DAMPAK PSIKOTERAPI ISLAM PADA PASIEN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE CIPINANG BESAR – JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: EKA FITRIYANA NIM: 1110052000031
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 November 2014
Eka Fitriyana
ABSTRAK Dampak Psikoterapi Islam Pada Pasien Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care, Cipinang Besar Selatan-Jakarta Timur. EKA FITRIYANA, NIM: 1110052000031. Penyalahgunaan narkoba semakin menjadi masalah serius yang harus dicari solusi penyembuhannya. Akibat dari penyalahgunaan narkoba yang diluar indikasi medik atau resep dari dokter menyebabkan kerusakan pada sistim syaraf tidak hanya itu kerusakan fisik dan psikisnya pun terganggu, selain itu kurangnya pengetahuan agama serta lemahnya keimanan yang menyebabkan mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Bagi mereka korban penyalahgunaan narkoba tentu masih ada upaya penyembuhan yang dilakuakan guna menjalani hidup yang normal. Di yayasan Madani Mental Health Care, dalam proses pemulihan pada korban penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan pendekatan “Bio-Psiko-Sosial-Spritual”, yang lebih menekankan aspek keagamaan (psikoterapi-religius) dimana peran agama serta nilai-nilai keIslaman dalam hal ini sangatlah penting terutama pada proses penyembuhan dan pemulihan pada pasien penyalahgunaan narkoba. salah satunya yaitu dengan pendekatan agama melalui psikoterapi Islam. Dalam psikoterapi Islam ini pengobatan atau perawatan dengan cara ke bathinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan pasien penyalahgunaan narkoba (NAZA) melalui bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi SAW. Bertujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang ada, memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif pada aspek jasmani dan rohaniah. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah dengan mengunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Adapun pengumpulan data yang dilakukan dengan tiga metode yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta subjek pada penelitian ini ialah terdiri dari 5 pasien penyalahgunaan narkoba yang sedang menjalani masa rehab di rumah kesadaran dan 3 terapis sebagai cross chek data. Dari hasil penelitian yang penulis amati mengenai dampak psikoterapi Islam Pada pasien penyalahgunaan narkoba, penelitian ini menemukan dampak yang positif pada kondisi psikis pasien baik dari aspek kognitif (kini mereka lebih berpikir kedepannya dan resiko apa yang ditimbulkan jika mereka bertindak tidak baik), afektif dan emosi (pasien lebih tenang dan dapat mengontrol emosinya sehingga di arahkan ke hal yang lebih positif) dan yang terakhir pada aspek psikomotorik, pada aspek ini pasien dapat dilihat dari kegiatan yang dijalankannya (pasien dapat menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah bagaimana pasien mampu mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau tindakan). kini pasien lebih rajin mengerjakan ibadah terutama shalat lima waktu, tadarus, dzikir, dan pasien mulai bisa berkomunikasi dengan baik sesama pasien lainnya. Kata kunci: Psikoterapi Islam.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah. Semoga rahmat serta salam penghormatan senantiasa tercurah bagi Rasul utusan Allah berikut segenap keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya. Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena skripsi yang menjadi syarat kelulusan sudah sampai pada kesimpulannya. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Rini L. Prihatini, M.Si. selaku ketua jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Bapak Drs. Sugiharto, MA. selaku sekretaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 4. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu memberikan arahan dalam penyusunan sampai pada akhir skripsi. 5. Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pengelola Beasiswa BIDIKMISI yang sudah memberikan bantuan kepada penulis selama masa kuliah jenjang S1.
i
6. Keluarga penulis, kedua orang tua yang selalu memberikan ridonya, dan selalu menghantarkan anaknya dengan doa. Adik-adik yang selalu menyemangati penulis. 7. Ustadz Darmawan, ustadz Harid, ustadz Dian dan ustadz Syamsul dan pasien yang telah memberikan izin dan banyak membantu penulis dalam penelitian sehingga berjalan dengan baik dan lancar. 8. Teman-teman penulis Aqila Humairoh yang telah menemani penulis beriringan menuju tempat penelitian. Sri mulyanti, Deuis Nur Apriyanti, Mela Siviana, Haula Sofiana, Siti Nur Laila, Zuraida, Sabatini Ayu Sentani, Ida Handayani, Nurcholis, Muhtar MS, serta teman-teman yang lain yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terimakasih. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini jauh dari kata kesempurna, namun harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, Oktober 2014 Eka Fitriyana ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. …..i DAFTAR ISI ................................................................................................................iii BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........................................9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................10 D. Tinjauan Pustaka............................................................................11 E. Metodologi Penelitian......................................................................12 1. Subjek dan Objek Penelitian....................................................12 2. Pendekatan Penelitian...............................................................12 3. Teknik Pengumpulan Data .....................................................13 4. Sumber Data .............................................................................16 5. Teknik Analisis Data.................................................................16 6. Lokasi Penelitian........................................................................17 7. Teknik Penulisan .......................................................................17 F. Sistematika Penulisan.......................................................................17
iii
BAB II
LANDASAN TEORI............................................................................19 A. Dampak ............................................................................................19 B. Psikoterapi Islam..............................................................................21 1. Pengertian Psikoterapi Islam....................................................21 2. Objek Psikoterapi Islam.............................................................28 3. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam.......................................30 C. Narkoba.............................................................................................34 1. Pengertian Narkoba....................................................................34 2. Faktor dan Akibat Penyalahgunaan Narkoba.........................39 3. Narkoba dalam Pandangan Islam..............................................43
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE CIPINANG BESAR – JAKARTA TIMUR. A. Sejarah berdiri…………………………………...............................50 B. Visi, Misi, Tujuan dan Program………………...............................52 C. Pengelola …………………………………………............................56 D. Sarana dan Prasarana ……………………………..………............58
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA ......................................................60 A. Deskripsi Informan............................................................................60 1. Pasien............................................................................................61 2. Terapis (Pembimbing) Agama....................................................65
iv
B. Pelaksanaan Psikoterapi Islam di Madani…..……………………68 C. Analisis Dampak Psikoterapi Islam Pada Pasien Penyalahgunaan Narkoba……………………………………………………………..72 BAB V
PENUTUP................................................................................................84 A. Kesimpulan ........................................................................................84 B. Saran ..................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................88 LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dan berbagai belahan dunia lainnya, narkotika dan obatobatan berbahaya (narkoba) telah menjangkiti segala lapis masyarakat, terutama generasi muda. Keberadaan narkoba mengancam masa depan manusia dari waktu kewaktu narkoba mengalami peningkatan, baik dari aspek kualitas maupun aspek kuantitasnya1. Pemakai dan pengedar narkoba dijerat dengan pasal-pasal hukum, dari hukuman yang ringan sampai yang terberat: hukuman mati.2 Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pemakai narkoba pada tahun 1998 adalah 1,3 juta orang dan tahun 2001 menjadi 4 juta orang atau (2% dari jumlah penduduk). Dalam kurun waktu 3 tahun pemakai narkoba meningkat 300% , dari jumlah pemakai tersebut 80-90% adalah pada usia produktif antara 15-25 tahun. Berdasarkan barang bukti narkoba yang berhasil disita dalam periode tahun 2005-2008 antara lain jenis narkotika, daun ganja 206.927.300,1 gram, pohon ganja 3.633.761 batang, heroin 65.638 kg, kokain 2.902 gram dan jenis psikotrapika, ekstasi 2.988.498 tablet, shabu 3.370.660,7 gram. Sedangkan menurut laporan Kejaksaan
1
M. Arif Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol (Cara Islam Mencegah, Mengatasi dan Melawan), (Jakarta: Nuansa, 2004), h. 33. 2 Ibid., h. 15.
1
2
(2007), secara keseluruhan jumlah terpidana mati kasus narkoba di Indonesia adalah 72 orang yang divonis oleh berbagai Pengadilan Negeri (PN).3 Pesatnya perkembangan pemikiran manusia, yang diiringi dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, sejatinya di satu sisi membawa dampak dan di sisi lain juga menyisihkan masalah sosial dalam artian negatif, yaitu penyalahgunaan narkoba. Dalam catatan BNN, data kasus narkoba secara nasional semakin meningkat, yaitu dari tahun 2004 ke 2008 naik sekitar 20% atau sebanyak 2,80 juta orang menjadi sekitar 3,3 juta orang, tidak sampai di situ BNN juga memprediksi jumlah pengguna narkoba akan meningkat sekitar 4, 58 juta di tahun 2013, apabila tidak ada langkah yang nyata untuk pencegahan dan pemberantasan.4 Angka kematian pecandu narkoba meningkat, berdasarkan survei nasional 2008 menunjukan 15.000 kematian pertahun atau 15 anak-anak meninggal setiap hari karena penyalahgunaan narkoba.5 Ketergantungan narkoba menyebabkan ketergantungan pada fisik seseorang yang akan merasakan beberapa gejala fisik yang tidak enak apabila jenis narkoba tersebut tidak dipakai dalam jangka waktu tertentu. Diagnosis ketergantungan narkoba memerlukan adanya sindrom putus atau toleransi, gejala putus zat (gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosis). Keadaan ini menimbulkan gejala fisik yang tidak enak berupa kejang, 3
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa (Jakarta: PT.Forum Media Utama, 2010), h. 6. 4 Mangku, dkk, Pencegahan Penyalahgunaan narkoba Bagi Remaja (Jakarta:Badan Narkotika Nasional (BNN), 2011), h. 10. 5 BNN Pusat Pencegahan, Predaran, Produksi dan penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Masyarakat Indonesia, (Jakarta: BNN Pusat Pencegahan, 2009), h. 2.
3
mual, muntah, gemetar, gelisah, berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala putus zat tergantung jenis zat, dosis dan lama penggunaan, makin tinggi
dosis
narkoba
yang
disalahgunakan
dan
makin
lama
penyalahgunaannya maka makin kuat gejala sakitnya. Sakauw (gejala putus zat karena penggunaan putauw (heroin) dan gejala sakauw umumnya berlangsung hingga 4-5 hari setelah penggunaan dihentikan), toleransi atau keadaan dimana dosis yang tidak sama tidak lagi berpengaruh seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu penambahan dosis yang lebih besar agar mendapatkan efek yang dikehendaki, keadaan ini dapat menimbulkan overdosis (OD) dan meninggal, serta ketergantungan psikologis (tidak semua narkoba menimbulkan ketergantungan fisik, tetapi hampir semua penyalahgunaan narkoba merasa sangat tergantung pada narkoba dan akan mmerasa kurang enak dan gelisah bila jenis narkoba itu tidak ada, keadaan ini bersifat kejiwaan dan disebut ketergantungan psikologis). 6 Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter secara teratur atau berkala sekurangkurangnya selama 1 bulan. Pemakaiaan secara teratur menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental, karena narkoba berpengaruh pada otak, setelah menggunakan narkoba dapat timbul rasa nikmat seperti rasa rileks, rasa senang, tenang dan perasaan “high”. Perasaan itulah yang dicarai oleh pemakai yang menyebabkan narkoba disalahgunakaan. Namun, sesudah 6
BNN Pusat Pencegahan, Predaran, Produksi dan penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Masyarakat Indonesia, (Jakarta: BNN Pusat Pencegahan, 2009), h. 16.
4
mengalami perasaan “high”, terjadi perasaan “down” atau pengaruh sebaliknya seperti cemas, gelisah, nyeri otot dan sulit tidur. Untuk menghilangkan perasaan buruk itu, orang menggunakan narkoba lagi, jika digunakan berulang kali terjadi kebiasaan dan kehidupan menjadi bagaikan “roller coaster”. Jadi penyalahgunaan narkoba adalah suatu keadaan atau kondisi yang diakibatkan penyalahgunaan narkoba yang disertai dengan adanya toleransi zat (dosis semakin meningkat) dan gejala putus zat (withdrawal syndrome).7 Bagi mereka korban penyalahgunaan narkoba tentu masih ada upaya penyembuhan yang dilakuakan guna menjalani hidup yang normal. Dimana pada saat ini banyak tempat-tempat menawarkan pengobatan atau pemulihan korban penyalahgunan narkoba seperti diadakannya panti-panti rehabilitasi dalam proses penyembuhan yang mana dalam rehabilitasi ini diberikannya terapi-terapi khusus bagi pasien korban penyalahgunaan narkoba. Dalam proses penyembuhan memamang banyak variasi ada yang dilakukan berdasarkan agama, pemberian makna, arti, tujuan dan peranan hidup dengan kehidupan orang lain, namun ini bukanlah masalah yang terpenting adalah klien atau pasien penyalahgunaan narkoba itu sendiri. Dengan keyakinan dan keinginan akan terjadinya sebuah perubahan yang lebih baik pada aspek jasmani dan rohaniah sehingga pada gilirannya
7
Mangku,dkk, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, h. 13.
5
menimbulkan perubahan yang drastis pada tingkah laku pasien dalam menghadapi semua tantangan dan penyelesaian masalah yag mereka hadapi. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mendirikan panti-panti rehabilitas, seperti Yayasan Madani Mental Health Care, lembaga ini merupakan tempat dalam upaya pencegahan terhadap pemakai atau penyalahgunaan narkoba. Dengan mendirikan panti Rehabilitasi Yayasan Madani Mental Health Care yang merupakan pelaksanaan usaha dalam pencegahan dan penanggulangan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan kosultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba, maupun mengobati dengan menggunakan metode Prof. Dadang Hawari yaitu pendekatan holistik atau BPSS (Boi-Psiko-Sosial-Spritual), serta meningkatkan kualitas hidup korban penyalahgunaan narkoba dan penderita Skizofrenia sehingga dapat kembali ke masyarakat
dan
lingkungannnya secara baik dan benar.8 Dalam proses penyembuhan pada korban penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care dengan menggunakan metode “BioPsiko-Sosial-Spritual”, dalam hal ini penulis lebih menekankan atau menganalisis dari aspek keagamaannya dengan meneliti dampak dari psikoterapi Islam, dimana peran agama serta nilai-nilai ke Islaman dalam hal ini sangatlah penting terutama pada proses penyembuhan dan pemulihan pada pasien penyalahgunaan narkoba.
8
Observasi wawancara dengan Taupik (sekertaris), tanggal 19 Mei 2014.
6
Psikoterapi (psychotherapy) ialah pengobatan penyakit dengan cara kebathinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental dan pada pasien yang mengalami kesulitan-kesulitan penyesuaina diri dengan penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru atau teman. Menurut Lewis R. Wolberg. MO (1997) dalam bukunya “The Technique Of Psychotherapy” yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran dalam buku “Konseling dan Psikoterapi Islam”, yaitu: “Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien, yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang ada, memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif”.9 Di dunia kedokteran Islam praktik dan tuntunan penyembuhan berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan telah berlangsung sejak zaman Rasulullah. Bahkan, menurut Prof. Usman Najati, dalam bukunya “AlQur‟an Wa „Ilmu Al-Nafs” yang dikutip oleh Isep Zainal Arifin dalam buku “Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam” menyebutkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an untuk masyarakat Arab waktu itu adalah untuk mengadakan Shock Therapy terhadap kondisi kejiwaan masyarakat Arab yang telah sakit jiwa dengan berbagai perilaku kejahiliyahannya.10
9
M. Hamdani Bakran Adz-Dzky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: fajar Pustaka Baru, 2002) cetakan ke-2, h. 228. 10 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, h. 117.
