PEMAKNAAN ILUSTRASI CERPEN DAN CERPEN “PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH” KARYA ELLY DELFIA DI HARIAN UMUM HALUAN (TINJAUAN SEMIOTIK) Oleh : Ismail Idola ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua alasan. Pertama, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh memiliki potensi untuk dikaji menggunakan pendekatan semiotik. Kedua, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sarat dengan tanda-tanda yang mengindikasikan fenomena budaya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pembacaan heuristik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh, (2) mendeskripsikan pembacaan hermeneutik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis dan penyajian hasil analisis. Pada penggumpulan data, mengunakan metode kualitatif dengan teknik penelusuran kepustakaan. Selanjutnya, pengumpulan analisis secara induktif dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, yang diawali dengan pembacaan heuristik, dan disempurnakan melalui pembacaan hermeneutik. Operasi semiotik Riffaterre ini pada akhirnya menghasilkan pemaknaan yang utuh dan mendalam. Hasil analisis data disajikan cara deskriptif menggunakan kutipan-kutipan penunjang dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan, perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Kata kunci: ilustrasi, cerpen, perempuan menyusuri subuh, semiotik
1. PENDAHULUAN Karya sastra memaparkan kehidupan manusia dengan sekelumit persoalannya, baik persoalan individu, kelompok atau sosial. Karya sastra hadir di tengah-tengah khalayak (pembaca) dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah drama dan lainnya. Karya-karya itu menggambarkan soal budaya, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial, dan agama yang berangkat dari realitas.
1
Salah satu genre karya sastra tersebut adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang diciptakan oleh seorang penulis. Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh sastrawan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan, apa yang disampaikan itu menjadi masukan, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan hidupnya. Beberapa cerpen yang diterbitkan di koran dan majalah ada ditemukan ilustrasi/gambar yang mendukung cerpen tersebut. Namun, ditemukannya ilustrasi cerpen tidak lepas dari adanya usaha penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen guna menarik minat khalayak untuk membaca cerpen tersebut. Selain itu, usaha penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen bertujuan untuk meningkatkan kualitas yang bersifat komersial. Ilustrasi memberikan penjelasan secara visual kepada pembaca untuk memahami cerpen. Ilustrasi yang berbentuk tokoh dalam cerita, kejadian dalam cerita dan lain-lainnya memberikan keindahan tersendiri dalam mengambarkan cerita cerpen. Ilustrasi cerpen digunakan untuk membantu menginformasikan pesan dengan cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari cerpen. Ilustrasi cerpen sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun ilustrasi cerpen merupakan penarik perhatian yang paling efektif, namun akan lebih efektif lagi bila ilustrasi cerpen tersebut juga menunjang pesan yang terkandung dalam cerpen Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh karya Elly Delfia yang diterbitkan Minggu, 26 Februari 2012 di harian umum Haluan memunculkan tanda-tanda sebagai pemahaman terhadap karya sastra. Digunakan (tinjauan) semiotik, yang menekankan pemaknaan terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen. Pemaknaan ilustrasi cerpen ini ditujukan sebagai literatur yang bermanfaat dalam memberikan informasi yang cukup memadai mengenai makna sebuah ilustrasi cerpen.
2
2. TEORI SEMIOTIK Semiotik adalah sebuah pendekatan yang menitik beratkan pada pengkajian tanda. Mengkaji sistem-sistem, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menurut Aart van Zoest (1995:5) semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya,
cara berfungsinya,
hubungannya dengan tanda- tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Pierce (dalam Zaimar, 2008: 2) yang disebut tanda adalah sesuatu yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain dalam hal dan kapasitas tertentu. Nurgiyantoro (2007: 40) menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini. Karya sastra merupakan ekspresi bahasa yang dapat dipahami apabila pembacanya menguasai konvensi bahasa. Namun pembacaan berdasarkan konvensi bahasa tersebut
belum mencukupi untuk memahami
makna karya sastra
sesungguhnya (Riffaterre, 1978: 2). Hal ini disebabkan karena pembacaan konvensi bahasa belum menjangkau pada sesuatu yang lain yang dimaksudkan. Bahasa karya sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari akibat adanya displacing, distorsing dan creating meaning dari bahasa sehari-hari (Riffaterre, 1978: 2). Pembacaan atas dasar konvensi bahasa oleh Riffaterre (1978: 5) disebut sebagai pembacaan heuristik (semiotika tataran pertama). Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 1994:109). Mengingat pembacaan heuristik belum mencukupi untuk makna yang sesungguhnya, maka pembacaan dilanjutkan pada tataran kedua yaitu pembacaan berdasarkan konvensi kesusastraan disebut pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik (Riffaterre 1982: 5). Pembacaan hermeneutik yang berdasarkan konvensi sastra dan budaya (semiotika tataran kedua) pembacaan ini harus bergerak lebih jauh untuk memperoleh kesatuan makna secara menyeluruh (Riffaterre dalam Christomy, 2004: 229). Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan 3
makna. Lebih lanjut, pembacaan yang melibatkan matriks, model, dan hipogram pontensial unutk menghasilkan pemaknaan teks secara utuh dan menyeluruh.
