Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.i)
Oleh Jovendra Aliansyah NIM: 1050521751
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
*"*"llf$31k[1i'KlTffi"A
rE RHADA* *ADA RE MArA (Studi Kasus Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan - Jakarta Timur) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dalcwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial fslarn (S.Sos.i)
Oleh Jovenra Aliansvah NIM:105052001751
NIP:1
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAI{ ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
ll
.ss',isffi&s*
:'
ims&ffi1
iWffiffi&i
I(UIVII,N'I'ERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGBRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
-....,.,..,...i
Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Website: www.fdkuini akarta ac.id
Telepon/F ax:(021)
7 4327 2817 47
03580
E-mail : dakwah@,fdk.uiniakarta.ac.id
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul "Rehabilitasi Mental Remaja Korban Peyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Heulth Care Cipinang Besar Selatan-Jakarta Timur" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 16 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Sos.I) pada Program Studi Bimbingan danPenyuluhan Islam.
Ciputat, 16 Januari 2013 Sidang Munaqasyah
Ketua
rangkap Anggota
S
ekretaris Merangkap Anggota
Drs. Stufi/Rizal Lk, MA NIP. 19540428 199303 1002
I 001
Anggota
Penguji I
Penguji
NIP. 19730822199803 2 00t Pembimbing
1001
II
-lr LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaraatan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri
2.
rufN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di di
ini telah cantumkan
Universitas Islam Negeri
(UIN) S yarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa ka.ya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UfN)
Syarif Hidayatull ah Jakarta.
Ciputat,l6
J
ABSTRAK Jovendra Aliansyah Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya. Narkotika merupakan zat atau bahan adiktif yang bekerja pada sistem sarap, dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Psikotropika yaitu zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem sarap pusat, dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku, dan dapat menyebabkan ketergantungan. Banyak lembaga yang membicarakan penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba khususnya pada remaja. Salah satu lembaga yang khusus menangani permasalahan ini yaitu Panti Rehabilitasi Mental dan pengobatan Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Lembaga ini bergerak dalam pelaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan Penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses rehabilitasi yang dilakukan dalam penyembuhan korban penyalagunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif., dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu satu orang instruktur terapi rehababilitasi, satu orang bidang sumber daya manusia dan satu orang bagian konselor pendamping. Hasil penelitian ditemukan bahwa; Pertama, faktor yang mempengaruhi penggunaan narkoba adalah berawal dari rasa ingin tahu dan coba-coba. Kedua,materi rehabilitasi yang dilakukan meliputi (1) Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio), (2) Terapi Religius (Spiritual), (3) Terapi Psikososial, dan (4) Pengetahuan Umum. Ketiga, hambatan yayasan dalam mengatasi masalah narkoba terlihat dari kurangnya fasilitas yang memadai dan pelaku terapi cenderung kurang memahami proses/metode rehabilitasi, kemudian keberhasilan yang ditemukan adalah bahwa tercatat ada 162 pasien yang telah ditangani dan pasien tidak hanya sebatas sembuh dari ketergantungan narkoba tetapi dapat dinyatakan pulih secara mental dengan kemandirian hidup 75 – 80 persen.
i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wb.Wr. Sedalam puji dan setinggi syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan hidayah serta Inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa sebagai manusia yang selalu memiliki kesalahan dan kekurangan yang tidak akan sukses menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas keterlibaan semua pihak yang telah membantu dalam mensukseskan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis sepatutnya mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. dan Bapak Drs. Sugiharto MA. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku pembimbing materi yang selalu membimbing penulis dalam hal penelitian dan penulisan skripsi.
ii
iii
4. Seluruh dosen dan staf akademik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta dosen penguji yang selalu mendukung dan menyediakan waktunya untuk penulis. 5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta. 6. Terima kasih kepada pihak Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang telah menerima penulis dengan baik dalam penelitian skripsi. 7. Ayahanda Bahrun dan Ibunda Dalva Arini yang telah memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta telah sabar menanti penyelesian skripsi ini. Tidak lupa Kakak Novi Heriawan, adik Mareta Aprilia, Zaiva Anugra, yang telah memberikan semangat dan do‟anya kepada penulis hingga berhasil menyusun skripsi ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, serta kawan-kawan seperjuangan yang telah banyak membantu, memberi motivasi yang luar biasa pada penulis semoga kita tetap dekat dan terjaga dalam persaudaran. Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendo‟akan semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
iii
iv
merupakan keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan maghfirah dan keridhoannya. Wassalamu „alaikum Wb.Wr.
Ciputat, 16 Januari 2013
Jovendra Aliansyah
iv
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v BAB
I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6 D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7 E. Metodologi Penelitian ................................................................ 8 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 12
BAB
II LANDASAN TEORI ................................................................... 15 A. Rehabilitasi Mental ....................................................................... 15 1. Pengertian Rehabilitasi .............................................................. 15 2. Pengertian Mental ...................................................................... 19 3. Gangguan-Gangguan Mental .................................................... 21 B. Penyalahgunaan Narkoba ............................................................... 22 1. Pengertian Penyalahgunaan ...................................................... 22 2. Pengertian Narkoba .................................................................. 25 C. Remaja ........................................................................................... 28 1. Pengertian Remaja .................................................................... 28
BAB
III GAMBARAN UMUM MADANI MENTAL HEALTH CARE ..................................... 34 A. Sejarah Singkat Madani Mental Health Care ............................ 34 B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care ............................... 37 1. Visi ....................................................................................... 37 2. Misi ........................................................................................ 37 C. Struktur Organisasi Madani Health Care ................................. 37 D. Program Pembinaan Madani Health Care ................................ 38
BAB
IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS ............................... 40 A. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja ........ 40 B. Proses Rehabilitasi di Madani Health Care................................42 1. Terapi Medik dan Komplikasi Medik (Bio) ......................... 44 2. Terapi Religius (Spritual) ..................................................... 45 3. Terapi Psikososial ................................................................ 45 4. Pengetahuan Umum .............................................................. 46 C. Keberhasilan dan Hambatan Madani Health Care ................... 54 1. Keberhasilan ........................................................................ 54 2. Hambatan ............................................................................. 58
v
vi
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 64 A. Kesimpulan ............................................................................... 64 B. Saran ......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69 LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, bangsa-bangsa di dunia sedang berada dalam alam moderenisasi yang merupakan proses yang tidak dapat dielakkan. Tentu saja hal tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan kehidupan hampir seluruh negara-negara berkembang termasuk negara Indonesia. Sebagaimana dampaknya dapat di lihat dari pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Masalah utama dalam suatu masyarakat modern adalah timbulnya pergeseran budaya dara masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern karna unsur-unsurnya (kebiasaan, pola pikir, dan sikap) mengalami perubahan-perubahan. Sudah dapat kita banyangkan tentunya yang menjadi sasaran empuk dari dampak negatif perkembangan zaman adalah remaja, dimana remaja memiliki kondisi jiwa dan mental yang labil masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dengan semakin meningkat pula kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka persaingan dalam memenuhi kehidupan pun tidak dapat dihindari lagi. Remaja menurut Thornburg terbagi tiga tahapan yaitu; remaja awal berusia 13-14 tahun, remaja tengah berusia 15-17 tahun, dan remaja akhir yang berusia 18-21 tahun.1 Sebagaimana kemampuan psikologi manusia itu dapat terlihat dalam perkembangan melalui berbagai aspek antara lain : pembawaan, pendidikan keluarga, pengalaman dan pergaulan dengan masyarakat sekitar, dan 1
1, h. 14.
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet-
2
perpaduan antara pembawaan dan pengalaman yang diperoleh. 2 Hingga sering kali remaja salah dalam menentukan jalan hidupnya, dengan melakukan tindakan-tindakan yang salah seperti melakukan tindakan kejahatan kriminalitas (penganiayaan, pencurian, pemerkosaan). Pesatnya perkembangan pemikiran manusia, yang diiringi dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, sejatinya si satu sisi membawa dampak dan sisi lain juga menyisihkan masalah sosial dalam artian negatif, yaitu penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Dalam catatan BNN, data kasus narkoba secara nasional semakin meningkat, yaitu dari tahun 2004 ke 2008 naik sekitar 20 persen atau sebanyak 2,80 juta orang menjadi sekitar 3,3 juta orang. Tidak sampai di situ, BNN juga memprediksi jumlah pengguna narkoba akan meningkat sekitar 4,58 juta orang di tahun 2013, apabila tidak ada langkah yang nyata untuk pencegahan dan pemberantasan.3 Sekarang ini tidak dapat kita pungkiri lagi maraknya kenakalan remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Sering sekali kita membaca, mendengar, dan bahkan melihat berita, tentang penyalahgunaaan narkoba sebagian besar korban pelakunya adalah anak remaja, seperti SMP, SMA , dan Mahasiswa. Pada umumnya mereka terlibat pada penyalahgunaan narkoba selain dari pergaulan. Mereka melalaikan seruan betapa narkoba merusak kesehatan terutama pada susunan saraf pusat, yang mengakibatkan ganguan pada mental dan perilaku. Pada gilirannya, akan mengganggu proses berpikir, sehingga sering menimbulkan kebingungan dan keraguan pada diri remaja.
2
Arifin, PSIKOLOGI DAKWAH “Suatu Pengantar Studi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-5, h. 105. 3 Mangku, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN), 2011)
3
Kemudian, berdampak hilangnya citra diri yang sering menjadi akar permasalahan dari segala bentuk kenakalan remaja. Bagi mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba tentu masih ada upaya penyembuhan yang dilakukan guna menjalani hidup yang normal. Di mana pada saat ini banyak tempat-tempat menawarkan pengobatan
atau
pemulihan, korban penyalahgunaan narkoba seperti diadakanya panti-panti rehabilitasi dalam proses penyembuhan. Proses penyembuhan memang banyak variasi ada yang dilakukan berdasarkan agama, pemberian makna, arti, tujuan dan peranan hidup dengan kehidupan orang lain, namun ini bukanlah masalah yang terpenting adalah klien penyalahgunaan NAZA itu sendiri. Dengan keyakinan dan keinginan akan terjadinya sebuah perubahan yang lebih baik pada aspek jasmani dan rohaniah sehingga pada gilirannya menimbulkan perubahan yang drastis pula pada tingkah laku klien (Remaja) dalam menghadapi semua tantangan dan penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Negara kita memang sedang menghadapi arus manusia hitam, banyak masyarakat kita lupa segala-galanya, tutup mata dan telinga terhadap pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba. Penyembuhan dan penanganan korban penyalahgunaan narkoba bukanlah hal yang muda dalam rangka rehabilitas, perlu campur tangan secara menyeluruh dan harus adanya kerjasama. Dalam menyelenggarakan rehabilitasi diikut sertakan sebanyak mungkin lembaga-lembaga sebagaimana dalam undang-undang tentang narkotika (UU No. 9/1976) pada pasal 32 sampai dengan pasal 35 telah
4
memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengobatan dan rehabilitas korban penyalahgunaan narkotika.4 Oleh karena itu, maka banyak masyarakat mendirikan panti-panti rehabilitas, seperti Yayasan Madani Mental Health Care, disamping dapat mendatangkan pendapatan dan disisi lain juga merupakan upaya pencegahan terhadap pemakai narkoba. Sebagaimana langkah-langkah para ahli Psikologi, Khususnya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater berawal dari rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap korban NAZA. Mencoba mencari solusi dalam penanggulangan korban penyalahgunaan narkoba yang akhirnya menelurkan suatu pemikiran dalam menetapkan upaya-upaya mengatasi berbagai permasalahan remaja korban penyalahgunaan narkoba. Dengan mendirikan Panti Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health Care yang merupakan pelaksanaan usaha pencegahan dan penanggulangan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita skizofrenia sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“Rehabilitasi
Mental
Remaja
Korban
Penyalahgunaan
Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” sebagai judul dalam skripsi ini. 4
Sudarsono, Kenakalan Remaja Prevensi Rehabilitasi dan Resosialisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 80.