7
Saat ini dikalangan intelektual Islam, Psikoterapi Islam atau dikenal dengan sebutan thibburahmany secara akademis dikenal dengan disiplin ilmu Psikoterapi Islam yang merupakan bagian integral dari psikoterapi Religius.] Psikoterapi Islam adalah ilmu tentang proses perawatan dan penyembuhan penyakit kejiwaan dan gangguan jiwa melalui intervensi psikis yang didasarkan kepada petunjuk al-Qur’an dan Sunnah.11 Jadi, psikoterapi yang menggunakan pendekata agama (Islam) dimana dalam proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan AsSunah Nabi SAW, atau secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah SWT.12 Komplikasi kesehatan yang diakibatkan dari penggunaan NAPZA, tidak hanya sakit secara fisik yang ditandai dengan berbagai penyakit fisik seperti: gangguan tidur, makan, paru-paru, hati dan organ penting lainnya. Akan tetapi secara psikis juga mengalami kecemasan yang berlebihan, paranoid, halusinasi dan gangguan lainnya. Hal ini dapat berakibat terjadinya gangguan mental yang mengikutinya seperti penyakit kejiwaan meliputi: stress, depresi dan skizofrenia, gangguan ini yang sering terjadi pada pasien NAPZA diagnosis ganda yaitu tidak hanya keteergantungan NAPZA akan tetapi penyakit jiwa lainnya. Demikian pula secara sosial dan spiritual pasien
11
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, h. 118. 12 M. Hamdani Bakran Adz-Dzky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 228.
8
NAPZA merasa terasing dari komunitas masyarakat dan tidak memiliki komitmen keagamaan yang kuat.13 Dalam hal ini peran agama dalam terapi terhadap penyalahgunaan narkoba seperti yang dikemukakan oleh Clinebell, Hawari dan Sierra yaitu bagi pasien penyalahgunaan narkoba perlu diperhatikan pentingnya komitmen agama bagi pasien; pengaruh pendidikan agama dalam membentuk
kepribadiannya
dan
memahami
pengaruh
dari
terapi
psikoreligius dalam menekankan angka kekambuhan. Hawari, dkk. (2000) telah melakukan penelitian terhadap 2.400 pasien penyalahgunaan narkoba atau NAZA dengan metode integrasi medik-psikiatrik, sosial dan agama. Mereka yang kambuh (dalam arti dirawat ulang) sebanyak 293 (12,21%), angka ini lebih rendah dari angka yang diperoleh oleh Pattison (1980) yaitu 43,9% tanpa unsur agama.14 Sehubungan dengan hal tersebut kecenderungan baru dalam psikoterapi dan rehabilitasi holistik pasien penyalahgunaan narkoba atau NAZA adalah integrasi antara medis, psikologis, sosial dan religi. Konsep dasar dari religi adalah menyadarkan pasien bahwa NAZA tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisik maupun mental dan melanggar UU, tetapi yang lebih penting adalah bahwa NAZA haram hukumnya dari segi agama. Tidak hanya terhadap pasien NAZA atau pasien penyalahgunaan narkoba saja peran agama diangggap penting, tetapi pada kasus-kasus lain, baik
51.
13
Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantugan NAZA, (Jakarta: FKUI, 2008), h.
14
Ibid., h. 127.
9
penyakit fisik maupun mental. Terapi psikoreligius atau psikoterapi agama yang diberikan oleh rohaniawan atau oleh para terapis memberikan konstribusi yang cukup besar.15 Oleh karena itu psikoterapi Islam yang diberikan pada pasien penyalahgunaan narkoba di Madani Mental Health Care, diharapkan mampu membantu
proses
pemulihan
pasien
agar
mereka
tidak
kembali
menyalahgunakan narkoba. Dengan memberikan pemahaman agama yang luas dan menguatkan mental dan keimanan pasien sehingga mereka dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannnya secara normal. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Dampak Psikoterapi Islam Pada Pasien Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care, Cipinang Besar Selatan-Jakarta Timur” sebagai judul dalam skripsi ini. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi pada program psikoterapi Islam dan dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan Narkoba di Madani Mental Healt Care Cipinang Besar Selatan- Jakarta Timur.
15
Dadang Hawari, Dimensi Kesehatan Jiwa dalam Rukun Iman dan Rukun Islam (Jakarta: FKUI, 2001) edisi-2, h. 9.
10
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba di Madani Mental Health Care? b. Apa dampak dari psikoterapi Islam di Madani Mental Heart Care bagi paisen penyalahgunaan narkoba ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan psikoterapi Islam yang dilakukan di Madani Mental Health Care bagi pasien penyalahgunaan narkoba. b. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak dari psikoterapi Islam di Madani mental Health Care bagi paisen penyalahgunaan narkoba. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara akademis Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai pelaksanaan dan dampak dari psikoterapi Islam tersebut pada pasien penyalahgunaan narkoba di madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan-Jakarta Timur.
11
b. Manfaat secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan pengetahuan tentang proses penanganan dan cara penyembuhan pada pasien penyalahgunan narkoba. D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian antara lian: 1. Rehabilitasi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan Merntal Madani Health Catre Cipinang Besar SelatanJakarta Timur, oleh Jovendra Aliansyah skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dalam skripsi tersebut membahas mengenai proses pelaksanaan rehabilitas mental pada remaja korban penyalahgunaan narkoba serta penyebab munculnya faktor penyalahgunan narkoba pada remaja. Sedangkan pada pembahasan skripsi yang akan di bahas oleh penulis berbeda dengan pembahasan terdahulu, penulis membahas mengenai dampak dari psikoterapi dalam bidang Agama (Islam) pada pasien penyalahgunaan narkoba. 2. Pelayanan Konseling Pada Rehabilitasi Pasien Napza Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur – Jakrta Timur, oleh Amelia skripsi S1 Fakultas iLmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dalam skripsi tersebut membahas
12
mengenai identifikasi masalah yang terjadi pada pasien dalam proses konseling dan pelayanan konseling yang diterapkannya. Sedangkan pada pembahasan skripsi yang akan di bahas oleh penulis berbeda dengan pembahasan terdahulu, penulis membahas mengenai dampak dari psikoterapi dalam bidang Agama (Islam) pada pasien penyalahgunaan narkoba. E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Sebagai berikut: 1. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek pada penelitian ini yang penulis pilih adalah para pasien penyalahgunaan narkoba, yaitu terdiri dari 5 orang pasien yang sedang menjalani masa rehab yang sudah 1 bulan lebih pasien menjalani masa rehab di Rumah Kesadaran dan berusia berkisar 19-40 tahun yang beragama Islam, kemudian 3 orang terapis sebagai cross chek data yang ahli dibidang agama. Objek dari penelitian ini adalah mengenai pelaksanaan psikoterapi Islam dan dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengacu prosedur penelitian yang
13
menghasilkan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang, dan prilaku yang diamati.16 Menurut Starus dan Juliet yang dikutip Krist Poerwandari bahwa, penelitian kualitatif pada dasarnya lebih tepat digunakan pada penelitian yang berupaya mengungkapkan pengalaman seseorang yang bersifat psikologis.17 Pendekatan kualitatif dipilih karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai dampak dari psikoterapi Islam bagi pasien penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care. Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif, yaitu yang bertujuan untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.18 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
16
Leky J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 12. 17 Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP), Fak. Psikologi UI, 1998), h. 20. 18 Sandjaja Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustakakarya, 2006), h. 110.
14
a. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.19 Atau observasi dapat didevinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.20 Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan secara langsung di lapangan serta mencatat fenomena dan fakta yang terlihat terkait dengan masalah dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba di Yayasan madani Mental Health
Care
Cipinang Besar Selatan – Jakarta Timur. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (Setyadin, 2005: 22). Wawancara dilakukan untuk memperoleh adat atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian. Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif.21 wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor adalah pewawancara, responden, topik, penelitian yang tertuang dalam
19
Hadi Sutrisna, Metodologi Research II (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet. ke-21, h. 136. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), cet ke-2, h. 37. 21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), cet. ke-1, h. 160. 20
15
daftar pertanyaan dan situasi wawancara.22 Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 5 pasien yang sedang menjalani masa rehab dan 3 terapis sebagai cross cek di bidang agama, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu dengan recorder (alat perekam suara) untuk merekam hasil wawancara dan mencatat informasi yang didapat waktu itu. c. Dokumentasi Di samping observasi dan wawancara, peneliti kualitatif dapat juga menggunakan berbagai dokumen dalam menjawab pertanyaan terarah, apabila tersedia. Dokumen-dokumen tersebut dapat menambah pemahaman atau informasi untuk penelitian.23 Dokumentasi yaitu setiap bahan tertulis atau film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.24 Dokumentasi merupakan salah satu dari metode pengumpulan data dalam penelitian sosial. Dalam metode ini sebagian besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian dalam bentuk profil yayasan,
22
Mari Singarimbun dan Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192. 23 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, h. 61. 24 Leky J Moleong, Metodologi penelitian Kualitatip, h. 194.
16
laporan,
kliping
dan
dokumen-dokumen
lainnya,
baik
bersifat
dokumenter dan literatur. 4. Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer (primary data) dan skunder (secondary data). a. Data Primer (Primary Data), yaitu data dari penelitian yang sumbernya langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer yang dimaksud adalah data ynag dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi) dengan para pengurus dan terapis Yayasan Madani Mental Health Care. b. Data Sekunder (Secondary Data), merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang diperoleh dari buku-buku, laporan-laporan yang yang dikeluarkan oleh pemerintah, lembaga swasta maupun yang ada dalam masyarakat. 5. Teknik Analisis Data Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu: a. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan trsanformasi data “ kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan.
17
b. Penyajian data adalah mendeskripsikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanay penariakn kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan kekokohannya.25 6. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan – Jakrta Timur, observasi awal dilakukan pada tanggal 19 Mei 2014 dan penelitian mendalam dilakukan pada bulan Juni sampai 22 Juli 2014, peran peneliti sebagai partisipan artinya peneliti adalah “orang luarnya” yang netral yang telah diizinkan untuk berpartisispasi dengan tujaun untuk melakukan pengamatan dan merekam. 7. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
25
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 85.
18
BAB I
Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
Kajian Teori yang berisi masalah inti dalam skripsi ini, yaitu memuat pengertian tentang dampak, pengertian psikoterapi Islam, objek psikoterapi Islam serta fungsi dan tujuan dari psikoterapi Islam, pengertian Narkoba, faktor dan akibat dari penyalahgunaan narkoba, dan pandangan Islam tentang narkoba.
BAB III
Gambaran umum. Dalam bab ini akan dijelaskan sejarah berdirinya, visi, misi, tujan dan program, pengelolaan, serta sarana dan prasaran di yayasan madani mental health care.
BAB IV
Temuan analisis mengenai dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahguaan narkoba, yang terdiri dari bagaimana pelaksanaan psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba serta apa dampak dari psikoterapi Islam di Madani mental Heart Care bagi paisen penyalahgunaan narkoba.
BAB V
Penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Dampak Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” dampak adalah “pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif atau positif)”.1 Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai “pengaruh atau akibat”. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.2 Dampak ada dua jenis yaitu dampak negatif dan positif. Dampak negatif yaitu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang negatif sedangkan damapak positif yaitu dampak yang mendatangkan akibat yang positif.3 Dalam proses penyembuhan pada pasien penyalahgunaan narkoba dengan psikoterapi Islam, dalam psikoterapi Islam ini nilai-nilai agama diberikan kepada pasien. Selain sebagai pengobatan, psikoterapi Islam juga membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi prilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya proses reedukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Pada kemampuan atau fungsi psikis manusia yang di kemukakan oleh Neong Muhajir yang dikutip oleh Baharuddin dalam buku “Paradigma Psikologi
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 234. 2 http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info123.html, pada tanggal 2-06-2014, jam 20:34 WIB. 3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 234.
19
20
Islam” kemampuan atau fungsi psikis manusia terbagi kepada tiga kelompok yaitu: 1.
Kognitif adalah fungsi psikis manusia di bidang kesadaran, pikiran, pengetahuan, interprestasi, pemahaman, idea, kecerdasan dan lain sebagainya.
2. Afektif adalah fungsi psikis untuk menemukan sikap atau dasar pertimbangan yang bersifat penilaian terhadap sesuatu. 3. Emosi, pada konsep emosi ini Neong Muhajir menyebutkan bahwa emosi merupakan implisit dalam konasi yang akhirnya kosep emosi dan konasi masuk ke dalam aspek afek, menurutnya kemampuan jiwa yang disebut afek secara implisit mencangkup emosi dan konasi.4 Sedangkan emosi menurut Marawis (1999) yang dikutip oleh Sunaryo M, dalam buku “Psikologi untuk keperawatan” menjelaskan emosi
adalah “menifestasi perasaan”. Prilaku individu dapat dipengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani.5 Sealin aspek kognitif, afektif dan emosi, penulis menambahkan aspek psikomotorik. Psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
4
253-266.
5
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cetakan ke-2. h.
Sunaryo M. Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), h. 10-11.
21
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).6 Melalui psikoterapi Islam ini diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap pasien penyalahgunaan narkoba baik dari aspek kognitif, afektif, emosi dan psikomotoriknya serta keimanannya dan pola pikir, dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan serta memperkuat keimanan pada diri pasien yang menjadikan mereka lebih religius dan menumbuhkan jiwa yang lebih spiritual agar mereka tidak menyalahgunakan narkoba kembali setelah mereka kembali ke masyarakat. B. Psikoterapi Islam 1. Pengertian Psikoterapi Islam Istilah psikoterapi (psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), pendidikan dan ilmu Agama. Sedangkan dalam dunia medis dilihat dari segi sasarannya, pengobatan secara umum dapat dibagi kepada tiga jenis, yaitu: Somatoterapi, yaitu sasaran pengobatan diberikan kepada fisik atau badan; Psikoterapi, yaitu sasaran pengobatan diberikan kepada psikis atau kejiwaan; Manipulasi Lingkungan, yaitu mempengaruhi atau mengobati lingkungan bagi kesembuhan pasien. Dari sini dapat diketahui bahwa psikoterapi adalah pengobatan dengan prioritas sasarannya adalah kejiwaan manusia. Karena 6
http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html, pada
tanggal 20-11-2014, jam 15.30 WIB.
22
itu, Psikoterapi dapat diartikan sebagai ilmu untuk membantu penyembuhan dan perawatan terhadap aspek kejiwaan manusia.7 Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche” dan “therapy”. Menurut M. Hamdani Bakran dalam bukunya “Konseling dan Psikoterapi Islam”, Psyche mempunyai beberapa arti, yaitu jiwa dan hati, ruh, akal dan diri (dzat). Secara etimologis dapat dipahami, bahwa psyche adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih bersifat rohaniah dan yang paling tidak banyak menyinggung sisi yang dalam dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau jasmaniahnya. Sedangkan “therapy” bermakna pengobatan dan penyembuhan, yang mana dalam bahasa Arab kata therapy sepadan dengan Istisyfa yang artinya menyembuhkan.8 Menurut Lewis R. Wolberg. MO (1997) dalam bukunya “The Technique Of Psychotherapy”, yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran, psikoterapi yaitu: “Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien, yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang ada, memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.”9 Ilmu psikoterapi yang bertumpu pada psikologi positivistik yang empiris, mengobati berbagai gangguan dan penyakit jiwa hanya dari gejala-gejala jiwa yang empiris tidak sanggup menyentuh substansi jiwanya itu sendiri. Keadaan
7
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 117. 8 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), cetakan ke-2, h. 225. 9 Ibid., h. 228.
23
ini disadari oleh masyarakat barat terlihat dari adanya upaya memulai berpaling dan menyadari pentingnya pendekatan spiritual dan agama yang meta-empirik untuk menangani berbagai gangguan dan penyakit jiwa. Dalam dunia psikologi dan psikoterapi, kondisi ini ditandai dengan munculnya berbagai aliran yang menerapkan pendekatan agama terhadap pasien, seperti Maslow, Frankl, Jung dan Wetherhead merupakan para perintis di bidang ini, maka lahirlah psikoterapi yang didasarkan pada pendekatan agama dengan sebutan Religio Psycotherapy, Psikoreligius atau Psikoterapi Religius. Secara sederhana psikoterapi religius dapat diartikan sebagai proses perawatan dan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan melalui intervensi psikis yang didasarkan pada ajaran agama. Pendekatan ini berusaha membangkitkan kekuatan spiritual dan imannya untuk membantu proses penyembuhan.10 Jadi, psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.11 Istilah psikoterapi mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi prilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya proses reedukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
10
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam,h. 117. 11 Yahya Jaya, Spiritual Islam dalam Menumbuh Kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1994), cetakan ke-1, h. 166.