3. PEMAKNAAN TERHADAP TANDA DALAM ILUSTRASI CERPEN DAN CERPEN PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH (PEMBACAAN HEURISTIK & PEMBACAAN HERMENEUTIK) 3.1 Pembacaan heuristik 3.1.1 Pembacaan heuristik pada ilustrasi cerpen
3.1.1.1 Sepasang burung Sepasang burung mengacu pada dua ekor burung yang berbeda jenis kelamin yang
memiliki
kecocokan
atau
kesesuaian
sebagai
pasangannya.
Pada
gambar/ilustrasi tersebut juga terlihat bahwa sepasang burung memiliki bulu berwarna putih. Warna putih pada sepasang burung terlihat mendominasi tubuh sepasang burung mulai dari leher, badan sampai ekornya. Dari gambar/ilustrasi tersebut, terlihat sepasang burung tersebut membentuk lambang menyerupai daun hati ditengahtengahnya. Dalam hal ini, gambaran sepasang burung berkaitan dengan gambaran daun hati. Daun hati mengacu pada bagian yang tipis lebar seperti daun yang berbentuk hati. Daun hati yang terbentuk merupakan sepasang burung yang saling mendekatkan kepala dan dadanya hingga leher sepasang burung tersebut melengkung seperti daun hati.
4
3.1.1.2 Perempuan berjilbab Perempuan berjilbab secara mimesis mengacu pada seorang perempuan muslim yang menggunakan atau memakai jilbab untuk menutupi dirinya, tubuhnya, auratnya dengan balutan kain panjang, tidak ketat, dan tidak menerawang. 3.1.1.3 Telepon seluler Telepon seluler mengacu pada wahana komunikasi berupa perangkat seluler yang mewadahi terjadinya hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi jarak jauh yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Telepon seluler merupakan salah satu alat komunikasi dua arah. Tanpa bertatatap langsung, seseorang dapat melakukan komunikasi dengan telepon seluler. Telepon seluler saat ini tidak hanya menerima suara melalui sinyal, fitur-fitur lainnya yang mendukung dalam telepon seluler seperti SMS, layanan internet dan sebagainya. 3.1.1.4 Motif kaluak paku Kaluak paku merupakan nama salah satu motif ukiran di Minangkabau. Berasal dari motif gulungan (kelukan/kaluak) pada ujung tanaman pakis (paku) yang masih muda. Pengertian harfiah tersurat pada kaluak paku berarti gelung tanaman pakis yang memiliki keindahan dan kedinamisan. Berdasarkan konsep tersebut, motif kaluak paku mengacu pada sebuah pola atau corak ukiran Minangkabau yang berbentuk kelukan pada ujung tanaman paku yang masih muda yang memiliki keindahan dan kedinamisan ( Murad, 2012:31). 3.1.2 Pembacaan heuristik pada teks cerpen 3.1.2.1 Sepasang angsa Angsa merupakan salah satu dari spesies burung yang ada di dunia. Angsa dengan ciri fisiknya adalah salah satu hewan yang menawan, cantik, anggun dan berwarna putih. Gambaran mengenai sepasang angsa tersebut ada pada kutipan berikut. Kamar pengantin bertabur romansa merah jambu air kesukaan Rum. Sepasang angsa dari selimut tebal yang juga merah jambu air sudah menanti di peraduan. Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
5
Pada kutipan tersebut, digambarkan bahwa sepasang angsa mengacu pada dua ekor itik besar yang berleher panjang, berwarna putih dan berbeda jenis kelamin yang memiliki kecocokan atau kesesuaian sebagai pasangannya. 3.1.2.2 Blackberry Salah satu merek telepon seluler saat ini adalah blackberry. Blackberry mengacu pada konsepsi wahana komunikasi berupa perangkat seluler yang mewadahi terjadinya hubungan komunikasi. Dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh gambaran mengenai blackberry terlihat pada kutipan berikut. Ia menanti Rum dan lelaki yang setiap subuh membisikan kata-kata manis ke telinga Rum lewat Blackberry (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa blackberry adalah salah satu telepon seluler yang memiliki kemampuan layanan push e-mail, telepon, SMS, menjelajah internet, BBM dan berbagai kemampuan lainnya yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, interpretasi mimesis tergambar dari tokoh Rum yang berkomunikasi menggunakan blackberry untuk berhubungan dengan lelaki pasangannya. Lelaki yang memhubungi Rum dengan kata-kata manis dan kemesraan seperti layaknya seorang pasangan. 3.1.2.3 Perempuan menyusuri subuh Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada tokoh Rum yang merupakan seorang perempuan yang memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan kodrat yang dimiliki perempuan, dapat menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui yang menuruti bagian yang tepi dari atau menelusuri sesuatu dari waktu antara terbit fajar dan menjelang terbitnya matahari atau waktu subuh. 3.1.2.4 Baralek gadang Baralek gadang mengacu pada pesta yang dilakukan secara besar, pesta besar yang dalam budaya Minangkabau seperti pesta perkawinan, melantik penghulu dan sebagainya. Gambaran mengenai baralek gadang tersebut tergambar pada kutipan berikut.
