KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM CERPEN PEREMPUAN BALIAN KARYA SANDI FIRLY Anxiety of the Main Characters in Perempuan Balian Short Story by Sandi Firly
Yuliadi MR Kantor Bahasa Provinsi Lampung Jalan Beringin II No. 40 Kompleks Gubernuran, Telukbetung, Bandarlampung Telp. (07210486407, Faks. (0721)486407 No.Hp: 085366625222 Pos-el:
[email protected] Diajukan: 18 Juli 2016, direvisi: 24 Oktober 2016
Abstract The problem in this research is how the main character is the anxiety in Perempuan Balian short story by Sandi Firly. This study aimed to describe the symptoms of anxiety, anxiety factors, and other forms of anxiety and ego defense mechanism method that used is descriptive qualitative method by means of the study of texts . The results showed anxiety symptoms such as shock , wild , as well as odd and strange. Factors such as environmental concerns family and social environment. The forms of anxiety, be realistic, neurotic, and moral. Ego defense mechanisms, such as repression, projection and reaction formation . Keywords : anxiety, the main characte, psychoanalysis
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kecemasan tokoh utama dalam cerpen Perempuan Balian karya Sandi Firly. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala kecemasan, faktor-faktor kecemasan, dan bentuk-bentuk kecemasan serta mekanisme pertahanan ego Metode yang digunakan adalah metode deskritif kualitatif dengan cara studi teks. Hasil penelitian menunjukkan gejala-gejala kecemasan berupa terguncang, liar, serta ganjil dan aneh. Faktor-faktor kecemasan berupa lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Bentuk-bentuk kecemasan, berupa realistik, neurotik, dan moral. Mekanisme pertahanan ego, berupa represi, proyeksi, dan pembentukan reaksi. Kata Kunci: kecemasan, tokoh utama, psikoanalisis
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
1. Pendahuluan Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran pengarang atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipahami dari aspek-aspek kejiwaan. Untuk memahami aspek-aspek kejiwaan, dibutuhkan pengetahuan tentang psikologi, karena psikologi mengandung makna ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dimensi jiwa adalah dimensi yang ada dalam diri manusia, yang berarti segala aktivitas kehidupan manusia tidak lepas dari dimensi tersebut. Karena persoalan kehidupan salah satunya dilatarbelakangi oleh kejiwaan, pengetahuan tentang aspekaspek kejiwaan penting di-ungkap dan dipelajari. Cerpen Perempuan Balian (selanjutnya disingkat PB) merupakan cerpen yang berisikan konflik yang mempengaruhi kejiwaan tokoh utamanya. Dalam cerpen tercakup unsur peristiwa. Peristiwa di-kisahkan melalui tokoh, alur dan latar yang kemudian akan ter-kandung dalam unsur substansi yang menyediakan sumber per-soalan dan memberikan model kehidupan sebagaimana yang terdapat di semesta ini yang ditampilkan dalam cerita (Nurgiyantoro, 2013: 144). Untuk mengungkap itu digunakan teori psikoanalisis. Karya sastra sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspekaspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh dalam teks prosa. Karya sastra dan psikologi memiliki pertautan yang erat secara langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama, yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk 268
mempelajari keadaan jiwa orang lain (Endraswara, 2003: 96-97). Untuk memahami aspek-aspek kejiwaan tokoh itu dibutuhkan kajian psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan sejenis psikologi tentang ketidaksadaran dan per-hatianperhatiannya terarah pada bidang motivasi, emosi, konflik, sistem neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter (Freud dalam Ratna, 2007: 345). Oleh karena itu, psikoanalisis digunakan sebagai metode sejenis terapi untuk mengobati seseorang yang meng-alami penyimpangan mental dan syaraf (kejiwaan). Penelitian kejiwaan dalam sastra disebut psikologi sastra. Asumsi dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi, pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar. Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Ke-dua, kajian psikologi sastra di samping mewakili tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Dari pendapat di atas dapat dikatakan kecemasan yang dialami tokoh dalam karya sastra dapat dikaji menggunakan teori psiko-analisis. Teori psikoanalisis, yaitu mengungkap konflik bawah sadar yang dialami tokoh dalam karya sastra. Konflik bawah sadar itu terjadi karena adanya tekanan id dan pertahanan ego serta superego dalam diri seseorang. Lalu, ketika kecemasan mengacam, hadir me-kanisme pertahanan ego dalam diri seseorang. Kajian psikologi dengan pendekatan psikoanalisis pernah dilakukan Hartini (2015) dengan judul Emosi dan Kecemasan Tokoh-tokoh dalam Novel
Kecemasan Tokoh Utama … (Yuliadi MR)
Pasung Jiwa Karya Okky Madasari. Dia meng-ungkap persoalan struktur dalam novel, struktur kepribadian tokoh, klasifikasi emosi tokoh, dan kecemasan tokoh. Rahmawati (2006) juga menganalisis ke-pribadian tokoh utama dalam novel Larung karya Ayu Utami dengan mendeskripsikan gambar-an kekuatan id, ego, superego serta mendeskripsikan mekanisme tiga kekuatan energi id, ego, dan superego dalam kepribadian tokoh utama. Persoalan konflik batin tokoh utama dalam novel juga pernah diangkat oleh Saputra (2014), yaitu mendeskripsikan konflik batin tokoh utama yang dipengaruhi oleh alam ketidak-sadaran dan mendeskripsikan solusi yang digunakan tokoh utama dalam menyelesaikan konflik batin tokoh. Bukan hanya alasan didasarkan pada pertimbangan cerpen PB memiliki sisi kemenarikan dari segi kepribadian tokoh utama sebagai objek penelitian, melain-kan juga cerpen PB menarik untuk diteliti karena menyajikan perubahan kepribadian yang dialami tokoh utama berupa kecemasan. Perubahan kepribadi-an berupa kecemasan itu terlihat dalam perilaku dan gambaran tokoh dalam mekanisme per-tahanan ego yang dilakukan sehingga novel menjadi khas dan unik. Selain itu, penelitian ini aktual karena dalam cerpen PB mengangkat persoalan sosial yang terjadi secara nyata dalam masyarakat acap kali terjadi. Juga, penelitian ini penting dilakukan karena dapat diambil pengetahuan dalam pemahaman kepribadian seseorang. Peneliti dalam penelitian ini menfokuskan diri pada analisis kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa gejala-gejala kecemasan tokoh utama, faktor-faktor penyebab kecemasan tokoh utama, mekanisme pertahanan ego tokoh utama, dan
bentuk-bentuk kecemasan tokoh. Teori yang digunakan mengungkap kecemasan tokoh utama itu digunakan psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini menggunakan pen-dekatan objektif menurut Abrams (1976: 26) juga dapat dilihat dalam Teeuw (1988: 50) dan Siswanto (2008: 177-178), yaitu pendekatan objektif yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri. Artinya penelitian ini hanya memfokuskan pada teks tidak pada aspek lain, seperti pengarang atau sosial pengarang. Alasan kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB dengan kajian psikoanalisis sebagai objek penelitian, pertama tokoh merupakan pelaku yang bertindak dan bertingkah laku dalam cerita. Kedua, melalui kecemasan tokoh dapat dipelajari psikologi se-seorang. Ketiga, melalui ke-cemasan tokoh dapat pengetahuan tentang berperilaku, bersikap, dan bertindak dalam bermasyarakat. 2. Metode Metode merupakan cara kerja, penjabaran teori dalam meneliti objek. Dalam pengertian yang lebih luas, menurut Ratna (2004: 34) metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sis-tematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Penelitian ini merupakan peneliti-an kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif menurut Ratna (2004: 53), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 269
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