24
Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan nonformal atau diskusi personal dengan guru (terapis) atau teman.12 Di dunia kedokteran Islam praktik dan tuntunan penyembuhan berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan telah berlangsung sejak zaman Rasulullah. Bahkan, menurut Prof. Usman Najati, dalam bukunya “Al-Qur‟an Wa „Ilmu AlNafs” yang dikutip oleh Isep Zainal Arifin dalam buku “Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam” menyebutkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an untuk masyarakat Arab waktu itu adalah untuk mengadakan Shock Therapy terhadap kondisi kejiwaan masyarakat Arab yang telah sakit jiwa dengan berbagai perilaku kejahiliyahannya. Saat ini dikalangan intelektual Islam, psikoterapi Islam atau dikenal dengan sebutan Thibburahmany secara akademis dikenal dengan disiplin ilmu psikoterapi Islam yang merupakan bagian integral dari psikoterapi Religius. 13 Dengan demikian dapat dipahami bahwa psikoterapi Islam adalah ilmu tentang proses perawatan dan penyembuhan penyakit kejiwaan dan gangguan jiwa melalui intervensi psikis yang didasarkan kepada petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah.14 Pada proses perawatan sering disebut dengan istilah Istisyfa, yang mana istilah ini paling sederhana dengan mengacu kepada penggunaan salah satu 12
Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali, 1999), h. 407. Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam,h. 117-118. 14 Ibid., h. 118. 13
25
metodenya, yaitu do’a. Oleh karena itu, istilah psikoterapi Islam dapat diistilahkan atau diartikan sebagai al-Istisyfa bi al-Qur‟an Wa al-Du‟a, yaitu proses penyembuhan terhadap penyakit dan gangguan psikis yang didasarkan kepada tuntunan nilai-nilai Al-Qur’an dan do’a.15 Dalam agama Islam banyak ayat dan hadits yang memberikan tuntunan agar manusia sehat seutuhnya, baik dari segi fisik, kejiwaan, sosial maupun kerohanian.Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dan hadits Nabi SAW sebagai berikut: a. Dalam surat Asy Syu’araa ayat 80, yakni:
Artinya:“Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkanku”. (Q.S.Asy Syu’araa, 26:80). b. Kemudian dalam surat Fushshilat ayat 44, yakni:
… Artinya: “….Katakanlah: al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S. Fushshilat, 41:44). c. Hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad, yakni:
ِ َِلِ ُكل د ٍاء دواء ف ِ ئ بِِإ ْذ ِن اهلل َعَّز َو َج َّل ص ا ذ ا َ َ َ اب َد َواءُ الدَّاء بَِر َ َ ٌ َ َ َ ِّ
15
Ibid., h. 23.
26
Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah SWT penyakit itu akan sembuh”.(H.R. Muslim dan Ahmad).16 Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan organisasi kesehatan sedunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari tiga aspek saja, yaitu: sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik atau psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak tahun 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual), oleh American Psychiatric Association dikenal dengan rumusan “Bio-Psycho-Sosial-Spritual”.17 Selain itu, pengalaman keyakinan agama dapat dimanfaatkan dalam upaya pencegahan permasalahan kesehatan jiwa, hal tersebut diungkapkan oleh Dadang Hawari: “Apabila pemahaman dan pengalaman agama yang keliru dapat menyebabkan konflik dan kecemasan pada diri seseorang.Sebaliknya pemahaman dan pengalaman agama yang benar dapat menyelesaikan konflik dan kecemasan”.18 Menurut Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa sebenarnya dari dahulu agama dengan ketentuan dan hukum-hukumnya telah dapat membendung terjadinya gangguan psikologis sampai pada gangguan kejiwaan yaitu dengan dihindarkannya segala kemungkinan-kemungkinan sikap, perasaan dan kelakuan yang membawa kegelisahan. Jika terdapat permasalahan-permasalahan yang sulit 16
Dadang Hawari, Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik (Do‟a dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medik), (Jakarta; FKUI, 2008). h. 15. 17 Dadang Hawari, Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik (Do‟a dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medik), (Jakarta; FKUI, 2008). h. 17. 18 Dadang Hawari, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi (Jakarta: FKUI, 2008), h. 48.
27
diatasi yang akhirnya membawa kepada ketidak tentraman pada pribadi, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan, maka agama memberi jalan untuk mengembalikan ketenangan batin dengan cara meminta nasihat atau petunjuk dan bimbingan-bimbingan kepada para agamawan (seperti tokoh agama atau alim ulama).19 Dengan demikian penulis dapat memahamidengan mengambil pendapat dari Zakiah Daradjat bahwa psikoterapi Islam adalah pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, maupun fisik melalui bimbingan al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Atau secara empiris adalah pengobatan dengan bimbingan dan pengajaran Allah SWT, Nabi dan Rasul-Nya yang tertuang dalam syariat Islam yang diajarkan para pewaris-Nya.20 Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa dalam proses psikoterapi Islam terdapat proses pendidikan kembali pada diri pasien dimana berlangsung perubahan cara berpikir, kebiasaan dan tingkah laku yang sebelumnya tidak benar dimana seseorang (pasien) yang dahulu memperoleh pikiran-pikiran yang keliru tentang dirinya sendiri, orang lain, kehidupan dan berbagai problem yang dihadapinya, sehingga menyebabkan suatu masalah pada dirinya dengan memberikan atau mengajarkan bentuk-bentuk pola tingkah laku yang baik untuk mengatasi problem-problemnya, memberikan nasehat-nasehat, serta memberikan contoh dan informasi, dengan harapan mampu meredakan kegelisahan batinnya dengan mengintegrasikan nilai-nilai keislam di dalamnya. 19
Heny Narendrany Hidayati, Psikologi Agama, (Jakarta: Lembaga Peneliti UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), cetakan ke- 1, h. 204. 20 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. V.
28
2. Objek Psikoterapi Islam Setelah menjelaskan tentang pengertian dari psikoterapi Islam di atas dapat di pahami bahwa psikoterapi Islam ialah ilmu tentang proses perawatan dan penyembuhan penyakit kejiwaan dan gangguan jiwa melalui intervensi psikis yang didasarkan kepada petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Atau menurut Dzakiah Daradjat psikoterapi Islam ialah pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, maupun fisik melalui bimbingan al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW dan prioritas sasarannya yaitu kejiwaan manusia. Di dalam masyarakat modern ini, banyak orang yang hidup dalam kesendirian pada gilirannya dapat jatuh sakit (stress, kecemasan, dan depresi).Dengan hidup dalam komunitas (organisasi, perkumpulan atau paguyuban) yang religius, memiliki efek positif untuk kesehatan jiwa pribadi maupun kesehatan jiwa masyarakat.21 Dengan melakukan berbagai kegiatan peribadatan bersama (berjamaah), misalnya dengan mengikuti salat berjamaah, pengajian (majelis ta’lim) dan sebagainya, merupakan media selain mempererat tali silaturahmi juga meningkatkan iman dan takwa serta merupakan suatu kondisi yang baik untuk kesehatan jiwa. Dalam pandangan psikoterapi Islam manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki tiga sisi, yaitu jasmani, ruhani dan nafsani.22 M. Hamdani mengemukakan dalam buku “Konseling dan Psikoterapi Islam”, bahwa sasaran
21
Dadang Hawari, Al-Qur‟an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997), h. 140-142. 22 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam,h. 27.
29
atau objek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan atau pengobatan dari psikoterapi Islam adalah manusia (insan) secara utuh, yakni yang berkaitan dengan gangguan pada: 1. Mental, yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang mudharat serta yang hak dan yang batil. 2. Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa,
religius,
yang
berhubungan
dengan
agama,
keimanandan
menyangkut nilai-nilai transendental. Seperti lemahnya keyakinan dan lain sebagainya. 3. Moral (akhlak), yaitu sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk: berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, semuanya sebagai ekspresi jiwa. Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan spiritual, moral muncul dan hadir secara sepontan dan otomatis, dan tidak dapat biduat-buat atau direkayasa. 4. Fisik (Jasmaniah), gangguan terhadap fisik dapat dilihat secara jelas, walaupun tidak setiap penyakit jasmani dapat diobati dengan psikoterapi Islam, akan tetapi dalam pelaksanannya telah membuktikan ada
30
hubungan antara penyembuhan jasmani dengan keyakinan (keimanan) terhadap Tuhan (Allah SWT).23 Dalam psikoterapi Islam, penyembuhan-penyembuhan yang paling utama dan sangat mendasar adalah pada eksitensi dan esensi mental dan spiritual manusia. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan akidah dan ketauhidan karena objek utama dari ilmu itu adalah pendidikan, pengembangan dan kebudayaan eksistensi dan esensi mental spiritual.Apabila keduanya telah benar-benar kokoh, sehat dan suci maka dalam kondisi apapun “eksistensi dan emosional” akan terampil, cerdas dan bijaksana.24 3. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam Sebagai suatu ilmu psikoterapi Islam mempunyai fungsi dan tujuan yang komplit, nyata dan mulia. Adapun fungsi psikoterapi Islam, yaitu: fungsi pemahaman
(understanding),
fungsi
pengendalian
(control),
fungsi
pengembangan (development), dan fungsi pendidikan (education). Disamping fungsi-fungsi utama tersebut, ada fungsi yang bersifat spesifik yaitu: 1. Fungsi
pencegahan
(Prevention),
dengan
memahami
dan
mengaplikasikan psikoterapi Islam ini, seseorang akan dapat terhindar dari hal-hal atau keadaan serta peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental. spiritual atau moralnya. 2. Fungsi penyembuhan dan perawatan (Treatment), psikoterapi Islam akan membantu 23
seseorang
melakukan
pengobatan,
penyembuhan
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 237-251. M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 253.
24
dan
31
perawatan terhadap gangguan atau penyakit, khususnya terhadap gangguan mental, spiritual, dan kejiwaan seperti dengan ber-dzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang dan damai; dengan berpuasa, akal pikiran, hati nurani, jiwa dan moral menjadi bersih dan suci; dengan shalat dan membaca shalawat Nabi Muhammad SAW, spirit dan etos kerja akan bersih dan suci dari gangguan setan, jin, iblis, dan sebagainya.25 Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa fungsi psikoterapi Islam adalah untuk mengembalikan fungsi kejiwaan manusia sesuai dengan fitrah penciptaannya dan membangun keselarasanantara diri (akal, hati dan nafsu) dengan keadaan, orang lain, dan lingkungan dengan visi ketuhanan, serta mengembalikan manusia kepada fitrah dapat bermanfaat sebagai pencegahan, pengobatan, dan pengembangan sehingga manusia dapat bahagia lahir dan batin serta dunia dan akhiratnya. Selain fungsi dari psikoterapi Islam adapun tujuan dari psikoterapi Islam, yaitu eksplorasi diri, pemahaman diri, dan perubahan tindakan atau tingkahlaku (menghilangkan tingkahlaku merusak diri atau self – defeating) pada pasien.26 Sedangkan menurut Hamdani dalam buku “Konseling dan Psikoterapi Islam” menjelaskan tujuan psikoterapi Islam ialah: 1. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmaniyah dan rohaniyah, atau sehat mental, spiritual dan moral, atau sehat secara jiwa dan raganya; 25
Ibid., h. 270. Andi Mapprare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perssada, 2006), h. 17. 26
32
2. Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumberdaya insan; 3. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja; 4. Meningkatkan kualitas keimanan, keIslaman, keihsanan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata; 5. Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta dzat yang Maha Suci yaitu Allah Ta‟ala Rabbal „Alamin.27 Menurut M.A. Subandi dalam buku “Psikologi Agama dan Kesehatan Mental” menjelaskan bahwa tujuan psikoterapi Islam adalah: 1. Membersihkan kalbu dari penyakit-penyakit, baik penyakit yang berhubungan dengan Tuhan, penyakit yang berhubungan dengan diri sendiri (membebaskan diri dari ke’aku’an), dan penyakit yang berhubungan dengan manusia lain dan alam semesta. 2. Meningkatkan derajat dari nafs untuk mencapai tujuan penyempurnaan diri (insan kamil). Karena diri yang sempurna itu tidak akan pernah tercapai, maka usaha ini merupakan proses yang terus menerus. 3. Menumbuhkan sifat, sikap dan perbuatan yang baik (akhlakul karimah). 4. Meningkatkan seluruh potensi untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi.28
27
Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 278. M.A.Subandi, Psikologi Agama dan Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), cetakan ke-1, h. 157. 28
33
Psikoterapi pada dasarnya bertujuan mengubah pikiran orang-orang yang menderita gangguan kejiwaan tentang diri mereka, orang lain, kehidupan, dan masalah-masalah yang sebelumnya menjadi penyebab kegelisahan mereka. Ketika pikiran si pasien penderita gangguan kejiwaan itu berubah sebagai hasil terapi, ia akan lebih mampu menghadapi dan mengatasi problem-problemnya, bahkan umumnya ia akan memandang kecil masalah-masalah serta tak lagi menjadi alasan yang membuat ia gelisah.29 Dadang Hawari dalam hal ini menyampaikan bahwa tujuan psikoterapi spiritual (agama/Islam) yaitu untuk pemberdayaan individu dalam mencapai kehidupan
yang
optimal,
sehingga
dapat
berfungsi
secara
produktif,
menumbuhkan rasa bahagia, baik dalam kondisi baik atau buruk, di keluarga maupun di sekolah, tempat kerja atau masyarakat, sesuai dengan tuntunan agama dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.30 Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat memahami dari tujuan psikoterapi Islam dengan mengambil pendapat dari Dzakiah Daradjat bahwa tujuan dari psikoterapi Islam, yaitu untuk membantu proses pencapaian tujuan manusia agar sehat jasmani, rohani dan berakhlak mulia berdasarkan ajaran agama Islam, serta menikmati kebahagiaan hidup di dunia yang diridhai Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan di akhirat yang dijanjikan-Nya.31
29
Muhammad Usman Najati, Psikologi dalam Al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cetakan ke-1, h. 444. 30 Dadang Hawari, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, h. 37. 31 Heny Narendrany Hidayati, Psikoterapi Agama, h. 203.
34
C. Narkoba 1. Pengertian Narkoba Istilah narkoba pada awalnya yaitu narkotika dan obat-obat terlarang.Akan tetapi, pada saat ini narkoba dikenal juga sebagai NAPZA atau Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.32 Narkoba adalah zat atau obat yamg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana keputusan menteri kesehatan.33 Secara
umum
Kartono
(1992)
ahli
Psikologi
mengungkapkan
kareakteristik orang yang mengalami ketergantungan obat-obatan atau narkoba yaitu, antara lain: 1. Mempunyai keinginan sangat tinggi sehingga tidak tertahankan untuk tidak menggunakan narkoba, pada akhirnya berupaya memperoleh narkoba dengan cara halal atau tidak halal. 2. Cenderung selalu menambah pemakaian dosis sesuai dengan toleransi tubuh.
32
18.
33
Mitra Bimtibnas, Narkoba Musuh Bangsa (penerbit: MITRA BINTIBNAS), cetakan ke-1, h.
Dadang Hawari, Al-Qur‟an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997), cetakan ke-3, h. 36.
35
3. Pada gilirannya menjadi ketergantungan secara psikis dan fisik, akibatnya individu merasa kesulitan untuk lepas dari kebiasaan tersebut (kecanduan).34 Sebenarnya Narkotika dan Psikotropika merupakan obat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, sehingga ketersediaannya perlu dijamin, yang menjadi permasalahan adalah penyalahgunaan dari obat-obatan tersebut. Adapun landasan hukum tentang narkoba yaitu: 1. UN Convention Against The Illicit Traffic In Narcotic Drugs and Psychtropic Substances 1988. 2. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 3. UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. 4. UU No. 7 Tahun 1997 tentang Retifikasi Un Convention 1988. 5. Kepres RI, No. 3/ 2002 tentang penanggulanagn penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif lainya.35 Narkoba biasa disebut dengan Narkotika dan Zat Adiktif lainya (NAZA) yang mempunyai manfaat sangat besar apabila digunakan sebagai bahan pengobatan maupun sebagai bahan penelitian guna meningkatkan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jika sebaliknya apa bila disalahgunakan khususnya oleh generasi muda dan lapisan masyarakat lainnya semua ini akan sangat berbahaya sekali bagi umat manusia, bangsa dan Negara. Karena para pecandu 34
1, h. 33.