6
Gadis-gadis itu ingin memastikan pengantin benar-benar bak raja dan ratu sehari selama baralek gadang (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat baralek gadang adalah pesta besar pada suatu pernikahan yang dihadiri banyak tamu undangan dan orang-orang terdekat seperti sanak saudara yang membantu selama pesta, seperti membantu persiapan baralek, perlengkapan baralek, makanan dan minuman baralek serta alat-alat yang diperlukan saat perhelatan baralek.
3.2 Pembacaan hermeneutik 3.2.1 Sepasang burung angsa Menurut pembacaan hermeneutik, sepasang burung angsa berimplikasi terhadap munculnya kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaan. Sepasang burung angsa mengandung makna kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka gambaran sepasang burung angsa memiliki makna dalam kehidupan, sepasang burung angsa bermakna sebuah kebahagiaan yaitu perasaan atau keadaan senang dan tentram baik lahir maupun batin. Sepasang burung angsa tidak hanya menyangkut perasaan atau keadaan pribadi. Namun dimaknai lebih luas dari itu yakni perasaan atau keadaan terhadap hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia baik dengan kekasih, saudara dan orang lain. Konsepsi kebahagiaan pada sepasang burung angsa muncul karena berbagai tututan dan keterbatasan hidup, terutama menyangkut hubungan, kebutuhan, dan keberadaan. Sehingga demi sebuah kesetiaan, maka sepasang burung angsa bermakna sebuah perjuangan sepasang insan untuk saling berpegang teguh pada janji dan pendirian. Konsepsi tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa sepasang burung angsa, salah satunya merujuk pada kesetiaan. Sepasang burung angsa merupakan substansi yang mengandung hakikat sebuah pernikahan. Pernikahan yang suci dengan janji-janji yang mencerminkan kesetiaan pada pasangan, hal ini terlihat dalam kutipan berikut. 7
Tak ada kesetiaan antara tiga orang. Kesetiaan itu hanya milik dua orang. Aku memutuskan tidak mengikuti perjanjian kesetiaan yang ia buat (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa kesetiaan itu hanya milik dua insan yang tidak dapat dimasuki oleh siapapun. Selain burung angsa, kesetiaan pada pasangan juga tergambar pada sepasang burung merpati. Merpati merupakan burung yang setia pada pasangannya, seekor merpati jantan tidak akan berganti pasangan dengan merpati betina selain pasangannya. Selanjutnya dalam konteks semiosis, konsepsi cinta dalam sepasang burung angsa berimplikasi terhadap kasih sayang, ikatan dan suka. Cinta merupakan bentuk perasaan terhadap sesama manusia, terhadap Tuhan dan terhadap lingkungannya. Hal itu tampak dalam kutipan berikut.
Cinta tanpa kata-kata manis. cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir. (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Manusia yang saling mencintai telah memberikan suatu kasih sayang bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki cinta mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Manusia juga memiliki cinta terhadap Tuhannya, cinta kepada Tuhan mengindikasikan keberadaan Tuhan memberikan cinta yang tanpa batas, cinta yang tidak memandang apapun dari yang mencintai-Nya. Tuhan memberikan cinta kepada yang mengingatnya. Dengan cinta-Nya, manusia mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin serta cinta yang tidak pernah habis. Mengacu pada sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian, maka dimunculkan tanda daun hati. Daun hati adalah gambaran yang melengkapi implikasi sepasang burung angsa pada perasaan batin dan rasa pengertian antara dua insan, perasaan batin dan rasa pengertian yang sama, saling melengkapi dalam cinta, kebahagiaan, kesetiaan dan lain sebagainya.
