KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU “KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL” KARYA MB. ALAMSYAH Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Disusun : TRIHARTANTO A.310080239
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU “KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL” KARYA MB. ALAMSYAH Tri Hartanto, NIM A310080239, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini mengangkat tentang penggunaan kohesi gramatikal pengacuan demonstratif pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisahkisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Tujuan penelitian ini untuk (1) memaparkan pengacuan demonstratif tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. (2) memaparkan pengacuan demonstratif waktu pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah.(3) mengidentifikasi letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Data dalam penelitian ini adalah sebuah pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Sumber data dalam penelitian ini kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasi berdasarkan demonstratif waktu dan tempat. Setelah teknik pengumpulan data kemudian menentukan teknik analisis data dengan menggunakan metode agih. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (a) pemakaian demonstratif waktu berjumlah empat data, terdiri dari (30) demonstratif waktu kini, (29) demonstratif waktu lampau, (1) demonstratif waktu yang akan datang, dan (7) waktu netral. (b) pemakian demonstratif tempat berjumlah empat, terdiri dari (91) menunjuk temat secara eksplisit, (32) demonstratif yang menunjuk tempat dekat dengan penutur, (31) demonstratif yang agak jauh dengan penutur, dan (1) demonstratif tempat yang jauh denngan penutur. Kata kunci: Demonstratif Waktu dan Tempat
1
A. Pendahuluan Buku bacaan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul termasuk sebuah wacana tulis. Walaupun buku bacaan ini tidak terlalu tebal, kita harus membacanya dengan memperhatikan aspek gramatikal supaya dapat memahami bentuk atau struktur lahir yang terdapat di dalam wacana tersebut. Dengan memahami struktur lahir dalam wacana dapat memudahkan memahami maksud yang terkandung di dalam sebuah wacana. Struktur lahir dalam wacana yaitu bentuk kata yang dipakai untuk menyusun sebuah kalimat sehingga dapat membentuk wacana. Pembaca pada umumnya belum begitu paham tentang pengacuan demonstratif yang digunakan dalam sebuah wacana tulis. Hal tersebut menjadikan pembaca tidak memperhatikan kata ganti. Padahal dengan memahami pengacuan demonstratif, maka akan memperoleh pemahaman yang terarah mengenai
pesan-pesan
yang
disampaikan penulis melalui wacana. Tidak sedikit dan bahkan pembaca kesulitan menemukan maksud yang terkandung di dalamnya. Ada juga yang membaca sampai berulang-ulang untuk memperoleh makna atau maksud dari penulis. Maka dari permasalahan tersebut, pemahaman tentang beberapa pengacuan demonstratif perlu dipelajari supaya memudahkan dalam menemukan maksud atau pesan yang dibaca. Tidak sedikit bentuk pengacuan demonstratif yang digunakan pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah, yaitu pengacuan waktu dan tempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengulas bentuk pengacuan tersebut supaya memudahkan pembaca menemukan maksud yang terdapat dalam wacana yang dibaca. Metode agih digunakan peneliti untuk mengulas pengacuan demonstratif waktu dan tempat dalam kisah Nabi Muhammad saw. Teknik lanjutan dari metode ini dengan teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur dilakukan dengan membagi unsur-unsur satuan lingual yang dimaksud dari data yang sudah dikumpulkan dengan cara menyimak dan mencatat data-data yang termasuk pengacuan demonstratif waktu dan tempat. Dari metode penelitian
2
yang dilakukukan bertujuan untuk (1) memaparkan pengacuan demonstratif tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah (2) memaparkan pengacuan demonstratif waktu pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacana Kisah-Kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah dan (3) mengidentifikasi letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam wacan Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. B. Landasan Teori 1.
Pengertian Wacana Wacana adalah satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam
dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi (Rani 2006: 3). Menurut Mulyana (2005: 1) wacana adalah unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Kebahasaan dalam wacana meliputi fonem, morfem, kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. 2.
