X-Files dalam Alkitab dan kisah-kisah lainnya Victor Christianto Email:
[email protected]
24 Mei 2015
1
Prakata Buku ini dipersiapkan secara kilat, dalam hanya satu jam saja di depan layar PC di warnet. Tujuan utama buku ini lebih untuk mensyukuri hari Pentakosta, 24 Mei 2015. Isi buku ini adalah beberapa artikel dari blog ditambah 3 buah paper yang lebih panjang, yaitu: (a) refleksi terhadap Injil Lukas, (b) Telaah eksegetis terhadap Hymne Yesus dalam Yoh. 1:1-18, dan (c) Tinjauan kritis terhadap Eisenman tentang kontradiksi antara Paulus dan Yakobus. Harapan penulis adalah kiranya buku kecil ini dapat menolong untuk menguatkan iman kita khususnya berkaitan dengan beberapa isyu kontemporer seperti Naskah Laut Mati, UFO, pemanasan global serta beberapa isyu lainnya yang sempat disoroti oleh penulis. Sebenarnya masih banyak topik lain yang ingin dibahas, seperti ateisme, Raelianisme, atau Flying Spaghetti Monster yang kabarnya cukup banyak penganutnya di negara-negara maju, tapi belum sempat ditulis. Kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati, terutama jika ada penerbit yang berminat untuk mencetak buku ini. Kiranya artikel-artikel ini menolong kita semua untuk mempersiapkan diri menjelang kedatangan Yesus yang kedua kali Selamat membaca.
Hari Pentakosta, 24 mei 2015
Victor Christianto Cellular phone: 0878-59937095 Email:
[email protected] Twitter: @christianto2013 Skype: vic1043 Line: Vic1043 WeChat: christianto2014 URL: http://www.sabdaspace.org/victorc URL: http://independent.academia.edu/VChristianto URL: http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto 2
Daftar Isi 1. Judul 2. Prakata 3. Daftar Isi 4. Refleksi terhadap Injil Lukas 5. Telaah Eksegetis terhadap Hymne Yesus dalam Yoh. 1:1-18 6. Pagar 7. Puasa 8. Antropogenik 9. Transformers 10. Kecanduan? 11. Sunyi 12. Tercerabut 13. Kala 14. Gamelan 15. Apakah Tipe Spritualitas Anda? 16. Seputar Piagam Bumi, Agama Bumi, dan URI: Beware Gaia Strikes back! 17. Bagaimana memilih pertanyaan pembuka untuk pekabaran Injil pribadi? 18. Keunggulan kultural dan perencanaan kota 19. Manakah yang lebih penting: IQ, EQ, SQ, AQ atau xQ? 20. Apakah Holy Grail sudah ditemukan? 21. X-Files dalam Alkitab (?) 22. Renungan dari Mazmur 1 23. Bagaimana menjalani masa remaja bersama Tuhan 24. Tinjauan Kritis terhadap pandangan Eisenman tentang kontradiksi antara Paulus dan Yakobus
3
Refleksi terhadap Injil Lukas Judul film: That you may be certain: Gospel of Luke (dvd) Produser: Day of Discovery/Discovery House Narator: Michael Card Durasi: 120 menit (4x30') Link: http://dhp.org/dv770.html
Abstrak Minggu lalu (April 2015) saya baru menyelesaikan review terhadap Injil Lukas versi Alkitab Yang Terbuka, kemudian kami berkesempatan menonton sebuah film berjudul That you may be certain: Gospel of Luke berdurasi 4x30menit dengan narator musisi Michael Card. Latar belakang film adalah Palestina khususnya lokasi-lokasi yang bernilai historis seperti sungai Yordan, danau Galilea, hotel King David di Yerusalem dan lain-lain. Berikut ini adalah sekelumit kesan-kesan yang saya peroleh dari film tersebut, ditambah dengan refleksi pribadi terhadap Injil Lukas secara keseluruhan. Semoga refleksi ini berguna bagi para pembaca sekalian, sekalipun saya tidak merujuk pada buku-buku tafsir seperti Matthew Henry.
Pendahuluan Menurut tradisi gereja kuno, Injil Lukas diyakini ditulis oleh Lukas yang merupakan salah satu murid setia Paulus. Diduga ia adalah seorang dokter yang menyertai perjalanan Paulus. Menurut teks, Lukas menulis Injilnya berdasarkan wawancara dan mengumpulkan fakta berdasarkan laporan para saksi mata. Karena itu kemungkinan besar ia mengenal sejumlah saksi mata yang
4
masih hidup pada waktu itu, termasuk keduabelas murid Yesus. Bahkan mungkin ia mengenal secara dekat Maria ibu Yesus, sehingga ia dapat mengisahkan secara mendetil berbagai peristiwa termasuk perjumpaan Maria dengan Malaikat Gabriel maupun kisah Yesus yang hilang di Yerusalem waktu berusia 12 tahun. Menurut para ahli biblika, Lukas juga mungkin menggunakan sumber-sumber yang sudah ada waktu itu misalnya Injil Markus dan juga sumber lain yang disebut Q (quelle : sumber). Diperkirakan Lukas menulis Injilnya sekitar 30 tahun setelah Yesus diangkat ke surga, jadi banyak para saksi mata yang masih hidup. Ia menulis Injilnya dan juga Kisah Para Rasul untuk seseorang bernama Teofilus (1:1). Sebagian ahli menganggap Teofilus adalah seorang pejabat Romawi yang dikenal Lukas (Lukas juga orang non-Yahudi), tapi ada juga yang berpendapat bahwa theophilus adalah nama samaran untuk semua orang yang mencintai Tuhan (theo: Tuhan, philus: mencintai). Jadi bisa diartikan bahwa Lukas menulis Injilnya untuk semua orang percaya, termasuk Anda dan saya. Semoga pendahuluan singkat ini cukup, dan sekarang kita mulai dengan kesan-kesan.
Pujian Michael Card memulai narasinya dengan menyatakan bahwa Injil Lukas memiliki ciri yang khas dibandingkan dengan ketiga Injil yang lain, yaitu banyaknya pujian yang bertebaran dalam Injil Lukas. Ada pujian Maria, pujian Zakharia, pujian malaikat di padang, dan juga pujian Simeon. Tidak hanya itu, Injil Lukas juga memiliki pesan sosial yang kuat. Mari kita lihat lebih jauh tentang pesan sosial dalam Injil ini.
5
Injil Sosial Salah satu kalimat dalam pujian Maria adalah tentang Tuhan yang "mengenyangkan orang yang lapar dan membiarkan orang kaya pergi dengan tangan kosong." (1:53) Tampaknya hal ini merupakan salah satu tema yang secara konsisten ingin disampaikan oleh Lukas. Dan tema ini secara berulang ditegaskan juga oleh Yesus sendiri. Misalnya, ada perbedaan dalam ucapan berbahagia: dalam Matius disebutkan berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah (yang bisa ditafsirkan sebagai miskin rohani atau rendah hati), tapi dalam Lukas 6:20 Yesus tampak secara sengaja menujukan kalimatnya kepada orang-orang yang memang miskin secara harafiah: "berbahagialah, hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah." Pesan Yesus ini tampak konsisten sepanjang injil Lukas, misalnya dalam 4:18 disebutkan bahwa "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin." Demikian juga ketika Yesus menjawab murid-murid Yohanes yang bertanya kepada-Nya, Ia mengatakan: "...dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." (7:22) Begitu pula dengan perumpamaan tentang Lazarus si pengemis yang boroknya dijilati anjing, ketika ia mati ia duduk di pangkuan Abraham, sementara orang kaya yang tidak bernama itu harus menderita dalam neraka. (Luk. 16:22-24) Jadi, benarkah bahwa Injil Lukas ingin menyatakan bahwa (nyaris) tak ada harapan bagi orangorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga? Atau bahwa menjadi miskin adalah prasyarat untuk menjadi murid Yesus? Saya kira ini merupakan pertanyaan yang menarik untuk direnungkan. 6
Tersisih Michael Card juga menjelaskan bahwa ada kontras yang mencolok antara para pemimpin yang gagal menangkap pesan Yesus, dan orang-orang sederhana yang tersisih dari masyarakat justru menangkap pesan Yesus. Orang-orang yang tersisih itu termasuk para gembala, pemungut cukai, orang samaria, dan juga para perempuan. Dengan kata lain, para pahlawan dalam Injil Lukas adalah orang-orang yang tersisih dalam masyarakat, jadi seperti melihat drama anti-hero yang ditujukan untuk menghibur orang-orang miskin dan tersisih (outcast). Mungkin Injil Lukas dapat disebut sebagai Injil untuk kaum yang tersisih (Gospel for the outcast). Baiklah kita menyimak beberapa contoh di sini: a. Zakharia: ia merupakan seorang imam keturunan Harun, tapi justru tidak percaya akan berita yang disampaikan malaikat Gabriel (1:5-18). Hal ini kontras dengan Maria yang adalah perempuan desa sederhana tapi justru menanggapi Gabriel dengan penuh iman: "Aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu." (1:38) Jadi ada kontras antara sikap para pemimpin yang cenderung kurang menanggapi kabar baik dengan serius dan orang-orang sederhana yang justru menangkap pesan dengan baik. Kontras-kontras semacam ini terjadi di sepanjang Injil Lukas, bahkan Yesus sendiri ditolak oleh para pemimpin Israel hingga akhirnya mati di kayu salib. b. Tiberius: Lukas 3:1 menyebut 5 orang pemimpin di masa itu, yaitu Tiberius, Herodes, Pontius Pilatus, Filipus dan Lisanias. Ada yang kaisar, wali negeri atau raja wilayah. Ayat 3:2 juga menyebut dua orang Imam Besar. Namun yang mencolok dalam ayat 3:3-10 adalah bahwa tidak satupun dari mereka yang menanggapi kabar baik yang disampaikan Yohanes (dan kemudian
7
Yesus). Tapi justru orang-orang sederhana seperti pemungut cukai dan para prajuritlah yang bertobat mendengar kotbah Yohanes. Kontras ini menjadi semakin mencolok ketika Michael Card menjelaskan bahwa di usia lanjut, Tiberius mengasingkan diri ke sebuah pulau dan menghabiskan waktunya berfoya-foya (mungkin karena ia berfilsafat hedonisme). Sungguh seorang yang bejat dan tidak bermoral. c. Orang Samaria: kontras yang lain adalah perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, yang diceritakan Yesus untuk menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat tentang: siapakah sesamaku? Ahli Taurat ini sudah tahu jawabannya, tapi itu tidak terhubung dengan hatinya. Karena itu Yesus menggunakan perumpamaan untuk menghubungkan kembali pikirannya dan hatinya. Memang perumpamaan memicu imajinasi, dan imajinasi itulah yang dapat menghubungkan kembali logika dan hati. Di akhir cerita Yesus menanyakan kepada ahli Taurat itu: menurutmu siapakah sesama dari orang yang dirampok itu? Jadi melalui perumpamaan ini, Yesus menyingkapkan kontras yang lain lagi, bahwa mungkin orang Samaria yang dianggap tidak layak menjadi umat Allah bisa memahami pesan Yesus tentang mengasihi sesama, sementara ahli Taurat itu gagal memahami pesan Yesus. (Luk. 10:33). Demikian pula, Lukas mencatat bahwa di antara 10 orang kusta yang disembuhkan, hanya satu yang kembali untuk mengucap syukur, dan itu adalah orang Samaria! Betapa kontrasnya dengan sembilan orang yahudi yang juga disembuhkan! (Luk. 17:16) d. Zakheus: dalam Lukas 19:2-8 dikisahkan tentang seorang pemungut cukai bernama Zakheus. Dia juga orang yang tersisih meskipun dia kaya, dan jelas bahwa dia dibenci oleh banyak orang Yahudi. Tapi dalam penuturan Lukas, dia justru menangkap pesan Yesus, dan bersedia mengembalikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang dirugikan. Di sini jelas bahwa
8
Lukas ingin menyampaikan bahwa bukan kekayaan yang menjadi penghalang kepada Allah, tapi sikap hati kita akan kekayaan itu.
Karismatik Injil Lukas bersifat multidimensi, tidak saja ia memiliki pesan sosial yang kuat, tapi juga berkarakter karismatik. Misalnya kita baca bahwa Bapa di surga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta (11:13), padahal di teks paralelnya di Matius hanya disebutkan bahwa Bapa akan memberikan "yang baik" kepada mereka yang meminta. Frasa Roh Kudus disebut 14 kali dalam Lukas, dan hanya 6 kali dalam Matius, 4 kali dalam Markus dan 3 kali dalam Yohanes. Hal ini tidak saja muncul dalam Injilnya, tapi juga diteruskan dalam Kisah Para Rasul. Ini terlihat dari Kisah 1:8 yang menegaskan bahwa Roh Kudus akan memampukan para murid untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi. Bahkan sebagian orang menyebut Kisah Para Rasul sebagai Kisah Roh Kudus. Salah satu karya penting tentang Luke-Acts ditulis oleh Roger Stronstad, berjudul The Charismatic Theology of St. Luke [1]. Memang buku ini sangat favorit di kalangan para teolog karismatik, tapi saya kira juga baik dibaca kalangan reformed dan katolik. Kalau kita mau berintrospeksi sejenak, memang banyak perdebatan klasik di antara kalangan karismatik, injili, dan reformed yang berpangkal pada kegemaran masing-masing terhadap kitab tertentu. Martin Luther misalnya sangat memuji Surat Roma tapi tidak menyukai Surat Yakobus, yang disebutnya sebagai surat jerami. Lalu muncul istilah "kanon di dalam kanon". Tapi kecenderungan serupa ini agaknya masih sering menjangkiti para penganut injili dan reformed.
9
Di sisi lain, para tokoh karismatik dan Pentakosta cenderung menjunjung tinggi Kisah Para Rasul, tapi ini juga berpotensi menimbulkan semacam kanon di dalam kanon. Saya kira prinsip yang baik adalah mengikuti anjuran Yesus: "yang satu harus dilakukan, tapi yang lain jangan diabaikan." (Mat. 23:23) Salah satu asumsi yang sering dipegang oleh para teolog injili seperti Gordon Fee adalah bahwa kitab-kitab narasi tidak boleh menjadi sumber dari ajaran-ajaran didaktis, hanya surat-suratlah yang boleh.[5] Implikasinya adalah bahwa sampai sekitar tahun 90an para teolog Pentakosta cenderung dipandang sebelah mata oleh rekan-rekannya yang injili atau reformed, karena kaum teolog Pentakosta cenderung mendasarkan teologi mereka terutama pada Kisah Para Rasul. Tapi kemudian muncul dua bantahan terhadap asumsi tersebut, yaitu: A. Karya monumental Ian Howard Marshall dari Aberdeen University yang menandaskan bahwa Kisah Para Rasul dapat dipertanggungjawabkan baik secara historis maupun teologis.[4] B. bantahan lain berasal dari logika sederhana: jika semua narasi tidak boleh menjadi dasar untuk ajaran didaktis, maka itu berarti hampir 60% kitab dalam Alkitab juga harus diabaikan, termasuk kita tidak boleh membuat ajaran berdasarkan Kejadian, Keluaran, Hakim-hakim, Raja-raja, Tawarikh, bahkan keempat Injil. Tentunya reduksi semacam ini tidak masuk akal dan justru bertentangan dengan pesan Injil itu sendiri. Dari bantahan-bantahan semacam itu, maka akhir-akhir ini para teolog pentakosta mulai memperoleh perhatian secara serius. Salah satu pemikir pentakosta yang cukup diperhitungkan adalah Amos Yong, yang dulu mengajar di Regent University lalu pindah ke Fuller Seminary. Salah satu konsep yang diperkenalkan beliau adalah teologi hospitalitas. Karena itu berikut ini adalah interpretasi saya terhadap Injil Lukas menggunakan lensa hospitalitas. Saya memang 10
belum membaca buku Amos Yong, kecuali sebuah paper beliau [2]. Jadi mohon dimaafkan apabila interpretasi ini mungkin kurang pas dengan konsep asli beliau.
Hospitalitas Hospitalitas di sini dapat dipahami sebagai keramahtamahan yang khas murid Yesus. Dalam lensa hospitalitas, pesan kabar baik yang disampaikan oleh Yesus kiranya dapat dirangkum menjadi satu kalimat berikut: "sebagaimana Bapa menunjukkan belaskasihan dan keramahan kepada kita, maka demikian pula kita mesti menunjukkan belaskasihan dan keramahtamahan kepada sesama kita, khususnya mereka yang paling tersisihkan dalam masyarakat." Itulah inti dari berita Injil. Dalam Lukas 7:13 misalnya dikisahkan, bahwa Yesus bertemu dengan seorang janda yang anaknya meninggal, lalu Yesus tergerak oleh belaskasihan, sehingga Ia mengulurkan tangan-Nya dan menolong. Demikian juga dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, dikisahkan bahwa ia tergerak oleh belaskasihan (10:33), lalu turun dari keledainya dan menolong orang yang dirampok itu. Perumpamaan tentang anak yang hilang juga menunjukkan bagaimana bapanya setia menunggu anaknya yang bungsu kembali, dan begitu anaknya pulang, ia langsung tergerak oleh belaskasihan, lalu menyambut anaknya dan mengadakan pesta. (15:20) Jika perumpamaan tadi dimaksudkan Yesus untuk menggambarkan Bapa yang di surga, tentu ada pesan yang jelas tentang begitu besar kasih dan keramahan yang ditunjukkan Bapa kepada semua orang berdosa yang datang kepada-Nya dengan penuh rasa sesal dan mohon ampun, dan itulah hospitalitas yang surgawi. 11
Pertanyaan bagi kita untuk direnungkan: sudahkah kita menunjukkan belaskasihan dan keramahan kepada sesama yang paling miskin dan hina yang kita jumpai di jalan? Menurut Yesus, sikap kita entah ramah atau acuh kepada sesama yang paling hina itulah yang akan menentukan apakah kelak kita akan diterima di surga atau tidak. (Mat. 25) Itulah sikap spiritualitas kristiani yang sejati.
Holistik Jika semua pesan Yesus dalam Injil Lukas digabungkan, maka Lukas tampaknya memberikan penekanan pada kesembuhan melalui Yesus, pentingnya memperhatikan orang miskin dan tersisih, lalu juga penekanan pada aspek Roh Kudus. Jadi kesembuhan, pesan sosial dan hospitalitas serta aspek karismatik ditekankan sekaligus dalam Injil Lukas. Lalu bagaimana dengan gereja masa kini? Sudahkah kita mempraktekkan pesan utama Injil Lukas tersebut? Inilah yang dimaksud dengan pelayanan holistik, jadi bukan hanya memberitakan kabar baik untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, tapi juga memperhatikan kebutuhan manusia secara utuh. Jadi Injil Lukas juga dapat disebut sebagai Injil yang Holistik. Lihat ref. [3]. Berikut ini beberapa pertanyaan sederhana untuk menolong kita merenungkan penerapan Injil Lukas melalui pelayanan holistik: - sudahkah kita memperhatikan kesehatan masyarakat di sekitar kita? - sudahkah kita melakukan apa yang kita bisa untuk menolong lingkungan yang kumuh dan tersisih?
12
- sudahkah kita melakukan hospitalitas kepada sesama yang membutuhkan? (misalnya menyambut tamu yang baru pertama datang dalam ibadah, atau ramahtamah secukupnya sepulang ibadah). - sudahkah kita melibatkan Roh Kudus dalam setiap keputusan di gereja kita? Kiranya pertanyaan-pertanyaan tadi akan menolong kita untuk mewujudkan pelayanan Gereja yang Holistik yang merupakan pesan Injil Lukas bagi zaman ini. Demikian refleksi saya terhadap film the Gospel of Luke.
Versi 1.0: 3 mei 2015, pk. 12:48; versi 1.1: 22 mei 2015, pk. 07:02 VC, email:
[email protected]
Note: Terimakasih kepada Pdt. Welko Marpaung dan Pdt. Dr. Joas Adiprasetya yang memperkenalkan saya pada pemikiran Amos Yong, khususnya mengenai hospitalitas.
13
Referensi: [1] Roger Stronstad, The Charismatic theology of st. Luke, Hendrickson Publisher, url: http://media.sabda.org/alkitab2/PDF%20Books/00060%20Stronstad%20The%20Charismatic%20Theology%20of%20St%20L uke.pdf [2] Amos Yong. The Spirit of Hospitality: Pentecostal Perspectives toward a performative theology of interreligious encounter. Missiology, an international review vol. XXXV no. 1, January 2007. URL: http://mis.sagepub.com/content/35/1/55.full.pdf [3] Reinhard Jeffray Berhitu, Peran Gembala jemaat terhadap pengembangan pelayanan holistik di gereja Kemah Injil Indonesia Jemaat Yegar Sahaduta Jayapura. Jurnal Jaffray, Vol. 12 no. 2, 2014. Url: http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/19 [4] Ian Howard Marshall. Luke: Historian and Theologian, Exeter: Paternoster Press, 1970, 1989 [5] Gordon Fee. How to read the Bible for all its worth. Zondervan 1981
14
Telaah Eksegetis atas Hymne Yesus dalam Yohanes 1:1-18
Pendahuluan Dalam kalimat-kalimat pembuka keempat Injil, masing-masing penulis Injil memberikan petunjuk akan minat khusus yang mewarnai penuturan mereka akan hidup dan karya Yesus. 1 Pembukaan Injil Markus adalah yang paling singkat, hanya menuturkan baptisan Yesus untuk menegaskan bahwa Ia adalah Anak Allah. Pembukaan Matius berisi silsilah Yesus untuk menegaskan bahwa Ia adalah keturunan Abraham dan Daud, sekaligus memberikan legitimasi bahwa Ia adalah Raja Mesianik yang dinantikan. Pembukaan Lukas menceritakan kelahiran Yohanes Pembaptis dan Yesus dalam konteks pemerintahan Romawi masa itu. Di antara keempatnya, Yohanes memberikan pembukaan yang paling dramatis yaitu dengan memberikan penekanan Kristologis terhadap misi Yesus. Menurut R. Alan Culpeper 2, deskripsi Yesus sebagai Logos dalam Prolegomena Injil Yohanes memberikan dampak yang abadi terhadap teologi Kristen. Hymne Yesus3 dalam Yohanes 1:1-18 merupakan salah satu perikop yang sangat terkenal dan telah banyak dibahas dalam berbagai literatur. Namun demikian interpretasi atas Hymne Yesus tersebut dalam konteks kosmologi tampaknya belum mendapat banyak perhatian. Motivasi
1
Richard Van Egmond. An exegetical study of the Prologue of John. R. Alan, Culpepper. The Gospel and Letters of John. Nashville: Abingdon, 1998 3 Sebagaimana dijelaskan dalam Ridderbos, masih terdapat ketidaksepakatan di antara para ahli tentang asal-usul Hymne Yesus tersebut. Sebagian menyatakan bahwa Hymne ini berasal dari suatu puisi dari Gereja Purba, semerntara Bultmann menduga bahwa hymne ini berasal dari dunia Gnostik. Namun demikian Ridderbos menjelaskan bahwa karya penebusan yang ditegaskan dalam Hymne Yesus jauh berbeda dan tidak dapat dikaitkan dengan ajaran Gnostik. Ridderbos, Herman. Injil Yohanes: suatu Tafsiran Theologis. Surabaya: Penerbit Momentum, 2012. Lihat juga Richard Van Egmond. An exegetical study of the Prologue of John. 2
15
penulis untuk meneliti Hymne Yesus ini adalah untuk menggali apakah mungkin mengembangkan kosmologi bertolak dari Hymne Yesus tersebut. Karena itu dalam makalah ini penulis bermaksud melakukan analisis eksegetis atas Yohanes 1:118 untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Adakah gagasan kosmologi dalam Injil ini? Seandainya ada, dalam pengertian apakah kosmos menurut Injil Yohanes? Bagaimanakah peran dan karakter kosmos? Sejauh manakah pengaruh gagasan filsafat keagamaan Gnostikisme atas terminologi-terminologi dan “bahasa” kosmologis Injil Yohanes?
Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk menolong pembaca agar memahami apakah Hymne Yesus dalam Injil Yohanes dapat memberikan petunjuk untuk mengembangkan suatu model kosmologi.
Lingkup Pembahasan Dalam makalah ini penulis hanya akan meneliti 18 ayat pertama dalam Injil Yohanes.
16
Analisis a. Analisis Historis Penulis Injil keempat tidak menyebutkan secara jelas siapakah penulisnya. Seperti Ketiga Injil Sinoptik, secara formal Injil ini ditulis secara anonim. Namun demikian menurut tradisi gereja kuno, Injil Yohanes bersama-sama dengan surat-surat I-II Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes, salah satu dari kedua belas rasul Yesus Kristus dan merupakan murid yang paling dekat dengan Yesus. Tulisan-tulisan Rasul Yohanes merupakan tulisan yang diakui oleh bapa-bapa gereja abad-abad pertama, terutama oleh Irenaeus, Tertullianus dan Justynus Martir. Meskipun ada beberapa dokumen lainnya, penulis pertama yang mengutip dari Injil Keempat dengan menyebutnya sebagai karya Rasul Yohanes adalah Theophilus dari Antiokhia (181 M). Bagaimanapun, sebelum tahun tersebut, beberapa penulis seperti Tatian (murid dari Justin Martyr), Claudius Apollinaris, dan Athenagoras juga menyebut Injil Keempat sebagai dokumen yang otoritatif. 4 Salah satu peneliti yang menegaskan dugaan bahwa Rasul Yohaneslah penulis Injil Keempat dikemukakan adalah Brooke Foss Westcott (1825-1901). Westcott mengemukakan argumen yang menjadi klasik bahwa penulis Injil Keempat adalah seorang Yahudi, berasal dari Palestina, seorang saksi mata, seorang rasul, dan ia adalah St. Yohanes. 5 Tetapi banyak ahli modern meragukan keotentikan Injil Yohanes sebagai Injil yang ditulis oleh saksi mata dari perbuatan Yesus. Karena itu kebanyakan ahli cenderung menganggap bahwa Injil Yohanes tersebut kurang bernilai historis dibandingkan dengan ketiga Injil Sinoptik. Meskipun 4
D.A. Carson & Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament, Second Edition. (Grand Rapids: Zondervan. AER Edition, 2009), p. 229. 5 John Painter, "Johannine Literature: The Gospel and Letters of John," in David E. Aune (ed.) The Blackwell Companion to the New Testament (Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), pp. 345.
17
demikian, beberapa penelitian misalnya oleh C.H. Dodd justru menunjukkan bahwa Injil Yohanes memiliki sumber-sumber yang berasal dari tradisi gereja yang lebih kuno, sehingga tidak lebih rendah nilai historisnya dibandingkan ketiga Injil Sinoptik. 6
Penerima Tidak ada penerima yang secara jelas disebutkan dalam Injil Keempat. Diduga, jika Yohanes anak Zebedeus yang menulis Injil Keempat tersebut ketika ia tinggal di daerah Efesus, maka kemungkinan ia menulisnya untuk para pembaca di sekitar wilayah kerajaan tersebut. 7
Waktu Penulisan Selama 150 tahun terakhir, banyak usulan tentang tanggal penulisan Injil Keempat ini telah diajukan, mulai dari sekitar 70M hingga seperempat bagian terakhir dari abad kedua M. Namun tidak ada argumen yang sangat meyakinkan, sehingga para ahli menduga bahwa tahun berapapun di antara 55 dan 95 M semuanya mungkin. 8
6
C. H. Dodd, Historical Tradition in the Fourth Gospel (Cambridge: Cambridge University Press, 1963) as cited in D.A. Carson, "Historical Tradition in the Fourth Gospel: After Dodd, What?" R.T. France & David Wenham, eds., Gospel Perspectives, Vol. 2: Studies of History and Tradition in the Four Gospels. Sheffield: JSOT Press, 1981. pp.83-145. 7 D.A. Carson & Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament, Second Edition. (Grand Rapids: Zondervan. AER Edition, 2009), p. 267. 8 Ibid, 264.