3.2.2 Perempuan berjilbab Menurut pembacaan hermeneutik yang diinterpretasi berdasarkan pemahaman lingual, perempuan berjilbab berimplikasi terhadap konsepsi tanggung jawab, harga 8
diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kepercayaan, kesucian, Islam, iman dan taqwa. Perempuan berjilbab menurut interpretasi semiosis menunjukkan konsepsi yang dalam bagi seorang perempuan. Dalam agama Islam, jilbab merupakan sebuah kewajiban bagi seorang perempuan dewasa. Sebagai seorang muslimah, berjilbab merupakan tanggung jawab yang diharuskan karena dalam Al-quran surat An Nur ayat 31 sudah dijelaskan Allah SWT yang maksudnya, bagi orang-orang perempuan mukmin supaya memakai pakain tutup atau tudung (jilbab) untuk menutupi kepala mereka, dan tudung itu hendaknya diulurkan atau ditarik dari atas kepala ke atas dahinya. Agar di leher dan dada tidak kelihatan, hendaknya tudung itu pula dibelitkan di lehernya dan diulurkan di atas dadanya. Hal ini tergambar dalam hadis berikut. Nabi Muhammad SAW pun bersabda bahwa anak perempuan yang telah dewasa itu tidak patut dan tidak halal menampakkan tubuhnya kepada orang lelaki lain, yang bukan dari mahramnya, melainkan kedua tapak tangannya dan mukanya (Hadist Riwayat Imam At Thabarany dari St. aisyah r.a).
Perempuan berjilbab juga dimaknai sebagai harga diri , kebanggaan dan kehormatan. Berjilbab bagi perempuan merupakan bentuk ibadah yang diharuskaan oleh Allah SWT. Menggunakan jilbab memberikan kehormatan dan kebanggaan bagi seorang perempuan. Hal tersebut terlihat dalam Al-quran dalam Surat Al Ahzab ayat 59 yang maksudnya, bagi perempuan mukmin supaya mengenakan tudung kepala atau jilbab agar mereka memelihara kehormatan dirinya sebagai seorang perempuan. Dengan demikian, berjilbab merupakan sebuah kebanggaan dan menjauhkan diri dari kejahatan dengan kata lain jilbab memberikan perlindungan kepada perempuan mukmin. Selanjutnya, berjilbab berimplikasi pada iman dan takwa seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Iman merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT, nabi, kitab dan sebagainya. Seorang perempuan yang beriman kepada Allah SWT melakukan kewajibanya sebagai seorang perempuan dewasa untuk menggunakan kerudung (jilbab). Jilbab menggambarkan kecintaan seorang perempuan muslim yang sudah dewasa terhadap keyakinan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Kecintaan yang terjalin menjadikan seorang hamba terpelihara untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, kesalehan hidup 9
seorang perempuan yang mengunakan jilbab adalah sebuah keinsafan yang memberikan ketenangan batin manusia. Ketakwaan terhadap Tuhan menciptakan kebahagian seorang hamba yang mencintai Tuhan-Nya dengan keiklhasan sampai akhir hidup. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir hidup (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
3.2.3 Telepon seluler Secara hermeneutik, telepon seluler mengandung konsepsi: hubungan, perubahan, wahana budaya, aktifitas harapan dan isytiak (perasaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah SWT ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan). Telepon seluler mengandung makna hubungan, hubungan adalah bentuk aktifitas manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, baik itu hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dengan Tuhan. Hubungan mencerminkan keakraban manusia dalam hidup berdampingan. Dinyatakan bahwa telepon seluler adalah cara manusia dalam berhubungan, dan dalam aktifitasnya sehari-hari hubungan memberikan kemudahan dalam menyampaikan maksud, tujuan, kesan, dan sebagainya. Dengan demikian, telepon seluler identik dengan kepentingan pribadi karena sebagian besar telepon seluler digunakan oleh seseorang bukan dua atau tiga orang. Dalam konteks semiosis, telepon seluler dimaknai sebagai wahana budaya. Telepon seluler dalam hal ini mengindikasikan adanya gaya hidup modern untuk berkomunikasi dengan orang lain. Saat ini menjadi trend yang terus berubah-ubah yang ditandai dengan kemampuan memiliki barang canggih, khususnya dalam hal berkomunikasi. Telepon seluler juga menjelaskan tingkat sosial anggota masyarakat, bagi yang memiliki blackberry dianggap sebagai kalangan yang ekonominya mencukupi atau menengah ke atas. Dengan demikian, keberadaan telepon seluler mengindikasikan adanya hubungan komunikasi suatu masyarakat. Telepon seluler memfasilitasi aktivitas kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Di samping itu, eksistensi telepon seluler sebagai wahana komunikasi 10
dan bagian aktivitas budaya juga menjadi ukuran tingkat sosial. Telepon seluler adalah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan alat komunikasi saat ini dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat memiliki barang canggih seperti telepon seluler sebagai alat komunikasi merupakan indikator kondisi masyarakat saat ini. Blackberry merupakan salah satu jenis telepon seluler yang mengindikasikan perubahan tingkat sosial yang tinggi. Perubahan gaya hidup modern yang didukung perekonomian yang memadai menyebabkan orang mudah untuk memiliki telepon seluler seperti blackberry. Selanjutnya, dalam konteks semiosis, blackberry dimaknai sebagai hubungan komunikasi dengan Tuhan merupakan sebuah kebahagiaan, kebahagiaan lahir dan batin dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki keyakinan. Dengan demikian, perasaaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah SWT ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan yang disebut isytiak. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. Rum belajar melupakan lelaki yang setiap subuh mengirim kata-kata manis lewat Blackberry. Di usia memasuki kepala tiga, Rum berharap lelaki lain akan datang menawarkan cinta. Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Dengan demikian, telepon seluler merupakan implikasi dari komunikasi yang mengambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Hal itu berkorelasi dengan tanda (sign) subuh dan jilbab. 3.2.4 Motif kaluak paku Secara hermeneutik, motif kaluak paku mengandung konsepsi: tanggung jawab,
sosialisasi,
kedinamisan,
martabat
dan
introspeksi.
