KECEMASAN TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM KISAH IYLAŻA, BILAŻA, DAN IYRAKHTA KARYA BAYDABA (Analisis Semiotika Pendekatan Psikologi Sastra) Andri Asmoro 180910070013
Abstract : This minithesis is entitled “Anxiety Main Figures in Story of Iylaża, Bilaża, and Iyrakhta, created by Baydaba.” This minithesis used semiotic analytical and literature-psychological approachment, with qualitative descriptive method. Semiotic is used for understand sign and signifer anxiety figures in this story with two elements of literature analysis, which are; analysis of intrinsic elements that research as for plot, background, theme, figure and character, and analysis of ekstrinsic that research as for the reconstruct elements outside of context with literature-psychological approachment. The literature-psychological theory is usefull for approachment in this minithesis is psychoanalysist theory of Sigmund Freud, that’s theory is used for analytical personal structure, anxiety mechanism, and classification anxiety that happened in this main figures in every personal conflict of the story. The anxiety of main figures is start from neurotic anxiety, its happened in unconscious individual by a dream. That’s dream was getting impuls and pressure strongly in the story, and because of it the realistic anxiety coming truly in the story, such as; doubtness, jealouses, sadness and finally they are created any conflict anxiety of main figures in story of Iylaża, Bilaża, and Iyrakhta. This minithesis of anxiety main figures in story of Iylaża, Bilaża, and Iyrakhta shows that neurotic anxiety who works in individual unconscious, to form realistic anxiety if getting some preassure or impuls strongly in individual conscious. Key words : Kecemasan, Tokoh-tokoh Utama, Kisah.
Kecemasan (Anxiety) merupakan salah satu bentuk fenomena kejiwaan (psikologis) yang pernah dialami dan dirasakan oleh setiap individu dalam suatu kondisi ataupun situasi. Kecemasan yang dialami dan dirasakan oleh individu ini berguna sebagai isyarat atau pertanda akan datangnya bahaya serta ancaman, baik yang bersifat; realistik, maupun non-realistik (tidak nyata atau sebatas imajinasi dan khayalan). Kecemasan timbul ketika individu berada dalam suatu tekanan, ketidakpastian, ataupun persaingan. Sigmund Freud berpendapat bahwa, kecemasan akan timbul manakala seseorang tidak siap dalam menghadapi suatu ancaman, dalam hal tersebut Freud mengemukakan tiga jenis kecemasan yaitu; 1
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
2
Kecemasan Realistis
Neurotis
Moralistis
Gambar 1.4. Bentuk-bentuk Kecemasan.
a) Kecemasan Realistis (realistic anxiety); merupakan kecemasan yang paling pokok, bila dibandingkan dengan kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Hal ini dikarenakan kedua kecemasan tersebut, bermula dari kecemasan realistis yaitu kecemasan yang disebabkan oleh ancaman bahaya dari dunia luar (dunia nyata). b) Kecemasan Neurotis (neurotic anxiety); adalah kecemasan yang terjadi akibat instink-instink individu sulit dikendalikan, karena adanya suatu hukuman. Kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, walaupun hukumannya bersifat khayalan. Misalnya; seorang anak yang takut mendapatkan hukuman orang tuanya, atau seorang siswa yang takut dengan hukuman gurunya walaupun hukuman yang akan diberikan tersebut masih dalam batas khayalan. c) Kecemasan Moral (moral anxiety); adalah kecemasan yang terjadi apabila melanggar ataupun melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Kecemasan moral ini juga memiliki pijakan dasar dalam realitas, karena dimasa lampau orang telah mendapatkan sebab-akibat dari perbuatannya yang telah melanggar norma moral dan cemas akan mendapatkan hukuman kembali. (Suryabrata, 1985: 138-139). Pada kenyataannya banyak hal yang melatarbelakangi timbulnya kecemasan, salah satunya adalah mimpi. Mimpi dapat menimbulkan kecemasan, manakala mimpi yang dialami itu membawa ketidaknyamanan. Mimpi itu sendiri bersifat kompleks, karena mimpi memiliki hukum, karakter, dan bahasanya sendiri. Hukum mimpi yaitu terjadi di dalam alam bawah sadar, yang tetap memiliki hubungan dengan alam sadar manusia. Sedangkan karakteristik mimpi adalah sebagai wujud pemenuhan keinginan ataupun pengalaman halusinatif. Kemudian bahasa mimpi itu sendiri berbentuk simbol ataupun lambang, sehingga untuk dapat memahaminya perlu ditafsirkan.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