18
Tujuan Penulisan Diskusi sepanjang abad keduapuluh mengenai tujuan penulisan Injil Keempat ini secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 kelompok:9 -
Banyak usulan di sepanjang abad ke-20 yang berupaya menunjukkan bahwa tujuan Injil Keempat dapat ditemukan dengan membandingkannya dengan ketiga Injil Sinoptik. Ada yang mengatakan bahwa Yohanes menulis sebuah Injil spiritual, atau dia menulis untuk untuk melengkapi apa yang masih belum ada dalam ketiga Injil Sinoptik, atau bahkan untuk menggantikan atau mengoreksinya. Teori-teori ini menolak untuk membiarkan Yohanes menjadi Yohanes, dan karenanya akhir-akhir ini pendekatan ini ditinggalkan.
-
Banyak proposal modern yang berawal dari upaya rekonstruksi komunitas Yohanin yang diduga meminta ditulisnya Injil Keempat tersebut. Meeks misalnya berargumen bahwa komunitas Yohanin itu adalah sectarian dan terkucil dari sinagoge-sinagoge yang berkuasa. Namun hipotesis ini memiliki kelemahan: dugaan bahwa komunitas Yohanin itu terkucil dan sectarian mengabaikan fakta adanya visi besar dalam Yohanes 17, dan juga parallel-paralel yang antara pembukaan Yohanes dengan Hymne lainnya seperti Kol. 1:15-20 dan Flp. 2:5-11.
-
Beberapa pernyataan tentang tujuan penulisan Injil Yohanes bertumpu pada tema tunggal atau bahkan perangkat sastra.
-
Akhirnya, beberapa komentator mengadopsi apa yang disebut sebagai pendekatan sintetik atau aditif. Apa yang tampak sebagai usulan-usulan terbaik digabungkan menjadi satu, sehingga tujuan penulisan Injil Yohanes adalah menginjili kaum Yahudi, menginjili
9
Ibid, 268.
19
kaum Helenis, memperkuat gereja, mengkatekisasi para petobat baru, menyediakan bahan-bahan untuk menginjili kaum Yahudi dsb.
b. Analisis Kultural Bangsa Yahudi merupakan suatu bangsa yang percaya dan menaruh harapan kepada Hukum Taurat, sebagai hukum yang bisa menyelamatkan mereka. Bangsa Yahudi berpikir bahwa dengan melakukan hukum Taurat mereka bisa diselamatkan. Jadi orang Yahudi beranggapan bahwa mereka bisa diselamatkan dengan melaksanakan hukum Taurat sepenuhnya. Di samping itu, ada juga keyakinan tradisional misalnya dari Targum Onkelos tentang Memra 10 YHWH yang berkuasa dan berperan dalam penciptaan alam semesta, dan beberapa ahli menduga bahwa gagasan tentang Memra YHWH itulah yang kemudian diadopsi oleh penulis Injil Keempat ini untuk memperkenalkan konsep Logos yang menjadi manusia. Jadi gagasan tentang Logos itu meskipun di permukaan tampaknya dipinjam dari filsafat Helenis, kemungkinan berakar pada tradisi Yudaisme itu sendiri. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa rasul Yohanes menggunakan kata logos, dengan cara mengutipnya dari PL. Asumsi bahwa Yohanes mengambil PL sebagai referensinya muncul karena Yohanes sering mengutip PL dalam tulisannya. Hal ini telah diamati oleh beberapa ahli
10
Targum ialah PL yang diterjemahkan ke dalam bahasa Aram. Di dalam Targum orang PL (Yahudi), digunakan kata „memra‟ untuk menerjemahkan kata firman, yang dapat dikenakan untuk diri Allah. Memra adalah sebutan biasa untuk nama khusus Allah, YHWH (adonai). Dan istilah memra dalam bahasa Aram sama dengan pengertian Firman Allah (lihat Targum Kel. 19:17; Targum Ul. 9:3; Targum Yes. 48:13). „Kata‟ atau „firman‟ dapat selalu menjadikan atau mengerjakan sesuatu; jadi bukan hanya mengatakan sesuatu, tetapi „kekuatan‟ atau „kuasa‟ Allah untuk menciptakan. Jadi, firman dalam Yudaisme tradisi Targumik menunjukkan suatu „aktivitas mencipta‟, bukan hanya perkataan. Barrett, kadang-kadang memperkirakan bahwa memra adalah sebuah hipotasis ilahi yang mampu memperlengkapi sebuah persamaan yang benar pada pemikiran Yohanes dari suatu pribadi inkarnasi logos dalam Yesus. Lihat Marta Sembiring, Konsep Logos menurut Injil Yohanes 1:1-18 suatu penelitian Naratif. Jumat, 23 April 2010. URL: http://sababalatblog.blogspot.com
20
seperti Delbert Burkett , C.K. Beale , dan F.W. Hengstenberg . Selain itu, kata “Firman” juga sering kita temukan dalam PL. Dalam PL kata Firman Allah terlibat dalam proses penciptaan segala sesuatu (misalnya dalam Maz. 33:6), pewahyuan (Yer. 1:4; dan Yes. 9:7), dan keselamatan (Maz. 107:20; dan Yes. 55:11).11
c. Analisis Konteks Sastra -
Konteks dekat: Perikop Yoh. 1:1-18 dilanjutkan dengan kesaksian Yohanes Pembaptis bahwa dia bukanlah Mesias yang akan datang, melainkan ada Seseorang yang lebih besar dari dia yang akan datang. Selanjutnya ayat 29 berisi kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Tema bahwa Yesus adalah Firman Allah yang turun ke dunia untuk menghapus dosa dunia itu diulangi di beberapa bagian, misalnya dalam Yoh. 3:16.
-
Konteks jauh: Pasal 1 dilanjutkan dengan Pasal 2 yang berisi dua peristiwa yaitu: a. mukjizat yang pertama oleh Yesus dengan cara mengubah air menjadi anggur, dan b. Yesus mengusir para pedagang di pelataran Bait Suci. Kedua peristiwa ini tampaknya menegaskan misi Yesus yakni memberitakan bahwa diri-Nya adalah Anak Allah yang turun dari surga untuk membereskan semua kekacauan dalam peribadatan di masa itu. Dalam konteks yang lebih luas, Injil Yohanes menggambarkan konflik yang terbentuk antara Yesus dan para pemimpin Yahudi selama pelayanan Yesus. Tidak seperti dalam Injil Sinoptik, tidak ada konflik mengenai tidak membasuh tangan dll. Konflik yang terjadi dalam Injil
11
Marta Sembiring, Konsep Logos menurut Injil Yohanes 1:1-18 suatu penelitian Naratif. Jumat, 23 April 2010. URL: http://sababalatblog.blogspot.com
21
Yohanes digambarkan dipicu oleh penyembuhan yang dilakukan Yesus pada hari Sabat dan juga bahwa Yesus tidak membela diri-Nya tentang pelanggaran tersebut, tetapi malah membuat klaim diri-Nya sebagai Anak Allah yang hidup; hal ini bagi orang Yahudi berarti hujat yang sangat serius. ("Bapa-Ku terus bekerja hingga sekarang, dan Aku pun juga bekerja." – Yoh. 5:17).12
1212
John Painter, "Johannine Literature: The Gospel and Letters of John," in David E. Aune (ed.) The Blackwell Companion to the New Testament (Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), p. 351.
22
d. Eksegesis Yohanes 1:1-18 1. Prolog: Bagian Prolegomena (1:1-18) memberikan pembukaan yang kuat dan dramatis terhadap Injil ini. Yohanes meneguhkan inkarnasi Logos menjadi Yesus dari Nazaret, sebagai seseorang yang menyatakan hati dan pikiran Tuhan. Melalui hal ini Yohanes membuat jelas tujuan Allah yang penuh kasih. 13 Prolog tersebut juga menampilkan suatu paradoks dari dunia, yang diciptakan oleh Tuhan, tapi berkonflik dengan Tuhan yang datang untuk menyelamatkan dunia. Dilema ini ditampilkan dalam bentuk struktur simbolik yang dominan dalam Injil Keempat yakni pertentangan antara kegelapan dunia dalam konflik dengan terang dari Logos yang ilahi. 2. Ayat 1: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (TB). Puisi ini dimulai dengan kalimat yang tidak dapat tidak mengingatkan pembaca pada kalimat pertama dalam Kitab Kejadian. Melalui rujukan terhadap Kejadian 1:1 penulis Injil Yohanes menarik pembacanya ke periode sebelum penciptaan, yaitu pada keberadaan yang kekal dari Logos atau Firman Allah.Yohanes menggunakan tradisi penafsiran yang memandang tindakan Allah yang berfirman (Kejadian 1) menjadi Firman Tuhan yang hidup. Menurut tradisi Yahudi, Firman Allah itu juga dikenal sebagai Memra. Dan tampaknya penulis Injil Yohanes memperkenalkan Firman Allah yang dipersonifikasikan menjadi manusia.
13
John Painter, "Johannine Literature: The Gospel and Letters of John," in David E. Aune (ed.) The Blackwell Companion to the New Testament (Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010), p. 354.
23
Kata-kata penting: logov disebutkan 3 kali dalam ayat 1. Penggunaan istilah Logos dalam ayat 1 terus memicu perdebatan sejak dahulu. Suatu survei terhadap berbagai komentar menunjukkan istilah tersebut berakar pada Perjanjian Lama, dan sedikit hubungannya dengan istilah logos yang digunakan oleh Heraclitus. 14 Namun demikian antara Hikmat dan Logos tidak sepenuhnya bisa disamakan, karena Hikmat diciptakan oleh Allah, sementara Logos menunjuk pada eksistensi yang kekal sebelum alam semesta diciptakan. Mungkin yang dimaksud penulis Injil Yohanes adalah bahwa sebagaimana perkataan seseorang menyatakan hati dan pikirannya, maka Kristus sebagai Sabda Allah juga menyatakan hati dan pikiran Allah. 3. Ayat 2: Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah (TB). Kalimat ini menegaskan kembali ayat 1, bahwa Logos itu sudah ada sebelum alam semesta diciptakan, dan eksistensinya kekal. Kata-kata penting: απχη (permulaan). Ini menegaskan bahwa Kristus tidak diciptakan, dan memiliki pra-eksistensi bersama-sama dengan Bapa sendiri. Dia abadi dan senantiasa berada dalam persekutuan kasih dengan Bapa.
14
Sekitar tahun 500 BC seorang filsuf yang bernama Heraclitus menjadi filsuf pertama yang mengembangkan kata Firman. Ide dasar Heraclitus adalah bahwa segala sesuatu ada di dalam keadaan berubah-ubah. Namun perubahan itu bukanlah suatu kebetulan, semua perubahan itu terkemudikan dan diatur, mengikuti pola yang terus-menerus sepanjang waktu. Dan yang mengendalikan pola tersebut adalah logos, firman dan nalar atau pikiran Allah. Bagi Heraclitus, logos adalah dasar keteraturan yang menyebabkan alam semesta ini tetap ada, dan hanya logos itulah yang tidak berubah. Bagi Heraclitus, logos selalu ada dan segala sesuatu terjadi melalui logos ini. Menurutnya di dunia ada suatu „akal‟ atau „pikiran‟ yang bekerja secara ilahi, yaitu logos ilahi atau akal Allah sendiri yang mutlak dalam ekspresi diri-Nya, namun tidak berpribadi. Logos adalah „ekspresi‟ dari Yang Maha Tinggi, di mana ia memperkenalkan dirinya sendiri dalam dunia dengan „percikan kecil‟ dan „terbatas‟ dalam apa yang disebut „prinsip spermatikos logos‟ pada tiap-tiap manusia. Prinsip logos seperti inilah yang membuat keteraturan dunia, sehingga tidak kacau. Baginya Firman adalah akal ilahi, atau rencana ilahi yang mengatur semesta alam. Lihat: Marta Sembiring, Konsep Logos menurut Injil Yohanes 1:1-18 suatu penelitian Naratif. Jumat, 23 April 2010. URL: http://sababalatblog.blogspot.com
24
4. Ayat 3: Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (TB). Kata-kata penting: εγενεηο (terjadi). Ayat ini menegaskan peran penting Kristus Sang Firman itu dalam proses penciptaan. Ia hadir dan ikut berperan aktif untuk menjadikan segala sesuatu ada. Tampaknya ayat ini melengkapi penuturan Kejadian 1, kalau dalam Kejadian 1 dikisahkan bahwa Allah adalah Roh yang melayang-layang, maka dalam ayat 4 ini dikisahkan bahwa Firman Allah itu turut berperan aktif. Ayat ini menggambarkan peran sentral Kristus di tengah-tengah alam semesta, Ia adalah pusat dari alam semesta, seperti ditegaskan dalam Hymne yang lain dalam Kol. 1:15-18. 5. Ayat 4: Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Kata-kata penting: ζωη (hidup). Ayat ini menegaskan bahwa dalam Kristus ada hidup yang benar dan sejati. Dan hidup yang ditawarkan oleh Kristus adalah hidup dalam kebenaran dan persekutuan dengan Allah Bapa, dan siapa saja yang memiliki hidup yang ditawarkan oleh Kristus maka ia memperoleh terang karena Kristus itulah Terang itu sendiri. 6. Ayat 5: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Kata-kata penting: θωζ (terang). Yohanes hendak menegaskan setidaknya 3 hal: a. terang itu senantiasa bercahaya karena berasal dari Allah sendiri, b. terang itu tidak dapat bercampur dengan
25
kegelapan, dan c. sekuat apapun kegelapan itu, ia tidak dapat mengalahkan terang. Konflik antara terang dan gelap dalam Yohanes diduga oleh sebagian ahli biblika dipinjam dari terminologi dalam beberapa Naskah Laut Mati (DSS), namun akhirakhir ini ada bantahan terhadap dugaan tersebut, karena dalam DSS konflik antara terang dan gelap itu bersifat abadi dan belum jelas siapa pemenangnya, sementara dalam Yohanes jelas ditegaskan bahwa sampai kapanpun kegelapan tidak akan menang. Dengan kata lain, Yohanes lebih optimis dibandingkan penulis DSS. Perlu dicatat juga, bahwa konflik abadi antara terang dan gelap juga dikenal dalam beberapa tradisi atau ritual suku-suku di dunia, misalnya sampai sekarang orang Bali masih mempercayai adanya konflik antara kebaikan dan kejahatan, hanya saja ada perbedaan yang dalam yaitu dalam kepercayaan tradisional Bali, selalu diupayakan untuk menjaga keseimbangan antara gelap dan terang, antara baik dan jahat. Jadi sekali lagi Yohanes jauh lebih optimis dibandingkan dengan tradisi kuno di Bali. 7. Ayat 6: Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; Kata-kata penting: apostello (diutus). Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Yohanes Pembaptis hanyalah utusan Allah untuk memperkenalkan Yesus kepada umat Israel. Diduga ayat 6-9 merupakan sisipan terhadap Hymne Yesus yang bermula dari ayat 1. 8. Ayat 7: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya Kata-kata penting: marturia (saksi)
26
Menegaskan ayat 6, Yohanes datang untuk memberikan kesaksian tentang Sang Terang yang sejati itu, yaitu Yesus. 9. Ayat 8: Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Kata-kata penting: martureo (memberikan kesaksian) Ayat ini mempertegas dua ayat sebelumnya, bahwa Yohanes Pembaptis bukanlah Mesias itu sendiri, tapi ia harus memberikan kesaksian tentang Yesus. 10. Ayat 9: Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Kata-kata penting: photizo (menerangi) Ayat ini mengulangi ayat 5 tentang Kristus yang datang sebagai Terang dari Allah. Tidak dapat tidak Ia akan bersinar menerangi kegelapan di dunia. 11. Ayat 10: Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Kata-kata penting: κοζμοζ (dunia). Yang dimaksud dengan "dunia" di sini adalah masyarakat secara keseluruhan yang terorganisir dan terlepas dari Allah, Firman dan pemerintahan-Nya. Dunia ini tidak akan pernah mengakui Kristus tetapi akan bersikap acuh tak acuh dan memusuhi Kristus dan Injil-Nya hingga kesudahan zaman. Bagi Yohanes, dunia adalah lawan terbesar dari Juruselamat dalam sejarah keselamatan. 12. Ayat 11: Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerima-Nya. Kata-kata penting: ιδια (milik sendiri).
27
Dua kali kata idia digunakan dalam ayat ini, menegaskan bahwa Kristus datang kepada dunia yang diciptakan-Nya sendiri, dank arena itu adalah milik-Nya. Namun dunia tidak mau menerima-Nya. Itulah paradoks terbesar dari inkarnasi Firman Allah ke dalam dunia, yaitu justru milik-Nya sendiri tidak bersedia menerima tuan-Nya, bahkan termasuk orang-orang Yahudi yang merupakan bangsa pilihan Allah. 13. Ayat 12: Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Kata-kata penting: lambano (menerima). Dalam ayat ini, penulis Injil Yohanes sepertinya menyatakan bahwa sekalipun secara umum dunia tidak mau menerima kedatangan Kristus, ada sebagian orang yang mau menerima Kristus sebagai Anak Allah yang hidup, mereka itulah yang akan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. 14. Ayat 13: orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Kata-kata penting: gennao (melahirkan) Jadi orang-orang yang menerima Kristus sebagai Anak Allah yang hidup, sesungguhnya dilahirkan kembali oleh Allah yang hidup, jadi mereka tidak lagi dilihat sebagai anak-anak dunia yang lahir dari daging dan darah melainkan dilahirkan oleh roh. Lihat percakapan Yesus dengan perempuan Samaria. 15. Ayat 14: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
28
Kata-kata penting: λογοζ., ζαπξ (firman, daging). Di sinilah kontras terbesar antara konsep Logos dalam Heraclitus maupun Filo dengan Injil Yohanes. Firman itu telah berinkarnasi menjadi daging dan tinggal di antara manusia, jadi Logos bukan sekadar konsep abstrak tentang keteraturan. Inilah paradoks terbesar dalam Kristologi, yaitu bahwa Logos itu sekaligus Allah (1:1) dan sekaligus juga daging/manusia (1:14). 16. Ayat 15: Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Kata-kata penting: protos (yang terdahulu). Dalam ayat ini, Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang Yesus sebagai Dia yang akan datang dan telah ada sejak dahulu kala. Jelas bahwa Yohanes Pembaptis menyadari betul tentang asal-usul Yesus yang dari surga. 17. Ayat 16: Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; Kata-kata penting: pleroma (kepenuhan) Kepenuhan Kristus yang dimaksud adalah persekutuan dengan Bapa serta hidup kekal yang dimiliki bersama Bapa, itulah yang Yesus hendak bagikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. 18. Ayat 17: sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Kata-kata penting: charis (anugerah).
29
Di sini Yohanes membuat kontras bahwa hukum datang oleh Musa, tapi Yesus menawarkan anugerah yaitu karunia Allah berupa pembenaran dan pengampunan dosa kepada siapa saja yang percaya kepada Yesus. Frase charitos kai aletheias tampaknya memiliki parallel dengan frase Yahudi yaitu hesed dan emet (steadfast love and truth). Kedua kata itu juga merupakan dua sifat Allah yang sangat menonjol dalam diri dan karya Yesus. 19. Ayat 18: Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Kata-kata penting: monogenes (Anak Tunggal) Ayat ini menegaskan bahwa Yesuslah yang menyatakan Bapa kepada manusia di dunia, karena Dia adalah Anak Tunggal Bapa. Kata monogenes menyiratkan anak dari jenis yang sama, yang menegaskan kesamaan sebagai Tritunggal.
30
Evaluasi Pertanyaan dan jawaban: a. Adakah gagasan kosmologi dalam Injil ini? Berdasarkan eksegesis di atas, ada beberapa gagasan kosmologi yang dapat ditarik dari Hymne Yesus, misalnya: a. Logos yang berperan penting dalam penciptaan kosmos, dan hal ini agak berbeda dengan penuturan Kejadian 1, b. Logos itu menjadi terang dunia, c. adanya pertentangan antara terang dan gelap, d. Dunia cenderung menolak kehadiran Terang yang turun dari Sorga. Konflik abadi antara terang dan gelap tersebut juga diungkapkan oleh Edward Klink III, yang menyatakan bahwa Yohanes memulai Injilnya dengan kalimat "pada mulanya" untuk menempatkan keseluruhan narasi Yohanin dakam suatu peristiwa kosmologis yang berakar pada permulaan kehidupan. 15 b. Seandainya ada, dalam pengertian apakah kosmos menurut Injil Yohanes? Kata kosmos digunakan secara intensif dalam Injil Yohanes, yakni sebanyak 78 kali, 102 kali dalam seluruh literatur Yohanin, dan 185 kali di seluruh Perjanjian Baru. Jika dibandingkan dengan 14 kali penggunaan kata kosmos dalam Injil Sinoptik, maka akan tampak penggunaan yang jauh lebih banyak dalam Injil Yohanes. The Theological Dictionary of the New Testament mencatat 46 kali penggunaan kosmos dalam Corpus Paulinum, sehingga Paulus menaruh perhatian yang sama dengan Yohanes terhadap kata
15
Edward W. Klink III, "Light of the World: Cosmology and the Johannine Literature," In Jonathan T. Pennington and Sean M. McDonough, Cosmology and New Testament Theology (London: T&T Clark International, 2008), 74.
31
kosmos ini. Kata kosmos ini diduga berasal dari: a. agama Yahudi, atau b. tradisi Helenistik. 16 Dalam konteks Helenistik, kata kosmos berakar pada kecantikan dan ornamentasi, karena itu kosmos berkaitan dengan kosmetik. Dari pemahaman tentang kecantikan yang teratur itu diduga lalu berkembang menjadi gagasan tentang keteraturan dalam alam semesta.17 Dalam hubungan ini, ada beberapa konotasi yang mungkin, di antaranya adalah: a. keteraturan yang inheren dalam sistem kosmik (sebelum Pithagoras), b. totalitas dari segala hal yang tercakup bersama-sama dalam keteraturan kosmik (setelah Pithagoras), c. alam semesta (Plato), d. konsep Helenistik tentang kosmos sebagai alam semesta, dunia dan masyarakat kemudian mempengaruhi pemikiran Yudaisme Palestina, misalnya dalam pemikiran Philo. Jika konsep Helenistik tentang kosmos mempengaruhi pemikiran Yahudi dengan cara tersebut, maka mungkin juga konsep tersebut berpengaruh dalam pemikiran penulis Injil Yohanes.18 Namun demikian, diduga oleh para ahli bahwa Yohanes sendiri tidak menggunakan kata kosmos tersebut secara konsisten dalam Injilnya. Kysar misalnya mencatat adanya pergeseran makna yang signifikan, kadang-kadang kosmos menunjuk secara netral atau positif kepada seluruh ciptaan (Yoh. 1:10, 3:16), dan Yesus datang ke dunia bukan untuk menghukumnya tapi untuk menyelamatkannya (3:17). Fakta ini membantah semua penafsiran docetis yang menyatakan bahwa dunia cenderung jahat semata-mata. Namun demikian, memang ada penggunaan kata kosmos dalam Yohanes yang berkonotasi negatif dalam konteks dualisme Yohanin. Dualisme antara atas/bawah 16
Buhro, Bradley. Cosmos and Microcosm in the Fourth Gospel: A world order overcome by a new paradigm. Bourbonnais, Illinois: 2000. 17 Seumas Macdonald. What role does the world play in the narrative of the Fourth Gospel? URL: http:// jeltzz.com/Essays/KosmosJohn.rtf 18 Ibid., 2.
32
memimpin kita untuk berpikir bahwa secara kosmik ada dualisme vertikal. Dalam hubungan ini, Grohar mengusulkan pengertian alternatif terhadap kata kosmos, yaitu masyarakat yang gelap dan berkonflik dengan Sang Pencipta, karena seluruh masyarakat terpisah dari Tuhan akibat dosa.19 Klink III memberikan perspektif yang agak berbeda tentang pengertian kosmos dalam Injil Yohanes. Menurutnya, kosmos tidak perlu terbatas pada alam semesta fisis, tapi juga dapat merujuk pada entitas personal, atau pada masyarakat secara keseluruhan. Singkatnya pemahaman akan kosmos ini bersifat relasional, dan inilah yang sering membingungkan para ahli. 20 c. Bagaimanakah peran dan karakter kosmos? Firman (Word) berhubungan dengan dunia (World) dalam tiga relasi yang berbeda: 1. Ciptaan, 2. Masyarakat, 3. Anak-anak Allah. Firman adalah Pencipta dari segala sesuatu, sumber dari semua sumber, awal dari segala awal. Ciptaan itu sendiri membawa cap dari Sang Firman. Sang Anak adalah asal mula kehidupan, dan hidup yang Ia berikan adalah terang bagi manusia. Tapi Terang itu tidak bersifat stagnan, melainkan selalu bergerak, datang dan menerangi dunia yang gelap. 21 Peran kosmos: tampaknya kosmos berperan sebagai panggung di mana drama ilahi ditampilkan. Tentunya, dalam konteks kosmologi, maka panggung itu adalah seluruh sejarah alam semesta itu sendiri. 22 Konsep tentang dunia (kosmos) sebagai panggung berkaitan erat dengan ide datang dan mengutus. Yesus diidentifikasikan sebagai Dia yang
19
Ibid., 3-4. Edward W. Klink III, "Light of the World: Cosmology and the Johannine Literature," In Jonathan T. Pennington and Sean M. McDonough, Cosmology and New Testament Theology (London: T&T Clark International, 2008), 75. 21 Ibid., 85. 22 Seumas Macdonald. What role does the world play in the narrative of the Fourth Gospel? URL: http:// jeltzz.com/Essays/KosmosJohn.rtf 20
33
Diutus, Diutus oleh Bapa, dan Datang ke dalam dunia. Jadi dunia sebagai panggung bersifat pasif, yang aktif mengutus dan datang ke dunia adalah Allah sendiri. d. Sejauh manakah pengaruh gagasan filsafat keagamaan Gnostikisme atas terminologiterminologi dan “bahasa” kosmologis Injil Yohanes? Keterbatasan tempat tidak memungkinkan diskusi yang mendalam tentang dugaan pengaruh Gnostikisme terhadap bahasa kosmologis Injil Yohanes. Namun demikian sebagai ringkasan, dapatlah dikemukakan di sini bahwa terdapat perbedaan antara Platonisme dan Stoia dibandingkan dengan Gnostikisme. Platonisme dan Stoia mengajarkan konsep bahwa pikiran mengatasi materi, sementara Gnostikisme mengajarkan adanya dualisme radikal antara roh dan materi dan bahwa pengetahuan (gnosis) adalah medium untuk mencapai keselamatan. (Barrett 1952).23 Kedekatan antara Injil Yohanes dengan vokabulari Gnostik memang memotivasi banyak peneliti untuk mengajukan teori bahwa "penulis Injil Keempat adalah seorang petobat dari sekte baptisan Gnostik." (Bultmann dalam Yamauchi 1973, 30).24 Namun, kini teori tersebut kurang dapat diterima tanpa adanya dokumen sejarah yang kuat. Salah satu bantahan terhadap teori tersebut adalah fakta bahwa dokumen-dokumen Gnostik tidak dapat diberi tanggal penulisan lebih awal daripada Injil Keempat. Bahkan seperti dinyatakan oleh Ridderbos,25 dokumen yang digunakan oleh Bultmann bertanggal beberapa abad setelah masa penulisan Injil Yohanes, dan tidak ada bukti bahwa dokumen Gnostik itu berasal dari era yang lebih awal. Sehingga teori itu menjadi lemah.
