Pendahuluan
SURVEY VEKTOR NYAMUK (MALARIA)
z Untuk usaha pemberantasan yang ditujukan kepada vektor diperlukan unsur penunjang yaitu data informasi mengenai keadaan vektor tersebut. Hingga saat ini vektor malaria di wilayah luar Jawa-Bali belum diketahui jelas, sehingga penyelidikan untuk mendapatkan atau menemukan vektor perlu ditingkatkan. Oleh karena untuk menemukan vektor diperlukan seksi kelenjar ludah anopheles sebanyak-banyaknya, dan untuk hal ini dibutuhkan waktu yang lama, maka untuk sementara cukup kiranya bila kita telah dapat menemukan suspected vector dari penyakit tersebut.
Pendahuluan
Pendahuluan
z Salah satu cara atau usaha dalam menanggulangi vektor adalah penyemprotan rumah-rumah penduduk dengan insektisida (DDT) agar supaya penyemprotan mengenai sasarannya, perlu diketahui dengan tepat waktu diperlukan penangkapan nyamuk yang teratur dipos penangkapan nyamuk tetap (Catchingstation), dengan interval waktu penangkapan paling tidak sebulan, sehingga dapat diketahui fluktuasi density bulanan dari vektor/suspected vector.
z Disamping fluktuasi density musimnya, perlu pula dipelajari tentang tata hidup vektor/suspected vector untuk menemukan cara-cara pemberantasan yang efektif dan efisien. Meskipun penyemprotan rumahrumah penduduk belum teratur seperti di Jawa-Bali, tetapi ada beberapa daerah yang telah diadakan penyemprotan sejak beberapa tahun yang lalu, sehingga perlu diadakan penilaian mengenai efektifitas penyemprotan rumah-rumah. Untuk penilaian ini perlu dilakukan bio assay test untuk mengetahui kekuatan insektisida di dinding dan juga status resistensi dari vektor/suspected vector terhadap insektisida (DDT).
Tujuan Survey
Cara Melakukan Survey
Survey anopheles di wilayah luar Jawa-Bali bertujuan : z Untuk mengetahui suspected vector/vektor yang berperan dalam penularan malaria di suatu daerah. z Untuk menentukan fluktuasi density musiman vektor/suspected vector. z Untuk mempelajari tata hidup vektor/suspected vector z Untuk mengetahui status resistensi vektor/suspected vector terhadap insektisida (DDT) yang digunakan dalam pemberantasan. z Untuk mengetahui efektifitas penyemprotan sebagai usaha pemberantasan vektor/suspected vector.
1. z z
z
Untuk menentukan suspected vector diperlukan penangkapan nyamuk dengan tujuan mempelajari mengenai : Man bitting rate/kepadatan nyamuk menggigit orang. Dari data ini anopheles yang mana hubungannya atau kontaknya dengan orang paling kuat. Parity rate anopheles yang menggigit orang. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dilakukan oleh empat orang penangkap, 2 orang menangkap didalam rumah dan 2 orang lainnya diluar rumah pada rumah yang berlainan. Penangkapan dilakukan dari pukul 18.00 hingga pukul 24.00 tiap jam selama 45 menit. Antropophilic index. Untuk mendapatkan data ini dibuat persediaan darah yang digencet dikertas saring kemudian dikirim ke Sub.Dit.S.P.P. Pusat untuk diproses lebih lanjut. Nyamuk yang diambil darahnya adalah nyamuk tangkapan pagi hari dan resting places (outdoors dan indoors).
1
Cara Melakukan Survey
Perilaku Beristirahat
2.
z Yang dimaksud beristirahat dapat dibedakan atas : z a. Beristirahat yang bersifat sementara yaitu istirahat pada malam hari waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Penangkapan untuk mempelajari ini dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan waktu mengadakan penangkapan nyamuk dengan umpan manusia (menggigit orang). Penangkapan dilakukan olah 4 orang penangkap, dimulai pukul 18.00 hingga 24.00, sedangkan tiap jam dilakukan selama 15 menit. Penangkapan hanya dilakukan terhadap nyamuknyamuk yang hinggap di dinding. Nyamuk yang ditangkap dibedakan atas perut kosong (un-fed), perut penuh darah (fed), setelah perut mengandung telur (half gravid), dan perut dengan telur (gravid).
3.
4. z z z
Untuk menentukan vektor, diadakan seksi kelenjar ludah untuk menemukan sporozoite. Nyamuk yang di seksi adalah nyamuk yang sudah cukup tua, baik hasil tangkapan yang menggigit orang atau tangkapan dari resting places. Untuk menentukan fluktuasi density musiman diadakan penangkapan nyamuk secara teratur, interval waktu penangkapan satu bulan. Dari penangkapan yang teratur akan ditarik grafik, sehingga akan diketahui puncak density dari vektor/suspected vector, baik puncak density utama atau sekunder. Density yang di ukur adalah density yang menggigit orang dan yang di sekitar kandang. Penangkapan di sekitar kandang dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penangkapan yang menggigit orang, dilakukan oleh seorang penangkap, dari pukul 18.00 hingga pukul 24.00 sedangkan setiap jam dilakukan penangkapan selama 15 menit. Tata Hidup Vektor/Suspected Vector Tata hidup yang dipelajari adalah : 4.1 Perilaku beristirahat 4.2 Perilaku berkembang biak
Perilaku Beristirahat b. Beristirahat yang sebenarnya yaitu pada waktu nyamuk beristirahat di resting places, selama menunggu proses perkembangan telurnya. Resting places dibedakan atas : b.1 Indoors resting places Termasuk indoors resting places adalah rumah, kadang berdinding dan gudang serta bangunan-bangunan lainnya. Penangkapan di resting places dilakukan oleh seorang penangkap, sebanyak 1-2 kandang yang tiap kandang diadakan penangkapan selama 15 menit. Kecuali penangkapan oleh orang dengan space spraying. Nyamuk yang ditangkap pada resting places dipisahkan berdasarkan kondisi perut atas : Unfed, Half gravid, dan gravid. Cara mengerjakan space spraying : Untuk space spraying diperlukan kain putih ukuran 4x4 m sebagai alat untuk menutup lantai kamar, alat semprot dan racun serangga baygon. Sebelum penyemprotan serangga dimulai, lantai ditutup kain putih kemudian 2 orang penyemprot menyemprot satu ruangan (diambil kamar tidur). Penyemprotan dilakukan bersama-sama baik dari dalam kamar maupun dari luar kamar, pada lubang-lubang kamar untuk menghalangi nyamuk agar tidak terbang keluar. Pada waktu menyemprot kamar ditutup. Setelah kira-kira 15 menit kamar dibuka, nyamuk-nyamuk yang mti diambil, diperiksa kondisi perutnya dan akhirnya diperhitungkan densitynya.