Klasifikasi Wacana Menurut Mulyana (2005: 47) klasifikasi atau pembagian wacana sangat
tergantung pada aspek dan sudut pandang yang digunakan. Wacana dapat dikelompokkan atas beberapa segi, yaitu: (1) bentuk, (2) media, (3) jumlah penutur, dan(4) sifat. Berdasarkan bentuknya, Wedhawati (dalam Mulyana, 2005: 47-51) membagi wacana menjadi 7 (tujuh) jenis, yaitu: (1) wacana naratif, (2) wacana prosedural, (3) wacana ekspositori, (4) wacana hortatori, (5) wacana dramatik, (6) wacana epistoleri, dan (7) wacana seremonial Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dibedakan menjadi dua, yaitu wacana lisan dan tulis. Menurut Rani (2005: 26) wacana tulis merupakan teks yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam bahasa tulis. Sehingga antara sang penyampai pesan dengan pesapa tidak berinteraksi secara langsung. Wujud wacana tulis dapat berupa makalah,
3
artikel, cerpen, buku bacaan, berita koran, dan sebagainya. Wacana lisan merupakan jenis wacana yang disampaikan secara langsung menggunakan alat ucap manusia dan tanpa menggunakan perantara (tulisan). Berdasarkan
jumlah
penuturnya,
Mulyana
(2005:
53)
mengelompokkannya menjadi dua, yaitu wacana monolog dan dialog. Wacana monolog dituturkan oleh satu orang. Bentuk wacana monolog dapat berupa pembacaan puisi, pidato dan khtbah jum’at. monolog bersifat satu arah. Wacana dialog dilakukan oleh dua orang atau lebih. Jenis wacana dialog dapat berbentuk lisan dan tulisan. Wacana Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifat, wacana dapat berupa fiksi dan fiksi. Menurut Mulyana (2005: 54-55) wacana fiksi merupakan wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi. Wujut wacana fiksi ialah wacana prosa, puisi, dan drama.
Wacana nonfiksi merupakan wacana yang berisi tentang suatu
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan bahasa yang digunakan denotatif, lugas, dan jelas. 3.
Analisis Wacana Pendapat Stubbs (dalam Rani, 2006: 9) analisis wacana adalah suatu
kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiahh, baik dalam bentuk tulis maupun lisan 4.
Pengertian Kohesi Menurut Rani (2006: 88) menyatakan bahwa kohesi adalah hubungan
antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Wacana dapat dikatakan kohesif apabila terdapat hubungan antar bagianbagian kalimat yang runtut. Mulyana (2005: 26) menyatakan kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktial
5.
Jenis Kohesi Menurut Halliday dan Hassan (dalam Rani, 2006: 94) menyatakan bahwa
unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatiakal dan leksikal.
4
Menurut Mulyana (2005: 26) unsur kohesi meliputi aspek-aspek leksikal, gramatikal, dan fonologis. 6.
