PELAKSANAAN TERAPI BAGI PASIEN SKIZOFRENIA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh :
Nurkholisoh 104052001991
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2009 M.
i
PELAKSANAAN TERAPI BAGI PASIEN SKIZOFRENIA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh : Nurkholisoh NIM: 104052001991
Dibawah Bimbingan :
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150244766
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2009 M.
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis, 27 Nopember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) pada program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Study Rizal, L.K., M.A g Nip. 150 262 876
Nasichah, MA Nip. 150 276 298
Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Nip. 150 202 342
Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag Nip. 150 268 782
Pembimbing,
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum Nip. 150 244 766
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini, yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur adalah hasil karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari di temukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi apapun di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta, sesuai dengan aturan yang berlaku.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Nurkholisoh
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Nurkholisoh
v
ABSTRAKSI NURKHOLISOH Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care JakartaTimur Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikosa yang ditandai dengan berbagai macam gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau delusi, adanya halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi yang tumpul. Gambaran perilaku skizofrenia sangat beragam, mulai dari yang tampak dengan mata sampai yang tersamarkan. Adapun perilaku skizofrenia yang tampak dengan mata seperti berbicara kacau, gelisah, agresif, bicara dengan semangat, dan gembira berlebihan. Sedangkan perilaku skizofrenia yang tersamarkan atau sulit diidentifikasikan secara jelas seperti kontak emosional yang amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam, dan suka melamun, tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu. Ketika seseorang menderita skizofrenia, dirinya sangat membutuhkan bantuan baik itu dalam bentuk dukungan maupun tempat yang dapat memberikan kesembuhan dari penyakitnya. Salah satu tempat yang dapat memberikan bantuan bagi klien skizofrenia adalah Madani Mental Health Care yang terletak Jl. Panca Warga III Cipinang Besar Jakarta Timur. Adapun jenis bantuan yang diberikan dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang Hawari melalui pendekatan BPSS (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Bagi Klien Skizofrenia Tipe Paranoid dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun sampel dalam hal ini 1 orang pimpinan yayasan, 1 orang terapis dan 4 orang klien skizofrenia, sebagai data primer dalam penelitian ini adalah seorang terapis dan data sekunder diperoleh dari klien atau informan lain dan catatan-catatan atau dokumendokumen yang berkaitan dengan penelitian. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa Pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia yang diterapkan di lembaga ini adalah dengan menggunakan terapi medik-psikiatrik, terapi psikososial, terapi psikoreligius, dan terapi pilihan. Terapi ini dilakukan secara direktif baik personal maupun kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang dilakukan bekerjasama dengan R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari dengan melakukan detoksifikasi dan psikofarmaka, terapi psikososial dengan memberikan dorongan atau motivasi, membangun rasa percaya diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan masyarakat, terapi psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan mempolakan hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi, simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, dan peringatan hari-hari besar Islam.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berkat taufik, hidayah, dan inayah-Nya, skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Teriring salam dan do’a tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih atas keterlibatan semua pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi memberikan bantuan dan kerja samanya pada proses penyusunan skripsi ini, ucapan ini ditujukan kepada : 1. Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Pembantu Dekan I. 3. Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II. 4. Drs. Study Rizal, L.K., M. Ag, selaku Pembantu Dekan III. 5. Drs. M. Luthfi, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 6. Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 7. Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan juga motivator penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Terutama teruntuk Ibu Nini Fitriani, S. Psi dan Dra. Rochimah Imawati, S. Psi yang telah memberikan semangat pantangmenyerah dan mengajarkan penulis untuk ber-positif thinking serta berkat
vii
ilmu yang mereka ajarkan, penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 9. Segenap pegawai perpustakaan yang telah membantu penulis atas tersusunnya skripsi ini. Terutama untuk Mas Kardi yang telah membantu penulis dalam pencarian referensi. Terima kasih Mas, semoga Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa dalam rahmat dan kasihsayangNya, Amin. 10. Keluarga besar almarhum H. A. Aseni yang telah membantu penulis baik berupa materi maupun immateri. Terutama teruntuk ayahanda almarhum H. A. Aseni dan Ibunda Hj. Musyidah yang telah memberikan nasehatnasehat dan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. I Love You Dad and Mam, You are my hero and inspirations in my life. 11. Keluarga besar Madani Mental Health Care Jakarta Timur, khususnya kepada ustad Darmawan, S. Ag selaku Pimpinan Yayasan Madani Mental Health Care, ustad Jami HW, S. Sos. I selaku Kabid Internal Yayasan Madani Mental Health Care, ustad Fuad Salim, Lc selaku Terapis Islam, dan seluruh klien Madani Mental Health Care yang telah membantu memberikan data-data terkait pada penyusunan skripsi ini. 12. Keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama untuk angkatan 2004, dan khususnya teruntuk Juriah, M. Shopa Indah, Yusi Luthfiani, S. Sos. I dan Siti Muthmainnah, S. Sos. I yang bersedia membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama proses
viii
persidangan, tak lupa juga teruntuk Tini Aulawiyah Komba, S. Sos. I dan Lulu Fajriah, S. Sos. I yang bersedia memberikan dukungan moril dan support kepada penulis. You are my best friends. 13. Keluarga besar Ikhya yang telah membantu penulis atas penyusunan skripsi ini. Terutama teruntuk Muhammad Abdullah, S. H. I yang telah rela mengorbankan waktu, tenaga, saran dan do’a yang tak pernah henti kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dan senantiasa dalam lindungan-Nya, Amin. 14. Para siswa/I Madrasah Diniyah Nurul Falah yang telah mendo’akan penulis, agar penulis diberikan kelancaran dan kemudahan. Thanks my students, Allah SWT bless you. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. Thanks for all and I always remember you are. Semoga segala apa yang telah kalian berikan kepada penulis atas tersusunnya skripsi ini, mendapatkan berkah, rahmat, dan balasan dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 27 Nopember 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..……………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………...………………......ii HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………...iii HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………...iv ABSTRAK ……………………………………………………………………….v KATA PENGANTAR ……………………………………….………………….vi DAFTAR ISI …………………………………………………………….………ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….………...xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………….………...1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………....6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...…………….……….6 D. Metodologi Penelitian ………………………………………...7 E. Tinjauan Pustaka …………………………………………….12 F. Sistematika Penelitian …………………………………….…13
BAB II
LANDASAN TEORI A. Terapi 1. Pengertian Terapi ………………………………………..15 2. Bentuk-bentuk Terapi …………………….…………......17 3. Fungsi dan Tujuan Terapi ……………………….............20 B. Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia …………………………………..21 2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia ………………………...24 3. Sebab-sebab Terjadinya Skizofrenia …………………….30 4. Tipe-tipe Kepribadian Skizofrenia ……………………....32
BAB III
PROFIL MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR A. Gambaran Umum Madani Mental Health Care Jakarta Timur ………………………...……………………...37 B. Tenaga Konselor dan Struktur Organisasi Madani Mental Health Care Jakarta Timur …………………………………..40 C. Skema Penerimaan dan Pembinaan Program Pembinaan Madani Mental Health Care Jakarta Timur ………………………………….…………….43 D. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care Jakarta Timur ……………………………………………..…44
x
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN TERAPI BAGI PASIEN SKIZOFRENIA DI MADANI MENTAL HEALTH CARE JAKARTA TIMUR A. Deskripsi Subyek (Informan) ………………………………..45 B. Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia ………………..54 C. Analisis Pelaksanaan Terapi Terhadap Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur …………...….56
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………….72 B. Saran …………………………………………………….......73
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….……………….74 LAMPIRAN …………………………………………………….………………75
xi
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia Madani Mental Health Care …………………………………….…………...39 2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program Pembinaan Madani Mental Health Care .…………………………................40 3. Jumlah Tenaga Kerja Madani Mental Health Care ………………………....40 4. Tenaga Konselor Yang Masih Aktif ………………………………………...41 5. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care ……………………...….44 6. Identitas Informan Penelitian ………..………………………………………45
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care ……………………………42 2. Skema Penerimaan dan Pembinaan Madani Mental Health Care …………...43
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan manusia selalu mendambakan sebuah kebahagiaan baik secara lahiriah maupun batiniah. Untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut banyak jalan dan cara yang dilakukan manusia, terlebih dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Perkembangan peradaban manusia yang semakin pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat kompleks bagi kehidupan manusia. Kenyataan yang sangat jelas dalam dunia masyarakat modern yang maju maupun berkembang, di dalamnya terdapat kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan manusia dalam menjalani kehidupan. Menurut Deliar Noer, masyarakat modern adalah masyarakat yang bersifat rasional, objektif, terbuka, menghargai waktu, dan berpikir untuk masa depan yang lebih jauh. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki aspek ganda. Di satu sisi manusia mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan, akan tetapi di sisi lain manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan baru.1 Contohnya; apa yang dahulu belum dikenal manusia, kini sudah tidak asing lagi baginya. Bahaya kelaparan dan penyakit menular yang dahulu ditakuti, sekarang telah dapat dihindari. Waktu kini menjadi singkat dan jarak pun menjadi
1
Deliar Noer, Pembangunan Di Indonesia, (Jakarta : Mutiara, 1997), h. 24.
xiv
dekat. Kemajuan industri dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan kehidupan, memberi kesenangan, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk dipenuhinya. Manusia diciptakan Allah dari dua unsur; jiwa yang bersifat ghaib, dan raga yang bersifat nyata. Keduanya saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu dengan lainnya. Apabila salah satu dari unsur tersebut mengalami gangguan, maka unsur lainnya pun demikian, sehingga tidak terjadi keseimbangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan. Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan Skizofrenia secara fisik akan mengalami penurunan daya tahan tubuh (kekebalan, anti body) yang mengakibatkan tubuh mudah terserang berbagai macam penyakit yang gejala awalnya dapat berupa sakit kepala, maag, insomnia (sulit tidur), dan lain sebagainya. Apabila kekebalan tubuh terus-menurun dapat berakibat masuknya penyakit-penyakit kronis dan bahkan dapat menyebabkan kematian (stroke, kanker, gagal ginjal, jantung, dan lain-lain). Begitu pun sebaliknya, bagi orang yang mengidap suatu penyakit kronis, maka secara psikologis pudarlah gairah hidupnya.2
2
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Gunung Agung, 1995), h. 61.
xv
Skizofrenia merupakan sejenis gangguan terhadap fungsi otak. Dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor. Diantaranya perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor genetis. 3 Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala positif Skizofrenia meliputi halusinasi, delusi, gangguan berpikir.4 Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondarmandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan, merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya, pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya, dan menyimpan rasa dendam.5 Selain gejala-gejala positif, terdapat juga gejala-gejala negatif Skizofrenia seperti kurangnya motivasi atau apatis yang merupakan keadaan mental dimana berkurangnya semangat atau keinginan untuk hidup, yang sering disertai dengan kemalasan, tumpulnya indera atau perasaan merujuk pada kekosongan emosi, Penarikan diri dari dunia sosial.6 Sulit untuk berpikir, kontak emosional amat “miskin”, sulit diajak bicara, pendiam, dan suka melamun. Dan Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan
3
Jimmi Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : CV. Qalam, 2005), h. 1-2. 4
Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-6. 5
Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 594-595. 6
Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-7.
xvi
tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.7 Banyak penyakit yang merupakan interkoneksi antara penyakit fisik dan psikis. Oleh karena itu, kurang tepat jika orang melihat penyait fisik adalah mutlak urusan fisik, sementara psikis mutlak urusan psikis. Ketika penyakit jasmani disembuhkan, yang tampak adalah perilakuperilaku dan mental hidup yang sehat padahal sejauh ingin mencari kesembuhan total (fisik dan psikis), sejauh itu pula harus menemukan esensi kemanusiaannya secara total. Bagi mereka yang telah dilanda Skizofrenia tentu ada upaya penyembuhan yang dilakukan guna menjalani kehidupan yang normal kembali dan beraktifitas sebagaimana biasanya, yakni dengan terapi. Terapi adalah usaha untuk penyembuhan penyakit atau usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit.8 Pada saat ini banyak tempat-tempat yang menawarkan pengobatan atau pemulihan, baik itu untuk penyakit-penyakit mental maupun penyakit fisik, mereka mempunyai metode-metode tertentu yang merupakan keunggulan masingmasing tempat dalam menangani pasien atau kliennya. Madani Mental Health Care merupakan salah satu tempat rehabilitasi yang berorientasi dan menitikberatkan pada penyalahgunaan Naza dan Skizofrenia. Dalam pemberian bantuannya menggunakan pembinaan berbasis masyarakat 7
Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 595-596. 8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), h. 649.