5. Penilaian Efek Penyemprotan Rumah-rumah { Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan density man bitting dan parity rate vektor/suspected vector antara penyemprotan dan sebelum penyemprotan dengan sesudah penyemprotan. { Untuk menunjang dasar penilaian seperti diatas diperlukan juga data tentang status resistensi dari vektor/suspected vector terhadap insektisida (DDT). Untuk hal ini perlu diadakan susceptibility test. Cara mengerjakan susceptibility test sesuai dengan metode W.H.O.
z b.2 Outdoors resting places z Outdoors resting places dapat bersifat natural atau artificial (buatan). Outdoors resting places natural (alam) dapat sebagai tebing parit, gua, semak, atau pada pohon/dibawah pohon. Untuk pengangkapan di outdoors resting places alam dikerjakan oleh dua orang penangkap, dimulai pukul 07.00 hingga pukul 09.00. Penangkapan di semak-semak kecuali dilakukan oleh orang dengan aspirator juga digunakan drop net. Drop net adalah suatu perangkap terdiri atas suatu kerangka yang dapat dibongkar dan dipasang yang dilengkapi dengan kelambu. Setelah drop net dipasang di tempat yang dikehendaki, seorang penangkap nyamuk masuk kedalam, kemudian semak-semak digoyang-goyang. Karena goyangan nyamuk-nyamuk beterbangan, kemudian hinggap di kelambu yang dengan aspirator akhirnya nyamuk dapat ditangkap. Nyamuk yang ditangkap dipisahkan berdasarkan kondisi perutnya. z Kecuali outdoors resting places yang alamiah, dibuat pula resting places buatan yang berupa pit traps. Pit traps adalah suatu lubang dalam tanah yang sengaja kita buat untuk tempat istirahat nyamuk. Pit traps dibuat dibawah pohon yang rindang, dipinggir kampung, diantara perumahan penduduk dengan tempat bersarang nyamuk (breeding places). z Ukuran pit traps dapat dijelaskan sebagai berikut : luas lubang adalah 1x1 m, kedalam lubag 1,5 m. Pada tiap sisi lubang dibuat lubang-lubang kecil dengan luas permukaan 30x30 cm dengan kedalaman kesamping 30 cm. Lubang-lubang kecil tersebut dibuat pada ketinggian 50 cm dari dasar lubang (pit traps).
SURVEY ENTOMOLOGI MALARIA TERDIRI DARI : z Survey nyamuk dewasa z Survey jentik
z Kecuali susceptibility test perlu pula diadakan bio assay test untuk mengetahui kekuatan insektisida yang menempel di dinding.
2
1. Survey Nyamuk Dewasa Survey nyamuk anopheles terdiri atas : a. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang (human-bait) Tujuan : 1) Mengetahui densitas/banyaknya nyamuk yang mengigit orang yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui besarnya kontak antara nyamuk dengan orang. 2) Mengetahui perilaku mencari darah nyamuk yang bersangkutan. Manfaat /kegunaan data : Apabila survey teratur dan dilengkapi dengan umur populasi nyamuk (persen parous) dapat menerangkan musim penularan malaria dengan tepat. Data ini sangat diperlukan untuk menentukan waktu penyemprotan atau pengobatan. Densitas dan persen parous (terutama nyamuk yang mengigit orang ) adalah parameter untuk menilai dampak penyemprotan dan pengabutan. Keterangan perilaku nyamuk merupakan dasar dalam menyusun strategi pemberantasan vektor akan berdaya guna dan berhasil guna apabila ada kecocokan antara perilaku nyamuk yang menjadi sasaran dengan metoda yang dipilih. Metoda : Penangkapan dilakukan oleh 6 orang penangkap nyamuk, dimana tiga orang menangkap didalam dan tiga orang menangkap di luar rumah. Setiap penangkap tiap jam aktiuf menangkap selama 40 menit. Kepadatan dapat dinyatakan dengan banyaknya nyamuk yang ditangkap oleh satu orang dalam satu jam atau oleh satu orang dalam satu malam (man bitting rate/landing rate). Pada nyamuk (vektor) yang tertangkap dilakukan pembedahan ovarium untuk mengetahui berapa persen nyamuk yang parous (gambar 4). Untuk ini perlu dicatat mengenai temperatur, kelembaban dan hujan sebagai keterangan keadaan cuaca waktu survey dilakukan. Interpretasi data : Oleh karena metoda survey disengaja ada yang menangkap nyamuk didalam dan diluar rumah, maka golongan nyamuk eksofagik berasarkan hasil survey hanya diartikan lebih senang menggigit diluar rumah. Artinya apabila tidak ada orang diluar, nyamuk akan masuk kedalam rumah untuk mencari darah.
c. Penangkapan nyamuk disekitar ternak pada malam hari Tujuan : 1) Mengetahui fauna nyamuk z 2) Mengumpulkan bahan untuk berbagai keperluan. Manfaat/kegunaan data : z Dapat mendoga anopheles lain yang mungkin dapat ikut berperan sebagai vektor. Metoda : Dilakukan oleh satu orang tiap jam aktif menangkap selama 10 menit. d. Penangkapan nyamuk didalam rumah atau bangunan lain pada pagi hari. Tujuan : Mengetahui perilaku istirahat (yang sebenarnya). Manfaat/kegunaan data : z Sangat erat hubungannya dengan penyemprotan rumah. Data yang didapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun strategi dan evaluasi penyemprotan. Metoda : Penangkapan dilakukan oleh dua orang, mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 09.00. Tiap rumah dilakukan penangkapan dipisahkan bersadarkan perbedaan tempat penangkapan dan ketinggian hinggap. Semua nyamuk (vektor) yang tertangkap diperiksa kondisi perutnya. Di daerah penyemprotan, nyamuk (vektor) yang tertangkap dipelihara dan diamati kematiannya selama 24 jam.
b. Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah pada malam hari. Tujuan : Mengetahui perilaku istirahat yang bersifat sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Manfaat/kegunaan data : z Mengatahui besarnya kontak antara nyamuk dengan dinding, terutama untuk nyamuk yang tergolong eksofilik. Keterangan ini misalnya berguna untuk pemilihan insektisida yang digunakan untuk penyemprotan rumah serta penilaian dampak penyemprotan tersebut. Metoda : Dilakukan oleh enam orang penangkap di rumah berlainan. Setiap penangkap tiap jam aktif menangkap selama 10 menit. Nyamuk (vektor) yang tertangkap diperiksa kondisi perutnya, dan dipisahkan atas : perut kosong, perut penuh darah, setengah gravid, dan gravid Interpretasi data : z Nyamuk dengan perut kosong menunjukkan bahwa sebelum menghisap darah nyamuk hinggap di dinding lebih dahulu. Bila perut nyamuk mengandung darah berarti setelah menghisap darah nyamuk hinggap di dinding, sedangkan nyamuk setengah gravid menerangkan sebagian waktu istirahatnya didalam rumah atau tempat istirahatnya didalam rumah. z Jadi meskipun nyamuk tergolong eksofilik, tetapi berdasarkan perilakunya waktu mencari darah ada kemungkinan akan hinggap di dinding rumah.
e. Penangkapan nyamuk pada pagi hari di alam luar. Tujuan : 1) Untuk mengetahui perilaku istirahat yang sebenarnya. 2) Mencari bahan untuk precipitin test. Dari test ini akan dihasilkan Human Blood Index yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kontak antara nyamuk dengan orang. Metoda : Penangkapan oleh dua orang dari pukul 07.00 hingga pukul 09.00. Nyamuk (vektor) yang tertangkap diperiksa kondisi perutnya. f. Penangkapan pagi hari di dalam rumah/bangunan lain dengan space spraying. Tujuan : Mendapatkan data tentang fauna yang mempunyai kebiasaan istirahat di dalam rumah atau bangunan lainnya. Metoda : Lantai dan peralatan yang ada ditutupi kain putih. Dua orang petugas menyemprot lubang-lubang kamar dari arah luar. Kemudian keduanya masuk dan menyemprot dari dalam kamar. Pintu dan jendela ditutup. Setelah kira-kira 15 menit pintu dan jendela dibuka. Nyamuk yang ada di dalam ruangan akan mati dan tertampung di kain. Nyamuk yang mati kemudian dikumpulkan untuk diidentifikasi dan diperiksa kondisi perutnya. Insektisida yang digunakan untuk menyemprot dipilih insektisida yang mempunyai efek knock down (segera mematikan).