5
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitin pada rehabilitasi mental dan remaja di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” agar tidak melebar jauh dan penelitian ini dapat difokuskan untuk memperoleh datadata yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar Belakang ini sebagaimana yang diuraikan di atas, dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan mencapai hasil yang maksimal, maka penulis mengambil alternative dari rumusan masalah sebagai berikut: a.
Faktor-faktor
apa
saja
yang
menyebabkan
munculnya
penyalahgunaan narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”? b.
Bagaimana proses rehabilitiasi yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”?
c.
Keberhasilan apa yang telah dicapai oleh Yayasan Madani Mental Health Care dan hambatan apa saja yang dialami oleh Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” dalam pembinaan korban penyalahgunaan narkoba?
6
C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan mengamati proses pembinaan atau bimbingan yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”. b. Untuk mengetahui penyebab munculnya faktor-faktor penyalahgunaan Narkoba pada remaja di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”. c. Untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” dalam membina atau membimbing korban penyalahgunaan narkoba. 2. Manfaat Penelitian adalah: a.
Manfaat Secara praktis sebagai tambahan pengetahuan proses penanganan mental remaja korban penyalahgunaan narkoba.
b.
Manfaat Secara Akademik secara akademik diharapkan memberikan sumbangsi ilmu pengetahuan kepada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dalam menangani remaja korban penyalahgunaan narkoba.
7
c.
Manfaat Secara Sosial Hasil penelitian ini secara social diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan informasi bagi masyarakat pada umumnya, dan Sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan pembinaan dan pengasuhan kepada anak khususnya.
D. Tinjauan Pustaka. Dalam penelitian ini penulisi melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian antara lain: 1.
Pengaruh Pelaksanaan Dzikir Syifa’ Terhadap Kesehatan Mental Korban Pencandu Narkotika, Psikotrapika dan Zat Adektif (NAPZA) di Yayasan Nurul Syifa’ “Kelapa Dua Jakarta Barat” oleh Tini Aulawiyah Komba skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
2.
Pelanyanan Konseling Pada Rehabilitas Pasien Napza di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) “Cibubur Jakarta Timur” oleh Amelia skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.
3.
Upaya Panti Sosial Pamardi Putra “Khusnul Khotimah” Dalam Pemberdayaan
Remaja
Korban
Narkotika
Melalalui
Program
Keterampilan Otomotif Motor diserpong Tangerang Oleh Yani Maharani
8
skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi: 1. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian adalah remaja korban penyalahgunaan narkoba: Andre, Nico, Dedi. Kemudian, subjek penelitian adalah Yayasan Madani Mental Health Care. Informan kunci adalah Pimpinan yayasan sebagai orang yang memiliki
otoritas. Setelah informan kunci diperoleh,
selanjutnya dilakukan
pencarian informan lain yang terlibat dalam
hubungan kerja.. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang, dan perilaku yang diamati.5 Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
5
Leky J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualiatatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003). h. 12.
9
didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai pembinaan yang dilakukan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”. 3. Teknik Pengumpulan Data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah teknik pengumpulan data kualitatif berupa pengumpulan data dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar. a. Observasi Observasi adalah metode yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.6 Metode observasi merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tulisan.7 Observasi ini diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.
6
http://riskofdawn.blogspot.com/2011/12/pengertian-obsevasi-dan-tujuan.html. di unduh tgl 16/01/13 jm 23.20. 7 Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi Dan Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2002), Cet Ke-2, h. 152.
10
b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.8 Wawancara proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneliti dan salah satu metode yang sangat penting dalam study kasus dengan cara tanggung jawab. Dalam memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab (Wawancara) sambil tatap muka, yang dijadikan sebagai kunci yaitu: Andre, Nico, Dedi. c. Studi Dokumentasi Studi
dokumentasi
merupakan
salah
satu
dari
metode
pengumpulan data dalam penelitian sosial. Dalam metode ini sebagian besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian dalam bentuk profil yayasan, laporan, kliping dan dokumen-dokumen lainya, baik bersifat dokumenter dan literatur. Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian.
8
Ibid. h. 152.
11
4. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer (primary data) dan data skunder (secondary data). a. Data Primer (Primary Data) yaitu data dari penelitian yang sumbernya langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi) dengan pengurus yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”. b. Data sekunder (secondary data) merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, tapi melalui perantara pihak lain, data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang diperoleh dari buku-buku, laporanlaporan yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta maupun yang ada dalam masyarakat. 5. Analisis data Analisis data diartikan sebagai upaya mengelola data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-maslah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, data mengenai Rehabilitasi mental terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja, dan bahasan yang berkaitan dengannya ditelusuri dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis.
12
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur secara cermat apa yang menjadi bahasan dalam skripsi ini, dalam arti peneliti berupaya menelusuri dan menemukan seobjektif mungkin tentang Rehabilitasi Mental Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja. Dari berbagai data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dan dibahas, dan pada akhirnya diambil suatu kesimpulan yang merupakan titik akhir dari skripsi ini. 6.
Waktu Penelitian Penyusuan skripsi ini dari awal (proposal) sampai dengan terselesaikannya dalam bentuk laporan penelitian skripsi membutuhkan waktu dari Maret 2012 sampai dengan Juni 2012. Waktu ini dapat dirinci sebagai berikut: Tahap pertama, yaitu proposal selama satu yaitu bulan Maret. Tahap kedua, penyusunan kerangka teori pada April 2012. Tahap ketiga adalah penelitian lapangan April sampai dengan Mei 2012. Terakhir, tahap penyusunan laporan laporan penelitian Mei sampai dengan Juni 2012.
F. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, di mana masing-masing bab akan memaparkan hal-hal sebagai berikut: Bab Pertama, pada bab pertama ini akan memuat tentang hal yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini serta beberapa teknis penulisannya seperti: Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Alasan Memilih Judul, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian serta Sistematika Penulisan.
13
Kemudian dilanjutkan Bab Kedua, pada bab ini akan membicarakan mengenai beberapa landasan teori yang berkaitan dengan rehabilitasi, teori tersebut adalah teori yang telah di ungkapkan oleh beberapa tokoh yang telah meneliti dan mengeluarkan teorinya. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan serta sebagai pisau analisa dalam penelitian ini yang meliputi: Pengertian, Rehabilitasi, Mental, Penyalahgunaan, Narkoba, dan Remaja. Bab ketiga, bab ini mencoba mengambarkan secara umum tempat penelitian yang meliputi Sejarah Singkat, Visi Misi, Struktur Organisasi, Susunan Pengurus, Sarana Prasarana dan Program Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”. Kemudian akan di lanjutkan Bab Keempat, bab ini mencoba untuk mencari jawaban atas tiga pertanyaan diatas. Dalam mencari jawaban pertanyaan tersebut tentunya berdasarkan temuan lapangan yang dianalisa berdasarkan teori yang telah dicantumkan di atas. Pembahasan pada bab ini meliputi: Upaya Pembinaan atau Bimbingan Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” yang dilakukan dalam manangani korban penyalahgunaan pada Remaja, Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”, dan Hambatan-hambatan yang dialami dalam Pembinaan atau Bimbingan pada Remaja Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”.
14
Bab Kelima, bab ini merupakan bab terakhir dan merupakan bab penutup tulisan ini, yang berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian ini serta saransaran terhadap Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”.
15
BAB II LANDASAN TEORI A. Rehabilitasi Mental 1. Pengertian Rehabilitasi Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik maupun psikologinya.1 Pemondokan yang dilakukan agar pengguna obat terlarang dapat kembali sehat meliputi sehat jasmani atau fisik (biologis), jiwa (psikologi), dan rohani atau keimanan (spiritual).2 Menurut PP No. 2 Tahun 1988 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi anak yang bermasalah, Rehabilitasi suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Adapun rehabilitasi sebagai lembaga pemasyarakatan pelaku kejahatan dapat dikatakan segala bentuk tindakan sebagai usaha penyesuaian diri secara fisik, mental, sosial, dan agama.3 Suatu wujud untuk meningkatkan kemampuan hidup yang optimis dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Proses pembinaan kembali terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang di tangani oleh suatu lembaga atau organisasi agar klien terbebas dari ketergantungan obat-obatan terlarang (NAPZA). Dimana penanganan mereka dilakukan
1
http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/di unduh tgl 18/01/13 jm 22.43 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-pengguna-narkoba/.di unduh tgl 12/4/12 jm 00.35. 3 Chairil A Adjis, Dudi Askasyah, Kriminologi Syariah Kritik Terhadap Sistem Rehabilitasi, (Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia 2007), Cet-1 h.227. 2
16
secara multidisiplin dan profesional baik penanganan dari dokter, psikolog,
ulama.
Program-program
rehabilitasi
ini,
bertujuan
memperdayakan eks-pecandu untuk memiliki modal pengertian dan pemahaman diri, sehingga dapat merasa siap mental rohaniah guna menyesuaikan diri di lingkungan sosial.4 Dengan serangakaian kegiatan dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan korban penyalahgunaan narkoba salah satunya pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin yang mencakup kegiatan di kemudian hari. a.
Bagian Rehabilitasi Secara global upaya penanggulangan narkotika di kalangan remaja dapat dilakukan secara moralistik dan abolisionalistik.5 Penanggulangan secara moralistik dapat diartikan menitikberatkan pada pembinaan moral dan kekukuhan mental pada remaja. Adapun cara abolisionistik dalam usaha menanggulangi penyalahgunaan narkotika pada kaum remaja adalah mengurangi, dan menghilangkan sebab-sebab yang mendorong para pengedar narkotika di wilayah Indonesia dengan motivasi apapun, memelihara kewaspadaan masyarakat terhadap penyalahgunaan narkotika. Hal ini dimaksudkan agar pelanyanan penggulangan korban penyalahgunaan narkoba mendapatkan perlindungan dalam memperoleh hak asasi untuk menemukan jati dirinya kembali.
4
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h.38. 5 Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 81.
17
b.