xvii
(community base) dengan pendekatan holistik Bio – Psiko – Sosio – Spiritual (BPSS). Adapun terapi yang diterapkan di Madani Mental Health Care adalah dengan
menggunakan
terapi
medik-psikiatrik,
terapi
psikososial,
terapi
psikoreligius, dan terapi pilihan. Terapi ini dilakukan secara direktif baik personal maupun kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang dilakukan bekerjasama dengan R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari dengan melakukan detoksifikasi dan psikofarmaka, terapi psikososial dengan memberikan dorongan atau motivasi, membangun rasa percaya diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan masyarakat, terapi psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan mempolakan hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi, simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, dan peringatan harihari besar Islam. Tujuan terapi yang diterapkan di Madani Mental Health Care adalah untuk memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spiritual dan moral serta menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber daya insani. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur “
xviii
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Melihat banyak dan luasnya terapi skizofrenia ini, untuk lebih jelas dalam melakukan penelitian, maka peneliti memberi batasan masalah pada Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan guna memperjelas pokok permasalahan tersebut peneliti merumuskan masalah pada Bagaimana Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Bagi Empat Pasien Skizofrenia Tipe Paranoid Dalam Program Transit House Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama berkaitan dengan Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia.
xix
2) Penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai upaya penanganan skizofrenia yang semakin meningkat. 3) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat luas dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang skizofrenia lebih dalam. b. Praktis 1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu Madani Mental Health Care Jakarta Timur dalam mengembangkan dan melaksanakan program-programnya khususnya yang berkaitan dengan kegiatan terapi. 2) Penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman bagi lembaga-lembaga lain yang mengkaji Skizofrenia. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan.9 Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Mardalis : Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan 9
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1999), cet. Ke-2,
h. 1.
xx
kata lain penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.10 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutif Lexy J. Maleong yaitu “Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.11 Kemudian bersumber dari data yang penulis peroleh di lapangan, baik melalui wawancara pribadi dengan pihak pimpinan, terapis sampai pasien skizofrenia, maka penulis akan menggunakan kualitatif yaitu membahas serta menganalisa yang kemudian menyimpulkan sebagai kesimpulan final apabila sudah memenuhi pertimbangannya. 2. Penetapan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rehabilitasi Naza dan Penderita Skizofrenia Madani Mental Health Care, yang beralamat di Jln. Panca Warga III No. 34 Rt 003/004 Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur. Adapun alasan menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian ialah : a. Yayasan Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan salah satu yayasan yang berorientasi dan menitikberatkan pada permasalahan Naza dan Skizofrenia. 10
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. Ke-2, h. 7. 11
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999), cet. X, h. 3.
xxi
b. Dari hasil survei yang peneliti lakukan Yayasan Madani Mental Health Care Jakarta Timur merupakan yayasan yang cukup proaktif dan hingga saat ini melakukan pendampingan terhadap penderita Skizofrenia. c. Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain namun dilihat dari informan penelitian yang penulis ambil belum pernah diteliti oleh peneliti lain, khususnya dalam hal pelaksanaan terapi yang diberikan oleh Pihak Yayasan Terhadap Pasien Skizofrenia. d. Lokasi yang mudah dijangkau, dan strategis, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan. 3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah terapis, pasien dan pengurus Madani Mental Health Care Jakarrta Timur. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik (1) diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan maslah penelitian (2) tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang
xxii
berkembang dalam penelitian, dan (3) tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan pada keterwakilan konteks.12 Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini menggunakan sampel bola salju atau berantai (snowball/chain sampling) yakni sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya.13 Adapun sampel dalam hal ini 1 pimpinan, 1 terapis dan 4 orang pasien skizofrenia. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi. Adapun hal yang diobservasikan dalam penelitian ini adalah pada pelaksanaan terapi yang dilakukan pasien skizofrenia di Madani Mental Health Care Jakarta Timur dengan lamanya penelitian selama 6 bulan terhitung sejak bulan Mei hingga Nopember 2008. b. Wawancara. Teknik pengumpulan data ini dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Pimpinan Yayasan yakni Darmawan, S. Ag, Terapis yakni Fuad Salim, Lc dan empat pasien skizofrenia yakni PW (48 th), BR (21), DB (25 th), AF (25 th) yang terlibat langsung pada pelaksanaan terapi terhadap pasien skizofrenia di Madani Mental Health Care Jakarta Timur. c. Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati dan oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan dibuat secara deskriptif dan lengkap serta menyertakan informasi-informasi dasar, seperti tempat 12
E. Kristi Poerwandari Pengantar Fuad Hassan, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3 UI, 1998), cet. Ke-1, h.53. 13
Ibid, h.59.
xxiii
dilakukannya observasi, siapa yang hadir, interaksi sosial yang terjadi dan segala aktifitas yang berlangsung pada saat dilaksanakan observasi. d. Studi
dokumentasi.
Peneliti
mengumpulkan,
membaca
dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, brosur, artikel, dan internet) yang terdapat di Madani Mental Health Care Jakarta Timur atau perpustakaan lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. 5. Sumber Data a. Data primer yakni data yang berasal langsung dari sumbernya yaitu terapis. b. Data sekunder yakni data tidak langsung yaitu informan penelitian dan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. 6. Analisa Data Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan kategori dan mencari hubungan antara berbagai konsep.14 Setelah data terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisa data yang diperoleh melalui metode dan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam
14 Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), cet. Ke-1, h. 158. .
xxiv
hal ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan mendeskripsikan dalam bentuk pemaparan dengan memberikan penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan secara logis. 7. Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pedoman penulisan penelitian, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA UIN, tahun 2007, cet. Ke-1. E. Tinjauan Pustaka Setelah mengadakan survei ke perpustakaan di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan lembaga Madani Mental Health Care Jakarta Timur maka penulis menemukan skripsi dan penelitian yang membahas tentang : 1. Pelaksanaan Terapi Islam Terhadap Pasien Depresi Di Bengkel Rohani Ciputat. Yunani. Nim 101052022671. Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 1427H./2005M. Skripsi ini memberi kesimpulan bahwa terapi Islam terhadap pasien depresi di Bengkel Rohani meliputi bekam, dan ruqyah. 2. Sikap Penerimaan Orang Tua Penderita Skizofrenia Terhadap Stigma Masyarakat Tentang Skizofrenia. Ade Darmiah. Nim 101070023052. Psikologi tahun 1426 H./2004 M. Kesimpulan dari skripsi ini adalah orang tua yang menerima stigma yang diberikan terhadap pasien skizofrenia dengan sikap positif maka kemungkinan orang tua akan dapat membantu anaknya agar dapat sembuh dengan memberikan perhatin dan terapi, begitupun sebaliknya.
xxv
3. Penanganan Konselor dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta. Sri Hastuti. Bimbingan Penyuluhan Islam tahun 1424 H./2003 M. Secara garis besar skripsi ini menyimpulkan bahwa ada beberapa penanganan konselor dan penyuluh Islam terhadap skizofrenia diantaranya wawancara, observasi, tes, case study, metode kelompok, metode tidak mengarah, metode psikoanalisis (penganalisaan jiwa). Berdasarkan survei dan data tersebut di atas maka dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur, pada dasarnya penelitian ini secara prinsip dan teknis sama dengan penelitian sebelumnya namun jika dilihat dari obyek dan lokasi penelitian sangatlah berbeda serta belum ada penelitian lain yang mengambil judul ini. F. Sistematika Penelitian Adapun sistematika penelitian skripsi ini dituangkan kedalam beberapa bab, masing-masing dijabarkan kedalam sub-sub bab, dan selengkapnya disusun sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penelitian.
BAB II
Landasan Teoritis, yang mencakup terapi adalah pengertian terapi, bentuk-bentuk terapi, dan fungsi dan tujuan terapi. Skizofrenia mencakup pengertian skizofrenia, gejala-gejala klinis skizofrenia,
xxvi
sebab-sebab
terjadinya
skizofrenia,
tipe-tipe
kepribadian
skizofrenia. BAB III
Profil Madani Mental Health Care Jakarta Timur yang mencakup gambaran umum lembaga Madani Mental Health Care, tenaga konselor dan struktur organisasi Madani Mental Health Care, skema penerimaan dan pembinaan program Madani Mental Health Care, sarana dan prasarana Madani Mental Health Care.
BAB IV
Analisa dan Hasil Penelitian meliputi deskripsi informan, pelaksanaan
terapi
bagi
pasien
skizofrenia,
dan
pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia . BAB V
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
xxvii
analisis
BAB II LANDASAN TEORI
A. TERAPI 1. Pengertian Terapi Dalam Kamus Psychologi Therapy dijelaskan bahwa terapi adalah prosedur untuk menyembuhkan atau meringankan suatu penyakit.15 Menurut J. S. Badudu dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa terapi merupakan cara pengobatan untuk menyembuhkan orang sakit dari penyakitnya, dan perawatan penyakit.16 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai usaha memulihkan kesehatan orang yang sakit, pengobatan penyakit, dan perawatan penyakit. 17 Selain itu istilah terapi dalam Kamus Kedokteran diartikan sebagai pemberian pertolongan kepada orang yang sakit, usaha menyembuhkan orang
15
16
Dali Gulo, Kamus Psychologi, (Bandung : Tonis, 1982), h. 298.
J.S Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Gramedia, 2005), h. 346.
17
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 1180-1181.
xxviii
yang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan.18 Sementara dalam Bahasa Arab kata terapi sepadan dengan kata “Isytisyfa” dimana kata tersebut berasal dari akar kata “Syafa-Yasfi-Syifa” yang artinya menyembuhkan.19 Menurut Halmuth H. Schaefer & Patrick L. Martin dalam bukunya yang berjudul Behavioral Therapy mengatakan bahwa terapi adalah “Any set of procedures which produces a beneficial change in a patient ideally, theraphy results in permanent change”. Terapi adalah serangkaian prosedur yang menghasilkan suatu perubahan kepada pasien, yang idealnya terapi dapat menghasilkan suatu perubahan yang sifatnya permanen. 20 Andrew M. Colman dalam Dictionary of Psychology mengatakan bahwa terapi adalah “Any form of treatment for a disorder by a method other than surgery, such treatment in general”. Yakni berbagai macam bentuk perlakuan atau perawatan dengan menggunakan teknik yang secara keseluruhan tidak sama dengan teknik pembedahan bagi seseorang yang mengalami penyimpangan atau sakit.21 Dalam Kamus Istilah Konseling dan Psikoterapi disebutkan bahwa istilah Therapy secara umum, menunjuk pada suatu proses korektif atau kuratif atau penyembuhan, yang sangat lazim dipakai dalam medikal : kerapkali pula
18
Ahmad A. K Muda, Kamus Lengkap Kedokteran, (Surabaya : Gita Media Press, 1994),
h. 249-250, dan Ahmad Ramli, Kamus Kedokteran (Jakarta : Janbatan, 1999), h. 354.
19
A. Warsono Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Pondok
Pesantren Al-Munawwir, 1984), h. 782. 20
Halmuth H. Schaefer and Patrick L. Martin, Behavioral Theraphy, (United State of
America : Mc Graw-Hill, inc, 1975), h. 5.
21
Andrew M. Colman, A Dictionary of Phsychology, (New York : Oxford University
Press inc, 2001), h. 740.
xxix
digunakan secara bertukar-pakai dengan konseling (counseling) dan psikoterapi (pshychotheraphy).22 Sedangkan menurut DR. M. Solihin M. Ag yang mengutip pendapat Gerald Corey menyimpulkan bahwa “terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi klien dengan tujuan mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional. Manusia-manusia yang akal dan kalbunya proporsional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia dan akhirat.”23 Disamping itu M. A Subandi mengungkapkan bahwa “terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong), dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong (terapis) dengan latar ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya.”24 Dari uraian tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang terapis, baik itu penyakit mental, spiritual, moral maupun fisik yang dilakukan oleh seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknikteknik usaha yang dikembangkannya dengan tujuan mengembalikan memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proporsional. 2. Bentuk-bentuk Terapi
22
Andi Mappiare A. T., Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta : Rajawali Pers,2005), h.
23
Solihin, Terapi Sufistik, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004), h. 84.
24
M. A., Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h. 9.
334.
xxx
Gangguan skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut (kronis/menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang komprehensif dan holistik dewasa ini sudah dikembangkan sehingga pasien skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi terapi dengan
obat-obatan
anti
skizofrenia
(psikofarmaka),
psikoterapi,
psikososial, dan terapi psikoreligius. a. Psikofarmaka Terapi psikofarmaka adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan anti skizofrenia. Terapi ini dilakukan pasca detoksifikasi (pembuangan racun/toksin). Terapi ini juga dimaksudkan karena bagi pasien skizofrenia terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam pikir, alam perasaan, dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis skizofrenia dapat dihilangkan atau dengan kata lain pasien skizofrenia dapat diobati. Adapun obat-obat yang dimaksud tergolong menjadi dua golongan, yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Untuk yang berjenis typical seperti Chlorpromazine HCI, Trifluoperazine HCI, Thioridazine HCI, dan Haloperidol sedangkan untuk yang berjenis atypical
xxxi
seperti
Risperidone,
Clozapine,
Quetiapine,
Olanzapine,
Zotetine,
dan
Aripiprazole.25 b. Psikoterapi Selain terapi psikofarmaka pasien skizofrenia juga diberikan terapi kejiwaan atau yang disebut dengan psikoterapi. Terapi kejiwaan ini baru dapat diberikan apabila pasien skizofrenia sudah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (insight) sudah baik. Psikoterapi yang diberikan pun beragam macamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang pasien sebelum sakit, sebagai contoh : •
Psikoterapi supportif, yaitu memberikan dorongan, semangat, dan motivasi agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
•
Psikoterapi re-edukatif, yaitu memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimasudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga pasien lebih adaptif terhadap dunia luar.