1998:3). Data dalam penelitian ini adalah teks cerpen Perempuan Balian yang terbit dalam Harian Kompas pada 24 juni 2014 karya Sandi Firly. Prosedur analisis data dalam penelitian membaca dan memahami cerpen PB, mencatat data yang sesuai dengan tujuan dan permasalahan dalam penelitian, mengklasifikasi dan menganalisis data yang sudah dicatat. Psikoanalisis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Model kajian ini pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra berusaha mengungkap psikoanalisis ke-pribadian (Endraswara, 2003: 101). Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah manusia (Minderop, 2010: 8). Teori kepribadian yang diungkapkan Sigmund Freud (dalam Endraswara, 2008: 194) dikenal dengan istilah psikoanalisis. Dalam teori psikoanalisis, kepribadian di-pandang sebagai sebuah struktur yang terdiri dari tiga aspek, yaitu id, ego, superego. Kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar, yaitu akibat konflik antara pulse id dan pertahanan ego dan superego (Minderop, 2010: 28). Kebanyakan dari pulse tersebut mengacam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk itulah, ketika kecemasan itu menguasai ego, ia akan mem-bentuk mekanisme per-tahanan. Mekanisme pertahanan ini secara tidak sadar akan menciutkan dorongandorongan yang mem-buat rasa cemas tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu mengancam. Bentuk-bentuk mekanisme per-tahanan ego itu berupa represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, 270
agresi dan apatis, serta fantasi dan stereotyfe. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan kajian psikoanalisis terhadap cerpen PD sebagai berikut. 3.1 Gejala-Gejala Kecemasan Dalam bagian ini akan dijabarkan gejalagejala kecemasan yang dialami tokoh utama. Dalam bahasan gejala-gejala kecemasan berupa gelisah, liar, terguncang, dan tidak peduli. Hal itu akan dijabarkan sebagai berikut. 3.1.1 Terguncang Gejala kecemasan pada diri tokoh utama juga terlihat kurang waras dan terguncang.. Terguncang berarti terganggu keseimbangan atau khawatir. Perilaku ter-guncang ini dialami tokoh utama karena dirinya mengalami tekanan batin yang kuat, yaitu kehilangan seorang Ayah yang menjadi panutannya, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurup-an, dan meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-orang ia sering mengatakan, ”Ada ular-ular besar menyusup dalam mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku. Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah.” (PD: Paragraf 1) Idang, sebagai tokoh utama mengalami keguncangan sejak ditinggal oleh Ayahnya. Tidak adanya panutan dalam menjalani hidup Idang sering mengamuk kesurupan dan meracau. Perilaku Idang menjadi tidak terkendali.
Kecemasan Tokoh Utama … (Yuliadi MR)
Ia sering hanyut dalam mimpimimpinya yang aneh. Mimpi-mimpi yang aneh itu dirinya dipandang masyarakat sebagai seorang yang kurang waras. 3.1.2 Liar Gejala kecemasan tokoh utama dalam cerpen PD terlihat juga berperilaku liar. Liar dalam KBBI, Tim Penyusun (2008: 823) berarti tidak tenang (tentang pandangan mata), buas, ganas; tidak teratur; tidak menurut aturan (hukum); belum beradab. Perilaku liar itu dialami tokoh utama dipengaruhi oleh tekanan ego. Perilaku ini terlihat dalam tokoh aku ber-perilaku tidak seperti seorang perempuan. Dirinya seakan-akan memiliki kekuatan dan keberanian yang lebih. Perilaku liar dalam cerpen terlihat pada kutipan berikut. Idang memang tak seperti kebanyakan perempuan lainnya yang hidup di pegunungan Meratus. Ia suka memanjat pohon, hal yang hanya pantas dan perlu kekuatan seperti dimiliki anak laki-laki. Ia3juga kerap melakukan perjalanan sendiri ke hutan-hutan terdalam, hutan-hutan terlarang (PD: Paragraf 2) Idang berperilaku liar. Dirinya seperti dirasuki oleh kekuatan gaib sehingga dirinya berperilaku tidak sebagai seorang perempuan. Dia mampu memanjat pohon dan memilki keberanian untuk masuk ke hutan yang terdalam bahkan hutan terlarang. Kekuatan dan keberanian itu menjadikan diri Idang menjadi liar.
