CITRA TOKOH PEREMPUAN UTAMA DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
Yunita Anas Sriwulandari Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburanjuga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Citra tokoh perempuan utama dalam NovelGadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Bentuk data-data dalam penelitian ini adalah berupa kalimatkalimat, ucapan dan dialog-dialog dari kutipan cerita yang mengandung Citra tokoh perempuan utama dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Data penelitian diklasifikasikan ke dalam dua macam: (1) Citra diri tokoh Perempuan utama, (2) Citra peran sosial tokoh perempuan utama. Sehubungan dengan hasil penelitian, disarankan kepada guru agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu acuan, dalam melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam mengapresiasikan karya sastra, Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Indonesia. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan, serta masukan pengetahuan terkait mata kuliah sastra Indonesia, bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar atau referensi penelitian lebih lanjut dari novel yang berbeda tingkat kedalamannya atau ruang lingkup yang lebih luas. Kata Kunci: tokoh utama, tokoh perempuan, novel Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburanjuga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra. Karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Kriteria utama yang dikenalkan pada karya sastra adalah kebenaran penggambaran atau apa saja yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2002:26).
Lahirnya suatu karya sastra tidak bisa lepas dari keadaan lingkungan sosial pengarangnya. Selebihnya suatu karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Berarti karya sastra bukan kenyataan hidup sosial, tetapi merupakan gambaran sosial suatu masyarakat yang dituangkan dalam cerita. Karya sastra merupakan hasil pemikiran dan cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan (Nurgiyantoro, 2000:89). Karya sastra merupakan hasil renungan atau pikiran serta daya imajinasi yang terpadu karya sastra itulah yang membedakan dengan bukubuku sastra dan karangan lainnya.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 125
Melalui karya sastra segala sesuatu dapat diungkapkan oleh pengarang baik kehidupan jasmani maupun rohani dan secara universal. Pada saat ini, banyak karya sastra yang mencerminkan budaya salah satunya adalah budaya Jawa. Akan tetapi, karya sastra tersebut tidak hanya berbicara masalah budaya, melainkan juga tentang perempuan. Novel Gadis pantai merupakan salah satu novel karya Pramoedya Ananta Toer yang diciptakan saat ia menjadi tahanan di Pulau Buru. Novel ini juga sempat dilarang peredarannya pada rezim Orde Baru. kisah dalam novel ini kental akan kritik sosial yang tajam. Berlatar belakang sejarah kolonial Belanda, novel inI mengangkat tema penindasan akibat kesenjangan kelas sosial yang terjadi masa itu. Perempuan adalah kata yang kurang halus (kasar) dari Bahasa Indonesia untuk kata wanita dalam Bahasa Melayu. Kaum feminis Indonesia tidak suka menggunakan kata wanita, mereka lebih suka menggunakan kata perempuan. Adapun nama yang dimaksud dengan wanita atau perempuan sama saja. Yaitu jenis makhluk yang berjasa bagi spesiesnya secara biologis. Wanita atau perempuanlah yang memungkinkan manusia bisa bertambah banyak dan berganti gerenasi. Ironisnya keunggulan secara biologis ini sering dilupakan lawan jenisnya yang cenderung memperalat mereka untuk dijadikan mesin reproduksi manusia. (http://www.referensimakalah.com/2013 /01/konsep-perempuan.html) Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah Pramoedya Ananta Toer merepresentasikan citra tokoh perempuan utama dalam novel Gadis Pantai. Citra tokoh perempuan utama akan diuraikan dalam dua bagian. Bagian pertama yaitu citra diri tokoh perempuan yang meliputi citra fisik dan psikis. Bagian kedua adalah citra peran
sosial tokoh perempuan yang meliputi citra perempuan dalam keluarga dan citra perempuan dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan citra tokoh perempuan utama dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Lebih khusus lagi, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut (1) mendeskripsikan citra diri tokoh perempuan utama dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer dan (2) mendeskripsikan citra peran sosial tokoh perempuan utama dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini memberi manfaat bagi dunia penelitian sastra khususnya dapat menambah keanekaragaman penelitian tentang citra perempuan dalam novel. Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pengajaran sastra yakni sebagai alternatif bahan pembelajaran apresiasi sastra khuususnya novel. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang penelitian. Bagi kaum perempuan, hasil penelitian ini dapat membuka wawasan mereka, sehingga perempuan dapat memajukan dirinya, dengan cara membandingkan perilaku tokoh-tokoh perempuan di dalam novel dengan diri mereka sendiri.
METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersikap digunakan sebagai upaya mengungkapkan citra tokoh perempuaan. Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu, biasanya lebih banyak meneliti tentang hal-hal yang berhubungan dengan
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 126
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil akhir, sehingga jarang menghasilkan kesimpulan akhir. Pendekatan ini lebih berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme, struktural, realisme, positivisme, behaviorisme, imperisme, yang intinya menekankan pada hal-hal yang kongkrit dan fakta yang nyata. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan penelitian kualitatif. Hal ini dengan alasan bahwa penelitian deskriptif lebih sesuai untuk penelitian yang bersangkut paut dengan masalah kultur dan nilai sastra (Semi, 2003:27). Konsekuensi orientasi pemahaman makna tersebut adalah keterlibatan peneliti secara langsung dengan teks novel yang akan diteliti. Itu berarti peneliti harus menjadi pembaca sekaligus interpretator terhadap teks novel. Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan tersebut, jelaslah bahwa perspektif, strategi dan cara kerja ini mencerminkan karakteristik penelitian kualitatif. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif memiliki data dan hasil penelitian berupa deskripsi tentang sesuatu yang dapat diamati (Moleong, 2010-8).
HASIL DAN PEMBAHASAN Citra Diri Tokoh perempuan Utama Citra diri akan dikategorikan menjadi 2 bagian yakni citra fisik dan citra psikis. Citra fisik ditandai dengan (a) Sikap kekanak-kanakan, tulus, penurut dan rendah hati dan pada akhirnya bersikap tegas, (b) Anggota badan yang mulai berubah, tangan yang semula kasar dan tubuhnya yang kecil mungil, (c) Kemauannya selama di rumah pembesar, serta (d) Kebiasaan yang mulai dilakukan di rumah pembesar. Keseluruhan unsur-unsur di atas direpresentasikan oleh Pramoedya
Ananta Toer dalam novel Gadis Pantai selanjutnya disingkat (GP). Citra fisik ditunjukan dengan anggota tubuh yang ditampakan oleh Gadis Pantai selama hidupnya yang ia jalani ketika di kampung nelayan dan akhirnya diperistri seorang petinggi besar di kota. Hal ini ditandai dengan data rill yang terdapat pada sumber data sebagai berikut, Empat belas tahun umurnya waktu itu. Kulit langsat. Tubuh kecil mungil. Mata agak sipit. Hidung ala kadarnya. Dan jadilah ia bunga kampung nelayan sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang. (CDGP 11) Gadis Pantai merupakan tokoh utama dalam novel Gadis Pantai, Gadis Pantai adalah anak kampung dari seorang nelayan di pantai keresidenan Jepara Rembang. Kulit langsat yang artinya bersih tidak kehitaman. Tubuh kecil mungil seperti tubuh anak kecil yang imut-imut dan menarik hati. Mata sipit artinyamata yang mengecil karena lipatan pada kelopak mata seperti orang Cina. Hidung ala kadarnya adalah dia memiliki hidung seadanya, biasa-biasa saja tidak berlebihan. Mancung tidak, pesek pun juga tidak. Dia pun menjadi bunga kampung yang artinya perawan yang disenangi pemuda karena kecantikannya di kampung tempat ia tinggal. Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik organismemanusia. Tubuh manusia terdiri atas kepala, leher, batang badan, 2 lengan dan 2 kaki. Ketinggian rata-rata tubuh manusia dewasa sekitar 1,6 m (56 kaki). Ukuran tubuh manusia biasanya ditentukan oleh gen. Jenis dan komposisi tubuh dipengaruhi oleh faktor pascakelahiran seperti diet dan olahraga. Selain bentuk tubuh Gadis Pantai yang kecil mungil, dia juga memiliki sikap yang kenak-kanakan. Emak adalah panggilan untuk ibu. Emak biasanya digunakan oleh orang-orang jaman dahulu, emak juga digunakan di
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 127
