BAB II METODE PERANCANGAN A.
Analisis Permasalahan
Analisis permasalahan berguna untuk memudahkan dalam pemecahan masalah utama. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik melalui teknik batik lukis. Permasalahan pertama adalah karakter motif teratai. Motif pada tekstil sudah banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia sebagai contoh motif teratai. Teratai dapat diartikan sebagai alam tumbuhan yang mana menyangkut semua aspek mengenai macam jenis tumbuhan dan tanaman. Teratai berarti tumbuhan, bunga, sulur bunga. Di antara bermacam bunga teratai merupakan bunga yang sering dijadikan motif hias, yang nantinya akan dirancang sebagai hiasan tepi pada kain lurik. Permasalahan yang kedua adalah menentukan teknik penciptaan melalui batik lukis dengan menggunakan alat bantu canting dan kuas. Warna yang digunakan lebih cenderung kewarna-warna gradasi. Selain teknik batik lukis teknik pendukung lain yang di gunakan adalah teknik pengelantangan. Teknik pengelantangan untuk memudahkan pada proses pewarnaan gradasi sehingga untuk menunjang penciptaan desain permukaan pada lurik yang eksklusif. Permasalahan yang ketiga adalah pada pemilihan lurik ATBM tergantung pada pemintalan serat benang dan pewarnaan benang pada kain luriknya, mudah dan tidaknya saat proses pewarnaan remasol, pembatikan dan teknik pendukung pengelantangan. Jenis lurik yang susah di batik adalah lurik yang pemintalan
17
18
benangnya tebal, sedangkan jenis lurik yang susah pada proses pengelantangan adalah pada proses pewarnaan benang luriknya, contohnya pewarnaan yang paling sulit pada proses pengelantangan adalah pewarnaan indanthren, dan pewarnaan alam. Perlu dipahami karakteristik lurik sebelum dan setelah diberi desain motif pada bagaian tepi menggunakan teknik batik lukis dan proses melalui pengelantangan. Serat selulosa pada lurik setelah diberi perlakuan pengelantangan akan turun kekuatannya, karena proses pengelantangan adalah menghilangkan warna-warna yang ada pada bahan tekstil (raw material) yang di sebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh warna kontras dengan warna tekstil aslinya (Rasyid Djufri, et. Al. 1976: 37) Pemahaman kekuatan serat lurik diperlukan untuk mentukan teknik serta takaran zat pengelantangan yang sesuai diterapkan pada lurik, proses pengelantangan menggunakan semprot yang diterapkan pada hiasan tepinya pada lurik melalui teknik batik lukis, hiasan tepi pada kain lurik yang perlu diingat bahwa ragam hias tidak merusak struktur dari benda atau bidang tersebut. Kemudian letak atau posisi ragam hias dan bidang yang akan dihias harus ada kesatuan dan keharmonisan.
B. Strategi Pemecahan Masalah Penciptaan karya motif teratai dengan perpaduan unsur lurik sebagai media melalui teknik batik lukispada hiasan tepi dan dapat di aplikasikan melalui teknik pengelantangan. Teknik penciptaan karya ini memiliki permasalahan terutama dalam segi motif, warna, dan teknik. Perlu dilakukan strategi dan
19
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut, antara lain: 1.
Memahami motif teratai pada kain lurik melalui teknik batik lukis dan teknik pendukung pengelantangan sebagai salah satu dari produk populer.
2.
Melakukan teknik tekstil lain untuk menunjang proses penciptaan desain motif teratai pada kain lurik
3.
Menentukan jenis lurik yang dipakai dalam penciptaan karya, dengan pertimbangan kenyamanan dan fungsinya sebagai pendukung karya. Lurik yang dipilih harus dapat menjadi media penerapan teknik tekstil lain yang digunakan sebagai penunjang penciptaan motif.
4.
Menentukan perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi yang akan diterapkan pada kain lurik, melalui teknik batik lukis untuk mendapatkan motif yang sesuai dengan karakteristik, dan teknik pengelantangan tanpa menghilangakan semua garis luriknya, garis luriknya saat proses pengelantangan menjadi transparan.
5.
Eksplorasi gagasan penciptaan produk mulai dari motif dan warna hingga desain produknya. Eksplorasi gagasan dilakukan untuk memudahkan dalam mengolah ide dari permasalahan yang ada.
6.
Melakukan uji coba motif dan teknik dengan berbagai variasi sesuai dengan ide gagasan motif.
7.
Membuat desain dan alternatif desain beserta konsepnya.
20
C.