aneh. Idang seorang perempuan yang biasa berubah menjadi seorang perempuan yang ganjil dan aneh. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. ”Aku banyak menemukan makhlukmakhluk aneh di sana. Mereka bersahabat,” ceritanya kepada temanteman sebaya, yang karena cerita semacam itu pula menyebabkan ia perlahan-lahan dijauhi temantemannya. Namun ia mengaku tak pernah merasa kesepian. ”Temantemanku di dunia lain jauh lebih banyak,” seseorang bercerita kepadaku menirukan ucapannya (PB, paragraf 3) Tokoh utama, Idang, sering mengalami pengalaman ganjil dan aneh. Dirinya menemukan makhluk aneh dan menjadi sahabatnya. Pengalaman itu itdak dapat dipahami oleh teman-teman sebayanya. Sehingga idang di-tinggalkan oleh mereka. Idang menjalani kehidupannya dengan makhluk “aneh” itu seakan-akan normal, tetapi tidak dengan teman-temannya. Karena tekanan id dalam diri Idang menyebabkan dirinya tumbuh sebagai perempuan pendiam, penyendiri, dan tidak bergaul. Bila bergaul, dirinya akan dijauhi oleh teman-temannya karena dia selalu bercerita tentang mimpi tentang ular dan ayahnya. 3.2 Faktor-Faktor Kecemasan Faktro-faktor yang menyebabkan kecemasan terhadap diri tokoh utama, yaitu faktor keluarga dan faktor sosial.
3.1.3 Ganjil atau Aneh
3.2.1 Faktor Keluarga
Kecemasan yang terjadi terlihat adanya perubahan perilaku pada tokoh utama. Dalam cerpen PB gejala kecemasan terlihat adanya perubahan perilaku tokoh utama tenang menjadi ganjil dan
Faktor keluarga. Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar berupa ibu dan bapak beserta anakanaknya. Faktor keluarga ini berpengaruh terhadap kecemasan yang 271
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
dialami se-seorang. Ketika mengalami gun-cangan atau tekanan, dukungan keluarga akan berdampak, dapat positif atau negatif, terhadap persoalan yang dialami seseorang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. Dengan hidup hanya ditemani nenek dari ibunya, Idang tumbuh menjadi perempuan pendiam, penyendiri. Dan bila pun ia bicara dan bercerita kepada anak-anak sebayanya, maka itu adalah cerita tentang mimpi-mimpi, tak jauh dari cerita tentang ular dan ayahnya (PB, paragraf 5) Faktor keluarga ber-pengaruh terhadap kepribadian tokoh utama Idang. Dia menjadi sosok yang tertekan dan ter-kekang. Dirinya tidak dapat dengan leluasa berbagi tentang yang dialami dirinya. Hal itu menyebabkan dirinya dilanda kecemasan yang kuat. 3.2.2 Faktor Sosial Lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk. Hal itu akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata masyarakat sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Dalam cerpen PB didapat kecemasan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Idang semakin merasa tertekan ketika lingkungan sosial menganggap perilakunya aneh dan tidak masuk akal bahkan ada yang menganggap dirinya sudah tidak waras. Tekanan sosial itu menyebabkan Idang semakin cemas. Dirinya menjelma menjadi seorang balian, dukun, orangorang semakin menyudutkan Idang. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. 272
Orang sekampung tidak pernah melupakan malam itu. Seorang perempuan terbilang muda tiba-tiba menjadi balian, menjadi dukun. Tidak pernah sebelumnya, sejak nenek moyang, seorang perempuan menjadi balian. Paling tinggi ia hanya menjadi pinjulang, pembantu dukun laki-laki (PB, paragraf 22) Tapi malam itu, Idang, seorang perempuan muda yang dianggap gila, menyeruak ke tengah-tengah upacara. Menari-nari, menyanyi, merapalkan mantra-mantra yang sebelumnya tidak pernah dibaca para balian (PB, paragraf 23) Idang menjadi seorang balian, dukun, dalam masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang tidak wajar. Bahkan peran seorang perempuan sebagai balian di-anggap gila. Karena belum pernah terjadi, dalam masyarakat seorang balian perempuan yang menarinari, menyanyi, melafalkan mantramantra. Tentu, hal ini disebut menyalahi adat, seperti terlihat dalam kutipan berikut. ”Ini menyalahi adat. Tidak pernah ada seorang perempuan, apalagi perempuan itu dianggap gila, bisa menjadi seorang balian. Ini alamat mendatangkan bencana,” ucap seorang lelaki tua di warung kepada dua lelaki yang lebih muda. Aku, yang meski berseberangan meja dengan mereka, masih dapat mendengarkan ucapan itu (PB, paragraf 24) Perilaku masyarakat terhadap Idang semakin membuat dirinya dikucilkan. Hal ini menjadikan tokoh utama semakin cemas. Hal itu didukung lagi tidak adanya dukungan dari lingkungan dan keterbukaan untuk menerima dirinya sebagai balian.
