Teologi Gundukan Pasir dan kisah-kisah lainnya Victor Christianto
Penerbit Graha Ilmu November 2014 1
Teologi Gundukan Pasir dan Kisah-kisah Lainnya Daftar Isi
Daftar Isi Persembahan Kata Pengantar Ester dan Teologi Gundukan Pasir Lampiran 1: Pengalaman hidupku bersama Yesus Eksegesis atas Kisah Para Rasul 1:6-8 Arti dari Ketujuh Roh di hadapan takhta-Nya dalam Wahyu 1:4 dan 3:1 Teologi dan tantangan Misiologi bagi David Yonggi Cho Implikasi Teologis dan Misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta Bertindak dengan iman atau “leap of faith” Bahan sekolah minggu 8 Juni 2014: Pentakosta – Datanglah Roh Kudus Makalah Interaksi: Integrasi antara Teologi dan Psikologi Pembenaran oleh Iman I: Apa dan mengapa Pembenaran oleh Iman Pembenaran oleh Iman II: Pembenaran oleh Iman dalam Surat Galatia Pembenaran oleh Iman III: Pembenaran oleh Iman dalam Surat Roma Pengekangan terhadap Dosa dan Anugerah Umum Renungan terhadap Transfigurasi: Menemukan wajah Yesus Yesus Kristus dan Melkisedek: rancangan khotbah Bahan ajar sekolah minggu: Kain dan Habel (Kej. 4:1-16) Bahan ajar sekolah minggu: Abraham diuji imannya Bagaimana menjalani masa remaja bersama Tuhan Kuasa dalam Pujian (Kis. 16:19-40) Biografi singkat penulis
2
2 3 4 6 14 21 28 34 44 52 56 60 65 72 77 82 88 92 97 104 108 112 119
Dipersembahkan untuk Semua umat Kristen di seluruh Indonesia yang dengan sungguh-sungguh mencari kehendak Allah dalam hidup mereka
3
Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah Bapa yang Mahatinggi, yang telah menyertai saya dalam segala suka dan duka serta melepaskan saya dari segala problem yang pernah saya alami dalam hidup. Ia adalah Bapa yang penuh kasih dan rahmat. Terpujilah Tuhan! Buku ini merupakan kumpulan artikel yang ditulis dalam rentang waktu 2012-2014 saat saya menempuh pendidikan pascasarjana di STT Satyabhakti, Malang (www.sttsati.org). Sebagian adalah makalah yang ditulis sebagai syarat kelulusan suatu matakuliah (term paper), dan sebagian lainnya adalah tulisan-tulisan lepas yang dipersiapkan untuk mengisi berbagai kesempatan dalam lingkungan gereja. Harapan saya adalah artikel-artikel yang dikumpulkan di sini akan berguna bagi para pembaca yang lebih luas, khususnya dalam rangka membangun iman dan pemahaman akan ajaran Kristen yang sehat. Artikel pertama adalah salah satu artikel terbaru (ditulis 28 Mei 2014), dan merupakan hasil pergumulan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana ajaran Alkitab dapat digunakan untuk memberikan respons atas permasalahan dan kesulitan hidup sehari-hari? Penulis menemukan bahwa Alkitab menunjukkan berbagai pelajaran yang mirip dengan gagasan pengaturan diri dalam fisika (self-organized criticality). Pengamatan lain penulis adalah bahwa kaum perempuan seringkali masih menempati posisi marjinal dalam masyarakat, bahkan di abad 21 ini. Sebagai contoh, ada beberapa perempuan yang saya kenal yang saat ini sedang mengalami situasi sulit, antara lain: a. Dua orang saudara sepupu ditinggalkan oleh suami mereka; b. Seorang saudara sepupu menjadi janda karena suami meninggal; c. Empat orang teman menjadi janda karena suami meninggal, dan harus membesarkan anak-anak sebagai ibu tunggal (single mother); d. Seorang teman sudah 9 tahun diceraikan oleh suaminya karena suaminya menikah lagi dengan selingkuhannya; e. Seorang teman sudah 5 tahun bercerai dengan suaminya karena alasan KDRT dan perselingkuhan. Karena itulah saya mengangkat kisah Ester untuk menunjukkan bahwa perempuan pun dapat mengambil peran penting untuk membela hak-hak asasinya. Saya terinspirasi antara lain oleh buku terkenal Elizabeth Schüssler Fiorenza (“In memory of her”), khususnya mengenai 4
hermeneutik feminis, dan juga oleh artikel Prof. Yohanes Surya, PhD. tentang Mestakung (“Semesta Mendukung”). Bahkan judul buku ini yaitu Teologi Gundukan Pasir merupakan suatu adaptasi atas gagasan Mestakung beliau. Walaupun demikian, saya mesti mengakui bahwa saya belum dan bukanlah seorang teolog feminis. Saya hanya berusaha untuk bersikap lebih seimbang terhadap peran perempuan dalam menentukan hidupnya. Harapan saya adalah buku ini akan dapat memberikan motivasi bagi siapa saja yang ingin mencari kehendak Allah dalam hidup tanpa meninggalkan konsep-konsep Alkitabiah. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih yang tulus kepada: a. Yth. Prof. Yohanes Surya, PhD., yang berkenan menjawab beberapa pertanyaan melalui email. b. Para dosen di STT Satyabhakti yang telah membimbing saya dalam berbagai kuliah. c. Segenap mahasiswa S1 maupun pascasarjana STT Satyabhakti yang telah berbagi pengalaman selama proses belajar. d. Seluruh rekan-rekan di gereja, khususnya rekan-rekan penatua dan pelayan jemaat anak yang telah berbagi kesaksian mereka. (Lihat Lampiran 1 pada artikel pertama.) e. Semua saudara-saudari saya yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian baik secara moril maupun materiil selama ini, termasuk David Handriyanto, Denok Indiarti, Eva Handriyantini, Sonny Agustinus, (Alm.) Daniel Firmanto, dan Fransisca Sinaga. Tuhan kiranya akan memberikan upah yang berlipat ganda. Akhirnya, terimakasih dan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan saya. Soli Deo Gloria. Versi 1.0: 1 Juni 2014 (Hari Lahir Pancasila), versi 1.1: 21 September 2014 Victor Christianto Cellular phone: 0878-59937095 / 0341-403205 Email:
[email protected] /
[email protected] URL: http://www.sciprint.org http://independent.academia.edu/VChristianto http://www.vixra.org/author/Victor_Christianto http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Skype: vic1043
5
Ester dan Teologi Gundukan Pasir (Esther and Sandpile Theology) Teks: Ester 4:10-17 Oleh Victor Christianto1, email:
[email protected]
1. Pendahuluan Pernahkah ibu-ibu, bapak-bapak dan saudara-saudari berada dalam situasi sulit yang kritis, bahkan seolah-olah tidak ada jalan keluar? Kita akan belajar dari Ester bagaimana menghadapi situasi sulit dengan tabah. Terutama hari ini kita akan mempelajari tentang kisah Ester yang mengubah jalannya sejarah dengan cara menyelamatkan bangsa Israel dari pembantaian. Kisah ini menarik karena terjadi justru ketika bangsa Israel sedang berada dalam pembuangan, sehingga rawan akan penganiayaan oleh bangsa lain. Melalui kisah Ester saya juga hendak memperkenalkan sebuah gagasan teologi baru yang saya sebut Teologi Gundukan Pasir, karena konsepnya berasal dari eksperimen seorang fisikawan Denmark bernama Per Bak dengan gundukan pasir (sandpile). Gagasan ini terinspirasi dari prinsip Mestakung yang dikemukakan oleh Prof. Yohanes Surya, PhD., dan sudah difilmkan dengan judul yang sama.2 Pada bagian lampiran, saya menyertakan kisah-kisah 10 perempuan di gereja kami yang kalau disimak memiliki pola yang sesuai dengan Teologi Gundukan Pasir ini, walaupun saat mereka menulis kisah-kisah tersebut, mereka belum diberitahu tentang gagasan Mestakung. Jadi kisah-kisah tersebut bukan suatu rekayasa atau dicocok-cocokkan dengan gagasan Mestakung ini, melainkan merupakan kisah-kisah sebenarnya. Kiranya artikel ini dapat bermanfaat untuk membangun iman kita. Soli Deo Gloria.
2. Kisah Ester Seperti kita tahu, Alkitab ditulis dengan nuansa budaya patriarkhi yang kuat, sehingga mayoritas kisah-kisah dalam Alkitab bercerita tentang para pria. Bahkan sering pula tidak menyebut nama perempuan kecuali jika mereka berperan penting dalam sejarah atau melahirkan http://www.sciprint.org, http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto. Phone: (62) 341403205, atau (62) 878-59937095 2 Untuk keterangan lebih lanjut tentang Mestakung, bisa dilihat di www.yohanessurya.com. 1
6
orang-orang penting, misalnya Debora dalam Hakim-hakim, Yokhebed ibu Musa, Sara istri Abraham dst. Banyak istri nabi atau para tokoh yang juga tidak dikenal namanya. Dalam konteks ini kita juga memperhatikan bahwa hampir semua kitab dalam Alkitab diberi judul yang bernuansa maskulin, kecuali dua kitab saja yaitu Rut dan Ester. Jadi dua kitab ini sangat menarik untuk dipelajari. Ester adalah seorang ratu yang terpilih berdasarkan kontes kecantikan. Ia kemudian menggantikan Ratu Wasti sebagai permaisuri. Beberapa saat setelah ia menjadi ratu, Haman berikhtiar untuk membinasakan seluruh bangsa Israel karena kesal dengan Mordekhai. Ia kemudian menyalahgunakan jabatannya untuk membujuk raja mengeluarkan perintah keras untuk membunuh semua orang Israel. Mordekhai kemudian mengingatkan Ester untuk tidak berdiam diri saja terhadap rencana busuk Haman. Bahkan ia mengatakan dalam 4:14, "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." Kemudian Ester mulai tergerak untuk bertindak. Ia memberanikan diri untk menghadap raja (meskipun dengan resiko dihukum mati) dan mengundang raja dan Haman untuk bersantap malam di tempatnya. Hal ini diulangi lagi esoknya, dan baru pada hari kedua Ester menyatakan pengaduannya atas perintah pembantaian orang Yahudi. Ternyata raja bersimpati kepada permintaan Ester, bahkan Haman akhirnya dihukum mati (7:8-10). Selanjutnya Ester dan Mordekhai diberikan wewenang untuk membuat perintah baru atas nama raja yang mengijinkan bangsa Yahudi membela diri. Peristiwa itu diperingati dengan nama hari raya Purim. Lalu apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Ada dua pendapat tentang bagaimana menghadapi situasi sulit yang akan saya bahas, pertama dari buku The Secret, lalu dalil Mestakung dari Prof. Yohanes Surya.
3. Apa itu The Secret? Rhonda Byrne menulis antara lain bahwa formula sukses dapat dirangkum dalam suatu kalimat rahasia (secret) yaitu: ask, believe and receive (minta, yakin, dan terima). Artinya jika kita menghadapi suatu masalah atau krisis, kita perlu meminta dengan jelas dalam doa, kemudian percaya
bahwa
hal
itu
akan
diberikan,
dan
kemudian
kita
akan
menerimanya.
Tapi sepertinya ajaran “the secret” ini kurang cocok dengan kisah Ester. Karena itu kita akan melihat tentang Mestakung.
7
4. Apa itu Mestakung? Gagasan Mestakung dipelopori oleh Prof. Yohanes Surya, yang merupakan singkatan dari Semesta Mendukung. Lihat www.yohanessurya.com Intinya adalah bahwa dalam situasi kritis, alam akan mengatur dirinya sendiri untuk membantu kita keluar dari kondisi kritis itu. Gagasan dasarnya berasal dari dunia fisika, khususnya pengaturan diri yang bisa diamati pada gundukan pasir. Jika butiran pasir terus ditambahkan ke atas gundukan tadi, maka ia akan mengatur dirinya sendiri untuk menjaga sudut lereng alam. Menurut pengamatan, sudut lereng alam dari pasir berkisar antara 36-43 derajat, tergantung dari jenis pasir. Gejala pengaturan diri ini ternyata juga terjadi dalam berbagai peristiwa alam, seperti gempa, fluktuasi ekonomi, atau bahkan alam semesta. Ini merupakan salah satu teori yang dipelajari secara luas oleh berbagai ahli fisika, dan disebut sebagai self-organized criticality (SOC). Untuk penjelasan lebih lanjut tentang SOC ini, lihat misalnya Markus J. Aschwanden [1]. Mungkin timbul pertanyaan, apa yang perlu dilakukan agar tercapai kondisi Mestakung ini? Menurut Prof. Yohanes Surya, ada 3 tahapan yang perlu dilalui untuk mewujudkan Mestakung
tersebut;
ketiga
tahapan
itu
disingkat
sebagai
“Krilangkun”.
Artinya:
A. Dalam kondisi KRItis selalu ada jalan keluar; B. Saat kita meLANGkah maju, maka akan tampak jalan keluar; C. Terus melangkah maju dengan keteKUNan. Tentu juga perlu diiringi doa, agar Tuhan memberikan jalan keluar terhadap situasi kritis tersebut. Akhirnya alam semesta akan bekerja sama dan mendukung kita sedemikian sehingga kondisi kritis tersebut akan terlampaui. Menurut Prof. Yohanes Surya, Tuhan menciptakan hukum Mestakung seperti Tuhan menciptakan hukum Gravitasi. Percaya atau tidak percaya hukum ini akan bekerja. Orang yang tidak percaya hukum gravitasi, jangan coba-coba melompat dari gedung tinggi, ia pasti binasa. Lalu mungkin kita bertanya, bagaimana peran Tuhan? 1. Sebagai pencipta hukum Mestakung
8
2. Tuhan menciptakan hukum Mestakung untuk membantu manusia keluar dari kondisi kritis. Jadi itu sebabnya dikatakan di Alkitab bahwa pencobaan kita tidak akan melebihi kekuatan kita. Selalu ada jalan keluar 3. Hukum Mestakung dapat hilang keampuhannya kalau kita tidak melangkah (tidak bertindak untuk keluar dari kondisi kritis). Nah kalau kita tidak yakin apakah yang kita inginkan ini membawa kebaikan, kita dapat minta pada Tuhan, biarlah kehendak Tuhan yang jadi. Kalau kita berdoa biar kehendak Tuhan yang jadi, maka Roh Kudus akan membimbing kita. Roh Kudus akan semakin menguatkan kita untuk terus tekun kalau memang itu membawa kebaikan. Sebaliknya kalau itu ujungnya maut, Roh Kudus akan mengingatkan kita untuk tidak terus. Dengan kata lain, saya yakin bahwa teori self-organized criticality (SOC) dapat menjelaskan berbagai proses dalam alam semesta (SOC terbatas) termasuk bagaimana menghadapi situasi kritis, namun SOC tidak dapat digunakan untuk menjelaskan asal-usul alam semesta. Jadi saya tetap yakin bahwa Tuhan adalah Penyebab Pertama (Prime Mover) dari alam semesta. Meskipun demikian, memang ada sementara ahli yang mencoba menghubungkan SOC dengan teori Dentuman Besar (Big Bang). Perlu diingat juga bahwa kondisi kritis tersebut bisa terjadi dalam hidup kita karena berbagai sebab, misalnya: (a) diberikan oleh Tuhan (melalui panggilan-Nya), atau (b) oleh lingkungan (keluarga, masyarakat, pekerjaan kantor dll.), atau (c) kita dapat juga menciptakan sendiri kondisi kritis itu dengan cara keluar dari kondisi nyaman (comfort zone) dan membuat suatu target tertentu untuk dicapai. Untuk menerapkan gagasan Mestakung ini guna menjelaskan berbagai peristiwa dalam Kitab Suci (khususnya Perjanjian Lama), maka saya mengusulkan untuk menyebutnya sebagai Teologi Gundukan Pasir (Sandpile Theology). Sejauh yang saya ketahui, Teologi Gundukan Pasir ini belum pernah ada yang mengusulkan, jadi mungkin cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut.
5. Ester dan Teologi Gundukan Pasir Sekarang kita akan melihat kisah Ester menurut pandangan Teologi Gundukan Pasir. Saat Ester mendengar Mordekhai, tentunya ia merasa khawatir dan galau, karena jika ia menghadap raja tanpa dipanggil maka resikonya adalah hukuman mati (4:11). Namun di pihak lain ia menyadari bahwa mungkin merupakan panggilan hidupnya untuk menolong bangsa Israel dari pembinasaan kejam. Jadi ia berada pada suatu kondisi kritis. 9
Jadi ia meminta Mordekhai untuk mengumpulkan orang untuk berpuasa selama tiga hari (4:16). Dengan kata lain, ia dan semua orang Yahudi di benteng Susan melakukan doa puasa tiga hari sebelum melangkah. Itu adalah langkah persiapan. Kemudian Ester mulai melangkah, dan memberanikan diri menghadap raja dengan resiko hukuman mati. Ternyata raja bersimpati akan Ester dan tidak menjatuhkan hukuman mati. Selanjutnya Ester melangkah terus, dan akhirnya alam semesta (raja) mendukung dia mencapai tujuannya.
6. Contoh-contoh lain dari Perjanjian Lama Tentunya Teologi Gundukan Pasir ini tidak hanya berlaku bagi para perempuan saja, tetapi juga berlaku bagi para laki-laki. Kita akan melihat beberapa kisah lain dari Perjanjian Lama dalam perspektif Teologi Gundukan Pasir ini:
A. Nuh. Nuh diperintahkan Tuhan untuk membangun sebuah bahtera yang sangat besar (kondisi kritis). Mungkin setelah berdebat dan meyakinkan keluarganya, akhirnya Nuh mulai membangun bahtera itu di puncak gunung (melangkah). Ia mungkin diolok-olok oleh orangorang sezamannya. Namun ia terus membangun dengan tekun, sampai akhirnya bahtera itu jadi dan Nuh serta seluruh keluarganya serta kawanan hewan yang dipilih untuk diselamatkan masuk ke dalam bahtera (Kej. 7:7), dan mereka terbebaskan dari banjir besar. B. Abraham. Abraham muda dipanggil oleh Tuhan untuk keluar dari tanah Ur, dan meninggalkan keluarganya(Kej. 12:1-3). Di sini ia mengalami kondisi kritis. Namun ia berjalan terus dan melangkah bersama Tuhan (Kej. 12:4). Ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan dia, bahkan ketika dia berada di tengah-tengah bangsa asing (Kej. 12:10-20). Abraham senior ketika sudah memiliki anak, ternyata Tuhan kembali menempatkan dia dalam kondisi kritis, yaitu Tuhan ingin Abraham mempersembahkan anaknya sebagai korban (Kej. 22:1-2). Abraham melangkah dengan iman, dan tekun dalam pengharapan bahwa Tuhan akan menyediakan korban (Kej. 22:8). Ia membawa anaknya ke puncak gunung untuk mempersembahkannya sebagai korban, ternyata Tuhan telah menyediakan seekor domba pengganti. Itu sebabnya Abraham mengatakan: Tuhanlah yang menyediakan atau “Jehovah Jireh” (Kej. 22:14). C. Yusuf. Yusuf dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, dan ia menjadi hamba di rumah Potifar (Kej. 39:1). Ternyata Yusuf terus melangkah dengan iman dan ketekunan, sampai 10
ia dipercaya menjadi kepala di rumah Potifar. Kemudian ia difitnah oleh istri Potifar, dan masuk penjara. Di penjara, kembali ia terus melangkah dengan iman dan ketekunan, hingga akhirnya ia berhasil menafsirkan mimpi Firaun dan kemudian dia diangkat sebagai penguasa atas seluruh tanah Mesir (Kej. 41:41). D. Musa dipanggil Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dalam perbudakan (Kel. 3:10). Tapi ia sadar bahwa ia tidak pandai bicara (Kel. 4:10). Tapi Tuhan tetap mengutusnya, maka ia masuk dalam kondisi kritis. Selanjutnya Musa melangkah dengan kembali ke Mesir dan berbicara dengan para tua-tua Israel dan juga dengan Firaun (Kel. 4:20, 5:1). Meskipun mendapat cemoohan dan perlawanan hebat, Musa tekun dan maju terus. Akhirnya alam semesta dan Tuhan mendukung dan Israel bebas dari perbudakan Mesir. E. Gideon ragu-ragu ketika Tuhan berbicara dan memerintahkan dia untuk memimpin perlawanan terhadap kaum Midian (Hak. 6:14). Jadi ia berada dalam kondisi kritis. Selanjutnya ia melangkah maju dengan merobohkan patung Baal di rumah bapaknya (Hak. 6:27). Dua kali ia meminta petunjuk khusus dari Tuhan berupa guntingan bulu domba yang basah (Hak. 6:36-40). Ia juga tekun melangkah dengan memilih tiga ratus orang saja untuk melawan suku Midian (Hak. 7:6). Akhirnya alam semesta dan Tuhan mendukung dia mencapai kemenangan atas kaum Midian. F. Rut. Pemeliharaan Tuhan tidak hanya terjadi dalam kehidupan tokoh-tokoh besar, tetapi juga dalam kehidupan orang-orang biasa seperti Rut dan Naomi. Naomi dan menantunya, Rut, pulang dari daerah Moab ke Israel dalam kondisi yang menyedihkan (Rut 1:22). Namun Rut tidak berputus asa dan berupaya mengumpulkan jelai di ladang milik Boas (Rut 2:1). Dengan cara yang cerdik ia mengambil hati Boas sehingga akhirnya Boas mau menikahi Rut. Dan mereka akhirnya menjadi kakek-nenek buyut dari Daud, raja Israel (Rut 4:22). G. Daniel. Daniel menjalankan tugasnya dengan baik, namun ia dipojokkan karena ia tekun beribadah kepada Allah Israel (Dan. 6:8-9). Namun ia tetap tekun berdoa kepada Allah Israel (Dan. 6:11). Ia kemudian dimasukkan ke dalam gua berisi singa-singa (Dan. 6:17). Ternyata ketabahan dan ketekunan Daniel membuahkan hasil, ia tidak mati dimangsa singa, malah orang-orang yang memfitnah dia yang justru mati setelah dilemparkan ke dalam gua singa. Di sini jelas bahwa alam semesta (termasuk singa-singa) mendukung Daniel yang teguh dalam imannya.
11
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kisah-kisah Perjanjian Lama tadi dalam perspektif Teologi Gundukan Pasir, silakan perhatikan ringkasan kisah-kisah tersebut dalam Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Tokoh-tokoh dalam PL dalam perspektif Teologi Gundukan Pasir (Krilangkun) Tokoh Kondisi Kritis Melangkah Tekun Hasil Nuh Kej. 6:14-15 Kej. 6:22 Kej. 7:7-9 Kej. 7:10-12 Abraham muda Kej. 12:1-3 Kej. 12:4-5 Kej. 12:8-9 Kej. 12:20 Abraham senior Kej. 22:1-2 Kej. 22:3 Kej. 22:8 Kej. 22:13 Yusuf Kej. 37:28 Kej. 39:1-2 Kej. 39:5 Kej. 41:41 Musa Kel. 3:10; 4:10 Kel. 4:20 Kel. 5:1 Kel. 12:51 Gideon Hak. 6:14 Hak. 6:27 Hak. 7:6 Hak. 8:12 Rut Rut 1:22 Rut 2:1 Rut 3:7 Rut 4:22 Daniel Dan. 6:8-9 Dan. 6:11 Dan. 6:11 Dan. 6:23
Masih banyak kisah-kisah lain dalam Alkitab yang dapat diteliti menggunakan perspektif Teologi Gundukan Pasir ini. Sebagai catatan, Teologi Gundukan Pasir ini tidak hanya berlaku bagi umat Kristiani saja, tapi bisa juga diterapkan bagi umat beriman lainnya, khususnya yang berasal dari latar belakang agama Samawi (Abrahamik).
7. Penutup Apakah Anda sedang berada dalam situasi kritis yang seolah tanpa harapan? Jangan khawatir, teruslah melangkah dan berharap pada Tuhan, maka Ia akan menolong tepat pada waktunya. Pada akhirnya alam semesta akan mendukung dan memberikan jalan keluar, jika kita tekun melangkah. Seperti sabda Tuhan Yesus: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat. 7:7) Dengan kata lain, jika kita terus berupaya dengan tekun, maka pintu-pintu akan dibukakan dan senantiasa ada jalan keluar bagi masalah kita. Ada pepatah dalam bahasa Inggris yang sangat menarik yang bunyinya: “Where there’s a will, there’s a way.” (Artinya: Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.) Hal ini bersesuaian dengan Teologi Gundukan Pasir. Jika anda mau, anda juga bisa menjadi salah satu perempuan atau pria yang ikut mempengaruhi jalannya sejarah. Jadilah seperti Ester dan renungkanlah 2 Taw. 16:9 "karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang
12
bersingguh hati kepada Dia". Ingatlah, orang-orang biasa dapat melakukan hal-hal yang luar biasa jika bersama Tuhan. Bagi guru guru sekolah minggu, perlu kita bertanya pada diri sendiri: sudahkah kita mendidik untuk mengembangkan anak-anak yang hebat? Kiranya Tuhan menyertai langkah kita semua. Amin.
Referensi: [1] Markus J. Aschwanden. Theoretical Model of SOC systems. arXiv:1204.5119 (2012) 44p. Victor Christianto. Versi 1.0: 27 Mei 2014, Versi 1.1: 28 Mei 2014, Versi 1.2: 31 Mei 2014 Http://www.sciprint.org Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Phone: (62) 878-59937095 Papers and books can be found at: http://independent.academia.edu/VChristianto Http://independent.academia.edu/VictorChristianto Http://vixra.org/author/victor_christianto Http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto/ Http://id.linkedin.com/pub/victor-christianto/b/115/167 Http://www.academicroom.com/article/how-you-can-get-closer-jesus-christ Http://barnesandnoble.com/s/victor-christianto http://academic.research.microsoft.com/Author/18116142/vic-christianto http://www.amazon.com/Victor-Christianto/e/B00AZEDP4E http://www.amazon.com/Jesus-Christ-Evangelism-Difficult-ebook/dp/B00AZDJCLA http://www.scribd.com/victorchristianto http://issuu.com/christianto2013/docs Http://www.slideshare.com/guidetorepent Donate to our new energy initiative: http://www.gofundme.com/4rixkk
13
Lampiran 1: Pengalaman hidupku bersama Yesus Kisah-kisah 10 perempuan Indonesia 0. Pendahuluan Setiap orang Kristen tentu memiliki kisah unik tentang pengalamannya bersama Yesus yang layak dibagikan kepada orang lain. Namun demikian kisah-kisah itu seringkali terpendam dalam kesibukan sehari-hari. Dalam suatu kesempatan di bulan Mei 2014, saya meminta 10 perempuan Kristen yang saya kenal untuk menuliskan kisah-kisah mereka yang paling baik dan dapat dikenang, dengan tujuan agar orang-orang lain pun dapat dikuatkan imannya. Meskipun kisah-kisah ini mungkin tidak sangat luar biasa, namun penting untuk diingat bahwa semua kisah ini mengungkapkan bahwa Tuhan berkarya secara nyata dalam hidup orang-orang biasa. Benang merah dari kisah-kisah ini adalah bahwa Tuhan sering bekerja secara misterius. (God works in mysterious ways.)
1. Santi Pengalaman bersama Tuhan yang tidak akan saya lupakan. Karena itu adalah mujizat Tuhan terindah, dan doa yang dijawab Tuhan. Anak saya Naomi mulai dari kelas 1 SD sering sakit, hampir tiap bulan ke dokter. Dan saya selalu berdoa kepada Tuhan. Tiap berdoa selalu saya bawa penyakit Naomi yang gampang terserang flu dan kalau flu disertai batuk flu sampai sesak nafas. Dan itu berlangsung sampai Naomi kelas 3 SD. Saat kelas 3 pertengahan tahun lalu itu seperti ada yang membisiki kalau sakit tumpang tangan di dada saat sesak dan berdoalah dengan sungguh-sungguh. Nah, saya peka dengan bisikan itu lalu saya lakukan. Puji Tuhan berangsur-angsur doa dan tumpang tangan yang saya lakukan, Tuhan berkuasa menyembuhkan penyakit anak saya. Saat ini sudah kurang lebih 9 bulan penyakit Naomi tidak pernah kambuh dan dia lebih ceria karena jarang sakit. Terimakasih Tuhan. Amin.
14
2. N.N. Saya menikah sudah 18 tahun. Tetapi awal saya menikah belum mempunyai rumah kemudian kontrak 10 tahun. Dari awal menikah saya ingin punya rumah sendiri. Meskipun kecil asal rumah sendiri. Tepat 10 tahun saya bisa mempunyai rumah dan doa saya dijawab oleh Tuhan sesuai dengan permintaan saya: rumah yang kecil dan mungil. Tapi secara manusia saya masih bersungut-sungut: rumah ini kok kecil sekali. Saya berpikir: kalau ada teman-teman anak saya, mereka mau bermain di mana? Saya berbicara kepada Tuhan: Oh Tuhan, rumahnya kok kecil sekali? Tapi saya disadarkan oleh suami: Ingat kamu doanya minta rumah meskipun kecil asal tidak ngontrak. Akhirnya saya sadar bahwa Tuhan itu luar biasa, Dia mendengar dan menjawab doa kita sesuai dengan apa yang kita minta. Pada dasarnya bukan rumah dunia yang diperlukan, tetapi kita harus berpikir bisakah kita mempunyai tempat yang disediakan Tuhan di Langit baru dan Bumi baru? Satu hal yang harus saya lakukan sekarang meskipun sulit yaitu menyukakan hati Tuhan. Agar saya berkenan di hadapan Tuhan. Tapi kita harus berusaha, seperti Paulus juga berusaha berkenan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
3. Oki: Tuhan sudah memulihkan dan mengangkatku Tahun 2013 adalah tahun di mana Tuhan benar-benar memulihkanku dan memprosesku. Karena ketidaktaatanku dan melanggar perintah Tuhan, aku hampir saja kehilangan keluarga kecilku yaitu suami dan anak. Tetapi Tuhan benar-benar luarbiasa. Aku kehilangan jabatanku di kantor dan kehilangan papaku. Semua kejadian itu di luar dugaanku. Semuanya hampir bersamaan. Aku diingatkan Tuhan. Aku menjalani hukumanku dan diproses Tuhan selama 1 tahun. Aku ingin berubah. Aku ingin mendekatkan diri kepada Tuhan. Semuanya harus kujalani. Suami dan anakkulah yang menjadi pendorong dan semangat untuk perubahan dalam hidupku. Aku mulai melayani Tuhan. Di gereja, aku ikut dalam Komisi Anak dan Komisi Muger. Aku berusaha aktif dalam pelayanan di gereja. Selalu baca firman Tuhan dan
15
berdoa. Semua aku serahkan kembali kepada Tuhan. Aku hanya bisa menjalani kehidupan ini dengan tetap setia kepada Tuhan walaupun itu tidak mudah bagiku. Dalam masa pemrosesan itu, Tuhan mulai mengangkat aku kembali. Sungguh tidak kubayangkan karena aku ditempatkan kembali menempati posisi jabatanku semula dan aku semakin dikuatkan dalam Tuhan. Tetapi semua itu tidak berhenti sampai di sini. Semakin banyak masalah besar yang harus aku hadapi. Tetapi aku percaya kuasa apapun dapat dikalahkan dengan kuasa Tuhan. Apapun yang akan terjadi di masa depan, aku tidak perlu kuatir lagi karena Tuhan sudah punya rencana atas hidup kita. Amin.