Survey Jentik
Susceptibility Test/Uji Kerentanan
z Tujuan : 1) Mengetahui perilaku berkembang biak. 2) Inventarisasi tempat perindukan atau tempat berkembang biak nyamuk yang sangat dipergunakan dalam melakukan upaya tindakan anti larva. z Metoda : Survey dilakukan dengan menggunakan alat cidukan jentik. Kepadatan dapat dihitung untuk tiap ciduk atau tiap 10 ciduk tergantung keperluan. Banyaknya cidukan disesuaikan dengan luasnya tempat perindukan serta penyebaran jentik. Dalam survey ini perlu dicatat luas tempat perindukan, flora dan fauna yang ada, baik yang ada di dalam tempat perindukan maupun di sekitarnya.
Tujuan : z Mengukur status kerentanan nyamuk (spesies tertentu) terhadap insektisida. Manfaat/kegunaan data : z Sebagai salah satu faktor untuk mempertimbangkan pemilihan insektisida untuk penyemprotan. z Bila dikerjakan teratur dapat untuk mengamati kemungkinan terjadinya terjadinya kekebalan. Metoda : z Metoda serta alat yang dipakai adalah standar WHO. Dalam hal ini untuk beberapa insektisida tertentu telah tersedia kertas uji yang telah dilumuri insektisida dengan dosis tertentu, misal untuk uji kerentanan DDT telah disediakan kertas uji dengan dosis 4% dengan waktu kontak 60 menit. Jumlah nyamuk yang diuji harus cukup besar yaitu kira-kira 100 ekor dan 25 ekor sebagai kontrol.
3
Bio-Assay Test Interpretasi data : z Kriteria berdasarkan persen kematian 4% DDT dengan waktu kontak 60 menit. Kriteria tersebut adalah : z (A) > 98% kematian Æ rentan z (B) 80-98% kematian Æ meragukan z (C) <80% kematian Æ individu yang kebal Susceptibility test standar WHO merupakan alat yang sangat berguna untuk medeteksi kekebalan vektor terhadap suatu insektisida. Tetapi hasil uji ini belum menggambarkan reaksi populasi yang sebenarnya di lapangan. Artinya belum cukup alasan untuk mengganti suatu insektisida dengan insektisida lainnya, hanya dengan alasan karena telah timbul suatu kekebalan. Dalam hal ini masih diperlukan observasi yang intensif untuk konfirmasi lebih lanjut.
Tujuan : z mengukur daya bunuh insektisida yang digunakan terhadap serangga sasaran. Manfaat/kegunaan data : z Sebagai parameter untuk penilaian dampak penyemprotan atau pengabutan. Apabila dikerjakan teratur dapat digunakan untuk mengamati efek residu penyemprotan. z Mengamati kualitas operasi penyemprotan atau pengabutan. Metoda : Metoda yang digunakan adalah metoda standar WHO. Untuk kepentingan program pemberantasan malaria ada tiga macam bioassay test yaitu : z Uji untuk daya bunuh kontak insektisida yang disemprotkan ke dinding. z Uji untuk daya fumigasi insektisida yang disemprotkan di dinding. z Uji untuk insektisida yang digunakan untuk pengabutan. z Banyaknya rumah yang diuji antara 20%-25% dari jumlah yang disemprot.
Konfirmasi/Rekonfirmasi vektor Interpretasi data : Apabila uji ditujukan untuk insektisida yang disemprotkan di dinding, baik daya bunuh kontak maupun daya fumigasi, angka kematian antara 50% - 100% masih dapat digolongkan baik, tetapi apabila uji ditujukan terhadap pengabutan, maka pengabutan dikatakan baik, jika uji tersebut memberikan kematian 100%.
Tujuan : z memperbaharui pemetaan distributor vektor. Manfaat/kegunaan data : z Sebagai dasar penyusunan strategi pemberantasan. z Indeks sporozoit dapat pula digunakan untuk menilai penularan penyakit malaria di suatu daerah. Metoda : z Dilakukan pembedahan kelenjar ludah nyamuk (diutamakan hasil penangkapan dengan umpan orang) untuk mencari sporozoit. Survey dilakukan di daerah-daerah yang sedang ada kenaikan kasus dan di daerah lain yang dianggap penting. z Preparat positif yang ditemukan oleh pelaksana di lapangan masih perlu diperiksa oleh entomologist WHO atau entomologist yang telah berpengalaman.
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Survey Entomologi Malaria Di Lapangan 1. Penangkapan Nyamuk Dengan Umpan Orang (Human Bite) 1.1 Pelaksana : y 1 ketua team y pembantu ketua team y 4 orang penangkap nyamuk (collector) 1.2 Tujuan : z Untuk mengetahui spesies-spesies nyamuk yang menggigit/kontak dengan orang. z Untuk mengetahui density nyamuk yang mengigit manusia berspesies. z Untuk mengetahui nyamuk-nyamuk itu bersifat endophagic atau exophagic. z Untuk mengetahui keaktifan nyamuk-nyamuk menggigit pada jamjam berapa.
1.3 Alat/bahan yang dipergunakan : z Aspirator z Tabung pembunuh (killing tube) z Flash light z Paper cup z Kain kasa yang sudah dipotong-potong (melebihi dari jari tengah paper cup yang dipakai). z Kapas dan karet gelang z Chloroform z Sling hygrometer z Termometer maximum/Minimum
4
Cara melakukan :
z z z z z z z z z z z
Penggunaan Aspirator
z z
Human bite dilakukan baik indoor ataupun outdoor masing-masing dengan 2 orang collector. Dilakukan dari jam 18.00 - 24.00 atau jam 18.00 – 06.00 tergantung kebutuhannya, lama penangkapan 45menit/jam Untuk collector yang melakukan penangkapan didalam rumah (indoor human bite) dilakukan di ruang tamu yang tidak terlalu terang, selama 45 menit/jam. Untuk collector yang melakukan outdoor human bite dilakukan di halaman ± 5m dari rumah selama 45menit/jam. Collector menangkap nyamuk yang menggigit kaki dan tangannya sendiri. Semua nyamuk-nyamuk yang ditangkap dimasukkan kedalam paper cup yang terpisah untuk tiap-tiap satu jam penangkapan. Paper cup ditutup dengan kain kasa yang diberi lubang dan diberi/ditutup dengan kapas. Paper cup diberi label : tanggal, metode penangkapan, jam penangkapan, nama collector. Setiap jam ketua team akan mengumpulkan paper cup untuk diproses lebih selanjutnya (misal : identifikasi nyamuk; jika perlu dilakukan seksi kelenjar ludah) Untuk penangkapan nyamuk dengan umpan orang di luar rumah (outdoor human bite) harus dilakukan di halaman rumah, dimana pada rumah itu berlainan dengan rumah yang dilakukan indoor human bite. Dalam keadaan hujan, collector yang mengerjakan outdoor human bite dapat melakukan penangkapan diserambi rumah, asal tidak dekat pintu masuk. Pada jam-jam yang sudah ditentukan di dalam form, catat temperatur dan kelembaban. Untuk pencatatan pelaporan harus menggunakan form.