Kecemasan Tokoh Utama … (Yuliadi MR)
3.3 Bentuk-Bentuk Kecemasan Tokoh Utama Dalam cerpen PB terdapat beberapa kecemasan. Kecemasan itu berupa kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Berikut ini akan dibahas kecemasan-kecemasan yang dialami tokoh utama dalam cerpen PB.. 3.3.1 Kecemasan Realistik Kecemasan realistik, yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di lingkungan maupun di dunia luar, seperti binatang buas, tebing yang curam, panas api, dan dinginnya gurun. Kecemasan realistik dialami tokoh utama, Idang, yang tidak mampu mengendalikan dirinya. Dirinya larut dalam dunia dan mimpi-mipi yang dialaminya. Idang menjelma menjadi seorang balian perem-puan yang dapat menyembuhkan seseorang yang sakit. Akan tetapi, kemampuan yang dimiliki Idang itu, karena tidak biasa dan melawan adat, ditolak oleh para tetua, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Dengan wajah agak memerah, orang tua itu berucap, ”Kalian anak muda ini, tahu apa kalian tentang balian. Kalian lihat saja nanti, hutan dan kampung kita ini nantinya akan ditimpa bencana. Dan itu karena perempuan gila yang hendak menjadi balian.” Setelah membayar kopinya, lelaki tua itu pun pergi meninggalkan warung sambil menggerutu, ”Celaka… celaka… celaka.” (PB, paragraf 27) Kemampuan yang dimiliki tokoh utama, Idang, dianggap akan menimbulkan bencana bagi kampung. Hal itu disebabkan belum pernah terjadi
sejak nenek moyang mereka perempuan menjadi balian. Perempuan hanya dapat menjadi asisten balian. Untuk itulah, hal yang dialami Idang merupakan sesuatu yang menyalahi adat. Itu akan menyebabkan kampung mendapat musibah atau celaka. 3.2.3.2 Kecemasan Neurotik Kecemasan neurotik, yaitu rasa takut, jangan-jangan insting-insting (dorong id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat membuatnya dihukum, seperti gelisah terhadap perilaku yang telah diperbuatnya. Kecemasan neurotik tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada tokoh lain. Rasa takut dalam diri balian, lelaki tua, terhadap sesuatu yang dialami tokoh utama Idang yang mampu mengobati orang sakit. Hal ini membuat diri lelaki tua itu merasa cemas, sehingga dirinya melakukan perilaku yang tidak baik, menganggap Idang seorang perempuan yang gila. Perilaku itu dilakukan balian, lelaki tua, itu merupakan bentuk ketidaksanggupan dirinya dalam mengobati si sakit, seperti terlihat dalam kutipan berikut. Setelah lelaki tua itu agak jauh, seorang dari lelaki di warung berucap, ”Mungkin ia kecewa dan malu karena tak mampu menyembuhkan anak itu, meski diupacarai selama tiga malam.”(PB, paragraf 28) Kutipan di atas menjelaskan bahwa lelaki tua tidak mampu mengobati si sakit. Padahal pengobatan telah dilakukan selama tiga malam, teapi tidak membuahkan hasil. Kehadiran Idang, sebagai dukun perempuan, 273
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
meyebakan terhina.