4. Dewi Rey: Berjalan bersama Tuhan sangat indah Pernikahan saya sudah berjalan 5 tahun. Kalau kehidupan rumah tangga saya bisa sampai seperti sekarang ini, itu semata-mata hanya karena kasih Tuhan yang mengubahkan kehidupan suami saya. Suami saya bukan orang Kristen, dia lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga Katolik dan dididik dalam iman Katolik. Namun apa yang sudah diajarkan oleh orang tuanya bertolak belakang dengan kehidupan suami saya. Sebelum kami menikah, suami saya boleh dikatakan anak laki-laki yang “nakal”, seorang peminum (pemabuk), suka perempuan dll. Ditambah lagi dengan temperamennya yang keras dan pemarah. Pertengkaran hampir tiap hari terjadi ketika kami awal-awal menikah. Bahkan sampai saya hamil, pertengkaran masih terjadi bahkan kami hampir bercerai. Namun Tuhan tidak pernah terlalu lama dan terlalu jauh dari anak-anak-Nya. Ketika usaha suami saya jatuh, di situ Tuhan mulai menyatakan kasih-Nya kepada kami. Suami saya mulai ikut ke gereja meskipun belum rajin. Tetapi Tuhan yang memulai semuanya, tentu Tuhan juga akan menyempurnakan semuanya. Semakin hari iman dan kerohanian serta hati takut Tuhan semakin bertambah. Dan sekarang, hati saya bersyukur kepada Tuhan yang sudah membuat suami saya menjadi imam dalam keluarga yang takut Tuhan. Dan saya bangga kalau suami saya ikut terlibat dalam pelayanan di gereja.
16
Tuhan sangat mengerti apa yang menjadi keluh kesah hati kita. Sebelum kita meminta pun, Tuhan sudah memberikan sesuai dengan waktu-Nya.
5. Ines Reswari Nama saya Ines, saya terlahir bukan dalam keluarga yang kaya atau serba kecukupan. Cerita ini terjadi ketika saya baru lulus dari bangku SMA, sekarang saya berumur 25 tahun sudah menikah dan mempunyai seorang putra berusia 3 tahun. Saat itu saya baru saja lulus SMA dan berencana melanjutkan kuliah, akhirnya… setelah orangtua saya berupaya mencarikan dana kesana kemari (karena uang tidak cukup), akhirnya saya menjadi seorang mahasiswa di PTN ternama di kota Malang. Di semester ke-2, bapak saya yang bekerja di perusahaan kontruksi baja tiba-tiba tidak ada pekerjaan. Maksudnya tidak ada proyek. Beliau berkata, bahwa sudah tidak sanggup lagi membiayai kuliah saya. (Matilah saya, saya pikir). Akhirnya, di hari minggu pagi, saya duduk di gereja sebelum kebaktian dimulai. Saya berkata kepada Tuhan: kalau memang saya boleh melanjutkan kuliah, pasti ada jalan keluar. Jika tidak, saya pasrah. Tiba-tiba dari belakang ada yang mencolek. Seorang ibu-ibu meminta saya untuk mengajari anaknya bermain keyboard. Kebetulan, saya pelayan musik di gereja. PUJI TUHAN! Saya bisa melanjutkan kuliah. Meskipun tidak berhasil lulus, saya sangat bersyukur. Saya sengaja meninggalkan kuliah saya, dan melanjutkan memperdalam ketrampilan saya dalam bidang musik, karena saya merasa terberkati dengan jalan Tuhan itu. Sampai sekarang, saya masih menjadi pelayan Tuhan. Dan sampai kapanpun saya akan melayani Tuhan dengan bemusik. Karena menurut saya, Tuhan sudah menunjukkan jalan ini kepada saya. Dengan bermusik, saya bisa bekerja menjadi pelayan Tuhan dan memuji nama-Nya. Terimakasih atas jalan-Mu yang begitu indah.
17
6. Bu Heru Endang •
Dari kecil saya dibesarkan di tengah-tengah keluarga muslim yang kolot. Saya kenal (pacaran) dengan orang Kristen dan menikah sampai sekarang mempunyai 2 anak dan 1 cucu.
•
Saya menikah dengan cara nasrani (pemberkatan di gereja) meskipun keluarga saya menentang keras sampai-sampai saya tidak mendapat bagian harta warisan sama sekali. Bentuk harta warisan adalah sawah dan rumah yang nilainya saat itu besar sekali.
•
Sebenarnya berat sekali tidak mendapatkan harta itu, setelah saya pikir-pikir panjang: Harta tidak menjamin kebahagiaan dan kekayaan buat saya. Saya tinggalkan semua itu.
•
Dan sekarang saya betul-betul menikmati hidup damai, tentram bersama keluarga. Saya melihat sekarang ini saudara-saudara yang mendapatkan warisan banyak hidupnya banyak masalah dan ekonomi tidak lebih baik daripada saya.
•
Mengikut Tuhan Yesus awal-awal banyak liku-likunya tapi sekarang saya betul-betul menikmati hidup damai, tenang, tentram bersama Yesus.
7. Bu Nana Saya bukanlah orang Kristen yang sangat taat dalam arti rajin baca Kitab Suci ataupun ke gereja, tapi saya merasakan kasih Tuhan bagiku nyata dalam hidup saya. Suatu ketika anak sekolah minggu saya terjatuh saat bermain, dahinya sobek dan banyak mengeluarkan darah. Lalu saya dekap anak itu, saya usap dahinya yang luka sambil berseru kepada Tuhan Yesus: tolong tutup luka ini Tuhan dan hentikan pendarahannya. Saya berdoa dalam nama Yesus dan sungguh ajaib luka itu langsung berhenti pendarahannya dan anak tersebut juga berhenti menangis. Saya menangis dalam hati terharu kenapa doa dari saya yang hanya membaca Kitab Suci sekali seminggu ternyata tetap didengarkan dan dikabulkan Tuhan Yesus. Sungguh kasih Tuhan dan karunia-Nya sangat besar dalam hidup saya.
18
8. Bu Tika Pada suatu ketika, ayah saya masuk RS yang kesekian kalinya dikarenakan tumor batang otak. Saat itu kami tidak punya biaya (uang cash) untuk bayar biaya RS, akhirnya kami sepakat untuk membayar menggunakan kartu kredit dan rencananya kami akan mengangsur tagihan kartu kredit itu. Kira-kira seminggu kemudian, saya dapat info dari perusahaan tempat saya bekerja bahwa bonus telah keluar. Saya bersyukur karena itu. Dan saya sangat-sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, setelah saya cek bonus saya ternyata jumlah nominalnya sama persis dengan tagihan biaya RS ayah saya.
9. Bu Ita Kalau lihat Eryc sekarang tumbuh dengan sehat, jadi ingat bahwa pemeliharaan Tuhan itu sempurna. Tepat usia Eryc 7 bulan, Eryc mengalami diare hebat di mana saya sebagai mama tidak bisa menemani Eryc di saat dia sakit di rumah. Eryc ditemani dan dijaga oleh ibu saya. Di saat yang sama pula kondisi keuangan keluarga kami waktu itu lagi kolaps. Sebetulnya Eryc harus sudah opname di hari pertama dia sakit, sebab 1 hari Eryc yang usia 7 bulan bisa diare sampai 5 kali. Saya bekerja dan tidak dapat meninggalkan pekerjaan begitu juga suami. Tiap malam hanya mohon sama Tuhan biar Eryc Tuhan jaga dan segala kepercayaan bahwa Tuhan mampukan saya untuk senantiasa menjaga Eryc dengan baik. Eryc mengalami diare sampai hari ke-4. Saya dan suami sepanjang malam tak pernah tidur. Hebatnya Eryc sama sekali tak menampakkan dia lunglai atau lemas. Sampai akhirnya hari ke-4 malam hari, dalam 1 jam Eryc diare sampai dengan 4 kali. Saya bingung. Tapi tidak tahu, namun hari berikutnya saya percaya, Tuhanlah yang gerakkan tangan saya untuk memencet nomor telepon rumah sakit. Akhirnya saya bawa Eryc ke RSA dengan tanpa sepeser uangpun di dompet tepat jam 12 malam. Benar sesampai di UGD, dokter jaga mengatakan jika 1 hari lagi terlambat, Eryc tidak akan tertolong. Akhirnya Eryc diopname. Saya masih bingung. Sambil cari kamar, tetap mulut 19
menyebut “Tuhanku, tolong saya.” Malam tetap tidak bisa istirahat. Paginya saya dikabari bahwa adik saya bersedia berikan pinjaman lunak untuk perawatan Eryc. Wow. Luarbiasa. Tuhan baik. Akhirnya tenang semua pikiran saya. Eryc opname dalam pemeliharaan Tuhan.
10. Bu Retno: Pengalamanku bersama Tuhan Pada bulan Mei ini hatiku terasa dipenuhi ketakutan, kekuatiran dan perasaan yang tak menentu. Bulan Mei anakku menghadapi ujian nasional (SMA) dan setiap pulang dari ujian saya mesti tanya: bagaimana? Anakku jawab: “Lumayan”, dan hari terakhir ujian katanya sulit banget. Aku berusaha menguatkan dan membesarkan hatinya. Anakku mempunyai kerinduan untuk kuliah di UKDW. Langkah demi langkah, tes demi tes dia lolos. Pada saat tes di Magelang dia bilang: “Tesnya sulit sekali, bisa lolos gak ya?” Dia tidak daftar di PT lain, tapi hanya satu. Saya bilang kepadanya: “Kalau Tuhan menghendaki kamu di situ, kamu pasti lolos.” Dari sekian banyak yang daftar hanya 5 yang lolos, termasuk anak saya. Tuhan telah mendengarkan doaku dan doa anakku.
Demikianlah kisah-kisah dari beberapa perempuan yang saya kenal, semoga dapat menguatkan iman kita. Jika ada di antara Anda yang ingin berbagi kisah pengalaman hidup Anda bersama Yesus, silakan kirimkan ke email:
[email protected].
Versi 1.0: 27 Mei 2014; Versi 1.1: 1 Juni 2014 Dikompilasi oleh Victor Christianto, email:
[email protected]
20
Eksegesis atas Kisah Para Rasul 1:6-8 Oleh Victor Christianto, email:
[email protected]
1. Pendahuluan Bagi sementara orang, teks Kisah Para Rasul 1:6-8 menarik karena merupakan landasan dari keseluruhan pemaparan Lukas dalam bukunya Kisah Para Rasul. Namun bagi saya, teks ini terlebih lagi menarik karena memuat beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam penginjilan yakni bergantung pada Roh Kudus dan menggunakan urutan dari wilayah sempit ke wilayah yang lebih luas. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam Eksegesis teks Kis. 1:6-8 yang diuraikan dalam bagian berikut. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pembaca.
2. Analisa Konteks Historis Penulis Baik Lukas dan Kisah Para Rasul penulisnya tidak diketahui.3 Dari kata pengantar Lukas, yang mungkin ditulis sebagai pengantar untuk baik Lukas maupun Kisah Para Rasul, kita dapat menyimpulkan bahwa penulisnya berpendidikan baik, bukan salah seorang dari keduabelas rasul atau murid Yesus yang mula-mula, namun mungkin merupakan salah satu partisipan dalam peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Ia mengetahui Perjanjian Lama dari versi Septuaginta Yunani, memiliki pengetahuan yang bagus akan kondisi politik dan ekonomi di pertengahan abad pertama Masehi, dan menaruh perhatian besar akan rasul Paulus.4 Hal-hal lain yang juga menunjukkan karakter historis penulis Kisah Para Rasul antara lain adalah: dia meneliti detil-detil, dia melakukan pekerjaannya dengan teliti (akribos), dan dia menawarkan penuturan yang berurutan (kathexes).5 Hal yang lain mengenai penulis kitab Kisah Para Rasul berasal dari ayat-ayat yang menggunakan “kami” dalam kitab tersebut. Ada empat ayat di mana penulis beralih dari 3
Carson, D.A., & Douglas J. Moo (2009), An Introduction to the New Testament, Second Edition. (Grand Rapids: Zondervan. AER Edition, 2009), p. 290. 4
Ibid., 290.
5
Thompson, Richard P. (2010), “Luke-Acts: The Gospel of Luke and the Acts of the Apostles,” in David E. Aune (Ed.) The Blackwell Companion to the New Testament. (Chichester: Wiley-Blackwell, 2010), p. 321.
21
menggunakan kata ganti orang ketiga yang biasa digunakannya dengan narasi kata ganti orang pertama jamak. Inilah bukti-bukti internal sejauh yang diceritakan oleh Lukas dan Kisah Para Rasul. Bukti-bukti eksternal menunjukkan Lukas sebagai penulis kedua kitab tersebut, dan hal ini diakui oleh para bapa gereja termasuk Irenaeus, Clement dari Aleksandria, dan Tertulianus.6
Penerima Kisah Para Rasul, seperti halnya Lukas, ditujukan kepada Teofilus (1:1), yang mungkin merupakan patron Lukas, yaitu orang yang menyediakan dana bagi penerbitan karya tulis Lukas. Namun kita dapat menyimpulkan hampir tidak sesuatupun tentang orang ini dari karya Lukas tersebut. Lebih lanjut, hampir dapat dipastikan bahwa Lukas memikirkan pembaca yang lebih luas dibandingkan hanya 1 orang saja.7
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Lukas-Kisah Para Rasul seperti tertulis dalam Lukas 1:4: “supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar,” tampaknya merupakan dasar dari diskusi apapun mengenai tujuan penulisan Lukas.8 Namun demikian, menunjukkan kepastian merupakan tujuan yang sangat luas dan mungkin tidak mencakup semua tujuan yang dipikirkan oleh Lukas. Lebih lanjut, Lukas mungkin memiliki tujuan yang agak berbeda untuk Injilnya daripada yang Ia miliki untuk Kisah Para Rasul. Namun demikian, sebarang tujuan yang memuaskan untuk Kisah Para Rasul mesti setidaknya mempertimbangkan Injil Lukas.9
Waktu dan tempat Penulisan Tahun penulisan yang diajukan untuk kitab Kisah Para Rasul berkisar hampir seabad, dari 62 Masehi, saat terjadinya peristiwa terakhir yang dicatat oleh kitab tersebut, hingga 6
Carson & Moo, 291.
7
Ibid., 301.
8
Ibid., 302.
9
Ibid., 302.
22
pertengahan abad kedua, saat rujukan terhadap kitab Kisah Para Rasul ini pertama muncul. Kebanyakan para ahli menempatkan penulisan Kisah Para Rasul pada salah satu di antara tiga tarikh dalam kisaran berikut: 62-70, 80-95, 115-130.10 Tempat penulisan Lukas-Kisah Para Rasul jauh lebih sulit untuk diperkirakan daripada tahun penulisannya, penulisnya, maupun identitas para pembaca mula-mula. Karena penulisnya tersembunyi di balik kitab yang ditulisnya, terdapat sedikit informasi tentang penulisnya maupun di mana ia menuliskan Kisah Para Rasul. Para ahli hanya sepakat bahwa Lukas-Kisah Para Rasul tidak ditulis di Palestina, karena tidak akuratnya penulisan letak geografis mengenai tempat tersebut.11
3. Analisa Konteks Sastra a. Konteks dekat: Teks 1:6-8 diapit oleh perikop 1:1-5 yang berjudul Roh Kudus dijanjikan dan ayat 1:9-14 yang menceritakan bagaimana para rasul menantikan Roh Kudus. Dari konteks ayat yang mendahului teks tersebut kita membaca bagaimana Tuhan Yesus sendiri menjanjikan bahwa Roh Kudus akan membaptis para rasul. Dari sini kita tahu bahwa kedatangan Roh Kudus ke atas para rasul adalah atas perintah Bapa di surga. Sementara itu dari konteks ayat yang menyusul teks tersebut, kita membaca bahwa para rasul menunggu kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan tersebut, sebelum mereka memiliki keberanian untuk bersaksi. Jadi jelas di sini bahwa tujuan kedatangan Roh Kudus adalah untuk mendorong dan memberanikan para murid untuk bersaksi tentang Yesus. b. Konteks jauh: Dari pasal sesudahnya (pasal 2) kita membaca bahwa Roh Kudus kemudian memang datang menggenapi janji Yesus kepada para rasul. Dari pasal ini kita dapati bahwa setelah suatu masa penantian sekitar 50 hari sejak kebangkitan Yesus maka turunlah Roh Kudus ke atas para rasul. Implikasi bagi umat percaya adalah perlu suatu masa untuk berdoa dan menantikan sebelum seorang Kristen dipenuhi dan diberdayakan oleh Roh Kudus.
10
Ibid., 296.
11
Thompson, 331.
23
4. Eksegesis Kisah Para Rasul 1:6-8 Setelah melakukan analisa konteks historis dan analisa konteks sastra, pekerjaan berikutnya untuk mengerti maksud Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:6-8 adalah membahasnya ayat demi ayat. Ayat 6 “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”” Pertanyaan yang diajukan oleh para murid merefleksikan harapan yang terpendam dari hati mereka akan pemerintahan teokratis Israel di mana mereka akan menjadi para pemimpin. Saat ini harapan tersebut timbul kembali karena Yesus berbicara tentang datangnya Roh Kudus (ayat 5). Dalam pengharapan Yahudi, restorasi Israel akan ditandai oleh aktivitas kembali dari Roh Allah, sebagaimana diyakini sejak nabi-nabi terakhir. Namun meskipun perkataan-Nya mengenai kedatangan Roh Kudus memunculkan kembali harapan kuno nasionalistik dari para murid, Yesus memiliki pikiran yang berbeda. Basileia atau kerajaan memiliki beberapa arti: 1) royal power, kingship, dominion, rule 1a) not to be confused with an actual kingdom but rather the right or authority to rule over a kingdom 1b) of the royal power of Jesus as the triumphant Messiah 1c) of the royal power and dignity conferred on Christians in the Messiah's kingdom 2) a kingdom, the territory subject to the rule of a king 3) used in the N.T. to refer to the reign of Messiah. Ungkapan ‘kerajaan bagi Israel’ (basilei,an tw/| VIsrah,l) menunjukkan suatu impian akan kerajaan yang berdaulat dan bebas dari penjajahan Romawi. Hal ini bukan seperti yang diperintahkan oleh Yesus kepada mereka untuk dikerjakan.
Ayat 7 “Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.”” Jawaban Yesus atas pertanyaan para murid yang keliru tersebut bukanlah penolakan atas tempat negara Israel dalam maksud-maksud Tuhan di masa depan. Sebaliknya, itu menekankan kepada para murid agar mengubah pemikiran mereka mengenai program ilahi, dan menyerahkan
24
kepada Tuhan apa yang menjadi wewenang-Nya dan mengerjakan apa yang dipercayakan pada mereka. Penekanan Yesus bahwa “engkau tidak perlu mengetahui” menggemakan kembali ajarannya dalam Mat. 24:36 dan Mark. 13:32. Ungkapan yang digunakan di sini adalah cro,nouj h' kairou.j, (kronos, kairos), yang dapat berarti waktu dan kesempatan. “Masa” dan “waktu” merujuk pada karakter dari jaman-jaman yang mendahului babak akhir dari rencana penebusan Allah dan akan tahap-tahap kritis dari jaman-jaman ini saat mereka menuju klimaksnya. Ini “yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya;” mereka seharusnya tidak menjadi bahan perdebatan dan spekulasi oleh umat percaya, suatu ajaran yang sayangnya kerapkali diabaikan.
Ayat 8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Kata du,naming berasal dari kata dunamis yang dapat berarti: 1) strength power, ability, 1a) inherent power, 1b) power for performing miracles, 1c) moral power and excellence of soul, 1d) the power and influence which belong to riches and wealth, 1e) power and resources arising from numbers, 1f) power consisting in or resting on armies, forces, hosts. Jadi makna kata dunamis di sini menyiratkan kuasa untuk membuat mukjizat dan kemampuan supranatural lainnya. Kebanyakan para ahli sependapat bahwa Kisah 1:8 adalah merupakan kerangka dari narasi Kisah Para Rasul dengan penyebaran Injil menjadi tema utamanya. Kitab Kisah Para Rasul mengikuti kerangka tersebut saat Injil menyebar di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 17, ke Yudea dan Samaria dalam Kisah Para Rasul 8-10, dan kemudian menuju ujung-ujung bumi dalam Kisah Para Rasul 11-28. Beberapa di antara tema-tema teologis utama lainnya dalam Kisah Para Rasul adalah konsep pemenuhan, Roh Kudus, kehidupan gereja, universalitas Injil, dan penyiksaan. Juga menarik untuk dicatat bahwa Kisah Para Rasul ditutup dengan ujung yang terbuka, tanpa suatu kesimpulan yang jelas.12 12
Bohnert, T. (2012) “Toward a Biblical Theology of Missions: A study in Acts 13-14.” p. 6
25
5. Aplikasi Tidak saja Kisah Para Rasul 1:8 memberikan kerangka dari rencana Tuhan untuk menyebarkan Injil sampai ke ujung-ujung bumi, namun ia juga menjelaskan agen-agen yang membawa rencana tersebut: Roh Kudus dan Gereja-Nya. Jadi, Roh Kudus dan Gerejalah (yaitu umat percaya yang diberdayakan oleh Roh Kudus) yang menjadi krusial dalam rencana Allah, dan kedua agen ini memainkan peran sentral dalam kitab Kisah Para Rasul.13 Dengan kata lain, kita mesti bergantung pada pimpinan Roh Kudus dalam memberitakan Injil, sebab proses orang bertobat menjadi percaya kepada Yesus Kristus tidak akan terjadi tanpa karya Roh Kudus. Inilah aspek pertama yang dapat dipetik dari Kisah 1:8. Aspek kedua yang penting bagi pekerjaan pekabaran Injil adalah bahwa seseorang mesti mulai dari lingkungan yang terkecil dahulu, yaitu Yerusalemnya yakni keluarga dan sahabatsahabatnya dan teman-teman dekatnya. Baru kemudian ia dapat terus bergerak ke lingkungan yang lebih luas, Yudea dan Samaria-nya, yakni orang-orang yang tinggal di dekatnya atau di kota-kota yang berdekatan dengan tempat tinggalnya. Jika hal ini telah digarap, barulah ia dapat mulai memikirkan penginjilan dalam wilayah yang lebih luas bahkan hingga mencapai ujungujung bumi. Kedua aspek itulah penerapan Kisah Para Rasul 1:6-8 dalam kehidupan kita, khususnya dalam konteks pekabaran Injil.
6. Kesimpulan Melalui teks Kisah Para Rasul 1:6-8 ini kita dapat belajar bagaimana bersandar pada Roh Kudus dalam melakukan pekabaran Injil, baik dalam pimpinan-Nya maupun kuasa-Nya. Kuasa yang diberikan Bapa melalui Roh Kudus tidak ditujukan untuk bertindak sewenang-wenang, melainkan untuk menjadi saksi Yesus sampai ke ujung bumi.
13
Ibid., 9-10.
26
Daftar Pustaka
1. Barker, Kenneth L., & John Kohlenberger III (2002) Zondervan NIV Bible Commentary. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House. As included in the Pradis 5.0 software. 2. Bohnert, T. (2012) “Toward a Biblical Theology of Missions: A study in Acts 13-14.” 40p. Unpublished paper. 3. Bruce, F.F. (Ed.) (2002) New International Bible Commentary. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House. As included in the Pradis 5.0 software. 4. Carson, D.A., & Douglas J. Moo (2009), An Introduction to the New Testament, Second Edition. Grand Rapids, Michigan: Zondervan. AER Edition, January 2009. pp. 285-330. 5. McCown, Wayne (Ed.) (2002) Asbury Bible Commentary. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House. As included in the Pradis 5.0 software. 6. Thompson, Richard P. (2010), “Luke-Acts: The Gospel of Luke and the Acts of the Apostles,” in David E. Aune (Ed.) The Blackwell Companion to the New Testament. Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2010. pp. 319-443.
27
Arti dari Ketujuh Roh di hadapan Takhta-Nya dalam Wahyu 1:4 dan 3:1 14 Oleh Victor Christianto , email:
[email protected]
a. Pendahuluan Ayat yang membahas tentang ketujuh Roh Allah ini terdapat dalam Wahyu 1:4, 3:1, 4:5 dan 5:6. Keempat ayat ini menarik karena dapat ditafsirkan dalam berbagai cara. Dalam makalah ini, saya akan membahas beberapa penafsiran yang paling dapat diterima dan paling mendekati dengan makna yang tampaknya ingin disampaikan oleh Yohanes kepada para pembacanya.
b. Latar belakang Kitab Wahyu Siapa penulis kitab Wahyu? Menurut Justinus Martyr dalam Dialog dengan Trypho (th. 135), Rasul Yohaneslah penulis kitab Wahyu. Hal ini didukung oleh para bapa gereja yang lain misalnya: Eusebius, Irenaius, dll. Dionysius, uskup Alexandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa yang berbeda dengan Injil Yohanes/SuratSurat Yohanes. (Hagelberg, 2005, hal. 1-2) Kapan tahun penulisan kitab Wahyu? Menurut sarjana jaman ini, Kitab Wahyu ditulis kemungkinan pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (th. 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (th. 54-68). Irenaius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus. Beberapa data menunjukkan bahwa Wahyu ditulis kira-kira tahun 95. Siapa penerima kitab Wahyu? Secara khusus, kitab ini ditulis untuk 7 jemaat tertentu di 7 kota di Asia Kecil, yaitu Propinsi Asia. Jarak antara 7 kota itu sekitar 50-80 km. 14
URL: http://www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto
28
Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29). Apakah tujuan kitab Wahyu ditulis? Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Jenis Literatur Sejak awal, khususnya dalam 1: 1-5, kita dihadapkan pada tiga realitas yang memberi peringatan kepada kita bahwa Wahyu adalah potongan literatur yang unik. Dalam ayat 1, kita berhadapan dengan kata: apocalupsis – sebuah penyingkapan Dalam ayat 3, kita mendapati pernyataan: “…kata-kata nubuat …. Dalam ayat 4-5 kita menjumpai salam formal yang menjadi ciri khas surat kiriman kuno. Dengan informasi ini kita bisa menyimpulkan bahwa Wahyu adalah integrasi dari tiga corak sastra sekaligus: Apokaliptik, Nubuat, dan Surat Kiriman
c. Pendekatan dalam Penafsiran Kitab Wahyu Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi 4: Pandangan Preterist: kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi Pandangan Historis Pandangan Futuris: pasal 4-22 adalah tentang akhir zaman Pandangan Idealis: prinsip-prinsip yg dipakai Allah. Penafsiran bapa-bapa gereja Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenaius, Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun. Origen dan Agustinus mengembangkan metode penafsiran yang disebut spiritual atau Alegoris. 29
Nicolas dari Lyra, seorang teolog dari Perancis, memakai pandangan Historis.
d. Pokok Permasalahan 1. Beberapa pandangan memahami tujuh roh dalam Kitab Wahyu sebagai tujuh malaikat : Orang Yahudi percaya kepada tujuh malaikat yang dengan indah disebut tujuh malaikat putih yang sulung ( 1 Henokh 90:21). Mereka adalah penghulu malaikat (archangels) yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia (Tobit 12:15). Namanama mereka adalah: Uriel, Rafael, Mikael, Gabriel, Saiquel dan Yeremiel. Mereka memelihara unsur-unsur dunia: api, udara dan air dan mereka adalah malaikat-malaikat penjaga bangsa-bangsa Mereka adalah pelayan Allah yang paling dekat dan paling hebat. Disamping itu penggunaan kata roh seringkali dikaitkan dengan malaikat di dalam Naskah Laut Mati (naskah Qumran). 2. Benarkah bahwa tujuh roh yang dimaksudkan dalam kitab wahyu adalah tujuh malaikat?
e. Studi kata Tujuh roh dalam bahasa Yunani “ton hepta pneumaton” (Greek: tw/n e`pta. pneuma,twn). Angka 7 di dalam bahasa Yunani adalah sept mempunyai makna yang sama dengan sheb’a dalam bahasa Ibrani. Artinya:penuh, berlimpah, puas. Dari frase ini kita dapat mempelajari apa yang ingin disampaikan oleh Yohanes melalui istilah tujuh roh, yaitu bahwa Yohanes mungkin ingin menggambarkan kepenuhan dan kesempurnaan Roh Allah.
f. Benarkah 7 Roh Allah itu adalah Malaikat? Beberapa penafsiran: 1. Menurut beberapa teolog, 7 roh adalah 7 malaikat karena roh terkadang dikaitkan dengan malaikat (Ibr. 1:7,14). 30
2. 7 Roh Allah merupakan simbol kesempurnaan, kegenapan, atau kepenuhan dari Roh Allah. Matthew Henry Notes mencatat untuk ayat 1:4 sebagai berikut: “(2.) The Holy Spirit, called the seven spirits, not seven in number, nor in nature, but the infinite perfect Spirit of God, in whom there is a diversity of gifts and operations. He is before the throne; for, as God made, so he governs, all things by his Spirit.”15 (Artinya: Roh Kudus, yang disebut tujuh roh, bukan tujuh dalam angka, bukan dalam natur, melainkan Roh Allah yang sempurna dan tidak terbatas, di mana terdapat keragaman karunia dan operasi. Dia berada di hadapan takhta; karena, seperti Tuhan membuat, demikianlah Ia memerintah, segala hal melalui Roh-Nya.) 3. Keberatan terhadap penafsiran malaikat: 1. Kalau Yohanes memang memaksudkan 7 malaikat, mengapa ia tidak menggunakan istilah malaikat seperti dalam Wahyu 8:2? 2. Bagaimana mungkin malaikat bisa muncul di antara Allah Bapa dan Kristus dalam suatu pemberian berkat? 3. Wahyu tidak pernah menyebutkan kata roh kepada malaikat bahkan demikian halnya dengan literatur kekristenan mula-mula. 4. Jadi, penafsiran 7 roh sebagai malaikat adalah kurang begitu kuat.
g. Apakah sebenarnya makna 7 Roh Allah itu? The Seven Spirits adalah simbol untuk Roh Allah, di mana Yohanes mungkin mengacu pada dasar eksegesis Zakharia 4:1-14: “a passage which lies behind not only the four references to (notably the Fourth Gospel and Paul), but it should be remarked that the Spirit of prophecy is envisaged as having life-giving and life-changing effects. For the spirit brings to the churches the powerful word of Christ, rebuking, encouraging, promising and threatening, touching and drawing the hearts, minds and consciences of its hearers, directing the lives and the prayers of the Christian communities towards the coming of Christ.” (Artinya: Suatu ayat yang menempatkan di belakang tidak saja empat referensi (khususnya Keempat Injil dan surat-surat Paulus), namun mesti dicatat bahwa Roh nubuat dilukiskan sebagai memiliki efek yang memberi hidup dan mengubah hidup. Karena roh membawa pada gereja-gereja firman Kristus yang berkuasa, menguatkan, 15
BibleWorks software version 7.0.0.12g (2006)
31
menjanjikan, dan mengancam, mengarahkan hidup dan doa dari komunitas Kristen menuju kedatangan Kristus.) Di dalam Wahyu pasal 1:4, tujuh Roh Allah mengacu kepada bagian dari Trinitas. Sebagaimana natur dari surat kiriman, Yohanes membuka dengan memberi salam kepada jemaat dan berkat dari Trinitas: Bapa, Anak dan Roh. 5:6: “bertanduk tujuh dan bermata tujuh:itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. “Tujuh mata” merupakan gambaran roh Allah yang diambil Yohanes dari Zakaria 3:9; 4:10. Penting untuk menyadari bahwa “mata Allah” di dalam Perjanjian Lama tidak hanya mengindikasikan kemampuan-Nya untuk melihat apa yang terjadi di alam semesta, tetapi juga menunjuk kepada kemampuan-Nya untuk bertindak secara penuh kuasa dimanapun Dia berada (bdk Zakharia 4:6). Bauckham menyatakan: “…this connexion between God’s all-seing eyes and his power John makes explicit by adding seven horns, the well-known symbol of strength, to the seven eyes. Probably he noticed that in Zechariah the power of Yahweh is opposed to the power of the nations inimical to God’s people, symbolized by four horns (Zech 1:1821).” (Artinya: hubungan antara mata-yang-melihat-segala dari Tuhan dan kuasa-Nya dibuat eksplisit oleh Yohanes dengan menambahkan tujuh tanduk, simbol yang sangat dikenal dari kekuatan, kepada ketujuh mata. Mungkin dia mencatat bahwa dalam Zakaria kekuatan Yahweh dilawan oleh kekuatan bangsa-bangsa yang menindas umat Tuhan, yang dilukiskan oleh empat tanduk.)
h. Kesimpulan 7 roh dalam hal ini merujuk kepada Roh Kudus. Tetapi mengapa dikatakan 7 roh? 7 melambangkan kesempurnaan. “From the seven spirits means from the Holy Spirit in his sevenfold fullness. “ Ladd, 24. (Artinya: Ungkapan “dari tujuh roh” berarti dari Roh Kudus dalam kepenuhanNya yang rangkap tujuh.) Jadi, tujuh roh yang dimaksudkan dalam Kitab Wahyu kemungkinan besar adalah simbol kesempurnaan. Dalam hal ini berbicara mengenai kesempurnaan dan kepenuhan Roh Kudus yang memenuhi dan memperlengkapi tujuh gereja di Asia secara khusus.