desa. Seakan masih seperti ketika ia di kampungnya bebas melakukan apa yang dia mau. Setelah beberapa hari tinggal di kota, dia merasa tidak betah dan memaksa emaknya untuk pulang ke rumahnya. Aku mau pulang, pulang ke kampung, dia sudah merasa tidak betah selama tinggal di kota, dia ingin pulang ke kampung dimana dia berasal. Gadis Pantai melompat artinya ia terperanjat langsung melompat ketika melihat emaknya masuk ke dalam kamarnya. Berlutut merangkul adalah ia berjongkok di bawah kaki bapaknya sambil memeluknya. Seraya berkata minta ampunan kepada bapaknya dan menyuruh untuk memukulnya. Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Sikap didefinisikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2013:5). “Bawa aku pada emak. aku mau pulang, pulang ke kampung.” (CDGP 38) Gadis Pantai melompat. waktu dilihatnya emak memasuki pintu, ia lari menubruk wanita tua itu dan merangkulnya. Mak, emak mari pulang (CDGP 44) Gadis Pantai meronta dari pelukannya di dada emak. Ia terisak-isak. Sekarang ia berlutut merangkul kaki bapak. “Ampuni aku bapak, pukullah anakmu ini.” (CDGP 45) Citra Psikis Tokoh Perempuan Utama Citra psikis ditunjukan dengan perasaan dan pikiran yang dialami seperti ketakutan, kegelisahan, kesedihan dan kecemburuan. Hal ini ditandai dengan data rill yang terdapat pada sumber data sebagai berikut,
Rindu artinya sangat ingin dan berharap sesuatu atau kangen. Ia merindukan suaminya yang telah pergi bekerja baru saja beum sepuluh menit. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal yang sama (Ahmadi, 2009:101) berikut kutipannya, Betapa ia rindukan suaminya yang baru saja pergi, baru saja, belum lagi sepuluh menit (CDPGP 76) Cemburu artinya cemburu adalah keirihatian, kesirikan, kecurigaan, kekurang percayaan. Sejenak Gadis pantai melupakan kecemburuannya, ia berseri riang. Karena naluri keibuannya yang mulai terasa. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal yang sama (Ahmadi, 2009:101) berikut kutipannya, Gadis Pantai berseri riang, dan sekejap terlupa pada cemburunya. Naluri keibuannya mulai bekerja. Dan lebih keras lagi naluri ini menjejaki darah hidup suaminya (CDPGP 80) Ketakutan adalah merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana. Ia selalu bertanya-tanya akankah ada pengganti dirinya nanti. Gadis Pantai tak dapat menahan hatinya yang selama ini diaduk ketakutan dan kecemasannya. Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 128
hal yang sama (Ahmadi, 2009:101) berikut kutipannya, Sampai di pintu kamarnya tiba-tiba Gadis Pantai tak dapat menahan hatinya yang selama ini diaduk ketakutan dan kekuatiran (CDPGP 81) Citra Peran Sosial Tokoh Perempuan Utama Citra peran sosial keluarga ditunjukkan dengan memmbantu keluarga dalam hal apa pun. Hal ini ditandai dengan data ril yang terdapat pada sumber data sebagai berikut. Setelah kedatangan Gadis Pantai di kampungnya, ia disambut oleh emaknya dengan air mata tangis. Tapi rasanya, ia menganggap klo emaknya tak suka dengan kepulangan dirinya. seorang perempuan sejati adalah perempuan yang tetap tampak lembut, halus; berperan dengan baik di rumah sebagai ibu maupun istri, di dapur maupun di tempat tidur (Christina, 2004:140) berikut kutipannya, “Mengapa mak sambut aku dengan tangis, mak?” “Apakah jahatnya airmata buat anaknya sendiri, biarpun istri seorang Bendoro?” “Mak tak suka aku pulang, mak?” (CPSKGP 167) Ia pertanyakan kenapa emak dan bapaknya tidak mengharapkan gadis Pantai untuk pulang ke kampungnya selama dua tahun ia tinggal di kota. Karena orang tuanya berpikir kalau tidak punya hak untuk memanggil istri Bendoro pulang. seorang perempuan sejati adalah perempuan yang tetap tampak lembut, halus; berperan dengan baik di rumah sebagai ibu maupun istri, di dapur maupun di tempat tidur (Christina, 2004:140) berikut kutipannya, “Emak dan Bapak tak pernah panggil aku pulang.”