35
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), cetakan ke-
Mitra Bimtibnas, Narkoba Musuh Bangsa, h. 3.
36
narkoba sering kali menimbulkan masalah, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain dan masyarakat di lingkungannya. Pada umumnya (bagi dirinya sendiri) mereka tidak berkeinginan untuk meraih masa depannya sendiri, tidak mengenal jati dirinya, hidup malas serta tidak mampu mengontrol emosi sendiri. Sedangkan bagi masyarakat para pecandu narkoba akan berpengaruh secara luas sehingga menimbulkan kesehatan masyarakat yang mengakibatkan kerusakan mental dan daya pikir, pada diri mereka seperti halnya ketidakmampuan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, perubahan prilaku yang menjadi anti sosial dan tingginya tingkat tindak kekerasan dan kriminalitas yang sering kali mereka lakukan. Jadi narkoba dapat dipahami sebagai obat, bahan atau zat yang berbahaya yang dapat mengubah pikiran, kesadaran, perasaan, bahkan fungsi mental dan prilaku seseorang.Berikut jenis-jenis narkoba, yaitu: 1. Opiod atau opiate, berasal dari kata opium, jus dari bunga opium,Paparevera Sommiverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opiod juga digunakan untuk opiate, yaitu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiate tetapi tidak didapatkan dari opium. Adapun bahanbahan opioda yang sering disalahgunakan adalah: a. Candu, yaitu getah tanaman papaver somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak matang. Getah yang kelur berwarna putih dinamai “Lates”, getah ini dibiarkan
37
mongering pada permukaan buah seehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau kasar. Pemakaiannya dengan cara dihisap. b. Morfin, ialah hasil adari opium atau candu mentah. Morfin merupakan alkoida utama dari opium (CI7H19NO3), morfin rasanya pahit. Morfin berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. c. Heroin (Putauw), heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiate yang paling disalahgunakan. Heroin yang secara farmakologis mirip dengan morfin yang menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. d. Codein, codein termasuk garam/turunan dari opium/candu, efeknya lebih lemah dari pada heroin dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan rendah. Bentuk dari codein berbentuk pil atau cairan jernih, cara pemakaiannya ditelan dan disuntikan. e. Demerol, nama lainnya yaitu pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau disuntikan, bentuk dari Demerol berbentuk pil dan cairan yang tidak berwarna.
38
f. Methadon, saat ini methadon banyak digunakan untuk pengobatan ketergantungan apioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis dan ketergantungan opioid. 2. Kokain Adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya.Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar erytrhoxylon coca, yang berasal dari Amerika Serikat, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Kokain digunakan karena secara karakteristik, dapat menyebabkan elasi, eufiria, peningkatan harga diri dan perasaan perbaikan pada tugas mental dan fisik. 3. Kanabis (Ganja) Adalah nama sejenis singkatan untuk tanaman cannabis sativa. Tanaman ini biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil dan digulung menjadi rokok disebut joints.Bentuknya berasal dari tanaman yang berbungan yang dikeringkan dan berwarna coklat hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau hash.Nama lain dari kanabis antaralain seperti, hemp, chasra, ganja, cimenkdan lain sebagainya.36 Berdasarkan uraian di atas, jenisnarkoba yang termasuk kedalam jenis narkotika ialah terdiri dari candu, morfin, kokain, heroin dan ganja. Sedangkan yang termasuk jenis narkoba dari psikotropika antara lain terdiri 36
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Naroba, (Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005), h. 87-93.
39
dari ekstasi, shabu.37 Semuanya jenis narkoba baik narkotika dan psikotropika
apabila
disalahgunakan
dalam
pemakaiannya
akan
menimbulkan ketergantungan obat dan menimbulkan masalah bagi dirinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya. 2. Faktor dan Akibat Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan zat (Narkoba) adalah pemakaian diluar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, pemakaian sendiri secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan.38 Bermacam-macam alasan mengapa remaja dan orang dewasa banyak yang terjerumus dalam penggunaan narkoba, akantetapi sebagian besar karena keingintahuannya dan ketidaktahuan mereka bahwa barang yang dikonsumsinya itu adalah narkoba. Dari bermacam-macam alasan tersebut pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: alasan internal dalam dirinya (meliputi: rasa ingin tahu, ingin dianggap hebat, rasa kesetiakawanan dan lainsebagainya), alasan keluarga dan alasan pengaruh orang luar (meliputi: tipu daya, bujukan atau rayuan dan paksaan). 39 Berikut faktor penyebab penyalahgunaan narkoba: 1. Keingintahuan yang besar tanpa sadar akibatnya. 2. Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran. 37
Hadiman, Narkoba Menguak Sistem maraknya Narkoba di Indonesia, (penerbit: BERSAMA, 1999), h. 7. 38 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan zat adiktif,(Jakarta : Fakultas Kedokteran UI, 1991, h. 42 39 Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahanya (Semarang: PT. Bengawan Ilmu, 2007), h. 50.
40
3. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun). 4. Mengikuti tren atau gaya (fashionable). 5. Lari dari kebosanan atau kegetiran hidup. 6. Semakin mudah untuk mendapatkan narkoba di mana-mana dengan harga relatif murah. 7. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga tidak mampu menolak narkoba secara tegas.40 Secara singkat, dari beberapa faktor diatas yang telah dijelaskan ada beberapa faktor yang lebih terinci mengenai faktor terjadinya penyalahagunaan narkoba, yaitu: 1. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan menyangkut teman sebaya, orang tua, dan remaja (individu) itu sendiri. Pada masa remaja, teman sebaya menduduki peran utama pada kehidupan mereka, bahkan menggantikan peran keluarga atau orang tua dalam sosialisasi dan aktivitas waktu luang dengan hubungan yang bervariasi dan membuat norma dan sistem nilai yang berbeda. Tingginya keingintahuan akan hal-hal seperti minuman keras, narkoba membuat remaja berada pada kelompok beresiko jika tidak diimbangi dengan informasi dan iman yang cukup.
40
Dampak Penyalahgunaan narkoba Terhadap Remaja dan Kamtibnas, (Jakarta: BP. Dharma Bakti, 2002), cetakan ke-1, h. 12.
41
2. Faktor individu Selain faktor lingkungan, peran genetik juga merupakan komponen yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba.Selain itu kecemasan dan depresi, sifat mudah terpengaruh, kurangnya penghayatan nilai-nilai agama dan sebagainya.Faktor teman sebaya, memiliki pengaruh yang paling dahsyat terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. 3. Faktor sekolah dan komunitas Komitmen rendah terhadap sekolah terwujud dalam prilaku yang datang ke sekolah hanya untuk ketemu teman, merokok, dan membolos sekolah. Transisi sekolah atau peralihan jenjang sekolah yang berakibat penurunan prestasi memberi andil dalam penyalahgunaan narkoba serta faktor komunitas biasanya akibat komunitas permisif terhadap hukum dan norma, kurang patuh terhadap aturan serta setatus sosial ekonomi.41 Dari penjelasan diatas mengenai faktor penyebab penyalahgunaan narkoba penulis berpendapat dan menyimpulkan bahwa banyak faktor penyebab seorang anak muda bahkan orang dewasa menyalahgunakan obat-obatan terlarang (narkoba), biasanya mereka hanya sebatas ingin mengetahuinya saja, terutama bila mereka memiliki teman yang memakai oabat-obatan serta kurangnya atau lemahnya keimana pada diri mereka yang tidak bisa menahan diri untuk menolak narkoba tersebut, bahkan adapula yang menyalahgunakan narkoba karena lari dari masalah atau 41
A. Kadarmanta, Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, (Jakarta: PT. Forum Media Utama, 2002), h. 71.
42
ingin melupakan masalah yang dihadapinya sehingga akhirnya mereka memakai dan menyalahgunakannya. Selain faktor penyalahgunaan narkoba ada juga akibat yang terjadi dari penyalahgunaan narkoba tersebut diantaranya yaitu:
1. Bagi Diri Sendiri, yang menyebabkan:
a. Fungsi otak dan perkembangan normal remaja terganggu, mulai dan ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada motivasinya. b. Menimbulkan ketergantungan, over dosis, gangguan pada organ tubuh, seperti:hati, ginjal, paru-paru, jantung, lambung, reproduksi serta gangguan jiwa. c. Perubahan pada gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan budaya, misalnya tindakan asusila, asosial bahkan anti sosial. d. Akibat jarum suntik yang tidak steril dapat terkena HIV/AIDS, radang pembuluh darah, jantung, Hepatitis B dan C, Tuberculosis, Abses.
2. Bagi Keluarga:
a. Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
43
b. Suasana kekeluargaan berubah tidak terkendali karena sering terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah, bermusuhan, dan lain-lain. c. Uang dan harta benda habis terjual, serta masa depan.anak tidak jelas karena putus sekolah dan menganggur.
3. Bagi Masyarakat:
a. Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. b. Kriminalitas dan kekerasan meningkat. c.
Ketahanan kewilayahan menurun.42
4. Ekonomi :
a. Biaya hidup tinggi. b. Biaya kesehatan tinggi. c. Biaya peradilan/penegak hukum tinggi. d. Kemiskinan tinggi.43
3. Narkoba Dalam Pandangan Islam Permasalahan penyalahgunaan narkoba sangat erat hubungannya dengan iman seseorang. Peran agama sangat penting dalam mengatasi masalah 42
http://fitriannisa259.wordpress.com/internet-design-and-web/artikel-pengetahuan-dan-jenisjenis-narkoba-serta-dampaknya/, Pada tanggal 2-06-2014, jam 20:23 WIB. 43 Sukirno SH, Materi Seminar Penyuluhan Anti Narkoba, tanggal 16 Mei 2013 (Ciputat: SMA Triguna).
44
narkoba di Indonesia.Agama Islam menempatkan penyalahgunaan narkoba (khamar dan sejenisnya) biasanya berakibat pada seks bebas dan pornografi sebagai sesuatu yang sudah sangat jelas dilarang.Berdasarkan qiyas (analogi), maka narkoba dapat disejajarkan dengan khamar (minuman keras) karena illat (alasan hukum) yang sama yaitu memabukkan.Maka, bagi peminum, pengedar, pengusaha dan penjualnya dikenai ancaman hukuman pidana, itupun dikategorikan pada tindakan pidana kejahatan.44 Hadist shahih Muslim (no.2003 Kitabul Asyiribah, Musnad Imam Ahmad,2/6 dan 29) menyatakan bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:
ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َخٌَْر ًوُك ُّل َخَْ ٍر َحَر ٌام Artinya:“Setiap yang memabukkan termasuk kategori khamar, dan setiap khamar hukumnya haram”.45 Berdasarkan hadits di atas, narkoba termasuk kategori barang yang memabukkan, sehingga diharamkan.Hukum Islam cukup tegas terhadap hal-hal yang memabukkan seperti minuman maupun Narkoba. Dr. Shaih bin Ghanim As-Sadlanmengatakan dalam buku “Bahaya Narkoba Mengancam Umat”yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Halal dan Haram”,bahwa ada beberapa dalil mengharamkan Narkoba. Firman Allah SWT dalam surat al-A’raaf : 157:
44
Ahmad Rofiq, Fikih Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cetakan ke- 1, h. 170. 45 Dampak Penyalahgunaan narkoba Terhadap Remaja dan Kamtibnas, h. 32.
45
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka Itulah orang-orang yang beruntung”.(Al-A’raaf : 157). Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah: 90-91, sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maidah : 90-91).
46
Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa: 29, sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisaa:29).
Sebuah hadits riwayat Abu Daud dalam kitab Sunan (Sunan Abi Daud, 4/87 Kitabul Asyribah, hadits No. 3681).Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :“Segala yang memabukkan dalam kadar yang banyak maka dalam kadar sedikit juga haram”. Serta riwayat Ibu Umar dari Ummu Salammah (Sunan Abi Daud, 4/90 Kitabul Asyribah, Hadits No. 3686),ia berkata: “Rasulullah melarang segala sesuatu yang memabukkan dan membuat lemah”. Haramnya narkotika sudah disepakati oleh seluruh ulama Islam yang pada zaman mereka barang-barang (narkoba) ini sudah merajalela. Bahkan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “hasyisy” (ganja) adalah benda haram, baik orang yang mengkonsumsinya itu mabuk maupun tidak. Hanya orang-orang yang durhaka saja yang mengkonsumsinya, karena didalamnya terkandung unsur-unsur yang memabukkan dan menyenangkan, dan biasanya dicampur dengan minuman yang memabukkan.46
46
Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram, (Jakarta: Robbani Press, 2000), cetakan ke-1, h. 82.
47
Inilah yang diusahakan oleh orang-orang yang mengkonsumsi narkoba atau narkotika sehingga mereka lupa terhadap dirinya sendiri, agama dan urusan dunianya. Sebagaimana ungkapan dari Umar bin Khaththab mendefinisikan makna Khamr, yang mana Khamr adalah segala Sesuatu yang menutupi akal (“Al-khmaru maa khaamaral‟aqla”).47 Mengenai hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa munculnya markotika sesudah zaman Rasulullah SAW dan Imam yang empat, tidaklah menjadi penghalang untuk menggolongkan narkotika ke dalam definisi rasullulah SAW mengenai yang memabukkan. Sekarang banyak terdapat minuman-minuman yang memabukkan dan semuanya tercakup dalam definisi yang diberikan oleh kitab dan Sunnah. Dalam buku as-Siyasah as-Syar‟iyah, Ibnu Taimiyah mengatakan: “Hasyisy itu haram…sansi hukum bagi orang yang memakan hasyisy adalah sama dengan sansi hukum peminum khamr. Karena hasyisy selain merusak akal dan tubuh, juga menghalangi orang dari mengingat Allah SWT dan shalat dengan demikian yang termasuk jenis khmar yang memabukan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya”.48
Dengan demikian narkotika itu jauh lebih haram dari khamr, karena khmar hanya merusak akal, sedangkan narkotika selain merusak akal juga menindaskan harta dan menghilangkanjiwa. Pengharaman juga berlaku terhadap menjual belikan, mendistribusikan dan menanamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
47
Yusuf Qardhawi, Halal Dan Haram, (Jakarta: Robbani Press, 2000), cetakan ke-1, h. 82. Ahmad Syauqy Al-Fanjari, Pengarahan Islam Tentang Kesehatan, (Jakarta: Al-Hidayah), cetakan ke-1, h. 223 48
48
ِ ِ َِاصر ا ومع ِ ََرَ ا ْ ِ صلَّى اهللُ َعلَِْ ِو َو َسلَّ َف ْ ُ َ َ َ اََ ِْ ِر َع ََْرًة َع َ لَ َع َن َر ُس ْو ُل اهلل َو َشا ِربَ َها َو َح ِاملَ َها َوالْ َِ ْح ُِ ْولَةُ اِلَِْ ِو َو َساقَِِ َها َوبَائِ َعوَ َوآكِ َل ََثَنِ َها َوالْ ُِ َْ ََِتي .ََُلَا َوالْ ُِ ََِْ َراةُ لَو
Artinya:“Rasulullah SAW melaknat sepuluh orang dalam khamar: orang yang memerasnya, meminta diperaskan, yang meminumnya, yang membawakannya, yang minta dibawakan, yang menuangkannya, penjualnya, pemakan hasilnya, pembelinya dan yang minta dibelikan”.49 Jadi dalam hal ini, narkotika (narkoba) tersimpul dalam tiga dosa
sekaligus yakni: 1. Merusak akal, bukan hanya karena memabukkan, malah sampai menyebabkan gila. 2. Menghabiskan harta, karena menimbulkan pengangguran dan biayanya lebih tinggi dari khmar. 3. Menghilangkan jiwa, karena menyebabkan pecandunya lebih cepat marah. Dalam hal ini Islam lebih menekankan kepada pencegahannya, seperti yang di kemukakan oleh Dadang Hawari dalam buku “Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa”, yaitu:
1. Pendidikan agama perlu ditanamkan sejak dini 2. Kehidupan beragama di rumah tangga perlu diciptakan dengan suasana rasa kasih sayang (silaturahmi) antara ayah-ibu-anak,
49
Ibid., h. 225
49
3. Perlu ditanamkan pada anak penyalahgunaan
narkoba
atau remaja sedini mungkin bahwa atau
NAZA
“haram”
hukumnya
sebagaimana memakan babi haram hukumnya menurut agama Islam. 4. Peran dan tanggungjawab orangtua amat penting dan menentukan bagi keberhasilan pencegahan penyalahgunaan narkoba.50 Dalam hal ini jelaslah bahwa narkoba dalam pandangan Islam haram hukumnya, baik itu yang memakai, menjual, atau mendistribusikanya dan menanamnya. Narkoba dapat merusak akal serta memeras harta bahkan menghilangkan jiwanya. Oleh karena itu dalam Islam setiap yang memabukkan haram hukumnya begitupula dengan narkoba.
