
nyamuk yang akan diiradiasi belum
antara jumlah serangga mandul dan
melakukan
normal12. Penelitian TSM di lapangan
perkawinan.
Hasil
yang
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
7
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
yang telah berhasil dilakukan adalah A.
iradiasi 90 Gy dapat memandulkan 65%,
quadrimaculatus (Florida, USA) dan A.
100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy
albimanus
memandulkan
(El
Salvador,
USA).
Di
97%
dan
120
Gy
Indonesia, TSM ini belum digunakan
memandulkan 99% dibandingkan dengan
untuk
spesies
kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari
vektor
perkawinan antara nyamuk jantan yang
mengendalikan
Anopheles
yang
24
merupakan
malaria.
diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan
Faktor yang dianggap menyebab-
nyamuk betina normal tidak dapat diikuti
kan kemandulan pada serangga yang
perkembangan
diiradiasi adalah mutasi lethal dominan.
mengalami kematian. Sehingga dosis
Dalam hal ini inti sel telur atau inti
radiasi 110 Gy dianggap sebagai dosis
sperma mengalami kerusakan sebagai
yang paling efektif untuk memandulkan
akibat radiasi sehingga terjadi mutasi
nyamuk Anopheles macullatus sebagai
gen.
tidak
vektor penyakit malaria. Penelitian ini
menghambat proses pembentukan gamet
masih harus didukung dengan penelitian
jantan maupun betina, dan zigot yang
daya saing kawin pasca iradiasi dan
terjadi juga tidak dihambat, namun
bionomik nyamuk vektornya.
Mutasi
embrio
lethal
akan
dominan
mengalami
hidupnya
kematian.
Prinsip dasar mekanisme kemandulan ini
DAFTAR PUSTAKA
untuk selanjutnya dikembangkan sebagai
1.
dasar
teknik
penyakit, seperti
pengendalian
HARIJANTO,
P.N.,
Malaria
:
vektor
Epidemiologi, Patogenesis, Mani-
malaria, DBD dan
festasi Klinik dan Penanganan,
filariasis yang disebut Teknik Serangga Mandul13.
karena
TSM menjadi salah satu
EGC, 2000. 2.
VICKERMAN and COX., Mero-
alternatif pilihan cara yang dapat dipilih
zoite Formation in the Erythrocytic
dan dipertimbangkan, karena lebih aman,
Stages of the Malaria Parasite
apesies
Plasmodium vinckei. Trans.R.Soc.
spesifik,
tidak
menimbulkan
Trop.Med.Hyg. 61: 303-312. 1967
resistensi dan pencemaran lingkungan. 3.
mologi Malaria. Ditjen Pemberan-
KESIMPULAN Irradiasi gamma relatif efektif untuk
memandulkan
ANONIM, Pedoman Survei Ento-
nyamuk.
tasan Penyakit Menular dan Penye-
Dosis
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
8
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
hatan
4.
Lingkungan,
Depkes-RI
2001.
Methods., hlm. 149-196. Academic
Pengembangan Gebrak Malaria di
Press, New York & London, 1997.
Indonesia: Rencana strategis 2001-
5.
jumlah penduduk, 1998.
Through the Use of Sexuality
MOLINEAUX, L. The Epidemio-
Sterile, J. Econ. Entomol. 48, 459-
logy of Human Malaria as an
462, 1955.
Control
10. MICHELLE,
or
E.H
Eradication
HELINSKI,
Including Some Implications for its
PARKER, G.A., KNOLS BART
Control. In: Wernsdorfer WH and
G.J., Radiation-Induced
Mc Gregor IA (eds). Principles and
for Pupil and Adult Stages of the
Practice ofMalariology. Edinburgh:
Malaria
Churchill Livingstone, (II) 913-989.
arabiensis . Malaria Journal. 2006.
Mosquito
Sterility
Anopheles
11. ABEKU, T.A., Response to malaria
SURVEI KESEHATAN RUMAH
epidemics in Africa,
TANGGA (SKRT). Multiple Indi-
Infectious Diseases Vol. 13, No.5,
cator Cluster Survey Report on the
pp. 681- 686, 2007.
Education and Health of Mothers
12. DYCK,
A.,
Emerging
HENDRICHS,
J;
and Children. UNICEF – Indonesia
ROBINSON.
2001.
Insect Technique: Principles and
SUTRISNO, S. Status dan Pengem-
Practice in Area-Wide Integrated
bangan
Pest
Teknik
Nuklir
untuk
Pengendalian Hama di Indonesia. Upacara Pengukuhan Jabatan Ahli
8.
KNIPLING, E.F., Possibilities of Insect
1988.
7.
9.
2005 berdasarkan 46,2 persen dari
Explanation of its Distribution.
6.
Physical and Selected Chemical
AS. The Sterile
Management.
Heidelberg,
Germany: Springer, 2005. 13. HENNEBERRY, T.J. Developments
Peneliti Utama Bidang Biologi.
in Sterile Insect Release Research
PATIR – BATAN. Jakarta, 1998.
for the Control of Insect
LACHANGE,
Populations, Proc. of FAO/IAEA,
C.H.
and
Radiation
L.E.,
SCHMITH,
BUSHILAND, Induced
R.C.,
Training Course on the Use of
Sterilization,
Radioisotopes and Radiation in
Dalam : Kilgore, W.W., and Dout,
Entomology, Univ. of Florida, 213–
R.L., Pest control : Biological and
223. 1979.
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
9
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR)– Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
10