diri
lekai
tua
merasa
3.3.3 Kecemasan Moral Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap suara hati, berupa merasa bersalah dan berdosa apabila melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada peristiwa yang dialami Idang. Dirinya mengalami mimpi tentang ular dan ayahnya. Bahkan dunia dalam mimpinya itu menjadi dunia tempat dirinya bermainmain. Akan tetapi, perilaku Idang dianggap orang sesuatu perilaku salah dan gila, seperti terlihat dalam kutipan berikut. ”Aku banyak menemukan makhlukmakhluk aneh di sana. Mereka bersahabat,” ceritanya kepada temanteman sebaya, yang karena cerita semacam itu pula menyebabkan ia perlahan-lahan dijauhi temantemannya. Namun ia mengaku tak pernah merasa kesepian. ”Temantemanku di dunia lain jauh lebih banyak,” seseorang bercerita kepadaku menirukan ucapannya (PB, paragraf 3) Idang, tokoh utama, mengalami kecemasan moral, dirinya menjadi dijauhi teman-temannya karena dirinya asik dengan mimpi dan dunianya. Hal ini menyebabkan diri, Idang, menjadi suka menyendiri dan pendiam, agar tidak disalahi dan dianggap Idang,tokoh utama mengalami kecemasan moral, dirinya menjadi dijauhi temantemannya karena dirinya asik dengan mimpi dan dunianya. Hal ini menyebabkan diri, Idang, menjadi suka menyendiri dan pendiam, agar tidak disalahi dan dianggap perilaku kurang waras. 274
Berdasarkan paparan analisis kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa kecemasan realistik yang dialami tokoh utama dalam adalah dirinya masih membutuhkan orang lain untuk berbagi dan bercerita. Dirinya juga masih membutuhkan kasih sayang dari orang lain. Kecemasan neurotik terhadap tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa Idang yang menjelma menjadi seornag balian, dukun perempuan, membuat dirinya semakin dijauhi oleh orang lain. Karena profesi dukun, belum pernah dipegang oleh perempuan. Hal itu dianggap melanggar adat. Apalagi, perilakukanya sering bercerita tentang mimpi dan dunia yang orang lain tidak memahaminya membuat dirinya dijauhi. Idang sering menyendiri dan hidup hanya ditemani seorang nenek dari pihak ibunya. Kecemasan moral terhadap tokoh utama dalam cerpen PB didapat bahwa tokoh utama mendapat tekanan dalam dirinya untuk mengubah sikap dan per-buatannya. Perbuatannya menjadi balian bukanlah sesuatu yang melanggar adat. Akan tetapi, karena ketidakterimaan kaum balian tetua menjadikan balian perempuan dikucilkan dan di-anggap akan menghadirkan bencana. Hal itu menyebabkan tokoh lain tidak dapat menerimanya. 3.4 Mekanisme Pertahanan Ego Dalam cerpen PB akan dianalisis mekanisme pertahanan ego terhadap tokoh utama. Mekanisme pertahanan ego tokoh utama dalam cerpen ini, untuk menghadapi tekanan kecemasan yang dialami tokoh utama, berupa represi, proyeksi, dan pem-bentukan reaksi, yang akan dibahas sebagai berikut.
Kecemasan Tokoh Utama … (Yuliadi MR)
3.4.1 Represi
3.4.2 Proyeksi
Represi merupakan ketidak-mampuan mengingat kembali situasi, orang, atau peristiwa yang menakutkan dan berfungsi secara tidak sadar. Tugas represi ialah mendorong keluar implusimplus id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Dalam cerpen represi terlihat dalam peristiwa yang dialami tokoh utama. Kehilangan orang tua diri Idang sering mengalami mimpi-mimpi yang aneh. Bahkan dirinya sering mengalami ke-surupan dan menjadi tidak sadar, seperti terlihat dalam kutipan berikut.