Pengacuan Menurut Sumarlam (2005: 23) pengacuan atau referensi adalah salah
satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Referensi anafora dan katafora dapat berupa pronomina persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti petunjuk), dan komparatif (perbandingan). C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan supaya peneliti mampu memahami makna atau maksud yang terdapat dalam objek penelitian. Analisis kualitatif fokusnya pada penunjukkan makna, deskripsi penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka-angka (Mahsun, 2005: 257). Objek penelitian ini adalah kohesi gramatikal pengacuan demonstratif yang membentuk keutuhan wacana pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah. Sumber data merupakan informasi mengenai data yang diperoleh. Sumber data diperoleh dengan menemukan asal-usul dari apa, siapa, dan di mana. Jika peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau tulisan yang menjadi sumber data. Sumber data dalam penelitian ini adalah kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah 25 nabi dan Rasul Karya MB. Alamsyah. Menurut Mahsun (2005: 18) sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek penelitian dan unsur lain yang membentuk data, yang disebut konteks (objek penelitian). Mengacu dari pendapat di atas, data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung objek penelitian yaitu pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad
5
saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul Karya MB. Alamsyah. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak catat. Teknik simak adalah penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data pengguna bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Dalam hal ini yang disimak adalah penggunaan aspek gramatikal pengacuan demonstratif waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Teknik catat merupakan teknik penyediaan data dilakukan dengan pencatatan pada kartu data (Sudaryanto, 1993: 133). Analisis data dilakukan untuk menemukan kaidah yang menjadi sumber sumber sekaligus titik sasaran dalam suatu penelitian. Selain itu, menurut (Moleong, 2007: 151) analisis data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan penelitian ini menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 15). Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode agih. Metode agih adalah alat penentunya justru dari bahasa itu sendiri. Teknik lanjutan dari metode agih dengan menggunakan teknik bagi unsur langsung. Teknik ini dilakukan dengan membagi satuan lingual dari data yang sudah dikumpulkan menjadi beberapa unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang membentuk satuan lingual yang dimaksud. Mengacu dari teknik di atas, maka peneliti dapat menemukan unsur-unsur satuan lingual yang akan diteli. Penelitian ini menganalisis penggunaan aspek gramatikal pengacuan tempat dan waktu. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahap: 1.
Mengumpulkan data dari aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu.
6
2.
Mengklasifikasikan data yakni penulisan kata ditinjau dari efektivitas kalimat dalam Bahasa Indonesia.
3.
Analisis aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu.
4.
Mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh.
D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Buku Kisah-kisah 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah terdapat berbagai aspek demonstratif tempat dan waktu. Peneliti memperoleh data yang akan diteliti dengan menggunakan teknik simak dan catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dikelompokkan menurut aspek demonstratif tempat dan waktu. Dari hasil klasifikasi, data yang termasuk demonstratif waktu mengacu pada waktu kini (kini, sekarang, saat ini) berjumlah (31), waktu lampau (kemarin, dahulu, yang lalu) berjumlah (29), waktu yang akan datang (besok, yang akan datang) berjumlah (1), dan waktu netral (pagi, siang, sore, malam, pukul 12) berjumlah (7). Demonstratif tempat mengacu pada tuturan yang dekat dengan penutur (sini dan ini) sebanyak (37) data, tempat yang agak jauh dengan penutur (situ dan itu) sebanyak (35) data, tempat yang jauh dengan penutur ( sana) sejumlah (1) data, dan menunjukkan tempat secara eksplisit (sala, Semarang, Yogyakarta dll) sebanyak (91) data. Data yang sudah diklasifikasi kemudian satu persatu dideskripsikan berdasarkan tempat dan waktu. Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah memecahkan masalah yang berkaitan latar belakang yang terdapat di bab I, yaitu mendeskipsikan pengacuan demonstratif waktu, tempat, dan letak pronomina pengacuan waktu dan tempat pada kisah Nabi Muhammad saw dalam buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah.
7
2. Pembahasan Penelitian
tentang
wacana
berdasarkan
aspek
gramatikal
pengacuan demonstratif sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Beberapa penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian, yaitu tentang pengacuan demonstratif tempat yang dilakukan Siti Harsuci (2010) menemukan beberapa piranti kohesi gramatikal dalam tulisan deskripsi siswa SMP kelas VIII Negeri 2 Jatinom, yaitu salah satu piranti kohesi gramatikal yang digunakan adalah referensi demonstratif tempat. Dalam tulisan deskripsi siswa SMP kelas VIII Negeri 2 Jatinom ditemukan pronomina “di sini” dan “di sana”. Hal itu menunjukkan bahwa tulisan deskripsi siswa SMP kelas III Negeri 2 Jatinom menggunakan referensi demonstratif yang mengacu pada tempat yang jauh dengan penutur maupun dekat dengan dengan penutur. Penelitian
yang
relevan
dengan
demonstratif waktu, yakni dilakukan oleh
penelitian
ini
mengenai
Amaliyah Pratiwi (2010)
meneliti tentang aspek demonstratif dialog Jawa “Gayeng Kiyi” dalam surat kabar harian Solopos. Amaliyah menemukan penggunaan referensi demonstratif waktu yang mununjuk “waktu kini”, “lampau”, dan “waktu netral” dalam dialog Jawa tersebut. Penelian yang relevan mengenai letak pengacuan demonstratif tempat dan waktu, yakni dilakukan oleh Winiar Faizah Arrum (2010) meneliti sebuah wacana yang berbahasa Jawa dalam surat kabar Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan Solopos bulan Mei 2010. Winiar Faizah Arrum menemukan beberapa penanda referensial berdasarkan acuan dalam wacana berbahasa Jawa di surat kabar, yakni pengacuan endofora dan eksofora. Hal itu ditunjukkan dengan pronomina “kepungkur” yang menununjuk masa lampau serta kalimat yang diacu berada di sebelah kiri dan pronomina “mengko” yang menunjuk watu yang akan datang serta kalimat yang diacu berada di sebelah kanan.