Jenis-Jenis Rehabilitasi Kegiatan dalam upaya mengembalikan kondisi kehidupan korban penyalahgunaan narkoba dengan pelayanan dan bimbingan semaksimal mungkin, adapun jenis rehabilitas terbagi menjadi rehabilitas medis dan rehabilias sosial. Rehabilitas Medis adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Sedangkan, rehabilitas sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental, maupun social agar bekas pecandu dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 6
c.
Tahapan Rehabilitasi Ada beberapa tahapan dalam kegiatan rehabilitasi7 1. Terapi dan Rehabilitasi Sosial Proses terapi dan rehabilitas sosial memiliki beberapa kegiatan antara lain: a. Penerimaan adalah serangkaian kegiatan administrasi dan teknis yang meliputi registrasi dan penempatan klien dalam program rehabilitasi sosial.
6
H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 71. 7 Makmur Sanusi Ph. D, Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Bagi Perempuan Korban Trafiking, (Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, Departemen Sosial RI, 2009) , h. 21.
18
b. Assesmen adalah upaya untuk menelusuri dan menggali data klien termasuk dalam faktor-faktor penyebab masalah dan akibat yang ditimbulkannya, persepsi dan tanggapan atas permasalahan yang dialami serta kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam membantu dirinya sendiri. Selanjutnya data tersebut dikaji, dianalisis dan diolah untuk menetapkan akar permasalahan dan pelayanan yang diperlukan. c. Pemulihan kondisi fisik adalah serangkaian kegiatan bimbingan atau tuntunan untuk mengenal praktek hidup sehat secara teratur dan disiplin agar kondisi badan atau fisik selalu dalam keadaan sehat. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: olah raga, senam kesegaran jasmani, tidur dan bangun secara teratur mandi secara teratur, berpakaian bersih sesuai dengan peruntukannya, makan dan minum yang sehat dan teratur tidak merokok dan tidak minum-minuman keras serta pemeriksaan kesehatan secara teratur. d. Bimbingan Psikososial adalah klien dibantu untuk mengenal dan memahami diri serta masalahnya secara jelas serta dibantu mengembangkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan berelasi
dengan
orang
lain.
Dengan
tujuannya
untuk
memulihkan rasa percaya diri dan harga diri klien, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
19
e. Bimbingan Agama bertujuan untuk membina keimanan dan ketakwaan klien, atas penguatan kepercayaan akan agama. f. Bimbingan
pelatihan
kerja
adalah
suatu
cara
untuk
meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kerja klien, agar lebih mudah memperoleh pekerjaan dan berinteraksi dengan lingkungan kerja. g. Sidang kasus ini dilakukan apabila korban mempunyai kasus yang sangat kompleks sehingga diperlukan pembahasan secara khusus oleh tim rehabilitasi dalam penanganannya. 2. Pengertian Mental Istilah mental “bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga”.8 Dapat kita simpulkan bahwa mental adalah perilaku, sikap emosi seseorang dalam menjalani kehidupan. Para ahli psikologi memberikan defenisi Sikap antara lain: 9 a. Charlis Brid mengertikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakanya sendiri. b. F.H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak atau berbuat dalam suatu arah tertentu.
8
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 733. Arifin, PSIKOLOGI DAKWAH “Suatu Pengantar Studi”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet Ke-5, h. 104. 9
20
Dengan segala keterbatasan pemikiran, ketingkat peradapan yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku dan pola hidup sampai pada pemikiran yang terus bergerak maju, yang memuat aspek positif dan negatif senantiasa menghiasi setiap era perkembangan itu sendiri. Manusia menurut al-Qur’an terdiri dari dua dimensi, terkandang berjiwa besar, sportif, siap memberi dan pemberani dalam merespon suatu masalah yang terjadi dikehidupannya, sementara dilain sisi berjiwa kecil, penakut, curang, putus asa bahkan lari dari tanggung jawab atas masalah yang sedang dihadapi. 10 Memang manusia dapat dikatakan unik, dimana ia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, dan kecendrungan itulah merupakan kemanusiaan manusia. Jika manusia memfungsikan akal, pikiran dan hatinya, maka ia adalah mahluk yang istimewa namun jika sebaliknya maka yang tinggal hanya sifat kehewanannya.11 Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 30
Ingatlah
ketika
Tuhanmu
berfirman
kepada
para
malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
10
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet Ke-3, h.
11
Ibid, h. 75.
63.
21
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 3. Gangguan-Gangguan Mental Bersosialisasi dengan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting setidaknya kita harus menghindarkan diri dari adanya perbuatanperbuatan tidak baik yang bisa merusak perilaku dikemudian hari. Seperti adanya berbagai gangguan pola kepribadian diantaranya;12
Pertama,
ganggauan kepribadian paranoid yaitu curiga dan tidak percaya kepada orang lain. Kedua, gangguan kepribadian schizoid yaitu tidak tertarik kepada orang lain atau hubungan-hubungan sosial. Ketiga, gangguan kepribadian skizotipal yaitu memiliki kepercayan-kepercayaan yang aneh dan mengalami ilusi. Terahir, ganguan kepribadian perbatasaan yaitu ketidakstabilan
tingkah
laku.
Kemudian
pada
giliranya
terjadi
ketimpangan antara keinginan dengan tindakan yang berlawanan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Banyak bentuk tingkah laku yang ditunjukkan kepada manusia dengan berbagai alasan kenapa itu semua terjadi, terkadang tanpa memperdulikan baik buruknya bagi orang lain, yang timbul bagi mereka hanyalah kebenaran dan keberanian semata. Maka dari itu perlunya akan kesehatan mental yang diartikan sebagai
12
Yustinus Semium, Kesehatan Mental 2, (Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI, 2010), Cet Ke-5, h. 19.
22
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.13 Agar perubahanperubahan perilaku yang kita lewati menjadi selaras dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungan dimana kita tinggal. Pengertian Rehabilitasi mental adalah suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat ketahanan mental seseorang dalam menghadapi masalah yang dimiliki, agar dapat bertahan, tidak putus asa, dan memiliki harapan untuk mengatasi masalahnya.14 B. Penyalahgunaan Narkoba 1. Pengertian Penyalahgunaan Penyalahgunaan adalah orang yang mengunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.15 Adapun Penyalahgunaan obatobatan ialah mereka yang dalam hidupnya, memang memiliki masalah atau bermasalah dengan obat-obatan dan alkohol, baik secara fisik, mental, emosional, maupun spiritual.16 Hal ini bisa dikatagorikan orang-orang yang menggunakan obat-obatan (NAPZA) dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, relaksasi, melepaskan kepenatan setelah bekerja, atau mengatasi rasa stres dan kecemasan dalam kehidupan. Sehingga berakibat pada kehidupan sehari-hari mereka telah terkondisikan secara sedemekian 13
Zakiah Daradjat, Kesehatan Menta, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985), Cet Ke-12, h.
11. 14
Drs. Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Traffiking, (Jakarta: Kementrian Sosial RI, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, 2010), h. 16. 15 H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) 2005), h. 70. 16 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 32.
23
rupa, selalu menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan (NAPZA) secara terus-menerus pada saat mereka membutuhkan sehingga tidak mampu mengontrol diri untuk tidak menggunakannya (kecanduan). Ketergantungan obat atau kecanduan bisa diartikan seseorang yang tidak dapat hidup tanpa menggunakan narkoba. Secara sederhana, ketergantungan obat dapat diartikan: Saya tidak bisa berhenti (I can’t stop).17 Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan fisik hingga menyebabkan timbulnya rasa sakit bagi dirinya bila ia berusaha untuk mengurangi
pemakaian
narkoba
atau
pemakaiannya
dihentikan.
Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsip untuk memperoleh obat-obatan tersebut, keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal terhadap narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba menjadi meningkat sampai pada efek yang sama dengan tingginya.18 Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa narkotika, alkohol dan zat adiktif tersebut menurunkan ambang untuk mengendalikan dorongan-dorongan agresifitas baik fisik maupun seksual.19
17
Ibid, h. 33. H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 5. 19 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1997), Cet Ke-3, h. 206. 18
24
Dalam sebuah penelitian ilmiah, seorang psikiater Dr. Graham Blain antara
lain
mengemukakan
bahwa
biasanya
seorang
remaja
mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab yaitu:20 a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut-ngebutkan, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain. b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial. c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks. d. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalamanpengalaman emosional. e. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup. f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan. g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidup. h. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas. i. Hanya iseng-iseng atau didorongan rasa ingin tahu.
20
Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 67.
25
2. Pengertian Narkoba Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungaan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang atau yang kemudian ditetapkan sebagaimana keputusan menteri kesehatan.21 Narkoba lazim disebut dengan narkotika dan zat adektif lainya (Naza atau Napza) yang mempunyai manfaat sangat besar sekali bila digunakan sebagai bahan pengobatan maupun sebagai bahan penelitian guna meningkatkan ilmu pengetahauan. Akan tetapi jika sebaliknya apa bila disalah gunakan khususnya oleh kaum remaja atau generasi muda semua ini akan sangat berbahaya sekali bagi umat manusia, bangsa dan negara. Karena para pecandu narkoba sering kali menimbulkan masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat lingkungannya. Bagi dirinya sendiri pada umunya mereka tidak berkeinginan untuk meraih masa depan, tidak mengenal jati diri sendiri, hidupnya malas, dan tidak mampu mengontrol emosi diri. Sedangkan bagi masyarakat para pecandu narkoba akan
berpengaruh
secara
luas
sehingga
menimbulkan
keresahan
masyarakat sebab akan mengakibatkan kerusakan mental dan daya pikir, pada diri mereka seperti halnya ketidak mampuan membedakan mana yang
21
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1997), Cet Ke-3, h. 69.
26
baik dan buruk, perubahan perilaku yang menjadi anti sosial, dan tingginya tingkat tindak kekerasan dan kriminalitas yang sering kali mereka lakukan. Jadi narkoba dapat kita simpulkan adalah obat, bahan atau zat yang berbahaya, yang dapat mengubah pikiran, kesadaran, perasaan, bahkan fungsi mental dan perilaku seseorang. Secara
umum,
seorang
ahli
psikologi
Kartono
(1992)
mengungkapkan karakteristik orang yang mengalami ketergantungan obatobatan atau narkoba antara lain:22 Pertama, Mempunyai keinginan yang sangat tinggi sehingga tidak tertahankan untuk tidak menggunakan narkoba, pada akhirnya berupaya memperoleh narkoba dengan cara halal atau tidak halal. Kedua, Cenderung selalu menambah pemakaian dosis sesuai
dengan
toleransi
tubuh.
Ketiga,
pada
giliranya
menjadi
ketergantungan secara psikis dan fisik, akibatnya induvidu merasa kesulitan untuk lepas dari kebiasan tersebut (kecanduan). Adapun Jenis-jenis dan efek dari Narkoba: 23 a. Heroin.
Heroin adalah narkotika yang sangat keras dengan zat adektif yang tinggi dan berbentuk butiran tepung. (Putaw, putih, bedak, PT, white, etep) 22
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet
Ke-1, h.33. 23
H. Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 6.