32
Daftar Pustaka Bauckham, Richard. 1993. The Climax of Prophecy. Edinburgh: T & T Clark. _______. 1993. The Theology of The Book of Revelation. Cambridge: University Press. Caird, G.B. 1966. The Revelation of Saint John. Massachusetts: Hendrickson Publishers. Groen, Jakob P.D. 2002. Aku datang segera: Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya: Momentum Christian Literature. Hagelberg, Dave. 2005. Tafsiran Kitab Wahyu dari bahasa Yunani, rev. ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Kistemaker, Simon J. 2011. Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya: Penerbit Momentum. Ladd, George Eldon. 1972. A Commentary on the Revelation of John. Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans Publishing Co. Widyapranawa, S.H. 2002. Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1-39. Tuhan adalah Penyelamat di Tengah Krisis Nasional. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Wongso, Peter. 1996. Eksposisi Doktrin Alkitab: Kitab Wahyu. Malang: SAAT. Version 1.0: 9 April 2014 VC, email:
[email protected]
33
Teologi dan Tantangan Misiologi bagi David Yonggi Cho: Sebuah Tinjauan Ringkas Victor Christianto, email:
[email protected]
1. Latar belakang munculnya mega-church di Korea
Protestantisme Korea memiliki suatu karakteristik yaitu pertumbuhan gereja yang pesat serta munculnya berbagai mega-church (gereja mega). Jumlah gereja-gereja Protestan bertumbuh dari 3279 pada 1920 menjadi 5011 pada 1960, lalu menjadi 33897 pada 1996. Jumlah populasi umat Kristen bertumbuh pesat dari 623072 pada tahun 1960 menjadi 8760000 pada tahun 1995.16 Namun demikian terdapat suatu gejala yang menarik banyak minat para akademisi, bersama dengan pertumbuhan populasi Protestan Korea, yaitu fakta bahwa terdapat banyak gereja besar dan mega-church di Korea. Pada tahun 1999, diperkirakan bahwa terdapat hampir 400 gereja besar dan 15 mega-church.17 -
Latar belakang sosial: Menurut Hong Young-gi, sebagai hasil dari industrialisasi dan urbanisasi yang
cepat, muncul perasaan kekurangan dan hilangnya identitas dalam masyarakat. Karena umumnya mereka berada dalam situasi kebingungan dan tidak jelas akibat modernisasi yang cepat, mereka datang ke gereja-gereja yang dapat menjawab kebutuhan religius dan sosial mereka.18 Namun demikian faktor-faktor sosiologis saja tidak memadai untuk menjelaskan bangkitnya mega-church karismatik, namun tidak perlu diabaikan. -
Latar belakang religius: Dampak yang diberikan oleh agama-agama tradisional Korea terhadap mega-
church karismatik bukan tidak berhubungan dengan pertumbuhan mereka: Budisme, Konfusianisme, dan Shamanisme. Dan yang paling besar pengaruhnya di antara ketiganya adalah Shamanisme. Mega-church karismatik Korea memiliki dasar yang sama
16
Hong Young-gi, The backgrounds and characteristics of the Charismatic Mega-Churches in Korea, AJPS 3/1 (2000), pp. 99-100. URL: http://www.apts.edu 17 Ibid., 100. 18 Ibid., 106.
34
dengan Shamanisme Korea, yang tidak perlu harus negatif. Di antaranya, terdapat titiktitik paralel yang dapat dilihat:19 a. Target: Shamanisme telah berfungsi sebagai agama Minjung (masyarakat umum) melalui sejarah penindasan Korea. Mega-church karismatik Korea juga menarik bagi orang kebanyakan. b. Pengalaman: Shamanisme terkait dengan pengalaman supranatural daripada suatu sistem pemikiran. Penekanan pada pengalaman karismatik dalam devosi individual pada mega-church di Korea bukannya tidak berhubungan dengan shamanisme. c. Kepemimpinan perempuan: karakter dominan dari Shamanisme Korea adalah peran penting dari shaman perempuan. Demikian pula pada mega-church karismatik, peran kepemimpinan perempuan diusulkan dan diaktifkan oleh pastor senior. d. Penyembuhan: Shaman Korea biasanya melakukan penyembuhan psikologis dan fisik untuk para klien mereka. Dalam mega-church Korea, penyembuhan secara utuh (spiritual, mental, fisik) ditekankan. Namun demikian, ada pengamat yang menyoroti aspek negatif dari pengaruh shamanisme tersebut terhadap Pentakosta Korea, yaitu iman yang tidak seimbang dalam penyembuhan dan berkat material.20
2. Teologi David Yonggi Cho Pemikiran David Yonggi Cho telah mempengaruhi banyak orang, tidak saja di Korea Selatan, namun juga di berbagai penjuru dunia. Beberapa teolog menyebutkan bahwa keberhasilan Yonggi Cho antara lain disebabkan oleh kontekstualisasi ajaran Kristen dengan kebudayaan Asia, khususnya Korea. Namun ada juga beberapa akademisi yang mengkritik pemikiran Yonggi Cho, seperti misalnya Hunt dan McMahon. Hunt dan McMahon menyatakan bahwa pengajaran Cho berasal dari teologi kemakmuran asal Amerika, yang kemudian mengimbas balik melalui Robert Schuller dan Kenneth Hagin kepada pemikiran positif dari Norman Vincent Peale.21 Kritik lain misalnya oleh 19
Ibid., 108. Jun Kim, Book review: Young-hoon Lee, The Holy Spirit Movement in Korea: Its Historical and Theological Development, AJPS 13:2 (2010) pp.351. URL: http://www.apts.edu 21 Allan Anderson, The contextual Pentecostal Theology of David Yonggi Cho, AJPS 7:1 (2004), pp.105106. URL: http://www.apts.edu 20
35
Hollenweger menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara teologi Cho dan shamanisme Korea, meski tuduhan tersebut didasarkan pada suatu tesis doktoral di Universitas Birmingham yang meneliti kebangunan rohani di Korea pada 1907 dan 1930.22 Beberapa penulis Barat juga menyarankan bahwa Pentakostalisme Korea secara umum dan Yoido Full Gospel Church (YFGC) secara khusus berhasil karena mereka menggabungkan kekristenan dengan shamanisme. Bahkan Hollenweger menyebut bahwa David (Paul) Yonggi Cho dapat dianggap sebagai Shaman Pentakosta.23 Harvey Cox juga menyatakan dugaan yang mirip mengenai hubungan antara Pentekostalisme Korea dengan shamanisme. Sebagai akibatnya, dugaan tersebut telah tersebar dalam literatur barat dan hingga kini dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak perlu dipertanyakan.24 Para pemimpin Pentakosta Korea sendiri tampaknya menolak campuran dengan shamanisme, dan menganggap shamanisme berasal dari si jahat. Di pihak lain, Cho tampaknya cukup menghargai Konfusianisme sebagai warisan kultural Korea, sebagai suatu tradisi etis yang diikuti oleh masyarakat Cina dan Korea.25 Di samping itu, konsep Cho mengenai dimensi keempat (Fourth Dimension) berkaitan dengan pengenalannya akan agama-agama Timur dengan kemampuan untuk membuat keajaiban, seperti Budisme, yoga dan agama dari Jepang seperti Soka Gakkai. Meski dia menolak agama-agama Timur tersebut, namun jelas bahwa pengetahuannya akan agama-agama Timur tersebut memimpinnya pada pemahaman akan dimensi keempat, di mana visi dan mimpi merupakan bahasanya dan inkubasi adalah proses melalui mana umat percaya menerima apa yang mereka minta dari Tuhan.26 Dasar dari teologi yang dikembangkan oleh Cho untuk menjangkau orangorang yang putus asa, adalah berasal dari pengalaman pertobatannya sendiri dari Budisme menjadi Kristen dan juga penyembuhannya secara berangsur dari penyakit tuberkulosis. Pada tahun-tahun sekitar 1950 itulah Full Gospel Central Church dibangun di kawasan miskin di Seoul. Pengajaran Cho tentang penyembuhan sangat erat berkaitan dengan kemiskinan dan penyakit yang banyak menjangkiti Korea saat itu. Bagi Cho, pesan dari 22
Ibid., 107. Ibid., 108. 24 Ibid., 109. 25 Ibid., 112. 26 Paul Yonggi Cho, The Fourth Dimension (Seoul: Seoul Logos, 1979), pp. 47-49 23
36
Kristus dan kuasa Roh Kudus merupakan suatu pesan kontekstual yang nyata yang memberi harapan kepada masyarakat yang menderita. Banyak dari anggotanya pada saat itu yang berada dalam keadaan sangat miskin.27 Karena itu adalah penting untuk memahami bahwa pandangan Cho tentang kemiskinan dan kemakmuran berasal dari konteks Korea tentang kemiskinan, dan tidak seharusnya ditafsirkan dalam konteks kemakmuran barat dan materialisme sebagaimana misalnya dilakukan oleh teologi kemakmuran dari Kenneth Copeland. Bahwa Cho adalah seorang Pentakosta klasik yang sangat dipengaruhi oleh Pentakostalisme Amerika adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri.28 Salah satu implikasi dari hal itu adalah dalam hal pandangan Cho tentang Roh Kudus. Roh Kudus adalah Mitra Senior dalam pelayanannya, dan Cho mengatakan bahwa keakraban dengan Roh Kudus adalah pengalaman terbesar dalam hidupnya. Pemahaman Cho tentang pekabaran Injil dan misi juga merupakan suatu hal yang tipikal Pentakosta: dimotivasi dan sangat bergantung pada kemampuan yang dikaruniakan oleh Roh Kudus. Pandangan holistiknya tentang keselamatan adalah senada dengan Pentakostalisme di seluruh dunia, dan merupakan salah satu alasan mengapa pesan Pentakosta menyebar dengan pesat di antara kaum yang sangat membutuhkan. Dia bahkan menyarankan suatu eskatologi premilenial layaknya banyak kalangan Pentakosta klasik melakukan, lengkap dengan ramalan apokaliptik akhir jaman mengenai bersatunya Eropa, kebangkitan Israel, retorika anti-komunis. Dalam penekanan tersebut, Cho adalah seorang Pentakostal sejati, yang jelas dipengaruhi oleh ideologi Sidang Jemaat Allah.29 Mengikuti Pentakostalisme mula-mula yang menggemakan Injil yang penuh (“full gospel”) rangkap empat dari Yesus sebagai Penyelamat, Penyembuh, Pembaptis dalam Roh Kudus dan Raja yang sedang datang, Cho menambahkan berkat rangkap tiga (threefold blessings). Ayat yang paling sering dikutip olehnya adalah 3 Yohanes 2 (yang juga merupakan ayat favorit dari para pengkotbah teologi kemakmuran dari Amerika Utara). Satu-satunya cara untuk menerima berkat rangkap tiga tersebut adalah dengan mempercayai Tuhan sebagai Tuhan yang baik, dan bahwa keselamatan mencakup
27
Paul Yonggi Cho, The Fourth Dimension (Seoul: Seoul Logos, 1979), pp. 172 Allan Anderson, pp.116. URL: http://www.apts.edu 29 Ibid., 117-118. 28
37
pengampunan terhadap dosa-dosa, kesehatan dan kemakmuran.30 Doktrin berkat-berkat rangkap tiga adalah ajaran yang paling ditekankan dalam semua pengajaran Cho. Namun demikian ada bagian dalam pengajaran Cho yang sulit untuk dicerna, seperti misalnya ajarannya bahwa dalam Kerajaan Allah tidak ada kemiskinan. Cho juga dikritik sebagai kurang memperhatikan perubahan sosial dan struktur-struktur penindasan, namun YFGC memiliki program kepedulian sosial (social care) yang ekstensif.31
3. Tantangan Misiologi bagi David Yonggi Cho Menurut Hwa Yung, pada kondisi terbaiknya teologi selalu berakar dalam misi dan pelayanan pastoral dari gereja. Seperti dikatakan oleh George Peters, “the Bible is not a book about theology as such, but rather, a record of theology in mission – God in action on behalf of the salvation of mankind.”32 Tidak berlebihan kiranya jika Martin Kahler menyatakan bahwa misi adalah “ibu dari teologi.” Jika teologi mesti bersifat misiologikal, bagaimana kita dapat menilai apakah karya seorang penulis memang demikian? Menurut Hwa Yung, ujian bagi teologi tersebut adalah apakah ia memberdayakan dan meningkatkan gereja dalam kehidupan dan misinya.33 Jika demikian, maka ia mesti memenuhi setidaknya tiga syarat, yaitu: a) ia harus dapat menolong gereja untuk menjadi efektif dalam pekabaran Injil dan pelayanan pastoral; b) ia harus memberdayakan gereja agar bertindak efektif dalam transformasi sosial; dan c) ia mesti memperhatikan budaya secara serius. Berkaitan dengan hal tersebut, Hwa Yung menyebutkan bahwa pekabaran Injil dan pertumbuhan gereja adalah fundamental bagi pemahaman Cho akan misi. Dalam salah satu makalahnya, Cho menyatakan bahwa “tujuan utama … adalah memenangkan jiwa-jiwa,” dan bahwa doanya adalah “bahwa gereja-gereja di seluruh dunia dapat bertumbuh sehingga mereka dapat memuliakan Tuhan melalui pelayanan mereka.”34
30
Allan Anderson, 118. URL: http://www.apts.edu Ibid., 121. 32 Hwa Yung, The Missiological Challenge of David Yonggi Cho’s Theology, AJPS 7:1 (2004), pp.59. URL: http://www.apts.edu 33 Ibid., 60. 34 Ibid., 63. 31
38
Terdapat beberapa elemen kunci dalam metode church-planting-nya. Untuk memulai, doa adalah sentral. Ini mencakup doa pribadi, doa reguler, sesi grup doa yang diperluas di YFGC, misalnya pertemuan-pertemuan doa jumat malam, dan juga puasa. Selaras dengan itu, para anggota dan kelompok-kelompok didorong untuk menyisihkan waktu di bukit doa di dekat Korea Utara. Yang kedua adalah penekanannya pada kuasa Roh Kudus yang mengerjakan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat. Yang ketiga adalah penerapan secara meluas kelompok-kelompok sel rumah untuk pekabaran Injil dan palayanan pastoral. Yang keempat adalah penekanan kuat pada pengembangan kepemimpinan kaum awam.35 Jantung dari metode Cho adalah penggunaan kelompok-kelompok sel. Hal ini krusial bagi pekabaran Injil karena itulah di mana orang-orang non-Kristen dapat dibawa ke dalam kehidupan gereja melalui setting yang tidak menekan, yaitu di rumah atau tempat kerja. Cho lebih menyukai kelompok-kelompok homogen daripada yang heterogen, untuk memungkinkan kelompok bertumbuh secara cepat dan efektif. YFGC terdiri dari puluhan ribu kelompok-kelompok sel. Untuk memungkinkan hal ini maka kaum awam mesti dipercaya untuk memimpin. Para perempuan juga disertakan dalam kepemimpinan kaum awam tersebut.36 Di sini kita menjumpai lagi bahwa teologi Cho bersifat sangat misiologikal. Cho mengakui bahwa salah satu motivasi kunci di balik penggunaan kelompok-kelompok sel adalah ancaman Komunisme. Selanjutnya kita menyoroti penekanan Cho akan penyembuhan ilahi melalui doa, yang dikaitkannya dengan pertumbuhan gereja. Bagi Cho, kurangnya penekanan yang diberikan pada mukjizat seringkali digunakan untuk menutupi kurangnya kuasa dari gereja. Dalam pelayanannya dia berulangkali menemukan bahwa orang-orang berbalik menjadi beriman kepada Kristus saat penyembuhan terjadi. Namun demikian, Cho dengan hati-hati menyatakan bahwa kadang-kadang bukan kehendak Tuhan untuk seseorang sembuh.
35 36
Ibid., 63-64. Ibid., 65.
39
Dengan perkataan lain, dari sudut pandang dampaknya terhadap pekabaran Injil dan efektivitas pastoral, teologi Cho tidak dapat dipersalahkan.37 Kini kita akan menyoroti dimensi transformasi sosial. YFGC memiliki pelayanan kesejahteraan sosial yang sangat kuat, yang mencakup pemeliharaan untuk kaum usia lanjut, pelatihan vokasional untuk mereka yang kurang beruntung, membiayai ratusan pembedahan jantung terbuka bagi anak-anak, penjangkauan kaum muda dan bentuk-bentuk lain pelayanan kesejahteraan. Namun demikian, teologi Cho jelas lebih kuat dalam kepedulian sosial daripada terhadap keterlibatan sosialpolitik.38 Kini saatnya kita menyoroti ajaran Cho mengenai berkat-bekat rangkap tiga dalam Kristus. Cho menafsirkan 3 Yohanes 2 sebagai ajaran bahwa keselamatan bersifat holistik: ia mencakup keselamatan jiwa, kesembuhan tubuh, dan berkat material dari Tuhan – suatu “keselamatan rangkap tiga”.39 Kita telah melihat bahwa dua berkat yang pertama tidaklah menjadi masalah secara teologis, namun berkat yang ketiga menjadi masalah karena tampak mirip dengan ajaran teologi kemakmuran dari Amerika. Untuk memahami hal tersebut, perlu kita melihat latarbelakang dari konteks Korea saat Cho mula-mula merumuskan ajarannya. Situasi Korea pada tahun 1950 adalah miskin akibat perang Korea, dan banyak jemaat dari Cho yang juga miskin dan berusaha dengan susah-payah untuk bertahan hidup. Karena itu Cho berusaha membawa suatu kabar baik bagi jemaatnya yang miskin. Selanjutnya dalam pemahaman Cho, keberhasilan tidak selalu diukur dengan uang, namun bisa juga berwujud keberhasilan dalam mencapai tujuan yang Tuhan tetapkan untuk diraih umat Kristen dalam aspek kehidupan apapun – entah itu spiritual, materi, akademik, sosial, politik, dan lain-lain di mana Tuhan akan dimuliakan. Cho juga menekankan bahwa motivasi kita harus benar, dan bahwa Tuhanlah yang kita cari, bukan sekadar uang, popularitas atau prestise. Sebagai
suatu
kewajiban,
persembahan
harus
diterapkan.
Akhirnya,
dengan
mempertimbangkan situasi Korea saat ini dibandingkan dengan tahun 50-60an, Cho menyarankan bahwa umat Kristen Korea mesti menempatkan lebih banyak tekanan pada pengorbanan dibandingkan berkat.40 37
Ibid., 67. Ibid., 67-68. 39 Ibid., 70. 40 Ibid., 71-72. 38
40
Dengan mempertimbangkan klarifikasi tersebut, maka tidaklah adil untuk menuduh bahwa Cho mengajarkan versi Korea dari teologi kemakmuran. Bahkan Cho sendiri mengatakan bahwa ia mengajarkan Injil dari kebutuhan (gospel of need) dan bukan Injil dari ketamakan (gospel of greed). Namun demikian, Cho membuka diri untuk tuduhan tersebut karena dia menggunakan ayat 3 Yohanes 2, yang juga sering dikutip oleh para pengajar teologi kemakmuran Amerika.41 Selanjutnya kita akan melihat dimensi kultural, yaitu apakah ajaran Cho memperhatikan budaya secara serius. Tulisan-tulisan Cho tidak banyak membahas aspek ini, namun cukup bagi kita untuk melihat bahwa ia memperhatikan budaya secara sangat serius. Pertama, ia secara sadar berupaya untuk mengembangkan tradisi Kristen yang akan menolong para petobat baru untuk tetap berakar dalam kebudayaan mereka. Kedua, dalam ajarannya tentang kemakmuran dia menyatakan bahwa pemahaman Korea tentang kemakmuran berbeda dengan pemahaman Amerika. Ketiga, kita juga dapat melihat hal ini dari ajaran dan penekanan Cho akan penyembuhan. Keempat, hal-hal tersebut di atas tidak berarti bahwa Cho tidak akan menentang budaya setempat jika memang perlu. Hal ini terlihat dalam sikapnya dalam memberikan kesempatan bagi banyak perempuan untuk menjadi pemimpin kaum awam dalam gerejanya.42
4. Komentar kritis terhadap pemikiran David Yonggi Cho Mengutip Hwa Yung, kita dapat mencatat bahwa tantangan bagi Cho dan para koleganya adalah memperhalus lebih lanjut untuk membuat pemikiran-pemikirannya dapat memberdayakan gereja secara misiologis. Sebagai misal, teologi berkat dari Cho dikembangkan sejak tahun 50an saat kebanyakan orang Korea dalam keadaan miskin dan putus asa. Memperhatikan bahwa situasi sosioekonomi tersebut saat ini telah berubah drastis, dengan Korea Selatan kini telah tergolong dalam negara-negara maju, maka teologi berkat perlu diajarkan secara lebih berhati-hati. Jika tidak maka ajaran tersebut akan menjadi suatu dorongan bagi orang-orang Kristen Korea untuk mengejar mimpi Amerika (American dream). Jika itu terjadi, dan gejala ke arah itu sudah mulai tampak di
41 42
Ibid., 72. Ibid., 76.
41
banyak gereja Korea, maka hal tersebut akan mengarahkan umat Kristen Korea kepada suatu kemunduran spiritual.43
5. Kesimpulan Dalam makalah ini kita telah menyoroti latar belakang gereja-gereja mega-church di Korea dan pengaruh shamanisme. Dalam hal ajaran David Yonggi Cho, tampaknya tuduhan bahwa ia menerapkan shamanisme Pentakosta kurang beralasan, mengingat bahwa Cho melandasi ajarannya dari Kitab Suci. Namun demikian, toh ajarannya mengenai berkat rangkap tiga cukup rawan untuk disalah-mengerti seolah-olah dia mendukung teologi kemakmuran yang diajarkan oleh para guru Health and Wealth dari Amerika, padahal Cho mengembangkan ajarannya dengan memperhatikan konteks Korea yang miskin pada tahun 50an. Penggunaan ayat 3 Yohanes 2 yang sama dengan ayat yang digunakan guru-guru teologi kemakmuran juga dapat memperkuat tuduhan tersebut. Di samping itu, senada dengan Hwa Yung, mengingat Korea saat ini telah termasuk dalam salah satu negara maju, maka tampaknya teologi Cho tentang berkatberkat rangkap tiga perlu diajarkan secara lebih berhati-hati, agar tidak mengarah pada pengejaran mimpi Amerika. Bagi umat Kristen pada umumnya dan di Indonesia khususnya, perlu diingat bahwa gagasan Cho tentang berkat material dimaknai sebagai keberhasilan dalam mencapai suatu sasaran yang ditetapkan Tuhan bagi kita, dan tidak perlu selalu diukur dengan uang. Karena itu ajaran Cho tidak dapat dianggap sebagai versi Korea dari ajaran teologi kemakmuran Amerika.
43
Ibid., 77.
42
Daftar Pustaka 1. Anderson, Allan. “The contextual Pentecostal Theology of David Yonggi Cho,” AJPS 7:1 (2004), pp.109. URL: http://www.apts.edu 2. Lim, David S. “A Missiological Evaluation of David Yonggi Cho’s Church Growth,” AJPS 7:1 (2004), pp. 125-147. URL: http://www.apts.edu 3. Young-gi, Hong. “The backgrounds and characteristics of the Charismatic MegaChurches in Korea,” AJPS 3/1 (2000), pp. 99-108. URL: http://www.apts.edu 4. Yung, Hwa. “The Missiological Challenge of David Yonggi Cho’s Theology,” AJPS 7:1 (2004), pp. 67. URL: http://www.apts.edu 5. Kim, Jun. “Book review: Young-hoon Lee, The Holy Spirit Movement in Korea: Its Historical and Theological Development,” AJPS 13:2 (2010) pp.351. URL: http://www.apts.edu 6. Cho, Paul Yonggi. The Fourth Dimension. Seoul: Seoul Logos, 1979, pp. 47-49, 172 7. _______. Dimensi Keempat, Jilid Kedua. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1994. Diterjemahkan dari David Yonggi Cho, The Fourth Dimension – Volume Two, Yoido: The Seoul Book Center, 1984. 8. _______. Lompatan Iman. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1991. Diterjemahkan dari Paul Yonggi Cho, The Leap of Faith, Yoido; The Seoul Book Center, 1985. 9. _______. Selamat, Sehat dan Berkelimpahan. Malang: Penerbit Gandum Mas, 1989. Diterjemahkan dari Paul Yonggi Cho, Salvation, Health and Prosperity. 10. Synan, Vinson. “A healer in the house? A historical perspective on healing in the Pentacostal/Charismatic tradition,” AJPS 3/2 (2000), pp. 189-201. URL: http://www.apts.edu Versi 1.0: 14 Desember 2013 VC, email:
[email protected] URL: http://independent.academia.edu/VChristianto
43
Implikasi Teologis dan Misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta (Spirit of God as the Creator Spirit) Oleh Victor Christianto44, email:
[email protected]
1. Pendahuluan Dua kata dalam Alkitab untuk Roh Kudus adalah ruach (Ibr.) dan pneuma (Yun.). Ruach disebutkan dalam PL sekitar 380 kali, dan diterjemahkan secara umum sebagai angin atau nafas. Itu berasal dari akar kata yang berarti “untuk menghembuskan melalui hidung dengan kuat”. Dengan kata lain, udara atau nafas yang menggerakkan.45 Dalam Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani), kata Ibrani “ruach” diterjemahkan ke dalam Yunani sebagai “pneuma” sekitar 260 kali, dan sekitar 50 kali sebagai angin. Bergantung pada konteks, ruach memiliki banyak konotasi termasuk angin alamiah, nafas hidup, temper, disposisi, keberanian, kekuatan, energi yang memberi hidup, kekuatan mencipta, kekuatan supranatural, kekuatan inspirasi yang khusus. Ia seringkali membawa gagasan kekerasan dan kekuatan, mengindikasikan segalanya mulai dari kekuatan impersonal sampai pribadi tertentu. Karena kita mengacu terutama kepada Roh Kudus (kata “ruach” bila digabung dengan “Yahweh” atau “Elohim” akan jelas menunjuk pada Roh Tuhan), bagaimanapun, itu mengindikasikan tindakan yang penuh kuasa dari Tuhan atas (1) alam semesta; (2) seorang pribadi; (3) sekelompok orang (misalnya bangsa Israel atau Gereja sebagai tubuh Kristus). Roh Kudus adalah bersama-sama dengan Allah Bapa dan Anak saat terjadinya penciptaan alam semesta, dalam Kejadian 1:2. Ayat 26, Tuhan berkata: “Marilah Kita menjadikan manusia serupa dengan gambar dan rupa Kita.” Jadi kita adalah gambar dan rupa Tuhan, kita memiliki karakteristik Tuhan, misalnya dapat mencipta, mengasihi,
44 45
URL: http://www.sciprint.org, atau http://independent.academia.edu/VChristianto Donald L. Tucker, The Holy Spirit in the Old and New Testaments: Some implications for today.
44
marah dan bahkan cemburu. Tuhan membuat kita dengan Diri-Nya sendiri sebagai model (Kej. 9:6).46
2. Kisah Penciptaan dalam Kejadian 1 Kejadian 1 secara khusus ditulis untuk melawan sistem-sistem kepercayaan politeisme di Timur Dekat kuno, yang percaya akan dewa-dewa sebagai pencipta alam semesta. Menurut C. Hyers: “Each day of creation takes on two principal categories of divinity in the pantheons of the day, and declares that these are not gods at all, but creatures – creations of the one and true God who is the only one, without a second and third. Each day dismisses an additional cluster of deities, arranged in a cosmological and symmetrical order.”47 Kejadian 1:2 berbunyi: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita meliputi samudera raya. Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Kalimat ini dapat ditafsirkan beraneka ragam, antara lain: a. “Belum berbentuk dan kosong” berasal dari frase “tohu wabohu” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “formless and void.” Kata “tohu” berarti gurun pasir yang kosong dan tidak berpenghuni, tapi juga dapat bermakna kekacauan (chaos). Cassuto berpendapat bahwa kata ini mengacu pada keadaan tidak berbentuk, tidak teratur, dan tanpa kehidupan yang terdapat sebelum penciptaan.48 Jadi dapat ditafsirkan bahwa bumi sudah ada namun berisikan samudera raya yang khaotic dan tidak dapat dihuni. Implikasinya adalah bahwa Tuhan tampaknya menciptakan alam semesta dari suatu keadaan yang kacau yang kemudian diatur ulang, artinya menciptakan keteraturan dari kekacauan. Chaos juga adalah salah satu nama dewa dalam mitologi Yunani. Deskripsi tentang keadaan chaotic yang mendahului penciptaan mencakup kehadiran kegelapan (hosek), yang disebut 4 kali dalam Kejadian 1 (1:2, 4, 5, 18).49
46 47
Anonymous, Power in the Holy Spirit. URL: http://www.truthnet.org/Holy-Spirit/ Wilf Hildebrandt, An Old Testament Theology of the Spirit of God (Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers, Inc., 1995), 29. 48 Ibid., 31. 49 Ibid., 31-32.