•
Psikoterapi re-konstruktif, yaitu memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.
25
Dadang Hawari, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, (Jakarta :
FKUI, 2007), h. 97-100.
xxxii
•
Psikoterapi kognitif, yaitu memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga pasien mampu membedakan nilai-nilai moral/etika.
•
Psikoterapi psiko-dinamik, yaitu menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
•
Psikoterapi perilaku, yaitu memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang adaptif.
•
Psikoterapi keluarga, yaitu memulihkan hubungan pasien dengan keluarganya.
c. Psikososial Yang dimaksud dengan terapi psikososial adalah upaya memulihkan kembali kemampuan adaptasi pasien skizofrenia ke dalam kehidupannya seharihari. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu dampak dari gangguan skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial dalam berbagai bidang fungsi rutin kehidupan sehari-hari. Maka dengan terapi psikososial ini diharapkan pasien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.26 d. Psikoreligius Terapi keagamaan atau dengan kata lain psikoreligius adalah upaya mengobati pasien dengan melakukan kegiatan ritual keagamaan seperti sholat,
26
Ibid, h. 105-109
xxxiii
berdo’a, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, dan kajian Kitab Suci. Pemahaman dan penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya gangguan skizofrenia, hal ini dapat diamati dengan adanya gejalagejala waham (delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan. Dengan terapi psikoreligius gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan pasien skizofrenia dapat dipulihkan kembali dijalan yang benar.27 3. Fungsi dan Tujuan Terapi Adapun fungsi dari terapi sebagai berikut : a. Fungsi pencegahan (preventif). Dengan mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal, keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental, spiritual atau moralnya. b. Fungsi penyembuhan (treatment). Dengan adanya terapi ini akan membantu
seseorang
melakukan
pengobatan,
penyembuhan,
dan
perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khususnya terhadap gangguan mental, spiritual, dan kejiwaan seperti dengan dzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang dan damai, dan lain sebagainya. c. Fungsi pensucian dan pembersihan (sterilisasi/purification). Terapi ini melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa. 27
Ibid, h. 111-112
xxxiv
Sedangkan tujuan dari terapi adalah : a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spiritual dan moral. b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber daya insani. c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja. d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata. e. Mengantarkan individu mengenal, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat Yang Maha Suci yaitu Allah SWT.28 B. SKIZOFRENIA 1. Pengertian Skizofrenia Istilah skizofrenia pertama kali diperkenalkan pada tahun 1911 oleh seorang ahli psikiatri berkebangsaan Swiss yang bernama Eugene Bleuler.29 Skizofrenia berasal dari dua kata “skizo” yang berarti retak atau pecah (Split), dan “frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan
28
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode
Sufistik, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 276-278.
29
Jimmi Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,
(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 11.
xxxv
jiwa skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Spilitting of Personality).30 Bleuler menekankan bahwa pola perilaku skizofrenia ditandai dengan tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi sehingga tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi antara persepsi dan kenyataan yang sebenarnya.31 Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 3 Gangguan Kejiwaan menjelaskan skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan dis-integrasi pribadi, tingkahlaku emosional dan intelektual yang ambigious (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.32 Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Kesehatan Mental mengatakan skizofrenia adalah penyakit jiwa yang dapat menyebabkan kemunduran kepribadian yang mulai tampak pada masa puber dan yang paling banyak menderita adalah orang yang berumur antara 15-30 tahun.33
Coleman menjelaskan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikosa yang ditandai oleh split atau disorganisasi personality, mengalami disharmoni psikologis secara menyeluruh, pendangkalan atau kemiskinan emosi, proses 30
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 561.
31
http://drlizawordpress.com
32
Katini, Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 357.
33
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001), h. 49-
50.
xxxvi
berpikir yang memburuk, menghilangnya kesadaran sosial, adanya delusi, halusinasi, sikap atau perilaku yang aneh, dan emosinya inkohoren dimana bila terdapat kejadian yang menyenangkan penderita menjadi bersedih hati atau sebaliknya.34 Dalam sumber lain yang diperoleh dari website http : //www2.kompas.com disebutkan bahwa “skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi realita dan ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari.”35 Dalam buku Psikologi Abnormal dikatakan bahwa skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, efek yang datar atau tidak sesuai dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare (perilaku aneh) dimana pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh dengan delusi dan halusinasi.36 Sumber lain yang diperoleh dari buku Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam menjelaskan bahwa skizofrenia adalah “nama umum untuk sekelompok reaksi-reaksi psikotis yang dicirikan dengan adanya penarikan diri, gangguan atau kekacauan pada kehidupan emosional dan afektif disertai halusinasi dan delusi-delusi, perilaku negatifistik dan kerusakan atau kemunduran jiwani yang progresif.”37
34
www.google.com
35
http : //www2.kompas.com
36
Gerald C. Davidson, Psikologi Abnormal, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
37
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam, (Bandung : Mandar
h. 444.
Maju, 1989), h. 131.
xxxvii
Berdasarkan PPPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit tidak kronis yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul.38 Menurut Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja dalam buku Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa skizofrenia adalah kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering melihat adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi.39 Dari beberapa uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai dengan berbagai macam gejala seperti hilangnya kontak dengan realitas, penyimpangan kepercayaan atau delusi, penyimpangan isi pikiran, persepsi pendengaran maupun penglihatan atau halusinasi, berkurangnya motivasi dan emosi yang tumpul. 2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa yang berat, dulu sering dianggap sebagai akibat dari kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya penderita sering dikucilkan, dipasung, dan diperlakukan tak manusiawi.
38
39
http://drliza.wordpress.com
Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), h. 134.
xxxviii
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja dari berbagai bangsa, negara, maupun kelompok sosio-ekonomi dan budaya. Padahal jika diketahui sejak dini dan ditangani dengan baik, maka skizofrenia bisa diatasi. Memang tak bisa 100%, namun penggunaan obat-obatan yang tepat mampu mengontrol gejala. Sebaliknya jika tidak ditangani secara benar, gangguan skizofrenia menjadi makin parah, penderita akan terganggu fungsi sosial dan konfliknya. Ia akan mengalami gangguan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, sehingga tak mampu berfikir dan bertindak wajar. Persoalannya, gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal yang bisa dideteksi, antara lain mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrai. Tanda lainnya penderita merasa asing di lingkungannya sehingga menarik diri dari kehidupan sosial. Gejala skizofrenia baru disadari di lingkungan pada saat penderita mengalami periode akut, yaitu ketika timbul gejala positif seperti gaduh, gelisah, tidak bisa tenang, selalu ingin bergerak, pikirannya kacau dan bicara melantur, penderita sering berpindah topik pembicaraan dan tak ada kaitannya. Gejala ini disertai curiga yang berlebihan. Selain itu penderita mulai meyakini sesuatu yang tak wajar (delusi atau waham), misalnya menganggap dirinya titisan Hittler atau Cleopatra, bisa juga merasa mendengar, melihat, mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi). Oleh karena itu, penderita sering bicara atau tertawa sendiri.
xxxix
Pada tahap lanjut atau kronis penderita biasanya menjadi pasif, seperti tak ada perhatian pada lingkungan, hidup didunianya sendiri. Penderita tak mau mengurus dirinya sendiri dan kehilangan perasaan serta emosi. Pada tahap tertentu dia menunjukan gejala negatif seperti depresi dan menarik diri.40 Dalam buku Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa dijelaskan bahwa skizofrenia adalah ganggun jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/ RTA) dengan baik dan pemahaman diri (Self Insight) buruk. Adapun gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu : a. Gejala positif antara lain : •
Halusinasi semacam pikiran yang dihasilkan dari ketajaman indera yang berlebihan dan ketidakmampuan otak untuk mengartikan dan merespon secara tepat setiap pesan yang datang. Seorang skizofrenia dapat mendengar suara-suara dan melihat bayangan-bayangan yang sesungguhnya tidak ada atau mengalami sensasi yang janggal pada tubuhnya.
•
Delusi atau waham adalah kekuatan dan kemantapan keyakinan yang hanya dialami oleh si penderita dan tetap dipertahankannya meskipun bukti-bukti yang ada berlawanan dengan kepercayaannya itu.
•
Gangguan
berpikir
merujuk pada
memproses dan menata pikirannya.
40
Kumpulan Artikel Kesehatan Kompas, 2001
xl
cara
seseorang
skizofrenia
•
Perasaan hadirnya alter-ego (diri yang lain) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidakjelasan kesadaran seseorang tentang siapa dirinya.41
•
Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
•
Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
•
Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
•
Menyimpan rasa permusuhan.42
b. Gejala negatif skizofrenia antara lain : •
Kurangnya motivasi atau apatis yakni keadaan mental dimana berkurangnya semangat atau keinginan untuk hidup yang sering disertai dengan kemalasan.
•
Tumpulnya indera atau perasaan merujuk pada kekosongan emosi karena terbatas atau tidak adanya ekspresi muka dan gerakan tangan, penderita terlihat tidak mampu merasakan atau menunjukkan emosi sama sekali.
41
Jimmi Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,
(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-6.
42
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 594-595.
xli
•
Penarikan diri dari dunia sosial dapat terjadi sebagai akibat dari depresi, hasil dari perasaan aman yang tercipta dalam kesendirian, terperangkap dalam perasaannya sendiri dan takut bila ditemani oleh orang lain.43
•
Sulit untuk berpikir abstrak.
•
Pola pikir stereotif.
•
Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam, dan suka melamun.
•
Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, mononton, serta tidak ingin apa-apa dan serba kehilangan nafsu.44
•
Avolition atau apatis merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin.
•
Alogia merupakan suatu gangguan pikiran negatif dan dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Miskin percakapan, jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Miskin isi percakapan, jumlah percakapan memadai namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang.
43
Firdaus, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan bagi Keluarga Penderita Skizofrenia,
(Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), h. 4-7. 44
Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 595-596.
xlii
Anhedonia merupakan ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan.
•
Tercermin
dalam
kurangnya
minat
dalam
berbagai
aktivitas
rekresional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Asosialitas merupakan ketidakmampuan dalam hubungan sosial.
•
Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat berminat untuk berkumpul bersama orang lain.45 Sedang menurut kategori DSM-IV gejala-gejala skizofrenia terbagi menjadi 2 yakni : a. Simtom positif, terdiri dari delusi, halusinasi, disorganisasi pikiran dan pembicaraan, serta disorganisasi perilaku atau tingkah laku katatonik. b. Simtom negatif, terdiri dari affective flattening (bentuk pengurangan atau hilangnya respon-respon afektif terhadap lingkungan, terganggu dalam menampilkan reaksi-reaksi emosionalnya), alogia, dan avolition. Gejala-gejala klinis di atas umumnya terjadi pada seseorang yang mempunyai kecenderungan skizofrenia. Gejala positif biasanya muncul pada episode akut, sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif skizofrenia lebih menonjol.
45
Gerald C. Davidson, Psikologi Abnormal, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 448-449.
xliii
Secara klinis gejala tersebut akan menjadi skizofrenia apabila memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia. Kriteria tersebut, menurut pedoman penggolongan diagnostik gangguan jiwa (PPDGJ III), yaitu : •
Thought Echo, thought insertion or whitdrawl, dan thought broadcasting.
•
Delusion of control (waham dikendalikan), delusion of influence (waham dipengaruhi), delusion of passivity (waham ketidakberdayaan atau pasrah), dan delusional perception (pengalaman inderawi yang tak wajar bersifat mistik atau mukjizat).
•
Halusinasi auditorik yakni suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus dan mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara suara yang berbicara).
•
Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil. Misal perihal keyakinan kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa seperti mampu berkomuniasi dengan makhluk asing dari dunia lain.
•
Halusinasi yang menetap dari panca indera mana saja dan disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalue ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu dan berbulan-bulan.