3) Alat yang dipakai : { Thermometer = untuk mengukur temperatur. { Whrilling/sling hygrometer = untuk mengukur kelembaban.
b. Pengukuran Temperatur dan Kelembaban 1) Tujuan : Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban pada waktu dilakukan. 2) Waktu Pemakaian : z Dilakukan pada waktu penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding pada malam hari 15 menit/jam (indoor resting collection malam hari). z Suhu dan kelembaban dicatat pada jam-jam yang sudah ditentukan di dalam form yaitu : jam 18.00 – 19.00; 21.00 – 22.00 z Angka-angka suhu dan kelembaban berlaku bagi metode-metode: 1. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang yang didalam maupun diluar rumah (indoor dan outdoor human bite). 2. Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding di dalam rumah malam hari (indoor resting collection). 3. Penangkapan di kandang dan sekitarnya.
c. Tabung Pembunuh (killing tube) 1) Tujuan : Untuk membunuh nyamuk dewasa dengan cepat, dengan sedikit mungkin mengalami kerusakan. 2) Alat/bahan yang dipergunakan : z Test tube z Kertas karton berongga z Karet gelang z Penutup test tube dari karet z Chloroform 3) Cara pembuatan : z Karet gelang dipotong-potong, dimasukkan ke dalam test tube (sampai mencapai ketinggian ± 2cm). z Masukkan chloroform kedalam test tube sampai karet-karet gelang itu terbenam. z Ditunggu beberapa lama, chloroform tadi akan diserap oleh potongan-potongan karet tadi. z Karton-karton diberi lubang-lubang kecil (dapat di tusuk dengan pinset), kemudian dipotong bundar-bundar sesuai dengan garis tengah test tube. z Karton-karton dimasukkan kedalam test tube sampai mengenai karet yang sudah menyerap chloroform. z Diatas kertas-kertas karton diberi lipatan-lipatan tissue untuk mengurangi tiupan balik pada waktu memasukkan nyamuk, agar supaya specimen-specimen nyamuk yang ada dalam tabung tidak rusak. 4) Cara penggunaan : z Sumbat test tube karton karet. z Digunakan pada waktu hendak membunuh nyamuk. z Sebelum dipakai, chloroform diisi kedalam tabung. z Bekas-bekas chloroform didalam tabung (pada dinding meja) dibersihkan dengan tissue.
4) Cara pemakaian : 4.1 Cara pemakaian thermometer : { Thermometer dipasang didalam dan diluar rumah. { Diluar rumah dipasang dekat dengan collector yang sedang melakukan penangkapan nyamuk dengan umpan orang diluar rumah (outdoor human bite). { Ketua team akan mencatat hasil dari temperatur dan kelembabannya. 4.2 Cara pemakaian whriling/sling hygrometer : z Tabung sling hygrometer (pada bagian ujungnya) diberi air. z Sling hygrometer diputar selama ± 1 menit. z Baca dengan cepat; catat temperatur kering dan temperatur basah. Umpama temperatur kering 250C, temperatur basah 200C. z Perhatikan pada garis scala whriling or aspirated hygrometer. z Angka temperature kering disejajarkan dengan scala 100% RH. z Kemudian perhatikan temperatur basah,baca angka yang ditunjukkan terhadap garis whriling. Ini merupakan prosentase kelembaban (humidity).
2. Penangkapan Nyamuk Yang Hinggap Didalam Rumah Malam Hari (Indoor Resting Collecting Malam Hari). 2.1 Pelaksana : s..d.a. 2.2 Tujuan : a) Untuk mengetahui kebiasaan nyamuk hinggap di dinding /bagian lain didalam rumah, baik sebelum atau sesudah menggigit. b) Untuk mengetahui density nyamuk yang hinggap di dinding/bagian-bagian lain. c) Untuk mengetahui ketinggian hinggapnya (resting)
2.3 Alat/bahan yang dipergunakan : s.d.a. ad.1.3 2.4 Cara melakukan : z Dilakukan bersamaan dengan indoor human bite indoor resting collection selama 45 menit/jam dari jam 18.00 – 22.00. z Collector menangkap semua nyamuk-nyamuk yang hinggap di dinding, gantungan pakaian, dll. z Semua nyamuk yang ditangkap dimasukkan kedalam paper cup yang terpisah untuk tiap-tiap jam penangkapan. z Paper cup diberi label : tanggal, metode penangkapan, nama collector. z Rumah yang dipakai untuk penangkapan di dinding (indoor resting collection) adalah rumah yang berbeda dengan rumah yang dipakai untuk penangkapan nyamuk dengan umpan badan didalam rumah (indoor human bite) minimal dilakukan 3 rumah/orang. z Dicatat ketinggian dimana nyamuk hinggap (0-75 cm; 75-150 cm; 150-225 cm; 225lebih). z Untuk pencatatan laporan dipergunakan form.
5
3. Penangkapan Dikandang dan Sekitarnya 3.1 Pelaksana : s.d.a. ad. 1.1 3.2 Tujuan : a) Mengetahui fauna survey dan fluktuasi nyamuk di lokasi tersebut. b) Setelah mengetahui spesies-spesies mana yang menggigit/kontak dengan manusia, maka spesies-spesies tersebut bila ditemukan didalam kandang dapat digunakan untuk susceptibility test, bio assay test, dll. (bilamana nyamuk-nyamuk yang ditangkap dari penangkapan nyamuk dengan umpan orang tersebut tidak mencukupi). 3.3 Alat/bahan yang digunakan : s.d.a. ad. 1.3 3.4 Cara melakukan : z Dilakukan bersamaan dengan penangkapan nyamuk dengan umpan orang diluar rumah (outdoor human bite) selama 45 menit/jam, yaitu kemudian diteruskan dengan penangkapan dikandang dan sekitarnya 15 menit/jam. z Collector menangkap nyamuk yang higgap dikandang dan sekitarnya, misalnya : semak-semak dekat kandang, jerami, dll. z Semua nyamuk yang ditangkap dimasukkan kedalam paper cup yang terpisah untuk setiap jam penangkapan. z Paper cup diberi label : tanggal, methode penangkapan, jam penangkapan, jenis umpan, nama collector. z Untuk pencatatan dan laporan dipergunakan form.
5. Penangkapan Nyamuk Yang Hinggap Di luar Rumah Pagi Hari (Outdoor Resting Collection Pagi Hari) 5.1 Pelaksana : s.d.a. ad. 1.1 5.2 Tujuan : a) Untuk mengetahui kebiasaan nyamuk bersifat endophilic atau exophilic dengan membandingkannya terhadap penangkapan di dinding dalam rumah pada pagi hari (indoor resting collection di pagi hari). b) Untuk mengetahui akibat dari suatu tindakan antivektor dengan insektisida/indoor spraying (dengan membandingkan sebelum/sesudah penyemprotan). c) Untuk mengetahui tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk hidup menetap. d) Untuk keperluan presipitin test. 5.3 Alat/bahan yang digunakan : s.d.a. ad. 1.3 5.4 Cara melakukan : z Dilakukan pagi hari, segera setelah penangkapan nyamuk didalam rumah pagi hari (indoor resting collection di pagi hari). z Collector menangkap nyamuk yang hinggap di tempat-tempat seperti : Rumputrumput, semak-semak, lubang-lubang tanah, tebing parit, pangkal pohon, jorongjorong, dll. z Nyamuk yang tertangkap dimasukkan kedalam paper cup yang terpisah untuk tiaptiap tipe tempat ditangkapnya nyamuk. z Paper cup diberi label : tanggal, methode penangkapan, tipe tempat ditangkapnya nyamuk, nama collector. z Untuk pencatatan dan laporan dipergunakan form.
6.4. Cara Melakukan: z Pada setiap tempat, masing-masing diambil 10 cidukan (bila arealnya luas diambil beberapa sampel). z Penangkapan dengan menggunakan dipper : dilakukan pada berbagai macam genangan air didaerah lokasi, misal : sawah, rawa-rawa, pinggirpinggir parit, kubangan atau jejak kerbau, dll. z Juga genangan air disekitar rumah, misal : tempurung, bekas ban mobil, dll. z Larvae di dipper diambil dengan pipet dan dipindahkan kedalam vial (botol kecil). z Vial diberi label sesuai dengan tempat dimana larvaenya diambil : tanggak, tempat, type tempat penangkapan, nama collector. z Selanjutnya akan diproses kemudian. 6.5 z
Pencatatan dan laporan : dengan menggunakan form.