23
Zeltmacher, The Gospel of John and Gnosticism, URL: http://zeltmacher.eu/wpcontent/uploads/2014/04/The_Gospel_of_John_and_Gnosticism.pdf 24 Ibid. 25 Herman Ridderbos. Injil Yohanes: suatu Tafsiran Theologis. (Surabaya: Penerbit Momentum, 2012), 33-35. Diterjemahkan dari Ridderbos, Het Evangelie naar Johannes. Kampen: J.H. Kok, 1987.
34
Kesimpulan Tinjauan ini masih jauh dari lengkap, namun demikian ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Studi-studi terhadap Hymne Yesus tampaknya membuka kemungkinan untuk mengembangkan model kosmologi teoretis yang bertolak dari beberapa pemahaman: a. Peran Sang Logos (Firman Allah) yang sentral dalam proses penciptaan alam semesta, hal ini dapat dikaitkan dengan Hymne lainnya dalam Kol. 1:15-17. b. Sang Firman yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia. c. Sang Firman sekaligus adalah Terang bagi manusia, meskipun memang ada konflik antara terang dan gelap dalam dunia. d. Kegelapan itu tidak dapat mengalahkan Terang.
Aplikasi Sebagai penerapan dari tinjauan eksegetis ini adalah perlu dilakukan beberapa hal: a. Studi yang lebih mendalam tentang kemungkinan-kemungkinan teoretis yang tersedia untuk mengembangkan konsep kosmologi berdasarkan Hymne Yesus. b. Studi yang mendalam untuk membandingkan kosmologi yang bertolak dari Kejadian 1 dan Hymne Yesus, serta bagaimana keduanya dapat dimengerti secara komplementer (saling melengkapi). Demikianlah studi yang singkat ini kiranya berguna bagi para pembaca. Versi 1.0: 20 Mei 2015, pk. 22.10 Victor Christianto 35
Daftar Pustaka
1. Aune, David E. (ed.) The Blackwell Companion to the New Testament. Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010. pp. 344-372. 2. Boyarin, Daniel. The Gospel of the Memra: The Jewish Binitarianism and the Prologue to John. The Harvard Theological Review, Vol. 94 no. 3 (2001) pp. 243-284. 3. Buhro, Bradley. Cosmos and Microcosm in the Fourth Gospel: A world order overcome by a new paradigm. Bourbonnais, Illinois: 2000. URL: http://www.samplertosower.com/wp-content/uploads/2009/10/KOSMOS.PDF 4. Carson, D.A. & Douglas J. Moo. An Introduction to the New Testament, Second Edition. Grand Rapids: Zondervan. AER Edition, 2009. 5. Carson, D.A. "Historical Tradition in the Fourth Gospel: A Response to J.S. King," JSNT 23 (1985) 73-81. 6. Coyne, George V., & Michael Heller. A comprehensible Universe: The Interplay of Science and Theology. New York: Springer-Verlag, 2008. 7. Culpepper, R. Alan. The Gospel and Letters of John. Nashville: Abingdon, 1998. 8. Dodd, C. H. Historical Tradition in the Fourth Gospel. Cambridge: Cambridge University Press, 1963 as cited in D.A. Carson, "Historical Tradition in the Fourth Gospel: After Dodd, What?" R.T. France & David Wenham, eds., Gospel Perspectives, Vol. 2: Studies of History and Tradition in the Four Gospels. Sheffield: JSOT Press, 1981. pp.83-145. 9. Fee, Gordon D. New Testament Exegesis: A Handbook for Students and Pastors. Philadelphia: The Westminster Press, 1983. 10. Klink III, Edward W. "Light of the World: Cosmology and the Johannine Literature," In Jonathan T. Pennington and Sean M. McDonough, Cosmology and New Testament Theology. London: T&T Clark International, 2008. 11. Macdonald, Seumas. What role does the world play in the narrative of the Fourth Gospel? URL: http:// jeltzz.com/Essays/KosmosJohn.rtf 12. Ridderbos, Herman. Injil Yohanes: suatu Tafsiran Theologis. Surabaya: Penerbit Momentum, 2012. Diterjemahkan dari Ridderbos, Het Evangelie naar Johannes. Kampen: J.H. Kok, 1987. 13. Sembiring, Marta. Konsep Logos menurut Injil Yohanes 1:1-18 suatu penelitian Naratif. Jumat, 23 April 2010. URL: http://sababalatblog.blogspot.com 14. Supelli, Karlina dkk. Dari kosmologi ke dialog. Bandung: Mizan, 2010. 15. Tollefsen, Torstein Theodor. The Christocentric Cosmology of St. Maximus the Confessor. Oxford: Oxford University Press, 2008. 16. Van Egmond, Richard. An exegetical study of the Prologue of John. URL: http://www.scribd.com/doc/43467252/Exegetical-Paper-Prologue-of-John-s-Gospel 17. Zeltmacher, The Gospel of John and Gnosticism, URL: http://zeltmacher.eu/wpcontent/uploads/2014/04/The_Gospel_of_John_and_Gnosticism.pdf
36
Pagar Shalom saudaraku, Pagar adalah sejenis rintangan yang dibuat untuk melindungi apa yang ada di dalamnya. Rintangan itu bisa terbuat dari tembok, besi, atau kawat berduri. Tentunya diandaikan bahwa apa yang dilindungi itu cukup bernilai, misalnya rumah atau gudang. Yang menjadi aneh adalah apabila pagar dibuat begitu tinggi dan kokohnya padahal yang dilindungi itu tidak seberapa.
Hal ini mungkin aneh di dunia nyata, tapi bukankah kehidupan rohani kita kerap kali juga terlalu sibuk membuat pagar sehingga malah menjauhkan gereja dari problem-problem keseharian yang dihadapi masyarakat? Akibatnya gereja tidak memberi dampak nyata dalam kehidupan masyarakat sekitar, tapi malah menimbulkan keresahan.
Sebagai contoh, akhir-akhir ini ada suatu fenomena yang layak dicermati yaitu adanya beberapa gereja yang berramai-ramai mengusung Yahweisme. Pada intinya mereka tampaknya ingin mengajukan gagasan bahwa Tuhan dalam PL dan Yesus dalam PB itu satu dan sama, dan keduanya bernama Yahweh. Doktrin kelompok ini bisa disebut Christian Judeo Unitarian Modalism. Secara keseluruhan, gerakan ini berakar dari Yudaisme ortodoks, dan di Indonesia dapat ditelusuri pada kelompok Pemuja Nama Yahweh dan Pengagung Nama Yahweh. (Secara teologis, pemahaman kelompok ini cenderung ke arah Sabellianisme atau Arianisme, lihat ref. (1)).
Kelompok ini cukup gencar berpromosi entah dengan dana dari mana, bahkan di kota kami dulu
37
saya mendengar kelompok ini sampai menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat karena membuat baliho-baliho yang besar di jalan-jalan utama yang isinya menyatakan bahwa: "Yang menyebut nama Allah itu kafir." Tidak heran jika saya mendengar bahwa banyak orang nonkristen yang merasa resah karena promosi besar-besaran yang bernada mengejek tersebut.
Bahkan di forum Sabdaspace ini beberapa hari lalu juga ada artikel yang bernada membela gerakan Unitarian/Yahweisme itu. Saya bukan ahli biblika, hanya saja ada dua argumen sederhana yang bisa diajukan: (1) Yesus memang beberapa kali mengatakan bahwa diri-Nya dan Bapa adalah satu, tapi Ia juga kerap menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia atau Anak Allah, artinya tetap ada perbedaan. Di salah satu ayat Ia mengatakan tentang hari penghakiman terakhir: tidak ada malaikat yang tahu kapan itu terjadi, Anak pun tidak, hanya Bapa saja. Di taman Getsemani Yesus juga berdoa: jadilah kehendak-Mu. Ini menegaskan bahwa tetap ada perbedaan sekalipun ada relasi yang intens antara Anak Allah dan Bapa. Jadi Yesus sekaligus berbeda tapi juga sama dengan Allah, seperti dapat dibaca pada Yoh. 1:1 "pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah." Jadi ajaran Kristen yang sehat menolak dua ekstrim baik Unitarian maupun Saksi Jehovah, yang mengatakan bahwa Yesus adalah "a son of God." Yang betul Ia adalah "the Son of God," bahkan "the only begotten Son of God." Dalam Yoh. 3:16 jelas disebutkan bahwa peran Bapa sebagai inisiator penyelamatan yang mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia untuk melaksanakan penyelamatan tersebut. (2) Argumen sederhana yang kedua adalah: jika kita belajar bahasa Ibrani kuno, hal pertama yang harus diingat adalah bahwa tetragrammaton itu tidak boleh diucapkan. Kalau kita menjumpai tetragrammaton itu maka biasanya kita mengucapkan Adonai. Lalu bagaimana bisa
38
para pendukung Yahweisme itu mengajarkan bahwa nama Yahweh itu harus diucapkan oleh orang kristen? Saya mendapat kesan bahwa mereka kurang mau belajar tata krama bahasa Ibrani. Kesan tersebut semakin menguat ketika saya mendengar bahwa kelompok Yahweisme/Unitarian ini menggunakan Alkitab terjemahan mereka sendiri yang menulis kata Yahweh untuk setiap kata TUHAN dalam alkitab versi LAI. Kalau itu hanya di PL masih mendingan karena memang teks aslinya berbunyi YHWH (tetragrammaton), tapi kalau di PB juga akan menggunakan kata YHWH menjadi tidak jelas darimana sumber yang digunakan, karena teks asli PB dalam bahasa yunani tidak satupun menyebutkan tetragrammaton. (Silakan cari di google Alkitab PB bahasa Yunani).
Saya tidak tahu persis tentang kelompok ini, jadi tidak akan berkomentar lebih jauh. Hanya saja perkenankan saya menghimbau dua hal kepada para tokoh dari kelompok Unitarian ini, yaitu : (a) silakan saja Anda mengklaim ini dan itu sepanjang itu terbatas untuk forum internal gereja Anda, tapi jangan membuat promosi besar-besaran melalui baliho di jalan atau via radio atau televisi yang mengundang keresahan dalam masyarakat. (b) Lagipula, jika Anda memang mau bertanggungjawab atas kesahihan teologi Anda, kenapa cenderung menghindar jika akan dipertemukan dalam seminar dengan ahli biblika yang kompeten?
Demikian sekelumit catatan kecil kiranya dapat menolong para pembaca sekalian agar dapat bersikap bijaksana dalam membaca setiap posting artikel yang bernuansa Yahweisme/Unitarian tersebut. Lebih lanjut semoga kita dapat membantu menjelaskan jika ada masyarakat non-kristen yang resah akibat ungkapan kafir-mengkafirkan dari kelompok Yahweisme tersebut. Jika Anda
39
ingin lebih mengetahui tentang aliran unitarianisme termasuk yang modalis dan lain-lain, silakan lihat ref. (2).
Catatan: kepada para tokoh pendukung Yahweisme, jika Anda bersedia untuk seminar bersama, saya kenal beberapa ahli biblika yang cukup kompeten yang dapat menanggapi dengan baik jika Anda berkeberatan terhadap artikel ini. Silakan menghubungi email:
[email protected]
40
Puasa Shalom saudaraku,
Siang ini saya mau berbagi sedikit tentang puasa. Menurut Alkitab, merupakan tradisi Gereja zaman dahulu untuk berpuasa secara rutin. Selanjutnya ada yang tetap memelihara puasa dua kali seminggu, atau menjelang hari-hari raya Gerejawi. Bahkan kabarnya Wesley menghidupkan kembali tradisi puasa, dan tidak lama berselang terjadi Kebangunan Rohani yang Pertama. (lihat ref. [1]) Bahkan ada seorang teman saya yang masih sanggup berpuasa selama 40 hari.
Tapi dalam dunia modern tradisi ini sudah mulai luntur. Bahkan saya sendiri sudah lama tidak berpuasa. Terakhir saya puasa adalah sekitar 2009, waktu saya baru menyerahkan diri untuk melayani Tuhan Yesus.
Menjelang hari Pentakosta, ada tradisi yang saya dengar bahwa orang Kristen biasa berpuasa 7 hari atau 10 hari sebelum Pentakosta. Saya mulai kemarin malam juga memutuskan untuk puasa, walau memang agak terlambat. Menurut petunjuk seorang pendeta yang mengajari saya cara berpuasa Kristiani, saya masih makan malam dan minum sampai jam 22.00 wib, tapi kemudian stop makan dan minum sampai tadi jam 12.00 wib (siang). Jadi bukan puasa dari jam 4.00 sampai jam 18.00.
Pengalaman puasa hari pertama memang ada godaan untuk minum sebelum jam 12.00. Tapi syukurlah Tuhan menguatkan saya. Semoga saya bisa terus berpuasa sampai hari Pentakosta tanggal 24 mendatang.
41
Bagaimana dengan Anda? Apakah puasa masih perlu bagi kehidupan rohani Anda? Apakah Anda juga biasa berpuasa?
Tuhan kiranya senantiasa memberkati Anda. Jika ada komentar atau saran, silakan kirim email ke
[email protected]
19 Mei, 2015. pk. 12.48
VC
Ref.:
[1] http://www.rlhymersjr.com/Online_Sermons_Indonesian/2009/071909PM_WhenYouFast.ht ml
42
Antropogenik Shalom saudaraku,
Sore ini saya ingin berbagi sedikit tentang salah satu isyu yang akhir-akhir ini cukup sering diliput oleh berbagai media massa. Yaitu tentang perubahan iklim dan pemanasan global.
Bagi Anda yang belum tahu tentang istilah pemanasan global antropogenik (inggris: Anthropogenic Global Warming/AGW), yang dimaksud dengan AGW adalah klaim bahwa CO2 yang diproduksi oleh manusia sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim di bumi. Dengan kata lain, umat manusia menjadi sang tertuduh dalam skenario AGW yang diusung oleh banyak ilmuwan dan politikus tersebut.
Apa maksudnya dengan tuduhan antropogenik tersebut? Intinya adalah tuduhan bahwa penyebab utama dari proses pemanasan global itu bukanlah polusi industrial atau sejenisnya tapi proses alamiah dari tubuh manusia itu sendiri.
Lalu apa solusi yang mereka tawarkan? Di balik bahasa ilmiah yang tinggi dan berkesan netral, sebenarnya ada misi tersembunyi yaitu memaksakan dua hal: a. Orde Global Baru (New World Order) dan juga b. reduksi populasi secara drastis.
Salah satu bantahan terhadap teori pemanasan global antropogenik itu diajukan oleh penasihat dari PM Australia.
Top adviser to Australia PM: Global warming is a NWO fraud led by UN (1) 43
Untuk lebih jelasnya, banyak prediksi sejak tahun 70an yang telah dibuat dengan begitu agresif yang intinya meramalkan bahwa peradaban manusia terancam punah dalam waktu 10-20 tahun, karena pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrim. Tapi kenyataannya pemanasan global sudah berhenti sejak 2002, dan saat ini kita malah memasuki fase pendinginan. Hal ini dikarenakan aktivitas matahari yang cenderung berkurang produksi solar flare dan sunspotnya. (Anda bisa cari di google tentang data sunspot dan solar flare matahari dalam 10 tahun terakhir).
Jelas bahwa aktivitas sunspot matahari itulah yang lebih berpengaruh terhadap temperatur bumi, bukan produksi CO2 oleh manusia.
Lebih lanjut, salah satu pelopor teori Gaia sejak 70an yaitu James Lovelock, baru-baru ini mengakui bahwa banyak ramalannya yang tidak terbukti.
Kesimpulan: jangan terlalu cepat percaya dengan prediksi katastropik bahkan yang dirilis oleh IPCC sekalipun. Mereka mempunyai misi politis, dan menutupi data-data ilmiah. Jauh lebih mungkin bahwa aktivitas matahari akan terus berkurang dalam 10-20 tahun terakhir sehingga bisa saja matahari menjadi gelap seperti dinubuatkan oleh nabi Yoel dll.
Bagaimana pendapat Anda?
Jika ada pendapat dan saran, silakan kirim ke
[email protected]
13 mei 2015, pk. 18:16
44
VC
Referensi:
(1) http://fellowshipoftheminds.com/2015/05/09/top-adviser-to-australia-pm-global-warming-isa-nwo-fraud-led-by-un/comment-page-1/#comment-414974 (2) http://www.inquisitr.com/224934/global-warming-scientist-james-lovelock-admits-to-beingan-alarmist/
45
Transformers
Shalom saudaraku, Apakah Anda atau anak-anak Anda menggemari serial film The Transformers? Seru ya? Banyak adegan yang sulit dibayangkan bagaimana membuatnya. Saya juga menonton hampir semua seri film ini, termasuk dua yang terakhir: Revenge of the Fallen (2011) dan juga The Age of extinction (2014). Tapi pernahkah kita merenungkan apakah film ini memiliki pesan khusus di balik serunya aksi para jagoan melawan para Decepticon dan Megatron?
X-Files Seorang pengamat menulis bahwa ide dasar The Transformers memiliki kemirioan yang mencolok dengan episode Biogenesis dan The sixth extinction dari serial the X-files yang dulu pernah populer sekitar tahun 1999-2000.(1) Biogenesis itu sendiri merupakan salah satu pengembangan dari Teori Panspermia, yang intinya mengatakan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan, jadi kehidupan di bumi berasal dari luar angkasa. (2) Para pendukung teori ini berpendapat bahwa ada sekelompok makhluk angkasa luar yang pada jaman dahulu kala menyebarkan benih kehidupan di bumi. Meskipun demikian ada beberapa variasi dari teori ini di antara beberapa film: - menurut X-files, makhluk alien sudah ada sebelum manusia, - menurut The Independence Day, makhluk alien itu berniat jahat kepada manusia, - menurut Indiana Jones: The Crystal Skulls, makhluk alien itu mungkin tinggal di dalam beberapa piramid kuno di Peru.
46
- menurut The Transformers, mahluk alien yang sangat merusak bernama Megatron tersimpan di salah satu piramid kuno di Giza, dan menunggu hari pembalasan.
Nephilim? Sebagian orang pendukung teori alien mengacu pada ayat misterius dalam Kejadian 6 yang menyebut tentang Nephilim yang konon merupakan hasil kawin silang antara para malaikat yang jatuh ke bumi dengan anak-anak Hawa. Mungkinkah itu sebabnya Yohanes pembaptis dan Yesus sendiri menyebut orang Israel sebagai keturunan ular beludak? Konon memang ada kepercayaan Yahudi kuno, bahwa pasca Kejadian 3, memang ular dan Hawa melahirkan keturunan mereka. Mungkinkah itu yang disebut dengan Nephilim? Menarik untuk dicatat bahwa istilah Nephilim juga disebut dalam Kitab Henokh (3). Saya belum memperoleh referensi yang tepat tentang motivasi di balik skenario The Transformers, tapi sekilas sepertinya film ini hanya ingin menegaskan keunggulan teori panspermia tapi dibungkus dengan terminologi-terminologi Alkitab, misalnya The Fallen mungkin dikutip dari tokoh Setan yang jatuh dari langit. Optimus Prime mungkin diambil dari figur malaikat Michael, sementara itu pertarungan antara para jagoan yang dipimpin oleh Optimus Prime melawan Megatron, Decepticon dan pasukannya mungkin mengambil inspirasi dari kitab Wahyu. Tapi secara keseluruhan konsep yang ada di balik film ini tampaknya mengembangkan Teori Panspermia.
Penutup Jadi bagaimana sikap kita terhadap film ini? Tampaknya sebagai hiburan oke-oke saja, tapi jangan terlalu dipercaya sebagai sebuah kisah akhir jaman. Pemusnahan massal oleh alien
47
(extinction) tidak lebih dari fiksi belaka.
Bagaimana pendapat Anda? Jika ada komentar dan saran, silankan kirim ke email:
[email protected]
10 mei 2015, pk. 10:36 VC
Ref. (1) http://secretsun.blogspot.com/2009/01/transformers-revenge-of-nephilim.html (2) Panspermia, url: http://panspermia.org/ (3) The Book of Enoch, url: http://en.m.wikipedia.org/wiki/Book_of_Enoch
48
Kecanduan?
Shalom saudaraku, Apakah Anda sudah mendengar berita baru-baru ini tentang facebook? Kabarnya suatu survei kepada sekitar 2000 responden menunjukkan bahwa cukup banyak pasangan yang menikah menjadi kurang harmonis hubungannya gara-gara facebook. Banyak pertengkaran terjadi karena hal-hal sepele misalnya seperti invite seorang mantan pacar dari jaman sma atau mengubah status dll. Bahkan lebih dari 15% pasangan bertengkar setiap hari karena facebook. Lihat ref. (1)
Tapi persoalan itu belum seberapa, ada penyakit yang disebut IAD (Internet Addiction Disorder : gangguan kecanduan internet) yang kabarnya mulai mewabah di antara banyak remaja dan pemuda tidak saja di negara-negara Eropa dan Amerika tapi juga di Cina atau Korea. Mungkin di Indonesia juga ada yang mengalami gangguan ini.
Kabarnya di Korea ada seorang pecandu game online yang tewas setelah main game online terus menerus selama tiga hari tanpa berhenti. Lalu kita juga mendengar seorang pelajar yang menembaki guru dan teman-teman sekolahnya di Amerika. Ketika ditanyai polisi kenapa ia melakukan hal itu, ia menjawab : "Kan saya juga sering menembaki orang setiap hari di komputer saya." Tampaknya orang yang kecanduan game tidak dapat lagi membedakan antara realitas dan ilusi.
Ada lagi kisah yang agak lucu. Saya membaca baru-baru ini bahwa seorang pria di Filipina
49
menunda datang ke acara pemberkatan nikahnya dengan seorang gadis karena ingin menyelesaikan sebuah game di warnet. Tentu saja sang gadis menunggu-nunggu, sampai akhirnya mertua pemuda tadi menyusul ke warnet lalu memukuli pemuda tadi. Singkat cerita, ia dimasukkan ke rumah sakit untuk rehabilitasi akibat kecanduan internet.
Tidak hanya mengganggu perilaku, tapi menurut sebuah penelitian yang dilakukah terhadap para mahasiswa di Amerika, terlalu banyak bermain game juga dapat mengubah struktur otak seseorang secara permanen. Jadi sepertinya, otak kita menyesuaikan diri dengan berbagai permainan yang kita lakukan. Bahaya bukan? Jadi kita mesti berhati-hati apakah kita bermain game yang mendidik atau yang merusak struktur otak kita.
Bagaimana mendeteksi? Menurut beberapa ahli, ada beberapa indikator yang dapat menunjukkan apakah Anda sudah tergolong kecanduan atau masih dalam batas normal. Di antaranya adalah: - jika Anda cenderung berbohong tentang waktu yang Anda gunakan bermain internet - jika Anda tidak mampu lagi melakukan tugas-tugas rutin Anda, misalnya mengerjakan peer, belajar untuk ujian dst. - dan beberapa indikator lainnya. Lihat ref. (2) Jadi jika Anda sudah merasakan gangguan akibat kecanduan internet, mungkin Anda perlu berkonsultasi dengan seorang konselor atau psikolog. Memang di Indonesia belum ada rumah sakit rehabilitas kecanduan internet, tapi psikolog akan dapat membantu Anda.
Bagaimana pendapat Anda? Tuhan kiranya memberkati Anda sekalian.
50
Jika ada saran dan komentar, silakan kirim ke email:
[email protected]
10 mei 2015, pk. 10:05 VC
Ref. (1) http://www.huffingtonpost.com/2015/04/30/way-to-ruin-marriagesfacebook_n_7183296.html (2) Victor Christianto, Kecanduan Internet dan Terapi Kognitif Perilaku, http://www.academia.edu/8385036/Kecanduan_Internet_dan_Terapi_Kognitif_Perilak u_Internet_Addiction_Disorder_
51
Sunyi
Shalom saudaraku... Apakah Anda sering mengalami bahwa Tuhan tidak menjawab apa pun terhadap doa dan permohonan Anda? Apakah doa-doa Anda hanya menemukan kesunyian, justru ketika Anda paling mengharapkan pertolongan-Nya?
Jangan berkecil hati, Yesus juga mengalami hal yang serupa. Waktu Dia memulai pelayananNya, segalanya tampak sangat baik. Buktinya, ketika Ia dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan, langit terbelah dan ada suara dari langit yang menegaskan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi." Lalu waktu Dia berada di puncak gunung bercakap-cakap dengan Musa dan Elia, langit terbelah juga dan ada suara yang berkata:"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Akan tetapi, sewaktu Dia bergumul dalam kesedihan di taman Getsemani, dan memohon supaya cawan penderitaan itu dijauhkan, tidak ada jawaban. Demikian juga sewaktu Dia disalibkan, Yesus berseru: "Eli, Eli, lama sabakhtani." Namun, tidak ada jawaban dari langit.
Bukankah kita sering mengalami hal yang serupa? Waktu kita dipanggil, mungkin kita mengalami penglihatan yang khusus dari Tuhan, sehingga kita membuat sebuah keputusan untuk melayani Dia. Namun, di tengah kesulitan sepertinya Tuhan tidak menjawab apa-apa.
Sunyi.
52
Kemarin ada dua orang teman saya yang mengalami kedukaan, yang satu kehilangan ibunya yang dipanggil Tuhan. Dan teman yang satu lagi, adiknya meninggal kemarin pagi karena mobil yang ditumpanginya terguling di jalan tol Jakarta-Bandung. Padahal dia sedang menuju ke sebuah gereja untuk melayani dengan bermain musik. Dan juga beberapa waktu lalu dalam musibah jatuhnya pesawat Airasia jurusan Surabaya-Singapore, banyak di antara korban yang kristen, malahan beberapa di antaranya anggota gereja kami.
Lalu bagaimana sikap kita: Apakah Tuhan juga membiarkan orang-orang benar untuk tertimpa musibah seperti tabrakan dll? Bukankah seringkali kita beranggapan bahwa Tuhan senantiasa melindungi orang-orang percaya dari berbagai musibah dalam perjalanan? Tapi sepertinya "formula" seperti itu kadang tidak berlaku. Musibah bisa menimpa siapa saja.
Kisah penderitaan yang penuh kesunyian diceritakan secara sangat apik dalam buku karya Susaku Endo berjudul Sunyi (Silence). Endo adalah seorang novelis Jepang yang bergumul dengan iman katoliknya, dan novel Sunyi adalah buah pergumulannya untuk menjawab pertanyaan kenapa Injil tidak mudah diterima dalam "lumpur yang pekat" yaitu budaya Jepang. (Tentu cerita Endo ini mesti dimengerti pada saat itu, sekarang saya mengenal beberapa misionaris dari Jepang yang melayani di luar negeri, yang tergabung dalam persekutuan VIP).
Dikisahkan bahwa sekitar akhir abad 16, kaisar muda yang baru naik takhta berubah sikap. Tadinya ia bersimpati pada orang-orang Kristen di Jepang, tapi kemudian berbalik menganggap bahwa kekristenan adalah produk impor yang dibawa masuk oleh para misionaris dari Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya. Akibatnya semua orang Kristen di Jepang dikejar-kejar untuk
53
dianiaya. Jika tertangkap mereka dimasukkan ke dalam suatu lubang, dengan tergantung secara terbalik. Pelipis mereka disobek sedikit sehingga darah menetes perlahan-lahan. Mereka digantung seperti itu selama berhari-hari sampai mereka menyangkal iman mereka atau mati dengan cara yang amat menderita. Banyak orang kristen yang mati digantung seperti itu. (1)
Suatu kali, seorang misionaris juga tertangkap lalu ia digantung terbalik. Ia diberitahu bahwa jika ia mau menyangkal imannya, maka tidak saja ia akan dibebaskan tapi juga teman-temannya umat Kristen yang lain juga akan dibebaskan. Tapi tidak hanya menyangkal, ia juga harus menginjakinjak gambar Yesus di depan umum. Kemudian, selama berhari-hari dalam lubang, misionaris ini bergumul dalam doa mencari kehendak Tuhan. Haruskah ia bertahan sampai mati? Atau bolehkah ia menyangkal imannya supaya orang-orang lain dibebaskan dari penderitaan tersebut? Tapi ia tidak mendengar jawaban apapun terhadap doanya. Tuhan cenderung diam seribu bahasa.