27
Efek yang ditimbulkan oleh pengguna heroin adalah rasa sakit disertai kejang-kejang, kram diperut disertai sawan (rasa mau pingsan), menggigil disertai muntah-muntah, keluar ingus, mata berair, hilang nafsu makan dan hilang cairan tubuh. b. Ectasy
Ectasy adalah zat psikotrapika dan biasa diproduksi secara legal di dalam laboraturim dan dibuat dalam table dan kapsul (Ianex, Kanding). Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ectasy adalah diare, rasa haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering mual disertai munta-munta atau hilangnya nafsu makan. c. Ice atau Shabu-shabu
Ice (shabu-shabu) adalah berwujud krietal dan tidak berbau serta tidak berwarna, karna itu diberi nama Ice (ectas, speed, whizz, bliwhizz, pep pills). Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ice/Shabu-shabu adalah: penurunan berat badan, gelisah, penampilan seperti kurang tidur, tekanan darah tinggi, denyut jantung tidak beraturan, paranoid
28
yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat kelelahan. d. Cannabis atau Ganja.
Cannabis atau Ganja adalah mengandung zat kimia
(delta-9-tetrahydrocannabino)
yang
mempengaruhi
perusahaan dan penglihatan serta pendengaran (cimeng). Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Cannabis atau Ganja adalah:
hilangnya konsentrasi, peningkatan denyut jantung,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, rasa gelisah dan panic, depresi, kebingungan atau halusinasi. Pengertian Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petujuk atau resep dokter yang secara teratur atau secara berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan.24 B. Remaja 1. Pengertian Remaja Menurut Prof. DR. Zkiah Daradjat, remaja adalah masa dari umur manusia
yang
paling
banyak
mengalami
perubahan,
sehingga
membawahnya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.25
24
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2011), h. 13. 25 Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 35.
29
Remaja suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum bisa dapat dipandang/dikatakan dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa.26 Dalam beberapa buku-buku psikologi perkembangan usia 15-18 tahun yang dikatagorikan sebagi “usia remaja” dimana masa ini merupakan masa teransisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada kehidupan remaja mempunyai urgensi yang sangat penting dan vital dalam pengembangannya. Terlihat banyak orang-orang berpendapat bahwa persoalan yang dihadapi remaja, merupakan beban berat pada umur kecil yang ditandai oleh kegoncangan, ketegangan, dan kesukaran.27 Ini merupakan hal yang akan menjadikan pertentangan di antara keyakinan dan pengetahuan dengan praktek masyarakat yang terjadi dilingkungannya, sebagaimana telah dikatakan bahwa masa remaja merupakan fase perkembangan yang sangat mencolok baik secara fisik, psikologis, social, dan moralitas. Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991): (a) puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat tandah-tandah kelaki-lakian. Santrock (1998, 1999) mendefinisikan puberitas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja. Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi
26
Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet Ke-2, h. 28. Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri, (Jakarta: N.V. Bulan Bintang, 1983), Cet Ke-1, h. 82. 27
30
antara 17 – 30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, ahirnya menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 – 22 tahun.28 Perkembangan pada masa remaja tersebut berkaitan erat dengan dua hal asasi bagi setiap manusia sebagai berikut: 29 a. Pertama adalah hal-hal yang bersifat jasmani atau fisik sebagai kebutuhan primer seperti makan, minum, seks dan lain sebagainya. b. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan yang bersifat rohani, yakni psikhis dan sosial. Kebutuhan pokok tersebut sedini mungkin sebagai modal utama bagi perkembangan remaja. Dengan demikian remaja akan merasa kebingungan
bagaimana
dengan
setatus
apa
dia
menempatkannya
dilingkungan. Sehingga tidak terkendali dan memiliki emosi yang labil hal ini yang banyak menyebabakan problematika di masa-masa remaja. Karena masa remaja adalah masa bermasalah. Adapun yang dimaksud dengan problem remaja adalah bermacam-macam problem yang dihadapi oleh remaja akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Disamping kesukaran yang terjadi akibat perlakuan masyarakat terhadap remaja yang sedang mengalami perubahan. Disisi lain setiap segi perubahan itu, mempunyai problemanya sendiri dengan kesukaran tertentu. Maka perubahan jasmani
cepat
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang menimbulkan bermacamacam pengalaman yang belum pernah dilalui oleh individu sebelum itu. 28
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 13. 29 Sudarsono, Kenakalan Remaja “Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi” , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet Ke-4, h. 155.
31
Menurut pandangan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomy), yakni (1) Endogen (2) Exogen. 30 Factor Endogen (nature), dalam pandanagan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya: postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat, kecerdasan, keperibadian, dan sebagainya. Sedangkan Factor Exsogen (Nurture), menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak giografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social dimana seorang mengadakan relasi atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya. Adapun
Interaksi
antara
endogen
dan
exogen,
dalam
kenyataannya, masing-masing faktor tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua itu saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun
eksternal,
yang
kemudian
membentuk
dan
mempengaruhi
perkembangan individu. Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari dua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang (Berk, 1993; Gunarsa, 1991; Papalia, Olds dan Faldman, 2001, dan santrock, 1999) menyakinkan bahwa kedua faktor internal (endogen) maupun eksternal (exsogen) tersebut mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan individu. 30
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 14-15.
32
Apabila seorang remaja hidup dalam masyarakat yang mengerti persoalan yang dilaluinya, lalu memperlakukannya berdasarkan pengertian dan penghargaan, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk menyatakan diri, maka akan berkuranglah problema kejiwaan yang dialaminya.
31
Akan tetapi jika sebaliknya remaja hidup dalam masyarakat
dimana lingkungannya tidak mengerti akan perubahan cepat yang dilaluinya itu,
dan
disertai
tidak
memberikan
kesempatan
baginya
untuk
mengembangkan, pribadinya, atau malahan menghadapinya dengan tekanantekanan. Maka yang akan terjadi adalah berkembang dan bertumpuktumpuknya problema remaja antara satu dengan yang lainnya, dimana setiap problema yang tidak dapat terpecahkan hingga menyebabkan bertambahnya problema pada priode berikutnya. Menurut Havighurst (dalam Helms dan Turner, 1995; Saurdiman, 1987; Thornburg; 1982), ada berapa tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut: 32 a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis. b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita. c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain. d. Remaja bertugas untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.
31
Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonisia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet Ke-3, h. 36. 32 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), Cet Ke-1, h. 78.
33
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi. Dikarnakan tugas-tugas
ini, merupakan salah satu proses yang
dapat membantu remaja untuk mencapai keberhasilan, dan kebahagian dalam hidup, untuk mereka sadari dan pahami betapa pentingnya. Terlepas disadari atau tidaknya tugas-tugas perkembangan tersebut pastinya akan mereka hadapi. Dengan demikian orang tua, guru, ulama (kiyai) maupun lembaga sosial lainnya, untuk dapat mengambil peran dalam menciptakan generasi muda yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, etika, serta dapat manjunjung tinggi nama bangsa dan negara.
34
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE
Yayasan Madani Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (cominity) dengan pendekatan Biologi Psikologi Sosial Spiritual (BPSS). A. Sejarah Singkat Yayasan Madani Mental Health Care Yayasan Madani Mental Health Care merupakan salah satu lembaga masyarakat yang menangani korban penyalahgunaan narkoba (NAZA) atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab dengan kepedulian terhadap lingkungan. Berawal dititipkan dua orang anak (Kakak Beradik) korban NAZA tepatnya pada 28 Nopember 1999, dikarenakan kedua orang tuanya bingung dan tidak ada tempat lain yang dianggap layak. Di mana kedua anak tersebut sudah sering relapse (kekambuhan) dan keluar masuk panti rehabilitas tapi belum juga dapat disembuhkan dari ketergantungan NAZA. Dengan tekat dan keberanian menampung, membina kedua santri yang dibantu oleh keluarga dan teman-teman, alhamdulillah dengan keuletan (kesungguhan) dan kesabaran kedua anak (santri) berhasil dibina.1 Sehingga seiring berjalannya waktu dan informasi dari kedua santri dan orang tuanya dari mulut ke mulut tentang adanya rumah ustadz yang ada kost korban NAZA, banyak orang tua lain yang menitipkan anak-anaknya untuk dapat dibina sampai berhasil. Sebagaiman hal ini menjadikan tantangan
1
yayasan.
Wawancara dengan bapak Taufik Permadi (sekretaris) pada tanggal 27 april 2012 di
35
untuk membantu santri terlepas dari NAZA dan memberikan motivasimotivasi dengan didasari landasan agama agar mereka dapat kembali di kehidupan yang normal dalam arti kehidupan sebenarnya. Hingga pembinaan pun dikaji ulang dan terus berupaya untuk menjadi lebih baik. Adapun pembinaan para santri yang dibantu oleh SDM (Insruktur Religi) direkruk dari beberapa panti rehab diantaranya dari pesantren Darul Ihsan, Wisma Ibrahim, Wisma Ismail dan Rumah Sakinah dan semua adalah lulusan dari berbagai perguruan tinggi. Dengan tenaga yang telah memiliki pengalaman dalam pembinaan santri, memadukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada baik pembinaan, kekuatan visi dan misi untuk pembinaan para santri. Sehingga dicetuskan Yayasan Madani Mental Health Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, “Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS)”. Kirakira pada akhir bulan Agustus 2003 bertempat di Jl. Pancawarga III/no. 34 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur dengan berkumpulah para aktivis muda. Dengan dorongan berbagai pihak mereka memberanikan diri untuk mendirikan Madani Mental Helath Care (pembinaan berbasis masyarakat atau community basis), sebagai wujud sikap untuk berperan aktif dalam menyelamatkan anak bangsa dari bahaya penyalahgunaan NAZA dan mengarahkan kualitas hidup yang lebih baik bagi para penderita skizofrenia. Adapun latar belakang pemikiran dan tekad mendirikan lembaga ini antara lain; Pertama, MHC sebagai alat dakwah bil hal maupun bil lisan,
36
tanpa menafikan juga sebagai alat untuk mendapatkan rezeki yang halal lagi baik. Kedua, Tempat mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, uang bahkan nyawa sekalipun untuk kebaikan MHC (dipandang untuk menegakkan dakwah atau syariat Islam). Ketiga, Berusaha konsisten terhadap nilai-nilai perjuangan juga berani menerima resiko yang terjadi. Mengedepankan pikiran rasional berdasarkan Al-Quran Sunnah dan Hujjah yang kuat daripada persetujuan mayoritas emosional. Keempat, Berjamaah dalam perjuangan, tidak membedakan orang (SDM) baik karena perkenalan, kedekatan, persaudaraan tetapi lebih mengedepankan siapa yang mau teguh, sabar, dan semangat dalam membangun dan mengedepankan MHC. Akan tetapi keputusan ini sebenarnya belumlah 100% dikarenakan menunggu Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater memberikan restu dan menerima dengan baik keputusan tersebut. Selanjutnya saudara Darmawan S.Ag yang sebagai penghubung untuk menyampaikan berita dan tawaran mereka terhadap beliau bahwa ingin bersilaturahmi dan mempresentasikan ide tersebut kepadanya. Alhamdulillah, gayung pun bersambut akhirnya beliau menyediakan waktu 1 September 2003 di R.S Thamrin jam 13.00. pada pertemuan tersebut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari menyetujui. Maka memproklamirkan: Madani Home Health Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater metode Bio-Psiko-Sosio-Spiritual (BPSS). Setelah beberapa Tahun berlangsung, akhirnya MHC diajukan ke notaris agar lembaga ini berbadan hukum. Dengan berbagai perjuangan yang cukup berat akhirnya MHC berhasil memperoleh kelegalan dalam
37
menjalankan lembaga ini dengan mengusung nama baru pada tanggal 11 November 2007 yayasan Madani diresmikan dan disahkan oleh Negara. B. Visi dan Misi Madani Mental Health Care 1. Visi Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra keluarga, masyarakat, dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.2 2. Misi Melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar.