Kaluak
paku
menggambarkan sifat kodrati manusia yang lahir, tumbuh ,dan berkembang dalam dinamika menuju keberhasilan dan keindahan hidup. Pucuak paku pada awal pertumbuhannya melingkar ke dalam, yang kemudian akhirnya tumbuh melingkar ke arah luar. Begitu juga manusia, yang pada tahap awal mengenal dirinya terlebih 11
dahulu sebelum melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu, juga bermakna pentingnya instrospeksi diri; bergelung ke dalam lebih dahulu, setelah itu barulah bergelung kearah luar. Koreksi kesalahan sendiri, setelah itu baru layak mengoreksi kesalahan orang lain. Kaluak paku lekat dengan konsepsi tanggung jawab dan martabat. Dalam adat Minangkabau dinyatakan bahwa seorang lelaki memiliki tanggung jawab. Yaitu tanggung jawab kepada generasi penerus, sebagai ayah dari anak-anaknya dan sebagai mamak dari kemenakan (keponakan). Bertanggung jawab semua hal yang berhubungan dengan kewajiban sebagai lelaki di Minangkabau. Dengan demikian, menjalankan tanggung jawab memcerminkan lelaki yang bermartabat di tengahtengah masyarakat di Minangkabau. Sebaliknya jika lelaki melalaikan tanggung jawabnya maka dipandang lelaki yang tidak bermartabat. Di samping itu kaluak paku juga mengandung konsepsi sosialisasi, kedinamisan
dan
introspeksi.
Kaluak
paku
dalam
budaya
Minangkabau
menggambarkan aktifitas kehidupan masyarakat Minangkabau. Aktifitas masyarakat yang hidup berdampingan dan berinteraksi dengan lingkungannya mencerminkan sosialisasi dan kedinamisan. Konsepsi introspeksi terlihat dalam bentuk sikap bersosialisasi di kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat Minangkabau sikap meninjau atau koreksi terhadap sikap diri sendiri merupakan anjuran yang diajarkan sejak dini, agar setelah dewasa dapat memahami dirinya sendiri. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut. Rum perempuan yang dibesarkan dengan kias dan tanda. Rum mempelajari cara terbaik menjaga diri di mata lelaki. Rum mempelajari cara terbaik menjadi perempuan ideal di ranah ini (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa sebagai manusia haruslah mawas diri sejak kecil, dan perlu belajar sejak dini mulai dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal utama untuk menjalani kehidupan di masyarakat.
3.2.5 Perempuan menyusuri subuh Rum tokoh dalam Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada perempuan yang mengawali kehidupannya dari sepi. Lebih lanjut, penggunaan Perempuan 12
Menyusuri Subuh sebagai judul merupakan sumber pemaknaan yang mencakup keseluruhan sistem tanda yang dikomunikasikan teks maupun ilustrasi. Berdasarkan pembacaan semiosis, tanda Perempuan Menyusuri Subuh mengindikasikan pengaruh budaya Islam yaitu Subuh. Subuh mengandung konsepsi awal dan shalat. Subuh mengandung makna awal. Sebagai sebuah awal, dalam ajaran Islam Subuh adalah perintah Allah SWT yang wajib dikerjakan. Perintah mendirikan shalat lima waktu yang diawali dari melaksanakan shalat Subuh. Hal ini disebutkan Allah SWT dalam surat Al-Isro ayat 78 sebagaimana Allah memerintahkan untuk melaksanakan shalatshalat, akan tetapi Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah SWT. Allah memberikan balasan dari pelaksanaan ibadah-ibadah ini dengan ditinggikannya derajat dan dinaikkannya kedudukan serta menjadi orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah. Subuh adalah awal yang bersifat sepi, awal yang dimulai dengan motivasi pribadi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Subuh juga mengandung makna saat-saat kehidupan mulai bernafas dalam kemudahan, kegembiraan, keakraban, kecintaan, dan kerelaan hati. Subuh secara semiosis adalah langkah awal manusia memulai kehidupan. Awal diartikan sama halnya dengan fajar sebagai permulaan kehidupan manusia. Sebagai permulaan, fajar adalah waktu di mana manusia memulai langkah kehidupannya sendiri. Fajar berhubungan dengan timur, seperti matahari yang terbit di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Timur dimaknai dengan awal mula kehidupan dan barat sebagai akhir dari kehidupan. Dalam pandangan masyarakat Minangkabau, orang Minangkabau harus memikirkan masa depan dan apa yang akan ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah mati. Masyarakat Minangkabau dinasehatkan untuk selalu mengunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna, sebagai yang dikatakan pepatah duduak marauik ranjau, tagak maninjau jarak yang merupakan manifestasi untuk mengisi waktu sebaik-baiknya pada masa sekarang. Membangkitkan batang terendam merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman untuk berbuat pada masa sekarang. Subuh bermakna muda, muda adalah gambaran perjalanan hidup manusia dari lahir. Manusia dilahirkan ke dunia untuk memulai dan menjalani kehidupannya dari
13
awal. Hal itu tidak dapat diubah atau dihindari karena Tuhan telah mengatur kehidupan manusia sesuai kodratnya. Islam menganjurkan bahwa memulai aktifitas hidup ditandai dari fajar, fajar identik dengan timur. Saat fajar di sebelah timur memberikan tanda kaum muslim menjalankan shalat Subuh. Islam menjelaskan hanya kepada Allah manusia bisa memulai sesuatu dengan baik. Allah memberikan jalan kepada manusia yang mengingat-Nya dan berserah diri kepada-Nya sehingga diberikan kebahagiaan.