Pengumpulan Data
Pengumpulan karya ini membutuhkan data-data pendukung dalam proses pembuatannya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, pencarian data visual, wawancara dan studi komparasi. Sumber-sumber yang diambil di gunakan untuk memperkuat data-data yang sudah ada. Berdasarkan pengumpulan data tersebut, maka data-data yang berkaitan dengan penciptaan dalam proyek ini antara lain sebagai berikut : 1. Studi Literatur a. Buku karangan Nanang Rizali 2006 dengan judul Tinjauan Desain Tekstil berkaitan dengan konsep perancangan. b. Buku
karangan
Aryo
Sunaryo
2009
dengan
judul
Ornamen
Nusantaraberkaitan dengan motif dan hiasan tepi. c. Buku Karangan Wolfram Eberhard 2006 dengan judul A Dictionary of Chinise Symbols berkaitan dengan simbol-simbol teratai. d. Buku karangan Mikke Susanto 2002 dengan judul Diksi Rupa berkaitan dengan Seni Lukis. e. Buku karangan Nian S. Djoemena 2000 dengan judul Lurik Garis-Garis Bertuah berkaitan dengan tenun lurik. f. Buku karangan Yudaningrat 2011 dengan judul Lurik Tenun Tradusional Jawa berkaitan dengan tenun lurik tradisional. g. Buku karangan Asti Musman 2011 dengan judul Batik Warisan Adiluhur Batik
berkaitan
modernisasi.
dengan
perkembangan
batik
dalam
tantangan
21
h. Buku karangan Soedarso 1998dengan judul Seni Lukis Batik Indonesia berkaitan seni lukis. i. Buku karangan Martin B. dan Dwidjoamiguno 2004 dengan judul Belajar Melukis Batik dan Motif-Motif Batik berkaitan dengan batik lukis dan motif batik. j. Buku dengan tim penyusun Ir. Rasyid Djumaeri dengan judul Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Buku ini membahas tentang pengertian
pengelantangandan
jenis-jenis
zat
dalam
proses
pengelantangan. 2. Studi Visual Hasil gambar dan dokumen yang telah diperoleh dari buku, foto-foto produk pengrajin lurik, dan contoh-contoh produkyang dapat menunjang yang dapat di jadikan contoh atau referensi untuk menguatkan ide dalam perancangan Tugas Akhir. Data yang diperoleh berawal dari data visual mengenai desain produk,
warna,dan
motif
yang
sedang
diminati
masyarakat
sebagai
konsumen/penikmat lurik batik yang ada di pasaran. Data visual didapatkan dari studi literatur dan studi pasar yang terkait dengan permasalahan yang ada. Kelompok tenun Sumber Rejekitex secara resmi berdiri pada tahun 2010 berada di dukuh Cabean desa Mlese. Di dukuh Cabean sendiri terdapat 24 pengrajin tenun lurik, dan 10 diantaranya bergabung dalam kelompok tenun Sumber Rejekitex. Berikut ini merupakan contoh hasil produk tenun lurik Sumber Rejekitex.
22
Gambar 9. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 10. Produk tenun lurik pewarnaan alam (Sumber Rejekitex) Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 11. Produk lurik yang disablon dengan motif Sumber Rejekitex Foto: Bety N.S, 2015
23
Gambar 12. Produk lurik batik pada hiasan tepi flora dan tengah motif kupu-kupu Foto: Bety N.S, 2015 Data lain yang diperoleh adalah berupa data visual mengenai lurik dengan screen cabut warna, motif cabut warna adalah pengambilan motif berbentuk flora dengan menggunakan screen diatas permukaan kain lurik. Berikut contoh produk lurik Sumber Rejekitex.
Gambar 13. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015
Gambar 14. Produk tenun lurik Sumber Rejekitex Foto: Bety N. S, 2015
24
Data visual tentang batik motif flora yang ada di wisma batik Bimo Suci yang diminati selera pasar dan konsumen saat ini yaitu contoh seperti dibawah ini:
Gambar 15. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014
Gambar 16. Motif Flora diera sekarang karya Batik Bimo Suci Foto : Liansari 2014 Aneka batik lukis karya bapak Iwan Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. Selain sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion dan busana siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis yaitu motif gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan contoh produk bapak Iwan.