8
Berdasarkan penelitian yang relevan di atas peneliti menyajiakan beberapa analisis berdasarkan aspek demonstratif tempat dan waktu serta letak pengacuannya yang dapat dilihat pada analisis berikut. a). Aspek Demonstratif Waktu 1. Demonstratif waktu kini (1). Dalam masa pemerintahan Khuza’ah Ismailberkembang. (Halaman 103).
inilah
Bani
Pada data (1) terdapat satuan lingual inilah yang mengacu pada waktu kini, yaitu dalam masa pemerintahan Khuza’ah. Kalimat tersebut dituturkan atau dituliskan untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa Bani Ismail berkembang pada masa tersebut. Pengacuan tersebut berada di dalam teks dan acuannya berada di sebalah kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan mengandung jenis pengacuan endefora yang anaforis.
2. Demostratif waktu yang mengacu waktu lampau (2). Di tempat itulah mereka berkumpul menunggu Nabi. Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 0rang wanita, Rasulullah pun datang didampingi oleh Abbas, paman beliau, yang di masa itu masih belum menganut agama Islam (halaman 120). Dalam kalimat (44) terdapat satuan lingual itu yang menunjukkan waktu lampau. Pengacuan yang terdapat pada data (44) termasuk jenis pengacuan endefora yang anaforis, karena satuan lingual yang diacu berada di sebelah kiri dan terdapat di dalam teks, yaitu satuan lingual yang menunjukkan peristiwa masa lalu.
3. Demonstratif waktu yang akan datang (3). Akhirnya mereka memutuskan bahwa Nabi Muhammad harus dibunuh demi keselamatan masa depan mereka (halaman 121). Satuan lingual masa depan yang terdapat dalam kalimat (68) merupakan pronomina demonstratif yang mengacu pada waktu yang
9
akan datang. Pengacuan yang terdapat dalam data (68) merupakan jenis pengacuan eksofora karena acuannya tidak berada di dalam teks.
4. Demonstratif waktu netral (4). Dengan sembunyi-sembunyi pada waktu malam hari, mereka mengirim makanan dan keperluan lainnya kepada kaum kerabat mereka yang terasing di luar kota (halaman 117). Pada data (61) terdapat satuan lingual malam yang mengacu pada waktu netral. Pengacuan tersebut termasuk jenis pengacuan endofora yang kataforis kerena acuannya berada di dalam teks dan satuan lingual malam mengacu pada antaseden yang berada di sebelah kanan. Satual lingual malam termasuk waktu netral karena satuan lingual tersebut merupakan waktu yang sudah jelas dan tidak mengacu pada waktu kini, lampau, dan yang akan datang.
b). Aspek Demonstratif Tempat 1. Demonstratif tempat agak jauh dengan penutur (5). Maksud membawa Nabi ke Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Hajjar dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Maka di situ diperlihatkan kepadanya rumah tempat ayahnya dirawatdi waktu sakit sampai meninggal, dan pusara tempat ayahnya dimakamkan. (halaman 105). Kata situ pada data (203) merupakan pronomina demonstratif mengacu tempat yang agak jauh dari penutur. Dengan kata lain, tempat yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah Madinah yang letaknya agak jauh dari penutur. Tampak satuan lingual situ pada data tersebut mengacu pada satuan lingual lain yang berada di sebelah kiri dan terdapat di dalam teks. Pengacuan demikian termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis.