C. Struktur Organisasi Madani Mental Health Care ketua yayasan Bendahara yayasan
Sekertaris yayasan Waka. Bidang dakwah yayasan
Rehabilitasi madani mental helath care Bidang SDM MMHC Kepala rumah stabilisasi 2
Kepala rumah transit
Perlengkapan
Brosur Yayasan Madani Mental Health Care.
Humas
After care
38
D. Program Pembinaan Madani Mental Health Care Sejauh ini program pembinaan yang di laksanakan Yayasan Madani Mental health Care, secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenagatenaga yang berpengalaman pada bidangnya. Disini program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu tiga bulan namun dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama tiga bulan serta masuk fasa kemandirian enam bulan. Transit House, Day Care, dan Home Care yang merupakan jenis tahapan dari program pembinaan. Dengan disertai beberapa program terapi dalam pembinaan yang berbasis masyarakat (communit base) korban penyalahguna narkoba yakni: khusus Program Pembinaan Rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia (mental disorder), Yayasan Madani Mental Health Care memakai Sistem Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS); Metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. Tujuan program pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik. Dimana bimbingan yang selanjutnya dijadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai kehendak, dengan disertai penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual agama dalam kegiatan hidupnya dikemudian hari.3
3
Wawancara Dengan Pak Samsuludin (Ketua Bidang Internal) pada tanggal 17 mei 2012 di yayasan.
39
Program
pembinaan
dilaksanakan
secara
terpadu
dan
berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis tahapan dari program pembinaan).
40
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat faktor-faktor apa saja penyebab remaja mengkonsumsi narkoba hingga pada ahirnya menjadi ketergantungan. Sejauh ini dari pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui remaja korban penyalahgunaan narkoba, sepanjang pengalaman yang ditemukan pengurus Yayasan Madani Mental Health Care berawal dari coba-coba, dan kesenangan semata. Sebagaimana masa-masa remaja seorang yang pastinya mempunyai sifat selalu ingin tahu segalah sesuatu, dan ingin mencoba sesuatu yang belem mereka tahu, tanpa memperdulikan dampak negatifnya. Seperti pemakaian Narkoba Shabu-shabu sebagai doving (penguat daya tahan tubuh), Putauw Ngeplay (releksasi atau kesenangan semata).1 Selain itu muncul keinginan dan keberanian untuk meniru dan mencoba hal-hal yang baru merupakan sesuatu yang sangat mempermudah terlaksananya kedua hal tersebut, apalagi jika dimotivasi oleh faktor-faktor lainnya. Penelitian Hawari (1990) mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAZA, dikemukakan
terjadi
oleh
interaksi
antara
faktor-faktor
predisposisi;
keperibadian, kecemasan, depresi, faktor Kontribusi; kondisi keluarga, dan faktor
1
yayasan.
Wawancara dengan bapak Taufik Permadi (sekretaris) pada tanggal
27 april 2012 di
41
Pencetus; pengaruh teman kelompok sebaya dan zat itu sendiri.2 Secara umum banyak faktor yang mempengaruhi remaja menyalahgunakan Narkoba rasa ingin tahu, coba-coba, untuk kesenangan, kondisi keluarga, dan pengaruh teman atau lingkungan. Remeja yang tergolong pada penyalahgunaan narkoba adalah remaja memakai narkoba tanpa mengikuti petunjuk medis (resep doter), sehingga mengakibatkan ngangguan kesehatan mental dengan berbagai alasan mengapa mereka sampai kecanduan narkoba. Adapun salah satu alasan meningkatnya penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang betapa bahayanya pengaruh narkoba. Sudah menjadi kenyataan hari ini bahwa cara pendidikan pada anak tahun-tahun pertama dari kehidupan seseorang mempengaruhi hari depannya, bahkan ia merupakan factor terpenting yang membentuk prilakuannya di kemudian hari. Maka dari itu perlunya bimbingan
atau pembinaan pada remaja
bagaimana cara menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pergaulan mereka agar tidak terjerumus kepada penyalahgunaan narkoba (NAZA). Karna bimbingan mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan-persoalan remaja,
terutama
mengenai
pendidikan,
dan
pemahaman
terhadap
penyalahgunaan narkoba itu sendiri.
2
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Terapi Detiksifikasi dan Rehabilitasi Pesantren Mutakhir Sistem terpadu Pasien NAZA,(Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1999), h.100.
42
B. Proses Rehabilitiasi di Yayasan Madani Mental Health Care Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, untuk melihat proses rehabilitasi dan tahapannya yang dilakukan oleh Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur selaku yayasan yang melakukan pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba. Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health Care, merupakan suatu proses pengembalian kesehatan baik secara biologis, psikologi maupun sosial dan agama terhadap NAZA atau narkoba. Penanganan Korban penyalahgunaan narkoba ini harus menggunakan beberapa metode secara multi-disiplin karena adanya hubungan antara kesehatan secara fisik dengan kejiwaan seseorang (mental), oleh karena itu pelaksanaan rehabilitasinya harus melibatkan dokter dan psikiater. Penangganan yang dilakukan oleh dokter atau medis berkaitan dengan kesehatan fisik, sedangkan peranan psikiater adalah mengembalikan mental dan membentuk kepribadian seseorang akan tetapi dengan pelayan dan bimbingan seoptimal mungkin secara psikis dan mental.3 Dari hasil penelitian baik dari jenis sumber wawancara maupun dokumen-dokumen yang diperoleh selama penelitian, Yayasan Madani Medical Health Care mempunyai proses dan metode tersendiri yaitu prosesnya melalui beberapa tahapan dan metodenya adalah dengan pengabungan antara terapi medis dan terapi psikologi religius. Proses pembinaan korban penyalahgunaan
3
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Terapi Detiksifikasi dan Rehabilitasi Pesantren Mutakhir Sistem terpadu Pasien NAZA,(Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1999), h. 20.
43
narkoba melalui beberapa tahapan, tahapan tersebut untuk memudahkan pembinaan dengan cara perlahan-lahan atau setahap demi setahap dan membutuhkan waktu sembilan bulan yang kemudian dibagi menjadi tiga fase.4 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai pembina yayasan ini menggunakan metode penggabungan antara ilmu kesehatan dan ilmu spiritual. “Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meingkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan dengan catatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya”.5 Korban NAZA selain
mengalami
gangguan
fisik
juga
mengalami
ganguan
mental.
Penanggulangannya maka harus melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya pemulihan fisik dan saraf (mental). Metode yang dilakukan oleh yayasan ini berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan oleh para pakar yang disimpulkan bahwa komitmen agama dapat mencegah dan melindungi dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan dengan cacatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya. Agama lebih bersifat protektif dan pencegahan sebagaiman agama juga mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan keuntungan klinis. Medik dengan agama merupakan satu kesatuan yang berkaitan dalam upaya penyembuhan penyakit kejiwaan, khusus program pembinaan rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia (mental disorder), Madani Mental Health Care 4
Dokumen Yayasan Madani Mental Health Care. Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009), h.2. 5
44
Memakai Sistem Terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (BPSS). Tujuan program pembinaan adalah, apabila santri (client) mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya perilaku sosial yang baik, oleh sebab itu perlu dilakukan terapi-terapi tersebut meliputi: 1. Terapi Medik & Komplikasi Medik (Bio)
Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
Terapi medik yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care meliputi: Stabilisasi (pencucian racun tanpa anestesi dan substitusi) dan penyembuhan penyakit komplikasi akibat dari NAZA rujukan ke Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater (RS. Internasional MH Thamrin Salemba Jakarta Pusat). Stabilisasi dapat juga dilakukan dirumah dengan mengikuti petunjuk dan saran dokter.
45
2. Terapi Religius (Spiritual) Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik ketuhanan dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal. Alasan mengapa manusia diciptakan, karena manusia diberikan tugas yang pantas dilakukan didunia dan hal-hal yang tak pantas dilakukan didunia untuk mengembalikan manusia ke dalam kesucian, Seperti mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih. Terapi spiritual yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Ibadah dan praktek ibadah, Mengaji dan Mengkaji Al-Qur’an dan Hadist, Berzikir dan Berfikir, Syirah Nabawi, Ahlaqul karimah serta syukur nikmat. 3. Terapi Psikososial Dalam penggunaan awalnya terapi psikososial ini merupakan istilah umum untuk menggantiakn pekerjaan sosial dan penanganan pekerjaan sosial. Buku teks terbaru tentang terapi psikososial ialah Katya Mary Wood tahun 1999 yang berjudul Casework : A Psycosocial Therapy.6 Terapi psikososial yang di lakukan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Penguatan
6
http://books.google.co.id/books?id=spl72C4roBQC&pg=PA168&lpg=PA168&dq=pengertia n+terapi+psikososial&source=bl&ots=txOyTFQpjD&sig=jsYTghumFKWO55XW8c9n0M7dzo4&hl= en&sa=X&ei=9SX5UMnKO4aPrgfHqoDYDw&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20terapi%2 0psikososial&f=false/ di unduh tgl 18/01/13
46
tekad atau cita-cita, sosialisasi keluarga dan masyarakat, pengetahuan tentang diri dan shering person. 4. Pengetahuan umum Pengetahuan umum bisa di jadikan suatu terapi karena sesuai dengan minat dan bakat korban penyalahgunaan narkoba. Ketika mereka melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka sendiri maka pikiran mereka akan teralihkan oleh pekerjaan yang mereka minati tersebut. Pengetahuan umum yang di tawarkan di Yayasan Madani Mental Health Care Meliputi: Bahasa Inggris atau Bahasa Arab, Komputer, Seni Lukis, Desain dan Teknik Cetak Sablon, Tata Boga, Handycraft, Service Handphone dan lain-lain (sesuai minat dan bakat).
Program Medik (Biologis)
Program Religi (Spiritual)
Konsultasi dokter
Praktek ibadah, sholat, puasa
Minum obat teratur
Do’a dan zikir
Komplikasi medik dapat Rawat Jalan-rujuk ke Rumah Sakit.
Akhlak & tasawuf Fiqh dan muammalat pengetahuan wawasan Islam.