Sunyi.
Di akhir cerita, toh akhirnya Yesus menjawab misionaris tadi. Yesus berkata: "Sangkallah, sangkallah! Aku memang datang untuk diinjak-injak."
Penutup Kita mesti beryukur bahwa kebanyakan di antara kita tidak mengalami nasib buruk seperti yang dikisahkan Endo. Tapi di beberapa negara kita mendengar bahwa banyak orang Kristen yang dianiaya, misalnya beberapa waktu lalu kita mendengar ada 21 orang Kristen Koptik asal Mesir
54
yang dipenggal oleh ISIS. Di tempat lain ada juga yang disalibkan sampai mati karena tidak mau menyangkal iman mereka. Kita perlu berdoa untuk saudara-saudara kita tersebut agar mereka dapat bertahan dengan tabah dalam iman mereka.(2)
Bagaimana pendapat Anda? Tuhan memberkati Anda sekalian.
Jika ada komentar dan saran silakan kirim ke
[email protected]
10 mei 2015, pk. 9:46 VC
Note: (1) Saya belum selesai membaca novel Sunyi ini, karena hanya sempat membaca satu atau dua jam. Saya mengenal buku ini dari seorang teman adik saya. (2) lihat misalnya situs www.persecution.org
55
Tercerabut
Shalom saudaraku... Dalam tulisan kali ini, perkenankan saya mengangkat keprihatinan banyak orang bahwa proses pendidikan formal saat ini cenderung membuat anak-anak tercerabut dari akar budaya mereka. Saya bisa berikan dua contoh yang mudah, misalnya anak-anak jarang atau tidak pernah diajarkan tembang-tembang dolanan. Contoh lain: anak-anak mungkin diajak ritret atau ke museum, tapi apakah pernah diajak berbelanja di pasar? Mungkin itu sebabnya banyak anak yang hanya mau bermain di mal atau supermarket.
Ada contoh lain yang bisa diberikan mengenai pendidikan yang justru mencerabut anak-anak dari realitas masyarakat. Misalnya banyak anak-anak yang bermimpi studi sampai tingkat s3 di amerika atau di eropa, lalu kemudian bekerja di luar negeri. Apakah ada yang salah dengan pendidikan kita? Mengapa putra-putra terbaik tidak terpanggil untuk kembali ke desa asal mereka dan melakukan sesuatu di sana? Bisa jadi jawabannya adalah urbanisasi, tapi saya kira pola pendidikan juga ikut berperan membentuk sikap mental anak-anak apakah cenderung eskapisme atau tidak.
Meski saya bukan ahli pendidikan, tapi kalau tidak salah saya pernah membaca entah di mana bahwa pendidikan formal di negeri ini adalah warisan dari produk kolonialisme. Waktu itu diperkenalkan sekolah-sekolah sebagai bagian dari politik balas budi, dengan tujuan mendidik anak didik untuk menjadi klerk di perkebunan atau untuk tugas-tugas administratif lainnya. Jadi
56
pendidikan formal tidak dirancang untuk membentuk kepribadian yang mandiri dan dapat membangun di desanya sendiri, karena itulah jarang diberikan ketrampilan praktis. Saya tidak tahu, tapi mungkin pola semacam itu masih banyak berpengaruh di berbagai sekolah di negeri ini, termasuk sekolah-sekolah kristen dan katolik yang dianggap bermutu.
Lalu bagaimana solusinya? Mungkin perlu solusi yang agak radikal, misalnya mengembalikan fungsi pendidikan kepada masyarakat dan anak-anak itu sendiri. Kemarin saya mendengar dari sepupu saya adanya sekolah alternatif bernama Qaryah Tayyibah di sebuah desa bernama Kalibening di Salatiga. Sekolah itu dirintis di sebuah rumah sederhana, dan bertujuan melibatkan anak-anak dalam seluruh proses pendidikan, termasuk urunan untuk biaya internet dan juga merumuskan kurikulum. Dan kabarnya sekolah alternatif tersebut sudah mulai ditiru di beberapa kota di seluruh indonesia. Semoga inisiatif yang mulia tersebut dapat semakin berkembang, sehingga akses kepada pendidikan yang baik terbuka untuk semua lapisan masyarakat.
Solusi yang lain adalah memperkenalkan sejak dini kepada anak-anak berbagai problem yang muncul dalam masyarakat. Lalu ajak mereka untuk menemukan solusi kreatif versi mereka sendiri. Biarkan mereka berani berpikir sendiri, cukuplah nanti diarahkan dalam proses penelitian yang lebih serius. Kiranya dengan cara itu anak-anak tergerak untuk berbuat sesuatu yang baik bagi desa dan kotanya masing-masing. Bukankah nabi Yeremia menulis pesan: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kesejahteraan kota itu...". (Yer. 29:7)
Memang kehidupan modern cenderung membuat orang tercerabut dari akar-akarnya. Misalnya
57
tidak jauh-jauh, banyak mal-mal di kota-kota besar yang menyediakan toilet kering saja, artinya hanya ada kertas tissue gulungan. Padahal kebanyakan orang Indonesia lebih suka toilet basah, karena mereka terbiasa menggunakan air yang banyak untuk membersihkan pantat (maaf). Ada seorang pendeta muda di salah satu kota di Jawa Timur yang bercerita menegaskan masalah ini. Suatu kali ia dirawat di salah satu rumah sakit di Singapore, dan salah satu kesulitan adalah jika harus ke toilet, karena semua toilet di sana adalah toilet kering. Jadi ia terpaksa menyediakan sebuah botol air khusus jika akan buang air. Problem yang mirip juga saya jumpai waktu tinggal selama 6 bulan di Moskow sekitar tahun 2009. Saya tinggal di sebuah kamar apartemen bersama 2 orang, yang satu dari Rusia dan satu lagi dari Ukraina. Saya juga membawa botol air setiap kali saya ke toilet, dan akibatnya toilet selalu basah setiap kali ke belakang. Dua teman saya tidak habis pikir kenapa toilet itu jadi basah setiap kali saya gunakan, dan beberapa kali mereka tanya saya kenapa begitu. Saya hanya menjawab ringan: "You never know."
Apakah Anda memiliki pengalaman yang unik tentang tercerabut dari akar budaya? Jika ada komentar dan saran, silakan kirim ke
[email protected]
10 mei 2015, pk. 8:43 VC
58
Kala
Shalom sobatku, Pagi ini saya mau berbagi sedikit refleksi saya tentang kala atau waktu, dengan harapan kiranya kita akan dapat belajar menghargai setiap menit waktu yang diberikan Tuhan.
Apakah waktu itu? Kala dalam kosmogoni masyarakat Jawa di masa dahulu adalah nama seorang dewa yang disebut Batara Kala yang merupakan dewa yang hobi merusak banyak hal. Saking takutnya maka masyarakat desa di jaman dahulu secara rutin mengadakan acara ruwatan untuk menolak bala yang didatangkan oleh Batara Kala. Dengan kata lain kala atau waktu dianggap sebagai perusak hidup manusia. Demikian juga dalam persepsi Yunani kuno, waktu dapat dinyatakan dalam dua kata, yang satu chronos dan yang satu kairos. Seperti yang mungkin sudah kita dengar, chronos menyatakan waktu yang berurutan (yang kemudian membentuk kata kronologi), sementara kairos menyatakan waktu sebagai kesempatan. Yang menarik di sini adalah bahwa Kronos itu juga nama dewa yang merupakan ayah dari Zeus, Poseidon dan Hades, dan juga merupakan dewa yang suka merusak dan menelan anak-anak manusia, sampai akhirnya Zeus dan Hades mengalahkannya. lihat ref. (1) Jika benar bahwa Kronos dapat disamakan dengan chronos, maka tampaknya dalam mitologi Yunani, orang zaman dahulu berpendapat bahwa kronos atau waktu itu suka menelan orang. Kini kita mungkin menyebutnya secara lebih santun dengan ungkapan: tertelan dalam pusaran waktu. 59
Bukankah kita semua pada akhirnya tertelan dalam pusaran waktu dan menuju ajal? Istilah pusaran waktu mungkin memperoleh makna yang tersendiri. Dari sudut pandang fisika, waktu terjadi karena revolusi bumi terhadap matahari secara teratur, yang disebut satu tahun (tidak persis sebenarnya). Jadi waktu berkaitan dengan gerakan benda planet, tanpa adanya gerakan maka tidak akan ada waktu. Lalu muncul pertanyaan filosofis: lalu siapakah gerangan yang menggerakkan bumi pertama kali beredar mengelilingi matahari dalam waktu yang senantiasa tetap? Ini yang disebut dengan pertanyaan tentang Prime Mover (penggerak pertama), dan iman kita mengatakan bahwa Bapalah yang menjadi penggerak pertama seluruh alam semesta dengan keteraturan yang sedemikian luarbiasa mirip detak jarum jam.
Bagaimana menggunakan waktu? Kalau kita meneliti penggunaannya dalam Alkitab, kata waktu disebutkan 1000 kali dalam TB 1974 sebagian besar dalam PL. Sementara itu dalam PB kata waktu hanya disebutkan 48 kali dalam Matius dan 36 kali dalam Markus, dan tidak disebutkan dalam kitab-kitab lainnya. Salah satu ungkapan Yesus yang menarik tentang waktu adalah: karena orang-orang pilihan maka waktunya dipersingkat. (Mat. 24:22). Apa maksudnya dipersingkat? Jika dimengerti secara harfiah, maka mungkin yang dimaksud adalah Tuhan berkuasa membuat suatu masa menjadi lebih pendek atau lebih panjang, demi orang-orang pilihan-Nya. Padahal siapa di antara manusia yang sanggup mempersingkat waktu? Bahkan para fisikawan pun tidak. O betapa mahakuasanya Tuhan. Tidak hanya itu, Ia juga mengatur waktu sedemikian rupa untuk kebaikan kita. Lalu bagaimana sebaiknya kita menggunakan waktu yang diberikan Tuhan? Apakah perlu selalu bergegas dan terburu-buru?
60
Paulus menasihati: pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16). Hal ini diulanginya dalam Kolose 4:5. Apa artinya? Mungkin yang dimaksud adalah bahwa karena kita hidup di zaman di mana banyak orang meninggalkan Tuhan dan enggan bertobat, maka itu berarti semakin banyak kesulitan yang dihadapi orang yang mengaku percaya kepada Yesus. Artinya kita mesti hidup dengan bijak, khususnya dalam menggunakan waktu sedemikian rupa sehingga berdampak jangka panjang. Hidup kita sangat singkat di bumi, mirip seperti rumput. Dan waktu terus berlari. Ungkapan latin mengatakan: "tempus fugit" yang artinya: waktu seperti terbang.
Penutup Menutup renungan kita, izinkan saya mengutip sebuah baris dari puisi Rudyard Kipling yang berjudul If: "Seandainya engkau dapat mengisi setiap menit, dengan enampuluh detik lari jarak jauh..." Puisi ini saya baca pertamakali dalam buku berjudul Anak Perdamaian, yang mengisahkan tentang perjalanan seorang anak bernama Stanley yang tumbuh besar menjadi seorang misionaris yang tangguh di Irian Jaya. Putra dari Stanley itulah yang menuliskan buku tersebut. Kutipan itu mengingatkan kita untuk menganggap setiap menit yang diberikan Tuhan begitu berharga, sehingga bukan saja kita mesti menghematnya tapi juga kita mesti belajar menggunakannya sedemikian rupa sehingga berdampak untuk jangka panjang. Yesus sendiri konon hanya melayani sekitar tiga tahun namun Ia hidup sedemikian rupa sampai memiliki dampak hingga dua ribu tahun kemudian hingga sekarang. Benar-benar teladan yang luarbiasa dalam menggunakan waktu! Untuk direnungkan: sudahkah kita menggunakan waktu sebaik mungkin bagi kemuliaan Tuhan?
61
Tuhan kiranya memberkati Anda semua. Amin.
Jika Anda ada komentar dan saran, silakan kirim ke email:
[email protected]
6 mei, pk. 5:37 VC
Ref.
(1) "But Chronos does appear in the cosmogony of the sixth century BCE writer Pherekydes of Syros. Pherekydes posits three primordial deities: Chronos, proto-Zeus figure Zas, and protoGaia figure Chthonie." http://www.waggish.org/2013/father-time-chronos-and-kronos/
62
Gamelan
Shalom, saudaraku
Saat ini jam saya menunjukkan waktu pk. 21.59, menjelang pukul 22.00 wib. Menurut kebiasaan orang Jawa yang saya dengar, kalau akan membicarakan hal-hal yang bernuansa filosofis, sebaiknya di atas jam 12 malam. Semoga jam 22.00 belum terlalu sore...
Dalam tiga minggu terakhir, saya dua kali diajak teman-teman sekerja untuk ikut latihan gamelan. Awalnya saya agak ragu-ragu, karena sudah lama sekali tidak pernah berlatih memainkan alat musik gamelan. Terakhir saya ikut berlatih gamelan adalah waktu di sma pada pelajaran ekskul karawitan, tapi jujur saja sudah lupa semua :-)
Waktu latihan pertama, saya cukup senang karena ternyata latihan gamelan tidak sesulit yang saya alami waktu sma dulu. Guru gamelan yang sekarang sangat penyabar, sehingga tidak cepat gusar waktu menegur peserta yang keliru-keliru. Dan untungnya saya hanya memainkan kenong yang tidak begitu sulit.
Apa itu gamelan Jawa?
Kalau tidak salah gamelan ada beberapa jenis, ada yang disebut gamelan Jawa, gamelan Sunda dan gamelan Bali. Tapi esensinya sama, yaitu seperangkat alat musik perkusi yang dimainkan bersamaan untuk menciptakan harmoni suara. Gamelan Jawa itu sendiri memiliki riwayat yang 63
cukup panjang, dan konon (menurut legenda) diciptakan oleh Sang Hyang Guru sendiri di Gunung Lawu. Lihat ref. [1]
Dari latihan dua kali tersebut, saya jadi teringat kembali nama-nama beberapa alat yang termasuk dalam gamelan Jawa, misalnya:
- Gong
- Saron
- Saron penerus
- Kenong
- Slenthem
- Kempul
- Kendhang
Terus saya juga belajar tangga nada Pelog dan Slendro:
Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu: 1 2 3 5 6 [C-D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu: 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E F#G#A B] dengan perbedaan interval besar
Selama dua kali latihan masing-masing sekitar 90 menit, guru gamelan kami sudah melatih beberapa lagu, misalnya Srikaton dan beberapa lagu lain yang saya tidak sanggup mengingat. 64
Refleksi
Selama saya berlatih, saya belajar tidak hanya menghitung ketukan untuk mengetahui kapan harus memukul kenong, tapi saya juga belajar menikmati lagu yang dimainkan. Rasanya seperti sedang istirahat minum wedang di tengah sawah, diiringi gemericik sungai kecil yang mengalir. Itulah kesan yang saya dapat dari berlatih musik gamelan. Menurut ref. [1] itu yang disebut harmoni yang lembut yang merupakan ciri khas musik gamelan Jawa. Gamelan Sunda dan gamelan Bali mungkin memiliki ciri yang agak berbeda, misalnya gamelan Bali bertempo lebih cepat dan bersemangat, sementara gamelan Jawa lebih lembut.
Sepulang dari latihan tadi sore, saya jadi merenung. Mungkin Tuhan sedang mengajar sesuatu melalui latihan gamelan selama tiga minggu terakhir ini. Kalau kita mengingat bahwa alam semesta (Kosmos dengan huruf K besar) juga terdiri dari milyaran elemen yang saling berjejalin rapi membentuk tata surya, galaksi-galaksi dan juga memungkinkan kehidupan. Fisikawan menyebutnya sebagai prinsip antropik (anthropic principle), yang artinya: seluruh alam semesta diatur sedemikian sehingga memungkinkan manusia hidup di dalamnya. Tapi kita juga dapat memberikan tafsiran yang lebih filosofis, yaitu: seluruh alam semesta merupakan sebuah musik yang padu dan harmonis yang diciptakan untuk memuliakan Tuhan. Bukankah pemazmur menulis puisi tentang: Langit menceritakan kemuliaan Tuhan, dan cakrawala mengisahkan pekerjaan tangan-Nya?
Dan keteraturan dalam alam semesta itu tidak hanya kita jumpai pada skala astronomi saja, tapi juga pada skala mikro. Misalnya struktur DNA manusia menunjukkan harmonisasi yang rapi.
65
Sehingga para ilmuwan berusaha menghubungkan kompleksitas dengan kesatuan di antara berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Jadi saya kira memainkan alat musik etnis seperti gamelan yang tenang dan lembut bisa mengingatkan kita pada rasa kesatuan (unity) dengan Sang Pencipta. Mungkin itulah yang para pemeluk mistisisme Jawa menyebutnya sebagai: Unio Mystica. (Memang perlu diberi catatan bahwa Unio Mystica sebagaimana diyakini oleh para pemeluk mistisisme Jawa berbeda karakternya dengan Unio Mystica yang diajarkan Alkitab, tapi itu topik tersendiri).
Atau mungkin saya berrefleksi terlalu jauh? Bagaimana pendapat Anda?
Jika ada saran atau komentar, silakan kirim ke email:
[email protected]
28 april 2015, pk. 22:24
VC
Note: terimakasih kepada Benny, Hadi, Ody, dan Tika
Ref:
[1] http://kitunjungseta.blogspot.com/2012/04/sejarah-gamelan-makna.html
[2] Eric Chaisson. Using complexity for searching unity in all sciences. URL: https://www.cfa.harvard.edu/~ejchaisson/reprints/ASUessay_revised_for_CUP_old.pdf
66
Apakah tipe spiritualitas Anda? Shalom, saudaraku.
Pagi ini saya akan berbagi sedikit tipe-tipe spiritualitas yang sering dijumpai di sekitar kita. Mengetahui tentang tipe-tipe spiritualitas penting agar kita dapat memahami kenapa seorang melakukan sesuatu.
Topik ini saya peroleh dari diskusi dengan seorang teman yang kemarin (25 april) mengikuti suatu persekutuan pemuda, dan mendengar tentang 9 tipe spiritualitas, lalu saya gabungkan dengan artikel Jim Kennedy. Tentunya pembaca dapat menambahkan sendiri jika menemukan tipe yang belum ada.
Dari riset psikologi kita ketahui bahwa kepribadian seseorang dipengaruhi paling sedikit oleh dua faktor: a. temperamen bawaan sejak lahir, dan b. pengalaman di waktu di masa kecil. Memang faktor lingkungan juga berpengaruh, tapi dua faktor tadi sangat mendominasi tipe kepribadian seseorang. Dan tipe kepribadian itu berpengaruh juga terhadap tipe spiritualitas.
Pembicaraan tentang spiritualitas mengandaikan bahwa tujuan hidup seseorang bukan sekadar untuk mencari kesenangan, melakukan hal-hal besar atau mencapai aktualisasi diri, tapi untuk menggapai pertumbuhan rohani. Untuk itu kita mesti belajar mencari saat-saat yang tenang. Dalam Alkitab disebutkan bahwa Yesus juga sering mencari saat tenang di tempat yang sunyi di tengah kesibukan melayani (Mark. 1:35 dll). Istilah yang digunakan adalah Heremon. Lalu bagaimana kita memproleh ketenangan (heremon) itu? Berikut ini adalah beberapa kemungkinan.
67
Sekarang, mari kita mulai dengan tipe yang pertama. OK?
1. Naturalis: Menemukan heremon di tempat terbuka dan bersentuhan dengan alam. Mereka dapat merasa tenang dan menemukan Allah di alam ciptaan-Nya.
2. Indrawi: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan ketika pemandangan, suara, dan wewangian melingkupi mereka. Mereka suka dengan ibadah yang liturgis, agung, mulia.
3. Tradisional: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan melalui ritual dan simbol. ( lilin, icon Jesus, Salib, doa Taize , doa labirin, dsb)
4. Askese: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan dalam keheningan dan kesederhanaan. ( Doa Puasa, dsb)
5. Aktifis: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan ketika mereka bergerak membela keadilan, kebenaran, berinteraksi dengan orang.
6. Pemerhati: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Allah ketika mereka melayani sesama. Tokoh yang terkenal: Mother Theresa.
7. Antusias: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan dengan ibadah yang meriah, bertepuk tangan, dan bersorak sorai, menyelami misteri Allah dengan perasaan meluap.
8. Kontemplatif: Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan dalam doa/ritual dan aktifitas yang sifatnya pemujaan kepada Tuhan.
68
9. Intelektual:Menemukan heremon dan berjumpa dengan Tuhan ketika mereka menelaah topiktopik yang berkaitan dengan ajaran dan kehidupan gereja, membaca tafsiran Alkitab, ajaran bapa bapa gereja. Sangat baik menjadi ilmuwan atau sejarawan.
Lalu saya hendak menambahkan 3 tipe lagi (Jim Kennedy):
10. Mistik: ini adalah orang yang sangat mengandalkan perasaan/intuisi. Dia berupaya masuk ke dalam batin untuk memahami dirinya sendiri dan Tuhan. Dan kadang-kadang dia juga bermaksud menjangkau lebih jauh baik ke masa lalu atau masa depan.
11. Sosial: cenderung bergabung dan mengasosiasikan diri dengan kelompok atau grup dengan minat khusus, misalnya kelompok pendaki gunung, kelompok baca buku dll.
12. Otoriter: ciri khas tipe ini adalah ketaatan penuh kepada otoritas. Jika otoritas itu adalah KItab Suci atau seorang guru, maka semua orang dianggap wajib menaati Kitab Suci. Misalnya seorang fundamentalis yang ekstrem cenderung menganggap bahwa ketaatan total terhadap KItab Suci adalah suatu harga mutlak, jadi semua orang lain di luar kelompoknya dianggap kafir. Saya suatu kali berdialog dengan saudara saya yang mengatakan bahwa bagi para teroris, bahkan pemerintahan yang sah mesti dilawan karena pemerintah dianggap kompromistis terhadap ajaran Kitab Suci.
Demikianlah beberapa tipe spiritualitas, kiranya dapat sedikit membantu kita dalam memahami diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Tipe manakah Anda?
Bagaimana menjaga keintiman dengan Allah? - Ingat dan carilah heremon di tengah kesibukan kita.
69
- Kenali dan rawatlah kebutuhan spiritualitas. - Saling menjaga dalam kehidupan komunitas.
Selamat mengembangkan spiritualitas. Bagaimana pendapat Anda?
Jika ada komentar dan saran, kirimkan ke
[email protected].
26 april 2015, pk. 10:25, revisi: pk. 14:29
VC
Note: Trimakasih kepada Eben telah berbagi 9 tipe spiritualitas.
Ref.:
[1] Jim Kennedy. Spiritual Views of Life. http://jeksite.org/integrate/spiritualview.htm
70
Seputar piagam Bumi, agama Bumi dan URI: Beware Gaia strikes back! Shalom, sobat-sobatku yang dikasihi Tuhan, dalam kesempatan ini saya ingin membahas sedikit seputar kecenderungan atau trend yang akhir-akhir ini kian ramai menjadi topik di beberapa negara maju, yaitu seputar kesadaran akan bumi yang satu. Memang kesadaran bahwa kita semua tinggal di pesawat terbang yang sama yang bernama bumi itu tidak keliru. Tapi bagaimanakah kalau kesadaran itu lalu dibelokkan menjadi sesuatu yang lebih ekstrem yaitu pemujaan terhadap bumi? Itulah topik yang ingin saya angkat kali ini.
Pendahuluan Kisah ini bermula dari email-email yang dikirimkan oleh salah seorang kenalan saya di internet, yaitu Prof. Oliver K. Manuel, beliau antara lain menulis dalam emailnya bahwa ada beberapa inisiatif seperti Agenda 21 yang menggiring banyak negara untuk secara bertahap menyetujui atau meratifikasi semacam pemerintahan global yang tunggal. Jadi dari One World menjadi One Government. Semula saya tidak terlalu ambil pusing dengan email-email tersebut, tapi kira-kira sebulan yang lalu (maret 2015) saya iseng melihat-lihat link url tentang Agenda 21 yang diberikan beliau, lalu saya kaget karena Agenda 21 itu dihubungkan dengan apa yang dikenal sebagai Piagam Bumi (Earth Charter). Lalu saya jadi penasaran ingin tahu tentang apa motivasi sebenarnya di balik Piagam Bumi. Berikut ini adalah apa yang saya peroleh dari hasil penelitian singkat saya, dengan harapan dapat membuka sedikit wawasan kita tentang pelbagai kesulitan yang bakal kita hadapi jika Piagam 71
Bumi ini benar-benar diimplementasikan di banyak negara.
Apakah itu Piagam Bumi (Earth Charter)? Kalau saya tidak keliru memperoleh informasi, Piagam Bumi sudah mulai digagas sejak sekitar tahun 1990an, dengan tujuan meningkatkan kepedulian akan pelbagai masalah lingkungan. Kemudian dibentuklah Dewan Bumi (Earth Council) yang antara lain dipimpin oleh Maurice Strong dan Mikhail Gorbachev (dulu pemimpin Uni Sovyet sebelum tembok Berlin runtuh). Maurice Strong sendiri pernah menyatakan bahwa salah satu fungsi Piagam Bumi adalah mirip dengan Dasasila yang diberikan Tukan kepada Musa (The Ten Commandments). Lihat ref. (1) Sekitar 2001-2002 Piagam Bumi mulai diperkenalkan kepada PBB dan akhirnya disetujui untuk diterima sebagai prinsip panduan (guiding principles) untuk banyak organisasi di bawah PBB. Selanjutnya Piagam Bumi tersebut diperjelas ke dalam bahasa hukum yang lugas dalam dokumen Agenda 21. Dengan kata lain, Piagam Bumi dan Agenda 21 berfungsi sebagai konstitusi baru untuk suatu pemerintahan global yang akan dibentuk dalam waktu dekat. Tidak hanya itu, Piagam Bumi juga diperkuat dengan peresmian The Ark of Covenant (Tabut Perjanjian), di mana dokumen Piagam Bumi tersebut disimpan sebagai tanda bagi umat manusia di masa depan. Lihat ref. (1).
Motivasi di balik Piagam Bumi Jika inti masalahnya adalah keprihatinan akan pelbagai problem kerusakan lingkungan, krisis energi, krisis populasi atau krisis bahan pangan, tentu kita setuju untuk meningkatkan kesadaran umat manusia akan bumi yang satu. Tapi masalahnya lebih dalam dan serius daripada sekadar krisis ekologi atau krisis energi.