45
b. “formless and void” juga dapat diartikan sebagai kosong sama sekali, tidak ada isinya. Artinya Tuhan menciptakan alam semesta dari sama sekali dari ketiadaan dan kekosongan mutlak (creatio ex nihilo). c. Samudera raya dapat diartikan sebagai primordial fluid atau primordial substance yang membentuk alam semesta sebelum terjadinya Big Bang. Namun tafsiran ini hanya dapat diterima jika kita setuju dengan pandangan ilmiah tentang penciptaan alam semesta melalui Big Bang. d. Menurut David Yonggi Cho, kalimat “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” dalam bahasa aslinya memiliki arti bahwa Roh Allah mengerami samudera raya tersebut dan mempersiapkannya untuk tindakan penciptaan yang aktif. Artinya, melayang-layang merupakan cara Roh Allah mengerami permukaan bumi sebelum tujuh hari tindakan penciptaan yang luar biasa. Tampaknya yang paling mendekati arti dari Kejadian 1:2 adalah tafsiran a dan b, walaupun tafsiran c dan d juga tampak cukup menarik. Selanjutnya kita akan membahas mengenai implikasi teologis dan misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta dalam kitab Perjanjian Lama khususnya kitab Kejadian.
3. Implikasi teologis dan misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta khususnya dalam hubungannya dengan sains dan teologi agama-agama. a. Implikasi teologis dan misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta khususnya dalam hubungannya dengan teologi agama-agama Melalui pengaruh H. Gunkel, istilah tehom awalnya dibandingkan dengan Tiamat, dewi laut Babilonian dari Enuma elish.50 Untuk berbagai alasan, bagaimanapun, kata itu telah dibebaskan dari asosiasinya dengan latarbelakang mistis dan dari saran bahwa itu mengindikasikan suatu pertikaian antara Elohim dan suatu kekuatan khaotik. A. Heidel menunjukkan secara meyakinkan bahwa tehom sama sekali bukan sebuah monster dalam Perjanjian Lama melainkan lebih merujuk kepada laut, samudera atau kumpulan air yang sangat besar. Lebih lanjut, fluktuasi gender dari penggunaan kata tersebut dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada kemungkinan kata itu digunakan dalam bentuk yang telah didepersonalisasi dan 50
Ibid., 32.
46
digunakan terutama sebagai suatu istilah puitis untuk kumpulan air yang sangat banyak. Karena itu, Kejadian 1:2 mengacu kepada samudera dunia yang sangat dalam. Itu adalah suatu konsep fisik yang mengacu pada materi dan tidak memiliki personalitas. Secara teologis, tehom bukanlah unsur anti-Tuhan dan tidak memiliki fungsi mitis. Di luar Kejadian 1:2 itu tercakup dalam dunia yang diciptakan dan dipahami sebagai subyek dari kontrol Tuhan (Mzm. 135:6). Istilah ini paralel dengan air di atas mana ruah Elohim melayang-layang.51 Implikasi teologis dan misiologis dari keterangan di atas dalam hubungannya dengan teologi agama-agama antara lain adalah bahwa tidak benar bahwa Kejadian 1:2 memiliki kemiripan dengan kisah-kisah mitologis di daerah Timur Dekat yang menyatakan bahwa penciptaan alam semesta berawal dari suatu pertarungan antara seorang dewa pencipta dengan dewa laut yang menimbulkan kekacauan. Sebaliknya Kejadian 1:2 menuturkan bahwa Tuhanlah pencipta satu-satunya alam semesta, dan alam semesta berasal dari kekosongan mutlak yang bersifat impersonal. Karena itu dapat dikatakan bahwa Kejadian 1 memiliki fungsi polemik terhadap kepercayaan kuno waktu itu di sekitar Timur Dekat.52 Dari penafsiran tersebut, tampaknya para penginjil mesti berhati-hati dalam membangun dialog teologis dengan agama-agama tradisional di berbagai pelosok daerah khususnya di Indonesia, karena setiap tempat pasti memiliki mitologi tersendiri tentang kisah penciptaan bumi dan manusia. Namun demikian, masih terbuka kemungkinan untuk membangun hubungan dialogis dengan berbagai agama di dunia, khususnya yang masih mengakui monoteisme, di antaranya dengan penganut Islam. Corduan misalnya menyebutkan bahwa monoteisme dapat ditelusuri pada agama-agama yang telah berkembang.53 Tabel 2 berikut memberikan gambaran sebutan kepada Allah Bapa dalam beberapa agama:
51
Ibid., 32. Bruce K. Waltke, The Creation Account in the Genesis 1:1-3, Part IV: The theology of Genesis 1, Bibliotheca Sacra 132:528 (Oct. 1975): 327-341 53 Winfried Corduan, General revelation in World religions, Journal of Christian Apologetics 01.2 (Winter 1997): 59-72 52
47
Tabel 2. Sebutan Allah Bapa dalam beberapa agama dunia Religion Term to call God Religious Culture / Indo-European Father God Indo-Aryan (Vedic) Dyaus Pitar Greek Zeus Pater Roman Jupiter Germanic Tyus (Tyr) Irano-Aryan (pre-Zoroastrian) High god replaced by Uruwana (sky), later revived as Ahura Mazda Tentunya dalam membangun komunikasi dialogis, seorang penginjil mesti menggunakan cara-cara yang sopan, misalnya dengan merujuk pada pidato Paulus di Athena, di mana ia menggunakan suatu mezbah kepada Allah yang tidak dikenal (Agnostos Theos) sebagai suatu jalan pembuka untuk memperkenalkan iman Kristen. (Kisah Para Rasul 17:23).
b. Implikasi teologis dan misiologis dari Roh Allah sebagai Roh Pencipta khususnya dalam hubungannya dengan sains Dalam hubungannya dengan sains, mesti disadari bahwa Teori Big Bang pada awalnya merupakan suatu upaya untuk melakukan ekstrapolasi mundur dari hukum Hubble. Hukum Hubble sendiri hanya mengatakan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh satu dengan yang lain, dan jika dalil ini ditarik mundur ke saat bermulanya waktu, maka akan didapati suatu titik singularitas yang dikenal sebagai Dentuman Besar (Big Bang). Beberapa fisikawan berupaya menjelaskan apa yang terjadi dalam menit-menit pertama sejak Big Bang, namun sejauh ini tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan siapa yang merupakan penyebab pertama dari Dentuman Besar tersebut. Beberapa fisikawan menyarankan bahwa Dentuman Besar tersebut terjadi hanya secara kebetulan berdasarkan teori peluang.54 Artinya tidak ada penyebab pertama (Prime Mover) dari peristiwa Dentuman Besar tersebut, selain dari probabilitas dan fluktuasi vakum. Teori lain misalnya oleh Hawking malah mengusulkan no boundary proposal, artinya alam semesta tidak memerlukan Pencipta atau Tuhan.
54
Bob Goette, Why talk about Creation?, Bible and Spade 03:2 (Spring 1990): 45-48
48
Dengan kata lain, meski sekilas Teori Dentuman Besar (Big Bang Theory) tampaknya cukup konsisten dengan data-data astronomi sejauh ini, namun tidak dapat menjawab persoalan filosofis seputar siapa yang memulai proses penciptaan tersebut. Karena itu tampaknya masih merupakan suatu persoalan yang terbuka untuk memadukan secara baik antara penjelasan Biblika dan penjelasan saintifik terhadap asal mula alam semesta. Penulis sendiri mengajukan suatu penafsiran yaitu jika Kejadian 1:1-2 ditafsirkan berdasarkan Yohanes 1:1, maka tampaknya kita akan memperoleh gambaran bahwa alam semesta diciptakan oleh Firman Allah (Yun.: Logos, Aram: Memra) dengan kekuatan Roh Allah. Karena Firman merupakan perkataan, dan perkataan berarti bunyi, sedangkan bunyi dapat ditafsirkan sebagai gelombang dan frekuensi, maka akan cukup masuk akal untuk mendalilkan bahwa segala sesuatu dalam alam semesta terbentuk dari gelombang dan frekuensi. Hipotesis mengenai gelombang dan frekuensi ini dipaparkan dalam sebuah makalah oleh penulis.55 Salah satu teori yang mendukung hipotesis ini adalah interpretasi George Shpenkov terhadap persamaan gelombang klasik, yang antara lain memimpin kepada: a. model shell-nodal dari atom dan molekul; b. suatu tabel periodik dari elemen-elemen yang mendekati dengan tabel periodik dari Mendeleyev.56 Dan tampaknya hipotesis Shpenkov ini dapat diperluas sedikit menjadi, teori tentang getaran dawai fraktal (fractal vibrating string), sebagaimana disinggung dalam makalah penulis.57 Secara filosofis, teori getaran dawai fractal memiliki kemiripan dengan teori adidawai (superstring), walaupun terdapat perbedaan utama di antara keduanya yaitu bahwa teori adidawai bekerja dengan 26 dimensi: “… the universe has a total of 26 dimensions in string theory, as opposed to the four dimensions it possesses under
55 Victor Christianto, A review of Schrödinger equation and classical wave equation. Prespacetime Journal, May 1st, 2014. URL: http://www.prespacetime.com or http://www.vixra.org/author/Victor_Christianto 56 George Shpenkov, Schrödinger’s error in principle. Galilean Electrodynamics (2002). URL: http://shpenkov.janmax.com 57 Victor Christianto, A derivation of GravitoElectroMagnetic (GEM) Proca-type equations in fractional space. Prespacetime Journal, May 1st, 2014. URL: http://www.prespacetime.com or http://vixra.org/author/Victor_Christianto
49
Einstein’s special and general relativity theories”.58 Perbedaan lain adalah bahwa sejauh ini teori adidawai tidak memiliki satupun prediksi yang dapat diamati dengan eksperimen, sementara itu getaran dawai fraktal secara empiris lebih dekat dengan pengalaman sehari-hari. Kesimpulan yang dapat ditarik di sini adalah bahwa tampaknya terbuka kemungkinan untuk memberikan penafsiran yang berbeda terhadap data-data astronomi yang tidak perlu sejalan dengan Model Kosmologi Standar yang umumnya diterima oleh para kosmolog. Namun demikian untuk waktu yang cukup lama di kemudian hari, tampaknya Model Standar akan tetap dianut oleh banyak kosmolog dan astrofisikawan. Implikasi misiologis dan teologis dari diskusi ini adalah bahwa sains masih terbuka terhadap berbagai kemungkinan teoretis baru, sejauh masih sejalan dengan data-data pengamatan yang ada. Dan dalam hal ini, Teori Kreasionis (Creationist Theory) yang mengajarkan bahwa alam semesta tercipta dalam 6 hari (6 x24 jam) tampaknya akan sulit dipertahankan. Yang diperlukan adalah justru suatu penafsiran yang kreatif terhadap Kitab Suci namun masih tetap dapat dipertanggungjawabkan secara teologis. Dalam hubungannya dengan implikasi misiologis, tampaknya merupakan salah satu hal penting untuk memperjuangkan agar kisah penciptaan dapat diajarkan di sekolah-sekolah dasar hingga menengah,59 karena kisah penciptaan diterima oleh beberapa agama besar di Indonesia antara lain Islam, Kristen dan Katolik. Hal ini perlu untuk memberikan wawasan alternatif bagi siswa yang saat ini cenderung hanya menerima penjelasan dari sudut pandang teori evolusi.
4. Kesimpulan Peran Roh Kudus dalam penciptaan alam semesta termasuk manusia memiliki implikasi teologis dan misiologis yang sangat luas khususnya dalam hubungannya dengan sains serta teologi agama-agama. Dalam sains, perlu dikembangkan dialog 58
Andrew Zimmerman Jones & Daniel Robbins, String Theory for Dummies (Indianapolis, Indiana: Wiley Publishing Inc., 2010), 169. 59 Norman L. Geisler, Should creation be taught as science in public schools, Christian Apologetics Journal 06.2 (Fall 2007): 1-20.
50
yang lebih konstruktif antara kisah penciptaan oleh Allah dalam Kejadian 1-2 dengan temuan-temuan sains terbaru khususnya dalam dunia partikel elementer. Dalam hal ini, mungkin bisa ditemukan hubungan antara teks Yohanes 1:1 (bahwa penciptaan alam semesta dilakukan oleh Logos atau Memra atau Firman Allah) dengan persamaan gelombang klasik sebagaimana diinterpretasikan oleh George Shpenkov. Hal ini ditegaskan dalam Kolose 1:16 yang berbunyi: “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu …; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Dalam hubungannya dengan teologi agama-agama, perlu dipikirkan suatu pendekatan yang lebih dialogis dalam menyapa para penganut berbagai agama besar di dunia ini yang memiliki konsep tentang Bapa sebagai Sang Pencipta (Prime Mover).
Daftar Pustaka: [1] Anonymous, Power in the Holy Spirit. URL: http://www.truthnet.org/HolySpirit/ [2] Christianto, Victor. 2014. A derivation of GravitoElectroMagnetic (GEM) Proca-type equations in fractional space. Prespacetime Journal, May 1st 2014. URL: www.prespacetime.com or http://vixra.org/author/Victor_Christianto [3] Christianto, Victor. 2014. A review of Schrodinger equation and classical wave equation. Prespacetime Journal, May 1st 2014. URL: www,prespacetime.com or http://www.vixra.org/author/Victor_Christianto [4] Corduan, Winfried. 1997. General revelation in World religions, Journal of Christian Apologetics 01.2 (Winter 1997): 59-72. URL: http://www.galaxie.com/journals [5] Geisler, Norman L. 2007. Should creation be taught as science in public schools, Christian Apologetics Journal 06.2 (Fall 2007): 1-20. URL: http://www.galaxie.com/journals [6] Goette, Bob. 1990. Why talk about Creation?, Bible and Spade 03:2 (Spring 1990): 45-48. URL: http://www.galaxie.com/journals [7] Hildebrandt, Wilf. 1995. An Old Testament Theology of the Spirit of God. Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers, Inc. [8] Shpenkov, George. 2002. Schrödinger’s error in principle. Galilean Electrodynamics. URL: http://shpenkov.janmax.com [9] Waltke, Bruce K. 1975. The Creation Account in the Genesis 1:1-3, Part IV: The theology of Genesis 1, Bibliotheca Sacra 132:528 (Oct. 1975): 327-341. URL: http://www.galaxie.com/journals [10] Zimmerman Jones, Andrew, & Robbins, Daniel. 2010. String Theory for Dummies. Indianapolis, Indiana: Wiley Publishing Inc., p. 169. 51
Bertindak dengan iman, atau “leap of faith” 60 Victor Christianto , email:
[email protected]
Teks: Yakobus 2:14-26
Pendahuluan Teks yang kita baca ini saya kira sudah cukup sering kita dengar dalam berbagai kotbah. Intinya adalah bahwa iman mesti diiringi oleh perbuatan. Namun mari kita renungkan sejenak, misalnya Yak. 2:23-24, karena ayat ini sering dikutip oleh rekan-rekan kita yang muslim, seolaholah ayat ini bertentangan dengan Rom 3:28. Benarkah pandangan tersebut yang mengatakan bahwa Yakobus bertentangan dengan Paulus? Mari kita mencari jawabnya bersama-sama.
Sebagai latar belakang untuk memahami teks Yakobus 2:23-24 tersebut, baiklah saya uraikan sedikit mengenai pandangan beberapa tokoh. Ada F. C. Baur seorang teolog mazhab Tubingen dari abad silam yang mula-mula mengajukan gagasan bahwa ada pertentangan di antara beberapa aliran dalam kekristenan perdana, yaitu antara Petrus dan Yakobus yang condong pada Kekristenan Yahudi melawan Paulus dan teman-temannya (yunani) yang mendukung Kekristenan Pauline. Dari pertentangan itu muncul sintesis atau jalan tengah yaitu Gereja Katolik. Atau kalau memilah-milah perjanjian baru maka seolah-olah ada surat-surat Paulus dan Injil Yohanes yang pro-Kekristenan Pauline, lalu ada Injil Matius dan surat Yakobus yang pro-Kekristenan Yahudi, yang kemudian menemukan jalan tengah atau sintesis dalam Kisah Para Rasul. Pemikiran Baur ini sudah lama ditinggalkan orang (sejak Harnack) karena adanya temuan sejarah yg menyatakan bahwa Kisah Para Rasul ditulis lebih awal dari yang diperkirakan, jadi tidak mungkin Kisah Para Rasul menjadi sintesis.
Namun sejak 1993, muncul sejarawan bernama Robert Eisenman (lihat misalnya: http://www.answering-islam.org/Literature/eisenman.html) yang menulis buku tentang Naskah Laut Mati dan juga tentang Yakobus saudara Yesus. Dia mengembangkan pemikiran Baur ini 60
URL: http://www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto
52
menjadi kisah bahwa Yakobus saudara Yesus adalah tokoh utama Kekristenan Yahudi yang mula-mula. Namun kemudian Yakobus ini kalah pengaruh setelah dihukum mati oleh Sanhedrin, sehingga akhirnya Paulus dan ajarannya yang mendominasi pemikiran gereja perdana. Sehingga boleh dikatakan bahwa kekristenan yg kita kenal sekarang praktis merupakan hasil rintisan Paulus, atau mungkin lebih tepat disebut sebagai "Paulinisme". Tulisan dan buku Eisenman ini banyak dikutip dan dianjurkan oleh para penulis muslim, karena seolah-olah memberikan pembenaran bahwa justru umat Islamlah yang meneruskan ajaran Yesus dan umat kristen sudah menyimpang dari ajaran Yesus yang asli. Untuk mendukung teorinya, Eisenman merujuk beberapa dokumen Naskah Laut Mati yang seolah olah menunjukkan bahwa Guru Kebenaran adalah Yakobus dan Manusia Pendusta adalah Paulus. Benarkah demikian?
Berikut ini adalah beberapa temuan saya dari tesis yang sedang saya susun, namun masih belum selesai: - pertama. Dokumen Naskah Laut Mati menurut paleografi dan carbon dating berasal dari pertengahan abad kedua dan pertengahan abad pertama sebelum masehi. Artinya kira-kira 50-70 tahun sebelum lahirnya Yesus. Jadi tidak mungkin dokumen itu membicarakan tentang Yakobus saudara Yesus atau Paulus. - kedua. Pandangan Eisenman bertolak dari anggapan serta kecurigaannya bahwa Paulus dipengaruhi oleh pemikiran Helenisme Yunani, misalnya sebutan Yesus sebagai Anak Allah dan Tuhan (kurios), seolah-olah merupakan adaptasi dari tradisi penyembahan kaisar romawi atau dewa-dewa Yunani. Dapat ditunjukkan bahwa Paulus memiliki akar yahudi yang kuat dan dia adalah seorang farisi yang bertobat, dan pemikiran-pemikirannya sangat diwarnai oleh Yudaisme dan Perjanjian Lama, bukan oleh helenisme.61 Latar belakang semitik/yahudi dari Perjanjian Baru ini baru mulai disadari oleh para teolog semenjak ditemukannya Naskah-Naskah Laut Mati. 62
- ketiga. Tidak benar bahwa Yak. 2:23-24 memiliki kontradiksi dengan Rom. 3:28, karena kedua ayat tsb memiliki konteks yang berbeda. Paulus sedang mempertahankan pendapatnya bahwa orang dibenarkan melalui iman saja, dan bukan karena melakukan hukum 61
Lihat buku Brad H. Young, Paul the Jewish Theologian, http://www.christianbook.com/paul-thejewish-theologian/brad-young/9780801048210/pd/048211 62 Lihat misalnya Joseph Fitzmyer , The Semitic Background of The New Testament, URL: http://www.eerdmans.com/Products/4845/the-semitic-background-of-the-new-testament-volume-1.aspx.
53
Taurat (lihat juga Rom. 1:17, 3:7). Prinsip pembenaran oleh iman ini ditemukan kembali oleh Martin Luther sekitar abad 16 dan menjadi dasar dari reformasi. Sedangkan Yakobus mempertahankan pendapatnya terhadap orang-orang kristen Yahudi yang cenderung mengatakan bahwa pengakuan iman saja sudah cukup. Jadi Yakobus sedang menegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan iman yang sejati adalah iman yg hidup, yang terefleksi dalam tindakan nyata. Di sinilah Yakobus mengutip tindakan Abraham mengorbankan Ishak sebagai suatu tindakan iman.
Lalu mungkin timbul pertanyaan, bagaimana ciri-ciri tindakan iman itu? Setidaknya ada 2 hal yang perlu diperhatikan di sini, yaitu: - iman mesti terwujud dalam kasih dan belaskasihan. Seperti yang Yesus ceritakan dalam Matius 25:31-46 tentang penghakiman terakhir, ternyata yang menentukan apakah seseorang itu termasuk dalam kelompok kambing atau domba adalah apakah dia memperdulikan sesamanya yang paling hina selama dia hidup. Jika dia tidak pernah peduli akan sesamanya yang menderita, maka ia juga sebenarnya tidak peduli akan Yesus. Orang Yahudi memiliki ungkapan yang tepat untuk tindakan kasih kepada sesama itu, yaitu “tikkun olam”, yang artinya adalah "memperbaiki dunia" (repairing the world, lihat wikipedia). Contoh dalam dunia modern adalah Bunda Teresa di Kalkuta, atau Paus Fransiskus yang sering keluar malam hari dari istana di Vatikan untuk mengunjungi orang-orang yang menderita di sekitar Roma. - hal kedua yaitu lompatan iman (leap of faith). Ketika Abraham pertama kali dipanggil Tuhan di tanah Ur, ia belum tahu ke mana ia akan pergi, namun ia percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah yang disebut sebagai lompatan iman. Dalam hidup ini kita akan sering mendapati situasi di mana kita perlu mengambil lompatan iman ini. Tentu sebelum mengambil lompatan iman, kita perlu berdoa dan bergumul dahulu apakah benar itu merupakan kehendak Tuhan.
Sebuah ilustrasi yang patut kita simak adalah kisah pelayanan William Carey di India. Meski tidak memperoleh dukungan dari gereja gereja di Inggris saat itu, akhirnya dia berangkat atas dukungan sendiri. Dia sampai di India tahun 1793 dan menetap di Serampore. Dia melayani selama 25 tahun di India dan hingga akhir hidupnya telah menerjemahkan alkitab dalam berbagai dialek india. Dia juga membangun percetakan dan universitas. Dia disebut sebagai bapak misi modern (The Father of Modern Mission). 54
Penutup Semoga ilustrasi ini memotivasi kita untuk berani mengambil langkah iman. Tentu tidak semua orang dipanggil untuk melayani di gereja secara penuh, tapi kita juga bisa memulai dengan tindakan kasih dan kepedulian kepada sesama di mana saja. Ingat bahwa Yesus nanti akan menghakimi kita sesuai dgn Matius 25:31-46. Ada teolog yg mengatakan bahwa kita dapat menemukan wajah Yesus dalam rupa sesama kita yang paling hina. Pertanyaan untuk direnungkan: sudahkah kita menemukan wajah Yesus dalam sesama kita? Sudahkah kita menjadi saluran berkat bagi sesama kita yg membutuhkan? Dan sudahkah kita memberanikan diri melakukan lompatan iman?
Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Versi 1.0: 1 maret 2014 email:
[email protected] Victor Christianto Http://www.sciprint.org Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Papers and books can be found at: http://independent.academia.edu/VChristianto Http://independent.academia.edu/VictorChristianto Http://vixra.org/author/victor_christianto Http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto/ Http://id.linkedin.com/pub/victor-christianto/b/115/167 Http://www.academicroom.com/article/how-you-can-get-closer-jesus-christ Http://barnesandnoble.com/s/victor-christianto http://academic.research.microsoft.com/Author/18116142/vic-christianto http://www.amazon.com/Victor-Christianto/e/B00AZEDP4E http://www.amazon.com/Jesus-Christ-Evangelism-Difficult-ebook/dp/B00AZDJCLA http://www.scribd.com/victorchristianto http://issuu.com/christianto2013/docs Http://gospel.16mb.com Http://www.slideshare.com/guidetorepent
55
Bahan sekolah minggu 8 Juni 2014: Pentakosta – Datanglah Roh Kudus Teks Alkitab: Kisah Para Rasul 2:1-41
1. Fokus Kebanyakan orang Kristen umumnya mengenal siapa Yesus Kristus dan Allah Bapa dengan cukup baik, namun kerapkali mereka kurang memahami dengan baik mengenai karya Roh Kudus. Karena itu banyak orang Kristen mengalami kekeringan rohani, karena mereka tidak mengalami karya Roh Kudus dalam hidup mereka. Dalam renungan di hari Pentakosta ini, anak-anak akan diajak untuk merenungkan dan menghayati karya Roh Kudus dalam hidup orang percaya dari Gereja Perdana.
2. Penjelasan Bahan a. Sebelum Yesus naik ke surga, Ia telah menjanjikan kedatangan Roh Kudus kepada para murid-Nya (Kis. 1:5). Roh Kudus akan memberikan kuasa sehingga para murid berani menjadi saksi Yesus dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). b. Setelah Yesus diangkat ke surga, para murid berkumpul di ruang atas di Yerusalem, dan mereka bertekun sehati dalam doa, termasuk Maria ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus (Kis. 1:14). c. Mungkin juga mereka berkumpul dalam rumah, karena para murid merasa takut terhadap orang-orang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus. d. Pentakosta berarti hari ke-50, karena terjadinya 50 hari setelah kebangkitan Yesus dari kubur.
3. Pelajaran untuk Anak kelas 4-6 SD a. Bacalah secara bergantian teks Kis. 2:1-41. b. Pendahuluan: Mintalah beberapa anak untuk bercerita pengalaman hidup mereka bersama Tuhan. Apakah mereka pernah disembuhkan dari sakit, atau doa yang dijawab, atau mungkin mengalami peristiwa mukjizat kecil dalam hidup mereka? Apakah mereka pernah mendengar seolah-olah Tuhan 56
berbicara dengan mereka? Hal ini merupakan tanda-tanda pengalaman rohani yang hidup. c. Jelaskan kepada anak-anak bahwa Tuhan Yesus menganggap murid-muridNya sebagai sahabat, karena itu Ia tidak akan meninggalkan mereka sendirian tanpa penolong. Roh Kudus diutus sebagai Penolong dan Penghibur (Yoh. 14:26, 15:26, 16:7). d. Kisah Pentakosta merupakan kisah transfer Roh Karismatik Yesus kepada para murid. Peristiwa ini dapat dibandingkan dengan Tuhan yang membagikan roh dan kuasa Musa kepada 70 tua-tua, sehingga mereka pun kepenuhan dengan Roh Tuhan (Bil. 11:25). e. Makna kedatangan Roh Kudus (“penuh dengan Roh Kudus”, Kis. 2:4): i. Memperlengkapi murid-murid dengan kuasa ii. Membaptis dengan Roh iii. Memberdayakan untuk pelayanan dan bersaksi iv. Membalikkan hati orang untuk bertobat dan percaya Yesus f. Karena itu kita membaca bahwa Petrus yang beberapa bulan sebelumnya menyangkal sebagai murid Yesus, kini berani bersaksi di hadapan ribuan orang Yahudi tentang Yesus sebagai Mesias (Kis. 2:14, 31). g. Petrus menguraikan peristiwa Pentakosta berdasarkan nubuat nabi Yoel. Pesan Petrus kepada orang-orang yang hadir di situ juga mencakup: i. Petrus menunjukkan jalan keselamatan melalui Yesus Kristus ii. Petrus membatasi karunia Roh Kudus hanya bagi mereka yang menyesal dan bertobat iii. Karunia nubuat dari Roh Kudus dapat dialami oleh bangsa manapun di jaman manapun di masa depan, artinya tidak terbatas hanya di hari Pentakosta saja (Kis. 2:39) h. Dengan kuasa Roh Kudus, pada hari itu juga 3000 orang bertobat dan menjadi murid Yesus (Kis. 2:41) i. Ilustrasi: Pak guru yang biasa mengajar di kelas Ani tidak dapat hadir karena harus pergi ke luar kota, sebagai penggantinya Kepala Sekolah mengisi jam
57
pelajaran dengan latihan matematika dan menyanyikan lagu dalam bahasa Inggris. j. Tanyakan kepada anak-anak: maukah adik-adik juga menerima kuasa Roh Kudus? Berdoalah sekarang juga agar Roh Kudus berkuasa sepenuhnya dalam hatimu dan memimpin hidupmu hari demi hari. Mintalah keberanian untuk bersaksi dari Tuhan. k. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema Roh Kudus. l. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas Hari Pentakosta dan kedatangan Roh Kudus.
4. Pelajaran untuk Anak kelas 1-3 SD a. Bacalah secara bergantian teks Kis. 2:1-41. b. Jelaskan bahwa Yesus sangat mengasihi semua anak-anak, sehingga Ia menjanjikan untuk mengutus seorang Penolong dan Penghibur bagi kita semua. c. Penolong dan Penghibur itu adalah Roh Kudus yang datang pada Hari Pentakosta. d. Pentakosta tidak berarti bahwa Roh Kudus hanya diutus untuk para murid pada jaman dahulu, tetapi juga Roh Kudus berkarya dalam hidup kita sekarang. e. Makna kedatangan Roh Kudus (“penuh dengan Roh Kudus”, Kis. 2:4): i. Memperlengkapi murid-murid dengan kuasa ii. Membaptis dengan Roh iii. Memberdayakan untuk pelayanan dan bersaksi iv. Membalikkan hati orang untuk bertobat dan percaya Yesus f. Ilustrasi: Ibu tidak ada di rumah selama 3 hari karena harus pergi ke luar kota, sebagai gantinya Bibi tinggal di rumah dan menemani anak-anak bermain dan belajar. g. Tanyakan kepada anak-anak: maukah adik-adik juga menerima kuasa Roh Kudus? Berdoalah sekarang juga agar Roh Kudus berkuasa sepenuhnya dalam
58
hatimu dan memimpin hidupmu hari demi hari. Mintalah keberanian untuk bersaksi dari Tuhan. h. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema Roh Kudus. i. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas Hari Pentakosta dan kedatangan Roh Kudus.
5. Pelajaran untuk Anak TK a. Bacakan teks Kis. 2:1-41. b. Jelaskan bahwa Yesus sangat mengasihi semua anak-anak, sehingga Ia menjanjikan untuk mengutus seorang Penolong dan Penghibur bagi kita semua. c. Penolong dan Penghibur itu adalah Roh Kudus yang datang pada Hari Pentakosta. d. Pentakosta tidak berarti bahwa Roh Kudus hanya diutus untuk para murid pada jaman dahulu, tetapi juga Roh Kudus berkarya dalam hidup kita sekarang. e. Ilustrasi: Ibu tidak ada di rumah selama 3 hari karena harus pergi ke luar kota, sebagai gantinya Bibi tinggal di rumah dan menemani anak-anak bermain dan belajar. f. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema Roh Kudus. g. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas Hari Pentakosta dan kedatangan Roh Kudus.