47
Program Sosial (Psikososil)
Program Pilihan/Keahlian
Penguatan tekad, niat dan kehendak yang baik
Keterampilan (Memasak, Handycraft, Kaligrafi)
Pengetahuan tentang keluarga, masyarakat
Hobby (olah raga )
diri,
Komunikasi (berkomunikasi yang baik dengan teman, keluarga dan masyarakat) Sharing person (dari santri (NAZA-Skizofrenia yang sudah mandiri)
Keahlian (komputer) Seni ( lukis, design grafis, musik) Bahasa (inggris, arab) Service Handphone
Adapun secara umum jadwal kegiatan harian para santri di Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Waktu/Jam
Program/Jadwal harian
Jam 04.00 Jam 04.30-06.00
Jam 06.00-07.00 Jam 08.30-11.00
Jam 12.00-12.30
Jam 12.30-13.30 Jam 13.30-15.30
Bangun pagi. Sholat shubuh berjama’ah, Do’a, Dzikir (hapalan do’a harian dan Juz amma), dan Kultum topik pilihan. Sarapan pagi, cek kesehatan, olaraga. Pengajian pagi didahului dengan sholat dhuha berjama’ah, do’a dan dzikir, kajian Al-Quran dan AlHadits, dan buku karya Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari atau; kegiatan keterampilan, pendidikan jasmani, rekreasi. Sholat dzukur berjama’ah, do’a dan dzikir serta Cek Feeling atau Tes Psikologi.
48
Jam 16.00-17.00
Jam 17.00-18.00 Jam 18.00-19.30
Jam 19.30-20.30 Jam 20.30-21.30 Jam 21.30-04.00 Jam 03.00-04.00
Makan siang dan Istirahata. Teori, Praktek Ibadah, dan Trapi-Trapi (Ekspresi, Agama) sholat ashar berjama’ah. Kegiatan keterampilan (bahasa ingris, komputer, hendycraft dan kaligrafi). MKC ( ). IMTAQ topik pilihan (Muhasabah, Qiro’ah dan Tajuwid, Shirah nabawiah, Yasinan, Asmaulhusna, Kultum muhadoroh). Makan malam. Cinema Indoor. Istirahat (tidur). Sholat tahajud dua kali seminggu.
Pada hari-hari yang telah ditentukan, terdapat pengecualian dari kegiatan harian. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut;
Kunjungan Keluarga. Menyadari peran penting keluarga, para pendamping di Yayasan Madani Mental Health Care melakukan kontak yang cukup dengan keluarga korban penyalahgunaan narkoba. Hal ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti wawacara dengan keluarga sebelum masuk, bertemu saat mengantar rehabilitan, juga dari waktu ke waktu berkomunikasi via email dan telepon untuk membicarakan perkembangan proses rehabilitasi. Dalam bentuk lain, keluarga dari rehabilitan diundang
49
datang ke Yayasan Madani Mental Health Care
untuk menjelaskan
program, perkembangan, dan pembekalan bila nantinya rehabilitan kembali ke rumah. Hal ini juga sebagai bentuk kegiatan silaturahmi.
Psikoterapi kelompok dan individu. Korchin (1976) menyatakan bahwa psikoterapi individual merupakan bentuk psikoterapi yang paling mendasar, tetapi dapat pula di dalamnya terdapat lebih dari satu klien. Bentuk individual ini menghubungkan proses psikoterapi dengan partisipan orang lain selain partisipan yang dibawa dalam sesi trerapi ketika hal ini diperlukan. Inilah yang disebut “conjoint family therapy”. Psikoterapi kelompok menurut Korchin (1976) dalam berbagai bentuknya umumnya melibatkan anggota antara 6-12 orang yang biasanya belum saling mengenal. Kegiatan olahraga dan rekreasi.7
Pendidikan umum; bimbingan belajar dan bimbingan tes. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar menimbulkan kembali minat si korban atau si klien, menambah wawasan mereka serta dapat melatih daya tangkap dan daya ingat mereka dalam hal mempelajari suatu ilmu.
7
http://abimami.blogspot.com/2012/03/psikoterapi.html/ di unduh tgl 29/01/13 jm 11.40
50
Dan kegiatan lainnya yang sifatnya insidentil. Yang dimaksud dengan kegiatan lainnya yang bersifat insidentil disini ialah bukan kegiatan utama atau sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi pada waktu itu. Metode
pembinan
dan
pengajarannya
lebih
mengedepankan
pendekatan individual dari pada klasikal (general) karena didasarkan kepada kompetensi santri, latar belakang, masalah yang dihadapi dan harapan serta cita-citanya. Metode dan tehnik yang digunakan dalam melaksanakan program pembinaan dan pengajaranya: Metode Pembinaan 1. Keteladanan 2. Nasehat 3. Cerita atau Kisah-kisah 4. Hadiah 5. Hukuman
Teknik Pengajaran 1. Ceramah 2. Zikir Dan Renungan 3. Diskusi atau Debat 4. Seni dan Olahraga 5.Simulasi dan Sosiodrama 6. Perawisata
Peserta rehabilitasi (para santri) akan diasuh oleh kyai (rohaniawan) yang telah mendapat pendidikan atau orentasi kedokteran, kesehatan jiwa, khususnya penanganan NAZA. Psikoterapi individu maupun psikoterapi kelompok oleh psikiater. Selain itu, tenaga dokter umum (asisten klinik) bersama dengan psikolog akan memberikan pemeriksaan dan terapi medik dan tes psikologik yang terkait. Tenaga ahli pekerja sosial (social worker) akan membantu program rehabilitasi ini sesuai dengan fungsinya antara lain
51
evaluasi sosial santri. Juga tenaga ahli lainnya (instruktur) akan membimbing para santri dibidang pendidikan, jasmani, dan keterampilan. Para ustadz yang diterima di
lingkungan pembinaan, harus
mempunyai
latarbelakang
pengetahuan agama dan dalam menjalankan tugasnya para ustadz terikat dengan Kode Etik Counselor Naza Counselor Skizofrenia, Metode : Prof, Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. Keunggulan program pembinaan Yayasan Madani Mental Health Care memakai Sistem Terpadu adalah Pembinaan yang berbasis komunitas atau masyarakat (community base, not intitution base), diuraikan antara lain: a. Memakai sistem terpadu b. Menyediakan tenaga konselor pendamping untuk santri c. Mengedepankan nilai-nilai agama d. Menerapkan program pembinaan berdasarkan kompetensi santri e. Membudayakan kehidupan keseharian, layaknya kehidupan normal di masyarakat f. Berkesinambungan yakni setelah santri berada di rumah (dari Transit House) tetap menyediakan program pembinaan berkelanjutan g. Lingkungan yang fleksibel dan nyaman “tidak terpenjara” dengan tetap melakukan pengawasan pembinaan h. Suasana kekeluargaan. i. Selama dalam program pembinaan santri dapat melanjutkan pendidikan atau bekerja dengan system pendampingan.
52
Program
pembinaan
dilaksanakan
secara
terpadu
dan
berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (Transit House, Day Care, dan Home Care merupakan jenis etape atau tahapan dari program pembinaan).8 Bentuknya adalah berkaitan dengan (BPSS) kemudian dilanjutkan dengan terapi stabilisasi yang tujuannya untuk menghilangkan racun yang mengendap didalam tubuh akibat dari penggunaan serta menstabilkan kondisi kejiwaan yang tidak stabil akibat dampak NAZA atau Narkoba sehingga kerusakan sistem saraf pusat di dalam otak menjadi stabil kembali. Dijelaskan oleh bapak Syamsul bahwa. Proses penyembuhan Detoksifikasi tersebut saling berkaitan antara (BPSS) yang memakan waktiu 7-10 hari, pekerjaan ini dilandasi oleh ideologi yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Ada tiga proses dengan tahapan 9 bulan, tahapan itu program rehabilitasi; Day care. Home care, dan Transit care.9
8
Dokumen Yayasan Madani Mental Health Care. Terapi dan Rehabilitasi Pasien NAZA. Prof.Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater 9 Wawancara dengan Bapak Samsuludin (Ketua Bidang Internal) pada tanggal 17 mei 2012 di yayasan.
53
Pasien Korban NAZA Penderita Skizofrenia
Klinik Prof. Dr.dr.H.Dadang Hawari, Psikiater
-Keluhan pemakai NAZA dan penderita Skizofrenia -Perlunya tindakan Penyembuhan yang terbaik -Perlunya lingkungan tempat rehabilitasi
-Konsultasi -Saran atau rekomendasi
Rumah Stabilisasi
-Stabilisasi – 5 s/d 7 hari -Pengobatan komplikasi Medik -Saran dan Rekomendasi
Transit House MADANI Mental Health Care
-Lama 3 bulan terapi Medik, Psikososial, Psikiatri dan Relegius, Kunsultasi Keluarga. -Tempat pembinaan 24 jam – terpadu dengan pendampingan -Melaksanakan juga pelayanan DAY Care (1/2 hari)
Day Care Madani
Home Care Di Rumah Santri
-Setelah melakukan program transit santri dapat memilih -Program Day Care dimana santri datang ke Madani secara -Harian untuk mengikuti program
-Santri yang Mandiri , sesudah dari Transit House dan masa Day Care -Santri bekerja dan melanjutkan pendidikan -Konsellor melakukan kunjungan ke Rumah Santri dan Progran dilakukan di rumah Santri tersebut
54
C. Keberhasilan dan Hambatan Yayasan Madani Mental Health Care 1. Keberhasilan Keberhasilan yang dicapai Yayasan Madani Mental Health Care ialah dalam bentuk pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba. Saat ini Yayasan Madani Mental Health Care telah menjalankan pembinaan terhadap penyalahgunaan narkoba sebanyak 16 orang dengan berbagai macam naza yang dikonsumsinya. Kasus Yang Ditangani Nama
: Andre (nama samaran)
Alamat : RT.03/05 Kecamatan Kapuk Kamal Jakarta Barat a.
Kronologis Kasus Ada sebuah keluarga sebut saja keluarga Andre (Nama samaran) yang sedang melaksanakan tugasnya yang berada di negeri India, Andre tinggal di Dubai selama 18 tahun, dikarenakan ada urusan keluarga bapak Andre, maka seluruh anggota keluarganya pulang kekampung halamannya yakni di Indonesia tepatnya di ibukota Jakarta. Andre pun ikut ke Indonesia, Setahun sudah keluarga Andre tinggal di Jakarta, ia di sekolahkan oleh orang tuanya di salah satu sekolah didaerah Jakarta Selatan. Tidak lama kemudian Andre bertemu dengan seorang gadis yang lumayan cantik, gadis tersebut membuat Andre jatuh cinta kepadanya, lalu mereka pun berkenalan. Setelah 2
55
bulan sudah Andre mengenal gadis tersebut lalu ia menyatakan cintanya kepada gadis tersebut, sayangnya gadis tersebut menganggap Andre hanya sebagai sahabat dan teman curhatnya saja tidak lebih. Dengan kondisi yang dialami oleh andre, andre merasa prustasi dan mencoba menenangkan dengan menggunakan narkoba jenis Ice (shabu-shabu). Ice (shabu-shabu) adalah berwujud kristal dan tidak berbau serta tidak berwarna, karna itu diberi nama Icu (ectas, speed, whizz, bliwhizz, pep pills). Efek yang ditimbulkan oleh pengguna Ice atau Shabu-shabu adalah: pupil mata melebar, penurunan berat badan, gelisah, penampilan seperti kurang tidur, tekanan darah tinggi, denyut jantung tidak beraturan, paranoid yang mendalam, pecahnya pembuluh darah otak, pingsan akibat kelelahan. Andre pada ahirnya jadi prustasi, depresi sehingga perilakunya berubah drastis menjadi sensitif dan paranoid terhadap wanita. Ia membenci setiap wanita, sampai-sampai ibunya pun dipukul oleh Andre. Sehingga Andre dibawa oleh orangtuanya ke Yayasan Madani Mental Health Care dengan tujuan untuk menyembuhkan sikap dan perilakunya.