72
Seperti yang dipapatkan oleh Bron Taylor dalam papernya yang diterbitkan oleh jurnal Religion (2), ada pergeseran pemikiran dari ekologi dalam (deep ecology) menjadi kepedulian lingkungan yang radikal (radical environmentalism). Para pengikut radical environmentalism ini berupaya untuk memasukkan nilai-nilai spiritualitas baru, yang mungkin lebih tepat disebut Spiritualitas berbasis bumi (Earth-based spirituality). Nah ini lalu berkaitan dengan gejala bangkitnya Agama Bumi (Earth religion), yang perlu kita cermati sebagai umat Kristiani. Untuk deskripsi singkat tentang Earth religion ini, silakan lihat di wikipedia. Ref. (5). Mungkin timbul pertanyaan: mengapa kita perlu mencermati Agama Bumi? Bukankah kepedulian akan lingkungan itu suatu hal yang baik? Bukankah gereja juga mesti peduli akan keutuhan ciptaan? Ya, kepedulian lingkungan dan keutuhan ciptaan itu memang baik, tapi jika sampai memuja dan menyembah bumi sebagai sesuatu yang sakral, itu bertentangan dengan Dasasila yaitu: "Janganlah ada ilah lain di hadapan-Ku" (Kel. 20). Dan justru persis di situlah tampaknya pengikut Agama Bumi ini hendak mendesakkan kepada banyak bangsa agar menerima Piagam Bumi sebagai pengganti Dasasila yang sudah dikenal dalam Taurat sejak ribuan tahun yang lalu. Bagi saya, ini adalah bentuk penolakan manusia secara halus terhadap Dasasila yang merupakan perintah Tuhan sendiri. Ini mirip dengan upaya membangun menara Babel di zaman dahulu, yang akhirnya diporak-porandakan oleh Tuhan. Untuk lebih jelasnya silakan lihat buku Bron Taylor yaitu Dark Green Religion, di mana dia juga membahas tentang Earth Charter di bab penutup. (3)
United Religion Initiative (URI) Kalau para pembaca masih kurang yakin bahwa Piagam Bumi memuat motivasi yang tidak kristiani, boleh cari di google tentang Gaia religion. Gaia itu sendiri adalah dewi bumi dalam
73
kepercayaan pagan Romawi kuno. Salah satu keyakinan tentang Gaia adalah bahwa bumi itu hidup. Dan inilah yang justru ditekankan secara eksplisit dalam Piagam Bumi: "Earth, our home, is alive with a unique community of life." (1) Anggapan bahwa bumi itu hidup tentunya bertentangan dengan Kejadian 1 bahwa baik bendabenda penerang di langit maupun bumi itu sendiri adalah ciptaan Allah yang Mahakudus. Jika masih ingin tahu lebih lanjut, cobalah menengok situs United Religion Initiative (lihat ref. 4), di situs itu dijelaskan berbagai hal tentang rencana menyatukan berbagai agama di dunia ini menjadi semacam Agama Tunggal. Dengan kata lain, mungkin dalam waktu dekat akan ada upaya ke arah Satu Bumi, Satu Pemerintahan dan Satu Agama (yaitu Agama Gaia). One World, One Government, One Religion.
Penutup Jika semua ini benar adanya, maka tampaknya itu berarti kita hidup di akhir zaman, dan sebentar lagi mungkin akan muncul berbagai penganiayaan terhadap umat percaya yang tidak mau menerima Piagam Bumi dan Agama Gaia. Mungkin itukah yang dimaksud dengan binatang dalam Wahyu 12–13?
Bagaimana pendapat Anda?
25 april 2015, pk. 12:45 VC
74
Referensi: (1) www.green-agenda.com/earthcharter.html (2) Bron Taylor. From deep ecology to radical environmentalism. Religion 31 (2001). Url: http://www.brontaylor.com/environmental_articles/pdf/Taylor--Religion31(2).pdf (3) Bron Taylor. Dark Green Religion. Url: www.brontaylor.com (4) www.uri.org (5) http://en.m.wikipedia.org/wiki/Earth_religion
75
Bagaimana memilih pertanyaan pembuka untuk pekabaran Injil pribadi?
Shalom, sobat-sobat yang dikasih Tuhan.
Pagi ini saya akan berbagi pengalaman sedikit mengenai beberapa aspek dalam pekabaran Injil pribadi. Salah satu pertanyaan yang mengusik pikiran saya sejak remaja adalah bagaimana memulai percakapan yang bermakna untuk memperkenalkan Injil kepada teman-teman saya? Dulu saya bersekolah di SMA negeri dan universitas negeri, tapi jarang saya memperoleh kesempatan untuk berdialog terbuka tentang kebenaran Injil dalam suatu percakapan pribadi. Memang sekali duakali ada teman yang bertanya tentang iman saya, tapi seringkali justru berujung pada debat kusir yang tidak berujung pangkal. Karena itu dalam artikel singkat ini saya akan menyampaikan beberapa alternatif kalimat pertanyaan pembuka yang mungkin menolong jika kita sedang berjumpa dengan teman yang membutuhkan Injil tapi kita tidak tahu bagaimana memulainya.
Sekilas tentang prinsip-prinsip dasar Amanat Agung Sebelum kita membahas tentang beberapa kalimat pembuka, mungkin saya perlu mengulangi suatu prinsip bahwa gereja terpanggil untuk melakukan tiga tugas di dunia: koinonia, diakonia, dan marturia. Koinonia artinya persekutuan, diakonia artinya pelayanan (sosial), dan marturia artinya kesaksian. Kesaksian merupakan panggilan setiap umat percaya untuk memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang. Ayat yang sering dikutip untuk menegaskan tentang Amanat 76
Agung adalah Mat. 28:18-20, dan Kis. 1:8. Tentunya banyak orang yang bertanya: apakah pekabaran Injil itu berarti mesti siap berdebat dengan semua orang? Jawabnya: tidak selalu. Memang kita mesti menyiapkan diri untuk menjawab keraguan dan pertanyaan yang mungkin muncul dalam dialog pekabaran Injil, tapi itu bukan berarti harus menjadi ahli debat untuk memenangkan setiap argumen. Harus diingat bahwa tidak ada orang yang menjadi Kristen karena kalah berdebat. Jadi semestinya debat argumentatif menjadi cara terakhir. Lalu bagaimana semestinya pekabaran Injil pribadi? Menurut hemat saya, lebih baik percakapan untuk memperkenalkan Injil ditempatkan sebagai percakapan untuk saling bertukar pengalaman rohani (spiritual conversation). Jika memang rekan dialog kita lalu tergerak untuk menanyakan lebih lanjut tentang iman kita, ya kita bisa lanjutkan, tapi kalau tidak ya percakapan bisa ditunda untuk waktu lain. Lalu mengenai prinsip-prinsip yang perlu diingat, ada beberapa hal yang penting:
1. Prinsip komunikasi: Dalam komunikasi apapun dan kepada siapapun, ada 4 hal yang perlu diperhatikan: Pembawa pesan, penerima pesan, pesan itu sendiri dan medium. Pembawa pesan adalah tentang Anda, apakah sudah bersikap dengan benar, ramah dan sopan. Misalnya jangan mengajak bicara tentang Injil dengan orang yang lagi sibuk mau pergi ke luar kota misalnya. Atau mungkin Anda mau membawa Injil tapi berpakaian yang tidak sesuai dengan budaya di tempat itu, misalnya semua orang pakai baju sederhana, tapi Anda datang pakai jas, maka it akan menciptakan jarak komunikasi. Terus ada masalah budaya, bahasa, usia, gender dll yang jugs perlu diperhatikan. Itu baru tentang pembawa pesan. Tentang hal-hal lain seperti penerima pesan, medium dan pesan itu
77
sendiri mungkin saya akan bahas dalam kesempatan lain, karena akan terlalu panjang. Satu hal saja, tentang medium misalnya Anda mau mengirim pesan Alkitab tertentu jika hanya untuk satu orang maka lebih baik gunakan sms (hp), tapi jika Anda mau banyak orang membaca maka bisa gunakan Twitter atau Facebook atau lainnya.
2. Moto yang perlu diingat: tiga S (simple, slow, smile) Moto ini saya kutip dari salah satu buku John C. Maxwell yang judulnya: Everyone communicate, few connect. Artinya untuk membawa pesan Injil, Anda perlu menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana, jangan dibumbui banyak istilah atau jargon yang hanya orang kristen yang paham, misalnya jangan buru-buru pakai istilah pembenaran oleh iman atau predestinasi. Terus gunakan tempo pengucapan yang agak lambat, supaya penerima pesan dapat mencerna dengan baik kalimat Anda. Lalu tetaplah tersenyum, bahkan jika penerima pesan menolak atau mengejek Anda. Jadi Anda perlu tetap mengendalikan diri dalam kondisi dan situasi apapun.
3. Pentingnya humor Humor juga penting untuk membuka percakapan atau mencairkan suasana. Tapi jangan menceritakan humor yang melecehkan gender atau berkonotasi jorok atau menyindir penerima pesan. Gunakan humor yang netral dan tidak menyinggung topik-topik yang sensitif.
Beberapa kalimat pertanyaan a. Sudahkah kamu mendengar bahwa Allah mengasihimu? Kalau tidak keliru, pertanyaan ini bisa digabungkan dengan metode 4 hukum rohani yang sering
78
digunakan di kalangan kampus. Meskipun pertanyaan ini bisa langsung dikaitkan dengan Yoh. 3:16, tapi Anda mesti ingat bahwa pertanyaan ini hanya klik dengan penerima pesan jika dia merasa kurang perhatian atau kurang disayangi oleh orangtuanya. Tapi jika dia adalah seorang penggila pesta (party animal) yang tidak punya masalah dengan rasa percaya diri, maka agaknya pertanyaan ini akan kurang menyentuh.
b. Seandainya Anda mati besok, ke mana Anda akan pergi? Ke surga atau neraka? Pertanyaan seperti ini dianjurkan dalam beberapa metode, misalnya EE (evangelism explosion) yang beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat. Tapi minggu ini saya berkesempatan ikut sebuah seminar di mana pembicara menyinggung bahwa pertanyaan pembuka model EE akan lebih pas jika disampaikan kepada orang yang sakit atau hampir mati, karena mereka lebih serius memikirkan hidup mereka. Tapi mungkin pertanyaan ini kurang cocok ditanyakan kepada remaja usia 18 yang bahkan belum terpikir bahwa dia akan mati.
c. Apakah Anda mengerti apa yang Anda baca? (Kis. 8:30) Pertanyaan ini diajukan Filipus kepada sida-sida dari Etiopia yang sedang membaca kitab Yesaya. Memang jika seseorang belum percaya dan mengenal Tuhan, maka seperti ada selubung yang menutupi pikirannya, sehingga ia sulit mengerti berita Injil. Untuk orang-orang yang haus akan kebenaran tersebut maka pertanyaan Fillipus ini mungkin lebih cocok.
d. Menurut pendapatmu, siapakah Isa? (Mat. 16:15) Kemarin (24 april 2015) saya terlintas ide ini, yaitu mungkin kita perlu belajar untuk bersikap lebih demokratis dalam memberitakan Injil. Ketimbang membombardir penerima pesan dengan
79
berbagai doktrin yang ruwet, mungkin kita bisa mulai dengan apa yang sudah mereka tahu tentang Isa Almasih, dan baru dari sana kita mulai membangun pemahaman yang baru. Hal ini juga sesuai dengan salah satu prinsip dalam pendidikan: selalu mulai dengan apa yang sudah diketahui pelajar, baru kemudian perkenalkan pengetahuan baru bertolak dari pemahaman itu. Saya kira kita perlu belajar dari Yesus sendiri dalam mengajukan pertanyaan untuk pekabaran Injil.
e. Pengalaman rohani apakah yang paling berkesan dalam hidup Anda? Lihat ref. (1) Pertanyaan ini bisa digunakan jika Anda berdialog dengan orang yang lebih senior, misalnya. Anda bisa mulai dengan mendengar kisah dia selama 5-10 menit sebelum menyampaikan Kabar Baik. Ada juga pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa digunakan, bisa dilihat misalnya di ref. (1).
Itulah beberapa pertanyaan pembuka untuk menolong kita melakukan pekabaran Injil pribadi, kiranya dapat membantu. Bagaimana pendapat Anda? Jika ada saran dan komentar, silakan kirim ke
[email protected]
25 april, 2015, pk. 10:40 VC
Ref.: (1) http://home.snu.edu/~hculbert/starters.htm
80
Keunggulan kultural dan perencanaan kota
Shalom,
Selamat malam sobat-sobat yang dikasihi Tuhan, kemarin saya mengunjungi saudara sepupu saya yang kebetulan seorang arsitek. Dulu dia pernah menempuh studi tingkat pascasarjana di Undip, dan tesisnya mengambil topik seputar arsitektur kota. Jadi saya senang berdiskusi dengan dia tentang banyak hal, khususnya yang berkaitan dengan perencanaan kota. Saya menyarikan hasil diskusi kami kemarin dalam artikel singkat ini dengan harapan agar bermanfaat sebagai bahan pemikiran lebih lanjut.
Motivasi Blog ini memang berfokus pada ajaran kristiani, tapi menurut hemat saya masalah kesejahteraan kota juga merupakan suatu hal yang menjadi tanggung jawab kita sebagai umat Kristen. Bukankah ada ayat tertulis: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."(Yer. 29:7) Jadi menurut hemat saya membicarakan tentang kota tetap relevan dengan iman kristen. Itulah motivasi saya.
Problem perkotaan di Indonesia Dari diskusi saya dengan sepupu saya, ada beberapa hal penting yang bisa saya tulis di sini, misalnya tentang problem perkotaan yang umum terjadi di manapun di Indonesia. Beberapa di 81
antara problem tersebut cukup jelas, misalnya: a. Problem melonjaknya populasi di kota-kota b. problem infrastruktur: air minum, jalan, listrik, sampah, dan lain lain c. Problem lunturnya identitas kultural kota karena kota terlalu terseret arus kapitalisme, misalnya banyak mal dll. d. Problem hilangnya sifat ramahtamah dan ciri khas yang wajar di antara warga kota e. problem sosial dan kriminal di perkotaan Salah satu yang perlu digarisbawahi di sini adalah hilangnya identitas kultural di kota-kota di Indonesia. Kota-kota banyak yang berubah wajah menjadi ajang papan reklame dan mal di mana-mana, sementara bangunan-bangunan peninggalan bersejarah yang bernilai budaya semakin tergusur.
Alternatif solusi Alternatif solusi yang bisa ditawarkan adalah memulihkan identitas kultural tersebut, dengan meningkatkan mutu perencanaan kota. Memang urban design masih sering tampak berkompromi dengan kepentingan dan agenda bisnis dan politis, tapi sudah saatnya kita belajar untuk berpikir makro dengan kerangka waktu 20-25 tahun ke depan. Karena itu perencanaan kota perlu mengembangkan pendekatan kultural yang sesuai dengan budaya setempat. Lalu saya teringat dengan sebuah buku tipis yang saya tulis sekitar tahun 2008 yang membahas tentang keunggulan kultural. Buku itu berjudul: Cultural advantage for cities, dan dapat dicari di academia.edu, lihat ref. [4]. Waktu itu saya berusaha mencari tentang topik ini di google, tapi tidak banyak artikel atau paper yang mengupas tentang keunggulan kultural dalam perencanaan kota. Jadi saya memutuskan menulis apa yang ada di dalam benak saya tentang topik keunggulan
82
kultural ini. Sewaktu menulis buku tersebut, yang saya bayangkan hanyalah mengembangkan kerangka konsep keunggulan yang tidak bernuansa kompetitif seperti keunggulan kompetitif yang digagas oleh Michael Porter, seorang profesor ahli strategi bisnis dari Harvard University. Lihat ref. [1] Sekitar tahun 1990 dia menulis sebuah buku yang berjudul Keunggulan Kompetitif Bangsabangsa (Competitive Advantage for Nations) yang segera menjadi istilah populer di kalangan bisnis maupun akademis,khususnya program studi MBA. Namun dalam perkembangannya, banyak studi empiris yang telah dilakukan ternyata menunjukkan bahwa kerangka kerja yang diusulkan oleh Porter tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam bagian berikut saya akan mencoba mengulas sedikit beberapa aspek yang menyebabkan kegagalan model kompetitif Porter.
Kegagalan model kompetitif Porter Faktor pertama, adalah bahwa model Porter dikembangkan awalnya pada lingkup perusahaanperusahaan industri di negara maju, jadi sangat tidak tepat jika rekomendasi-rekomendasi yang diberikan akan dianjurkan juga untuk negara-negara berkembang yang sulit bersaing dari segi modal dan teknologi. Lihat ulasan dalam ref. [2]. Karena itu perlu dikembangkan model yang bisa diterapkan bagi negara-negara berkembang. Salah satu contoh adalah India, yang alhir-akhir ini sering diulas di berbagai majalah karena adanya problem leher botol (India's bottleneck). Inti persoalannya adalah pembangunan di India mengambil model lompatan quantum dari pertanian ke informatika. Memang banyak muncul orang kaya baru di India, yang menjadi besar karena bisnis sebagai pengembang rekayasa peranti lunak, tapi itu paling-paling hanya 5-10% dari seluruh populasi yang terangkat ekonomi. Sementara itu mayoritas penduduk masih terjebak
83
dalam kemiskinan yang parah. Dalam metafora, ini mirip seperti lokomotif kereta api yang terputus dari gerbing-gerbong di belakangnya, sehingga gerbong-gerbong itu tetap tertinggal. Jadi pertanyaannya: apakah Indonesia sudah memiliki srategi agar tidak mengalami problem leher botol tersebut? Faktor kedua, dan lebih mendasar adalah model kompetitif itu sudah agak usang dari sudut pandang teori permainan (game theory). Sudah banyak perkembangan dalam teori permainan yang menggunakan model kooperatif atau ko-opetitif. Lihat ref. [3]. Permasalahan utama dalam model kompetitif adalah mengabaikan fakta bahwa seringkali kerjasama menjanjikan hasil atau gain yang lebih baik dibandingkan bersaing sampai mati. Sebagai misal, salah satu dalil mendasar dalam teori ekonomi apapun adalah bahwa setiap orang akan berusaha memaksimalkan utilitasnya,dan diasumsikan bahwa dengan sendirinya kesejahteraan keseluruhan masyarakat akan tercapai dengan sendirinya. Dalil yang berasal dari ideologi laissez faire Adam Smith ini sepintas terkesan indah dan manis, tapi kalau direnungkan sebenarnya adalah suatu kontradiksi dalam logika. Bayangkan jika setiap pelaku pasar hanya memikirkan keuntungannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan bersama, maka jelas sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat itu akan hancur. Dengan kata lain, pendekatan kompetitif itu gagal baik sebagai suatu dalil dalam ilmu ekonomi maupun dalam bidang strategi bisnis. Tampaknya di masa mendatang, teori permainan kooperatif akan banyak membantu merumuskan ulang dasar-dasar ilmu ekonomi.
Bagaimana dengan Indonesia? Kembali pada buku kami yang membahas tentang keunggulan kultural. Kita sebagai bangsa Indonesia perlu menyadari beberala fakta:
84
a. bahwa sebagai negara berkembang kita akan sulit mengejar ketertinggalan kita dari negaranegara maju lainnya. Bahkan membuat mobil atau mesin jahit saja kita masih kesulitan. Jadi model kompetitif yang dikembangkan untuk masyarakat industri tampaknya bukan pendekatan yang cocok. b. bangsa Indonesia memiliki karunia berupa alam yang indah dan warisan budaya yang melimpah. Aset tersebut dapat segera dikonversi menjadi keunggulan kultural baik melalui wisata budaya maupun melalui industri fashion misalnya. c. Tentunya pengembangan industri tertap perlu dilakukan untuk menunjang kebutuhan lokal. d. Dalam mewujudkan keunggulan kultural itu, perku melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terutama para arsitek perencana kota yang berperan mengubah wajah kota menjadi kota-kota yang berciri budaya yang kuat. E. para perumus kebijakan ekonomi perlu mengembangkan keunggulan kultural ini dalam strategi jangka panjang, sedemikian sehingga sebagian besar gerbong dapat bergerak maju.
Catatan penutup Buku kami yang berjudul Cultural advantage for cities (2008) pernah dipresentasikan kepada para mahasiswa Program Pascasarjana Studi Pembangunan di UKSW, Salatiga, sekitar Oktober 2008. Sebagai penyanggah adalah Dr. David Widihandojo, yang kini menjabat sebagai dekan Fakultas Ekonomi di Universitas Pelita Harapan, Tangerang. Terimakasih kepada Prof. Kutut Suwondo (alm.) yang waktu itu memberi kesempatan kepada saya untuk mempresentasikan buku tersebut.
Begitulah kira-kira rangkuman diskusi saya kemarin dengan sepupu saya, bagaimana pendapat
85
Anda?
Jika ada saran dan komentar, silakan kirim ke email:
[email protected]. Terimakasih.
19 april 2015, pk. 21:51 VC
Referensi: [1] Michael Porter. What is strategy? Harvard Business Review, 1996. [2] Davies & Ellis. Porter's Competitive advantage of nations: the final judgment? Journal of Management Studies, 2000. URL: https://effectsizefaq.files.wordpress.com/2011/03/davies-andellis-2000-porters-final-judgment-joms-378.pdf [3] David Yeung & Leon Petrosyan. Subgame Consistent Economic Optimization. Birkhauser, 2012. [4] Florentin Smarandache & Victor Christianto. Cultural advantage for cities: Alternative framework for developing countries, 2008, Available at url: http://independent.academia.edu/VChristianto
=======
POST SCRIPTA
86
Hari ini (21-04-2015) ada sebuah pesan email yang masuk memberikan komentar tentang artikel di atas. Begini isinya:
Salam Sejahtera,
Perkenalkan saya Erman Siregar, saya tertarik membaca tulisan bapak di http://sabdaspace.org/keunggulan_kultural_dan_perencanaan_kota Saya memang tidak sepenuhnya memahami tentang Model Kompetitif Porter. Namun bila diperhatikan dikehidupan sehari-hari sistem persaingan sudah menjadi kultur (budaya)yang mengakar. Pilihannya adalah MENYINGKIRKAN atau DISINGKIRKAN. Saya sangat setuju dengan pendapat Bapak tentang model kooperatif. Namun suatu saat ketika tujuan mulia dari model kooperatif dicapai atau dalam perjalanan mencapai tujuannya Karakter Manusia akan menjadi faktor penting sebagai penentu. Iblis tidak akan tinggal diam mengganggu manusia, Sikap serakah ingin memiliki apa yang didunia ini adalah salah satu karyanya. Dari mana seharusnya kita mulai? karena membangun sebuah Kultur tidak bisa diwujudkan dalam sehari. bahkan untuk menggantikan sebuah kultur lama dengan kultur yang baru membutuhkan periode beberapa generasi. Bagaimana menurut pendapat Bapak? Terima kasih. Tuhan memberkati kita semua.
-----
Dan berikut ini tanggapan saya kepada Erman:
87
Shalom Erman,
terimakasih emailmu. Memang tidak mudah membuat gerakan counter terhadap persaingan, tapi setidaknya kita bisa mulai dengan membangun kesadaran kritis bahwa kerjasama (kooperatif) seringkali lebih bermakna baik dari segi hasil akhir maupun sebagai manusia yang bermartabat. Bahkan UUD 1945 pasal 33 disebutkan bahwa landasan ekonomi.adalah asas kekeluargaan dan kebersamaan. Di sini saya memaknai kekeluargaan dan kerjasama (koperasi) bukan hanya dari organisasinya, tapi justru dari "co-operation" yang dikenal dalam game theory. Btw, saya memang bukan ahli ekonomi atau matematikawan, tapi hanya menuangkan kegelisahan saya dalam bentuk blog, Andapun dapat menulis di blog sabdaspace.net tentang pengalaman atau refleksi sehari-hari. O ya, kalau ingin membaca buku saya tentang Keunggulan Kultural, siakan visit: http://www.academia.edu/4302554/Cultural_Advantage_for_Cities_An_alternative_for_de veloping_countries Shalom, Victor
88
Apakah itu formula Drake? Shalom,
Selamat pagi sobat-sobat yang dikasihi Tuhan, jam di ipad saya sekarang menunjukkan pukul 1:45 pagi. Jadi ini sudah hari minggu. Karena saya tidak bisa tidur karena batuk, jadi saya memutuskan untuk menulis sedikit tentang formula atau persamaan Drake.
Persamaan Drake Persamaan Drake diusulkan pertama kali oleh Frank Drake sekitar tahun 1960an dalam sebuah konferensi SETI untuk memicu debat seputar kemungkinan mendeteksi makhluk dari luar angkasa. Persamaan itu sendiri sebenarnya lebih merupakan argumen statistikal untuk memperkirakan jumlah peradaban yang mungkin bisa dijumpai dalam sistem galaksi Bima Sakti kita.[1] Dalam bentuknya yang disederhanakan, persamaan Drake bisa ditulis sebagai berikut: N=R.f.l. Lihat ref. [2] Jadi persamaan itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat perkiraan jumlah makhluk asing yang bisa ditemui di galaksi kita, melainkan hanya merupakan argumen hipotetis. Namun toh argumen ini cukup mendorong terbentuknya lembaga-lembaga penelitian seperti SETI (Search of ExtraTerrestrial Intelligence), atau pencarian kecerdasan di luar bumi.
Paradoks Fermi Mesti diakui bahwa penelitian SETI tidak hanya dipicu oleh formula Drake saja, tapi juga oleh suatu paradoks yang disebut sebagai Paradoks Fermi, yang dicetuskan oleh fisikawan pemenang Nobel asal Itali, Enrico Fermi. Paradoks Fermi itu bunyinya kira-kira adalah seperti berikut: 89
"Jika memang ada makhluk dari luar angkasa, lalu di manakah mereka?" Maksud dari pertanyaan Fermi itu adalah untuk menggarisbawahi bahwa makhluk luar angkasa sulit atau malah belum pernah ditemukan. Dengan kata lain, kalau memang mereka ada, belum ada yang tertangkap basah sedang keluyuran menggunakan senapan listrik atau sejenisnya. Dari sudut pandang astronomi, memang banyak kesulitan untuk mendeteksi keberadaan makhluk asing atau alien tersebut, misalnya suatu kali para ilmuwan meluncurkan wahana ke luar angkasa yang dilengkapi dengan berbagai rekaman lagu sampa ayat-ayat suci, tapi toh tidak ada respon balasan yang diterima sejauh ini. Itulah yang disebut sebagai : The Great Silence (kesunyian besar).
Roswell, 1947 Mungkin satu-satunya perkecualian terhadap paradoks Fermi yang terkenal itu adalah apa yang disebut sebagai peristiwa Roswell, 1947. Waktu itu sekelompok tentara menemukan puing-puing piring terbang yang jatuh di gurun dekat Roswell, New Mexico. Esok harinya koran-koran setempat menberitakan besar-besaran bahwa telah ditemukan makhluk luar angkasa. Namun, beberapa hari kemudian pihak militer membantah. Mereka menyatakan bahwa temuan itu tidak lain hanyalah balon udara untuk keperluan eksperimen. Maka topik UFO lalu menjadi topik bawah tanah yang secara resmi dibantan oleh pihak pemerintah mana pun.
Kelanjutan cerita Cerita tentang Roswell tidak berhenti sampai di situ. Beberapa tahun lalu saya membaca artikel bahwa seorang staf militer yang pernah bertugas di Roswell waktu terjadinya temuan tersebut memberikan kesaksian waktu dia akan meninggal, bahwa yang ditemukan itu benar-benar piring
90
terbang lengkap dengan 1 atau 2 jasad makhluk luar angkasa. Lihat ref. [3] Jadi kisah kesaksian staf militer ini lalu menjadi hangat diperbincangkan kembali oleh para penggemar isyu-isyu seputar UFO dan SETI.
Prospek Tampaknya aktivitas SETI belum akan surut, meskipun sejauh ini masih menemui tembok yang tebal dan terjal. Di sisi pemerintah, sejak 2005 ada keputusan dari pemerintah A.S., Inggris, dan beberapa negara Eropa lainnya untuk merilis secara publik sebagian besar laporan tentang UFO. Anda bisa mencarinya melalui google. Tentunya, laporan masyarakat tentang UFO juga tidak semuanya bisa dipercaya, bahkan ada perkiraan yang menyatakan bahwa sekitar 80-90% laporan-laporan tersebut hanyalah omongkosong, salah identifikasi atau masih terjelaskan secara ilmiah. Hanya sekitar 10% saja yang benar-benar dapat dikategorikan sebagai laporan yang memang tidak terjelaskan (UFO=unidentified flying object, atau obyek terbang yang tidak terjelaskan). Dengan kata lain, mungkin saja bisa disarankan kepada SETI: daripada mengirimkan berbagai wahana ke luat angkasa tanpa ada balasan, mungkin lebih baik meneliti 10% laporan yang memang valid tersebut. Mungkin saja itu akan membuka kesempatan untuk berkomunikasi dengan makhluk luar angkasa.