Beberapa istilah : M.B.R. (Man Biting Rate) = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah collector M.H.D. (Man Hour Density) = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah kerja Density = Jumlah tiap jenis nyamuk Jumlah rumah diperiksa
4. Penangkapan Nyamuk Yang Hinggap Di Dalam Rumah Pagi Hari (Indoor Resting Collection Pagi Hari) 4.1 Pelaksana : s.d.a. ad. 1.1 4.2 Tujuan : a) Untuk mengetahui apakah nyamuk itu tinggal di dalam atau diluar rumah selama gonetropic cyclenya. b) Untuk mengetahui density nyamuk. 4.3 Alat/bahan yang dipergunakan : - Aspirator - Flash light - Paper cup - Kapas
- Kapas dan karet gelang - Chloroform - Kain kasa
4.4 Cara melakukan : z Dilakukan antara jam 06.00 – 08.00 z Collector menangkap nyamuk-nyamuk yang hinggap didalam rumah, misalnya : dinding, gantungan pakaian, kelambu. z Tiap satu orang collector minimum menangkap didalam 5 rumah selama 20 menit/rumah. z Nyamuk yang tertangkap dimasukkan kedalam paper cup yang terpisah (tiap rumah dibedakan paper cupnya). z Paper cup diberi label : tanggal, methode penangkapan, jam penangkapan, jenis umpan, nama collector. z Untuk pencatatan dan laporan dipergunakan form.
6. Penangkapan Larvae (Larvae Collection) 6.1 Pelaksana : s.d.a. ad. 1.1 6.2 Tujuan : a) mengetahui habitat/breeding places dari suatu spesies. b) Mengetahui geographycal distribution dari spesiesspesies yang ada. c) Mengetahui hubungan larvae dengan hewan/tanaman air lainnya. 6.3 Alat/bahan yang dipergunakan : z Pipet larvae besar dan kecil. z Dipper z Vial/bottle
z House Index (HI) : % rumah ditemukan sarang jentik z Container Index (CI): % container yang menjadi sarang jentik pada suatu daerah z Breteau Index (BI): Jumlah container menjadi sarang jentik per 100 rumah di suatu daerah
6
Evaluasi WHO Density Figure 1 2
HI (House Index) 1-3 4-7
CI (Container Index) 1-2 3-5
3 4 5 6 7
8-17 18-28 29-37 38-49 50-59
6-9 10-14 15-20 21-27 28-31
8 9
60-76 77
32-40 77
D.
PENGENALAN WILAYAH ATAU GR
I. Pendahuluan Pengenalan wilayah atau geographical reconnaissance (disingkat GR) adalah suatu kegiatan yang meliputi pemetaan, sensus dan survey tambahan untuk menentukan situasi tempat tinggal penduduk dari suatu daerah yang dicakup oleh upaya pemberantasan malaria. Sensus dan survey tambahan ada yang perlu dilaksanakan melalui uji petik (sampling). Data mengenai situasi tempat tinggal mencakup antara lain : z Kualitas rumah (rumah bagus atau rumah biasa). z Kuantitas : jumlah rumah /penduduk z luas permukaan rumah yang harus disemprot. z Letak : letak tempat tinggal penduduk atau unit (misal dukuh,RT/RW, kampung,dll) dan letak rumah di unit tersebut. z Jalan atau cara mencapai tempat tinggal penduduk/rumah tersebut.
Apabila kita jabarkan maka pengendalian vektor malaria dapat kita tujukan untuk pemutusan rantai penularan yaitu : a. Menghindari/mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles : 1. Dengan memasang kawat kasa pada setiap lubanglubang pada rumah. Jumlah lubang kawat kasa yang optimal : 14-16 per inchi (2,5 cm). Bahan : Tembaga, aluminium, plastik. 2. Menggunakan kelambu sewaktu tidur jumlah lubang per cm kelambu sebaiknya 6-8 dengan diameter 1,2-1,5 mm 3. Memasang obat nyamuk z Hanya kelemahannya adalah timbul iritasi/rangsangan pada orang yang sensitif. 4. Menggunakan zat penolak/repellent minyak sereh, kayu putih dapat bertahan 15-20 menit. Zat sintetik : 15 dolar, dimetil plat, dibutil plat dapat bertahan 2-4 jam.
E. Pengendalian vektor malaria Pada prinsipnya pengendalian vektor malaria ditujukan terhadap pemutusan rantai penularan penyakit malaria, yang ditujukan terhadap agent, host, environtment. Didalam pengendalian vektornya maka usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah : z Pengendalian secara biologik z Pengendalian secara kimiawi z Pengendalian dengan pengeloalaan lingkungan Dalam hal ini pengendalian secara mekanik dapat dimasukkan dalam pengelolaan lingkungan. Apabila kita jabarkan maka pengendalian vektor malaria dapat dimasukkan dalam pengelolaan lingkungan.
b.
Membunuh nyamuk dewasa
Secara genetik belum mendapatkan hasil sebagai yang banyak digunakan insektisida dikenal beberapa istilah : 1. Penggunaan didalam rumah atau diluar rumah (indoor atau outdoor). 2. Aplikasi pada dinding rumah atau langsung ditujukan pada nyamuknya (residual spraying atau knock down effect). 3. Penyemprotan atau pengabutan ( spraying atau fogging/space spraying) Residual spraying biasanya digunakan untuk residual sedangkan malathion dan genitrotion untuk knock down efek. Insektisida yang digunakan dalam rumah tangga berbentuk aerosol (knock down effect).
7
c. Membunuh jentik nyamuk/kegiatan anti larva. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk Anopheles. c.1Cara kimiawi dengan menggunakan larvasida (yaitu zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk). Solar/minyak tanah, parisgreen, temphos, fention, altosid/development inhibitor dan lain-lain. Kedalam larvasida dimasukkan juga Bacillus thuringiensis H-14 suatu toksin bakteri yang dapat membunuh larva oleh karena itu ia tidak berkembang biak lagi pada setiap kali apliksi. z Dapat juga herbisida yakni zat kimia yang mematikan tumbuhtumbuhan air yang digunakan sebagai tempat belindung larva nyamuk. c.2Cara biologik 1. Ikan pemakan larva nyamuk (larvivorous fish) seperti gambusia, guppy, panchax-panchax/ikan kepala timah dan ikan mujair. 2. Protozoa (nozema), jamur coelomomyces, dan berbagai jenis nematode lain yang sedang dalam proses penelitian.
c.3Pengelolaan lingkungan hidup (environmental management) 1. Pengubahan lingkungan hidup (environmental modification) sehingga larva Anopheles tidak mungkin hidup. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan tempat perindukan nyamuk, pengeringan dan pembuatan dam. 2. ”Manipulasi” lingkungan hidup (enviromental manipulation) sehingga tidak memungkinkan larva Anopheles berkembang dengan baik.Kegiatan ini antara lain mencakup pengubahan kadar garam, pembersihan tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau (mangroves) pada tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapat sinar matahari. Cara yang terbanyak dipakai di Indonesia adalah kimiawi dengan spreading agent yaitu zat kimia yang dapat mempercepat penyebaran bahan aktif yang digunakan. Penggunaan temephos, fentoin dan ikan kepala timah sedang dalam percobaan. Penggunaan minyak solar untuk anti larva di Indonesia dilakukan di Bali mulai tahun 1974, yang kemudian diperluas pada tahun 1975 ke Jawa Timur dan Jawa Barat.