Proyeksi merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri, yaitu melampiaskan rasa benci, marah, tidak merasa takut, dan keberingasan pada orang lain. Mekanisme pertahanan ego ini muncul karena adanya dorongan dari dalam. Proyeksi dalam cerpen PB terlihat pada tokoh utam, Idang yang mencoba mengobati seseorang yang sakit. Si sakit dapat disembuhkan. Hal ini mengubah sikap masyarakat bahwa dirinya buka seornag yang tidak waras, tetapi seorang yang memiliki kekuatan gaib yang diturunkan kepadanya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan, dan meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-orang ia sering mengatakan, ”Ada ular-ular besar menyusup dalam mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku. Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah.” (PB, paragraf 1)
Tak ada seorang pun yang tergerak menghentikan perempuan itu. Hingga akhirnya perempuan muda berambut panjang itu tersungkur ke lantai balai. Seluruh tubuhnya kuyup oleh peluh. Bersamaan itu pula, anak lelaki yang menjadi pusat pengobatan di tengah balai pelan-pelan bergerak seolah ingin bangkit. Orang-orang menyaksi-kan, kulit sang anak yang semula kering layaknya kulit kayu tua berubah seolah di bawahnya telah mengalir air kehidupan. Butir-butir peluh membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Kuning kunyit kulitnya pun memudar. Perlahan matanya terbuka, bercahaya. Bibirnya, yang meski masih tampak kering, perlahan berucap, ”Ayah….” Panggilannya pelan namun jelas.
Idang telah mengalami gangguan pikiran karena kekutan gaib. Kekuatan gaib dalam dirinya menyebabkan dirinya kehilangan akal sehat. Sehingga kesurupan dan meracau. Kekuatan gaib itu telah merasukkedalam pikirannya bahkan menjadi mimpi-mimpi yang aneh. Ketidakterimaan akan sesuatu yang tidak masuk akal dialami tokoh utama. Idang berpendapat bahwa hambatan yang dialaminya dalam pikirannya membuat diri-nya tidak terima oleh masyarakat. Semakin besar ketidakterimaan masyarakat, diri Idang semakin kuat dan hidup dalam balian.
Seketika saja, orang-orang menghambur ke depan, mendekati tubuh kecil itu. Sang ayah dan ibu langsung memeluk dan menciuminya. ”Anakku… anakku… anakku..,” ucap keduanya sembari menangis dalam kegembiraan mendapati sang anak telah terlepas dari maut (PB, paragraf 13-14) 275
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
Kutipan di atas menjelaskan Idang dapat menyembuhkan si sakit. Orang-orang menangis dalam kegembiraan mendapati sang anak telah lepas dai maut. Seorang balian perempuan telah menyembuhkan si sakit. Hal ini merupakan bentuk proyeksi terhadap perilaku masyarakat yang sering menghindar terhadap dirinya. Akan tetapi, tekanan ego untuk mendapatkan pengakuan masya-rakat agar tidak menganggap dirinya tidak waras dan sering kesurupan sangat diharapkan. Kesempatan menyembuhkan oarang sakit didapatnya. Dirinya menyadari balian dalam dirinya merupakan kekuatan yang tidak dapat ditolak dan dihindari. Untuk itulah, keterimaan masyarakat terhadap balian perempuan merupakan pertahanan ego. 3.4.3 Pembentukan Reaksi Pembentukan reaksi, yaitu mengubah dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima menjadi dapat diterima. Implus atau perasaan yang asli masih tetap ada tetapi ditutupi dengan sesuatu yang tidak menyebabkan ke-takutan. Biasanya pembentukan reaksi ditandai oleh sifat yang berlebih-lebihan, bentukbentuk ekstrem dari sesuatu tingkah laku biasanya menunjukkan pembentukan reaksi. Dalam cerpen PB mekanisme pertahanan ego berupa pem-bentukan reaksi dialami tokoh utama. Pembentukan reaksi yang dialami Idang, yaitu ketika dirinya dianggap tidak waras dan gila. Balian yang merasuk dalam diri Idang menyebabkan diri tidak mampu mengontrol dirinya. Pembentukan reaksi Idang terhadap tekanan jiwa itu adalah menyendiri, seperti terlihat dalam kutipan berikut. 276