•
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. Perilaku katatonik seperti keadaan
xliv
gaduh, gelisah (excitement) posisi tubuh tertentu (postering) atau flexsibilitas serea, dan negativisme. •
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung kurun waktu 1 bulan atau lebih.46
3. Sebab-sebab Terjadinya Skizofrenia Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit skizofrenia hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti tentang penyebab skizofrenia. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yang berperan bagi munculnya gejala-gejala skizofrenia dan hingga sekarang telah banyak teori yang dikembangkan oleh para psikiater mengenai penyebab skizofrenia. Adapun faktorfaktor yang menyebabkan skizofrenia, sebagai berikut : a. Faktor biologis Dalam faktor biologis terdapat faktor penting yakni keturunan (hereditas), dan biokimiawi. Pentingnya faktor keturunan telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko bagi masyarakat umum 0,9%, pada orang tua 5,6%, pada saudara kandung 10.1%, pada anak 12,8%, pada kembar monozygote 59,2%, dan pada kembar dizygote 15,2%.47 Selain itu faktor biokimiawi yang dikenal dengan teori dopamine atau neoutransmitter dopamine bahwa dalam skizofrenia diperoleh
46
www.google.com
47
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), h. 570-571.
xlv
adanya psikosis amphetamine. Aktivitas dopamine yang tidak biasa mendorong lahirnya simtom positif.48 b. Faktor psikososial Faktor psikososial menunjuk pada adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. c. Faktor kesalahan belajar Tidak tepat mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Penderita mempelajari dengan baik orang-orang skizofrenia atau mempelajari perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik. d. Peran-peran sosial Tidak adanya pegangan mengenai siapa orang disekitarnya yang dapat atau patut dijadikan panutan. Ia mengikuti kebiasaan dua orang yang bertentangan sehingga menimbulkan stres kehidupan yang obsesif dan dekompensasi.49 e. Faktor religius Manusia sebagai makhluk fitrah yang berarti mempunyai kodrat keagamaan, yang apabila tetap pada kodrat itu maka akan selamat. Penelitian yang 48
Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), h. 158.
49
Sutardjo A. Wiramihardja, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2005), cet ke-1, h. 151-165.
xlvi
dilakukan oleh D.B. Larson menyatakan bahwa komitmen agama amat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medik yang diberikan. Sebagaimana Snyderman menyatakan bahwa terapi medik tanpa agama (do’a dan dzikir) tidaklah lengkap sementara agama (do’a dan dzikir) tanpa terapi medik tidaklah efektif.50 4. Tipe-tipe Kepribadian Skizofrenia a. Skizorenia Tipe Hebefrenik Seseorang yang menderita skizofrenia tipe hebefrinikk disebut juga disorganized type atau “kacau balau” ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut : •
Inkoherensi yakni jalan pikiran yang kacau, tidak dapat di mengerti apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
•
Alam perasaan (mood affect) yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi.
•
Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
•
Waham tidak jelas dan tidak sistematik dan tidak terorganisir sebagai suatu kesatuan.
50
Dadang Hawari, Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa SKIZOFRENIA, (Jakarta :
FKUI, 2007),h. 582.
xlvii
•
Halusinasi yang terpecah-pecah yang isinya tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.
•
Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakangerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.
b. Skizofrenia Tipe katatonik Seseorang yang menderita skizofrenia tipe katatonik menunjukkan gejalagejala sebagai berikut : •
Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti “patung” atau diam membisu.
•
Negativisme katatonik yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan dirinya.
•
Kekakuan katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakkan dirinya.
•
Kegaduhan katatonik yaitu kegaduhan aktivitas motorik yang nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.
•
Sikap tubuh katatonik yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh.
c. Skizofrenia Tipe Paranoid Seseorang yang menderita skozofrenia tipe parnoid menunjukan gejalagejala sebagai berikut :
xlviii
•
Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa, misi atau utusan sebagai penyelamat bangsa, dunia atau agama, misi kenabian, atau perubahan tubuh, dan waham cemburu.
•
Halusinasi yang mengandung isi kebesaran.
•
Gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentu, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat dan tindak kekerasan. Seringkali ditemukan kebingungan tentang identitas jenis kelamin dirinya atau ketakutan bahwa dirinya diduga sebagai seorang homoseksual,
atau
merasa dirinya
didekati oleh orang-orang
homoseksual.
d. Skizofrenia Tipe Residual Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional. e. Skizofrenia Tipe Tak Tergolongkan Tipe ini tidak dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan di atas, hanya gambaran kilnisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkahlaku kacau. f. Golongan “Skizofrenia” Lainnya.
xlix
Selain
gambaran
gejala
klinis
skizofrenia
yang
jelas
dengan
pengelompokkan tersebut di atas ada pula pengelompokkan gangguan “skizofrenia” lainnya yaitu : •
Skizofrenia simplek yaitu suatu bentuk psikosis (gangguan jiwa yang ditandai terganggunya realitas/RTA dan pemahaman diri/insight yang buruk) yang perkembangannya lambat dan perlahan-lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan kemampuan/keterampilan total. Tidak terdapat waham atau halusinasi.
•
Gangguan skizofreniform (episode skizofrenia akut). Secara klinis si penderita lebih menunjukkan gejolak emosi dan kebingungan seperti dalam keadaan mimpi.
•
Skizofrenia laten. Hingga kini belum terdapat suatu kesepakatan yang dapat diterima secara umum untuk memberi gambaran klinis kondisi ini, oleh karenanya kategori ini tidak dianjurkan untuk dipakai secara umum. Meskipun demikian gambaran yang dapat dicatat antara lain perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam perasaan yang memberi kesan seperti skizofrenia.
•
Gangguan skizoafektif. Gambaran klinis tipe ini didominasi oleh gangguan pa da alam perasaan disertai waham dan halusinasi. Gangguan alam perasaan yang menonjol adalah perasaan gembira
l
yang berlebihan dan atau kesedihan yang mendalam (depresi) yang silih berganti.51
51
Ibid, h. 64-72.
li
BAB III PROFIL MADANI MENTAL HEALTH CARE
A. Gambaran Umum Madani Mental Health Care Berdasarkan data yang penulis peroleh selama penelitian di Madani Mental Health Care yang bertempat di Jl. Panca warga III No. 34 Cipinang Besar Selatan ini merupakan lembaga yang bergerak dan fokus pada masalah penyalahgunaan naza dan gangguan skizofrenia. Kurang lebih sudah hampir 5 tahun lembaga ini berjalan, sejak akhir tahun Agustus 2003 mulai bergerak dan atas prakarsa para aktivis muda yang prihatin, memiliki kepedulian, dan komitmen yang kuat untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia dari masalah-masalah sosial hingga penyakit-penyakit sosial yang sulit di atasi dan membutuhkan perhatian yang intensif. Atas dasar itulah akhirnya para aktivis muda yang dipimpin oleh oleh Darmawan bertekad untuk membuat salah satu wadah yang dapat membantu atau memulihkan keadaan mereka dari masalah-masalah sosial hingga penyakitpenyakit sosial, yang salah satunya adalah skizofrenia. Lembaga ini didirikan atas persetujuan Prof. Dadang dan mengacu kepada metode Prof. Dadang melalui pendekatan holistik yakni BPSS (Bio-Psiko-Sosio-
lii
Spiritual). Metode ini dikenal sebagai metode yang mutakhir dan telah disahkan oleh WHO pada tahun 1984. Setelah 5 tahun berjalan, akhirnya Madani Mental Health Care berupaya mengajukan diri ke notaris, agar mendapatkan status badan hukum yang jelas dan diakui negara. Dengan berbagai perjuangan dan proses yang cukup berat, akhirnya tepat pada tanggal 11 November 2007 yayasan Madani Mental Health Care diresmikan, dan disahkan oleh Departemen Hukum dan HAM sebagai : Yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (community base) dengan pendekatan Bio – Psiko – Sosio – Spiritual (BPSS), didirikan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab, dengan menggunakan Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, sebagai metode mutakhir yang menggunakan pendekatan holistik BPSS. Adapun yang menjadi visi dan misi lembaga ini adalah menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra diri keluarga, masyarakat dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik dan dapat melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari masalah-masalah sosial dan penyakitpenyakit sosial seperti penyalahgunaan naza, maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban naza dan skizofrenia sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.
liii
Di samping itu tedapat pula program pembinaan lembaga yang terkait pada pasien skizofrenia, program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman di bidangnya. Ini dijalankan dalam jangka waktu 3 bulan, dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 bulan serta masuk fase kemandirian 6 bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis estafe/tahapan dari program pembinaan). Tujuan dari program pembinaan ini adalah apabila klien mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka akan dapat diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik.52 Ada beberapa bentuk yang akan penulis uraikan terkait pada program pembinaan secara khusus terhadap klien skizofrenia dan akan penulis sajikan dalm bentuk tabel, sebagai berikut : Tabel 1. Bentuk-bentuk Program Pembinaan Skizofrenia Madani Mental Health Care Program Medik 1. Konsultasi Dokter 2. Minum Obat Teratur 3. Komplikasi medik dapat dilakukan rawat jalan dengan rujukan ke pihak rumah sakit
1. 2.
3. 4. Program Psiko Religi 1. Praktek Ibadah Sholat dan Puasa 52
1.
Program Psiko Sosial Penguatan tekad, niat dan kehendak yang baik Komunikasi (berkomunikasi yang baik dengan teman, keluarga dan masyarakat) Pengetahuan tentang diri, keluarga dan masyarakat Sharing person Program Pilihan Melakukan kegiatan hobby
Dokumentasi lembaga Madani Mental Health Care 2008
liv
2. 3. 4. 5. 6.
Do’a dan Dzikir Menulis dan membaca al-qur’an Akhlak dan tasawuf Fiqih dan muamalat Pengetahuan wawasan Islam
(olahraga) 2. Penguasa keahlian (komputer) 3. Keterampilan memasak 4. Bahasa Inggris dan Arab 5. Seni (Lukis, handycraft, musik) 6. Pariwisata Sumber : Madani Mental Health Care 2008
Metode mengajar lebih mengedepankan pada pendekatan individual daripada klasikal (general), hal ini dilihat lebih kepada kompetensi klien, latar belakang kehidupan, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-cita mereka. Metode dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan bentuk-bentuk program pembinaan tersebut adalah : Tabel 2. Metode dan Teknik Pengajaran Bentuk-bentuk Program Pembinaan Madani Mental Health Care
1. 2. 3. 4. 5.
Metode Pembinaan Keteladanan Nasehat Cerita atau kisah-kisah Hukuman Hadiah
Teknik Pengajaran 1. Ceramah 2. Diskusi/debat 3. Simulasi/sosiodrama 4. Pariwiasata 5. Dzikir/perenungan 6. Seni dan olahraga Sumber : Madani Mental Health Care 2008
B. Tenaga Konselor dan Struktur Organisasi Madani Mental Health Care Pembinaan ini adalah kehidupan beragama Islam. Jumlah tenaga konselor yang tersedia adalah 124 orang, yakni : Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Madani Mental Health Care No 1. 2. 3. 4.
Tenaga Konselor Sarjana Agama Sarjana Umum D III-II SMU
lv
Jumlah 12 4 6 2
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aktif Tidak Aktif Perempuan Laki-laki Pengalaman Kurang Dari 3 tahun Pengalaman Lebih Dari 3 Tahun Keterampilan Program Pilihan Jumlah Sumber : Madani Mental Health Care 2008
21 11 7 25 11 21 4 124
Adapun tenaga konselor yang masih aktif Tabel 4. Tenaga Konselor Yang Masih Aktif No Tenaga Konselor 1. Agus Tri Darpito 2. Suryanto 3. Darmawan, S. Ag 4. Taufik Permadi, S. P 5. Santi Rachmawati, SE 6. Ahmad Jami H. W, S. Sos. I 7. Ginanjar Maulana F., S. Si 8. H. Andre Fuad Salim, Lc 9. Krisna Jaya SS, MM 10. Faisal, S. Sp. I 11. Heria Widya Hernomo 12. Yanto Abdul Latief, S. Th. I 13. Ade C. Hidayat, S. Pd. I 15. Ishtihori, S. Sos. I 16. Sugeng Sumber : Madani Mental Health Care 2008 Selain itu, struktur Madani Mental Health Care terbagi atas : 1. Struktur fungsional yakni yang memegang kendali dibidang pembinaan dibagi atas : a. Terapi Mental (Ginanjar Maulana F, S. Si) b. Terapi Agama (H. A. Fuad Salim, Lc) c. Konselor (Heria Widya Hernomo, Yanto Abdul Latief, Ade C Hidayat, Ishtihori, Sugeng, dan lain-lain)
lvi
2. Struktur organisasi yakni orang-orang yang memegang kendali utama dibidang manajemen Madani Mental Health Care.53
Struktur Organisasi Madani Mental Health Care Gambar 1. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care
53
Ibid
lvii
Sumber : Madani Mental Health Care, 2008 C. Skema Penerimaan dan Pembinaan Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Berikut ini penulis akan menguraikan sistematika proses penerimaan dan pembinaan klien skizofrenia yang ada di Madani Mental Health Care, sebagai berikut : Gambar 2. Skema Penerimaan dan Pembinaan Madani Mental Health Care
Pasien Korban NAZA Penderita Skizofrenia
-Keluhan pemakai NAZA dan penderita Skizofrenia -Perlunya tindakan Penyembuhan yang terbaik - perlunya lingkungan tempat rehabilitasi
Klinik Prof. Dr.dr. H. Dadang Hawari, Psikiater
-Konsultasi -Saran atau rekomendasi -Detoksifikasi – 7 s/d 10 hari -Pengobatan komplikasi Medik -Saran dan Rekomendasi
Rumah Sakit MH Thamrin
-Lama 3 bulan terapi Medik, Psikososial, Psikiatri
Transit House Madani Mental Health Care
Day Care Madani
dan Relegius -Tempat pembinaan 24 jam –terpadu (tertutup) -Melaksanakan juga pelayanan DAY Care (1/2 hari) Setelah melakukan program transit klien dapat memilih program Day Care dimanan klien datang ke Madani secara harian untuk mengikuti program lviii
-Klien yang Mandiri , sesudah dari Transit
Home Care Di Rumah Klien
House dan masa Day Care-Klien bekerja dan melanjutkan pendidikan – Konsellor melakukan kunjungan ke Rumah Snatri dan Progran dilakukan di rumah Klien tersebut
Sumber : Madani Mental Health Care 2008 D. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care Adapun saran dan prasarana yang tersedia di lembaga ini adalah atas kerjasama dengan keluarga H. Radi, antara lain : Tabel 5. Sarana dan Prasana Madani Mental Health Care No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fasilitas Jumlah Keterangan Kantor 1 Ruang konsultasi dan pustaka Kamar Tidur 6 Ber AC kapasitas 13 tempat tidur Ruang belajar/lab 1 3 Unit komputer, alat service HP, alat-alat skill cetak sablon Ruang santai 1 TV, Tape, DVD dan Play Station Pendopo 1 Terbuka dan tempat olahraga Taman 1 Terbuka Musholla 1 Kamar mandi 5 Tertutup Sumber : Madani Mental Health Care 2008
lix
BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Informan Berdasarkan data yang penulis peroleh dan demi keamanan serta kenyamanan masing-masing informan, maka dalam skripsi ini, penulis merahasiakan nama asli informan dengan memberikan nama inisial. Adapun identitas informan secara umum terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 6. Identitas Informan Penelitian Pendidikan Jenis Akhir Kelamin
No
Inisial Klien
Usia
1.