3.2.6 Baralek gadang Menurut pembacaan hermeneutik, baralek gadang berimplikasi terhadap munculnya ikatan, kebahagiaan, kebersamaan, sosialsasi, dan rasa syukur. Baralek gadang mengandung makna ikatan yang berujung kepada menyatukan hal yang sudah disepakati dan disaksikan secara bersama. Adanya ikatan dengan sendirinya akan menciptakan kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka gambaran baralek gadang memiliki makna dalam kehidupan manusia yaitu perasaaan atau keadaan senang dan tentram lahir dan batin dalam suatu ikatan baik perkawinan maupun pengangkatan jabatan. Namun lebih luas dimaknai dengan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Selanjutnya, dalam masyarakat Minangkabau baralek gadang merupakan bentuk kebersamaan dan sosialisasi kepada orang-orang dilingkungannya. Terutama kebersamaan dengan saudara-saudara yang terdekat. Selain itu, baralek gadang merupakan bentuk rasa syukur manusia kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan. Tuhan memberikan rezeki kepada orang-orang yang bersyukur kepadaNya. Selain itu, rezeki yang didapat tidak hanya dinikmati sendiri melainkan bersamasama sebagai bentuk sosialisasi kepada kerabat dan orang lain. Selain itu, baralek gadang dimaknai sebagai fenomena budaya. Baralek gadang dalam hal ini mengindikasikan adanya kebanggaan masyarakat Minangkabau tentang kehidupan sosial dan kemampuan untuk menghadirkan kehormatan di tengah masyarakat. Sebagai gejala budaya, baralek gadang merupakan kebiasaan masyarakat Minangkabau dalam menyambut suatu peristiwa yang dianggap sakral. Hal tersebut terlihat pada pelaksanaan baralek gadang, semua kerabat berupaya menghadirkan
14
sebuah perhelatan yang meriah di tengah masyarakat. Bentuk kemeriahan tersebut terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh mempelai dan keluarga mempelai. Pakaian mempelai dan keluarga mempelai di Minangkabau umumnya menggunakan warna merah sebagai warna dasar, sebab latar budaya masyarakat Minangkabau yang menanggap merah sebagai salah satu warna kebesaran di Minangkabau selain hitam dan kuning. Warna yang digunakan pada pakaian mempelai memberikan tanda bahwa keluarga mempelai berbahagia dengan kehadiran anggota keluarga baru dan kegembiraan atas pernikahan, dan berharap pernikahan tersebut akan selalu membawa kebahagiaan . Kehadiran tersebut digambarkan dengan perhelatan yang dilakukan sebagai bentuk kebanggaan di tengah masyarakat kerena kedatangan anggota keluarga melalui ikatan perkawinan. Sebagai gejala budaya, baralek gadang menggambarkan martabat suatu keluarga di tengah masyarakat Minangkabau. Martabat mengandung makna adanya kemampuan keluarga mempelai mengadakan baralek gadang sebagai cara untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang tambahan jumlah keluarga dalam ikatan perkawinan. Hal tersebut, menciptakan harmoni dalam bermasyarakat dan kebanggaan keluarga di tengah masyarakat Minangkabau. Selanjutnya, keinginan keluarga mempelai untuk mengadakan perhelatan yang mewah dan meriah merupakan nuansa untuk menghadirkannya di tengah masyarakat. Dengan demikian, nuansa yang dihadirkan sesuai dengan kemampuan keluarga
untuk
melaksanakan
perhelatan
yang
gadang
dilingkungannya
bermasyarakat. Hal ini mengindikasikan gejala budaya masyarakat Minangkabau untuk menghadirkan sebuah kebanggaan suatu keluarga di tengah masyarakat di lingkungannya.