A. Keuntungan dan kerugian pemakaian bahan kimia. z Pemakaian bahan kimia untuk memberantas larva nyamuk dikenal sebagai larviciding. Bahan kimianya disebut larvasida. z Pada umumnya nyamuk membutuhkan air pada periode perkembangannya meskipun pupa dari beberapa spesies dapat bertahan pada lumpur dan dapat menetas menjadi nyamuk dewasa. 1. Beberapa keuntungan pemakaian larvasida antara lain : a. Semua larva dari berbagai stadium dapat dibunuh. b. Daerah yang disemprot dengan larvisida terbatas pada tempat perindukan (breeding places). Penggunaan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa pada umumnya dilakukan di daerah yang lebih luas. 2. Kerugiannya adalah : a. Pengaruh larvasida bersifat sementara sehingga membutuhkan aplikasi ulangan. b. Beberapa larvasida mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan terutama terhadap predator complex (predator adalah musuh/pemangsa larva). Berkurangnya populasi pemangsa larva menyebabkan tidak tercapainya pemberantasan larva nyamuk secara biologik.
B. Pertimbangan dalam pemilihan jenis larvisida : 1. Mempunyai daya racun terhadap larva yang tetap dan cepat. 2. Mempunyai daya sebar yang baik didalam larutan di tangki semprot dan dalam air dari tempat perindukan. 3. Mudah didapat dengan harga yang murah. 4. Mudah dan aman dalam pengangkutan dan penggunaannya. 5. Efektif terutama terhadap larva nyamuk, lebih baik lagi bila efektif juga terhadap pupa. 6. Tetap efektif di dalam berbagai kondisi tempat perindukan (payau, kotor, asam, basa, dan lain sebagainya). 7. Tidak membahayakan makhluk hidup yang bukan merupakan target (manusia, tanaman hias, ternak,ikan,dan pemangsa larva nyamuk). 8. Mempunyai daya tembus/penetrasi yang baik terhadap tumbuhtumbuhan air dan kotoran serta lumut yang ada di permukaan air. 9. Efektif jika disemprotkan pada dosis yang rendah dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : tidak meninggalkan sisa/residu pada tanaman pangan, tidak meracuni binatang liar dan arthropoda yang menguntungkan manusia, tidak menimbulkan polusi yang permanen pada lingkungan dan dapat dipakai dengan biaya operasi yang rendah.
C. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan : 1.Formulasi pestisida, antara lain : z Dosis dan cara aplikasinya z Sifat fisis, kimiawi dengan daya racunnya z Biaya z Bahan pelarut dan pencampurannya
2. Kemampuan larvasida bertahan dalam air : z Pada umumnya senyawa hidrokarbon (misalnya DDT) dapat bertahan lama dalam air. z Larvasida argamofosfat dan karbonat (misal : abate, fenitrothion, malathion, dursban) akan segera terurai dalam air. Golongan ini akan kehilangan 2/3 dari konsentrasi semula dalam waktu 72 jam. Dari percobaan yang pernah dilakukan genthion hanya dapat bertahan ± 1 minggu. Tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh IN. Nuidja (1982) terhadap larvasida abate, fenithrothion, malathion dan dursban di Kabupaten Jembarana (Bali) maka ada teknik untuk memperpanjang residu larvasida tersebut dengan bahan-bahan penyangga (BD lebih kecil daripada 1), sehingga akan menampung diatas air. Bahan-bahan penyangga tersebut yaitu busa, serbuk gergaji, serabut kelapa, merang padi, dan gabus. Setelah dicampur dengan dosis 1 ppm di buat formula 1% ”lalu dibungkus plastik dan dilubangi sehingga keluarnya perlahan-lahan (slow release)”. Dengan demikian residu dapat diperpanjang sampai dengan ± 2 minggu, Urutan bahan penyangga mulai dari yang baik adalah busa, serbuk gergaji, serabut kelapa, merang padi, dan gabus tidak memberikan efek residu.
c.1 Cara kimiawi
8
3.Jenis larvasida : a. Golongan minyak mineral b. Paris green c. Golongan organofosfat y Temofos y Fention
d. e. f.
Developmental inhibitors Peritrum sinterk Bacillus turingensis H-14
A. Beberapa musuh vektor malaria yang telah diselidiki 1. Protozoa yaitu : Nosema algerae dan Vavcaia cilicis 2. Virus yaitu : Cytoplasmic polyhedrosis, Nuclear Polyhedrosis, dan Iridescent viruses. 3. Fungi/jamur yaitu : Beauveria, Entomopthora, Metarhizium, Coelomomyces, Culicinomyces dan Lagenidium spp. 4. Nematoda yaitu : Romanomermis culicivorax, Romanomermis iyengari. 5. Bakteri : Bacillus spaericus dan Bacillus thuringiensis serotype H-14 6. Ikan misal : Poecilia reticulate, Gambusia affinis, Phancax-phancax (kepala timah), Cyprinus carpio, Tilapia mozambica dan mujair. 7. Pemangsa larva toxorynchintes spp., Water beetles, Hemipterans, Dragon flies, dan Damsilflies. Sayang sekali penggunaan musuh-musuh vektor tersebut di lapangan untuk memberantas nyamuk sampai saat ini kecuali ikan pemakan jentik belum berhasil dengan baik.
c.2 Cara biologik z Pemberantasan secara biologik (biological control) adalah pengaturan populasi vektor oleh musuhmusuhnya di alam. z Musuh vektor di alam antara lain pemangsa, parasit, virus, jamur, dan cacing yang hidup pada tempat yang sama atau yang disebarkan pada tempat perindukan vektor. Tujuan biological control tidak membasmi vektor tetapi mengurangi populasi vektor. Vektor malaria pada akhirnya berada dalam keseimbangan dengan musuhmusuhnya di alam, sehingga vektor dapat menyelesaikan siklus hidupnya sebelum genangan air yang bersifat sementara menjadi kering, sedangkan musuh-musuh vektor belum dapat berkembang dengan baik. z Genangan air yang semi permanen misalnya sawah (4-6 bulan), memungkinkan musuh-musuh vektor dapat berkembang dan berfungsi dengan baik.
B. Penggunaan fungi, virus, nematoda, dan bakteri z Penggunaan virus, protozoa, atau fungi untuk memberantas nyamuk dilapangan, belum pernah berhasil kecuali Coelomomyces. z Dibitster dan kawan-kawan telah mencoba menggunakan Coelomomyces illiensis terhadap larva nyamuk culex, yang menimbulkan epizootic pada 95-97% populasi larva culex dengan kemungkinan kematian. z Tahun 1979 fungi tersebut dicoba di Turkmenistan dan Uzbekistan, dan berhasil menimbulkan kematian yang tinggi terhadap larva culex. Penggunaan nematoda yaitu Romanomermis culicivorax terhadap larva nyamuk pada tempat perindukkannya menunjukkan bahwa pada umumnya infection rate kurang dari 15% dan tidak ada recycle (daur ulang). Bacillus sphaericus (terutama strain 1593) telah menunjukkan efektifitas yang baik di laboratorium, tetapi di lapangan ternyata tidak terjadi recycle sehingga lebih tepat untuk digolongkan sebagai larvasida.