PW
48 th
LK
Mhs/IX
2.
BR
21 th
LK
Mhs/IV
3.
DB
25 th
LK
Mhs/IV
4.
AF
25 th
LK
Mhs/IV
Kasus Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid
Program Rehab Transit House Transit House Transit House Transit House
1) Pimpinan Yayasan Darmawan, S. Ag kelahiran Jakarta tahun 1972, putera ke-7 dari 9 bersaudara merupakan salah satu pendiri yayasan Madani Mental Health Care Jakarta Timur yang bertempat di Jl. Panca Warga III Cipinang-Besar JakartaTimur. Memiliki latar belakang pendidikan Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwalus Syahkhsiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, mulai terjun dan menekuni
lx
bidang sosial khususnya dalam penangangan narkoba dan gangguan skizofrenia sejak tahun 1996 hingga sekarang. Walaupun berlatar belakang pendidikan hukum Islam, beliau mampu meng-eksiskan diri dalam bidang sosial, hal ini sebagaimana motto yang beliau miliki yakni “Menjadi Manusia yang Bermanfaat bagi Umat Islam” Mengawali karir sebelum beliau menjabat sebagai seorang pemimpin yayasan Madani Mental Health Care Mental Health Care, beliau aktif dalam bidang dakwah di mulai dari masjid ke masjid hingga berdakwah ke pesantren narkoba salah satunya adalah Pesantren Modern Darul Ihsan di wilayah Cariu, Jawa-Barat. Dari berbagai pengalaman dakwahnya, beliau memiliki ketertarikan untuk dapat melanjutkan perjuangan dakwahnya dengan mewujudkan dan mengabdikan diri terlibat dalam pembinaan santri-santri korban narkoba dan gangguan skizofrenia. Selama 3 tahun lamanya beliau aktif berdakwah di lingkungan pesantren narkoba dan dengan sahabat-sahabatnya beliau bertekad mendirikan sebuah tempat rehabilitasi dengan nama Madani Mental Health Care Home Care pada tahun 2003 dan hingga kini lembaga tersebut berganti nama dengan Madani Mental Health Care dengan menggunakan sistem terpadu Prof. Dadang yakni BPSS.54 2) Terapis
54
Buletin Madani cet ke-1, September 2006.
lxi
Fuad Salim, Lc kelahiran September 1978 merupakan putera betawi keturunan Arab, lulusan dari tiga universitas yang berada di daerah timur tengah yakni Universitas Damaskus, Universitas Majma’ Ilmy ‘Aly, dan Ma’had Ta’lim Al-Lughoh, dengan mengambil jurusan Hukum Islam, hingga mendapatkan gelar S1, setelah itu beliau melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Jakata dengan mengambil bidang yang sama yakni Hukum. Dimulai sejak tahun 2003, beliau mulai bergabung dengan lembaga Madani Mental Health Care, bermula beliau menjabat sebagai konselor yang bertugas mendampingi dan memantau perkembangan klien skizofrenia. Selama 2 tahun menjabat sebagai konselor dengan pendampingan yang intens kepada klien skizofrenia, beliau juga memberikan motivasi dan perhatian yang positif kepada klien, dan memberikan teladan yang baik dalam proses pendampingannya, maka akhirnya beliau dipercayakan untuk mengisi kajian terapi Islam. Dengan berbagai pengalaman dan ilmu agama yang diperoleh selama perkuliahan, ditambah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya yang dapat menunjang kegiatan terapi Islam. Alhasil beliau dalam menyampaikan materi terapi Islam, mendapatkan respon positif dari klien skizofrenia, dan hingga kini beliau masih dipercayakan untuk bisa eksis di lembaga Madani Mental Health Care terutama dalam kajian terapi Islam.55 3) Informan PW
55
Wawancara tak berstruktur dengan Fuad Salim, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxii
PW kelahiran Mei tahun 1960 merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara, yang bertempat tinggal di daerah Menteng, Jakarta-Pusat. PW adalah salah satu korban pergaulan bebas yang rentan dengan Naza, kurang lebih usia 13 tahun PW mulai mencoba memberanikan diri untuk merokok, setelah itu PW mencoba beralih pada minum-minuman ber-alkohol, hal itu PW lakukan selama kurang lebih 4 tahun. Pada tahun 1977 di usianya yang ke-17 hingga usia yang ke-38 tahun, PW mulai mengkonsumsi ganja, psikotropika dan amphetamine. Hal itu dilakukan lantaran coba-coba dan pengaruh dari teman-temannya. Selama 21 tahun lamanya PW mengkonsumsi Naza. Saat mengkonsumsi amphetamine PW mulai merasa curiga, meriang, dan panas-dingin. Kemudian muncul adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua telinganya. Bisikan-bisikan itu membuat dirinya bingung, karena bisikan yang PW alami bertentangan satu dengan yang lain. Bisikan tersebut berbunyi : “kalau kamu tidak bertaubat jangan harap suara atau bisikan ini akan hilang dan sudah pakai saja tidak perlu bertaubat.” Saat bisikan itu muncul akhirnya PW berusaha memperbaiki dengan menjalankan sholat 5 waktu, meskipun masih dalam keadaan yang belum sempurna, setelah itu mulai muncul sebuah keberanian dalam diri PW untuk mengakui perbuatannya kepada kedua orang tuanya, jika selama ini PW sudah terjerat Naza. Pada waktu PW mengakui segala kesalahan atas perbuatannya, kedua orang tuanya tidak serta-merta memarahinya namun mengambil langkah bijak
lxiii
yakni berusaha memberikan pengobatan kepada PW, hingga akhirnya PW dibawa kepada salah seorang paranormal di daerah Jembatan Merah, namun pengobatan yang diberikan belum berhasil disembuhkan dan semakin bertambah. PW merasa takut dan jera. Lalu PW berusaha melakukan pengobatan sendiri dengan cara mandi besar, PW berharap Allah akan menolong dirinya. Kemudian PW dibawa ke klinik holistik yang bertempat di Purwakarta, kurang lebih selama 4 bulan menjalani pengobatan namun belum juga berhasil, selanjutnya PW di pondokkan di pesantren Wonosalam, kurang lebih selama 6 bulan, gangguan halusinasi yang dialami PW masih terjadi. Akhirnya PW dibawa kepada Prof. Dadang, PW menceritakan keadaan yang terjadi pada dirinya, mulai dari mengkonsumsi Naza hingga mengalami bisikan-bisikan atau gangguan halusinasi. Sempat terdengar dari ucapan PW bahwa dirinya mengkonsumsi amphetamine dan menurut Prof. Dadang PW mengalami gangguan kejiwaan yang bernama skizofrenia. Mendengar ucapan tersebut, PW pun shock dan menyesali segala perbuatannya hingga bertekad untuk sembuh dari sakitnya. Kemudian Prof. Dadang menyarankan agar PW melakukan detoksifikasi atau pembuangan racun yang berada di rumah sakit Thamrin, setelah melakukan detoksifikasi selama kurang lebih seminggu barulah PW dikirim ke tempat rehabilitasi yang bernama Wisma Ismail yang barada di Cipinang Elok, Di sana PW kondisi semakin memburuk, akhirnya PW dibawa oleh ustad Abu ke Madani Mental Health Care dengan program transit house, disana PW
lxiv
bertemu dengan ustad Darmawan, selama kurang lebih 9 bulan PW menjalani pengobatan di Madani Mental Health Care.