25
Gambar 17. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, 2015
Gambar 18. Produk batik lukis alam karya Iwan (Lek Iwon) Jogyakarta Foto: Bety N.S, 2015 3. Observasi Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan data berdasarkan peristiwa yang terjadi. Studi proses produksi ini merupakan proses pemecahan masalah pada teknik yang akan digunakan studi proses produksi merupakan sebuah gambaran hasil pengamatan terhadap teknik tekstil yang akan digunakan dalam pembuatan proses produksi. Hasil pengumpulan data berdasarkan studi proses produksi. Dalam studi proses produksi ini untuk mendapatkan data-data
26
yang berhubungan dengan proses pembuatan produksi lurik batik, baik dari teknik, pewarnaan dan bahan yang di gunakan. Berikut hasil observasi yang telah di lakukan di beberapa pengrajin: a. Observasi pertama di lakukan pada produk lurik yang sudah ada saat ini di pengrajin Kreatif tenun tradisional Sumber Rejekitex, dengan alamat desa Cabean, Mlese, Cawas,
Klaten DiSumber Rejekitex
tersebut membuat produk tenun lurik ATBM yang beragam corok garis-garis dan warnanya beraneka ragam. b. Observasi kedua dilakukan di Batik Lukis Abstrak Pandono Jl.Sentono RT 02 RW 02 Laweyan Surakarta, memproduksi batik lukis abstrak dengan menggunakan bahan kain katun, santung, paris dan kaos. c. Observasi ketiga dilakukan di Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyber, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. d. Observasi keempatdilakukan di Batik art “ Aris “ Laweyan Surakarta, memproduksi batik lukis sarung pantai identik menggunakan motif flora dengan bahan kain santung, lurik batik dengan berbagai motif menggunakan teknik cap. e. Observasi kelima dilakukan dibeberapa pusat perbelanjaan yang ada di Solo seperti di BTC, PGS, Kampung Batik Laweyan. Dari hasil observasi tersebut dapat dijelaskan bahwa batik pada kain lurik sudah
27
berkembang sejak dahulu tetapi motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik itu sangat jarang, namun ditemukan beberapa toko yang menjual kain lurik yang sudah dibatik menggunakan teknik cap. 4. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan juga keteranganketerangan yang tidak terdokumentasi. Wawancara pemilik Sumber Rejekitex yaitu Ibu Ninik yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2015 pukul 10:15 WIB. Beliau menjelaskan bahwa tenun lurik ATBM di kabupaten Klaten mengalami perkembangan karena beberapa hal, yaitu perkembangan trend dan selera masyarakat yang mempengaruhi pembuatan desain lurik dari segi warna hingga besar kecilnya garis lurik yang dihasilkan. Masyarakat jaman sekarang cenderung menyukai lurik dengan warna-warna yang sedang tren dari pada lurik dengan corak tradisi, oleh karena itu pengrajin lurik menggubah lurik dengan warna yang sedang digemari oleh masyarakat. Jika warna yang sedang trend adalah warna hijau maka kebanyakan lurik yang dibuat adalah warna hijau, hal tersebut terjadi agar lurik ATBM tetap berproduksi dan para pengrajin tetap bertahan. Selain itu adanya binaanbinaan juga mempengaruhi perkembangan desain Tenun lurik ATBM, karena pada umumnya para pembina memberi masukan tentang desain-desain yang sesuai dengan selera masyarakat. Kolaborasi Lurik dan batik sekarang sedang digemari oleh masyarakat sehingga pengrajin di Sumber Rejekitex memproduksi lurik batik (lutik). Tenun lurik produk sumber rejekitex menggunakan benang dengan kualitas yang cukup halus. Benang yang
28
digunakan adalah banang katun dengan nomor 64/ 2 untuk benang lungsi dan benang pakan. Wawancara mengenai seni lukis dengan Dr. Narsen Afatara, M.Sn. salah satu pengajar di UNS Fakultas Seni Rupa dan Desain jurusan Seni Rupa murni yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 pukul 11:15 WIBMenjelaskan bahwa dalam teknik melukis dalam seni ada empat teknik yaitu: a. sekali gores merupakan pencampuran warna padasebuah daun untuk tekanan kuas memberikan ketegasan warna, nuansa warna seperti yang dikehendaki. b. dusel, teknik ini biasanya banyak dipakai untuk alam dan benda. Karya realisme yang menginginkan nilai gelap terang (pencahayaan) yang penuh supaya mencapai gradasi bayangan yang detail. c.ipsofacto merupakan teknik dengan tumpang menumpang harus menunggu kering, biasanya menggunakan cat mudah kering. d. transparan teknik ini banyak diginakan oleh pelukis Cina, dengan teknik cat air atau teknik fresco (lukisan dinding) sehingga warna yang di bawah masih bisa kelihatan dengan warna tumpukannya.