“Ah, terlalu, terlalu. Apakah hak kami memanggil istri seorang Bendoro?” (CPSKGP 167) Citraperan sosial masyarakat ditunjukan dengan membantu keluarga dalam hal apa pun. Hal ini ditandai dengan data ril yang terdapat pada sumber data sebagai berikut, “Tapi kau tak merokok kulihat, man?” “Kuda sahaya juga tidak merokok, Bendoro putri, tapi sahaya sendiri menyisik. Nanti ku beri persen (CPSMGP 147) Menuju kampung nelayan, Gadis Pantai di antar menggunakan dokar. Selama diperjalanan, ia bercakapcakap dengan seorang kusir tanpa membedakan status seorang kusir dengan dirinya yang telah menjadikan seorang priyayi. Secara kodrati, perempuan sebagai manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikatannya dengan manusia lain, pada dasarnya berhubungan dengan individu lain merupakan suatu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya (Christina, 2004:45). Tembakau adalah tumbuhan berdaun lebar, daunnya diracik halus dan dikeringkan untuk bahan rokok, cerutu. Keranjang adalah bakul besar yang dianyam secara kasar-kasar. Gadis Pantai tidak pelit untuk memberi upah kepada sang kusir yang telah membantunya mencari warga untuk mengangkut barang bawaan Gadis Pantai. Ia memberi tembakau satu bungkus kepada kusir tersebut. Secara kodrati, perempuan sebagai manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikatannya dengan manusia lain, pada dasarnya berhubungan dengan individu lain merupakan suatu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya (Christina, 2004:45) berikut kutipannya,
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 129
“Tembakau itu? Ambil satu bungkus dari keranjang itu” “Beribu terima kasih Bendoro putri. (CPSMGP 159) SIMPULAN DAN SARAN Setelah diadakan pembahasan secara terperinci pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan berikut ini. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa citra diri tokoh perempuan utama dalam Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toerini menunjukkan bahwa perempuan ingin mengharapkan pengakuan dari keluarganya. Yaitu dengan tidak adanya perbedaan derajat antara orang bawahan dan orang atasan, serta sikap batin yang tepat yaitu Nrima, Nrima dalam keadaan kecewa dan dalam keadaan sulit seseorang tetap bereaksi secara rasional, tidak ambruk, tidak menentang secara percuma, dan mempunyai etika yang baik sebagai perempuan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa. Peran sosial tokoh perempuan dalam keluarga dan masyarakat yang terdiri dari peran sebagai ibu, istri dan anak. Dengan demikian, Novel Gadis Pantai menyumbangkan pemikiran untuk mengubah budaya masyarakat priyayi dan pandangan tradisional masyarakat Jawa melalui citra perempuan yang direpresentasikan Pramoedya Ananta Toer. Hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu Saran ditujukan kepada beberapa pihak baik yang langsung maupun tidak langsung. Saran penulis ditujukan kepada pihak-pihak berikut.Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu acuan, dalam melaksanakan proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan pembelajaran, Guru dapat membaur materi yang akan diajarkan dengan
konsep kebudayaan khususnya kebudayaan Indonesia yang berkaitan dengan tata kehidupan masyarakat. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perenungan bagi kaum perempuan, khususnya perempuan Indonesia untuk selalu tetap menjaga kelestarian dan mengembangkan budaya melalui sikap, tingkah dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.Bagi mahasiswa, Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan, serta masukan pengetahuan terkait mata kuliah sastra Indonesia. Bagi peneliti selanjutnyadiharapkan dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar atau referensi, penelitian lebih lanjut dari novel yang berbeda tingkat kedalamannya atau ruang lingkup yang lebih luas. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Handayani, Crhistina S. 2004. Kuasa Wanita Jawa. PT LKiS Pelangi Aksara Lexy, Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2013. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Novel Gadis Pantai. Jakarta: Lentera Dipantara.
NOSI Volume 2, Nomor 2, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 130