VC, 27 mei 2014 Email:
[email protected]
59
Makalah Interaksi: Integrasi antara Teologi dan Psikologi Victor Christianto, email:
[email protected]
Pengantar Sehubungan dengan upaya integrasi antara Teologi dan Psikologi, ada terdapat cukup banyak literatur yang membahas tema tersebut, baik yang setuju/mendukung integrasi maupun yang tidak setuju/tidak mendukung. Di antara yang mendukung bisa disebut misalnya William T. Kirwan.63 Yakub B. Susabda64 juga tampaknya mendukung integrasi, dengan mengusulkan suatu terapi yang disebutnya sebagai Modified Client-Centered Therapy yang dikembangkannya berdasarkan model Client Centered Therapy yang diusulkan oleh Carl Rogers. Namun demikian Yakub B. Susabda mengakui bahwa ia terpaksa menerima asumsi dasar Carl Rogers bahwa terapi tersebut berpusatkan pada klien (artinya: manusia pada dasarnya adalah baik); meskipun asumsi tersebut tidak sesuai dengan berita Alkitab. Sementara itu W. Stanley Heath65 mengajukan gagasan tentang suatu model psikologi Kristen yang setia dengan berita Alkitab. Karena itu tampaknya merupakan suatu hal yang menarik untuk memadukan gagasan-gagasan integratif dengan model psikologi Kristen, dengan tujuan untuk memperoleh suatu model terbaik. Sebelum penulis menyampaikan interaksinya, terlebih dahulu akan diuraikan suatu ringkasan dari buku Eric L. Johnson. Buku ini berisi 5 pandangan utama dari wawasan Kristen terhadap psikologi. Karena buku tersebut sangat menarik dan cukup berhasil menyampaikan gagasan-gagasan utama kelima pandangan utama tersebut, maka dianggap perlu untuk meringkaskannya.
63
William T. Kirwan, Biblical Concepts for Christian Counseling: A Case for Integrating Psychology and Theology (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 2002), 230 p. 64 Yakub B. Susabda, Menjadi Konselor Profesional (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007), 3-7. 65 W. Stanley Heath, Psikologi yang sebenarnya (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 1995), 25-44.
60
Ringkasan buku Eric L. Johnson66 Di sini penulis hanya akan membahas 4 pandangan yang dijelaskan dalam buku Eric L. Johnson. Keempat pandangan tersebut dapat diringkas dalam Tabel 3 berikut:
Nama model Level Eksplanasi
Integrasi
Tabel 3. Ringkasan empat pandangan utama menurut Eric L. Johnson67 Tokoh Utama Garis besar Kekuatan Kelemahan David Myers, -Manusia paling baik - ilmu dan riset mencegah Malcolm dimengerti dalam dianggap sangat worldview dari Jeeves hirarkhi disiplin dari serius memberikan (posisi kompleksitas relatif -mengijinkan pengaruh Kristen paling yang tidak boleh ilmuwan sekularisme umum dicampurkan. berkontribusi tidak adil bagi dijumpai pada -Iman tidak boleh dalam bidangnya orang Kristen fakultas mempengaruhi disiplin - menghindarkan mencegah psikologi di lainnya. masalah Alkitab berperan kampus interpretasi dalam psikologi Kristen) Alkitab dapat memimpin pada sinkretisme Bruce Narramore, Mark McMinn, Stan Jones, Everett Worthington (pendekatan dominan pada Christian graduate schools)
Orientasi utama: Integrasi Interdisipliner, Integrasi Worldview, Integrasi Etika
66
Memandang ilmu dan riset secara sangat serius; Mengijinkan iman Kristen untuk menafsirkan ulang psikologi; Mengakui peran Tuhan dalam budaya dan ilmu; Berupaya member dampak dalam psikologi
Menganggap ada pemisahan dualistik antara Alkitab dan riset tentang manusia. Menganggap bahwa psikologi modern adalah versi legitimat dari psikologi. Mengurangi efek dosa dalam pemahaman. Integrasi yang buruk akan
Eric L. Johnson (ed.), Psychology & Christianity: Five Views. 2nd ed. Diterjemahkan oleh Heman Elia (Malang: Literatur SAAT, 2012), 431 h. 67 Eric L. Johnson, Comparing the Five Views Christians Take on Psychology. A powerpoint presentation file.
61
kontemporer
Konseling Alkitabiah
Jay Adams, Wayne Mack, David Powlison, Ed Welch
Slogan utama: “The sufficiency of Scripture”. Alkitab adalah autoritatif dan perlu untuk konseling Kristen
Psikologi Kristen
Robert Roberts, Larry Crabb, Diane Langberg, Paul Vitz, Paul J. Watson
Hubungan dengan Integrasi dan Konseling Alkitabiah: Suatu jalan tengah di antara kedua model, dan berupaya untuk membangun pada kekuatan-kekuatan masing-masing dan menghindari kelemahan masingmasing. 62
Memandang Alkitab secara serius. Waspada terhadap pengaruh worldview implicit dari sekularisme terhadap psikologi. Berupaya mewujudkan pendekatan teosentris terhadap perawatan jiwa: bahwa dosa adalah problem terburuk, dan Kristus adalah obat untuk jiwa yang sakit karena dosa.
mengurangi ketuhanan Kristus Belum memberikan cukup pemikiran tentang hubungan antara penciptaan dan penebusan. Belum ada pemikiran lengkap mengenai hubungan antara firman Tuhan dalam ciptaan dan firman Tuhan dalam Alkitab. Terlalu menekankan antithesis. Tidak cukup teosentris.
Jika ditafsirkan benar, tidak ada inkompatibilitas di antara ketiga pendekatan tersebut.
Interaksi Dari mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan masing-masing pendekatan, menurut hemat penulis tampaknya adalah suatu jalan tengah yang baik untuk menemukan suatu paduan antara integrasi dan psikologi Kristen. Pada intinya penulis sependapat dengan gagasan integrasi, hanya saja untuk area-area yang tidak terlalu bergantung pada worldview tertentu, tampaknya kita dapat mengikuti perkembangan ilmu, misalnya dalam
psikiatri kita dapat mengikuti
perkembangan dalam bidang neuroscience. (Dalam makalah lain, penulis membahas kemungkinan
pendekatan
alternatif terhadap
hipotesis
dopamine dalam
menjelaskan
schizophrenia. Hipotesis dopamine merupakan salah satu cabang dari neuroscience, dan hingga saat ini merupakan pegangan utama para psikiatri dan dasar treatment schizophrenia). Sementara itu, dalam area-area yang menyangkut worldview seperti teori kepribadian, tampaknya kita dapat lebih mengutamakan pendekatan integrasi/psikologi Kristen. Dalam hal ini, mungkin salah satu buku yang dapat dijadikan suatu titik tolak adalah buku W. Stanley Heath.68 Secara ringkas, gagasan penulis dapat dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 4. Model paduan antara integrasi dan psikologi Kristen Akar gangguan
Pendekatan
Jenis terapi
Dosa
Konseling alkitabiah
Konseling
Lingkungan/masa lalu
Psikologi Kristen
Psikoterapi
Syaraf
Psikoterapi/Neuroscience
Psychopharmacology
68
W. Stanley Heath, Psikologi yang sebenarnya. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 1995), 25-44.
63
Tabel 2 di atas dikembangkan penulis berdasarkan
uraian Rozell69 dalam bukunya
Konseling Kristen. Dengan kata lain, menurut hemat penulis penanganan gangguan syaraf yang kronis seperti schizophrenia, bipolar disorder atau psikosis perlu melibatkan psikiatri dan ahli ilmu neuroscience, meskipun ilmu neuroscience sendiri terus berkembang dan berubah mengikuti penemuan-penemuan terbaru.
Kesimpulan Demikianlah makalah interaksi saya. Pada intinya saya mengusulkan suatu paduan antara integrasi dan psikologi Kristen, dengan pemikiran bahwa pada dasarnya gagasan integrasi bertolak dengan suatu wawasan tentang manusia berdasarkan Alkitab, sehingga cukup dekat dengan asumsi psikologi Kristen. Untuk masalah-masalah yang menyangkut gangguan syaraf kronis seperti schizophrenia, bipolar disorder atau psikosis perlu melibatkan psikiatri dan ahli ilmu neuroscience.
Referensi 1. Kirwan, William T. Biblical Concepts for Christian Counseling: A Case for Integrating Psychology and Theology, Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 2002, 230 p. 2. Susabda, Yakub B. Menjadi Konselor Profesional. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007. 3. Heath, W. Stanley. Psikologi yang sebenarnya. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 1995, 2544. 4. Johnson, Eric L. (ed.), Psychology & Christianity: Five Views. 2nd ed. Alih bahasa: Heman Elia Malang: Literatur SAAT, 2012, 431 hal. 5. _______. Comparing the Five Views Christians Take on Psychology. A powerpoint presentation file. 6. Rozell, Jack V. Konseling Kristen: Buku Panduan Belajar. Springfield, Missouri: Global University, 2003.
Versi 1.0: 18 Oktober 2013 VC. Email:
[email protected]
69
Jack V. Rozell, Konseling Kristen: Buku Panduan Belajar (Springfield, Missouri: Global University, 2003), 184.
64
Pembenaran oleh Iman I: Apa dan Mengapa Pembenaran oleh Iman 70 Oleh Victor Christianto , email:
[email protected]
Pendahuluan Adik-adik sekalian yang dikasihi Tuhan, selama 3 sabtu ke depan kita akan bersamasama mempelajari suatu prinsip yang sangat penting dalam berita Injil yaitu tentang Pembenaran oleh Iman. Hal ini terlebih penting lagi dalam konteks bulan april di mana kita akan bersamasama memperingati penyaliban dan kebangkitan Yesus Kristus di atas kayu salib, dengan harapan perenungan ini akan membawa kita selangkah lebih maju dalam pemahaman iman kita akan arti penting pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Tentu tidak mungkin membahas seluruh aspek dari konsep pembenaran oleh iman hanya dalam waktu 4 kali pertemuan, namun setidaknya kita akan berusaha memaparkan pokok-pokok pemikiran Paulus. Untuk jelasnya rencana pelajaran tentang Pembenaran oleh Iman ini kira-kira adalah sebagai berikut: 1. 5 April: Apa dan Mengapa Pembenaran oleh Iman 2. 12 April: Pembenaran oleh Iman dalam Surat Galatia 3. 19 April: Pembenaran oleh Iman dalam Surat Roma
a. Pendahuluan Sebelum kita merenungkan mengenai apa dan mengapa Pembenaran oleh Iman, baiklah kita merenungkan dulu kisah tentang seorang perempuan yang akan dirajam dengan batu yang dibawa kepada Yesus. Kita tentu ingat akan kisah ini yang diceritakan dalam Yohanes 8:3-11. Yang perlu dicatat di sini adalah respon orang-orang Yahudi terhadap perkataan Yesus: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (ay. 7). Orang-orang yahudi yang sudah bersiap-siap untuk melemparkan batu itu satu persatu mundur teratur dan pergi dari tempat itu dengan rasa malu. Hal ini karena mereka sadar akan dosa-dosa mereka sendiri. Kisah ini menegaskan kepada kita bahwa hati nurani setiap manusia termasuk Anda dan saya membenarkan perkataan Paulus: “Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan 70
URL: http://www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto 65
kemuliaan Allah.” (Rom. 3:23). Jadi, siapa di antara Anda sekalian yang merasa dalam hidupnya selama ini belum pernah berbuat dosa, boleh pulang sekarang. Karena renungan kita hanya berlaku untuk orang-orang yang pernah berdosa. Lalu di sini muncul pertanyaan: Bagaimana umat manusia sebagai orang yang berdosa dapat berkenan di hadirat Allah? Ada 2 varian besar teologi: yaitu a) teologi pahala atas perbuatan baik, b) teologi pengampunan dosa dan pembenaran oleh iman. Teologi pahala mengatakan bahwa kita mesti mengimbangi dosa-dosa kita dengan banyak berbuat baik (dan menaati Taurat) agar memperoleh pahala atas kebaikan kita. Sementara teologi pengampunan dosa menyatakan bahwa kita tidak dapat berharap kepada amal jasa serta perbuatan baik kita untuk sampai ke surga. Sebaliknya, kita hanya dapat berharap akan pengampunan oleh Allah yang membenarkan manusia berdosa karena iman kepada Yesus Kristus. Di sinilah letak perbedaan utama berita Injil dengan ‘teologi’ pahala yang dianut beberapa agama besar di muka bumi ini. Dengan kata lain, dari sudut pandang iman Kristen, tidak ada harapan bagi umat manusia untuk berdamai dan dibenarkan di hadapan Allah selain melalui karya penebusan Yesus Kristus. Kita akan mempelajari lebih dalam mengenai teologi pembenaran oleh iman dalam 4 seri renungan selama bulan April ini. b. Martin Luther71 Martin Luther mengubah sejarah iman Kristen modern melalui gerakan Reformasi Protestan yang dimulainya. Ia adalah seorang imam gereja Roma Katolik dan juga seorang profesor teologi. Ia mulai menentang gereja Roma Katolik dengan 95 dalilnya pada tahun 1517. Luther menentang pendapat bahwa kebebasan dari hukuman Allah terhadap dosa dapat dibeli dengan uang atau diberikan oleh keputusan gereja. Penolakannya untuk mencabut tulisantulisannya seperti dituntut oleh Paus Leo X tahun 1520 dan Kaisar Charles V pada pertemuan Worms tahun 1521 mengakibatkan dia mendapat hukuman ekskomunikasi (pengucilan) oleh Paus dan dakwaan sebagai seorang yang melawan-hukum (outlaw) oleh Kaisar.
71
Johnson C. Philip & Saneesh Cherian, What is justification by Faith?, Fundamental Doctrine Series 001, URL: http://www.brethrenassembly.com/Ebooks/Justification%20By%20Faith.pdf 66
c. Apa itu Justifikasi Jika seseorang dituduh melakukan suatu kesalahan, maka ada kecenderungan untuk membenarkan diri. Dalam psikologi hal ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Demikianlah manusia memiliki kecenderungan untuk selalu membenarkan diri. Ini mungkin bisa diterapkan di depan jaksa atau hakim, namun bagaimana kita dapat membenarkan diri di hadapan Allah yang Mahabenar? Jadi pembenaran (atau justification) mengacu pada tindakan untuk menyatakan bahwa seseorang tidak bersalah. Ini bisa dilakukan oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Kira-kira dalam pengertian ini pula kata ini digunakan dalam Alkitab. Perbedaan utama adalah bahwa doktrin ini mengacu pada pembenaran di hadapan Tuhan, dan berkenaan dengan dosa yang dibuat seseorang (bukan karena dia lupa atau lalai). Karena hati nuraninya, setiap orang menyadari bahwa ia adalah seorang pendosa yang layak dihukum. Kita lihat di atas kisah tentang orang-orang Yahudi yang sadar akan dosadosanya sendiri dan tidak jadi menghukum perempuan yang berzinah. Demikianlah sebagian besar orang menyadari dalam lubuk hatinya bahwa suatu hari ia akan menghadapi pengadilan Allah yang jauh lebih berkuasa dibandingkan pengadilan manusia. Itulah sebabnya muncul pergumulan seumur hidup untuk menjadi benar di hadapan Tuhan (khususnya jika seseorang memiliki kesadaran moral yang baik). Asal mula dari berbagai ritual dan agama buatan manusia dapat ditelusuri pada perasaan berdosa serta ketakutan ini. Misalnya Anda dapat bertanya kepada seseorang: apakah kamu takut mati? Besar kemungkinan bahwa banyak orang yang takut mati karena itu berarti ia harus mempertanggungjawabkan dosa-dosanya di hadapan Allah yang Mahaadil dan Mahasuci. Seperti kita ketahui, agama-agama buatan manusia hanya menawarkan kedamaian untuk sementara waktu, dengan menghibur diri dengan ajaran bahwa amal dan perbuatan baik seseorang mungkin dapat membenarkan dia di hadapan Allah. Namun tidak ada satu agama pun selain Kekristenan yang sanggup menawarkan kepastian keselamatan. Di sinilah letak perbedaan utama Kekristenan dibandingkan dengan agama-agama lain di dunia buatan manusia yang cenderung mencari jalan untuk membenarkan diri entah melalui amal baik, menyiksa diri, atau bahkan mengosongkan pikiran (meditasi). Tidak satupun yang benarbenar menyelesaikan problem dosa manusia, kecuali penebusan di atas kayu salib oleh Yesus
67
Kristus. Inilah berita Injil: Pembenaran adalah karya anugerah Allah dan menaati hukum (Taurat) tidak ada hubungannya dengan itu. Salah satu definisi justifikasi adalah sebagai berikut: “Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata kerjanya digunakan 40 kali di PB, tetapi Paulus menggunakan kata itu 29 kali. Justifikasi merupakan tindakan legal di mana Allah menyatakan bahwa orang berdosa yang percaya dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar dari justifikasi adalah ‘mendeklarasikan benar’. Beberapa hal lain dapat dipelajari tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus; justifikasi merupakan pemberian anugerah Allah (Rm. 3:24); hal ini dapat terjadi melalui iman (Rm. 5:1; Gal. 3:24); hal itu dimungkinkan melalui darah Kristus (Rm. 5:9); dan hal itu terpisah dari hukum Taurat (Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11). Hal yang terakhir itu adalah suatu penekanan utama dari Paulus dan tanpa diragukan merupakan tesis dari surat Galatia, manusia tidak dibenarkan melalui melakukan hukum Taurat tetapi melalui iman kepada Yesus Kristus.”72 d. Pasangsurut Doktrin Pembenaran oleh Iman73 Meskipun para rasul dan gereja perdana mengamini pembenaran oleh iman kepada Yesus Kristus, setelah para rasul dan para bapa rasuli meninggal, maka ajaran ini mulai surut dan berkurang popularitasnya. Terutama sejak Kerajaan Romawi mulai menerima Kekristenan sebagai agama negara. Seperti kita ketahui, setiap agama di dunia mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja keras di dunia, sepanjang hidup mereka, untuk memperoleh keselamatan. Bahkan ada yang harus menyiksa diri atau merangkak mengitari bukit-bukit tertentu. Alkitab adalah satusatunya perkecualian karena menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil perbuatan atau amal baik manusia. Karena itu tidak heran bahwa kepercayaan pagan secara berangsur-angsur mempengaruhi kepercayaan Kristen asli. Sebagai akibatnya, maka proses paganisasi dari Iman Kristen di bawah Kekristenan Romawi mengaburkan doktrin keselamatan oleh anugerah yang sederhana dan jelas.
72
Paul Enns, Buku Pegangan Teologi Jilid I (The Moody Handbook of Theology). (Malang: Literatur SAAT, 2012), 132. 73 Johnson C. Philip & Saneesh Cherian, What is justification by Faith?, Fundamental Doctrine Series 001, URL: http://www.brethrenassembly.com/Ebooks/Justification%20By%20Faith.pdf 68
Doktrin keselamatan melalui usaha (perbuatan) manusia mulai dikembangkan khususnya oleh Gereja Roma Katolik, di antaranya dengan merujuk pada suatu interpretasi atas Surat Yakobus yang seolah-olah menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah tidak berguna (padahal Surat Yakobus tampaknya tidak sedang membahas tentang soteriologi). Bahkan dibuat ajaran bahwa setelah seseorang mati, ia akan masuk ke suatu tempat bernama purgatorio (purgatory). Dan karena itu, keluarga dari orang yang mati itu harus membayar sesuatu kepada para imam agar jiwa orang yang mati itu dapat berpindah dari purgatorio ke surga. Ini tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci. Karena Tuhan menginspirasikan Alkitab dalam bahasa manusia sehari-hari, dan Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, maka Gereja Roma Katolik mengembangkan metode-metode untuk menjauhkan Alkitab dari masyarakat. Bahkan semua liturgi diubah ke dalam bahasa yang tidak dimengerti manusia, penerjemahan Alkitab tidak diijinkan ke dalam bahasa yang dimengerti masyarakat, dan bahkan akhirnya Alkitab dinyatakan termasuk dalam daftar buku-buku terlarang. Gereja Roma Katolik menindas bahkan membunuh orang-orang yang memiliki atau berupaya menerjemahkan Alkitab. Itulah yang disebut dengan Jaman Kegelapan (Dark Age). Di tengah penindasan oleh Gereja Roma Katolik, ada beberapa orang yang berusaha untuk dapat membaca Alkitab dan kemudian menemukan bahwa keselamatan tersedia untuk semua orang. Di antaranya adalah Philip Melanchton. Dan karya Melanchton ini kemudian dibaca oleh Martin Luther, seorang biarawan dan professor teologi yang awalnya dari sebuah biara Roma Katolik. Martin Luther telah membaca Perjanjian Baru selama bertahun-tahun dan dia berusaha menemukan pesan Injil yang sebenarnya. Ia mendapati sebuah ayat yaitu Roma 1:17 di mana tertulis: “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’ Setelah lama merenungkan ayat itu berhari-hari, akhirnya ia menyadari bahwa Pembenaran oleh Iman merupakan pesan utama Rasul Paulus melalui Surat Roma. Selebihnya adalah berbagai peristiwa yang dikenal dalam sejarah gereja sebagai Gerakan Reformasi. Gereja Roma Katolik berupaya untuk menindas gerakan ini dengan berbagai cara termasuk dengan penganiayaan dan penyiksaan bagi para penganut Reformasi. Namun gerakan
69
ini semakin kuat dan menyebar ke segala penjuru dunia, dengan peneguhan terhadap doktrin Pembenaran oleh Iman (Sola Fide). Baru sekitar tahun 1960an dengan berbagai keputusan revolusioner yang diambil dalam Konsili Vatikan II, tampaknya Gereja Roma Katolik mulai membenahi diri, khususnya dengan pengakuan akan Alkitab sebagai Firman Allah (Dei Verbum), serta kembali pada Yesus Kristus.
e. Penerapan Setelah kita mendiskusikan tentang pembenaran oleh iman, sekarang saatnya kita merenungkan pertanyaan berikut: Sudahkah kamu menerima keselamatan yang merupakan anugerah Allah melalui Yesus Kristus? Jika belum, berikut ini adalah beberapa langkah praktis yang bisa kamu lakukan: -
Pertama, kamu mesti menyadari bahwa kamu adalah manusia berdosa yang layak dihukum dalam pengadilan Allah (Rom. 3:23)
-
Kedua, namun Allah adalah Mahakasih, Ia telah mengutus AnakNya yang Tunggal, Yesus Kristus, agar setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16)
-
Ketiga, untuk menerima keselamatan melalui Yesus Kristus, pertama-tama kamu mesti mengakui dosa-dosamu. Karena itu tuliskanlah dosa-dosamu di atas selembar kertas.
-
Keempat, kemudian berdoalah mengakui dosa-dosamu di hadapan Allah dan memohon pengampunan Allah akan seluruh dosamu, serta minta agar Yesus Kristus masuk ke dalam hatimu dan menjadi Juruselamatmu.
-
Kelima, jika kamu telah melakukan keempat langkah di atas, maka yakinlah bahwa sekarang kamu telah diselamatkan oleh Yesus Kristus, dan kelak kamu akan dibebaskan dari hukuman Allah. Ingatlah ayat I Yohanes 1:9, sebagai berikut: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
-
Keenam, bersyukurlah kepada Allah atas kasihNya. Nyatakanlah ucapan syukurmu melalui kasih kepada orang lain, terutama mereka yang menderita.
-
Ketujuh, bertekunlah dalam doa dan pembacaan Alkitab. Dan jika kamu belum dibaptis, berikanlah dirimu dibaptis di gereja. 70
VC, 21 Maret 2014 Email:
[email protected]
Daftar Pustaka: [1] Enns, Paul. Buku Pegangan Teologi Jilid I (The Moody Handbook of Theology), Cet.6. Trans. Rahmiati Tanudjaja. Malang: Literatur SAAT, 2012. [2] Philip, Johnson C., & Cherian, Saneesh. ”What is justification by Faith?” Fundamental Doctrine Series 001, URL: http://www.brethrenassembly.com/Ebooks/Justification%20By%20Faith.pdf
71
Pembenaran oleh Iman II: Pembenaran oleh 74Iman dalam Surat Galatia Oleh Victor Christianto , email:
[email protected]
Pendahuluan Adik-adik sekalian yang dikasihi Tuhan, sabtu kemarin kita sudah mempelajari bersamasama tentang mengapa Pembenaran oleh Iman merupakan prinsip yang sangat penting dalam Iman Kristen. Sore ini kita akan belajar sekelumit tentang ajaran Paulus tentang pembenaran oleh iman dalam Suratnya kepada Jemaat di Galatia. Latar belakang Surat Galatia75 Kira-kira tahun 53 M Paulus menulis suratnya kepada umat di Galatia. Terjadi pada perjalanan Paulus dari Efesus ke Korintus, barangkali di salah satu tempat di Makedonia, Yunani Utara. Semua itu tidak jelas, sebab Paulus tidak menulisnya dalam surat kepada umat Galatia. Oleh karena itu banyak hal tidak jelas mengenai tempat dan tanggal surat ini ditulis. Kiranya sudah ketiga kalinya Paulus membuat perjalanan besar ke Yunani. Yang pertama waktu ia mendirikan gereja-gereja di Filipi, Tesalonika dan Korintus. Kemudian masih satu kali cepatcepat, berhubungan dengan aneka macam kesulitan yang timbul dalam jemaat di Korintus. Waktu itu ia tidak disambut dengan baik dan terpaksa “melarikan” diri kembali ke Efesus. Dan sekarang ia berada pada perjalanan yang ketiga, guna meneguhkan iman jemaat-jemaat yang didirikan beberapa tahun sebelumnya. Kini sudah 20 tahun berlalu sejak pertemuannya dengan Yesus di dekat kota Damsyik, suatu pengalaman yang mengubah hidup Paulus seluruhnya. Sejak itu sudah 2 kali ia pergi ke Yerusalem. Pertama kalinya untuk mengunjungi Petrus dan memperkenalkan diri kepada pemimpin para rasul. Itu terjadi 3 tahun setelah pertobatannya, sebagaimana ditegaskan sendiri dalam Galatia 1:18. Kedua kalinya untuk konsili pertama di Yerusalem, hampir 15 tahun kemudian. 74
URL: http://www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto Tom Jacobs, Iman dan Agama: Kekhasan Agama Kristiani menurut Santo Paulus dalam Surat Galatia dan Roma (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 15-16. Lihat juga D.A.Carson & Douglas J. Moo, “Galatians”, in An Introduction to the New Testament – Second ed. (Grand Rapids: Zondervan, 2005), 456-475. 75
72
Teks: Galatia 2:15-16 Bunyinya adalah sebagai berikut: (15) Menurut kelahiran kami adalah orang Yahudi dan bukan orang berdosa dari bangsabangsa lain. (16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorangpun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat.
Istilah yang penting: Ayat 16: “dibenarkan” (justified, KJV) dari kata Yunani: dikaioo (δικαιόω). Pengertian istilah itu dalam bahasa Inggris adalah sbb.: 1) to render righteous or such he ought to be, 2) to show, exhibit, evince, one to be righteous, such as he is and wishes himself to be considered, 3) to declare, pronounce, one to be just, righteous, or such as he ought to be. 76 Istilah-istilah kebenaran, membenarkan dst. adalah terjemahan dari kata Yunani “dikaiosune” dan kata Ibrani “tsedaka” (akar kata yang sama dengan Zadok dan Saduki). Dalam kebudayaan helenisme, dikaiosune berarti cara hidup menurut hukum-hukum, atau umumnya sesuai dengan norma-norma yang diakui secara umum: Hukum-hukum itu dianggap sebagai sesuatu yang obyektif, yang tidak terganggu gugat. Lain lagi dalam PL, di mana tekanannya adalah atas hubungan antar manusia atau antara Allah dengan manusia. Tsedaka adalah ciri dari suatu kelakuan yang menjamin bahwa hubungan itu terpelihara. Jadi yang menentukan bukanlah norma-norma dan hukuman-hukuman itu, melainkan hubungan itu sendiri. Komentar77 15
Paulus membuka uraiannya dengan berkata bahwa ia seorang Yahudi, yang lahir
dari bangsa istimewa itu, bangsa yang dipilih oleh Allah di antara bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa itu disebut orang berdosa, seperti biasa dalam kalangan Yahudi pada waktu itu. Paulus tidak 76
77
Sumber: BibleWorks 7.0.0.12g (2006) J.J.W. Gunning, Tafsiran Alkitab: Surat Galatia. Cet.-10. (Jakarta: BPK, 2012), 34-37 73
menyangkal hak istimewa mereka, yakni bahwa mereka termasuk kepada bangsa pilihan (bnd. Rm. 3:1-3; 9:4), tetapi ia menganggap hak istimewa itu bukan sebagai milik. Dalam ayat 17 nanti ia mengakui bahwa bangsa Israel sendiri tidak luput dari dosa! Jadi meskipun Paulus menuruti cara berbicara orang-orang Yahudi, maksudnya adalah berlainan. Justru dengan jalan menyinggung dulu kekhususan bangsa Israel, Paulus hendak mempertajam persamaan mereka dengan bangsa-bangsa lain dalam hal kebenaran karena iman. Pertentangan dengan tradisi Yahudi justru terletak di sini. Bagi tradisi ini iman semata-mata adalah salah satu di antara segala perbuatan yang dituntut oleh hukum Taurat. Jadi dalam jalan pemilihan itu iman tidaklah menentukan secara mutlak dalam kebenaran. 16
Tetapi bagi Paulus, iman bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebaliknya
penerimaan anugerah Allah dalam Yesus Kristus, dan dengan demikian justru iman itulah merupakan inti dan sumber dari kehidupan rohani, termasuk perbuatan-perbuatan (band. Rm. 9:31-10:3). Kalau sumber itu tidak ada pada kita, maka niat untuk melakukan hukum Taurat itu sudah salah, karena dengan demikian perbuatan-perbuatan kita tidak terarah kepada Allah dan sesama kita, tetapi kita melakukannya untuk dibenarkan, yaitu guna diri kita sendiri. Kemungkinan satu-satunya ialah bahwa Allah sendiri membenarkan kita, menerima kita, dan itulah yang terjadi dalam Yesus Kristus (2 Kor. 5:21). Seperti dalam kalimat ini iman berhadapan dengan perbuatan-perbuatan, begitu juga Kristus Yesus berhadapan dengan hukum Taurat. 16c
Dalil ini diperkuatnya dengan kutipan bebas dari Mzm. 143:2 (LXX. Band. Rm.
3:20). Seperti dalam Mzm. 14:3; Ayb. 9:2; 25:4; begitulah diungkapkan dalam Mzm. 143:2 perasaan bahwa manusia tidaklah benar di hadapan Allah. Paulus menambahkan: “oleh karena perbuatan-perbuatan hukum Taurat”, suatu tambahan yang merupakan penjelasan atau komentar dari Paulus sendiri. Jalan pikirannya barangkali ialah bahwa manusia itu dengan sendirinya sudah tidak benar di hadapan Allah, tanpa atau dengan perbuatan.