50
Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, h. 158.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MADANI MENTAL HEALTH CARE A. Sejarah Berdiri Berdirinya Madani Mental Health Care berawal di tahun 1999 dari kepedulian ustadz Darmawan untuk menampung di rumahnya sendiri mantan santrinya yang enggan untuk kembali kerumah karena merasa belum kuat menghadapi realita yang ada. Sekitar pada akhir Agustus 2003 bertempat di Panca Warga III/ No 34 Cipinang Besar Selatan, berkumpullah para aktivis muda dengan berlandaskan tekad dan semangat tinggi dengan bersama-sama mengucapkan kata; “Bismillahirrahmanirrahim” merupakan wujud kata sepakat untuk mendirikan pusat rehabilitasi mental dengan nama Madani Home Care (sebagai nama pertama).1 Pada tanggal 1 September 2003 di Rumah Sakit Thamrin jam 13:00 di proklamirkanberdirinya Madani Home Care Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater.Selanjutnya gerakan nyata tahap demi tahap kebutuhan kelembagaan pun dipersiapkan, yang mana dalam gerakan amal usaha kelembagaan yang ditetapkan antara lain; penanganan pembinaan atau rehabilitasi korban
NAZA
(Narkotika,
Alkohol
dan
Zat
Adiktif)
dan
penderita
Skizofrenia.Setelah beberapa tahun berlangsung, akhirnya MHC diajukan ke Notaris agar lembaga ini berbadan hukum. Dengan berbagai perjuangan yang cukup berat akhirnya MHC berhasil memperoleh kelegalan dalam menjalankan lembaga ini dengan mengusung nama baru. Tepat pada tanggal 11 November 1
Profil Madani Mental Health Care, Tahun 2014. 50
51
2007 Yayasan Madani disahkan oleh negara melalui Departemen Hukum dan HAM sebagai: Nama
:Yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Mental Health Care. Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater.
Legalitas
:Kementerian
Hukum
dan
HAM
RI
No:
C–4011
.HT.01.02.TH 2007. Alamat
:Jl. Pancawarga III Rt. 003/04 No. 34 Cipinang Besar Selatan Jatinegara Jakarta Timur 13410.
Telepon/fax
: (021) 8578228 – 0816 1342 931.
Website
: www.madanionline.or.id.
Email
:
[email protected].
No. Rekening : Bank Mandiri No. Rek. 006-00-0575609-7 a.n. Yayasan Pusat Rehabilitasi Mental Madani Yayasan Pusat Rehabilitasi Mental/Madani Mental Health Care adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang memfokuskan diri pada “penanganan korban penyalahgunaan Narkoba dan Skizofrenia”. Pada perjalanannya, Madani Mental Health Care mencoba mengembangkan sayapnya dengan dasar agar lembaga ini dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas. Bidang pengembangan lainnya meliputi bidang: a. Bidang Sosial, meliputi penelitian di bidang penelitian ilmu pengetahuan, pembinaan olahraga, dan studi banding.
52
b. Bidang keagamaan, meliputi mendirikan sarana ibadah dan sarana pembelajaran agama (TPA), menerima dan menyalurkan amal zakat, infaq dan sedekah, meningkatkan pemahaman keagamaan, dan melaksanakan syiar keagamaan. c. Bidang kemanusiaan, meliputi memberi bantuan kepada korban bencana alam, memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan gelandangan. d. Bidang Pendidikan, meliputimadani training centre, taman pendidikan al-Qur’an (TPA), home schooling, dan lain-lainnya. Madani penyalahgunaan
Mental narkoba
Health dan
Care
adalah
penderita
sarana
skizofrenia
rehabilitasi yang
korban
menggunakan
pembinaan berbasis masyarakat (community base) dengan pendekatan Bio-PsikoSosio-Spiritual (BPSS). Didirikan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab, kami memilih untuk menggunakan Metode Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai metode mutakhir yang menggunakan pendekatan holistik BPSS. B. Visi, Misi, Tujuan dan Program Madani
Mental
Health
Care
sebagi
tempat
rehabilitasi
korban
penyalahgunaan narkoba dan penderitaskizofrenia yang menggunakan pendekatan BPSS didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang ingin pulih dan bertobat. Oleh karena itu Madani Mental Health Care mempunyai visi, misi, tujuan dan program yang mana dalam visi dan misi dijelaskan bahwa dalam hal ini Madani Mental Health Care membantu dan menyelamatkan serta mengembalikan pasien penyalahagunaan narkoba dan
53
penderita skizofrenia dalam meningkatkan kualitas hidup agar mereka bisa kembali ke masyarakat dengan baik. Berikut visi, misi, tujuan dan program dari Yayasa Madani Mental Health Care: Visi: ”Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra diri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik”. Misi : ”Melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan
dan
konsultasi
mengenai
bahaya
yang
ditimbulkan
dari
penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan Penderita SKIZOFRENIA sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar”.2 Tujuan Tujuan didirikan yayasan rehabilitasi bagi penyalahgunaan narkoba yaitu menjadikan pasien itu sadar dan pulih dari ketergantunagan serta penyalahgunaan narkoba atau NAZA dan menjadikan pasien lebih mandiri.3 Program Khusus program pembinaan rehabilitasi korban NAZA dan Skizofrenia (mental disorder), Madani Mental Health Care memakai sistem terpadu BioPsiko-Sosial-Spiritual (BPSS); Metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater. 2
Profil Madani Mental Healt Care. Tahun 2014. wawancara Pribadi dengan Samsulludn, Jakarta, 16 Juni 2014.
3
54
Program pembinaan dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dibidangnya. Program pembinaan dijalankan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang sesuai kemampuan, dengan mengikuti program lanjutan selama 3 (tiga) bulan serta masuk fase kemandirian 6 (enam) bulan. (transit house, day care, dan home care merupakan tahapan dari program pembinaan). Program pembinana meliputi: a. Terapi medik dan komplikasi medik (Bio), meliputi: stabilisasi (pencucian racun tanpa anestesi dan substitusi) dan penyembuhan penyakit komplikasi akibat dari NAZA rujukan ke Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater (RS. Internasional MH Thamrin Salemba Jakarta Pusat).Stabilisasi dapat juga dilakukan dirumah dengan mengikuti petunjuk dan saran dokter. b. Terapi Religius (Spiritual), meliputi: ibadah dan praktek ibadah, mengaji dan mengkaji al-Qur’an/Hadist, berzikir dan berfikir, syirah nabawi, akhlaqul karimah serta syukur nikmat. c. Terapi Psikososial, meliputi: penguatan tekad atau cita-cita, sosialisasi keluarga dan masyarakat. d. Pengetahuan umum, meliputi: bahasa Inggris atau Arab, komputer, seni lukis, desain dan teknik cetak sablon, tata boga, handycraft, service handphone dan lain-lain (sesuai minat dan bakat).
55
Adapun alur pembinaanya yaitu:4
Tujuan program pembinaan adalah apabila santri (pasien)mengikuti dan menjalankan program pembinaan dengan baik maka diharapkan dapat sehat jasmani, rohani (jiwa), bertambahnya pemahaman agama dan meningkatnya
4
http://madanionline.org/program-kami/, pada tanggal 14-10-2014, jam 10:49
WIB.
56
perilaku sosial yang baik.5Keunggulan program pembinaan Madani Mental Health Care memakai Sistem Terpadu; Metode: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater adalah Pembinaan yang berbasis komunitas atau masyarakat (community base, not intitution base),antara lain: 1. Memakai sistem terpadu. 2. Menyediakan tenaga konselor pendamping untuk santri (pasien) 3. Mengedepankan nilai-nilai agama. 4. Menerapkan program pembinaan berdasarkan kompetensi santri (pasien). 5. Membudayakan kehidupan keseharian, layaknya kehidupan normal di masyarakat. 6. Berkesinambungan yakni setelah santri (pasien) berada di rumah (dari transit house) tetap menyediakan program pembinaan berkelanjutan. 7. Lingkungan yang fleksibel dan nyaman “tidak terpenjara” dengan tetap melakukan pengawasan pembinaan. 8. Suasana kekeluargaan. 9. Selama dalam program pembinaan santri (pasien) dapat melanjutkan pendidikan/bekerja dengan sistem pendampingan.
C. Pengelola Madani
Mental
Health
Care
adalah
sarana
rehabilitasi
korban
penyalahgunaan narkoba dan penderita Skizofrenia, lembaga ini terletak di daerah 5
Profil Madani Mental Health Care, Tahun 2014.
57
Jakarta Timur pada lembaga rehabilitasi di MMHC ini menggunakan pembinaan berbasis masyarakat (community base) dengan pendekatan Bio-Psiko-SosioSpiritual (BPSS).Berikut susunan pengelola Yayasan Madani Mental Health Care, sebagai berikut: Pembina/Penasehat
: Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater Prof. Dr. SuharyadiSumhudi,SE. MA
Ketua Yayasan
: Darmawan, S.Ag
Sekretaris
: Taufik Permadi
Bendahara
: Santi Rachmawati, SPd
Ka. Bidang Dakwah Yayasan Ka. Bidang Ekonomi Yayasan Ka.Bid Litbang Yayasan
: A. Fuad Salim, LC : Ade C. Hidayat, S.Pd.I : Ginanjar Maulana F, S.S.I
Ka. Pusat Rehabilitasi MMHC WaKa. Bidang SDM
: Samsuludin, S. Sos. I : Ahmad Jami Hw, S.Sos.I
Bidang Keperawatan
: Karkim, AMK
Konselor Pendamping
: Ahmad Jami Hw, S.Sos.I Ginanjar Maulana, S.S.I Samsuludin, S.Sos.I Yanto Abdullatif, S.Th.I Ade C. Hidayat, S.Pd.I Mohamad Istihori, S.Sos.I Surinto, S.Psi Heria Widya, S.E Harid Isnaeni, S.Sos.I Dian Putra, S. Kom.i
Instruktur Terapi Lukis Instruktur Terapi Agama Instruktur Olahraga Instruktur Komputer Instruktur Bhs. Inggris
: Faisal, S.Pd : Fuad Salim, LC : Sabam Dindin : Sondi Hs, S.Kom : Hendro, MM& Mr Ado
58
Staff Pemeliharaan BagianDapur
: Casudin : Sarojah Dimroh Damirah Wesiah
D. Sarana dan Prasarana Madani Mental Health Care memiliki sarana dan prasarana yang menunjang program pembinaan santri (pasien). Dengan model pembinaan yang berbasis masyarakat maka sarana di buat sedemikian mungkin seperti rumah tinggal sehari-hari. Adapun sarana prasarana yang terdiri dari 1 ruang kantor, 6 kamar tidur yang terdiri dari 12 kamar tidur untuk rumah kesadaran dan 6 tempat tidur untuk stabilisasi, 1 ruang stabilisasi, tempat kegiatan para pasien yang terdiri dari pendopo dan musholah, ruang santai, dan perpustakaan.6 Tabel 1 Sarana dan Prasarana Madani Mental Health care7
6
No
Fasilitas
Jumlah
Keterangan
1
Kantor
1
Ruang konsultasi
2
Kamar tidur
6
BerAC kapasitas 18 tempat tidur (12 untuk transit dan 6 untuk stabilisasi)
3
Ruang belajar/Lab Skill
1
4 unit komputer, alat service HP, alat2 cetak sablon
Profil Madani Mental Health Care.Tahun 2014. Profil Madani Mental Health Care. Tahun 2014.
7
59
4
Ruang santai
1
TV, DVD, playstation
5
Pendopo
2
Terbuka, tempat olah raga, TPA , taman bacaan masyarakat.
6
Perpustakaan
3
Ruang atas, mushollah, kantor
7
Ruang Stabilisasi
1
Ruang stabilisasi dan detoksifikasi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan temuan yang penulis dapatkan selama penelitian yang berlangsung di Yayasan Madani Mental Health Care, diantranya yaitu deskripsi subjek serta analisis dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba. Sebelumnya penulis telah memaparkan mengenai definisi psikoterapi Islam dalam bab terdahulu yang mana penulis dapat memahami mengenai psikoterapi Islam yaitu proses perawatan dan penyembuhan suatu penyakit kejiwaan dan gangguan jiwa melalui intervensi psikis yang didasarkan melalui bimbingan al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Pada bab ini penulis akan memaparkan dari analisis mengenai dampak psikoterapi Islam dan pelaksanaan dari psikoterapi Islam di Madani Mental Health Care, namun sebelumnya penulis akan mendeskripsikan dari subjek penelitian terlebih dahulu. Berikut deskripsi subjek, pelaksanaan psikoterapi Islam dan temuan analisis dari dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba di Yayasan Madani Mental Health Care. A. Deskripsi Subjek Penelitian Penulis memilih subjek penelitian yang dipilih terdiri dari 5 pasien penyalahgunaan narkoba dalam penelitian skripsi ini, subjek dipilih berdasarkan usia dan masa rehabilitasi, adapun usianya berkisar 19-40 tahun dan pasien yang sedang menjalani masa rehab 1 bulan lebih sampai 3 bulan yang beragama Islam. Berikut gambaran subjek yang terdiri dari 5 pasien dan 3 terapis sebagai cross chek data. 60
61
1. Pasien Penulis memilih pasien penyalahgunaan narkoba yang berusia sekitar 19-40 tahun dan pasien sedang menjalani masa rehab 1 bulan lebih sampai 3 bulan. Berikut gambaran pasien: Gambar 1 Gambaran Pasien No
Nama
Usia
Pekerjaan
1. 2.
FS HK
20 Tahun 27 Tahun
3. 4.
GS SH
25 Tahun 19 Tahun
5.