10
2. Demonstratif tempat dekat dengan penutur (6). Hanya yang tinggal di kota ini dari Bani Ismail ialah suku Quraisy. Mereka sama sekali tidak punya kekuasaan kota Mekah ini dan juga atas Ka’bah. (halaman 103) Pronomina
ini
pada
data
(166)
merupakan
pronomina
demonstratif yang mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur. Pembicara saat menuturkan kalimat itu berada dekat dengan tempat yang dimaksudkan pada tuturan tersebut, yaitu berada di kota Mekah. Pengacuan yang terdapat dalam data (166) termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks dan berada di sebelah kiri.
3. Demonstratif tempat jauh dengan penutur (7). Tatkala Nabi Muhammad saw melihat tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib itu, disuruhnyalah para sahabat-sahabatnya berpindah ke sana. (halaman 120) Satuan lingual sana pada data (232) merupakan pronomina demonstratif mengacu pada tempat yang jauh dengan penutur. Dengan kata lain, pembicara (dalam hal ini Nabi Muhammad) saat menuturkan kalimat tersebut sedang berada di tempat yang jauh dari tempat yang dimaksudkan dalam kalimat itu, yaitu berada di tempat yang jauh dari Yatsrib. Tampak satuan lingual sana pada data (232) mengacu pada satuan lingual lain yang berada di sebelah kiri. Pengacuan demikian berjenis pengacuan endofora yang anaforis.
4. Demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit (8). Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arab Selatan) dan Syam dekat Lautan Tengah. (halaman 103) Satuan lingual Mekah pada data (69) merupakan pronomina demonstratif menunjuk pada tempat secara eksplisit. Dikatakan demikian karena satuan lingual Mekah tidak menunjuk pada tempat
11
yang dekat dengan penutur saja, tempat agak jauh dengan penutur saja, tempat yang jauh dengan penutur saja, melainkan menunjuk pada nama suatu tempat yaitu Mekah. Pengacuan demikian termasuk pengacuan endofora yang kataforis karena mengacu pada satuan lingaul lain yang berada di sebelah kanan.
c). Letak Aspek Demonstratif Waktu dan Tempat Letak pengacuan demonstratif waktu dan tempat dalam suatu wacana mengacu pada antaseden di sebelah kiri disebut pengacuan endofora yang anaforis, sedangkan pengacuan yang mengacu pada antaseden disebelah kanan disebut pengacuan endofora yang kataforis. Pengacuan tersebut dapat dilihat pada data berikut.
(9).
Dalam masa pemerintahan Khuza’ah Ismailberkembang. (Halaman 103).
inilah
Bani
Pada data (1) terdapat satuan lingual inilah yang mengacu pada waktu kini, yaitu dalam masa pemerintahan Khuza’ah. Pengacuan tersebut berada di dalam teks dan acuannya berada di sebalah kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan jenis pengacuan endefora yang anaforis.
(10).
Mekah pada zaman kuno terletak di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman (Arab Selatan) dan Syam dekat Lautan Tengah. (halaman 103)
Pronomina Mekah pada kalimat di atas merupakan pengacuan yang menunjuk suatu tempat. Pengacuan demikian termasuk pengacuan endofora yang kataforis karena mengacu pada satuan lingaul lain yang berada di sebelah kanan, yaitu mengacu pada kalimat di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman dan Syam.