C. Penggunaan ikan pemakan larva nyamuk (Larvivorous fish) Penggunaan ikan pemakan larva nyamuk telah lama diketahui dan banyak tulisan tentang efektifitasnya. Beberapa keuntungan pada penggunaan ikan pemakan larva nyamuk yaitu : { Sekali dikembangkan pada tempat yang cocok, populasinya akan berkembang sendiri dan secara terus menerus mengurangi populasi larva nyamuk dalam waktu yang lama. { Biaya penyebaran relatif murah. { Sebagai ganti pestisida mengurangi kemungkinan pencemaran lingkungan. { Pada genangan air yang juga digunakan untuk pemeliharaan ikan yang lebih besar,ikan pemakan larva nyamuk akan jadi makanan ikan yang lebih besar tersebut. Sebaliknya dengan adanya ikan yang lebih besar, ikan pemakan larva nyamuk menjadi lebih efektif karena dalam usahanya menghindar dari ikan yang lebih besar, mereka berenang ke tempat yang lebih dangkal di mana biasanya terdapat banyak larva nyamuk. { Misalnya : Cyprinus carpio memakan tanaman air di dasar kolam/rawa dan Tilapia mozambica memakan algae dan bahan organik yang mengapung sehingga mengurangi tempat bersembunyi larva. { Ikan pemakan larva nyamuk dapat digunakan di rawa-rawa yang dalam dan banyak tanaman air, di mana petugas larvaciding tidak dapat bekerja dengan baik.
D. Beberapa ikan pemakan larva nyamuk yang ada di Indonesia antara lain : 1. Phancax-phancax spp. (ikan kepala timah) a. Tempat berkembang biak, air tergenang (kolam, sawah, dll.), air mengalir, air payau atau tawar, asam atau basa, air dengan temperature rendah maupun tinggi (hangat), air yang jernih maupun berlumpur. b. Ukuran panjang : umumnya tidak lebih dari 7 cm. c. Cara berkembang biak : bertelur dan meletakkan telurnya pada tanaman air (spanish mess). d. Kemungkinan dipindahkan dari kolam berair tawar ke air payau dan sebaliknya atau dari kolam air di dataran rendah ke daerah pegunungan dan sebaliknya. e. Cara menangkap : dengan jaring atau perangkap. f. Cara transport : dengan kantong plastik yang diisi air seperempat bagian, kemudian udara dikeluarkan dan diganti dengan zat asam, selanjutnya diikat erat-erat dan dilapisi dengan kantong plastik lagi dan dimasukkan ke kotak kayu siap untuk dikirim. g. Cara mengenal : Phancax-phancax mudah dikenal dengan adanya bintik putih di kepalanya. h. Kemampuan makan larva nyamuk adalah 80-100 ekor larva nyamuk untuk tiap ekor phancax dewasa dalam 1 hari. i. Penyebaran di Indonesia antara lain Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTB.
9
2. Lebistus reticulatus (Guppy/wader ceto) a. Tempat berkembang biak : di air tergenang, air tawar, air keruh, air jernih, dapat hidup di air dengan suhu dingin maupun tinggi(hangat). b. Ukuran panjang : ikan betina dewasa 6,35 cm yang jantan ukuran 3,81 cm. c. Cara berkembang biak : secara ovoviviparous (bertelur-beranak). Seekor ikan betina sekali melahirkan anak 45-180 ekor. d. Penyebaran di Indonesia : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Timortimur, dan pulau lain.
3.
Oiling
a. Surface application (aplikasi pada permukaan). Kecepatan jalan operator 50 m/menit atau 33,3 menit/Ha (1667). 50 Dosis 1/Ha, campuran solar dengan minyak tanah dengan perbandingan 2 : 1. Jadi dalam 33,3 menit harus disemprotkan 90 liter campuran solar dan minyak tanah. Dalam 1 menit harus disemprotkan : 90 liter =2,70 liter 33,3 Jadi harus dipakai nozzle dengan discharge rate 2.700cc/menit atau 3,6x besar nozzle yang dipakai pada penyemprotan rumah (HSS 8002).
H.
Test Kerentanan (Susceptibility test)
1. Tujuan : Untuk mengetahui kekebalan suatu spesies nyamuk tertentu terhadap racun serangga (insectisida) tertentu. 2. Pelaksana : Entomologist / Ass.entomologist 3. Alat dan Bahan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
WHO standar susceptibility test kit Impreguated paper Nyamuk hidup Sangkar nyamuk Aspirator Thermometer min-maximum. Sling hygrometer
3. Gambusia affinis a. Tempat berkembang biak : air tergenang, air tawar, payau,air keruh atau jernih, baik di air yang dalam maupun dangkal, air yang suhunya rendah maupun tinggi(hangat). b. Ukuran panjang : ikan betina dewasa 2,6-6,35 cm, ikan jantan dewasa 3,2 cm. c. Cara berkembang biak : secara ovoviviparous (bertelurberanak). Seekor ikan betina sekali melahirkan anak 100-200 ekor. d. Cara mengenal : mirip wader ceto/guppy, ciri khas terdapat titik-titik hitam pada sirip ekor pada gambusia. Tanda-tanda ini tidak ditemukan pada wader ceto. Salah satu ciri lain pada gambusia adalah duri sirip pertama pada sirip punggung yang terletak lebih belakang dari pada sirip perut (anal fin), sedangkan pada wader ceto duri tersebut umumnya terletak sejajar. e. Penyebaran di Indonesia : Jayapura/Irian jaya.
b. Rectilinear Application (pada saluran) Penyemprotan berjalan sepanjang tepi saluran atau genangan air yang kecil dengan kecepatan jalan 55m/menit atau 73 menit/Ha (4000) 55 Dosis 90 liter/Ha, campuran solar dengan minyak tanah dengan perbandingan 2 : 1. Jadi dalam 73 menit harus disemprotkan 90 liter campuran solar dan minyak tanah. Dalam 1 menit harus disemprotkan 90 L = 1,23 liter 73 Jadi harus dipakai nozzle dengan discharge rate 1230/menit atau 1,6x besar nozzle yang dipakai pada penyemprotan rumah (HS 8002). Pada oiling untuk tiap kelompok genangan air yang terdapat pada satu tempat, persediaan solar + minyak tanah dapat dititipkan pada salah satu rumah yang berdekatan dengan tempat perindukan. Untuk mencegah kemungkinan hilang, harus disediakan drum yang ditutup atau dikunci. Solar dan minyak tanah harus diisikan tercampur dalam drum untuk mencegah kemungkinan penggunaannya untuk keperluan lain selain untuk oiling.
4. Cara melakukan : (misalnya digunakan susceptibility test terhadap DDT). Nyamuk yang akan ditest harus semuanya dalam kondisi yang sama : umur, kondisi perut (paling baik yang blood fed) yang ditangkap dari penangkapan dengan umpan badan (human bait), kandang, hinggap (resting) atau dari pembiakan (rearing) larva nyamuk dari spesies yang sama. Disiapkan test kit dengan tabung-tabung dari plastik dengan impregnated paper dari konsentrasi DDT yang berbeda (misal : 0,5; 1,0; 2,0; 4,0%). Untuk test kerentanan ini biasanya dilakukan beberapa tahap test : a. Test pendahuluan b. Test lanjutan c. Test penyelidikan ulangan
10
5. a. Test Pendahuluan (preliminary test) z Untuk menentukan basis LD50 sebelum tindakan penyemprotan didaerah nyamuk yang akan ditest. z LD50 (Lethal dose 50), ialah dosis atau konsentrasi yang dapat mematikan 50% nyamuk. z Siapkan nyamuk 15-25 ekor untuk tiap-tiap tabung pada masingmasing konsentrasi dan kontrol dengan beberapa rangkap (replicate) 2; 3; atau 4. z Jika dilakukan misalnya 2 rangkap jadi diperlukan 20 tabung : 8 tabung untuk perlakuan nyamuk yang dikontakkan dengan racun serangga disebut ”exposure tube” dengan tanda titik merah, 2 tabung untuk kontrol dengan tanda titik hijau disebelah bawah, disebut ”control exposure tube”. 10 tabung dengan tanda titik hijau disebelah bawah disebut ”holding tube”, digunakan untuk observasi setelah selesai percobaan dan untuk memilih nyamuk yang digunakan untuk percobaan. z Nyamuk dipindahkan dari sangkar kedalam masing-masing tabung holding tube sebanyak 15-25 ekor nyamuk. Cara pemindahan ini harus sangat hati-hati dengan menggunakan aspirator, memerlukan tehnik dan pengalaman tersendiri.