PU
36 Tahun
Staf PLN Bid. Kesehatan, Klinik Mahasiswa Kariyawan Perusahaan Kantor Notaris
Pendidikan terakhir SMA S1 SMA SMA S1
a. Subjek 1 FS, usia 20 Tahun asal dari Padalarang-Bandung, dia lulusan SMA dan sudah bekerja menjadi staf PLN. FS telah menjalani rehab di Madani sudah 1 bulan setengah, sebelumnya dia pun sudah pernah direhab di daerah Lembang sekitar 6 bulan dan di daerah Tasikmalaya sekitar 6 bulan. “Saya mulai menggunakan narkoba dari semenjak saya kelas dua SMP, saya sudah pernah menjalani rehab tiga kali, pertama saya di rehab di daerah Lembang disana saya cuman 6 bulan kemudian saya keluar dan lama kelamaan saya ketemu sama temen-temen saya terus make lagi tuh narkoba kemudian saya kena kasus lagi tuh ma polisi terus masuk rehab lagi di Tasik dapet 6 bulan kemudian keluar lagi lalu make Narkoba lagi hingga akhirnya saya dibawa oleh kakak saya untuk
62
masuk rehab lagi yaaa..disini terakhir saya di rehab, saya baru 1 bulan setengah menjalani rehab disini.”1 FS telah mengkonsumsi narkoba dari kelas 2 SMP dan jenis narkoba yang pernah dia konsumsi yaitu hampir semua jenis narkoba tetapi yang sering digunakan yaitu miras, shabu, ganja, semuanya dia lakukan untuk menghilangkan rasa stress yang ditimbulkan oleh orangtuanya karena sering dimarahi, disamping itu akibat pergaulan yang salah dan akhirnya FS menyalahgunakan narkoba. b. Subjek 2 HK, berusia 27 Tahun asal dari Bandung, dia lulusan S1 Uinversitas Padjajaran (UNPAD) dan sudah bekerja di sebuah kilinik punya kakaknya di Papua. HK telah menjalani rehab di Madani sudah 3 bulan, sebelumnya HK pun pernah direhab di daerah Bandung tepatnya di Darut Tauhid AA GYM disana dia hanya 6 bulan saja setelah 2 tahun keluar dari rehab HK mengkonsumsi narkoba kembali hingga direhab kembali di Madani. HK mengkonsumsi narkoba dari awal masuk kuliah. “Saya make Narkoba itu semenjak saya masuk kuliah lebih tepatnya semenjak awal kuliah kalau tidak salah dari sekitar tahun 2001/2002. Saya pernah direhab dua kali yang pertama saya direhab di tempatnya AA GYM di Darut Tauhid Bandung, disana cuman 4 bulan doang sekitar 2 tahun keluar dari temaptnya AA GYM saya make lagi hingga kemudian saya masuk rehab lagi yaa..kesini ke Madani. Saya direhab disini udah 3 bulan dan bentar lagi saya mau selesai masa rehab saya, awalnya saya masuk rehab ke madani ini dari kakak diajak kemari yaa..ampe sekarang lah awalnya saya juga ngga betah lah mbak tinggal di sini tapi setelah 1 bulanan saya akhirnya merasa nyaman dan betah juga disini saya mengalami banyak-banyak perubahan lah mbak Alhamdulilahnya.”2
1
Wawancara Pribadi dengan FS (Pasien), Jakarta, 23 Juni 2014. Wawancara Pribadi dengan HK (Pasien), Jakarta 11 Juli 2014.
2
63
Hk telah mengkonsumsi jenis narkoba shabu, inex dan alkohol, semuanya dia lakukan secara coba-coba dan akhirnya ketergantungan dan akibat pergaulan yang menyebabkan HK menyalahgunakan narkoba. c. Subjek 3 GS, berusia 25 Tahun asal dari Bekasi. GS adalah seorang Mahasiswa UHAMKA jurusan FISIP, sebetulnya GS sudah keluar dari masa rehabnya di Madani karena dia memakai narkoba kembali kurang lebih sekitar 3 mingguan setelah dia pulang kerumahnya dan akhirnya GS kembali lagi masuk rehab untuk yang ke dua kalinya. GS mengkonsumsi narkoba sejak dia duduk di kelas 2-3 SMP dan ketika dia duduk di bangku SMA tepatnya dia berusia 18 tahun GS pernah dipenjara selama 8 bulan. “Sejak SMP kelas 2-3, awalnya dulu saya ngerokok sejak saya kelas 5-6 SD kemudian pas saya SMP mulai minum-minuman terus SMA sudah mulai memakai ganja hingga pas saya masuk kuliah saya mulai pindah memakai sabu-sabu sama obat-obatan. Saya dulu pernah dipenjara juga sekitar umur 18 tahun pas saya kelas 3 SMA pas mau kuliah tapi itu cuman 8 bulan doang itupun saya ditebus sama orangtua, dulukan saya pengedar dan pemakai juga makanya saya ditangkap. Sesudah beberapa lama saya dimasukin ke sini buat direhab disini saya udah sebenarnaya udah selesai dan kemaren udah pulang tapi baru keluar dari sini sekitar 3 mingguan saya make lagi terus saya masuk sini lagi dah. Tapi ini yang terakhir saya masuk rehab yang kemaren saya khilaf saya beneran taubat udah ngga mau make lagi kasian sama orangtua udah bikin kecewa lagi dan ngeluarin biaya yang cukup gede buat saya, kali ini saya bener-bener nyesel banget mbak saya juga ngga mau mengulanginya lagi saya pengen jadi orang yang lebih baik lagi.”3 Jenis narkoba yang pernah GS konsumsi ganja, sabu-sabu dan obat-obatan seperti pil Nexsotan, pil BK dan obat Depresan. GS mengkonsumsi narkoba berawal dari tawaran teman dan pergaulan serta kurangnya perhatian dan
3
Wawancara Pribadi dengan GS (Pasien), Jakarta 12 Juli 2014.
64
pengawasan dari kedua orangtuanya yang akhirnya GS menyalahgunakan narkoba. d. Subjek 4 SH, berusia 19 Tahun asal dari Medan, dia lulusan SMA dan sudah bekerja di sebuah perusahan milik ayahnya di Medan. SH menjalai rehab di Madani sudah 2 bualan 5 minggu, selain pemakai SH juga seoarang pengedar dan sampai saat ini SH menajadi incaran pihak polisi. SH masuk ke Madani dengan diantarkan oleh orangtuanya yang awalnya dia dijanjikan untuk kuliah di Thailan, selain itu SH juga sudah pernah dipenjara selama 3 minggu kemudian dia keluar. SH mengkonsumsi narkoba dari dia duduk dibangku SMA akhir kurang lebih 1 tahunan, selain pengedar dan mengkonsusmsi SH juga peracik narkoba semuanya dia dapatkan dari pengalamannya dipenjara. “Saya make narkoba udah 1 tahun lebih dari SMA pas mau lulus dan saya disini juga udah hampir 2 bulan 5 minggu, selain pemakai saya juga Bandar. Sekarang saya lagi dicari ama polisi gara-gara cewek saya ngelaporin saya ke polisi, mangkannya saya dibawa ke sini juga yaa sekalin buat direhab juga. Saya juga kalo udah keluar dari sini saya ngga boleh ke Medan lagi ama bokap suruh tinggal di rumah pakde saya yang di Ciledug, sekalian nerusin kuliah saya yang tertinggal. Awalnya saya dibohongin ama bokap katanya saya mau kuliah di Thailan eehhh..malah diajak ke Jakarta ke Madani ini, awalnya nyesel lah ngga mau disini pengen pulang marah-marah lah ama bokap uring-uringan terus minta pulang tapi setelah saya udah 1 bulanan disini akhirnya saya betah juga. Saya dulu pernah dipenjara juaga gara-gara cewek saya juga tuh ngelapor, saya dipenjara cuman 3 minggu ditebus ama bokap, saya juga selain Bandar peracik juga saya bisa ngeracik narkoba waktu dulu saya dipenjara itu belajar dari teman.”4 Jenis narkoba yang pernah SH konsumsi yaitu sabu-sabu, putaw dan ganja. Semuanya dia lakukan karena coba-coba dan ditawarkan oleh temanya serta 4
Wawancara Pribadi dengan SH (Pasien), 12 Juli 2014.
65
pergaulan yang salah hingga akhirnya SH ketergantungan dan menyalahgunakan narkoba. e. Subjek 5 PU, berusia 36 Tahun asal dari Kalimalang-Bekasi. PU adalah salah seoarang pasien Madani yang telah mmenjalani masa rehabnya dan telah selesai kurang lebih 6 bulanan, sekarang PU menjadi asisten di Madani membantu para terapis. PU mengkonsumsi narkoba dari tahun 1993 sampai 2013 tepatnya 10 Tahun dia mengkonsumsi narkoba hingga dia sadar dan menemukan kebosanan pada dirinya dan akhirnya dia berkeinginan untuk pulih dan sembuh dari narkoba. “Dari tahun 1993 sampai 2013 kemerin lebih tepatnya 10 tahun (sambil menjawab dengan tegas), awalnya si saya coba-coba dan pergaulan juga. Lama kelaman saya bosen juga ko idup saya kaya gini terus dan akhirnya saya punya niat untuk berhenti make dan saya nyari-nyari di internet tempat-tempat rehabilitasi sebelumnya si saya berobat ke tempat Prof. Dadang dan akhirnya setelah saya sercing-sercing di internet saya menemukan Madani dan saya masuk kesini.”5 PU masuk rehab di Madani berawal dari dia sercing-sercing di Internet dan anjuran dari Prof. Dadang Hawari setelah dia berobat, dulunya PU bekerja disebuah kantor Notaris. PU mengkonsumsi narkoba berawal dari coba-coba dan pergaulan juga yang akhirnya PU menyalahgunakan narkoba. 1. Terapis (Pembimbing) Agama Penulis memilih 3 orang terapis sebagai cross chek data yang ahli dibidang agama dan memiliki pengetahuan yang luas khusunya pengetahuan agama Islam serta latar belakang pendidikan terapis. Adapun terapis yang penulis pilih yaitu 3 terapis
5
Wawancara Pribadi dengan PU, Jakarta 22 Juli 2014.
66
yang ahli dibidang agama Islam dan menguasai materi keagamaanya. Berikut deskripsi terapis: a. Ustadz Dian Putra, S. Sos. I Ustadz Dian atau Ajoe nama yang sering di sapa oleh para pasien, beliau adalah seorang terapis atau pembimbing agama bagian BTQ, beliau tinggal di daerah Keranggan Gn. Putri, Bogor. Beliau merupakan lulusan Universitas Islam Jakarta (UIN) dengan mengambil program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ustadz Dian menjadi terapis di Madani Mental Health Care sudah hampir 7 bulan dari November 2013. “Saya menjadi terapis itu dari bulan November 2013 yaa..udah jalan 7 bulan lah kesini. Awalnya saya mendapat info dari mading kajur BPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, disitu bahwa ada lowongan di Madani Mental Health Care ini menjadi terapis yaa..udah tuh saya melamar dan saya di tes ama ustdz. Jami selaku SDM di madani dan akhirnya saya masuk hingga sekarang ini, kebetulan saya disini memegang bagian BTQ.”6 Beliau sehari-hari memberi kegiatan bimbingan agama dibagian BTQ, setiap hari selasa ba’da Maghrib sampai Isya. Beliau mengajarkan membaca al-Qur’an kepada para pasein selain itu juga ustadz Dian sering memberikan nasehat-nasehat kepada para pasien tentang ajaran agama Islam seperti tentang hukum narkoba dan perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. b. Harid Isnaeni, S.Sos,I Ustadz Harid adalah seorang terapis (pembimbing) agama, kebetulan beliau memegang bagian TPI (pendidikan ibadah yang meliputi: tatacara Shalat wudhu dan sebagainya) dan hafalan Asmaul Husna, beliau tinggal di daerah Bogor. Beliau adalah 6
Wawancara Pribadi dengan Dian Putra (Terapis Agama), Jakarta, 23 Juni 2014.
67
lulusan Universitas Islam Jakarta (UIN) dengan mengambil program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Beliau menjadi terapis di Madani mental Health Care dari tahun 2011 sampai sekarang kurang lebih sudah hampir 3 tahun. Beliau di sini sebagai pembimbing agama memegang bagian TPI dan hafalan seperti hafalan Asmaul Husna yang dilaksanakan setiap 1 minggu sekali yaitu pada hari rabu setelah shalat Subuh. Selain itu ustadz Harid pun sering memberikan konseling kepada setiap pasien yang beliau tangani seperti konsultasi.7 c. Samsulludin, M. Si Ustadz Samsul adalah seorang terapis (pembimbing) agama di bagian Psikoterapi dan sekaligus sebagai ketua rumah kesadaran di Madani Mental Health Care. Ustadz Samsul tinggal di daerah Gg. Kemang-Ciputat, beliau adalah lulusan Universitas Islam Jakarta (UIN) dengan mengambil program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.Beliau menjadi terapis sejak tahun 2009 sampi sekarang sudah 5 tahun. “Dari tahun 2009 sampai sekarang. Motivasi saya menjadi terapis itu Pertama dari sisi keilmuan saya kebetulan saya bagian konseling dan saya juga sudah mendapatkan meteri-materi tentang konseling, psikologi dan sebagainya sewaktu kuliah dulu.”8 Ustadz Samsul merupakan terapis agama di bagian psikoterapi dan menjabat sebagai ketua di rumah kesadaran, adapun kegiatan psikoterapi seperti muhasabah yang dilaksanakan pada senin malam selasa selesai shalat magrib.
7
Wawancara Pribadi dengan Harid Isnaeni (Terapis Agama), Jakarta, 12 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Samsulludin (Terapis Agama & Ketua Rumah Kesadaran), Jakarta, 18 Juli
8
2014.
68
2. Pelaksanaan Psikoterapi Islam di Madani Dalam proses pemulihan pada pasien penyalahgunaan narkoba (NAPZA) di Madani Mental Health Care, dengan pendekatan holistiknya atau dengan metode Prof. Dadang Hawari yaitu BPSS, yang menekankan aspek keagamaan (psikoterapi religi). pelaksanaan psikoterapi Islam yang diberikan kepada pasien setelah pasien selesai menjalani masa detoksifikasi selama 1 minggu, kemudian pasien melanjutkan tahap rehab di rumah kesadaran selama 3 bulan disinilah pasien mulai mendapatkan berbagai terapi-terapi khususnya terapi
ke agamaan yang berbasis spiritual. Para terapis
memberikan materi tentang pengetahuan agama mulai dari yang paling dasar agar para pasien mengerti dan memahaminya, hal tersebut terlihat dari fisik dan jiwa pasien penyalahgunaan narkoba yang kurang stabil. Sebagaiman yang diungkapkan oleh ustadz Dian dan ustad Harid, sebagai berikut : “Ketika mereka sudah menjalani masa Detok selama 1 minggu kemudian mereka masuk kerehab atau yang sering disebut dengan rumah kesadaran atau transit house. Disini lah awalnya mereka mendapatkan berbagai terapi salah satunya yaa itu psikoterapi Islam ini, setiap pasien berbeda-beda yaa..kemudian mereka juga diajarkan bagaiman tatacara shalat yang benar mengaji, dzikir dan sebagainya, saya (para terapis) memberikan materi dan mengajarkan pasien mulai dari yang dasar dahulu, karena pasien penyalaggunaan narkoba ini pikirannya dan jiwanya kurang stabil jadi kita ajarkan dari yang terdasar dulu agar mereka mudah untuk dipahami dan dimengerti.”9 Setelah pasien menjalani masa rehab di rumah kesadaran selama 3 bulan, dilanjutkan lagi dengan program day care atau rumah kemandirian pada program day care pasien tidak harus menetap di Madani melainkan dirumah, pasien hanya datang ke Madani 2 kali dalam 1 minggu untuk konsultasi.
9
Wawancara Pribadi dengan Dian dan Harid, Jakarta: 23 Juni dan 12 Juli 2014.
69
Pada masa rehab pasien diberikan berbagai terapi khususnya terapi agama (Islam), yang mana pada tahap ini pasien diberiakn program Psikoterai Islam. Hal ini dapat dilihat dari program yang dijalankan oleh para pasien mulai dari shalat wajib berjamaah, tadarus, kajian agama, sirah nabawiyah, muhasabah, hafalan asmaul husna, praktik ibadah dan BTQ, dilihat dari sudut pandang psikoterapi Islami ini berbagai macam terapi keislaman yang diberikan kepada para pasien NAPZA maka dalam program psikoterapi Islam ini dikelompokan ke dalam 3 aspek yaitu aspek keimanan, ibadah dan akhlak. 1. Aspek Keimanan Dalam aspek keimanan ini dikaji dalam beberapa program, yaitu kajian tuhid, hafalan asmaul husna, dan muhasabah. Dalam kajian tauhid mengkaji tentang keimanan ke pada Tuhan dan menjelaskan makna dan hubungan antara keyakinan dengan kesehatan jiwa dengan didukung oleh buku-buku karya Prof. Dadang Hawari tujuannya untuk menemukan kehidupan yang utama yaitu Allah SWT dengan harapan pasien dapat mengenal Tuhannya, mengenal tujuan dan tugas kehidupannya, sehingga menjadi dasar untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap fungsinya.10 Selain kajian tauhid adapun hafalan asmaul husna yang dilaksanakan setiap 1 minggu sekalai pada hari rabu setelah shalat subuh yaitu pukul 04.30- 06.00 WIB yang dipandu oleh ustadz haridtujuannya agar pasien mengenal nama-nama Allah SWT dan lebih memahami makna-maknanya.11 Terakhir yaitu Muhasabah yang dilaksanakan pada hari senin malam selasa pukul 18.00-19.30 WIB yang 10
Wawancara Pribadi dengan Samsulludin, tanggal 18 Juli 2014. Jadwal Kegiatan santri (pasien) Madani Mental Health Care. Tahun 2014.