12
Kisah Nabi Muhammad saw terdapat empat pengacuan waktu, yaitu waktu kini, lampau, yang akan datang, dan netral. Waktu kini dalam kisah tersebut lebih mendomonasi daripada pengacuan waktu yang lain. Pengacuan tempat yang digunakan dalam kisah Nabi Muhammad berjumlah empat, yaitu tempat yang dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dari penutur, dan tempat yang menunjuk secara eksplisit. Pengacuan tempat yang sering digunakan dalam penelitian tersebut adalah pengacuan yang menunjuk tempat secara eksplisit. Demonstratif waktu kini menggunakan pronomina (kini, sekarang, dan saat ini) yang menunjukkan bahwa waktu tersebut sedang dialami oleh penutur dalam wacana tersebut. Demonstratif waktu lampau menggunakan pronomina (itu dan dulu) yang menujuk waktu yang sudah terjadi. Demonstratif waktu yang akan datang menunjukkan waktu yang akan datang, yaitu waktu yang belum terjadi. Demonstratif waktu netral dengan pronomina (malam dan siang) yang digunakan dalam wacana tersebut menunjuk waktu netral yang sudah pasti dan tidak mengacu waktu kini saja, lampau saja, dan yang akan datang saja. Demonstratif tempat dekat dengan penutur dengan pronomina (di sini dan ini) pada wacana tersebut menunjukkan bahwa penutur saat mengucapkan kalimat tersebut sedang berada pada tempat yang dimaksud. Demonstratif tempat agak jaug dengan penutur menggunakan pronomina (situ dan itu) menunjukkan bahwa penutur saat mengucapkan kalimat tersebut sedang berada di tempat yang agak jauh dari tempat yang dimaksud. Demonstratif tempat yang jau dengan penutur menggunakan pronomina (sana) yang bermaksud menunjukkan tempat yang jauh dari penutur. Demonstratif tempat secara eksplisit menunjukkan nama tempat yang mudah dimengerti atau ditemukan oleh orang lain, misalnya menggunakan pronomina ( Mekah, Madinah, Yatsrib, dll).
13
E. Simpulan Berdasarkan aspek demonstratif pada Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah khususnya kisah Nabi Muhammad saw dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penggunaan aspek demonstratif yang mengacu pada waktu kini lebih banyak digunakan daripada pengacuan waktu yang menunjuk waktu lampau, yang akan datang, dan waktu netral.
2.
Penggunaan bentuk demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit lebih banyak digunakan daripada pengacuan tempat yang menunjuk dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, dan jauh dengan penutur.
3.
Pengacuan eksofora, endofora yang anaforis, dan endofora yang kataforis terdapat pada aspek gramatikal waktu dan tempat.
F. Saran 1.
Bagi para pembaca saat membaca buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi Karya MB. Alamsyah harus memperhatikan aspek demonstratif supaya tidak salah memahami maksud yang tekandung dalam buku tesebut. Dengan membaca secara teliti maka dapat menambah keimanan terhadap Allah swt karena di dalam buku tersebut mengisahkan para Nabi yang diutus untuk umat Islam.
2.
Bagi para peneliti lain buku Kisah-kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul karya MB. Alamsyah dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang aspek gramatikal pengacuan demonstratif tempat dan waktu yang ada di dalam buku tersebut.
14
Daftar Pustaka
Arrum, Winiar Faizah. 2010. “Referensi dalam Wacana Berbahasa Jawa di Surat Kabar”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia. Harsuci, Siti. 2010. “Analisis Pianti Kohesi pada Tulisan Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatinom Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Jorgensen, Mariane W dan Philips, Louise J. 2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Mulyana, 2005. Kajian Wacana, Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wana. Pratiwi, Amaliyah. 2010.”Kohesi Gramatikal Pengacuan Demonstratif pada Wacana Dialog Jawa dalam Kolom “Gayeng Kiyi” Harian Solopos Edisi Bulan Januari-April 2010”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rani, Abdul dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Subagyo, Bangkit Sugeng. 2011. “Analisis Kohesi dan Koherensi Rubrik Tajuk Rencana pada Surat Kabar Solopos dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumarlam. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.