3.3 Hipogram Hipogram merupakan sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu pernyataan, dan dapat sama luasnya dengan teks. Hipogram dapat bersifat pontensial karena dapat dilihat pada bahasa, dan bersifat aktual yang dapat dilihat pada teks-teks terdahulu atau yang ada sebelumnya. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa dalam sistem tanda adalah bahwa sebuah tanda dalam karya sastra harus mempertimbangkan tidak hanya hubungannya dengan hipogram non tekstual melainkan dalam 15
hubungannya dengan matriks, keseluruhan teks. Dalam hal ini sistem hipogram memiliki orientasi positif dan negatif yang merefleksi konotasi-konotasi kata inti (Riffaterre, 1982: 63-64). Hipogram aktual diistilahkan oleh Riffaterre dengan istilah intertekstualitas. Lebih lanjut, rangkaian perubahan selalu memindahkan penilaian hipogram, sehingga signifikansi memiliki dua sisi, positif dan negatif. Dua sisi tersebut adalah dua sisi model dari satu matriks yang sama. Jika tanda yang mereferensi ke hipogram dibuat dari beberapa kata, maka hubungan kata-kata dengan hipogram merupakan komponen-komponen unit signifikansi tunggal (Riffaterre 1982: 63-64). Hipogram yang terdapat dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh karya Elly Delfia ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Shalat sebagai rukun Islam kedua Dalam agama Islam dikenal adanya rukun Islam. Rukun Islam merupakan tiang utama dalam agama Islam. Rukun Islam dibagi menjadi 5 rukun diantaranya, mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, berzakat, dan mengerjakan ibadah haji bagi yang mampu. Mendirikan shalat adalah rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah SWT yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang telah dewasa menjalankan perintah agama, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu. Dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Rifa’i, 1998:34). Perintah Allah kepada umat Muslim untuk menjalankan shalat terdapat di dalam kitab Alquran dalam surat Al-Baqarah ayat 43 dan surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya sebagaimana di antara shalat-shalat yang ada, shalat Subuh adalah yang mengawali hari, ia adalah shalat yang harus dijaga betul pelaksanaannya, sebab tidak semua orang bisa konsisten dalam melaksanakannya, bahkan shalat ini terasa amat berat bagi orang-orang munafik. Di mana nabi Muhammad SAW bersabda:
“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isyak dan Subuh” (HR Imam Ahmad).
16
Shalat Subuh adalah tolok ukur sejauh mana kejujuran dan keimanan seorang Muslim dalam menjalankan kewajibannya kepada Allah SWT. Lebih lanjut, digambarkan shalat Subuh bermakna shalat fajar. Berdasarkan defenisinya, fajar adalah cahaya di waktu pagi, tepatnya adalah warna merah matahari yang keluar pada saat pekatnya malam. Waktu Subuh yang sesungguhnya tidak terjadi kecuali pada waktu ini (Husain, 2006: 30) Dalam
syariat
Islam
shalat
memiliki
waktu-waktu
tertentu
dalam
pelaksanaannya, diawali dengan seruan untuk mengajak orang melakukan shalat (azan) ketika masuk waktu masing-masing shalat tersebut. Kewajiban dalam hal ini terlihat pada firman Allah SWT sebagai berikut. “Sesungguhnya shalat diwajibkan atas orang-orang beriman dengan penetapan yang sudah ditetapkan waktunya” (QS An-Nisa ayat 103).
Maksud dari ayat tersebut, batasan waktu-waktu shalat tercantum di dalam sunnah yang mulia. Seperti halnya waktu shalat Subuh, awal waktu shalat Subuh adalah ketika terbit fajar. Lebih lanjut, mengenai kapan waktu fajar, dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut. “Di sana ada dua fajar, adapun dzanbu s-sarhan maka itu tidak menghalalkan atau mengharamkan apa pun. Sedangkan yang membentang dan menyebar ke seluruh ufuk, saat itulah diperkenankan shalat (Subuh) dan diharamkan makanan” (HR Daruquthni).
Allah SWT memerintahkan kepada umat Muslim untuk melaksanakan shalatshalat, tetapi shalat Subuh disebutkan secara khusus dalam firman Allah SWT surat Al Isro ayat 78 bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat-shalat, akan tetapi Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah.
3.3.2 Pernikahan sebagai sunatullah Sebagaimana diketahui bahwa pernikahan merupakan hukum Allah SWT yang disampaikan kepada umat manusia melalui para rasul atau undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah SWT yang tercantum di dalam Alquran. Firman Allah SWT yang tersebut di dalam Alquran, menjelaskan segenap makhluk hidup yang ada di muka bumi melangsungkan kehidupan dengan jalan 17
berjodoh, berpasangan-pasangan, seperti halnya manusia yang berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut terdapat dalam firman Allah yang artinya sebagai berikut. “Maha suci Allah yang telah jadikan jodoh-jodoh bagi segenapnya dari segala tumbuhan-tumbuhan bumi, dan dari manusia sendiri dan dari segala sesuatu yang mereka (manusia) tidak tahu” (QS Yaasin ayat 36).