11
70
dipandu oleh ustadz Samsul. Tujunnya yaitu supaya pasien merasa diterima secara spiritual dan diampunkannya segala kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya. Muhasabah ini merupakan perenungan kehidupan dan pertubataan, biasanya dilaksanakan setelah selesai shalat magrib dan bertempat di Mushallah.12 2. Aspek Ibadah Dalam aspek ibadah ini dikaji kedalam beberapa program yaitu program kajian teori dan praktik ibadah meliputi: shalat, taharah, do’a dan dzikir, kajian membaca al-Qur’an dan hafalan surat-surat pendek, yang dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis setelah shalat subuh, yang mana dalam praktek ibadah ini dipandu oleh ustadz Jami.13 Tujan program ibadah ini adalah untuk memahami fungsi-fungsi ibadah dalam kehidupan. Dengan demikian pasien menjadikan ibadah sebagai pedoman dan kontrol dalam kehidupannya agar tidak melakukan perbuatan dosa seperti tidak lagi untuk menggunakan narkoba (NAPZA), selain itu juga dengan menjalankan ibadah pasien dapat membangun dan menanamkan nilainilai spiritual dalam kehidupannya.14 Biasanya kajian membaca al-Qur’an dilaksanakn secara kelompok maupun individu yang dilaksanakan setiap hari selasa ba’da Maghrib samapi Isya dipandu oleh ustadz Dian yang meliputi baca-tulis al-Qur’an (BTQ),
12
Wawancara Pribadi dengan Samsulludin. Jakarta, 18 juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Samsuludin. Jakarta, 18 Juli 2014. 14 Wawancara Pribadi dengan Jami (SDM), Jakarta, 11 Juli 2014. 13
71
mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta menjelaskan makna-makna dan nilai-nilai kandunagn al-Qur’an.15 3. Aspek Akhlak Dalam aspek akhlak ini para terapis mengajarkan langsung atau memberi contoh langsung kepada pasien dengan perilaku-perilaku yang baik dan sopan atau memberikan contoh teladan yang dipraktikan langsung oleh para terapis kepada pasien seperti berbicara yang sopan dan santun agar pasien menirunya dan memperaktikannya dalam keseharian. Seperti yang dikatakan oleh ustadz Samsul dalam aspek akhlak ini: “kalau aspek akhlak itu dilaksanakan dari diri kita ini sebagai terapis atau pembimbing mereka (pasien) memberikan contoh yang baik yang bisa diterapkan dalam kesehariannya misalnya dari segi tingkahlaku saja. Jadi keseharian kita ini menjadi contoh dan teladan buat mereka seperti cara berbica yang sopan dan sebagainya.”16 Dengan demikian pada aspek akhlak ini lebih menekankan kepada contohyang nyata yang diberikan terapis kepada pasien baik itu dari pola tingkah laku, tutur kata dan sebagainya yang mampu ditiru dengan baik oleh pasien. Melihat dari pelaksanaan psikoterapi Islam di Madani Mental Health Care ini menurut penulis sesuai dengan pengertian dari psikoterapi Islam itu sendiri yang mana psikoterapi Islam menurut Dzakiah Darajat yaitu pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, maupun fisik melalui bimbingan al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.17 Dalam programnya psikoterapi Islam mnegajarkan nilai-nilai keagamaan yang diberikan oleh para terapis kepada
15
Wawancara Pribadi dengan Dian Putra, tanggal 24 juni 2014. Wawancara Pribadi dengan Syamsulludin.Jakarta, 18 Juli 2014. 17 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. V. 16
72
pasien untuk membantu proses pemulihan dan menjadikan jiwa pasien lebih tenang dan kebutuhan akan jiwa yang spiritualnya terpenuhi. 3. Analisis Data: Dampak Psiokoterapi Islam Pada Pasien Penyalahgunaan Narkoba Dari uraian di atas tentang pelaksanaan psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba di Madani Mental Health Care, mempunyai dampak pada proses pemulihan khususnya pada kondisi psikis atau jiwa pasien, baik dari kognitif, afektif, emosi dan psikomotorik. Pada tahap rehab pasien diberikan berbagai terapi khususnya psikoterapi Islam dalam bidang agama. Pasien mulai menjalani berbagai terapi setelah menjalankan tahap detok selama 1 minggu, setelah itu baru lah menjalani masa rehab di rumah kesadaran selama 3 bulan disinilah pasien diarahkan dan dibimbing untuk belajar dalam merubah dan memperbaiaki pola tingkahlakunya yang berhubungan dengan kemampuan psikis atau jiwanya baik dari aspek kognitif, afektif, emosi dan psikomotorik. Pada kemampuan atau fungsi psikis manusia yang di jelaskan oleh Neong Muhajir yang dikutip oleh Baharuddin dalam buku “Paradigma Psikologi Islam” kemampuan atau fungsi psikis manusia terbagi kepada tiga kelompok yaitu kognitif, afektif dan emosi serta psikomotoriknya. Kognitif adalah fungsi psikis manusia dibidang kesadaran, pikiran, pengetahuan, interprestasi, pemahaman, idea, kecerdasan dan lain sebagainya. Sedangkan afektif adalah fungsi psikis untuk menemukan sikap atau dasar pertimbangan yang bersifat penilaian terhadap sesuatu dan yang terakhir yaitu emosi yang mana pada konsep emosi ini Neong
73
Muhajir menyebutkan bahwa emosi merupakan implisit dalam konasi yang akhirnya kosep emosi dan konasi masuk kedalam aspek afek yang mana menurutnya kemampuan jiwa yang disebut afek secara implisit mencangkup emosi dan konasi.18 Sedangkan emosi menurut Marawis (1999) yang dikutip Sunaryo M, dalam buku “Psikologi untuk keperawatan” menjelaskan emosi adalah “menifestasi perasaan”. Prilaku individu dapat dipengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani.19 Kemudian yang terakhir dari aspek psikomotorik yaitu psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).20 Pada proses psikoterapi Islam di Madani Mental Health Care dalam pelaksanaannya terdapat beberapa program keIslaman yang diberikan terapis kepada pasien seperti muahasabah, hafalan asmaul husna, BTQ, TPI serta kajian tematik atau bedah buku dan lain-lainnya. Di lihat dari sudut pandang psikoterapi Islami ini berbagai macam terapi keislaman yang diberikan kepada para pasien NAPZA maka dalam pelaksanaan
18
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, h. 253-266. Sunaryo M. Psikologi Untuk Keperawatan, h. 10-11. 20 http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html, pada tanggal 2011-2014, jam 15.30 WIB. 19
74
psikoterapi Islam ini dikelompokan ke dalam 3 aspek yaitu aspek keimanan, ibadah dan akhlak. Pelaksanaan psikoterapi Islam ini sangat bagus diberikan kepada pasien NAZA karena dalam prosesnya pasien diberikan materi keislaman yang membantu pasien untuk lebih mengenal dirinya dengan Tuhan (Allah), seperti menjalankan shalat 5 waktu, mengaji, dzikir, memberiakan nasehatnasehat serta menjadikan jiwa pasien menjadi lebih tenang dan lebih religius serta mendekatkan dirinya dengan Allah, seperti yang diungkapkan FS: “Saya merasa lebih tenang, saya juga banyak mendapatkan pengetahuan banyak tentang agama kaya sholat, ngaji, dzikir nasehatnasehat dari ustadz tentang pengetahuan agama. Pokonya saya merasa tenang. Yang dulu saya jarang sholat sekarang lebih rajin sama kaya dulu saya ga bias ngaji jadi bisa.”21 Dalam kegitannya psikoterapi Islam membantu pasien dalam proses pemulihan sekaligus mengajarkan pasien tentang nilai-nilai serta ajaran agama (Islam), yang awalnya mereka jauh dari pengetahuan agamanya setelah mengikuti program psikoterapi Islam pasien menjadi lebih tahu dan mengerti seperti FS. Perubahan yang dirasakan sangat baik oleh FS dirasakan juga olehHK yang awalnya dia tidak pernah menjalankan ibadah shalat sekarang lebih rajin dan yang awalnya dia tidak bisa mengaji sekarang dia sudah mulai lancar bahkan dia juga sering mengajarkan teman-temnanya yang kurang lancar atau belum bisa mengaji dia ajarkan dengan senang hati berikut ungkapanya: “Saya merasa lebih tenang terus saya disini banyak banget perubahanya lah kaya saya sekarang rajin melaksanakan shalat, ngaji dan banyak lagi lah. Setelah saya mengikuti terapi Islam saya merasa banyak ilmu pengetahun baru tentang agama, saya merrasa lebih tenanga hingga sampai sekarang ya mbak, efeknya alhamdulilah sekarang saya juga suka 21
Wawancara Pribadi dengan FS (pasien), Jakarta 23 Juni 2014.
75
ngajarin ngaji ama anak-anak yang lainnya yang pada belum lancar ngajinya.”22 Dalam masa rehab pasien harus mengikuti setiap kegiatan yang ada baik individu maupun yang kelompok secara rutin (setiap hari). Disini pasien diwajibkan mengikuti dan menjalankan semua kegiatan yang telah dijadwalkan, masing-masing pasien mempunyai jadwal dan ditempel disetiap kamar. Pasien juga diwajibkan untuk mengikuti shalat berjamaah di sini pasien diberikan kesempatan atau dalam bentuk penghargaan diri bahwa mereka juga bisa menjalankan tugasnya dengan baik untuk sekali-kali memimpin shalat jamaah, adzan dan doa. Psikoterapi Islam sangat berperan dalam membantu pasien untuk memperbaiki tingkah laku yang rusak dan menjadikan pasien lebih religius serta untuk mendekankan diri dengan Allah dan membantu dalam pemulihan kondisi psikis pasien. Pada awalnya kondisi pasien sangat kosong dengan nilai-nilai agama yang menjadikan batin pasien lebih terguncang yang menyebabkan stres, dengan persoalan hidup yang tidak bisa mereka selesaikan serta kurangnya pengawasan dari orangtua. Akhirnya mereka lari pada narkoba untuk mendapatkan ketenangan, setelah mereka diberikan pemahaman dan belajar tentang pengetahuan agama mereka sekarang lebih baik dari segi tingkah laku dan pola pikir. Pasien saat ini lebih sabar dalam memahami masalah yang dihadapi, seperti ungkapan GS pasien asal Bekasi ini yang sudah 2 kali menjalani rehab, dia
22
Wawancara Pribadi dengan HK (pasien), Jakarta 11 Juli 2014.
76
menyadari bahwa tindakanya sangat merugikan dirinya dan keluarga dia mempunyai niat yang kuat untuk pulih dan tidak untuk menggunakan narkoba kembali, berikut ungkapanya: “sebenarnaya saya udah selesai dan kemaren udah pulang tapi baru keluar dari sini sekitar 3 mingguan saya make lagi terus saya masuk sini lagi dah. Tapi ini yang terakhir saya masuk rehab yang kemaren saya khilaf saya beneran taubat udah ngga mau make lagi kasian sama orangtua udah bikin kecewa lagi dan ngeluarin biaya yang cukup gede buat saya, kali ini saya bener-bener nyesel banget mbak saya juga ngga mau mengulanginya lagi saya pengen jadi orang yang lebih baik lagi dan saya mempunyai niat yang insya Allah Istiqomah untuk pulih dan ngga mau make lagi.”23 Selain GS, PU pun merasakan perubahan yang dialami oleh dirinya berikut ungkapannya: “Ya gimana ya (sambil memberikan jawaban yang pasti dan meyakinkan) banyak sekali perubahan yang saya rasakan, dari awalnya saya tidak tahu tentang pengetahuan agama dan ibadah sekarang saya tahu dan alhamdulilahnya sampai sekarang saya suka menjalankan shalat malam. Dulu kan saya dari keluarga non Islam yaa ibu saya non Islam dan ayah saya pun, nah setelah ayah saya menjadi mualaf saya ikut dengan ayah saya menjadi mualaf juga, kalau yang namanya pengetahuan dan pendidikan ajaran agama Islam pun jauh setelah saya masuk Madani dan diberikan terapi-terapi khususnya terapi Islam ini atau lebih tepatnya psikoterapi Islam saya menjadi lebih tahu tentang ibadah dan jiwa pun menjadi tenang setelah diberikan meteri-materi dari ustadz. Dulu saya sempat ditanya oleh salah satu ustadz menanyakan tentang ibadahnya dan bacaannya apakah sudah benar atau belum dengan PDnya yaa..saya jawab belum (sambil tersenyum) dan akhirnya saya diajarkan dari bacaan cara berwudhu dan bacaan-bacan shalatnya serta mengaji juga dan materimateri lainnya yang berkaitan dengan pengetahuan Islam. Seperti muhasabah dan sebagainya, semuanya membuat saya berubah dan menjadikan diri saya lebih spiritual lagi.”24 Dengan menjalani kegiatan psikoterapi Islam ini PU merasakan pengetahuan agama yang bisa dia terapkan dalam kesehariannya seperti sekarang
23
Wawancara Pribadi dengan GS (pasien), Jakarta 12 Juli 2014. Wawncara Pribadi dengan PU (pasien), Jakarta 22 Juli 2014.
24
77
ini yang dulu dia jauh dari agama sekarang dia lebih rajin dalam melaksanakan ibadah lima waktu tak ketinggalan pula shalat tengah malamnya tak pernah ia tinggalkan, PU merasa jiwanya kini lebih tenang. Dari pengamatan penulis perubahan prilaku pasien mengalami kemajuan setelah mereka ada di tempat rehab ini. Jika sebelumnya mereka kurang pengetahuannya tentang agama atau jauh dari nilai-nilai serta ajaran agama kini mereka sangat taat dalam melaksanakan perintah yang diajarkan menurut agama (Islam) seperti mengikuti shalat berjamaah, tadarusan, dzikir dan mengikuti program keislaman lainnya seperti dalam kegiatan bedah buku prof. Dadang Hawari. Pada saat penulis melakukan observasi bedah bukunya Prof. dadang Hawari dalam pembahasan tentang “Tipologi Manusia Menurut Al-Ghazali” yang dipandu oleh ustadz Jami dalam materinya dijelaskan bahwa manusia ada 4 tingkatan yaitu : 1. Orang yang tahu dan kalau dirinya tahu (orang yang pandai), 2. Orang yang tidak tahu dan dia tahu kalau dirinya tidak tahu (orang yang arif atau baik), 3. Orang yang tahu dan dia tidak tahu kalau dirinya tahu (orang yang perlu diingatkan), 4. Orang yang tidak tahu dan dia tidak tahu kalu dirinya tidak tahu (orang bodoh), mereka (pasien) sangat aktif untuk bertanya seperti: “Ustadz apakah saya bisa naik kepada tingkatan no 1 yang awalnya kita semua ni temen-temen yang ada di sini berada pada tingkatan no 3 naik kepada no 2 sampai 1”25 Dari hasil pengamatan penulis pasien begitu antusias mendengarkan materi serta penjelasan ustadz Jami dan mereka mempunyai keinginan agar cepat 25
Hasil pengamatan penulis, Jakarta 11 Juli 2014.