3
Kecemasan yang timbul karena sebuah mimpi pun tidak hanya dapat kita temukan dalam realitas semata, tetapi juga sering tergambar jelas melalui berbagai bentuk karya sastra. Seperti halnya novel, cerpen, dan drama. Salah satu cerpen yang menggambarkan kecemasan mimpi adalah; Kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta. Kisah tersebut sarat akan permasalahan psikologis, seperti halnya arus kesadaran, kepribadian, dan khususnya kecemasan. Selain itu pun kisah tersebut merupakan bentuk fiksi sastra, yang dipandang paling sesuai untuk melukiskan dan menyampaikan pesan-pesan kenyataan melalui dunia imajinernya yang khas. Hal ini sejalan dengan (Luxemburg, 1989: 23) yang mengungkapkan bahwa, “Sebuah teks fiksi tidak melukiskan kenyataan, tetapi menampilkan segala macam hubungan dan kaitan yang kita kenal kembali, berdasarkan pengalaman kita sendiri mengenai kenyataan. Itulah mengapa teks fiksi sangat cocok untuk melukiskan segi-segi yang khas dalam kenyataan. Dengan melukiskan sebuah peristiwa yang jarang terjadi, maka teks fiksi dapat memperlihatkan masalah– masalah dari ilmu jiwa yang berlaku umum, atau suatu aspek dari hidup manusia pada umumnya.” Hal itu tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk menggunakan fiksi sastra melalui kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta sebagai bahan karya dalam penelitian ini untuk dapat memahami „kecemasan‟ melalui berbagai konflik yang terjadi di dalamnya. Sehingga dapat dihasilkan suatu pemahaman dan pembelajaran tentang „kecemasan‟ yang terjadi secara psikologis melalui kisah fiksional tersebut. Selain itu, untuk dapat menganalisis berbagai bentuk kecemasan yang terjadi dalam kisah tersebut, maka di dalam penelitian ini digunakanlah analisis semiotika. “Secara sistematik (semiotika sastra) mempelajari (bahasa sastra) sebagai tanda-tanda, lambang-lambang, sistem-sistem lambang, dan proses-proses perlambangan.” (Luxemburg, 1989: 44). Kemudian Aart Van Zoest (1993: 102151) mengungkapkan bahwa, “Secara akademis semiotika dianggap sesuai diterapkan pada beberapa disiplin (selain sastra ataupun yang memiliki hubungan dengan sastra), seperti halnya; arsitektur, perfilman, sandiwara, musik,
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
4
kebudayaan, interaksi sosial, psikologi, dan media massa.” (dalam Kutha Ratna, 2004: 107). Beberapa pendapat itulah yang mendasari penggunaan analisis semiotika dalam penelitian ini, selain untuk mengungkapkan berbagai bentuk permasalahan dan konflik kecemasan yang terjadi di dalamnya, analisis semiotika juga berguna untuk menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung di dalam suatu karya sastra melalui penanda dan petanda yang dimilikinya. Sehingga proses-proses dan bentuk-bentuk kecemasan yang terjadi sebagai sebuah gejala kejiwaan di dalam cerita dapat diteliti lebih mendalam melalui pendekatan psikologi-sastra. Hal ini tentu sejalan dengan pandangan Wellek dan Warren (1962) yang berpendapat bahwa, “Ada banyak cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya sastra secara semiotis. Cara yang paling umum adalah dengan menganalisis karya melalui dua tahapan yaitu; a) analisis intrinsik, dan b) analisis ekstrinsik.” (dalam Kutha Ratna, 2004: 104). Adapun metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu “Metode yang mengutamakan penjelasan secara jelas, cermat, dan akurat dalam menyajikan data-data dan temuan-temuan analisis penelitian kepada pembaca melalui deskripsi tulisan, catatan, kutipan, ataupun bentukbentuk interpretasi lainnya ke dalam suatu bentuk cerita yang kaya akan makna dan dapat meyakinkan.” (Strauss & Corbin, 2003: 9). Pembahasan Penelitian terhadap kecemasan tokoh-tokoh utama dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini dapat membuktikan bahwa kecemasan yang dialami oleh