4) Informan BR BR kelahiran April tahun 1987 merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tinggal dengan seorang ayah yang berusia 55 tahun dan ibu yang berusia 49 tahun, bertempat tinggal di daerah Cimanggis Depok. Semasa kecilnya BR hidup dalam keluarga yang bahagia. Dimulai sejak memasuki tingkat ke-2 dari perkuliahannya di salah satu perguruan tinggi yang ada di Semarang, BR yang memiliki banyak teman dan dikenal sebagai orang yang mudah bergaul atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru tiba-tiba terlibat konflik dengan seorang teman yang berinisial T. BR merasa T telah menjelek-jelekkan dirinya kepada teman-temannya hingga mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan hati BR. Hal ini membuat BR marah dan terjadilah konflik. Dari peristiwa ini BR mengalami depresi, gelisah, cemas, dan marah-marah hingga melampiaskan diri kepada minumminuman ber-Alkohol dengan jenis BINTANG. Karena itulah mulai muncul adanya bisikan-bisikan yang terdengar dari kedua telinganya. Bisikan tersebut berbunyi “Ada seseorang wanita yang menjelek-jelekkan dirinya” hingga berkalikali terjadi. Saat kedua orang tuanya mengetahui keadaan BR tersebut, akhirnya BR dibawa ke sebuah klinik dr. Darmani seorang ahli syaraf, selama 1 tahun
lxv
menjalani pengobatan BR belum mengalami perubahan yang signifikan, halusinasi yang dialami semakin bertambah. Kemudian kedua orang tuanya membawa BR kerumah sakit Thamrin disana mereka bertemu dengan Prof. Dadang dan akhirnya kedua orang tua BR menceritakan keadaan anaknya. Setelah itu menurut Prof. Dadang “BR mengalami gangguan skizofrenia yang berupa halusinasi”. Menderngar hal itu kedua orang tuanya Shock dan berniat untuk mengobatinya. Setelah itu Prof. Dadang menyarankan agar BR perlu menjalankan proses pengobatan dan rehabilitasi, atsa pendapat dan persetujuan kedua orang tua BR akhirnya dikirimlah BR untuk menjalankan pengobatan di rehabilitasi Madani Mental Health Care. Waktu itu BR masuk ke Madani Mental Health Care pada tanggal 13 Juli 2008, dimana saat itu kondisi BR masih diselimuti adanya halusinasi, selama 1 bulan lamanya BR menjalani pengobatan di Madani Mental Health Care melalui program transit house. 5) Informan DB DB kelahiran Mei tahun 1983 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, bertempat tinggal di daerah pondok gede Bekasi. Ketika kecil DB tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pegawai swasta. Semasa kecil hingga dewasa DB memiliki prestasi yang cukup gemilang khususnya dalam bidang bahasa Inggris dan komputer. Dimulai sejak masuk perguruan tinggi Universitas Udhayana-Bali, DB tinggal bersama dengan seorang pembantu, karena kesibukan kedua orang tua
lxvi
akhirnya DB berteman akrab dengan teman-temannya, dan DB pun merasa bahwa teman-temannya begitu perhatian kepadanya. Lantaran pergaulan yang dialami DB bersama teman-teman begitu bebas menurut pengakuannya DB sempat terjerat kepada narkoba dengan jenis ganja dan alkohol yang dilakukan bersama teman-temannya disebuah diskotik. Hal ini pun tidak diakui oleh kedua orang tuanya, semasa menjalani kehidupan di Bali, DB memiliki saudara yang dominan non muslim dan lama-kelamaan DB dikirim kearah Nasrani. Dengan kepedulian mereka akhirnya DB merasa keluarganya tidak peduli sementara ada orang lain yang peduli dengan dirinya. Di sinilah timbul konflik batin antara DB muslim atau non muslim, hingga akhirnya DB merasa dirinya adalah non muslim. Kedua orang tua DB merasa marah ketika peristiwa ini terjadi pada DB, akhirnya terjadi proses gangguan berpikir, gejala menutup diri, kurang percaya diri, cemas, marah-marah, hingga melakukan perbuatan yang merusak lingkungan keluarga terutama pernah menganiaya ibu kandungnya dan hal ini membuat ibunya traumatis. DB pernah diasuh oleh salah satu ustad yang pernah mengajar kurang lebih 6 bulan tetapi keadaan DB bukan semakin membaik, hal ini dikarenakan dilakukan oleh satu orang ustad dan belum memahami keadaan DB dan akhirnya DB dikirim ke salah satu tempat rehabilitasi kejiwaan yang bertempat di Cilandak yang bernama GCM (Geria Cipta Mandiri) kurang lebih sekitar 3 bulan. Saat dikirim ke GCI DB dipaksa, diikat, disuntik, dan dimasukan ke dalam mobil ambulans serta di sel layaknya orang gila. Melihat keadaan seperti itu orang tua DB merasa sedih hingga akhirnya membawa DB ke rumah sakit Thamrin dan
lxvii
bertemu dengan Prof Dadang.kemudian orang tua DB mengetahui kalau ada lembaga yang dapat menindak lanjuti keadaan DB yakni Madani Mental Health Care. Dan akhirnya DB mulai menjalani masa pengobatan dengan program transit house. 6) Informan AF AF kelahiran Desember tahun 1983 merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, bertempat tinggal di Ciputat Tangerang, tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta Jakarta dan ibu rumah tangga. Mengalami perjalanan hidup yang begitu kelam, sejak kelas 1 SMP AF mulai mencoba minum-minuman keras (alkohol) yang berjenis BIR BINTANG selama 4 botol perbulan hingga tahun 2006. Hal ini dilakukan bersama temantemannya, setelah mencoba minum-minuman keras AF pun beralih kepada penggunaan obat-obatan terlarang dengan jenis putau, amphetamin, dan psikotropika hingga menjadi seorang pecandu. Saat sedang mengkonsumsi narkoba bersama teman-temannya, AF sempat 4 kali melihat temannya OD (Over Dosis), hal ini tidak membuat AF jera, dengan seringnya mengkomsumsi narkoba sehingga AF mulai mengalami keguncangan jiwa terutama pada saat AF mengalami skizofrenia dengan kejadian seperti itu akhirnya pihak kelurga memutuskan agar AF dibawa ke lembaga rehabilitasi yang bernama pondok pesantren Inaba dengan memakai metode tarekat naqsabandiyah dengan dzikir ala abah anom, selama 2 tahun berada di pondok pesantren inaba
lxviii
keadaan AF tidak mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan AF masih sempat mengkonsumsi narkoba tersebut. Kemudian dipindahkanlah AF dari pondok pesantren Inaba menuju pesantren parung dengan menggunakan metode tarekat qadariyah, hal ini bertentangan dalam dirinya tentang kebenaran ajaran Islam. Selama kurang lebih 1,5 tahun menjalani pengobatan dan belum memberikan perubahan, maka akhirnya AF dipulangkan kerumah, selama dirumah AF pun masih dapat mengkonsumsi barang haram tersebut. Sampai akhirnya AF mengalami gangguan halusinasi, delusi, dan waham kebesaran yang menganggap AF sebagai malaikat Jibril, Tomi Soeharto, Nyi Roro Kidul, gangguan berpikir, dan lain sebagainya. Melihat keadaan AF seperti itu akhirnya orang tua bertemu dengan Prof Dadang dan menceritakan keadaan AF, atas saran dan masukan dari Prof Dadang, maka akhirnya AF menjalani pengobatan dengan menjalani program Transit House di lembaga rehabilitasi yang bernama Madani Mental Health Care Jakarta Timur. B. Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur Pelaksanaan terapi yang diterapkan di Madani yakni dengan menggunakan beberapa terapi diantaranya terapi medik, psikososial, psikoreligi, dan terapi pilihan lainnya. Adapun proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani, akan penulis uraikan sebagai berikut : 1. Terapi medik-psikiatrik
lxix
Terapi medik psikiatrik adalah terapi terhadap pasien skizofrenia dengan cara : 1. Detoksifikasi, yaitu terapi menghilangkan racun (toksin) dari tubuh. 2. Psikofarmaka yaitu pemberian obat yang diberikan dan tertuju pada gangguan fungsi neurotransmitter 3. Psikoterapi yaitu terapi kejiwaan dengan memberikan semangat atau motivasi yang baik.
2. Terapi psikososial Dalam pelaksanaan terapi psikososial Madani melakukan upaya-upaya penguatan tekad, niat dan kehendak yaitu dengan memberikan dorongan/motivasi, membangun rasa percaya diri. Lalu upaya komunikasi dengan teman, keluarga dan masyarakat dengan menyelenggarakan acara muhasabah diantara sesama teman untuk saling sharing. 3. Terapi psikoreligius Dalam pelaksanaan terapi psikoreligius, Madani melakukan pembinaan keagamaan, membuka cakrawala berpikir pasien dengan pemahaman-pemahaman religius, mempolakan hidup dengan pola agamis, dan mengajak pasien untuk menjauhi hal-hal diluar norma agama. 4. Terapi pilihan Terapi pilihan adalah upaya rehabilitasi yang dimaksudkan sebagai terapi pilihan dengan mengakomodasi keinginan pasien sendiri selain terapi-terapi yang telah dicanangkan di Madani. Terapi ini terbagi pada dua cabang terapi yaitu terapi keterampilan dan terapi fisik. Terapi keterampilan dilakukan Madani dengan menyediakan kursus-kursus seperti kursus komputer, kursus bahasa asing
lxx
(Inggris/Arab), dan melukis (handy craft). Sedangkan terapi fisik dilakukan dengan olah fisik atau olahraga yang diinginkan pasien seperti fitness, renang, sepak bola, dan bilyard. Selama proses terapi berlangsung, pasien yang terlibat dalam kegiatan ini adalah pasien skizofrenia yang telah menjalani proses terapi medik secara kontinu dan memiliki perkembangan fisik yang membaik. Jumlah pasien yang menderita skizofrenia saat ini berjumlah 4 orang namun jika dilihat dari keaktifan pasien dalam proses terapi sangat tergantung dari perkembangan fisik pasien, dengan demikian tidak dapat dipastikan pasien yang terlibat secara aktif dalam setiap kegaiatan terapi akan berjumlah 4 orang. Selain itu waktu yang diberikan terapis dalam proses kegiatan terapi ini hampir dilakukan setiap hari, dimulai dari terapi medis hingga terapi pilihan. Masing-masing dari terapi ini membutuhkan waktu yang sangat relatif, tergantung dari keadaan pasien dan lainnya. C. Analisis Pelaksanaan Terapi Bagi Pasien Skizofrenia Di Madani Mental Health Care Jakarta Timur Secara umum pasca detoksifikasi di RS. MH. Thamrin atau RS. Lain, Madani segera memberikan penanganan berupa tempat tinggal untuk penanganan lanjutan selama kurang lebih 3 bulan. Selama di Madani pasien tersebut akan diberikan terapi-terapi layanan berupa terapi medik-psikiatrik (terapi medis), psikososial (terapi psikososial), psikoreligius (terapi psikoreligius), dan juga terapi pilihan (terapi keterampilan dan terapi fisik). 1. Terapi medik-psikiatrik
lxxi
Terapi medik psikiatrik adalah terapi terhadap pasien skizofrenia dengan cara : 1. Detoksifikasi, yaitu terapi menghilangkan racun (toksin) dari tubuh. 2. Psikofarmaka yaitu pemberian obat yang diberikan dan tertuju pada gangguan fungsi neurotransmitter 3. Psikoterapi yaitu terapi kejiwaan dengan memberikan semangat atau motivasi yang baik. Dalam pelaksanaan terapi medik-psikiatrik Madani hanya menjadi media yang menjembatani pasien Madani dengan ahli medik dengan cara kerja sama dengan ahli medik-psikiatrik dalam hal penanganan masalah-masalah pasien yang berkaitan dengan masalah terapi medik-psikiatrik, dengan demikian Madani tidak secara langsung menangani pelaksanaan terapi medik-psikiatrik melainkan hanya menjembatani pasien dengan fasilitas antarjemput dari Madani ke tempat terapi medik-psikiatrik, pengawasan minum obatobatan
yang
diberikan
ahli
medis.
Dan
memberikan
laporan-laporan
perkembangan pasien tersebut kepada ahli medik-psikiatrik yang menangani.56 Jadi yang dilakukan Madani dalam memberikan pelayanan dalam terapi medik-psikiatrik adalah dengan melakukan konsultasi dokter, detoksifikasi, minum obat teratur, melayani komplikasi medik yakni dapat rawat jalan/rujuk ke rumah sakit. 2. Terapi psikososial Dalam pelaksanaan terapi psikososial Madani melakukan upaya-upaya penguatan tekad, niat dan kehendak yaitu dengan memberikan dorongan/motivasi, membangun rasa percaya diri. Lalu upaya komunikasi dengan teman, keluarga dan masyarakat yaitu dengan menyelenggarakan acara muhasabah di antara 56
Wawancara pribadi dengan Pimpinan Madani. Pada tanggal 29 Juli 2008.
lxxii
sesama
teman
untuk
saling
sharing
dengan
didampingi
pembina,
menyelenggarakan pertemuan dengan alumni Madani, melakukan komunikasi dengan masyarakat dengan cara mengadakan jalan-jalan pagi sambil berbincangbincang dengan penduduk setempat, berbaur dalam berolah raga tentunya didampingi pembina dan juga melakukan upaya komunikasi internal keluarga dengan menggunakan jadwal kunjungan keluarga. 3. Terapi psikoreligius Dalam pelaksanaan terapi psikoreligius, Madani melakukan pembinaan keagamaan, membuka cakrawala berpikir pasien dengan pemahaman-pemahaman religius, mempolakan hidup dengan pola agamis, dan mengajak pasien untuk menjauhi hal-hal diluar norma agama. Keseharian pasien terjadwalkan padat dengan kegiatan-kegiatan atau terapi religius. Hal ini mengingat aspek religi amat penting dalam upaya mengobati mental pasien skizofrenia. Madani dalam terapi psikoreligius berusaha maksimal untuk membina pasien Madani agar berperilaku agamis dengan melaksanakan praktek ibadah, sholat, puasa, mengaji, do’a, dzikir, mempelajari aqidah, akhlak, fiqih dan muamalat serta wawasan keilmuan Psikoreligius lainnya. Dalam proses pelaksanaan terapi psikoreligius ini, terapis membagi menjadi dua tahap yakni secara personal dan secara kelompok. Adapun keduanya akan penulis uraikan sebagai berikut : a. Terapi Personal
lxxiii
Terapi personal merupakan terapi yang dilakukan antara terapis dengan pasien secara langsung atau face to face. Dalam terapi ini terapis menggunakan terapi wawancara. Berdasarkan data yang penulis peroleh dalam penelitian, secara teknik, awal mula terapi personal ini dilakukan dengan seorang konselor yang dalam hal ini bertugas sebagai pendamping pasien selama 24 jam penuh, sekaligus sebagai interviuwer pasien dalam pengisian form wawancara. Adapun tujuan terapi wawancara ini dilakukan yakni agar pasien dapat memberikan informasi secara lengkap tentang identitas diri dan penyakitnya, pasien dapat lebih terbuka dengan keadaan atau hal-hal yang dialaminya, hubungan yang dibina antara pasien dengan konselor serta terapis semakin membaik, dan terapis pun dapat memberikan terapinya secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh ustad Fuad, sebagai berikut : Terapi wawancara ini dilakukan secara personal yakni antara terapis dengan pasien atau konselor dengan pasien. Hal ini dilakukan agar pasien dalam memberikan data mengenai keadaan dirinya dapat lebih terbuka dan hubungan antara pasien dengan terapis terjalin dengan akrab. Sehingga saya sebagai terapis dapat memberikan terapi secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien.57 Secara teknik, tahapan-tahapan yang dilakukan terapis secara personal ini, adalah : 1) Tahap awal •
57
Pengisian form wawancara pasien
Wawancara pribadi dengan terapis psikoreligius ustad Fuad Salim, pada tanggal 29 Juli
2008.