Kesimpulan Tampaknya Paulus di sini lebih dekat kepada PL daripada kepada agama Yahudi pada umumnya. Paulus mempergunakan istilah “dikaiosune” untuk menunjukkan hubungan baik antara Allah dengan manusia. Hubungan baik itu akan dipulihkan jika seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
74
Satu hal yang penting adalah bahwa bila Paulus berkata bahwa Allah membenarkan oleh karena iman (Rm. 3:30; Gal. 3:8), maka maksudnya ialah bahwa Ia menerima manusia, bukan karena manusia itu beriman (karena manusia itu benar), melainkan karena kebaikanNya sendiri. Kebenaran manusia bukanlah dasar atau sebab bagi kebenaran Allah. Ilustrasi78 Untuk memberikan suatu gambaran mengenai bekerjanya konsep pembenaran oleh iman, baiklah kita mengutip suatu ayat juga dari Galatia, yaitu ayat 3:6 yang berbunyi sebagai berikut: “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan itu kepadanya sebagai kebenaran.” Ayat ini merupakan kutipan dari Kej. 15:6. Seperti kita lihat, bahwa ayat ini berhubungan dengan janji yang diberikan Allah kepada Abraham bahwa ia akan menjadi berkat bagi banyak bangsa. Dan Abraham percaya akan janji Allah tersebut, meski ia belum dapat melihat terpenuhinya janji itu. Ia hanya percaya lalu Allah memperhitungkan iman itu sebagai kebenaran. Di sini Paulus mengungkapkan 2 hal: -
Pertama, yaitu Abraham sebagai bapa orang beriman dari segala bangsa. Artinya semua orang yang beriman kepada Allah dapat disebut sebagai anak-anak Abraham, tidak peduli apakah ia orang Yahudi atau orang bukan Yahudi. Paulus menegaskan hal ini dalam ayat 7: “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.”
-
Abraham menerima janji Allah itu bukan karena ia orang Yahudi dan bukan karena ia taat akan hukum Taurat dan bukan karena ia bersunat. Jadi Paulus ingin menegaskan bahwa iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran bukan atas dasar ketaatan kepada hukum Taurat atau karena disunat atau karena menjadi keturunan Yahudi. Dengan kata lain kebenaran Abraham murni karena anugerah Allah.
Penerapan: Saya ingin mengajak kita semua merenungkan pertanyaan berikut: Sudahkah kita memperkenalkan berita Injil tentang penghapusan dosa oleh anugerah Allah serta pembenaran oleh iman kepada keluarga dan sahabat-sahabat kita? 78
Mark A. Seifrid. Christ, our righteousness: Paul’s theology of justification. New Studies in Biblical Theology 9. (Leicester: APOLLOS/Inter Varsity Press, 2000), 80-81. 75
VC, 21 Maret 2014 Email:
[email protected]
Daftar Pustaka: [1] Gunning, J.J.W. 2012. Tafsiran Alkitab: Surat Galatia. Cet.-10. Jakarta: BPK. [2] Seifrid, Mark A. 2000. Christ, our righteousness: Paul’s theology of justification. New Studies in Biblical Theology 9. Leicester: APOLLOS/Inter Varsity Press. [3] Jacobs, Tom. 1992. Iman dan Agama: Kekhasan Agama Kristiani menurut Santo Paulus dalam Surat Galatia dan Roma. Yogyakarta: Kanisius. [4] Carson, D.A., & Moo, Douglas J. 2005. “Galatians”, in An Introduction to the New Testament – Second ed. Grand Rapids: Zondervan.
76
Pembenaran oleh Iman III: Pembenaran oleh79Iman dalam Surat Roma Oleh Victor Christianto , email:
[email protected]
Pendahuluan Adik-adik sekalian yang dikasihi Tuhan, selama 2 sabtu yang lalu kita telah belajar suatu prinsip yang sangat penting dalam kehidupan Kristiani yaitu tentang pembenaran oleh iman, dan juga bagaimana hal ini dipaparkan oleh Paulus dalam surat Galatia. Sekarang kita akan melihat bagaimana Paulus memaparkan topik ini melalui surat kepada Jemaat di Roma. Pendahuluan80 Pertama-tama kita perlu mencatat bahwa terdapat kemiripan yang sangat mencolok antara surat kepada umat di Roma dengan surat kepada jemaat di Galatia. Isinya hampir sama; begitu juga urut-urutnya, bahkan sering sampai kata-katanya secara harafiah sama. Pokoknya, hampir seluruh surat kepada umat Galatia terdapat juga dalam surat kepada umat di Roma: Pokok masalah
Surat Galatia
Surat Roma
Gal. 2:15-21
Rm. 3:19-28
Gal 3:6-29
Rm. 4:1-25
Gal. 4:1-7
Rm. 8:9-17
Sara dan Hagar
Gal. 4:21-31
Rm. 9:6-13
Praktek kemerdekaan
Gal. 5:13-26
Rm. 13:8-10
Pokok pandangan Paulus Uraian tentang Abraham dan Taurat Arti Kristus
Tetapi dari perbandingan ini kelihatan juga bahwa tidak seluruhnya sama: Seluruh bagian pertama surat Galatia, mengenai “perkara” antara Paulus dan jemaat (Gal. 1:6-10), dan uraian terjadinya perkara itu (Gal. 1:11-2:14) tidak ada dalam surat Roma. Pada umumnya harus dikatakan bahwa surat Roma lebih “teoretis” daripada surat Galatia. Dan banyak hal lain, yang
79 80
URL: http://www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto Jacobs, 45-46.
77
tidak ada dalam surat Galatia, mendapat perhatian besar dalam surat Roma. Maka dalam keseluruhannya surat kepada jemaat di Roma sebetulnya merupakan teka-teki yang besar.
Latar belakang Surat Roma Berdasarkan kronologi perjalanan Paulus, diperkirakan surat Roma ini ditulis sekitar musim dingin tahun 56/57 M, selama ia tinggal 2-3 bulan di Korintus.81 Surat Paulus kepada umat di Roma memang lain daripada yang lain. Bukan hanya karena surat yang paling panjang, tetapi juga karena paling kurang bersifat surat. Ditujukan kepada orang yang sebetulnya tidak dikenal oleh Paulus: ia sendiri mengaku bahwa belum pernah berada di Roma (Rm. 1:13). Jelas sekali bahwa Paulus bukan pendiri jemaat di Roma. Sampai surat ini ditulis, ia selalu terhalang untuk mengunjungi mereka (15:22). Jemaat ini didirikan oleh orang lain, lama sebelum Paulus menulis suratnya ini. Tetapi bagaimana riwayat jemaat Roma, tidak begitu jelas. Yang jelas hanyalah bahwa pada jaman Gereja purba ada banyak orang Yahudi di Roma. Mereka tersebar di seluruh kota dan punya sinagoge di berbagai daerah kota besar itu. Meskipun Paulus belum pernah ke Roma ketika menulis surat itu, dari Rm. 16:9 kelihatan bahwa beberapa di antara mereka dikenal pribadi oleh Paulus, dan mungkin dari 16:5,10,11,14,15 boleh disimpulkan bahwa mereka punya 5 tempat pertemuan.82 Pandangan pokok Paulus83 Pandangan pokoknya dirumuskan Paulus dengan jelas dalam Gal. 2:16 dan Rm. 3:20: “Manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”. Oleh karena itu Paulus juga dapat berkata bahwa orang beriman “telah mati bagi hukum Taurat” (Rm. 7:4; Gal. 2:19). Dalam hal ini surat Roma dan surat Galatia memang sama. Tetapi dalam Gal. 3:23 dengan jelas dikatakan bahwa “sebelum iman datang, kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat”; dan dalam ayat berikut: “Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang”. Jadi dalam surat Galatia terang dibedakan antara situasi sebelum dan sesudah Kristus. Sebelum Kristus datang adan Taurat, sesudahnya tidak ada lagi. Perbedaan yang sama juga diungkapkan dalam kisah Sara dan Hagar (Gal. 4:21-31). Tetapi dalam Rm. 9:6-13, yang juga berbicara 81
Thomas H. Tobin SJ, “Paul’s letter to the Romans,” The Blackwell Companion to the New Testament, Aune, David E., ed. (West Sussex: John Wiley & Sons Ltd., 2010), 399. 82 Jacobs, 51-53. 83 Jacobs, 46-47. 78
mengenai “anak Abraham”, Sara dan Hagar tidak disebut lagi, jangan lagi dilawankan sebagai dua tata penyelamatan Allah, seperti dalam Gal. 4:21-31.
Iman akan Yesus Kristus Teks: Roma 3:20-24 Bunyinya: (20)
Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (21)
Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti
yang disaksikan dalam kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, (22)
yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang
percaya. Sebab tidak ada perbedaan. (23)
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
(24)
dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan
dalam Kristus Yesus. Ayat-ayat di atas kiranya cukup mewakili pokok-pokok utama pandangan Paulus dalam hubungannya dengan pembenaran oleh iman. Teks ini memiliki kemiripan dengan teks Galatia yang kita pelajari minggu lalu. Mari kita lihat beberapa pemikiran utama dari ayat-ayat di atas. a. Hukum Taurat tidak dapat membenarkan orang di hadapan Allah, kecuali jika ia melakukan semua hukum dengan sempurna. Karena tidak ada orang yang sempurna (kecuali Yesus Kristus), maka semua orang tanpa kecuali berada di bawah kutuk hukum Taurat. b. Karena itu diperlukan jalan pembenaran yang lain di luar hukum Taurat untuk menyatakan kebenaran Allah, yaitu jalan pembenaran oleh iman kepada Yesus Kristus. c. Kebenaran Allah (dikaiosune Theou) ditunjukkan dalam hal bahwa Allah ternyata benar dalam segala hal, yakni dalam keadilanNya namun juga kemurahanNya serta kebaikanNya. d. Kepada semua orang ditawarkan penebusan dosa melalui Yesus Kristus secara cumacuma. “Kebenaran Allah” berarti kesetiaan kepada sabda atau perjanjianNya sendiri. Allah dikatakan benar, kalau Ia bertindak sesuai dengan rencana keselamatanNya. Dan sekarang 79
Paulus berkata bahwa rencana keselamatan itu dilaksanakan Allah “sekarang ini” dalam Yesus Kristus. Itulah arti kata “kebenaran Allah” dalam Rm. 1:17 dan 3:21,22,25,26 (lihat juga 3:5 dan 10:3 dan 2 Kor. 5:21). Allah menyatakan diri benar, dengan membenarkan orang (3:26), kata Paulus.84 Bagaimana itu mungkin? Karena “oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi benar” (5:18-19). “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi tempat pendamaian” (3:25). Di sini Paulus merumuskan prinsip penebusan dan pembenaran: Karena Kristus telah menjadi senasib dengan umat manusia, maka dengan menerima Kristus, Allah menerima semua orang lain (yang percaya kepada Kristus).85 Hal penting selanjutnya, adalah bahwa kita sesungguhnya “dibenarkan dengan cumacuma oleh kasih karunia (3:24). Dari pihak kita tidak ada jasa sedikitpun. Semua adalah anugerah dan kasih karunia semata-mata. Maka sudah sewajarnya, bila Paulus menarik kesimpulan: “Jika demikian, apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada!” (3:27).86
Ilustrasi Mari kita lihat dua orang penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Keduanya mungkin sama-sama melakukan berbagai kejahatan yang berat sehingga layak dihukum mati di atas kayu salib. Namun salah satunya ternyata beriman kepada Yesus Kristus dan memohon agar Yesus mengingatnya jika Ia datang sebagai Raja. Yesus menjawab dia bahwa:” sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43). Apa yang membedakan di antara dua orang penjahat di atas kayu salib tersebut? Perbedaan utama di antara keduanya hanyalah bahwa salah satu di antara kedua penjahat itu beriman kepada Yesus. Keduanya menggambarkan sikap manusia berdosa pada umumnya, yang mengambil sikap berbeda terhadap Yesus. Ada kelompok pendosa yang tidak mau percaya kepada Yesus dan memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka. Kelompok pendosa kedua menyadari kesalahan mereka dan percaya kepada Yesus dan memohon pengampunan dosa. Kepada kelompok yang percaya inilah akan diberikan pengampunan dosa dan hidup kekal (dilukiskan dengan Firdaus). 84
Jacobs, 70. Jacobs, 70-71. 86 Jacobs, 71. 85
80
Penerapan Dari kisah tentang dua penjahat di atas, kita dapat menarik suatu pelajaran penting. Demikianlah sikap kita terhadap Yesus sekarang menentukan apa yang akan terjadi pada kita kelak dalam Pengadilan Allah yang Mahaadil: jika kita mau mengakui segala dosa kita dan percaya kepada Yesus Kristus yang telah menebus dosa kita serta memohon pengampunan kepada Tuhan melalui Yesus, maka Tuhan akan membebaskan kita dari segala tuduhan. Maukah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan sebagai orang berdosa dan memohon pengampunan atas dosa-dosa kita melalui darah Yesus Kristus? Pilihan terletak pada kita. Hendaknya kita bisa belajar dari perumpamaan tentang seorang pemungut cukai yang berdoa dengan memukul diri dan tidak berani menengadahkan kepala. Ialah yang pulang dengan dibenarkan oleh Allah. (Lukas 8:9-14). Di sinilah kita dapati sebuah prinsip dalam kerajaan surga: “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 8:14). Kiranya Tuhan menolong kita agar selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan akan dosa-dosa kita. Sehingga kita akan menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan. Amin VC, 21 Maret 2014 Email:
[email protected]
Daftar Pustaka [1] Aune, David E., ed. 2010. The Blackwell Companion to the New Testament. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd. [2] Jacobs, Tom. 1992. Iman dan Agama: Kekhasan Agama Kristiani menurut Santo Paulus dalam Surat Galatia dan Roma. Yogyakarta: Kanisius. [3] Carson, D.A., & Moo, Douglas J. 2005. “Romans”, in An Introduction to the New Testament – Second ed. Grand Rapids: Zondervan. 391-411.
81
Pengekangan terhadap dosa dan Anugerah Umum Oleh Victor Christianto, email:
[email protected]
Permasalahan Salah satu pertanyaan yang sering muncul di kalangan umat Kristen sejak berabad-abad yang lampau adalah: mengapa orang-orang yang tidak beriman atau belum percaya kepada Kristus dapat melakukan berbagai perbuatan baik yang bahkan orang-orang Kristen sekalipun kerapkali tidak melakukannya? Padahal kalau kita membaca dalam surat Roma, semua manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak ada orang yang berbuat baik (Roma 3:10-18). Bagaimana hal ini dapat didamaikan? Dalam kata-kata Meeter (2005: 57), pertanyaan ini dapat diungkapkan sebagai berikut: “Bagaimana kita menjelaskan perbuatan-perbuatan terpuji yang kita dapati di antara orang-orang kafir dan orang-orang yang belum dilahirkan kembali? Kita tidak dapat menganut pandangan kaum Pelagian, yang mengatakan bahwa manusia masih dapat berbuat baik seperti Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa seandainya ia mau. Alkitab dengan jelas membantah pandangan itu. Kita juga tidak dapat menerima pandangan kaum Arminian bahwa Allah memberikan kepada manusia yang bobrok anugerah pendahuluan yang cukup, sehingga manusia dengan natur dan pilihannya sendiri dapat mencari keselamatan dan melakukan kebaikan.” Pertanyaan inilah yang ingin dibahas dalam tulisan ini, melalui terang konsep Anugerah Umum. Untuk keseimbangan, penulis juga akan menyajikan secara ringkas pandangan yang menentang konsep Anugerah Umum tersebut. Penulis juga akan membahas suatu refleksi pribadi atas pertanyaan: Mungkinkah orang-orang yang tidak beriman atau belum percaya melakukan kebaikan sesuai dengan kehendak Allah? Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Solusi atas permasalahan: Anugerah Umum Menurut Luther dan Calvin, natur manusia terlalu bobrok sehingga tidak dapat diharapkan akan adanya kebaikan, dalam bidang apapun, yang bisa timbul dari dalam natur itu sendiri (Meeter, 2005: 57). Namun demikian di antara orang-orang kafir (baca: belum percaya 82
kepada Kristus) tersebut masih dapat dijumpai kebaikan-kebaikan tertentu. Hal ini dijawab oleh Calvin sebagai berikut: “Demikianlah Allah dalam providensi-Nya mengekang penyimpangan natur kita supaya tidak meluap menjadi tindakan-tindakan lahiriah, namun Ia tidak memurnikannya dari dalam.” (Meeter, 2005: 58). Di tempat lain Calvin menulis: “Semua kebajikan ini – atau lebih tepat, gambaran dari kebajikan ini- merupakan karunia Allah, karena tidak ada hal yang layak dipuji, yang bukan berasal dari-Nya.” (Hoekema, 2003: 241-261). Dengan kata lain, “manusia dicegah dari perbuatan jahat yang didorong oleh kecenderungan natur mereka yang berdosa, karena takut akan hukuman dan karena terdorong oleh keinginan untuk memperoleh pahala dengan melakukan hal-hal yang secara lahiriah sesuai dengan hukum, meskipun itu berlawanan dengan naturnya dan pilihannya sendiri yang berdosa.” (Meeter, 2005: 58). Jadi melalui berbagai sarana di antaranya penerapan hukum dalam masyarakat, orang-orang yang belum percaya akan Kristus pun sampai tahap tertentu dapat dicegah dari berbuat kejahatan dalam masyarakat. Hal ini selanjutnya dalam tulisan ini disebut sebagai “Pengekangan terhadap Dosa.” (Hoekema, 2003: 241-261). Istilah Anugerah Umum diterjemahkan dari ungkapan dalam bahasa Inggris: Common Grace, atau dari bahasa Belanda: De Algemeene Genade atau De Gemene Gratie. Adapun definisi sederhana Anugerah Umum adalah sebagai berikut: “anugerah yang mengekang dosa di dalam manusia yang telah jatuh, meskipun anugerah ini tidak meniadakan keberdosaan manusia” (Hoekema, 2003: 241-261). Adapun ajaran Calvin mengenai Anugerah Umum dapat diringkas sebagai berikut (Hoekema, 2003: 241-261): Orang-orang tidak percaya bisa memiliki terang kebenaran yang bersinar di dalam mereka; Orang-orang tidak percaya bisa memiliki karunia-karunia Allah yang luar biasa; Semua kebenaran berasal dari Roh Allah; Maka menolak atau menghina kebenaran ketika kebenaran diucapkan oleh orang tidak percaya, berarti menghina Roh Kudus Allah. Di antara para teolog yang mendukung konsep Anugerah Umum ini adalah Bavinck dan Berkouwer. Menurut Bavinck: “Masih terdapat hasrat untuk kebenaran dan kebajikan, dan untuk kasih yang alamiah antara orangtua dan anak-anak. Di dalam perkara yang menyangkut 83
kehidupan di dunia ini, manusia tetap sanggup melakukan banyak kebaikan.” (Hoekema, 2003: 241-261) Dan menurut Berkouwer: “… bahwa anugerah tengah bekerja bahkan di dalam diri manusia yang telah jatuh, untuk mengekang penghancuran yang melekat di dalam dosa.”
Dasar Alkitabiah untuk Anugerah Umum Ada beberapa ayat Alkitab yang dapat digunakan sebagai landasan untuk mendukung konsep Anugerah Umum, di antaranya adalah (Hoekema, 2003: 241-261): Allah mencegah Abimelek berbuat dosa: “… maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia.” (Kej. 20:6) Salah satu cara pengekangan dosa di dalam hidup manusia adalah melalui hukuman yang dijalankan oleh negara terhadap para pelaku kejahatan: “Jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat.” (Rm. 13:3-4) Petrus menganjurkan umat percaya untuk tunduk kepada pemerintahan di dunia karena Allah. Jadi ia mengimplikasikan bahwa para penguasa ini ditunjuk dari antara manusia oleh providensia Allah: “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orangorang yang berbuat baik.” (1 Ptr. 2:13-14). Dalam ayat-ayat di atas ditunjukkan bagaimana Allah sendiri bertindak untuk mencegah seseorang berbuat dosa. Dalam masyarakat, yang bertugas mencegah orang-orang dari berbuat jahat adalah pemerintah melalui penerapan hukum yang tegas dan adil.
Sarana-sarana Pengekangan terhadap Dosa Secara garis besar, ada beberapa sarana untuk mengekang dosa (Hoekema, 2003: 241261) yaitu: (1) Wahyu umum Allah, yang berdampak kuat pada hati nurani setiap manusia. Peran wahyu umum dalam mengekang dosa dijelaskan Paulus dalam Roma 2:14-15
84
(2) Berbagai bentuk hukuman atas pelanggaran yang ditetapkan oleh pemerintah, melalui perundangan, tata krama, dan cara-cara pelaksanaan hukum. (3) Hubungan sosial (fellow-humanbeingness). Dosa seseorang dikekang karena hubungannya dengan sesama/orang-lain. Dengan kata lain: “manusia masih mempunyai hati nurani; pemerintah-pemerintah ditegakkan untuk mengekang kebobrokan manusia dan mengembangkan ketertiban dan kesusilaan dalam masyarakat” (Meeter, 2005: 58).
Beberapa pendapat yang menentang konsep Anugerah Umum Ada beberapa teolog yang menentang konsep Anugerah Umum tersebut, di antaranya adalah: Herman Hoeksema Henry Danhof Schilder Mereka menganggap bahwa konsep Anugerah Umum tersebut tidak Alkitabiah. Secara ringkas, gagasan mereka dapat dirangkum sebagai berikut: (1) Anugerah Allah selalu bersifat tertentu dan tidak pernah bersifat umum. Hanya kaum pilihan yang menerima anugerah Allah. (2) Tak ada hal yang disebut sebagai suatu pengekangan terhadap dosa oleh anugerah yang dilakukan Allah dalam kehidupan para reprobat ini. (3) Orang yang tak dilahirkan kembali, tidak mampu melakukan kebaikan apa pun.
Refleksi pribadi: Mungkinkah orang-orang tidak beriman dapat berbuat baik? Refleksi berikut adalah mengenai pertanyaan mungkinkah orang-orang yang tidak beriman (belum percaya akan Kristus) melakukan hal-hal baik sesuai kehendak Allah? Ucapan Yesus: “jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anakanakmu…” (Mat. 7:11, Luk. 11:13).
85
Firaun mengangkat Yusuf sebagai raja muda atas seluruh tanah Mesir, karena Firaun melihat bahwa Yusuf penuh dengan Roh Allah (Kej. 41:38). Koresh raja Persia mengijinkan orang-orang Israel buangan untuk pulang ke negerinya, sesuai nubuat nabi Yeremia dan Yesaya(Ezra 1:1, Yer. 25:11, 29:10, Yes. 44:28). Jawaban sementara yang dapat diajukan untuk pertanyaan di atas adalah bahwa adalah mungkin bahwa orang-orang yang tidak beriman untuk bertindak dan melakukan kebaikan sesuai kehendak Allah, karena Allah telah menaruh hati nurani dalam hati mereka untuk mengingatkan mereka akan yang baik dan yang jahat. Selain itu, juga mungkin bagi Allah untuk bertindak menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang beriman melalui orang-orang yang tidak beriman (misalnya Firaun kepada Yusuf, dan Koresh kepada orang-orang Israel buangan).
Kesimpulan
Anugerah umum dikaruniakan oleh Allah kepada semua orang termasuk kepada mereka yang belum percaya akan Yesus Kristus, dengan tujuan untuk mengekang dosa sekalipun tidak meniadakannya.
Dosa juga dikekang melalui penerapan hukuman oleh pemerintah baik berupa denda, penjara, bahkan hukuman mati. Memahami anugerah umum memberikan landasan bagi orang-orang Kristen untuk bekerjasama dengan dan belajar dari orang-orang non-Kristen.
Daftar Pustaka Bavinck, Herman. “Calvin and Common Grace,” The Princeton Theological Review, vol. 7 no. 3 (1909). URL: http://hermanbavinck.org/articles/ Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan menurut gambar Allah, diterjemahkan oleh Irwan Tjulianto (Judul asli: Created in God’s image). Surabaya: Penerbit Momentum, 2003, hal. 241-261.
86
Johnson, Garreth P. “The myth of common grace,” The Trinity Review 2003, URL: http://www.trinityfoundation.org/PDF/The%20Trinity%20Review%200055a%20TheMyt hofCommonGrace.pdf Keller, Timothy. “What is Common Grace?” Redeemer Presbyterian Church, 2003. URL: http://timothykeller.com/images/uploads/pdf/What_Is_Common_Grace.pdf Meeter, H. Henry. Pandangan-pandangan dasar Calvinisme, diterjemahkan oleh Lana Asali. Surabaya: Penerbit Momentum, 2005. hal. 55-66.
87
Renungan tentang Transfigurasi: menemukan wajah Yesus 87 Victor Christianto , email:
[email protected]
Teks: Lukas 9:28-36
Pendahuluan Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, dalam kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan suatu teks yang mungkin sudah cukup sering kita dengar, khususnya pada minggu-minggu menjelang Paskah, yang dikenal sebagai minggu transfigurasi.
Konteks dekat Konteks dekat dari ayat 28-36 ini adalah (menurut Lukas) mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang, pengakuan iman Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, dan pewartaan Yesus bahwa diriNya akan mengalami banyak penderitaan. Lalu ayat 28 menyebutkan bahwa 8 hari setelah pengajaran tersebut, Yesus mengajak tiga orang murid intiNya untuk berdoa di atas gunung. Menarik untuk mengamati di sini bahwa Yesus tampaknya memang cukup sering menyepi ke bukit-bukit atau gunung untuk berdoa. Penerapannya dalam dunia modern tampak misalnya melalui bukit-bukit doa yang dibangun oleh beberapa gereja. Bahkan Yoido Full Gospel Church di Korea Selatan, suatu gereja yang sangat besar, memiliki bukit-bukit doa yang terletak cukup jauh dari Seoul, yaitu di pinggiran dekat perbatasan dengan Korea Utara. Hal ini mungkin dapat ditiru oleh gereja-gereja yang berlokasi dekat dengan bukit atau gunung. Intinya bahwa kehidupan doa yang dinamis merupakan jantung sekaligus resep kehidupan kristiani yang sejati. Selanjutnya kita jumpai reaksi Petrus yang dalam ketakjubannya berkomentar bahwa ia ingin membangun 3 kemah, satu untuk Yesus, satu untuk Musa, dan satu untuk Elia. Jika kita membayangkan diri kita sendiri seperti Petrus yang melihat Yesus dalam kemuliaanNya,
87
URL: www.sciprint.org, http://independent.academia.edu/VChristianto
88
bukankah reaksi kita mungkin akan mirip seperti reaksi Petrus, yaitu ingin tinggal lebih lama lagi di atas gunung bersama Yesus, Musa dan Elia? Bahkan mungkin kita tidak akan mau lagi turun dari atas gunung. Namun teks yang kita baca ini menunjukkan 3 hal: A. Allah menjawab dan memerintahkan ketiga murid untuk mengenali Yesus sebagai Anak
Allah
yang
Mahatinggi,
dan
juga
untuk
mendengarkan
Yesus.
B. bahwa segera sesudah periode singkat transfigurasi itu, mereka segera diajak untuk turun gunung dan menghadapi persoalan-persoalan rutin, termasuk menyembuhkan banyak orang dan juga Yesus menjalani Via Dolorosa (jalan salib). C. tampaknya Yesus tidak menghendaki ketiga murid untuk menceritakan hal transfigurasi itu sebelum kebangkitanNya ( bandingkan Matius 17:9). Dan hal itu tampaknya memang baru diceritakan Petrus beberapa waktu kemudian, misalnya kita baca dalam 2 Petrus 1.
Mari kita lihat satu per satu ketiga hal tersebut di atas. A. Sebutan Yesus sebagai Anak Allah yang Mahatinggi tersebut merupakan sesuatu yang khas dari iman yahudi berdasarkan Perjanjian Lama, jadi bukan suatu doktrin yang diimpor oleh Paulus berdasarkan mitologi Yunani (Helenisme), sebagaimana dituduhkan oleh beberapa teolog. Bahkan Naskah-naskah Laut Mati memuat antara lain dokumen Son of God (dikenal dengan sebutan dokumen 4Q246, lihat http://en.wikipedia.org/wiki/4Q246) yang jelas-jelas menyebutkan mengenai gelar Anak Allah bagi Mesias (Bereh di El). Padahal Naskah-naskah Laut Mati itu ditulis kira kira 150-70 tahun sebelum Masehi. Dengan kata lain, Naskah Laut Mati yang jelas jelas bernuansa Yahudi-Eseni itu mengamini kesaksian Perjanjian Lama tentang gelar Anak Allah bagi Mesias. B. Yesus tampaknya melihat kemuliaanNya bukan sebagai sesuatu untuk dipamerkan atau dipertahankan, melainkan justru untuk memotivasi untuk melayani orang banyak. Dalam hal inilah kita melihat bagaimana Yesus mengutamakan pelayananNya dibandingkan sekadar menikmati bercengkerama di atas gunung. Para murid tampaknya justru diajak untuk turun gunung, menjumpai persoalan-persoalan orang banyak, dan khususnya menemukan wajah Yesus dalam rupa sesama yang menderita. C. Yesus tampaknya cukup menyadari bahwa konsep para murid tentang Mesias kurang lebih masih serupa dengan pengharapan mesianik kebanyakan orang Yahudi lainnya, yang 89
mengharapkan datangnya Mesias sebagai raja yang memimpin orang Yahudi untuk melawan penjajahan Romawi waktu itu (bandingkan Kisah Para Rasul 1:6). Sehingga jika kisah transfigurasi itu diceritakan kepada orang Yahudi yang lain, justru hal itu mungkin akan dapat menggagalkan rencana penebusan yang sudah dirancang oleh Allah sendiri. Jadi ketiga murid baru diijinkan bercerita ketika Yesus sudah menderita dan dibangkitkan.
Penerapan A. Kita mesti meyakini bahwa gelar Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah yang Mahatinggi itu bukan gelar yang diterima dari manusia, melainkan Allah sendiri yang menentukan, seperti suara yang terdengar dari surga: inilah AnakKu yang terpilih. Hal ini akan menentukan kemana iman kita akan disandarkan, yaitu kepada Anak Allah yang Hidup. Dan gelar Anak Allah itu bukan hasil rekayasa berdasarkan mitologi helenisme. B. Adalah suatu hal yang baik untuk menanti-nantikan kedatangan Tuhan dalam kemuliaanNya, namun terlebih penting adalah kita mesti belajar untuk menjumpai Yesus dalam rupa sesama yang menderita. Seperti yang kita baca dalam Matius 25:31-46, kita perlu memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, memberi makan kepada mereka yang lapar, memberi minum kepada mereka yang haus, mengobati dan menjenguk mereka yang sakit, dan menghibur mereka yang dalam penjara. Hal-hal tersebut lebih penting daripada sekadar menunggu kedatangan Yesus yang kedua kali. Itulah artinya "turun gunung" bagi kita semua.