Exoplanet Selain itu, topik lain yang juga semakin hangat dibahas di berbagai forum adalah tentang pencarian planet seperti bumi (English: Earth-like planet), baik dengan tujuan untuk memindahkan sebagian besar populasi bumi ke sana, atau hanya mencari kemungkinan adanya
91
kehidupan di planet lain. Lihat misalnya film Interstellar. Pencarian planet seperti bumi tersebut tidak dapat dilepaskan dari pencarian akan exoplanet. Exoplanet adalah singkatan dari extrasolar planets yang artinya planet-planet di luar tata surya. Inti penelitian di sini adalah menggunakan teleskop yang berdaya sangat kuat untuk mendeteksi adanya planet-planet di sistem tata surya lain di luar tata surya yang kita diami sekarang. Bahkan ada astronom Indonesia yang memimpin tim dan mereka berhasil menemukan salah satu planet ekso. Hingga kini kalau tidak keliru telah diidentifikasikan atau diduga lebih dari 500 exoplanet, dan jumlah ini tentunya akan terus bertambah.
Penutup Demikianlah uraian singkat saya yang serba terbatas seputar formula Drake dan hubungannya dengan pencarian akan makhluk angkasa luar. Mungkin kita memang tidak sendirian di jagad raya ini. Dan mengutip motto X-Files movie: "kebenaran ada di luar sana." (the truth is out there).
Bagaimana pendapat Anda? 19 april 2015, pk. 2:18 VC Ref. : [1] http://en.wikipedia.org/wiki/drake_equation [2] http://arxiv.org/pdf/1301.6411.pdf [3] http://www.warwickassociates.net/pdfs/witnessnr.pdf
92
Manakah yang lebih penting bagi pemimpin: IQ, EQ, SQ, AQ, atau xQ?
Shalom,
Malam ini saya ingin berbagi renungan sedikit tentang berbagai paradigma tentang kecerdasan yang dianggap dapat menentukan keberhasilan seorang pemimpin. Dulu dianggap bahwa kecerdasan logikalah yang paling menentukan keberhasilan seorang muda sebagai pemimpin di masa depannya. Tapi kini mulai ada pergeseran pemikiran. Berikut adalah rangkuman saya, dengan harapan akan dapat memicu diskusi lebih lanjut khususnya untuk konteks Indonesia.
A. IQ Dulu dianggap bahwa skor IQ merupakan salah satu indikator yang baik akan peluang keberhasilan seorang muda dalam karirnya sebagai pemimpin. Kalau tidak keliru skor ini dikembangkan menurut kebutuhan kala itu untuk merekrut orang-orang muda dalam kemiliteran. Dan sampai sekarang dianggap merupakan salah satu indikator penting, meskipun bukan lagi indikator satusatunya.
B. EQ (Emotional Quotient) Sejak Daniel Goleman menulis bukunya yanh berjudul Emotional Intelligence, maka EQ telah menjadi tolok ukur baru untuk menilai bagaimana seorang pemimpin dapat berhasil untuk
93
mengembangkan diri dan bawahannya di tengah-tengah dunia yang makin kompetitif. Inti dari EQ adalah ketrampilan sosial dan ketrampilan emosional atau mungkin kerap disebut sebagai soft skill. Menurut riset Goleman, soft skill tersebut lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin ketimbang hanya kecerdasan logika saja.
C. SQ SQ atau kecerdasan spiritual kalau tidak salah dicetuskan oleh Ary Ginandjar untuk melengkapi tolok ukur IQ dan EQ. Menurutnya, dengan adanya SQ maka energi dari seorang pemimpin dapat dilipatgandakan.
D. AQ (Adversity Quotient) Saya agak lupa siapa yang pertama kali mencetuskan gagasan kecerdasan adversity ini, tapi yang jelas adversity berarti kesulitan. Jadi intinya adalah bagaimana seorang pemimpin dapat menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan yang terjadi itulah yang akan menentukan kematangannya sebagai seorang pemimpin. Jadi semakin baik seorang pemimpin mengembangkan diri dalam menghadapi kesulitan, maka semakin ia trampil mengemudikan organisasinya di tengah badai.
E. xQ xQ merupakan singkatan dari Execution Quotient, berarti kecerdasan pelaksanaan. Kalau tidak salah konsep ini dikembangkan oleh Franklin Covey dengan bapaknya, Stephen Covey. Lihat misalnya ref. [1]. Sejauh yang saya bisa pahami, inti gagasannya adalah seorang pemimpin yang baik harus bisa mengembangkan ketrampilan tidak saja dalam hal visi tapi justru sampai
94
menerapkan visi tersebut menjadi suatu tindakan yang jelas di lapangan, itulah yang seringkali membedakan antara organisasi yang berhasil dan yang tidak. Jadi xQ mungkin akan berperan sangat penting di masa masa mendatang yang semakin tidak pasti.
Bagaimana dengan di Indonesia? Kalau menilik beberapa perusahaan besar di Indonesia, sepertinya memang kemampuan melaksanakan suatu gagasan dengan baik semakin penting dirasakan. Apalagi kita semua sudah maklum bahwa banyak orang Indonesia yang hanya trampil dalam membua konsep, tapi ketika diterapkan di lapangan menjadi kacau balau. Ambil contoh pepatah klasik di Indonesia: "ganti menteri ganti peraturan, ganti presiden gangi kebijakan." Jadi seringkali visi yang besar tidak dapat dilaksanakan, dan kemudian mentok karena menteri atau presiden selanjutnya tidak melanjutkan visi tersebut. Saya alan memberikan dua contoh saja untuk melukiskan buruknya pelaksanaan berbagai hal di negeri ini: 1. Bongkar pasang jalan: ini merupakan hal yang sering terjadi di negeri ini, misalnya hari ini ada galian jalan untuk pasang kabel, terus bulan depan jalan yang sama dibongkar lagi untuk pasang pipa air minum, terus bulan depannya lagi dibongkar untuk kabel telpon dst. Bagaimana koordinasi antara instansi dapat dilakukan dengan baik? Itu juga bagian dari xQ. 2. Kurikulum 2014: meskipun kurikulum ini digembar-gemborkan bertujuan untuk meningkatkan kebudayaan Indonesia, gapi yang jelas tidak hanya murid yang bingung, para gurupun masih banyak yang bingung bagaimana sapat menjalankan kurikulum ini dengan baik. Saya bukan ahli pendidikan, tapi dari memberikan les kepada kemenakan saya, saya jadi tahu bahwa modul-modul yang diberikan agak kurang jelas. Sebagian pertanyaan tidak jelas jawabannya, dan sebagian lagi terlalu gampang. Mungkin kelemahan Kurikulum ini adalah
95
terlalu cepat diluncurkan sebelum diuji dulu beberapa tahun. Tapi entahlah, mungkin para pembuat kebijakan punya alasan tersendiri.
Penutup Lalu bagaimana dengan kita sendiri ? Sudahkah kita menerapkan dan menggabungkan berbagai jenis kecerdasan tersebut mulai dari IQ hingga xQ? Tentunya jawaban terbaik bukanlah memilih salah satu saja, tapi mengembangkan sekaligus berbagai kecerdasan itu dalam organisasi kita. Semoga bangsa ini akan bertumbuh ke arah yang lebih baik dengan memperhatikan perkembangan pemikiran tentang kecerdasan tersebut. Jika di antara pembaca ada yang ingin menyampaikan refleksi atau pendapatnya tentang konsep kecerdasan ini, silakan kirim email ke
[email protected]. Terimakasih.
Selamat malam
18 april 2015, pk. 23:23 VC
Ref.: [1] Franklin Covey, The Execution Quotient white paper, Url: http://www.franklincoveyresearch.org/catalog/xQ_White_Paper_3.0.pdf
96
Apakah Holy Grail sudah ditemukan?
Shalom,
Artikel berikut ini masih kelanjutan dari posting saya sebelumnya tentang berbagai misteri dalam Alkitab. Kali ini saya akan fokus pada salah satu pertanyaan yang membuat banyak umat Kristen penasaran, yaitu tentang misteri Holy Grail. Yang dimaksud dengan Holy Grail adalah cawan suci yang konon digunakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya pada malam Kamis Putih menjelang Dia disalibkan, atau lebih dikenal sebagai Perjamuan Terakhir (The Last Supper). Meskipun perdebatan tentang lokasi cawan suci ini sudah terjadi sejak berabad-abad tapi menjadi hangat lagi terutama sejak buku Da Vinci Codenya Dan Brown. Karena itu saya akan mulai dengan novel ini.
Da Vinci Code Meskipun Dan Brown di awal bukunya sudah menegaskan bahwa semuanya adalah fiksi, kecuali lokasi dan ritus-ritus adalah nyata, tidak terelakkan bahwa sebagian umat Kristen terpengaruh juga oleh penjelasannya tentang Holy Grail. Menurut Brown, yang dimaksud dengan Holy Grail sebenarnya merupakan permainan kata dari Holy Graal, yang berarti darah kudus. Brown lalu menyitir pandangan penulis amatir lainnya (Baigent dan Leigh, yang disindirnya menjadi nama tokoh Leigh Teabing dalam Da Vinci Code) yang pernah menulis bahwa Holy Graal sebenarnya bukanlah cawan tembaga, tapi garis keturunan sedarah dari Yesus Kristus. Brown menjelaskan 97
bahwa Yesus Kristus menikah dengan Maria Magdalena, lalu punya beberapa anak. Anak-anak mereka lalu memjadi buyut dari raja-raja Merovingian di perancis. Tentang benarkah garis keturunan itu, yang kita dapat katakan adalah itu banyak dosis spekulasi ketimbang ilmiahnya. Apalagi sumber yang merujuk pada pernikahan Yesus dan Maria itu adalah Injil Filipus dan Injil Maria Magdalena, yang tidak merupakan bagian dari Alkitab kanonik. Dengan kata lain, penjelasan Dan Brown tidak berdasar dan sulit diterima, sehingga memang lebih cocok dikategorikan fiksi sejarah saja.
Indiana Jones Dalam salah satu film Indiana Jones dikisahkan bahwa dia bertemu dengan ayahnya yang juga arkeolog, dan kemudian mereka berpetualang mencari Holy Grail. Akhirnya mereka menemukan Holy Grail itu di salah satu ceruk di Petra, yaitu bangunan yang dipahat pada gunung karang yang sangat besar. Tentunya penjelasan ini juga lebih bernuansa fiksi petualangan, dan tidak perlu terlalu dirisaukan.
Moskow Seperti yang saya jelaskan di posting saya sebelumnya, ada orang yang menyebut bahwa kemungkinan lokasi cawan suci itu ada di salah satu gereja di Moskow. Tapi sejauh pengamatan saya, tidak ada tanda-tanda yang jelas mengenai lokasi yang persis di gereja mana di moskow. Selama kurang lebih 4 bulan sekitar tahun 2009, hampir setiap minggu siang saya berkeliling ke gereja-gereja di berbagai penjuru Moskow untuk mencari cawan suci tersebut. Memang ada beberapa gereja atau kapel yang memiliki koleksi cawan tembaga, tapij tidak ada yang menyebutkan bahwa itulah cawan suci yang pernah dipakai Yesus. Jadi kesimpulan sementara
98
saya, kemungkinan ini masih merupakan tanda tanya besar.
Infanta Donna Urraca Namun berita terakhir ini cukup mengejutkan saya. Ada dua orang sejarawan yang menulis buku sekitar tahun 2011 bahwa lokasi cawan suci itu terletak di lapisan dasar dari sebuah cawan yang dikenal sebagai the goblet of Infanta Donna Urraca yang sekarang disimpan di salah satu museum di Spanyol. Lihat ref. (1). Jika temuan ini dapat dipertanggungjawabkan dengan riset lanjutan yang mendalam, misalnya menggunakan uji carbon dating, maka mungkin akan menjawab persoalan yang merisaukan banyak orang sejak berabad-abad silam.
Itulah sekelumit kisah tentang cawan suci Yesus. Bagaimana pendapat Anda?
Mungkin saja bacaan saya kurang mutakhir (update). Jadi sekiranya ada di antara pembaca yang memiliki informasi yang lebih keren, silakan kirim ke email saya:
[email protected]
18 aprl 2015, pk. 22:36. VC
Ref. (1) http://www.huffingtonpost.com/2014/04/01/holy-grail-spanish-museum_n_5072155.html
99
X-Files dalam Alkitab (?)
Sore ini saya mau cerita diskusi saya dengan beberapa sahabat pagi tadi. Usai menikmati sarapan pagi di warung ijo, kami berlima terlibat diskusi tentang berbagai hal. Diskusi itu berawal dari cetusan saya yang mengatakan bahwa sekitar tahun 2009 saya berkesempatan studi di moskow, tapi hampir setiap hari minggu saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk berkeliling dari satu gereja ke gereja lainnya di moskow untuk melihat-lihat suasana di tiap gereja. Memang di moskow ada banyak sekali gereja atau kapel milik Gereja Ortodoks, hampir tiap 500 meter pasti ada sebuah kapel, entah besar atau kecil.
Holy grail Lalu saya menambahkan bahwa motivasi saya berkeliling melihat gereja-gereja itu bukan karena saya terlalu rohani, tapi karena rasa penasaran sebab waktu masih di jakarta, saya membaca sebuah buku berbahasa indonesia yang mengatakan bahwa diduga Holy Grail atau cawan suci Yesus tersimpan di salah satu gereja fi moskow. Sayangnya waktu itu saya tidak membeli buku itu. Jadi saya ingin tahun benarkah ada Cawan suci di salah satu kapel di Moskow. Memang selama beberapa bulan saya berkeliling, kadang ada beberapa gereja yang menyimpan banyak cawan tembaga, tapi saya kira usianya masih agak muda, belum sampai dua ribu tahun. Jadi kesimpulan saya mungkin cerita dalam buku yang saya baca itu tidak benar.
Tombak Salah satu misteri lain adalah di manakah letak tombak yang konon digunakan untuk menikam
100
lambung Yesus. Kabarnya tombak itu dimiliki oleh Hitler pada saat perang dunia kedua. Lalu juga ada kabar tentang kain kafan yang digunakan untuk membungkus tubuh Yesus, konon dikenal sebagai Shroud Of Turin, meskipun yang terakhir saya dengar lukisan wajah dalam kain kafan itu adalah hadil rekayasa cermat dari Leonardo Da Vinci.
X-Files Lalu saya menambahkan kepada mereka bahwa rasa penasaran saya tentang berbagai misteri dalam Alkitab itu bukan dipicu oleh kisah-kisah novel Dan Brown atau Indiana Jones, meskipun mereka mungkin memicu rasa ingin tahun yang lebih, tapi terutama dari serial X-Files yang diputar berseri sekitar tahun 1997-2000. Waktu itu saya rajin menonton setiap episode, bahkan saya pernah punya dvd lengkap seluruh episode X-Files. Yang menarik adalah banyak kisah-kisah misteri yang dapat ditemukan dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama atau Baru. Beberapa bulan lalu saya ada ide untuk suatu kali mengumpulkan fakta fakta lalu menulis sebuah buku berjudul X-Files in the Bible. Mungkin ada rekan-rekan pembaca yang dapat menolong dengan daftar misteri dalam Alkitab? Silakan kirim ke email saya:
[email protected] Saya mencoba browsing sebentar di google, dan hanya menemukna beberapa entri untuk keyword x files in the bible, misalnya: http://www.bibleuk.com/xfiles1.htm Untuk memperjelas maksud saya dengan X-Files dalam Alkitab, perkenankan saya menulis daftar sementara problem problem misteri yang belum tuntas terjelaskan, hanya sebagai pemicu atau trigger bagi diskusi lebih lanjut:
a. The speaking serpent: siapa sebenarnya yang dimaksud dengan ular yang berbicara dalam
101
Kejadian 3? Apakah itu hanya kisah dongeng atau kiasan, ataukah memang ada ras ular pada jaman dahulu? Kalau kita hubungkan dengan Buku Enoch dan juga X-Files, maka kesimpulan sementara adalah: malaikat yang jatuh mengambil bentuk ular yang berbicara, dan mungkin dapat berjalan. Itulah mungkin sebabnya di berbagai negara ada ritual pemujaan terhadap (serpent cult). Bahkan dalam x Files serta kisah-kisah UFO lainnya disebutkan bahwa ras alien yang terdiri dari reptil abuabu dan reptil hijau. Konon reptil abuabu lebih kejam dan bermaksud membinasakan manusia sementara reptil hijau lebih ramah dan membela manusia.
b. Henokh yang terangkat ke sorga: apakah kisah ini membenarkan kisah kisah mistis spiritual yang mengatakan bahwa orang-orang yang suci tidak akan mati tapi moksa? Kita juga tahu bahwa makam Musa tidan dapat ditemukan demikian juga Elia terangkat ke surga?
c. Nephilim: siapakah sebenarnya kaum Nephilim yang merupakan hasil kawin silang antara para malaikat yang jatuh dengan para perempuan keturunan hawa? (Kej. 6) Kalau dihubungkan dengan Kitab Enoch, apakah itu yang disebut dengan The watchers? (lihat misalnya film Noah). Ataukah kaum Nephilim itu ada hubungannya dengan legenda Anunaki, yang merupakan tokoh hebat yang konon mengajarkan manusia tentang teknologi pertanian? Apakah Anunaki ini merupakan seorang yang datang dari luar angkasa (alien)?
d. Menara Babel: apakah menara tersebut ada hubungannya dengan piramida yang tidak saja ditemukan di Giza tapi juga di Peru, dan beberapa daerah lainnya termasuk China? Apakah piramida piramida tersebut menunjukkan hasil pengaruh dari kaum alien yang datang ke bumi? (lihat misalnya film Indiana Jones yang terakhir, The Crystal Skull)
102
e. jembatan ke surga: konon dikisahkan bahwa Yakub tidur di suatu tempat di Betel, dan malam hari ia bermimpi ada tangga atau jembatan menuju surga. Jika mimpi itu dapat dipercaya, apakah hal itu menunjukkan bahwa tangga ke surga itu mirip dengan lubang cacing ? (wormhole) Benarkan ada jalan tembus menuju surga? Apakah lubang cacing itu memang mungkin terdapat dalam alam semesta? Lihat misalnya film Interstellar.
f. Keledai yang berbicara: ketika bangsa Israel sedang berjalan di gurun, Bileam diminta mengutuki mereka. Tapi keledai Bileam ternyata menolak dan akhirnya berbicara kepada tuannya. Bagaimana mungkin itu terjadi?
g. Masih banyak yang lain yang belum yang ingat, jadi kalau ada yang mengingatnya, tolong email ke saya ya. Sebagai tips terakhir, saya kira akan menarik untuk menyimak Wahyu 12:7-9 bahwa ada peperangan di surga antara Mikhael dan pasukannya serta Satan dan balatentaranya. Apakah hal itu mengindikasikan semacam perang di luar galaksi kita? Mungkinkah ada peperangan abadi, mirip dengan yang dikisahkan dalam Star Wars? Kalau itu benar, maka berarti kita yang di bumi sebagai pengikut Kristus juga mesti hidup dalam spiritual warfare dengan rohroh jahat. Mungkinkah itu yang dimaksud oleh Rasul Paulus yang menulis agar kita mengenakan baju zirah rohani?
Demikian beberapa butir pemikiran yang masih kasar, belum dipoles lagi. Tapi kiranya dapat berguna sebagai bahan diskusi lebih lanjut.
103
Penutup Maksud penulisan ini bukanlah untuk membingungkan para pembaca dengan berbagai fakta yang tidak berhubungan. Melainkan saya hanya berusaha jujur dengan diri sendiri, bahwa meskipun saya telah menjadi orang kristen selama lebih dari 40 tahun, tapi masih saja ada banyak pertanyaan yang belum tuntas terjawab, bahkan setelah saya menyelesaikan studi pascasarjana dalam bidang teologi. Mungkin di antara pembaca bisa menemukan jawaban atas berbagai misteri yang saya sebutkan di atas, silakan kirim email ke
[email protected]. Terimakasih.
18 april 2015. Pk. 19:06 VC
Catatan: terimakasih kepada Eben, Tika, Khenny, Ody
104
Renungan dari Mazmur 1
Saudara saudari yg dikasihi Tuhan, sy yakin kita semua telah cukup sering mendengar atau membaca Mazmur pasal 1 ini. Ini adalah sebuah syair yang sangat terkenal, karena membantu kita memahami bagaimana menjadi orang yang berhasil di jalan Tuhan.
Ayat 1. Tidak berjalan, tidak berdiri dan tidak duduk bersama orang fasik. Itulah peringatan pertama untuk kita semua yang hobi nongkrong dan kong kouw untuk urusan yang tidak jelas, misalnya gosip, mengecam pemerintahan, merencanakan hal hal yang tidak baik dll. Seringkali secara tidak sadar lalu kita mungkin akan terbawa arus pemikiran orang orang fasik dan mereka yang membenci Tuhan, lalu terjerumus dalam suatu kejahatan atau mungkin jadi ikut minum ecstasy atau mabuk dan madat dst. Orang jawa punya filosofi sekaligus petuah agar kita menghindari molimo: mabuk, maling, madat, main, madon. Dan semua ini tampaknya mudah terjadi apabila kita cenderung bergaul dengan orang orang yang tidak baik. Bahasa gaulnya: tertular atau terinfeksi. Memang kejahatan itu cenderung menular, misalnya rame rame korupsi karena satu kantor korupsi semua. Tentunya ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa kita sama sekali tidak boleh bercakapcakap dengan orang yang berdosa atau tidak seiman. Jika memang perlu, misalnya untuk memberitakan Injil atau menasihati , tentunya tidak keliru untuk berbicara dengan orang yang belum seiman, seperti yang juga sering dilakukan oleh Yesus semasa hidupNya. Bahkan Yesus mendapat julukan: sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (Matius 11:19, Lukas 7:34).
105
Ayat 2. Merenungkan Taurat Tuhan. Taurat di sini mungkin kurang tepat untuk zaman sekarang, kini mungkin lebih tepat menyebutnya: Kitabsuci. Maksudnya di sini adalah ketimbang menghabiskan waktu untuk nongkrong yang tidak jelas dengan orang orang yang tidak baik, sebaiknya kita memberikan waktu yang lebih banyak untuk membaca dan merenungkan kitab suci. Kedengarannya mungkin ini hal yang sepele, tapi kalau kita ingat Mzm 119:105 yang berbunyi: firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, maka jelas bahwa dengan merenungkan firman Tuhan kita akan belajar banyak bagaimana mengatur langkah kita di jalan Tuhan dan mengenali kehendakNya. Dan bila kita berjalan selalu dalam kehendakNya, kiranya kita boleh yakin bahwa Tuhan senantiasa akan menyertai langkah kita.
Ayat 3. Maksudnya di sini adalah kita akan menjadi seperti pohon yang sehat, kuat, berakar, hidup dan subur. Jelas ayat ini berkaitan dengan ayat 2, yaitu jika kita berjalan di jalan Tuhan dan setia dengan firmanNya, maka Tuhan berjanji bahwa apa saja yang kita perbuat akan berhasil. Penting di sini untuk menjadi seperti pohon yang berakar dan subur, karena banyak orang saat ini seperti hidup tercerabut dari akarnya, artinya mereka menjalani hidup semau mereka sendiri tanpa menyadari bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan sang Pencipta Alam. Jadi untuk menjadi orang yang berhasil, kita perlu berakar kuat di dalam Tuhan. Hal ini menjadi jelas dari ucapan Yesus: Akulah pokok anggur dan kamulah carangnya, di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa apa.
Ayat 4-6. Seperti sekam ditiup angin, tidak bertahan dalam penghakiman dan menuju kebinasaan. Ketiga ayat ini mengingatkan kita akibat dari hidup yang tidak berakar di dalam Tuhan, yaitu kita akan menjadi rapuh, goyah dan mudah digoyangkan oleh angin yang bertiup.
106
Lebih buruk lagi, jika ada orang yang menuntut kita di depan pengadilan, kita akan mudah dibuktikan bersalah, dan akibat terakhirnya adalah menuju kebinasaan yang kekal. Demikian pula nasib orang yang sering menghabiskan waktu secara tidak jelas dengan orang fasik akan mengalami hal yang sama.
Sebagai pertanyaan refleksi: sudahkah kita merenungkan dan memperkatakan firmsn Tuhan dalam kehidupan kita sehari hari? Selamat merenungkan.
Kiranya Tuhan menolong dan memberkati kita semua.
Amin.
27 maret 2014
107
Bagaimana menjalani masa remaja bersama Tuhan
Apakah kalian kadang merasa kurang dimengerti dan didengar oleh orang dewasa termasuk orangtua? Atau kalian tidak memperoleh rasa aman dari orang tua? Masa remaja memang merupakan masa yang paling sulit dalam kehidupan seseorang. Mereka sering merasa tidak dimengerti, kurang dicintai dan didengar oleh orang-orang dewasa. Mereka berjuang terhadap depresi dan tekanan sosial, dan sebagai akibatnya mereka bisa melakukan tindakan- tindakan yang keliru.
Kenakalan dan kejahatan remaja Mungkin ada perbedaan antara kenakalan dan kejahatan, misalnya kenakalan belum tentu menjadi tindak kriminal. Tapi jika sudah menjadi kriminalitas remaja maka istilah yang tepat adalah "juvenile delinquency." Juvenile delinquent adalah seseorang yang masih di bawah umur 18 tahun, tapi melakukan tindakan yang seharusnya dikategorikan sebagai tindak kejahatan. Hal ini mencakup perampokan, pemerkosaan, vandalisme, gang, napza, dll. Ada beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi resiko seorang remaja menunjukkan gejala juvenile delinquency: - faktor sosial. Ingat juga I Kor. 15:33 "pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik..." - faktor individual - faktor tingkat sosioekonomi yang rendah - faktor penolakan teman
108
- faktor pencapaian atau kegagalan dalam belajar - faktor biologis, misalnya tingginya kadar serotonin dalam otak dapat memicu agresivitas. Sebaliknya, tingkat serotonin yang rendah mungkin berhubungan dengan gejala depresi. - faktor attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) - faktor keluarga, misalnya gaya orangtua mendidik (otoriter dll) Lihat misalnya http://en.m.wikipedia.org/wiki/Juvenile_delinquency.
Beberapa contoh problem yang kerap dialami remaja: A. Merokok ( sering mulanya karena ikut ikutan) B. Bullying C. Mengutil ( shoplifting) D. depresi E. pergaulan bebas dan pornografi F. Obesitas G. Anorexia H. Bulimia I. Minum alkohol J. Obat-obatan (napza)
Beberapa problem lain sifatnya kurang kentara dari luar, tapi bisa berdampak buruk, misalnya: K. Kurang pede (low self-esteem) J. Isolasi diri (antisosial), ada kecenderungan psikopatik K. Keinginan bunuh diri yang kuat (meskipun temporer)
109
L. Ingin melawan orangtua, guru dan semua otoritas lainnya M. Sulit percaya dan menyerahkan diri kepada Tuhan N. Problem cinta, pacaran, putus dan galau O. Problem menganggur dan waktu luang P. mungkin adik-adik ada saran problem yang lain?