lxxiv
Pengisian form wawancara adalah tahap awal yang dilakukan terapis, sebelum pasien mendapatkan terapi Psikoreligius secara khusus, baik yang dilakukan secara kelompok maupun secara personal, maka dalam hal ini pasien diharuskan untuk mengisi form wawancara yang telah disediakan di lembaga Madani Mental Health Care. Dalam pengisian form wawancara pasien dibantu oleh konselor, apabila dalam pengisian form wawancara tersebut ada salah satu pertanyaan yang kurang dipahami pasien maka konselor berusaha membantu dan mendampinginya. Adapun pertanyaan yang ditekankan dalam form wawancara tersebut antara lain; identitas pribadi, riwayat keluarga, riwayat Naza, riwayat pendidikan dan prestasi, riwayat pemahaman agama, riwayat organisasi dan kemasyarakatan, riwayat pacar dan seks, riwayat kesenangan, riwayat detoksifikasi dan rehabilitasi, riwayat kegiatan seharihari, harapan-harapan ke depan dan kepribadian. Waktu yang dibutuhkan pasien dalam pengisian form wawancara ini lebih kurang 1 jam, kondisi pasien pun dalam keadaan yang stabil atau membaik dengan alokasi tempat yang aman dan nyaman, dengan demikian data-data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan baik, dan dapat ditindak-lanjuti secara optimal serta maksimal oleh terapis Psikoreligius. •
Menanyakan keadaan dan mendengarkan masalah pasien Setelah data-data pasien terkumpul dan diperoleh dari hasil
pengisian form wawancara, maka langkah selanjutnya terapis mulai
lxxv
menelaah case pasien dengan cara bertanya langsung dengan pasien, tentang hal-hal yang dirasakan atau dialaminya. Jika pasien merasa memiliki adanya suatu gangguan, baik itu gangguan halusinasi atau adanya gejala psikis lain, maka hal yang dilakukan terapis adalah mendengarkan akan keluhan pasien sekaligus berusaha menggali atau meng-eksplor kembali gangguan-gangguan atau gejala-gejala psikis yang dialaminya. Hal ini bertujuan selain membantu pasien untuk bisa menceritakan keluhan pasien secara terbuka dan leluasa, terapis juga dapat meninjau kembali akan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien, serta menghindari ungkapan pasien yang berlebihan dengan demikian terapis dapat memaksimalkan proses terapi bagi pasien skizofrenia. Hal ini sebagaimana apa yang dikatakan ustad Fuad, berikut ini : Sempat waktu itu ketika saya mau melakukan terapi, biasa untuk langkah awal, saya tanya bagaimana keadaan pasien, apa ada yang dirasakan, ketika saya tanyakan keadaaan pasien, lantas dia bercerita dan bertanya “ustad kenapa yach ko kuping saya terasa ada yang bisikin katanya saya ini ada yang menjelek-jelekkin, bisikannya suara wanita ustad, dan berkali-kali membisiki saya, saya jadi bingung dan pusing” nah saat pasien mulai merasakan hal seperti itu saya terus tanyakan sampai dia benar-benar mau cerita lebih banyak lagi dan lebih jelas lagi, saya juga kadang coba tanyakan obat yang diminumnya, takut-takut ini masih pengaruh obat atau memang benar-benar bentuk halusinasi yang dialami pasien.58 2) Tahap pertengahan
58
Wawancara tak terstruktur dengan terapis psikoreligius ustad Fuad Salim, pada tanggal
7 Agustus 2008.
lxxvi
Setelah tahapan awal selesai dilakukan, maka untuk tahapan berikutnya
adalah
skizofrenia,
namun
pemberian terapi psikoreligius sebelum
terapis
mulai
kepada
pasien
memberikan
terapi
psikoreligius, terlebih dahulu terapis mencoba menjernihkan ucapanucapan pasien yang kurang jelas, dan sulit dipahami apa maksud yang di ucapkan pasien. Hal ini tergambar dari apa yang disampaikan oleh ustad Fuad, berikut ini : Ya, biasanya sebelum saya mulai memberikan nasehat atau terapi kepada pasien, saya mencoba menjernihkan kata-kata mereka yang saya rasa masih sulit dipahami, sebagai contoh, seringkali disaat pasien ingin menceritakan keluh-kesah tentang apa yang dialaminya selalu muncul adanya bisikan-bisikan, nah waktu itu ada salah satu pasien yang mengalami keluhan bahwa dirinya adalah seorang yang jahat dan katanya di luar sana ada sesosok laki-laki yang sedang melihat dirinya dan bermaksud menyuruhnya untuk berbuat jahat. Dari kata-kata seperti itulah membuat saya bingung “apa maksud dari kata-kata seperti itu?”, lantas saya coba jernihkan kata-katanya dengan bertanya lebih dalam lagi tentang apa yang dirasakannya. Seperti “bisa ga dijelaskan maksud orang jahat seperti apa dan melihat sesosok laki-laki yang menyuruhnya berbuat jahat?” dari proses penjernihan kata-kata seperti itulah, apa yang dijelaskan pasien dapat saya pahami dengan baik sehingga saya bisa memberikan terapi kepada pasien.59 Adapun bahasa yang digunakan terapis adalah bahasa yang mudah dipahami pasien dan lamanya terapi tergantung dari kondisi pasien, namun biasanya waktu terapi adalah 1jam. Hasil yang dicapai pun variatif ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung dari internal pasien. 3) Tahap akhir
59
Ibid.
lxxvii
Tahapan ini adalah tahapan akhir dari sebuah terapi. Tahapan ini adalah tahapan kesimpulan dari apa yang terapis sampaikan di atas. Dalam tahapan ini terapis mencoba membantu pasien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang telah disampaikannya serta membuat perencanaan berupa program atau tindakan apa yang akan pasien lakukan, tentunya perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan perkembangan diri pasien. Adapun hal ini dilakukan yakni membangun sikap optimis pasien dan mempercepat proses penyembuhan. Dalam proses pembuatan perencanaan ini pasien akan selalu dipantau dan diawasi oleh pembimbing dan terapis. Jika dalam perencanaan tersebut kurang mengalami perkembangan yang signifikan dengan faktor kondisi pasien yang sulit diatur dan masih labil maka dalam terapi selanjutnya perlu adanya evaluasi perencanaan. b. Terapi Kelompok Terapi kelompok merupakan terapi kedua yang dilakukan terapis kepada beberapa pasien. Terapi ini dibuat dengan sistem lingkaran dan bersifat direktif. Jumlah pasien yang ikut dalam terapi ini tidak ditentukan batasannya, tanpa paksaan dan atas kesadaran internal pasien. Keberhasilan yang dicapai dari terapi ini khususnya dalam hal kesembuhan pasien sangat bervariatif, tergantung dari faktor internal dan eksternal pasien. Adapun terapi kelompok yang diberikan terapis dalam pelaksanaan terapi Psikoreligius terhadap pasien skizofrenia adalah dengan cara mengaji dan
lxxviii
mengkaji al-Qur’an, simulasi, relaksasi, dan pengamalan nilai-nilai ibadah seperti sholat, dzikir, puasa, sedekah, dan kepedulian sosial. Dari beberapa terapi kelompok yang tersebut di atas, maka secara satupersatu penulis akan uraikan dengan jelas, sebagai berikut : •
Mengaji dan mengkaji al-Qur’an Mengaji dan mengkaji al-Qur’an merupakan salah satu terapi dari terapi
kelompok yang diberikan oleh terapis Psikoreligius, mengaji dan mengkaji alQur’an dimulai setelah pasien melaksanakan sholat fardhu, biasanya dilakukan setelah selesai mengerjakan sholat dzuhur dan makan siang bersama, dengan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Tahap awal dari terapi ini, pertama-tama terapis membacakan sholawat dan salam sebagai muqoddimah dari terapi Psikoreligius yang akan dilakukan setelah itu barulah terapis membagikan ayat suci Al-Qur’an kepada masingmasing pasien untuk dibaca, namun sebelum itu terapis memberikan pertanyaan kepada masing-masing pasien tentang “apa itu al-qur’an dan apa fungsinya”. Kemudian barulah masing-masing pasien secara bergantian diberikan kesempatan untuk membacanya dimulai dengan membaca surat al-Fatiha lengkap dengan terjemahannya, setelah itu langkah berikutnya pasien diperintahkan untuk membaca salah satu ayat yang tertera dari surat al-Fatiha berikut terjemahannya, sebagai contoh pasien diperintahkan untuk membaca surat al-fatiha ayat pertama, setelah itu terapis memberikan penjelasan akan makna yang terkandung dari ayat pertama surat Al-Fatiha dengan gaya bahasa dan gerakan yang mudah dipahami bagi masing-masing pasien.
lxxix
Pada saat terapi Psikoreligius berlangsung, apabila terdapat salah satu pasien yang lengah dan tampak melamun maka hal yang dilakukan oleh seorang terapis adalah memberikan perhatian dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pasien tersebut dari isi materi yang disampaikan terapis, sekalipun penyampaian materi yang disampaikan dilakukan secara berulang-ulang dan tergantung dari keadaan pasien. Adapun materi yang disampaikan dari terapi ini, selain dengan sistem dialog, terapis pun menggunakan sistem ceramah yakni memberikan arahan atau nasehat yang positif dalam diri pasien, hal ini dapat membuat pasien berpikir dengan jernih dan baik serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diungkapkan oleh terapis psikoreligius, berikut ini : “Sebenarnya point terpenting dari terapi ini adalah memberikan pemahaman agama yang teramat kurang dalam diri pasien ditambah dengan adanya pikiran, waham dan halusinasi yang dimiliki pasien.”60 •
Terapi simulasi Setelah terapi mengaji dan mengkaji al-Qur’an dilakukan dengan sistem
ceramah, maka terapi selanjutnya adalah terapi simulasi. Terapi simulasi merupakan terapi yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran secara jelas dengan menggunakan alat bantu berupa benda yang mampu memberikan stimulasi kepada pasien. Sebagai contoh kertas kosong yang dibagikan kepada masingmasing pasien dan diperintahkan untuk menulis perumpamaan seperti
60
Ibid.
lxxx
“seandainya diberikan uang Rp. 100.000.000 apa yang akan pasien lakukan, dan kepada siapa pasien akan berikan uang tersebut.” Dari sinilah terapis memainkan teknik “role play” dengan memberikan simulasi. Terapi ini pun disajikan secara sederhana sesuai dengan kondisi pasien. Adapun tujuan diberikannya terapi ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai kepedulian diantara masing-masing pasien dan kesadaran atas segala apa yang telah dilakukannya. Sebagaimana hasil wawancara berikut ni : “Untuk terapi ini teknik penyampaiannya diharapkan dapat memberikan nilai kepedulian diantara mereka, karena selama ini saya perhatikan kepedulian sosial diantara mereka masih kurang, contohnya jarang ngobrol kegiatannya hanya tidur dan makan, kalau ada kegiatan lain baru mereka ramai-ramai ikut kegiatan, jadi jarang ngobrol dan tidak peduli terhadap temannya.”61
•
Terapi relaksasi Langkah selanjutnya dari terapi kelompok adalah terapi relaksasi. Terapi
relaksasi merupakan terapi yang berguna untuk merenggangkan otot-otot yang kaku dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf yang rusak. Terapi ini dilakukan dengan cara mengucapkan asma Allah yang tertera dalam Asmaul Husna, yang salah satunya “Ya Rahman yang memiliki arti yang Maha Pengasih.” Dalam hal ini pasien diperintahkan untuk menyebutkan kalimat “Ya Rahman” dengan suara yang keras sambil memejamkan kedua mata hingga pasien dapat merasakan keberadaan “Ya Rahman” dalam hal ini adalah Allah swt yang merupakan Tuhan semesta alam, sang pencipta dan sang pemberi rezeki serta sang penolong bagi seluruh hambanya dimuka bumi ini. Selain itu bentuk terapi
61
Ibid.
lxxxi
relaksasi yang dilakukan adalah dengan cara menarik napas sedalam-dalamnya dan bertahan beberapa menit hingga pasien merasa tak kuasa untuk menahannya sambil mengucapkan di dalam hati kalimat asmaul husna seperti “Ya Qodir yang artinya Yang Maha Kuasa”. Tujuan dari terapi ini menurut ustad Fuad Salim yakni memberikan pemahaman dan keyakinan kepada pasien bahwa Allah-lah yang patut disembah dan menjadi sandaran utama dari setiap masalah yang dihadapi manusia. Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa bantuannya kita bukanlah siapa-siapa dan teramat kecil diri kita yang sebenarnya.62 •
Terapi pengamalan nilai-nilai agama Dari sekian terapi yang telah dilakukan pasien maka langkah berikutnya,
terapi pengamalan nili-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, pembelajaran al-Qur’an, dan peringatan hari-hari besar Psikoreligius. Sholat merupakan bentuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menghadapkan wajah dan bersujud kepada-Nya. Sholat selain merupakan salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi, ia pun mampu memberikan ketenangan bagi setiap orang yang melaksanakannya. Hal ini terbukti dari pengakuan PW yang mengatakan selama menjalani terapi Psikoreligius yakni sholat saya dapat merasakan ketenangan, saat berwudhu pun saya sudah merasakan ketenangan apalagi ditambah dengna sholat.63 Pengamalan sholat yang terapkan di Madani Mental Health Care dikerjakan secara bersama-sama dengan dibawah bimbingan para ustad. Sholat juga merupakan salah satu program yang harus dijalankan oleh para pasien untuk
62
Ibid.