Ilustrasi Sebagai ilustrasi, di Moscow terdapat sebuah kedai, di mana setiap hari (5 hari dalam seminggu) ada layanan makan siang gratis sekitar jam 10.30 a.m.-1 p.m. Pada jam-jam tersebut, kedai tersebut disewa oleh sebuah gereja (lihat misalnya Moscow Protestant Chaplaincy, url: http://www.moscowprotestantchaplaincy.org/volunteer.htm) di sana, dan bertugas melayani orang-orang yang tidak penghasilan atau sudah terlalu tua untuk bekerja. Meskipun makanan yang disediakan mungkin hanya berupa roti dan sup (borscht), tapi kedai itu menjadi semacam oase bagi sekitar 100-200 orang yang membutuhkan makanan di tengah-tengah hiruk pikuk metropolitan seperti Moscow. Saya sendiri pernah melayani di kedai atau dapur umum ini selama kira-kira 3 hari (sekitar bulan Juni 2009). Dan sampai sekarang saya memiliki kerinduan untuk melihat layanan dapur umum (soup kitchen) seperti itu di kota-kota besar di Indonesia. 90
Saya yakin banyak orang yang memerlukan bantuan sekadarnya berupa makanan dan minuman yang layak. Kalau tidak keliru, di film-film perjuangan beberapa dekade lampau sering kita lihat adegan layanan dapur umum pada jaman perang kemerdekaan dahulu, yang dikelola untuk para pejuang Indonesia. Mengapa saat ini hal yang baik tersebut tidak atau jarang kita lakukan? Mungkin beberapa gereja sudah melakukan hal ini di beberapa daerah, meski gaungnya belum terdengar.
C. Dalam melakukan pekabaran Injil, kita perlu memberitakan bahwa Yesus bukanlah Mesias yang memerintah dengan kekuatan senjata dan kekerasan militer, sebaliknya Ia datang untuk melayani dalam kelemahlembutan. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan orang yang berdosa. Itulah Injil yang sejati yang perlu kita wartakan.
Untuk direnungkan: sudahkah kita menemukan wajah Yesus melalui rupa sesama kita yang paling menderita? Kiranya Tuhan menolong kita semua untuk semakin mengasihi sesama kita, terutama mereka yang paling berkekurangan dan menderita. Selamat menyongsong Paskah 2014. Amin. Versi 1.0: 15 maret 2014 Victor Christianto, email:
[email protected] Http://www.sciprint.org Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Papers and books can be found at: http://independent.academia.edu/VChristianto Http://independent.academia.edu/VictorChristianto Http://vixra.org/author/victor_christianto Http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto/ Http://id.linkedin.com/pub/victor-christianto/b/115/167 Http://www.academicroom.com/article/how-you-can-get-closer-jesus-christ Http://barnesandnoble.com/s/victor-christianto http://academic.research.microsoft.com/Author/18116142/vic-christianto http://www.amazon.com/Victor-Christianto/e/B00AZEDP4E http://www.amazon.com/Jesus-Christ-Evangelism-Difficult-ebook/dp/B00AZDJCLA http://www.scribd.com/victorchristianto http://issuu.com/christianto2013/docs 91
Yesus Kristus dan Melkisedek: rancangan khotbah Teks: Ibrani 5:10, 7:11-28, Kejadian 14:17-20 Oleh Victor Christianto, email:
[email protected]
Pendahuluan Perkenankan saya untuk mengangkat sebuah tema yaitu Yesus Kristus dan Melkisedek. Tema ini cukup penting dalam rangka memahami surat Ibrani, selain itu tema ini sangat penting agar kita lebih teguh dalam iman percaya kita akan Yesus Kristus sang Juruselamat Dunia. Kita akan mulai dengan suatu pengenalan tentang siapakah itu Melkisedek. Nats kita adalah Ibrani 7:11-28, meskipun Melkisedek telah disinggung dalam surat Ibrani sejak ayat 5:10: “…dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.” Ada tiga hal penting dalam pemikiran penulis surat Ibrani mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dapat dijumpai dalam surat ini; hubungan kita dengan Tuhan adalah oleh perjanjian, keimaman dan pengorbanan, dan Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Tuhan. Menurut kitab Kejadian, Melkisedek datang dari masa lalu yang kekal dan tidak kelihatan. Kita tidak tahu apa-apa tentang dia termasuk silsilahnya. Dia tiba-tiba muncul membawa roti dan anggur, memberkati Abraham, dan Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepadanya. Dan sepanjang yang dicatat dalam Kitab Suci, ia terus hidup dan masa depannya adalah kekal. Demikianlah Melkisedek tidak disebut lagi dalam Kitab Suci sampai dicatat dalam nubuat Daud dalam Mazmur 110:4, sebagaimana juga dikutip dalam Ibrani 7:17, yang memberi kesaksian: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Adalah menarik untuk mencatat, bahwa Melkisedek yang disebutkan tanpa silsilah dapat menjadi imam Allah Yang Mahatinggi, khususnya jika mengingat bahwa menurut peraturan Harun (setelah Keluaran) untuk menjadi imam seseorang mesti menunjukkan silsilahnya yang menunjukkan bahwa ia adalah dari suku Lewi. Dalam kitab Nehemia ada tercatat sekelompok orang yang tidak dapat menunjukkan silsilah mereka sebagai keturunan Lewi diberhentikan dari pelayanan mereka di mezbah (Neh. 7:64). Karena itu jelas di sini bahwa Melkisedek adalah 92
seorang imam yang lebih tinggi daripada Harun, karena pada waktu Melkisedek menyongsong Abraham, Lewi masih belum dilahirkan. Ada tiga hal penting yang dapat kita petik dari teks kita hari ini, yaitu: a. Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dari Harun, b. Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna, c. Yesus hidup selama-lamanya.
1. Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dari Harun Penulis surat Ibrani mengajukan suatu argumen bahwa Yesus Kristus yang dilahirkan di dunia sebagai anggota suku Yehuda, memang tidak dapat menjadi seorang imam menurut peraturan Harun. Seorang imam dalam kebudayaan Israel haruslah dari suku Lewi. Namun Yesus menjadi imam menurut peraturan Melkisedek (Mzm. 110:4), sehingga tidak perlu menjadi seorang keturunan Lewi. Sebagai tambahan Yesus hidup selama-lamanya seperti Melkisedek, sehingga imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan, seorang Imam Besar yang tidak berdosa, yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang tidak perlu mempersembahkan korban untuk dirinya sendiri setiap hari. (7:27). Karena itu Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi daripada Harun atau para imam besar lainnya yang juga mati sebagai manusia biasa. Karena Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih tinggi dari Harun, Ia sanggup menjadi perantara dan pendamai antara Tuhan dan manusia. Ibaratnya kita sekarang memiliki saluran telepon lokal dengan Tuhan, seperti dikisahkan dalam cerita berikut:
Suatu ketika Pendeta Billy Graham mengunjungi Paus Yang Mulia di Roma. Sesampainya di sana ia dibimbing ke suatu ruangan khusus yang disiapkan untuk kedatangannya. Saat duduk menunggu, ia melihat telepon berwarna merah di atas meja marmer yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Ketika Paus masuk dan menyalaminya, sang pendeta berkomentar, “Telepon itu unik. Anda memanfaatkannya untuk apa?” “Aku berbicara dengan Tuhan lewat saluran telepon itu. Saluran langsung istimewa,” jawab Paus. 93
“Benarkah?” Pendeta Graham terperangah. “Berapa biayanya?” “Sekitar 20.000 dolar per menit, tapi benar-benar pantas!” jawab Paus. Setahun kemudian Pendeta Graham mengunjungi Rabi Goldstein di Yerusalem. Lagi-lagi ia melihat telepon merah di atas meja marmer, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Selang beberapa saat ia bertamu ke kediaman Perdana Menteri Israel. Sesampainya di sana, ia dibawa langsung ke kantor sang perdana menteri. Begitu masuk, ia melihat orang penting Israel itu tengah berbicara lewat telepon merah yang terdapat di atas meja marmer. Pendeta Graham tahu ia tengah berbicara dengan Tuhan karena ia mengenal kata Yahudi untuk menyebut Sang Kudus. Setelah kira-kira lima belas menit, pembicaraan itu berakhir. Graham berkomentar,”Dengan lama pembicaraan seperti itu, biayanya barangkali sekitar sejuta dolar.” “Ah, tidak semahal itu,” jawab Perdana Menteri. “Di sini, kami berbicara dengan Tuhan lewat saluran lokal.” Demikianlah, seperti dilukiskan dalam cerita di atas, Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang melayani Allah Yang Mahatinggi adalah bagaikan saluran telepon lokal. Ia sanggup menjadi perantara yang sempurna, sehingga kita beroleh keberanian percaya untuk datang kepada Bapa melalui doa dalam nama-Nya. Hubungan dengan Allah dan manusia dipulihkan melalui pelayanan Yesus Kristus sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek.
2. Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna Hal penting lainnya adalah sebagai Imam Besar, Yesus Kristus juga perlu membawa sesuatu untuk dipersembahkan.(8:3) Dan “Ia melakukannya satu kali untuk selama-lamanya, yaitu ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.” (7:27) Dan karena Yesus Kristus rela mempersembahkan diri-Nya sendiri sampai mati di kayu salib, Ia kemudian dibangkitkan sebagai yang sulung dari antara banyak saudara, dan kemudian Ia hidup selamalamanya karena Ia telah memperoleh kelepasan yang kekal. (9:12) Yesus Kristus mempersembahkan korban yang bersifat sempurna, artinya cukup satu kali saja dipersembahkan dan tidak perlu berulang-ulang seperti yang harus dilakukan oleh imamimam Harun. Korban yang sempurna juga berarti sebuah korban yang dapat mendamaikan banyak orang yang datang kepada Allah oleh Yesus Kristus: “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai 94
persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.” (9:14) Yesus Kristus memberikan diri-Nya sendiri sebagai persembahan kepada Allah, dan korban-Nya adalah sempurna. Korban Yesus Kristus tersebut tidak seperti persembahan dari manusia yang kerapkali berhitung, seperti dalam cerita berikut. Seorang pendeta Katolik, Protestan, dan seorang rabi duduk bersama-sama dalam sebuah pesawat. Mereka membicarakan cara masing-masing menyisihkan uang yang akan diberikan kepada Tuhan. Pendeta Katolik berkata, “Aku berdiri di tengah lingkaran, memasukkan semua uang ke dalam topi, melemparnya ke atas, dan yang mendarat di dalam lingkaran itulah yang kusedekahkan.” Pendeta Protestan berkata, “Aku memasukkan semua uang ke dalam topi, melemparnya ke atas, dan uang yang masuk ke dalam topi kembali itulah yang akan kuserahkan kepada Tuhan.” Sedangkan rabi berkata, “Aku memasukkan seluruh uangku ke dalam topi, melemparnya ke atas, dan yang tetap berada di udaralah yang akan kuserahkan kepada Tuhan.” Tidak seperti cerita di atas, Yesus Kristus memberikan seluruh hidup-Nya bahkan nyawaNya sendiri sebagai korban pendamaian bagi manusia. Karena itulah Ia sanggup menyelamatkan semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia.
3. Yesus hidup selama-lamanya Seperti halnya dengan Melkisedek yang hidup selama-lamanya, Yesus Kristus juga hidup untuk selama-lamanya, karena itu Ia sanggup menyelamatkan semua orang yang datang kepada Allah oleh Dia. Tidak seperti imam-imam Harun dan para imam besar lainnya yang mati karena mereka adalah orang-orang biasa, Yesus Kristus adalah Anak Allah sehingga keimamannya tidak perlu digantikan oleh orang lain. Ia juga adalah pengantara suatu perjanjian baru yang bersifat kekal, dan didasarkan atas janji yang lebih tinggi. (8:6) Penulis surat Ibrani menegaskan bahwa karena Yesus hidup selama-lamanya, maka “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.” (7:25). Karena Yesus Kristus hidup selama-lamanya, kita tidak perlu khawatir bahwa Ia akan digantikan oleh imam besar lainnya, atau khawatir kita mesti berpisah dengan Dia. Ia sanggup 95
menjadi pendamai antara kita dengan Allah sampai selama-lamanya. Cerita berikut adalah tentang tiga orang Yahudi yang baru saja meninggal. Tiga sekawan yaitu David, Shlomo, dan Yaakov meninggal dalam tragedi kecelakaan mobil. Tapi mereka orang Yahudi yang taat jadi masuk surga. Malaikat membimbing mereka ke pintu surga. Lalu mereka ditanya,”Saat berada dalam peti mati dan ditangisi teman, handai taulan, dan keluarga kalian, ucapan apa yang ingin kalian dengar dari mereka?” “Aku ingin mereka mengatakan bahwa aku adalah dokter dan ayah yang hebat,” kata David. “Aku ingin mereka berkata bahwa aku suami yang luar biasa dan seorang guru yang membawa perubahan bagi masa depan anak-anak,” ujar Shlomo. Sedangkan Yaakov menjawab, “Aku ingin mereka berkata …. LIHAT, LIHAT! DIA BERGERAK!!!” Kita tidak perlu khawatir, Yesus Kristus terus bergerak karena Dia hidup dan Ia hidup untuk selama-lamanya, menjadi Imam Besar yang sempurna.
4. Kesimpulan dan Penutup Setelah mendengar pemaparan bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek, sekarang kita dapat yakin dan percaya dengan iman teguh bahwa Yesus Kristus sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang datang kepada Allah oleh Dia, termasuk Anda dan saya. (ayat 7:25). Kiranya hal ini meneguhkan iman percaya kita bersama. Selain itu, dengan menyelidiki berbagai kutipan dari teks Perjanjian Lama dalam surat Ibrani, kita dapat semakin memahami cara berpikir orang-orang Kristen mula-mula khususnya tentang bagaimana mereka membaca Perjanjian Lama. Inilah satu dari dua kitab dalam Perjanjian Baru selain Matius, yang memuat banyak kutipan dari teks Perjanjian Lama.
96
Bahan sekolah minggu: Kain dan Habel Bahan Alkitab: Kejadian 4:1-16 Victor Christianto, email:
[email protected]
1. Fokus Kisah Kain dan Habel sudah sangat dikenal baik oleh kaum dewasa maupun oleh anak-anak, karena kisah ini sangat gamblang menceritakan untuk kali pertama tentang pembunuhan manusia oleh manusia lainnya dalam Alkitab. Kisah ini juga menceritakan bahaya persaingan yang tidak sehat dalam keluarga (sibling rivalry). Anak-anak akan diajak untuk merenungkan bagaimana menempatkan diri secara baik dan harmonis dalam keluarga.
2. Tujuan a. Mengajak anak-anak untuk hidup dalam damai dengan saudara-saudari dalam keluarga. b. Mengajak anak-anak untuk beribadah dan memberikan persembahan kepada Tuhan dengan sikap hati yang tulus dan tanpa kebencian.
3. Penjelasan Bahan a. Sebelum ada peristiwa Kain dan Habel, Alkitab tidak pernah mencatat adanya pembunuhan antara manusia satu terhadap lainnya. Namun peristiwa Kain membunuh Habel menandai bahwa manusia cenderung untuk melukai bahkan dapat membunuh manusia lainnya jika tidak dapat mengendalikan amarahnya. b. Penjelasan yang mungkin terhadap penyebab Kain membunuh Habel, adiknya sendiri, adalah karena ia merasa sakit hati karena persembahannya ditolak oleh Tuhan. Dan persembahan Kain ditolak oleh Tuhan bukan karena Tuhan lebih menyukai profesi gembala daripada petani, atau karena Tuhan lebih menyukai daging bakar, tapi karena sikap hati Kain dalam mempersembahkan korban yang penuh dengan kebencian. Sikap hati itulah yang tidak berkenan di hadirat Tuhan. Tuhan ingin umat-Nya mempersembahkan korban dengan hati yang penuh damai, bandingkan Mat. 5:23-24. Sikap hati yang penuh 97
dengki dan kebencian itu selanjutnya memuncak dalam tindakan membunuh, meskipun Tuhan telah memperingatkan Kain untuk tidak menuruti godaan dosa. c. Dari teks ini anak-anak dapat belajar bagaimana kita seharusnya: (a) mengasihi Tuhan namun sekaligus mengasihi saudara mereka sendiri, (b) memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan, (c) hidup rukun dan damai dengan saudara-saudara khususnya saudara sekandung dalam keluarga.
4. Pelajaran untuk Anak kelas 4-6 SD a. Bacalah secara bergantian teks Kej. 14:1-16. b. Pendahuluan: Mintalah beberapa anak untuk bercerita pengalaman mereka dalam keluarga. Pernahkah mereka merasa diperlakukan tidak adil (pilih kasih) oleh orang tua? Lalu apa yang mereka lakukan untuk meredam sakit hati tersebut? Apakah ada di antara anak-anak yang memendam rasa sakit hati kepada ayah, ibu, saudara-saudara bahkan guru dan teman-teman sekelas? Ingatkan adik-adik bahwa sakit hati bisa berubah jadi dendam, dan dendam bisa berubah jadi kejahatan. c. Jelaskan kepada anak-anak bahwa Tuhan berkenan kepada keluarga mereka jika mereka hidup rukun dalam keluarga, baik antara ibu dan ayah, maupun antara saudara-saudari dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi jika seluruh anggota keluarga hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dan sesama anggota keluarga. Daud menggubah pujian dalam Mazmur 133:1 yang antara lain berisi: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudarasaudara diam bersama dengan rukun!” d. Ajak anak-anak untuk mendiskusikan apakah penyebab persembahan Kain ditolak oleh Tuhan? Jika mungkin, tuliskan di papan tulis jawaban-jawaban dari anak-anak. e. Berikan penjelasan kepada anak-anak, bahwa persembahan Kain ditolak Tuhan bukan karena ia petani dan Habel gembala, atau karena Kain mempersembahkan hasil bumi (sayuran) dan bukan kambing domba. Tapi persembahan Kain ditolak karena Kain mempersembahkan dengan hati yang 98
penuh kebencian dan iri hati, terutama kepada saudaranya. Sikap hati yang penuh kebencian itu tidak berkenan di hadirat Tuhan, bahkan sekalipun ia mempersembahkan korban. Bandingkan dengan Mat. 5:23-24. f. Selanjutnya sikap hati yang penuh kebencian ini berubah menjadi kemarahan yang mendalam terhadap Habel. Meskipun Tuhan sudah memperingatkan Kain untuk mengendalikan emosinya (Kej. 4:6-7), ternyata ia tetap menjalankan rencananya untuk membunuh adiknya. Akibatnya Kain diusir dari tanah kelahirannya dan menjadi pengembara. Tanah juga dikutuk menjadi tandus dan tidak menghasilkan tumbuhan yang cukup. g. Tutuplah dengan pesan bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan kepada para murid-Nya: jangankan
membunuh, menyimpan kemarahan saja
merupakan suatu dosa di hadapan Tuhan. (Baca Mat. 5:22) h. Penerapan: i. Jangan kamu iri hati akan saudaramu, atau mengingini apa yang dimilikinya (Kel. 20:17). ii. Jangan menyimpan sakit hati atau kebencian akan saudaramu (Mat. 5:22). iii. Hendaklah kamu ikhlas dalam memberikan persembahan dan beribadah kepada Tuhan, jangan memberikan persembahan jika masih ada dengki atau kebencian terhadap siapapun (Mat. 5:23-24). iv. Persembahkanlah hasil yang terbaik dari apapun yang kamu kerjakan, maka Tuhan akan menerima persembahanmu. i. Ilustrasi: Ada kisah tentang seorang pengembara yang bertemu dengan malaikat. Malaikat ini berjanji untuk mengabulkan apa saja permintaan pengembara itu, tapi hanya satu permintaan saja. Pengembara itu merenungkan berhari-hari tentang permintaan apa yang hendak diajukan kepada malaikat ini. Jika ia minta kekayaan, lalu bagaimana kalau ia sakit, bukankah kekayaan bisa habis kalau sakit parah. Kalau ia minta kesehatan, bagaimana kalau ia berumur pendek, bukankah percuma sehat tapi berumur pendek. Setelah seminggu ia berpikir keras, akhirnya ia menyerah dan bertanya kepada malaikat itu apa yang sebaiknya ia minta. Malaikat itu 99
tertawa, dan menjawab: “Ah, memang satu permintaan bisa menjadi sesuatu yang sulit. Mintalah hati yang damai apapun yang terjadi, sehingga apapun yang terjadi padamu, hidupmu tetap penuh damai.” j. Pertanyaan untuk direnungkan: apakah adik-adik sudah belajar mengasihi saudara-saudari sekandung dan juga orangtua seperti diri sendiri? Apakah adik-adik masih sering berebut jika ada hadiah untuk kakak atau adik? Sudahkah adik-adik memuji Tuhan dengan sukacita atau masih terpaksa? k. Tanyakan kepada anak-anak: maukah adik-adik belajar hidup dalam damai dan mengasihi semua anggota keluarga? Berdoalah sekarang juga agar Roh Kudus berkuasa dan memimpin hidupmu hari demi hari dan menjauhkan adikadik dari amarah dan kebencian terhadap saudara-saudari dan ayah-ibu. Mintalah dari Tuhan hati yang penuh damai dan bebas dari kebencian, dengki, dan iri hati. l. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema hidup damai dalam keluarga. Saran: O, betapa indahnya. m. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas ayah-ibu dan saudara-saudari yang telah diberikan Tuhan untuk menjaga saya, ajar saya untuk mengasihi mereka dan hidup dalam damai dan penuh cinta kasih dengan semua anggota keluarga.
5. Pelajaran untuk Anak kelas 1-3 SD a. Bacalah secara bergantian teks Kej. 14:1-16. b. Pendahuluan: Mintalah beberapa anak untuk bercerita pengalaman mereka dalam keluarga. Pernahkah mereka merasa diperlakukan tidak adil (pilih kasih) oleh orang tua? Lalu apa yang mereka lakukan untuk meredam sakit hati tersebut? Apakah ada di antara anak-anak yang memendam rasa sakit hati kepada ayah, ibu, saudara-saudara bahkan guru dan teman-teman sekelas? Ingatkan adik-adik bahwa sakit hati bisa berubah jadi dendam, dan dendam bisa berubah jadi kejahatan. c. Jelaskan kepada anak-anak bahwa Tuhan berkenan kepada keluarga mereka jika mereka hidup rukun dalam keluarga, baik antara ibu dan ayah, maupun 100
antara saudara-saudari dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi jika seluruh anggota keluarga hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dan sesama anggota keluarga. Daud menggubah pujian dalam Mazmur 133:1 yang antara lain berisi: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudarasaudara diam bersama dengan rukun!” d. Ajak anak-anak untuk mendiskusikan apakah penyebab persembahan Kain ditolak oleh Tuhan? Jika mungkin, tuliskan di papan tulis jawaban-jawaban dari anak-anak. e. Berikan penjelasan kepada anak-anak, bahwa persembahan Kain ditolak Tuhan bukan karena ia petani dan Habel gembala, atau karena Kain mempersembahkan hasil bumi (sayuran) dan bukan kambing domba. Tapi persembahan Kain ditolak karena Kain mempersembahkan dengan hati yang penuh kebencian dan iri hati, terutama kepada saudaranya. Sikap hati yang penuh kebencian itu tidak berkenan di hadirat Tuhan, bahkan sekalipun ia mempersembahkan korban. Bandingkan Mat. 5:23-24. f. Selanjutnya sikap hati yang penuh kebencian ini berubah menjadi kemarahan yang mendalam terhadap Habel. Meskipun Tuhan sudah memperingatkan Kain untuk mengendalikan emosinya (Kej. 4:6-7), ternyata ia tetap menjalankan rencananya untuk membunuh adiknya. Akibatnya Kain diusir dari tanah kelahirannya dan menjadi pengembara. Tanah juga dikutuk menjadi tandus dan tidak menghasilkan tumbuhan yang cukup. g. Tutuplah dengan pesan bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan kepada para murid-Nya: jangankan
membunuh, menyimpan kemarahan saja
merupakan suatu dosa di hadapan Tuhan. (Baca Mat. 5:22) h. Ilustrasi: Ada kisah tentang seorang pengembara yang bertemu dengan malaikat. Malaikat ini berjanji untuk mengabulkan apa saja permintaan pengembara itu, tapi hanya satu permintaan saja. Pengembara itu merenungkan berhari-hari tentang permintaan apa yang hendak diajukan kepada malaikat ini. Jika ia minta kekayaan, lalu bagaimana kalau ia sakit, bukankah kekayaan bisa habis kalau sakit parah. Kalau ia minta kesehatan, bagaimana kalau ia berumur pendek, bukankah percuma sehat tapi berumur 101
pendek. Setelah seminggu ia berpikir keras, akhirnya ia menyerah dan bertanya kepada malaikat itu apa yang sebaiknya ia minta. Malaikat itu tertawa, dan menjawab: “Ah, memang satu permintaan bisa menjadi sesuatu yang sulit. Mintalah hati yang damai apapun yang terjadi, sehingga apapun yang terjadi padamu, hidupmu tetap penuh damai.” i. Pertanyaan untuk direnungkan: apakah adik-adik sudah belajar mengasihi saudara-saudari sekandung dan juga orangtua seperti diri sendiri? Apakah adik-adik masih sering berebut jika ada hadiah untuk kakak atau adik? Sudahkah adik-adik memuji Tuhan dengan sukacita atau masih terpaksa? j. Tanyakan kepada anak-anak: maukah adik-adik belajar hidup dalam damai dan mengasihi semua anggota keluarga? Berdoalah sekarang juga agar Roh Kudus berkuasa dan memimpin hidupmu hari demi hari dan menjauhkan adikadik dari amarah dan kebencian terhadap saudara-saudari dan ayah-ibu. Mintalah dari Tuhan hati yang penuh damai dan bebas dari kebencian, dengki, dan iri hati. k. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema hidup damai dalam keluarga. Saran: O, betapa indahnya. l. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas ayah-ibu dan saudara-saudari yang telah diberikan Tuhan untuk menjaga saya, ajar saya untuk mengasihi mereka dan hidup dalam damai dan penuh cinta kasih dengan semua anggota keluarga.
6. Pelajaran untuk Anak TK a. Ceritakanlah kisah Kain dan Habel dari teks Kej. 14:1-16. b. Jelaskan kepada anak-anak bahwa Tuhan berkenan kepada keluarga kita jika kita hidup rukun dalam keluarga, baik antara ibu dan ayah, maupun antara saudara-saudari dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi jika seluruh anggota keluarga hidup dalam ketaatan dan mengasihi Tuhan dan sesama anggota keluarga. Daud menggubah pujian dalam Mazmur 133:1 yang antara lain berisi: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” 102
c. Tutuplah dengan pesan bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan kepada para murid-Nya, jangankan
membunuh, menyimpan kemarahan saja
merupakan suatu dosa. (Baca Mat. 5:22) d. Tanyakan kepada anak-anak: maukah adik-adik belajar hidup dalam damai dan mengasihi semua anggota keluarga? Berdoalah sekarang juga agar Roh Kudus berkuasa dan memimpin hidupmu hari demi hari dan menjauhkan adikadik dari amarah dan kebencian terhadap saudara-saudari dan ayah-ibu. Mintalah dari Tuhan hati yang penuh damai dan bebas dari kebencian, dengki, dan iri hati. e. Ajak anak-anak bernyanyi dengan tema hidup damai dalam keluarga. Saran: O, betapa indahnya. f. Tutup dengan doa: ucapkanlah syukur atas ayah-ibu dan saudara-saudari yang telah diberikan Tuhan untuk menjaga saya, ajar saya untuk mengasihi mereka dan hidup dalam damai dan penuh cinta kasih dengan semua anggota keluarga.
Versi 1.0: 6 juni 2014 Victor Christianto, email:
[email protected] http://sciprint.org http://independent.academia.edu/VChristianto
103
Bahan ajar sekolah minggu: Abraham diuji imannya By Victor Christianto, email:
[email protected]
Bahan ajar Sekolah Minggu 13 juli Tanggal: Minggu II, 13 juli 2014 Tema: Abraham diuji imannya Teks: Kej. 22:1-19
1. Fokus Salah satu tema yang cukup menonjol dalam Alkitab adalah tentang orang-orang besar yang diuji iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan, misalnya bisa disebut di sini Abraham dan Ayub. Anak-anak akan diajak untuk merenungkan bagaimana mengambil sikap yang benar jika menghadapi ujian atau masalah yang melibatkan hal-hal yang mereka cintai.
2. Tujuan: 2.a. Mengajak anak-anak untuk mengutamakan Tuhan dalam hidup mereka di atas segala hal. 2.b. Mengajak anak-anak untuk percaya bahwa Tuhan tidak pernah mencobai lebih dari kemampuan kita, dan Ia senantiasa memberikan jalan keluar dari persoalan kita asal kita tetap percaya kepadaNya.
3. Penjelasan bahan: 3.a. Dalam tradisi banyak agama kuno di dunia ini, terdapat ritual mengenai persembahan kepada dewa-dewa untuk meredakan kemarahan para dewa tersebut. Persembahan itu mungkin berupa hewan seperti kambing dan domba, tapi juga tidak jarang berupa manusia. Misalnya ritual suku Maya dan Inca di amerika latin, pada jaman dulu mereka sering melakukan upacara persembahan korban manusia, yang diabadikan dalam teks teks kuno atau pahatan di piramida-piramida mereka. Demikian juga dengan suku-suku asli di pedalaman Papua, praktek-praktek semacam ini pernah dijumpai. 3.b. karena itu jika kita membaca teks Kejadian 22:1-19 maka mau tidak mau teks ini mengingatkan kita akan ritual kuno persembahan kurban manusia tersebut. Benarkah Tuhan 104
menghendaki Abraham untuk mempersembahkan anaknya sendiri sebagai kurban bakaran? 3.c. Dari teks ini kita belajar bahwa ternyata Tuhan tidak menghendaki persembahan anak Abraham, sebaliknya Tuhan menyediakan sendiri anak domba untuk dijadikan korban. Karena itu Abraham mengatakan: “Tuhan menyediakan” (Jehovah Jireh). Hal ini juga merupakan simbol bagi pengorbanan Yesus di atas kayu salib bagi penebusan dosa manusia, ternyata Tuhan tidak menghendaki umat manusia mati, dan karena itu Ia mengutus AnakNya sendiri sebagai Anak Domba Allah untuk menghapus dosa dunia (lihat Yoh. 1:29,1:36 ).