Wawancara mengenai batik lukis dengan bapak Iwan Batik Saint atau sering disebut Batik lek Iwon diarea obyek wisata Tamansari Kraton, yang beralamat Tamansari kt/433 RT 36 Kampung Cyberyang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 14:30 WIB, memproduksi batik lukis nuansa alam dengan menggunakan bahan kain katun, santung, dan paris. Selain sebagai hiasan, batik lukis juga bisa dimanfaatkan sebagai fashion dan busana
29
siap pakai. Motif-motif yang sering dibuat untuk batik lukis yaitu motif gambar burung, ikan, pemandangan, nuansa Ubud Bali, kegiatan sehari-hari, dan lain sebagainya.
Uji Coba
Uji coba pada pengembangan desain ini meliputi dua percobaan, yakni uji coba visual motif dan uji coba teknik lukis batik. 1. Uji Coba Visual Motif Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter motif teratai yaitu bunga teratai yang akan dituangkan kedalam desain batik lukis. Dari hasil uji coba visual ditemukan karakter yang tepat untuk menggambarkan bunga teratai dengan penggayaan distorsi sehingga serasi diterapkan pada kain lurik melalui teknik batik lukis. Hasil Eksplorasi Visual Motif Flora Bunga Teratai Menjadi Motif Batik Lukis dengan Karakter Berbagai Penggayaan No.
Realis
Dekoratif
Stilasi
Distorsi
Abstrak
1.
Tabel 1.Hasil Eksplorasi Visual Motif Teratai Menjadi Motif Batik Lukis dengan Karakter Berbagai Penggayaan. Foto: Bety N.S, 2015
30
2. Uji Coba Teknik Bahan, Batik Lukis dan Teknik Pendukung Pengelantangan. Uji coba teknik bahan lurik ATBM dengan warna remasol dan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi takaran surfurit (pengelantangan tekstil) yang akan diterapkan pada bahan kain lurik. Pada lurik ATBM ini diberikan perlakuan pengelantangan dengan menggunakan surfurit (pengelantangan tekstil) dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Hasil uji coba menunjukkan bahwa tingkat kekuatan tarik dan kekuatan mulur yang dihasilkan pengelantangan dengan teknik semprotmenggunakan surfurit tergantung serat bahan pada lurik ATBM sehinggamasih kuat dan tidak merusak serat. Berikut merupakan hasil uji coba. Hasil Uji Coba bahan No.
Jenis kain
1.
ATBM
Pengelantangan pada bahan lurik
Pengelantangan dan pembatikan pada bahan lurik
Tabel 2. Hasil Uji Coba Bahan Lurik Foto: Bety N.S, 2015
31
Kesimpulan dari uji coba tersebut adalah warna yang dihasilkan dalam proses pengelantangandari konsentrasi ini adalah memunculkan warna krem keputih-putihan, memang tidak diharapkan memunculkan warna putih karena tekstur garis pada kain lurik harus tetap ada sehingga tidak menghilangkan karakter garis pada luriknya, dan konsentrasi maksimal yang dapat diterapkan pada kain lurik untuk menghasilkan warna krem keputih-putihan adalah dengan takaran perbandingan 1 liter surfurit : ½ liter air melalui pengelantangan kondisi kuat dengan teknik semprot, menunggu reaksi perubahan warna selama 3-6 menit tergantung serat bahan pada lurik ATBM, sebagai penetral surfurit menggunakan Sir (penetral bau + bahan kimia) takarannya 3 tutup botol aqua/ 2 liter air. Akan tetapi pada uji coba bahan dan teknik pengelantanganmelalui proses dua kali kemudian baru munculkan warna krem keputih-putihan karena bahan lurik ATBM serat benangnya tebal dan pada proses pewarnaan benang luriknya.
32
Hasil Uji Coba Warna, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan dengan Semprot.
No 1.
2.
Zat War na Rema zol
Rema zol
Teknik Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelanta ngandenga n Semprot
Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelanta ngandenga n Semprot
Hasil
Keterangan -
Kain yang digunakan lurik.
-
Kain di rendam dahulu sebelum prosespengelantangankem udian mulai prosespengelantanganmen ggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir.
-
Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang.
-
Proses pembatikan malam secara ekspresif sekali gores menggunakan canting dan kuas.
-
Kain yang digunakan lurik.
-
Kain di rendam dahulu sebelum proses pengelantangan kemudian mulai prosespengelantangan menggunakan surfurit dan penetral menggunakan sir.