56
b. Diagnosis Masalah Andre adalah seorang anak berumur 18 tahun, ia terkena depresi dan prustasi terhadap teman wanitanya dan membenci setiap wanita yang ditemuinya. Bemulah dari gangguan atau akibat penyalahgunaan narkoba Ice atau Shabu-shabu. Orang-orang yang menggunakan obatobatan (NAPZA) dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan, relaksasi. Dalam hal ini Andre menggunakan narkoba untuk memperoleh relaksasi dampak dari kekecewaannya terhadap wanita. POSITIF
NEGATIF
Peduli Sholat dan nagaji perlu Rajin mengikuti program bakat diperbaiki minat (komputer, bahasa ingris, Keras pendirian melukis dll) Pata semangat Merasa sepertssi paling smepurna (emosi yang tidak setabil) Keimanan lemah Tidak bisa mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah (patah hati)
57
c. Solusi Solusi diambil oleh Yayasan Madani Mental Health Care harus dilakukan terapi, terapi tersebut seperti: 1. Terapi Biologi dimaksudkan untuk pemulihan fisiknya yang telah rusak misalnya saraf yang terdapat di otaknya, dan sarafnya menjadi tegang. 2. Terapi Psikologi ini dimaksudkan untuk pemulihan kejiwaannya yang telah terganggu oleh masalah-masalah yang diterimanya. 3. Terapi Sosial ini bermaksud untuk pemulihan sosialnya, baik di dalam keluarganya maupun lingkungan tempat tinggalnya. 4. Terapi Spiritual atau Religi ini dimaksudkan untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan memberikan nilai-nilai pesan agama. Santri yang dikatakan pulih secara mental setelah mengalami perubahan secara mental dengan kemandirian hidup 75-80%, selanjutnya menjalankan program silaturahmi yang berkesinambungan selama dua tahun. Tujuan yang hendak dicapai dalam program ini untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga atau keluarga sakinah yaitu keluarga yang religius dan harmonis, sehingga dapat memperkecil kemungkinan kekambuhan NAZA. Dalam jangka waktu dua tahun
58
dengan pemantauan dan berdasarkan hasil pengamatan yang menujukan bahwa bila santri
selama dua tahun itu tidak kambuh atau kembali
menggunakan NAZA baru dinyatakan santri yang bersangkutan sembuh. 2. Hambatan Ada dua jenis hambatan yang ditemui oleh madani mental health care dalam menjalankan visi dan misinya 1. Hambatan Internal: Belum adanya modal yang baku dalam proses pembinaan (SOP) SDM. Sinergi antar SDM yang dirasakan masih belum maksimal. Pengetahuan tentang dunia pembinaan korban narkoba masih harus terus ditingkatkan. Tumpang tindihnya job deskription/pembagian kerja dikarenakan makin berkembangnya ruang lingkup/cakupan usaha Sarana dan prasarana khususnya sarana yg menunjang pembinaan. 2. Hambatan Eksternal: Orangtua yang terkadang tidak mau mendengar arahan pihak madani (punya rencana pembinaan sendiri). Tunggakan-tunggakan/piutang pembayaran biaya program).
dari
klien
(keterlambatan
dalam
59
Bantuan dari pihak pemerintah terkait dirasakan masih minim. Selain kedua hambatan yang telah tertulis di atas ada hambatan yang membuat Yayasan Madani Mental Health Care menjadi sulit menangani para kliennya, itu disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai. Ada pun sarana dan prasarana yang terdapat di Yayasan Madani Mental Health care adalah sebagai berikut.
No
Fasilitas
Jml
Keterangan
1
Kantors
1
ruang konsultasi
2
Kamar tidur
6
ber AC Kapasitas 20 tempat tidur (16 untuk transit dan 4 untuk Stabilisasi)
3
Ruang belajar/Lab Skill
1
4 unit komputer, Alat Service HP, Alat2 cetak sablon
4
Ruang santai
1
TV, Tape, DVD, PlayStation
5
Pendopo
2
Terbuka, tempat olah raga, TPA , Taman Bacaan Masy.
6
Perpustakaan
3
Ruang Atas, Mushollah, Kantor
Setiap tahunnya rata-rata Yayasan Madani Mental Health Care menerima santri atau klien sebanyak 50 - 80 orang. Ini dikarenakan memang kapasitas Rumah Transit di Madani Mental Health Care hanya maksimal 16 orang. Dari tahun 2008 sampai saat ini tercatat telah ada 162 orang santri, klien
60
atau pasien baik yang merupakan korban penyalahgunaan narkoba, maupun Paien Skizofrenia akibat dari pemakaian narkoba. No
Type Santri
Jumlah
1
Korban NAZA
100
2
Skizofrenia
62
3
Laki-laki
97 %
4
Perempuan
3%
5
Agama Islam
99 %
6
Agama lainnya (Non muslim)
1%
Hingga saat ini kendala Yayasan Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur yang sering terjadi dalam proses penanganan, salah satunya adalah pemahaman terkait tentang narkoba itu sendiri. Sebagaimana asumsi ada tiga teori dampak orang yang terkena narkoba itu; pertama mereka yang mengkonsumsi narkoba dapat dikatakan sakit secara moralnya maka dari pada itu dikembangkanlah metode menyatakan ini harus ditangani secara agama, adapun yang kedua perilakukanya yang salah, maka dibentuklah program psikososial, dan yang ke tiga bahwa orang yang salah secara emosi ditangani secara pendekata psikologis. Menurut Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari; Integrasi agama dalam psikologi adalah satu langkah yang diambil oleh medis dan ahli jiwa untuk menanggulangi korban penyalahgunaan narkoba, peran medis adalah mengembalikan kesehatan fisik sedangkan agama meningkatkan kesehatan
61
mental dan kualitas keberagamaan, kesehatan mental merupakan tujuan utama psikologi.10 Dengan pemahaman ini tidak semua orang paham dengan metode ini hingga banyak dalam penanganan penyalahgunaan orang yang terkena narkoba dalam penanganannya dengan dirantai, diceburin kesumur dan sebagainya yang tidak manusiawi berakibat buruk menambah kekalutan mental korban. Dalam hal Rehabilitasi
narkoba
ada
juga
orang
dalam
penanggulangan
atau
menghilangkanya dari penggunaan narkoba dengan mengunakan narkoba juga, dengan menggunakan mengkonsumsi metadon, subutek yang itu semua merupakan turunan narkoba, sehingga hal tersebut hanya menghilangkan simpel ataupun perilaku-perilakunya saja. Semua itu dapat dikatakan paling tidak hanya sebatas pengalihan sebagaimana pada giliran kalau sudah sakaw atau gejala putus zat (tubuh menggigil) yang berakibat untuk menghilangkan rasa sakaw tersebut dengan mengkonsumsi metadon dan subutek sehingga kembali menjadi ketergantungan obat-obatan tersebut. Disatu sisi juga terkait dengan tataran hukum yang masih banyak penanganan penyalahgunaan narkoba secara tidak tuntas. Ada juga kebijakan NPUA sistem wajib lapor, yang terkadang kebijakan yang merupakan lembaga rehabilitas seperti mengurangi tahanan yang perlu dijalankan secara utuh.
10
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009), h. 11.
62
Di Indonesia yang sebagian besar para anggota legislatif dan eksutifnya beragama Islam, hingga sekarang belum adanya peraturan maupun undangundang secara akurat dalam pemberantasan Narkoba, pemerintahan yang terkesan lamban menangani masalah ini. Beberapa kendalah dimasa lalu untuk masa datang yang semestinya sudah harus dapat diatasi adalah antara lain: 11 1. Masih rendahnya pendayagunaan hasil analisis, kajian, dan penelitian bagi perumusan kebijakan maupun pelaksaan program pembangunan kesehatan, khususnya dibidang penyalahgunaan NAZA. 2. Masih belum memadainya anggaran pemerintah yang disediakan untuk pembangunan sektor kesehatan, yang khususnya di bidang penyalahgunaan NAZA. 3. Penyalahgunaan NAZA bukan semata-mata merupakan masalah di bidang kedokteran kuratif (medik-psikiater), tetapi juga dibidang kesehatan (jiwa) masyarakat. Oleh karna itu perlu pemahaman wawasan kesehatan jiwa masyarakat kepada para pengambil keputusan, perumusan kebijaksanaan dan pengelolaan program di bidanag ini.
11
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1997), Cet Ke-3, h. 128.
64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi remaja adalah kondisi yang masih labil karena remaja mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Fase ini dimana pencarian jati diri seseorang remaja akan dimulai, untuk itu perlu adanya bekal yang positif seperti pendidikan (keagamaan dan umum), perhatian dari keluarga sebagai pengontrol dan memastikan anak tetap berada pada jalur yang semestinya agar pencarian jati diri tersebut seseorang tidak terjerumus kedalam jurang yang suram menjadi salah satu faktor penting. Kebaradaan Yayasan Madani Mental Health Care yang merupakan salah satu lembaga masyarakat menangani korban penyalahgunaan narkoba (NAZA) dengan merehabilitasi korban, sarana rehabilitasi yang menggunakan
pembinaan
berbasis
masyarakat
(cominity)
dengan
pendekatan Biologi Psikologi Sosial Spiritual (BPSS) sangatlah membantu dalam
mengembalian
mental
dan
psikologi
remaja.
Dengan
mengedepankan pikiran rasional berdasarkan Al Quran Sunnah dan Hujjah. Berjamaah dalam perjuangan, tidak membedakan orang (SDM) baik
karena
perkenalan,
kedekatan,
persaudaraan
tetapi
lebih
mengedepankan siapa yang ingin teguh, sabar, dan semangat dalam membangun dan mengedepankan MHC.
65
Berdasarkan temuan lapangan dan kajian teoritis dapat disimpulkan bahwa: 1. Proses rehabilitas di Yayasan Madani Mental Health Care adalah sebagai berikut; Pertama terapi medik yaitu stabilisasi pencucian racun tanpa anestesi dan subsitusi. Artinya Yayasan Madani Mental Health Care mencuci racun NAZA tanpa menggunakan bahan-bahan kimia atau zat adiptif. Kedua, dengan menggunakan terapi religius yang meliputi berzikir, mengaji, shalat, mengkaji Al-Qur’an dan Hadist, serta mengjarkan kepada klien tentang sukur dan nikmat dari Allah SWT.