Salah satu alasan munculnya berbagai problem remaja tersebut adalah adanya hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua. Bill Sanders mengungkapkan berbagai keluhan remaja terhadap orang tua mereka, antara lain: - orang tua sering bertengkar - orang tua tidak memupuk kasih dalam keluarga - orang tua tidak punya waktu bersama untuk mendengar anak-anak mereka - orang tua tidak menunjukkan kasih yang tidak bersyarat - orang tua tidak dapat menjadi contoh - orang tua tidak memiliki keberanian untuk berkata tidak - orang tua tidak membantu anak-anak untuk membangun di atas dasar yang benar - orang tua tidak membantu anak-anak menemukan bakat khusus mereka - orang tua tidak pernah memeluk anak-anak mereka - orang tua tidak pernah menunjukkan rasa bangga akan anak-anak - orang tua tidak menyediakan waktu untuk belajar tentang kepribadian anak-anak - orang tua cenderung melakukan segala sesuatu untuk anak-anak - orang tua tidak memberi pertolongan kepada anak-anak untuk mengendalikan hidup - orang tua tidak membantu anak-anak menemukan idola-idola
110
- orang tua tidak melatih anak-anak dalam mengambil keputusan yang baik - orang tua tidak melatih anak-anak untuk mengatakan segala hal kepada orang tua
Meskipun orang tua kalian tidak sempurna dan memiliki banyak kelemahan, kalian mesti belajar untuk mengasihi mereka, karena orang tua juga mengasihi kalian dalam segala kelemahan mereka. Mintalah kepada Tuhan untuk melengkapi apa yang tidak diajarkan dan tidak diberikan oleh orang tua kalian.
Sebagai tambahan, salah satu faktor yang mungkin menyebabkan perilaku kenakalan remaja adalah karena kurangnya rasa aman akibat hubungan yang buruk dengan ibu saat masih bayi. Jika seorang bayi ditinggalkan atau diabaikan oleh ibunya, maka kemungkinan ia akan menjadi seorang pembangkang. Di sini kita perlu memperhatikan, bahwa sekalipun orangtua kita mungkin gagal memberikan rasa aman yang cukup, kita dapat terus bersandar kepada Tuhan, Sang sumber rasa aman yang sejati. Lihat Maz. 4:8.
Penutup Sebagai pesan terakhir, memang dalam masa muda yang penuh gairah, banyak remaja memilih untuk menuruti bujukan teman untuk hidup berresiko, seperti minum alkohol, mencoba obatobatan, pergaulan bebas dll, tapi sebaiknya kita mengambil jalan yang sempit dan menjaga tingkah laku kita sesuai dengan Maz. 119:9. Bersama kita Tuhan kita tidak akan goyah di tengah badai apapun hingga memasuki masa dewasa. Maz. 112:6; 121:3.
Tugas untuk dikerjakan
111
Sebagai penutup, kadang-kadang sebagai remaja sulit untuk mengungkapkan isi hati kita kepada orang tua. Nah sekarang kalian diberi kesempatan selama 10 menit untuk mengungkapkan apa yang kalian rasa perlu diperbaiki dari orang tua kalian. Tolong jangan lupa berikan nama kalian, sehingga jika saya ketemu dengan mereka, saya dapat menyampaikan saran dan keluhan kalian. Selamat menulis!
Tuhan kiranya senantiasa menyertai kalian semua.
25 juni 2014
112
Tinjauan Kritis terhadap Pandangan Eisenman tentang Kontradiksi antara Paulus dan Yakobus Abstrak Dalam artikel ini penulis memberikan sanggahan dan kritik terhadap pandangan Robert Eisenman dalam bukunya James the Brother of Jesus, khususnya yang berkaitan dengan identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran yang disebut dalam naskah Pesher Habakuk adalah Yakobus saudara Yesus (James the Just). Beberapa kelemahan argumentasi Eisenman dipaparkan dengan tujuan agar pembaca memahami bahwa pandangan Eisenman tersebut sangat lemah dan dipaksakan kepada teks baik Naskah-naskah Laut Mati maupun kanon Perjanjian Baru. Artikel ini merupakan petikan dari tesis penulis dengan judul yang sama.
Keywords: Eisenman, Qumran, Yakobus, James the Just, Dead Sea Scrolls, Naskah Laut Mati, 4Q246, 4QAramaic Apocalypse, Bereh di El, Perjanjian Baru.
A. Pendahuluan Dalam dua dekade terakhir ini telah terbit banyak buku yang menyemarakkan diskusi di kalangan para ahli maupun awam seputar penafsiran Naskah-naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls). Memang Naskah-naskah Laut Mati telah menimbulkan perdebatan sejak pertama kali ditemukan lebih dari 6 dekade yang lalu pada tahun 1947 di Qumran oleh para gembala suku Bedouin. Pada umumnya di antara para ahli terdapat kesepakatan bahwa Naskah-naskah Laut Mati menguatkan keyakinan iman Kristen akan keaslian naskah-naskah Alkitab, seperti misalnya kitab Yesaya versi Naskah-naskah Laut Mati yang ditemukan ternyata nyaris sama dengan yang dijumpai pada versi 1000 tahun setelahnya. Namun demikian ada sementara ahli seperti Robert Eisenman yang mengajukan argumentasi bahwa Naskah-naskah Laut Mati menunjukkan adanya kontradiksi di antara jemaat Kristen mula-mula, khususnya antara Yakobus dan Paulus. Dalam hal ini, Yakobus 113
diidentifikasikan sebagai Guru Kebenaran dan Paulus sebagai Sang Pendusta. 26 Selain pandangan tersebut, Eisenman juga memaparkan hipotesisnya bahwa Paulus adalah seorang Herodian dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Higher Criticism, 1996.27 Eisenman menyuarakan pandangan-pandangannya dalam beberapa bukunya, di antaranya The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, James The Brother of Jesus (1997), dan juga The Dead Sea Scrolls and the First Christians (2004). Salah satu implikasi dari pandangan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan bahwa gereja mula-mula mengalami perpecahan antara aliran Kekristenan Yudea (Judeo Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Selain itu, pandangan Eisenman tersebut tampaknya menguatkan persepsi sebagian pemikir Islam (termasuk di Indonesia) yang berpendapat bahwa “agama Nasrani itu lebih tepat dinamakan paulinisme (agama Paulus).”28 Karena itu makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan sanggahan terhadap pandangan Eisenman tersebut.
B. Garis Besar Pandangan Eisenman Robert Eisenman mengembangkan lebih lanjut gagasan S.G.F. Brandon, bahwa Kekristenan Yakobus yang asli terdiri dari menaati Taurat dan nasionalisme Yahudi yang tidak
26
Anthony J. Saldarini, “Freedom Fighters,” The New York Times, April 27, 1997 [artikel on-line]; diambil dari http://www.nytimes.com/books/97/04/27/reviews/970427.27saldart.html; Internet; diakses 17 Februari 2014. 27
Robert Eisenman, “Paul as Herodian”, JHC 3/1 (Spring):110-122 [jurnal on-line]; diambil dari
http://www.depts.drew.edu/jhc/eisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014.
28
Tom Jacobs, Paulus – Hidup, Karya dan Teologinya. Cet.-2 (Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1983; Jakarta: B.P.K. Gunung Mulia, 1984), 110-113.
114
percaya akan kebangkitan. 29 Kitab-kitab Injil dipandangnya sebagai pro-nonYahudi (Gentile), pro-fiksi Romawi yang menampilkan Yesus sebagai sosok Mesias yang pasifis dan spiritual, sedangkan sosok Yesus yang sebenarnya ditutupi untuk alasan-alasan politis. 30 Dalam rangka merekonstruksi Yakobus historis, Eisenman menyelidiki teks-teks yang kita miliki untuk memperoleh sumber dari teks-teks tersebut; misalnya Kisah Para Rasul dan Pseudo-Clementine Recognitions dianggap bergantung pada suatu sumber lain yang telah hilang, yang dipelihara dengan lebih baik dalam Pseudo-Clementine. Menurut Eisenman, Kisah Para Rasul dan PseudoClementines tidaklah bebas atau saling tergantung di antara mereka, tetapi merujuk ke sumber yang sama. 31 Eisenman juga menolak menggunakan Surat-surat Klemens dari Roma.32 Dari fakta historis kita tahu bahwa Klemens dari Roma adalah salah satu Bapa Gereja yang hidup sekitar 30-97 M, merupakan salah satu penerus Rasul Petrus, dan menghormati baik ajaran Petrus maupun Paulus. Sedangkan Pseudo-Clementine merupakan kisah roman (fiksi) yang ditulis pada abad ke-4. Eisenman sendiri mengakui bahwa Pseudo-Clementine lebih cocok disebut sebagai Klemens-Palsu (False-Clement).33 Di antara para ahli, telah diketahui bahwa PseudoClementine merupakan dokumen yang kurang memiliki nilai sejarah serta cenderung anti-Paulus (Ebionit). Karena itu jika Eisenman memilih untuk merujuk pada Pseudo-Clementine daripada 29
Peter Kirby, “Historical Jesus Theories: Robert Eisenman”, Early Christian Writings [artikel on-line]; diambil dari http://www.earlychristianwritings.com/jesus/roberteisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014. 30
Ibid.
31
Robert Eisenman, James the Brother of Jesus: The Key to Unlocking the Secrets of Early Christianity and the Dead Sea Scrolls (Middlesex, England: Penguin Books, 1997), 78-79. 32
J.B. Lightfoot & J.R. Harmer, The Apostolic Fathers. Rev. GreekTexts with introductions and English translations (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1984). 33
Eisenman, James the Brother of Jesus.
115
Surat-surat Klemens, hal ini jelas menunjukkan sikapnya yang condong untuk meremehkan nilai historis dari dokumen-dokumen tersebut, demi memperoleh pembenaran atas hipotesisnya. Eisenman juga mengatakan bahwa revolusi Yahudi yang pertama kemungkinan besar dipicu oleh eksekusi yang tidak adil atas Yakobus yang Adil (James the Just). Menurut Eisenman, dalam rangka membedakan Yakobus yang Adil dengan Yesus, saudaranya, Injil memisahkan mereka menjadi dua: (a) di satu sisi, keluarga Yesus yang berpikir Yesus adalah orang gila; dan di sisi lain, (b)Yakobus anak Zebedeus adalah salah satu dari murid inti Yesus, yaitu trio Petrus, Yakobus dan Yohanes sebagaimana dijumpai dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik (Mat. 17:1; Mrk. 5:37; 9:14; 14:33; Luk. 8:51; 9:28). Jadi jelas bahwa Injil Sinoptik membedakan antara Yakobus anak Zebedeus dan Yakobus saudara Yesus. Namun, menurut Eisenman deskripsi mengenai trio murid inti dalam Injil Sinoptik tersebut adalah tidak benar, khususnya jika dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang awal. Menurut Gal. 2:9 trio ini adalah Yakobus saudara Yesus, Petrus (Kefas) dan Yohanes. Eisenman berpendapat bahwa Kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul penuh dengan informasi yang keliru semacam ini yang dirancang dengan suatu kepentingan yaitu untuk mengaburkan arti penting dari faksi Yakobus dan untuk menyiapkan Kekristenan yang cocok bagi kaum non-Yahudi (Gentile).34 Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana yang dipimpin Yakobus adalah suatu gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Selain itu Eisenman mengajukan sebuah teori tambahan, yaitu ia berupaya untuk memasukkan Naskah-naskah Laut Mati ke dalam kerangka teorinya. Hal ini mungkin telah memicu penjualan bukunya dan menuai protes dari para ahli lainnya. 34
Kirby.
116
Eisenman juga mengidentifikasikan Yakobus sang Adil dengan Guru Kebenaran dan Paulus dengan Sang Pendusta, tokoh-tokoh yang secara kabur disebut dalam beberapa bagian dari Naskah-naskah Laut Mati. Bagaimanapun, dalam melakukan hal ini Eisenman mesti berargumentasi secara panjang lebar melawan konsensus para ahli dalam penggunaan metodemetode penanggalan karbon (C-14) dan paleografi yang menyarankan bahwa dokumen-dokumen tersebut ditulis sebelum era Kristen. Namun, menurutnya identifikasi tokoh-tokoh tersebut tidaklah esensial bagi tesisnya.35 Eisenman menyuarakan pandangannya yang anti-Paulus tersebut dalam beberapa bukunya, di antaranya Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983), The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, dan James The Brother of Jesus (1997). Salah satu implikasi dari dugaan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan bahwa Gereja Perdana mengalami perpecahan antara aliran Kekristenan Yahudi (Judeo Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Bukunya yang pertama: Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983) kemudian dikutip dan dikembangkan oleh Baigent & Leigh (1991) yang menyatakan bahwa Vatikan telah menyembunyikan kebenaran tentang Naskah-naskah Laut Mati dari publik, karena berpotensi akan menggoyang sendi-sendi agama Kristen. 36 Dari buku-buku tersebut jelas bahwa baik Eisenman (1997) maupun Baigent & Leigh (1991) masing-masing mengembangkan semacam “teori konspirasi” melawan konsensus para sarjana Qumran. Namun dalam tesis ini yang akan disoroti hanyalah pandangan Eisenman.
35
Ibid.
36
Michael Baigent & Richard Leigh, The Dead Sea Scrolls Deception (New York: Touchstone Book, 1991).
117
Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, berikut ini adalah beberapa aspek dari pandangan Eisenman tersebut: (1) Menurut Eisenman, praanggapan dari grup peneliti yang dipimpin oleh Bapa Roland De Vaux yang pertama bekerja pada Naskah-naskah Laut Mati telah memimpin mereka pada suatu penanggalan yang keliru terhadap Naskah-naskah Laut Mati pada periode Makabe; (2) Eisenman cenderung bersikap kritis dan mempertanyakan kesimpulan dari berbagai uji carbon dating dan paleografi; (3) Menurutnya, Eseni adalah orang Kristen di Palestina sebelum gerakan itu menyeberangi lautan dan mengalami Paulinisasi; (4) Bagi Eisenman, Yakobus sang Adil (James the Just) yang disebut oleh Paulus sebagai “saudara Yesus” atau “saudara Tuhan” adalah seorang tokoh dalam sejarah yang memiliki kemiripan dengan “Guru Kebenaran” sebagaimana digambarkan oleh Qumran; (5) Bersama dengan teoriteori di atas, Eisenman juga menyatakan bahwa Paulus adalah seorang agen dari kelompok Herodian yang disusupkan ke dalam Gereja Perdana. 37 Menurut Eisenman, salah satu bukti akan hal ini dapat ditemukan dari tulisan Paulus sendiri ketika ia mengirim salam kepada “Herodion, temanku sebangsa,” “kinsman Herodion,” yaitu “the Littlest Herod” (Rm. 16:11), dan ucapan salamnya kepada “mereka yang termasuk isi rumah Aristobulus” (Rm. 16:10). Kiranya uraian di atas cukup mewakili pokok-pokok pandangan Eisenman secara garis besar sebagaimana dipaparkannya dalam berbagai makalah dan bukunya. Tinjauan atas pandangan Eisenman ini akan dilakukan dalam 2 aspek, yaitu: (a) Tinjauan Tekstual berdasarkan Naskah-naskah Laut Mati; (b) Tinjauan Historis berdasarkan pandangan para Bapa Rasuli. Dalam naskah tesis aslinya juga disertakan aspek ketiga yaitu (c) Tinjauan Biblika berdasarkan tulisan Paulus dan Yakobus. Namun karena keterbatasaan ruang, maka aspek ketiga tidak dibahas di sini. 37
Eisenman, “Paul as Herodian.”
.
118
C. Tinjauan Tekstual terhadap Pandangan Eisenman berdasar Naskah Laut Mati Sebagai salah satu pembahasan terhadap proposal yang diajukan oleh Eisenman, berikut ini dipaparkan argumentasi Larson. 38 Pandangan Eisenman sebagian besar bertumpu pada penafsirannya atas sekelompok teks yang ditemukan di Qumran yang disebut pesharim (tunggal: pesher). Kata “pesher” berarti interpretasi, dan pesharim adalah kumpulan komentar kuno atas beberapa bagian dari Kitab Suci seperti Kejadian, Mazmur, dan Nabi-nabi tertentu. Salah satu aspek yang menonjol dari kebanyakan eksegesis dalam pesharim adalah bahwa konteks sejarah asli dari teks biblikal sepenuhnya diabaikan dan teks tersebut dipandang sebagai rujukan langsung dan satu-satunya kepada masa hidup kaum Qumran. Misalnya, ketika Alkitab menyebut Asyur, istilah tersebut tidak dipahami sebagai merujuk kepada bangsa Asyur kuno yang menghancurkan Kerajaan Israel pada tahun 722 SM, melainkan kepada bangsa Yunani dan Romawi, musuh-musuh kaum Qumran saat itu. Dengan cara ini, teks-teks Alkitab dipandang sebagai semacam kode, yang kuncinya telah ditemukan oleh kelompok Qumran. Sebagai hasilnya, pesharim adalah salah satu sumber terbaik untuk mempelajari sejarah orang-orang yang menulis Naskah-naskah Laut Mati. 39 Mengenai penyebutan Guru Kebenaran dan Imam Jahat dalam Pesher Habakuk, Eisenman memandang Naskah-naskah Laut Mati menampilkan tulisan-tulisan Yakobus dan para 38
Erik W. Larson, “Are the Dead Sea Scrolls Christian?” Near Eastern Archaeology 63:3 (2000): 168 [jurnal online]; diambil dari http://nelc.ucla.edu/Faculty/Schniedewind_files/DSS/Larson_DSS_Christian.pdf; Internet; diakses 21 Februari 2014. 39
Ibid., 168.
119
pengikutnya dan menampilkan sejarah Kekristenan perdana yang cukup berbeda dari apa yang ditampilkan oleh Perjanjian Baru. Sebagaimana disebutkan sebelumnya Eisenman juga mengajukan identifikasi bahwa Guru Kebenaran tersebut adalah Yakobus saudara Yesus, sementara Imam Jahat adalah Imam Ananus ben Ananus (yang memutuskan hukuman mati bagi Yakobus yang Adil pada tahun 62 M.) dan Manusia Pendusta adalah Rasul Paulus. 40 Eisenman juga mengklaim bahwa sentimen anti-Romawi yang kuat dari Naskah-naskah Laut Mati dan kehancuran mereka yang diramalkan akan segera terjadi dalam perang eskatologis Hari Terakhir menunjukkan bahwa Kekristenan perdana adalah lebih militeristik daripada yang ditunjukkan oleh Perjanjian Baru. Bagi Eisenman Kekristenan Perdana adalah bagian dari apa yang dilihatnya sebagai gerakan militan yang disebut Zealot. Sikap Paulus yang menerima orang-orang non-Yahudi (Gentile) sebagai anggota Gereja membuatnya berseberangan dengan Yakobus yang Adil. Menurut Eisenman, perpecahan antara kedua orang itu ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan dalam pesharim yang menyebutkan persengketaan antara Guru Kebenaran dan Manusia Pendusta. Perjanjian Baru mengecilkan semua ini, misalnya dalam mengisahkan Sidang di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 15. Bagi Eisenman Kisah Para Rasul 15 ditulis dari sudut pandang Paulus dan para pengikutnya, sehingga kisah tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa Paulus, Yakobus, dan Petrus bersepakat untuk bersikap akomodatif terhadap orang-orang Kristen dari bangsa non-Yahudi dan tidak mewajibkan mereka untuk menaati Taurat.41 Perlu dicatat di sini, beberapa gagasan Eisenman mengenai peran sentral Yakobus saudara Yesus tidaklah sama sekali baru, karena beberapa ahli lainnya telah mengemukakan gagasan 40
Ibid., 168-169.
41
Ibid., 169.
120
yang mirip, misalnya S.G.F. Brandon. Yang baru oleh Eisenman adalah sintesisnya yang mencakup banyak elemen yang berbeda dan klaimnya bahwa Naskah-naskah Laut Mati memberikan bukti akan hal tersebut.42 Namun demikian ada beberapa alasan mengapa argumentasi Eisenman tersebut pada akhirnya gagal, antara lain sebagai berikut: 1.
Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa Guru Kebenaran hidup sekitar abad kedua SM, dan bukan abad pertama Masehi. Misalnya, Dokumen Damaskus menyatakan bahwa Guru Kebenaran mulai memimpin kelompok Qumran 410 tahun setelah penghancuran Yerusalem oleh bangsa Babilonia pada tahun 586 SM. Penanggalan sekitar abad kedua SM juga didukung oleh penggalian-penggalian arkeologis di Qumran, yang menunjukkan bahwa masyarakat itu mulai muncul sekitar pertengahan abad kedua SM (150 SM).43
2.
Kedua, memang ada beberapa sarjana yang mencoba mengklaim sejak dulu bahwa Yesus dalam salah satu cara terhubung dengan gerakan Zealot, namun ada kesulitan besar untuk membuktikan hubungan ini. Salah satu teks yang sering dikutip untuk mendukung pandangan ini adalah adanya murid Yesus yang bernama “Simon orang Zelot” (Luk. 6:15; Kis. 1:13; Mrk. 3:18; Mat. 10:4). Tetapi, ada kesulitan di sini yaitu bahwa semua teks tersebut menunjukkan bahwa Simon adalah pengikut Yesus, dan bukan sebaliknya. Lebih lanjut, ada beberapa peneliti yang menyatakan bahwa Zealot sebagai sebuah partai yang terorganisir baru terjadi pada Revolusi Besar (6673 M). Selain itu ada kemungkinan bahwa sebutan “orang Zealot” dalam Perjanjian
42
Ibid., 169.
43
Ibid., 169.
121
Baru hanya mengindikasikan bahwa Simon adalah orang yang bersungguh-sungguh (zealous) dalam melayani Tuhan.44 3.
Ketiga, teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru yang sulit dijawab. Misalnya, jika benar Yakobus Sang Adil adalah Guru Kebenaran, mengapa Naskahnaskah Laut Mati sama sekali tidak menyebutkan tentang Yesus saudaranya (padahal dokumen-dokumen non-Biblika seperti Josephus dan Tacitus menyebut Yesus)? Hal ini benar-benar sulit dipahami, khususnya jika komunitas Yakobus tersebut menerima klaim-klaim mesianik Yesus – seperti yang diterima oleh Eisenman. Sejalan dengan itu, jika Paulus adalah betul-betul seorang agen Romawi (Herodian), mengapa mereka menahannya selama tiga tahun pada puncak pelayanannya dan kemudian mengeksekusinya? Atas dasar alasan-alasan tersebut maka seluruh bangunan teori Eisenman tampak tidak konsisten dan dengan sendirinya menjadi runtuh. 45 Selain itu dapat ditambahkan sebuah pertanyaan lain: Naskah-naskah Laut Mati tampaknya menunjukkan bahwa penulisnya menantikan kedatangan dua Mesias. 46 Lalu bagaimana hal ini akan didamaikan dengan keyakinan umat Kristen Perdana akan satu Mesias saja yaitu Yesus Kristus?
4.
Keempat, dapat dikemukakan di sini suatu sanggahan lain terhadap tesis utama Eisenman, yaitu bahwa Kekristenan Perdana dariYakobus adalah gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan bahwa Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan
44
Ibid., 169.
45
Ibid., 170.
46
Dalam 1QS 9:11 (atau disebut Manual of Dicipline) tertulis tentang pengharapan penulis Qumran akan dua Mesias, yaitu Mesias Harun dan Mesias Israel:”…but they shall be governed by the first regulations, by which the men of the community began to be instructed until the coming of a prophet and the Messiahs of Aaron and Israel.” Lihat Joseph A. Fitzmyer, S.J., The Dead Sea Scrolls and Christian Origins (Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans Publ. Co., 2000), 82.
122
Helenistik (Hellenistic cult). Sanggahan itu ialah bahwa terdapat bukti dari Naskahnaskah Laut Mati (4Q246) yang menunjukkan kepercayaan kaum Qumran akan Mesias yang Ilahi dan yang merupakan Anak Allah. Jika kaum Qumran dianggap mewakili setidaknya sebagian masyarakat Yahudi, maka hal ini menunjukkan bahwa pengharapan akan Mesias tersebut berakar dalam masyarakat Yahudi dan bukan diimpor oleh Paulus dari tradisi pagan Helenistik. Dapat disebutkan di sini setidaknya dua bukti: (a) sosok Sang Mesias dalam naskah-naskah Qumran diharapkan akan datang sebagai sosok Sang Mesias Ilahi, yang berkuasa di surga dan di bumi, disebut Putra Allah Yang Mahatinggi (4Q246). Sosok Mesias dalam pengharapan mesianik mazhab Eseni ini secara mencengangkan sangat dekat dengan pandangan Kristiani mengenai Yesus Kristus. Bagian yang memuat paham mesianik dalam bahasa Aramaik itu dikenal sebagai “Naskah Putra Allah” (Bereh di El), yang ditemukan di Gua ke-4 dan untuk pertama kali diumumkan pada tanggal 6 September 1992.47 (b) Pengharapan akan Mesias dalam kitab Yesaya juga menunjukkan pengharapan Israel akan sosok Mesias Ilahi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah transkrip dalam bahasa Ibrani serta terjemahan dari kolom 1 dan 2 Naskah 4Q246 dalam bahasa Indonesia, baris demi baris:
47
Bambang Noorsena, The Dead Sea Scrolls: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan? Cet.I (Malang: Roemah Boekoe – ISCS, 2013), 141-142.
123
Gambar 1. Transkrip 4Q246 dalam bahasa Ibrani48
48
Jin Yang Kim, “4Q246: 4QAramaic Apocalypse,” [artikel on-line]; diambil dari http://otstory.wordpress.com/2008/02/27/4q246-4qaramaic-apocalypse/; Internet; diakses 24 Februari 2014.
124
Pembacaan teks 4Q246 itu adalah sebagai berikut:49 Col I. 1. [Ruah El „a] luhe sharat naqal qedem kursha 2. [mal] kha le‟alama attah rugzâ shanekha 3. … ukalâ attah „ad „alama 4. … „aqah tatâ „al „arua,‟ 5. unahshirîn raba di yoneta [yaqum] 6. malka athur [umi]tsyaryim 7. rab lihweh „al „aru-â 8. yashta „abedun ukalâ yash [ma]shun leh 9. Ken Bereh rabba yitqere ubismeh yitkanneh
Col II. 1. Bereh di El yit „amar/ubar „El yon yiqroneh keziqia 2. Di nazita ken malkutahan tahun shenin yemalkhun „al 3. ar‟a ukala yidshun „am le „am yidus umadinah le wa dîneh; 4. „ad yaqum „am El ukala yinit man harav 5. walkuteh walkut „olam ukal arhateh beqasut yadîn. 49
Berdasarkan teks 4Q246 yang diberikan oleh Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls Translated: The Qumran Texts in English, second ed. (Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 138.
125
6.
ar‟ā beqasat ukala yi‟abed shalam harav min ar‟ā yishek
7.
ukal wadineh lah yishgaden, El Raba beilah
8. Hu yi‟abed lah qerev „amimin yinaten be yadeh ukalehen 9. yirmeh qadmohe sultuneh sultan „alama ukal tehomi.
Terjemahan 4Q246 tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Kolom I A
[] [roh Tuhan] turun atas Dia
B
Dia jatuh di depan takhta [ra]ja
C
Kepada dunia (?) murka sedang datang Dan tahun-tahunmu []
D
[]penglihatanmu Dan semua sedang datang ke atas dunia (?)
E
[]besar Kesengsaraan akan datang ke atas bumi
F
[] [] dan para pembinasa
G
Seorang pangeran dari bangsa-bangsa [akan bangkit] [] 126
H
Raja Asyur dan Mesir []
I
[] Dia akan menjadi besar di bumi
J
[] akan diperbudak Dan semua akan melayani Dia
K
[Demikianlah anaknya] akan disebut Yang Agung Dan dengan nama-Nya Dia akan dinyatakan.