Maksud dari ayat tersebut, bahwa makhluk yang dijadikan oleh Allah SWT baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan jenis manusia, ataupun bendabenda yang bagi manusia belum mengetahuinya, semuanya dijadikan berpasangpasangan (Chalil, 1984:181). Oleh sebab itu, hasrat berpasangan yang dalam arti sebenarnya ialah percampuran atau perkawinan antara lelaki dan perempuan tidak dapat dilepaskan, tidak akan mungkin dihindarkan dengan cara apapun. Karena memang demikianlah asal mula dari kejadian manusia. Lebih lanjut, dalam surat Ar-Rum ayat 21 Allah berfirman. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Rum ayat 21).
Maksud dari ayat tersebut, bahwa Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikannya berpasang-pasangan dari jenisnya sendiri, yaitu mempunyai kesamaan jasmani dan kesamaan dalam bidang tujuan, ilmu, rohani dan lain-lain. Dengan demikian, masing-masing dapat memahami dengan baik fungsinya dan menjalankan kewajiban dan haknya dengan baik. Suami sebagai imam dalam rumah tangga, dan istri sebagai wakilnya. Selanjutnya, masing-masing sudah saling memahami sifat pasangan masing-masing, seiring dan sejalan dalam mewujudkan tujuan berumah tangga yang tentram. Lebih lanjut, mencintai tidak hanya didasarkan atas keadaan fisik atau ekonomi semata, tetapi telah timbul perasaan saling mencintai yang dalam karena Allah SWT, yang tidak tergoyahkan oleh godaan-godaan apapun. Selain itu, manusia hendaknya benar-benar menjalankan pernikahan tanpa adanya halangan yang mengganggu, dan dapat terus berpasangan menuju rahmat Allah SWT. 18
Pernikahan merupakan sunatullah agar manusia dapat melangsungkan hidup di dunia, melangsungkan keturunan sebagai makhluk hidup. Gambaran mengenai pernikahan tersebut tanpak pada kutipan berikut. “Membicarakan pernikahan anak gadis adalah kesenangan tersendiri bagi para perempuan di kampung itu sembari membayangkan kebahagiaan menimang cucu” (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa pernikahan merupakan sebuah kebahagiaan di antara dua insan dan keluarga dalam sebuah ikatan. Pernikahan yang digambarkan pada kutipan tersebut lebih kepada menjalankan sunatullah untuk mendapatkan keturunan untuk kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 1 sebagai berikut. “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (An-Nisaa ayat 1).
4. KESIMPULAN Pemaknaan terhadap tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh dapat ditemukan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Dari
pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen
Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Budaya Minangkabau berimplikasi terhadap motif kaluak paku yang menginterpretasikan tanggung jawab, sosialisasi, kedinamisan, martabat dan introspeksi yang merupakan sikap yang diharuskan terhadap lelaki di Minangkabau. Selain itu, marawa menginterpretasikan kebesaran, pembagian alam, dan pola kepemimpinan di Minangkabau. Adanya pengaruh budaya Islam berimplikasi terhadap perempuan berjilbab yang menginterpretasikan tanggung jawab, harga diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kesucian, taqwa, dan kepercayaan seorang perempuan muslim. Perempuan berjilbab merupakan sosok tokoh Rum dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. yang juga mengindikasikan pengaruh budaya Islam yaitu Subuh. Subuh yang menginterpretasikan sebuah awal
19
perjalanan hidup dan ibadah shalat. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan
Menyusuri
Subuh
juga
mengindikasikan
munculnya
hubungan,
perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh.
20
DAFTAR KEPUSTAKAAN Chalil, Moenawwar K.H.1984. Nilai Wanita. Semarang: Ramadhani Christomy, Tommy & Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Pendidikan Kemasyarakatan dan Budaya direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta: Balai Pustaka
.
Harian umum Haluan. Edisi Minggu tanggal 26 Februari 2012. Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Munguak Misteri Kemuliaan dalam Sholat Subuh. Solo: Wacana Ilmiah Press. Murad, Yazirman dkk. 2012. Budaya Alam Minangkabau untuk SMP/MTs.Padang: MGDP BAM SMP/MTs Dinas Pendidikan Kota Padang. Nugiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Madsa University Press Pradopo, Rachmat Djoko.1994. Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia IKIP Muhammadiyah Qur’an Tawjid dan terjemahannya. Departemen Agama RI: Maghfirah Pustaka. Rifa’I, Moh. 1998. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. London: Indiana Universitas Press. Saydam, Gauzali.2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat. Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Zoes, Aart van. 1991. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramnedia Pustaka Utama.
21