Ketiga,
terapi
psikososial
ini
ditujukan untuk
mengembalikan klien untuk menguatkan cita-cita dan tekat yang kuat, mengajarkan interaksi dan sosialisasi kepada masyarakat dan keluarga, disampingitu juga diajarkan pengetahuan tentang kesadaran diri dan mengadakan latihan-latihan sharing parson atau pendekatan secara emosional terhadap orang lain.
Keempat,
melatih
keterampilan klien sesuai dengan kemampuan yang dimilki klien. Keterampilan ini memadukan pengetahuan secara umum yang dapat berbenuk latihan bahasa Inggris dan Arab, Komputer, Seni lukis, Desain, Teknik Cetak Sablon, Tata Boga, Handicam, Service Hanphone, dan lain-lain, sesuai dengan kemampuan masing-masing. 2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah umumnya dilakukan dengan lahirnya rasa ingin tahu, sehingga tergerak untuk mencoba-coba. Kemudian, dari sikap ini menimbulkan rasa kesenangan untuk mengkonsumsi NAZA, sehingga lahir rasa
66
kecanduan.
Setelah
kecanduan
mengakibatkkan
mereka
ketergantungan terhadap NAZA dan apabila kecanduan ini tidak dapat dilampiaskan maka secara biologis dan psikologis mereka seperti terlihat betindak seperti orang yang tidak normal (sakau). Hal inilah senada yang dikatakan oleh Dadang Hawari bahwa faktor-faktor remaja mengkonsumsi narkoba karena faktor predisposisi
yang
meliputi kepribadian, kecemasan, dan depresi. Faktor prediposisi ini juga merupakan faktor intenal bagi si pemakai NAZA, kerena hal ini terkait keinginan dan ketahanan tubuh sepemakain secara biologis. Selanjutnya, Faktor kontribusi terkait dengan kondisi keluarga, pendidikan, lingkungan. Faktor ini juga lazim disebut sebagai faktor eksternal. Ha ini dikarenakan pengaruh dari luar diri si pemakai. 3. Gambaran tentang keberhasilan dan habatan yang dialami Yayasan Madani Mental Health Care. Pertama, keberhasilan yang diraih oleh yayasana adalah masyarakat menuruh kepercayaan untuk menangai korban NAZA tercatat 162 santri yang ditangani oleh yayasan ini dari tahun 2008 samapi saat ini. Kemudia, konspep hasil pengobatan tidak hanya sebatas sembuh tetapi pulih. Artinya, yayasan ini memiliki kontrol penyembuhan yang intensif, hal ini terliahat dari bagaimana upaya yayasan mengontrol pasien yang sudah sembuh. Seperti, Transit House (proses nyantri/tinggal di rumah rehabilitas), Day Care (pengobatan diluar rumah tetapi mereka datang pada hari-hari tertentu ke tempat rehabilitas tersebut), terakhir Home Care (pihak madani yang mengadakan
kunjungan/kontrol kerumah klien).
Kedua,
67
Hambatan yang dialami Yayasan Madani Mental Health Care adalah terkait keterbatasan fasilitas, seperti kurang memadahinya daya tampung Transit House (tempat rehabilitas berlangsung). Kemudian, sulitnya memberikan pemahaman kepada klien tentang proses-proses pengobatan, karena banyak masyarakat mempersepsikan pengobatan korban NAZA ini, klien harus dirantai, dimasukin ke sumur, sehingga berdampak buruk terhadap mental si klien. Kemudian yang menjai hambatan juga adalah mengenai belum adanya satu regulasi (hukum) atau Undang-Undang secara akut untuk memberantas Narkoba. B. Saran Lembaga rehabilitasi merupakan tempat yang sangat strategis dalam mengembalikan mental dan perilaku remaja menyimpang dengan menyalahgunakan narkoba untuk dikonsumsinya sebagai jalan keluar atas kekacauan pikiran dan permasalahan remaja. Metode yang digunakan Yayasan Madani Mental Health Care melaui pendekatan perpaduan antara ilmu kesehatan dan keagamaan sudah sanagatlah tepat. Dari beberapa hambatan yang dialami oleh yayasan ini yang harus diselesaikan atau dicari solusi salah satunya yaitu sarana yang masih minim seperti daya tampung Rumah Transit di Madani Mental Health Care hanya maksimal 16 orang, sedangkan Setiap tahunnya rata-rata Yayasan Madani Mental Health Care menerima santri atau klien sebanyak 50 – 80. Seandainya daya tampung tersebut ditambah lagi tentunya daya tampungnya akan bertambah. Dengan bertambahnya pasien yang mampu
68
ditampung dan metode yang digunakan oleh yayasan ini sudah sangatlah tepat maka akan semakin cepat dan dapat meminimalisir remaja yang mengalami gangguan jiwa dan kejahatan lainnnya. Pada penulisan skripsi ini penulis sadar bahwa, penulisan ini merupakn proses pembelajaran awal dalam membuat karya ilmiah. Tentunya banyak sekali kekurangan baik dari segi teknis penulisan, kerangka konseptual maupun metode pendekatannya. Bagi para pembaca asupan dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan pembuatan skripsi kedepannya sangatlah diharapkan.
69
DAFTAR PUSTAKA Adjis, Chairil A. Dudi Askasyah. 2007. Kriminologi Syariah Kritik Terhadap Sistem Rehabilitasi. Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia. Arifin. 2000. Psikologi Dakwah “Suatu Pengantar Studi”. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung Agung. -------------------. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang. -------------------. 1978. Problema Remaja di Indonisia. Jakarta: Bulan Bintang. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Fachruddin. 1992. Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an. Jakarta: PT Renika Cipta. Fahmy, Musthafa. 1983. Penyesuaian Diri Lapangan Implementasi Dari Penyesuaian Diri. Jakarta: N.V. Bulan Bintang. Hadiman. 2005. Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA). Hawari, Dadang. 1997. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan kesehatan Jiwa. Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa. ------------------. 1999. Terapi Detiksifikasi dan Rehabilitasi Pesantren Mutakhir Sistem terpadu Pasien NAZA. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
70
------------------. 2009. Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, dkk. 2011. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Moleong, Leky J. 2003.
Metodelogi Penelitian Kualiatatif. Bandung: PT
Reamaja Rosdakarya. Mubarok, Achmad. 2002 Psikologi Dakwah Jakarta: Pustaka Firdaus. Sanusi, Makmur. 2009. Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Bagi Perempuan Korban Trafikking. Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial. Sianipar, Tunggul. 2010. Pedoman Penanganan Korban Traffiking. Jakarta: Kementrian Sosial RI (Direktorat Jendral Pelanyanan Dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial) . Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja Prevensi Rehabilitasi dan Resosialisasi Jakarta: PT Rineka Cipta. Supomo, Bambang. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE
71
Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yustinus, Semium. 2010. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius Anggota IKAPI. Webset http://riskofdawn.blogspot.com/2011/12/pengertian-obsevasi-dan-tujuan.html. di unduh tgl 16/01/13 jm 23.20. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/rehabilitasi-untuk-penggunanarkoba/.di unduh tgl 12/4/12 jam 00.35. http://www.anneahira.com/narkoba-rehabilitasi.htm/di unduh tgl 18/01/13 jm 22.43
Format Questioner
A.
B.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja? Pertanyaan 1. Apa faktor yang melandasi remaja menyalahgunakan narkoba 2. Apa motif mereka menyalahgunakan narkoba? 3. Apa dampak secara psikologis (mental) remaja setelah memakai narkoba? 4. Apakah ada pihak yang mempermudah untuk mendapatkan barangbarang tersebut? 5. Jenis narkoba apa saja yang dipakai oleh remaja yang ditangani oleh yayasan ini? 6. Contohnya (siapa inisial pemakai dan jenis apa yang dipakainya)? Bagaimana proses Pembinaan atau rehabilitiasi yang dilakuakan dalam upaya penyembuhan korban penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur”? Pertanyaan
C.
7. Seperti apa bentuk pelaksanaan program yang sudah di bentuk oleh yayasan? - Sebutkan salah satu bentuk programnya? - Berapa jumlah peserta yang mengikutinya? 8. Bagaimana proses bimbingan rehabilitasi di yayasan ini? 9. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam upaya penyembuhan penyalahgunaan narkoba? 10. Contoh proses rehabilitasi 11. Bentuk rehabilitasi Keberhasilan apa yang telah dicapai oleh Yayasan Madani Mental Health Care dan apa saja hambatan yang dialami oleh Yayasan Madani Mental Health Care “Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur” dalam pembinan atau bimbingan korban penyalahgunaan narkoba? Pertanyaan 12. Berapa jumlah remaja yang sudah dan sedang mendapatkan pembinaan? 13. Berapa jumlah remaja yang sudah dinyatakan sembuh secara mental dari pengaruh narkoba? 14. Berapa jumlah remaja yang belum sembuh secara mental dari pengaruh narkoba? 15. Apa kendala kendala dalam melakukan pembinaan ini? 16. Kronologi peserta rehabilitasi yang dinilai sembuh (Nama, masa rehabilitasi, Bagaimana perkembangannya) 17. Kronologis peserta rehabilitasi yang dinilai belum sembuh (Nama, masa rehabilitasi, Bagaimana perkembangannya)
Susunan Pengurus Yayasan Pusat Rehabilitas Madani Pembina/Penasehat
: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater Prof. Dr. Suharyadi Sumhudi, SE. MA
Ketua Yayasan
: Darmawan, S.Ag
Ka. Bidang Dakwa
: A. Fuad Salim, LC
Ka. Bidang Lit Bang
: Ginanjar Maulana, SSI
Ka. Bidang Ekonomi
: Ahmad Jami Hw, S.Sos.I
Sekretaris
: Taufik Permadi
Bendahara
: Santi Rachmawati, SPd
Ka. Bidang SDM
: Surinto, S.Psi
Ketua Biadang Internal
: Samsuludin, S. Sos.I
Bidang Humas
: Heria Widia Hermono, S.E
Bidang Keperawatan
: Imam Hariadi, AMK
Bidang Perlengkapan
: Yanto Abdulatif, S.Th.I
Bidang Pengembangan
: Ade C. Hidayat, S.Pd.I
Konselor Pendamping
: Ahmad Jami Hw, S.Sos.I, Ginanjar Maulana, S.S.I, Samsuludin, S.Sos.I, Ade C. Hidayat, S.Pd.I, Harid Isnaeni, S.Soso.I, Surinto, S.Psi, Heria Widya, S.E
Instruktur Terapi Lukis
: Faisal, S.Pd
Instruktur Terapi Agama : Fuad salim, LC Instruktur Olahraga
: Sabam Dindin
Instruktur Bhs. Inggris
: Hendro, MM & Mr Ado
Staff Pemeliharaan
: Casudin
Bagian Dapur
: Sarojah, Dimroh, Damirah, Wesiah
Foto-Foto Kegiatan Madani Mental Health Care I. Foto-Foto Kegiatan Pembinaan 1. Terapi Psiko Religius/Agama
2. Terapi Psiko Sosial/Terapi Mental
3. Terapi Lukis / Pengembangan Keterampilan
4. Ruang Stabilisasi Madani Mental Health Care