individu tidaklah harus selalu bermula dari kecemasan realistis, melainkan dapat pula bermula dari kecemasan neurotis. Hal ini tentu berlawanan dengan apa yang menjadi pendapat Freud sebelumnya yang beranggapan bahwa kecemasan individu selalu bermula dari pokok kecemasan realistis yaitu kecemasan yang menjadi awal dari munculnya kecemasan realistis ataupun moralistis.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
5
Kisah Kisah merupakan sebuah cerita yang mencerminkan suatu keadaan, kondisi, ataupun situasi tertentu di dalam kehidupan. Di dalam kesusastraan Indonesia kisah dapat digolongkan ke dalam dua bentuk karya, yaitu; novel dan cerpen. Sedangkan menurut jenisnya dapat dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu; fiksional dan non-fiksional. (Altenberd dan Lewis, 1966: 14) mengungkapkan bahwa, “Fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan (antar) manusia.” (dalam Nurgiantoro, 1995: 2). Salah satu bentuk fiksi naratif sastra adalah cerpen, yang seringkali menggambarkan suatu permasalahan kehidupan melalui dunia imajinernya yang khas. Edgar Allan Poe, sastrawan kenamaan Amerika mengatakan bahwa, “Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.” (dalam Nurgiantoro, 1995: 10). Meskipun demikian, hingga saat ini tidak ada kesepakatan tetap diantara para pengarang dan ahli sastra tentang aturan cerpen. Akan tetapi walaupun tidak ada kesepakatan tetap tentang aturan, para sastrawan dan ahli sastra memiliki kesamaan persepsi bahwa baik cerpen dan novel sebagai fiksi sastra; mempunyai unsur-unsur pembangun yang sama, dan keduanya dibangun dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Begitu pula dengan kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta. Sebagai sebuah karya fiksional sastra kisah tersebut penuh dengan konflik-konflik serta ironi cerita, salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan yang terjadi di dalam kisah tersebut bermula dari sebuah mimpi, yang kemudian menimbulkan ketegangan konflik-konflik cerita yang dialami oleh tokoh-tokoh utama di dalamnya; seperti halnya kecemburuan, kesedihan, pembalasan dendam, kebimbangan, kegelisahan, serta kemarahan. Hal ini dapat dipahami melalui analisis semiotis yang dilakukan terhadap unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun di dalamnya.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
6
Analisis terhadap unsur-unsur intrinsik karya ini meliputi; alur, latar, tokoh dan penokohan, serta tema yang terkandung di dalam cerita. Melalui analisis unsur-unsur intrinsik tersebut, maka dapat dipahami bahwa; A ) Alur yang digunakan dalam kisah tersebut adalah alur maju-mundur (flash-back), dimana peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya terkadang memunculkan kilas-balik terhadap suatu pengalaman peristiwa yang terjadi sebelumnya. Analisis ini dilakukan dengan cara membedakan urutan-urutan peristiwa cerita ke dalam tiga bentuk, yaitu peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk dapat memahami konflikkonflik internal dan eksternal yang dialami tokoh-tokoh utama di dalam cerita, sehingga klimaks yang terkandung di dalam cerita dapat dipahami secara jelas melalui rangkaian peristiwa serta konflik-konflik yang hadir di dalamnya. Adapun klimaks yang terdapat di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta adalah saat; “Iyrakhta marah dan cemburu, serta menampar wajah raja Bilaża dengan piring.” Peristiwa tersebut merupakan tafsir mimpi ke delapan raja Bilaża yang sempat di tangguhkan oleh Kabareyan, sekaligus menjadi titik pertemuan antara berbagai konflik yang dipertentangkan sebelumnya. Kemudian, peristiwa tersebut pun menjadi penentu bagaimanakah seluruh konflik yang terjadi sebelumnya itu akan diselesaikan. Karena setelah terjadinya peristiwa tersebut raja Bilaża mulai menyadari kesalahannya kepada Iyrakhta, dan semakin mempercayai Iylaża sebagai perdana menteri sekaligus hakim kerajaan. B) Latar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu; latar tempat, waktu, dan sosial. Adapun latar cerita yang digunakan dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini adalah sebagai berikut: Unsur-unsur Latar Tempat
Bentuk-bentuk Latar Istana, rumah salah seorang para pendeta ahli ibadah, rumah kabareyan, rumah Iyrakhta, serta rumah Iylaża.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
7
Waktu
Hari-hari, pagi, siang dan malam hari, serta satu minggu.