Dengan hidup hanya ditemani nenek dari ibunya, Idang tumbuh menjadi perempuan pendiam, penyendiri. Dan bila pun ia bicara dan bercerita kepada anak-anak sebayanya, maka itu adalah cerita tentang mimpi-mimpi, tak jauh dari cerita tentang ular dan ayahnya (PB, paragraf 4). Kutipan di atas menjelsakan bahwa diri tokoh utama mengalami tekanan jiwa sehingga dirinya menyendiri dan pendiam. Dirinya dijauhi oleh teman-temannya karena sering bercerita tentang mimpi dan ayahnya. Dari analisis nilai kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB dapat dikatakan bahwa kecemasan dapat memberikan perilaku negatif dan perilaku positif. Nilai positif itu didapat ketika kecemasan yang dialami dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik dan tepat. Perilaku positif itu membentuk sikap yang kuat dan percaya diri serta teguh dan pendirian tetap. Lalu, nilai negatif itu muncul ketika kecemasan itu tidak dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik dan tepat. Perilaku negatif itu membentuk diri menjadi tidak percaya diri, minder, dan menyendiri serta liar. 4. Simpulan Berdasarkan analisis dilakukan dalam penelitian ini, berupa kajian kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB Karya Sandi Firly didapat simpulan sebagai berikut. Gejala-gejala kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB terlihat pada perilaku tokoh terguncang, berperilaku liar, bersikap ganjil dan aneh. Hal itu menyebabkan diri tokoh utama dianggap tidak waras. Gejala-gejala itu menujukan tokoh utama mengalami
Kecemasan Tokoh Utama … (Yuliadi MR)
tekanan jiwa yang dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB adalah faktor lingkungan keluarga dan lingkungan faktor sosial. Kedua faktor itu sangat berperan dalam membentuk kecemasan dalam diri Idang. Kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan tokoh utama dalam cerpen PB berupa kecemasan realistik berkaitan dengan tekanan fisik, yaitu merasa sakit. Kecemasan neurotik berkaitan dengan tekanan ego yang menguasai diri, psikis, yaitu kesepian, kebutuhan untuk berbagi, keingin untuk mengobati. Lalu, kecemasan moral berkaitan dengan suara hati, yaitu rasa bersalah atau berdosa berbuat sesuatu yang melanggar norma, moral, dan agama. Idang harus menyadaari karena dirinya seoarng perempuan yang dititahkan menjadi seorang balian. Hal itu telah menjadikan dirinya liar dan tidak terkontrol serta sering meracau. Mekanisme pertahanan ego dalam cerpen PB berupa represi, proyeksi, dan pembentukan reaksi.
Hartini, Julia. 2015. Emosi dan Kecemasan Tokoh-Tokoh dalam Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari (Kajian Psikoanalisis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Daftar Acuan
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abrams. M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Endraswara, Suwandi. 2003 .”Penelitian Psikologi Sastra” dalam Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi, Model,, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta. Widyatama. -----------------------------2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: FBS UNY.
............................2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yogyakarta: FBS UNY. Hall, Calvin S. Dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Editor A. Supratikya. Yogyakarta: Kanisius. Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor. Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan.2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press. Rahmawati, Reny. 2006. Kepribadian Tokoh Utamna Novel Larung Karya Ayu Utami, Kajian Psikoanalisis. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
-----------------.2007. Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme hingga Postkultralisme Perspektif Wacana Naratif. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Saputra, Joko. 2014. Konflik batin Tokoh Utama dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Medan: FIB USU. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Firly, Sandi. “Cerpen Perempuan Balian” dalam Harian Kompas, 24 Juni 2014. 277
Kelasa Vol. 11 No. 2, Desember 2016: 267—278
278