Kolom II A
Dia akan disebut Putra Allah, Dan mereka akan memanggil-Nya Putra dari Yang Mahatinggi.
B
Seperti meteor-meteor yang kamu lihat, Demikianlah akan jadi kerajaan mereka.
C
(Beberapa) tahun mereka akan berkuasa atas bumi, Dan mereka akan melawan semua orang (atau segala hal)
D
Kaum bangkit melawan kaum, Bangsa (akan melawan) bangsa.
E
Sampai umat Allah bangkit, Dan semua akan berhenti menggunakan pedang.
F
Kerajaan-Nya (mereka) adalah Kerajaan yang kekal, Dan semua jalan-jalan-Nya (mereka) adalah dalam kebenaran.
G
Dia (mereka) akan mengadili bumi dalam kebenaran, Dan semua akan hidup dalam damai.
127
H
Pedang akan lenyap dari bumi, Dan segala bangsa akan menghormati Dia di sana.
I
Allah yang Besar adalah pertolongan-Nya (mereka) Ia (Allah) sendiri akan berperang untuk-Nya (mereka).
J
Dia (Allah) akan menaruh bangsa-bangsa dalam kekuasaan-Nya (mereka), Dan segalanya akan diletakkan di hadapan-Nya (mereka).
K
Kekuasaan-Nya adalah suatu kekuasaan yang kekal, Dan segala tempat yang paling dalam [bumi adalah milik-Nya].50
Salah satu pertanyaan yang muncul mengenai 4Q246 adalah siapakah yang dimaksud dengan Putra Allah dan Putra Yang Mahatinggi tersebut. J.T. Milik menekankan bahwa “Putra Allah” merujuk pada seorang raja Seleukid, mengacu pada Antiokhus IV Epiphanes. Florentino Garcia Martinez menyarankan bahwa itu adalah malaikat penyelamat seperti Michael, Melkisedek, dan Pangeran Terang. Kebanyakan sarjana lainnya melihat tokoh ini sebagai penebus mesianik yang akan mengalahkan musuh-musuh Tuhan dan akan memantapkan kerajaan umat Tuhan. Komentar yang agak berbeda diberikan oleh Edward M. Cook, yang menyatakan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan lain di luar interpretasi Perjanjian Baru tentang Anak Allah. Misalnya, Cook menunjuk pada nubuat-nubuat Akkadian sebagai latar belakang 4Q246. Meskipun demikian, Cook juga mengutip Collins yang menyatakan: “The Son of God may be
50
Terjemahan teks 4Q246 dalam bahasa Indonesia ini dibuat oleh penulis berdasarkan terjemahan bahasa Inggris yang diberikan Edward M. Cook, ”4Q246,” Bulletin for Biblical Research 5 (1995): 43-66. Terjemahan bahasa Inggris tersebut cukup bersesuaian dengan terjemahan 4Q246 yang diberikan oleh Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls Translated: The Qumran Texts in English, second ed. (Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 138; lihat juga Florentino Garcia Martinez & Eibert J.C. Tigchelaar, The Dead Sea Scrolls Study Edition, Vol. 1 (Leiden: E.J. Brill, 1999), 495. Untuk terjemahan alternatif, lihat Geza Vermes, “An Aramaic Apocalypse,” in The Complete Dead Sea Scrolls in English. Rev. ed. (London: Penguin Books Ltd., 2004), 673, atau Kim.
128
identified with confidence as a messianic figure.” (Putra Allah mungkin dapat diidentifikasikan sebagai seorang tokoh mesianik dengan cukup yakin). 51 Selain itu Cook juga mengakui adanya kemiripan antara teks ini dengan Lukas 1:32-33.52 Sedangkan Fitzmyer mengajukan argumen bahwa yang dimaksud dengan “Anak Allah” bukanlah mesias, tapi mungkin seorang anggota dari dinasti Hasmonean. 53 Sebaliknya Martin Hengel menyarankan bahwa tokoh ini serupa dengan gambaran “seorang seperti anak manusia” dalam Dan. 7:13-14.54 John J. Collins juga menyarankan bahwa latarbelakang utama dari 4Q246 adalah literatur apokaliptik Yahudi khususnya Kitab Daniel. 55 Mengenai naskah Putra Allah (4Q246) tersebut, Eisenman dan Wise berkomentar sebagai berikut: A key phrase in the text is, of course, the reference to calling the coming kingly or Messianic figure, whose 'rule will be an eternal rule', 'the son of God' or 'the son of the Most High', … Other imagery in the Biblical Daniel also helped define our notions about Jesus as a Messianic figure, imagery relating to the 'Son of Man coming on the clouds of Heaven' (Dan. 7:13). This imagery is strong in the War Scroll … There can be no denying the relation of allusions of this kind to the Lukan prefiguration of Jesus … (Luke 1:32-35).56
Dengan kata lain, Eisenman dan Wise jelas mengakui bahwa penggunaan “Anak Allah” merujuk pada istilah dalam Perjanjian Baru (khususnya Lukas) dan digunakan untuk merujuk kepada
51
Cook, 60.
52
Ibid., 60. Paralel antara 4Q246 dan Lukas 1:32-35 juga dicatat oleh George J. Brooke, “Qumran: The Craddle of the Christ?” in The Dead Sea Scrolls and the New Testament (Minneapolis: Fortress Press, 2005), 263-264. 53
Kim. Lihat juga Fitzmyer, Semitic Background, 102-107.
54
Kim.
55
John J. Collins, The Background of the “Son of God” Text, Bulletin of Biblical Research 07:1 (NA 1997): 51, 60.
56
Robert Eisenman & Michael Wise, Dead Sea Scrolls Uncovered: The First Complete Translation and Interpretation of 50 Key Documents withheld for Over 35 Years (New York: Penguin Books, 1993), 64.
129
Yesus sebagai Mesias, walaupun ada kemungkinan bahwa istilah ini dapat digunakan untuk seorang raja besar yang akan datang.
5.
Ada teks lain yang dikenal sebagai Messianic Anthology atau Testimonia (4QTest/4Q175) yang juga menyebutkan nubuat tentang tokoh mesianik. Testimonia ditemukan di Gua ke-4, dekat situs Khirbet Qumran dekat pantai Laut Mati sekitar awal 1950an. Naskah tersebut pendek dan lengkap kecuali sudut kanan bawah yang hilang. Nama “Testimonia” berasal dari jenis awal dari tulisan Kristen, yang mirip dalam gaya sastra. Testimonia Kristen adalah kumpulan ayat dari Alkitab mengenai Mesias, yang digabungkan untuk membuktikan suatu hal. Testimonia dari Qumran bukanlah sebuah dokumen Kristen, namun mirip dengan Testimonia Kristen Perdana karena menggunakan sejumlah ayat yang menunjukkan suatu tema. 57 Diskusi yang menarik seputar konsep Mesianisme dalam Qumran diberikan oleh Joseph A. Fitzmyer, SJ.58 Menurut Fitzmyer, teks 4QTestimonia ini menunjukkan bahwa konsep Mesianisme berakar kuat pada Yudaisme (Old Testament), meskipun naskah Manual of Discipline mengindikasikan pengharapan penulis Qumran akan munculnya seorang nabi dan dua Mesias, yaitu Mesias Harun (imam) dan Mesias Israel (rajani). 59 Kutipan atas Ulangan 18:18 dan Bilangan 24:17 dalam naskah Testimonia tersebut mengungkapkan pengharapan Mesianik masyarakat Qumran yang berakar dari teks
57
Marylin J. Lundberg, “Testimonia”, West Semitic Research Project website [artikel on-line]; diambil dari http://www.usc.edu/dept/LAS/wsrp/educational_site/dead_sea_scrolls/4QTestimonia.shtml; Internet; diakses 24 Februari 2014. 58
Fitzmyer, Semitic Background , Part 1, 129-140.
59
Fitzmyer, The Dead Sea Scrolls and Christian Origins, 82-83.
130
Perjanjian Lama. Hal ini menunjukkan bahwa pengharapan Mesianik memiliki akar dalam tradisi Yudaisme. Selain teks “Putra Allah” yang ditemukan di Gua ke-4, masih ada teks-teks lain yang juga menegaskan kelahiran Ilahi Sang Mesiah dari Allah. Misalnya, Dr. R. Gordis, dalam penelitiannya atas Naskah-naskah Laut Mati, mengutip suatu ungkapan dari naskah gua ke-I (IQsa2:12) dan menarik kesimpulan bahwa pengharapan mesianik Qumran mengakui konsep kelahiran ilahi Sang Mesiah, yang akhirnya ditekankan Rasul Yohanes dalam pembukaan Injil yang ditulisnya (Yoh. 1:1-18).60 Pendapat ini didukung banyak peneliti senior Qumran, yang intinya seperti ditulis Hershel Shanks: “Inilah kali pertama ungkapan „Anak Allah‟ ditemukan di sebuah teks Palestina di luar Alkitab. Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk memahami latar belakang istilah-istilah dari Injil Lukas, seperti „Anak Yang Mahatinggi‟ dan „Anak Allah‟ (dan juga ditemukan di sepanjang ayat-ayat Perjanjian Baru). Sebelumnya, beberapa ahli menyangka bahwa istilah „Anak yang Mahatinggi‟ dan „Anak Allah‟ berasal dari filsafat helenis di luar Palestina, dan menentukan perkembangan doktrin Kristen selanjutnya. Sekarang kita mengetahui, bahwa istilah-istilah seperti itu ternyata bagian dari ajaran Kristen asli yang berakar pada lingkungan Yahudi sendiri.”61 Data-data dari Naskah-naskah Laut Mati ini meruntuhkan tuduhan Eisenman bahwa gagasan Mesianik yang Ilahi serta gagasan Mesias yang dilahirkan oleh Allah (Divinely Begotten Messiah) berasal dari konsep pagan Helenistik yang diimpor oleh Paulus. 60
Noorsena, 149, quoting R. Gordis, The Begotten of Messiah in the Qumran Scrolls (Jerusalem: Vet. Test, 1957), 191-194. Lihat juga komentar “it is possible that one text speaks of God begetting the Messiah…” dalam Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 121. 61
Ibid., 148, quoting Hershel Shanks, in The Scepter and the Star (New York: Doubleday, 1995), 203-204.
131
D. Tinjauan Historis berdasarkan Tulisan Para Bapa Rasuli (Apostolic Fathers)
Selanjutnya akan diberikan beberapa argumentasi untuk menyanggah pandangan Eisenman berdasarkan tinjauan historis menurut pandangan para Bapa Rasuli (Apostolic Fathers). Menurut tradisi Gereja, para Bapa Rasuli merupakan murid langsung atau memiliki hubungan langsung dengan kedua belas murid Yesus, sehingga dapat dikatakan bahwa ajaran-ajaran mereka sangat dekat dengan ajaran Yesus yang asli. Dari dokumen-dokumen yang ada, tampak jelas bahwa para Bapa Rasuli tidak pernah mempermasalahkan kerasulan baik Petrus, Yohanes, Yakobus saudara Yesus, maupun Paulus. Keempat tokoh Gereja Perdana ini diterima sebagai rasul hingga masa para Bapa Rasuli.
1.
Eisenman berpendapat bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem yang ada di bawah pimpinan Yakobus identik dengan Ebionit.62 Pandangan ini tidak berdasar karena kaum Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar Kokhba (132-135 M), ketika orang Kristen Yahudi pindah ke Pella. Setelah terjadi perpecahan antara Gereja Yerusalem dengan kaum Ebionit, barulah kerasulan Paulus dipertanyakan oleh kaum Ebionit tersebut. Jadi Ebionisme merupakan salah satu sempalan dari Gereja Yerusalem. Dengan demikian, cukup jelas bahwa sebelum ada
62
Untuk diketahui, hipotesis bahwa sekte Qumran adalah Ebionit diajukan pertama kali oleh J.L. Teicher dari Cambridge pada tahun 1951. Lihat J.L. Teicher, „The Dead Sea Scrolls – Documents of the Jewish Christian Sect of Ebionites‟, JJS 2 (1951): 67-99, cited by Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 435.
132
kaum Ebionit, tidak ada yang mempersoalkan kerasulan Paulus dalam Gereja Perdana. Meskipun dari beberapa surat Paulus yang membela kerasulannya tersirat ada sekelompok orang yang mempertanyakan hal tersebut, namun dapat diduga bahwa orang-orang tersebut hanyalah sebagian kecil dari Gereja Perdana yang disebut kaum Judaizer atau golongan Farisi yang menjadi Kristen. (Lihat misalnya 1 Kor. 9:2; 2 Kor. 11:5; 12:11; 1 Tim. 2:7). Karena Naskah-naskah Laut Mati ditulis jauh sebelum munculnya kaum Ebionit tersebut, maka tidaklah masuk akal bahwa penulis Komentar atas Habakuk misalnya memaksudkan Guru Kebenaran sebagai Yakobus dan Manusia Pendusta sebagai Rasul Paulus. Hal ini didukung oleh Fitzmyer, yang menyatakan: “…tampaknya hanya ada sedikit alasan untuk menghubungkan mereka dengan cara apa pun dengan Saduki, Zealot, atau Ebionit.”63 Hal ini cocok dengan fakta bahwa para Bapa Rasuli tidak pernah mempermasalahkan kerasulan Paulus. Jika benar bahwa terjadi pertentangan yang tajam antara Paulus dan Yakobus saudara Yesus, sebagaimana dituduhkan Eisenman, tentulah jejak pertentangan tersebut dapat dilacak dalam tulisan-tulisan para Bapa Rasuli, namun hal tersebut tidak dapat ditemukan. 2.
Eisenman menggunakan naskah Pseudo-Clementine yang berasal dari abad ke-4 untuk mengidentifikasi Simon Magus sebagai Paulus. Dugaan ini tidak berdasar, lagipula dokumen ini sudah diketahui oleh para ahli sebagai dokumen sastra yang kurang bernilai historis,64 tidak seperti tulisan para Bapa Rasuli. Penggunaan Pseudo-Clementine serta identifikasi Simon Magus sebagai Paulus tersebut pertama
63
Fitzmyer, Semitic Background , Part 1, 272.
64
Saldarini, “Freedom Fighters.”
133
kali diusulkan oleh Ferdinand C. Baur kira-kira seabad yang lalu,65 dan kini telah ditinggalkan orang. Fitzmyer juga menyatakan bahwa naskah yang termasuk dalam Pseudo-Clementine Homilies dan Recognitions, yang sering disebut sebagai PseudoClementines saja (PsC), digolongkan sebagai literatur Ebionit. 66 Sebaliknya, apabila kita merujuk pada tulisan para Bapa Rasuli yang berasal dari abad I dan II Masehi dan lebih bernilai sejarah, maka jelas akan tampak bahwa mereka bisa menerima baik Petrus, Yakobus, Yohanes maupun Paulus sebagai para rasul. Para Bapa Rasuli adalah sekelompok penulis Kristen perdana yang tulisannya berasal dari sekitar 80150 Masehi. Termasuk dalam Bapa-bapa Rasuli tersebut adalah St. Klemens dari Roma (d. 96), Ignatius dari Antiokhia (d. 107), St. Polikarpus dari Smirna (d. 155), Didache (pertengahan 100an), Barnabas dari Alexandria (70-100 M), Gembala dari Hermas (tahun meninggal tidak diketahui), dan Diognetus (pertengahan 100an). 67 Meski tulisan-tulisan mereka tidak disertakan dalam kanon Perjanjian Baru, para pemimpin Kristen ini dipercayai memiliki hubungan langsung dengan kedua belas murid Yesus. 68 Bahkan dalam lingkungan Gereja Ortodoks, terdapat studi khusus yang mempelajari tulisan para Bapa Rasuli tersebut, yang disebut sebagai
65
M.B. Riddle, “Introduction Notice to Pseudo-Clementine Literature,” The Recognitions of Clement [artikel online]; diambil dari http://www.compassionatespirit.com/Recognitions-and-Homilies-home.htm; Internet; diakses 24 Februari 2014. 66
Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 447.
67
Tarikh waktu berdasarkan Mark Nickens, “Apostolic Fathers,” 2011 [artikel on-line]; diambil dari http://www.christiantimelines.com/apostolicfathers.html; Internet; diakses 9 Juni 2014. 68
Kirsopp Lake, The Apostolic Fathers: I Clement, II Clement, Ignatius, Polycarp, Didache, Barnabas, The Shepherd of Hermas, The Martyrdom of Polycarp, The Epistle of Dionetus (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library), i.
134
Patrology.69 Untuk memperjelas pembahasannya, berikut ini adalah beberapa cuplikan surat dari para Bapa Rasuli yang menyebut Yakobus dan Paulus: a.
Klemens dari Roma. Klemens menulis surat kepada jemaat Korintus sekitar tahun 95 M ketika terjadi pembangkangan jemaat kepada kepemimpinan uskupnya. Ia menulis dalam Surat kepada Jemaat Korintus 5:5-6 sebagai berikut: δηὰ δῆινλ θαὶ ἔξηλ Παῦινο ὑπνκνλῆο βξαβεῖνλ ὑπέδεημελ, 6. ἑπηάθηο δεζκὰ θνξέζαο, θπγαδεπζείο, ιηζαζζείο, θήξπμ γελόκελνο ἔλ ηε ηῇ ἀλαιῇ θαὶ ἐλ ηῇ δύζεη, ηὸ γελλαῖνλ ηῆο πίηεωο αὐηνῦ θιένο ἔιαβελ.70 (“Menghadapi iri hati dan perselisihan, maka Paulus telah
memberikan contoh yang telah ditunjukkannya dengan membayar harga bagi ketaatannya. Setelah ia tujuh kali diikat, dibuang ke pengasingan, dilempari batu, tetapi Paulus terus mengabarkan Injil ke Timur dan ke Barat, sampai mencapai kemenangan yang mulia dan menjadi hadiah dari imannya.”) 71 b.
Ignatius adalah murid Rasul Yohanes yang diangkat menjadi pemimpin Gereja pertama di Antiokhia oleh Rasul Petrus. Sebelum kematian syahidnya di Roma pada tahun 100 M, ia menulis dalam Surat kepada Jemaat Roma 4:3 sebagai berikut: 3. νὐρ ὡο Πέηξνο θαὶ Παῦινο δηαηάζζνκαη ὑκῖλ. ἐθεῖλνη ἀπόζηνινη, ἐγὼ θαηάθξηηνο· ἐθεῖλνη ἐιεύζεξνη, ἐγώ δέ κέρξη λῦλ δνῦινο. ἀιι’ ἐὰλ πάζω, ἀπειεύζεξνο γελἡζνκαη Ἰεζνῦ Χξηζηνῦ θαὶ ἀλαζηήζνκαη ἐλ αὐηῷ ἐιεύζεξνο. λῦλ καλζάλω δεδεκέλνο κεδὲλ ἐπηζπκεῖλ.72 (“Aku tidak sebanding dengan apa yang sudah diperbuat oleh Petrus dan
69
Fr. Tadros Y. Malaty, Lectures in Patrology: The Apostolic Fathers (Sporting – Alexandria: St. George‟s Coptic Orthodox Church, 1993). 70
Lake, 4-5.
71
Noorsena, 180-181.
72
Lake, 48. Lihat juga: http://www.textexcavation.com/greekignatiusromans.html
135
Paulus. Mereka adalah rasul-rasul, sedangkan aku adalah hamba pelayanan, dan sekarang aku adalah murid pertama mereka. Mereka adalah orang merdeka, aku adalah budak setiap saat. Mereka telah menderita, tetapi aku orang yang terbebas dalam Yesus Kristus, aku akan bebas dalam Dia. Sekarang ini aku belajar dari belengguku untuk mencapai segala kebahagiaan. ”)73 Di sini kita dapat melihat bahwa sampai pada zaman Ignatius tidak ada yang menolak kerasulan Paulus, sebaliknya kehidupan Rasul Paulus yang saleh menjadi teladan iman bagi Gereja Kristus pada zamannya. c.
Polikarpus dari Smirna. Dalam surat Polikarpus kepada jemaat Filipi, murid Rasul Yohanes tersebut menyebut Rasul Paulus sebagai “Paulus yang diberkati.” Berikut ini adalah petikan dari Surat Polikarpus kepada Jemaat Filipi 11.3: Ego autem nihil tale sensi in vobis vel audivi, in quibus laboravit beatus Paulus, qui estis in principio episulae eius. De vobis etenim gloriatur in omnibus ecclesiis, quae dominum solae tunc cognoverant; nos autem nondum cognoveramus. 74 (“Namun demikian, belum pernah aku lihat dan aku dengar terjadi dari antara kalian, bahwa Paulus yang diberkati itu pernah melayani di tengah-tengah kalian, seperti yang dinyatakannya dalam permulaan suratnya. Sebab Paulus membanggakan kalian di antara semua gereja, sebagai satu-satunya yang waktu itu mengenal Allah, ketika kami sendiri belum mengenal-Nya.”)75 Bukti bahwa Polikarpus murid Rasul Yohanes, yang oleh Sang Rasul ditahbiskan sendiri menjadi uskup Smirna, meneladani Rasul Paulus,
73
Noorsena, 181-182.
74
Lake, 63. Lihat juga: http://www.textexcavation.com/greekpolycarp.html
75
Noorsena, 183.
136
telah mematahkan teori-teori yang mengatakan bahwa ada pertentangan antara Rasul Paulus dengan Kekristenan Yahudi pada awal zaman Rasuli. d.
Bukti lain yang menunjukkan bahwa Rasul Yakobus tidak pernah dipertentangkan dengan Rasul Paulus, misalnya pada Liturgi Suci Mar Ya‟qub. Hal ini menunjukkan bahwa Yakobus saudara Yesus dianggap sebagai panutan bagi seluruh gereja kuno. Malahan Gereja Syria Ortodoks, Gereja Katolik Maronit, dan gereja-gereja Assyria Timur masih melestarikan liturgi suci yang dibawa dari Yerusalem pada abad pertama ini dalam bentuk aslinya dalam bahasa Aramaik sampai sekarang. 76
Dari bukti-bukti di atas jelas bahwa tuduhan Eisenman, bahwa Perjanjian Baru termasuk kitab Kisah Para Rasul berusaha mengaburkan sejarah yang sebenarnya mengenai peran Yakobus saudara Yesus sebagai pemimpin utama Gereja Yerusalem sebelum 62 M., tidaklah berdasar sama sekali.
E. Penutup
Artikel ini merupakan cuplikan dari tesis tentang sejarah Kekristenan Perdana. Sebelum mengakhiri dengan catatan penyimpul, akan dikutip pendapat dari Anthony J. Saldarini yang mengomentari buku Eisenman, James the Brother of Jesus, sebagai berikut: “He will not persuade many, because his conclusions are improbable, his arguments incoherent and his prose
76
Noorsena, 185-186, quoting Matti Mousa, “The History of Saint James Liturgy”, in Mar Athanasius Samuel, Anaphora: The Divine Liturgy of Saint James the First Bishop of Jerusalem According to the Rite of Syrian Orthodox Church of Antioch (Damascus: Syrian Orthodox Church, 1967), 87-91.
137
impossible. Many chapters read like rough notes taken from a file drawer.” 77 (Ia [Eisenman] tidak akan meyakinkan banyak orang, karena kesimpulan-kesimpulannya mustahil dan argumentasi-argumentasinya tidak koheren. Banyak bab terbaca seperti catatan-catatan kasar yang diambil dari laci.) Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana dariYakobus adalah suatu gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Eisenman juga mengidentifikasi Guru Kebenaran yang disebut dalam Pesher Habakuk sebagai Yakobus saudara Yesus, dan Sang Pendusta sebagai Paulus. Sebagai ringkasan, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya pandangan Eisenman dapat dipatahkan berdasarkan beberapa argumen antara lain sebagai berikut: 1.
Secara tekstual. Guru Kebenaran yang disebut dalam Dokumen Damaskus telah meninggal kira-kira seabad sebelum era Kekristenan perdana, berdasarkan carbon dating, paleografi maupun penggalian-penggalian arkeologis di seputar Naskahnaskah Laut Mati. Sehingga identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran adalah Yakobus saudara Yesus tidaklah masuk akal.
2.
Sangat sulit menemukan hubungan antara gerakan Zealot dengan Naskah-naskah Laut Mati maupun Perjanjian Baru.
3.
Teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru, misalnya mengapa Yesus tidak disebut-sebut dalam Naskah-naskah Laut Mati, jika memang dokumendokumen tersebut berasal dari era Kekristenan perdana (padahal dokumendokumen non-Biblika seperti Josephus dan Tacitus menyebut tentang Yesus).
77
Saldarini.
138
4.
Naskah Putra Allah (4Q246) menunjukkan bahwa ide tentang Putra Allah dan Putra yang Mahatinggi berasal dari kepercayaan asli Yudaisme dan bukan diimpor oleh Paulus dari kepercayaan Helenisme.
5.
Dokumen Testimonia (4QTest/4Q175) menunjukkan bahwa kaum Qumran mempercayai nubuat Mesianik dari Perjanjian Lama, yang digenapi dalam Perjanjian Baru.
6.
Secara historis. Pandangan Eisenman bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem di bawah pimpinan Yakobus adalah identik dengan kaum Ebionit adalah tidak berdasar, karena kaum Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar Kokhba (132-135 M).
7.
Secara historis. Eisenman mengidentifikasikan Simon Magus sebagai Paulus berdasarkan pada naskah Pseudoclementine yang berasal dari abad ke-4; padahal naskah tersebut dipandang sebagai kurang bernilai historis oleh banyak ahli. Sebaliknya dapat ditunjukkan bahwa tidak terdapat keraguan terhadap kerasulan Paulus dalam tulisan para Bapa Rasuli.
Terimakasih Tulisan ini merupakan cuplikan dari tesis Magister Teologi di STT Satyabhakti (September 2014) dengan judul yang sama dengan judul artikel ini. Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. Paskalis Edwin Nyoman Paska yang telah membimbing penulis dan memberikan saran-saran yang berharga, serta kepada Drs. Gani Wiyono, M.Th, Th.M. yang telah memberikan beberapa referensi yang bermanfaat. Secara khusus penulis berterimakasih kepada Dr. Bambang Noorsena, S.H., M.H. atas diskusi dengan penulis serta saran-saran yang diberikan. 139
140
Data penulis Ir. Victor Christianto, MTh. saat ini lulusan program pascasarjana dari Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang (www.sttsati.org). Ia pernah menempuh studi gravitasi dan kosmologi di Institute of Gravitation and Cosmology di Peoples‟s Friendship University of Russia, Moscow (Desember 2008-Juni 2009), sebelum beralih fokus ke teologi. Bidang minatnya meliputi antara lain: teologi, sejarah Kekristenan Perdana, Naskah-naskah Laut Mati, energi dan kosmologi. Ia telah menerbitkan 3 buku spiritual, yaitu: Grace for you: 44 Guides for Living Inspired by Jesus Christ (2013), A.L.I.C.E. with Jesus: A LIfe-Changing Experience with Jesus (2014), dan Drink the New Wine (2014). Ketiga buku tersebut diterbitkan oleh Blessed Hope Publishing, Germany, dan dapat diperoleh di http://www.morebooks.de. Aktivitas saat ini di antaranya adalah sebagai editor Alkitab yang Terbuka di Yayasan Lembada SABDA, menulis blog atau paper ilmiah, dan mengelola situs jejaring sosial untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia dan Asia: http://www.sciprint.org.
Versi 1.0: 11 Mei 2014, versi: 1.1: 10 September 2014, versi 1.2: 24 Mei 2015 Victor Christianto, email:
[email protected] Cellular phone: 0878-59937095 Email:
[email protected] Twitter: @christianto2013 Skype: vic1043 Line: Vic1043 weChat: christianto2014 URL: http://independent.academia.edu/VChristianto URL: http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto 141