63
Wawancara pribadi dengan pasien PW, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxxxii
dapat mempercepat masa pengobatan dan memfungsikan kembali sel-sel syaraf yang rusak. Dari pengamalan sholat yang dilakukan secara rutin, maka pengamalan selanjutnya adalah puasa, dimana masing-masing pasien diharapkan dapat melaksanakan puasa, terutama puasa ramadhan. Selama bulan puasa pasien dituntut untuk bisa berpuasa sehari dan sebulan penuh, namun jika ada diantara pasien yang melanggar peraturan maka dalam hal ini terapis berupaya menanyakan apa alasan yang menyebabkan pasien tidak menjalankan puasa dan menindaklanjutinya. Kemudian
setelah
puasa
adalah
bersedekah,
bersedekah
dapat
menumbuhkan nilai kepedualian pasien kepada orang-orang yang tidak beruntung. Fungsi sedekah adalah sebagai penolak bala dan menghilangkan sifat bakhil (pelit). Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan santunn anak yatim dan orang miskin, selain itu juga selama bulan ramadhan diadakannya kegiatan “Saur On The Road” dengan membagi-bagikan nasi bungkus kepada orang-orang yang kurang beruntung darinya. Hal ini selain menumbuhkan rasa kepekaan terhadap sesama, ini juga dapat menumbuhkan sifat dermawan dalam diri pasien serta rasa persaudaraan sesama muslim. Pengamalan selanjutnya adalah pembelajaran al-Qur’an yang bertujuan agar pasien mampu membaca ayat suci al-Qur’an, mengamalkannya, dan sebagai pedoman atau pegangan dalam hidupnya saat pasien rapuh. Pembelajaran alQur’an ini dibimbing dengan para ustad yang dimulai dengan pengenalan huruf
lxxxiii
hijaiyah, baris, makhraj hingga kepada hukum-hukum bacaan dalam al-Qur’an atau yang disebut dengan ilmu tajwid. Berikutnya pengamalan nilai-nilai agama yang terakhir adalah pasien dapat memperingati hari-hari besar Psikoreligius. Contoh hari raya Idul Adha, lembaga Madani Mental Health Care mengadakan kegiatan pemotongan hewan qurban yang jatuh pada hari tasyrik, lembaga Madani Mental Health Care memberi kesempatan kepada pasien yang ingin berkurban dengan se-ekor kambing, sapi atau kerbau. Setelah itu dari hasil pemotongannya akan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dari beberapa terapi terapi Psikoreligius yang telah diberikan terapis kepada pasien skizofrenia, baik secara personal maupun kelmpok senada dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu pasien, dalam wawancara berikut ini : Bagaimana teknik dan langkah-langkah yang dilakukan ustad selama proses terapi Psikoreligius berlangsung ? Kalau bicara teknik dan langkahnya, merujuk kepada terapi, sebagaimana yang tadi saya katakan bahwa terapi dalam terapi Psikoreligius yang dilakukan oleh ustad Fuad pertama membaca al-Qur’an, jadi masing-masing dari pasien, secara satu persatu disuruh baca surat al-Fatiha beserta artinya, setelah itu ustad memberikan penjelasan dari surat yang kami baca, namun sebelumnya kami diperintahkan untuk fokus pada salah satu ayat dari surat al-Fatiha tersebut. Contoh surat al-Fatiha ayat 2 “Ar-Rahmanir Rahim” yang berarti “Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”, setelah itu barulah ustad menjelaskan apa maksud dari ayat tersebut. Disela-sela penjelasannya biasanya ustad memberikan simulasi atau praktek dari penjelasan ayat tersebut,
lxxxiv
hal ini dimaksudkan agar masing-masing pasien lebih paham tentang apa yang dijelaskan oleh ustad, selain simulasi, ustad juga memberikan terapi relaksasi sebagai contoh masing-masing pasien diperintahkan untuk dapat merasakan kebesaran Allah melalui apa yang telah diberikannya kepada kami, yakni nikmat hidup dengan relaksasi pernapasan, pasien diberikan kesempatan untuk menghirup napas sekuat-kuatnya dan menahannya beberapa menit sesuai kemampuannya, jika diantara pasien ada yang merasa tidak kuat maka kami diperintahkan untuk mengucapkan kalimat “Ya Rahman” yang berarti “Yang Maha Pengasih”, maksudnya Allah telah menganugerahkan nikmat yang tidak bisa diganti dengan benda apapun, yakni nikmat bernapas, jika kita tidak bisa bernapas maka yang ada adalah kematian. Untuk itu selain mengucapkan syukur kami juga diperintahkan untuk mengucapkan kalimat “Ya Rahman” sekeras mungkin hingga kami merasakan bahwa memang Allah-lah yang telah memberikan nikmat kepada kita dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan. Dari itulah kami seakan disadarkan bahwa selama ini apa yang telah kami perbuat adalah salah, maka langkah yang harus kami lakukan adalah bertaubat, memohon ampun kepada Allah SWT melalui sholat dan berdo’a agar diterima taubatnya dan diampuni dosanya. Langkah terakhir adalah pengamalan nilai-nilai Psikoreligius seperti sholat, puasa, sedekah, peringatan hari-hari besar Psikoreligius. Sholat yang kami lakukan biasanya berjama’ah mulai dari yang wajib hingga yang sunnah, begitu pun dengan puasa, kadang salah satu pasien ada yang melaksanakan puasa sunnah senin-kamis, dan puasa bulan ramadhan, kami juga diajarkan untuk bersedekah, menurut ustad Fuad dengan bersedekah melatih kita bersifat dermawan dan
lxxxv
berjiwa sosial selain itu menghindarkan diri dari malapetaka dan menghapuskan dosa-dosa. Secara keseluruhan teknik dan langkah-langkah ini mengajarkan kepada pasien akan keimanan kepada Allah SWT melalui asmaulhusna.64 4. Terapi pilihan Terapi pilihan adalah upaya rehabilitasi yang dimaksudkan sebagai terapi pilihan dengan mengakomodasi keinginan pasien sendiri selain terapi-terapi yang telah dicanangkan di Madani. Terapi ini terbagi pada dua cabang terapi yaitu terapi keterampilan dan terapi fisik. Terapi keterampilan dilakukan Madani dengan menyediakan kursus-kursus seperti kursus komputer, kursus bahasa asing (Inggris/Arab), dan melukis (handy craft). Sedangkan terapi fisik dilakukan dengan olah fisik atau olahraga yang diinginkan pasien seperti fitness, renang, sepak bola, dan bilyard. Dari beberapa proses pelaksanaan terapi yang tersebut di atas, berdasarkan hasil lapangan yang penulis peroleh, sebagian besar proses pelaksanaan terapi telah berjalan namun belum menunjukkan titik maksimal, hal ini dikarenakan adanya kendala yang diperoleh baik dari pihak pasien maupun dari pihak lembaga. Salah satunya adalah perkembangan pasien yang naik-turun dan kurangnya tenaga ahli atau terapis yang profesional di bidangnya. Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan terapi ini terlihat bahwa proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani bersifat holistik yakni tidak hanya satu terapi saja melainkan beberapa terapi. Hasil yang diperoleh dari terapi holistik ini pun mampu meminimalisir gejala-gejala skizofrenia yang terjadi 64
Wawancara pribadi dengan pasien PW, pada tanggal 7 Agustus 2008.
lxxxvi
pada pasien skizofrenia dan membantu proses penyembuhan secara total. Sebagaimana yang dikatakan oleh Snyderman yakni terapi medik tanpa agama tidaklah lengkap, sementara agama tanpa terapi medik tidaklah efektif.65 Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan terapi ini terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan adanya efek timbul dari terapi medis yakni efek dari mengkonsumsi obat-obatan dan kurang sumber daya manusia yang profesional dalam menangani pasien skizofrenia.
65
Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), ceti ke-3, hal. 582.
lxxxvii
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan selama 6 bulan lamanya terhitung sejak bulan Mei hingga Nopember 2008, khususnya pada metode terapi Islam yang diterapkan di lembaga Madani Mental Health Care kepada pasien skizofrenia, penulis menyimpulkan sebagai berikut : a. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa Pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia yang diterapkan di lembaga ini adalah dengan menggunakan
terapi
medik-psikiatrik,
terapi
psikososial,
terapi
psikoreligius, dan terapi pilihan. Terapi ini dilakukan secara direktif baik personal maupun kelompok. Adapun terapi medik-psikiatrik yang dilakukan bekerjasama dengan R.S. Thamrin rujukan Prof. Dadang Hawari dengan melakukan detoksifikasi dan psikofarmaka, terapi psikososial dengan memberikan dorongan atau motivasi, membangun rasa percaya diri, komunikasi dengan teman, keluarga, dan masyarakat, terapi psikoreligius dengan melakukan pembinaan keagamaan dan mempolakan hidup yang agamis meliputi mengaji dan mengkaji al-Qur’an, relaksasi, simulasi, pengamalan nilai-nilai agama seperti sholat, puasa, sedekah, dan peringatan hari-hari besar Islam. b. Adapun yang menjadi kelebihan dari proses pelaksanaan terapi ini terlihat bahwa proses pelaksanaan terapi yang diberikan Madani bersifat holistik
lxxxviii
yakni tidak hanya satu terapi saja melainkan beberapa terapi. Hasil yang diperoleh dari terapi holistik ini pun mampu meminimalisir gejala-gejala skizofrenia yang terjadi pada pasien skizofrenia dan membantu proses penyembuhan secara total. c. Selain itu yang menjadi kelemahan dari proses pelaksanaan terapi ini terletak pada kondisi pasien yang cenderung labil, hal ini disebabkan adanya efek timbul dari terapi medis yakni efek dari mengkonsumsi obatobatan dan kurang sumber daya manusia yang profesional dalam menangani pasien skizofrenia. 2. Saran Dari beberapa kesimpulan tersebut di atas, penulis memberikan masukan atau saran kepada lembaga Madani Mental Health Care yang terkait pada pelaksanaan terapi Islam, antara lain sebagai berikut : a. Demi memaksimalkan jalannya proses pelaksanaan terapi bagi pasien skizofrenia di Madani Mental Health Care, penulis memberikan masukan kepada pihak yayasan agar lebih intens melaksanakan terapinya sesuai dengan visi dan misi yang tertera di lembaga Madani Mental Health Care. Dengan demikian tujuan yang diharapkan lembaga dapat tercapai dengan baik. b. Khusus bagi terapis dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya agar lebih memaksimalkan kinerja dan kualitas dirinya. Lebih peka dengan masalah-masalah yang dihadapi pasien dan bisa menjadi tempat curahan terbaik bagi para pasien.
lxxxix
DAFTAR PUSTAKA
A.K Muda, Ahmad, Kamus Lengkap Kedokteran, (Surabaya : Gita Media Press, 1994), Cet. 1.
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1999), Cet. Ke-2.
Badudu, J.S, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 2005).
Bakran Adz-Dzaky, M. Hamdani, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2004), Cet. Ke-4.
Bin Said, Musfir, Konseling Terapi, (Jakarta : Gema Insani Press, 2005), Cet. 1.
Buletin Madani cet ke-1, September 2006.
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Gunung Agiung, 1995), Cet. 12.
Davidson, Gerald C, Psikologi Abnormal, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet.1.
xc
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-9.
Firdaus, Jimmi, SKIZOFRENIA Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : DOZZ CV. Qalam, 2005), Cet 1.
Gulo, dali, Kamus Psychologi, (Bandung : Tonis, 1982).
Hawari, Dadang, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edis Revisi ke-3.
_____, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, (Jakarta : FKUI, 2007), Cet. 4, edisi ke-2.
http;//drlizawordpress.com
http;//www2.kompas.com
H. Schaefer, Halmuth and L. Martin,Patrick, Behavioral Theraphy, (United State of America : Mc Graw-Hill, inc, 1975) Cet.1.
xci
Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Islam; Perspektif Ilmu Perbandingan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), Cet. 1.
Kartono, Kartini, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam, (Bandung : Mandar Maju, 1989), Cet ke-6.
_____, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet 1.
Kumpulan Artikel Kesehatan Kompas, 2001.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-2.
Mappiare A. T., Andi, Istilah Konseling dan Terapi, (Rajawali Pers).
Munawwir, Warsono, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984)Cet. 1.
M. Colman, Andrew, A Dictionary of Phsychology, (New York : Oxford University Press inc, 2001), Cet. 1.
Noer, Deliar, Pembangunan Di Indonesia, (Jakarta : Mutiara, 1997).
xcii
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2.
Poerwandani, Kristi, Pengantar; Prof. Dr. Fuad Hasan, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi), Cet. Ke-6.
Solihin, Terapi Sufistik, (Bandung : CV, Pustaka Setia, 2004), Cet. 1.
Subandi, M. A., Psikoterapi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1.
Wiramihardja, Sutardjo A, Psikologi Abnormal, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2005), Cet 1.
www.google.com
xciii
xciv