z Kemudian masing-masing tabung di ”exposure” selama 1 jam ke dalam masing-masing exposure tube yang sudah berisi impregnated paper dengan konsentrasi insektisida tertentu, juga tabung kontrol ”control exposure tube”. Catatlah temperatur ruangan dan kelembaban udara, nyamuk-nyamuk ini tidak perlu diberi makan/air gula. z Setelah 1 jam, periksalah apakah ada nyamuk yang mati, catatlah kematian ini. z Kemudian nyamuk-nyamuk dipindahkan lagi ke tabung holding tube masing-masing. Disini nyamuk perlu diberi makan/air gula. Setelah itu semua tabung disimpan selama 24 jam, dalam kondisi yang baik untuk hidup nyamuk (yaitu : lembab, gelap, temperatur maximum 300C) z Dalam penyimpanan ini haraplah diperhatikan agar tidak mengganggu serangga yang lain, yaitu dengan memberi air atau vaselin pada kaki-kaki meja tempat tabung diletakkan atau disimpan. z Setelah 24 jam, kita periksa dan catatlah : { Jumlah nyamuk yang mati dari tiap tabung. { Kelembaban udara { Temperatur z Nyamuk-nyamuk yang hidup dibunuh dengan chloroform.
b. Test lanjutan Setelah diketahui hasil dari test pendahuluan, maka dilakukan test lanjutan dengan konsentrasi insectisida yang dipakai hasil dari test permulaan dosis yang dapat mematikan nyamuk 100%. Cara kerja dan melakukannya: masing-masing konsentrasi/dosis insectisida kalau memungkinkan diadakan rangkap(replicate) 2, 3, atau 4 tabung. Jangan dilupakan harus ada kontrolnya. Hal-hal yang perlu dicatat: z Nyamuk dalam kondisi perut, umur, diambil dengan metode penangkapan, daerah yang sudah disemprot insectisida, kapan penyemprotan diadakan, kapan telah dilakukan test kerentanan. z Jumlah nyamuk dalam tiap tabung harus sama. z Temperatur dan kelembaban udara (sebelum dan sesudahnya) z Tanggal dan musim z Kematian dari tiap tabung yang ditest c. Test penyelidikan ulangan z Untuk mengetahui perubahan status ”susceptibility” nyamuk disuatu daerah pada waktu tertentu. z Test ini diadakan apabila diperlukan tergantung pada keadaan.
Cara Testing DDT 75% WDF, Cara mengerjakan suspensibility test Digudang-gudang penyimpanan provinsi/kabupaten sesaat sebelum dibagikan kelapangan harus diadakan test secara : “Test Visual Suspensibility”. Sampel agar diambil dari tiap-tiap box DDT. I. Tehnik pemeriksaan secara visual : (Diambil dariWHO. Visual Suspensibility Test for 75% DDT. WDF WHO M/2) 1. Timbang 3,3 gr bubuk DDT dalam 100 ml. Masukkan ke gelas kimia. 2. Tambahkan 50 ml air (air kran) pada 300C, biarkan 30 detik dan aduklah dengan gelas pengaduk selama 30 detik lagi. 3. Pindahkan campuran ini kedalam botol cyclinder 100 ml yang mempunyai tutup kasad, dengan tanda 100 ml yang letaknya (18,0 ± 1,5)cm dari dasar dan (5,5 ± 0,5)cm dari ujung atas. 4. Tambahkan air (300C) hingga volume seluruhnya menjadi 100 ml, lalu ditutup. 5. Kocoklah campuran ini dengan membolak-balik gelas sebanyak 30 kali dengan jarak waktu ±30 detik tiap siklus. 6. Biarkan 15 menit, baca dan catat endapan yang turun dibawah gelas. Penilaian endapan : Kurang dari 5 ml = baik Lebih dari atau sama dengan 5 ml = tidak baik
6. Pencatatan dan laporan Menggunakan form WHO standar susceptibility test. Apabila kematian nyamuk pada perlakuan control antara 5% - 20% perlu dihitung koreksi menurut Abbot : % kematian yang ditest - % kematian control x 100% 100 - % kematian control Bila kematian kontrol lebih dari 20% maka test ini harus diulang seluruhnya. Interpretasi dari hasil test kerentanan ini, bila kematian nyamuk : 98% - 100% : Rentan (susceptible) 80% - 98% : meragukan Dibawah 80% : resisten
PENGAWASAN PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA Dari uraian-uraian diatas maka dapat kita petik cara-cara pengendalian vektor malaria. Dengan mengetahui pengendalian sektor tersebut, maka dapat kita lakukan pengawasan pengendalian. Diantara cara-cara pengendalian vektor malaria tersebut, kegiatan pemberantasan malaria di Indonesia adalah : a. Untuk Jawa-Bali : 1. Penyemprotan rumah dengan DDT 75% WDP dosis 2 gr atau 1 gr/m2. 2. Pencarian penderita : z ACD z PCD z Pengobatan z Follow Up z Penyelidikan epid z Survey entomologik z Bio Assay test 3. Tindakan anti larva b. Untuk luar Jawa-Bali 1. Penyemprotan rumah 2. Pencarian penderita
11
Di dalam pengawasan pengendalian vektor tersebut, maka ada 2 aspek yang perlu diawasi : 1.Aspek teknis 2.Aspek administratif Baik secara langsung maupun tidak langsung
Aspek teknis yang perlu diawasi : Untuk penyemprotan/residual spraying dengan DDT pada pelaksanaannya, pengawasan dapat dilakukan terhadap : z Konsentrasi suspensi (2 gr/m2) : bagaimana cara menakar, mengaduk, dan sebagainya. z Macam DDT tip yang dipakai (apakah sudah dengan kode 8002 HSS) z Tekanan tangki (55PSI) z Jarak DDT dengan permukaan (apakah 46 cm) z Kecepatan (viana) penyemprotan 119 m2/menit. Pada saat dan sesudahnya dapat pula dilihat : z Coverage z Completeness z Cara pencampuran insektisida dan sebagainya Aspek admistratif yang perlu diawasi ; z Jumlah DDT, kualitas DDT, tangki, alat-alat. z Formulir, tenaga, dll. Pada kegiatan tindakan anti larva : z Aspek teknis : dosis, tekanan tangki, luas discover, completeness. z Aspek administratif : solar yang dipakai, tangki peralatan lainnya, tenaga.
Evaluasi : Evaluasi didalam pengendalian vektor malaria dilakukan sebagai berikut : 1. Penilaian tindakan anti larva terhadap anopheles yang dilakukan oleh program pemberantasan malaria. Penilaian dapat dilakukan secara langsung dengan melihat kepadatan jentik atau tidak langsung dengan melihat kemampuan menularkan oleh vektor yang bersangkutan. a. Penilaian langsung 1) Kepadatan (densitas) jentik dihitung per ciduk atau per 10 ciduk. Stadium (tingkatan) dibedakan atas jentik instar I/II – III – IV dan kepompong. 2) Survey untuk penilaian dilakukan pada : - Kurang dari 1 minggu sebelum aplikasi pertama.
12