Sosial
Status sosial dan Karakter sosial.
C) Tokoh dan Penokohan, tokoh adalah orang-orang yang hadir dan memainkan peran, sedangkan penokohan merupakan watak, karakter, atau peranan tokoh-tokoh itu sendiri di dalam cerita. Adapun pengelompokan tokohtokoh di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini adalah sebagai berikut; Tokoh-tokoh Utama
Tokoh-tokoh Tambahan
Iylaża, Bilaża, dan Irakhta. Para pendeta ahli ibadah, Kabareyan, dan Hamba sahaya.
Setelah tokoh-tokoh utama dan tambahan didapatkan, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis tokoh-tokoh utama berdasarkan penokohan mereka di dalam cerita melalui teknik ekspositori dan dramatik. Kedua teknik ini digunakan untuk dapat melakukan analisis penokohan tokoh-tokoh utama yang terdapat di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta secara jelas. Teknik Ekspositori 1. Raja Bilaża:
Teknik Dramatik Deskripsi detail terhadap tokoh dan
( + ) Sangat mencintai permaisuri
penokohan dalam teknik ekspositori,
Iyrakhta, rakyat, serta para pembesar
yang dijelaskan melalui aspek-aspek :
kerajaan.
a) Percakapan ( – ) Emosional, kurang bijaksana, dan cukup tertutup.
2. Permaisuri Iyrakhta: ( + ) Penyabar, Penyayang, dan Penuh kesetiaan kepada raja Bilaża.
b) Tingkah laku c) Pikiran dan perasaan d) Arus kesadaran e) Reaksi Untuk dapat memahami sifat, karakter, serta gejala-gejala psikologis tokoh-tokoh
( – ) Pencemburu.
utama yang tergambar dan terkandung di
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
3. Perdana menteri Iylaża:
8
dalam cerita .
( + ) Cerdas, dan Bijaksana. ( – ) Keras dalam menghukum kesalahan.
D) Tema atau ide pokok yang terdapat di dalam Kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini adalah; “Kesabaran dan keberanian merupakan kunci utama, untuk melawan kecemasan dan mempertahankan kekuasaan.” Tokoh-tokoh Utama Tokoh-tokoh utama merupakan pelaku utama yang menggerakkan sebuah cerita. Seperti pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa tokoh-tokoh utama dalam kisah ini adalah; Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta. Ketiga tokoh utama tersebut akan dianalisis kembali melalui unsur-unsur ekstrinsik karya sastra melalui pendekatan psikologi-sastra. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami kondisi psikologis, dan kepribadian tokoh-tokoh utama dalam menghadapi konflik kecemasan yang terjadi di dalam cerita. A) Analisis psikologis tokoh-tokoh utama dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami gejala-gejala, pengaruh-pengaruh, serta faktor-faktor kejiwaan yang mendorong terjadinya suatu peristiwa di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta. Berikut ini adalah beberapa analisis psikologis tokoh-tokoh utama berdasarkan peristiwa yang terjadi di dalam cerita, serta efek yang ditimbulkan untuk peristiwa berikutnya. Analisis Peristiwa Psikologis 1. Raja
Bilaża
dilanda
Analisis Efek Psikologis a) Raja
Bilaża
lebih
memilih
untuk
kecemasan mendalam saat
menyembunyikan kecemasannya dan menutup
mengalami
delapan
dirinya dari para pembesar kerajaan. Hal ini
macam mimpi dalam satu
menimbulkan konflik ketidakpercayaan, dan
malam.
kekhawatiran para pembesar kerajaannya termasuk permaisuri dan perdana menterinya.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
2. Permaisuri
9
Iyrakhta
b) Hal itu dilakukan Iyrakhta, sebagai wujud
merelakan dirinya sebagai
cinta dan kesetiaannya kepada Raja Bilaża.
tumbal,
Hal
agar
dapat
menyelamatkan membuat
raja
ini
semakin
membuat
raja
Bilaża
dan
bimbang, karena berada diantara pilihan yang
Bilaża
sulit. Menyelamatkan kerajaannya, atau tetap
senang.
hidup bersama orang yang sangat dicintainya.