78
pulih dan berubah untuk menjadi lebih baik. Dari berbagai program dan kegitan psikoterapi Islam bertujuan untuk mengembalikan pasien ke fitrahnya serta menjadikan mereka sadar dan mandiri secara mental. Hal ini diungkapkna oleh ustadz Samsul: “Jadi kan kita itu punya konsep setiap manusia itu mempunyai fitrah, jadi tujuannya itu adalah untuk mengembalikan mereka ke fitrahnya, menjadikan mereka sadar dan mereka bisa mandiri secara mental.”26 Dari hasil pengamatan dan analisis penulis mengenai dampak psikoterapi Islam,
dalam
proses
pemulihan
pada
pasien
penyalahgunaan
narkoba
menimbulkan dampak dari berbagai aspek psikis pada diri pasien yaitu: 1. Kognitif. kognitif merupakan kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek intelektual atau berpikir/nalar. Di dalamnya mencakup pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analyze), pemaduan (synthesis), dan penilaian (evaluation).27 Pada aspek kognitif pasien dapat berpikir dengan jernih kedepanya, serta resiko yang ditimbulkan apabila ia bertindak tidak baik. Berikut kutipan waancara dengan salah satu pasien: “Perubahannya yang saya rasakan si dari pikiran saya lebih mikirmikir lagi lah kalau mau bertindaak dan lebih berpikir secara positif. “28
26
Wawancara Pribadi dengan Syamsulludin. Jakarta 18 Juli 2014. Mohammad Muchlis Solichin. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 86-87. 28 Wawancara Pribadi dengan FS (pasien), Jakarta 23 Juni 2014. 27
79
Sebelumnya pasien tidak pernah memikirkan hal dan resiko yang ditimbulkannya apabila mereka bertindak tidak baik, kini mereka lebih memandang dan mempertimbangkan perbuatan dan resiko yang di timbulkannya apabila ia bertindak tidak baik. 2. Afektif. Afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Di dalammnya mencakup penerimaan dan tata penilaian.29 Dalam aspek ini pasien dinilai sejauh mana ia mampu menginternalisasikan nilai-nilai pembelajaran dan pengetahuannya tentang agama Islam ke dalam dirinya. Seperti pasien kini lebih rajin mengerjakan shalat lima waktu, tadarusan dan menunjukan sikap yang baik apabila ia sedang bergaul dengan sesama pasien yang lainnya. 3. Emosi, merupakan implisit dalam konasi yang akhirnya kosep emosi dan konasi masuk kedalam aspek afek yang mana menurutnya kemampuan jiwa yang disebut afek secara implisit mencangkup emosi dan konasi.30 Di lihat dari emosinya, pasien kini lebih tenang dan lebih bisa memahami dirinya dan dapat mengontrol emosinya dengan baik atau mengendalikan emosinya tidak mudah terpancing dan bisa lebih tenang untuk mengendalikanya dengan baik. Beriikut kutipan wawancara dengan salah satu pasien: 29
Mohammad Muchlis Solichin. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, h. 87. 30 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, h. 253-266.
80
“Sedikit demi sedikit udah bisa muali terkendali yaaa ngga kaya dulu lagi yang suka marah-marah sekarang mah lebih banyak sabarnya lah jadi pendiem.31 Emosi pasien kini mulai bisa tenang, tidak seperti dulu sebelumnya mereka sering marah-marah yang tidak jelas bahkan sampai menimbulkan keributan dan berkelahi sesama pasien lainnya. Namun kini mereka bisa lebih mengintrol emosinya di arahkan ke dalam hal yang lebih positif agar tidak terpancing lagi amarahnya. 4. Terakhir dari aspek psikomotorik. Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan berfungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation), dan menciptakan (origination).32 Ketika pasien telah memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam dirinya, maka tahap selanjutnya ialah bagaimana pasien mampu mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau tindakan. Dalam hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang pasien jalankan apakah mereka rajin atau tidak mengikuti kegiatan yang telah ada serta perubahan prilaku yang ditunjukannya mulai dari menjalankan ibadahnya seperti shalat 5 waktu dan berjamaah, bertuturkata yang 31
Wawancara Pribadi dengan GS (pasien), Jakarta 12 Juli 2014. Mohammad Muchlis Solichin. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, h. 87. 32
81
sopan dan berprilaku yang baik. Hal ini dikutip dari hasil wawancara penulis dengan pasien yaitu SH, HK, PU, GS dan FS : “Ooh banyak yaa..dari pikiran tentunya sekarang lebih berpikir yang positif-positifnya aja dan bisa berpikir jernih juga dan mikir resiko kedepannya kalo mau bertindak, dari emosi ini si alhamdulilah saya bisa lebih nahan yaa mbak kaya lebih sabar lah dan udah ngga gampanga terpaancing ama amarah lagi sekarang mah saya lebih bisa nahannya dan udah ngga marah-marah lagi kaya dulu. Dan sekarang saya sudah rajin menjalankan shalat lima waktunya dan tadarus juga saya ingin berubah dan saya ingin bertobat. Alhamdulilahnya sekarang saya menjadi pribadi yang baik dan Allah memberikan saya hidayah dan kesemapatan untuk bertobat dan memperbaikai diri saya.”33 Selain ungkapan atau hasil dari pemaparan pasien yang penulis wawancarai hasil prubahan yang ditunjukan pasien diungkapkan juga oleh para ustadz (pembimbing agama) yang penulis wawancarai serta data perubahan yang masing-masing terapis catat atau sesuai dengan laporan perkembangan pasien, berikut kesimpulan dari
kutipan wawancara dengan ustadz yang penulis
wawancarai yaitu ustadz Dian, Harid dan Samsul: “Pertama dari aspek kognitif mereka bisa lebih terbuka, yang tadinya mereka memblok dalam segala hal, mereka sekarang lebih terbuaka dan apa lagi dengan kata “ustadz” kata itu lumayan berat dengan kita menyampaikan cara atau nasiehat kepada mereka jadi dalam artian mereka akan berfikir bahwa mereka tidak di nomer duakan dan mereka juga bisa berpikir lebih tenang, lebih jernih lagi, kemudian kalo afektifnya bisa dilihat dari kesungguhanya mereka dalam mengikuti program, psikomotornya mereka sudah bisa menerapkan nilai-nilai ibadah seperti sudah muali rajin shalat lima waktu, mengikuti shalat berjamah, tadarusan, eeeee..kalo emosinya dilihat dari sebelum mereka berobat yaa nah kalo sekarang mereka lebih sabar dan lebih bisa mengontrol emosinya.”34 33
Wawancara pribadi dengan FS, HK, SH, GS dan PU (pasien). Jakarta, 23 Juni, 11, 12 dan 22 Juli 2014. Wawancara Pribadi dengan Dian, Harid dan Samsulludin (terapis agama). Jakarta, 23 Juni, 12 dan 18 Juli
34
2014.
82
Dampak yang ditimbulkan dalam proses psikoterapi Islam ini sesuai dengan
pendapat dari Isep Zainal Aripin dalam bukunya “Bimbingan
Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam”, beliau mengemukakan bahwa psikoterapi ialah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis, untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi prilaku, pikiran, dan emosinya.35 Sedangkan tujuan dari psikoterapi yang dijelaskan oleh Lewis R. Wolberg. Mo (1997), yaitu menghilangkan, mengubah dan menemukan gejala-gejal yang ada, memperantarai (perbaikan) pola
tingkah
laku
yang
rusak
dan
meningkatkan
pertumbuhan
serta
pengembangan kepribadian yang positif.36 Dari urain di atas hasil pengamatan yang penulis lakukan di Madani Mental Health Care, penulis dapat menyimpulkan bahwa dampak psikoterapi Islam pada pasien penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak positif bagi pasien baik dari aspek kognitif, afektif, emosi dan psikomotorik. Dari setiap kegiatan keagamaan khususnya psikoterapi Islam, terdapat nilai-nilai psikoterapi Islam yang merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, di berikan kepada para pasien yang menimbulkan dampak yang positif, menjadikan pasien lebih religius dan mengajarkan mereka untuk mengenal siapa dirinya dan Tuhanya. Serta dapat membantu menguatkan mental pasien. Dalam
35
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, h. 117. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 228.
36
83
hal ini psikoterapi Islam dapat membantu proses pemulihan dari penyalahgunaan narkoba dan menjadikan jiwa mereka yang lebih spiritual.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menganalisis tentang “Dampak Psikoterapi Islam Pada Pasien Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Health Care”, dalam proses pemulihan pada korban penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan pendekatan “Bio-Psiko-Sosial-Spritual”, yang lebih menekankan aspek keagamaan (psikoterapireligius) dimana peran agama serta nilai-nilai keIslaman dalam hal ini sangatlah penting terutama pada proses penyembuhan dan pemulihan pada pasien penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini peran agama dalam terapi terhadap penyalahgunaan narkoba seperti yang dikemukakan Clinebell dan Hawari bahwa bagi pasien penyalahgunaan narkoba perlu diperhatikan pentingnya komitmen agama bagi pasien; pengaruh pendidikan agama dalam membentuk kepribadiannya dan memahami pengaruh dari terapi psikoreligius dalam menekankan angka kekambuhan. Akhirnya penulis sampai pada tahap kesimpulan yaitu: 1. Pelaksanaan psikoterapi Islam diberikan kepada pasien setelah pasien selesai menjalani masa detoksifikasi selama 1 minggu, kemudian pasien melanjutkan tahap rehab di rumah kesadaran selama 3 bulan disinilah pasien mulai mendapatkan berbagai terapi keagamaan yang berbasis spiritual (Islam). Hal
84
85
ini dapat dilihat dari program yang dijalankan oleh para pasien mulai dari shalat wajib berjamaah, tadarus, kajian agama, sirah nabawiyah, muhasabah, hafalan asmaul husna, praktik ibadah dan BTQ, dilihat dari sudut pandang psikoterapi Islami ini berbagai macam terapi keIslaman yang diberikan kepada para pasien NAPZA maka dalam program psikoterapi Islam ini di kelompokan ke dalam 3 aspek yaitu: aspek keimanan, ibadah dan akhlak, tujuannya yaitu untuk mengembaliakn pasien kepada fitrahnya serta menjadikan mereka sadar dan mandiri secara mental. 2. Dalam proses psikoterapi Islam, penulis menyimpulkan bahwa psikoterapi Islam berdampak positif dalam perubahan tingkah laku yang ditunjukan pasien baik dari aspek kognitif, afektif, emosi dan psikomotorik. 1. Pada aspek kognitif pasien dapat berpikir dengan jernih kedepanya, serta resiko yang ditimbulkan apabila ia bertindak tidak baik. Sebelumnya pasien tidak pernah memikirkan hal dan resiko yang ditimbulkannya apabila mereka bertindak tidak baik, kini mereka lebih memandang dan mempertimbangkan perbuatan dan resiko yang di timbulkannya apabila ia bertindak tidak baik. 2. Afektif. Dalam aspek ini pasien dinilai sejauh mana ia mampu menginternalisasikan nilai-nilai pembelajaran dan pengetahuannya tentang agama Islam ke dalam dirinya. Seperti pasien kini lebih rajin mengerjakan shalat lima waktu, tadarusan dan menunjukan sikap yang baik apabila ia sedang bergaul dengan sesama pasien yang lainnya.
86
3. Emosi. Di lihat dari emosinya, pasien kini lebih tenang dan lebih bisa memahami dirinya dan dapat mengontrol emosinya dengan baik atau mengendalikan emosinya tidak mudah terpancing dan bisa lebih tenang untuk mengendalikanya dengan baik. 4. Psikomotorik. Pada aspek ini dapat dilihat dari kegiatan yang pasien jalankan apakah mereka rajin atau tidak mengikuti kegiatan yang telah ada serta perubahan prilaku yang ditunjukannya mulai dari menjalankan ibadahnya seperti shalat 5 waktu dan berjamaah, bertuturkata yang sopan dan berprilaku yang baik. Psikoterapi
Islam
sangat
berperan
dalam
membantu
pasien
untuk
memperbaiki pola tingkah laku yang rusak dan menjadikan pasien mendekatkan dirinya dengan Allah. Serta membantu dalam pemulihan kondisi psikis pasien yang awalnya kondisi pasien sangat kosong dengan nilai-nilai agama yang menjadikan batin pasien lebih terguncang, yang menyebabkan stres dengan persoalan hidup yang tidak bisa mereka selesaikan dan kurangnya pengawasan dari orangtua, hingga akhirnya mereka lari pada narkoba dan menyalahgunakannya untuk mendapatkan ketenangan, setelah mereka diberikan pemahaman dan belajar tentang pengetahuan agama, mereka sekarang lebih baik, lebih tenang, bersabar dan bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikan.
87
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data, maka penulis menyambungkan sedikit pemikiran yang berbentuk saran-saran yaitu: 1. Setiap kegiatan yang telah dijadwalkan diharapkan dilaksanakan atau dimulai sesuai pada jadwal yang telah ditentukan, hal ini untuk melatih pasien agar lebih tertib dan terarah. 2. Meningkatkan kualitas terapis atau pembimbing terutama dalam bidang agama. 3. Materi dan metode terapi lebih dikembangkan kembali agar pasien rajin mengikuti program yang ada tidak hanya dibidang agama tetapi dibidang lainya.
DAFTAR PUSTAKA Adz-Dzky, M. Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam,Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2002. Al-Fanjari, Ahmad Syauqy. Pengarahan Islam Tentang Kesehatan. Jakarta: AlHidayah, 2000. Arif, Hakim M. Bahaya Narkoba Alkohol (Cara Islam mencegah, mengatasi dan melawan), Jakarta: Nuansa, 2004. Aripin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. BERSAMA. Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Naroba. Jakarta: Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), 2005. BIMTIBNAS, Narkoba Musuh Bangsa. penerbit: MITRA BINTIBNAS. Dampak Penyalahgunaan narkoba Terhadap Remaja dan Kamtibnas. Jakarta: BP.Dharma Bakti, 2002. Daradjat, Zakiah. Psikoterapi islami. Jakarta: Bulan Bintang, 2002. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2010. Efendi, Sofian dan Mari Singarimbun. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, 1989. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif ateori dan praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013. Hadiman, Narkoba Menguak Sistem maraknya Narkoba di Indonesia. penerbit: BERSAMA, 1999. Hawari, Dadang. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adikti. Jakarta:Fakultas Kedokteran UI, 1991. ----------. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Jakarta: FKUI, 2008.
88
89
---------. Dimensi Kesehatan Jiwa dalam Rukun Iman dan Rukun Islam.Jakarta: FKUI, 2001. ---------. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik (Do’a dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medik), (Jakarta; FKUI, 2008. --------. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi (Jakarta: FKUI, 2008. --------. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997. Jaya,Yahya. Spiritual Islam Dalam Menumbuh Kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1994. Kadarmanta, A. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa, Jakarta: PT.Forum Media Utama, 2010. Kartono, Kartini. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali, 1999. Mangku. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta:Badan Narkotika Nasional, (BNN), 2011. Mappare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perssada, 2006. Moleong, Leky J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2003. M, Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002. Muchlis Solichin, Mohammad. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, Yogyakarta: Suka Press, 2012. Najati, Muhamamad Usman. Psikologi Dalam Al-Qur’an. Bandung: PUSTAKA SETIA, 2005. Narendrany Hidayati, Heny. Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Peneliti UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007. Poerwandari, Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP), Fak. Psikologi UI, 1998. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
90
Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram. Jakarta: Robbani Press, 2000. Republik Indonesia, BNN. Predaran, Produksi dan penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Masyarakat Indonesia. Jakarta: BNN Pusat Pencegahan, 2009. ---------.Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta: BNN, 2010. Rofiq, Ahmad. Fikih Kontekstual dari Normatif Ke Pemaknaan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Sunarno, Narkoba Bahaya dan Upaya Pencegahanya. Semarang: PT. Bengawan Ilmu, 2007. Subandi, M.A. Psikologi Agama dan Kesehatan Mental. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013. Sutrisna, Hadi. Metodologi Research II . Yogyakarta: Andi Offset, 1992. Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Website: http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html, pada tanggal 2 062014, jam 20:34 WIB. http://fitriannisa259.wordpress.com/internet-design-and-web/artikel-pengetahuan-dan jenis-jenis-narkoba-serta-dampaknya/. Pada tanggal 2-06-2014, jam 20:23 WIB. http://madanionline.org/program-kami/, pada tanggal 14-10-2014, jam 10:49 WIB. http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html, pada tanggal 20-11-2014, jam 15.30 WIB.