4. Pelajaran untuk anak kelas besar (4-6 sd) dan kelas tengah (1-3 sd) 4.a. Bacalah teks Kej. 22:1-19 secara bergantian. 4.b. pendahuluan: tanyakan kepada anak-anak apa yang akan mereka lakukan jika ada orang yang meminta barang-barang yang mereka cintai, misalnya mainan kesayangan, sepeda, tas atau lainnya? Maukah mereka memberikannya? 4.c. Ilustrasi: Rita adalah seorang anak kelas 3 sd, dia mempunyai sebuah boneka beruang yang sangat dia sukai, dan setiap malam boneka itu menemani dia di tempat tidur. Suatu kali seorang guru sekolah minggu menanyakan kepada Rita apakah bonekanya boleh dipinjam oleh guru-guru sekolah minggu untuk digunakan dalam pertunjukan panggung boneka. Bagaimana sikap adikadik jika menjadi Rita, akan memberikan boneka kesayangan atau tidak? 4.d. Abraham juga memiliki sesuatu yang sangat disayanginya selain istrinya, yaitu anaknya yang telah ditunggunya selama 25 tahun. Tuhan juga menjanjikan bahwa anaknya itu akan menjadi bangsa yang besar. Tetapi Abraham kaget mendengar perintah Tuhan supaya dia mempersembahkan anaknya yang tunggal itu. Namun ia tidak bertanya: mengapa saya,Tuhan? Tetapi keesokan harinya ia langsung berkemas untuk pergi ke gunung bersama Ishak dan bujangnya. Ketika Ishak bertanya kepada ayahnya: Di manakah domba untuk persembahan? ( ay. 7) Maka Abraham dengan penuh iman menjawab bahwa Tuhanlah yang akan menyediakan (ay. 8). Mungkin juga Abraham menjawab anaknya itu dengan nada agak putus asa. Tapi yang jelas ia berjalan terus ke atas gunung, dan ternyata pada menit terakhir sebelum ia menyembelih anaknya, ternyata Tuhan menyetop dia dan memang ada anak domba di belakangnya yang telah disiapkan Tuhan. 4.e. jelaskan pelajaran dari teks ini: - kata “mencoba” dalam ayat 1 merupakan pengaruh King James Version dalam alkitab LAI. 105
Dalam KJV, Kej. 22:1 menggunakan kata "tempt" atau mencobai, padahal Tuhan tidak pernah mencobai. Kata yang lebih tepat adalah menguji atau "test." - Tuhan kadang mendidik anak-anakNya dengan cara menguji iman mereka dengan tujuan agar iman mereks bertumbuh. Karena itu anggaplah ujian sebagai suatu tanda bahwa adik-adik akan naik kelas. - Tuhan melarang manusia untuk mempersembahkan anak-anaknya, jadi Tuhan tidak seperti dewa-dewa kuno yang menuntut persembahan anak sebagai kurban. Baca Imamat 18:21, 20:2. Bahkan menurut Imamat, jika ada orang yang mempersembahkan kurban anaknya sendiri kepada Molokh, maka ia harus dihukum mati. Jelas bahwa Tuhan tidak ingin ada manusia yang mati untuk menebus dosa yang manusia lainnya, karena itu Tuhan mengutus AnakNya yang tunggal untuk menjadi Anak Domba Allah yang menebus dosa manusia (Yoh. 1:29, 1:36). - ada suatu pola dalam hidup orang beriman khususnya dalam hidup Abraham, yaitu di mana ada suatu situasi krisis, ia tidak menyerah tapi terus melangkah dan berjalan dengan iman hingga Tuhan membuka jalan keluar. Ini dapat kita amati ketika ia meninggalkan sanak familinya, memasuki tanah mesir dst. Abraham terus berjalan bersama Tuhan. Dalam kalimat Prof. Yohanes Surya, kita perlu menerapkan krilangkun. Kri artinya setiap krisis pasti memiliki jalan keluar. Lang artinya melangkah terus dengan iman dan doa. Kun artinya tekun dalam menempuh perjalanan bersama Tuhan hingga Tuhan menggerakkan alam semesta untuk menolong kita menemukan jalan keluar. Itulah prinsip Mestakung (semesta mendukung). Situasi kritis bisa berasal dari orang lain, situasi, Tuhan, atau kita menciptakan sendiri situasi kritis, misalnya adik-adik memasang suatu target untuk tampil sebagai penyanyi lagu rohani yang populer di youtube.com. Maka itu juga suatu kondisi kritis atau tantangan untuk dicapai. Selanjutnya adalah mulai melangkah, misalnya dengan mengambil les vokal atau menyanyi. 4.f. Tutuplah dengan pesan agar anak-anak semakin mempercayai dan mengasihi Tuhan di atas segalanya. Yakinlah bahwa Tuhan senantiasa menyediakan jalan keluar dari masalah-masalah kita. Ajak anak-anak berdoa agar Tuhan menguatkan dan memampukan adik-adik untuk tetap setia dan mengasihi Tuhan apapun yang terjadi. 4.g. Penerapan: - hendaknya kita dengar-dengaran kepada perintah orangtua, guru dan Tuhan - hendaknya kita mengasihi Tuhan di atas segala hal - hendaknya kita yakin untuk berjalan dengan iman sampai Tuhan membukakan jalan keluar atas 106
masalah kita - percayalah bahwa Tuhan menyediakan apa yang kita perlukan (Jehovah Jireh). 4.h. Tutup dengan lagu: Kutahu Tuhan pasti buka jalan.
5. Pelajaran untuk kelas kecil (1-5 tahun) 5.a. Tidak usah membacakan teks Kejadian 22:1-19 5.b. ceritakanlah tentang Abraham yang diminta oleh Tuhan untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal yaitu Ishak, ternyata Abaham menurut dan tidak membantah Tuhan. 5.c. Pertanyaan: apakah adik-adik mau menurut perintah orang tua, guru dan Tuhan Yesus? 5.d. Ajak anak-anak menyanyi: kutahu Tuhan pasti buka jalan.
Version 1.0: 2 juli 2014 Victor Christianto Email:
[email protected] URL: http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto URL: http://independent.academia.edu/VChristianto
107
Bagaimana menjalani masa remaja bersama Tuhan Teks: Mzm. 1 Nats: Mzm. 119:9 Waktu: 25 juni 2014
Pendahuluan Apakah adik-adik kadang merasa kurang dimengerti dan didengar oleh orang dewasa termasuk orangtua? Atau kalian tidak memperoleh rasa aman dari orang tua? Masa remaja memang merupakan masa yang paling sulit dalam kehidupan seseorang. Mereka sering merasa tidak dimengerti, kurang dicintai dan didengar oleh orang-orang dewasa. Mereka berjuang terhadap depresi dan tekanan sosial, dan sebagai akibatnya mereka bisa melakukan tindakan- tindakan yang keliru.
Kenakalan dan kejahatan remaja Mungkin ada perbedaan antara kenakalan dan kejahatan, misalnya kenakalan belum tentu menjadi tindak kriminal. Tapi jika sudah menjadi kriminalitas remaja maka istilah yang tepat adalah "juvenile delinquency." Juvenile delinquent adalah seseorang yang masih di bawah umur 18 tahun, tapi melakukan tindakan yang seharusnya dikategorikan sebagai tindak kejahatan. Hal ini mencakup perampokan, pemerkosaan, vandalisme, gang, napza, dll. Ada beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi resiko seorang remaja menunjukkan gejala juvenile delinquency: - faktor sosial. Ingat juga I Kor. 15:33 "pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik..." - faktor individual - faktor tingkat sosioekonomi yang rendah - faktor penolakan teman - faktor pencapaian atau kegagalan dalam belajar 108
- faktor biologis, misalnya tingginya kadar serotonin dalam otak dapat memicu agresivitas. Sebaliknya, tingkat serotonin yang rendah mungkin berhubungan dengan gejala depresi. - faktor attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) - faktor keluarga, misalnya gaya orangtua mendidik (otoriter dll) Lihat misalnya http://en.m.wikipedia.org/wiki/Juvenile_delinquency.
Beberapa contoh problem yang kerap dialami remaja: A. Merokok ( sering mulanya karena ikut ikutan) B. Bullying C. Mengutil ( shoplifting) D. depresi E. pergaulan bebas dan pornografi F. Obesitas G. Anorexia H. Bulimia I. Minum alkohol J. Obat-obatan (napza) Untuk penjelasan tentang 10 problem remaja ini, bisa dilihat di http://www.howtolearn.com/2013/01/top-10-problems-of-troubled-teens/
Beberapa problem lain sifatnya kurang kentara dari luar, tapi bisa berdampak buruk, misalnya: K. Kurang pede (low self-esteem) J. Isolasi diri (antisosial), ada kecenderungan psikopatik K. Keinginan bunuh diri yang kuat (meskipun temporer) L. Ingin melawan orangtua, guru dan semua otoritas lainnya M. Sulit percaya dan menyerahkan diri kepada Tuhan N. Problem cinta, pacaran, putus dan galau O. Problem menganggur dan waktu luang P. mungkin adik-adik ada saran problem yang lain?
Salah satu alasan munculnya berbagai problem remaja tersebut adalah adanya hubungan yang 109
kurang harmonis dengan orang tua. Bill Sanders mengungkapkan berbagai keluhan remaja terhadap orang tua mereka, antara lain: - orang tua sering bertengkar - orang tua tidak memupuk kasih dalam keluarga - orang tua tidak punya waktu bersama untuk mendengar anak-anak mereka - orang tua tidak menunjukkan kasih yang tidak bersyarat - orang tua tidak dapat menjadi contoh - orang tua tidak memiliki keberanian untuk berkata tidak - orang tua tidak membantu anak-anak untuk membangun di atas dasar yang benar - orang tua tidak membantu anak-anak menemukan bakat khusus mereka - orang tua tidak pernah memeluk anak-anak mereka - orang tua tidak pernah menunjukkan rasa bangga akan anak-anak - orang tua tidak menyediakan waktu untuk belajar tentang kepribadian anak-anak - orang tua cenderung melakukan segala sesuatu untuk anak-anak - orang tua tidak memberi pertolongan kepada anak-anak untuk mengendalikan hidup - orang tua tidak membantu anak-anak menemukan idola-idola - orang tua tidak melatih anak-anak dalam mengambil keputusan yang baik - orang tua tidak melatih anak-anak untuk mengatakan segala hal kepada orang tua
Meskipun orang tua kalian tidak sempurna dan memiliki banyak kelemahan, kalian mesti belajar untuk mengasihi mereka, karena orang tua juga mengasihi kalian dalam segala kelemahan mereka. Mintalah kepada Tuhan untuk melengkapi apa yang tidak diajarkan dan tidak diberikan oleh orang tua kalian.
Sebagai tambahan, salah satu faktor yang mungkin menyebabkan perilaku kenakalan remaja adalah karena kurangnya rasa aman akibat hubungan yang buruk dengan ibu saat masih bayi. Jika seorang bayi ditinggalkan atau diabaikan oleh ibunya, maka kemungkinan ia akan menjadi seorang pembangkang. Di sini kita perlu memperhatikan, bahwa sekalipun orangtua kita mungkin gagal memberikan rasa aman yang cukup, kita dapat terus bersandar kepada Tuhan, Sang sumber rasa aman yang sejati. Lihat Maz. 4:8.
110
Penutup Sebagai pesan terakhir, memang dalam masa muda yang penuh gairah, banyak remaja memilih untuk menuruti bujukan teman untuk hidup berresiko, seperti minum alkohol, mencoba obatobatan, pergaulan bebas dll, tapi sebaiknya kita mengambil jalan yang sempit dan menjaga tingkah laku kita sesuai dengan Maz. 119:9. Bersama kita Tuhan kita tidak akan goyah di tengah badai apapun hingga memasuki masa dewasa. Maz. 112:6; 121:3.
Tugas untuk dikerjakan Sebagai penutup, kadang-kadang sebagai remaja sulit untuk mengungkapkan isi hati kita kepada orang tua. Nah sekarang kalian diberi kesempatan selama 10 menit untuk mengungkapkan apa yang kalian rasa perlu diperbaiki dari orang tua kalian. Tolong jangan lupa berikan nama kalian, sehingga jika saya ketemu dengan mereka, saya dapat menyampaikan saran dan keluhan kalian. Selamat menulis!
Tuhan kiranya senantiasa menyertai kalian semua.
25 juni 2014 Victor Christianto Email:
[email protected] URL: http://independent.academia.edu/VChristianto http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto Http://www.sciprint.org Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Phone: (62) 341-403205
111
Kuasa dalam Pujian by Victor Christianto, email:
[email protected]
Teks: Kis. 16:19-40 Tanggal: 12 juli 2014
Kata pembuka Apakah adik-adik rindu untuk memiliki hidup yang berkemenangan dan berkelimpahan? Janji Yesus kepada para muridNya adalah mereka akan memiliki hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10). Namun banyak orang Kristen menjalani hidup yang penuh kekalahan, karena mereka belum mengerti bagaimana menggunakan senjata yang ampuh yang diberikan Tuhan kepada orang percaya, yaitu: doa, pujian, dan puasa. Dalam kesempatan ini, kita akan menyoroti khususnya kuasa dalam pujian. Memang tema ini terkesan bernuansa karismatik, tapi kita akan coba mengkaji nanti dari sudut pandang fisika, khususnya teori tentang gelombang dan frekuensi.
Apakah pujian itu? Seringkali orang menyebut Pujian dan Penyembahan seolah olah keduanya sama persis atau paling tidak terkombinasi menjadi satu. Pujian dan penyembahan (praise and worship) adalah kegiatan bersama yang saling menunjang dan seringkali tampak sangat mirip bila diekspresikan keluar, namun sebenarnya mereka bukanlah satu dan sama. Pujian dipenuhi dengan pikiran, siapakah Tuhan dan apa yang telah dilakukanNya. Fokusnya pada karakter Allah yang tak terbandingkan maupun perbuatan-perbuatanNya yang ajaib untuk anak-anakNya. (Bob Sorge, 1991, hal. 1-2) Ada 68 kali kata ajaib disebut dalam Alkitab LaI, dan 31 di antaranya di kitab Mazmur. Misalnya Maz. 75:1, 96:3. Jadi inti pujian adalah bersyukur kepada Tuhan dan menceritakan segala perbuatan Tuhan yang ajaib kepada umatNya. Yang perlu diingat adalah pujian tidak bergantung pada apakah kita merasa senang atau tidak, tapi karena kemauan. Kita harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan, bahkan sekalipun kita tidak merasa senang (Maz. 103:1).
112
Apakah penyembahan itu? Memang agak sulit membedakan antara pujian dan penyembahan. Dan penyembahan merupakan salah satu dari empat serangkai: pujian, doa, pengucapan syukur dan penyembahan. Menurut Bob Sorge, pujian kadangkala dapat menjadi jauh, namun penyembahan biasanya intim (Sorge, 1991, hal. 54). Ada 200 kata menyembah dalam Alkitab LAI, yang paling terkenal antara lain adalah ungkapan "menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:23-24). Menurut hemat saya, menyembah Bapa merupakan ungkapan manusia dalam mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap akal budi, dan segenap kekuatan, yaitu Hukum Terutama yang Pertama. Jadi mesti keluar dari hati yang penuh cinta, bukan karena terpaksa. Khususnya karena kita merasa tidak layak menjadi anak Bapa, namun toh Tuhan Yesus telah mati untuk dosa-dosa kita. Bandingkan dengan kisah anak yang hilang, apakah kita dapat menghayati perasaan anak yang hilang tersebut? Atau kita sering seperti anak yang sulung yang cenderung marah kepada bapanya karena menerima adiknya kembali? (Lihat Luk. 15:23-28).
Dampak pujian dan penyembahan yang benar Pujian yang benar dan dinyanyikan dengan sepenuh hati akan membawa hasil. Ada 7 manfaat yang dapat kita harapkan, antara lain:
A. Kemenangan Saat kita memuji dan menyembah Tuhan, kita akan mengalami kemenangan. Lihat misalnya: 2 taw. 20:22. Di sini jelas bahwa Yosafat mengandalkan kuasa Tuhan dalam berperang. Bahkan dalam ayat 21 disebutkan bahwa ia menempatkan para penyanyi di depan pasukan bersenjata. Dalam ayat 22 disebutkan bahwa ketika orang-orang itu mulai menyanyi, Tuhan membuat penghadangan terhadap lawan mereka. Sehingga akhirnya mereka menuai kemenangan bahkan tanpa berperang. Itulah yang dimaksudkan dengan Maz. 22:4-5, bahwa Tuhan bersemayam di atas puji-pujian dan Ia akan meluputkan umatNya yang berseru kepada Dia.
B. kebebasan Pola yang hampir mirip dengan metode Yosafat dapat dijumpai pada kisah Paulus dan Silas di penjara Filipi (Kis. 16:19-40). Saat mereka menaikkan pujian dan doa sekalipun mereka baru 113
dihukum cambuk, maka terjadilah gempa dan pintu pintu penjara terbuka. Yang menarik di sini adalah Paulus dan Silas tidak mengeluh atau bersungut-sungut atas peristiwa buruk yang menimpa mereka? Apakah adik-adik pernah sedikit merasakan dianiaya karena menjadi orang Kristen? Jangan mengeluh, tapi bersukacitalah. Yesus juga mengatakan: berbahagialah orang yang dianiaya karena Aku, bersukacitalah karena demikian juga yang dialami nabi-nabi sebelum kamu. (Mat. 5:11-12).
C. Keberanian Namun demikian, Tuhan memang tidak selalu membebaskan kita dari kesulitan. Namun dengan pujian dan ucapan syukur, kita akan diberikan keberanian dan kekuatan untuk menjalani setiap pencobaan. Salah satu penyebab mengapa jemaat Kristen perdana bertumbuh pesat adalah karena orang orang Romawi tidak dapat percaya, bagaimana orang-orang Kristen yang dianiaya, diadu dengan gladiator atau singa, dapat menghadapi maut sambil menyanyikan pujian. Akhirnya banyak orang bertobat.
D. Terobosan Saat kita memuji dan menyembah Tuhan, kita akan mengalami suatu terobosan dalam hidup. Hal ini terjadi karena semua hambatan dan rintangan yang menghalangi berkat akan disingkirkan, sehingga berkat Tuhan akan mengalir deras. Sebagai ilustrasi, saat bangsa Israel yang dipimpin Yoshua akan menduduki kota Yerikho, mereka mengelilingi benteng selama 6 hari, dan pada hari ketujuh mereka berteriak keras saat selesai melakukan putaran terakhir. Demikianlah firman Tuhan, dan demikianlah yang diperbuat bangsa Israel (Yos. 6:5). Maka iman mereka membuat semua hambatan runtuh, dan mereka dapat menaklukkan Yerikho yang terkenal kokoh.
E. Kelepasan dari kuasa si jahat Ada suatu ayat yag menarik, yaitu saat Daud memainkan musik dengan kecapinya, maka roh jahat yang menghinggapi Saul itu undur daripadanya. Lihat 1 Sam. 16:23. Memang dalam jaman sekarang semakin jarang kita jumpai orang yang kerasukan setan. Tapi di daerah daerah tertentu kuasa kegelapan masih kuat, misalnya di Bali. toraja dll. Tentunya untuk mengusir roh jahat diperlukan latihan khusus. Dan mesti disertai doa, tapi pujian memainkan peranan penting. 114
F. Wahyu dan penglihatan Saat kita memuji dan menyembah Tuhan, kita akan memperoleh wahyu dan penglihatan akan rencana dan maksud Tuhan. Saat Elisa diminta untuk memberikan jalan keluar akan kesulitan air, ia minta dibawakan seorang pemain kecapi. Lihat 2 Raja 3:15-20. Demikianlah pujian membawa atmosfer yang baik bagi datangnya penglihatan yang dari Tuhan.
G. Mukjizat dan Penyembuhan Saat kita memuji dan menyembah Tuhan, kita akan mengalami juga kesembuhan dan mukjizat dalam hidup kita. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, tidak ada yang mustahil bagi orang percaya. Lihat Mark 9:23, Luk. 1:37. Sebagai ilustrasi, seorang lepra yang menyembah Yesus disembuhkan, juga seorang wanita Kanaan yang menyembah Yesus menerima mukjizat berupa kebebasan bagi anaknya dari belenggu setan. Lihat juga Mat. 8:1-3, 15:21-28. Perhatikan di sini ayat 15:25, perempuan itu mendekat dan menyembah Yesus. Jadi sebelum kita menerima mukjizat atau kesembuhan, kita perlu datang mendekat dan menyembah Yesus.
Landasan pemikiran berdasarkan Yoh. 1:1 dan fisika Yoh. 1:1 sangat terkenal dengan kalimat pembuka yaitu: pada mulanya adalah Firman (Logos), Firman itu bersama sama dgn Allah dan Firman itu adalah Allah. Jadi jika segala sesuatu berasal dari Firman, dan Firman berarti ucapan Tuhan, dan ucapan itu berbentuk bunyi atau frekuensi, maka kita dapat menafsirkan ayat ini sebagai suatu ungkapan bahwa segala sesuatu di alam semesta berasal dari gelombang dan frekuensi (Everything is formed by wave and frequency). Sementara itu, dari sudut pandang linguistik, kata lain untuk Logos adalah Dabar (Ibr.) atau Memra (Aram) atau Kalimat (Arab). Itulah sebabnya Isa dalam Quran memiliki gelar khusus yaitu Kalimatullah (Firman dari Allah). Dengan demikian jelas bahwa Yesus sebagai Dabar Yahweh atau Kalimatullah berperan penting baik pada saat penciptaan alam semesta maupun pada penghakiman terakhir pada Akhir Zaman. Itulah yang dimaksudkan Paulus dalam surat Kolose 1:16-17 ("segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.") Dari sudut pandang fisika, segala hal yang ada di bumi memiliki frekuensi natural. Bahkan menurut teori kuantum, energi dapat dinyatakan dalam frekuensi, atau dapat ditulis
115
E = h. f ,
(1)
di mana h adalah tetapan Planck, dan f adalah frekuensi cahaya. Jika kita ingat hukum kesetaraan massa dan energi dari Einstein:
E = m.c 2 ,
(2)
maka kita dapat menyamakan kedua persamaan dasar tersebut menjadi:
h. f = m.c 2 ,
(3)
atau dapat ditulis sebagai berikut: m=
h. f . c2
(4)
Itulah persamaan dasar gelombang materi dari Louis De Broglie. Jadi dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu termasuk atom dan bumi dapat bersifat sebagai partikel maupun gelombang. Salah satu buktinya adalah frekuensi resonansi Schumann, yang telah diamati sejak 1950an oleh para ahli fisika di Jerman (silakan cari di google dengan keyword: Schumann resonance). Penerapan konsep frekuensi ini sangat luas, misalnya: sebuah jembatan yang besar bisa runtuh karena derap kaki prajurit yang lewat, atau kita dapat memanaskan segelas air hanya dengan frekuensi suara. Juga kita dapat memisahkan hidrogen dan oksigen dari air (elektrolisis) menggunakan frekuensi. Meskipun penelitian mengenai hal ini masih jarang tapi jika ditekuni dapat menghasilkan terobosan baru dalam energi yang bukan fosil. Sementara itu, dalam dunia spiritual pun pujian mengambil peran penting, karena pujian terdiri juga atas gelombang bunyi dan frekuensi yang ditujukan untuk memuliakan Tuhan. Karena itu dari ayat-ayat yang kita pelajari di atas, jelas tampak bahwa para nabi dan orang-orang kudus seperti Elisa, Daud, Yosua, Yosafat, Paulus, Silas dan lain lain menggunakan pujian dan penyembahan untuk mencari jawaban Tuhan atas persoalan mereka. Misalnya Yosafat dan Yosua jelas mengutamakan mencari perkenan Tuhan sebelum maju bertempur. Dari ayat ayat ini kita dapat menyimpulkan bahwa kemenangan ditentukan oleh penggunaan frekuensi dengan benar, yaitu dengan cara menaikkan puji-pujian kepada Tuhan.
116
Penutup: untuk direnungkan Bagaimana dengan adik-adik, sudahkah kita memuji dan menyembah Tuhan dengan tulus dan sepenuh hati dan dalam segala situasi? Sudahkah kita menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran? Marilah kita angkat pujian bagi Tuhan di setiap waktu, dengan nyanyian baru. Lihat Maz. 149:15 Sebagai penutup, mari kita angkat pujian: Tuhanlah kekuatan dan mazmurku/hatiku percaya. Amin
Hatiku percaya Lirik: Sari Simorangkir song: Handy Iskandar
Tuhanlah kekuatan dan mazmurku Dia gunung batu dan keslamatanku Hanya padaMu hatiku percaya Kaulah menara dan kota perlindungan
Reff: Ku mau slalu bersyukur Sbab cintaMu padaku Takkan pernah berubah Hatiku percaya
Walau bumi berguncang Gunung gunung beranjak Namun kasih setiaMu Tak pergi dariku
Url: http://www.kidung.com/id/h/hatiku_percaya.htm 117
Sumber: (1) dikembangkan dari The power of praise and worship, Dr. Stanley Vasu, www.sermoncentral.com (2) Bob Sorge, Mengungkap segi-segi pujian dan penyembahan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 1991. Hal. 1-10.
Version 1.0: 8 juli 2014 Victor Christianto Email:
[email protected] Http://www.sciprint.org Http://independent.academia.edu/vchristianto Http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto
118
Biografi singkat penulis
Victor Christianto lahir di Jawa Timur, Indonesia, dan menempuh pendidikan dasar hingga universitas di Malang. Ia mengalami lahir baru pada tahun 1987. Ia menyelesaikan studi di Fakultas Teknik - Universitas Negeri Brawijaya pada bulan September 1992. Selanjutnya ia bekerja sebagai insinyur dari 1993-2000 dalam pelbagai proyek di Jakarta dan luar Jawa. Pada tahun 2000 dia kembali ke Jakarta dan beralih profesi menjadi webdeveloper yang ditekuninya hingga 2008. Saat ini ia adalah staf pengajar di Institut Pertanian Malang. Ia pernah menempuh studi gravitasi dan kosmologi di Institute of Gravitation and Cosmology di Peoples’s Friendship University of Russia, Moscow (Desember 2008-Juni 2009), sebelum beralih fokus ke teologi. Saat ini ia baru menyelesaikan studi pascasarjana (MTh.) di Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti (www.sttsati.org) pada September 2014. Bidang minatnya meliputi antara lain: teologi, sejarah Kekristenan Perdana, Naskah-naskah Laut Mati, energi terbarukan dan kosmologi. Ia telah menerbitkan 3 buku spiritual, yaitu: Grace for you: 44 Guides for Living Inspired by Jesus Christ (2013), A.L.I.C.E. with Jesus: A LIfe-Changing Experience with Jesus (2014), dan Drink the New Wine (2014). Ketiga buku tersebut diterbitkan oleh Blessed Hope Publishing, Germany, dan dapat diperoleh di http://www.morebooks.de atau http://www.amazon.com. Aktivitas lain di antaranya adalah kegiatan gerejawi di samping mengelola situs jejaring sosial untuk pengembangan energi terbarukan (www.sciprint.org). Hingga Pebruari 9, 2014, situs jejaring sosial tersebut telah memiliki lebih dari 30.000 anggota terdaftar dari seluruh dunia. Dalam kurun waktu 2005-2013 ia telah menerbitkan lebih dari 12 buku baik bersamasama dengan Prof. Florentin Smarandache dan ilmuwan lainnya, maupun sendiri, termasuk: a. Florentin Smarandache & Victor Christianto. Multi-Valued Logic, Neutrosophy, and Schrödinger Equation. USA: Hexis-Phoenix, 2006. b. Florentin Smarandache, Victor Christianto, Radi Khrapko, Fu Yuhua, John Hutchison. Unfolding the Labyrinth: Open Problems in Physics, Mathematics, Astrophysics and other Areas of Science. USA: Hexis-Phoenix, 2006. (Koleksi paper-paper ilmiah)
119
c. Florentin Smarandache & Victor Christianto (editors). Quantization in Astrophysics, Brownian Motion and Supersymmetry. Chennai, Tamil Nadu, India: MathTiger, 2007. (Koleksi paper-paper ilmiah) d. Florentin Smarandache & Victor Christianto (editors). Hadron Models and related New Energy issues (2008). (Koleksi paper-paper ilmiah) e. Florentin Smarandache & Victor Christianto. Cultural Advantage for Cities: An alternative for developing countries (2008). f. Fu Yuhua, Florentin Smarandache & Victor Christianto (editors). Cultural Advantages in China: Tale of Six Cities (2009). (Koleksi paper-paper tentang kebudayaan Cina.) g. Florentin Smarandache & Victor Christianto. Neutrosophic Logic, Wave Mechanics, and Other Stories: Selected Works 2005-2008 (2009). (Koleksi paper-paper ilmiah.) h. Florentin Smarandache, Victor Christianto & Pavel Pintr (editors). Quantization and Discretization at Large Scales. Columbus, Ohio: ZIP Publishing, 2012. (Koleksi paper-paper ilmiah tentang astrofisika.) i. Victor Christianto. Some Problems of Nuclear Energy Development in Asia. Amazon Kindle Digital Publishing, 2013. URL: http://www.amazon.com/dp/B00B4LW5ZW or: http://www.amazon.co.jp/problems-nuclear-energy-development-ebook/dp/B00B4LW5ZW j. Florentin Smarandache & Victor Christianto. Clan Capitalism, Graph Distance, and Other
Issues.
Bucharest:
Kogaion
Editions,
2013.
URL:
http://www.gallup.unm.edu/~smarandache/ClanCapitalism.pdf k. Florentin Smarandache , Victor Christianto. A Journey into Quantization in Astrophysics: A Collection of Scientific Papers. Gallup, New Mexico, USA: Multimedia Larga, 2013. (Koleksi paper-paper ilmiah tentang astrofisika dan kosmologi.) l. Victor Christianto. Grace for you: 44 Guides for Living inspired by Jesus Christ. Saarbrucken,
Germany:
Blessed
Hope
Publishing,
2013.
URL:
https://www.morebooks.de/store/gb/book/grace-for-you/isbn/978-3-639-50070-7 m. Victor Christianto. A.L.I.C.E. with Jesus: A Life-Changing Experience with Jesus. Saarbrucken, Germany: Blessed Hope Publishing, 2014. URL: https://www.morebooks.de/store/gb/book/a-l-i-c-e-with-jesus/isbn/978-3-639-50080-6 n. Victor Christianto. Drink the New Wine: Experience God in your daily life. Saarbrucken, Germany: Blessed Hope Publishing, 2014. http://www.morebooks.de 120
o. Victor Christianto Seeking a Theory for the End of the World: Introduction to Fractal Vibrating String. Saarbrucken, Germany: Lambert Academic Publishing, 2014. http://www.morebooks.de Dia juga telah menulis lebih dari 50 paper fisika maupun ekonomi dan diterbitkan di http://vixra.org, misalnya: n. www.vixra.org/abs/0912.0036 o. www.vixra.org/abs/0912.0037 p. www.vixra.org/abs/1001.0005 q. www.vixra.org/abs/1001.0003 r. www.vixra.org/abs/0912.0053 Saat ini dia berbicara secara aktif tentang Yesus Kristus dan bagaimana Tuhan mengasihi dunia. Dia senang menceritakan apa yang Yesus telah perbuat dalam hidupnya, dan apa yang Yesus ingin perbuat dalam hidupmu juga. Penulis sangat senang untuk menjawab panggilan telepon atau email mengenai buku ini. Silakan mengirim email ke
[email protected] atau menelepon ke +062-87859937095 atau +062-341403205. Atau Anda dapat juga menghubungi dia melalui skype dengan userid: vic1043. Ia juga senang menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui email atau sms:
Hubungi: Ir. Victor Christianto, MTh. Cellular phone: 0878-59937095 / 0341-403205 Email:
[email protected] /
[email protected] URL: http://www.sciprint.org http://independent.academia.edu/VChristianto http://www.vixra.org/author/Victor_Christianto http://www.researchgate.net/profile/Victor_Christianto Http://www.facebook.com/vchristianto Http://www.twitter.com/christianto2013 Skype: vic1043
121