3. Permaisuri Iyrakhta marah
c) Hal
tersebut
dilakukan
karena
Iyrakhta
dan langsung menampar
cemburu kepada raja Bilaża yang terlalu
wajah raja Bilaża dengan
memuji kecantikan hamba sahayanya dan
piring, sehingga nasi yang
menghina dirinya. Inilah tafsir mimpi ke
berada diatasnya tumpah
delapan yang ditangguhkan Kabareyan, dan
ke wajah raja Bilaża.
peristiwa kemarahan
inilah
yang
raja
Bilaża.
memerintahkan
Iylaża
menjadi Ia
pun
untuk
klimaks segera
membunuh
Iyrakhta. Iylaża
d) Hukuman tersebut dijatuhkan karena para
hukuman
pendeta ahli ibadah telah memberikan tafsir
mati kepada para pendeta
mimpi yang salah kepada raja Bilaża, dan
ahli ibadah.
menghasut untuk membunuh para pembesar
4. Perdana
menteri
menjatuhkan
kerajaan yang dicintainya. Hal ini sekaligus untuk memberi efek pelajaran bagi orang lain, yang ingin melakukan hal tersebut kepada raja Bilaża di waktu yang akan datang. Beberapa analisis psikologis terhadap peristiwa-peristiwa dalam kisah tersebut terjadi karena pengaruh-pengaruh kejiwaan yang dialami oleh tokohtokoh utama cerita sebelumnya, hal inilah yang memunculkan konflik-konflik kejiwaan baru di dalam cerita melalui peristiwa-peristiwa berikutnya.
B) Analisis keperibadian tokoh-tokoh utama merupakan bentuk analisis arus kesadaran tokoh-tokoh utama terhadap kepribadian, watak,
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
10
ataupun karakter yang mereka munculkan di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta. Adapun bentuk kepribadian dan arus kesadaran yang ditunjukan oleh tokoh-tokoh utama dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta adalah sebagai berikut; Kepribadian Tokoh-tokoh Utama
1. Raja
Bilaża;
Bentuk Kepribadian dan Arus Kesadaran
digambarkan
a) Watak dan karakter yang dimiliki raja
sebagai seorang raja dengan
Bilaża, merupakan bentuk kepribadian
watak
yang lebih menekankan kepada Id,
tempramental
dan
emosional, hal inilah yang
daripada The Ego dan The Super Ego.
membuatnya kurang bijaksana,
Hal ini dikarenakan arus kesadaran raja
ragu-ragu,
Bilaża
dalam
dan
tergesa-gesa
menghadapi
ataupun
yang
memperhatikan
sering
kali
hanya
kebutuhan-kebutuhan
menyelesaikan masalah.
organismenya sebagai individu untuk
Namun, disisi lainnya raja
mendapatkan ketenangan, kenyamanan,
Bilaża pun memiliki karakter
dan keamanan yang ia inginkan tanpa
yang baik hati dan penuh
memperhatikan secara mendalam aspek
perasaan. Ia dapat menerima
kebutuhan dirinya dengan realitas yang
saran-saran dan memaafkan
dihadapi, serta dampak yang akan
kesalahan orang lain, apabila
dihasilkan bagi orang lain (rakyat, dan
tidak dikendalikan oleh emosi
para pembesar kerajaannya).