-
Warna menggunakan remasol teknik pewarnaanya dengan teknik lukis dusel yaitu gradasi warna yang menginginkan warna gelap terang.
33
-
Proses pembatikan malam secara ekspresif sekali gores menggunakan canting dan kuas.
Tabel 3. Teknik Warna Gradasi, Teknik Batik Lukis, dan Pengelantangan dengan Semprot Foto: Bety N.S, 2015 Kesimpulan dalam uji coba di atas menunjukkan bahwa dalam pembatikan cairan malam yang tidak meresap sampai ke belakang lurik tidak mempengaruhi pembatikan pada bagian depan lurik setelah dilakukan proses lorod. Meresapnya cairan malam pada lurik dipengaruhi oleh besar kecilnya lubang ceret canting yang digunakan. Semakin besar lubang ceret canting yang digunakan, maka cairan malam yang diterapkan akan lebih banyak, sehingga mudah meresap hingga bagian belakang lurik. Sedangkan semakin kecil lubang ceret canting yang digunakan, cairan malam yang diterapkan ke lurik semakin sedikit sehingga susah menembus hingga bagian belakang lurik. Meresapnya pada pewarnaan remasol secara gradasi, danpengelantangandengan menggunakan surfurit hampir sama seperti proses pembatikan sulit meresap, sehingga pada proses pengelantangan dan warna yang dihasilkan sedikit turun pada bagian belakang dan tidak mempengaruhi proses pewarnaan dan pengelantangan pada bagian depan lurik.Hal ini dikarenakan lurik memiliki struktur tenun kain yang sangat rapat sehingga menyulitkan resapan cairan malam dan zat tekstil pada lurik.
34
D. Gagasan Awal Perancangan Awalperancangan suatu karya diperlukan gagasan untuk membatasi suatu masalah yang akan dibahas dalam konsep perancangan, guna mempermudah proses perancangan karya. Gagasan awal perancangan tugas akhir ini adalah merancang motif teratai sebagai hiasan tepi pada kain lurik dengan sumber ide motif bunga teratai melalui teknik batik lukis dengan penambahan teknik melalui teknik pendukung pengelantangan dengan semprot pada bagian motif-motif bunga teratainya. Perancangan karya ini dimulai dengan memahami konsep dan beberapa aspek desain, serta mendalami motif teratai, material bahan, teknik batik lukis dan penambahan teknik pengelantanganyang penulis pilih. Perancangan karya ini dimulai dengan perancangan motif teratai, teknik pengembangan dan kebaharuannya. Perancangan motif teratai di visualisasikan dengan karakter penggayaan yaitu distorsi dengan melakukan perubahan bentuk obyeknya yang dilebih-lebihkan baik dari sisi ukuran maupun bentuknya pada bagian tertentu. Zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetis (zat warna kimia) yaitu zat warna reaktif (Remazol). Pemilihan remazol karena lebih mudah untuk proses pewarnaan gradasi. Sedangkan material kain yang digunakan adalah kain lurik ATBM. Kain lurik ATBM dipilih karena merupakan bahannya yang memiliki kualitas bagus, pada proses pengelantangandapat memunculkan perubahan warna yang contras. Ide visual bunga teratai karena motif hias bunga teratai melambangkan kemurnian dan kesucian, dalam kepercayaan Hindhu dan Budha, teratai juga merupakan simbol kemurnian karena muncul tidak tercela meskipun dari dalam lumpur. Bunga teratai diartikan sebagai simbol kepribadian yang luhur. Bunga teratai berada dibawah pada relief candi yang ada di Prambanan
35
melambangkan sebagai penompang /tumpuan yang bersingga sana diatas simbol kesucian, sehingga dapat diterapkan pada kain yang bertujuan untuk penghias bagian tepi kain lurik. Kain lurik melalui ketegasan motifnya diibaratkan sebagai kekuatan yang mengandung semangat pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan. Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat, karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, memiliki kepribadian yang luhur maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan. Salah satu bukti yang menunjukkan aktifitas menenun yaitu prasasti Lurik pakan malang yang ditemukan di jaman Kerajaan Hindhu Mataram pada abad 9 M. Prasasti tersebut mencerminkan bahwa kehidupan masyarakat pada jamannya telah dipenuhi dengan aktifitas yang menggali kreatifitas. Kesimpulan dari gagasan awal perancangan yaitu lurik dan teratai dapat di kolaborasikan karena memiliki kedekatan filosofi yang sama sehingga memiliki keseimbangan dan keserasian sehingga bunga teratai dapat diterapkan dalam sebuah kain lurik.