dan kecemasan batin. 2. Permaisuri Iyrakhta; di dalam kisah
ini
digambarkan
permaisuri Iyrakhta merupakan bentuk
permaisuri
kepribadian yang lebih menekankan
yang penyabar, dan penuh
kepada The Ego, daripada Id ataupun
pengorbanan. Hal inilah yang
The Super Ego. Hal ini dikarenakan
membuatnya cukup dikagumi,
arus kesadaran permaisuri Iyrakhta
walaupun
yang lebih mementingkan hubungan
sebagai
ia
b) Watak dan karakter yang dimiliki
seorang
disisi
lainnya
seringkali ia harus larut dalam
dinamis
antara
kebutuhan
dirinya
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
suasana
kesedihan
keprihatinan, suasana
dan
dengan dunia luar (realitas), walaupun
tekanan
terkadang ia tidak memikirkan secara
lainnya.
mendalam tentang dampak yang akan
serta
batin
11
Permaisuri
Iyrakhta
juga
merupakan
sosok
yang
ditimbulkannya kepada orang lain.
tempramental dalam masalah perasaan,
hal
inilah
yang
membuatnya mudah cemburu dan emosi saat ia merasa direndahkan ataupun mendapat ketidaknyamanan
dari
pasangannya. Iylaża;
c) Watak dan karakter yang dimiliki
digambarkan sebagai seorang
perdana menteri Iylaża merupakan
yang memiliki watak realistis,
bentuk
hal ini membuatnya dapat
menekankan The Super Ego, daripada
melihat jernih suatu keadaan
Id
dengan penuh kebijaksanaan
dikarenakan arus kesadarannya selalu
dalam menghadapi masalah. Ia
dipengaruhi
juga merupakan seorang yang
perbaikan
bersama,
bukan
kepada
cerdas
kebutuhan
pribadi
ataupun
hanya
3. Perdana
Menteri
dan
pandai
dalam
kepribadian
ataupun
The
kepada
Ego.
lebih
Hal
kebaikan
dan
sebatas
Hal-hal
hubungan harmonis individu dengan
yang
dunia
kepercayaan
untuk
keputusan yang dilakukannya, selalu
setiap
melihat dampak yang akan terjadi
mennyelesaikan permasalahan kerajaan.
kepada orang lain.
Selain
itu
menjalin
membuatnya selalu mendapat lebih
realitas.
untuk
ini
menyelesaikan permasalahan. itulah
keinginan
yang
segala
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
12
Kecemasan Kecemasan seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, terbagi ke dalam tiga jenis; yaitu kecemasan realistis, neurotis, dan moralistis. Kecemasan yang terjadi di dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini bermula dari kecemasan neurotis, yang terjadi melalui mimpi dan dialami oleh raja Bilaża. Kecemasan tersebut semakin mendapatkan impuls atau tekanan di dunia realitas, tekanan tersebut datang dari para pendeta ahli ibadah yang memberikan tafsir-tafsir mimpi buruk kepada raja Bilaża. Tekanan tersebut membuat kepribadian raja Bilaża berubah, ia menjadi tertutup dan tempramental. Sikap raja Bilaża tersebut bukan hanya membuat permaisuri Iyrakhta sedih, namun juga membuat para pembesar kerajaan termasuk perdana menteri Iylaża kebingungan. Karena raja Bilaża telah banyak mempercayai para pendeta ahli ibadah, yang sebenarnya mereka masih menyimpan dendam atas pembantaian golongannya dimasa lalu. Kecemasan realistis itupun berkembang menjadi kecemasan moralistis, dan semakin banyak menimbulkan konflik-konflik di dalam cerita. Kecemasan moralistis dan realistis yang terjadi dalam kisah ini tidak pernah terlepas dari bayangan kecemasan neurotis. Misalnya saat raja Bilaża cemas, tentang manakah yang harus ia korbankan? Kerajaannya ataukah orang-orang yang dicintainya. Kecemasan moralistis tersebut, tidak terlepas dari kecemasan neurotis mimpi yang membayanginya. Hingga akhirnya raja Bilaża sadar bahwa ia telah banyak dibohongi oleh para pendeta ahli ibadah. Ia pun menugaskan Iylaża untuk menjadi hakim, dalam memberikan hukuman kepada para pendeta ahli ibadah. Iylaża pun memberikan hukuman mati kepada para pendeta ahli ibadah, dan akhirnya kerajaan raja kisah Bilaża pun dapat diselamatkan dari niat buruk mereka untuk balas dendam. Pemahaman mengenai penelitian kecemasan adalah untuk menjelaskan bahwa kecemasan neurotis dapat menjadi pokok kecemasan realistis dan moralistis, dan setiap individu yang mengalami kecemasan akan mengalami kemunduran atau perubahan otomatis terhadap kondisi psikologis kepribadiannya.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
13
Grafik Pengaruh Kecemasan dalam Kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta
Kecemasan Konflik Neurotis
Realistis
Moralistis
Kisah
Iylaża
Iyrakhta
Bilaża
Tokoh-tokoh Utama
Melalui grafik tersebut dapat dimengerti secara singkat bahwa kecemasan yang dialami oleh tokoh-tokoh utama dalam kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta lebih banyak dipengaruhi oleh kecemasan neurotis. Hal ini terjadi karena pokok kecemasan dalam kisah tersebut bermula dari sebuah mimpi terjadi di alam bawah sadar individu, yang kemudian menimbulkan konflik berupa kecemasan realistis dan moralistis dalam kehidupan.
Simpulan Setelah melalui beberapa uraian sebelumnya, kini penulis akan memaparkan isi simpulan penelitian. Adapun seluruh simpulan dari pokok-pokok permasalahan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat tiga tokoh utama di dalam kisah ini, yaitu; raja Bilaża, permaisuri Iyrakhta, serta perdana menteri Iylaża. Di dalam kisah ini raja Bilaża memiliki karakteristik yang tempramental dan emosional, namun cukup baik hati dan penuh perasaan. Sedangkan Permaisuri Iyrakhta memiliki karakteristik yang penyabar, dan penuh pengorbanan namun cukup tempramental dalam masalah perasaan.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
14
Kemudian perdana menteri Iylaża memiliki karakteristik yang cerdas, pandai, dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan. „Gejala Kejiwaan‟ yang sering kali dialami oleh tokoh-tokoh utama dalam kisah ini secara psikologis adalah „kecemasan.‟ Sehingga seringkali menimbulkan konflik-konflik kecemasan pikiran, perasaan, dan mental para tokoh utama cerita di dalamnya, seperti halnya; kesedihan, kebimbangan, kecemburuan, kesabaran, serta kebohongan. Melalui berbagai konflik kecemasan tersebut maka dapat dipahami bahwa, mimpi dapat menimbulkan kecemasan neurotis (neurotic anxiety) bagi individu, kecemasan ini berkerja di bawah alam bawah sadar. Namun kecemasan neurotis tersebut dapat pula naik menjadi kecemasan realistis (realistic anxiety), saat impuls-impuls dan tegangan-tegangannya menguat di alam sadar (dunia nyata). Saran Adapun saran-saran penelitian kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta bagi para pembaca adalah sebagai berikut; Permasalahan-permasalahan yang hadir di dalam Kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini pada dasarnya tidak terbatas pada persoalan psikologi-sastra semata. Melainkan seperti halnya sosiologi, budaya, serta pendekatan keilmuan lainnya. Oleh karena itu perlu adanya eksplorasi lebih lanjut dari pembaca, yang ingin meneliti kisah ini melalui pendekatan keilmuan karya sastra yang berbeda. Hasilhasil dalam penelitian kisah Iylaża, Bilaża, dan Iyrakhta ini dapat menjadi bahan kritisisasi dan diskusi bagi para pembaca. Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan, khususnya dalam hubungannya dengan psikologi-sastra. Daftar Sumber Bedapa. Khalilah wa Dimnah. Libabon – Beirut: Daarul Fiqr. Alih bahasa: Komandoko, Gamal. 2009. Kisah: Elada, Belada, dan Erakhta. Yogyakarta: Diva Press. Freud, Sigmund. 1958. Psikoanalisis; A General Introduction to Psychoanalysis. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Kutha Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andri Asmoro, Kecemasan Tokoh-tokoh Utama
15
Luxemburg, Jan Van. Bal, Miekel. Weststeijn, G. Willem. 1989. Tentang Sastra. Jakarta: PT. Intermasa. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Strauss, Anselm. & Corbin, Juliet. 2003. Dasar – dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryabrata, Sumandi. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wellek, Austin. Warren, Rene. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.